JURNAL JENIS DAN POPULASI SERANGGA PADA BIBIT TANAMAN JABON MERAH Anthocephalus macrophyllus. ALVA RORONG 080 318 010 DOSEN PEMBIMBING : 1. Dr. Ir. Betsy A. N. Pinaria, MS 2. Ir. Moulwy Frits Dien, MP 3. Ir. Caroulus Simbalis Rante, MS JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2014 1 berumur 3 bulan di areal pembibitan RINGKASAN Alva Garry Rorong / 080318010. Jenis dan Populasi Serangga pada bibit Tanaman Jabon Merah Anthocephalus macrophyllus. Di bawah bimbingan PINARIA, B.A.N, sebagai ketua, DIEN, M.F dan RANTE, C.S sebagai anggota. Penelitian Greenhouse dilaksanakan Program Studi di Ilmu Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado, kemudian dilanjutkan di laboratorium Entomologi dan Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian UNSRAT. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu Juni sampai September 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan populasi serangga yang terdapat pada bibit tanaman jabon merah. Fakultas Pertanian Ratulangi. Universitas Sam Setelah Satu bulan pertama berada dalam areal pembibitan, bibit di keluarkan dan di letakan pada areal terbuka. Bibit diletakan satu persatu secara teratur dengan jarak 20 x 30 cm. Serangga yang dijumpai dikoleksi di dalam botol beralkohol 70 % untuk diidentifikasi. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari (Jam 06.00 -08.00) dan sore hari (Jam 16.00 – 18.00) dengan menggunakan jaring serangga serangga yang penangkapan aspirator terutama aktif langsung pada pada jenis terbang dan menggunakan serangga yang tidak terbang. Serangga dikoleksi dalam botol Total benih yang digunakan untuk berisi alkohol 70% untuk diidentifikasi di penelitian ini sebanyak 80 bibit tanaman. laboratorium. Pengamatan dilakukan pada Penanaman dilakukan semua sampel tanaman dan pengambilan dengan cara manual yaitu membuat lubang sampel dilakukan sebanyak lima kali tanam sedalam 7-10 cm dengan tangan, dengan interval waktu seminggu sekali. dalam polibag lalu bibit ditanam dalam lubang tersebut Serangga yang di temukan dipisahhingga bagian akar tertanam. Penelitian pisahkan ini menggunakan bibit jabon sesuai jenisnya, kemudian Sampel serangga merah diidentifikasi. 2 diidentifikasi sampai tingkat famili dengan ABSTRACT menggunakan pustaka Anonim, 2011b; Alva Garry Rorong 080318010. Type and Insect Populations in Plant seeds Jabon Red Anthocephalus macrophyllus. Under the guidance of PINARIA, BAN, as chairman, DEEN, MF and Chain, CS as a member. The experiment was conducted at Myers., et al, 2014; Lovett G, 2014. Hasil penelitian menunjukkan Serangga-serangga yang di temukan pada pembibitan tanaman jabon merah terdiri dari 4 ordo yaitu : (1) Ordo Hymenoptera (Famili Cynipidae, Sphecidae, Formicidae); (2) Ordo Coleptera (Famili Scarabaidae); (3) Ordo Odonata (Famili Libellulidae), dan (4) Ordo Homoptera (Famili dan Famili Pseudococcidae. Rata-rata populasi serangga berturut-turut Famili Aphididae) tertinggi Aphididae Pseudococcidae dari 173 ekor, Famili 88,8 ekor, Famili Formicidae 43 ekor, Famili Scarabaeidae 4,4 ekor, Famili Sphecidae 1 ekor, Famili Cynipidae 0,6 ekor dan Famili Libellulidae 0,4 ekor. the Forestry Greenhouse Science Program, Faculty of Agriculture, University of Sam Ratulangi, then continued in the laboratory of Entomology and Plant Pests UNSRAT Faculty of Agriculture. This study was carried out for 4 months ie June to September 2012 This study aims to determine the type and insect populations found in plant seeds Jabon red. Total seed used for this study were 80 seedlings. Planting in polybags done manually which makes the planting hole as deep as 7-10 cm by hand, and then the seeds are planted in the hole until the roots are embedded. This study uses a red seed Jabon 3 months old in the nursery area of the Faculty of Agriculture, University of Sam Ratulangi. One month after the first was in the nursery area, remove the seeds and place it in an open area. Seeds are 3 placed one by one on a regular