ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY. R UMUR 33

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY. R UMUR 33 TAHUN
DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI HJ NGATINI Am. Keb
KEC. TENGARAN KABUPATEN SEMARANG
KARYA TULIS ILMIAH
DiajukanuntukUjianAkhir Program Pendidikan D III Kebidanan
AkademiKebidananNgudiWaluyo
OLEH
SEPTIANA WIDIYAWATI
(NIM. 0131696)
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. KaryaTulis saya, Penelitian ini adala hasli dan belum di ajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (Ahli Madya Kebidanan dan atau sarjana),
baik di Akademik Kebidanan Ngudi Waluyo maupun sekolah kesehatan
lain
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian sayas endiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing
3. Karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah di tulis atau
dipublikasikan
orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas di
cantumkan sebagai acuan dalam naskah pengarang dan dicantumkan
dalam daftar pustaka
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hariter dapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini,
serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Akademi
KebidananNgudi Waluyo
Ungaran, 18 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan
Septiana Widiyawati
NIM : 0131696
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan
dihadapan tim Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo, pada :
Hari
:
Tanggal
:
Ungaran, Januari 2016
Pembimbing I
Pembimbing II
Heni Setyowati, S.SiT, M.Kes
NIDN. 06170380002
Widayati,S.SiT.,M.Keb
NIDN.0616088101
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dan direvisi sesuai masukan
tim penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo pada:
Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji,
Penguji I
Penguji II
Penguji III
Ari Andayani, S.SiT., M.Kes
NIDN. 0606048301
Heni Setyowati, S.SiT, M.Kes
NIDN. 06170380002
Widayati,S.SiT.,M.Keb
NIDN.0616088101
Mengetahui,
Direktur AKBID Ngudi Waluyo
Rini Susanti, S.SiT, M.Kes
NIDN. 0621098001
Widiyawati, Septiana. 2016; Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada Ny.
Rinidi BPM Ny. Ngatini, Amd. Keb.DIII Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Ungaran. Pembimbing 1:Heni SetyowatiS. SiT,M.Kes, Pembimbing II:
Widayati, S.SiT,M.Keb
ABSTRAK
Latar Belakang Angka Kematian Ibu di Privinsi Jawa Tengahmengalami
peningkatan cukup tinggi apabila di tahun 2013 sebesar 118,62/100.000
kelahiran hidup, di tahun 2014 menjadi 140,31/100.000 kelahiran hidup. Upaya
peningkatan asuhan kebidanan berkelanjutan (Continue of Care) mulai dari masa
kehamilan, persalinan, masa nifas, serta perawatan bayi baru lahir, sampai
dengan KB serta melakukan pendokumentasian kebidanan.
Tujuan penelitian mampu menganalisa dan melakukan asuhan kebidanan
berkelanjutan pada Ny. Rini meliputi masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru
lahir dan keluarga berencana (KB) sesuai dengan 7 langkah manajemen Varney
dan pendokumentasian dengan metode SOAP.
Metode penulisan ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu
melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, studi
dokumentasi, studi pustaka.
Kesimpulan Asuhan pada kasus Ny.Rini selama kehamilan tidak
ditemukannya kelainan atau komplikasi pada ibu dan bayi, namun terdapat
kesenjangan dalam pemeriksaan HB hanya dilakukan 1x selama kehamilan,
Asuhan pada bersalin Ny.Puspitasari tidak ditemukannya penyulit. Pada kala I,
kala II, kala III dan kala IV. Persalinan berjalan dengan normal tidak ada penyulit,
Asuhan pada saat masa nifas dari 6 jam postpartum sampai 6 minggu
postpartum, selama pemantauan masa nifas, berlangsung dengan baik, Asuhan
pada bayi baru lahir dari 2 jam neonatus sampai 6 minggu yang berjenis kelamin
laki-laki, BB 3100 gram, PB 48 cm. Tidak ditemukan adanya cacat serta tanda
bahaya dan pada asuhanKB pada suaminyaNy.Rini menggunakan kondom
Saran Diharapkan Tenaga kesehatan terus berperan aktif dalam
memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas kepada masyarakat terutama
dalam asuhan kebidanan ibu dari mulai hamil sampai dengan Kb terutama pada
pemeriksaan HB pada ibu hamil dari program pemerintah 2x selama kehamilan
patologisdengan tetap berpegang pada standar pelayanan kebidanan sehingga
dapat mengurangi terjadinya peningkatan AKI dan AKB di Indonesia
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Berkelanjutan, Kehamilan, Persalinan , Nifas,
Bayi baru lahir ,KB
Widiyawati, Septiana. 2016; The Sustainable Midwifery Care in Mrs. Rini at
BPS Mrs. Ngatini, Amd.Keb.,Diploma III of Ngudi Waluyo Midwifery
Academy Ungaran. First Advisor:Heni SetyowatiS.SiT,M.Kes, Second
Advisor: Widayati, S.SiT,M.Keb
ABSTRACT
Background: The maternal mortality rate (MMR) of Central Java province
has fairly high increased. In2013, this rate was 118.62 per 100,000 live births and
in 2014 become 140.31 per 100,000 live births. The efforts to improve
sustainable midwifery care ranging from pregnancy, childbirth, postnatal and
newborn, until the use of contraception as well as documentation.
Purpose: The purpose of this study was to analyze and implement the
sustainable midwifery care in Mrs. Rini during the period of pregnancy, childbirth,
postpartum, newborn, and using contraception in accordance with the 7 Steps of
Varney Obstetrical Management and the documentation used the SOAP method.
Method: The data collecting in this study used the methods of interview,
observation, physical examination, supporting examination, documentation
studies, and literature studies.
Conclusion:The midwifery care in Mrs.Rini during pregnancy, it is not found
any abnormalities or complications both in mother and infant, but there is a
different in the HB assessment only conducted during pregnancy. In the childbirth
process, it is not found any complications either in first, second, third, and fourth
stages, the labor going normally and there are no complications. The midwifery
care in the postpartum period of 6 hours until 6 weeks postpartumis going well.
The newborn care in 2 hours to 6-weeks of age, the infant is male with 3100
grams in weight, and 48 cm in length. There are no defects and signs of danger.
And, in the contraceptive care, Mrs.Rini’s husband is using condom.
Recommendation: The health workers are expected to continue play an
active role in providing quality midwifery services for the community, starting from
pregnancy until using contraception, and particularly in HB examination for
pregnant women, it is expected to implement twice during pathological pregnancy
by referring to the standard of obstetrical care so that it can reducing the MMR
and IMR in Indonesia.
Keywords: Sustainable midwifery care, Pregnancy, Childbirth, Postpartum,
Newborn, Contraception
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiahdengan judul “Asuhan kebidanan
berkelanjutan pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj Ngatini Am. Keb Kec.
Tengaran Kabupaten semarang “.
Karya Tulis Ilmiahini di susun tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Rini Susanti, S.SiT, M.Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan Ngudi
Waluyo.
2. Heni Setyowati, S.SiT, M.Kes, selaku pembimbing I yang bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan yang sangat
berguna hingga terselesaikannyaKarya Tulis Ilmiiahini.
3. Widayati,S.SiT.,M.Keb.,
selaku
pembimbing
II
yang
telah
banyak
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiahini.
4. Hj Ngatini Am. Keb, selaku pembimbing lahan yang telah banyak memberikan
bimbingan.
5. Seluruh staf dan dosen Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo.
6. Orang tua, suami ,mertua ,kakak, kakek dan nenek yang telah memberikan
dorongan,semangat dan doa selama penulis menempuh pendidikan.
7. Teman-teman seperjuangan di Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo.yang
selalu memberikan semangat dalam penyusunanKarya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatanKarya Tulis Ilmiahini tidak
lepas dari kekurangan dan membutuhkan perbaikan. Penulis mengharap
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis
Ilmiahini
Ungaran,
2016
Penulis
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: Septiana Widiyawati
Tempattanggallahir
: Temanggung, 10 September 1994
Alamat
: Kupen Tegalsari Rt 01 /07 Pringsurat
Temanggung
Agama
: Islam
JenisKelamin
: Perempuan
Pendidikan
:
1. TK PERTIWI KUPEN
Lulusan2001
2. SD NEGERI 1 KUPEN
Lulusan 2007
3. SMP NEGERI 1 KRANGGAN
Lulusan 2010
4. SMA NEGERI 1 PRINGSURAT
Lulusan 2013
5. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa semester akhir Akademi Kebidanan
Ngudi Waluyo Ungaran
MOTTO
Bersyukur Adalah
Cara Terbaik Agar Merasa Cukup Bahkan
Ketika Berkekurangan
Jangan Berharap Lebih
Sebelum Berusaha Lebih
Berpikir besar lalu berindak
Selalu menjadi diri sendiri
Bersakit- sakit dahulu, bersenang- senang kemudian
Kesuksesan selalu di sertai dengan kegagalan
Ayo kerja… kerja… dan kerja…
Dengan
Cerdas , Cermat , dan Tuntas
PERSEMBAHAN
Karyailmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada Ny.Rini
umur 33 tahun di BPM Hj Ngatini amd.keb Tengaran” ini, penulis
persembahkan kepada :
1. Lila Kusuma Rahayu, S.Si.,M.Si, selaku Ketua Yayasan Akademi
Kebidanan Ngudi Waluyo
2. Rini Susanti, S.SiT.,M.Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan Ngudi
Waluyo
3. Heni
Setyowati,
S.SiT.,M.Kes,
selakupembimbing
I
yang
telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis ini
hingga selesai
4. Widayati, S.SiT.,M.keb, selakupembimbing II yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan KaryaTulis ini hingga
selesai
5. Ari Andayani, S.SiT.,M.kes, selaku penguji studi kasus yang telah
memberikan masukan KaryaTulis ini hingga selesai
6. Risma
Alviani,
S,SiT.,M.kes selaku
Pembimbing
Akademik yang
senantiasa memberi support dan bimbingan selama perkuliahan
7. Seluruhdosendan staff pengajar Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
8. Orang tua dan keluarga tercinta bapak Widodo dan Ibu Sae Pawarti yang
senantiasa memberikan do’a, dukungan, moral dan materi sehingga
KaryaTulis ini bisa terselesaikan tepat waktu
9. Teman-temanku ANTISEPTIK Angkatan XIII Akademi Kebidanan Ngudi
Waluyo Ungaran yang tak dapat peneliti sebutkan satu persatu,
terimakasih atas kebersamaan, bantuan, kritik dan saran semoga tetap
menjadi keluarga dan terjalin tali silaturahmi yang tak pernah putus
10. Print Center yang senantiasa membantu dalam pengumpulan berkasberkas selama proposal sampaidengan siding KTI
11. Toko Buku Gramedia yang senantiasa memberikan saya referensi dan
memberikan banyak ilmu dari buku terbitan terbaru
12. Semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu dalam pembuatan KaryaTulis ilmiah ini
13. Semua yang sedang mencari ilmu dan pembaca budiman
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ...........................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iv
ABSTRAK ..............................................................................................
v
ABSTRAC ...............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..............................................................................
vii
RIWAYAT HIDUP PENULIS ..................................................................
ix
MOTTO ..................................................................................................
x
PERSEMBAHAN ...................................................................................
xi
DAFTAR ISI ...........................................................................................
xiii
DAFTARSINGKATAN .............................................................................
xiv
DAFTAR ISTILAH ...................................................................................
xv
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xviii
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ......................................................................
1
B.
Rumusan Masalah .................................................................
3
C.
Ruang lingkup........................................................................
4
D.
Tujuan Study Kasus ..............................................................
4
E.
Manfaat Study Kasus ............................................................
5
F.
Metode Penulisan .................................................................
5
G.
Cara Memperoleh Data..........................................................
6
H.
Sistematika Penulisan ...........................................................
7
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A.
Konsep Dasar Teori .............................................................
9
B.
Manajemen Kebidanan ........................................................
57
C.
Pendokumentasian ...............................................................
59
D.
Landasan Hukum yang mendasari praktik kebidanan ............
60
BAB III : TINJAUAN KASUS
A.
Pengkajian ............................................................................
71
B.
SOAP....................................................................................
80
BAB VPEMBAHASAN
A.
Kehamilan .............................................................................
112
B.
Asuhan pada persalinan ........................................................
119
C.
Asuhan pada ibu nifas ...........................................................
127
D.
Asuhan pada BBL ..................................................................
129
E.
Asuhan pada Keluarga Berencana ........................................
137
BAB VPENUTUP
A.
Kesimpulan ............................................................................
139
B.
Saran .....................................................................................
140
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
ANC
: Ante Natal Care
AKB
: Angka Kematian Bayi
AKBK
: Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
AKI
: Angka Kematian Ibu
ASEAN
: Association of South East Asian Nation
DMPA
: Depot Medroxi Progesterone Acetate
EMAS
: Expanding Maternal and Neonatal Survival
HIV
: Human Immunedeficiency Verus
HPHT
: Hari Pertama Haid Terakhir
HPL
: Hari Perkiraan Lahir
IM
: Intra Muscular
IMT
: Indeks Masa Tubuh
KB
: Keluarga Berencana
KIA
: Kesehatan Ibu Anak
KIE
: Komunikasi Informasi dan Edukasi
KH
: Kelahiran Hidup
KKal
: Kilo Kalori
KMS
: Kartu Menuju Sehat
LH
: Liteinizing Hormone
P4K
: Program perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi
PAP
: Pintu Atas Panggul
PMS
: Penyakit Menular Seksual
PONED
: Pelayanan Emergensi Obstetrik dan Neonatal Dasar
PONEK
: Pelayanan Emergensi Obstetrik dan Neonatal
Komprehensif
SC
: Sectio Caesarea
SOAP
: Subyektif Obyektif Assessment Planning
TBC
: Tuberculosis
TBJ
: Taksiran Berat Janin
TD
: Tekanan Darah
TFU
: Tinggi Fundus Uteri
TT
: Tetanus Toksoid
TTV
: Tanda-Tanda Vital
USAID
: United States Agency for International Development
WHO
:World Health Organitation
VDRL
: Veneral Disease Research of Laboratories
DAFTAR ISTILAH
ANC
: Pemeriksaanpadamasakehamilan
Autolisis
: Penghancurandirisendiri
Bloody Show
: Lendirbercampurdarah
Braktonhiks
: His palsu
Endemis
: Istilah yang di pakaipadapenyakit yang sudah lama
ada di suatutempat
Dilatasi
: Penipisan
Exercise
: Senam
Episiotomi
: Pelebaranjalanlahir
Fibrinogen
: Protein yang ada di dalam plasma darah
Hemodilusi
: Pengencerandarah
Hematologi
: Ilmukesehatan yang mempelajaridarah
Hemoroid
: Pecahnyapembuluhdarahakibatadanyatekananpada
vena
Involusi Uteri
: Proses pengembalian uterus keukuransemula
Iskemia
: Kekuranganoksigen yang bersifatsementara
Implantasi
: Penempelan
KardioVaskuler
: Organ
sirkulasidarah
yang
terdiridarijantung,
komponendarahdanpembuluhdarah.
Konsepsi
: Bertemunyaselspermadanseltelur
Korpus Uteri
: Ronggarahim
KolonRektosigmoid
: Kanker yang menyerangususbesar
Konstipasi
: Buang air besartidaklancar
Koitus
: Senggama
Laktasi
: Proses menyusui
LigamentumRotundum
: Peregangankarenapembesaran uterus
Lightening
:
Penurunan
fundus
karenakepalabayisudahmasuk PAP
Lavement
: Pemasukancairanpadakolonmelalui anus
Lochea
: Pengeluaranpervaginammasanifas
uteri
Mobilisasi
:
Aktifitasfisik
yang
dapatmenghindariketeganganpadatubuhdankelelaha
n
Molase
: Penyusupan
Nidasi
: Penempelanhasilkonsepsi
Nokturia
: Keinginanbuang air kecilberulangulangketikatidur
Ovulasi
: Proses lepasnya ovum dari tuba falopi
Oksitosin
: Hormon
yang
merangsangkontraksi
uterus
padasaatpersalinan
Personal Hygne
: Perawatankebersihandirisendiri
Prostaglandin
: Asamlemak
Spooting
: Bercakdarah
TraktusUrinarius
: system yang terdiridari organ danstruktur yang
menyalurkanurindariginjalkeluartubuh.
Utero Plasenter
: Aliran
darah
dimanajaninbertukarnutrisidanproduklimbahdenganib
u
Varises
: Pembesaranpembuluhbalik
akibatkelainankatupdalampembuluh vena.
VDRL
: Pemeriksaanpenyakitseksual
WHO
: OrganisasiKesehatanDunia
(vena)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umumnya
indikator
derajat
kesehatan
suatu
Negara dilihat
dari kesehatan ibu dan anak yang berkualitas dan rendahnya Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) (Manuaba, 2010).
Melihat perkembangan hasil pembangunan dibeberapa negara maka masih
belum sesuai dengan target maka Millenim Development Goals (MDGs),
pun
diganti dengan nama SDGs. Dalam era SDGs atau tujuan
pembangunan berkelanjutan yang telah dimulai saat negara-negara anggota
PBB termasuk Indonesia menyepakati outcome Document SDGs pada
tanggal 2 agustus 2015. Periode SDGs Tahun 2016-2030 merupakan
program
yang
kegiatanya
meneruskan
agenda-agenda
sekaligus
menindaklanjutin program yang belum selesai. Menjadi bahan sorotan
tertinggi adalah sektor kesehatan yaitu sebaran balita kurang gizi di
Indoesia, proporsi balita pendek, status gizi anak, tingkat kematian ibu, pola
konsumsi pangan pokok dan sebagainya (Kemenkes RI, 2016).
Tahun 2012 SDKI kembali mencatat kenaikan AKI yang signifikan,
yakni dari 228 menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.
Secara nasional, indikator kinerja cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil
K4 pada tahun 2014 belum mencapai target Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Kesehatan di tahun yang sama, yakni sebesar 95%. Cakupan
persalinan secara nasional pada tahun 2014 yaitu sebesar 88,68% dimana
angka ini belum dapat memenuhi target Renstra Kementerian Kesehatan
tahun 2014 yakni sebesar 90%. Cakupan penanganan komplikasi kebidanan
secara nasional pada tahun 2014 sebesar 74,56%. Saat ini, tempat
pelayanan KB di Indonesia didominasi oleh bidan swasta (56,34%). Metode
kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah
suntikan (47,54%) dan terbanyak ke dua adalah pil (23,58%). Sedangkan
metode kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh peserta KB aktif yaitu
Metoda Operasi Pria (MOP) sebanyak 0,69%, kemudian kondom sebanyak
3,15%. Data dan informasi mengenai KB aktif di Indonesia tahun 2014.
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per
1.000 kelahiran hidup.
Data angka kematian neonatal di Jawa Tengah tahun 2014 sebesar
7,52/1.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun
2014 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 126,55/100.000
kelahiran hidup. Secara umum cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1
99,6% dan K4 93,11%. Cakupan penanganan komplikasi kebidanan di Jawa
Tengah tahun 2014 sebesar 105,4%, Cakupan penanganan neonatal risti di
Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 83,3%. Seluruh PUS yang ada, sebesar
78,6% adalah peserta KB aktif, metode kontrasepsi yang paling banyak
digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntikan (56,7%) dan terbanyak ke
dua adalah pil (14,5%).
Data dinas kesehatan Kabupaten Semarang tahun 2014 didapatkan
data AKI AKI 144,31 per 1000 KH, AKB 10,90 per 1000 KH, cakupan K4
sebesar 89,98%, cakupan pertolongan persalinan sebesar 93,72%, cakupan
pelayanan nifas 85,15%. KB aktif sebanyak 83,2%. AKI Puskesmas
Tengaran tahun 2014 ada 2 ibu, AKB ada 9 bayi.
Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu
keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan
suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat
menyebabkan kematian. OIeh karena itu, kehamilan, persalinan, nifas dan
bayi baru lahir harus ditangani oleh petugas kesehatan yang berwenang
demi kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi (Saifudin, 2006). Sebenarnya
kematian ibu dan bayi dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, seperti
pemeriksaan kehamilan yang rutin dan berkualitas, kehadiran tenaga
kesehatan yang terampil pada saat persalinan serta pemberian gizi yang
memadai pada ibu hamil, menyusui dan balita. Dari berbagai perbaikan
dilakukan semaksimal mungkin dalam menurunkan AKI dan AKB dengan
meningkatkan
pelayanan
kesehatan,
khususnya
pelayanan
asuhan
kebidanan secara komprehensif yang berfokus pada asuhan sayang ibu dan
sayang bayi yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan (JNPK-KR,
2008).
Studi pendahuluan di BPM Hj Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran
Kabupaten semarang pada bulan Oktober tahun 2015 didapatkan data
terdapat 31 ibu hamil yang melakukan ANC, K1 11 ibu, K4 5 ibu hamil.
sedangkan persalinan yang ditolong di BPM ini sebanyak 4 orang. 1 ibu
dirujuk karena hipertensi. Data pada pasien Ny Rini didapatkan HB nya
10,5%/dl hal ini dikatakan ibu mengalami anemia ringan sehingga perlu
asuhan berkelanjutan. BPM Hj Ngatini melakukan asuhan dari ANC sampai
ibu KB. Meningat setiap kehamilan dan persalinan dapat beresiko maka dan
BPM melaksanakan asuhan berkelanjutan maka penulis tertarik melakukan
asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj
Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran Kabupaten semarang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut “Bagaimana asuhan kebidanan berkelanjutan yang
sesuai pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran
Kabupaten Semarang?”.
C. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup asuhan kebidanan komprehensif ini dimulai dari
kehamilan trimester III, bersalin, nifas bayi baru lahir dan KB yang dilakukan
pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran
Kabupaten Semarang dari tanggal 10 November 2015 sampai 17 November
2015
D. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Memberikan
asuhan
kebidanan
berkelanjutan
pada
masa
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pada Ny. R umur 33
tahun di BPM Hj Ngatini, Am. Keb Kec Tengaran Kabupaten Semarang
dengan manajemen kebidanan.
2. Tujuan khusus
a. Menganalisis dan melaksanakan asuhan kehamilan yang dimulai dari
pengkajian sampai evaluasi pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj
Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran Kabupaten Semarang.
b. Menganalisis dan melaksanakan asuhan persalinan yang dimulai dari
pengkajian sampai evaluasi pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj
Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran Kabupaten Semarang.
c. Menganalisis dan melaksanakan asuhan nifas yang dimulai dari
pengkajian sampai evaluasi pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj
Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran Kabupaten Semarang.
d. Menganalisis dan melaksanakan asuhan bayi baru lahir yang dimulai
dari pengkajian sampai evaluasi pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj
Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran Kabupaten Semarang.
e. Menganalisis dan melaksanakan asuhan ibu KB yang dimulai dari
pengkajian sampai evaluasi pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj
Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran Kabupaten Semarang.
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Instansi Pendidikan
Studi kasus ini dapat dijadikan metode penilaian pada mahasiswa
dalam melaksanakan tugasnya dalam menyusun laporan studi kasus,
mendidik dan membimbing mahasiswa agar lebih terampil dalam
memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Lahan Praktik
Studi kasus ini dapat digunakan sebagai bahan masukan agar
dapat meningkatkan mutu pelayanan Kebidanan melalui pendekatan
manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL, serta
KB secara komprehensif.
3. Bagi Klien
Klien
mendapatkan
pelayanan
asuhan
kebidanan
secara
komprehensif yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan
F. Metode Penulisan
Metode penulisan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah
varney dan pendokumentasian SOAP
G. Cara Memperoleh Data
Secara garis besar pengumpulan data yang akan digunakan untuk
menyusun Karya Tulis Ilmiah Asuhan Kebidanan meliputi :
1. Wawancara
Menanyakan biodata pasien, alasan masuk dan keluhan utama,
riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu,
kontrasepsi, riwayat kehamilan sekarang, keluhan yang dirasakan ibu,
obat yang dikonsumsi, imunisasi, riwayat kesehatan ibu, riwayat alergi,
dan
riwayat
penyakit
jiwa.
riwayat
kesehatan
keluarga,
riwayat
psikososial, riwayat perkawinan, keadaan ekonomi, kebiasaan seharihari,
untuk
mengetahui
kegawatdaruratan.
kebiasaan
sehari-hari
ibu,
persiapan
2. Observasi
Mengamati secara langsung keadaan umum seperti kesadaran
ibu, berat bada sebelum hamil, berat badan sekarang, untuk mengetahui
apakah ibu mengalami obesitas atau kekurangan gizi,tinggi badan,
danlingkar lengan atas (LILA), tanda-tanda vital (TTV)
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Melakukan pemeriksaan inspeksi secara head to toe dari
kepala ke kaki pasien..
b. Palpasi
Melakukan pada muka, kelenjar limfe dan tiroid, mamae,
abdomen, vulva/vagina ekstremitas
c. Perkusi
Perkusi dilakukan pada lutut untuk menilai refleks patella kiri
dan kanan.
d.
Auskultasi
Auskultasi dilakukan peneliti pada abdomen untuk mengetahui
Detak Jantung Janin (DJJ). Auskultasi dada untuk mengetahui
adanya bunyi wheezing pada paru-paru.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung penegakan
diagnosa seperti pemeriksaan hemoglobin, protein urine dan urine
reduksi.
f.
Studi Dokumentasi
Penulis mempelajari catatan-catatan resmi/rekam medik pasien.
g. Studi Pustaka
Diambil dari buku-buku literature guna memperkaya khasanah
ilmiah yang mendukung pelaksanaan studi kasus.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari laporan komprehensif ini terdiri dari 5 bab yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
:
; Berisi Latar Belakang, Tujuan, Ruang
Lingkup, Sistematika Penulisan.
BAB
II
TINJAUAN : Berisi teori yang berhubungan dengan
TEORI :
kehamilan, persalinan, nifas bayi bari
lahir dan tinjauan teori manajemen
asuhan kebidanan menurut Helen
Varney
BAB BAB III TINJAUAN KASUS :
: Berisi
tentang
manajemen
asuhan
kebidanan kehamilan, persalinan, dan
bayi baru lahir
BAB
:
IV
Berisi pengkajian , identitas masalah,
diagnose potensial, tindakan segera
atau
kolaborasi,
pelaksanaan,
perencanaan
evaluasi
dan
kesenjangan antara teori dan praktik
Penutup
BAB V
Kesimpulan dan saran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
I.
Konsep Dasar Teori
1. Kehamilan III
a. Kehamilan TM III
Kehamilan trimester III adalah kehamilan dengan usia 28-40
minggu, masa ini merupakan suatu yang lebih berorientasi pada
realitas untuk menjadi orang tua yang menanti kelahiran anak dimana
ikatan antara orang tua dan janin yang berkembang pada trimester ini
(Manuaba, 2010).
b. Perubahan Fisiologis Kehamilan Trimester III
Menurut Varney (2006), Perubahan fisiologis yang terjadi akibat
kehamilan diantaranya :
1) Perubahan Anatomik Uterus
Pembesaran
uterus
dalam
kehamilan
turut
menyebabkan
munculnya 2 tanda kehamilan pada ibu yaitu kontraksi Braxton
hicks dan pembesaran abdomen. Braxton hick yaitu peregangan
sel-sel otot uterus. Kontraksi ini dimulai pada minggu ke-6
kehamilan dan semakin jelas terasa pada minggu ke-28
kehamilan terutama pada wanita langsing. Umumnya akan
menghilang bila melakukan latihan fisik atau berjalan. Menurut
Kusmiyati (2009), ukuran pembesaran uterus yang terjadi selama
trimester III yaitu :
a) 28 minggu : fundus uteri terletak kira-kira antara tiga jari diatas
pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosesus xifoideus (25
cm).
b) 32 minggu : fundus uteri terletak kira-kira antara ½ jarak pusat
dan prosesus xifoideus (27cm).
c) 36 minggu : fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah prosesus
xifoideus (30 cm).
d) 40 minggu : fundus uteri terletak kira-kira 3 jari dibawah
prosesus xifoedeus (33 cm).
2) Perubahan Kardiovaskular
Volume darah total ibu meningkat 30-50% pada kehamilan.
Peningkatan ini dimulai pada awal trimester I yang kemudian
meningkat pesat hingga pertengahan kehamilan dan kemudian
melambat hingga menjelang minggu ke-32. Hal ini memudahkan
sistem kardiovaskular pada ibu memenuhi kebutuhan janin.
Perubahan ini disebabkan oleh peningkatan kadar estrogen,
progesteron dan prostaglandin, dan perubahan ini akan kembali
normal setelah kehamilan berakhir.
3) Perubahan pada Ginjal
Keadaan hamil sering terjadi hidroureter dan hidronefrosis yang
diakibatkan oleh mulai keluarnya uterus dari panggul dan masuk
ke dalam abdomen sehingga menekan uretra, serta peningkatan
ukuran ginjal dan pelebaran ureter.
4) Perubahan pada Paru
Perubahan pada paru ini disebabkan oleh pengaruh hormonal dan
mekanis. Perubahan mekanis meliputi perubahan dari besar
diafragma dan lingkar thoraks yang disebabkan oleh tekanan ke
atas akibat pembesaran uterus. Sedangkan perubahan hormon
meliputi efek estrogen dan progesteron yang menyebabkan
perubahan relaksasi otot polos pada paru. Efek sampingnya
adalah volume pernapasan per menit dan peningkatan ambilan
oksigen per menit mengalami penurunan atau sering disebut
dispnea fisiologis dalam kehamilan.
5) Perubahan pada Pencernaan
Perubahan pada saluran cerna ini berada di bawah pengaruh
hormon dan mekanis. Hormon estrogen menyebabkan aliran
darah ke mulut sehingga gusi menjadi rapuh dan dapat
menimbulkan
gingivitis.
Hormon
progesteron
menyebabkan
melambatnya proses absorpsi nutrient dan mineral pada usus
halus dan konstipasi.
c. Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester III
Menurut Jannah (2012), selama kehamilan kebanyakan ibu
mengalami perubahan psikologis. Pada Trimester III, perubahan
psikologis yang biasanya terjadi yaitu mulai timbul lagi rasa tidak
nyaman akibat kehamilan dimana ibu merasa dirinya aneh dan jelek,
serta gangguan body image. Ibu pun akan khawatir bayinya lahir
sewaktu-waktu sehingga ibu akan lebih meningkatkan kewaspadaan
akan timbulnya tanda dan gejala persalinan serta ketidaknormalan
bayinya.
Sedangkan menurut Rukiyah (2009), pada trimester ini ibu mulai
menanti kehadiran sang bayi dan timbul rasa was-was mengingat
bayinya dapat lahir kapanpun sehingga membuat ibu berjaga-jaga
dan memperhatikan serta menunggu tanda dan gejala persalinan
muncul.
d. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Pada Trimester III
Kebutuhan dasar ibu hamil dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1) Kebutuhan fisik ibu hamil
Menurut Kusmiyati (2009), menyatakan bahwa kebutuhan fisik ibu
hamil meliputi :
a) Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada
manusia termasuk ibu hamil. Posisi miring kiri dianjurkan untuk
meningkatkan perfusi uterus dan oksigenasi fetoplasenta
dengan mengurangi tekanan pada vena asenden.
b) Nutrisi
Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori
perhari. Ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang
mengandung gizi seimbang yaitu karbohidrat, protein, mineral,
zat besi, dan vitamin.
c) Personal hygiene
Ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat
sehingga ibu harus menjaga kebersihan diri dengan cara
mandi 2 kali sehari dan sering mengganti pakaian dalam agar
tidak lembab.
d) Pakaian selama kehamilan
Dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai serta bahan yang
mudah menyerap keringat. Hal yg harus diperhatikan yaitu
sabuk dan stoking yang terlalu ketat karena akan mengganggu
aliran balik, sepatu dengan hak tinggi akan menambah
lordosis sehingga sakit pinggang akan bertambah.
e) Eliminasi
Dianjurkan minum 8-12 gelas cairan setiap hari. Ibu harus
cukup minum agar produksi air kemihnya cukup dan jangan
sengaja mengurangi minum untuk menjarangkan berkemih.
f) Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan
sampai akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat
sebaiknya tidak lagi berhubungan seks selama 14 hari
menjelang kelahiran. Koitus tidak dibenarkan bila :
(1) Terdapat perdarahan pervaginam.
(2) Riwayat partus prematurus.
(3) Ketuban pecah.
(4) Serviks telah membuka.
g) Mobilisasi
Ibu hamil boleh melakukan kegiatan biasa selama tidak terlalu
melelahkan.
