ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY. R UMUR 33 TAHUN DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI HJ NGATINI Am. Keb KEC. TENGARAN KABUPATEN SEMARANG KARYA TULIS ILMIAH DiajukanuntukUjianAkhir Program Pendidikan D III Kebidanan AkademiKebidananNgudiWaluyo OLEH SEPTIANA WIDIYAWATI (NIM. 0131696) AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. KaryaTulis saya, Penelitian ini adala hasli dan belum di ajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Ahli Madya Kebidanan dan atau sarjana), baik di Akademik Kebidanan Ngudi Waluyo maupun sekolah kesehatan lain 2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian sayas endiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing 3. Karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah di tulis atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas di cantumkan sebagai acuan dalam naskah pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hariter dapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Akademi KebidananNgudi Waluyo Ungaran, 18 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan Septiana Widiyawati NIM : 0131696 HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan dihadapan tim Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo, pada : Hari : Tanggal : Ungaran, Januari 2016 Pembimbing I Pembimbing II Heni Setyowati, S.SiT, M.Kes NIDN. 06170380002 Widayati,S.SiT.,M.Keb NIDN.0616088101 HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dan direvisi sesuai masukan tim penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo pada: Hari : Tanggal : Tim Penguji, Penguji I Penguji II Penguji III Ari Andayani, S.SiT., M.Kes NIDN. 0606048301 Heni Setyowati, S.SiT, M.Kes NIDN. 06170380002 Widayati,S.SiT.,M.Keb NIDN.0616088101 Mengetahui, Direktur AKBID Ngudi Waluyo Rini Susanti, S.SiT, M.Kes NIDN. 0621098001 Widiyawati, Septiana. 2016; Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada Ny. Rinidi BPM Ny. Ngatini, Amd. Keb.DIII Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran. Pembimbing 1:Heni SetyowatiS. SiT,M.Kes, Pembimbing II: Widayati, S.SiT,M.Keb ABSTRAK Latar Belakang Angka Kematian Ibu di Privinsi Jawa Tengahmengalami peningkatan cukup tinggi apabila di tahun 2013 sebesar 118,62/100.000 kelahiran hidup, di tahun 2014 menjadi 140,31/100.000 kelahiran hidup. Upaya peningkatan asuhan kebidanan berkelanjutan (Continue of Care) mulai dari masa kehamilan, persalinan, masa nifas, serta perawatan bayi baru lahir, sampai dengan KB serta melakukan pendokumentasian kebidanan. Tujuan penelitian mampu menganalisa dan melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. Rini meliputi masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana (KB) sesuai dengan 7 langkah manajemen Varney dan pendokumentasian dengan metode SOAP. Metode penulisan ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, studi dokumentasi, studi pustaka. Kesimpulan Asuhan pada kasus Ny.Rini selama kehamilan tidak ditemukannya kelainan atau komplikasi pada ibu dan bayi, namun terdapat kesenjangan dalam pemeriksaan HB hanya dilakukan 1x selama kehamilan, Asuhan pada bersalin Ny.Puspitasari tidak ditemukannya penyulit. Pada kala I, kala II, kala III dan kala IV. Persalinan berjalan dengan normal tidak ada penyulit, Asuhan pada saat masa nifas dari 6 jam postpartum sampai 6 minggu postpartum, selama pemantauan masa nifas, berlangsung dengan baik, Asuhan pada bayi baru lahir dari 2 jam neonatus sampai 6 minggu yang berjenis kelamin laki-laki, BB 3100 gram, PB 48 cm. Tidak ditemukan adanya cacat serta tanda bahaya dan pada asuhanKB pada suaminyaNy.Rini menggunakan kondom Saran Diharapkan Tenaga kesehatan terus berperan aktif dalam memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas kepada masyarakat terutama dalam asuhan kebidanan ibu dari mulai hamil sampai dengan Kb terutama pada pemeriksaan HB pada ibu hamil dari program pemerintah 2x selama kehamilan patologisdengan tetap berpegang pada standar pelayanan kebidanan sehingga dapat mengurangi terjadinya peningkatan AKI dan AKB di Indonesia Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Berkelanjutan, Kehamilan, Persalinan , Nifas, Bayi baru lahir ,KB Widiyawati, Septiana. 2016; The Sustainable Midwifery Care in Mrs. Rini at BPS Mrs. Ngatini, Amd.Keb.,Diploma III of Ngudi Waluyo Midwifery Academy Ungaran. First Advisor:Heni SetyowatiS.SiT,M.Kes, Second Advisor: Widayati, S.SiT,M.Keb ABSTRACT Background: The maternal mortality rate (MMR) of Central Java province has fairly high increased. In2013, this rate was 118.62 per 100,000 live births and in 2014 become 140.31 per 100,000 live births. The efforts to improve sustainable midwifery care ranging from pregnancy, childbirth, postnatal and newborn, until the use of contraception as well as documentation. Purpose: The purpose of this study was to analyze and implement the sustainable midwifery care in Mrs. Rini during the period of pregnancy, childbirth, postpartum, newborn, and using contraception in accordance with the 7 Steps of Varney Obstetrical Management and the documentation used the SOAP method. Method: The data collecting in this study used the methods of interview, observation, physical examination, supporting examination, documentation studies, and literature studies. Conclusion:The midwifery care in Mrs.Rini during pregnancy, it is not found any abnormalities or complications both in mother and infant, but there is a different in the HB assessment only conducted during pregnancy. In the childbirth process, it is not found any complications either in first, second, third, and fourth stages, the labor going normally and there are no complications. The midwifery care in the postpartum period of 6 hours until 6 weeks postpartumis going well. The newborn care in 2 hours to 6-weeks of age, the infant is male with 3100 grams in weight, and 48 cm in length. There are no defects and signs of danger. And, in the contraceptive care, Mrs.Rini’s husband is using condom. Recommendation: The health workers are expected to continue play an active role in providing quality midwifery services for the community, starting from pregnancy until using contraception, and particularly in HB examination for pregnant women, it is expected to implement twice during pathological pregnancy by referring to the standard of obstetrical care so that it can reducing the MMR and IMR in Indonesia. Keywords: Sustainable midwifery care, Pregnancy, Childbirth, Postpartum, Newborn, Contraception KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiahdengan judul “Asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran Kabupaten semarang “. Karya Tulis Ilmiahini di susun tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Rini Susanti, S.SiT, M.Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo. 2. Heni Setyowati, S.SiT, M.Kes, selaku pembimbing I yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berguna hingga terselesaikannyaKarya Tulis Ilmiiahini. 3. Widayati,S.SiT.,M.Keb., selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiahini. 4. Hj Ngatini Am. Keb, selaku pembimbing lahan yang telah banyak memberikan bimbingan. 5. Seluruh staf dan dosen Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo. 6. Orang tua, suami ,mertua ,kakak, kakek dan nenek yang telah memberikan dorongan,semangat dan doa selama penulis menempuh pendidikan. 7. Teman-teman seperjuangan di Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo.yang selalu memberikan semangat dalam penyusunanKarya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatanKarya Tulis Ilmiahini tidak lepas dari kekurangan dan membutuhkan perbaikan. Penulis mengharap kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiahini Ungaran, 2016 Penulis RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama : Septiana Widiyawati Tempattanggallahir : Temanggung, 10 September 1994 Alamat : Kupen Tegalsari Rt 01 /07 Pringsurat Temanggung Agama : Islam JenisKelamin : Perempuan Pendidikan : 1. TK PERTIWI KUPEN Lulusan2001 2. SD NEGERI 1 KUPEN Lulusan 2007 3. SMP NEGERI 1 KRANGGAN Lulusan 2010 4. SMA NEGERI 1 PRINGSURAT Lulusan 2013 5. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa semester akhir Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran MOTTO Bersyukur Adalah Cara Terbaik Agar Merasa Cukup Bahkan Ketika Berkekurangan Jangan Berharap Lebih Sebelum Berusaha Lebih Berpikir besar lalu berindak Selalu menjadi diri sendiri Bersakit- sakit dahulu, bersenang- senang kemudian Kesuksesan selalu di sertai dengan kegagalan Ayo kerja… kerja… dan kerja… Dengan Cerdas , Cermat , dan Tuntas PERSEMBAHAN Karyailmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada Ny.Rini umur 33 tahun di BPM Hj Ngatini amd.keb Tengaran” ini, penulis persembahkan kepada : 1. Lila Kusuma Rahayu, S.Si.,M.Si, selaku Ketua Yayasan Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo 2. Rini Susanti, S.SiT.,M.Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo 3. Heni Setyowati, S.SiT.,M.Kes, selakupembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis ini hingga selesai 4. Widayati, S.SiT.,M.keb, selakupembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan KaryaTulis ini hingga selesai 5. Ari Andayani, S.SiT.,M.kes, selaku penguji studi kasus yang telah memberikan masukan KaryaTulis ini hingga selesai 6. Risma Alviani, S,SiT.,M.kes selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa memberi support dan bimbingan selama perkuliahan 7. Seluruhdosendan staff pengajar Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo 8. Orang tua dan keluarga tercinta bapak Widodo dan Ibu Sae Pawarti yang senantiasa memberikan do’a, dukungan, moral dan materi sehingga KaryaTulis ini bisa terselesaikan tepat waktu 9. Teman-temanku ANTISEPTIK Angkatan XIII Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran yang tak dapat peneliti sebutkan satu persatu, terimakasih atas kebersamaan, bantuan, kritik dan saran semoga tetap menjadi keluarga dan terjalin tali silaturahmi yang tak pernah putus 10. Print Center yang senantiasa membantu dalam pengumpulan berkasberkas selama proposal sampaidengan siding KTI 11. Toko Buku Gramedia yang senantiasa memberikan saya referensi dan memberikan banyak ilmu dari buku terbitan terbaru 12. Semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam pembuatan KaryaTulis ilmiah ini 13. Semua yang sedang mencari ilmu dan pembaca budiman DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................... i PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ........................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv ABSTRAK .............................................................................................. v ABSTRAC ............................................................................................... vi KATA PENGANTAR .............................................................................. vii RIWAYAT HIDUP PENULIS .................................................................. ix MOTTO .................................................................................................. x PERSEMBAHAN ................................................................................... xi DAFTAR ISI ........................................................................................... xiii DAFTARSINGKATAN ............................................................................. xiv DAFTAR ISTILAH ................................................................................... xv DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xviii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................. 3 C. Ruang lingkup........................................................................ 4 D. Tujuan Study Kasus .............................................................. 4 E. Manfaat Study Kasus ............................................................ 5 F. Metode Penulisan ................................................................. 5 G. Cara Memperoleh Data.......................................................... 6 H. Sistematika Penulisan ........................................................... 7 BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori ............................................................. 9 B. Manajemen Kebidanan ........................................................ 57 C. Pendokumentasian ............................................................... 59 D. Landasan Hukum yang mendasari praktik kebidanan ............ 60 BAB III : TINJAUAN KASUS A. Pengkajian ............................................................................ 71 B. SOAP.................................................................................... 80 BAB VPEMBAHASAN A. Kehamilan ............................................................................. 112 B. Asuhan pada persalinan ........................................................ 119 C. Asuhan pada ibu nifas ........................................................... 127 D. Asuhan pada BBL .................................................................. 129 E. Asuhan pada Keluarga Berencana ........................................ 137 BAB VPENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................ 139 B. Saran ..................................................................................... 140 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR SINGKATAN ANC : Ante Natal Care AKB : Angka Kematian Bayi AKBK : Alat Kontrasepsi Bawah Kulit AKI : Angka Kematian Ibu ASEAN : Association of South East Asian Nation DMPA : Depot Medroxi Progesterone Acetate EMAS : Expanding Maternal and Neonatal Survival HIV : Human Immunedeficiency Verus HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir HPL : Hari Perkiraan Lahir IM : Intra Muscular IMT : Indeks Masa Tubuh KB : Keluarga Berencana KIA : Kesehatan Ibu Anak KIE : Komunikasi Informasi dan Edukasi KH : Kelahiran Hidup KKal : Kilo Kalori KMS : Kartu Menuju Sehat LH : Liteinizing Hormone P4K : Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi PAP : Pintu Atas Panggul PMS : Penyakit Menular Seksual PONED : Pelayanan Emergensi Obstetrik dan Neonatal Dasar PONEK : Pelayanan Emergensi Obstetrik dan Neonatal Komprehensif SC : Sectio Caesarea SOAP : Subyektif Obyektif Assessment Planning TBC : Tuberculosis TBJ : Taksiran Berat Janin TD : Tekanan Darah TFU : Tinggi Fundus Uteri TT : Tetanus Toksoid TTV : Tanda-Tanda Vital USAID : United States Agency for International Development WHO :World Health Organitation VDRL : Veneral Disease Research of Laboratories DAFTAR ISTILAH ANC : Pemeriksaanpadamasakehamilan Autolisis : Penghancurandirisendiri Bloody Show : Lendirbercampurdarah Braktonhiks : His palsu Endemis : Istilah yang di pakaipadapenyakit yang sudah lama ada di suatutempat Dilatasi : Penipisan Exercise : Senam Episiotomi : Pelebaranjalanlahir Fibrinogen : Protein yang ada di dalam plasma darah Hemodilusi : Pengencerandarah Hematologi : Ilmukesehatan yang mempelajaridarah Hemoroid : Pecahnyapembuluhdarahakibatadanyatekananpada vena Involusi Uteri : Proses pengembalian uterus keukuransemula Iskemia : Kekuranganoksigen yang bersifatsementara Implantasi : Penempelan KardioVaskuler : Organ sirkulasidarah yang terdiridarijantung, komponendarahdanpembuluhdarah. Konsepsi : Bertemunyaselspermadanseltelur Korpus Uteri : Ronggarahim KolonRektosigmoid : Kanker yang menyerangususbesar Konstipasi : Buang air besartidaklancar Koitus : Senggama Laktasi : Proses menyusui LigamentumRotundum : Peregangankarenapembesaran uterus Lightening : Penurunan fundus karenakepalabayisudahmasuk PAP Lavement : Pemasukancairanpadakolonmelalui anus Lochea : Pengeluaranpervaginammasanifas uteri Mobilisasi : Aktifitasfisik yang dapatmenghindariketeganganpadatubuhdankelelaha n Molase : Penyusupan Nidasi : Penempelanhasilkonsepsi Nokturia : Keinginanbuang air kecilberulangulangketikatidur Ovulasi : Proses lepasnya ovum dari tuba falopi Oksitosin : Hormon yang merangsangkontraksi uterus padasaatpersalinan Personal Hygne : Perawatankebersihandirisendiri Prostaglandin : Asamlemak Spooting : Bercakdarah TraktusUrinarius : system yang terdiridari organ danstruktur yang menyalurkanurindariginjalkeluartubuh. Utero Plasenter : Aliran darah dimanajaninbertukarnutrisidanproduklimbahdenganib u Varises : Pembesaranpembuluhbalik akibatkelainankatupdalampembuluh vena. VDRL : Pemeriksaanpenyakitseksual WHO : OrganisasiKesehatanDunia (vena) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Umumnya indikator derajat kesehatan suatu Negara dilihat dari kesehatan ibu dan anak yang berkualitas dan rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) (Manuaba, 2010). Melihat perkembangan hasil pembangunan dibeberapa negara maka masih belum sesuai dengan target maka Millenim Development Goals (MDGs), pun diganti dengan nama SDGs. Dalam era SDGs atau tujuan pembangunan berkelanjutan yang telah dimulai saat negara-negara anggota PBB termasuk Indonesia menyepakati outcome Document SDGs pada tanggal 2 agustus 2015. Periode SDGs Tahun 2016-2030 merupakan program yang kegiatanya meneruskan agenda-agenda sekaligus menindaklanjutin program yang belum selesai. Menjadi bahan sorotan tertinggi adalah sektor kesehatan yaitu sebaran balita kurang gizi di Indoesia, proporsi balita pendek, status gizi anak, tingkat kematian ibu, pola konsumsi pangan pokok dan sebagainya (Kemenkes RI, 2016). Tahun 2012 SDKI kembali mencatat kenaikan AKI yang signifikan, yakni dari 228 menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Secara nasional, indikator kinerja cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada tahun 2014 belum mencapai target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan di tahun yang sama, yakni sebesar 95%. Cakupan persalinan secara nasional pada tahun 2014 yaitu sebesar 88,68% dimana angka ini belum dapat memenuhi target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2014 yakni sebesar 90%. Cakupan penanganan komplikasi kebidanan secara nasional pada tahun 2014 sebesar 74,56%. Saat ini, tempat pelayanan KB di Indonesia didominasi oleh bidan swasta (56,34%). Metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntikan (47,54%) dan terbanyak ke dua adalah pil (23,58%). Sedangkan metode kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh peserta KB aktif yaitu Metoda Operasi Pria (MOP) sebanyak 0,69%, kemudian kondom sebanyak 3,15%. Data dan informasi mengenai KB aktif di Indonesia tahun 2014. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Data angka kematian neonatal di Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 7,52/1.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 126,55/100.000 kelahiran hidup. Secara umum cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1 99,6% dan K4 93,11%. Cakupan penanganan komplikasi kebidanan di Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 105,4%, Cakupan penanganan neonatal risti di Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 83,3%. Seluruh PUS yang ada, sebesar 78,6% adalah peserta KB aktif, metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntikan (56,7%) dan terbanyak ke dua adalah pil (14,5%). Data dinas kesehatan Kabupaten Semarang tahun 2014 didapatkan data AKI AKI 144,31 per 1000 KH, AKB 10,90 per 1000 KH, cakupan K4 sebesar 89,98%, cakupan pertolongan persalinan sebesar 93,72%, cakupan pelayanan nifas 85,15%. KB aktif sebanyak 83,2%. AKI Puskesmas Tengaran tahun 2014 ada 2 ibu, AKB ada 9 bayi. Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian. OIeh karena itu, kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir harus ditangani oleh petugas kesehatan yang berwenang demi kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi (Saifudin, 2006). Sebenarnya kematian ibu dan bayi dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, seperti pemeriksaan kehamilan yang rutin dan berkualitas, kehadiran tenaga kesehatan yang terampil pada saat persalinan serta pemberian gizi yang memadai pada ibu hamil, menyusui dan balita. Dari berbagai perbaikan dilakukan semaksimal mungkin dalam menurunkan AKI dan AKB dengan meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan asuhan kebidanan secara komprehensif yang berfokus pada asuhan sayang ibu dan sayang bayi yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan (JNPK-KR, 2008). Studi pendahuluan di BPM Hj Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran Kabupaten semarang pada bulan Oktober tahun 2015 didapatkan data terdapat 31 ibu hamil yang melakukan ANC, K1 11 ibu, K4 5 ibu hamil. sedangkan persalinan yang ditolong di BPM ini sebanyak 4 orang. 1 ibu dirujuk karena hipertensi. Data pada pasien Ny Rini didapatkan HB nya 10,5%/dl hal ini dikatakan ibu mengalami anemia ringan sehingga perlu asuhan berkelanjutan. BPM Hj Ngatini melakukan asuhan dari ANC sampai ibu KB. Meningat setiap kehamilan dan persalinan dapat beresiko maka dan BPM melaksanakan asuhan berkelanjutan maka penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran Kabupaten semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana asuhan kebidanan berkelanjutan yang sesuai pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran Kabupaten Semarang?”. C. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup asuhan kebidanan komprehensif ini dimulai dari kehamilan trimester III, bersalin, nifas bayi baru lahir dan KB yang dilakukan pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran Kabupaten Semarang dari tanggal 10 November 2015 sampai 17 November 2015 D. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Memberikan asuhan kebidanan berkelanjutan pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj Ngatini, Am. Keb Kec Tengaran Kabupaten Semarang dengan manajemen kebidanan. 2. Tujuan khusus a. Menganalisis dan melaksanakan asuhan kehamilan yang dimulai dari pengkajian sampai evaluasi pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran Kabupaten Semarang. b. Menganalisis dan melaksanakan asuhan persalinan yang dimulai dari pengkajian sampai evaluasi pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran Kabupaten Semarang. c. Menganalisis dan melaksanakan asuhan nifas yang dimulai dari pengkajian sampai evaluasi pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran Kabupaten Semarang. d. Menganalisis dan melaksanakan asuhan bayi baru lahir yang dimulai dari pengkajian sampai evaluasi pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran Kabupaten Semarang. e. Menganalisis dan melaksanakan asuhan ibu KB yang dimulai dari pengkajian sampai evaluasi pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Hj Ngatini Am. Keb Kec. Tengaran Kabupaten Semarang. E. Manfaat Penulisan 1. Bagi Instansi Pendidikan Studi kasus ini dapat dijadikan metode penilaian pada mahasiswa dalam melaksanakan tugasnya dalam menyusun laporan studi kasus, mendidik dan membimbing mahasiswa agar lebih terampil dalam memberikan asuhan kebidanan. 2. Bagi Lahan Praktik Studi kasus ini dapat digunakan sebagai bahan masukan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan Kebidanan melalui pendekatan manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL, serta KB secara komprehensif. 3. Bagi Klien Klien mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan secara komprehensif yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan F. Metode Penulisan Metode penulisan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney dan pendokumentasian SOAP G. Cara Memperoleh Data Secara garis besar pengumpulan data yang akan digunakan untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah Asuhan Kebidanan meliputi : 1. Wawancara Menanyakan biodata pasien, alasan masuk dan keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, kontrasepsi, riwayat kehamilan sekarang, keluhan yang dirasakan ibu, obat yang dikonsumsi, imunisasi, riwayat kesehatan ibu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit jiwa. riwayat kesehatan keluarga, riwayat psikososial, riwayat perkawinan, keadaan ekonomi, kebiasaan seharihari, untuk mengetahui kegawatdaruratan. kebiasaan sehari-hari ibu, persiapan 2. Observasi Mengamati secara langsung keadaan umum seperti kesadaran ibu, berat bada sebelum hamil, berat badan sekarang, untuk mengetahui apakah ibu mengalami obesitas atau kekurangan gizi,tinggi badan, danlingkar lengan atas (LILA), tanda-tanda vital (TTV) 3. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi Melakukan pemeriksaan inspeksi secara head to toe dari kepala ke kaki pasien.. b. Palpasi Melakukan pada muka, kelenjar limfe dan tiroid, mamae, abdomen, vulva/vagina ekstremitas c. Perkusi Perkusi dilakukan pada lutut untuk menilai refleks patella kiri dan kanan. d. Auskultasi Auskultasi dilakukan peneliti pada abdomen untuk mengetahui Detak Jantung Janin (DJJ). Auskultasi dada untuk mengetahui adanya bunyi wheezing pada paru-paru. e. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung penegakan diagnosa seperti pemeriksaan hemoglobin, protein urine dan urine reduksi. f. Studi Dokumentasi Penulis mempelajari catatan-catatan resmi/rekam medik pasien. g. Studi Pustaka Diambil dari buku-buku literature guna memperkaya khasanah ilmiah yang mendukung pelaksanaan studi kasus. H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari laporan komprehensif ini terdiri dari 5 bab yaitu : BAB I PENDAHULUAN : ; Berisi Latar Belakang, Tujuan, Ruang Lingkup, Sistematika Penulisan. BAB II TINJAUAN : Berisi teori yang berhubungan dengan TEORI : kehamilan, persalinan, nifas bayi bari lahir dan tinjauan teori manajemen asuhan kebidanan menurut Helen Varney BAB BAB III TINJAUAN KASUS : : Berisi tentang manajemen asuhan kebidanan kehamilan, persalinan, dan bayi baru lahir BAB : IV Berisi pengkajian , identitas masalah, diagnose potensial, tindakan segera atau kolaborasi, pelaksanaan, perencanaan evaluasi dan kesenjangan antara teori dan praktik Penutup BAB V Kesimpulan dan saran BAB II KAJIAN PUSTAKA I. Konsep Dasar Teori 1. Kehamilan III a. Kehamilan TM III Kehamilan trimester III adalah kehamilan dengan usia 28-40 minggu, masa ini merupakan suatu yang lebih berorientasi pada realitas untuk menjadi orang tua yang menanti kelahiran anak dimana ikatan antara orang tua dan janin yang berkembang pada trimester ini (Manuaba, 2010). b. Perubahan Fisiologis Kehamilan Trimester III Menurut Varney (2006), Perubahan fisiologis yang terjadi akibat kehamilan diantaranya : 1) Perubahan Anatomik Uterus Pembesaran uterus dalam kehamilan turut menyebabkan munculnya 2 tanda kehamilan pada ibu yaitu kontraksi Braxton hicks dan pembesaran abdomen. Braxton hick yaitu peregangan sel-sel otot uterus. Kontraksi ini dimulai pada minggu ke-6 kehamilan dan semakin jelas terasa pada minggu ke-28 kehamilan terutama pada wanita langsing. Umumnya akan menghilang bila melakukan latihan fisik atau berjalan. Menurut Kusmiyati (2009), ukuran pembesaran uterus yang terjadi selama trimester III yaitu : a) 28 minggu : fundus uteri terletak kira-kira antara tiga jari diatas pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosesus xifoideus (25 cm). b) 32 minggu : fundus uteri terletak kira-kira antara ½ jarak pusat dan prosesus xifoideus (27cm). c) 36 minggu : fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah prosesus xifoideus (30 cm). d) 40 minggu : fundus uteri terletak kira-kira 3 jari dibawah prosesus xifoedeus (33 cm). 2) Perubahan Kardiovaskular Volume darah total ibu meningkat 30-50% pada kehamilan. Peningkatan ini dimulai pada awal trimester I yang kemudian meningkat pesat hingga pertengahan kehamilan dan kemudian melambat hingga menjelang minggu ke-32. Hal ini memudahkan sistem kardiovaskular pada ibu memenuhi kebutuhan janin. Perubahan ini disebabkan oleh peningkatan kadar estrogen, progesteron dan prostaglandin, dan perubahan ini akan kembali normal setelah kehamilan berakhir. 3) Perubahan pada Ginjal Keadaan hamil sering terjadi hidroureter dan hidronefrosis yang diakibatkan oleh mulai keluarnya uterus dari panggul dan masuk ke dalam abdomen sehingga menekan uretra, serta peningkatan ukuran ginjal dan pelebaran ureter. 4) Perubahan pada Paru Perubahan pada paru ini disebabkan oleh pengaruh hormonal dan mekanis. Perubahan mekanis meliputi perubahan dari besar diafragma dan lingkar thoraks yang disebabkan oleh tekanan ke atas akibat pembesaran uterus. Sedangkan perubahan hormon meliputi efek estrogen dan progesteron yang menyebabkan perubahan relaksasi otot polos pada paru. Efek sampingnya adalah volume pernapasan per menit dan peningkatan ambilan oksigen per menit mengalami penurunan atau sering disebut dispnea fisiologis dalam kehamilan. 