basis with a Sphecidae, distance of 20 x 30 cm. Insects were Coleptera (Family Scarabaidae); (3) Order collected in a bottle found 70% alcohol for Odonata (Libellulidae Family), and (4) identification. Sampling was conducted in Order Homoptera (Family Aphididae) and the morning (06:00 to 08:00 hours) and Family Pseudococcidae. Average of the afternoon (Jam 4:00 p.m. to 6:00 p.m.) highest insect population in a row of 173 using insect nets mainly on the type of Family insect that is active and catching fly Pseudococcidae 88.8 tail, tail 43 Family directly use an aspirator to the non-flying Formicidae, Family Scarabaeidae 4.4 tails, insects. Insects were collected in bottles Family Sphecidae 1 tail, tail 0.6 Family containing 70% alcohol to be identified in Cynipidae and Family Libellulidae 0, 4 the laboratory. Observations were made on tails. all samples of plants and sampling was Formicidae); Aphididae (2) tail, Order Family I. PENDAHULUAN performed five times with intervals of Pasokan kayu dari hutan alam yang once a week. Insects were found to be separated according to its kind, and then identified. Samples of insects were identified to family level using a library Anonymous, 2011b; Myers., Et al, 2014; Lovett G, kian menurun dan semakin banyaknya lahan marginal, mengharuskan adanya pembangunan The results showed that insects found in red Jabon plant nursery consists of 4 orders, namely: (1) the Order Hymenoptera (Family Cynipidae, tanaman industri (HTI) maupun hutan rakyat untuk tetap dapat memenuhi permintaan komoditas kayu 2014. hutan yang semakin meningkat. Pembangunan dan pengembangan hutan rakyat merupakan salah satu sasaran dan program revitalisasi kehutanan untuk memenuhi kebutuhan kayu bagi konsumsi domestik dan global. Menurut data 4 Kementerian Kehutanan tahun 2013, kebutuhan kayu nasional berkisar 49 juta m3 sedangkan pasokan dari hutan rakyat optimal (Anonim, 2011; Mulyana, dkk, 2011). Jabon merah (Anthocephalus mencapai 23 juta m3 atau mencapai 46%. macrophyllus) merupakan salah satu jenis Lebih lanjut, luas hutan rakyat di Jawa tumbuhan asli Indonesia yang berpotensi mencapai 2,7 juta hektare dengan potensi untuk dikembangkan dalam pembangunan tegakan mencapai 78,7 juta m3 (Anonim, hutan tanaman maupun untuk tujuan 2014) lainnya, seperti reklamasi lahan bekas Berdasarkan UU Kehutanan No. 41 tambang, penghijauan dan pohon peneduh tahun 1999, pengembangan hutan rakyat (Mansur dan Tuheteru 2010). diarahkan kepada usaha-usaha rehabilitasi dikarenakan dan konservasi lahan di luar kawasan berbagai tipe tanah, tidak memiliki hama hutan negara, penganekaragaman hasil dan pernyakit yang serius (Pratiwi 2003). pertanian yang masyarakat, diperlukan peningkatan masyarakat, penyediaan jabon dapat Hal ini tumbuh di oleh Kayu jabon merah memiliki prospek pendapatan pasar yang cukup tinggi. Permintaannya bahan kayu bukan hanya di dalam negeri, namun juga sebagai bahan baku bangunan, bahan baku datang dari mancanegara. industri, penyediaan kayu bakar, usaha dipergunakan antara lain untuk bahan perbaikan tata air dan lingkungan, serta bangunan, peralatan rumah tangga, sampai sebagai kawasan penyangga bagi kawasan pada kayu lapis. Kayu jabon merah yang hutan negara. digemari oleh pihak luar negeri karena diperoleh dari Berbagai manfaat dapat pengembangan Kayu ini hutan memiliki daya tahan lentur dan daya tekan rakyat. Oleh karena itu pengelolaan hutan yang kuat. Ketika itulah masyarakat dan rakyat harus mendapatkan perhatian yang industri yang membutuhkan kayu, melirik lebih besar agar hasil produksi menjadi jabon merah. Kayu jabon merah memang 5 tak sekeras jati, namun, dengan proses yang baik karena memiliki panjang serat pengeringan dan perendaman, kayu jabon 1,56 µm, diameter serat 23,95 µm, dan merah mampu bertahan 30 – 45 tahun, tebal dinding serat 2,78 µm (Halawane dengan penggunaan yang multidimensi dkk, 2011; Raharja, 2011). tersebut permintaan akan terus meningkat Sebagai suatu ekosistem yang seiring