Semua
pekerjaan
harus
sesuai
dengan
kemampuan wanita tersebut dan mempunyai cukup waktu
untuk istirahat.
h) Senam
Ibu hamil perlu menjaga kesehatan tubuhnya dengan berjalanjalan di pagi hari, renang, olagraga ringan dan senam hamil.
Senam hamil dapat dimulai pada umur kehamilan 22 minggu.
Senam bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot
sehingga dapat berfungsi secara optimal dalam persalinan
normal serta mengimbangi perubahan titik berat tubuh.
i)
Pola istirahat
Wanita dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur
khususnya seiring kemajuan kehamilannya. Ibu dianjurkan
tidur pada malam hari selama ± 8 jam dan istirahat dalam
keadaan rileks pada siang hari selama 1 jam.
2) Kebutuhan Psikologis
Menurut Rukiyah (2009), menyatakan bahwa kehamilan trimester
III sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan.
kehamilan trimester III ini, keluarga dan suami dapat memberikan
dukungan pada ibu dalam mematangkan persiapan persalinan
dengan tetap mewaspadai komplikasi yang mungkin terjadi.
Sedangkan
sebagai tenaga
kesehatan, dapat
memberikan
dukungan dengan memberikan penjelasan bahwa yang dirasakan
oleh ibu adalah normal.
e. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan Trimester III
Tidak semua wanita mengalami semua ketidaknyamanan yang umum
muncul selama kehamilan, tetapi banyak wanita mengalaminya dalam
tingkat
ringan
hingga
berat.
Menurut
Kusmiyati
(2009),
ketidaknyamanan kehamilan trimester III diantaranya:
1) Keputihan
Hal ini dikarenakan hiperplasia mukosa vagina akibat peningkatan
hormon
estrogen.
Cara
meringankan/mencegahnya
yaitu
meningkatkanpersonal hygiene, memakai pakaian dalam yang
terbuat dari katun dan menghindari pencucian vagina.
2) Nocturia (sering buang air kecil)
Hal ini diakibatkan tekanan uterus pada kandung kemih serta
ekresi sodium yang meningkat bersamaan dengan terjadinya
pengeluaran air. Cara meringankan/mencegahnya yaitu dengan
memberikan konseling pada ibu, perbanyak minum pada siang
hari namun jangan mengurangi minum pada malam hari serta
batasi minum bahan diuretika alamiah seperti kopi, teh dan cola
dengan caffein.
3) Striae gravidarum
Hal ini disebabkan oleh perubahan hormon atau gabungan antara
perubahan hormon dan peregangan. Cara menguranginya yaitu
dengan mengenakan pakaian yang menopang payudara dan
abdomen.
4) Haemoroid
Hal ini disebabkan konstipasi dan tekanan yang meningkat dari
uterus
gravid
terhadap
vena
hemoroida.
Cara
mencegah/meringankan yaitu dengan hindari konstipasi dengan
makan makanan berserat.
5) Konstipasi
Hal ini disebabkan oleh peningkatan kadar progesteron sehingga
peristaltik usus jadi lambat, penurunan motilitas akibat dari
relaksasi otot-otot halus dan penyerapan air dari kolon meningkat.
Cara mencegah/meringankan yaitu dengan meningkatkan intake
cairan, membiasakan BAB secara teratur dan segera setelah ada
dorongan.
6) Sesak nafas
Hal ini disebabkan oleh uterus yang membesar dan menekan
diafragma. Cara mencegah/meringankan yaitu dengan konseling
pada ibu tentang penyebabnya, makan tidak terlalu banyak, tidur
dengan bantal ditinggikan dan latihan nafas melalui senam hamil.
7) Nyeri ligamentum rotundum
Hal ini disebabkan oleh hipertropi dan peregangan ligamentum
selama kehamilan serta tekanan dari uterus pada ligamentum.
Cara mencegah/meringankan yaitu dengan mandi air hangat,
tekuk lutut ke arah abdomen serta topang uterus dan lutut dengan
bantalan pada saat berbaring.
8) Pusing
Hal ini disebabkan oleh hipertensi postural yang berhubungan
dengan perubahan-perubahan hemodinamis. Cara mengurangi
atau mencegah yaitu menghindari berdiri terlalu lama, hindari
berbaring dengan posisi telentang dan bangun secara perlahan
dari posisi istirahat.
9)
Varices kaki/vulva
Hal ini disebabkan oleh kongesti vena dalam bagian bawah yang
meningkat sejalan dengan kehamilan karena tekanan dari uterus.
Cara mengurangi/mencegahnya yaitu hindari berdiri/duduk terlalu
lama, senam, hindari pakaian dan korset yang ketat serta
tinggikan kaki saat berbaring/duduk.
f.
Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III
Setiap kunjungan antenatal, bidan harus mengajarkan pada ibu
bagaimana mengenal tanda-tanda bahaya dan menganjurkan untuk
datang ke klinik dengan segera jika mengalamai tanda bahaya
tersebut. Menurut Kusmiyati (2009), menyatakan bahwa tanda-tanda
bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan
lanjut diantaranya :
1) Perdarahan pervaginam
Perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada
trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan.
Perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadangkadang tidak selalu disertai dengan nyeri. Perdarahan ini bisa
disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta dan gangguan
pembekuan darah.
2) Sakit kepala yang hebat dan Perubahan visual secara tiba-tiba
Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah serius adalah sakit
kepala yang menetap, tidak hilang dengan beristirahat dan
biasanya disertai dengan penglihatan kabur. Sakit kepala yang
hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia.
3) Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri perut yang mungkin menunjukan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang
setelah beristirahat.
4) Bengkak pada muka dan tangan
Bengkak pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat
dapat menjadi tanda adanya penyakit pertanda anemia, gagal
jantung atau preeklamsia.
5) Pergerakan bayi berkurang
Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan
ke 5 atau ke 6 tapi beberapa ibu dapat merasakan gerakan
bayinya lebih awal. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam
periode 3 jam.
6) Keluar cairan pervaginam
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester III bisa
mengindikasikan ketuban pecah dini jika terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung.
g. Antenatal Care
1) Pengertian Antenatal Care
Antenatal care adalah upaya preventif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan
neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama
kehamilan (Prawirohardjo, 2010).
Antenatal care merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu
hamil
untuk
memonitor,
mendukung
kesehatan
ibu
dan
mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau bermasalah
(Rukiyah, 2009).
2) Tujuan Antenatal Care
Menurut Rukiyah (2009), menyatakan bahwa tujuan antenatal
care yaitu:
a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang ibu dan bayi.
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental
dan sosial ibu dan bayi.
c) Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d) Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan
dengan
selamat
ibu
maupun
bayinya
dengan
trauma
seminimal mungkin.
e) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian
Air Susu Ibu (ASI) ekslusif.
f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
3) Kebijakan Program
Kehamilan normal, kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan
paling sedikit 4 kali selama kehamilan. Namun apabila kehamilan
termasuk
kedalam
kehamilan
resiko
tinggi,
maka
jadwal
kunjungan harus lebih rutin untuk mendapatkan perhatian yang
lebih ketat. Bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan
antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari
kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2,
K3 dan K4. Kunjungan antenatal minimal dilakukan satu kali pada
trimester I, satu kali pada trimester II dan dua kali pada trimester
III (Prawirohardjo, 2010).
4) Standar Pelayanan Asuhan Minimal Antenatal
Menurut KemenKes (2012), menyatakan bahwa ketika melakukan
pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan
pelayanan yang berkualitas sesuai standar yang terdiri dari :
a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penambahan berat badan yang >9 kg selama kehamilan atau
>1 kg setiap bulannya menunjukan adanya gangguan
pertumbuhan janin. Total pertambahan berat badan pada
kehamilan yang normal rata-rata 6,5-16 kg (Pantiawati, 2010).
Tinggi badan ibu hamil <145 cm meningkatkan risiko untuk
terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion).
b) Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi
(tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada kehamilan dan
preeklampsia (hipertensi disertai oedema wajah dan atau
tungkai bawah dan atau proteinuria).
c) Nilai status gizi (Ukur lingkar lengan atas/LiLA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh
tenaga kesehatan di trimester I. Pengukuran ini berguna untuk
skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi Kronis (KEK) dimana
LilA < 23,5 cm.
d) Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Pengukuran TFU dilakukan pada setiap kunjungan antenatal
untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai/tidak dengan
umur kehamilan. Standar pengukuran menggunakan pita
pengukur setelah kehamilan 24 minggu.
e) Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II
dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui letak janin.
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. DJJ <120x/menit atau
>160x/menit menunjukan adanya gawat janin.
f) Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid lengkap
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil
harus mendapatkan imunisasi TT. Pada saat kontak pertama,
ibu diskrining status imunisasi T-nya. Pemberian imunisasi TT
pada ibu hamil disesuaikan dengan status imunisasi T ibu saat
ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar
mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil
dengan status imunisasi T5 (TT long life) tidak perlu diberikan
imunisasi TT lagi.
g) Beri tablet zat besi
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus
mendapatkan tablet zat besi dan asam folat 90 tablet selama
kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.
h) Periksa laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil
adalah
pemeriksaan
Pemeriksaan
laboratorium
laboratorium
rutin
rutin
adalah
dan
khusus.
pemeriksaan
laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu
golongan darah, hemoglobin darah dan pemeriksaan spesifik
daerah endemis (malaria, HIV dan lain-lain). Sementara
pemeriksaan
laboratorium
khusus
adalah
pemeriksaan
laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil
yang melakukan kunjungan antenatal.
i)
Tatalaksana/penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil
pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan
pada
ibu
hamil
harus
ditangani
sesuai
standar
dan
kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat
ditangani, dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
j)
Temu wicara/konseling
Menurut Pantiawati (2010), menyatakan bahwa dari temu
wicara dapat membantu ibu memahami kehamilannya dan
sebagai upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak diinginkan
serta membantu ibu hamil untuk menemukan kebutuhan
asuhan selama kehamilan.
k) Temu wicara dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran
suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan,
tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi
komplikasi,
asupan
gizi
seimbang,
gejala
penyakit menular dan tidak menular, penawaran untuk
melakukan testing dan konseling HIV di daerah tinggi terinfeksi
HIV, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI ekslusif, KB
pascasalin, imunisasi dan brain booster.
5) Kebijakan Teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau
komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil
memerlukan pemantauan selama kehamilannya (Rukiyah, 2009).
Menurut Rukiyah (2009), menyatakan bahwa penatalaksanaan ibu
hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai
berikut:
a) Mengupayakan kehamilan yang sehat.
b) Melakukan
deteksi
dini
komplikasi,
melakukan
penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.
c) Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
d) Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi komplikasi.
6) Asuhan Kunjungan Kehamilan
a) Asuhan Kunjungan Awal
Kunjungan awal adalah kunjungan antenatal yang pertama kali
dilakukan oleh ibu hamil. Tujuannya untuk mengumpulkan
informasi mengenai ibu hamil yang dapat membantu bidan
dalam membina hubungan yang baik dan rasa saling percaya
antara
ibu
dan
bidan,
mendeteksi
komplikasi
serta
merencanakan asuhan khusus yang dibutuhkan ibu (Jannah,
2012).
Menurut
Jannah
(2012),
tahapan
pemeriksaan
pada
kunjungan ini yaitu :
(1) Anamnesa
Isi riwayat pada kunjungan awal yaitu informasi
biodata, keluhan utama, riwayat reproduksi meliputi siklus
haid dan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), usia
kehamilan dan taksiran persalinan (menggunakan rumus
naegele), riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu, riwayat kehamilan sekarang meliputi tanda-tanda
kehamilan dan pergerakan janin, keluhan yang dirasakan,
riwayat
kesehatan
sekarang
dan
yang
lalu,
data
psikososial dan pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
(2) Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium
Tujuan
mendeteksi
dari
pemeriksaan
ini
komplikasi-komplikasi
adalah
untuk
kehamilan.
Pemeriksaan fisik ini meliputi tinggi badan, berat badan,
Tanda-Tanda Vital (TTV), head to toe, pemeriksaan
obstetrik
meliputi
palpasi
leopold.
Sedangkan
tes
laboratorium meliputi tes haemoglobin, protein urin,
glukosa urin serta golongan darah. Tes ini dapat dipakai
untuk menilai adanya masalah pada ibu hamil dan jika
ditangani akan mencegah kesakitan dan kematian pada
ibu dan anak.
b) Asuhan Kunjungan Ulang
Kunjungan ulang adalah setiap kali kunjungan yang dilakukan
setelah kunjungan antenatal pertama sampai memasuki
persalinan (Jannah, 2012).
Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesahatan yang kedua dan seterusnya untuk mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai dengan standar antenatal selama
1 periode kehamilan berlangsung (Pemantauan Wilayah
Setempat-Kesehatan Ibu dan Anak).
Tujuan
kunjungan
mempersiapkan
ini
adalah
kelahiran
dan
pendeteksian
komlikasi,
kegawatdaruratan
serta
pemeriksaan fisik terfokus (Jannah, 2012).
Menurut
Jannah
(2012),
tahapan
pemeriksaan
pada
kunjungan ini yaitu :
(1) Anamnesa
Kunjungan ulang, anamnesa difokuskan pada
penemuan masalah yang terjadi serta aspek-aspek yang
menonjol pada wanita hamil, mengevaluasi keefektifan
asuhan, mendeteksi ketidaknyamanan dan komplikasi
yang ibu alami dan pergerakan janin selama 24 jam
terakhir (usia kehamilan ± 20 minggu).
(2) Pemeriksaa Fisik dan Laboratorium
Kunjungan ulang, pemeriksaan fisik hanya sebatas
memeriksa TTV dan pemeriksaan Leopold. Sedangkan tes
laboratorium yang perlu diperiksa tergantung dari hasil
anamnesa dan pemeriksaan fisik jika ibu mempunyai salah
satu
tanda
preeclampsia
bahaya
berat,
pada
anemia
kehamilan,
dan
penyakit
misalnya
diabetes
mellitus.
2. Persalinan
a. Definisi Persalinan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18-24 jam
tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Sumarah, 2009).
Persalinan
adalah
rangkaian
proses
yang
berakhir
dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu (Varney, 2007).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu, persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada servix (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (JNPK-KR, 2008).
b. Sebab-Sebab Yang Menimbulkan Persalinan
Menurut Sumarah (2009), ada beberapa teori yang menyatakan
sebab-sebab yang menimbulkan persalinan yaitu :
1) Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam
batas tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat mulai.
2) Teori penurunan progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
3) Teori oksitosin internal
Oksitosin
dikeluarkan
oleh
kelenjar
hipofisis
pars
posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron
dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi
kontraksi braxton his.
4) Teori prostaglandin
Konsentrasi
prostaglandin
meningkat
sejak
umur
kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian
prostagalandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga terjadi persalinan.
5) Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis
Teori
ini
menunjukkan
pada
kehamilan
dengan
anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak
terbentuk hipotalamus.
6) Teori berkurangnya nutrisi
Berkurangnya
nitrisi
pada
janin
dikemukakan
oleh
Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin
berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
7) Faktor lain
Tekanan
pada
ganglion
servikale
dari
fleksus
frankenhause yang terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini
tertekan maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan.
c. Tanda dan Gejala Persalinan
Menurut Sumarah (2009), tanda-tanda persalinan sudah dekat
yaitu terjadinya his permulaan (Braxton Hicks) sehingga pada minggu
ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala
janin sudah masuk pintu atas panggul (PAP). Gambaran ini sangat
jelas pada ibu primigravida sedangkan pada multigravida kurang jelas
karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang
persalinan.
Menurut Varney (2007), tanda dan gejala menjelang persalinan antara
lain perasaan distensi abdomen berkurang (lightening), perubahan
serviks, ketubah pecah dini, bloody show, lonjakan energy dan
gangguan pada saluran cerna.
Menurut JNPK-KR (2008), tanda dan gejala persalinan yaitu :
1) Penipisan dan pembukaan serviks.
2) Kontraksi
uterus
yang
mengakibatkan
(frekuensi minimal 2x dalam 10 menit).
perubahan
serviks
3) Keluar cairan lendir bercampur darah (bloody show) melalui
vagina.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut
Sumarah
(2009),
ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi persalinan antara lain :
1) Passage (Jalan Lahir)
Passage ini terdiri dari jalan lahir keras yaitu panggul dan
jalan lahir lunak yaitu segmen bawah rahim, serviks, vagina,
introitus vagina dan vulva, muskulus dan ligamentum yang
menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul.
2) Passanger (Janin dan Plasenta)
Passanger ini terdiri janin dan plasenta. Beberapa faktor
yang harus diperhatikan pada janin yaitu ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap dan posisi janin.
3) Power (Kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi
involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan
janin dan plasenta dari uterus.
4) Psikiologis
Dukungan psikologis dari orang-orang terdekat akan
membantu
memperlancar
proses
persalinan
yang
sedang
berlangsung. Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan
menciptakan suasana yang nyaman dalam kamar bersalin,
memberi sentuhan, memberi penenangan nyeri non farmakologi
dan yang paling penting berada di sisi ibu adalah bentuk
dukungan psikologis.
5) Posisi
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Ada beberapa jenis posisi yang dapat digunakan
dalam proses persalinan diantaranya posisi berdiri, duduk,
setengah duduk, jongkok, merangkak dan berbaring miring ke kiri.
Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala II
karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari
posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi uteroplasenter tetap baik.
e. Tahapan Persalinan
1) Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I persalinan dimulai ketika telah tercapai kontraksi uterus
dengan frekuensi, intensitas dan durasi yang cukup untuk
menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Oleh
karena itu kala I disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks
(Prawirohardjo, 2010).
Persalian kala I adalah kala pembukaan servik yang
berlangsung
antara
pembukaan
nol
sampai
pembukaan
sepuluh/lengkap. Proses ini dapat berlangsung ± 18-24 jam
(Sumarah, 2009).
Menurut Sumarah (2009), menyatakan bahwa kala I ini dibagi
menjadi 2 fase yaitu:
a) Fase Laten
Fase laten ini dimulai dari pembukaan servix sampai 3 cm
dan biasanya berlangsung ± 8 jam. Pada fase ini his
pembukaan berlangsung tidak terlalu kuat sehingga ibu masih
dapat berjalan-jalan (Sumarah, 2009).
b) Fase aktif
Fase ini dimulai dari pembukaan 4 cm sampai 10 cm. Pada
fase ini frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat
secara bertahap dan biasanya disertai dengan penurunan
bagian terbawah janin (JNPK-RI, 2008). Dalam fase aktif ini
masih dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu fase akselerasi dimana
dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm, fase
dilatasi maksimal dimana dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm
dan fase deselerasi dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 9
cm menjadi 10 cm (Sumarah, 2009).
Berdasarkan kurve Fridman, diperhitungkan pembukaan pada
primigravida 1 cm per jam sedangkan pada multigravida 2 cm
per jam (Prawirohardjo, 2010).
2) Kala II (Kala Pengeluaran janin)
Kala II di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut
sebagai kala pengeluaran bayi (JNPK-KR, 2008).
Menurut JNPK-KR (2008), tanda dan gejala kala II
persalinan adalah
a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan
vagina.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva, vagina dan sfingter ani membuka.
e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Adapun tanda pasti kala II yaitu pembukaan serviks telah
lengkap dan terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
(JNPK-KR,2008). Proses kala II berlangsung ± 2 jam pada
primigravida dan ± 1 jam pada multigravida (Sumarah, 2009).
3) Kala III
Kala III dimulai setelah lahirnya bayi sampai lahirnya
plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Sumarah,
2009). Menurut JNPK-KR (2008), tanda-tanda lepasnya plasenta
yaitu :
a) Adanya perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di
bawah pusat setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti
buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat
(seringkali mengarah ke sisi kanan).
b) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld).
c) Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi.
Apabila kumpulan darah (retroplasenta pooling) dalam ruang
diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta
melebihi kapasitas tampungannya maka darah tersembur
keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
4) Kala IV
Kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam
sesudahnya
(Sumarah,
2009).
Menurut
JNPK-KR
(2008),
mengatakan bahwa adapun asuhan yang harus dilakukan setelah
plasenta lahir yaitu :
a) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang
uterus berkontraksi baik dan kuat.
b) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tangan secara
melintang dengan pusat sebagai patokan.
c) Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan.
d) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau
episiotomi) perineum.
e) Evaluasi keadaan umum ibu.
f) Dokumentasi semua semua asuhan selama persalinan kala IV
dibagian belakang partograf, segera setelah asuhan dan
penilaian dilakukan.
f.
Asuhan Pada Tahap Persalinan
Asuhan pada tahapan persalinan meliputi :
1) Kala I
Kebutuhan ibu pada kala I meliputi pemantauan kemajuan
persalinan,
dukungan
persalinan,
pengurangan
rasa
sakit,
persiapan persalinan, pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologi
ibu dan deteksi dini komplikasi pada kala I (Sumarah, 2009).
Asuhan sayang ibu antara lain memberi dukungan
emosional, mengatur posisi yang nyaman bagi ibu, cukup asupan
cairan dan nutrisi, keleluasaan untuk mobilisasi, termasuk
kekamar kecil, penerapan prinsip pencegahan infeksi yang sesuai
(JNPK-KR, 2008).
2) Kala II
Menurut Sumarah (2009), kebutuhan ibu pada kala II
meliputi kehadiran pendamping saat persalinan, pengurangan
rasa nyeri dan deteksi komplikasi pada kala II. Sedangkan
menurut Varney (2004), pengurangan rasa nyeri dapat dilakukan
dengan cara mendukung persalinan, mengatur posisi, relaksasi,
latihan nafas, istirahat, menjaga privasi, memberikan KIE tentang
proses/kemajuan
persalinan
dan
prosedur
pertolongan
persalinan.
3) Kala III
Menurut JNPK-KR (2008), manajemen aktif kala tiga terdiri
dari 3 langkah utama yaitu pemberian suntikan oksitosin dalam 1
menit pertama setelah bayi lahir, melakukan peregangan tali pusat
terkendali dan masase fundus uteri. Hal ini berguna untuk
mempersingkat kala III, mengurangi jumlah kehilangan darah dan
kejadian retensio uteri. Pemantauan kala III meliputi penilaian
jumlah
perdarahan,
kontraksi
uterus,
TTV
dan personal
hygiene. Sedangkan kebutuhan ibu pada kala III yaitu ketertarikan
ibu pada bayinya, perhatian pada dirinya dan keadaan plasenta.
4) Kala IV
Menurut JNPK-KR (2008), asuhan dan pemantauan kala
IV dilakukan selama 2 jam sejak plasenta lahir. Asuhan dan
pemantauan ini meliputi :
a) Memperkirakan kehilangan darah
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah melihat
volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa
banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah tersebut.
Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah
yaitu melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Jika
perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing, kesadaran
menurun serta TD sistolik turun > 10 mmHg dari kondisi
sebelumnya maka telah terjadi perdarahan > 50% dari total
jumlah darah ibu (2000-2500ml).
b) Memeriksa perdarahan dari perineum
Perhatiakan dan temukan penyebab dari laserasi/robekan
perineum dan vagina. Menurut JNPK-KR (2008), laserasi
diklarifikasikan menjadi 4 derajat yaitu :
(1) Derajat I: laserasi mengenai mukosa vagina, komisura
posterior dan kulit perineum. Pada derajat ini tidak perlu
dijahit jika tidak ada perdarahan.
(2) Derajat II: laserasi mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum dan otot perineum. Pada derajat
ini perlu dilakukan penjahitan.
(3) Derajat III: laserasi mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot sfingter
ani. Pada derajat ini perlu dilakukan penjahitan.
(4) Derajat IV: laserasi mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani
dan dinding depan rektum. Pada derajat ini perlu dilakukan
penjahitan.
Tujuan penjahitan yaitu untuk menyatukan kembali jaringan
tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.
Penjahitan ini dapat digunakan teknik penjahitan jelujur.
Adapun
keuntungannya
yaitu
mudah
dipelajari,
tidak
terlalu nyeri karena lebih sedikit benang yang digunakan serta
menggunakan lebih sedikit jahitan.
Menurut JNPK-KR (2008), hal yang perlu diingat dalam
melakukan penjahitan diantaranya :
(1) Tidak usah menjahit laserasi derajat I yang tidak
mengalami perdarahan dan mendekat dengan baik.
(2) Gunakan sedikit mungkin jahitan untuk mendekatkan
jaringan dan memastikan hemostasis.
(3) Selalu gunakan teknik aseptik.
(4) Menggunakan anastesi lokal untuk asuhan sayang ibu.
Setelah
dilakukan
penjahitan, bidan hendaklah
memberikan nasehat kepada ibu. Hal ini berguna agar ibu
selalu menjaga dan merawat luka jahitannya. Adapun nasehat
yang diberikan menurut JNPK-KR (2008), diantaranya:
(1) Menjaga perineum ibu selalu kering dan bersih.
(2) Hindari
penggunaan
obat-obat
tradisional
pada
perineumnya.
(3) Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang
mengalir 3-4 kali perhari.
(4) Kembali dalam 1 minggu untuk memeriksa penyembuhan
lukanya. Ibu harus kembali lebih awal jika ia mengalami
demam, mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari
daerah lukanya/jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri
c) Pencegahan infeksi
Setelah persalinan, dekontaminasi semua yang digunakan
selama proses persalinan baik alat maupun tempat.
d) Pemantauan keadaan umum ibu
Pemantauan keadaan umum ibu pada kala IV dilakukan
selama 2 jam pertama persalinan. Pemantauan dilakukan
setiap 15 menit pada jam I dan setiap 30 menit pada jam II.
Hal-hal yang dipantau meliputi Tekanan Darah (TD), Nadi (N),
Suhu (S), Tinggi Fundus Uteri (TFU), kontraksi, jumlah urin
dan jumlah darah keluar. Hasil pemantauan ini dapat dicatat
dilembar belakang patograf.
g. Patograf
Patograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR,
2008).
Patograf adalah alat untuk mencatat hasil observasi dan
pemeriksaan fisik ibu dalam proses persalinan serta merupakan alat
utama dalam mengambil keputusan klinik khususnya pada persalinan
kala I (Sumarah, 2009).
Menurut JNPK-KR (2008), tujuan utama dari penggunaan patograf
adalah untuk :
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui periksa dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan
terjadinya partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
bayi,
grafik
medikamentosa
kemajuan
yang
proses
persalinan,
diberikan,
pemeriksaan
bahan
dan
laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan/tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status/rekam
medic ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Menurut JNPK-KR (2008), mengatakan bahwa komponenkomponen dalam patograf meliputi :
1) Kemajuan Persalinan
a) Pembukaan Serviks
(1) Fase laten dari pembukaan 0-3 cm diikuti dengan
penipisan bertahap dari serviks (tidak lebih dari 8 jam).
(2) Fase aktif dari pembukaan 4-10 cm dengan kecepatan
sekurang-kurangnya 1 cm 1 jam.
(3) Dinilai setiap 4 jam dan diberikan tanda (x).
(4) Pemeriksaan turun kepala janin membantu menentukan
kemajuan persalinan.
(5) Pemeriksaan turun kepala janin dilakukan dengan periksa
dalam dan catat dengan tanda (o) atau paruh kepala atas
berada dibawah symphisis pubis.
b) His
His diamati menurut frekuensi, lamanya, kekuatan dan
relaksasi.
(1) His dinilai berapa kali dalam 10 menit dan dicatat setiap
setengah jam
(2) Ada 3 cara mengarsir lama HIS yaitu
(a) < 20 detik (berupa titik-titik)
(b) 20-40detik (garis miring/arsiran)
(c) >40 detik (dihitamkan penuh)
(3) Catatan HIS dibuat pada waktu yang tepat pada partograf
2) Keadaan Janin
a) Denyut Jantung
(1) Catat
setiap
30
menit
menggambarkan 30 menit.
sekali
dan
satu
kotak
(2) Dengarkan denyut jantung janin segera setelah puncak
HIS dilalui dengan ibu dalam posisi miring kalau mungkin.
(3) Denyut jantung janin normal berkisar antara 100-180
x/menit.
(4) Dengarkan denyut jantung janin selama 1 menit.
b) Selaput dan air ketuban
Catat warna air ketuban setiap melakukan periksa dalam.
Kriteria pencatatan selaput dan air ketuban meliputi :
U : Selaput utuh
J : Selaput pecah air ketuban jernih
M : Air ketuban bercampur mekonium
D : Air ketuban bernoda darah
K : Tidak ada cairan ketuban / kering
c) Moulage tulang kepala janin
Merupakan petunjuk penting adanya disporposi kepala
janin dan panggul ibu. Catat setiap melakukan periksa dalam.
Kriteria dalam pencatatan moulage tulang kepala janin
meliputi:
0
= Sutura terpisah
1
= Sutura (pertemuan dua tulang tengkorak)
2
= Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
3
= Sutura tumpang tindih hebat
3) Keadaan Ibu
a) Nadi, tekanan darah dan suhu
(1) Nadi : dicatat setiap 30-60 menit dan ditandai dengan
sebuah titik besar (●).
(2) Tekanan darah : dicatat setiap 4 jam dan ditandai dengan
anak panah ( ↕ ).
(3) Suhu dicatat setiap 2 jam.
b) Urin : volume, protein dan aseton.
(1) Catat setiap ibu berkemih
(2) Adakah protein atau aseton dalam urin.
c) Obat yang diberikan.
d) Pemberian oxytosin.
Jika memakai oxytosin, catatlah banyaknya oxytosin per
volume cairan infus dan dalam tetesan permenit.
Sedangkan pada bagian belakang patograf merupakan
bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses
persalinan dan kelahiran bayi serta tindakan-tindakan yang
dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir. Itulah
sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan.
Catatan persalinan ini terdiri dari data/informasi umum, kala I,
kala II, kala III, bayi baru lahir dan kala IV.
3. Nifas
a. Definisi Nifas
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
(Saleha, 2009).
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan
selaput janin hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada
kondisi tidak hamil (Varney, 2007).
Masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu atau 42 hari setelah itu (Prawirohardjo, 2010).
Secara garis besar, terdapat 3 proses penting di masa nifas yaitu
involusi atau pengecilan rahim, kekentalan darah kembali normal dan
proses laktasi atau menyusui (Saleha, 2009).
b. Tahapan Masa Nifas
Adapun tahapan-tahapan masa nifas menurut Saleha (2009) yaitu:
1) Periode Immediate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.
Pada
masa
ini,
bidan
dengan
teratur
harus
melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah
dan suhu.
2) Periode Early Postpartum
Masa setelah 24 jam sampai 1 minggu. Bidan harus
memastikan involusi berjalan normal, lokhea tidak berbau busuk,
tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan serta
dapat menyusui dengan baik.
3) Periode Late Postpartum
Masa setelah 1 minggu sampai 5 minggu. Pada masa ini,
bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling KB.
c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsurangsur
kembali
seperti
keadaan
sebelum
hamil.
Perubahan
keseluruhan alat genitalia ini disebut involusi. Menurut Saleha (2009),
perubahan-perubahan yang terjadi antara lain :
1) Uterus
Otot-otot uterus segera berkontraksi setelah postpartum.
Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot
uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan
setelah plasenta dilahirkan. Segera setelah plasenta lahir, uterus
berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis
atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama
dan kemudian mengerut sehingga dalam 2 minggu telah turun
masuk ke dalam rongga pelvis dan tidak dapat di raba lagi dari
luar.
2) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri
dan vagina selama masa nifas. Lochea ini dibagi menjadi 3 jenis
yaitu :
a) Lochea Rubra
Lochea ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan
meconium selama 2 hari pasca persalinan. Inilah lochea yang
akan keluar selama 2-3 hari postpartum.
b) Lochea Sanguilenta
Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
yang keluar pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
c) Lochea Serosa
Lochea ini berwarna merah jambu kemudian menjadi
kuning yang keluar pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
Lochea ini mengandung cairan serosa, jaringan desidua,
leukosit dan eritrosit.
d) Lochae Alba
Lochea ini berwarna putih yang keluar dari hari ke 14
kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali
berhenti sampai 1 atau 2 minggu berikutnya.
3) Endometrium
Perubahan
pada
endometrium
adalah
timbulnya
thrombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi. Pada
hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3
hari mulai rata sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut
pada bekas implantasi plasenta.
4) Serviks
Segera
setelah
melahirkan,
serviks menjadi sangat
lembek, kendur dan terkulai. Beberapa hari setelah persalinan
lubang serviks lambat laun mengecil. Pada 4 minggu postpartum,
rongga serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan
sebelum hamil.
5) Vagina
Secara berangsur-angsur luas vagina akan berkurang
setelah melahirkan tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran
seorang nulipara.