5) Perubahan pada Pencernaan Perubahan pada saluran cerna ini berada di bawah pengaruh hormon dan mekanis. Hormon estrogen menyebabkan aliran darah ke mulut sehingga gusi menjadi rapuh dan dapat menimbulkan gingivitis. Hormon progesteron menyebabkan melambatnya proses absorpsi nutrient dan mineral pada usus halus dan konstipasi. c. Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester III Menurut Jannah (2012), selama kehamilan kebanyakan ibu mengalami perubahan psikologis. Pada Trimester III, perubahan psikologis yang biasanya terjadi yaitu mulai timbul lagi rasa tidak nyaman akibat kehamilan dimana ibu merasa dirinya aneh dan jelek, serta gangguan body image. Ibu pun akan khawatir bayinya lahir sewaktu-waktu sehingga ibu akan lebih meningkatkan kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala persalinan serta ketidaknormalan bayinya. Sedangkan menurut Rukiyah (2009), pada trimester ini ibu mulai menanti kehadiran sang bayi dan timbul rasa was-was mengingat bayinya dapat lahir kapanpun sehingga membuat ibu berjaga-jaga dan memperhatikan serta menunggu tanda dan gejala persalinan muncul. d. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Pada Trimester III Kebutuhan dasar ibu hamil dibagi menjadi 2 bagian yaitu : 1) Kebutuhan fisik ibu hamil Menurut Kusmiyati (2009), menyatakan bahwa kebutuhan fisik ibu hamil meliputi : a) Oksigen Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada manusia termasuk ibu hamil. Posisi miring kiri dianjurkan untuk meningkatkan perfusi uterus dan oksigenasi fetoplasenta dengan mengurangi tekanan pada vena asenden. b) Nutrisi Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori perhari. Ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang yaitu karbohidrat, protein, mineral, zat besi, dan vitamin. c) Personal hygiene Ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat sehingga ibu harus menjaga kebersihan diri dengan cara mandi 2 kali sehari dan sering mengganti pakaian dalam agar tidak lembab. d) Pakaian selama kehamilan Dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai serta bahan yang mudah menyerap keringat. Hal yg harus diperhatikan yaitu sabuk dan stoking yang terlalu ketat karena akan mengganggu aliran balik, sepatu dengan hak tinggi akan menambah lordosis sehingga sakit pinggang akan bertambah. e) Eliminasi Dianjurkan minum 8-12 gelas cairan setiap hari. Ibu harus cukup minum agar produksi air kemihnya cukup dan jangan sengaja mengurangi minum untuk menjarangkan berkemih. f) Seksual Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya tidak lagi berhubungan seks selama 14 hari menjelang kelahiran. Koitus tidak dibenarkan bila : (1) Terdapat perdarahan pervaginam. (2) Riwayat partus prematurus. (3) Ketuban pecah. (4) Serviks telah membuka. g) Mobilisasi Ibu hamil boleh melakukan kegiatan biasa selama tidak terlalu melelahkan. Semua pekerjaan harus sesuai dengan kemampuan wanita tersebut dan mempunyai cukup waktu untuk istirahat. h) Senam Ibu hamil perlu menjaga kesehatan tubuhnya dengan berjalanjalan di pagi hari, renang, olagraga ringan dan senam hamil. Senam hamil dapat dimulai pada umur kehamilan 22 minggu. Senam bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat berfungsi secara optimal dalam persalinan normal serta mengimbangi perubahan titik berat tubuh. i) Pola istirahat Wanita dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur khususnya seiring kemajuan kehamilannya. Ibu dianjurkan tidur pada malam hari selama ± 8 jam dan istirahat dalam keadaan rileks pada siang hari selama 1 jam. 2) Kebutuhan Psikologis Menurut Rukiyah (2009), menyatakan bahwa kehamilan trimester III sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. kehamilan trimester III ini, keluarga dan suami dapat memberikan dukungan pada ibu dalam mematangkan persiapan persalinan dengan tetap mewaspadai komplikasi yang mungkin terjadi. Sedangkan sebagai tenaga kesehatan, dapat memberikan dukungan dengan memberikan penjelasan bahwa yang dirasakan oleh ibu adalah normal. e. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan Trimester III Tidak semua wanita mengalami semua ketidaknyamanan yang umum muncul selama kehamilan, tetapi banyak wanita mengalaminya dalam tingkat ringan hingga berat. Menurut Kusmiyati (2009), ketidaknyamanan kehamilan trimester III diantaranya: 1) Keputihan Hal ini dikarenakan hiperplasia mukosa vagina akibat peningkatan hormon estrogen. Cara meringankan/mencegahnya yaitu meningkatkanpersonal hygiene, memakai pakaian dalam yang terbuat dari katun dan menghindari pencucian vagina. 2) Nocturia (sering buang air kecil) Hal ini diakibatkan tekanan uterus pada kandung kemih serta ekresi sodium yang meningkat bersamaan dengan terjadinya pengeluaran air. Cara meringankan/mencegahnya yaitu dengan memberikan konseling pada ibu, perbanyak minum pada siang hari namun jangan mengurangi minum pada malam hari serta batasi minum bahan diuretika alamiah seperti kopi, teh dan cola dengan caffein. 3) Striae gravidarum Hal ini disebabkan oleh perubahan hormon atau gabungan antara perubahan hormon dan peregangan. Cara menguranginya yaitu dengan mengenakan pakaian yang menopang payudara dan abdomen. 4) Haemoroid Hal ini disebabkan konstipasi dan tekanan yang meningkat dari uterus gravid terhadap vena hemoroida. Cara mencegah/meringankan yaitu dengan hindari konstipasi dengan makan makanan berserat. 5) Konstipasi Hal ini disebabkan oleh peningkatan kadar progesteron sehingga peristaltik usus jadi lambat, penurunan motilitas akibat dari relaksasi otot-otot halus dan penyerapan air dari kolon meningkat. Cara mencegah/meringankan yaitu dengan meningkatkan intake cairan, membiasakan BAB secara teratur dan segera setelah ada dorongan. 6) Sesak nafas Hal ini disebabkan oleh uterus yang membesar dan menekan diafragma. Cara mencegah/meringankan yaitu dengan konseling pada ibu tentang penyebabnya, makan tidak terlalu banyak, tidur dengan bantal ditinggikan dan latihan nafas melalui senam hamil. 7) Nyeri ligamentum rotundum Hal ini disebabkan oleh hipertropi dan peregangan ligamentum selama kehamilan serta tekanan dari uterus pada ligamentum. Cara mencegah/meringankan yaitu dengan mandi air hangat, tekuk lutut ke arah abdomen serta topang uterus dan lutut dengan bantalan pada saat berbaring. 8) Pusing Hal ini disebabkan oleh hipertensi postural yang berhubungan dengan perubahan-perubahan hemodinamis. Cara mengurangi atau mencegah yaitu menghindari berdiri terlalu lama, hindari berbaring dengan posisi telentang dan bangun secara perlahan dari posisi istirahat. 9) Varices kaki/vulva Hal ini disebabkan oleh kongesti vena dalam bagian bawah yang meningkat sejalan dengan kehamilan karena tekanan dari uterus. Cara mengurangi/mencegahnya yaitu hindari berdiri/duduk terlalu lama, senam, hindari pakaian dan korset yang ketat serta tinggikan kaki saat berbaring/duduk. f. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III Setiap kunjungan antenatal, bidan harus mengajarkan pada ibu bagaimana mengenal tanda-tanda bahaya dan menganjurkan untuk datang ke klinik dengan segera jika mengalamai tanda bahaya tersebut. Menurut Kusmiyati (2009), menyatakan bahwa tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan lanjut diantaranya : 1) Perdarahan pervaginam Perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan. Perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadangkadang tidak selalu disertai dengan nyeri. Perdarahan ini bisa disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta dan gangguan pembekuan darah. 2) Sakit kepala yang hebat dan Perubahan visual secara tiba-tiba Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah serius adalah sakit kepala yang menetap, tidak hilang dengan beristirahat dan biasanya disertai dengan penglihatan kabur. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia. 3) Nyeri abdomen yang hebat Nyeri perut yang mungkin menunjukan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. 4) Bengkak pada muka dan tangan Bengkak pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dapat menjadi tanda adanya penyakit pertanda anemia, gagal jantung atau preeklamsia. 5) Pergerakan bayi berkurang Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5 atau ke 6 tapi beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. 6) Keluar cairan pervaginam Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester III bisa mengindikasikan ketuban pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. g. Antenatal Care 1) Pengertian Antenatal Care Antenatal care adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Prawirohardjo, 2010). Antenatal care merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau bermasalah (Rukiyah, 2009). 2) Tujuan Antenatal Care Menurut Rukiyah (2009), menyatakan bahwa tujuan antenatal care yaitu: a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang ibu dan bayi. b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi. c) Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. d) Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. e) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif. f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. 3) Kebijakan Program Kehamilan normal, kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan. Namun apabila kehamilan termasuk kedalam kehamilan resiko tinggi, maka jadwal kunjungan harus lebih rutin untuk mendapatkan perhatian yang lebih ketat. Bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4. Kunjungan antenatal minimal dilakukan satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester II dan dua kali pada trimester III (Prawirohardjo, 2010). 4) Standar Pelayanan Asuhan Minimal Antenatal Menurut KemenKes (2012), menyatakan bahwa ketika melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar yang terdiri dari : a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan Penambahan berat badan yang >9 kg selama kehamilan atau >1 kg setiap bulannya menunjukan adanya gangguan pertumbuhan janin. Total pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal rata-rata 6,5-16 kg (Pantiawati, 2010). Tinggi badan ibu hamil <145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion). b) Ukur tekanan darah Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai oedema wajah dan atau tungkai bawah dan atau proteinuria). c) Nilai status gizi (Ukur lingkar lengan atas/LiLA) Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I. Pengukuran ini berguna untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi Kronis (KEK) dimana LilA < 23,5 cm. d) Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU) Pengukuran TFU dilakukan pada setiap kunjungan antenatal untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai/tidak dengan umur kehamilan. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu. e) Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ) Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ <120x/menit atau >160x/menit menunjukan adanya gawat janin. f) Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid lengkap Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapatkan imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu diskrining status imunisasi T-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil disesuaikan dengan status imunisasi T ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TT long life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi. g) Beri tablet zat besi Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapatkan tablet zat besi dan asam folat 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama. h) Periksa laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium laboratorium rutin rutin adalah dan khusus. pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah dan pemeriksaan spesifik daerah endemis (malaria, HIV dan lain-lain). Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal. i) Tatalaksana/penanganan kasus Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani, dirujuk sesuai dengan sistem rujukan. j) Temu wicara/konseling Menurut Pantiawati (2010), menyatakan bahwa dari temu wicara dapat membantu ibu memahami kehamilannya dan sebagai upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak diinginkan serta membantu ibu hamil untuk menemukan kebutuhan asuhan selama kehamilan. k) Temu wicara dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular, penawaran untuk melakukan testing dan konseling HIV di daerah tinggi terinfeksi HIV, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI ekslusif, KB pascasalin, imunisasi dan brain booster. 5) Kebijakan Teknis Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya (Rukiyah, 2009). Menurut Rukiyah (2009), menyatakan bahwa penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai berikut: a) Mengupayakan kehamilan yang sehat. b) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan. c) Persiapan persalinan yang bersih dan aman. d) Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi. 6) Asuhan Kunjungan Kehamilan a) Asuhan Kunjungan Awal Kunjungan awal adalah kunjungan antenatal yang pertama kali dilakukan oleh ibu hamil. Tujuannya untuk mengumpulkan informasi mengenai ibu hamil yang dapat membantu bidan dalam membina hubungan yang baik dan rasa saling percaya antara ibu dan bidan, mendeteksi komplikasi serta merencanakan asuhan khusus yang dibutuhkan ibu (Jannah, 2012). Menurut Jannah (2012), tahapan pemeriksaan pada kunjungan ini yaitu : (1) Anamnesa Isi riwayat pada kunjungan awal yaitu informasi biodata, keluhan utama, riwayat reproduksi meliputi siklus haid dan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), usia kehamilan dan taksiran persalinan (menggunakan rumus naegele), riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, riwayat kehamilan sekarang meliputi tanda-tanda kehamilan dan pergerakan janin, keluhan yang dirasakan, riwayat kesehatan sekarang dan yang lalu, data psikososial dan pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari. (2) Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium Tujuan mendeteksi dari pemeriksaan ini komplikasi-komplikasi adalah untuk kehamilan. Pemeriksaan fisik ini meliputi tinggi badan, berat badan, Tanda-Tanda Vital (TTV), head to toe, pemeriksaan obstetrik meliputi palpasi leopold. Sedangkan tes laboratorium meliputi tes haemoglobin, protein urin, glukosa urin serta golongan darah. Tes ini dapat dipakai untuk menilai adanya masalah pada ibu hamil dan jika ditangani akan mencegah kesakitan dan kematian pada ibu dan anak. b) Asuhan Kunjungan Ulang Kunjungan ulang adalah setiap kali kunjungan yang dilakukan setelah kunjungan antenatal pertama sampai memasuki persalinan (Jannah, 2012). Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesahatan yang kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar antenatal selama 1 periode kehamilan berlangsung (Pemantauan Wilayah Setempat-Kesehatan Ibu dan Anak). Tujuan kunjungan mempersiapkan ini adalah kelahiran dan pendeteksian komlikasi, kegawatdaruratan serta pemeriksaan fisik terfokus (Jannah, 2012). Menurut Jannah (2012), tahapan pemeriksaan pada kunjungan ini yaitu : (1) Anamnesa Kunjungan ulang, anamnesa difokuskan pada penemuan masalah yang terjadi serta aspek-aspek yang menonjol pada wanita hamil, mengevaluasi keefektifan asuhan, mendeteksi ketidaknyamanan dan komplikasi yang ibu alami dan pergerakan janin selama 24 jam terakhir (usia kehamilan ± 20 minggu). (2) Pemeriksaa Fisik dan Laboratorium Kunjungan ulang, pemeriksaan fisik hanya sebatas memeriksa TTV dan pemeriksaan Leopold. Sedangkan tes laboratorium yang perlu diperiksa tergantung dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik jika ibu mempunyai salah satu tanda preeclampsia bahaya berat, pada anemia kehamilan, dan penyakit misalnya diabetes mellitus. 2. Persalinan a. Definisi Persalinan Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18-24 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Sumarah, 2009). Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu (Varney, 2007). Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu, persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada servix (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (JNPK-KR, 2008). b. Sebab-Sebab Yang Menimbulkan Persalinan Menurut Sumarah (2009), ada beberapa teori yang menyatakan sebab-sebab yang menimbulkan persalinan yaitu : 1) Teori keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai. 2) Teori penurunan progesteron Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. 3) Teori oksitosin internal Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi kontraksi braxton his. 4) Teori prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostagalandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan. 5) Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. 6) Teori berkurangnya nutrisi Berkurangnya nitrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan. 7) Faktor lain Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus frankenhause yang terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan. c. Tanda dan Gejala Persalinan Menurut Sumarah (2009), tanda-tanda persalinan sudah dekat yaitu terjadinya his permulaan (Braxton Hicks) sehingga pada minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala janin sudah masuk pintu atas panggul (PAP). Gambaran ini sangat jelas pada ibu primigravida sedangkan pada multigravida kurang jelas karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan. Menurut Varney (2007), tanda dan gejala menjelang persalinan antara lain perasaan distensi abdomen berkurang (lightening), perubahan serviks, ketubah pecah dini, bloody show, lonjakan energy dan gangguan pada saluran cerna. Menurut JNPK-KR (2008), tanda dan gejala persalinan yaitu : 1) Penipisan dan pembukaan serviks. 2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan (frekuensi minimal 2x dalam 10 menit). perubahan serviks 3) Keluar cairan lendir bercampur darah (bloody show) melalui vagina. d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan Menurut Sumarah (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain : 1) Passage (Jalan Lahir) Passage ini terdiri dari jalan lahir keras yaitu panggul dan jalan lahir lunak yaitu segmen bawah rahim, serviks, vagina, introitus vagina dan vulva, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul. 2) Passanger (Janin dan Plasenta) Passanger ini terdiri janin dan plasenta. Beberapa faktor yang harus diperhatikan pada janin yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. 3) Power (Kekuatan) Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. 4) Psikiologis Dukungan psikologis dari orang-orang terdekat akan membantu memperlancar proses persalinan yang sedang berlangsung. Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan menciptakan suasana yang nyaman dalam kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi penenangan nyeri non farmakologi dan yang paling penting berada di sisi ibu adalah bentuk dukungan psikologis. 5) Posisi Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Ada beberapa jenis posisi yang dapat digunakan dalam proses persalinan diantaranya posisi berdiri, duduk, setengah duduk, jongkok, merangkak dan berbaring miring ke kiri. Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala II karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi uteroplasenter tetap baik. e. Tahapan Persalinan 1) Kala I (Kala Pembukaan) Kala I persalinan dimulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas dan durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Oleh karena itu kala I disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks (Prawirohardjo, 2010). Persalian kala I adalah kala pembukaan servik yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan sepuluh/lengkap. Proses ini dapat berlangsung ± 18-24 jam (Sumarah, 2009). Menurut Sumarah (2009), menyatakan bahwa kala I ini dibagi menjadi 2 fase yaitu: a) Fase Laten Fase laten ini dimulai dari pembukaan servix sampai 3 cm dan biasanya berlangsung ± 8 jam. Pada fase ini his pembukaan berlangsung tidak terlalu kuat sehingga ibu masih dapat berjalan-jalan (Sumarah, 2009). b) Fase aktif Fase ini dimulai dari pembukaan 4 cm sampai 10 cm. Pada fase ini frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap dan biasanya disertai dengan penurunan bagian terbawah janin (JNPK-RI, 2008). Dalam fase aktif ini masih dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu fase akselerasi dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal dimana dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm dan fase deselerasi dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm (Sumarah, 2009). Berdasarkan kurve Fridman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm per jam sedangkan pada multigravida 2 cm per jam (Prawirohardjo, 2010). 2) Kala II (Kala Pengeluaran janin) Kala II di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi (JNPK-KR, 2008). Menurut JNPK-KR (2008), tanda dan gejala kala II persalinan adalah a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan vagina. c) Perineum menonjol. d) Vulva, vagina dan sfingter ani membuka. e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah. Adapun tanda pasti kala II yaitu pembukaan serviks telah lengkap dan terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina (JNPK-KR,2008). Proses kala II berlangsung ± 2 jam pada primigravida dan ± 1 jam pada multigravida (Sumarah, 2009). 3) Kala III Kala III dimulai setelah lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Sumarah, 2009). Menurut JNPK-KR (2008), tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu : a) Adanya perubahan bentuk dan tinggi fundus Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan). b) Tali pusat memanjang Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld). c) Semburan darah mendadak dan singkat Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplasenta pooling) dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungannya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. 4) Kala IV Kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya (Sumarah, 2009). Menurut JNPK-KR (2008), mengatakan bahwa adapun asuhan yang harus dilakukan setelah plasenta lahir yaitu : a) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. b) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tangan secara melintang dengan pusat sebagai patokan. c) Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan. d) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi) perineum. e) Evaluasi keadaan umum ibu. f) Dokumentasi semua semua asuhan selama persalinan kala IV dibagian belakang partograf, segera setelah asuhan dan penilaian dilakukan. f. Asuhan Pada Tahap Persalinan Asuhan pada tahapan persalinan meliputi : 1) Kala I Kebutuhan ibu pada kala I meliputi pemantauan kemajuan persalinan, dukungan persalinan, pengurangan rasa sakit, persiapan persalinan, pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologi ibu dan deteksi dini komplikasi pada kala I (Sumarah, 2009). Asuhan sayang ibu antara lain memberi dukungan emosional, mengatur posisi yang nyaman bagi ibu, cukup asupan cairan dan nutrisi, keleluasaan untuk mobilisasi, termasuk kekamar kecil, penerapan prinsip pencegahan infeksi yang sesuai (JNPK-KR, 2008). 2) Kala II Menurut Sumarah (2009), kebutuhan ibu pada kala II meliputi kehadiran pendamping saat persalinan, pengurangan rasa nyeri dan deteksi komplikasi pada kala II. Sedangkan menurut Varney (2004), pengurangan rasa nyeri dapat dilakukan dengan cara mendukung persalinan, mengatur posisi, relaksasi, latihan nafas, istirahat, menjaga privasi, memberikan KIE tentang proses/kemajuan persalinan dan prosedur pertolongan persalinan. 3) Kala III Menurut JNPK-KR (2008), manajemen aktif kala tiga terdiri dari 3 langkah utama yaitu pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan peregangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri. Hal ini berguna untuk mempersingkat kala III, mengurangi jumlah kehilangan darah dan kejadian retensio uteri. Pemantauan kala III meliputi penilaian jumlah perdarahan, kontraksi uterus, TTV dan personal hygiene. Sedangkan kebutuhan ibu pada kala III yaitu ketertarikan ibu pada bayinya, perhatian pada dirinya dan keadaan plasenta. 4) Kala IV Menurut JNPK-KR (2008), asuhan dan pemantauan kala IV dilakukan selama 2 jam sejak plasenta lahir. Asuhan dan pemantauan ini meliputi : a) Memperkirakan kehilangan darah Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah tersebut. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah yaitu melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Jika perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing, kesadaran menurun serta TD sistolik turun > 10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan > 50% dari total jumlah darah ibu (2000-2500ml). b) Memeriksa perdarahan dari perineum Perhatiakan dan temukan penyebab dari laserasi/robekan perineum dan vagina. Menurut JNPK-KR (2008), laserasi diklarifikasikan menjadi 4 derajat yaitu : (1) Derajat I: laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior dan kulit perineum. Pada derajat ini tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan. (2) Derajat II: laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot perineum. Pada derajat ini perlu dilakukan penjahitan. (3) Derajat III: laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot sfingter ani. Pada derajat ini perlu dilakukan penjahitan. (4) Derajat IV: laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani dan dinding depan rektum. Pada derajat ini perlu dilakukan penjahitan. Tujuan penjahitan yaitu untuk menyatukan kembali jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu. Penjahitan ini dapat digunakan teknik penjahitan jelujur. Adapun keuntungannya yaitu mudah dipelajari, tidak terlalu nyeri karena lebih sedikit benang yang digunakan serta menggunakan lebih sedikit jahitan. Menurut JNPK-KR (2008), hal yang perlu diingat dalam melakukan penjahitan diantaranya : (1) Tidak usah menjahit laserasi derajat I yang tidak mengalami perdarahan dan mendekat dengan baik. (2) Gunakan sedikit mungkin jahitan untuk mendekatkan jaringan dan memastikan hemostasis. (3) Selalu gunakan teknik aseptik. (4) Menggunakan anastesi lokal untuk asuhan sayang ibu. Setelah dilakukan penjahitan, bidan hendaklah memberikan nasehat kepada ibu. Hal ini berguna agar ibu selalu menjaga dan merawat luka jahitannya. Adapun nasehat yang diberikan menurut JNPK-KR (2008), diantaranya: (1) Menjaga perineum ibu selalu kering dan bersih. (2) Hindari penggunaan obat-obat tradisional pada perineumnya. (3) Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 kali perhari. (4) Kembali dalam 1 minggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu harus kembali lebih awal jika ia mengalami demam, mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari daerah lukanya/jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri c) Pencegahan infeksi Setelah persalinan, dekontaminasi semua yang digunakan selama proses persalinan baik alat maupun tempat. d) Pemantauan keadaan umum ibu Pemantauan keadaan umum ibu pada kala IV dilakukan selama 2 jam pertama persalinan. Pemantauan dilakukan setiap 15 menit pada jam I dan setiap 30 menit pada jam II. Hal-hal yang dipantau meliputi Tekanan Darah (TD), Nadi (N), Suhu (S), Tinggi Fundus Uteri (TFU), kontraksi, jumlah urin dan jumlah darah keluar. Hasil pemantauan ini dapat dicatat dilembar belakang patograf. g. Patograf Patograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR, 2008). Patograf adalah alat untuk mencatat hasil observasi dan pemeriksaan fisik ibu dalam proses persalinan serta merupakan alat utama dalam mengambil keputusan klinik khususnya pada persalinan kala I (Sumarah, 2009). Menurut JNPK-KR (2008), tujuan utama dari penggunaan patograf adalah untuk : 1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam. 2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama. 3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, bayi, grafik medikamentosa kemajuan yang proses persalinan, diberikan, pemeriksaan bahan dan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan/tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status/rekam medic ibu bersalin dan bayi baru lahir. Menurut JNPK-KR (2008), mengatakan bahwa komponenkomponen dalam patograf meliputi : 1) Kemajuan Persalinan a) Pembukaan Serviks (1) Fase laten dari pembukaan 0-3 cm diikuti dengan penipisan bertahap dari serviks (tidak lebih dari 8 jam). (2) Fase aktif dari pembukaan 4-10 cm dengan kecepatan sekurang-kurangnya 1 cm 1 jam. (3) Dinilai setiap 4 jam dan diberikan tanda (x). (4) Pemeriksaan turun kepala janin membantu menentukan kemajuan persalinan. (5) Pemeriksaan turun kepala janin dilakukan dengan periksa dalam dan catat dengan tanda (o) atau paruh kepala atas berada dibawah symphisis pubis. b) His His diamati menurut frekuensi, lamanya, kekuatan dan relaksasi. (1) His dinilai berapa kali dalam 10 menit dan dicatat setiap setengah jam (2) Ada 3 cara mengarsir lama HIS yaitu (a) < 20 detik (berupa titik-titik) (b) 20-40detik (garis miring/arsiran) (c) >40 detik (dihitamkan penuh) (3) Catatan HIS dibuat pada waktu yang tepat pada partograf 2) Keadaan Janin a) Denyut Jantung (1) Catat setiap 30 menit menggambarkan 30 menit. sekali dan satu kotak (2) Dengarkan denyut jantung janin segera setelah puncak HIS dilalui dengan ibu dalam posisi miring kalau mungkin. (3) Denyut jantung janin normal berkisar antara 100-180 x/menit. (4) Dengarkan denyut jantung janin selama 1 menit. b) Selaput dan air ketuban Catat warna air ketuban setiap melakukan periksa dalam. Kriteria pencatatan selaput dan air ketuban meliputi : U : Selaput utuh J : Selaput pecah air ketuban jernih M : Air ketuban bercampur mekonium D : Air ketuban bernoda darah K : Tidak ada cairan ketuban / kering c) Moulage tulang kepala janin Merupakan petunjuk penting adanya disporposi kepala janin dan panggul ibu. Catat setiap melakukan periksa dalam. Kriteria dalam pencatatan moulage tulang kepala janin meliputi: 0 = Sutura terpisah 1 = Sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) 2 = Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki 3 = Sutura tumpang tindih hebat 3) Keadaan Ibu a) Nadi, tekanan darah dan suhu (1) Nadi : dicatat setiap 30-60 menit dan ditandai dengan sebuah titik besar (●). (2) Tekanan darah : dicatat setiap 4 jam dan ditandai dengan anak panah ( ↕ ). (3) Suhu dicatat setiap 2 jam. b) Urin : volume, protein dan aseton. (1) Catat setiap ibu berkemih (2) Adakah protein atau aseton dalam urin. c) Obat yang diberikan. d) Pemberian oxytosin. Jika memakai oxytosin, catatlah banyaknya oxytosin per volume cairan infus dan dalam tetesan permenit. Sedangkan pada bagian belakang patograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir. Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Catatan persalinan ini terdiri dari data/informasi umum, kala I, kala II, kala III, bayi baru lahir dan kala IV. 3. Nifas a. Definisi Nifas Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009). Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007). Masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu atau 42 hari setelah itu (Prawirohardjo, 2010). Secara garis besar, terdapat 3 proses penting di masa nifas yaitu involusi atau pengecilan rahim, kekentalan darah kembali normal dan proses laktasi atau menyusui (Saleha, 2009). b. Tahapan Masa Nifas Adapun tahapan-tahapan masa nifas menurut Saleha (2009) yaitu: 1) Periode Immediate Postpartum Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah dan suhu. 2) Periode Early Postpartum Masa setelah 24 jam sampai 1 minggu. Bidan harus memastikan involusi berjalan normal, lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan serta dapat menyusui dengan baik. 3) Periode Late Postpartum Masa setelah 1 minggu sampai 5 minggu. Pada masa ini, bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB. c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsurangsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genitalia ini disebut involusi. Menurut Saleha (2009), perubahan-perubahan yang terjadi antara lain : 1) Uterus Otot-otot uterus segera berkontraksi setelah postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Segera setelah plasenta lahir, uterus berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut sehingga dalam 2 minggu telah turun masuk ke dalam rongga pelvis dan tidak dapat di raba lagi dari luar. 2) Lochea Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lochea ini dibagi menjadi 3 jenis yaitu : a) Lochea Rubra Lochea ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan meconium selama 2 hari pasca persalinan. Inilah lochea yang akan keluar selama 2-3 hari postpartum. b) Lochea Sanguilenta Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ke 3-7 pasca persalinan. c) Lochea Serosa Lochea ini berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning yang keluar pada hari ke 7-14 pasca persalinan. Lochea ini mengandung cairan serosa, jaringan desidua, leukosit dan eritrosit. d) Lochae Alba Lochea ini berwarna putih yang keluar dari hari ke 14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai 1 atau 2 minggu berikutnya. 3) Endometrium Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari mulai rata sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta. 4) Serviks Segera setelah melahirkan, serviks menjadi sangat lembek, kendur dan terkulai. Beberapa hari setelah persalinan lubang serviks lambat laun mengecil. Pada 4 minggu postpartum, rongga serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil. 5) Vagina Secara berangsur-angsur luas vagina akan berkurang setelah melahirkan tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara. 6) Payudara Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat melahirkan. Selama kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi, maka kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin. Sampai hari ketiga, efek prolaktin mulai dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit. Disinilah sel-sel acini yang menghasilkan ASI mulai berfungsi. 7) Sistem Pencernaan Ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah terjadi ileus paralitikus yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltik usus. Penyebabnya adalah penekanan buah dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltic usus serta bisa terjadi karena pengaruh psikis takut BAB karena adanya luka jahitan perineum. 8) Sistem Perkemihan Umunya ibu nifas mengalami diuresi atau sulit untuk kencing diakibatkan pelvis ginjal dan uretra yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan, namun akan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan. 9) Sistem Muskuloskeletal Ligament-ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kahmilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala umumnya pada 6-8 minggu postpartum. 10) Sistem Endokrin Selama masa nifas terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon oksitosin, prolaktin, estrogen dan progesteron. Pada masa nifas, hormon oksitosin berfungsi untuk mempertahankan kontraksi uterus sehingga mencagah perdarahan, hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi asi. 11) Tanda-Tanda Vital Umumnya, suhu tubuh wanita setelah melahirkan dapat naik ± 0,5 0C dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 380C. pada 2 jam pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal. Denyut nadi pasca persalinan umumnya labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula. 12) Sistem Hematologi dan Kardiovaskular Selama beberapa hari pertama postpartum, kadar leukosit akan meningkat tanpa adanya kondisi patologis. Jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan sangat bervariasi pada awal-awal masa nifas akibat dari volume darah, volume plasma dan volume sel darah yang berubah-ubah. Namun kadar semua unsur darah akan kembali normal pada keadaan tidak hamil pada akhir masa nifas. d. Tujuan Asuhan Masa Nifas Menurut Saleha (2009), menyatakan bahwa tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah: 1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologi. 2) Mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya. 3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari. 4) Memberikan pelayanan KB. e. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas Menurut Saleha (2009), menyatakan bahwa kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah-masalah yang terjadi. Menurut Saleha (2009), menyatakan bahwa frekuensi kunjungan, waktu kunjungan dan tujuan kunjungan masa nifas yaitu sebagai berikut : 1) Kunjungan pertama Kunjungan pertama dilakukan 6-8 jam setelah persalinan dengan tujuan sebagai berikut : a) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut. c) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga cara pencegahan perdarahan masa nifas karena atonia uteri. d) Pemberian ASI. e) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi. f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. 2) Kunjungan Kedua Kunjungan kedua dilakukan 6 hari setelah persalinan dengan tujuan sebagai berikut : a) Memastikan involusi uteri berjalan normal. b) Menilai adanya tanda-tanda infeksi atau kelainan pascapersalinan. c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat. d) Memastikan ibu menyusui dengan baik tanpa ada tanda-tanda penyulit. e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi. 3) Kunjungan ketiga Kunjungan ketiga dilakukan 2 minggu setelah persalinan. Tujuan kunjungan ketiga ini sama halnya seperti kunjungan kedua. 4) Kunjungan keempat Kunjungan keempat ini dilakukan 4 minggu setelah persalinan dengan tujuan untuk menanyakan kepada ibu tentang penyulitpenyulit yang dialami ibu atau bayinya serta memberikan konseling KB secara dini kepada ibu. f. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas Menurut Saleha (2009), menyatakan bahwa kebutuhan dasar ibu nifas antara lain : 1) Nutrisi dan Cairan Pada masa nifas, masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan guna mempercepat penyembuhan ibu dan produksi ASI. Ibu nifas harus mengkonsumsi makanan dengan diet berimbang, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, minum tablet Fe setidaknya selama 40 hari pascasalin serta minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. 2) Ambulasi Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum. Keuntungan dari ambulasi ini adalah agar ibu merasa lebih sehat dan kuat, faal usus dan kandung kemih lebih baik serta memungkinkan kita dalam mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu masih dirawat. Namun ambulasi ini tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit. 3) Eliminasi Kebanyakan ibu postpartum mengalami kesulitan untuk berkemih. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya tekanan intraabdominal, otot-otot perut masih lemah, edema pada uretra dan dinding kandung kencing kurang sensitive. Umumnya ibu diharapkan dapat BAK dalam 6 jam postpartum, namun jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih juga maka bisa dilakukan katetrisasi. Sedangkan BAB, diharapkan 2 hari setelah postpartum ibu nifas sudah dapat BAB, namun jika 3 hari belum juga BAB, maka dapat diberikan pencahar per oral atau per rectal. 4) Personal Hygiene Masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. 5) Istirahat dan Tidur Ibu nifas sangat dianjurkan sekali untuk istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Kekurangan istirahat pada masa nifas akan mempengaruhi produksi ASI, memperlambat proses involusi uterus, memperbanyak perdarahan serta menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. 6) Aktivitas Seksual Secara fisik, ibu nifas aman untuk memulai hubungan sex begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Namun banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda sampai 40 hari pasca melahirkan. Oleh karena itu, keputusan ini tergantung pada pasangan yang bersangkutan. 7) Latihan dan Senam Nifas Sebagai akibat kehamilan, dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat terganggu. Oleh karena itu, ibu nifas akan selalu berusaha untuk memulihkan dan mengencangkan keadaan dinding perut. Salah satu cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing kembali adalah dengan melakukan latihan dan senam nifas. g. Tanda Bahaya Masa Nifas Menurut Prawirohardjo (2010), menyatakan bahwa tanda bahaya nifas yaitu suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya/komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas. Tandatanda bahaya nifas diantaranya : 1) Perdarahan pervaginam. 2) Pengeluaran lochea yang berbau busuk. 3) Sub involusi uteri. 4) Nyeri pada perut dan pelvis. 5) Pusing dan lemas berlebihan. 6) Suhu tubuh ibu >380c. 4. Bayi Baru Lahir a. Definisi Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram (Dewi, 2010). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37-42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2010). b. Ciri- ciri Bayi Normal Menurut Dewi (2010), menyatakan bahwa sebagai berikut: 1) Lahir aterm antara 37-42 minggu 2) Berat badan 2500-4000 gram. 3) Panjang badan 48-52 cm. 4) Lingkar kepala 33-35 cm. 5) Lingkar dada 30-38 cm. 6) Lingkar lengan 11-12 cm. 7) Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit. 8) Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup. 9) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tampak sempurna. 10) Kuku agak panjang dan lemas. 11) Nilai APGAR >7. 12) Gerakan aktif. 13) Bayi lahir langsung menangis kuat. 14) Testis sudah turun pada anak laki-laki dan genitalia labia mayora telah menutupi labia minora pada anak perempuan. 15) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik. 16) Refleks morrow sudah baik dimana jika bayi dikagetkan akan memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk. 17) Refleks graff sudah baik dimana bila diletakkan suatu benda ke telapak tangan maka akan menggenggam. 18) Refleks rooting sudah baik dimana dengan rangsang taktil pada pipi/daerah mulut maka bayi akan mencari sumber rangsangan. 19) Refleks suckling sudah baik dimana bayi dapat menghisap 20) Eliminasi akan keluar dalam 24 jam pertama ditandai dengan keluarnya mekonium berwarna hitam kecoklatan. c. Adaptasi Bayi Baru Lahir Saat lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri. Terjadi banyak perubahan yang dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna ke lingkungan eksterna. Menurut Rukiyah (2010), menyatakan bahwa perubahan tersebut diantaranya yaitu : 1) Sistem Pernafasan Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi yaitu hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar serta tekanan terhadap rongga dada selama persalinan. Upaya pernafasan pertama bayi berguna untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus dalam paru untuk pertama kali. 2) Sistem Peredaran darah Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2dan mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi 2 perubahan besar yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus arteriosus antara paru dan aorta. Hal ini terjadi akibat pemotongan tali pusat serta usaha pernafasan pertama saat bayi lahir. 3) Sistem Pengaturan Tubuh a) Pengaturan Suhu Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha utama bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat. b) Mekanisme Kehilangan Panas Bayi dapat kehilangan panas tubunya melalui cara-cara berikut yaitu evaporasi, konduksi, konveksi dan radiasi. 4) Metabolisme Glukosa Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan kadar gula dapat dilakukan dengan cara-cara berikut yaitu melalui penggunaan ASI, penggunaan cadangan glikogen dan pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak. 5) Perubahan Sistem Gastrointestinal Kemampuan menelan dan mencerna makanan terbatas pada bayi. Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc dan bertambah secara lambat sesuai pertumbuhan janin. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung bayi masih belum sempurna yang berakibat gumoh. 6) Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi. Kekebalan alami yang dimiliki bayi diantaranya dari perlindungan oleh kulit membrane mukosa, fungsi jaringan saluran pernafasan, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. d. Penanganan Bayi Baru Lahir Menurut JNPK-KR (2008), komponen asuhan bayi baru lahir meliputi : 1) Pencegahan Infeksi Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme yang terpapar/terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Untuk tidak menambah resiko infeksi, maka sebelum menangani BBL harus : a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi. b) Pakai handscoon dimandikan. saat menangani bayi yang belum c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan telah di DTT/sterilisasi. d) Pastikan semua yang digunakan untuk bayi dalam keadaan bersih. 2) Penilaian Segera Setelah Lahir Penilaian keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah lahir dengan penggunaan nilai Apgar. Penilaian ini perlu untuk menilai bayi apakah bayi menderita asfiksia/tidak. Adapun penilaian meliputi frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot, warna kulit dan reaksi terhadap rangsangan. Bayi dikatakan normal jika nilai APGAR 7-10, asfiksia sedang-ringan dengan nilai APGAR 4-6 dan asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3. Jika dalam 2 menit nilai APGAR tidak mencapai 7, maka harus dilakukan resusitasi karena jika bayi menderita asfiksia ≥5 menit kemungkinan terjadi gejalagejala neurologic lanjutan di kemudian hari akan lebih besar. 3) Pencegahan Kehilangan Panas Mekanisme pengaturan temperature tubuh bayi baru lahir belum berfungsi sempurna, untuk itu perlu dilakukan pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena dapat menyebabkan hipotermi. Hipotermi pada bayi dapat menyebabkan kesakitan berat bahkan kematian. Cara pencegahan kehilangan panas dapat dilakukan dengan : a) Keringkan bayi dengan seksama. b) Selimuti bayi dengan selimut/kain bersih dan hangat. c) Selimuti kepala bayi. d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. e) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat. f) Memandikan bayi 6 jam setelah lahir. 4) Asuhan Tali Pusat Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat terhenti dapat dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat perlu dilakukan pemotongan tali pusat secepat mungkin agar dapat dilakukan resusitasi sebaik-baiknya. Pengikatan tali pusat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan alat penjepit plastik, pita dari bahan nilon yang sangat kuat dan disimpan dalam bungkus steril dan benang katun steril. 5) Inisiasi Menyusui Dini Bayi normal disusui segera setelah lahir. ASI pertama sangat bermanfaat bagi bayi karena mengandung kolostrum yang berguna untuk antibody bayi. Selain itu ASI bermanfaat untuk mencegah gastroenteritis, mempercepat involusi uterus, menurunkan kejadian kejang pada bayi karena hipokalsemia serta mempererat hungan antara ibu dan bayi. 6) Pencegahan Infeksi Mata Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi ini mengandung antibiotic tetrasiklin 1%. Salep antibiotika harus tetap diberikan pada waktu 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran. 7) Pemberian Vitamin K Semua BBL harus diberikan vitamin K1 injeksi 1mg intramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat difisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL. 8) Pemberian Imunisasi Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi HB pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K. Selanjutnya Hepatitis B dan DPT diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Dianjurkan BCG dan OPV diberikan pada saat bayi berumur 24 jam atau pada usia 1 bulan. Selanjutnya OPV diberikan sebanyak 3 kali pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. 9) Pemeriksaan BBL Pemeriksaan BBL dilakukan pada saat bayi berada di klinik, saat kunjungan neonatal yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari. e. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir Pengkajian pada bayi baru lahir dibagi 2 bagian yaitu pengkajian segera setelah bayi lahir dan pengkajian keadaan fisik untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami komplikasi (Rukiyah, 2010). Menurut Varney (2007), selama pemeriksaan bayi baru lahir, dapat menggunakan 4 teknik dasar yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Pemeriksaan yang lengkap menggunakan 3 jenis evaluasi yaitu pengukuran antropometri, evaluasi system organ dan neurologis. f. Pemantauan Bayi Baru Lahir Menurut Saifudin (2006), tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan. 1) Dua jam pertama sesudah kelahiran. Hal-hal yang perlu dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah kelahiran, meliputi : a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah. b) Bayi tampak aktif atau lunglai. c) Bayi kemerahan atau biru. 2) Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayi Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut seperti : a) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau kurang bulan. b) Gangguan pernafasan. c) Hipotermia. d) Infeksi. e) Cacat bawaan atau trauma lahir. g. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir Menurut Varney (2007), hubungi dokter atau perwatan segera jika anak mengalami : 1) Bayi menjadi lesu, tidak mau makan atau memperlihatkan perilaku yang luar biasa. 2) Bayi tidak berkemih dalam 24 jam pertama. 3) Bayi tidak defekasi selama 48 jam. 4) Tali pusat mulai mengeluarkan bau tidak enak/mengeluarkan pus. 5) Suhu bayi di bawah 360C atau di atas 370C. 6) Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan kulit bayi tampak kuning, coklat/persik. Sedangkan menurut JNPK-KR (2008), rujuk bayi ke fasilitas kesehatan jika ditemukan tanda bahaya berikut ini : 1) Kejang. 2) Tidak dapat menyusu. 3) Mengantuk/tidak sadar. 4) Merintih. 5) Retraksi dinding dada bawah. 6) Sianosis sentral. 7) Nafas cepat > 60x/m. J. Manajemen Kebidanan Menurut Simatupang (2008), manajemen varney adalah kerangka atau pola pikir bidan dalam melaksanakan asuhan. Manajemen Varney terdiri dari 7 langkah yaitu: 1. Pengumpulan Data Dasar Dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu: a. Riwayat kesehatan. b. Pemeriksaan fisik sesuai dengn kebutuhannya. c. Meninjau catatan terbaru atauu catatan sebelumnya. d. Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi. 2. Interpretasi Data Dasar Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. 3. Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial Mengidentifikasi berdasarkan rangkaian masalah masalah atau dan diagnosis diagnosis potensial yang lain sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. 4. Identifikasi Perlunya Penanganan Segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien. 5. Perencanaan Asuhan Komprehensif Direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa yang diperkirakan terjadi berikutnya. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. 6. Pelaksanaan Rencana Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lain. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan menghemat biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien. 7. Evaluasi Dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. masalah yang telah K. Pendokumentasiaan Menurut Simatupang (2008), menyatakan pendokumentasian dalam bentuk SOAP menurut Varney yaitu : 1. S (Subjektif), menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah 1 Varney. 2. O (Objektif), menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lainnya yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 Varney. 3. A (Assasment), menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi yaitu Diagnosa masalah, Anitisipasi Masalah Potensial dan Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney. 4. P (Planning), menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan tindakan, Implementasi (I) dan Evaluasi (E) berdasarkan Assasment sebagai langkah 5, 6 dan 7 Varney. L. Landasan Hukum yang Mendasari Praktik Kebidanan Menurut Karwati (2010), menyatakan bahwa standar pelayanan kebidanan Permenkes RI No. 1464/Menkes/SK/X/2010 tentang Ijin dan Penyelengaraan Praktek Bidan yang berhubungan dengan asuhan ini adalah: 1. Standar pelayanan Antenatal (6 standart) a. Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motifasi ibu,suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur. Adapun tujuan yang diharapkan dari penerapan standar ini adalah mengenali dan memotifasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya. Kegiatan yang dapat dilakukan bidan untuk mengidentifikasi ibu hamil contohnya sebagai berikut : 1) Bidan melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan secara teratur 2) Bersama kader bidan memotifasi ibu hamil 3) Lakukan komunikasi dua arah dengan masyarakat untuk membahas manfaat pemeriksaan kehamilan. Hasil yang diharapkan dari standar ini adalah ibu dapat memahami tanda dan gejala kehamilan.Ibu,suami, masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur.meningkatkan cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu. b. Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal Bidan hendaknya paling sedikit memberikan 4 kali pelayanan antenatal.Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.bidan juga harus bisa mengenali kehamilan dengan risti/kelainan , khususnya anemia , kurang gizi , hipertensi , PMS/infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Tujuan yang diharapkan dari standar ini adalah bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan. Adapun hasil yang diharapkan yaitu ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan.Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat.Deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengenali tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan. Mengurus transportasi rujukan ,jika sewaktu-waktu dibutuhkan. c. Standar 5 : Palpasi abdominal Bidan harus melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah ,memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari kelainan dan untuk merujuk tepat waktu. Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dibagian bawah janin. Hasil yang diharapkan yaitu bidan dapat memperkirakan usia kehamilan , diagnosis dini kelainan letak, dan merujuk sesuai kebutuhan. Mendiagnosisi dini kehamilan ganda dan kelainan, serta merujuk sesuai dengan kebutuhan. d. Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan Bidan melakukan tindakan pencegahan anemia , penemuan , penanganan dan rujukan semua kasus anemia pada kehamialan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tujuan dari standar ini adalah bidan mampu menemukan anemia pada kehamilan secara dini, melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung. Tindakan yang bisa dilakukan bidan contohnya , memeriksakan kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. Memberikan tablet Fe pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut .penyuluhan gizi dan pentingnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, dll. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini yaitu jika ada ibu hamil dengan anemia berat dapat segera dirujuk, penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia, penurunana jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR. e. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknnya. Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu bidan dapat mengenali dan menemukan secaea dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan.Adapun tindakan yang dapat dilakukan bidan yaitu rutin memeriksa tekanan darah ibu dan mencatatnya.Jika terdapat tekanan darah diatas 140/90 mmHg lakukan tindakan yang diperlukan. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini adalah ibu hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu.Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklamsia. f. Standar 8 : Persiapan Persalinan Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami atau keluarga pada trimester III memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman dan suasana menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil untuk hal ini. Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil. Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk merencanakan persalinan yang bersih dan aman.Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil. Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin,jika perlu. Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperkirakan . 2. Standar pelayanan Persalinan (4 standart) a. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai , dengan memperhatikan kebutuhan ibu, selama proses persalinan berlangsung. Bidan juga melakuakan pertolongan proses persalinan dan kelahiran yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu ibu diijinkan memilih orang yang akan mendampinginya selam proses persalinan dan kelahiran. Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu bayi. Hasil yang diharapkan adalah ibu bersalin mendapatkan pertolongan yang aman dan memadai. Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikasi lain yang ditangani oleh tenaga kesehatan. Berkurangnya kematian/kesakitan ibu bayi akibat partus lama. b. Standar 10 : Persalinan Kala Dua Yang Aman Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat .disamping itu ibu diijinkan untuk memilih siapa yang akan mendampinginya saat persalinan. Tujuan dari diterapkannya standar ini yaitu memastikan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi.Hasil yang diharapkan yaitu persalinan dapat kepercayaan berlangsung masyarakat bersih kepada dan aman.Menigkatnya bidan.Meningkatnya jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan.Menurunnya angka sepsis puerperalis. c. Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga Secara aktif bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga.Tujuan dilaksanakan nya standar ini yaitu membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan kala tiga, mencegah terjadinya atonia uteri dan retesio plasenta. Adapaun hasil yang diharapkan yaitu menurunkan terjadinya perdarahan yang hilang pada persalinan kala tiga. Menurunkan terjadinya atonia uteri, menurunkan terjadinya retensio plasenta , memperpendek waktu persalinan kala tiga, da menurunkan perdarahan post partum akibat salah penanganan pada kala tiga. d. Standar 12 : Penanganan Kala Dua Dengan Gawat Janin Melalui Episiotomi Bidan mengenali secra tepat tanda-tanda gawat janin pada kala dua, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk mmemperlancar persalinan, diikiuti dengan penjahitan perineum. Tujuan dilakukannya standar ini adalah mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomy jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian asfiksia neonnaturum berat. Penurunan kejadian lahir mati pada kala dua . 3. Standar pelayanan Nifas (3 standart) a. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan , dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan infeksi Tujuannya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan infeksi. Dan hasil yang diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan perawatan dengan segera dan tepat.Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan dengan baik. b. Standar14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI. Tujuannya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi.Meningkatan asuhan sayang ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya. c. Standar15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir , pemberian ASI , imunisasi dan KB. Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif. 4. Standar penanganan Kegawat daruratan obstetri-neonatal (9 standart) a. Standart 16 : Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan Pada Trimester Tiga Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah mengenali dan melakukan tindakan secara tepat dan cepat perdarahan pada trimester tiga. Hasil yang diharapkan dari kemampuan bidan dalam menerapkan standar ini adalah ibu yang mengalami perdarahan kehamilan trimester tiga dapat segera mendapatkan pertolongan, kematian ibu dan janin akibat perdarahan pada trimester tiga dapat berkurang, dan meningkatnya pemanfaatan bidan sebagai sarana konsultasi ibu hamil. b. Standar 17 : Penanganan Kegawat daruratan pada Eklamsia Bidan mengenali secara tepat dan gejala eklamsia mengancam, serta merujuk dan/atau memberikan pertolongan pertama. Tujuan dilaksanakan satandar ini adalah mengenali tanda gejala preeklamsia berat dan memberikan perawatan yang tepat dan memadai.Mengambil tindakan yang tepat dan segera dalam penanganan kegawat daruratan bila eklamsia terjadi. Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian eklamsia.Ibu hamil yang mengalami preeklamsia berat dan eklamsia mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.Ibu dengan tanda-tanda preeklamsia ringan mendapatkan perawatan yang tepat.Penurunan kesakitan dan kematian akibat eklamsia. c. Standar 18 : Penanganan Kegawat daruratan Pada Partus Lama / macet. Bidan mengenali secara tepat tanda gejala partus lama/macet serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu untuk merujuk untuk persalinan yang aman. Tujuannya adalah untuk mengetahui segera dan penanganan yang tepat keadaan darurat pada partus lama/macet. Hasil yang diharapkan yaitu mengenali secara dini tanda gejala partus lama/macet serta tindakan yang tepat. Penggunaan patograf secara tepat dan seksama untuk semua ibu dalam proses persalinan. Penurunan kematian/kesakitan ibu dan bayi akibat partus lama/macet. d. Standar 19 : Persalinan Dengan Menggunakan Vakum Ekstraksi Bidan hendaknya mengenali kapan waktu diperlukan menggunakan ekstraksi vakum, melakukan secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanan bagi ibu dan janinnya. Tujuan penggunaan vakum yaitu untuk mempercepat persalinan dalam keadaan tertentu.Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kesakitan atau kematian akibat persalinan lama. Ibu mendapatkan penanganan darurat obstetric yang cepat. e. Standar 20 : Penanganan Kegawat daruratan Retensio Plasenta Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan. Tujuannya adalah mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta . Hasil yang diharapkan ialah penurunan kejadian retensio plasenta.Ibu dengan retesio plasenta mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.Penyelamatan ibu dengan retensio plasenta meningkat. f. Standar 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan dan segera melakukan pertolongan pertama kegawat daruratan untuk mengendalikan perdarahan. Tujuannya adalah bidan mampu mengambil tindakan pertolongan kegawat daruratan yang tepat pada ibu yang mengambil perdarahan post partum primer/ atoni uteri. Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan post partum primer. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan bidan. Merujuk secara dini pada ibu yang mengalami perdarahan post partum primer. g. Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini gejala perdarahan post partum sekunder , dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu atau merujuk. Tujuannya adalah mengenali gejala dan tanda perdarahan post partum sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu. Hasil yang diharapkan yaitu kematian dan kesakitan akibat perdarahan post partum sekunder menurun. Ibu yang mempunyai resiko mengalami perdarahan post partum sekunder ditemukan secara dini dan segera di beri penanganan yang tepat. h. Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis Bidan mampu menangani secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis , melakukan perawatan dengan segera merujuknya. Tujuannya adalah mengenali tanda dan gejala sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat .hasil yang diharapkan yaitu ibu dengan sepsis puerperalis mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat .penurunan angka kesakitan dan kematian akibat sepsis puerperalis. Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas. i. Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonaturum Bidan mengenali secara tapat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan tindakan secepatnya, memulai resusitasi, mengusahakan bantuan medis, merujuk bayi baru lahir dengan tepat dan memberiakan perawatan lanjutan yang tepat Tujuan yang diharapkan yaitu mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia , mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan. BAB III TINJAUAN KASUS Tanggal Pengkajian : 10 November 2015 Jam 17.00 WIB : A. Asuhan Kehamilan 1. Pengkajian Pertama a. Data Subyektif a) Identitas Pasien Nama : Ny. R Umur : 33 tahun Agama : Islam Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia Pendidikan : S1 Pekerjaan : Guru Alamat : Gudang Sekti RT 29 RW 10 b) Identitas Penanggung Jawab Nama : Tn. S Umur : 30 tahun Agama : Islam Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia Pendidikan : S1 Pekerjaan : Guru Alamat : Gudang Sekti RT 29 RW 10 b. Alasan datang Ibu ingin memeriksakan kehamilannya. c. Keluhan utama Ibu mengatakan tidak ada keluhan. d. Riwayat kesehatan 1) Dahulu Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, maag, hipertensi, hepatitis, DM, HIV/AIDS 2) Sekarang Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, maag, hipertensi, hepatitis, DM, HIV/AIDS. 3) Keluarga Ibu mengatakan dari pihak keluarga tidak ada yang menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, DM, HIV/AIDS, cacat fisik dan riwayat kembar. e. Riwayat perkawinan Ibu menikah 1 kali pada umur 29 tahun dengan suami umur 26 tahun, usia pernikahan ± 4 tahun, status pernikahan sah. f. Riwayat obstetri 1) Riwayat menstruasi Menarche : 14 tahun Siklus : ± 28 hari Lama : ± 6 – 7 hari Banyaknya darah : 2 – 3 × ganti pembalut Konsistensi : cair Bau : khas darah Dismenorhoe : ya Flour albus : kadang-kadang HPHT : 14 Maret 2015 2) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Kehamilan yang pertama. 3) Riwayat kehamilan sekarang 4) Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama G1P0A0 5) HPL : 21 Desember 2015 6) Umur kehamilan : 34 minggu 7) ANC di bidan TM I : 1x keluhan : pusing Therapy : Pregnabion.1x1 malam TM II : 1x Keluhan : tidak ada Therapy : Vitonal 1x1 malam (harus habis) TM III : 2x UK 32 – 33 minggu Keluhan : tidak ada Therapy : Vitonal 1x1 UK 34 minggu Keluhan : tidak ada Therapy : Durol 1x2 sendok (harus habis) a) BB sebelum hamil : 65 kg b) Ibu sudah imunisasi TT1 = 16 minggu TT2 = 24 minggu c) Ibu mulai merasakan gerakan janin sejak UK 16 minggu d) Ibu hanya mengkonsumsi obat-obatan dari bidan e) Ibu tidak mempunyai kebiasaan buruk yang berpengaruh terhadap kehamilannya seperti minum jamu, merokok minum minuman keras dan narkoba. f) Ibu berencana bersalin di bidan g. Riwayat KB Ibu sebelumnya tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun. h. Pola kebutuhan sehari-hari Tabel 3.1 Pola kebutuhan sehari-hari Pola Trimester II Kebutuhan Nutrisi Makan 3×/hari, 1 porsi habis (nasi, sayur, lauk dan buah). Minum 7 - 8 gelas/hari air putih dan teh. Eliminasi Istirahat Aktivitas Personal hygiene Seksual BAB 1×/hari, konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan, bau khas feses, BAK 5 - 6×/hari konsistensi cair, warna kuning jernih, bau khas amoniak Tidur siang ± 2 jam/hari. Tidur malam ± 7 jam/hari, ibu tidur nyenyak. Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasa, yaitu mencuci, menyapu, memasak, dll. Mandi 2 ×/hari, gosok gigi 3 ×/hari, keramas 3 ×/minggu, ganti baju 2 ×/hari. Ibu melakukan hubungan seksual seminggu sekali. Trimester III Makan 3×/hari, ½ porsi tidak habis (nasi, sayur, lauk dan buah). Minum 8 - 9 gelas/hari air putih dan teh. BAB 1×/hari, konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan, bau khas feses, BAK 4 - 5×/hari konsistensi cair, warna kuning jernih, bau khas amoniak Tidur siang ± 2 jam/hari. Tidur malam ± 7 jam/hari, ibu tidur nyenyak. Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasa, yaitu mencuci, menyapu, memasak, dll. Mandi 2 ×/hari, gosok gigi 3 ×/hari, keramas 3 ×/minggu, ganti baju 2 ×/hari. Ibu tidak melakukan hubungan seksual. i. Data psikososial, sosial, spiritual, ekonomi, budaya 1) Psikologi a) Ibu mengatakan merasa senang terhadap kehamilannya, karena ini adalah anak yang pertama b) Ibu mengatakan merasa takut untuk menghadapi proses persalinan terutama saat mengejan c) Ibu mengatakan merasa bahagia apabila merasakan gerakan janinnya. 2) Sosial a) Ibu mengatakan suami dan keluarga mendukung penuh kehamilannya b) Ibu mengatakan hubungan dengan suami, keluarga, dan tetangga berjalan dengan baik c) Ibu mengatakan tinggal serumah bersama suami dan keluarga d) Ibu mengatakan termotivasi mendengar asuhan – asuhan yang diberikan bidan saat melakukan kunjungan kehamilan. e) Ibu mengatakan lebih percaya dan dekat dengan suami dalam proses kehamilan. 3) Lingkungan a) Ibu mengatakan lingkungan didalam dan sekitar rumah bersih b) Ibu mengatakan disekitar rumah banyak tanaman c) Ibu mengatakan keluarga memiliki hewan peliharaan yaitu ayam 4) Spiritual a) Ibu mengatakan taat melaksanakan sholat 5 waktu b) Ibu mengatakan kesulitan dalam melakukan rukuk, dan berdiri saat sholat karena usia kehamilan yang semakin bertambah. 5) Ekonomi a) Ibu mengatakan suami berpenghasilan cukup b) Ibu mengatakan suami rutin mengajak ibu kontrol ke bidan c) Ibu mengatakan suami sudah mempersiapkan biaya dalam menghadapi persalinan j. Data Pengetahuan 1) Ibu mengatakan sudah mengetahui bahwa mengkonsumsi jamu dalam kehamilan dapat menyebabkan air ketuban keruh 2) Ibu mengatakan sudah mengetahui apabila mual dianjurkan makan sedikit tapi sering 3) Ibu mengatakan sudah mengetahui bahwa selama kehamilan dianjurkan untuk minum susu, gizi seimbang, istirahat cukup, banyak minum air putih, dan makan teratur 4) Ibu mengatakan sudah mengetahui bahwa mengkonsumsi tablet Fe dapat menimbukan mual, BAB padat, dan berwarna kehitaman 5) Ibu mengatakan belum mengetahui ketidaknyamanan trimester III 6) Ibu mengatakan belum mengetahui tentang tanda bahaya trimester III 7) Ibu mengatakan belum mengetahui cara mengatasi ketidaknyamanan trimester III 1. Data Obyektif a. Pemeriksaan umum 1) Keadaan Umum : Baik 2) Kesadaran : Composmentis 3) TTV : TD : 110/80 mmHg N : 86 ×/menit S : 36oC R : 24 ×/menit LILA : 32,5 cm TB : 154 cm BB sekarang :77 kg b. Pemeriksaan fisik 1) Kepala : Mesochepal, tidak berketombe, tidak rontok, 2) Muka : Tidak pucat, tidak bengkak, tidak ada cloasma gravidarum. 3) Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih. 4) Hidung : Simetris, bersih, tidak ada pembesaran polip. 5) Telinga : Bersih, simetris, tidak ada penumpukan serumen. 6) Mulut : Bersih, tidak ada sariawan, tidak ada caries gigi 7) Leher : Tidak ada pembesaran telenjar tyroid. 8) Dada : Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada whezing. 9) Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe. 10) Abdomen : I : P : Tidak ada luka bekas operasi. Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa abnormal 11) Genetalia P : Terdengar bunyi timpani A : Peristaltik usus normal : Bersih, tidak ada oedem, tidak ada varices. : Simetris, gerak aktif, tidak oedem, turgor kulit 12) Ekstremitas Atas baik. Bawah : Simetris, gerak aktif, tidak oedem, turgor kulit baik. c. m. Punggung : Tidak ada nyeri ketuk. n. Anus : Bersih, tidak ada hemoroid. Pemeriksaan obstetri 1). Inspeksi Muka : Tidak bengkak, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum. Payudara : Tegang, areola menghitam, puting menonjol. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra. Genetalia : Bersih, tidak oedem, tidak ada varices. : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa b. Palpasi Payudara abnormal, colostrum belum keluar. Abdomen : LI :TFU :28 cm teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong) LII : kanan : teraba keras, memanjang, ada tahanan (punggung) Kiri : teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas) LIII : teraba bulat, keras, melenting (kepala) LIV : Konvergen TBJ: (28-12) x 155 = 2480 gram c. Auskultasi DJJ + 136 x/menit d. Perkusi Reflek patella (+)/(+) Nyeri ketuk punggung (-) d. Pemeriksaan Penunjang Pada tanggal 5 November 2015 di rumah sakit USG : + Hb : 11,5 gr/dL Hbs Ag : tidak periksa Reduksi Urine : tidak periksa Albumine Urine : tidak periksa Tes HIV : tidak periksa ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA Ny. R UMUR 33 TAHUN G1 P0 00 USIA KEHAMILAN 34 MINGGU DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) NGATINI, Am Keb TENGARAN Kab SEMARANG A. Asuhan Kebidanan kehamilan 1. Pengkajian Pertama Identitas Tanggal Pengkajian : 10 November 2015 Jam : 17.00 WIB Pendokumentasian subjektif, objektif, assasment, planning (SOAP) Subjektif 1. Ibu mengatakan bernama Ny. R 2. Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama. 3. Ibu mengatakan umur 33 tahun 4. Ibu mengatakan HPHT tanggal 14 Maret 2015 Objektif 1. PU : KU : Baik Kesadaran : Composmentis TTV : TD : 110/80 mmHg S : 37 C N : 86 x/menit Rr : 24 x/menit BB sekarang : 77 kg TB : 154 cm LILA : 32,5 cm 2. PF : Dalam batas normal 3. Pemeriksaan obstetri : Palpasi : Leopold I :Tinggi fundus uteri 28cm, pada fundus teraba bulat, bagian atas teraba satu Assasment a. Diagnosa Kebidanan Ny. R, G1P001, umur 33 tahun, umur kehamilan 34 minggu, janin tunggal, hidup intra uterine, letak memanjang, puka, pesentasi kepala, konvergen. Planing Pukul 17.05 WIB 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan KU : Baik Kesadaran : Composmentis TTV : TD : 110/80 mmHg S : 37 C N : 86 x/menit Rr : 24 x/menit BB sekarang : 77 kg TB : 154 cm LILA : 32,5 cm PF : Dalam batas normal Pemeriksaan Obstetri : Abdomen : LI :tinggi fundus uteri 28cm pada fundus Subjektif Objektif bagian bulat, lunak, tidak melenting (bokong) Leopold II : Kiri : teraba satu bagian kecil-kecil janin (ekstremitas janin) Kanan :teraba satu tahanan keras memanjang seperti papan (punggung janin) Leopold III: bagian bawah teraba satu bagian keras, bulat, melenting (kepala) dan masih bisa di goyangkan (bagian terbawah janin sudah memasuki pintu atas panggul) Leopold IV: konvergen TFU : 28 cm TBJ : (28-12) x 155 = 2480 gram Auskultasi DJJ : 136 x/ menit Pemeriksaan penunjang Pada tanggal 5 November 2015 di rumah sakit USG : + Hb : 11.5 gr/dL Hbs Ag : (-) Reduksi Urine : (-) Albumine Urine : (-) Tes HIV : (-) Assasment Planing teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong) LII : kanan : teraba keras, memanjang, ada tahanan Kiri : teraba bagian-bagian kecil janin LIII : teraba bulat, keras, melenting (kepala) LIV : kovergen TFU : 28 cm TBJ: (28-11) x 155 = 2480 gram 2. Ibu sudah mengetahui keadaannya Pukul 17.15 WIB 1. Memberitahu tanda bahaya TM III yaitu Pusing , sakit kepala, pandangan mata kabur, kaki , tangan ,muka, bengkak, kejang, nyeri ulu hati, mual , muntah. Gerakan janin kurang dirasakan dari 10 X / 12 jam Atau sudah tidak ada gerakan janin, Keluar darah bercak maupun mengalir disertai nyeri perut ataupun tidak nyeri dan Keluar iar dari jalan lahir dan berbau khas. 2. Ibu sudah tahu tanda bahaya TM III Pukul 17.20 WIB 1. Menganjurkan ibu untuk Subjektif Objektif Assasment Planing istirahat yang cukup, supaya ibu tidak mengalami kelelahan. 2. Ibu bersedia untuk melakukan istirahat yang cukup Pukul 17.25 WIB 1. Menganjurkan ibu kontrol ulang 1 minggu lagi atau apabila ada keluhan 2. Ibu bersedia kontrol ulang 1 minggu lagi atau apabila ada keluhan ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA Ny. R UMUR 33 TAHUN G1 P0 A0 USIA KEHAMILAN 35 MINGGU DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) NGATINI Am.Keb, TENGARAN Kab SEMARANG 2.Pengkajian Kedua Identitas Tanggal Pengkajian : Jam 17 November 2015 : 16.00 WIB Pendokumentasian subjektif, objektif, assasment, planning (SOAP) Subjektif 5. Ibu mengatakan bernama Ny. R 6. Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama. 7. Ibu mengatakan umur 33 tahun 8. Ibu mengatakan HPHT tanggal 14 Maret 2015 9. Ibu mengeluh pegel di punggung Objektif 4. PU : KU : Baik Kesadaran : Composmentis TD : 110/70 mmHg N : 81 x/menit S : 36 oC Rr :20 x/menit 5. PF : Dalam batas normal 6. Pemeriksaan obstetri : Palpasi : Leopold I :Tinggi fundus uteri 29cm, pada fundus teraba bulat, bagian atas teraba satu bagian bulat, lunak, tidak melenting (bokong) Leopold II : Kiri : teraba satu bagian kecil-kecil janin Assasment Planing Diagnosa Kebidanan Pukul 16.05 WIB Ny. R G1P0A0, umur 33 tahun, umur 1. Memberitahu ibu hasil kehamilan 36 minggu, janin pemeriksaan meliputi TTV,dan tunggal, hidup intra uterine, letak keadaan bayinya memanjang, puka, pesentasi TD : 110/70 mmHg kepala, divergen. N : 81 x/menit S : 36 oC Rr :20 x/menit Pemeriksaan fisik : Dalam batas normal 2. Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan dalam batas normal dan bayinya sehat. Pukul 16.15 WIB 1. Menjelaskan pada ibu Subjektif Objektif (ekstremitas janin) Kanan :teraba satu tahanan keras memanjang seperti papan (punggung janin) Leopold III: bagian bawah teraba satu bagian keras, bulat, melenting (kepala) dan masih bisa di goyangkan (bagian terbawah janin sudah memasuki pintu atas panggul) Leopold IV: konvergen TFU : 29 cm TBJ : (29-12) x 155 = 2635 gram Auskultasi DJJ : 140 x/ menit Assasment Planing ketidaknyamanan TM III nyeri punggung bawah (Nyeri pinggang) merupakan nyeri punggung yang terjadi pada area lumbosakral. Nyeri punggung bawah biasanya akan meningkat intensitasnya seiring pertambahan usia kehamilan karena nyeri ini merupakan akibat pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut dan postur tubuhnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh berat uterus yang membesar, ibu harus menjaga body mekanik yang benar. 2. Ibu sudah tahu ketidaknyamanan TM III dan cara mengatasinya Pukul 16.20 WIB 1. Memberikan ibu therapy novabion (1x1) ,kalk (1x1) 2. Ibu bersedia melanjutkan therapy yang diberikan. B. Asuhan Kebidanan Persalinan I Tanggal: 25 Desember 2015 Tempat : BPM Ny. Hj Ngatini Am.Keb Jam : 12.30 WIB Tabel 3.6 Asuhan Kebidanan bersalin Subjektif 1. Ibu mengatakan bernama ny. R umur 33 tahun. 2. Ibu mengatakan HPHT : 14-3-2015 3. Ibu mengatakan HPL : 21-12-2015 4. Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama belum pernah keguguran 5. Ibu mengatakan kenceng-kenceng sejak pukul 07.00 WIB. 6. Ibu mengatakan sudah mengeluarkan lendir darah. 7. Ibu makan terakhir jam 11.00 WIB 8. Ibu minum terakhir jam 12.00 WIB Objektif 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum : baik Kesadaran : Composmentis TTV : TD : 120/80 mmHg 0 S : 36,6 C RR : 24 x/ menit N : 80 x/ menit BB : 77 kg 2. Pemeriksaan fisik dalam batas normal 3. Pemeriksaan obstetri a. Inspeksi Muka : tidak pucat, tidak oedem, tidak ada cloasma gravidarum. Payudara : membesar, puting susu dan areola menghitam. Abdomen : tidak ada luka bekas SC. Genetalia : tidak oedema, tidak ada PMS. Asassment 1. Dx. Kebidanan Ny. R umur 33 thn G1P0A0 uk 41 minggu 3 hari janin tunggal hidup intra uteri, letak memanjang, puka, preskep,divergen, inpartu kala I fase aktif. Jam 12.30 WIB 12.35 WIB 12.40 WIB 12.45 WIB Planning 1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan memberitahu hasil pemeriksaan bahwa kaeadaan ibu dan janinnya dalam keadan baik. Hasil : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang sudah dijelaskan. 2. Menganjurkan ibu berbaring miring kekiri agar mempercepat penurunan kepala. Hasil : Ibu bersedia berbaring miring kiri. 3. Menganjurkan ibu memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan makan dan minum untuk energi persalinan Hasil : ibu bersedia makan nanti 4. Menganjurkan suami tetap mendampingi ibu Hasil :suami bersedia Subjektif Objektif b. Palpasi Payudara : tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa abnormal Abdomen Leopod I : TFU berada dipertengahan pusat dan prosesus xhifodius, bokong. Leopod II : Kanan : punggung Kiri : ekstremitas. Leopod III : kepala. Leopod IV : diverge. TFU : 31 cm TBJ: (31-11)x155=3100 gram. DJJ : 140x/mnt His : 3x10’35’’ PPV : lendir darah Bandle ring : tidak ada Tanda kala II : belum ada. 4. Pemeriksaan dalam Vulva/uretra : bersih, tidak odema Vagina : elastis Portio : lunak Pembukaan : 6 cm Penipisan : 75 % Ketuban : KK (+) Presentasi : Kepala POD : UUK depan Penurunan : H II Asassment Jam 12.55 WIB 13.00 WIB Planning mendukung ibu 5. Melakukan pengawasan DJJ, His, Nadi setiap 30 menit Hasil : telah dilakukan pengawasan DJJ, His, Nadi dan keadaan normal. a. Nadi : 88 x/mnt b. His : 3x10’35’’ c. DJJ : 140 x/mnt 13.30 WIB a. Nadi : 88 x/mnt b. His : 3x10’35’’ c. DJJ :140x/mnt 14.00 WIB a. Nadi : 88 x/mnt b. His : 4x10’40’’ c. DJJ : 140 x/mnt 14.30 WIB a. Nadi : 88 x/mnt b. His : 4x10’45’’ c. DJJ : 140 x/mnt 15.00 WIB 15.30 WIB a. Nadi : 88 x/mnt b. His : 5x10’50’’ c. DJJ : 144 x/mnt a. b. c. d. Nadi : 88 x/mnt His : 5x14’50’’ DJJ : 140 x/mnt 0 Suhu: 36 ,5 C Subjektif 1. Ibu mengatakan perutnya kencangkencang semakin sering . 2. Ibu mengatakan seperti ingin BAB 3. Ibu mengatakan ingin megejan Objektif 1. KU : Baik Kes : komposmentis TD : 120/80 mmHg S : 36,60C N :80 x/mnt RR : 24 x/mnt DJJ : 140 x/mnt Asassment Jam 15.55 WIB 1. Dx. Kebidanan Ny. R umur 33 thn G1P0A0 uk 41 minggu 3 hari janin tunggal hidup intra uteri, letak memanjang, puka, 16.00 WIB 16.05 WIB Planning 6. Observasi keadaan ibu Mengoservasi keadaan ibu Hasil : ibu ingin BAB,ibu ingin meneran KU : Baik Kes : komposmentis TD : 120/80 mmHg S : 36,50C N :80 x/mnt RR : 24 x/mnt DJJ : 140 x/mnt HIS : 5x10’50’’ PPV : 15 cc Bandle ring : Tanda kala II : tekanan pada anus, perineum menonjol, vulka membuka. Melakukan VT Hasil : Vulva : elastis Porsio : lunak Pembukaan : 10 cm Penipisan : 100% Presentasi: kepala KK : (+) POD : UUK. 1. Penolong memakai APD dan mencuci tangan dengan 7 langkah mengeringkan tangan dengan handuk bersih. Hasil : tangan sudah bersih. 2. Dengarkan DJJ Mendengarkan DJJ Subjektif Objektif HIS : 5x10’50’’ PPV : 15 cc Bandle ring : Tanda kala II : tekanan pada anus, perineum menonjol, vulka membuka. 2. Pemeriksaan dalam Vulva : elastis Porsio : lunak Pembukaan : 10 cm Penipisan : 100% Presentasi: kepala KK : (+) POD : UUK depan Asassment preskep,divergen, inpartu kala II. Jam 16.07 WIB 3. 16.08 WIB 4. 16.10 WIB 5. 16.11 WIB 6. 16.12 WIB !6.13 WIB 7. !6.14 9. 8. Planning Hasil : 140 x/mnt irama teratur. Posisikan ibu dengan nyaman Memposisikan ibu yaitu setengah duduk. Hasil : posisi ibu setengah duduk Menyiapkan partus set (1/2 koher, kateter, gunting episiotomi, 2 klem tali pusat, gunting tali pusat, umbilical cord, lidocain dalam vial, oksitosin dalam apul, spuit disposibel, lampu sorot 60 watt. Hasil : alat sudah siap Mendekatkan alat Hasil : hasil alat sudah didekatkan. Tangan kanan Memakai memakai sarung tangan panjang (one hand) untuk menyedot 10 IU oksitosin kedalam spuit kemudian tangan kiri memakai sarung tangan pendek. Melakukan DDJ Hasil : 145x/mnit Meminta ibu untuk mengejan apabila ada kontraksi. Hasil : ibu kooperatif dalam meneran. Ketuban pecah dengan sendirinya Melakukan persiapan bayi Subjektif Objektif Asassment Jam WIB !6.15 WIB Planning dengan meletakkan handuk diatas perut ibu dan kain dibawah bokong ibu lalu membuka partus set. Hasil : persiapan persalinan sudah siap. 10. Melakukan pertolongan persalinan dengan menolong kelahiran kepala bayi dengan melindungi kepala bayi dengan tangan kiri, tangan kanan menahan perineum, tunggu kepala melakukan putaran paksi luar, pegang kepala secara biparental lahirkan bahu depan dengan cara menarik ringan kearah bawah, lahirkan bahu belakang dengan cara menarik ringan kearah atas. Setelah kedua bahu lahir, sangga kepala dengan tangan kanan dan susur lengan, badan, bokong sampai kedua kaki dengan tangan kiri. Posisikan kepala bayi 15 derajat lebih rendah dari tubuh bayi untuk menilai sepintas warna kulit, gerakan, dan reflek menangis. Hasil : jam 16.30 WIB bayi lahir spontan, bayi menangis kuat, kulit kemerahan, tonus otot aktif, jenis kelamin laki- Subjektif Objektif Asassment Jam 16.31 WIB 1. Ibu mengatkan perutnya mules 2. Ibu mengatakan sudah lega karena bayinya sudah keluar. 1. Bayi lahir spontan menangis kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan . 2. TFU : setinggi pusat, janin tunggal, plasenta belum lahir, tali pusat tampak didepan vulva. 3. Terdapat semburan darah 4. Kandung kemih : kosong 5. Terdapat perdarahan 150 cc 1. Dx. Kebidanan Ny. R umur 33 tahun P1A0 inpartu kala III. 16.32. WIB 16.33 WIB 16.35 WIB Planning laki. 11. Meletakkan bayi diatas perut ibu, mengeringkan kepala, badan, dan kedua tangan kecuali telapak tangan. Hasil : ibu mengatakan perutnya mules ,ibu mengatakan sudah lega karena bayinya sudah keluar, TFU : setinggi pusat, janin tunggal, plasenta belum lahir,tali pusat tampak didepan vulva, terdapat semburan darah, kandung kemih kosong,terdapat perdarahan 150 cc. Melakukan MAK III : 1. Melakukan palpasi untuk memastikan janin tunggal. Hasil : janin tunggal 2. Menyuntikkan 10 IU oksitosin pada paha bagian luar. Hasil : 10 IU okstosin sudah disuntikkan di paha bagian luar. 3. Jepit tali pusat 3 cm dari pangkal pusat dengan umbilical cord darah diurut kearah plasenta 2 cm kemudian diklem diantarannya tali pusat dipotong dengan gunting tali pusat steril. Ganti handuk basah dengan Subjektif Objektif Asassment Jam 16.40 WIB Planning menggunakan slimut bayi yang kering dan letakkan bayi diantara kedua payudara ibu agar skin to skin untuk melakukan IMD Hasil : tali pusat telah dipotong dan bayi siap untuk IMD. 4. Lakukan IMD dengan bayi Yaitu letakkan bayi tengkurap di dada ibu, luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu, kepala bayi harus berada di antara payudara ibu tapi lebih rendah dari puting. Menyelimuti ibu dan bayi serta memasang topi bayi. 5. Melakukan PTT dengan merenggangkan tali pusat dengan meletakkan klem 5 cm didepan vulva, tangan kiri diatas syimpisis menekan kebawah, jika tali pusat bertambah panjang berarti plasenta sudah lepas, kemudian mendorong uterus kearah dorsokranial tangan kanan meregangkan tali pusat sampai sebagian plasenta lahir. Hasil : tali pusat bertambah panjang dan sebagian plasenta keluar. 