dengan semakin meningkatnya homogen, kawasan hutan tanaman rentan pertumbuhan penduduk (Anonim, 2011a). terhadap serangan hama. Populasi Pasar dunia sangat menerima jabon tanaman hutan yang homogen akan mudah merah karena ringan dan berasal dari hasil diserang dan berpotensi terjadi ledakan budidaya, bukan pengambilan dari hutan. hama. Hal ini dapat terjadi karena sumber Dunia semakin menghargai kayu hasil makanan bagi organisme pengganggu budidaya, bukan kayu hasil tebangan dari tanaman tersebut melimpah sedangkan hutan. organisme predatornya kurang tersedia Kini kayu jabon merah menjadi kebanggaan tanah (Anonim, 2013b). Indonesia dan mampu menembus pasar Inventarisasi dunia. karena Jabon asli merah dari cocok hama merupakan menggantikan beberapa jenis kayu seperti melakukan meranti dan jati. Industri-industri yang terhadap serangan hama. Langkah ini dulu menggunakan kayu alam lainya mulai menjadi jika beralih ke jabon merah. Itu terbukti dengan kesalahan dalam mengidentifikasi jenis permintaan yang hama dibandingkan jenis kayu yang tinggi lain Anonim, 2014; Darby, 2014). Jabon merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan pulp and paper penting jabon untuk sangat kegiatan pada tindakan penting akan karena dapat sebelum pengendalian terjadi menimbulkan permasalahan baru, seperti munculnya serangan hama baru sebagai akibat dari kesalahan dalam pemilihan tindakan pengendalian terutama secara kimiawi. 6 Pengendalian secara kimia selain dapat Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas membunuh hama, juga dapat membunuh Sam serangga non target seperti musuh alami dilanjutkan di laboratorium Entomologi sehingga dapat menyebabkan outbreaks dan Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian yang lebih besar lagi (Anonim, 2010; UNSRAT. Penelitian ini dilaksanakan Anonim, 2012a; Matnawy, 2001; Mulyadi, selama 2014). September 2012. Pembibitan merupakan langkah awal di dalam upaya budidaya tanaman jabon merah. Ratulangi 4 Manado, bulan yaitu kemudian Juni sampai 2.2. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit 1.2. Tujuan Penelitian Jabon Tujuan dari penelitian ini untuk Merah, Polibag berukuran 22 x 25 cm, mengetahui jenis dan populasi serangga tanah, pasir, pupuk kandang (Kotoran yang terdapat pada bibit tanaman jabon ayam), air, alkohol 70 %, killing bottle, merah. jaring serangga, kotak serangga, botol koleksi, mikroskop, pinset, label, kuas 1.3. Manfaat Penelitian kecil, kamera dan alat tulis menulis. Hasil penelitian diharapkan dapat 2.3. Prosedur kerja memberikan informasi tentang jenis dan populasi serangga sebagai bahan pertimbangan atas pengendalian hama 2.3.1 Penyiapan bibit Dalam penelitian ini digunakan media tanam yang dicampurkan yaitu pada bibit tanaman jabon merah tanah, pasir dan pupuk kandang dengan II. METODOLOGI PENELITIAN perbandingan 7 : 2 : 1 (tanah 7, pasir 2 dan 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian Greenhouse dilaksanakan Program Studi pupuk kandang 1 sesuai rekomendasi di Ilmu berdasarkan volume). Pencampuran dilakukan dengan menggunakan sekop, 7 kemudian dimasukkan ke dalam polibag manual yaitu membuat lubang tanam yang biasa digunakan berwarna hitam sedalam 7-10 cm dengan tangan, lalu bibit dengan ukuran 22 x 25 cm, dengan berat ditanam dalam lubang tersebut hingga bersih 2 kg. bagian akar tertanam. Selama proses Selama penyiapan media tanam, penyiapan media tanam, benih jabon yang maka dilakukan pemilihan benih jabon sudah terpilih dirawat secara intensif merah sebelum penyapihan. dengan melakukan penyiraman dua kali Kriteria pemilihan benih dilihat dari tinggi jabon dalam sehari pagi (jam merah yang relatif sama. Total benih yang (jam 4.00) dan penyiraman di sesuaikan digunakan untuk mendukung penelitian ini dengan keadaan cuaca (Gambar 1). Bibit sebanyak 80 bibit tanaman. dirawat selama dua bulan di dalam areal Penanaman dalam polibag dilakukan dengan cara 6.30) atau sore pembibitan Fakultas Pertanian Unsrat. Gambar 