6) Payudara
Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan
hormon saat melahirkan. Selama kehamilan, jaringan payudara
tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan
bagi bayi. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan
plasenta
tidak
ada
lagi,
maka
kelenjar
pituitary
akan
mengeluarkan prolaktin. Sampai hari ketiga, efek prolaktin mulai
dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi
darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit.
Disinilah sel-sel acini yang menghasilkan ASI mulai berfungsi.
7) Sistem Pencernaan
Ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah
terjadi ileus paralitikus yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak
adanya peristaltik usus. Penyebabnya adalah penekanan buah
dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak
peristaltic usus serta bisa terjadi karena pengaruh psikis takut
BAB karena adanya luka jahitan perineum.
8) Sistem Perkemihan
Umunya ibu nifas mengalami diuresi atau sulit untuk
kencing diakibatkan pelvis ginjal dan uretra yang teregang dan
berdilatasi selama kehamilan, namun akan kembali normal pada
akhir minggu keempat setelah melahirkan.
9) Sistem Muskuloskeletal
Ligament-ligamen,
fasia
dan
diafragma
pelvis
yang
meregang sewaktu kahmilan dan persalinan berangsur-angsur
kembali seperti sediakala umumnya pada 6-8 minggu postpartum.
10) Sistem Endokrin
Selama masa nifas terdapat perubahan pada sistem
endokrin, terutama pada hormon oksitosin, prolaktin, estrogen dan
progesteron. Pada masa nifas, hormon oksitosin berfungsi untuk
mempertahankan
kontraksi
uterus
sehingga
mencagah
perdarahan, hormon prolaktin berperan dalam pembesaran
payudara untuk merangsang produksi asi.
11) Tanda-Tanda Vital
Umumnya, suhu tubuh wanita setelah melahirkan dapat
naik ± 0,5 0C dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi
380C. pada 2 jam pertama melahirkan, umumnya suhu badan
akan kembali normal. Denyut nadi pasca persalinan umumnya
labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernapasan
akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti
keadaan semula.
12) Sistem Hematologi dan Kardiovaskular
Selama beberapa hari pertama postpartum, kadar leukosit
akan
meningkat
tanpa
adanya
kondisi
patologis.
Jumlah
hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan sangat bervariasi pada
awal-awal masa nifas akibat dari volume darah, volume plasma
dan volume sel darah yang berubah-ubah. Namun kadar semua
unsur darah akan kembali normal pada keadaan tidak hamil pada
akhir masa nifas.
d. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Saleha (2009), menyatakan bahwa tujuan dari pemberian
asuhan kebidanan pada masa nifas adalah:
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologi.
2) Mendeteksi
masalah,
mengobati
dan
merujuk
bila
terjadi
komplikasi pada ibu dan bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari.
4) Memberikan pelayanan KB.
e. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas
Menurut Saleha (2009), menyatakan bahwa kunjungan masa nifas
dilakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai
status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi serta
menangani masalah-masalah yang terjadi.
Menurut Saleha (2009), menyatakan bahwa frekuensi kunjungan,
waktu kunjungan dan tujuan kunjungan masa nifas yaitu sebagai
berikut :
1) Kunjungan pertama
Kunjungan pertama dilakukan 6-8 jam setelah persalinan dengan
tujuan sebagai berikut :
a) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan
memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut.
c) Memberikan
konseling
pada
ibu
dan
keluarga
cara
pencegahan perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI.
e) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2) Kunjungan Kedua
Kunjungan kedua dilakukan 6 hari setelah persalinan dengan
tujuan sebagai berikut :
a) Memastikan involusi uteri berjalan normal.
b) Menilai
adanya
tanda-tanda
infeksi
atau
kelainan
pascapersalinan.
c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik tanpa ada tanda-tanda
penyulit.
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada
bayi.
3) Kunjungan ketiga
Kunjungan ketiga dilakukan 2 minggu setelah persalinan. Tujuan
kunjungan ketiga ini sama halnya seperti kunjungan kedua.
4) Kunjungan keempat
Kunjungan keempat ini dilakukan 4 minggu setelah persalinan
dengan tujuan untuk menanyakan kepada ibu tentang penyulitpenyulit yang dialami ibu atau bayinya serta memberikan
konseling KB secara dini kepada ibu.
f.
Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
Menurut Saleha (2009), menyatakan bahwa kebutuhan dasar ibu
nifas antara lain :
1) Nutrisi dan Cairan
Pada masa nifas, masalah diet perlu mendapat perhatian
yang serius. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi,
cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan guna
mempercepat penyembuhan ibu dan produksi ASI. Ibu nifas harus
mengkonsumsi
makanan
dengan
diet
berimbang,
minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari, minum tablet Fe setidaknya
selama 40 hari pascasalin serta minum kapsul vitamin A 200.000
unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASI.
2) Ambulasi
Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat
tidur dalam 24-48 jam postpartum. Keuntungan dari ambulasi ini
adalah agar ibu merasa lebih sehat dan kuat, faal usus dan
kandung kemih lebih baik serta memungkinkan kita dalam
mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu masih
dirawat.
Namun
ambulasi
ini
tidak
dibenarkan
pada
ibu
postpartum dengan penyulit.
3) Eliminasi
Kebanyakan ibu postpartum mengalami kesulitan untuk
berkemih. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya tekanan
intraabdominal, otot-otot perut masih lemah, edema pada uretra
dan dinding kandung kencing kurang sensitive. Umumnya ibu
diharapkan dapat BAK dalam 6 jam postpartum, namun jika dalam
8 jam postpartum belum dapat berkemih juga maka bisa dilakukan
katetrisasi. Sedangkan BAB, diharapkan 2 hari setelah postpartum
ibu nifas sudah dapat BAB, namun jika 3 hari belum juga BAB,
maka dapat diberikan pencahar per oral atau per rectal.
4) Personal Hygiene
Masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap
infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk
mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat
tidur dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.
5) Istirahat dan Tidur
Ibu nifas sangat dianjurkan sekali untuk istirahat yang
cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Kekurangan
istirahat pada masa nifas akan mempengaruhi produksi ASI,
memperlambat proses involusi uterus, memperbanyak perdarahan
serta menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri.
6) Aktivitas Seksual
Secara fisik, ibu nifas aman untuk memulai hubungan sex
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau
dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Namun banyak
budaya yang mempunyai tradisi menunda sampai 40 hari pasca
melahirkan. Oleh karena itu, keputusan ini tergantung pada
pasangan yang bersangkutan.
7) Latihan dan Senam Nifas
Sebagai akibat kehamilan, dinding perut menjadi lembek
dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang membuat
keindahan tubuh akan sangat terganggu. Oleh karena itu, ibu nifas
akan selalu berusaha untuk memulihkan dan mengencangkan
keadaan dinding perut. Salah satu cara untuk mengembalikan
bentuk tubuh menjadi indah dan langsing kembali adalah dengan
melakukan latihan dan senam nifas.
g. Tanda Bahaya Masa Nifas
Menurut Prawirohardjo (2010), menyatakan bahwa
tanda bahaya
nifas yaitu suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya
bahaya/komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas. Tandatanda bahaya nifas diantaranya :
1) Perdarahan pervaginam.
2) Pengeluaran lochea yang berbau busuk.
3) Sub involusi uteri.
4) Nyeri pada perut dan pelvis.
5) Pusing dan lemas berlebihan.
6) Suhu tubuh ibu >380c.
4. Bayi Baru Lahir
a. Definisi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan
37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram (Dewi, 2010).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37-42 minggu, dengan berat badan 2500-4000
gram, nilai Apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2010).
b. Ciri- ciri Bayi Normal
Menurut Dewi (2010), menyatakan bahwa sebagai berikut:
1) Lahir aterm antara 37-42 minggu
2) Berat badan 2500-4000 gram.
3) Panjang badan 48-52 cm.
4) Lingkar kepala 33-35 cm.
5) Lingkar dada 30-38 cm.
6) Lingkar lengan 11-12 cm.
7) Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.
8) Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
9) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tampak
sempurna.
10) Kuku agak panjang dan lemas.
11) Nilai APGAR >7.
12) Gerakan aktif.
13) Bayi lahir langsung menangis kuat.
14) Testis sudah turun pada anak laki-laki dan genitalia labia mayora
telah menutupi labia minora pada anak perempuan.
15) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
16) Refleks morrow sudah baik dimana jika bayi dikagetkan akan
memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk.
17) Refleks graff sudah baik dimana bila diletakkan suatu benda ke
telapak tangan maka akan menggenggam.
18) Refleks rooting sudah baik dimana dengan rangsang taktil pada
pipi/daerah mulut maka bayi akan mencari sumber rangsangan.
19) Refleks suckling sudah baik dimana bayi dapat menghisap
20) Eliminasi akan keluar dalam 24 jam pertama ditandai dengan
keluarnya mekonium berwarna hitam kecoklatan.
c. Adaptasi Bayi Baru Lahir
Saat lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat
tergantung menjadi mandiri. Terjadi banyak perubahan yang dialami
oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna ke
lingkungan eksterna. Menurut Rukiyah (2010), menyatakan bahwa
perubahan tersebut diantaranya yaitu :
1) Sistem Pernafasan
Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama
bayi yaitu hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar serta tekanan terhadap rongga dada selama
persalinan. Upaya pernafasan pertama bayi berguna untuk
mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan
jaringan alveolus dalam paru untuk pertama kali.
2) Sistem Peredaran darah
Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk
mengambil O2dan mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat
sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus
terjadi 2 perubahan besar yaitu penutupan foramen ovale pada
atrium jantung dan penutupan duktus arteriosus antara paru dan
aorta. Hal ini terjadi akibat pemotongan tali pusat serta usaha
pernafasan pertama saat bayi lahir.
3) Sistem Pengaturan Tubuh
a) Pengaturan Suhu
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban
menguap melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi.
Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha utama
bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui
penggunaan lemak coklat.
b) Mekanisme Kehilangan Panas
Bayi dapat kehilangan panas tubunya melalui cara-cara
berikut yaitu evaporasi, konduksi, konveksi dan radiasi.
4) Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam
jumlah tertentu. Pada BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu
cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan kadar gula dapat dilakukan
dengan
cara-cara
berikut
yaitu
melalui
penggunaan
ASI,
penggunaan cadangan glikogen dan pembuatan glukosa dari
sumber lain terutama lemak.
5) Perubahan Sistem Gastrointestinal
Kemampuan menelan dan mencerna makanan terbatas
pada bayi. Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc
dan bertambah secara lambat sesuai pertumbuhan janin.
Hubungan antara esophagus bawah dan lambung bayi masih
belum sempurna yang berakibat gumoh.
6) Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan
terhadap infeksi. Kekebalan alami yang dimiliki bayi diantaranya
dari perlindungan oleh kulit membrane mukosa, fungsi jaringan
saluran pernafasan, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan
usus serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
d. Penanganan Bayi Baru Lahir
Menurut JNPK-KR (2008), komponen asuhan bayi baru lahir meliputi :
1) Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi
mikroorganisme yang terpapar/terkontaminasi selama proses
persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir.
Untuk tidak menambah resiko infeksi, maka sebelum menangani
BBL harus :
a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan
bayi.
b) Pakai
handscoon
dimandikan.
saat
menangani
bayi
yang
belum
c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan telah di
DTT/sterilisasi.
d) Pastikan semua yang digunakan untuk bayi dalam keadaan
bersih.
2) Penilaian Segera Setelah Lahir
Penilaian keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah lahir
dengan penggunaan nilai Apgar. Penilaian ini perlu untuk menilai
bayi apakah bayi menderita asfiksia/tidak. Adapun penilaian
meliputi frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot, warna kulit
dan reaksi terhadap rangsangan. Bayi dikatakan normal jika nilai
APGAR 7-10, asfiksia sedang-ringan dengan nilai APGAR 4-6 dan
asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3. Jika dalam 2 menit nilai
APGAR tidak mencapai 7, maka harus dilakukan resusitasi karena
jika bayi menderita asfiksia ≥5 menit kemungkinan terjadi gejalagejala neurologic lanjutan di kemudian hari akan lebih besar.
3) Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme pengaturan temperature tubuh bayi baru lahir
belum berfungsi sempurna, untuk itu perlu dilakukan pencegahan
kehilangan panas pada tubuh bayi karena dapat menyebabkan
hipotermi. Hipotermi pada bayi dapat menyebabkan kesakitan
berat bahkan kematian. Cara pencegahan kehilangan panas
dapat dilakukan dengan :
a) Keringkan bayi dengan seksama.
b) Selimuti bayi dengan selimut/kain bersih dan hangat.
c) Selimuti kepala bayi.
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
e) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.
f) Memandikan bayi 6 jam setelah lahir.
4) Asuhan Tali Pusat
Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat terhenti dapat
dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat perlu
dilakukan pemotongan tali pusat secepat mungkin agar dapat
dilakukan resusitasi sebaik-baiknya. Pengikatan tali pusat dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan alat penjepit
plastik, pita dari bahan nilon yang sangat kuat dan disimpan dalam
bungkus steril dan benang katun steril.
5) Inisiasi Menyusui Dini
Bayi normal disusui segera setelah lahir. ASI pertama
sangat bermanfaat bagi bayi karena mengandung kolostrum yang
berguna untuk antibody bayi. Selain itu ASI bermanfaat untuk
mencegah
gastroenteritis,
mempercepat
involusi
uterus,
menurunkan kejadian kejang pada bayi karena hipokalsemia serta
mempererat hungan antara ibu dan bayi.
6) Pencegahan Infeksi Mata
Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan
setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu.
Pencegahan infeksi ini mengandung antibiotic tetrasiklin 1%.
Salep antibiotika harus tetap diberikan pada waktu 1 jam setelah
kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika
diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran.
7) Pemberian Vitamin K
Semua BBL harus diberikan vitamin K1 injeksi 1mg
intramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai
menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat difisiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.
8) Pemberian Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.
Imunisasi HB pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin
K. Selanjutnya Hepatitis B dan DPT diberikan pada umur 2 bulan,
3 bulan dan 4 bulan. Dianjurkan BCG dan OPV diberikan pada
saat bayi berumur 24 jam atau pada usia 1 bulan. Selanjutnya
OPV diberikan sebanyak 3 kali pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4
bulan.
9) Pemeriksaan BBL
Pemeriksaan BBL dilakukan pada saat bayi berada di
klinik, saat kunjungan neonatal yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1
kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari.
e. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
Pengkajian pada bayi baru lahir dibagi 2 bagian yaitu pengkajian
segera setelah bayi lahir dan pengkajian keadaan fisik untuk
memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami komplikasi
(Rukiyah, 2010).
Menurut Varney (2007), selama pemeriksaan bayi baru lahir,
dapat menggunakan 4 teknik dasar yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi
dan perkusi. Pemeriksaan yang lengkap menggunakan 3 jenis
evaluasi yaitu pengukuran antropometri, evaluasi system organ dan
neurologis.
f.
Pemantauan Bayi Baru Lahir
Menurut Saifudin (2006), tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah
untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi
masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian
keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas
kesehatan.
1) Dua jam pertama sesudah kelahiran.
Hal-hal yang perlu dinilai waktu pemantauan bayi pada jam
pertama sesudah kelahiran, meliputi :
a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah.
b) Bayi tampak aktif atau lunglai.
c) Bayi kemerahan atau biru.
2) Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayi
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian
terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan
tindak lanjut seperti :
a) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau kurang bulan.
b) Gangguan pernafasan.
c) Hipotermia.
d) Infeksi.
e) Cacat bawaan atau trauma lahir.
g. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Menurut Varney (2007), hubungi dokter atau perwatan segera jika
anak mengalami :
1) Bayi menjadi lesu, tidak mau makan atau memperlihatkan perilaku
yang luar biasa.
2) Bayi tidak berkemih dalam 24 jam pertama.
3) Bayi tidak defekasi selama 48 jam.
4) Tali pusat mulai mengeluarkan bau tidak enak/mengeluarkan pus.
5) Suhu bayi di bawah 360C atau di atas 370C.
6) Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan kulit bayi tampak
kuning, coklat/persik.
Sedangkan menurut JNPK-KR (2008), rujuk bayi ke fasilitas
kesehatan jika ditemukan tanda bahaya berikut ini :
1) Kejang.
2) Tidak dapat menyusu.
3) Mengantuk/tidak sadar.
4) Merintih.
5) Retraksi dinding dada bawah.
6) Sianosis sentral.
7) Nafas cepat > 60x/m.
J. Manajemen Kebidanan
Menurut Simatupang (2008), manajemen varney adalah kerangka atau
pola pikir bidan dalam melaksanakan asuhan. Manajemen Varney terdiri dari
7 langkah yaitu:
1. Pengumpulan Data Dasar
Dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:
a. Riwayat kesehatan.
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengn kebutuhannya.
c. Meninjau catatan terbaru atauu catatan sebelumnya.
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi.
2. Interpretasi Data Dasar
Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang
spesifik.
3. Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Mengidentifikasi
berdasarkan
rangkaian
masalah
masalah
atau
dan
diagnosis
diagnosis
potensial
yang
lain
sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Pada langkah ini penting sekali melakukan
asuhan yang aman.
4. Identifikasi Perlunya Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.
5. Perencanaan Asuhan Komprehensif
Direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari
setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa yang diperkirakan terjadi
berikutnya.
Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak,
yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut.
6. Pelaksanaan Rencana
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan
pada
langkah
ke-5
dilaksanakan
secara
efisien
dan
aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lain. Manajemen yang
efisien akan menyingkat waktu dan menghemat biaya serta meningkatkan
mutu asuhan klien.
7. Evaluasi
Dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan,
meliputi
pemenuhan
kebutuhan
terhadap
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis.
masalah
yang
telah
K. Pendokumentasiaan
Menurut Simatupang (2008), menyatakan pendokumentasian dalam bentuk
SOAP menurut Varney yaitu :
1. S (Subjektif), menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan
data klien melalui anamnesa sebagai langkah 1 Varney.
2. O (Objektif), menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lainnya yang dirumuskan
dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 Varney.
3. A (Assasment), menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi yaitu
Diagnosa masalah, Anitisipasi Masalah Potensial dan Perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney.
4. P (Planning), menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan
tindakan, Implementasi (I) dan Evaluasi (E) berdasarkan Assasment
sebagai langkah 5, 6 dan 7 Varney.
L. Landasan Hukum yang Mendasari Praktik Kebidanan
Menurut
Karwati
(2010),
menyatakan
bahwa
standar pelayanan
kebidanan Permenkes RI No. 1464/Menkes/SK/X/2010 tentang Ijin dan
Penyelengaraan Praktek Bidan yang berhubungan dengan asuhan ini adalah:
1. Standar pelayanan Antenatal (6 standart)
a. Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan
motifasi ibu,suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu
untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
Adapun tujuan yang diharapkan dari penerapan standar ini adalah
mengenali
dan
memotifasi
ibu
hamil
untuk
memeriksakan
kehamilannya.
Kegiatan yang dapat dilakukan bidan untuk mengidentifikasi ibu
hamil contohnya sebagai berikut :
1) Bidan melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan secara teratur
2) Bersama kader bidan memotifasi ibu hamil
3) Lakukan
komunikasi
dua
arah
dengan
masyarakat
untuk
membahas manfaat pemeriksaan kehamilan.
Hasil yang diharapkan dari standar ini adalah ibu dapat
memahami tanda dan gejala kehamilan.Ibu,suami, masyarakat
menyadari
manfaat
pemeriksaan
kehamilan
secara
dini
dan
teratur.meningkatkan cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri
sebelum kehamilan 16 minggu.
b. Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan hendaknya paling sedikit memberikan 4 kali pelayanan
antenatal.Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan
janin
dengan
seksama
untuk
menilai
apakah
perkembangan
berlangsung normal.bidan juga harus bisa mengenali kehamilan
dengan risti/kelainan , khususnya anemia , kurang gizi , hipertensi ,
PMS/infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh
puskesmas.
Tujuan yang diharapkan dari standar ini adalah bidan mampu
memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini
komplikasi kehamilan.
Adapun hasil yang diharapkan yaitu ibu hamil mendapatkan
pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan.Meningkatnya
pemanfaatan
jasa
bidan
oleh
masyarakat.Deteksi
dini
dan
penanganan komplikasi kehamilan. Ibu hamil, suami, keluarga dan
masyarakat mengenali tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang
harus dilakukan. Mengurus transportasi rujukan ,jika sewaktu-waktu
dibutuhkan.
c. Standar 5 : Palpasi abdominal
Bidan harus melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama
dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila
umur kehamilan bertambah ,memeriksa posisi, bagian terendah,
masuknya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari
kelainan dan untuk merujuk tepat waktu.
Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah memperkirakan usia
kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi
dibagian bawah janin.
Hasil yang diharapkan yaitu bidan dapat memperkirakan usia
kehamilan , diagnosis dini kelainan letak, dan merujuk sesuai
kebutuhan. Mendiagnosisi dini kehamilan ganda dan kelainan, serta
merujuk sesuai dengan kebutuhan.
d. Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan anemia , penemuan ,
penanganan dan rujukan semua kasus anemia pada kehamialan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tujuan dari standar ini adalah bidan mampu menemukan anemia
pada kehamilan secara dini, melakukan tindak lanjut yang memadai
untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung.
Tindakan yang bisa dilakukan bidan contohnya , memeriksakan
kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan minggu ke
28. Memberikan tablet Fe pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet
selama 90 hari berturut-turut .penyuluhan gizi dan pentingnya
konsumsi makanan yang mengandung zat besi, dll.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini yaitu jika ada
ibu hamil dengan anemia berat dapat segera dirujuk, penurunan
jumlah ibu melahirkan dengan anemia, penurunana jumlah bayi baru
lahir dengan anemia/BBLR.
e. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah
pada kehamilan dan mengenali tanda gejala preeklamsia lainnya,
serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknnya.
Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu bidan dapat mengenali
dan menemukan secaea dini hipertensi pada kehamilan dan
melakukan tindakan yang diperlukan.Adapun tindakan yang dapat
dilakukan bidan yaitu rutin memeriksa tekanan darah ibu dan
mencatatnya.Jika terdapat tekanan darah diatas 140/90 mmHg
lakukan tindakan yang diperlukan.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini adalah ibu
hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang memadai
dan tepat waktu.Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat
eklamsia.
f.
Standar 8 : Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami atau
keluarga pada trimester III memastikan bahwa persiapan persalinan
bersih dan aman dan suasana menyenangkan akan direncanakan
dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk
merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan
mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu
hamil untuk hal ini.
Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah untuk memastikan
bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan
memadai dengan pertolongan bidan terampil.
Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil, suami dan keluarga
tergerak
untuk
merencanakan
persalinan
yang
bersih
dan
aman.Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan memadai
dengan pertolongan bidan terampil. Adanya persiapan sarana
transportasi untuk merujuk ibu bersalin,jika perlu. Rujukan tepat waktu
telah dipersiapkan bila diperkirakan .
2. Standar pelayanan Persalinan (4 standart)
a. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai , dengan
memperhatikan
kebutuhan
ibu,
selama
proses
persalinan
berlangsung. Bidan juga melakuakan pertolongan proses persalinan
dan kelahiran yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan
penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi
setempat. Disamping itu ibu diijinkan memilih orang yang akan
mendampinginya selam proses persalinan dan kelahiran.
Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu untuk memberikan
pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan
persalinan yang bersih dan aman untuk ibu bayi.
Hasil yang diharapkan adalah ibu bersalin mendapatkan pertolongan
yang aman dan memadai. Meningkatnya cakupan persalinan dan
komplikasi lain yang ditangani oleh tenaga kesehatan. Berkurangnya
kematian/kesakitan ibu bayi akibat partus lama.
b. Standar 10 : Persalinan Kala Dua Yang Aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang
bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap
hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat .disamping itu
ibu diijinkan untuk memilih siapa yang akan mendampinginya saat
persalinan.
Tujuan dari diterapkannya standar ini yaitu memastikan persalinan
yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi.Hasil yang diharapkan yaitu
persalinan
dapat
kepercayaan
berlangsung
masyarakat
bersih
kepada
dan
aman.Menigkatnya
bidan.Meningkatnya
jumlah
persalinan yang ditolong oleh bidan.Menurunnya angka sepsis
puerperalis.
c. Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga
Secara aktif bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala
tiga.Tujuan dilaksanakan nya standar ini yaitu membantu secara aktif
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk
mengurangi kejadian perdarahan
pasca persalinan
kala
tiga,
mencegah terjadinya atonia uteri dan retesio plasenta.
Adapaun
hasil yang diharapkan
yaitu
menurunkan terjadinya
perdarahan yang hilang pada persalinan kala tiga. Menurunkan
terjadinya atonia uteri, menurunkan terjadinya retensio plasenta ,
memperpendek
waktu
persalinan
kala
tiga,
da
menurunkan
perdarahan post partum akibat salah penanganan pada kala tiga.
d. Standar 12 : Penanganan Kala Dua Dengan Gawat Janin Melalui
Episiotomi
Bidan mengenali secra tepat tanda-tanda gawat janin pada kala dua,
dan
segera
melakukan
episiotomy
dengan
aman
untuk
mmemperlancar persalinan, diikiuti dengan penjahitan perineum.
Tujuan dilakukannya standar ini adalah mempercepat persalinan
dengan melakukan episiotomy jika ada tanda-tanda gawat janin pada
saat kepala janin meregangkan perineum.Hasil yang diharapkan yaitu
penurunan kejadian asfiksia neonnaturum berat. Penurunan kejadian
lahir mati pada kala dua .
3. Standar pelayanan Nifas (3 standart)
a. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan , dan
melakukan tindakan atau merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga harus
mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah hipoglikemia
dan infeksi
Tujuannya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu
dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan
infeksi.
Dan hasil yang diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan
perawatan dengan segera dan tepat.Bayi baru lahir mendapatkan
perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan dengan baik.
b. Standar14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan, serta
melakukan
tindakan
yang
diperlukan.
Disamping
itu,
bidan
memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya
kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
Tujuannya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang
bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan
kesehatan ibu dan bayi.Meningkatan asuhan sayang ibu dan sayang
bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah
persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan
bayinya.
c. Standar15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas
dan rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk
membantu proses penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan
dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi
pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan
secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi
baru lahir , pemberian ASI , imunisasi dan KB.
Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi
sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI
eksklusif.
4. Standar penanganan Kegawat daruratan obstetri-neonatal (9 standart)
a. Standart 16 : Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan Pada
Trimester Tiga
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada
kehamilan serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya
Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah mengenali dan
melakukan tindakan secara tepat dan cepat perdarahan pada
trimester tiga.
Hasil yang diharapkan dari kemampuan bidan dalam menerapkan
standar ini adalah ibu yang mengalami perdarahan kehamilan
trimester tiga dapat segera mendapatkan pertolongan, kematian ibu
dan janin akibat perdarahan pada trimester tiga dapat berkurang, dan
meningkatnya pemanfaatan bidan sebagai sarana konsultasi ibu
hamil.
b. Standar 17 : Penanganan Kegawat daruratan pada Eklamsia
Bidan mengenali secara tepat dan gejala eklamsia mengancam,
serta merujuk dan/atau memberikan pertolongan pertama.
Tujuan dilaksanakan satandar ini adalah mengenali tanda gejala
preeklamsia berat dan memberikan perawatan yang tepat dan
memadai.Mengambil
tindakan
yang
tepat
dan
segera
dalam
penanganan kegawat daruratan bila eklamsia terjadi.
Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian eklamsia.Ibu
hamil yang mengalami preeklamsia berat dan eklamsia mendapatkan
penanganan
yang
cepat
dan
tepat.Ibu
dengan
tanda-tanda
preeklamsia ringan mendapatkan perawatan yang tepat.Penurunan
kesakitan dan kematian akibat eklamsia.
c. Standar 18 : Penanganan Kegawat daruratan Pada Partus Lama /
macet.
Bidan mengenali secara tepat tanda gejala partus lama/macet
serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu untuk
merujuk untuk persalinan yang aman.
Tujuannya adalah untuk mengetahui segera dan penanganan
yang tepat keadaan darurat pada partus lama/macet.
Hasil yang diharapkan yaitu mengenali secara dini tanda gejala
partus lama/macet serta tindakan yang tepat. Penggunaan patograf
secara tepat dan seksama untuk semua ibu dalam proses persalinan.
Penurunan kematian/kesakitan ibu dan bayi akibat partus lama/macet.
d. Standar 19 : Persalinan Dengan Menggunakan Vakum Ekstraksi
Bidan
hendaknya
mengenali
kapan
waktu
diperlukan
menggunakan ekstraksi vakum, melakukan secara benar dalam
memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanan
bagi ibu dan janinnya.
Tujuan penggunaan vakum yaitu untuk mempercepat persalinan
dalam keadaan tertentu.Hasil yang diharapkan yaitu penurunan
kesakitan atau kematian akibat persalinan lama. Ibu mendapatkan
penanganan darurat obstetric yang cepat.
e. Standar 20 : Penanganan Kegawat daruratan Retensio Plasenta
Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan
pertolongan pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan
perdarahan, sesuai dengan kebutuhan.
Tujuannya adalah mengenali dan melakukan tindakan yang tepat
ketika terjadi retensio plasenta .
Hasil yang
diharapkan
ialah penurunan
kejadian
retensio
plasenta.Ibu dengan retesio plasenta mendapatkan penanganan yang
cepat
dan
tepat.Penyelamatan
ibu
dengan
retensio
plasenta
meningkat.
f.
Standar 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24
jam pertama setelah persalinan dan segera melakukan pertolongan
pertama kegawat daruratan untuk mengendalikan perdarahan.
Tujuannya adalah bidan mampu mengambil tindakan pertolongan
kegawat daruratan yang tepat pada ibu yang mengambil perdarahan
post partum primer/ atoni uteri.
Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kematian dan kesakitan
ibu
akibat
perdarahan
post
partum
primer.
Meningkatkan
pemanfaatan pelayanan bidan. Merujuk secara dini pada ibu yang
mengalami perdarahan post partum primer.
g. Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini gejala perdarahan
post partum sekunder , dan melakukan pertolongan pertama untuk
penyelamatan jiwa ibu atau merujuk. Tujuannya adalah mengenali
gejala dan tanda perdarahan post partum sekunder serta melakukan
penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu.
Hasil yang diharapkan yaitu kematian dan kesakitan akibat
perdarahan post partum sekunder menurun. Ibu yang mempunyai
resiko mengalami perdarahan post partum sekunder ditemukan
secara dini dan segera di beri penanganan yang tepat.
h. Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis
Bidan mampu menangani secara tepat tanda dan gejala sepsis
puerperalis , melakukan perawatan dengan segera merujuknya.
Tujuannya adalah mengenali tanda dan gejala sepsis puerperalis dan
mengambil tindakan yang tepat .hasil yang diharapkan yaitu ibu
dengan sepsis puerperalis mendapatkan penanganan yang cepat dan
tepat .penurunan angka kesakitan dan kematian akibat sepsis
puerperalis. Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas.
i.
Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonaturum
Bidan mengenali secara tapat bayi baru lahir dengan asfiksia,
serta
melakukan
tindakan
secepatnya,
memulai
resusitasi,
mengusahakan bantuan medis, merujuk bayi baru lahir dengan tepat
dan memberiakan perawatan lanjutan yang tepat
Tujuan yang diharapkan yaitu mengenal dengan tepat bayi baru
lahir dengan asfiksia , mengambil tindakan yang tepat dan melakukan
pertolongan kegawatdaruratan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tanggal Pengkajian :
10 November 2015
Jam
17.00 WIB
:
A. Asuhan Kehamilan
1. Pengkajian Pertama
a. Data Subyektif
a) Identitas Pasien
Nama
:
Ny. R
Umur
:
33 tahun
Agama
:
Islam
Suku / Bangsa
:
Jawa / Indonesia
Pendidikan
:
S1
Pekerjaan
:
Guru
Alamat
:
Gudang Sekti RT 29 RW 10
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama
:
Tn. S
Umur
:
30 tahun
Agama
:
Islam
Suku / Bangsa
:
Jawa / Indonesia
Pendidikan
:
S1
Pekerjaan
:
Guru
Alamat
:
Gudang Sekti RT 29 RW 10
b. Alasan datang
Ibu ingin memeriksakan kehamilannya.
c. Keluhan utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
d. Riwayat kesehatan
1) Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung,
hipertensi, asma, maag, hipertensi, hepatitis, DM, HIV/AIDS
2) Sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit jantung,
hipertensi, asma, maag, hipertensi, hepatitis, DM, HIV/AIDS.