6. Melahirkan plasenta dengan Subjektif 1. Ibu mengatakan merasa lega bayinya sudah lahir dan masih merasa lemas. Objektif KU : baik Kes : composmentis TTV : TD : 110/80 mmHg N : 80 x/mnt 0 S : 36 C Kontraksi : keras Asassment 1. Dx. Kebidanan Ny. R umur 33 tahun P1A0 inpartu kala IV Jam 16.45 WIB 7. 16.50 WIB 8. 16.51 WIB 1. 16.53 WIB 2. Planning cara memutar plasenta searah jarum jam sampai seluruh plasenta dan selaputnya lahir. Hasil : plasenta lahir. Mengecek kelengkapan plasenta. Hasil : plasenta telah lahir, panjang tali pusat 48 cm, diameter 20 cm, tebal 2 cm, penanaman tali pusat sentralis, kotiledon lengkap, selaput ketuban tidak ada yang tertinggal. Mengevaluasi keadaan ibu: KU : baik Kes : composmentis TTV : TD : 110/80 mmHg N : 80 x/mnt 0 S : 36 C Kontraksi : keras PPV : 150 cc. Kandung kemih : kosong Ibu mengatakan merasa lega bayinya sudah lahir dan masih merasa lemas. Memeriksa apakah ada laserasi jalan lahir atau tidak. Hasil : tidak ada laserasi. Membersihkan alat-alat dan merendam dalam klorin 0,5 % selama 10 menit Hasil : alat sudah direndam Subjektif Objektif PPV : 150 cc. Kandung kemih : kosong TFU : 2 jari dibawah pusat Asassment Jam 16.55 WIB 3. 4. 5. 16.57 WIB 17.00 WIB 6. Planning dalam klorin selama 10 Membersihkan ibu mengganti pakaian ibu agar ibu merasa nyaman, memakaikan pembalut dan mencuci alat Hasil : ibu sudah nyaman dan alat sudah dicuci. Memberikan selamat kepada ibu dan keluarga atas kelahiran bayinya Hasil : bidan memberikan selamat kepada ibu dan keluarga atas kelahiran bayinya. Memberikan selamat kepada ibu dan keluarga atas kelahiran bayinya Hasil : bidan memberikan selamat kepada ibu dan keluarga atas kelahiran bayinya. Mengevaluasi KU, TFU, Kontraksi, TTV setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Hasil : KU: Baik N : 83 x/menit TD : 110/80 mmHg RR: 20 x/menit S : 36,5 oC Kontraksi : keras Subjektif Objektif Asassment Jam 17.00 WIB 17.10 WIB Planning TFU :2 jari dibawah pusat. PPV : 80 cc Kandung kemih : kosong Hasil : KU :Baik TD: 180 mmHg N : 88 x./menit TD : 110/70 mmHg RR: 20 x/menit Kontraksi : keras PPV : 30 cc TFU : 2 jari bawah pusat Kandung kemih : kosong 17.25 WIB Hasil : KU : Baik TD : 110/70 mmHg N : 88 x/menit RR : 22x/menit Kontraksi : keras PPV : 15 cc TFU : 2 jari bawah pusat Kandung kemih : kosong 17.40 WIB Hasil : KU : Baik TD : 110/70 mmHg N : 88 x/menit RR : 20 x/menit Kontraksi : keras PPV : 20 cc Subjektif Objektif Asassment Jam Planning TFU :2 jari bawah pusat Kandung keming : kosong 17.55 WIB Hasil : KU : Baik TD : 110/70 mmHg N : 88 x/menit RR : 22 x/menit S : 36,50C Kontraksi : keras PPV : 15 cc TFU :2 jari bawah pusat Kandung kemih : kosong 18.25 WIB Hasil : KU : Baik TD : 120/80 mmHg N : 84 x/menit RR : 20 x/menit Kontraksi : keras PPV : 10 cc TFU :2jari bawah pusat. Kandung kemih : kosong 18.55 WIB Hasil : KU : Baik TD : 120/80 mmHg N : 84 x/menit RR : 20 x/menit Kontraksi : keras PPV : 5 cc Subjektif Objektif Asassment Jam Planning TFU :2jari bawah pusat. Kandung kemih : kosong 7. Mendokumentasikan semua tindakan Hasil : semua tindakan telah didokumentasikan. C. Asuhan Kunjungan Masa Nifas 1. Asuhan Kunjungan Masa Nifas Hari/Tanggal : 25 Desember 2015 Jam : 23.00 WIB Tempat : BPM Ny. Ngatini Am.Keb Tabel 3.7 Kunjungan Nifas 1 Hari/ Subyektif Obyektif Tanggal Jumat, 25 Ibu mengeluh Pemeriksaan Umum: Desember perutnya masih 1. KU : Baik 2015 terasa sedikit mules 2. Kesadaran : Compos Mentis dan masih keluar 3. TTV : darah sedikit-sedikit. TD : 110/70 mmHg 0 S : 36,6 C N : 80x/m R : 20 x/m 4. TFU : 2 jari di bawah pusat 5. Kontraksi Uterus : baik 6. Pendarahan : normal, + 50 cc 7. ASI : ada 8. Lochea : Rubra 9. BAK / BAB : Ada, 1 kali/10. Aktifitas :ibu sudah bisa berjalan ke WC sendiri Assesment Ny. R umur 33 tahun P1A0 post partum 6 jam pertama. Jam 23.00 WIB 23.10 WIB Planning 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa ibu dalam keadaan baik. Ibu memahami kalau kondisinya baik. 2. Memberikan pendidikan kesehatan: a. Memberitahu ibu bahwa rasa mules pada perut adalah normal pada ibu dalam masa nifas karena rahim yang berkontraksi dalam proses involusi. b. Mengajarkan kepada ibu cara memassase fundus untuk mencegah perdarahan jika perut terasa tidak ada kontraksi (fundus tidak keras). c. memberikan ibu makanan bergizi sesuai kebutuhan ibu nifas (makanan dihabiskan 1 porsi). d. Menjelaskan dan menganjurkan ibu untuk memberi ASI ekslusif dan menyusukan bayinya secara on demand sesering mungkin. e. Memberitahukan kepada ibu untuk Hari/ Tanggal Subyektif Obyektif Assesment Jam 23.20 WIB Planning mobilisasi bertahap, yaitu dengan miring kiri atau miring kanan, duduk di atas tempat tidur dengan kaki berjuntai ke bawah, kemudian berjalan-jalan. f. Mengajarkan ibu cara menjaga personal hygiene. Mengganti pakaian ibu yang basah dan lembab, mengganti pembalut apabila terasa penuh dan setiap habis BAK/BAB, dan mengajarkan cara menjaga kebersihan vulva yaitu dengan cebok dari depan saat buang air, bukan sebaliknya. g. Mempersilakan ibu untuk tidur dan beristirahat. h. Menjelaskan kepada ibu apabila istirahat kurang akan menyebabkan produksi ASI kurang, proses involusi berjalan lambat, sehingga menyebabkan perdarahan. 3. Memberikan obat : a. Asam mefenamat 3 x 500 gr / hari b. Amoksillin 3 x 500 gr / hari c. Vit A 200.000 IU 2x1 d. Tablet Fe 1x1 60 mg 2. Asuhan Kunjungan Masa Nifas 2 Hari/Tanggal : 31 Desember 2015 Jam : 15.30 WIB Tempat : Rumah Ny R Tabel 3.8 Kunjungan Nifas 2 Hari/ Tangg Subyektif al Kamis, 31 Ibu mengeluh mules di Desember perutnya sudah 2015 berkurang dan ibu sudah bisa berjalanjalan. Obyektif Pemeriksaan Umum: 1. KU : Baik 2. Kesadaran : Compos Mentis 3. TTV : TD : 120/80 mmHg S : 36,20C N : 88x/m R : 20 x/m 4. TFU : pertengahan pusatsimpisis 5. Kontraksi Uterus : baik 6. ASI : lancar 7. Lochea : serosa (kuning) Pemeriksaan Khusus 1. Muka : tidak tampak pucat 2. Mata : konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik 3. Payudara : ASI lancar tidak ada bendungan Assesment Ny. R umur 33 tahun P1A0 post partum 6 hari Ja m 15.30 WIB 15.35 WIB 15.40 WIB 15.45 WIB 15.50 WIB 15.55 WIB 16.00 WIB Planning 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik. 2. Memastikan involusio berjalan baik dan perdarahan normal. 3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberi ASI ekslusif dan menyusukan bayinya secara on demand sesering mungkin. 4. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap merawat kebersihan vulva 5. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu mengkonsumsi makanan bergizi untuk pemenuhan nutrisi. 6. menganjurkan kepada ibu untuk istirahat dan tidur cukup serta beraktifitas jangan terlalu diporsir agar tidak terlalu lelah. 7. Mengajarkan ibu cara perawatan bayi: a. Menjaga bayi agar selalu dalam keadaan bersih, hangat dan Hari/ Tangg al Subyektif Obyektif Assesment Ja m 16.15 WIB Planning kering, dengan menggant pakaian yang basah dan selimut sesuai keperluan. b. Menganjurkan ibu untuk tidak membubuhi apapun pada tali pusat yang sudah lepas. c. Menjaga keamanan bayi dari trauma dan infeksi. 8. Membuat rencana kunjungan ulang seminggu kemudian yaitu tanggal 14 Januari 2016 3. Asuhan Kunjungan Nifas III Tanggal : 14 Januari 2015 Jam : 15.30 WIB Tempat : Rumah Ny R Tabel 3.9 Kunjungan Nifas 3 Hari/ Subyektif Tanggal Kamis, 14 Ibu mengeluh mules di Januari 2016 perutnya sudah berkurang dan ibu sudah bisa berjalan-jalan. Obyektif Pemeriksaan Umum: 1. KU : Baik 2. Kesadaran : Compos Mentis 3. TTV : TD : 120/80 mmHg S : 360C N : 80x/m R : 20 x/m 4. TFU : tidak teraba 5. Kontraksi Uterus : baik 6. Pendarahan : normal 7. ASI : lancar 8. Lochea : serosa (kuning) 9. BB : 67 kg Pemeriksaan Khusus 1. Muka : tidak tampak pucat 2. Mata : konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik 3. Payudara : ASI lancar dan puting susu tidak lecet Assesment Ny. R umur 33 tahun P1A0 post partum 2 minggu Ja Planning m 15.30 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan WIB kepada ibu, bahwa ibu dalam keadaan baik. 15.40 2. Menganjurkan ibu untuk tetap memberi WIB ASI ekslusif dan menyusukan bayinya secara on demand sesering mungkin. 15.40 3. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap WIB menjaga personal hygiene. 15.40 4. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu WIB mengkonsumsi makanan bergizi untuk pemenuhan nutrisi. 15.40 5. menganjurkan kepada ibu untuk istirahat WIB dan tidur cukup. 15.40 9. Membuat rencana kunjungan ulang 4 WIB minggu kemudian yaitu tanggal 11 Februari 2016. 4. Asuhan Kunjungan Nifas IV Tanggal : 26 Januari 2016 Jam : 15.00 WIB Tempat : Rumah Ny R Tabel 3.10 Kunjungan Nifas 4 Hari/ Subyektif Tanggal 10. Kamis, 14 11. Ibu merasa lebih baik dan Januari 2016 pengeluaran pervaginam normal berwarna kuning pucat dan tidak berbau, nafsu makan ibu banyak, dan tidur cukup. Obyektif Assesment Pemeriksaan Umum: 12. Ny. R umur 33 1. keadaan : Baik tahun P1A0 umum : Compos mentis post partum 6 2. kesadaran minggu 3. Tanda-tanda Vital Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 82 kali/menit Respirasi : 26 kali/menit 0 Suhu : 36,7 C 4. TFU : Tidak teraba 5. ASI : Lancar 6. perdarahan : Tidak ada (bersih) 7. lochea : Tidak ada (bersih) BB : 67 kg Pemeriksaan Khusus 1. Muka : Tidak tampak pucat 2. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik 3. Payudara : ASI lancar, puting susu tidak lecet Jam Planning 15.00 WIB 1. 15.10WIB 2. 16.30 WIB 3. 16.35 WIB 16.40 WIB 4. 16.45 WIB 5. 16.50 WIB 6. 7. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa ibu dalam keadaan baik. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap menjaga personal hygiene. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu mengkonsumsi makanan bergizi untuk pemenuhan nutrisi. menganjurkan kepada ibu untuk istirahat dan tidur cukup. Memastikan ibu sudah berKB (ibu sudah berKB jenis Kondom) Menganjurkan ibu untukmemilih KB jangka panjang Menganjurkan ibu untuk tetap memberi ASI ekslusif dan menyusukan bayinya secara on demand sesering mungkin D. Asuhan Kunjungan Bayi Baru Lahir 1. Asuhan Kunjungan Bayi Baru Lahir I Tanggal : 25 Desember 2016 Jam : 16.30 WIB Tempat : BPM Ny. Ngatini Am.Keb Tabel 3.11 Asuhan Kebidanan BBL 1 Hari/ Subyektif Obyektif Tanggal Jumat, 25 Bayi menangis kuat, Pemeriksaan Umum: Desember warna kemerahan, 1. KU : Baik 2015 gerak aktif dan reflek 2. TTV : isap kuat. S : 36,50C N : 100x/m R : 24 x/m 3. Warna kulit : seluruh tubuh kemerahan 4. Tali pusat : Tidak ada tanda-tanda infeksi 5. Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Berat badan : 3100 gram 7. Panjang badan : 48 cm 8. Lingkar Kepala : 34 cm 9. Lingkar Dada : 32 cm Pemeriksaan Fisik Kulit : Kemerahan, verniks caseosa sedikit dan lanugo ada. Assesme nt Banyi Ny. R umur 1 jam normal Ja 16.30 WIB 16.40 WIB 16.50 WIB 16.55 WIB Planning m 1. Melakukan kontak dini ibu dengan bayi dan memberitahukan bahwa keadaan bayi baik, sehat dan lengkap. 2. Melakukan perawatan bayi seharihari (baby hygiene, BAK/BAB, perawatan tali pusat, dll) 3. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara: a. Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk bersih. b. Mengganti handuk yang basah dengan selimut yang kering dan bersih kemudian dibungkus. c. Tidak memandikan bayi sekurang-kurangnya 6 jam setelah persalinan. 4. Memberikan salf mata, memberikan injeksi vitamin K1 0,1 mg IM pada 1/3 atas bagian luar paha sebelah kiri, Hari/ Tanggal Subyektif Obyektif Kepala Rambut Mata Hidung Telinga Mulut Leher Dada Abdomen Genitalia Anus Ekstrimitas: : tidak ada caput suksedaneum dan tidak ada cephal hematoma. : Tampak hitam dan tampak bersih. : Konjungtiva tidak tampak anemis, sklera tidak tampak ikterik dan tidak : ada strabismus. tidak ada pernafasan cuping hidung dan bernafas spontan. : bentuk normal dan simetris. : tidak ada sianosis, mukosa mulut basah dan reflek isap ada. : tidak ada kaku kuduk dan tidak ada vernik caseosa. : simetris dan tidak ada retraksi. : tidak ada perdarahan tali pusat, tali pusat segar dan tidak ada kembung. : Laki-laki, testis sudah turun ke skrotum : Berlubang dan mekonium keluar sesaat setelah bayi : lahir. akral hangat dan tidak ada edema. Assesme nt Ja m Planning memberikan imunisasi HB 0. 5. Melakukan pencegahan infeksi dengan merawat bayi secara aseptik dan antiseptik Hari/ Tanggal Subyektif Obyektif Refleks: Morro Rooting Sucking Grasfing : (+), saat dikejutkan, kedua tangan dan kaki memperlihatkan gerakan seperti merangkul. : (+), saat diberi rangsangan di pipi, : langsung menoleh ke arah rangsangan. : (+), saat telapak tangan disentuh, bayi menggenggam dengan cepat. (+),saat diberi minum/dengan memasukkan jari tangan : kita ke dalam mulut bayi, bayi menghisap dengan : kuat. Eliminasi : BAK : BAB : 1 x, mekonium keluar sesaat setelah lahir Assesme nt Ja m Planning 2. Asuhan Kunjungan Bayi Baru Lahir II Tanggal : 25 Desember 2015 Jam : 23.00 WIB Tempat : BPM Ny. Ngatini Am.Keb Tabel 3.12 Asuhan Kebidanan BBL 2 Hari/ Subyektif Obyektif Tanggal Jumat, 25 Bayi menangis kuat, Pemeriksaan Umum: Desember gerak aktif, reflek isap 1. KU : Baik 2015 kuat dan bayi sudah 2. TTV : BAK/BAB S : 36,90C N : 124x/m 3. Warna kulit : Kemerahan, tidak ikterik dan bersih 4. Tali pusat : tidak ada tandatanda infeksi Assesment Bayi Ny. R lahir 6 jam pertama Jam 23.00 WIB 23.20 WIB 23.25 WIB 23.30 WIB 23.35 WIB Planning 1. Mengganti baju bayi, kemudian menghangatkan dan membungkusnya dengan kain bersih dan selimut untuk mencegah hipotermi. 2. Melakukan kontak dini dengan menyusukan bayi pada ibu. 3. Memberikan ASI secara on demand. 4. Bayi dilakukan rawat gabung dengan ibunya 5. Bayi akan dimandikan besok pagi jam 08.00 WIB 3. Asuhan Kunjungan Bayi Baru Lahir III Tanggal : 31 Desember 2015 Jam : 15.55 WIB Tempat : BPM Ny. Ngatini Am.Keb Tabel 3.13 Asuhan Kebidanan BBL 3 Hari/ Subyektif Obyektif Tanggal Kamis, 31 Bayi menyusu Pemeriksaan Umum: Desember kuat, BAK dan 1. KU : Baik 2015 BAB lancar 2. TTV : S : 36,80C N : 104x/m R : 34 kali/menit BB : 3200 gram PB : 50 cm LL : 12 cm 3. Warna kulit : Kemerahan, tidak ikterik dan bersih 4. Tali pusat : tali pusat telah lepas 5. BB : 3200 gram 5. Refleks. Moro : ada, Roating : ada, Isap : ada 6. Bayi menyusu kuat 7. Eliminasi : BAK 4 x/hari, BAB 1 x/hari Assesment Jam Bayi Ny. R lahir 6 hari 15.55 WIB 16.00 WIB 16.30 WIB 16.35 WIB Planning 1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa bayi dalam keadaan baik. 2. Memandikan bayi dengan air hangat untuk menghilangkan kotoran dan lendir darah yang masih melekat, kemudian menghangatkannya dan membungkusnya dengan kain bersih dan selimut untuk mencegah hipotermi. 3. Tidak membubuhi ramuan atau apapun pada tali pusat yang sudah lepas. 4. Memenuhi kebutuhan cairan dengan menyusukan bayi pada ibu secara on demand 4. Asuhan Kunjungan Bayi Baru Lahir IV Tanggal : 22 Januari 2016 Jam : 07.00 WIB Tempat : BPM Ny. Ngatini Am.Keb Tabel 3.14 Hari/ Tanggal Jumat, 22 Januari 2016 Asuhan Kebidanan BBL 4 Subyektif Bayi menyusu kuat, ASI lancar , BAK dan BAB lancar, gerak aktif. Obyektif Pemeriksaan Umum: 1. Keadaan umum Nadi pernafasan Suhu BB PB LL Assesment Bayi Ny. R lahir 6 minggu 110 kali/menit 32 kali/menit 36,6 0C 3800 g 53 cm 15 cm Baik : : : : : : 2. Bayi telah diimunisasi BCG pada tanggal 12 Januari 2016 3. Menyusu kuat Jam 15.00 WIB 15.10 WIB 16.30 WIB 16.35 WIB Planning 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa bayi dalam keadaan baik. 2. Memandikan bayi dengan air hangat untuk menghilangkan kotoran dan lendir darah yang masih melekat, kemudian menghangatkannya dan membungkusnya dengan kain bersih dan selimut untuk mencegah hipotermi. 3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberi ASI ekslusif dan menyusukan bayinya secara on demand sesering mungkin selama 6 minggu pertama dan memberikan makanan pendamping ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya. 4. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke bidan/puskesmas untuk imunisasi sesuai jadwal. E. Asuhan Kunjungan KB 1. Asuhan Kunjungan KB I Tanggal : 14 Januari 2016 Jam : 15.30 WIB Tempat : Rumah Ny R Tabel 3.15 Asuhan Kebidanan KB 1 Subyektif Obyektif 1. Ibu mengatakan keadaan Pemeriksaan Umum: ibu baik dan sehat 1. KU : Baik 2. Ibu mengatakan masih 2. Kesadaran : Compos Mentis bingung untuk berKB 3. TTV : TD : 120/80 mmHg 0 S : 36 C N : 80x/m R : 20 x/m 4. TFU : tidak teraba 5. Kontraksi Uterus : baik 6. Pendarahan : normal 7. ASI : lancar 8. Lochea : serosa (kuning) 9. BB : Pemeriksaan Khusus 1. Muka : tidak tampak pucat 2. Mata : konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik 3. Payudara : ASI lancar dan puting susu tidak lecet Assesment Ny. R umur 33 tahun P1A0 post partum 2 minggu Jam 15.30 WIB 17.00 WIB Planning 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan ibu dalam kondisi baik. 2. Memberitahu ibu tentang macam-macam alat kontrasepsi: a. KB implan/AKBK/susuk Adalah alat kontrasepsi berisi kapsul silastik berisi hormon jenis progestin yang ditanam dibawah kulit. Keuntungan: perlindungan jangka panjang (5 tahun), pengembalian tingkat kesuburan cepat. Kekurangan: perubahan pola haid, perubahan berat badan, ekspulsi implan. b. KB IUD/AKDR/spiral Adalah alat kontrasepsi yang dipasang didalam rahim. Keuntungan: metode jangka panjang (8-10 tahun), pengembalian kesuburan cepat. Kekurangan: siklus haid lebih banyak dan lama, saat haid lebih sakit, infeksi panggul. Ibu masih bingung kontrasepsi apa yang dipilih 2. Asuhan Kunjungan KB II Tanggal : 11 Februari 2016 Jam : 15.30 WIB Tempat : Rumah Ny R Tabel 3.15 Asuhan Kebidanan KB 2 Subyektif Obyektif 1. Ibu mengatakan keadaan Pemeriksaan Umum: ibu baik dan sehat 1. keadaan : Baik 2. Ibu mengatakan masih umum : Compos mentis sudah ber KB kondom 2. kesadaran 3. Tanda-tanda Vital Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 82 kali/menit Respirasi : 26 kali/menit Suhu : 36,7 0C 4. TFU : Tidak teraba 5. ASI : Lancar 6. perdarahan : Tidak ada (bersih) 7. lochea : Tidak ada (bersih) Pemeriksaan Khusus 1. Muka : Tidak tampak pucat 2. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik 3. Payudara : ASI lancar, puting susu tidak lecet Assesment Ny. R umur 33 tahun P1A0 post partum 6 minggu Jam 15.00 WIB 17.00 WIB 17.05 WIB Planning 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa ibu dalam keadaan baik. 2. Memastikan ibu sudah berKB (ibu sudah berKB jenis Kondom) 3. Menganjurkan ibu untukmemilih KB jangka panjang BAB IV PEMBAHASAN Penulis dalam pembahasan ini mencoba membandingkan antara teori yang penulis dapatkan dari berbagai literatur dengan tinjauan kasus yang telah diuraikan didalam BAB III.Harapan penulis adalah memperoleh gambaran secara nyata kesamaan dan kesenjangan yang penulis jumpai selama melakukan asuhan kebidanan. Penulis telah melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. R umur 33 tahun G1P0A0umur kehamilan 34 minggu di BPM Ny. Ngatini Tengaran. Pembahasan ini disusun dari mulai kehamilan sampai KB menggunakan tahapan tujuh langkah Varney yang dimulai dari pengkajian sampai evaluasi sebagai berikut : A. Kehamilan 1. Langkah I Pengkajian Pengkajian yang dilakukan pada Ny. R diperoleh data, ibu mengatakan hamil yang pertama belum pernah melahirkan dan belum pernah keguguran. HPHT 14 Maret 2015,sehingga taksiran persalinannya tanggal 21 Desember 2015, selain itu ibu mengeluh pegal – pegal pada daerah punggung sampai pinggang sejak 3 hari yang lalu, ibu melakukan pemeriksaan sebanyak 4 kali selama kehamilan ini, yang terdiri dari satu kali selama trimester I, satu kali pada trimester II dan dua kali pada trimester ke III, dan ini merupakan kunjungan pertama penulis. Pemeriksaan kehamilan pada Ny. R merupakan kunjungan pertama penulis. Hasil pemeriksaan yang di peroleh pada kunjungan pertama yaitu pemeriksaan umum : keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis, TD : 110/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 370 C, RR :22x/menit, BB : 65 kg, TB : 154 cm, LILA : 32,5 cm, pemeriksaan fisik : dalam batas normal, pemeriksaan obstetri : pada abdomen : TFU : 28 cm, LI : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan px, teraba satu bagian bulat lunak, tidak melenting (bokong janin), LII : kiri :teraba satu tahanan keras memanjang seperti papan (punggung janin), kanan : teraba satu bagian kecil-kecil janin (ekstermitas), LIII : teraba satu bagian bulat, keras, melenting, masih bisa digoyangkan, LIV : konvergen, TBJ : (28-11)X155 = 2480 gram. Pengkajian kedua didapatkan hasil: pemeriksaan umum, keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis, TD : 110/80mmHg, N : 81x/menit, S : 36,50C, RR :24x/menit, pemeriksaan fisik dan obstetri: dalam batas normal. Pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. R meliputi 11 T pemeriksaan VDRL tidak dilakukan karena keterbatasan fasilitas dan dana, pemberian kapsul yodium dan terapi anti malaria tidak diberikan karena rumah Ny. F bukan daerah endemik. Terdapat kesenjangan antara teori dan praktek lahan, menurut teori pemeriksaan “14 T” diantaranya yaitu : berat badan, ukur tekanan darah, ukur TFU, tablet Fe, imunisasi TT harus lengkap saat hamil, pemeriksaan Hb, pemeriksaan Veneral Disease Research of Laboratories (VDRL) berfungsi untuk mendeteksi penyakit sifilis, perawatan payudara, senam ibu hamil, temu wicara, pemeriksaan protein urine, reduksi urine, pemberian terapi kapsul yodium dan anti malaria (Depkes RI, 2009). Ibu merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 20 minggu. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa gerakan fetus dapat dirasakan mulai umur kehamilan 16 minggu (Husin, 2014). Penyuntikan TT pada Ny R dilakukan dua kali, yang pertama saat usia kehamilan 16 minggu. Intervensi waktu pemberian imunisasi TT1 ke TT2 pada Ny. R yaitu selama kurang lebih 2 bulan.Hal tersebut tidak sesuai dengan teori. Menurut teori menyatakan bahwa intervensi waktu penyuntikan TT1 ke TT2 dilakukan 1 bulan, Selama kehamlan ini berat badan Ny. R mengalami kenaikan sebanyak 12 kg yang awalnya berat badan ibu sebelum hamil 65 kg dan berat badan pada usia kehamilan 35 minggu menjadi 73 kg. Menurut Walyani (2015), menyatakan bahwa kenaikan berat badan pada ibu hamil dari mulai awal kehamilan sampai akhir adalah 11-12 kg. Hal tersebut tergolong normal dan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan. Ukuran LILA Ny. R adalah 32,5 cm, angka tersebut masih dalam batas normal dan tidak ada kesenjangan dengan teori, Ukuran LILA normal pada ibu hamil adalah ≥ 23,5 (Depkes RI, 2009), mengukur lila berfungsi untuk mengetahui status gizi ibu yang berhubungan dengan pertumbuhan janin agar tidak BBLR. Mengukur tinggi fundus uteri untuk mengetahui tuanya kehamilan dalam kandungan dengan mengukur tinggi fundus uteri dari tepi atas sympisis pubis sampai fundus uteri menurut penambahan per jari. Hal ini sesuai dengan kasus yang dialami Ny. R bahwa pada saat pemeriksaan usia kehamilan 34 minggu TFU teraba pertengahan pusat dan PX (prosesus xiphoideus), usia kehamilan 35 minggu TFU teraba pertengahan pusat dan PX( prosesus xiphoideus). Hal ini sesuai dengan teori (Sulistyawati, 2009). Ibu hamil dikatakan anemia apabila kadar hemoglobin (HB) dalam darahnya kurang dari 10 gr% (Wiknjosastro, 2009). Pemeriksaan HB pada Ny. R didapat kadar HB bernilai 11,5 gr%, pada pemeriksaan HB pada ibu hamil dalam program pemerintah dilakukan 2x pemeriksaan pada Trimester I dan trimester III (Suryati Romauli, 2011), namun pada Ny. R terdapat kesenjangan pada jadwal pemeriksaan HB, karena pada saat kehamilan hanya dilakukan 1x pemeriksaan kadar HB yaitu pada kunjungan trimester III, pada trimester I tidak dilakukan pemeriksaan HB dikarenakan pada hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik ibu tidak ada keluhan, tidak ada riwayat anemia dan tidak ada hal yang mendukung untuk dilakukan pemeriksaan tersebut, dan pada Ny. R tidak mengalami komplikasi atau penyakit saat kehamilan yang berhubungan dengan kadar HB. Pengkajian pertama ibu mengeluh badannya pegal-pegal dikarenakan ibu menjemur pakaian dilantai 2 dan ibu masih naik turun tangga.Hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek lahan karena keluhan pegal-pegal yang dirasakan ibu merupakan keluhan yang fisiologis.Menurut Kurnia (2009), menyatakan bahwa perubahan fisik pada trimester III, meliputi : Sakit pada bagian tulang belakang (punggung), perubahan payudara (keluarnya cairan kolostrum), konstipasi, gangguan pernafasan, sering kencing (miksi), kontraksi perut, bengkak (oedema) pada muka, ekstermitas, kram pada kaki, keluarnya cairan vagina berwarna jernih. 2. Langkah II Interpretasi Data Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan dan masalah yang mungkin timbul pada kasus ini setelah dilakukan pengkajian 2 kali. Diagnosa kebidanan berasal dari data subjektif dan objektif sehingga muncul diagnosa kebidanan pertama Ny. R umur 33 tahun G1P0A0 umur kehamilan 34 minggu , janin tunggal hidup intra uteri, letak memanjang, puka, presentasi kepala, konvergen. Diagnosa ditegakkan dengan adanya pemeriksaan, dikuatkan dengan teori. Menurut buku assuhan kebidanan pada masa kehamilan (Ari Sulistyawati, 2009), cara pembuatan diagnosa yaitu Ny. . .umur. . .tahun, G. . .P. . .A. . .Umur kehamilan. . .minggu, janin tunggal/ganda, hidup/mati dalam intra uterine, letak memanjang/melintang, punggung kanan/kiri, presentasi kepala/bokong, divergen/konvergen. Diagnosa yang ditegakkan dari hasil pengkajian dan penelitian selama 1 minggu pemantauan pasien yaitu Ny. R umur 33 tahun G1P0A0 umur kehamilan 35 minggu, janin tunggal, hidup intrauteri, letak memanjang, puka, presentasi kepala, konvergen. Berdasarkan diagnosa yang di tegakkan tidak muncul kesenjangan antara teori dan praktik. 3. Langkah III Diagnosa Potensial Diagnosa potensial tidak ditemukan, hal ini sesuai dengan teori bahwa diagnosa potensial ditegakkan berdasarkan terdapat minimal satu tanda yang muncul. Pada langkah ini, mengidentifikasi masalah potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi (Yulifah, 2013). 4. Langkah IV Antisipasi atau Tindakan Segera Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan yang terjadi dalam kondisi darurat. Kondisi darurat merupakan kondisi yang membutuhkan tindakan dengan segera untuk menangani diagnosis maupun masalah darurat yang terjadi dan apabila tidak segera dilakukan tindakan dapat menyebabkan kematian ( Yulifah, 2013). Pada kasus ini tidak dibutuhkan antisipasi atau tindakan segera. 5. Langkah V Perencanaan Asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III yaitu anjurkan ibu memakai pakaian yang longgar dan terbuat dari katun sehingga mempunyai kemampuan menyerap terutama pada pakaian dalam, BH dianjurkan yang longgar dan mempunyai kemampuan untuk menyangga payudara yang semakin berkembang. Anjurkan ibu hamil untuk istirahat atau tidur cukup. Anjurkan ibu untuk melakukan senam hamil, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makan-makanan yang berserat untuk mencegah konstipasi, anjurkan ibu untuk mengurangi minum dimalam hari (Romauli, 2011). Penulis merencanakan asuhan yang dilakukan pada kunjungan pertama dan kunjungan kedua, kunjungan pertama pada saat ibu hamil umur 34 minggu penulis merencanakan asuhan periksa keadaan ibu, beritahu ibu cara mengatasi keluhan ibu dengan body mekanic, beritahu ibu tanda bahaya TM III, beritahu ibu ketidaknyamanan TM III, anjurkan ibu istirahat cukup dan memakai pakaian yang mudah menyerap terutama celana dalam dan memakai BH yang menopang payudara, berikan therapy pada ibu. Kunjungan kedua penulis merencanakan asuhan yaitu periksa keadaan ibu, tanyakan kepada ibu mengenai keluhan yang ibu rasakan 1 minggu yang lalu, ingatkan tanda-tanda persalinan, anjurkan ibu untuk banyak istirahat, ingatkan pada ibu mengenai persiapan persalinan, dan berikan ibu teraphy. 