1. Penyiraman bibit Jabon Merah 8 2.3.2. Peletakkan tanaman sampel Penelitian ini menggunakan bibit jaring serangga serangga yang terutama aktif jenis terbang dan jabon merah berumur tiga bulan di areal penangkapan pembibitan Fakultas Pertanian Universitas aspirator Sam Ratulangi. Setelah satu bulan terbang. Serangga dikoleksi dalam botol pertama berada dalam areal pembibitan, berisi alkohol 70% untuk diidentifikasi di bibit dikeluarkan dan diletakan pada areal laboratorium. Pengamatan dilakukan pada terbuka. Bibit diletakan satu persatu secara semua sampel tanaman dan pengambilan teratur dengan jarak 20 x 30 cm. sampel dilakukan sebanyak lima kali 2.4. dengan interval waktu seminggu sekali Pengamatan dan Pengambilan pada langsung pada serangga menggunakan yang tidak (Gambar 2) Sampel Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari (Jam 06.00 -08.00) dan sore hari (Jam 16.00 – 18.00) dengan menggunakan Gambar 2. Pengamatan dan pengambilan sampel serangga 9 2.4.1. Jenis serangga ordo Hymenoptera, dua famili dari ordo Serangga yang ditemukan dipisahpisahkan sesuai diidentifikasi. diidentifikasi jenisnya, kemudian Sampel serangga sampai tingkat famili menggunakan pustaka Anonim, 2011b; Myers., et al, 2014; Lovett G, 2014. 2.4.2. Populasi Coleoptera dan Odonata. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa jenis serangga yang ditemukan adalah : 1. Famili Cynipidae (Hymenoptera) Sesuai dengan pengamatan ditemukan ciri-ciri dari serangga ini yaitu: Serangga yang ditemukan dipisahpisahkan Homoptera, dan satu famili dari ordo berdasarkan kemudian memiliki mata majemuk, antena 13 ruas Untuk menghitung atau kurang, tidak berambut banyak . rata-rata populasi serangga pada bibit pronotum pendek seperti leher baju. tanaman jabon merah digunakan rumus: Rahang kuat dan runcing untuk mengigit, dihitung jumlahnya. 𝜇= jenis Memiliki 2 pasang sayap seperti selaput, 𝑋𝑖 𝑛 tungkai depan mempunyai rambut-rambut seperti bentuk sapu (Gambar 3). Ciri-ciri Keterangan ; tersebut seperti yang dinyatakan oleh µ : Rata-rata populasi per jenis serangga Anonim, 2011. 𝑋𝑖 : Jumlah serangga yang ditemukan per jenis serangga n Serangga ini tertangkap menggunakan jaring serangga pada bagian permukaan tanaman : Banyaknya ulangan III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Jenis-Jenis Serangga Hasil penelitian ternyata ditemukan tujuh jenis serangga yang berasosiasi pada pembibitan, masing-masing tiga famili dari 10 Gambar 3. Serangga Famili Cynipidae 2. Famili Sphecidae (Hymenoptera) Sesuai dengan sapu (Gambar 4). Ciri-ciri tersebut seperti pengamatan yang dinyatakan oleh Anonim, 2011. ditemukan ciri-ciri dari serangga ini yaitu : Serangga ini tertangkap menggunakan warna tubuh hitam, coklat gelap dan jaring serangga pada bagian permukaan bermata lebar, tanaman. tidak berambut banyak, pronotum pendek seperti leher baju, antenna 13 ruas atau kurang. Rahang kuat dan runcing untuk mengigit, kaki depan mempunyai rambut-rambut seperti bentuk Gambar 4. Serangga Famili Sphecidae 11 3. Famili Formicidae (Hymenoptera) Sesuai dengan terdiri dari 13 ruas atau kurang, ruas pengamatan metasoma pertama kadang-kadang terdiri ditemukan ciri-ciri dari serangga ini yaitu: dari 2 ruas, pronotum agak segiempat pada merupakan ini pandangan lateral, sungut-sungut biasanya berwarna hitam, pada bagian kepala bersiku. (Gambar 5). Ciri-ciri tersebut terdapat antena, mata majemuk , bagian seperti yang dinyatakan oleh Myers., et al, dada semut terdapat tiga pasang kaki dan 2014. semut, semut jenis di ujung setiap kakinya terdapat semacam cakar kecil serta memiliki petiol. Antena Gambar 5. Serangga Famili Formicidae Serangga ini di temukan pada setiap bagian tanaman antara lain batang, tangkai dan 4. daun. Pada umumnya dengan bersifat sebagai predator (Pribadi, 2010) famili Famili Scarabidae (Coleoptera) Sesuai Formicidae merupakan serangga yang hitam, bulat telur dengan tarsi 5 ruas pengamatan sungut 8-11, tibia depan kurang lebih ditemukan