3) Keluarga
Ibu mengatakan dari pihak keluarga tidak ada yang
menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, DM, HIV/AIDS,
cacat fisik dan riwayat kembar.
e. Riwayat perkawinan
Ibu menikah 1 kali pada umur 29 tahun dengan suami umur 26
tahun, usia pernikahan ± 4 tahun, status pernikahan sah.
f.
Riwayat obstetri
1)
Riwayat menstruasi
Menarche
:
14 tahun
Siklus
:
± 28 hari
Lama
:
± 6 – 7 hari
Banyaknya darah
:
2 – 3 × ganti pembalut
Konsistensi
:
cair
Bau
:
khas darah
Dismenorhoe
:
ya
Flour albus
:
kadang-kadang
HPHT
:
14 Maret 2015
2) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Kehamilan yang pertama.
3) Riwayat kehamilan sekarang
4) Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama G1P0A0
5) HPL : 21 Desember 2015
6) Umur kehamilan : 34 minggu
7) ANC di bidan
TM I
:
1x
keluhan : pusing
Therapy : Pregnabion.1x1 malam
TM II
:
1x
Keluhan : tidak ada
Therapy : Vitonal 1x1 malam (harus habis)
TM III
:
2x
UK 32 – 33 minggu
Keluhan : tidak ada
Therapy : Vitonal 1x1
UK 34 minggu
Keluhan : tidak ada
Therapy : Durol 1x2 sendok (harus habis)
a) BB sebelum hamil : 65 kg
b) Ibu sudah imunisasi TT1 = 16 minggu TT2 = 24 minggu
c) Ibu mulai merasakan gerakan janin sejak UK 16 minggu
d) Ibu hanya mengkonsumsi obat-obatan dari bidan
e) Ibu tidak mempunyai kebiasaan buruk yang berpengaruh
terhadap kehamilannya seperti minum jamu, merokok minum
minuman keras dan narkoba.
f) Ibu berencana bersalin di bidan
g. Riwayat KB
Ibu sebelumnya tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun.
h. Pola kebutuhan sehari-hari
Tabel 3.1 Pola kebutuhan sehari-hari
Pola
Trimester II
Kebutuhan
Nutrisi
Makan 3×/hari, 1 porsi habis
(nasi, sayur, lauk dan buah).
Minum 7 - 8 gelas/hari air putih
dan teh.
Eliminasi
Istirahat
Aktivitas
Personal
hygiene
Seksual
BAB
1×/hari,
konsistensi
lembek,
warna
kuning
kecoklatan, bau khas feses,
BAK 5 - 6×/hari konsistensi
cair, warna kuning jernih, bau
khas amoniak
Tidur siang ± 2 jam/hari.
Tidur malam ± 7 jam/hari, ibu
tidur nyenyak.
Ibu
melakukan
pekerjaan
rumah tangga seperti biasa,
yaitu
mencuci,
menyapu,
memasak, dll.
Mandi 2 ×/hari, gosok gigi 3
×/hari, keramas 3 ×/minggu,
ganti baju 2 ×/hari.
Ibu
melakukan
hubungan
seksual seminggu sekali.
Trimester III
Makan 3×/hari, ½ porsi tidak
habis (nasi, sayur, lauk dan
buah). Minum 8 - 9 gelas/hari
air putih dan teh.
BAB
1×/hari,
konsistensi
lembek,
warna
kuning
kecoklatan, bau khas feses,
BAK 4 - 5×/hari konsistensi
cair, warna kuning jernih, bau
khas amoniak
Tidur siang ± 2 jam/hari.
Tidur malam ± 7 jam/hari, ibu
tidur nyenyak.
Ibu
melakukan
pekerjaan
rumah tangga seperti biasa,
yaitu
mencuci,
menyapu,
memasak, dll.
Mandi 2 ×/hari, gosok gigi 3
×/hari, keramas 3 ×/minggu,
ganti baju 2 ×/hari.
Ibu tidak melakukan hubungan
seksual.
i.
Data psikososial, sosial, spiritual, ekonomi, budaya
1) Psikologi
a) Ibu mengatakan merasa senang terhadap kehamilannya,
karena ini adalah anak yang pertama
b) Ibu mengatakan merasa takut untuk menghadapi proses
persalinan terutama saat mengejan
c) Ibu
mengatakan
merasa
bahagia
apabila
merasakan
gerakan janinnya.
2) Sosial
a) Ibu mengatakan suami dan keluarga mendukung penuh
kehamilannya
b) Ibu mengatakan hubungan dengan suami, keluarga, dan
tetangga berjalan dengan baik
c) Ibu mengatakan tinggal serumah bersama suami dan
keluarga
d) Ibu mengatakan termotivasi mendengar asuhan – asuhan
yang diberikan bidan saat melakukan kunjungan kehamilan.
e) Ibu mengatakan lebih percaya dan dekat dengan suami
dalam proses kehamilan.
3) Lingkungan
a) Ibu mengatakan lingkungan didalam dan sekitar rumah
bersih
b) Ibu mengatakan disekitar rumah banyak tanaman
c) Ibu mengatakan keluarga memiliki hewan peliharaan yaitu
ayam
4) Spiritual
a) Ibu mengatakan taat melaksanakan sholat 5 waktu
b) Ibu mengatakan kesulitan dalam melakukan rukuk, dan
berdiri saat sholat karena usia kehamilan yang semakin
bertambah.
5) Ekonomi
a) Ibu mengatakan suami berpenghasilan cukup
b) Ibu mengatakan suami rutin mengajak ibu kontrol ke bidan
c) Ibu mengatakan suami sudah mempersiapkan biaya dalam
menghadapi persalinan
j.
Data Pengetahuan
1) Ibu mengatakan sudah mengetahui bahwa mengkonsumsi jamu
dalam kehamilan dapat menyebabkan air ketuban keruh
2) Ibu mengatakan sudah mengetahui apabila mual dianjurkan
makan sedikit tapi sering
3) Ibu mengatakan sudah mengetahui bahwa selama kehamilan
dianjurkan untuk minum susu, gizi seimbang, istirahat cukup,
banyak minum air putih, dan makan teratur
4) Ibu mengatakan sudah mengetahui bahwa mengkonsumsi tablet
Fe dapat menimbukan mual, BAB padat, dan berwarna
kehitaman
5) Ibu mengatakan belum mengetahui ketidaknyamanan trimester
III
6) Ibu mengatakan belum mengetahui tentang tanda bahaya
trimester III
7) Ibu
mengatakan
belum
mengetahui
cara
mengatasi
ketidaknyamanan trimester III
1. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan Umum
:
Baik
2) Kesadaran
:
Composmentis
3) TTV
:
TD : 110/80 mmHg
N
: 86 ×/menit
S : 36oC
R
: 24 ×/menit
LILA : 32,5 cm
TB : 154 cm
BB sekarang :77 kg
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
:
Mesochepal, tidak berketombe, tidak rontok,
2) Muka
:
Tidak pucat, tidak bengkak, tidak ada cloasma
gravidarum.
3) Mata
:
Simetris, konjungtiva merah muda, sklera
putih.
4) Hidung
:
Simetris, bersih, tidak ada pembesaran polip.
5) Telinga
:
Bersih,
simetris,
tidak
ada
penumpukan
serumen.
6) Mulut
:
Bersih, tidak ada sariawan, tidak ada caries
gigi
7) Leher
:
Tidak ada pembesaran telenjar tyroid.
8) Dada
:
Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
whezing.
9) Ketiak
:
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
10) Abdomen
:
I
:
P :
Tidak ada luka bekas operasi.
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
abnormal
11) Genetalia
P :
Terdengar bunyi timpani
A :
Peristaltik usus normal
:
Bersih, tidak ada oedem, tidak ada varices.
:
Simetris, gerak aktif, tidak oedem, turgor kulit
12) Ekstremitas
Atas
baik.
Bawah
:
Simetris, gerak aktif, tidak oedem, turgor kulit
baik.
c.
m. Punggung
:
Tidak ada nyeri ketuk.
n. Anus
:
Bersih, tidak ada hemoroid.
Pemeriksaan obstetri
1). Inspeksi
Muka
:
Tidak bengkak, tidak pucat, tidak ada cloasma
gravidarum.
Payudara
:
Tegang, areola menghitam, puting menonjol.
Abdomen
:
Tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea
nigra.
Genetalia
:
Bersih, tidak oedem, tidak ada varices.
:
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
b. Palpasi
Payudara
abnormal, colostrum belum keluar.
Abdomen
:
LI :TFU :28 cm
teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong)
LII :
kanan : teraba keras, memanjang,
ada tahanan (punggung)
Kiri : teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas)
LIII :
teraba bulat, keras, melenting
(kepala)
LIV :
Konvergen
TBJ:
(28-12) x 155 = 2480 gram
c. Auskultasi
DJJ + 136 x/menit
d. Perkusi
Reflek patella (+)/(+)
Nyeri ketuk punggung (-)
d. Pemeriksaan Penunjang
Pada tanggal 5 November 2015 di rumah sakit
USG
: +
Hb
: 11,5 gr/dL
Hbs Ag
: tidak periksa
Reduksi Urine
: tidak periksa
Albumine Urine : tidak periksa
Tes HIV
: tidak periksa
ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA Ny. R UMUR 33 TAHUN G1 P0 00 USIA KEHAMILAN 34 MINGGU
DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) NGATINI, Am Keb TENGARAN Kab SEMARANG
A. Asuhan Kebidanan kehamilan
1. Pengkajian Pertama
Identitas
Tanggal Pengkajian
: 10 November 2015
Jam
: 17.00 WIB
Pendokumentasian subjektif, objektif, assasment, planning (SOAP)
Subjektif
1. Ibu mengatakan
bernama Ny. R
2. Ibu mengatakan ini
kehamilan yang
pertama.
3. Ibu mengatakan
umur 33 tahun
4. Ibu mengatakan
HPHT tanggal 14
Maret 2015
Objektif
1. PU :
KU
: Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
: TD : 110/80 mmHg
S : 37 C
N : 86 x/menit
Rr : 24 x/menit
BB sekarang : 77 kg
TB : 154 cm
LILA
: 32,5 cm
2. PF : Dalam batas normal
3. Pemeriksaan obstetri :
Palpasi :
Leopold I :Tinggi fundus uteri
28cm, pada fundus teraba
bulat, bagian atas teraba satu
Assasment
a. Diagnosa Kebidanan
Ny. R, G1P001, umur 33 tahun, umur
kehamilan 34 minggu, janin
tunggal, hidup intra uterine, letak
memanjang, puka, pesentasi
kepala, konvergen.
Planing
Pukul 17.05 WIB
1. Memberitahu
ibu
hasil
pemeriksaan
KU
: Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
: TD : 110/80 mmHg
S : 37 C
N : 86 x/menit
Rr : 24 x/menit
BB sekarang : 77 kg
TB : 154 cm
LILA
: 32,5 cm
PF : Dalam batas normal
Pemeriksaan Obstetri :
Abdomen :
LI
:tinggi
fundus uteri 28cm pada fundus
Subjektif
Objektif
bagian bulat, lunak, tidak
melenting (bokong)
Leopold II :
Kiri : teraba satu bagian kecil-kecil
janin (ekstremitas janin)
Kanan :teraba satu tahanan keras
memanjang
seperti
papan
(punggung janin)
Leopold III: bagian bawah teraba
satu bagian keras, bulat,
melenting (kepala) dan masih
bisa di goyangkan (bagian
terbawah
janin
sudah
memasuki pintu atas panggul)
Leopold IV: konvergen
TFU : 28 cm
TBJ : (28-12) x 155 = 2480 gram
Auskultasi
DJJ : 136 x/ menit
Pemeriksaan penunjang
Pada tanggal 5 November 2015 di
rumah sakit
USG
: +
Hb
: 11.5 gr/dL
Hbs Ag : (-)
Reduksi Urine
: (-)
Albumine Urine : (-)
Tes HIV : (-)
Assasment
Planing
teraba bulat, lunak, tidak
melenting (bokong)
LII :
kanan : teraba keras,
memanjang, ada tahanan
Kiri : teraba bagian-bagian
kecil janin
LIII : teraba bulat, keras, melenting
(kepala)
LIV : kovergen
TFU
: 28 cm
TBJ: (28-11) x 155 = 2480 gram
2. Ibu
sudah
mengetahui
keadaannya
Pukul 17.15 WIB
1. Memberitahu tanda bahaya TM
III yaitu Pusing , sakit kepala,
pandangan mata kabur, kaki ,
tangan
,muka,
bengkak,
kejang, nyeri ulu hati, mual ,
muntah. Gerakan janin kurang
dirasakan dari 10 X / 12 jam
Atau sudah tidak ada gerakan
janin, Keluar darah bercak
maupun mengalir disertai nyeri
perut ataupun tidak nyeri dan
Keluar iar dari jalan lahir dan
berbau khas.
2. Ibu sudah tahu tanda bahaya
TM III
Pukul 17.20 WIB
1. Menganjurkan
ibu
untuk
Subjektif
Objektif
Assasment
Planing
istirahat yang cukup, supaya
ibu
tidak
mengalami
kelelahan.
2. Ibu bersedia untuk melakukan
istirahat yang cukup
Pukul 17.25 WIB
1. Menganjurkan ibu kontrol
ulang 1 minggu lagi atau
apabila ada keluhan
2. Ibu bersedia kontrol ulang 1
minggu lagi atau apabila ada
keluhan
ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA Ny. R UMUR 33 TAHUN G1 P0 A0 USIA KEHAMILAN 35 MINGGU
DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) NGATINI Am.Keb, TENGARAN Kab SEMARANG
2.Pengkajian Kedua
Identitas
Tanggal Pengkajian :
Jam
17 November 2015
: 16.00 WIB
Pendokumentasian subjektif, objektif, assasment, planning (SOAP)
Subjektif
5. Ibu mengatakan
bernama Ny. R
6. Ibu mengatakan ini
kehamilan yang
pertama.
7. Ibu mengatakan
umur 33 tahun
8. Ibu mengatakan
HPHT tanggal 14
Maret 2015
9. Ibu mengeluh pegel
di punggung
Objektif
4. PU :
KU
: Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/70 mmHg
N : 81 x/menit
S : 36 oC
Rr :20 x/menit
5. PF : Dalam batas normal
6. Pemeriksaan obstetri :
Palpasi :
Leopold I :Tinggi fundus uteri 29cm, pada
fundus teraba bulat, bagian atas teraba
satu bagian bulat, lunak, tidak melenting
(bokong)
Leopold II :
Kiri : teraba satu bagian kecil-kecil janin
Assasment
Planing
Diagnosa Kebidanan
Pukul 16.05 WIB
Ny. R G1P0A0, umur 33 tahun, umur 1. Memberitahu
ibu
hasil
kehamilan 36 minggu, janin
pemeriksaan meliputi TTV,dan
tunggal, hidup intra uterine, letak
keadaan bayinya
memanjang, puka, pesentasi
TD : 110/70 mmHg
kepala, divergen.
N : 81 x/menit
S : 36 oC
Rr :20 x/menit
Pemeriksaan fisik :
Dalam batas normal
2. Ibu
sudah
tahu
hasil
pemeriksaan
dalam
batas
normal dan bayinya sehat.
Pukul 16.15 WIB
1. Menjelaskan
pada
ibu
Subjektif
Objektif
(ekstremitas janin)
Kanan :teraba satu tahanan keras memanjang
seperti papan (punggung janin)
Leopold III: bagian bawah teraba satu bagian
keras, bulat, melenting (kepala) dan
masih bisa di goyangkan
(bagian
terbawah janin sudah memasuki pintu
atas panggul)
Leopold IV: konvergen
TFU : 29 cm
TBJ : (29-12) x 155 = 2635 gram
Auskultasi
DJJ : 140 x/ menit
Assasment
Planing
ketidaknyamanan TM III nyeri
punggung
bawah
(Nyeri
pinggang) merupakan nyeri
punggung yang terjadi pada
area
lumbosakral.
Nyeri
punggung bawah biasanya
akan meningkat intensitasnya
seiring
pertambahan
usia
kehamilan karena nyeri ini
merupakan akibat pergeseran
pusat gravitasi wanita tersebut
dan
postur
tubuhnya.
Perubahan-perubahan
ini
disebabkan oleh berat uterus
yang membesar, ibu harus
menjaga body mekanik yang
benar.
2. Ibu
sudah
tahu
ketidaknyamanan TM III dan
cara mengatasinya
Pukul 16.20 WIB
1. Memberikan
ibu
therapy
novabion (1x1) ,kalk (1x1)
2. Ibu
bersedia
melanjutkan
therapy yang diberikan.
B. Asuhan Kebidanan Persalinan I
Tanggal: 25 Desember 2015
Tempat : BPM Ny. Hj Ngatini Am.Keb
Jam
: 12.30 WIB
Tabel 3.6 Asuhan Kebidanan bersalin
Subjektif
1. Ibu mengatakan bernama ny. R
umur 33 tahun.
2. Ibu mengatakan HPHT : 14-3-2015
3. Ibu mengatakan HPL : 21-12-2015
4. Ibu mengatakan ini kehamilan yang
pertama belum pernah keguguran
5. Ibu mengatakan kenceng-kenceng
sejak pukul 07.00 WIB.
6. Ibu
mengatakan
sudah
mengeluarkan lendir darah.
7. Ibu makan terakhir jam 11.00 WIB
8. Ibu minum terakhir jam 12.00 WIB
Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis
TTV :
TD : 120/80 mmHg
0
S : 36,6 C
RR : 24 x/ menit
N : 80 x/ menit
BB : 77 kg
2. Pemeriksaan fisik dalam
batas normal
3. Pemeriksaan obstetri
a. Inspeksi
Muka : tidak pucat, tidak
oedem,
tidak
ada
cloasma gravidarum.
Payudara : membesar,
puting susu dan areola
menghitam.
Abdomen : tidak ada luka
bekas SC.
Genetalia : tidak oedema,
tidak ada PMS.
Asassment
1. Dx. Kebidanan
Ny. R umur 33 thn
G1P0A0
uk
41
minggu 3 hari janin
tunggal hidup intra
uteri,
letak
memanjang,
puka,
preskep,divergen,
inpartu kala I fase
aktif.
Jam
12.30
WIB
12.35
WIB
12.40
WIB
12.45
WIB
Planning
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
memberitahu
hasil
pemeriksaan bahwa kaeadaan
ibu dan janinnya dalam
keadan baik.
Hasil : Ibu sudah mengetahui
hasil pemeriksaan yang sudah
dijelaskan.
2. Menganjurkan ibu berbaring
miring
kekiri
agar
mempercepat
penurunan
kepala.
Hasil : Ibu bersedia berbaring
miring kiri.
3. Menganjurkan ibu memenuhi
kebutuhan nutrisinya dengan
makan dan minum untuk
energi persalinan
Hasil : ibu bersedia makan
nanti
4. Menganjurkan suami tetap
mendampingi ibu
Hasil
:suami
bersedia
Subjektif
Objektif
b. Palpasi
Payudara : tidak ada nyeri
tekan, tidak ada masa
abnormal
Abdomen
Leopod I : TFU berada
dipertengahan
pusat
dan prosesus xhifodius,
bokong.
Leopod II : Kanan :
punggung
Kiri : ekstremitas.
Leopod III : kepala.
Leopod IV : diverge.
TFU : 31 cm
TBJ:
(31-11)x155=3100
gram.
DJJ : 140x/mnt
His : 3x10’35’’
PPV : lendir darah
Bandle ring : tidak ada
Tanda kala II : belum ada.
4. Pemeriksaan dalam
Vulva/uretra : bersih, tidak
odema
Vagina : elastis
Portio : lunak
Pembukaan : 6 cm
Penipisan : 75 %
Ketuban : KK (+)
Presentasi : Kepala
POD : UUK depan
Penurunan : H II
Asassment
Jam
12.55
WIB
13.00
WIB
Planning
mendukung ibu
5. Melakukan pengawasan DJJ,
His, Nadi setiap 30 menit
Hasil
:
telah
dilakukan
pengawasan DJJ, His, Nadi
dan keadaan normal.
a. Nadi : 88 x/mnt
b. His : 3x10’35’’
c. DJJ : 140 x/mnt
13.30
WIB
a. Nadi : 88 x/mnt
b. His : 3x10’35’’
c. DJJ :140x/mnt
14.00
WIB
a. Nadi : 88 x/mnt
b. His : 4x10’40’’
c. DJJ : 140 x/mnt
14.30
WIB
a. Nadi : 88 x/mnt
b. His : 4x10’45’’
c. DJJ : 140 x/mnt
15.00
WIB
15.30
WIB
a. Nadi : 88 x/mnt
b. His : 5x10’50’’
c. DJJ : 144 x/mnt
a.
b.
c.
d.
Nadi : 88 x/mnt
His : 5x14’50’’
DJJ : 140 x/mnt
0
Suhu: 36 ,5 C
Subjektif
1. Ibu mengatakan perutnya kencangkencang semakin sering .
2. Ibu mengatakan seperti ingin BAB
3. Ibu mengatakan ingin megejan
Objektif
1. KU : Baik
Kes : komposmentis
TD : 120/80 mmHg
S : 36,60C
N :80 x/mnt
RR : 24 x/mnt
DJJ : 140 x/mnt
Asassment
Jam
15.55
WIB
1. Dx. Kebidanan
Ny. R umur 33 thn
G1P0A0
uk
41
minggu 3 hari janin
tunggal hidup intra
uteri,
letak
memanjang,
puka,
16.00
WIB
16.05
WIB
Planning
6. Observasi keadaan ibu
Mengoservasi keadaan ibu
Hasil : ibu ingin BAB,ibu ingin
meneran
KU : Baik
Kes : komposmentis
TD : 120/80 mmHg
S : 36,50C
N :80 x/mnt
RR : 24 x/mnt
DJJ : 140 x/mnt
HIS : 5x10’50’’
PPV : 15 cc
Bandle ring : Tanda kala II : tekanan pada
anus, perineum menonjol,
vulka membuka.
Melakukan VT
Hasil :
Vulva : elastis
Porsio : lunak
Pembukaan : 10 cm
Penipisan : 100%
Presentasi: kepala
KK : (+)
POD : UUK.
1. Penolong memakai APD dan
mencuci tangan dengan 7
langkah mengeringkan tangan
dengan handuk bersih.
Hasil : tangan sudah bersih.
2. Dengarkan DJJ
Mendengarkan DJJ
Subjektif
Objektif
HIS : 5x10’50’’
PPV : 15 cc
Bandle ring : Tanda kala II : tekanan
pada
anus,
perineum
menonjol, vulka membuka.
2. Pemeriksaan dalam
Vulva : elastis
Porsio : lunak
Pembukaan : 10 cm
Penipisan : 100%
Presentasi: kepala
KK : (+)
POD : UUK depan
Asassment
preskep,divergen,
inpartu kala II.
Jam
16.07
WIB
3.
16.08
WIB
4.
16.10
WIB
5.
16.11
WIB
6.
16.12
WIB
!6.13
WIB
7.
!6.14
9.
8.
Planning
Hasil : 140 x/mnt irama teratur.
Posisikan ibu dengan nyaman
Memposisikan
ibu
yaitu
setengah duduk.
Hasil : posisi ibu setengah
duduk
Menyiapkan partus set (1/2
koher,
kateter,
gunting
episiotomi, 2 klem tali pusat,
gunting tali pusat, umbilical
cord, lidocain dalam vial,
oksitosin dalam apul, spuit
disposibel, lampu sorot 60
watt.
Hasil : alat sudah siap
Mendekatkan alat
Hasil : hasil alat sudah
didekatkan.
Tangan
kanan
Memakai
memakai
sarung
tangan
panjang (one hand) untuk
menyedot 10 IU oksitosin
kedalam
spuit
kemudian
tangan kiri memakai sarung
tangan pendek.
Melakukan DDJ
Hasil : 145x/mnit
Meminta ibu untuk mengejan
apabila ada kontraksi.
Hasil : ibu kooperatif dalam
meneran.
Ketuban
pecah
dengan sendirinya
Melakukan persiapan bayi
Subjektif
Objektif
Asassment
Jam
WIB
!6.15
WIB
Planning
dengan meletakkan handuk
diatas perut ibu dan kain
dibawah bokong ibu lalu
membuka partus set.
Hasil : persiapan persalinan
sudah siap.
10. Melakukan
pertolongan
persalinan dengan menolong
kelahiran kepala bayi dengan
melindungi
kepala
bayi
dengan tangan kiri, tangan
kanan menahan perineum,
tunggu kepala melakukan
putaran paksi luar, pegang
kepala
secara
biparental
lahirkan bahu depan dengan
cara menarik ringan kearah
bawah,
lahirkan
bahu
belakang dengan cara menarik
ringan kearah atas. Setelah
kedua bahu lahir, sangga
kepala dengan tangan kanan
dan susur lengan, badan,
bokong sampai kedua kaki
dengan tangan kiri. Posisikan
kepala bayi 15 derajat lebih
rendah dari tubuh bayi untuk
menilai sepintas warna kulit,
gerakan, dan reflek menangis.
Hasil : jam 16.30 WIB bayi
lahir spontan, bayi menangis
kuat, kulit kemerahan, tonus
otot aktif, jenis kelamin laki-
Subjektif
Objektif
Asassment
Jam
16.31
WIB
1. Ibu mengatkan perutnya mules
2. Ibu mengatakan sudah lega karena
bayinya sudah keluar.
1. Bayi
lahir
spontan
menangis kuat, gerakan
aktif, kulit kemerahan .
2. TFU : setinggi pusat, janin
tunggal, plasenta belum
lahir, tali pusat tampak
didepan vulva.
3. Terdapat semburan darah
4. Kandung kemih : kosong
5. Terdapat perdarahan 150
cc
1. Dx. Kebidanan
Ny. R umur 33 tahun
P1A0 inpartu kala III.
16.32.
WIB
16.33
WIB
16.35
WIB
Planning
laki.
11. Meletakkan bayi diatas perut
ibu, mengeringkan kepala,
badan, dan kedua tangan
kecuali telapak tangan.
Hasil : ibu mengatakan
perutnya
mules
,ibu
mengatakan
sudah
lega
karena bayinya sudah keluar,
TFU : setinggi pusat, janin
tunggal,
plasenta
belum
lahir,tali pusat tampak didepan
vulva, terdapat
semburan
darah,
kandung
kemih
kosong,terdapat perdarahan
150 cc.
Melakukan MAK III :
1. Melakukan
palpasi
untuk
memastikan janin tunggal.
Hasil : janin tunggal
2. Menyuntikkan 10 IU oksitosin
pada paha bagian luar.
Hasil : 10 IU okstosin sudah
disuntikkan di paha bagian
luar.
3. Jepit tali pusat 3 cm dari
pangkal
pusat
dengan
umbilical cord darah diurut
kearah
plasenta
2
cm
kemudian diklem diantarannya
tali pusat dipotong dengan
gunting tali pusat steril. Ganti
handuk
basah
dengan
Subjektif
Objektif
Asassment
Jam
16.40
WIB
Planning
menggunakan slimut bayi
yang kering dan letakkan bayi
diantara kedua payudara ibu
agar skin to skin untuk
melakukan IMD
Hasil : tali pusat telah dipotong
dan bayi siap untuk IMD.
4. Lakukan IMD dengan bayi
Yaitu letakkan bayi tengkurap
di dada ibu, luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel
di dada ibu, kepala bayi harus
berada di antara payudara ibu
tapi lebih rendah dari puting.
Menyelimuti ibu dan bayi serta
memasang topi bayi.
5. Melakukan
PTT
dengan
merenggangkan tali pusat
dengan meletakkan klem 5 cm
didepan vulva, tangan kiri
diatas syimpisis menekan
kebawah, jika tali pusat
bertambah panjang berarti
plasenta
sudah
lepas,
kemudian mendorong uterus
kearah dorsokranial tangan
kanan meregangkan tali pusat
sampai sebagian plasenta
lahir.
Hasil : tali pusat bertambah
panjang
dan
sebagian
plasenta keluar.
6. Melahirkan plasenta dengan
Subjektif
1. Ibu mengatakan merasa lega
bayinya sudah lahir dan masih
merasa lemas.
Objektif
KU : baik
Kes : composmentis
TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/mnt
0
S : 36 C
Kontraksi : keras
Asassment
1. Dx. Kebidanan
Ny. R umur 33 tahun
P1A0 inpartu kala IV
Jam
16.45
WIB
7.
16.50
WIB
8.
16.51
WIB
1.
16.53
WIB
2.
Planning
cara memutar plasenta searah
jarum jam sampai seluruh
plasenta dan selaputnya lahir.
Hasil : plasenta lahir.
Mengecek
kelengkapan
plasenta.
Hasil : plasenta telah lahir,
panjang tali pusat 48 cm,
diameter 20 cm, tebal 2 cm,
penanaman
tali
pusat
sentralis, kotiledon lengkap,
selaput ketuban tidak ada
yang tertinggal.
Mengevaluasi keadaan ibu:
KU : baik
Kes : composmentis
TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/mnt
0
S : 36 C
Kontraksi : keras
PPV : 150 cc.
Kandung kemih : kosong
Ibu mengatakan merasa lega
bayinya sudah lahir dan masih
merasa lemas.
Memeriksa
apakah
ada
laserasi jalan lahir atau tidak.
Hasil : tidak ada laserasi.
Membersihkan alat-alat dan
merendam dalam klorin 0,5 %
selama 10 menit
Hasil : alat sudah direndam
Subjektif
Objektif
PPV : 150 cc.
Kandung kemih : kosong
TFU : 2 jari dibawah pusat
Asassment
Jam
16.55
WIB
3.
4.
5.
16.57
WIB
17.00
WIB
6.
Planning
dalam klorin selama 10
Membersihkan ibu mengganti
pakaian ibu agar ibu merasa
nyaman,
memakaikan
pembalut dan mencuci alat
Hasil : ibu sudah nyaman dan
alat sudah dicuci.
Memberikan selamat kepada
ibu
dan
keluarga
atas
kelahiran bayinya
Hasil : bidan memberikan
selamat kepada ibu dan
keluarga
atas
kelahiran
bayinya.
Memberikan selamat kepada
ibu
dan
keluarga
atas
kelahiran bayinya
Hasil : bidan memberikan
selamat kepada ibu dan
keluarga
atas
kelahiran
bayinya.
Mengevaluasi
KU,
TFU,
Kontraksi, TTV setiap 15 menit
pada 1 jam pertama dan
setiap 30 menit pada jam
kedua.
Hasil :
KU: Baik
N : 83 x/menit
TD : 110/80 mmHg
RR: 20 x/menit
S : 36,5 oC
Kontraksi : keras
Subjektif
Objektif
Asassment
Jam
17.00
WIB
17.10
WIB
Planning
TFU :2 jari dibawah pusat.
PPV : 80 cc
Kandung kemih : kosong
Hasil :
KU :Baik
TD: 180 mmHg
N : 88 x./menit
TD : 110/70 mmHg
RR: 20 x/menit
Kontraksi : keras
PPV : 30 cc
TFU : 2 jari bawah pusat
Kandung kemih : kosong
17.25
WIB
Hasil :
KU : Baik
TD : 110/70 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 22x/menit
Kontraksi : keras
PPV : 15 cc
TFU : 2 jari bawah pusat
Kandung kemih : kosong
17.40
WIB
Hasil :
KU : Baik
TD : 110/70 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Kontraksi : keras
PPV : 20 cc
Subjektif
Objektif
Asassment
Jam
Planning
TFU :2 jari bawah pusat
Kandung keming : kosong
17.55
WIB
Hasil :
KU : Baik
TD : 110/70 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,50C
Kontraksi : keras
PPV : 15 cc
TFU :2 jari bawah pusat
Kandung kemih : kosong
18.25
WIB
Hasil :
KU : Baik
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Kontraksi : keras
PPV : 10 cc
TFU :2jari bawah pusat.
Kandung kemih : kosong
18.55
WIB
Hasil :
KU : Baik
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Kontraksi : keras
PPV : 5 cc
Subjektif
Objektif
Asassment
Jam
Planning
TFU :2jari bawah pusat.
Kandung kemih : kosong
7. Mendokumentasikan semua
tindakan
Hasil : semua tindakan telah
didokumentasikan.