6. Langkah VI Penatalaksanaan Penatalaksanaan merupakan tindak lanjut secara nyata dari yang telah direncanakan pada langkah perencanaan.Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien dan aman, rencana asuhan menyeluruh yang dilaksanakan yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman (Yulifah, 2013). Penulis melakukan asuhan kunjungan pertama pada saat ibu hamil umur 34 minggu penulis melakukan asuhan dengan memeriksa keadaan ibu, memberikan konseling mengenai tanda bahaya trimester III, ketidaknyamanan trimester III, dan menganjurkan ibu untuk makan makanan dengan gizi seimbang, menganjurkan ibu untuk istirahat cukup, memberikan terapi.Asuhan yang diberikanpada ibu dengan keluhan pegal-pegal pada punggung yang disebabkan oleh meningkatnya beban berat dari bayi yang ada dalam kandungan yang dapat mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan tekanan kearah tulang belakang, dimana asuhan yang diberikan untuk mengurangi keluhan pegal-pegal dibagian punggung yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai posisi yang baik untuk ibu hamil atau biasa disebut dengan body mekanik. Macam-macam body mekanik yaitu cara duduk yang benar, cara berdiri yang benar, cara bangun dari tempat tidur yang benar, cara mengambil barang yang benar, cara jongkok yang benar, dan hal-hal yang tidak dibolehkan dalam body mekanik pada ibu hamil yaitu berdiri terlalu lama, melakukan posisi yang salah dalam waktu yang lama misal bersila, naik turun tangga, mengangkat beban berat, memakai sepatu ber hak tinggi. Kunjungan kedua penulis melakukan asuhan yaitu periksa keadaan ibu, menanyakan pada ibu tentang keluhan yang dialami oleh ibu, mengingatkan tanda-tanda dan persiapan persalinan pada ibu dan menganjurkan ibu untuk istirahat cukup. Pelaksanaan terdapat kesenjangan antara teori dan praktik lahan. Pada saat dilahan penulis tidak melakukan asuhan senam hamil di karenakan ibu tidak bersedia untuk diberikan asuhan senam hamil dikarenakan ibu merasa tidak ada waktu luang pada saat hari efektif bekerja. Sementara itu waktu liburan ibu lebih memilih menghabiskan waktunya untuk keluarga. 7. Langkah VII Evaluasi Hasil asuhan dinyatakan berhasil apabila dengan diberikan asuhan kebidanan selama 1 minggu, pegal-pegal yang dialami ibu sedikit berkurang. Hasil asuhan dianggap gagal apabila keluhan pegal-pegal yang dirasakan ibu tetap maupun tambah sakit. Hasil evaluasi yang dilakukan penulis, selama ini asuhan yang diberikan berhasil karena pegal-pegal ibu sudah berkurang. B. Persalinan 1. Langkah I Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Desember 2015. Selama pengkajian penulis tidak mendapatkan kesulitan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, karena pasien bersedia memberikan keterangan yang bersifat subjektif, misalnya : identitas pasien, riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu, riwayat kesehatan dan penyakit keturunan, data psikologis dan kebiasaan sehari-hari. Disamping itu penulis juga tidak mendapatkan kesulitan untuk bekerjasama dengan tenaga kesehatan yang lain guna memperoleh data objektif, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan obstetrik. Pengkajian yang dilakukan penulis dilahan yang meliputi data subjektif dan objektif. Data subjektif yang dikaji pada Ny. R yaitu ibu mengatakan perutnya mules sejak pukul 07.00 WIB dan ibu mengatakan keluar lendir darah sejak pukul 12.30 WIB. Pada kasus Ny. R ibu mengatakan ini kehamilan pertama dan belum pernah keguguran, merasakan gerakan janin > 10x dalam 24 jam terakhir, Data objektif yang diperoleh pada tanggal 25 Desember 2015 jam 12.30 WIB yaitu : keadaan umum baik, kesadaran : composmentis, TD : 120/80 mmHg, N : 83x/menit, S : 36,50c, RR : 22x/menit, TB : 154 cm, berat badan : 77 kg, Lila : 32,5 cm. pada Leopold I : teraba 3 jari dibawah px, teraba bulat lunak tidak melenting (bokong), Leopold II : ka: teraba punggung janin dan ki : teraba bagian terkecil janin, Leopold III : teraba bulat, keras, melenting (kepala), Leopold IV : divergen masuk 2/5 bagian, TFU : 31cm, TBJ : 3100 gram, DJJ : 140x/menit. VT : VU kosong, vagina elastis, porsio lunak, pembukaan 6cm, effacement 75%, kulit ketuban masih utuh, presentasi belakang kepala, POD ubun-ubun kecil, tidak ada bagian yang menumbung, penurunan hodge 2, tidak ada molase, pengeluaran pervaginam lendir darah. Data objektif yang diperoleh pada tanggal 25 Desember 2015 jam 15.55 WIB yaitu : keadaan umum :baik, N : 84x/menit, RR : 24x/menit, pembukaan 10cm, efaccement 100%, ketuban sudah pecah, presentasi kepala, POD ubun-ubun kecil, tidak ada bagian yang menumbung, penurunan kepala hodge III+, tidak ada molase, PPV lendir darah, DJJ : 140x/menit, HIS : 5x10´50”, bandle ring : tidak ada dan terlihat tanda gejala kala II yaitu dorongan ingin meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka. Langkah pengkajian ini tidak ditemukan adanya kesenjanganantara teori dan praktek, karena prinsipnya semua data yang didapatkan dari lahan praktek sudah sesuai dengan teori. 2.Langkah II Interpretasi data Identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpilkan.Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik (Yulifah, 2013). Menurut buku Asuhan Kebidanan (Ari Sulistyawati, 2009), cara pembuatan diagnosa yaitu Ny. . .umur. . .tahun, G. .P. .A. . Umur kehamilan. . .minggu, janin tunggal/ganda, hidup/mati dalam intra uterine, letak memanjang/melintang, punggung kanan/kiri, presentasi kepala/bokong, divergen/konvergen inpartu kala I / II / III / IV. Pengkajian pada jam 12.30.WIB diperoleh diagnosa G1P0A0 33 tahun, hamil 41 minggu 3 hari, janin tunggal hidup intra uteri, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala, divergen, inpartu kala l fase akselerasi, jam 15.55 WIB memperoleh diagnosa G1P0A0 umur 33 tahun, inpartu kala ll, pada jam 16.32 memperoleh diagnosa P1A0 umur 33 tahun, inpartu kala lll, pada jam 16.51 WIB memperoleh diagnosa P1A0 33 tahun inpartu kala IV. 3. Langkah III Diagnosa Potensial Tidak muncul diagnosa potensial, karena pada kasus Ny. R tidak terdapat masalah pada faktor yang mempengaruhi persalinan yang terdiri dari Power, Passage, Passanger ( Sumarah, 2009) 4. Langkah IV Antisipasi/Tindakan Segera Tidak dilakukan antisipasi, karena pada Ny. R diagnosa potensial tidak muncul dan tidak perlu melakukan penanganan segera seperti yang tercantum dari teori Yulifah (2013) bahwa antisipasi merupakan kesinambungan dari diagnosa potensial, apabila diagnosa potensial tidak muncul maka tidak perlu dilakukan antisipasi penanganan segera. 5. Langkah V Perencanaan Adanya kerjasama antara penulis dan tenaga kesehatan yang lainya, sehingga penulis dapat merencanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh setelah ditemukan didalam diagnosa dan masalah. Secara teori rencana asuhan yang dilakukan pada kala I, yaitu rencana pemantauan kemajuan persalinan menggunakan partograf, pemantauan terhadap tanda-tanda vital, pemantauan terus menerus terhadap keadaan bayi, pemberian hidrasi bagi pasien, anjurkan dan membantu pasien dalam upaya perubahab posisi dan ambulasi, mengupayakan tindakan yang membuat pasien nyaman, memfasilitasi dukungan keluarga (Sulistyawati, 2013). Adapun beberapa perencanaan penulis dari kala I – IV antara lain : a. Perencanaan kala I akselerasi : Beritahu keadaan ibu, anjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi untuk persalinan, ajarkan ibu tekhnik relaksasi pernafasan, anjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK, siapkan partus set, lakukan pengawasan 10, Lakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam sekali atau apabila ada indikasi. Perencanaan kala I, penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan lahan praktek. b. Perencanaan kala II Secara teori asuhan yang dilakukan pada kala II, yaitu pemantauan ibu meliputi pemantauan kontraksi, pemantauan tandatanda kala II, pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan kandung kemih, pemberian hidrasi, pemantauan kemajuan persalinan dan upaya meneran, integritas perineum. Rencana pemantauan janin yaitu pada saat belum lahir dan pada saat bayi sudah lahir. Secara teori pada saat bayi belum lahir, rencana melakukan pemantauan frekuensi denyut jantung janin, pemantauan bagian terendah janin untuk menilai apakah proses penyesuaian kepala janin dengan jalan lahir berlangsung baik, rencana pemantauan penurunan bagian terendah janin. Pada saat bayi sudah lahir, secara teori rencana asuhan yang akan dilakukan adalah penilaian sekilas sesaat setelah bayi lahir untuk menilai kesejahteraan bayi secara umum, rencana pemantauan menit pertama kelahiran yaitu penilaian bayi baru lahir dengan cara yang sederhana, meliputi tangisan bayi, warna kulit bayi dan gerakan bayi (Sulistyawati, 2013). Adapun beberapa perencanaan yang dilakukan penulis pada saat kala II yaitu : beritahu ibu keadaanya, menganjurkan suami untuk memberikan minum disela- sela kontraksi, memastikan peralatan lengkap, menganjurkan suami dan keluarga untuk memotivasi pasien dalam proses persalinan, mempersiapkan pertolongan yang menggunakan 58 langkah APN. Perencanaan pelaksanaan kala II ini, penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan lahan praktek. c. Perencanaan kala III Secara teori rencana asuhan yang diberikan kepada ibu saat memasuki proses persalinan kala III adalah rencana dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pendamping, penghargaan terhadap proses kelahiran yang akan dilalui, informasi yang jelas mengenai keadaan pasien sekarang dan tindakan apa yang akan dilakukan, penjelasan mengenai apa yang harus ibu lakukan untuk membantu mempercepat kelahiran plasenta yaitu kapan saat ibu harus meneran dan posisi yang mendukung untuk pelepasan dan kelahiran plasenta, berikan hidrasi ( Nugaraheny, 2010). Saat dilahan praktek penulis merencanakan asuhan manajemen aktif kala III meliputi : lakukan massase uterus, beritahu ibu akan disuntik oksitosin agar plasenta segera lahir, suntik oksitosin, periksa tanda-tanda pelepasan plasenta, lakukan peregangan tali pusat terkendali, periksa kelengkapan plasenta. Perencanaan kala III, penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan lahan. d. Perencanaan kala IV Secara teori rencana asuhan yang diberikan pada saat kala IV adalah rencana pemantauan dan evaluasi kala IV meliputi rencana pemantauan tekanan darah dan nadi, rencana melakukan penjahitan luka episiotomi atau laserasi. Rencana asuhan pemberian hidrasi dan nutrisi, hygiene dan kenyamanan pasien, bimbingan dan dukungan untuk BAK, informasi dan bimbingan yang jelas mengenai apa yang akan terjadi dengan tubuhnya dan apa yang harus dilakukan berkaitan dengan kondisinya, dukungan untuk menjalin hubungan awal dengan bayinya, terutama saat pemberian ASI awal, pemberian analgesik jika diperlukan, tempat dan alas tidur yang bersih agar tidak terjadi infeksi (Nugraheny, 2010). Saat dilahan penulis merencanakan asuhan kala IV, meliputi : kaji ulang kontraksi uterus, rapikan alat dan bersihkan ibu, lakukan pengawasan kala IV, dokumentasi. Saat menyusun perencanaan kala IV, penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek. 6. Langkah VI Pelaksanaan Pelaksanaan dilakukan pada Ny. R Di BPM Ny Ngatini Tengaran. Pada langkah pelaksanaan penulis melakukan pelaksanaan terhadap apa yang telah ditetapkan diperencanaan dan sesuai dengan asuhan persalinan normal yang dijelaskan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republic Indonesia Nomor 900/Menkes/VII/2000 Bab IV tentang kewenangan bidan. Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan pada klien dan keluarga. Mengarah atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman (Ambarwati dkk, 2009). a. Kala I fase akselerasi Langkah ini penulis memberitahukan pada Ny. R bahwa keadaan ibu dan janin baik, menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah dehidrasi, menganjurkan ibu tekhnik relaksasi guna mengurangi rasa nyeri, menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK yang bertujuan menyiapkan alat untuk mempercepat persalinan, penurunan melakukan kepala pengawasan janin, 10 dan melakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam sekali pada jam 12.30 WIB dilakukan kembali pemeriksaan dalam, melakukan pengawasan 10 . Menurut Indrayani (2013) pembukaan servik dinilai 4 jam sekali. Kemudian interval waktu 4 jam dilakukan VT kembali karena terlihat indikasi yaitu tanda gejala kala II. b. Kala II Langkah ini penulis memberitahu kepada Ny. R bahwa pembukaan lengkap, menganjurkan suami untuk memberikan minum the manis pada ibu di sela-sela kontraksi, melakukan pertolongan persalinan yang meliputi mencuci tangan, mengatur posisi, meletakkan handuk diperut ibu, membuka dan mengecek partus set, menyiapkan perlengkapan bayi serta memimpin persallinan yang meliputu bimbing meneran, saat kepala bayi 5-6 cm didepan vulva, tangan kanan menahan perineum dan tangan kiri diatas sympisis, lahirkan kepala bayi, cek lilitan tali pusat, tunggu putaran paksi luar, melahirkan tekhnik biparietal, melakukan sangga susur. Penulis menemukan kesenjangan teori dan praktek mengenai kelengkapan alat pelindung diri , yang telah dijelaskan pada teori mirzanie & Desy (2009) mengatakan bahwa alat pelindung diri meliputi celemek, masker, kaca mata, alas kaki dan penutup kepala. Saat dilahan alat pelindung diri tidak terdapat kaca mata dan penutup kepala karena keterbatasan alat. Selain itu juga tentang IMD bayi dilakukan IMD setengah jam, hal ini tidak sesuai dengan teori karena secara tepri IMD pada pada bayi dilakukan minimal I jam (Sulistyawati, 2013). c. Kala III Langkah ini penulis memberitahu kepada Ny. R bahwa mules yang dirasakan dikarenakan plasenta akan lahir serta melakukan manajemen aktif kala III meliput memberitahu ibu akan disuntikoksitosin 10 IU pada paha kanan anterolateral, memindahkan klem 5-10 cm dari vulva, melakukan PTT, melihat tanda pelepasan plasenta dan melahirkan plasenta. Tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek lahan. d. Kala IV Langkah ini penulis melakukan kaji ulang kontraksi uterus, merapikam alat dan bersihkan ibu, melakukan pengawasan kala IV. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. 7. Langkah VII Evaluasi Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. R sudah didapatkan hasil yang optimal. Hal ini dapat dilihat pada tanggal 25 desember 2015 jam 16.30 WIB lahir bayi spontan, menangis kuat kulit kemerahan, gerakan aktif jenis kelamin perempuan dan sudah dilakukan IMD, berat adan 3100 gram, tidak terdapat cacat bawaan, kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, kotiledon lengkap, tidak terdapat perdarahan. Pada kala IVkondisi ibu baik, kemudian tidak didapatkan komplikasi pada ibu dan janin. Perdarahan selama kala II ± 50 cc, kala III ±100cc, kala IV 150 cc sehingga total darah yang keluar dari jalan lahir ± 300 cc. Menurut Prawiroharjo (2009) pengeluaran darah normal ± 500 cc dan ≥ ± 500cc pengeluaran darah yang abnormal. Sehingga asuhan yang diberikan saat bersalin dinyatakan berhasil dan tidak terdapat kesenjangan teori dan praktek lahan. Setelah dilakukan evaluasi penulis mendapatkan data bahwa kala I berlangsung selama 8 jam, kala II 30 menit, kala III 15 menit, kala IV 2 JAM. C. Nifas 1. Langkah I Pengkajian Langkah pertama yaitu pengumpulan data dasar , pada langkah pengumpulan data ini memperoleh data dengan cara anamnesa pada klien dan keluarga berdasarkan keluhan yang dirasakan dan melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan. Penulis tidak menemukan kesulitan karena ibu sangat kooperatif. Kunjungan I 7 jam post partum didapatkan data subjektif yaitu Ibu mengatakan plasenta lahir lengkap, kotiledon utuh tidak ada bagian yang tertinggal, kondisi ibu sudah membaik setelah bersalin, dan ibu masih merasakan mules serta nyeri pada luka laserasi, keluar darah berwarna merah segar dari jalan lahir ibu dan ibu sudah BAK tetapi belum BAB. Pengkajian data objektif didapatkan pemeriksaan umum baik, TTV : TD : 110/70 mmHg, N : 80x/menit, S : 36,60c, R : 23x/menit., TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, kolostrum sudah keluar, dan PPV darah merah (lochea rubra) perdarahan ±50 cc. hal ini sesuai dengan teori Dewi, Vivian dan Tri Sunarsih (2011) menyatakan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan lahan praktik. Pengkajian ke dua 7 hari postpartum didapatkan data subjektif ibu mengatakan pengeluaran pervaginamnya berupa lendir berwarna kecoklatan, ASI keluar pada hari pertama dan ibu tidak ada kesulitan dalam mengurus bayinya, dan ibu mempunyai kesulitan waktu untuk istirahat. Pengkajian data obyektif didapatkan pemeriksaan umum, keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV: TD : 120/80 mmHg, N : 88x/menit, S : 36,20c, RR : 20x,menit, pengeluaran pervaginam darah PPV berupa cairan berwarna kecoklatan ± 50cc dan TFU teraba antara pertengahan pusat dan sympisis. Menurut Dewi, Vivian dan Tri Sunarsih (2013) menyatakan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. Pengkajian ke tiga 2 minggu postpartum didapatkan data subjektif ibu mengatakan pengeluaran pervaginam berupa lendir berwarna putih dan ibu sudah tidak mengalami kesulitan dalam istirahat serta ibu tidak ada kesulitan dalam menyusui bayinya dan ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Pengkajian data obyektif didapatkan pemeriksaan umum, keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV, TD : 120/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 360c, RR : 20x/menit, pengeluaran pervaginam berwarna putih, TFU sudah tidak teraba. Menurut Dewi, Vivian dan Tri Sunarsih (2013) menyatakan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. Pengkajian ke empat 6 minggu postpartum didapatkan data subjektif ibu mengatakan pengeluaran pervaginam sudah tidak ada, ibu mengatakan ingin kontrol dan ingin konseling penggunaan KB, dan ibu sudah melakukan aktifitas sehari-hari seperti biasanya. Pengkajian data objektif didapatkan keadaan ibu baik, TTV, TD : 110/70 mmHg, N : 83x/menit, S : 36,70c, RR : 26x/menit, pada pemeriksaan obstetri pada genetalia didapatkan hasil tidak ada tanda-tanda infeksi, sudah tidak ada cairan yang keluar dan luka jahitan sudah sembuh, TFU sudah tidak teraba. Menurut Dewi, Vivian dan Tri Sunarsih (2013) menyatakan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. 2. Langkah II Interpretasi Data Ny. . .umur. . .tahun, P. .A. ., postpartum . . .hari. diagnosa tanggal 25 desember 2015 jam 23.00 ialah P1A0 33 tahun post partum 7 jam. Diagnosa tanggal 31 desember 2015 ialah P1A0 33 tahun post partum 7 hari. Diagnosa tanggal 14 Januari 2016 ialah P1A0 33 tahun 2 minggu postpartum. Diagnosa tanggal 26 januari 2016 ialah P1A0 33 tahun 6 minggu postpartum. 3. Langkah III Diagnosa Potensial Tidak muncul diagnosa potensial, karena pada kasus Ny. Rtidak terdapat masalah bahaya nifas seperti yang dijelaskan pada teori Margaretha ZH (2013) menyatakan bahwa bahaya nifas meliputi anemia, depresi masa nifas, infeksi masa nifas diantaranya : mastitis, lochea berbau busuk, endometritis, parametritis, trombofeblitis, hematoma, vaginitis. 4. Langkah IV Antisipasi / Tindakan Segera Tidak dilakukan antisipasi, karena pada Ny. R diagnosa potensial tidak muncul dan tidak perlu melakukan penanganan segera. 5. Langkah V Perencanaan Penulis dapat merencanakan asuhan kebidanan yang tepat pada Ny. R dari kunjungan nifas pertama sampai keempat. Menurut Elizabeth (2015) kunjungan masa nifas, 6-8 jam postpartum, 7 hari postpartum, 2 minggu postpsrtum dan 6 minggu postpartum, yaitu : Kunjungan I menurut teori yaitu mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan rujukan apabila perdarahan berlanjut, memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI pada awal menjadi ibu, mengajarkan untuk mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. Kunjungan nifas I di praktek lahan didapatkan perencanaan yaitu pastikan keadaan ibu baik, jelaskan pada ibu penyebab mules yang dirasakan ibu, jelaskan pada ibu cara mencegah perdarahan, anjurkan ibu untuk mobilisasi dini, ajarkan pada ibu untuk mempererat hubungan antara ibu dan bayi serta memberikan ASI, memberikan terapy dan melakukan oservasi 24 jam. Menurut teori pada kunjungan ke II 7 hari post partum yaitu adalah memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,fundus di bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak berbau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan pasca melahirkan, memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tandatanda penyulit, memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan menjaga bayi tetap hangat. Kunjungan II didapatkan perencanaan di praktek lahan yaitu pastikan ibu dalam keadaan baik, periksa tanda demam dan infeksi setelah melahirkan, berikan KIE nutrisi ibu nifas, pastikan ibu menyusui dengan benar, anjurkan kunjungan ulang 2 minggu lagi. Kunjungan III pada masa nifas menurut teori sama dengan asuhan kunjungan II masa nifas. Hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek lahan. kunjungan III di praktek lahan dilakukan pastikan ibu dalam keadaan baik, nilai adanya tanda demam dan infeksi, pastikan ibu menyusui dengan benar, anjurkan ibu untuk kunjungan 4 minggu lagi. Menurut teori kunjungan IV masa nifas yaitu : menanyakan pada ibu tentang penyulit yang dialami ibu dan bayi, memberikan konseling untuk KB secara dini Kunjungan IV di lakukan di praktek lahan yaitu asuhan pastikan ibu dalam keadaan baik dan anjurkan ibu segera menggunakan KB, jelaskan pada ibu tentang KB yang cocok di pakai oleh ibu dan pastikan ibu memberikan ASI nya secara eksklusif. Tidak di temukan kesenjangan antara teori dan praktek lahan pada asuhan masa nifas kunjungan I-IV postpartum. 6. Langkah VI Pelaksanaan Langkah ini penulis tidak mendapatkan kesulitan dalam melakukan pelaksanaan. Seluruh perencanaan dilakukan dalam pelaksanaan. Pelaksanaan dilakukan secara tepat dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. 7. Langkah VII Evaluasi Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan kunjungan KN 1 – KN 4 asuhan dikatakan berhasil. Apabila asuhan tidak berhasil didapatkan komplikasi pada ibu. Di dalam asuhan dari ibu nifas dari kunjungan I-IV tidak didapatkan komplikasi pada ibu nifas, sehingga asuhan yang diberikan dinyatakan berhasil. D. Bayi Baru Lahir ( BBL ) 1. Langkah 1 Pengkajian Penulis mengatakan bahwa setelah dilakukan pengkajian neonatus sebanyak 4 kali didapatkan data subjektif dan objektif. Pengkajian 1 jam bayi baru lahir didapatkan bahwa bayi Ny. R lahir pada tanggal 25 desember 2015 jam 16.30 WIB, berjenis kelamin, berjenis kelamin laki-laki, menangis kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan setelah lahir bayi melakukan IMD selama 10 menit berguna untuk merangsang uterus berkontraksi dan mencegah perdarahan. Hal ini tidak sesuai dengan teori ( Sulistyawati, 2009).1 jam pertama setelah bayi lahir bayi sudah BAK dan belum BAB hal ini sesuai dengan teori dan tidak terdapat kesenjangan. Berat badan 3100 gram, panjang badan 48 cm, lngkar kepala 34 cm, lingkar dada 32 cm, lingkar lengan atas 11 cm, tidak terdapat cacat bawaan, reflek morrow, rooting, sucking, grapsing, tonic neck dan walking baik. Pada kasus ini neonatus cukup bulan, sesuai dengan teori yaitu bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 sampai 4000 gram (Marmi Kukuh, 2014). KN-1 didapatkan data subjektif bayi sudah di IMD dan bayi sudah BAK tetapi belum BAB. Keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis, suhu 36,50c, N 100x/menit, RR 44x/menit. Pada pemeriksaan fisik tidak terdapat tanda-tanda ikterus atau bahaya bayi baru lahir. KN-2 didapatkan data subjektif bayi sudah mendapatkan ASI dari jam 16.20-16.50, bayi sudah BAB dan BAK, tidak ada tanda bahaya bayi baru lahir dan gerakan aktif. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, N : 124x/menit. S : 36,40c, RR : 44x/menit. KN-3 didapatkan data subjektif bayi menyusu kuat dan ASI keluar lancar, tali pusat sudah lepas pada hari ke 6 dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada pelepasan tali pusat, bayi BAK 8x/hari dan BAB 3-4x/hari. Berat badan bayi pada usia 1 minggu mengalami kenaikan 1 ons yaitu dari 3100 gram menjadi 3200 gram, hal ini masih dianggap normal. KN-4 Pengkajian data subjektif didapatkan bayi menyusu kuat setiap 2 jam sekali, bayi tidak pernah demam, bayi tidak ada kelainan apapun, reflek menghisap bayi baik dan bayi hanya di beri ASI saja tanpa makanan tambahan apapun. Data objektif keadaan umum baik, kesadaran composmentis, berat badan 3800, lingkar lengan atas 12 cm. hal ini dianggap normal, sesuai dengan teori Sudarti (2010) menyatakan bahwa bayi baru lahir setelah umur 1 minggu mengalami kenaikan berat badan. 2. Langkah II Interpretasi Data Diagnosa untuk bayi baru lahir kurang dari 1 hari ialah Bayi Ny. . .umur. . .jam, sedangkan bayi lebih dari 1 hari penulisan diagnosanya ialah By. . .umur. . .hari. Pada tanggal 25 desember 2016 diperoleh diagnosa By Ny. R umur 1 jam. Pada tanggal 25 desember 2015 diagnosanya ialah Bayi Ny. R umur 6 jam. Tanggal 31 desember 2016 diagnosanya ialah Bayi Ny. R umur 7 hari dan tanggal 22 januari 2016 diagnosanya ialah Bayi Ny. R umur 4 minggu postpartum. 3. Langkah III Diagnosa Potensial Tidak muncul diagnosa potensial, karena pada kasus Bayi Ny. R tidak terdapat masalah yang dapat memunculkan diagnosa potensial. Diagnosa potensial muncul jika terdapat minimal satu tanda bahaya bayi baru lahir, bayi tidak mau menyusu, lemah, sesak nafas, merintih, pusar kemerahan, mata bernanah, kulit kuning atau kebiruan ( Saifudin, 2006). 4. Langkah IV Antisipasi Tidak dilakukan antisipasi, karena pada Bayi Ny. R diagnosa potensial tidak muncul dan tidak perlu melakukan penanganan segera. 5. Langkah V Perencanaan Penulis merencanakan asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir KN-1 –KN-4. Pada bayi baru lahir perencanaan yang akan dilakukan dalam asuhan meliputi informasikan keadaan bayi, suntik vitamin K untuk mencegah perdarahan, beri salep mata untuk mencegah infeksi, jaga kehangatan bayi. Terdapat kesenjangan teori bahwa perencanaan bayi baru lahir dilakukan penyuntikan imunisasi Hb 0 ( Departemen Kesehatan RI, 2009). KN-1 dilakukan 1 jam setelah bayi lahir, perencanaan asuhan yang akan dilakukan yaitu jaga kehangatan bayi, monitoring asupan nutrisi bayi, pastikan bayi sudah di beri injeksi Vit.K dan salep mata, anjurkan ibu untuk menyusui secara on demand, beritahu ibu untuk tidak memandikan bayinya sebelum 6 jam, hal tersebut tidak sesuai dengan teori karena asuhan KN-1 di berikan 1 jam setelah bayi lahir sedangkan diteori segera setelah lahir hal ini disebabkan karena masih di lakukan IMD, menurut Departemen RI (2009) menyatakan suhan KN-1 meliputi : Pemeriksaan bayi baru lahir, menjaga kehangatan bayi, memberikan salep mata, Vit.K dan imunisasi HB 0 dan konseling. KN-2 perencanaan asuhan kebidanan meliputi pemeriksaan ulang bayi baru lahir, ASI eksklusif, menjaga kehangatan bayi, perawatan bayi, tanda bahaya bayi baru lahir, perawatan bayi sehari-hari, perawatan tali pusat dan konseling. Menurut Departemen Kesehatan RI (2009) menyatakan asuhan KN-2 meliputi : pemeriksaan ulang bayi baru lahir, ASI eksklusif, menjaga bayi tetap hangat, perawatan bayi, tanda bahaya bayi baru lahir, perawatan bayi sehari-hari, perawatan tali pusat dan konseling. Hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek lahan KN-3 perencanaan asuhan kebidanan meliputi lakukan pemeriksaan ulang, anjurkan ibu untuk membawa bayinya ke tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi, ASI eksklusif, tanda bahaya bayi baru lahir, dan merawat bayi baru lahir serta konseling. Menurut Departemen Kesehatan RI (2009) menyatakan bahwa asuhan KN-3 pada bayi baru lahir yaitu pemeriksaan ulang, ASI eksklusif, tanda bahaya bayi baru lahir, perawatan bayi sehari-hari dan konseling. Penulis tidak mendapatkan kesenjangan antara teori dengan lahan praktik. KN-4 perencanaan asuhan kebidanan meliputi lakukan pemeriksaan, anjurkan ibu untuk membawa bayinya ke tempat pelayanan kesehatan untuk mendapat imunisasi, beri imunisasi BCG, ASI eksklusif , konseling tanda bahaya bayi baru lahir, anjurkan ibu untuk tidak memakaikan pampers lama karena nanti bisa terjadi ruam popok pada kulit. Menurut Departemen kesehatan RI (2009) menyatakan bahwa asuhan KN-4 bayi baru lahir yaitu : pemeriksaan ulang, ASI eksklusif tanda bahaya bayi baru lahir dan konseling. Penulis tidak mendapatkan kesenjangan antara teori dengan lahan praktek. 