ciri-ciri dari serangga ini yaitu : membesar dengan pinggiran luar bergerigi Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap atau berlekuk dan tibia kurang lebih depan dan sayap belakang. Sayap depan membesar. tebal yang disebut elytra, sedangkan sayap terakhir antena umumnya meluas menjadi belakang tipis seperti selaput, berwana struktur-struktur seperti lempeng yang Tiga sampai tujuh ruas 12 dibentangkan sangat lebar atau bersatu Anonim, 2011. Williams, membentuk satu gada ujung yang padat. menyatakan Tibia tungkai depan membesar dengan tepi serangga luar bergeligi atau berlekuk. (Gambar 6) sebagai dekomposer atau yang mengurai Serangga ini terdapat pada pangkal batang kotoran, bangkai, atau bahan tanaman dan di bawah permukaan daun. Ciri-ciri yang membusuk seperti daun-daunan, tersebut seperti yang dinyatakan oleh buah-buahan dan bunga. bahwa famili beberapa Scarabaeidae (2004) jenis bersifat Gambar 6. Serangga Famili Scarabidae 5. Famili Libellulidae (Odonata) ke coklatan dan bagian abdomen berwarna pengamatan merah, ukuran tubuhnya sekitar 20 – 75 ditemukan ciri-ciri dari serangga ini yaitu: mm, abdomen panjang dan langsing, sersi Memiliki anggota yang cukup besar dan tidak beruas dan berfungsi sebagai organ- mudah dikenal. Sayap dua pasang dan organ pendekap pada jantan (Gambar 7). bersifat membranus. Pada capung besar Menurut (Lovett G, 2014), bahwa famili dijumpai vena-vena yang jelas dan pada Libellulidae baik serangga dewasa maupun kepala terdapat mata majemuk yang terdiri pradewasa dari sejumlah mata facet yang besar yang predator. Sesuai dengan bersifat sebagai sebagai disebut Ommatidium, warna badan merah 13 Gambar 7. Serangga Famili Libellulidae 6. Famili Aphididae (Hemiptera) Sesuai dengan hidup secara berkoloni (Gambar 8). pengamatan Serangga ini dijumpai pada bagian tunas, ditemukan ciri-ciri dari serangga ini yaitu: daun dan tangkai daun. Menurut Pracaya, secara umum kutu berukuran kecil, antara (2008) 1 – 6 mm, tubuhnya lunak, berbentuk Aphididae bersifat sebagai vektor penyakit seperti buah pir, saat istirahat sayap di pada tanaman. banyak anggota dari famili lipat, mobilitasnya rendah dan biasanya Gambar 8. Serangga Famili Aphididae 7. Famili Pseudococcidae (Hemiptera) Sesuai dengan putih memiliki morfologi tubuh yang khas pengamatan dengan memilki bentuk tubuh memanjang ditemukan ciri-ciri dari serangga ini yaitu: atau oval. Ukuran panjang kutu putih ini Merupakan kutu putih, imago betina kutu sekitar 0,5-8,0 mm. Sebagian besar antena 14 terdiri dari 6-9 segmen, tetapi terkadang dan tereduksi menjadi 2, 4, atau 5 segmen, berfungsi sebagai penghasil tonjolan lilin tungkai berkembang normal. lateral Menurut terletak dibagian (Gambar 9). sisi tubuhnya, Serangga ini Williams (2004) bahwa, imago memiliki ditemukan pada daun, batang, dan titik serari yang berjumlah 1-18 pasang. Serari, tumbuh/pucuk. Gambar 18. Serangga Famili Pseudococcidae 3.2. Populasi bervariasi menurut jenisnya. Populasi Pengamatan terhadap populasi serangga tertinggi adalah dari family Aphididae dan pada pembibitan jabon merah ternyata terendah adalah family Cynipidae. 15 Tabel 1. Populasi serangga pada bibit tanaman jabon merah Ordo Famili Total Serangga (Ekor) Rata-Rata Populasi Serangga (Ekor) Cynipidae 3 0,6 Sphecidae 5 1 Formicidae 215 43 Coleptera Scarabidea 22 4,4 Odonata Libellulidae 3 0,6 Hemiptera Aphididae 865 173 Pseudococcidae 444 88,8 Hymenoptera Jumlah 1557 Pada Tabel 1 ditunjukan jumlah suhu, kelembaban, curah hujan dan populasi dari masing-masing famili, mulai tindakan manusia. dari populasinya yang paling tinggi sampai orang banyak menanam lahannya dengan yang paling rendah. Famili Aphididae berbagai tanaman. Apabila semua faktor menjadi serangga yang paling dominan, lain sangat mendukung perkembangan populasinya 865 ekor dengan rata-rata 173 serangga ekor, disebabkan karena serangga ini serangga akan sejalan dengan makin bersifat sebagai hama. Karena ketersedian bertambahnya makanan untuk