C. Asuhan Kunjungan Masa Nifas
1. Asuhan Kunjungan Masa Nifas
Hari/Tanggal : 25 Desember 2015
Jam
: 23.00 WIB
Tempat
: BPM Ny. Ngatini Am.Keb
Tabel 3.7 Kunjungan Nifas 1
Hari/
Subyektif
Obyektif
Tanggal
Jumat, 25 Ibu
mengeluh
Pemeriksaan Umum:
Desember
perutnya
masih 1. KU : Baik
2015
terasa sedikit mules 2. Kesadaran : Compos Mentis
dan masih keluar 3. TTV :
darah sedikit-sedikit. TD : 110/70 mmHg
0
S : 36,6 C
N : 80x/m
R : 20 x/m
4. TFU : 2 jari di bawah pusat
5. Kontraksi Uterus : baik
6. Pendarahan : normal, + 50 cc
7. ASI : ada
8. Lochea : Rubra
9. BAK / BAB : Ada, 1 kali/10. Aktifitas :ibu sudah bisa
berjalan ke WC sendiri
Assesment
Ny. R umur 33 tahun
P1A0 post partum 6
jam pertama.
Jam
23.00
WIB
23.10
WIB
Planning
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada
ibu, bahwa ibu dalam keadaan baik.
Ibu memahami kalau kondisinya baik.
2. Memberikan pendidikan kesehatan:
a. Memberitahu ibu bahwa rasa mules pada
perut adalah normal pada ibu dalam masa
nifas karena rahim yang berkontraksi
dalam proses involusi.
b. Mengajarkan kepada ibu cara memassase
fundus untuk mencegah perdarahan jika
perut terasa tidak ada kontraksi (fundus
tidak keras).
c. memberikan ibu makanan bergizi sesuai
kebutuhan ibu nifas (makanan dihabiskan
1 porsi).
d. Menjelaskan dan menganjurkan ibu untuk
memberi ASI ekslusif dan menyusukan
bayinya secara on demand sesering
mungkin.
e. Memberitahukan kepada ibu untuk
Hari/
Tanggal
Subyektif
Obyektif
Assesment
Jam
23.20
WIB
Planning
mobilisasi bertahap, yaitu dengan miring
kiri atau miring kanan, duduk di atas
tempat tidur dengan kaki berjuntai ke
bawah, kemudian berjalan-jalan.
f. Mengajarkan ibu cara menjaga personal
hygiene. Mengganti pakaian ibu yang
basah dan lembab, mengganti pembalut
apabila terasa penuh dan setiap habis
BAK/BAB, dan mengajarkan cara menjaga
kebersihan vulva yaitu dengan cebok dari
depan saat buang air, bukan sebaliknya.
g. Mempersilakan ibu untuk tidur dan
beristirahat.
h. Menjelaskan kepada ibu apabila istirahat
kurang akan menyebabkan produksi ASI
kurang, proses involusi berjalan lambat,
sehingga menyebabkan perdarahan.
3. Memberikan obat :
a. Asam mefenamat
3 x 500 gr / hari
b. Amoksillin
3 x 500 gr / hari
c. Vit A 200.000 IU
2x1
d. Tablet Fe
1x1 60 mg
2. Asuhan Kunjungan Masa Nifas 2
Hari/Tanggal : 31 Desember 2015
Jam
: 15.30 WIB
Tempat
: Rumah Ny R
Tabel 3.8 Kunjungan Nifas 2
Hari/
Tangg
Subyektif
al
Kamis, 31 Ibu mengeluh mules di
Desember
perutnya
sudah
2015
berkurang
dan
ibu
sudah bisa berjalanjalan.
Obyektif
Pemeriksaan Umum:
1.
KU : Baik
2.
Kesadaran : Compos Mentis
3.
TTV :
TD : 120/80 mmHg
S : 36,20C
N : 88x/m
R : 20 x/m
4.
TFU : pertengahan pusatsimpisis
5.
Kontraksi Uterus : baik
6.
ASI : lancar
7.
Lochea : serosa (kuning)
Pemeriksaan Khusus
1. Muka : tidak tampak pucat
2. Mata : konjungtiva tidak anemis
dan sklera tidak ikterik
3. Payudara : ASI lancar tidak ada
bendungan
Assesment
Ny. R umur 33 tahun
P1A0 post partum 6
hari
Ja
m
15.30
WIB
15.35
WIB
15.40
WIB
15.45
WIB
15.50
WIB
15.55
WIB
16.00
WIB
Planning
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan
bahwa ibu dalam keadaan baik.
2. Memastikan involusio berjalan baik
dan perdarahan normal.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap
memberi
ASI
ekslusif
dan
menyusukan bayinya secara on
demand sesering mungkin.
4. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap
merawat kebersihan vulva
5. Menganjurkan kepada ibu untuk
selalu
mengkonsumsi
makanan
bergizi untuk pemenuhan nutrisi.
6. menganjurkan kepada ibu untuk
istirahat dan tidur cukup serta
beraktifitas jangan terlalu diporsir
agar tidak terlalu lelah.
7. Mengajarkan ibu cara perawatan
bayi:
a. Menjaga bayi agar selalu dalam
keadaan bersih, hangat dan
Hari/
Tangg
al
Subyektif
Obyektif
Assesment
Ja
m
16.15
WIB
Planning
kering,
dengan
menggant
pakaian yang basah dan selimut
sesuai keperluan.
b. Menganjurkan ibu untuk tidak
membubuhi apapun pada tali
pusat yang sudah lepas.
c. Menjaga keamanan bayi dari
trauma dan infeksi.
8. Membuat rencana kunjungan ulang
seminggu kemudian yaitu tanggal 14
Januari 2016
3. Asuhan Kunjungan Nifas III
Tanggal
: 14 Januari 2015
Jam
: 15.30 WIB
Tempat
: Rumah Ny R
Tabel 3.9 Kunjungan Nifas 3
Hari/
Subyektif
Tanggal
Kamis,
14 Ibu mengeluh mules di
Januari 2016 perutnya sudah berkurang
dan ibu sudah bisa
berjalan-jalan.
Obyektif
Pemeriksaan Umum:
1. KU : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV :
TD : 120/80 mmHg
S : 360C
N : 80x/m
R : 20 x/m
4. TFU : tidak teraba
5. Kontraksi Uterus : baik
6. Pendarahan : normal
7. ASI : lancar
8. Lochea : serosa (kuning)
9. BB : 67 kg
Pemeriksaan Khusus
1. Muka : tidak tampak pucat
2. Mata : konjungtiva tidak
anemis dan sklera tidak ikterik
3. Payudara : ASI lancar dan
puting susu tidak lecet
Assesment
Ny. R umur 33 tahun
P1A0 post partum 2
minggu
Ja
Planning
m
15.30 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan
WIB
kepada ibu, bahwa ibu dalam keadaan
baik.
15.40 2. Menganjurkan ibu untuk tetap memberi
WIB
ASI ekslusif dan menyusukan bayinya
secara on demand sesering mungkin.
15.40 3. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap
WIB
menjaga personal hygiene.
15.40 4. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu
WIB
mengkonsumsi makanan bergizi untuk
pemenuhan nutrisi.
15.40 5. menganjurkan kepada ibu untuk istirahat
WIB
dan tidur cukup.
15.40 9. Membuat rencana kunjungan ulang 4
WIB
minggu kemudian yaitu tanggal 11
Februari 2016.
4. Asuhan Kunjungan Nifas IV
Tanggal
: 26 Januari 2016
Jam
: 15.00 WIB
Tempat
: Rumah Ny R
Tabel 3.10 Kunjungan Nifas 4
Hari/
Subyektif
Tanggal
10. Kamis, 14
11. Ibu merasa lebih baik dan
Januari 2016
pengeluaran pervaginam
normal berwarna kuning
pucat dan tidak berbau,
nafsu makan ibu banyak,
dan tidur cukup.
Obyektif
Assesment
Pemeriksaan Umum:
12. Ny. R umur 33
1. keadaan
: Baik
tahun P1A0
umum
: Compos mentis
post partum 6
2. kesadaran
minggu
3. Tanda-tanda
Vital
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 82 kali/menit
Respirasi
: 26 kali/menit
0
Suhu
: 36,7 C
4. TFU
: Tidak teraba
5. ASI
: Lancar
6. perdarahan
: Tidak ada (bersih)
7. lochea
: Tidak ada (bersih)
BB : 67 kg
Pemeriksaan Khusus
1. Muka
: Tidak tampak pucat
2. Mata
: Konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik
3. Payudara
: ASI lancar, puting susu
tidak lecet
Jam
Planning
15.00 WIB
1.
15.10WIB
2.
16.30 WIB
3.
16.35 WIB
16.40 WIB
4.
16.45 WIB
5.
16.50 WIB
6.
7.
Memberitahukan
hasil
pemeriksaan
kepada
ibu,
bahwa ibu dalam keadaan baik.
Menganjurkan kepada ibu untuk
tetap
menjaga
personal
hygiene.
Menganjurkan kepada ibu untuk
selalu mengkonsumsi makanan
bergizi
untuk
pemenuhan
nutrisi.
menganjurkan kepada ibu untuk
istirahat dan tidur cukup.
Memastikan ibu sudah berKB
(ibu
sudah
berKB
jenis
Kondom)
Menganjurkan ibu untukmemilih
KB jangka panjang
Menganjurkan ibu untuk tetap
memberi ASI ekslusif dan
menyusukan bayinya secara on
demand sesering mungkin
D. Asuhan Kunjungan Bayi Baru Lahir
1. Asuhan Kunjungan Bayi Baru Lahir I
Tanggal
: 25 Desember 2016
Jam
: 16.30 WIB
Tempat
: BPM Ny. Ngatini Am.Keb
Tabel 3.11 Asuhan Kebidanan BBL 1
Hari/
Subyektif
Obyektif
Tanggal
Jumat, 25
Bayi menangis kuat,
Pemeriksaan Umum:
Desember
warna kemerahan,
1. KU : Baik
2015
gerak aktif dan reflek
2. TTV :
isap kuat.
S : 36,50C
N : 100x/m
R : 24 x/m
3. Warna kulit : seluruh tubuh kemerahan
4. Tali pusat : Tidak ada tanda-tanda infeksi
5. Jenis Kelamin : Laki-laki
6. Berat badan
: 3100 gram
7. Panjang badan : 48 cm
8. Lingkar Kepala : 34 cm
9. Lingkar Dada
: 32 cm
Pemeriksaan Fisik
Kulit
: Kemerahan,
verniks caseosa
sedikit
dan
lanugo ada.
Assesme
nt
Banyi Ny. R
umur 1 jam
normal
Ja
16.30
WIB
16.40
WIB
16.50
WIB
16.55
WIB
Planning
m
1. Melakukan kontak dini ibu dengan
bayi dan memberitahukan bahwa
keadaan bayi baik, sehat dan
lengkap.
2. Melakukan perawatan bayi seharihari (baby hygiene, BAK/BAB,
perawatan tali pusat, dll)
3. Mempertahankan suhu tubuh bayi
dengan cara:
a. Mengeringkan tubuh bayi dengan
handuk bersih.
b. Mengganti handuk yang basah
dengan selimut yang kering dan
bersih kemudian dibungkus.
c. Tidak memandikan bayi
sekurang-kurangnya 6 jam
setelah persalinan.
4. Memberikan salf mata, memberikan
injeksi vitamin K1 0,1 mg IM pada 1/3
atas bagian luar paha sebelah kiri,
Hari/
Tanggal
Subyektif
Obyektif
Kepala
Rambut
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Dada
Abdomen
Genitalia
Anus
Ekstrimitas:
: tidak
ada
caput
suksedaneum dan tidak
ada cephal hematoma.
: Tampak
hitam
dan
tampak bersih.
: Konjungtiva tidak tampak
anemis,
sklera
tidak
tampak ikterik dan tidak
: ada strabismus.
tidak
ada pernafasan
cuping
hidung
dan
bernafas spontan.
: bentuk
normal
dan
simetris.
: tidak
ada
sianosis,
mukosa mulut basah dan
reflek isap ada.
: tidak ada kaku kuduk dan
tidak ada vernik caseosa.
: simetris dan tidak ada
retraksi.
: tidak ada perdarahan tali
pusat, tali pusat segar dan
tidak ada kembung.
: Laki-laki, testis sudah
turun
ke
skrotum
: Berlubang dan mekonium
keluar sesaat setelah bayi
: lahir.
akral hangat dan tidak ada
edema.
Assesme
nt
Ja
m
Planning
memberikan imunisasi HB 0.
5. Melakukan
pencegahan
infeksi
dengan merawat bayi secara aseptik
dan antiseptik
Hari/
Tanggal
Subyektif
Obyektif
Refleks:
Morro
Rooting
Sucking
Grasfing
: (+), saat dikejutkan, kedua
tangan dan kaki
memperlihatkan gerakan
seperti merangkul.
: (+), saat diberi
rangsangan di pipi,
: langsung menoleh ke arah
rangsangan.
: (+), saat telapak tangan
disentuh, bayi
menggenggam dengan
cepat.
(+),saat diberi
minum/dengan
memasukkan jari tangan
: kita ke dalam mulut bayi,
bayi menghisap dengan
:
kuat.
Eliminasi :
BAK : BAB : 1 x, mekonium keluar sesaat setelah
lahir
Assesme
nt
Ja
m
Planning
2. Asuhan Kunjungan Bayi Baru Lahir II
Tanggal
: 25 Desember 2015
Jam
: 23.00 WIB
Tempat
: BPM Ny. Ngatini Am.Keb
Tabel 3.12 Asuhan Kebidanan BBL 2
Hari/
Subyektif
Obyektif
Tanggal
Jumat, 25
Bayi menangis kuat,
Pemeriksaan Umum:
Desember
gerak aktif, reflek isap
1. KU : Baik
2015
kuat dan bayi sudah
2. TTV :
BAK/BAB
S : 36,90C
N : 124x/m
3. Warna kulit : Kemerahan,
tidak ikterik dan bersih
4. Tali pusat : tidak ada tandatanda infeksi
Assesment
Bayi Ny. R lahir 6
jam pertama
Jam
23.00
WIB
23.20
WIB
23.25
WIB
23.30
WIB
23.35
WIB
Planning
1. Mengganti baju bayi,
kemudian
menghangatkan dan membungkusnya
dengan kain bersih dan selimut untuk
mencegah hipotermi.
2. Melakukan kontak dini dengan
menyusukan bayi pada ibu.
3. Memberikan ASI secara on demand.
4. Bayi dilakukan rawat gabung dengan
ibunya
5. Bayi akan dimandikan besok pagi jam
08.00 WIB
3. Asuhan Kunjungan Bayi Baru Lahir III
Tanggal
: 31 Desember 2015
Jam
: 15.55 WIB
Tempat
: BPM Ny. Ngatini Am.Keb
Tabel 3.13
Asuhan Kebidanan BBL 3
Hari/
Subyektif
Obyektif
Tanggal
Kamis, 31
Bayi menyusu
Pemeriksaan Umum:
Desember
kuat, BAK dan
1. KU : Baik
2015
BAB lancar
2. TTV :
S : 36,80C
N : 104x/m
R : 34 kali/menit
BB : 3200 gram
PB : 50 cm
LL : 12 cm
3. Warna kulit : Kemerahan, tidak ikterik dan
bersih
4. Tali pusat : tali pusat telah lepas
5. BB : 3200 gram
5. Refleks. Moro : ada, Roating : ada,
Isap : ada
6. Bayi menyusu kuat
7. Eliminasi : BAK 4 x/hari, BAB 1 x/hari
Assesment
Jam
Bayi Ny. R
lahir 6 hari
15.55
WIB
16.00
WIB
16.30
WIB
16.35
WIB
Planning
1. Memberitahu
hasil
pemeriksaan
kepada ibu, bahwa bayi dalam
keadaan baik.
2. Memandikan bayi dengan air hangat
untuk menghilangkan kotoran dan
lendir darah yang masih melekat,
kemudian menghangatkannya dan
membungkusnya dengan kain bersih
dan
selimut
untuk
mencegah
hipotermi.
3. Tidak membubuhi ramuan atau
apapun pada tali pusat yang sudah
lepas.
4. Memenuhi kebutuhan cairan dengan
menyusukan bayi pada ibu secara on
demand
4. Asuhan Kunjungan Bayi Baru Lahir IV
Tanggal
: 22 Januari 2016
Jam
: 07.00 WIB
Tempat
: BPM Ny. Ngatini Am.Keb
Tabel 3.14
Hari/
Tanggal
Jumat, 22 Januari
2016
Asuhan Kebidanan BBL 4
Subyektif
Bayi menyusu kuat,
ASI lancar , BAK
dan BAB lancar,
gerak aktif.
Obyektif
Pemeriksaan Umum:
1. Keadaan
umum
Nadi
pernafasan
Suhu
BB
PB
LL
Assesment
Bayi Ny. R
lahir
6 minggu
110 kali/menit
32 kali/menit
36,6 0C
3800 g
53 cm
15 cm
Baik
:
:
:
:
:
:
2. Bayi telah diimunisasi BCG
pada tanggal 12 Januari 2016
3. Menyusu kuat
Jam
15.00
WIB
15.10
WIB
16.30
WIB
16.35
WIB
Planning
1. Memberitahukan
hasil
pemeriksaan
kepada ibu, bahwa bayi dalam keadaan
baik.
2. Memandikan bayi dengan air hangat
untuk menghilangkan kotoran dan lendir
darah yang masih melekat, kemudian
menghangatkannya
dan
membungkusnya dengan kain bersih dan
selimut untuk mencegah hipotermi.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberi
ASI ekslusif dan menyusukan bayinya
secara on demand sesering mungkin
selama 6 minggu pertama dan
memberikan makanan pendamping ASI
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
bayinya.
4. Menganjurkan ibu untuk membawa
bayinya ke bidan/puskesmas untuk
imunisasi sesuai jadwal.
E. Asuhan Kunjungan KB
1. Asuhan Kunjungan KB I
Tanggal
: 14 Januari 2016
Jam
: 15.30 WIB
Tempat
: Rumah Ny R
Tabel 3.15 Asuhan Kebidanan KB 1
Subyektif
Obyektif
1. Ibu mengatakan keadaan
Pemeriksaan Umum:
ibu baik dan sehat
1. KU : Baik
2. Ibu mengatakan masih 2. Kesadaran : Compos Mentis
bingung untuk berKB
3. TTV :
TD : 120/80 mmHg
0
S : 36 C
N : 80x/m
R : 20 x/m
4. TFU : tidak teraba
5. Kontraksi Uterus : baik
6. Pendarahan : normal
7. ASI : lancar
8. Lochea : serosa (kuning)
9. BB :
Pemeriksaan Khusus
1. Muka : tidak tampak pucat
2. Mata : konjungtiva tidak
anemis dan sklera tidak
ikterik
3. Payudara : ASI lancar dan
puting susu tidak lecet
Assesment
Ny. R umur 33
tahun P1A0
post partum 2
minggu
Jam
15.30
WIB
17.00
WIB
Planning
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan ibu dalam
kondisi baik.
2. Memberitahu ibu tentang macam-macam alat
kontrasepsi:
a. KB implan/AKBK/susuk
Adalah alat kontrasepsi berisi kapsul silastik berisi
hormon jenis progestin yang ditanam dibawah
kulit.
Keuntungan: perlindungan jangka panjang (5
tahun), pengembalian tingkat kesuburan cepat.
Kekurangan: perubahan pola haid, perubahan berat
badan, ekspulsi implan.
b. KB IUD/AKDR/spiral
Adalah alat kontrasepsi yang dipasang didalam
rahim.
Keuntungan: metode jangka panjang (8-10 tahun),
pengembalian kesuburan cepat.
Kekurangan: siklus haid lebih banyak dan lama,
saat haid lebih sakit, infeksi panggul.
Ibu masih bingung kontrasepsi apa yang dipilih
2. Asuhan Kunjungan KB II
Tanggal
: 11 Februari 2016
Jam
: 15.30 WIB
Tempat
: Rumah Ny R
Tabel 3.15 Asuhan Kebidanan KB 2
Subyektif
Obyektif
1. Ibu mengatakan keadaan
Pemeriksaan Umum:
ibu baik dan sehat
1. keadaan
: Baik
2. Ibu mengatakan masih
umum
: Compos mentis
sudah ber KB kondom
2. kesadaran
3. Tanda-tanda
Vital
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 82 kali/menit
Respirasi
: 26 kali/menit
Suhu
: 36,7 0C
4. TFU
: Tidak teraba
5. ASI
: Lancar
6. perdarahan
: Tidak ada (bersih)
7. lochea
: Tidak ada (bersih)
Pemeriksaan Khusus
1. Muka
: Tidak tampak pucat
2. Mata
: Konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik
3. Payudara
: ASI lancar, puting susu
tidak lecet
Assesment
Ny. R umur 33 tahun
P1A0 post partum 6
minggu
Jam
15.00
WIB
17.00
WIB
17.05
WIB
Planning
1. Memberitahukan
hasil
pemeriksaan kepada ibu, bahwa
ibu dalam keadaan baik.
2. Memastikan ibu sudah berKB
(ibu sudah berKB jenis Kondom)
3. Menganjurkan ibu untukmemilih
KB jangka panjang
BAB IV
PEMBAHASAN
Penulis dalam pembahasan ini mencoba membandingkan antara teori
yang penulis dapatkan dari berbagai literatur dengan tinjauan kasus yang telah
diuraikan didalam BAB III.Harapan penulis adalah memperoleh gambaran secara
nyata kesamaan dan kesenjangan yang penulis jumpai selama melakukan
asuhan kebidanan. Penulis telah melakukan asuhan kebidanan secara
komprehensif pada Ny. R umur 33 tahun G1P0A0umur kehamilan 34 minggu di
BPM Ny. Ngatini Tengaran. Pembahasan ini disusun dari mulai kehamilan
sampai KB menggunakan tahapan tujuh langkah Varney yang dimulai dari
pengkajian sampai evaluasi sebagai berikut :
A. Kehamilan
1. Langkah I Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. R diperoleh data, ibu
mengatakan hamil yang pertama belum pernah melahirkan dan belum
pernah keguguran. HPHT 14 Maret 2015,sehingga taksiran persalinannya
tanggal 21 Desember 2015, selain itu ibu mengeluh pegal – pegal pada
daerah punggung sampai pinggang sejak 3 hari yang lalu, ibu melakukan
pemeriksaan sebanyak 4 kali selama kehamilan ini, yang terdiri dari satu
kali selama trimester I, satu kali pada trimester II dan dua kali pada
trimester ke III, dan ini merupakan kunjungan pertama penulis.
Pemeriksaan kehamilan pada Ny. R merupakan kunjungan pertama
penulis. Hasil pemeriksaan yang di peroleh pada kunjungan pertama yaitu
pemeriksaan umum : keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis,
TD : 110/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 370 C, RR :22x/menit, BB : 65 kg,
TB : 154 cm, LILA : 32,5 cm, pemeriksaan fisik : dalam batas normal,
pemeriksaan obstetri : pada abdomen : TFU : 28 cm, LI : Tinggi fundus
uteri pertengahan pusat dan px, teraba satu bagian bulat lunak, tidak
melenting (bokong janin), LII : kiri :teraba satu tahanan keras memanjang
seperti papan (punggung janin), kanan : teraba satu bagian kecil-kecil
janin (ekstermitas), LIII : teraba satu bagian bulat, keras, melenting, masih
bisa digoyangkan, LIV : konvergen, TBJ : (28-11)X155 = 2480 gram.
Pengkajian kedua didapatkan hasil: pemeriksaan umum, keadaan umum :
baik, kesadaran : composmentis, TD : 110/80mmHg, N : 81x/menit, S :
36,50C, RR :24x/menit, pemeriksaan fisik dan obstetri: dalam batas
normal. Pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. R meliputi 11 T
pemeriksaan VDRL tidak dilakukan karena keterbatasan fasilitas dan
dana, pemberian kapsul yodium dan terapi anti malaria tidak diberikan
karena rumah Ny. F bukan daerah endemik. Terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek lahan, menurut teori pemeriksaan “14 T”
diantaranya yaitu : berat badan, ukur tekanan darah, ukur TFU, tablet Fe,
imunisasi TT harus lengkap saat hamil, pemeriksaan Hb, pemeriksaan
Veneral Disease Research of Laboratories (VDRL) berfungsi untuk
mendeteksi penyakit sifilis, perawatan payudara, senam ibu hamil, temu
wicara, pemeriksaan protein urine, reduksi urine, pemberian terapi kapsul
yodium dan anti malaria (Depkes RI, 2009). Ibu merasakan gerakan janin
pada usia kehamilan 20 minggu. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa gerakan fetus dapat dirasakan mulai umur kehamilan
16 minggu (Husin, 2014).
Penyuntikan TT pada Ny R dilakukan dua kali, yang pertama saat
usia kehamilan 16 minggu. Intervensi waktu pemberian imunisasi TT1 ke
TT2 pada Ny. R yaitu selama kurang lebih 2 bulan.Hal tersebut tidak
sesuai dengan teori. Menurut teori menyatakan bahwa intervensi waktu
penyuntikan TT1 ke TT2 dilakukan 1 bulan,
Selama kehamlan ini berat badan Ny. R mengalami kenaikan
sebanyak 12 kg yang awalnya berat badan ibu sebelum hamil 65 kg dan
berat badan pada usia kehamilan 35 minggu menjadi 73 kg. Menurut
Walyani (2015), menyatakan bahwa kenaikan berat badan pada ibu hamil
dari mulai awal kehamilan sampai akhir adalah 11-12 kg. Hal tersebut
tergolong normal dan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik
dilapangan.
Ukuran LILA Ny. R adalah 32,5 cm, angka tersebut masih dalam
batas normal dan tidak ada kesenjangan dengan teori, Ukuran LILA
normal pada ibu hamil adalah ≥ 23,5 (Depkes RI, 2009), mengukur lila
berfungsi untuk mengetahui status gizi ibu yang berhubungan dengan
pertumbuhan janin agar tidak BBLR.
Mengukur tinggi fundus uteri untuk mengetahui tuanya kehamilan
dalam kandungan dengan mengukur tinggi fundus uteri dari tepi atas
sympisis pubis sampai fundus uteri menurut penambahan per jari. Hal ini
sesuai dengan kasus yang dialami Ny. R bahwa pada saat pemeriksaan
usia kehamilan 34 minggu
TFU teraba pertengahan pusat dan PX
(prosesus xiphoideus), usia kehamilan 35 minggu
TFU teraba
pertengahan pusat dan PX( prosesus xiphoideus). Hal ini sesuai dengan
teori (Sulistyawati, 2009).
Ibu hamil dikatakan anemia apabila kadar hemoglobin (HB) dalam
darahnya kurang dari 10 gr% (Wiknjosastro, 2009). Pemeriksaan HB
pada Ny. R didapat kadar HB bernilai 11,5 gr%, pada pemeriksaan HB
pada ibu hamil dalam program pemerintah dilakukan 2x pemeriksaan
pada Trimester I dan trimester III (Suryati Romauli, 2011), namun pada
Ny. R terdapat kesenjangan pada jadwal pemeriksaan HB, karena pada
saat kehamilan hanya dilakukan 1x pemeriksaan kadar HB yaitu pada
kunjungan trimester III, pada trimester I tidak dilakukan pemeriksaan HB
dikarenakan pada hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik ibu tidak ada
keluhan, tidak ada riwayat anemia dan tidak ada hal yang mendukung
untuk dilakukan pemeriksaan tersebut, dan pada Ny. R tidak mengalami
komplikasi atau penyakit saat kehamilan yang berhubungan dengan
kadar HB.
Pengkajian
pertama
ibu
mengeluh
badannya
pegal-pegal
dikarenakan ibu menjemur pakaian dilantai 2 dan ibu masih naik turun
tangga.Hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek lahan
karena keluhan pegal-pegal yang dirasakan ibu merupakan keluhan yang
fisiologis.Menurut Kurnia (2009), menyatakan bahwa perubahan fisik
pada trimester III, meliputi : Sakit pada bagian tulang belakang
(punggung),
perubahan
payudara
(keluarnya
cairan
kolostrum),
konstipasi, gangguan pernafasan, sering kencing (miksi), kontraksi perut,
bengkak (oedema) pada muka, ekstermitas, kram pada kaki, keluarnya
cairan vagina berwarna jernih.
2. Langkah II Interpretasi Data
Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan dan masalah yang
mungkin timbul pada kasus ini setelah dilakukan pengkajian 2 kali.
Diagnosa kebidanan berasal dari data subjektif dan objektif sehingga
muncul diagnosa kebidanan pertama Ny. R umur 33 tahun G1P0A0 umur
kehamilan 34 minggu , janin tunggal hidup intra uteri, letak memanjang,
puka, presentasi kepala, konvergen. Diagnosa ditegakkan dengan
adanya pemeriksaan, dikuatkan dengan teori.
Menurut buku assuhan kebidanan pada masa kehamilan (Ari
Sulistyawati, 2009), cara pembuatan diagnosa yaitu Ny. . .umur. . .tahun,
G. . .P. . .A. . .Umur kehamilan. . .minggu, janin tunggal/ganda, hidup/mati
dalam intra uterine, letak memanjang/melintang, punggung kanan/kiri,
presentasi kepala/bokong, divergen/konvergen.
Diagnosa yang ditegakkan dari hasil pengkajian dan penelitian
selama 1 minggu pemantauan pasien yaitu Ny. R umur 33 tahun G1P0A0
umur kehamilan 35 minggu, janin tunggal, hidup intrauteri, letak
memanjang, puka, presentasi kepala, konvergen. Berdasarkan diagnosa
yang di tegakkan tidak muncul kesenjangan antara teori dan praktik.
3. Langkah III Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial tidak ditemukan, hal ini sesuai dengan teori
bahwa diagnosa potensial ditegakkan berdasarkan terdapat minimal satu
tanda yang muncul. Pada langkah ini, mengidentifikasi masalah potensial
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi (Yulifah,
2013).
4. Langkah IV Antisipasi atau Tindakan Segera
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan yang terjadi dalam kondisi darurat. Kondisi darurat
merupakan kondisi yang membutuhkan tindakan dengan segera untuk
menangani diagnosis maupun masalah darurat yang terjadi dan apabila
tidak segera dilakukan tindakan dapat menyebabkan kematian ( Yulifah,
2013). Pada kasus ini tidak dibutuhkan antisipasi atau tindakan segera.
5. Langkah V Perencanaan
Asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III yaitu anjurkan ibu
memakai pakaian yang longgar dan terbuat dari katun sehingga
mempunyai kemampuan menyerap terutama pada pakaian dalam, BH
dianjurkan yang longgar dan mempunyai kemampuan untuk menyangga
payudara yang semakin berkembang. Anjurkan ibu hamil untuk istirahat
atau tidur cukup. Anjurkan ibu untuk melakukan senam hamil, anjurkan
ibu
untuk
mengkonsumsi
makan-makanan
yang
berserat
untuk
mencegah konstipasi, anjurkan ibu untuk mengurangi minum dimalam
hari (Romauli, 2011).
Penulis merencanakan asuhan yang dilakukan pada kunjungan
pertama dan kunjungan kedua, kunjungan pertama pada saat ibu hamil
umur 34 minggu penulis merencanakan asuhan periksa keadaan ibu,
beritahu ibu cara mengatasi keluhan ibu dengan body mekanic, beritahu
ibu tanda bahaya TM III, beritahu ibu ketidaknyamanan TM III, anjurkan
ibu istirahat cukup dan memakai pakaian yang mudah menyerap
terutama celana dalam dan memakai BH yang menopang payudara,
berikan therapy pada ibu.
Kunjungan kedua penulis merencanakan asuhan yaitu periksa
keadaan ibu, tanyakan kepada ibu mengenai keluhan yang ibu rasakan 1
minggu yang lalu, ingatkan tanda-tanda persalinan, anjurkan ibu untuk
banyak istirahat, ingatkan pada ibu mengenai persiapan persalinan, dan
berikan ibu teraphy.
6. Langkah VI Penatalaksanaan
Penatalaksanaan merupakan tindak lanjut secara nyata dari yang
telah direncanakan pada langkah perencanaan.Pada langkah ini
dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien dan aman,
rencana asuhan menyeluruh yang dilaksanakan yang telah diuraikan
pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman (Yulifah,
2013). Penulis melakukan asuhan kunjungan pertama pada saat ibu
hamil umur 34 minggu penulis melakukan asuhan dengan memeriksa
keadaan ibu, memberikan konseling mengenai tanda bahaya trimester III,
ketidaknyamanan trimester III, dan menganjurkan ibu untuk makan
makanan dengan gizi seimbang, menganjurkan ibu untuk istirahat cukup,
memberikan terapi.Asuhan yang diberikanpada ibu dengan keluhan
pegal-pegal pada punggung yang disebabkan oleh meningkatnya beban
berat dari bayi yang ada dalam kandungan yang dapat mempengaruhi
postur tubuh sehingga menyebabkan tekanan kearah tulang belakang,
dimana asuhan yang diberikan untuk mengurangi keluhan pegal-pegal
dibagian punggung yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan
mengenai posisi yang baik untuk ibu hamil atau biasa disebut dengan
body mekanik. Macam-macam body mekanik yaitu cara duduk yang
benar, cara berdiri yang benar, cara bangun dari tempat tidur yang benar,
cara mengambil barang yang benar, cara jongkok yang benar, dan hal-hal
yang tidak dibolehkan dalam body mekanik pada ibu hamil yaitu berdiri
terlalu lama, melakukan posisi yang salah dalam waktu yang lama misal
bersila, naik turun tangga, mengangkat beban berat, memakai sepatu ber
hak tinggi.