6. Langkah VI Pelaksanaan Dalam pelaksanaan semua asuhan dari bayi baru lahir dan KN-1 sampai KN-4 yang ditulis dalam perencanaan telah dilakukan pada penatalaksanaan. Penulis tidak mendapatkan kesulitan dalam penatalaksanaan asuhan kecuali perawatan tali pusat. Perawatan tali pusat menurut Panduan APN (2010) mengatakan bahwa perawatan tali pusat dilakukan dengan membersihkan menggunakan air hangat DTT dan sabun kemudian dikeringkan tanpa dibungkus menggunakan kassa steril. Pada lahan cara perawatan tali pusat dikeringkan dan dibungkus menggunakan kassa steril. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori dan diperkuat dengan penelitian Diah Sukarmi & Indah Puji (2011) didalam penelitianya tentang perbedaan perawatan tali pusat terbuka dengan perawatan tali pusat tertutup kassa steril menyatakan bahwa hasil dari uji statistik diperoleh nilai rata-rata lama pelepasan tali pusat pada kelompok yang dirawat secara terbuka adalah 5,6 hari, sedangkan untuk kelompok yang dirawat tertutup didapat nilai trata-rata lama pelepasan talipusatnya adalah 6,5 hari dengan standar deviasi 2,188 hari. Akan tetapi perawatan tali pusat dengan kassa steril dilakukan karena dari faktor keluarga yang menggunakan kebiasaan membungkus tali pusat dengan kassa steril. 7. Langkah VII Evaluasi Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan kunjungan KN 1 – KN 4 asuhan dikatakan berhasil apabila dalam asuhan tidak terjadi komplikasi pada bayi. Apabila asuhan tidak berhasil didapatkan komplikasi pada bayi. Di dalam asuhan dari bayi baru lahir dan kunjungan I-IV tidak didapatkan komplikasi pada bayi baru lahir, sehingga asuhan yang diberikan dinyatakan berhasil. E. KB (Keluarga Berencana) 1. Langkah I Pengkajian Pengkajan pada pasien pra kontrasepsi kondom didapatkan data subjektif : ibu bernama Ny. R umur 33 tahun, ibu baru melahirkan 1 kali dan anaknyaberumur 6 minggu, ibu belum pernah menggunakan KB, dan suami yang ingin menggunakan kontrasepsi kondom dengan persetujuan istri, suami tidak mempunyai riwayat alergi pada bagian kegenetaliannya. Hasil dari data data objektif didapat bahwa Keadaan umum : baik, kesadaran: composmentis , TD : 110/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 36,50c, RR : 20x/menit. Pengkajian pasien kunjungan 2 akan di berikan konseling dan didapatkan data sebagai berikut : DS : ibu mengatakan bernama Ny. R umur 33 tahun, ibu mengatakan suami ingin memakai kontrasepsi kondom. DO : Keadaan umum: baik, kesadaran : composmentis, TD : 110/80 mmHg, N :82x,menit, S : 36,60c, RR : 20x/menit 2. Langkah II Interpretasi Data Ny. . . umur. . ., P. .A. ., calon akseptor. . .. Diagnosa kebidanan yang diperoleh pada tanggal 14 januari 2016 ialah Ny. R umur 33 tahun, P1A0 calon akseptor kondom. Diagnosa kebidanan pada tanggal 11 februari 2016 ialah Ny. R umur 33 tahun, P1A0 akseptor KB kondom. 3. Langkah III Diagnosa Potensial Tidak muncul diagnosa potensial, karena pada asuhan KB pada Ny. R tidak terdapat masalah yang dapat memunculkan diagnosa potensial. 4. Langkah IV Antisipasi Tidak dilakukan antisipasi, karena pada asuhan KB pada Ny. R diagnosa potensial tidak muncul dan tidak perlu melakukan penanganan segera. 5. Langkah V Perencanaan. Kunjungan pertama KB perencanaan asuhan yang akan dilakukan sebagai berikut : beritahu keadaan ibu, memantapkan ibu dengan KB yang dipilih yaitu kontrasepsi kondom, jelaskan prosedur cara memasang kondom, beritahu bapak apakah mempunyai iritasi di daerah kegenetaliannya, menjaga kebersihan alat genetalianya dan kontrol jika ada keluhan. 6. Langkah VI Pelaksanaan. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan diatas dan semua asuhan dilaksanakan. Penulis tidak mendapatkan kesulitan dalam pelaksanaan. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan lahan praktek. 7. Langkah VII Evaluasi Asuhan yang diberikan pada kunjungan pertama tentang konseling nyeri saat senggama, ibu sudah mengerti dan ibu bersedia kunjungan ulang 1 minggu lagi untuk kontrol. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. R umur 33 tahun di BPM Ny. Ngatini Am.Keb melipkkuti kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB dengan pendekatan managemen varney dan pendokumentasian menggunakan metode SOAP, sehingga dapat disimpulkan bahwa : 1. Kehamilan Pemeriksaan kehamilan Ny. R telah melakukan kunjungan ANC selama 4 kali namun penulis hanya mengkaji pasien 2 kali kunjungan yaitu pada tanggal 25 Desember 2016 dan 10 November 2016, selama 2 kali kunjungan penulis memberikan pendidikan kesehatan yakni ketidaknyamanan TM III, tanda bahaya bada ibu hamil, persiapan persalinan, serta memberikan terapi obat yang dibutuhkan ibu selama hamil, dalam kehamilannya Ny. R tidak ditemukan adanya masalah atau komplikasi. 2. Persalinan Proses persalinan Ny. R semuanya berjalan dengan lancar, Ny. R bersalin pada umur kehamilan 39 minggu dan itu normal, pada kala I berlangsung 8 jam dan kala II berlangsung selama 45 menit, ketika bayi lahir, bayi langsung mengis kuat, gerakan aktif kulit kemerahan, pada kala III berlangsung selama 15 menit dimana plasenta lahir spontan dan lengkap. Pada kala IV juga dilakukan pegawasan selama 2 jam post partum dimana tidak ditemukan masalah/komplikasi. 3. Nifas Masa nifas Ny. R berjalan normal dari pemantauan 6 jam post partum, kunjungan 6 hari, 2 minggu post partum dan 6 minggu post partum. Dalam pemantauan involusi uterus berlangsung dengan baik dan tidak ditemukan perdarahan maupun tanda-tanda infeksi. 4. Bayi baru lahir Kunjungan BBL yang dilakukan pada saat 1 jam 6 hari, 2 minggu dan 28 hari tidak ditemukan masalah/komplikasi pada bayi. 5. Keluarga berencana Asuhan keluarga berencana pada Ny. R pada kunjungan pertama dan kunjungan ulang ibu ber KB kondom tidak ditemukan masalah yang bersifat abnormal. B. Saran 1. Kehamilan Dalam memberikan asuhan kehamilan yang diberikan sudah sesuai dengan teori namun untuk asuhan kehamilan lebih diperhatikan lagi pada awal pemeriksaan kehamilan, karena untuk bisa mendeteksi lebih dini lagi adakah komplikasi komplikasi dalam kehamilan. 2. Persalinan Dalam asuhan persalinan yang diberikan bidan sudah sesuai dengan teori dan prosedur yang berlaku.Sehingga tidak ditemukan penyulit selama persalinan. 3. Nifas Dalam asuhan masa nifas bidan sudah memberikan asuhan yang sesuai dengabn prosedur dan teori. 4. Bayi Baru lahir Dalam asuhan bayi bari lahir yang diberikan bidan sudah sesuai dengan teori dan prosedur yang berlaku, jadi pada suhan bayi baru lahir tidak ditemukan masalah yang bersifat abnormal. 5. Keluarga berencana Dalam asuhan yang diberikan pada keluarga berencana sudah sesuai dengna teori dan prosedur yang berlaku. LAMPIRAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Sub pokok bahasan : Ketidaknyamanan pada TM III Sasaran :Ibu hamil TM III yaitu Ny. R Tempat : BPM Ny.Ngatini Hari/tanggal :Selasa, 17 November 2015 Waktu :20 Menit Penyuluh :Septiana Widiyawati A. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan ibu hamil terutama TM III dapat mengetahui tentang ketidaknyamanan pada ibu hamil TM III. 2. Tujuan Khusus Setelah diberikan penyuluhan di harapkan ibu mampu : a. Menjelaskan tentang keadaan psikologi ibu hamil pada TM III b. Menyebutkan tentang macam-macam ketidaknyamanan TM III c. Menjelaskan tentang penyebab ketidaknyamanan d. Menyebutkan tentang cara mengatasi ketidaknyamanan TM III B. Materi Terlampir C. Metode 1. Ceramah 2. Tanya jawab D. Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Me Tahap N d Meto Wakt u Penyuluhan i Peserta de a 1 I - Memberi salam Pembentu - Menjelaskan - Menjawab salam - Mengerti maksud m ah kan 5 maksud dan kedatangan menit tujuan penyuluhan kedatangan penyuluhan Cera kedatangan penyuluhan - Menjelaskan 2 Mendengarkan materi yang dan memperhtikan akan di apa sampaikan disampaikan II - Menjelaskan Isi kondisi ibu 10 menit - - Memperhatikan penjelasan hamil ketidaknyaman Cera m ah - Menjelaskan macam-macam yang da - Menjawab pertanyaan n ta an, penyebab, ny dan cara a mengatasi ja w ab 3 III - Menutup - Menjawab Tanya Penutup pertemuan pertanyaan ja 5 menit dengan penyuluh w memberi evaluasi berupa pertanyaan ab kepada pserta penyuluhan - Memberi salam - Menjawab salam E. Evalusi Prosedur : Post test Jenis : Lisan Butir soal: 1. Jelaskan tentang keadaan psikologi ibu hamil TM III 2. Sebutkan macam-macam ketidaknyamanan TM III 3. Sebutkan cara mengatasi kaki bengkak F. Materi Pada masa kehamilan Triwulan III ibu hamil akan mengalami ketidaknyamanan fisik diantaranya yaitu sakit pada bagian tubuh belakang, konstipasi, sesak, sering BAK, edema. Pada Trimester III ini ibu juga mengalami perubahan fisiologi seperti cemas mengahadapi persalinan, Pada Trimester III ini ibu juga mengalami perubahan fisiologi seperti cemas mengahadapi persalinan, mulai merasa takut akan sakit dan bahaya fisik yang akan timbul saat persalinan, khawatir bayi akan lahir sewaktu-waktu, waspada akan tanda dan gejala terjadinya persalinan. Ibu hamil trimester III ini juga mempunyai risiko untuk mengalami tanda bahaya yang apabila tidak terdeteksi sejak dini maka akan mengalami keterlambatan dalam penanganan sehingga bisa mengancam jiwa ibu yang dapat meningkatkan AKI, Jadi ibu hamil pada trimester III ini harus memeriksakan kehamilannya sesuai jadwal atau anjuran bidan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan menyusui, dan kembalinya organ reproduksi (Pusdiknakes, 2003). Macam-macam ketidaknyamanan TM III 1. Susah tidur Susah tidur bukan karena perubahan hormon, melainkan karena kumpulan ketidaknyamanan. 2. Punggung pegal Untuk mempertahankan keseimbangan tubuh, otomatis akan menarik otot punggung lebih kencang sehingga menimbulkan punggung pegal. Cara mengatasi dengan body mekanik yang benar yaitu jangan membungkuk, tetapi jongkok. 3. Sering buang air kecil Disebabkan oleh penekanan kandung kencing terhadap janin Cara mengatasinya dengan jangan menahan kencing, mengurangi minum berbahan diuretik seperti: teh, kopi, caffeine. 4. Konstipasi Terjadi karena tekanan rahim yang membesar ke daerah usus selain peningkatan hormone progesterone. Cara mengatasi dengan banyak makan sayur2an hujau dan buah2an, minum yang banyak, minum air hangat ketika perut kosong. 5. Varises Peningkatan volume darah dan aliran selama kehamilan akan menekan daerah panggul dan vena di kaki yang menyebabkan vena menonjol. Cara mengatasi dengan meninggikan kaki saat berbaring, hindari duduk atau berdiri terlalu lama, istirahat cukup, hindari kaos kaki ketat dan sepatu hak tinggi. 6. Kontraksi palsu Kontraksi berupa rasa sakit yang ringan, tidak teratur, dan hilang bila duduk atau istirahat 7. Bengkak Pertumbuhan bayi akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki yang menyebabkan bengkak atau oedema, bisa disebabkan oleh perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan Cara mengatasi dengan meninggikan kaki saat berbaring, hindari duduk atau berdiri terlalu lama, istirahat cukup, hindari kaos kaki ketat dan sepatu hak tinggi. 8. Kram kaki Terjadi biasanya berhubungan debgan perubahan sirkulasi, tekanan pada saraf kaki atau rendahnya kadar kalsium. 9. Sesak nafas Karena rahim yang semakin membesar sehingga menekan diafragma( sekat antara rongga perut dan paru2, sehingga rongga paru tertekan). SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Tanda-Tanda Bahaya pada TM III Target : Ibu hamil pada TM III Tempat : BPM Ny. Ngatini Alokasi Waktu Penyaji : 15 menit : Septiana Widiyawati A. Tujuan Tujuan Umum Setelah mengikuti penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan pada TM III klien dapat mengerti dan memahami tentang tanda bahaya pada kehamilan TM III. Tujuan Khusus 1. Klien dapat mengetahui pentingnya mengenali tanda bahaya pada TM III 2. Klien mampu menyebutkan tentang tanda bahaya pada TM III 3. Klien mengetahui cara mengenali tanda bahaya tersebut B. Strategi Ceramah C. Kegiatan Penyuluhan Waktu Tahap 1 Pembuk m aan Kegiatan Kegiatan klien penyuluhan Mengucapkan salam, Media Menjawab dan salam, n memberitahuk bersedia t an klien untuk dan diberikan penkes 10 Isi Memeberitahukan Klien leaflet m pentingnya mendengark n mengenali an t tanda bahaya baik dengan kehamilan TM III Memberitahukan Klien leaflet macam- mendengark macam tanda an bahaya baik dengan kehamilan TM III Memberitahukan Klien leaflet cara mendengark mengenali an tanda bahaya baik dengan tersebut 4 penutup Memberikan Klien bertanya, m kesempatan menjawab n klien bertanya, pertanyaan,d t mengevaluasi, an menjawab mengucapkan salam salam D. Media Leaflet E. Evaluasi 1. Ibu sudah mengerti pentingnya tanda bahaya TM III 2. Ibu sudah mengerti macam-macam tanda bahaya pada TM III 3. Ibu sudah mengerti tentang cara mengenali tanda bahaya tersebut F. Daftar Pustaka Depkes . 2010. Buku Ksehatan Ibu dan Anak.Jakarta : Departemen kesehatan dan JICA (Japan Internasional Cooperation Agency). G. Pertanyaan klien Bagaimana jika saya mengalami salah satu dari hal tersebut, apa yang pertama kali harus saya lakukan? Jawab : apabila ibu mengalami salah satu dari tanda bahaya tersebut maka hal yang paling tepat dilakukan adalah ibu harus segera datang ke bidan, puskesmas atau langsung ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan segera Tanya jawab 1. Menurut ibu, apakah pentingnya mengenali tanda bahaya padaTM III? Jawaban klien : mengenali tanda bahaya penting supaya bisa ditemukan kelainan sejak dini 2. Sebutkan 3 tanda bahaya pada TM III? Jawaban klien : Pandangan kabur,gerak janin berkurang, perdarahan lewat jalan lahir 3. Bagaimana cara mengenali tanda bahaya tersebut? Jawaban klien : pandangan kabur secara tiba-tiba, gerak janin kurang dari 3x dalam 3 jam, keluarnya darah yang banyak, dan bisa diikuti nyeri atau tidak nyeri H. Materi Penyuluhan 1. Pentingnya mengenali tanda bahaya TM III Mengenali tanda bahaya sangat penting, jadi setiap keluhan- keluhan yang dirasakan oleh klien harus segara dilaporkan agar dapat terdeteksi dan dilakukan tindakan yang cepat dan tepat,karena jika tidak cepat terdeteksi, dapat menyebabkan kematian ibu 2. Macam-macam tanda bahaya pada TM III a. Perdarahan vagina b. Sakit kepala yang hebat, menetap c. Perubahan visual secara tiba-tiba d. Nyeri abdomen yang hebat e. Bengkak pada muka dan tangan f. Bayi kurang bergerak seperti biasa 3. Penjelasan tentang cara mengenali tanda bahaya tersebut a. Perdarahan vagina Perdarahan yang tidak normal adalah yang banyak, merah, dan kadangkadang disertai nyeri atau juga bisa tidak ada nyeri.Hal tersebut dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin. b. Sakit kepala yang hebat Sakit kepala yang serius adalah sakit kepala yang hebat dan menetap dan tidak hilang dengan beristirahat, kadangkala disertai kejang. c. Pandangan kabur Perubahan yang terjadi secara mendadak misalnya pandangan kabur atau berbayang dan disertai sakit kepala yang hebat.Hal tersebut mengarah ke keracunan dalam kehamin. d. Nyeri abdomen Nyeri abdomen yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah istirahat. e. Bengkak pada muka dan tangan Bengkak pada muka dan tangan yang tidak hilang setelah beristirahat dan disertai keluhan fisik yang lain, bengkak yang disertai tekanan darah tinggi mengarah ke keracunan dalam kehamilan yang dapat membahayakan ibu dan janin f. Bayi kurang bergerak Bayi harus bergerak paling sedikit 3x dalam periode 3 jam atau 10x dalam 12 jam, jadi jika bayi kurang bergerak merupakan suatu tanda bahaya yang harus diwaspadai, keadaan tersebut merupakan tanda bahaya pada janin. g. Demam tinggi Biasanya karena infeksi atau malaria.Demam tinggi bisa membahayakan keselamatan jiwa ibu, menyebabkan keguguran ataukelahiran kurang bulan. h. Keluar air ketuban sebelum waktunya Merupakan tanda adanya gangguan pada kehamilan dan dapat membahayakan bayi dalam kandungan. SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERSIAPAN PERSALINAN Pokok Bahasan : Pendidikan kesehatan persiapan persalinan Sub Pokok Bahasan: Persiapan persalinan Sasaran : Klien dan keluarga Waktu : 20 menit Tempat : Rumah pasien Ny.R Penyuluh : Septiana Widiyawati A. Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan klien dapat mengerti tentang Persiapan persalinan. B. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti proses pembelajaran ibu diharapkan dapat : 1. Mempersiapkan dan memahami pentingnya pemeliharaan kesehatan persalinan 2. Mengenal permasalahan tubuh ibu hamil pada trimester III (29 – 40 minggu) 3. Merencanakan dan mempersiapkan persalinan sesuai dengan faktor resiko yang dihadapi 4. Mendapatkan bayi yang sehat 5. Mempersiapkan ibu agar dapat mengenali kelainan sebelum mencari pertolongan 6. Mempersiapkan ibu mengenali tanda-tanda persalinan 7. Mempersiapkan ibu mengenal komplikasi persalinan 8. Mempersiapkan ibu apa saja yang RS/Puskesmas/Bidan/pelayanan kesehatan harus di bawa ke 9. Mempersiapkan ibu memilih persalinan secara alami atau Seksio Sesaria C. Kegiatan Pengajaran N 1 TAHAP KEGIATAN Pembukaan 1. Perkenalan ( 5 menit ) 2. Menjelaskan tujuan MEDIA 3. Apersepsi dengan cara menggali pengetahuan yang dimiliki ibu menyusui persiapan persalinan 2 Pelaksanaan 1. Menjelaskan materi ( 20 menit ) Lembar persiapan persalinan ibu balik & memperhatikan penjelasan persiapan persalinan ibu menanyakan tentang hal-hal yang jelas/belum belum dimengerti tentang materi 3 Penutup ( 5 menit ) 1. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan 2. Mengevalusi ibu tentang materi yang telah diberikan 3. Mengakhiri pertemuan D. Media Leaflet dan lembar balik E. Metode 1. Ceramah 2. Tanya jawab F. Evaluasi 1. Standart Persiapan Leaflet a. Menyiapkan materi penyuluhan b. Menyiapkan tempat c. Menyiapkan leaflet dan lembar balik 2. Standart Proses a. Membaca buku referensi tentang persiapan persalinan b. Memberi penyuluhan persiapan persalinan 3. Evaluasi hasil a. Ibu mampu mepersiapkan dan memahami pentingnya pemeliharaan kesehatan persalinan b. Ibu mampu mengenal permasalahan tubuh ibu hamil pada trimester III (29 – 40 minggu) c. Ibu mampu merencanakan dan mempersiapkan persalinan sesuai dengan faktor resiko yang dihadapi d. Ibu mempersiapkan mendapatkan bayi yang sehat e. Ibu dapat mengenali kelainan sebelum mencari pertolongan f. Ibu mampu mengenalidan menyebutkan tanda-tanda persalinan g. Ibu mampu mengenal komplikasi persalinan h. Ibu mampu menyiapkan apa saja yang harus di bawa ke RS/Puskesmas/Bidan/pelayanan kesehatan i. Ibu mampu memilih persalinan secara alami atau Seksio Sesaria Daftar Pustaka Depkes RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga. Cetakan Ke III. Jakarta. Kusmiyati, Y. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/study-program-of-midwife Materi Penyuluhan Persalinan atau melahirkan anak adalah peristiwa yang sangat besar artinya, sebab sangat mendalam kesannya.Betapa tidak, karena melahirkan berarti mengadakan yang sebelumnya belum ada.Begitu pula dengan persalinan berarti melahiran anak yang telah lama di tunggu kedatangannya. Lahirnya anak tidak akan datang begitu saja tetapi memerlukan persiapan baik persiapan fisik, psikologis, sosial dan kultural yang cukup agar kelahiran anak berjalam dengan lancar, menghasilkan ibu dan anak dengan sehat. Dengan uraian diatas maka diperlukan bimbingan atau bantuan terhadap ibu untuk mencapai penerimaan diri dalam menghadapi persalinan.Sedangkan persiapan yang dimaksud adalah segala usaha yang ditujukan untuk kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan. Usaha untuk menolong persalinan dengan memberikan bimbingan dan persiapan ibu yang akan melahirkan bertujuan agar ibu menerima prinsip bahwa persalinan bukanlah peristiwa yang menakutkan melainkan peristiwa yang dicatat dalam lembaran hidup sebagai peristiwa indah dan menyenangkan. PERSIAPAN – PERSIAPAN PERSALINAN 1. Kapan harus memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan terdekat? Segera setelah mengetahui kehamilan, hendaknya segera memeriksakan diri ke dokter/bidan/puskesmas atau pusat kesehatan terdekat. Pengawasan sejak dini yang dilakukan oleh ahli akan membantu unutk memantau adanya kelainan pada kehamilan sehingga bisa diatasi sejak dini. Biasanya jadwal kunjungan untuk pemeriksaan kehamilan : 2. a. Pada kehamilan 1 s/d 6 bulan : minimal 1 bulan sekali b. Pada kehamilan 7 s/d 8 bulan, minimal 2 minggu sekali c. Pada kehamilan 9 bulan s/d akan bersalin, minimal sekali seminggu. Posisi tidur yang baik menjelang persalinan a. Tidur dengan posisi tengkurap Aman saja bagi ibu hamil s/d 14 minggu, dengan adanya pembesaran payudara dan perut sangat tidak nyaman karena ibu akan menyokong paha dengan bantal untuk dapat tidur tengkurap. b. Tidur dengan posisi terlentang diperbolehkan untuk ibu dengan kehamilan kurang dari 16 minggu. Tidak dianjurkan untuk kehamilan lebih dari 16 minggu. Karena posisi tidur ini akan meletakkan seluruh berat rahim ke bagian belakang , usus, pembuluh darah bagian belakang (vena kava inferior) sehingga akan meningkatkan resiko sakit pinggang, wasir, ganguan pencernaan, gangguan pernafasa dan sirkulasi peredaran darah. Kadang untuk beberapa wanita akan penurunan tekanan darah sehingga mempunyai keluhan pusing dan untuk yang lain, malah meningkatkan tekanan darah (kasus ini dilarang untuk tidur terlentang) c. Posisi tidur miring kekiri Posisi ini memberi keuntungan untuk bayi mendapatkan aliran darah dan nutrisi yang maksimal ke placenta, karena adanya pembuluh darah besar (vena Kava inferior) di bagian belakang sebelah kanan yang mengembalikan darah dari bagian tubuh bagian bawah ke jantung. Juga dapat membantu ginjal membuang sisa produk cairan dari tubuh ibu sehingga mengurangi pembengkakan kaki, pergelangan kaki dan tangan. d. Posisi tidur miring ke kanan Juga baik, karena posisi tidur miring kiri dan kanan untuk membuat ibu tidur lebih nyaman 3. Kenali tanda persalinan a. Lendir campur darah Adanya sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas sehingga menyebabkan keluarnya lendir campur darah. Yang perlu dilakukan Jika terjadi perdarahan hebat segera periksa. b. Air ketuban pecah Kantung ketuban yang mengelilingi bayi pecah sehingga air ketuban keluar (normalnya cairan bersih, jernih dan tidak berbau) Yang perlu dilakukan : segera hubugi bidan/dokter/rujuk ke puskesmas walau belum merasakan kontraksi karena ini bisda menjadi rersiko infeksi, Gunakan pembalut selama diperjalanan untuk menyerap air ketuban. c. Kontraksi yang teratur Kontraksi mula-mula timbul sebentar, bertambah lama dan kuat, simetris di kedua sisi perut dari bagian seluruh rahim, nyeri tidak hilang/kurang dengan istirahat. Yang harus dilakukan : Ketika kontraksi nampak teratur,mulailah menghitung waktunya. Catat lamanya 1 kontraksi dengan kontraksi berikutnya dan lamanya berlangsung. Untuk persalinan terjadi jika kontraksi semakin dekat (jarak 1 ontraksi 40 detik). Bagi ibu primi para persalinan berlangsung (12-14 jam) sedang ibu multi para persalinan lebih pendek (kurang lebih 10 jam).Jika kontraksi sudah ada setiap 5 menit sekali atau sangat sakit segera bawa ke dokter/bidan /puskesmas terdekat. 4. Persiapan yang harus di bawa ke rumah sakit/dokter/bidan terdekat a. Untuk Ibu : 1) Baju tidur, bawa baju tidur yang nyaman dipakai dan tidak sempit (punya kancing bagian depan sehingga mudah untuk menyusui. Bawa yang culup karena untuk persalinan normal butuh 2 hari di RS/Bidan/Puskesmas dan operasi Caesar dibutuhkan 4 – 7 hari. Ditambah 1 set baju untuk pulang. 2) Pakaian dalam : BH dan celana secukupnya 3) Pembalut wanita khusus ibu bersalin 4) Korset atau gurita untuk ibu bersalin 5) Perlengkapan Ibu : bedak, sisir, lipstik, deodoran 6) Handuk, sabun, sikat gigi 7) Sandal (menjaga kaki tetap hangat) jika melakukan perjalanan b. Untuk Bayi : 1) Popok, bawalah beberapa buah 2) Baju bayi, minimal 2 karena bayi sering gumoh/muntah susu sedikit 3) Selimut/bedong 4) Kaos kaki dan tangan, 5) Gedongan Persiapkan yang perlu dibawa untuk persalinan dalam tas dan letakkan di tempat yang mudah dijangkau dan jangan lupa memberitahu suami atau orang terdekat di rumah untuk tas itu. 5. Memilih persalinan secara alami atau Seksio a. Seksio (lebih baik dengan indikasi seksio) Tindakan untuk melahirkan bayi dengan membuka dinding rahim melalui sayatan pada dinding perut.Memerlukan penyembuhan luka yang lebih lama dari persalinan normal. Ibu dengan seksio dianjurkan untuk tidak mengandung kembali kurang lebih 18 bulan dari tindakan seksio karena mempunyai resiko tinggi terjadi robekan rahim b. Persalinan normal Lebih aman dan tidak perlu kuatir karena proses melahirkan secara normal merupakan proses/mekanisme alami yang sudah tersedia secara alami dalam tubuh ibu untuk proses kelahiran bayi. Saat ini bisa berkonsultasi ke dokter/bidan untuk mengurangi rasa sakit Yang terpenting kesiapan mental calon ibu untuk menghadapi proses persalinan ini dan meyakinkan bahwa proses persalinan secara normal adalah suatu persalinan yang alamiah dan terbaik, kecuali ada indikasi tertentu secara medis yang memang mengharuskan untuk operasi seksio. Dan tentu saja dukungan suami/calon ayah sangat dibutuhkan. 6. Komplikasi persalinan a. Ketuban pecah dini ( 1 jam sebelum persalinan) Rujuk ke puskesmas/RS atau bidan; biasanya ibu akan diminta tirah baring, mendapat cairan infus atau obat mengurangi kontraksi rahim, cek DJJ serta ukur suhu serta nadi. Jika air ketuban tidak keluar lagi dan kontraksi berhenti, ibu boleh pulang atau periksa rutin 1x/minggu b. Persalinan prematur (usia kehamilan sebelum mencapai 37 minggu) di rujuk ke RS untuk lebih akuratnya c. Kehamilan lebih dari 40 minggu/serotinus, di rujuk ke RS untuk lebih akuratnya d. Tidak adanya kemajuan persalinan, adanya distosia nahu,rujuk ke RS e. DJJ tidak normal ( 100x/menit dan 144x/menit) f. Kelainan Posisi janin g. Kembar h. Prolaps uteri atau tali pusat mendahului bayi i. Perdaraha rahim (post partum/ atonia uteri) j. Emboli air ketuban/ penyumbatan arteri paru-paru ibu karena cairan air ketuban k. His hilang dengan sendirinya (inersia uteri) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI EKSKLUSIF Pokok Bahasan : Pendidikan kesehatan ASI eksklusif Sub Pokok Bahasan Sasaran : Manfaat ASI eksklusif : Klien dan keluarga Waktu : 20 menit Tempat : Rumah pasien Ny.R Penyuluh : Septiana Widiyawati A. Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan klien dapat mengerti tentang manfaat ASI eksklusif B. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan klien akan dapat menjelaskan tentang: 1. Pengertian dari ASI eksklusif 2. Apa saja manfaat ASI eksklusif C. Metode Pelaksanaan 1. Ceramah 2. Tanya Jawab D. Media E. Materi Terlampir F. Susunan Kegiatan No Kegiatan 1 Pendahuluan : a) Memberi salam pembuka dan perkenalan diri b) Menjelaskan tujuan c) Kontrak waktu 2 Penjelasan : a) Pengertian ASI eksklusif b) Manfaat ASI eksklusif 3 Penutup : a) Tanya jawab b) Menyimpulkan hasil penyuluhan Respon Ibu Hamil Waktu 5 menit a) Membalas salam b) Mendengarkan c) Memberi respon 5 menit Mendengarkan dengan penuh perhatian 5 menit a) Menanyakan hal yang belum jelas b) Aktif bersama menyimpulkan c) Membalas salam c) Memberikan salam penutup G. Evaluasi Setelah mengikuti proses kegiatan pendidikan kesehatan, diharapkan ibu dan keluarga mampu: a. Ibu mampu memahami dan penyampaian yang dijelaskan oleh penyaji b. Ibu mampu melakukan saran-saran yang dianjurkan MATERI PENYULUHAN PENTINGNYA ASI EKSKLUSIF A. Pengertian Asi Eksklusif ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garam-garam organis yang disekresi oleh kedua buah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama ASI. ASI eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi sebagai bahan makanan pokok. ASI ekslusif diberikan pada bayi sejak umur 0 – 6 bulan hanya diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan lainnya termasuk susu formula, air gula, madu, air putih atau makanan tambahan apapun. B. Komposisi Asi ASI memiliki kandungan yang dibutuhkan oleh bayi seperti 1. Protein Mengandung asam amino esensial, taurin yang tinggi untuk pertumbuhan mata. 2. Karbohidrat 3. Lemak. Lemak ASI merupakan : a. Sumber kalor b. Sumber vitamin yang larut c. Sumber asam lemak yang esensial 4. Mineral ASI mengandung mineral yang lengkap sampai umur 6 bulan. 5. Air 88% dari ASI terdiri dari air yang berfungsi untuk meredakan rasa haus untuk melarutkan zat-zat yang ada didalamnya. 6. Vitamin Vitamin dalam ASI lengkap diantaranya vitamin A, D, C. 7. Kalori 90% dari karbohidrat dan lemak. 