serangga ini sehingga sebaliknya akan menurunkan populasi populasi dari serangga ini terus meningkat. serangga Faktor makanan sangat penting bagi makanan dengan populasi serangga itu kehidupan serangga hama. Keberadaan disebut hubungan bertautan padat atau faktor makanan akan dipengaruhi oleh density independent (Susniahti dkk, 2005). maka Pada musim hujan, pertambahan makanan. hama. Hubungan populasi Keadaan faktor 16 Famili Pseudococcidae yaitu kutu madu. Kadang-kadang di sekitar koloni putih menjadi populasi dominan kedua, tersebut ditemukan 444 ekor dengan rata-rata 88,8 menyukai sekresi yang dihasilkan Aphis sp ekor, ini di sebabkan juga karena serangga (Matnawy, 2001). ini bersifat sebagai hama. Formicidae Hashimoto terdapat dan semut yang juga Hubungan famili aphis sp (famili (2001) menyatakan kutu putih merupakan Aphididae) sangat erat kaitannya karena hama polifag selain menyerang tanaman keduanya nenas, juga menyerang kopi, pisang, Mutualisme merupakan bentuk hubungan caladium, tebu, canna, jeruk, terong dan atau interaksi antar organisme dari dua palem di Indonesia, hama ini dilaporkan spesies hanya ditemukan pada nenas, tebu, padi, menguntungkan. palma, kopi, sisal, pisang, kedele, kacang mutualisme adalah semut dengan aphis sp. tanah dan pandan. Semut Laporan terakhir saling yang menguntungkan. berbeda yang Contoh melindungi aphis sedangkan saling hubungan sp dari menyebutkan bahwa hama ini memiliki pemangsanya, aphis sp inang yang luas yaitu lebih dari 100 genus memberikan cairan sejenis madu kepada dari 53 famili tanaman (Dove, 2005). semut (Anonim, 2013). Famili Formicidae dengan tingkat Famili Scarabaeidea adalah famili populasi dominan pada tanaman jabon dengan tingkat populasi cukup tinggi , ditemukan 215 ekor dengan rata-rata 43 ditemukan 22 ekor dengan rata-rata 4,4 ekor. ekor. Williams, (2004) menyatakan bahwa Tingginya populasi semut disebabkan semut hidup berkoloni dan beberapa jenis serangga famili pada bagian tanaman di sekitar aktivitas Scarabaeidae bersifat sebagai dekomposer Aphis sp (famili Aphididea) yang terdapat yang pengurai kotoran, bangkai, atau kapang hitam yang tumbuh pada sekresi bahan tanaman yang membusuk seperti atau kotoran kutu daun berupa embun daun-daunan, buah-buahan dan bunga. 17 Famili Sphecidae yang terdapat pada tanaman jabon populasinya rendah, pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima. Hal ini diduga disebabkan karena ditemukan 5 ekor dengan rata-rata 1 ekor. faktor Diketahui serangga ini efektif untuk dilapangan curah hujannya tidak menentu. memburu banyak jenis ulat. Ia mampu Sehingga setiap populasi yang didapat menangkap ulat besar. pada saat pengambilan sampel tidak sama. Macam-macam cuaca, sangat sesuai dengan berpengaruh kondisi serangga lain juga dimakan oleh serangga Cuaca terhadap ini. Selain serangga, dia juga makan sari diversitas serangga (Adler, 2007). Seperti madu dari bunga (Anonim, 2014). halnya juga suhu (Hartley dan Jones, Famili Libellulidae terdapat pada 2003). Pada saat cuaca hujan, serangga- permukaan tanaman jabon. Ditemukan 3 serangga akan bersembunyi dari air hujan, ekor dengan rata-rata 0,6 ekor. Menurut apabila (Lovett serangga tidak dapat terbang dengan G, 2014), bahwa famili sayap serangga mudah pradewasa bersifat sebagai predator serta Chynipidae dan famili Sphecidae begitu sama halnya dengan family libellulidae, juga dengan serangga-serangga lainya. famili Sehingga mengakibatkan lebih mudah pula pada serangga maka Libellulidae baik serangga dewasa maupun Cynipidae terdapat contohnya basah famili permukaan tanaman jabon dan ditemukan dimangsa oleh predator. 