Kunjungan kedua penulis melakukan asuhan yaitu periksa keadaan
ibu, menanyakan pada ibu tentang keluhan yang dialami oleh ibu,
mengingatkan tanda-tanda dan persiapan persalinan pada ibu dan
menganjurkan ibu untuk istirahat cukup.
Pelaksanaan terdapat kesenjangan antara teori dan praktik lahan.
Pada saat dilahan penulis tidak melakukan asuhan senam hamil
di
karenakan ibu tidak bersedia untuk diberikan asuhan senam hamil
dikarenakan ibu merasa tidak ada waktu luang pada saat hari efektif
bekerja. Sementara itu waktu liburan ibu lebih memilih menghabiskan
waktunya untuk keluarga.
7. Langkah VII Evaluasi
Hasil asuhan dinyatakan berhasil apabila dengan diberikan asuhan
kebidanan selama 1 minggu, pegal-pegal yang dialami ibu sedikit
berkurang. Hasil asuhan dianggap gagal apabila keluhan pegal-pegal
yang dirasakan ibu tetap maupun tambah sakit. Hasil evaluasi yang
dilakukan penulis, selama ini asuhan yang diberikan berhasil karena
pegal-pegal ibu sudah berkurang.
B. Persalinan
1. Langkah I Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Desember 2015. Selama
pengkajian penulis tidak mendapatkan kesulitan dalam pembuatan karya
tulis ilmiah ini, karena pasien bersedia memberikan keterangan yang
bersifat
subjektif,
misalnya
:
identitas pasien,
riwayat
kehamilan,
persalinan, nifas yang lalu, riwayat kesehatan dan penyakit keturunan, data
psikologis dan kebiasaan sehari-hari. Disamping itu penulis juga tidak
mendapatkan kesulitan untuk bekerjasama dengan tenaga kesehatan yang
lain
guna
memperoleh
data
objektif,
pemeriksaan
fisik
maupun
pemeriksaan obstetrik.
Pengkajian yang dilakukan penulis dilahan yang meliputi data
subjektif dan objektif. Data subjektif yang dikaji pada Ny. R yaitu ibu
mengatakan perutnya mules sejak pukul 07.00 WIB dan ibu mengatakan
keluar lendir darah sejak pukul 12.30 WIB. Pada kasus Ny. R ibu
mengatakan ini kehamilan pertama dan belum pernah keguguran,
merasakan gerakan janin > 10x dalam 24 jam terakhir,
Data objektif yang diperoleh pada tanggal 25 Desember 2015 jam
12.30 WIB yaitu : keadaan umum baik, kesadaran : composmentis, TD :
120/80 mmHg, N : 83x/menit, S : 36,50c, RR : 22x/menit, TB : 154 cm,
berat badan : 77 kg, Lila : 32,5 cm. pada Leopold I : teraba 3 jari dibawah
px, teraba bulat lunak tidak melenting (bokong), Leopold II : ka: teraba
punggung janin dan ki : teraba bagian terkecil janin, Leopold III : teraba
bulat, keras, melenting (kepala), Leopold IV : divergen masuk 2/5 bagian,
TFU : 31cm, TBJ : 3100 gram, DJJ : 140x/menit. VT : VU kosong, vagina
elastis, porsio lunak, pembukaan 6cm, effacement 75%, kulit ketuban
masih utuh, presentasi belakang kepala, POD ubun-ubun kecil, tidak ada
bagian yang menumbung, penurunan hodge 2, tidak ada molase,
pengeluaran pervaginam lendir darah.
Data objektif yang diperoleh pada tanggal 25 Desember 2015 jam
15.55 WIB yaitu : keadaan umum :baik, N : 84x/menit, RR : 24x/menit,
pembukaan 10cm, efaccement 100%, ketuban sudah pecah, presentasi
kepala, POD ubun-ubun kecil, tidak ada bagian yang menumbung,
penurunan kepala hodge III+, tidak ada molase, PPV lendir darah, DJJ :
140x/menit, HIS : 5x10´50”, bandle ring : tidak ada dan terlihat tanda gejala
kala II yaitu dorongan ingin meneran, tekanan pada anus, perineum
menonjol dan vulva membuka.
Langkah
pengkajian
ini
tidak
ditemukan
adanya
kesenjanganantara teori dan praktek, karena prinsipnya semua data yang
didapatkan dari lahan praktek sudah sesuai dengan teori.
2.Langkah II Interpretasi data
Identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpilkan.Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik (Yulifah,
2013).
Menurut buku Asuhan Kebidanan (Ari Sulistyawati, 2009), cara
pembuatan diagnosa yaitu Ny. . .umur. . .tahun, G. .P. .A. . Umur
kehamilan. . .minggu, janin tunggal/ganda, hidup/mati dalam intra uterine,
letak
memanjang/melintang,
punggung
kanan/kiri,
presentasi
kepala/bokong, divergen/konvergen inpartu kala I / II / III / IV.
Pengkajian pada jam 12.30.WIB diperoleh diagnosa G1P0A0 33
tahun, hamil 41 minggu 3 hari, janin tunggal hidup intra uteri, letak
memanjang, punggung kanan, presentasi kepala, divergen, inpartu kala l
fase akselerasi, jam 15.55 WIB memperoleh diagnosa G1P0A0 umur 33
tahun, inpartu kala ll, pada jam 16.32 memperoleh diagnosa P1A0 umur 33
tahun, inpartu kala lll, pada jam 16.51 WIB memperoleh diagnosa P1A0 33
tahun inpartu kala IV.
3. Langkah III Diagnosa Potensial
Tidak muncul diagnosa potensial, karena pada kasus Ny. R tidak
terdapat masalah pada faktor yang mempengaruhi persalinan yang terdiri
dari Power, Passage, Passanger ( Sumarah, 2009)
4. Langkah IV Antisipasi/Tindakan Segera
Tidak dilakukan antisipasi, karena pada Ny. R diagnosa potensial
tidak muncul dan tidak perlu melakukan penanganan segera seperti yang
tercantum
dari
teori
Yulifah
(2013)
bahwa
antisipasi
merupakan
kesinambungan dari diagnosa potensial, apabila diagnosa potensial tidak
muncul maka tidak perlu dilakukan antisipasi penanganan segera.
5. Langkah V Perencanaan
Adanya kerjasama antara penulis dan tenaga kesehatan yang
lainya, sehingga penulis dapat merencanakan asuhan kebidanan yang
menyeluruh setelah ditemukan didalam diagnosa dan masalah.
Secara teori rencana asuhan yang dilakukan pada kala I, yaitu
rencana pemantauan kemajuan persalinan menggunakan partograf,
pemantauan terhadap tanda-tanda vital, pemantauan terus menerus
terhadap keadaan bayi, pemberian hidrasi bagi pasien, anjurkan dan
membantu pasien
dalam upaya perubahab posisi dan
ambulasi,
mengupayakan tindakan yang membuat pasien nyaman, memfasilitasi
dukungan keluarga (Sulistyawati, 2013).
Adapun beberapa perencanaan penulis dari kala I – IV antara lain :
a. Perencanaan kala I akselerasi :
Beritahu keadaan ibu, anjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi untuk
persalinan, ajarkan ibu tekhnik relaksasi pernafasan, anjurkan ibu
untuk tidak menahan BAB dan BAK, siapkan partus set, lakukan
pengawasan 10, Lakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam sekali atau
apabila ada indikasi.
Perencanaan kala I, penulis tidak menemukan kesenjangan antara
teori dengan lahan praktek.
b. Perencanaan kala II
Secara teori asuhan yang dilakukan pada kala II, yaitu
pemantauan ibu meliputi pemantauan kontraksi, pemantauan tandatanda kala II, pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan kandung
kemih, pemberian hidrasi, pemantauan kemajuan persalinan dan
upaya meneran, integritas perineum. Rencana pemantauan janin
yaitu pada saat belum lahir dan pada saat bayi sudah lahir. Secara
teori pada saat bayi belum lahir, rencana melakukan pemantauan
frekuensi denyut jantung janin, pemantauan bagian terendah janin
untuk menilai apakah proses penyesuaian kepala janin dengan jalan
lahir berlangsung baik, rencana pemantauan penurunan bagian
terendah janin. Pada saat bayi sudah lahir, secara teori rencana
asuhan yang akan dilakukan adalah penilaian sekilas sesaat setelah
bayi lahir untuk menilai kesejahteraan bayi secara umum, rencana
pemantauan menit pertama kelahiran yaitu penilaian bayi baru lahir
dengan cara yang sederhana, meliputi tangisan bayi, warna kulit bayi
dan gerakan bayi (Sulistyawati, 2013).
Adapun beberapa perencanaan yang dilakukan penulis pada saat
kala II yaitu : beritahu ibu keadaanya, menganjurkan suami untuk
memberikan minum disela- sela kontraksi, memastikan peralatan
lengkap, menganjurkan suami dan keluarga untuk memotivasi pasien
dalam
proses
persalinan,
mempersiapkan
pertolongan
yang
menggunakan 58 langkah APN.
Perencanaan pelaksanaan kala II ini, penulis tidak menemukan
kesenjangan antara teori dan lahan praktek.
c.
Perencanaan kala III
Secara teori rencana asuhan yang diberikan kepada ibu saat
memasuki proses persalinan kala III adalah rencana dukungan
mental dari bidan dan keluarga atau pendamping, penghargaan
terhadap proses kelahiran yang akan dilalui, informasi yang jelas
mengenai keadaan pasien sekarang dan tindakan apa yang akan
dilakukan, penjelasan mengenai apa yang harus ibu lakukan untuk
membantu mempercepat kelahiran plasenta yaitu kapan saat ibu
harus meneran dan posisi yang mendukung untuk pelepasan dan
kelahiran plasenta, berikan hidrasi ( Nugaraheny, 2010).
Saat dilahan praktek penulis merencanakan asuhan manajemen
aktif kala III meliputi : lakukan massase uterus, beritahu ibu akan
disuntik oksitosin agar plasenta segera lahir, suntik oksitosin, periksa
tanda-tanda pelepasan plasenta, lakukan peregangan tali pusat
terkendali, periksa kelengkapan plasenta.
Perencanaan kala III, penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dengan lahan.
d. Perencanaan kala IV
Secara teori rencana asuhan yang diberikan pada saat kala IV
adalah rencana pemantauan dan evaluasi kala IV meliputi rencana
pemantauan tekanan darah dan nadi, rencana melakukan penjahitan
luka episiotomi atau laserasi. Rencana asuhan pemberian hidrasi dan
nutrisi, hygiene dan kenyamanan pasien, bimbingan dan dukungan
untuk BAK, informasi dan bimbingan yang jelas mengenai apa yang
akan terjadi dengan tubuhnya dan apa yang harus dilakukan
berkaitan dengan kondisinya, dukungan untuk menjalin hubungan
awal dengan bayinya, terutama saat pemberian ASI awal, pemberian
analgesik jika diperlukan, tempat dan alas tidur yang bersih agar tidak
terjadi infeksi (Nugraheny, 2010).
Saat dilahan penulis merencanakan asuhan kala IV, meliputi : kaji
ulang kontraksi uterus, rapikan alat dan bersihkan ibu, lakukan
pengawasan kala IV, dokumentasi.
Saat menyusun perencanaan kala IV, penulis tidak menemukan
kesenjangan antara teori dan praktek.
6. Langkah VI Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan pada Ny. R Di BPM Ny Ngatini Tengaran.
Pada langkah pelaksanaan penulis melakukan pelaksanaan terhadap apa
yang telah ditetapkan diperencanaan dan sesuai dengan asuhan
persalinan normal yang dijelaskan menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Republic
Indonesia
Nomor
900/Menkes/VII/2000
Bab
IV
tentang
kewenangan bidan.
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan pada klien
dan keluarga. Mengarah atau melaksanakan rencana asuhan secara
efisien dan aman (Ambarwati dkk, 2009).
a. Kala I fase akselerasi
Langkah ini penulis memberitahukan pada Ny. R bahwa keadaan
ibu dan janin baik, menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk
mencegah dehidrasi, menganjurkan ibu tekhnik relaksasi guna
mengurangi rasa nyeri, menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK
yang
bertujuan
menyiapkan
alat
untuk
mempercepat
persalinan,
penurunan
melakukan
kepala
pengawasan
janin,
10
dan
melakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam sekali pada jam 12.30 WIB
dilakukan kembali pemeriksaan dalam, melakukan pengawasan 10 .
Menurut Indrayani (2013) pembukaan servik dinilai 4 jam sekali.
Kemudian interval waktu 4 jam dilakukan VT kembali karena terlihat
indikasi yaitu tanda gejala kala II.
b. Kala II
Langkah
ini
penulis
memberitahu
kepada
Ny.
R
bahwa
pembukaan lengkap, menganjurkan suami untuk memberikan minum
the manis pada ibu di sela-sela kontraksi, melakukan pertolongan
persalinan yang meliputi mencuci tangan, mengatur posisi, meletakkan
handuk diperut ibu, membuka dan mengecek partus set, menyiapkan
perlengkapan bayi serta memimpin persallinan yang meliputu bimbing
meneran, saat kepala bayi 5-6 cm didepan vulva, tangan kanan
menahan perineum dan tangan kiri diatas sympisis, lahirkan kepala
bayi, cek lilitan tali pusat, tunggu putaran paksi luar, melahirkan tekhnik
biparietal, melakukan sangga susur.
Penulis menemukan kesenjangan teori dan praktek mengenai
kelengkapan alat pelindung diri , yang telah dijelaskan pada teori
mirzanie & Desy (2009) mengatakan bahwa alat pelindung diri meliputi
celemek, masker, kaca mata, alas kaki dan penutup kepala. Saat
dilahan alat pelindung diri tidak terdapat kaca mata dan penutup kepala
karena keterbatasan alat. Selain itu juga tentang IMD bayi dilakukan
IMD setengah jam, hal ini tidak sesuai dengan teori karena secara tepri
IMD pada pada bayi dilakukan minimal I jam (Sulistyawati, 2013).
c. Kala III
Langkah ini penulis memberitahu kepada Ny. R bahwa mules
yang dirasakan dikarenakan plasenta akan lahir serta melakukan
manajemen aktif kala III meliput memberitahu ibu akan disuntikoksitosin
10 IU pada paha kanan anterolateral, memindahkan klem 5-10 cm dari
vulva, melakukan PTT, melihat tanda pelepasan plasenta dan
melahirkan plasenta. Tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek
lahan.
d. Kala IV
Langkah ini penulis melakukan kaji ulang kontraksi uterus,
merapikam alat dan bersihkan ibu, melakukan pengawasan kala IV.
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.
7. Langkah VII Evaluasi
Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. R sudah didapatkan
hasil yang optimal. Hal ini dapat dilihat pada tanggal 25 desember 2015 jam
16.30 WIB lahir bayi spontan, menangis kuat kulit kemerahan, gerakan aktif
jenis kelamin perempuan dan sudah dilakukan IMD, berat adan 3100 gram,
tidak terdapat cacat bawaan, kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap,
kotiledon lengkap, tidak terdapat perdarahan. Pada kala IVkondisi ibu baik,
kemudian tidak didapatkan komplikasi pada ibu dan janin. Perdarahan
selama kala II ± 50 cc, kala III ±100cc, kala IV 150 cc sehingga total darah
yang keluar dari jalan lahir ± 300 cc. Menurut Prawiroharjo (2009)
pengeluaran darah normal ± 500 cc dan ≥ ± 500cc pengeluaran darah yang
abnormal. Sehingga asuhan yang diberikan saat bersalin dinyatakan berhasil
dan tidak terdapat kesenjangan teori dan praktek lahan. Setelah dilakukan
evaluasi penulis mendapatkan data bahwa kala I berlangsung selama 8 jam,
kala II 30 menit, kala III 15 menit, kala IV 2 JAM.
C. Nifas
1. Langkah I Pengkajian
Langkah pertama yaitu pengumpulan data dasar , pada langkah
pengumpulan data ini memperoleh data dengan cara anamnesa pada
klien dan keluarga berdasarkan keluhan yang dirasakan dan melakukan
pemeriksaan fisik yang diperlukan. Penulis tidak menemukan kesulitan
karena ibu sangat kooperatif.
Kunjungan I 7 jam post partum didapatkan data subjektif yaitu Ibu
mengatakan plasenta lahir lengkap, kotiledon utuh tidak ada bagian yang
tertinggal, kondisi ibu sudah membaik setelah bersalin, dan ibu masih
merasakan mules serta nyeri pada luka laserasi, keluar darah berwarna
merah segar dari jalan lahir ibu dan ibu sudah BAK tetapi belum BAB.
Pengkajian data objektif didapatkan pemeriksaan umum baik, TTV : TD :
110/70 mmHg, N : 80x/menit, S : 36,60c, R : 23x/menit., TFU 2 jari di
bawah pusat, kontraksi uterus baik, kolostrum sudah keluar, dan PPV
darah merah (lochea rubra) perdarahan ±50 cc. hal ini sesuai dengan
teori Dewi, Vivian dan Tri Sunarsih (2011) menyatakan bahwa tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan lahan praktik.
Pengkajian ke dua 7 hari postpartum didapatkan data subjektif ibu
mengatakan
pengeluaran
pervaginamnya
berupa
lendir
berwarna
kecoklatan, ASI keluar pada hari pertama dan ibu tidak ada kesulitan
dalam mengurus bayinya, dan ibu mempunyai kesulitan waktu untuk
istirahat. Pengkajian data obyektif didapatkan pemeriksaan umum,
keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV: TD : 120/80 mmHg,
N : 88x/menit, S : 36,20c, RR : 20x,menit, pengeluaran pervaginam darah
PPV berupa cairan berwarna kecoklatan ± 50cc dan TFU teraba antara
pertengahan pusat dan sympisis. Menurut Dewi, Vivian dan Tri Sunarsih
(2013) menyatakan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek.
Pengkajian ke tiga 2 minggu postpartum didapatkan data subjektif
ibu mengatakan pengeluaran pervaginam berupa lendir berwarna putih
dan ibu sudah tidak mengalami kesulitan dalam istirahat serta ibu tidak
ada kesulitan dalam menyusui bayinya dan ibu memberikan ASI eksklusif
pada bayinya. Pengkajian data obyektif didapatkan pemeriksaan umum,
keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV, TD : 120/80 mmHg,
N : 80x/menit, S : 360c, RR : 20x/menit, pengeluaran pervaginam
berwarna putih, TFU sudah tidak teraba. Menurut Dewi, Vivian dan Tri
Sunarsih (2013) menyatakan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan praktek.
Pengkajian ke empat 6 minggu postpartum didapatkan data
subjektif ibu mengatakan pengeluaran pervaginam sudah tidak ada, ibu
mengatakan ingin kontrol dan ingin konseling penggunaan KB, dan ibu
sudah melakukan aktifitas sehari-hari seperti biasanya. Pengkajian data
objektif didapatkan keadaan ibu baik, TTV, TD : 110/70 mmHg, N :
83x/menit, S : 36,70c, RR : 26x/menit, pada pemeriksaan obstetri pada
genetalia didapatkan hasil tidak ada tanda-tanda infeksi, sudah tidak ada
cairan yang keluar dan luka jahitan sudah sembuh, TFU sudah tidak
teraba. Menurut Dewi, Vivian dan Tri Sunarsih (2013) menyatakan bahwa
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.
2. Langkah II Interpretasi Data
Ny. . .umur. . .tahun, P. .A. ., postpartum . . .hari. diagnosa tanggal
25 desember 2015 jam 23.00 ialah P1A0 33 tahun post partum 7 jam.
Diagnosa tanggal 31 desember 2015 ialah P1A0 33 tahun post partum 7
hari. Diagnosa tanggal 14 Januari 2016 ialah P1A0 33 tahun 2 minggu
postpartum. Diagnosa tanggal 26 januari 2016 ialah P1A0 33 tahun 6
minggu postpartum.
3. Langkah III Diagnosa Potensial
Tidak muncul diagnosa potensial, karena pada kasus Ny. Rtidak
terdapat masalah bahaya nifas seperti yang dijelaskan pada teori
Margaretha ZH (2013) menyatakan bahwa bahaya nifas meliputi anemia,
depresi masa nifas, infeksi masa nifas diantaranya : mastitis, lochea
berbau busuk, endometritis, parametritis, trombofeblitis, hematoma,
vaginitis.
4. Langkah IV Antisipasi / Tindakan Segera
Tidak dilakukan antisipasi, karena pada Ny. R diagnosa potensial tidak
muncul dan tidak perlu melakukan penanganan segera.
5. Langkah V Perencanaan
Penulis dapat merencanakan asuhan kebidanan yang tepat pada
Ny. R dari kunjungan nifas pertama sampai keempat. Menurut Elizabeth
(2015) kunjungan masa nifas, 6-8 jam postpartum, 7 hari postpartum, 2
minggu postpsrtum dan 6 minggu postpartum, yaitu :
Kunjungan I menurut teori yaitu mencegah terjadinya perdarahan
pada masa nifas, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan
dan memberikan rujukan apabila perdarahan berlanjut, memberikan
konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri,
pemberian ASI pada awal menjadi ibu, mengajarkan untuk mempererat
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat
dengan cara mencegah hipotermi.
Kunjungan nifas I di praktek lahan didapatkan perencanaan yaitu
pastikan keadaan ibu baik, jelaskan pada ibu penyebab mules yang
dirasakan ibu, jelaskan pada ibu cara mencegah perdarahan, anjurkan
ibu untuk mobilisasi dini, ajarkan pada ibu untuk mempererat hubungan
antara ibu dan bayi serta memberikan ASI, memberikan terapy dan
melakukan oservasi 24 jam.
Menurut teori pada kunjungan ke II 7 hari post partum yaitu adalah
memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,fundus di
bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak berbau,
menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan pasca
melahirkan, memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tandatanda penyulit, memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan
pada bayi, cara merawat tali pusat, dan menjaga bayi tetap hangat.
Kunjungan II didapatkan perencanaan di praktek lahan yaitu
pastikan ibu dalam keadaan baik, periksa tanda demam dan infeksi
setelah melahirkan, berikan KIE nutrisi ibu nifas, pastikan ibu menyusui
dengan benar, anjurkan kunjungan ulang 2 minggu lagi.
Kunjungan III pada masa nifas menurut teori sama dengan
asuhan kunjungan II masa nifas. Hal ini tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktek lahan.
kunjungan III di praktek lahan dilakukan pastikan ibu dalam keadaan
baik, nilai adanya tanda demam dan infeksi, pastikan ibu menyusui
dengan benar, anjurkan ibu untuk kunjungan 4 minggu lagi.
Menurut teori kunjungan IV masa nifas yaitu : menanyakan pada ibu
tentang penyulit yang dialami ibu dan bayi, memberikan konseling untuk
KB secara dini
Kunjungan IV di lakukan di praktek lahan yaitu asuhan pastikan ibu
dalam keadaan baik dan anjurkan ibu segera menggunakan KB,
jelaskan pada ibu tentang KB yang cocok di pakai oleh ibu dan pastikan
ibu memberikan ASI nya secara eksklusif.
Tidak di temukan kesenjangan antara teori dan praktek lahan pada
asuhan masa nifas kunjungan I-IV postpartum.
6. Langkah VI Pelaksanaan
Langkah ini penulis tidak mendapatkan kesulitan dalam melakukan
pelaksanaan. Seluruh perencanaan dilakukan dalam pelaksanaan.
Pelaksanaan dilakukan secara tepat dan tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek.
7. Langkah VII Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan kunjungan KN 1
– KN 4 asuhan dikatakan berhasil. Apabila asuhan tidak berhasil
didapatkan komplikasi pada ibu. Di dalam asuhan dari ibu nifas dari
kunjungan I-IV tidak didapatkan komplikasi pada ibu nifas, sehingga
asuhan yang diberikan dinyatakan berhasil.
D. Bayi Baru Lahir ( BBL )
1. Langkah 1 Pengkajian
Penulis
mengatakan
bahwa
setelah
dilakukan
pengkajian
neonatus sebanyak 4 kali didapatkan data subjektif dan objektif.
Pengkajian 1 jam bayi baru lahir didapatkan bahwa bayi Ny. R lahir pada
tanggal 25 desember 2015 jam 16.30 WIB, berjenis kelamin, berjenis
kelamin laki-laki, menangis kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan setelah
lahir bayi melakukan IMD selama 10 menit berguna untuk merangsang
uterus berkontraksi dan mencegah perdarahan. Hal ini tidak sesuai
dengan teori ( Sulistyawati, 2009).1 jam pertama setelah bayi lahir bayi
sudah BAK dan belum BAB hal ini sesuai dengan teori dan tidak
terdapat kesenjangan. Berat badan 3100 gram, panjang badan 48 cm,
lngkar kepala 34 cm, lingkar dada 32 cm, lingkar lengan atas 11 cm,
tidak terdapat cacat bawaan, reflek morrow, rooting, sucking, grapsing,
tonic neck dan walking baik. Pada kasus ini neonatus cukup bulan,
sesuai dengan teori yaitu bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 sampai 4000 gram
(Marmi Kukuh, 2014).
KN-1 didapatkan data subjektif bayi sudah di IMD dan bayi sudah
BAK tetapi belum BAB. Keadaan umum bayi baik, kesadaran
composmentis, suhu 36,50c, N 100x/menit, RR 44x/menit. Pada
pemeriksaan fisik tidak terdapat tanda-tanda ikterus atau bahaya bayi
baru lahir.
KN-2 didapatkan data subjektif bayi sudah mendapatkan ASI dari
jam 16.20-16.50, bayi sudah BAB dan BAK, tidak ada tanda bahaya bayi
baru lahir dan gerakan aktif. Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, N : 124x/menit. S : 36,40c, RR : 44x/menit.
KN-3 didapatkan data subjektif bayi menyusu kuat dan ASI keluar
lancar, tali pusat sudah lepas pada hari ke 6 dan tidak ada tanda-tanda
infeksi pada pelepasan tali pusat, bayi BAK 8x/hari dan BAB 3-4x/hari.
Berat badan bayi pada usia 1 minggu mengalami kenaikan 1 ons yaitu
dari 3100 gram menjadi 3200 gram, hal ini masih dianggap normal.
KN-4 Pengkajian data subjektif didapatkan bayi menyusu kuat
setiap 2 jam sekali, bayi tidak pernah demam, bayi tidak ada kelainan
apapun, reflek menghisap bayi baik dan bayi hanya di beri ASI saja
tanpa makanan tambahan apapun. Data objektif keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, berat badan 3800, lingkar lengan atas 12 cm.
hal ini dianggap normal, sesuai dengan teori Sudarti (2010) menyatakan
bahwa bayi baru lahir setelah umur 1 minggu mengalami kenaikan berat
badan.
2. Langkah II Interpretasi Data
Diagnosa untuk bayi baru lahir kurang dari 1 hari ialah Bayi Ny. .
.umur. . .jam, sedangkan bayi lebih dari 1 hari penulisan diagnosanya
ialah By. . .umur. . .hari. Pada tanggal 25 desember 2016 diperoleh
diagnosa By Ny. R umur 1 jam. Pada tanggal 25 desember 2015
diagnosanya ialah Bayi Ny. R umur 6 jam. Tanggal 31 desember 2016
diagnosanya ialah Bayi Ny. R umur 7 hari dan tanggal 22 januari 2016
diagnosanya ialah Bayi Ny. R umur 4 minggu postpartum.
3. Langkah III Diagnosa Potensial
Tidak muncul diagnosa potensial, karena pada kasus Bayi Ny. R
tidak terdapat masalah yang dapat memunculkan diagnosa potensial.
Diagnosa potensial muncul jika terdapat minimal satu tanda bahaya bayi
baru lahir, bayi tidak mau menyusu, lemah, sesak nafas, merintih, pusar
kemerahan, mata bernanah, kulit kuning atau kebiruan ( Saifudin, 2006).
4. Langkah IV Antisipasi
Tidak dilakukan antisipasi, karena pada Bayi Ny. R diagnosa
potensial tidak muncul dan tidak perlu melakukan penanganan segera.
5. Langkah V Perencanaan
Penulis merencanakan asuhan yang diberikan pada bayi baru
lahir KN-1 –KN-4. Pada bayi baru lahir perencanaan yang akan dilakukan
dalam asuhan meliputi informasikan keadaan bayi, suntik vitamin K untuk
mencegah perdarahan, beri salep mata untuk mencegah infeksi, jaga
kehangatan bayi. Terdapat kesenjangan teori bahwa perencanaan bayi
baru lahir dilakukan penyuntikan imunisasi Hb 0 ( Departemen Kesehatan
RI, 2009).
KN-1 dilakukan 1 jam setelah bayi lahir, perencanaan asuhan
yang akan dilakukan yaitu jaga kehangatan bayi, monitoring asupan
nutrisi bayi, pastikan bayi sudah di beri injeksi Vit.K dan salep mata,
anjurkan ibu untuk menyusui secara on demand, beritahu ibu untuk tidak
memandikan bayinya sebelum 6 jam, hal tersebut tidak sesuai dengan
teori karena asuhan KN-1 di berikan 1 jam setelah bayi lahir sedangkan
diteori segera setelah lahir hal ini disebabkan karena masih di lakukan
IMD, menurut Departemen RI (2009) menyatakan suhan KN-1 meliputi :
Pemeriksaan bayi baru lahir, menjaga kehangatan bayi, memberikan
salep mata, Vit.K dan imunisasi HB 0 dan konseling.
KN-2 perencanaan asuhan kebidanan meliputi pemeriksaan ulang
bayi baru lahir, ASI eksklusif, menjaga kehangatan bayi, perawatan bayi,
tanda bahaya bayi baru lahir, perawatan bayi sehari-hari, perawatan tali
pusat dan konseling. Menurut Departemen Kesehatan RI (2009)
menyatakan asuhan KN-2 meliputi : pemeriksaan ulang bayi baru lahir,
ASI eksklusif, menjaga bayi tetap hangat, perawatan bayi, tanda bahaya
bayi baru lahir, perawatan bayi sehari-hari, perawatan tali pusat dan
konseling. Hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek lahan
KN-3
perencanaan
asuhan
kebidanan
meliputi
lakukan
pemeriksaan ulang, anjurkan ibu untuk membawa bayinya ke tempat
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi, ASI eksklusif, tanda
bahaya bayi baru lahir, dan merawat bayi baru lahir serta konseling.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2009) menyatakan bahwa asuhan
KN-3 pada bayi baru lahir yaitu pemeriksaan ulang, ASI eksklusif, tanda
bahaya bayi baru lahir, perawatan bayi sehari-hari dan konseling. Penulis
tidak mendapatkan kesenjangan antara teori dengan lahan praktik.
KN-4
perencanaan
asuhan
kebidanan
meliputi
lakukan
pemeriksaan, anjurkan ibu untuk membawa bayinya ke tempat pelayanan
kesehatan untuk mendapat imunisasi, beri imunisasi BCG, ASI eksklusif ,
konseling tanda bahaya bayi baru lahir, anjurkan ibu untuk tidak
memakaikan pampers lama karena nanti bisa terjadi ruam popok pada
kulit. Menurut Departemen kesehatan RI (2009) menyatakan bahwa
asuhan KN-4 bayi baru lahir yaitu : pemeriksaan ulang, ASI eksklusif
tanda bahaya bayi baru lahir dan konseling. Penulis tidak mendapatkan
kesenjangan antara teori dengan lahan praktek.
6. Langkah VI Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan semua asuhan dari bayi baru lahir dan KN-1
sampai KN-4 yang ditulis dalam perencanaan telah dilakukan pada
penatalaksanaan.
Penulis
tidak
mendapatkan
kesulitan
dalam
penatalaksanaan asuhan kecuali perawatan tali pusat.