10% dari protein. C. Keunggulan Asi 1. Mengandung semua zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi 2. ASI mengandung zat penolak (antibody) yang dapat melindung bayi dari berbagai penyakit infeksi 3. Aman dan dapat diberikan langsung 4. Tidak menimbulkan alergi bagi bayi 5. Sebagai perantara hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi 6. Membantu pertumbuhan gizi lebih baik 7. Kemungkinan tersedak kecil karena bentuk payudara yang sedemikian rupa 8. Ekonomis, praktis (dapat diberikan kapan saja dan dimana saja) 9. Tidak akan pernah basi (mempunyai suhu yang tepat). 10. Mudah dicerna oleh bayi (tidak memberatkan fungsi saluran cerna dan ginjal) D. Manfaat Asi 1. Bagi bayi a. Membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik. b. Kolostrum/susu jolong/susu pertama mengandung antibodi yang kuat untuk mencegah infeksi c. ASI mudah dicerna oleh bayi d. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan e. komposisi sesuai kebutuhan bayi f. perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat g. menunjang perkembangan penglihatan h. memperkuat ikatan bathin antara ibu dan anak 2. Bagi Ibu a. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim berkontraksi dan cepat memperlambat perdarahan. b. Mempercepat penurunan berat badan c. Ibu menyusui yang haidnya belum muncul kecil kemungkinan untuk hamil kembali (menunda kesuburan) d. Penting bagi ibu untuk mencurahkan kasih sayangnya kepada bayi e. Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium f. Mencegah anemia defisiensi zat besi 3. Bagi keluarga a. Mudah dalam proses pemberiannya (tidak perlu persiapan khusus) b. Mengurangi biaya rumah tangga c. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat 4. Bagi Negara a. Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obatobatan b. Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan menyusui c. ASI selalu bersih dan bebas hama yang menyebabkan infeksi. d. Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. E. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Produksi Asi a. Makanan Ibu Apabila ibu makan secara teratur, cukup mengandung gizi yang dibutuhkan akan membanu terbentuknya ASI. Makanan ibu harus memenuhi jamlah kalori, protein, lemak, vitamin, serta mineral, selain itu minum lebih banyak dari biasanya 8-12 gelas sehari. Bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui adalah yang merangsang seperti cabe, merica, kopi, alkohol. Bahan makanan yang membuat kembung seperti ubi, kol, sawi, dan bawang serta bahan makanan yang banyak mengandung gula. Tidak disarankan untuk minum jamu setelah melahirkan. Yang penting tidak ada makanan pantangan untuk ibu menyusui. b. Ketenangan jiwa dan pikiran Faktor kejiwaan akan mempengaruhi produksi ASI misalnya perasaan yang tertekan, sedih, kurang percaya diri, dan berbagai ketegangan jiwa. Volume ASI akan menurun bahkan tidak ada sama sekali. c. Penggunaan alat konrasepsi Penurunan produksi ASI biasanya terjadi pada ibu yang menggunakan kontrasepsi Pil d. Perawatan payudara Perawatan payudara harus dimulai sejak masa kehamilan sehingga akan memperbanyak dan memperlancar produksi ASI e. Pola menyusui bayi Menyusui bayinya setiap 2 jam, siang, dan malam hari, sementara hal ini akanmenambah ketersediaan ASI (menyusui selama 10-15 menit di setiap payudara). Bangunkan bayi jika sudah waktunya untuk disusui. Berikan hanya ASI pada bayi bukan makanan tambahan lainnya. F. Cara Mengetahui Apabila Bayi Cukup Memperoleh Asi Ibu yang memberikan ASI pada bayinya kadang-kadang tidak mengetahui apakah ASIyang diberikannya cukup atau tidak. Cara untuk mengetahuinya adalah melakukan penimbangan pada bayi setiap bulan. Cara yang lain adalah dengan mengamati tanda-tanda sebagai berikut : 1. Bayi tampak puas dan tertidur lelap setelah menyusu 2. Ibu merasakan payudaranya ada perubahan, tegang dan merasakan aliran deras saat menyusui 3. Setelah menyusui, payudara ibu akan kosong. G. Yang Harus Dilakukan Bila Ibu Bayi Bekerja Atau Pergi 1. Berikan ASI sebelum berangkat dan sesudah pulang kerja. 2. Bila payudara terasa penuh, ASI dapat dikeluarkan dan disimpan 3. ASI dapat disimpan 6 jam pada suhu kamar 24 jam dalam lemari es 4. ASI dimasukkan dalam tempat / gelas / botol yang benar dan bersih. 5. ASI tersebut dapat diberikan kepada bayi segera setelah ibu sampai dirumah. 6. ASI tidak boleh dipanaskan secara langsung di atas api. Referensi Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saifuddin, Abdul Bari. 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta : JPNKR-POG SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS Pokok Bahasan : Pendidikan kesehatan tanda-tanda bahaya masa nifas Sub Pokok Bahasan Sasaran : Tanda-tanda bahaya masa nifas : Klien dan keluarga Waktu : 20 menit Tempat : Rumah Pasien Ny.R Penyuluh : Septiana Widiyawati A. Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan klien dapat mengerti tentang tanda-tanda bahaya masa nifas B. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan klien akan dapat menjelaskan tentang: 1. Pengertian dari tanda bahaya masa nifas 2. Apa saja tanda bahaya masa nifas C. Metode Pelaksanaan 1. Ceramah 2. Tanya Jawab D. Media E. Materi Terlampir F. Susunan Kegiatan No 1 Kegiatan Respon Ibu Hamil Pendahuluan : Waktu 5 menit a) Memberi salam pembuka a) Membalas salam dan perkenalan diri 2 b) Menjelaskan tujuan b) Mendengarkan c) Kontrak waktu c) Memberi respon Penjelasan : 5 menit a) Pengertian masa nifas Mendengarkan dengan b) Tanda bahaya pada masa penuh perhatian nifas c) Macam-macam tanda bahaya pada masa nifas d) Penanganan yang harus dilakukan jika mengalami tanda bahaya pada masa nifas 3 Penutup : a) Tanya jawab 5 menit a) Menanyakan hal yang belum jelas b) Menyimpulkan hasil penyuluhan b) Aktif bersama menyimpulkan c) Membalas salam c) Memberikan salam penutup G. Evaluasi Setelah mengikuti proses kegiatan pendidikan kesehatan, diharapkan ibu dan keluarga mampu: a. Ibu mampu memahami dan penyampaian yang dijelaskan oleh penyaji b. Ibu mampu melakukan saran-saran yang dianjurkan MATERI PENYULUHAN TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS A. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu (Prawirohardjo, 2010) Puerperium berlangsung 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal, dijumpai dua kejadian penting pada puerperium, yaitu involusi uterus dan proses laktasi (Manuaba, 2007). Masa nifas dimulai beberapa jam setelah plasenta lahir dan mencakup 6 minggu berikutnya. (APN, 2008) Jadi masa nifas adalah periode yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan pulih seperti keadaan sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 42 hari. B. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya/komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan (Pusdiknakes, 2011). Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut: 1. Pendarahan Post Partum a. Tanda dan gejala kematian ibu Pendarahan post partum adalah pendarahan lebih dari 500600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2010).Menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian: 1) Pendarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorragie) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama. 2) Pendarahan Post Partum Sekunder (Late Post Partum Hemorragie) yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5-15 post partum. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta (Prawirohardjo, 2010) Menurut Manuaba (2008), pendarahan post partum merupakan penyebab penting kematian maternal khususnya di Negara berkembang. Factor-faktor penyebab pendarahan post partum adalah: a) Grandemultipara b) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun c) Persalinan yang dilakukan dengan tindakan b. Penanganan Perdarahan yang perlahan dan berlanjut atau perdarahan tiba-tiba merupakan suatu kegawatdaruratan, segeralah bawa ibu ke fasilitas kesehatan. 2. Lochea yang Berbau Busuk (Bau dari Vagina) a. Tanda dan gejala 1) Keluarnya cairan dari vagina 2) Adanya bau yang menyengat dari vagina 3) Disertai dengan demam > 38oC b. Penanganan Jagalah selalu kebersihan vagina anda, jika terjadi hal – hal yang tidak diinginkan segeralah periksakan diri anda ke fasilitas kesehatan. Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran lender waktu menstruasi dan berbau anyir (Cairan ini berasal dari bekas melekatnya plasenta).Lochea dibagi dalam beberapa jenis (Rustam Muchtar, 2008): 1) Lochea rubra (cruenta): Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama dua hari pasca persalinan. 2) Lochea Sanguinolenta: Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca persalinan. 3) Lochea Serosa: Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan. 4) Lochea Alba: Cairan putih, setelah 2 minggu. 5) Lochea Purulenta: Terjadi infeksi, cairan seperti nanah berbau busuk. 6) Lochiostasis: Lochea tidak lancar keluarnya. 3. Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu) Involusi adalah keadaan uterus yang mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari 1000 gr saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu disebut sub-involusi (Rustam Muchtar, 2008). Factor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus, endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2010). a. Tanda dan gejala 1) Uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya 2) Fundus masih tinggi 3) Lochea banyak dan berbau 4) Pendarahan b. Penanganan Segera periksakan diri anda ke fasilitas kesehatan. 4. Nyeri pada Perut dan Panggul a. Tanda dan gejala : 1) Demam 2) Nyeri perut bagian bawah 3) Suhu meningkat 4) Nadi cepat dan kecil 5) Nyeri tekan 6) Pucat muka cekung, kulit dingin 7) Anoreksia terkadang muntah b. Penanganan Lakukan istirahat baring, bila nyeri tidak hilang segera periksakan ke fasilitas kesehatan. 5. Pusing dan Lemas yang Berlebihan Menurut Manuaba (2008), pusing dan lemas pada masa nifas dapat disebabkan karena tekanan darah rendah, anemia, kurang istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat. a. Tanda dan gejala : 1) Sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh bagian kepala 2) Kepala terasa berdenyut dan disertai ras mual dan muntah 3) Lemas b. Penanganan 1) Lakukan istirahat baring 2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup 3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari 4) Meminum tablet fe selama 40 hari 5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) 6. Suhu Tubuh Ibu >38oC Peningkatan suhu tubuh pada ibu selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi nifas. a. Tanda dan gejala Biasanya terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan dengan suhu > 38 oC b. Penanganan 1) Istirahat baring 2) Kompres dengan air hangat 3) Perbanyak minum 4) Jika ada syok, segera bawa ibu ke fasilitas kesehatan. 7. Penyulit dalam Menyusui Untuk dapat melancarkan ASI, dilakukan persiapan sejak awal kehamilan dengan melakukan masase, menghilangkan kerak pada putting susu sehingga duktusnya tidak tersumbat. Untuk menghindari putting susu terbenam sebaiknya sejak hamil, ibu dapat menarik-narik putting susu dan ibu harus tetap menyusui agar putting selalu sering tertarik. Sedangkan untuk menghindari putting lecet yaitu dengan melakukan teknik menyusui yang benar, putting harus kering saat menyusui. Putting lecet dapat disebabkan karena cara menyusui dan perawatan payudara yang tidak benar, bila lecetnya luat menyusui 2448 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa (Manuaba, 2008). Beberapa keadaan abnormal pada masa menyusui yang mungkin terjadi: 1) Bendungan ASI 1) Penyebab: penyempitan duktus laktiferus, kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna, kelainan pada putting susu. 2) Gejala: timbul pada hari ke 3-5, payudara bengkak, keras, tegang, panas dan nyeri, suhu tubuh meningkat. 3) Penanganan: a) Susukan payudara sesering mungkin b) Kedua payudara disusukan c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan d) Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui, sanggah payudara. e) Kompret dingin pada payudara diantara menyusui f) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg peroral setiap 4 jam. 2) Mastitis Adalah suatu peradangan pada payudara biasaya terjadi pada 3 minggu setelah melahirkan. Penyebabnya salah satunya kuman yang menyebar melalui luka pada putting susu/peredaran darah (Manuaba, 2008) a) Tanda dan gejala (1) Payudara membesar dan keras (2) Payudara nyeri, memerah dan membisul (3) Suhu tubuh meningkat dan menggigil b) Penanganan (1) Sanggah payudara (2) Kompres dingin (3) Susukan bayi sesering mungkin (4) Banyak minum dan istirahat yang cukup 3) Abses payudara Adalah terdapat masa padat mengeras dibawah kulit yang kemerahan terjadi karena mastitis yang tidak segera diobati. Gejala sama dengan mastitis terdapat bisul yang pecah dan mengeluarkan pus (nanah) (Manuaba, 2008). SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR Pokok Bahasan : Pendidikan kesehatan tanda-tanda bahaya bayi baru lahir Sub Pokok Bahasan: Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir Sasaran : Klien dan keluarga Waktu : 20 menit Tempat : BPM Ny. Ngatini Penyuluh : Septiana Widiyawati A. Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan klien dapat mengerti tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir B. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan klien akan dapat menjelaskan tentang: 1. Pengertian dari tanda bahaya bayi baru lahir 2. Apa saja tanda bahaya bayi baru lahir C. Metode Pelaksanaan 1. Ceramah 2. Tanya Jawab D. Media E. Materi Terlampir F. Susunan Kegiatan No 1 Kegiatan Respon Ibu Hamil Pendahuluan : a) Memberi salam pembuka Waktu 5 menit a) Membalas salam dan perkenalan diri 2 b) Menjelaskan tujuan b) Mendengarkan c) Kontrak waktu c) Memberi respon Penjelasan : a) Pengertian dari tanda bahaya bayi baru lahir 5 menit Mendengarkan dengan penuh perhatian b) Tanda bahaya bayi baru lahir 3 Penutup : a) Tanya jawab 5 menit a) Menanyakan hal yang belum jelas b) Menyimpulkan hasil penyuluhan b) Aktif bersama menyimpulkan c) Membalas salam c) Memberikan salam penutup G. Evaluasi Setelah mengikuti proses kegiatan pendidikan kesehatan, diharapkan ibu dan keluarga mampu: 1. Ibu mampu memahami dan penyampaian yang dijelaskan oleh penyaji 2. Ibu mampu melakukan saran-saran yang dianjurkan MATERI PENYULUHAN TANDA – TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU LAHIR A. Pengertian Tanda – Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir Tanda bahaya bayi baru lahir adalah suatu keadaan atau masalah pada bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan kematian pada bayi. B. Tanda – Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir Berikut berapa tanda yang perlu anda perhatikan dalam mengenali kegawatan pada bayi baru (neonatus): 1. Bayi tidak mau menyusu Anda harus merasa curiga jika bayi anda tidak mau menyusu. Seperti yang kita ketahui bersama, ASI adalah makanan pokok bagi bayi, jika bayi tidak mau menyusu maka asupan nutrisinya kan berkyrang dan ini akan berefek pada kondisi tubuhnya. Biasanya bayi tidak mau menyusu ketika sudah dalam kondisi lemah, dan mungkin justru dalam kondisi dehidrasi berat. 2. Kejang Kejang pada bayi memang terkadang terjadi. Yang perlu anda perhatikan adalah bagaimana kondisi pemicu kejang. Apakah kejang terjadi saat bayi demam. Jika ya kemungkinan kejang dipicu dari demamnya, selalu sediakan obat penurun panas sesuai dengan dosis anjuran dokter. Jika bayi anda kejang namun tidak dalam kondisi demam, maka curigai ada masalah lain. Perhatikan freksuensi dan lamanya kejang, konsultasikan pada dokter. 3. Lemah Jika bayi anda terlihat tidak seaktif biasanya, maka waspadalah. Jangan biarkan kondisi ini berlanjut. Kondisi lemah bisa dipicu dari diare, muntah yang berlebihan ataupun infeksi berat. 4. Sesak Nafas Frekuensi nafas bayi pada umumnya lebih cepat dari manusia dewasa yaitu sekitar 30-60 kali per menit. Jika bayi bernafas kurang dari 30 kali per menit atau lebih dari 60 kali per menit maka anda wajib waspada. Lihat dinding dadanya, ada tarikan atau tidak. 5. Merintih Bayi belum dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya. Ketika bayi kita merintih terus menerus kendati sudah diberi ASI atau sudah dihapuk-hapuk, maka konsultasikan hal ini pada dokter. Bisa jadi ada ketidaknyamanan lain yang bayi rasakan. 6. Pusar Kemerahan Tali pusat yang berwarna kemerahan menunjukkan adanya tanda infeksi. Yang harus anda perhatikan saat merawat tali pusat adalah jaga tali pusat bayi tetap kering dan bersih. Bersihkan dengan air hangat dan biarkan kering. Betadin dan alcohol boleh diberikan tapi tidak untuk dikompreskan. Artinya hanya dioleskan saja saat sudah kering baru anda tutup dengan kassa steril yang bisa anda beli di apotik. 7. Demam atau Tubuh Merasa Dingin Suhu normal bayi berkisar antara 36,50C – 37,50C.Jika kurang atau lebih perhatikan kondisi sekitar bayi.Apakah kondisi di sekitar membuat bayi anda kehilangan panas tubuh seperti ruangan yang dingin atau pakaian yang basah. 8. Mata Bernanah Banyak Nanah yang berlebihan pada mata bayi menunjukkan adanya infeksi yang berasal dari proses persalinan. Bersihkan mata bayi dengan kapas dan air hangat lalu konsultasikan pada dokter atau bidan. 9. Kulit Terlihat Kuning Kuning pada bayi biasanya terjadi karena bayi kurang ASI. Namun jika kuning pada bayi terjadi pada waktu ≤ 24 jam setelah lahir atau ≥ 14 hari setelah lahir, kuning menjalar hingga telapak tangan dan kaki bahkan tinja bayi berwarna kuning maka anda harus mengkonsultasikan hal tersebut pada dokter. Tindakan yang harus dilakukan bila ada salah satu saja tanda bahaya : Merujuk segera ke rumah sakit atau puskesmas.Masalah atau kondisi akut perlu tindakan segera dalam satu jam kelahiran (oleh tenaga di kamar bersalin) : a. Tidak bernafas b. Sesak nafas c. Sianosis sentral ( kulit biru) d. Bayi berat lahir rendah (BBLR ) < 2500 gram e. Letargis f. Hipotermi atau stress dingin (suhu aksila <36.5°c) g. Kejang DAFTAR PUSTAKA Barbara , 2004. Perawatan ibu-bayi baru lahir.jakarta:EGC. Saiffudin,Abdul Bahri.2006.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta: YBP-SP Http://www.wordpress.com. Tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir http://dyaha2440.blogspot.com/2014/03/babi-pendahuluan-1.html SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ALAT KONTRASEPSI Pokok Bahasan : Pendidikan kesehatan alat kontrasepsi Sub Pokok Bahasan Sasaran : Alat kontrasepsi : Klien dan keluarga Waktu : 20 menit Tempat : BPM Ny. Ngatini Penyuluh : Septiana Widiyawati A. Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan klien dapat mengerti tentang alat kontrasepsi B. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan klien akan dapat menjelaskan tentang: 1. Mengapa penting mengetahui alat kontrasepsi 2. Apa saja alat kontrasepsi C. Metode Pelaksanaan 1. Ceramah 1. Tanya Jawab D. Media E. Materi Terlampir F. Susunan Kegiatan No 1 Kegiatan Pendahuluan : a) Memberi salam pembuka Respon Ibu Hamil Waktu 5 menit a) Membalas salam dan perkenalan diri 2 b) Menjelaskan tujuan b) Mendengarkan c) Kontrak waktu c) Memberi respon Penjelasan : a) Pentingnya mengetahui alat kontrasepsi 10 menit Mendengarkan dengan penuh perhatian b) Macam-macam alat kontrasepsi 3 Penutup : a) Tanya jawab 5 menit a) Menanyakan hal yang belum jelas b) Menyimpulkan hasil penyuluhan b) Aktif bersama menyimpulkan c) Membalas salam c) Memberikan salam penutup G. Evaluasi Setelah mengikuti proses kegiatan pendidikan kesehatan, diharapkan ibu dan keluarga mampu: 1. Ibu mampu memahami dan penyampaian yang dijelaskan oleh penyaji 2. Ibu mampu melakukan saran-saran yang dianjurkan LAMPIRAN MATERI ALAT-ALAT KONTRASEPSI A. Pengertian alat-alat kontrasepsi Kontrasepsi merupakan pencegahan terjadinya kehamilan/konsepsi (bukan aborsi). Alat kontrasepsi merupakan alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya suatu kehamilan. B. Pertimbangan pemakaian alat kontrasepsi a. Usia ibu < 20 tahun: kontrasepsi yang reversibilitasnya tinggi/kembali ke kesuburan tinggi b. Usia ibu > 35 tahun: kontrasepsi effektif/kegagalan rendah dan reversibel/ireversibel c. Usia reproduksi sehat: effektif, reversible dan tidak mengganggu ASI C. Macam-macam alat kontrasepsi yang bisa digunakan Ada berbagai macam alat kontrasepsi di Indonesia.Terdiri dari KB hormonal, non hormonal, alamiah, dan kontrasepsi mantap. 1. Adapun KB hormonal Efek samping dari metode kontrasepsi hormonal ini adalah: a) Menstruasi menjadi tidak teratur atau tidak mens sama sekali (kecuali pil) b) Kenaikan berat badan c) Muncul flek hitam pada wajah d) Mual, pusing, atau muntah Cara kerja: a) Menekan ovulasi b) Mencegah implantasi c) Mengentalkan lendir servik, sehingga sulit dilalui oleh sperma d) Pergerakan tuba terganggu, sehingga transportasi telur juga terganggu 1) Pil oral kombinasi a) Afektif dan reversible b) Harus diminum setiap hari c) Efek samping yang serius jarang terjadi d) Efek samping yang sering timbul yaitu mual dan bercak perdarahan atau spotting e) Tidak dianjurkan pada wanita yang sedang menyusui f) Dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi darurat Jenis-jenis pil oral kombinasi, yaitu: a. Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon aktif b. Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin dengan dua dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif c. Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin dengan tiga dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif Kebihan pil oral kombinasi, yaitu: a) Memiliki efektifitas yang tinggi b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil c) Tidak mengganggu hubungan seksual d) Siklus haid teratur, tidak terjadi nyeri haid e) Dapat digunakan jangka panjang selama wanita itu ingin menggunakannya f) Mudah diberhentikan setiap saat dan kesuburan akan kembali setelah diberhentikan g) Untuk kontrasepsi darurat Kekurangan pil oral kombinasi, yaitu: a) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari b) Mual, terutama pada 3 bulan pertama c) Perdarahan bercak/spotting terutama 3 bulan pertama d) Nyeri payudara, BB mengalami kenaikan, tidak untuk wanita menyusui e) Meningkatkan TD 2) Suntik a. Suntik progestin Merupakan metoda kontrasepsi yang efektif, aman, dapat dipakai oleh semua WUS, kembalinya ke kesuuburan lebih lambat (4 bulan), cocok untuk masa laktasi karena tidak mempengaruhi ASI. Jenis-jenis suntik progestin a) DMPA mengandung 150 mg DMPAyang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikkan IM b) Depo Noristerat yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat dengan cara disuntikan IM dalam Kelebihan suntik progestin, yaitu: a) Sangat efektif untuk pencegahan kehamilan jangka panjang b) Tidak mempengaruhi hubungan suami istri c) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak pada penyakit jantung d) Tidak berpengaruh terhadap ASI Kekurangan suntik progestin, yaitu: a) Sering ditemukan gangguan haid seperti spotting, siklus memanjang dan memendek b) Klien bergantuung pelayanan kesehatan dan tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu c) Peningkatan BB dan terlambanya kembali ke kesuburan setelah penghentian pemakaian b. Suntik kombinasi Merupakan jenis suntikan yang terdiri atas 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM 1 bulan sekali Kelebihan suntik kombinasi, yaitu: a) Resiko terhadap kesehatan kecil, tidak mempengaruhi hubungan suami istri b) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam dan metode jangka panjang c) Efek samping yang kecil d) Klien tidak perlu menyimpann obat suntik Kekurangan suntik kombinasi, yaitu: a) Terjadi perubahan pola haid, apotting, perdarahan sela sampai 10 hari b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan c) Ketergantungan terhadap pelayanan kesehatan d) Peningkatan BB dan terlambat kembali kesuburannya 3) Implan Efektif 5 tahun untuk Norpalan (terdiri dari 6 batang ), 3 tahun untuk Indoplan/Implano, klien merasa kenyamanan, dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan, kesuburan akan kembali setelah dicabut, efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, bercak dan aminorhea dan aman dipakai saat menyusui. Keuntungan implant, yaitu: a) Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (5 tahun), pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan b) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengarus estrogen, tidak mengganggu coitus dan tidak mempengaruhi ASI c) Klien kontrol ke klinik jika ada keluhan dan dapat dilakukan pencabutan setiap saat sesuai dengan kebutuhan Kekurangan implant, yaitu: a) Perubahan pola haid b) Nyeri kepala dan nyeri dada c) Peningkatan/penurunan BB d) Memerlukan pembedahan minor untuk pemasangan dan pelepasan. 2. KB non hormonal a. AKDR (IUD) Cara kerja: 1) Menghambat kemampuan sperma masuk tuba fallopi. 2) Mencegah implantasi telur dalam uterus. 3) Mencegah sperma dan ovum bertemu. Keuntungan IUD, yaitu: 1) Tidak mempengaruhi hubungan seksual. 2) Meningkatkan kenyamanan hubungan seksual. 3) Tidak mempengaruhi ASI. 4) Metode jangka panjang 5) Dapat digunakan sampai menopouse. Efek samping penggunaan IUD: 1) Menstruasi menjadi lebih lama dan banyak 2) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama) 3) Perdarahan irreguler (spotting) di antara menstruasi 4) Saat haid lebih sakit b. Kondom Cara kerja: 1) Menghalangi bertemunya sperma dan sel telur. 2) Mencegah penularan mikroorganisme dari satu pasangan ke pasangan lain. Keuntungan kondom, yaitu: 1) Tidak mengganggu produksi ASI. 2) Mencegah PMS 3) Mencegah ejakulasi dini. 4) Mencegah terjadinya kanker serviks. 5) Mencegah imunoinfertiltas. 6) Murah dan dapat diberi secara umum. 7) Memberi dorongan suami untuk ber KB. Efek samping: 1) Kondom rusak atau bocor sebelum berhubungan 2) Alergi 3) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual 3. KB yang tanpa memakai alat apapun (alamiah) a. Coitus interuptus (senggama terputus) Adalah suatu metode koontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intravaginal.Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia eksterna wanita. Cara kerja: alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina. Dengan demikian tidak ada pertemuan antara apermatozoa dengan ovum sehingga kehamilan dapat dicegah. Keuntungan: 1) Efektif bila dilaksanakan dengan benar 2) Tidakk mengganggu produsi ASI 3) Dapat digunakan sebagai pendukung metoda KB lainnya 4) Tidak ada efek samping 5) Tidak memerlukan alat b. Kalender Metode KS dengan tidak melakukan sanggama pada masa subur, effektivitasnya 75%-80%, pengertian antar pasangan harus ditekankan, faktor kegagalan karena salah menghitung masa subur dan siklus haid yg tidak teratur Masa subur siklus terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek dikurangi 18. c. MAL (metode amenorrea laktasi) Merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif. MaL dapat dipakai sebagai kontraseepsi bila: menyusui secara penuh, lebih efektif jika pemberian belum haid, usia bayi kurang dari 6 bulan. Efektifitasnya sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.Cara kerjanya yaitu menunda atau menekan ovulasi. Keuntungannnya: efektifitas tinggi (98%) pada 6 bulan pertama setelah melahirkan, segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada eefek samping secara sistemik, tidak perlu perawatan medis, tidak perlu obat atau alat dan tanpa biaya. Keterbatasannya: 1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan 2) Mungkin sulit dilakukan karena kondisi sosial 3) Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan 4) Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual, termasuk hepatitis B (HBV) dan HIV/AIDS. 5) Yang dapat menggunakan MAL adalah ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berusia kurang dari 6 bulandan belum mendapat haid setelah melahirkan. 4. Kontrasepsi mantap terdiri dari: a) Tubektomi (MOW) Pengikatam/pemotongan tuba fallopi kiri dan kanan pada wanita untuk mencegah transport ovum dari ovarium melalui tuba ke arah uterus, dilakukan dengan cara operasi, effektivitas : tinggi, reversibilitas: rendah, disebut kontrasepsi mantap b) Vasektomi (MOP) Pengikatan/pemotongan vas defferen kiri dan kanan pada pria untuk mencegah transport spermatozoa dari testis, dilakukan dengan cara operasi kecil / minor surgery, effektifitas : tinggi, reversibilitas : rendah, disebut kontrasepsi mantap. DAFTAR PUSTAKA Hidayati, Ratna. 2009. Metode dan Tekhnik Penggunaan Alat Kontrasepsi. Salemba Medika: Jakarta. Arum, DNS dan sujiyatini. 2009. Panduan Lengakap Pelayanan KB Terkini. Mitra Cendikia Press: Yogyakarta. Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Trans Info Media: Jakarta.