3 ekor serangga dengan rata-rata 0,6 ekor, bertiup serangga ini tertangkap menggunakan menerbangkan/menghempaskan serangga jaring serangga pada bagian permukaan yang jatuh dan pengamatan yang di tanaman. jalankan pada pada pagi dan sore hari juga Data yang diperoleh kencang Angin yang juga dapat juga menunjukan tingkat populasi yang berbeda menunjukan terjadi perbedaan jumlah pula. Hal ini desebabkan oleh beberapa serangga pada saat pengambilan sampel aktivitas serangga dipengaruhi oleh 18 responnya terdahap cahaya, sehingga timbul jenis serangga yang aktif pada pagi populasi serangga hama tertentu (Wiyono 2007). hari dan sore hari. Cahaya matahari dapat Suhu salah satu Faktor kunci yang mempengaruhi aktivitas dan distribusi mengatur pola hidup serangga adalah lokalnya. Serangga ada yang bersifat suhu. Karena serangga adalah organisme diurnal, yakni yang aktif pada pagi poikilothermic (berdarah dingin) dimana khusunya mengunjungi suhu tubuh mereka adalah kira-kira sama beberapa bunga, meletakkan telur atau dengan lingkungan, oleh karena itu, tahap makan pada bagian-bagian tanaman dan perkembangan lain-lain (Jumar, 2000). tergantung pada suhu (Deka et al. 2009). siang hari Kehidupan Serangga seperti mahluk hidup serangga sangat Kelembaban dapat mempengaruhi hidup lainnya yang perkembangannya perkembangbiakan, dipengaruhi oleh faktor iklim baik secara keaktifan serangga baik secara langsung langsung maupun tidak maupun tidak langsung. antaranya curah hujan, kelembaban fotoperiodisitas. relatif langsung di temperatur, udara dan serangga bertahan kelembaban udara pertumbuhan, dan Kemampuan terhadap sekitarnya keadaan sangat Besarnya pengaruh ini berbeda menurut jenisnya. Dalam hal ini berbeda untuk tiap spesies serangga dan kisaran toleransi terhadap kelembaban dampak secara langsung dapat terlihat udara berbeda untuk setiap spesies maupun pada siklus hidup, keperidian, lama hidup, stadia perkembangannya, tetapi kisaran serta serangga. toleransi ini tidak jelas seperti pada suhu. Keragaman iklim dapat mempengaruhi Namun bagi serangga pada umumnya pertumbuhan populasi dan penyebaran kisaran toleransi terhadap kelembaban serangga sehingga dalam kurun waktu udara yang optimum terletak antara 73- singkat 100% (Sakina, 2013) kemampuan dapat diapause menimbulkan ledakan 19 Hujan mempunyai arti penting dalam kehidupan serangga, dan dapat lingkungan misalnya faktor fisis serta faktor-faktor lainya yang mempengaruhi memberikan pengaruh secara langsung pertumbuhan maupun tidak langsung pada pertumbuhan serangga-serangga tanaman jabon merah serangga. sehingga tidak dapat beradaptasi dengan Dampak secara langsung dan perkembangan misalnya, hujan deras dapat mencuci kutu baik. daun dari tanaman inangnya, sedangkan hubunganya dengan keadaan lingkungan dampak secara tidak langsung, dapat dimana dia hidup (Pedigo, 2005). meningkatkan kelembaban udara sehingga IV. KESIMPULAN DAN SARAN mendukung pertumbuhan populasi hama 4.1. Kesimpulan (Deka et al. 2009). Kelimpahan populasi serangga Kurangnya hari hujan dapat menimbulkan kekeringan dan kematian pada serangga, tetapi jika curah hujan tinggi, maka populasi hama tersebut akan menurun akibat tercuci oleh hujan, di pengaruhi juga oleh perbedaan masingmasing jenis populasi karenakan status serangga tersebut populasi dari sangat erat 1. Serangga-serangga sangat berpengaruh pada variasi musim hujan. Kehidupan serangga dari dari serangga masing-masing berbeda serangga di sehingga predator dan parasitoid jika dilihat dari tabel diatas cukup rendah ini disebabkan karena faktor yang di temukan pada pembibitan tanaman jabon merah terdiri dari 4 ordo yaitu : (1) Ordo Hymenoptera (Famili Cynipidae, Sphecidae, Formicidae); (2) Ordo Coleptera (Famili Scarabidae); (3) Ordo Odonata (Famili Libellulidae), dan (4) Ordo Hemiptera (Famili dan Famili populasi serangga Aphididae) Pseudococcidae. 2. Rata-rata tertinggi berturut-turut dari Famili Aphididae (173 ekor), Famili (88,8 ekor), (43 ekor), Pseudococcidae Famili Formicidae 20 Famili Scarabidae (4,4 ekor), Famili Sphecidae (1 ekor), Famili Cynipidae (0,6 ekor) dan Famili Libellulidae (0,4 ekor). 