Perawatan tali pusat menurut Panduan APN (2010) mengatakan
bahwa
perawatan
tali
pusat
dilakukan
dengan
membersihkan
menggunakan air hangat DTT dan sabun kemudian dikeringkan tanpa
dibungkus menggunakan kassa steril. Pada lahan cara perawatan tali
pusat dikeringkan dan dibungkus menggunakan kassa steril. Hal tersebut
tidak sesuai dengan teori dan diperkuat dengan penelitian Diah Sukarmi
& Indah Puji (2011) didalam penelitianya tentang perbedaan perawatan
tali pusat terbuka dengan perawatan tali pusat tertutup kassa steril
menyatakan bahwa hasil dari uji statistik diperoleh nilai rata-rata lama
pelepasan tali pusat pada kelompok yang dirawat secara terbuka adalah
5,6 hari, sedangkan untuk kelompok yang dirawat tertutup didapat nilai
trata-rata lama pelepasan talipusatnya adalah 6,5 hari dengan standar
deviasi 2,188 hari. Akan tetapi perawatan tali pusat dengan kassa steril
dilakukan karena dari faktor keluarga yang menggunakan kebiasaan
membungkus tali pusat dengan kassa steril.
7. Langkah VII Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan
kunjungan KN 1 – KN 4 asuhan dikatakan berhasil apabila dalam asuhan
tidak terjadi komplikasi pada bayi. Apabila asuhan tidak berhasil
didapatkan komplikasi pada bayi. Di dalam asuhan dari bayi baru lahir
dan kunjungan I-IV tidak didapatkan komplikasi pada bayi baru lahir,
sehingga asuhan yang diberikan dinyatakan berhasil.
E. KB (Keluarga Berencana)
1. Langkah I Pengkajian
Pengkajan pada pasien pra kontrasepsi kondom didapatkan data
subjektif : ibu bernama Ny. R umur 33 tahun, ibu baru melahirkan 1 kali
dan anaknyaberumur 6 minggu, ibu belum pernah menggunakan KB,
dan suami yang ingin menggunakan kontrasepsi kondom dengan
persetujuan istri, suami tidak mempunyai riwayat alergi pada bagian
kegenetaliannya. Hasil dari data data objektif didapat bahwa Keadaan
umum : baik, kesadaran: composmentis , TD : 110/80 mmHg, N :
80x/menit, S : 36,50c, RR : 20x/menit.
Pengkajian pasien kunjungan 2 akan di berikan konseling dan
didapatkan data sebagai berikut :
DS : ibu mengatakan bernama Ny. R umur 33 tahun, ibu mengatakan
suami ingin memakai kontrasepsi kondom.
DO : Keadaan umum: baik, kesadaran : composmentis, TD : 110/80
mmHg, N :82x,menit, S : 36,60c, RR : 20x/menit
2. Langkah II Interpretasi Data
Ny. . . umur. . ., P. .A. ., calon akseptor. . .. Diagnosa kebidanan yang
diperoleh pada tanggal 14 januari 2016 ialah Ny. R umur 33 tahun, P1A0
calon akseptor kondom. Diagnosa kebidanan pada tanggal 11 februari
2016 ialah Ny. R umur 33 tahun, P1A0 akseptor KB kondom.
3. Langkah III Diagnosa Potensial
Tidak muncul diagnosa potensial, karena pada asuhan KB pada Ny.
R tidak terdapat masalah yang dapat memunculkan diagnosa potensial.
4. Langkah IV Antisipasi
Tidak dilakukan antisipasi, karena pada asuhan KB pada Ny. R
diagnosa potensial tidak muncul dan tidak perlu melakukan penanganan
segera.
5. Langkah V Perencanaan.
Kunjungan pertama KB perencanaan asuhan yang akan dilakukan
sebagai berikut : beritahu keadaan ibu, memantapkan ibu dengan KB
yang dipilih yaitu kontrasepsi kondom, jelaskan prosedur cara memasang
kondom,
beritahu
bapak
apakah
mempunyai
iritasi
di
daerah
kegenetaliannya, menjaga kebersihan alat genetalianya dan kontrol jika
ada keluhan.
6. Langkah VI Pelaksanaan.
Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan diatas dan
semua asuhan dilaksanakan. Penulis tidak mendapatkan kesulitan dalam
pelaksanaan. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan lahan praktek.
7. Langkah VII Evaluasi
Asuhan yang diberikan pada kunjungan pertama tentang konseling
nyeri saat senggama, ibu sudah mengerti dan ibu bersedia kunjungan
ulang 1 minggu lagi untuk kontrol.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. R
umur 33 tahun di BPM Ny. Ngatini Am.Keb melipkkuti kehamilan, bersalin,
nifas, bayi baru lahir dan KB dengan pendekatan managemen varney dan
pendokumentasian
menggunakan
metode
SOAP,
sehingga
dapat
disimpulkan bahwa :
1. Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan Ny. R telah melakukan kunjungan ANC selama 4
kali namun penulis hanya mengkaji pasien 2 kali kunjungan yaitu pada
tanggal 25 Desember 2016 dan 10 November 2016, selama 2 kali
kunjungan
penulis
memberikan
pendidikan
kesehatan
yakni
ketidaknyamanan TM III, tanda bahaya bada ibu hamil, persiapan
persalinan, serta memberikan terapi obat yang dibutuhkan ibu selama
hamil, dalam kehamilannya Ny. R tidak ditemukan adanya masalah atau
komplikasi.
2. Persalinan
Proses persalinan Ny. R semuanya berjalan dengan lancar, Ny. R
bersalin pada umur kehamilan 39 minggu dan itu normal, pada kala I
berlangsung 8 jam dan kala II berlangsung selama 45 menit, ketika bayi
lahir, bayi langsung mengis kuat, gerakan aktif kulit kemerahan, pada kala
III berlangsung selama 15 menit dimana plasenta lahir spontan dan
lengkap. Pada kala IV juga dilakukan pegawasan selama 2 jam post
partum dimana tidak ditemukan masalah/komplikasi.
3. Nifas
Masa nifas Ny. R berjalan normal dari pemantauan 6 jam post partum,
kunjungan 6 hari, 2 minggu post partum dan 6 minggu post partum.
Dalam pemantauan involusi uterus berlangsung dengan baik dan tidak
ditemukan perdarahan maupun tanda-tanda infeksi.
4. Bayi baru lahir
Kunjungan BBL yang dilakukan pada saat 1 jam 6 hari, 2 minggu dan 28
hari tidak ditemukan masalah/komplikasi pada bayi.
5. Keluarga berencana
Asuhan keluarga berencana pada Ny. R pada kunjungan pertama dan
kunjungan ulang ibu ber KB kondom tidak ditemukan masalah yang
bersifat abnormal.
B. Saran
1. Kehamilan
Dalam memberikan asuhan kehamilan yang diberikan sudah sesuai
dengan teori namun untuk asuhan kehamilan lebih diperhatikan lagi pada
awal pemeriksaan kehamilan, karena untuk bisa mendeteksi lebih dini lagi
adakah komplikasi komplikasi dalam kehamilan.
2. Persalinan
Dalam asuhan persalinan yang diberikan bidan sudah sesuai
dengan teori dan prosedur yang berlaku.Sehingga tidak ditemukan
penyulit selama persalinan.
3. Nifas
Dalam asuhan masa nifas bidan sudah memberikan asuhan yang sesuai
dengabn prosedur dan teori.
4. Bayi Baru lahir
Dalam asuhan bayi bari lahir yang diberikan bidan sudah sesuai dengan
teori dan prosedur yang berlaku, jadi pada suhan bayi baru lahir tidak
ditemukan masalah yang bersifat abnormal.
5. Keluarga berencana
Dalam asuhan yang diberikan pada keluarga berencana sudah sesuai
dengna teori dan prosedur yang berlaku.
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Sub pokok bahasan
: Ketidaknyamanan pada TM III
Sasaran
:Ibu hamil TM III yaitu Ny. R
Tempat
: BPM Ny.Ngatini
Hari/tanggal
:Selasa, 17 November 2015
Waktu
:20 Menit
Penyuluh
:Septiana Widiyawati
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan ibu hamil terutama TM III
dapat mengetahui tentang ketidaknyamanan pada ibu hamil TM III.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan di harapkan ibu mampu :
a. Menjelaskan tentang keadaan psikologi ibu hamil pada TM III
b. Menyebutkan tentang macam-macam ketidaknyamanan TM III
c. Menjelaskan tentang penyebab ketidaknyamanan
d. Menyebutkan tentang cara mengatasi ketidaknyamanan TM III
B. Materi
Terlampir
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
Me
Tahap
N
d
Meto
Wakt
u
Penyuluhan
i
Peserta
de
a
1
I
- Memberi salam
Pembentu - Menjelaskan
-
Menjawab salam
-
Mengerti maksud
m
ah
kan 5
maksud dan
kedatangan
menit
tujuan
penyuluhan
kedatangan
penyuluhan
Cera
kedatangan
penyuluhan
- Menjelaskan
2
Mendengarkan
materi yang
dan memperhtikan
akan di
apa
sampaikan
disampaikan
II
- Menjelaskan
Isi
kondisi ibu
10 menit
-
- Memperhatikan
penjelasan
hamil
ketidaknyaman
Cera
m
ah
- Menjelaskan
macam-macam
yang
da
- Menjawab
pertanyaan
n
ta
an, penyebab,
ny
dan cara
a
mengatasi
ja
w
ab
3
III
- Menutup
- Menjawab
Tanya
Penutup
pertemuan
pertanyaan
ja
5 menit
dengan
penyuluh
w
memberi
evaluasi berupa
pertanyaan
ab
kepada pserta
penyuluhan
- Memberi salam
- Menjawab salam
E. Evalusi
Prosedur
: Post test
Jenis : Lisan
Butir soal:
1. Jelaskan tentang keadaan psikologi ibu hamil TM III
2. Sebutkan macam-macam ketidaknyamanan TM III
3. Sebutkan cara mengatasi kaki bengkak
F.
Materi
Pada masa kehamilan Triwulan III ibu hamil akan mengalami
ketidaknyamanan fisik diantaranya yaitu sakit pada bagian tubuh belakang,
konstipasi, sesak, sering BAK, edema.
Pada Trimester III ini ibu juga
mengalami perubahan fisiologi seperti cemas mengahadapi persalinan,
Pada Trimester III ini ibu juga mengalami perubahan fisiologi seperti cemas
mengahadapi persalinan, mulai merasa takut akan sakit dan bahaya fisik
yang akan timbul saat persalinan, khawatir bayi akan lahir sewaktu-waktu,
waspada akan tanda dan gejala terjadinya persalinan. Ibu hamil trimester III
ini juga mempunyai risiko untuk mengalami tanda bahaya yang apabila tidak
terdeteksi
sejak dini
maka
akan
mengalami
keterlambatan
dalam
penanganan sehingga bisa mengancam jiwa ibu yang dapat meningkatkan
AKI, Jadi ibu hamil pada trimester III ini harus memeriksakan kehamilannya
sesuai jadwal atau anjuran bidan untuk mengoptimalkan kesehatan mental
dan fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas,
persiapan menyusui, dan kembalinya organ reproduksi (Pusdiknakes,
2003).
Macam-macam ketidaknyamanan TM III
1. Susah tidur
Susah tidur bukan karena perubahan hormon, melainkan karena
kumpulan ketidaknyamanan.
2. Punggung pegal
Untuk mempertahankan keseimbangan tubuh, otomatis akan
menarik otot punggung lebih kencang sehingga menimbulkan punggung
pegal.
Cara mengatasi dengan body mekanik yang benar yaitu jangan
membungkuk, tetapi jongkok.
3. Sering buang air kecil
Disebabkan oleh penekanan kandung kencing terhadap janin
Cara mengatasinya dengan jangan menahan kencing, mengurangi
minum berbahan diuretik seperti: teh, kopi, caffeine.
4. Konstipasi
Terjadi karena tekanan rahim yang membesar ke daerah usus
selain peningkatan hormone progesterone.
Cara mengatasi dengan banyak makan sayur2an hujau dan
buah2an, minum yang banyak, minum air hangat ketika perut kosong.
5. Varises
Peningkatan volume darah dan aliran selama kehamilan akan
menekan daerah panggul dan vena di kaki yang menyebabkan vena
menonjol.
Cara mengatasi dengan meninggikan kaki saat berbaring, hindari
duduk atau berdiri terlalu lama, istirahat cukup, hindari kaos kaki ketat
dan sepatu hak tinggi.
6. Kontraksi palsu
Kontraksi berupa rasa sakit yang ringan, tidak teratur, dan hilang
bila duduk atau istirahat
7. Bengkak
Pertumbuhan bayi akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki
dan pergelangan kaki yang menyebabkan bengkak atau oedema, bisa
disebabkan oleh perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan
Cara mengatasi dengan meninggikan kaki saat berbaring, hindari
duduk atau berdiri terlalu lama, istirahat cukup, hindari kaos kaki ketat
dan sepatu hak tinggi.
8. Kram kaki
Terjadi biasanya berhubungan debgan perubahan
sirkulasi,
tekanan pada saraf kaki atau rendahnya kadar kalsium.
9. Sesak nafas
Karena rahim yang semakin membesar sehingga menekan
diafragma( sekat antara rongga perut dan paru2, sehingga rongga paru
tertekan).
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik
: Tanda-Tanda Bahaya pada TM III
Target
: Ibu hamil pada TM III
Tempat
: BPM Ny. Ngatini
Alokasi Waktu
Penyaji
: 15 menit
: Septiana Widiyawati
A. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan pada TM III
klien dapat mengerti dan memahami tentang tanda bahaya pada kehamilan
TM III.
Tujuan Khusus
1. Klien dapat mengetahui pentingnya mengenali tanda bahaya pada TM III
2. Klien mampu menyebutkan tentang tanda bahaya pada TM III
3. Klien mengetahui cara mengenali tanda bahaya tersebut
B. Strategi
Ceramah
C. Kegiatan Penyuluhan
Waktu
Tahap
1
Pembuk
m
aan
Kegiatan
Kegiatan klien
penyuluhan
Mengucapkan
salam,
Media
Menjawab
dan
salam,
n
memberitahuk
bersedia
t
an klien
untuk
dan
diberikan
penkes
10
Isi
Memeberitahukan
Klien
leaflet
m
pentingnya
mendengark
n
mengenali
an
t
tanda bahaya
baik
dengan
kehamilan TM
III
Memberitahukan
Klien
leaflet
macam-
mendengark
macam tanda
an
bahaya
baik
dengan
kehamilan TM
III
Memberitahukan
Klien
leaflet
cara
mendengark
mengenali
an
tanda bahaya
baik
dengan
tersebut
4
penutup
Memberikan
Klien
bertanya,
m
kesempatan
menjawab
n
klien bertanya,
pertanyaan,d
t
mengevaluasi,
an menjawab
mengucapkan
salam
salam
D. Media
Leaflet
E. Evaluasi
1. Ibu sudah mengerti pentingnya tanda bahaya TM III
2. Ibu sudah mengerti macam-macam tanda bahaya pada TM III
3. Ibu sudah mengerti tentang cara mengenali tanda bahaya tersebut
F. Daftar Pustaka
Depkes . 2010. Buku Ksehatan Ibu dan Anak.Jakarta : Departemen kesehatan
dan JICA (Japan Internasional Cooperation Agency).
G. Pertanyaan klien
Bagaimana jika saya mengalami salah satu dari hal tersebut, apa yang pertama
kali harus saya lakukan?
Jawab : apabila ibu mengalami salah satu dari tanda bahaya tersebut maka hal
yang paling tepat dilakukan adalah ibu harus segera
datang ke bidan,
puskesmas atau langsung ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
penanganan segera
Tanya jawab
1. Menurut ibu, apakah pentingnya mengenali tanda bahaya padaTM III?
Jawaban klien : mengenali tanda bahaya penting supaya bisa ditemukan
kelainan sejak dini
2. Sebutkan 3 tanda bahaya pada TM III?
Jawaban klien : Pandangan kabur,gerak janin berkurang, perdarahan lewat
jalan lahir
3. Bagaimana cara mengenali tanda bahaya tersebut?
Jawaban klien : pandangan kabur secara tiba-tiba, gerak janin kurang dari 3x
dalam 3 jam, keluarnya darah yang banyak, dan bisa diikuti nyeri atau
tidak nyeri
H. Materi Penyuluhan
1. Pentingnya mengenali tanda bahaya TM III
Mengenali tanda bahaya sangat penting, jadi setiap keluhan- keluhan yang
dirasakan oleh klien harus segara dilaporkan agar dapat terdeteksi dan
dilakukan tindakan yang cepat dan tepat,karena jika tidak cepat
terdeteksi, dapat menyebabkan kematian ibu
2. Macam-macam tanda bahaya pada TM III
a. Perdarahan vagina
b. Sakit kepala yang hebat, menetap
c. Perubahan visual secara tiba-tiba
d. Nyeri abdomen yang hebat
e. Bengkak pada muka dan tangan
f.
Bayi kurang bergerak seperti biasa
3. Penjelasan tentang cara mengenali tanda bahaya tersebut
a. Perdarahan vagina
Perdarahan yang tidak normal adalah yang banyak, merah, dan kadangkadang disertai nyeri atau juga bisa tidak ada nyeri.Hal tersebut dapat
membahayakan keselamatan ibu dan janin.
b. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang serius adalah sakit kepala yang hebat dan menetap
dan tidak hilang dengan beristirahat, kadangkala disertai kejang.
c. Pandangan kabur
Perubahan yang terjadi secara mendadak misalnya pandangan kabur
atau berbayang dan disertai sakit kepala yang hebat.Hal tersebut
mengarah ke keracunan dalam kehamin.
d. Nyeri abdomen
Nyeri abdomen yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah istirahat.
e. Bengkak pada muka dan tangan
Bengkak pada muka dan tangan yang tidak hilang setelah beristirahat
dan disertai keluhan fisik yang lain, bengkak yang disertai tekanan
darah tinggi mengarah ke keracunan dalam kehamilan yang dapat
membahayakan ibu dan janin
f.
Bayi kurang bergerak
Bayi harus bergerak paling sedikit 3x dalam periode 3 jam atau 10x
dalam 12 jam, jadi jika bayi kurang bergerak merupakan suatu tanda
bahaya yang harus diwaspadai, keadaan tersebut merupakan tanda
bahaya pada janin.
g. Demam tinggi
Biasanya karena infeksi atau malaria.Demam tinggi bisa membahayakan
keselamatan jiwa ibu, menyebabkan keguguran ataukelahiran kurang
bulan.
h. Keluar air ketuban sebelum waktunya
Merupakan tanda adanya gangguan pada kehamilan dan dapat
membahayakan bayi dalam kandungan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PERSIAPAN PERSALINAN
Pokok Bahasan
: Pendidikan kesehatan persiapan persalinan
Sub Pokok Bahasan: Persiapan persalinan
Sasaran
: Klien dan keluarga
Waktu
: 20 menit
Tempat
: Rumah pasien Ny.R
Penyuluh
: Septiana Widiyawati
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan
klien dapat mengerti tentang Persiapan persalinan.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran ibu diharapkan dapat :
1. Mempersiapkan dan memahami pentingnya pemeliharaan kesehatan
persalinan
2. Mengenal permasalahan tubuh ibu hamil pada trimester III (29 – 40
minggu)
3. Merencanakan dan mempersiapkan persalinan sesuai dengan faktor
resiko yang dihadapi
4. Mendapatkan bayi yang sehat
5. Mempersiapkan ibu agar dapat mengenali kelainan sebelum mencari
pertolongan
6. Mempersiapkan ibu mengenali tanda-tanda persalinan
7. Mempersiapkan ibu mengenal komplikasi persalinan
8. Mempersiapkan
ibu
apa
saja
yang
RS/Puskesmas/Bidan/pelayanan kesehatan
harus
di
bawa
ke
9. Mempersiapkan ibu memilih persalinan secara alami atau Seksio Sesaria
C. Kegiatan Pengajaran
N
1
TAHAP
KEGIATAN
Pembukaan
1. Perkenalan
( 5 menit )
2. Menjelaskan tujuan
MEDIA
3. Apersepsi dengan cara
menggali pengetahuan
yang dimiliki ibu menyusui
persiapan persalinan
2
Pelaksanaan
1. Menjelaskan materi
( 20 menit )
Lembar
persiapan persalinan

ibu
balik &
memperhatikan
penjelasan
persiapan
persalinan
 ibu menanyakan tentang
hal-hal
yang
jelas/belum
belum
dimengerti
tentang materi
3
Penutup
( 5 menit )
1. Menyimpulkan materi yang
telah disampaikan
2. Mengevalusi ibu tentang
materi yang telah
diberikan
3. Mengakhiri pertemuan
D. Media
Leaflet dan lembar balik
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F.
Evaluasi
1. Standart Persiapan
Leaflet
a.
Menyiapkan materi penyuluhan
b.
Menyiapkan tempat
c.
Menyiapkan leaflet dan lembar balik
2. Standart Proses
a.
Membaca buku referensi tentang persiapan persalinan
b.
Memberi penyuluhan persiapan persalinan
3. Evaluasi hasil
a.
Ibu mampu mepersiapkan dan memahami pentingnya pemeliharaan
kesehatan persalinan
b.
Ibu mampu mengenal permasalahan tubuh ibu hamil pada trimester
III (29 – 40 minggu)
c.
Ibu mampu merencanakan dan mempersiapkan persalinan sesuai
dengan faktor resiko yang dihadapi
d.
Ibu mempersiapkan mendapatkan bayi yang sehat
e.
Ibu dapat mengenali kelainan sebelum mencari pertolongan
f.
Ibu mampu mengenalidan menyebutkan tanda-tanda persalinan
g.
Ibu mampu mengenal komplikasi persalinan
h.
Ibu mampu menyiapkan apa saja yang harus di bawa ke
RS/Puskesmas/Bidan/pelayanan kesehatan
i.
Ibu mampu memilih persalinan secara alami atau Seksio Sesaria
Daftar Pustaka
Depkes RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga.
Cetakan Ke III. Jakarta.
Kusmiyati,
Y.
2010.
Perawatan
Ibu
Hamil.
Yogyakarta:
Fitramaya
ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/study-program-of-midwife
Materi Penyuluhan
Persalinan atau melahirkan anak adalah peristiwa yang sangat besar
artinya,
sebab sangat
mendalam kesannya.Betapa
tidak,
karena
melahirkan berarti mengadakan yang sebelumnya belum ada.Begitu pula
dengan persalinan berarti melahiran anak yang telah lama di tunggu
kedatangannya.
Lahirnya anak tidak akan datang begitu saja tetapi memerlukan
persiapan baik persiapan fisik, psikologis, sosial dan kultural yang cukup
agar kelahiran anak berjalam dengan lancar, menghasilkan ibu dan anak
dengan sehat.
Dengan uraian diatas maka diperlukan bimbingan atau bantuan
terhadap ibu untuk mencapai penerimaan diri dalam menghadapi
persalinan.Sedangkan persiapan yang dimaksud adalah segala usaha
yang ditujukan untuk kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan.
Usaha untuk menolong persalinan dengan memberikan bimbingan
dan persiapan ibu yang akan melahirkan bertujuan agar ibu menerima
prinsip bahwa persalinan bukanlah peristiwa yang menakutkan melainkan
peristiwa yang dicatat dalam lembaran hidup sebagai peristiwa indah dan
menyenangkan.
PERSIAPAN – PERSIAPAN PERSALINAN
1.
Kapan harus memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat?
Segera setelah mengetahui kehamilan, hendaknya segera memeriksakan diri
ke dokter/bidan/puskesmas atau pusat kesehatan terdekat. Pengawasan
sejak dini yang dilakukan oleh ahli akan membantu unutk memantau
adanya kelainan pada kehamilan sehingga bisa diatasi sejak dini.
Biasanya jadwal kunjungan untuk pemeriksaan kehamilan :
2.
a.
Pada kehamilan 1 s/d 6 bulan : minimal 1 bulan sekali
b.
Pada kehamilan 7 s/d 8 bulan, minimal 2 minggu sekali
c.
Pada kehamilan 9 bulan s/d akan bersalin, minimal sekali seminggu.
Posisi tidur yang baik menjelang persalinan
a.
Tidur dengan posisi tengkurap
Aman saja bagi ibu hamil s/d 14 minggu, dengan adanya pembesaran
payudara dan perut sangat tidak nyaman karena ibu akan menyokong
paha dengan bantal untuk dapat tidur tengkurap.
b.
Tidur dengan posisi terlentang
diperbolehkan untuk ibu dengan kehamilan kurang dari 16 minggu. Tidak
dianjurkan untuk kehamilan lebih dari 16 minggu. Karena posisi tidur ini
akan meletakkan seluruh berat rahim ke bagian belakang , usus,
pembuluh darah bagian belakang (vena kava inferior) sehingga akan
meningkatkan resiko sakit pinggang, wasir, ganguan pencernaan,
gangguan pernafasa dan sirkulasi peredaran darah. Kadang untuk
beberapa wanita akan penurunan tekanan darah sehingga mempunyai
keluhan pusing dan untuk yang lain, malah meningkatkan tekanan
darah (kasus ini dilarang untuk tidur terlentang)
c.
Posisi tidur miring kekiri
Posisi ini memberi keuntungan untuk bayi mendapatkan aliran darah dan
nutrisi yang maksimal ke placenta, karena adanya pembuluh darah
besar (vena Kava inferior) di bagian belakang sebelah kanan yang
mengembalikan darah dari bagian tubuh bagian bawah ke jantung.
Juga dapat membantu ginjal membuang sisa produk cairan dari tubuh
ibu sehingga mengurangi pembengkakan kaki, pergelangan kaki dan
tangan.
d.
Posisi tidur miring ke kanan
Juga baik, karena posisi tidur miring kiri dan kanan untuk membuat ibu
tidur lebih nyaman
3.
Kenali tanda persalinan
a. Lendir campur darah
Adanya sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas sehingga
menyebabkan keluarnya lendir campur darah.
Yang perlu dilakukan
Jika terjadi perdarahan hebat segera periksa.
b. Air ketuban pecah
Kantung ketuban yang mengelilingi bayi pecah sehingga air ketuban keluar
(normalnya cairan bersih, jernih dan tidak berbau)
Yang perlu dilakukan : segera hubugi bidan/dokter/rujuk ke puskesmas
walau belum merasakan kontraksi karena ini bisda menjadi rersiko
infeksi, Gunakan pembalut selama diperjalanan untuk menyerap air
ketuban.
c.
Kontraksi yang teratur
Kontraksi mula-mula timbul sebentar, bertambah lama dan kuat, simetris di
kedua sisi perut dari bagian seluruh rahim, nyeri tidak hilang/kurang
dengan istirahat.
Yang harus dilakukan :
Ketika kontraksi nampak teratur,mulailah menghitung waktunya. Catat
lamanya 1 kontraksi dengan kontraksi berikutnya dan lamanya
berlangsung. Untuk persalinan terjadi jika kontraksi semakin dekat
(jarak 1 ontraksi 40 detik). Bagi ibu primi para persalinan berlangsung
(12-14 jam) sedang ibu multi para persalinan lebih pendek (kurang
lebih 10 jam).Jika kontraksi sudah ada setiap 5 menit sekali atau
sangat sakit segera bawa ke dokter/bidan /puskesmas terdekat.
4. Persiapan yang harus di bawa ke rumah sakit/dokter/bidan terdekat
a. Untuk Ibu :
1) Baju tidur, bawa baju tidur yang nyaman dipakai dan tidak sempit
(punya kancing bagian depan sehingga mudah untuk menyusui. Bawa
yang culup karena untuk persalinan normal butuh 2 hari di
RS/Bidan/Puskesmas dan operasi Caesar dibutuhkan 4 – 7 hari.
Ditambah 1 set baju untuk pulang.
2) Pakaian dalam : BH dan celana secukupnya
3) Pembalut wanita khusus ibu bersalin
4) Korset atau gurita untuk ibu bersalin
5) Perlengkapan Ibu : bedak, sisir, lipstik, deodoran
6) Handuk, sabun, sikat gigi
7) Sandal (menjaga kaki tetap hangat) jika melakukan perjalanan
b. Untuk Bayi :
1) Popok, bawalah beberapa buah
2) Baju bayi, minimal 2 karena bayi sering gumoh/muntah susu sedikit
3) Selimut/bedong
4) Kaos kaki dan tangan,
5) Gedongan
Persiapkan yang perlu dibawa untuk persalinan dalam tas dan
letakkan di tempat yang mudah dijangkau dan jangan lupa memberitahu
suami atau orang terdekat di rumah untuk tas itu.
5. Memilih persalinan secara alami atau Seksio
a.
Seksio (lebih baik dengan indikasi seksio)
Tindakan untuk melahirkan bayi dengan membuka dinding rahim melalui
sayatan pada dinding perut.Memerlukan penyembuhan luka yang lebih
lama dari persalinan normal. Ibu dengan seksio dianjurkan untuk tidak
mengandung kembali kurang lebih 18 bulan dari tindakan seksio karena
mempunyai resiko tinggi terjadi robekan rahim
b.
Persalinan normal
Lebih aman dan tidak perlu kuatir karena proses melahirkan secara normal
merupakan proses/mekanisme alami yang sudah tersedia secara alami
dalam tubuh ibu untuk proses kelahiran bayi. Saat ini bisa berkonsultasi
ke dokter/bidan untuk mengurangi rasa sakit
Yang terpenting kesiapan mental calon ibu untuk menghadapi proses
persalinan ini dan meyakinkan bahwa proses persalinan
secara normal
adalah suatu persalinan yang alamiah dan terbaik, kecuali ada indikasi
tertentu secara medis yang memang mengharuskan untuk operasi seksio.
Dan tentu saja dukungan suami/calon ayah sangat dibutuhkan.
6. Komplikasi persalinan
a. Ketuban pecah dini ( 1 jam sebelum persalinan)
Rujuk ke puskesmas/RS atau bidan; biasanya ibu akan diminta tirah
baring, mendapat cairan infus atau obat mengurangi kontraksi rahim,
cek DJJ serta ukur suhu serta nadi.
Jika air ketuban tidak keluar lagi dan kontraksi berhenti, ibu boleh pulang
atau periksa rutin 1x/minggu
b. Persalinan prematur (usia kehamilan sebelum mencapai 37 minggu) di
rujuk ke RS untuk lebih akuratnya
c.
Kehamilan lebih dari 40 minggu/serotinus, di rujuk ke RS untuk lebih
akuratnya
d. Tidak adanya kemajuan persalinan, adanya distosia nahu,rujuk ke RS
e. DJJ tidak normal ( 100x/menit dan  144x/menit)
f.
Kelainan Posisi janin
g. Kembar
h. Prolaps uteri atau tali pusat mendahului bayi
i.
Perdaraha rahim (post partum/ atonia uteri)
j.
Emboli air ketuban/ penyumbatan arteri paru-paru ibu karena cairan air
ketuban
k.
His hilang dengan sendirinya (inersia uteri)
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
ASI EKSKLUSIF
Pokok Bahasan
: Pendidikan kesehatan ASI eksklusif
Sub Pokok Bahasan
Sasaran
: Manfaat ASI eksklusif
: Klien dan keluarga
Waktu
: 20 menit
Tempat
: Rumah pasien Ny.R
Penyuluh
: Septiana Widiyawati
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan
klien dapat mengerti tentang manfaat ASI eksklusif
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit,
diharapkan klien akan dapat menjelaskan tentang:
1. Pengertian dari ASI eksklusif
2. Apa saja manfaat ASI eksklusif
C. Metode Pelaksanaan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
D. Media
E. Materi
Terlampir
F. Susunan Kegiatan
No
Kegiatan
1 Pendahuluan :
a) Memberi salam pembuka
dan perkenalan diri
b) Menjelaskan tujuan
c) Kontrak waktu
2 Penjelasan :
a) Pengertian ASI eksklusif
b) Manfaat ASI eksklusif
3 Penutup :
a) Tanya jawab
b) Menyimpulkan hasil
penyuluhan
Respon Ibu Hamil
Waktu
5 menit
a) Membalas salam
b) Mendengarkan
c) Memberi respon
5 menit
Mendengarkan dengan
penuh perhatian
5 menit
a) Menanyakan hal
yang belum jelas
b) Aktif bersama
menyimpulkan
c) Membalas salam
c) Memberikan salam
penutup
G. Evaluasi
Setelah mengikuti proses kegiatan pendidikan kesehatan, diharapkan
ibu dan keluarga mampu:
a. Ibu mampu memahami dan penyampaian yang dijelaskan oleh penyaji
b. Ibu mampu melakukan saran-saran yang dianjurkan
MATERI PENYULUHAN
PENTINGNYA ASI EKSKLUSIF
A.
Pengertian Asi Eksklusif
ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garam-garam
organis yang disekresi oleh kedua buah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama ASI.