4.2. Saran Perlu mengetahui penelitian preferensi lanjutan untuk hama pada pembibitan berbagai jenis tanaman hutan. DAFTAR PUSTAKA Adler, P. B., J. M. Levine 2007. Contrasting Relationships Between Prescipitation and Species richness in Space and Time. Oikos 116:221232 ———, 2010. Beberapa Hama Dan Predator Pada Tegakan Jabon (Anthocephalus cadamba). http://priabadiavry.wordpress.com // (diakses tanggal 12 Mei 2012) ———, 2011a. Samama si Jabon Merah (Anthocepalus macrophyllus). http://cassava 2011.wordpress.com/samamamerah/ (diakases tanggal 16 November 2012) ———, 2011b. Classifying Orders of Insects. Purdue University. http:// extension entm.purdue.edu/401Book/default. php?page=classifying_orders (diakases tanggal 15 Mei 2014) ———, 2012a. Waspadai Serangan Hama bagi Pohon Jabon Merah http://www. pikiranrakyat.com/node/193320 ((diakases tanggal 15 Mei 2014) ———,2013d. Interaksi dalam ekosistem. irwantahir.blogspot.com/2013_08 _18_archive.html (diakases 14 Mei 2014) ———, 2014a. Anthocephalus macrophyllus Havil. http://www.gbif.org/species/ 109280269 (diakses 15 Mei 2014) ———, 2014b. Serangga Pemangsa Hama Pada Tanaman. omtani.blogspot.com/2014/04/serang ga-pemangsa-hama-padatanaman.html (diakses 15 Mei 2014) ———, 2014c. Sertifikat Kayu, Hutan Rakyat Pasok 46% Kebutuhan Kayu Nasional. http://industri.bisnis.com/read/201 40615/99/236070/sertifikat-kayuhutan-rakyat-pasok-46-kebutuhankayu-nasional- (diakases 23 Juli 2014) Deka S, Byjesh K, Kumar U, Choudhary R. 2009. Climate change and impacts on crop pests—a critique. Workshop Proceedings: Impact of Climate Change on Agriculture Dove, B., 2005. Catalogue Query Results Dysmicoccus brevipes(Cockerell). http://www.sel.barc.usda.gov/catal ogs/pseudoco/Dysmicoccusbrevip es.htm (diakases 15 Mei 2014) Halawane, J. E., Hanif Nurul Hidayah dan J. Kinho, 2011. Prospek pengembangan jambon merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Solusi kebutuhan kayu masa depan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Balai Penelitian Kehutanan Manado. http://www.fordamof.org/files/Prospek%20Pengem -bangan% 20Jabon%20Merah.pdf (diakses 16 November 2012) 21 Hartley, S. E., T. H. Jones. 2003. Plant diversity and Insect Herbivores:Effects of Environmental Change in Contrasting ModelSystema. Oikos 101: 6-17. Hashimoto, 2001. Cooperatif extention Service Insect Pest. College of tropical Agriculture and Human Rosourses (CTHAHR). http:/www2. ctahr. Hawaii.edu. 15 Oct. 2008. Pedigo, L.P., 2005. Entomology and Pest Management. Prentice-Hall of India, New Delhi. Pratiwi. 2003. Prospek Pohon jabon untuk pengembangan hutan tanaman. Buletin Penelitian Kehutanan 4:62-66. Pracaya, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman: edisi revisi. Penerbit Swadaya, Jakarta. Jumar. Ir.2000. Entomologi Pertanian. Jakarta : Rineka Cipta. Raharja, J. 2011. Jabon Merah dan Jabon Putih (5-6 h). Meraup Untung Besar Dari Kayu Jabon. Rona Publising. Yogyakarta. 112 hal. Lovett G, 2014. Insect Classification. http://www.royensoc.co.uk/insect _info/ (diakses 15 Mei 2014) Matnawy, 2001. Hama Pada Tanaman Perkebunan. Kanisius, Yogyakarta Sakinah F, 2013. Analisis Pengaruh Faktor Cuaca Untuk Prediksi Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Pada Tanaman Bawang Merah. institut pertanian bogor Mulyadi, P. H, 2013. Hama dan Penyakit Tanaman Kehutanan. http://pudja forester.blogspot.com/2013/04/ha ma-penyakit-tanamankehutanan.html Mulyana, D., C. Asmarahman, dan I. Fahmi. 2011. Mengenal Kayu Jabon Merah dan Putih (2-36 h). Panduan Lengkap Bisnis dan Bertanam Kayu Jabon. Agromedia Pustaka. Jakarta. 142 hal. Williams D. J. 2004. Mealybugs of southern Asia. The Natural History Museum, London. Wiyono S. 2007. Perubahan iklim dan Ledakan Hama dan Penyakit Tanaman. Makalah disampaikan pada seminar keanekaragaman hayati ditengah perubahan iklim: Tantangan masa depan Indonesia, diselenggarakan oleh Kehati jakarata 28 juni 2007. Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, and T. A. Dewey. 2014. Animal Diversity Web. Insecta; Classification. Museum of Zoology. University of Michigan. http://animaldiversity.ummz. umich. edu/accounts/Insecta/ classification/ (diakses 15 Mei 2014) 22