ASI eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi sebagai
bahan makanan pokok. ASI ekslusif diberikan pada bayi sejak umur 0 – 6
bulan hanya diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan lainnya termasuk
susu formula, air gula, madu, air putih atau makanan tambahan apapun.
B. Komposisi Asi
ASI memiliki kandungan yang dibutuhkan oleh bayi seperti
1. Protein
Mengandung asam amino esensial, taurin yang tinggi untuk pertumbuhan
mata.
2. Karbohidrat
3. Lemak. Lemak ASI merupakan :
a. Sumber kalor
b. Sumber vitamin yang larut
c. Sumber asam lemak yang esensial
4. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap sampai umur 6 bulan.
5. Air
88% dari ASI terdiri dari air yang berfungsi untuk meredakan rasa haus
untuk melarutkan zat-zat yang ada didalamnya.
6. Vitamin
Vitamin dalam ASI lengkap diantaranya vitamin A, D, C.
7. Kalori
90% dari karbohidrat dan lemak. 10% dari protein.
C. Keunggulan Asi
1. Mengandung semua zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi
2. ASI mengandung zat penolak (antibody) yang dapat melindung bayi dari
berbagai penyakit infeksi
3. Aman dan dapat diberikan langsung
4. Tidak menimbulkan alergi bagi bayi
5. Sebagai perantara hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi
6. Membantu pertumbuhan gizi lebih baik
7. Kemungkinan tersedak kecil karena bentuk payudara yang sedemikian
rupa
8. Ekonomis, praktis (dapat diberikan kapan saja dan dimana saja)
9. Tidak akan pernah basi (mempunyai suhu yang tepat).
10. Mudah dicerna oleh bayi (tidak memberatkan fungsi saluran cerna dan
ginjal)
D. Manfaat Asi
1. Bagi bayi
a. Membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik.
b. Kolostrum/susu jolong/susu pertama mengandung antibodi yang
kuat untuk mencegah infeksi
c.
ASI mudah dicerna oleh bayi
d. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan
e. komposisi sesuai kebutuhan bayi
f.
perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat
g. menunjang perkembangan penglihatan
h. memperkuat ikatan bathin antara ibu dan anak
2. Bagi Ibu
a. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim
berkontraksi dan cepat memperlambat perdarahan.
b. Mempercepat penurunan berat badan
c. Ibu menyusui yang haidnya belum muncul kecil kemungkinan untuk
hamil kembali (menunda kesuburan)
d. Penting bagi ibu untuk mencurahkan kasih sayangnya kepada bayi
e. Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium
f.
Mencegah anemia defisiensi zat besi
3. Bagi keluarga
a. Mudah dalam proses pemberiannya (tidak perlu persiapan
khusus)
b. Mengurangi biaya rumah tangga
c. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat
biaya untuk berobat
4. Bagi Negara
a. Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obatobatan
b. Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan
perlengkapan menyusui
c. ASI selalu bersih dan bebas hama yang menyebabkan infeksi.
d. Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
E. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Produksi Asi
a. Makanan Ibu
Apabila ibu makan secara teratur, cukup mengandung gizi yang
dibutuhkan akan membanu terbentuknya ASI. Makanan ibu harus
memenuhi jamlah kalori, protein, lemak, vitamin, serta mineral, selain itu
minum lebih banyak dari biasanya 8-12 gelas sehari. Bahan makanan
yang dibatasi untuk ibu menyusui adalah yang merangsang seperti
cabe, merica, kopi, alkohol. Bahan makanan yang membuat kembung
seperti ubi, kol, sawi, dan bawang serta bahan makanan yang banyak
mengandung gula. Tidak disarankan untuk minum jamu setelah
melahirkan. Yang penting tidak ada makanan pantangan untuk ibu
menyusui.
b. Ketenangan jiwa dan pikiran
Faktor kejiwaan akan mempengaruhi produksi ASI misalnya perasaan
yang tertekan, sedih, kurang percaya diri, dan berbagai ketegangan
jiwa. Volume ASI akan menurun bahkan tidak ada sama sekali.
c. Penggunaan alat konrasepsi
Penurunan produksi ASI biasanya terjadi pada ibu yang menggunakan
kontrasepsi Pil
d. Perawatan payudara
Perawatan payudara harus dimulai sejak masa kehamilan sehingga
akan memperbanyak dan memperlancar produksi ASI
e. Pola menyusui bayi
Menyusui bayinya setiap 2 jam, siang, dan malam hari, sementara hal
ini akanmenambah ketersediaan ASI (menyusui selama 10-15 menit di
setiap payudara). Bangunkan bayi jika sudah waktunya untuk disusui.
Berikan hanya ASI pada bayi bukan makanan tambahan lainnya.
F. Cara Mengetahui Apabila Bayi Cukup Memperoleh Asi
Ibu yang memberikan ASI pada bayinya kadang-kadang tidak
mengetahui apakah ASIyang diberikannya cukup atau tidak. Cara untuk
mengetahuinya adalah melakukan penimbangan pada bayi setiap bulan.
Cara yang lain adalah dengan mengamati tanda-tanda sebagai berikut :
1. Bayi tampak puas dan tertidur lelap setelah menyusu
2. Ibu merasakan payudaranya ada perubahan, tegang dan merasakan
aliran deras saat menyusui
3. Setelah menyusui, payudara ibu akan kosong.
G. Yang Harus Dilakukan Bila Ibu Bayi Bekerja Atau Pergi
1. Berikan ASI sebelum berangkat dan sesudah pulang kerja.
2. Bila payudara terasa penuh, ASI dapat dikeluarkan dan disimpan
3. ASI dapat disimpan 6 jam pada suhu kamar 24 jam dalam lemari es
4. ASI dimasukkan dalam tempat / gelas / botol yang benar dan bersih.
5. ASI tersebut dapat diberikan kepada bayi segera setelah ibu sampai
dirumah.
6. ASI tidak boleh dipanaskan secara langsung di atas api.
Referensi
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo,
Sarwono.
2011.
Buku
Panduan
Praktis
Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Jakarta : JPNKR-POG
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS
Pokok Bahasan
: Pendidikan kesehatan tanda-tanda bahaya masa nifas
Sub Pokok Bahasan
Sasaran
: Tanda-tanda bahaya masa nifas
: Klien dan keluarga
Waktu
: 20 menit
Tempat
: Rumah Pasien Ny.R
Penyuluh
: Septiana Widiyawati
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan
klien dapat mengerti tentang tanda-tanda bahaya masa nifas
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan
klien akan dapat menjelaskan tentang:
1. Pengertian dari tanda bahaya masa nifas
2. Apa saja tanda bahaya masa nifas
C. Metode Pelaksanaan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
D. Media
E. Materi
Terlampir
F. Susunan Kegiatan
No
1
Kegiatan
Respon Ibu Hamil
Pendahuluan :
Waktu
5 menit
a) Memberi salam pembuka
a) Membalas salam
dan perkenalan diri
2
b) Menjelaskan tujuan
b) Mendengarkan
c) Kontrak waktu
c) Memberi respon
Penjelasan :
5 menit
a) Pengertian masa nifas
Mendengarkan dengan
b) Tanda bahaya pada masa penuh perhatian
nifas
c) Macam-macam
tanda
bahaya pada masa nifas
d) Penanganan yang harus
dilakukan jika mengalami
tanda bahaya pada masa
nifas
3
Penutup :
a) Tanya jawab
5 menit
a) Menanyakan hal
yang belum jelas
b) Menyimpulkan hasil
penyuluhan
b) Aktif bersama
menyimpulkan
c) Membalas salam
c) Memberikan salam
penutup
G. Evaluasi
Setelah mengikuti proses kegiatan pendidikan kesehatan, diharapkan
ibu dan keluarga mampu:
a. Ibu mampu memahami dan penyampaian yang dijelaskan oleh
penyaji
b. Ibu mampu melakukan saran-saran yang dianjurkan
MATERI PENYULUHAN
TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS
A. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu (Prawirohardjo, 2010)
Puerperium berlangsung 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal,
dijumpai dua kejadian penting pada puerperium, yaitu involusi uterus dan
proses laktasi (Manuaba, 2007).
Masa nifas dimulai beberapa jam setelah plasenta lahir dan mencakup 6
minggu berikutnya. (APN, 2008)
Jadi masa nifas adalah periode yang dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan pulih seperti keadaan sebelum hamil
yang lamanya 6 minggu atau 42 hari.
B. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas
Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya
bahaya/komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak
dilaporkan
atau
tidak
terdeteksi
bisa
menyebabkan
(Pusdiknakes, 2011).
Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut:
1. Pendarahan Post Partum
a. Tanda dan gejala
kematian
ibu
Pendarahan post partum adalah pendarahan lebih dari 500600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir (Prawirohardjo,
2010).Menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian:
1) Pendarahan
Post
Partum
Primer
(Early
Post
Partum
Hemorragie) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa
plasenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam
pertama.
2) Pendarahan Post Partum Sekunder (Late Post Partum
Hemorragie) yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi
antara hari ke 5-15 post partum. Penyebab utama adalah
robekan jalan lahir dan sisa plasenta (Prawirohardjo, 2010)
Menurut Manuaba (2008), pendarahan post partum
merupakan penyebab penting kematian maternal khususnya di
Negara berkembang.
Factor-faktor penyebab pendarahan post partum adalah:
a) Grandemultipara
b) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
c) Persalinan yang dilakukan dengan tindakan
b. Penanganan
Perdarahan yang perlahan dan berlanjut atau perdarahan
tiba-tiba merupakan suatu kegawatdaruratan, segeralah bawa ibu
ke fasilitas kesehatan.
2. Lochea yang Berbau Busuk (Bau dari Vagina)
a. Tanda dan gejala
1) Keluarnya cairan dari vagina
2) Adanya bau yang menyengat dari vagina
3) Disertai dengan demam > 38oC
b.
Penanganan
Jagalah selalu kebersihan vagina anda, jika terjadi hal –
hal yang tidak diinginkan segeralah periksakan diri anda ke
fasilitas kesehatan.
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui
vagina dalam masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak
dari pengeluaran lender waktu menstruasi dan berbau anyir
(Cairan ini berasal dari bekas melekatnya plasenta).Lochea dibagi
dalam beberapa jenis (Rustam Muchtar, 2008):
1) Lochea rubra (cruenta): Berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo,
dan mekonium, selama dua hari pasca persalinan.
2) Lochea Sanguinolenta: Berwarna merah kuning berisi
darah dan lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.
3) Lochea Serosa: Berwarna kuning, cairan tidak berdarah
lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
4) Lochea Alba: Cairan putih, setelah 2 minggu.
5) Lochea Purulenta: Terjadi infeksi, cairan seperti nanah
berbau busuk.
6) Lochiostasis: Lochea tidak lancar keluarnya.
3. Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)
Involusi adalah keadaan uterus yang mengecil oleh kontraksi
rahim dimana berat rahim dari 1000 gr saat setelah bersalin, menjadi
40-60 mg 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau
terganggu disebut sub-involusi (Rustam Muchtar, 2008).
Factor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam
uterus, endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2010).
a. Tanda dan gejala
1) Uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya
2) Fundus masih tinggi
3) Lochea banyak dan berbau
4) Pendarahan
b. Penanganan
Segera periksakan diri anda ke fasilitas kesehatan.
4. Nyeri pada Perut dan Panggul
a. Tanda dan gejala :
1) Demam
2) Nyeri perut bagian bawah
3) Suhu meningkat
4) Nadi cepat dan kecil
5) Nyeri tekan
6) Pucat muka cekung, kulit dingin
7) Anoreksia terkadang muntah
b. Penanganan
Lakukan istirahat baring, bila nyeri tidak hilang segera periksakan
ke fasilitas kesehatan.
5. Pusing dan Lemas yang Berlebihan
Menurut Manuaba (2008), pusing dan lemas pada masa nifas
dapat disebabkan karena tekanan darah rendah, anemia, kurang
istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat.
a. Tanda dan gejala :
1) Sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh
bagian kepala
2) Kepala terasa berdenyut dan disertai ras mual dan muntah
3) Lemas
b. Penanganan
1) Lakukan istirahat baring
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
4) Meminum tablet fe selama 40 hari
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)
6. Suhu Tubuh Ibu >38oC
Peningkatan suhu tubuh pada ibu selama 2 hari kemungkinan
terjadi infeksi nifas.
a. Tanda dan gejala
Biasanya terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan dengan suhu >
38 oC
b. Penanganan
1) Istirahat baring
2) Kompres dengan air hangat
3) Perbanyak minum
4) Jika ada syok, segera bawa ibu ke fasilitas kesehatan.
7. Penyulit dalam Menyusui
Untuk dapat melancarkan ASI, dilakukan persiapan sejak awal
kehamilan dengan melakukan masase, menghilangkan kerak pada
putting susu sehingga duktusnya tidak tersumbat.
Untuk menghindari putting susu terbenam sebaiknya sejak hamil,
ibu dapat menarik-narik putting susu dan ibu harus tetap menyusui
agar putting selalu sering tertarik.
Sedangkan untuk menghindari putting lecet yaitu
dengan
melakukan teknik menyusui yang benar, putting harus kering saat
menyusui. Putting lecet dapat disebabkan karena cara menyusui dan
perawatan payudara yang tidak benar, bila lecetnya luat menyusui 2448 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa (Manuaba,
2008). Beberapa keadaan abnormal pada masa menyusui yang
mungkin terjadi:
1) Bendungan ASI
1) Penyebab: penyempitan duktus laktiferus, kelenjar yang tidak
dikosongkan dengan sempurna, kelainan pada putting susu.
2) Gejala: timbul pada hari ke 3-5, payudara bengkak, keras,
tegang, panas dan nyeri, suhu tubuh meningkat.
3) Penanganan:
a) Susukan payudara sesering mungkin
b) Kedua payudara disusukan
c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan
d) Bantu
dengan
memijat
payudara
untuk
permulaan
menyusui, sanggah payudara.
e) Kompret dingin pada payudara diantara menyusui
f) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg peroral setiap
4 jam.
2) Mastitis
Adalah suatu peradangan pada payudara biasaya terjadi pada 3
minggu setelah melahirkan. Penyebabnya salah satunya kuman
yang menyebar melalui luka pada putting susu/peredaran darah
(Manuaba, 2008)
a) Tanda dan gejala
(1) Payudara membesar dan keras
(2) Payudara nyeri, memerah dan membisul
(3) Suhu tubuh meningkat dan menggigil
b) Penanganan
(1) Sanggah payudara
(2) Kompres dingin
(3) Susukan bayi sesering mungkin
(4) Banyak minum dan istirahat yang cukup
3) Abses payudara
Adalah terdapat masa padat mengeras dibawah kulit yang
kemerahan terjadi karena mastitis yang tidak segera diobati.
Gejala sama dengan mastitis terdapat bisul yang pecah dan
mengeluarkan pus (nanah) (Manuaba, 2008).
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR
Pokok Bahasan
: Pendidikan kesehatan tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
Sub Pokok Bahasan: Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
Sasaran
: Klien dan keluarga
Waktu
: 20 menit
Tempat
: BPM Ny. Ngatini
Penyuluh
: Septiana Widiyawati
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan
klien dapat mengerti tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan
klien akan dapat menjelaskan tentang:
1. Pengertian dari tanda bahaya bayi baru lahir
2. Apa saja tanda bahaya bayi baru lahir
C. Metode Pelaksanaan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
D. Media
E. Materi
Terlampir
F. Susunan Kegiatan
No
1
Kegiatan
Respon Ibu Hamil
Pendahuluan :
a) Memberi salam pembuka
Waktu
5 menit
a) Membalas salam
dan perkenalan diri
2
b) Menjelaskan tujuan
b) Mendengarkan
c) Kontrak waktu
c) Memberi respon
Penjelasan :
a) Pengertian dari tanda
bahaya bayi baru lahir
5 menit
Mendengarkan dengan
penuh perhatian
b) Tanda bahaya bayi baru
lahir
3
Penutup :
a) Tanya jawab
5 menit
a) Menanyakan hal
yang belum jelas
b) Menyimpulkan hasil
penyuluhan
b) Aktif bersama
menyimpulkan
c) Membalas salam
c) Memberikan salam
penutup
G. Evaluasi
Setelah mengikuti proses kegiatan pendidikan kesehatan, diharapkan
ibu dan keluarga mampu:
1. Ibu mampu memahami dan penyampaian yang dijelaskan oleh penyaji
2. Ibu mampu melakukan saran-saran yang dianjurkan
MATERI PENYULUHAN
TANDA – TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU LAHIR
A. Pengertian Tanda – Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Tanda bahaya bayi baru lahir adalah suatu keadaan atau masalah
pada bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan kematian pada bayi.
B. Tanda – Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Berikut berapa tanda yang perlu anda perhatikan dalam mengenali
kegawatan pada bayi baru (neonatus):
1. Bayi tidak mau menyusu
Anda harus merasa curiga jika bayi anda tidak mau menyusu. Seperti
yang kita ketahui bersama, ASI adalah makanan pokok bagi bayi, jika bayi
tidak mau menyusu maka asupan nutrisinya kan berkyrang dan ini akan
berefek pada kondisi tubuhnya. Biasanya bayi tidak mau menyusu ketika
sudah dalam kondisi lemah, dan mungkin justru dalam kondisi dehidrasi
berat.
2. Kejang
Kejang pada bayi memang terkadang terjadi. Yang perlu anda
perhatikan adalah bagaimana kondisi pemicu kejang. Apakah kejang
terjadi saat bayi demam. Jika ya kemungkinan kejang dipicu dari
demamnya, selalu sediakan obat penurun panas sesuai dengan dosis
anjuran dokter. Jika bayi anda kejang namun tidak dalam kondisi demam,
maka curigai ada masalah lain. Perhatikan freksuensi dan lamanya
kejang, konsultasikan pada dokter.
3. Lemah
Jika bayi anda terlihat tidak seaktif biasanya, maka waspadalah.
Jangan biarkan kondisi ini berlanjut. Kondisi lemah bisa dipicu dari diare,
muntah yang berlebihan ataupun infeksi berat.
4. Sesak Nafas
Frekuensi nafas bayi pada umumnya lebih cepat dari manusia dewasa
yaitu sekitar 30-60 kali per menit. Jika bayi bernafas kurang dari 30 kali
per menit atau lebih dari 60 kali per menit maka anda wajib waspada.
Lihat dinding dadanya, ada tarikan atau tidak.
5. Merintih
Bayi belum dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya. Ketika
bayi kita merintih terus menerus kendati sudah diberi ASI atau sudah
dihapuk-hapuk, maka konsultasikan hal ini pada dokter. Bisa jadi ada
ketidaknyamanan lain yang bayi rasakan.
6. Pusar Kemerahan
Tali pusat yang berwarna kemerahan menunjukkan adanya tanda
infeksi. Yang harus anda perhatikan saat merawat tali pusat adalah jaga
tali pusat bayi tetap kering dan bersih. Bersihkan dengan air hangat dan
biarkan kering. Betadin dan alcohol boleh diberikan tapi tidak untuk
dikompreskan. Artinya hanya dioleskan saja saat sudah kering baru anda
tutup dengan kassa steril yang bisa anda beli di apotik.
7. Demam atau Tubuh Merasa Dingin
Suhu normal bayi berkisar antara 36,50C – 37,50C.Jika kurang atau
lebih perhatikan kondisi sekitar bayi.Apakah kondisi di sekitar membuat
bayi anda kehilangan panas tubuh seperti ruangan yang dingin atau
pakaian yang basah.
8. Mata Bernanah Banyak
Nanah yang berlebihan pada mata bayi menunjukkan adanya infeksi
yang berasal dari proses persalinan. Bersihkan mata bayi dengan kapas
dan air hangat lalu konsultasikan pada dokter atau bidan.
9. Kulit Terlihat Kuning
Kuning pada bayi biasanya terjadi karena bayi kurang ASI. Namun jika
kuning pada bayi terjadi pada waktu ≤ 24 jam setelah lahir atau ≥ 14 hari
setelah lahir, kuning menjalar hingga telapak tangan dan kaki bahkan tinja
bayi berwarna kuning maka anda harus mengkonsultasikan hal tersebut
pada dokter.
Tindakan yang harus dilakukan bila ada salah satu saja tanda bahaya :
Merujuk segera ke rumah sakit atau puskesmas.Masalah atau kondisi
akut perlu tindakan segera dalam satu jam kelahiran (oleh tenaga di
kamar bersalin) :
a. Tidak bernafas
b. Sesak nafas
c. Sianosis sentral ( kulit biru)
d. Bayi berat lahir rendah (BBLR ) < 2500 gram
e. Letargis
f.
Hipotermi atau stress dingin (suhu aksila <36.5°c)
g. Kejang
DAFTAR PUSTAKA
Barbara , 2004. Perawatan ibu-bayi baru lahir.jakarta:EGC.
Saiffudin,Abdul Bahri.2006.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.Jakarta: YBP-SP
Http://www.wordpress.com. Tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir
http://dyaha2440.blogspot.com/2014/03/babi-pendahuluan-1.html
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
ALAT KONTRASEPSI
Pokok Bahasan
: Pendidikan kesehatan alat kontrasepsi
Sub Pokok Bahasan
Sasaran
: Alat kontrasepsi
: Klien dan keluarga
Waktu
: 20 menit
Tempat
: BPM Ny. Ngatini
Penyuluh
: Septiana Widiyawati
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan
klien dapat mengerti tentang alat kontrasepsi
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan
klien akan dapat menjelaskan tentang:
1. Mengapa penting mengetahui alat kontrasepsi
2. Apa saja alat kontrasepsi
C. Metode Pelaksanaan
1. Ceramah
1. Tanya Jawab
D. Media
E. Materi
Terlampir
F. Susunan Kegiatan
No
1
Kegiatan
Pendahuluan :
a) Memberi salam pembuka
Respon Ibu Hamil
Waktu
5 menit
a) Membalas salam
dan perkenalan diri
2
b) Menjelaskan tujuan
b) Mendengarkan
c) Kontrak waktu
c) Memberi respon
Penjelasan :
a) Pentingnya mengetahui
alat kontrasepsi
10 menit
Mendengarkan dengan
penuh perhatian
b) Macam-macam alat
kontrasepsi
3
Penutup :
a) Tanya jawab
5 menit
a) Menanyakan hal
yang belum jelas
b) Menyimpulkan hasil
penyuluhan
b) Aktif bersama
menyimpulkan
c) Membalas salam
c) Memberikan salam
penutup
G. Evaluasi
Setelah mengikuti proses kegiatan pendidikan kesehatan, diharapkan ibu
dan keluarga mampu:
1. Ibu mampu memahami dan penyampaian yang dijelaskan oleh
penyaji
2. Ibu mampu melakukan saran-saran yang dianjurkan
LAMPIRAN MATERI
ALAT-ALAT KONTRASEPSI
A. Pengertian alat-alat kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan pencegahan terjadinya kehamilan/konsepsi
(bukan aborsi). Alat kontrasepsi merupakan alat yang digunakan untuk
mencegah terjadinya suatu kehamilan.
B. Pertimbangan pemakaian alat kontrasepsi
a. Usia ibu < 20 tahun: kontrasepsi yang reversibilitasnya tinggi/kembali ke
kesuburan tinggi
b. Usia ibu > 35 tahun: kontrasepsi effektif/kegagalan rendah dan
reversibel/ireversibel
c. Usia reproduksi sehat: effektif, reversible dan tidak mengganggu ASI
C. Macam-macam alat kontrasepsi yang bisa digunakan
Ada berbagai macam alat kontrasepsi di Indonesia.Terdiri dari KB
hormonal, non hormonal, alamiah, dan kontrasepsi mantap.
1.
Adapun KB hormonal
Efek samping dari metode kontrasepsi hormonal ini adalah:
a) Menstruasi menjadi tidak teratur atau tidak mens sama sekali
(kecuali pil)
b) Kenaikan berat badan
c) Muncul flek hitam pada wajah
d) Mual, pusing, atau muntah
Cara kerja:
a) Menekan ovulasi
b) Mencegah implantasi
c) Mengentalkan lendir servik, sehingga sulit dilalui oleh sperma
d) Pergerakan tuba terganggu, sehingga transportasi telur juga
terganggu
1) Pil oral kombinasi
a) Afektif dan reversible
b) Harus diminum setiap hari
c) Efek samping yang serius jarang terjadi
d) Efek samping yang sering timbul yaitu mual dan bercak perdarahan
atau spotting
e) Tidak dianjurkan pada wanita yang sedang menyusui
f) Dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi darurat
Jenis-jenis pil oral kombinasi, yaitu:
a. Monofasik:
pil yang
tersedia
dalam kemasan
21
tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam dosis yang
sama dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
b. Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progestin dengan dua dosis yang berbeda
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
c. Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progestin dengan tiga dosis yang berbeda
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
Kebihan pil oral kombinasi, yaitu:
a) Memiliki efektifitas yang tinggi
b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
c) Tidak mengganggu hubungan seksual
d) Siklus haid teratur, tidak terjadi nyeri haid
e) Dapat digunakan jangka panjang selama wanita itu ingin
menggunakannya
f) Mudah diberhentikan setiap saat dan kesuburan akan kembali
setelah diberhentikan
g) Untuk kontrasepsi darurat
Kekurangan pil oral kombinasi, yaitu:
a) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya
setiap hari
b) Mual, terutama pada 3 bulan pertama
c) Perdarahan bercak/spotting terutama 3 bulan pertama
d) Nyeri payudara, BB mengalami kenaikan, tidak untuk
wanita menyusui
e) Meningkatkan TD
2) Suntik
a. Suntik progestin
Merupakan metoda kontrasepsi yang efektif, aman, dapat
dipakai oleh semua WUS, kembalinya ke kesuuburan lebih lambat (4
bulan), cocok untuk masa laktasi karena tidak mempengaruhi ASI.
Jenis-jenis suntik progestin
a) DMPA mengandung 150 mg DMPAyang diberikan setiap 3 bulan
dengan cara disuntikkan IM
b) Depo Noristerat yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat
dengan cara disuntikan IM dalam
Kelebihan suntik progestin, yaitu:
a) Sangat efektif untuk pencegahan kehamilan jangka panjang
b) Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
c) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak pada
penyakit jantung
d) Tidak berpengaruh terhadap ASI
Kekurangan suntik progestin, yaitu:
a) Sering
ditemukan
gangguan
haid
seperti
spotting,
siklus
memanjang dan memendek
b) Klien
bergantuung
pelayanan
kesehatan
dan
tidak
dapat
dihentikan sewaktu-waktu
c) Peningkatan BB dan terlambanya kembali ke kesuburan setelah
penghentian pemakaian
b. Suntik kombinasi
Merupakan jenis suntikan yang terdiri atas 25 mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan
injeksi IM 1 bulan sekali
Kelebihan suntik kombinasi, yaitu:
a) Resiko terhadap kesehatan kecil, tidak mempengaruhi hubungan
suami istri
b) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam dan metode jangka panjang
c) Efek samping yang kecil
d) Klien tidak perlu menyimpann obat suntik
Kekurangan suntik kombinasi, yaitu:
a)
Terjadi perubahan pola haid, apotting, perdarahan sela sampai 10
hari
b)
Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan
c)
Ketergantungan terhadap pelayanan kesehatan
d)
Peningkatan BB dan terlambat kembali kesuburannya
3) Implan
Efektif 5 tahun untuk Norpalan (terdiri dari 6 batang ), 3 tahun
untuk Indoplan/Implano, klien merasa kenyamanan, dapat dipakai oleh
semua ibu usia reproduksi, pemasangan dan pencabutan memerlukan
pelatihan, kesuburan akan kembali setelah dicabut, efek samping utama
berupa perdarahan tidak teratur, bercak dan aminorhea dan aman dipakai
saat menyusui.
Keuntungan implant, yaitu:
a) Daya
guna
tinggi,
perlindungan
jangka
panjang
(5
tahun),
pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
b) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengarus
estrogen, tidak mengganggu coitus dan tidak mempengaruhi ASI
c) Klien kontrol ke klinik jika ada keluhan dan dapat dilakukan
pencabutan setiap saat sesuai dengan kebutuhan
Kekurangan implant, yaitu:
a)
Perubahan pola haid
b)
Nyeri kepala dan nyeri dada
c)
Peningkatan/penurunan BB
d)
Memerlukan pembedahan minor untuk pemasangan dan
pelepasan.
2. KB non hormonal
a. AKDR (IUD)
Cara kerja:
1)
Menghambat kemampuan sperma masuk tuba fallopi.
2)
Mencegah implantasi telur dalam uterus.
3)
Mencegah sperma dan ovum bertemu.
Keuntungan IUD, yaitu:
1)
Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
2)
Meningkatkan kenyamanan hubungan seksual.
3)
Tidak mempengaruhi ASI.
4)
Metode jangka panjang
5)
Dapat digunakan sampai menopouse.
Efek samping penggunaan IUD:
1)
Menstruasi menjadi lebih lama dan banyak
2)
Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama)
3)
Perdarahan irreguler (spotting) di antara menstruasi
4)
Saat haid lebih sakit
b. Kondom
Cara kerja:
1)
Menghalangi bertemunya sperma dan sel telur.
2)
Mencegah penularan mikroorganisme dari satu pasangan ke pasangan
lain.
Keuntungan kondom, yaitu:
1)
Tidak mengganggu produksi ASI.
2)
Mencegah PMS
3)
Mencegah ejakulasi dini.
4)
Mencegah terjadinya kanker serviks.
5)
Mencegah imunoinfertiltas.
6)
Murah dan dapat diberi secara umum.
7)
Memberi dorongan suami untuk ber KB.
Efek samping:
1)
Kondom rusak atau bocor sebelum berhubungan
2)
Alergi
3)
Mengurangi kenikmatan hubungan seksual
3. KB yang tanpa memakai alat apapun (alamiah)
a. Coitus interuptus (senggama terputus)
Adalah suatu metode koontrasepsi dimana senggama diakhiri
sebelum terjadi ejakulasi intravaginal.Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia
eksterna wanita. Cara kerja: alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum
ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina. Dengan demikian
tidak ada pertemuan antara apermatozoa dengan ovum sehingga
kehamilan dapat dicegah.
Keuntungan:
1)
Efektif bila dilaksanakan dengan benar
2)
Tidakk mengganggu produsi ASI
3)
Dapat digunakan sebagai pendukung metoda KB lainnya
4)
Tidak ada efek samping
5)
Tidak memerlukan alat
b. Kalender
Metode KS dengan tidak melakukan sanggama pada masa subur,
effektivitasnya 75%-80%, pengertian antar pasangan harus ditekankan, faktor
kegagalan karena salah menghitung masa subur dan siklus haid yg tidak
teratur Masa subur siklus terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek
dikurangi 18.
c. MAL (metode amenorrea laktasi)
Merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara
eksklusif. MaL dapat dipakai sebagai kontraseepsi bila: menyusui secara
penuh, lebih efektif jika pemberian belum haid, usia bayi kurang dari 6 bulan.
Efektifitasnya sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian
metode kontrasepsi lainnya.Cara kerjanya yaitu menunda atau menekan
ovulasi.
Keuntungannnya: efektifitas tinggi (98%) pada 6 bulan pertama setelah
melahirkan, segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada eefek
samping secara sistemik, tidak perlu perawatan medis, tidak perlu obat atau
alat dan tanpa biaya.
Keterbatasannya:
1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam
30 menit pasca persalinan
2) Mungkin sulit dilakukan karena kondisi sosial
3) Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6
bulan
4) Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual, termasuk hepatitis B
(HBV) dan HIV/AIDS.
5) Yang dapat menggunakan MAL adalah ibu yang menyusui secara
eksklusif, bayinya berusia kurang dari 6 bulandan belum mendapat haid
setelah melahirkan.
4. Kontrasepsi mantap terdiri dari:
a) Tubektomi (MOW)
Pengikatam/pemotongan tuba fallopi kiri dan kanan pada wanita untuk
mencegah transport ovum dari ovarium melalui tuba ke arah uterus,
dilakukan dengan cara operasi, effektivitas : tinggi, reversibilitas: rendah,
disebut kontrasepsi mantap
b) Vasektomi (MOP)
Pengikatan/pemotongan vas defferen kiri dan kanan pada pria untuk
mencegah transport spermatozoa dari testis, dilakukan dengan cara
operasi kecil / minor surgery, effektifitas : tinggi, reversibilitas : rendah,
disebut kontrasepsi mantap.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Ratna. 2009. Metode dan Tekhnik Penggunaan Alat Kontrasepsi.
Salemba Medika: Jakarta.
Arum, DNS dan sujiyatini. 2009. Panduan Lengakap Pelayanan KB Terkini.
Mitra Cendikia Press: Yogyakarta.
Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Trans Info
Media: Jakarta.
Download