BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 3.1 Kriteria rancangan plant Dimensi plant yang dirancang berukuran 40cmx60cmx50cm, dinding terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan lingkaran berwarna merah, saluran masukan udara dingin ditandai dengan lingkaran berwarna biru, saluran keluaran udara dalam sistem ditandai dengan lingkaran berwarna hijau. Berikut merupakan sketsa plant yang akan dirancang : 50 cm Y Z X 40 cm 60 cm Gambar 3.1 : Sketsa plant yang dirancang 20 Plant dirancang hanya akan melangsungkan proses pemanasan saja, artinya temperatur aliran udara yang diberikan selalu lebih besar dari temperatur lingkungan. Pengontrolan temperatur plant dilakukan dengan cara mengalirkan udara panas kedalam sistem dan mengatur keseimbangan aliran udara yang masuk dan keluar. 3.2 Konsep dasar aliran panas Sebelum membahas mengenai model dinamik dari plant, akan dibahas terlebih dahulu mengenai konsep dasar aliran panas. Diharapkan dapat membahwa kepada pemahaman kondisi dinamik sistem yang sebenarnya. Meskipun pada kenyataanya pencarian mengenai model dinamika yang akan dibahas ini, mengacu pada kondisi-kondisi ideal. Panas dapat mengalir dari satu benda ke benda lain karena terjadi perbedaan temperatur. Bila dua benda yang berbeda temperatur didekatkan, maka panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah (Hukum ke-0 Termodinamika). Aliran panas (heat flow) terjadi akibat perbedaan temperatur sehingga distribusi temperatur harus dipelajari untuk dapat menghitung aliran panas. Untuk mempelajari distribusi temperatur perlu dipelajari cara panas mengalir. Dalam fisika, dikenal ada tiga macam aliran panas yaitu konduksi, radiasi dan konveksi. Konduksi merupakan proses perpindahan energi dari tempat yang bertemperatur tinggi ke tempat yang bertemperatur rendah akibat pergerakan elektron 21 seperti pada medium zat padat. Akibatnya konduktor listrik yang baik biasanya juga merupakan konduktor yang baik untuk aliran panas, contohnya logam. Radiasi merupakan proses perpindahan energi panas tanpa melalui medium perantara. Radiasi terjadi pada setiap benda dimana suatu benda memancarkan gelombang elektromagnetik dengan flux radiasi yang ditentukan oleh temperatur benda tersebut (Hukum Stefan-Boltzmann). Salah satu contoh proses radiasi adalah proses pemanasan permukaan bumi oleh panas sinar matahari. Konveksi merupakan proses perpindahan energi panas melalui pergerakan molekul-molekul fluida (cair dan gas) akibat adanya perbedaan temperatur. Salah satu contoh proses konveksi adalah aliran panas pada udara dimana panas mengalir dari udara yang panas ke udara yang lebih dingin akibat pergerakan udara. Parameter penting dari proses konveksi adalah laju aliran panas (heat transfer rate) yang melibatkan faktor kecepatan aliran, faktor perpindahan energi panas dan faktor pergerakan massa fluida. Dalam perancangan plant proses perpindahan panas dilakukan dengan cara dipaksakan lewat pengaruh luar (kipas ) atau disebut konveksi paksa. 3.2.1 Adveksi panas Proses pemanasan udara dalam ruangan dengan menggunakan udara luar dikenal juga dengan proses air to air heat exchanger. Proses air to air heat exchanger sering dikenal juga dengan istilah adveksi panas. Adveksi adalah proses 22 perpindahan energi yang disertai dengan aliran massa suatu fluida. Tiga faktor yang mempengaruhi proses adveksi panas adalah: a. faktor kecepatan aliran fluida (makin besar kecepatan fluida, makin cepat proses adveksi panas terjadi) b. faktor gradien temperatur (makin besar perbedaan temperatur, makin cepat proses adveksi panas terjadi) c. faktor sudut antara vektor aliran fluida dengan gradien temperatur (untuk memaksimalkan laju proses adveksi panas, aliran fluida harus tegak lurus dengan garis isotermal). Berdasarkan tiga faktor tersebut, proses adveksi panas yang efektif dapat dilakukan dengan memperbesar laju masuknya udara panas ke dalam ruangan, menggunakan udara panas yang memiliki temperatur yang jauh lebih tinggi daripada temperatur ruangan yang hendak dipanaskan dan mengalirkan udara panas dengan arah yang benar. Proses air to air heat exchanger dapat dikontrol dengan baik dan efektif bila sistem yang dibangun memperhatikan ketiga faktor tersebut. 3.2.2 Pola pergerakan laju aliran fluida Fluida terutama udara dapat bergerak secara laminar maupun turbulen. Selain itu, fluida juga dapat bergerak dalam keadaan rotational maupun irrotational. Fluida dapat juga mengalir dalam keadaan terkompresi maupun tidak terkompresi. 23 Pola laju aliran udara yang diharapkan adalah pola aliran secara laminar, berikut ilustrasinya : Gambar 3.2: Aliran fluida secara laminar pada ruang 3 dimensi 3.3 Perumusan model dinamik sistem plant Proses yang dikehendaki terjadi dalam sistem plant adalah proses adveksi panas, oleh karena itu diberikan set persamaan adveksi sebagai berikut : ∂T ∂T ∂T ∂T ∂ 2T ∂ 2T ∂ 2T + (vx + vy + vz ) = α2( 2 + 2 + 2 ) ∂t ∂x ∂y ∂z ∂x ∂y ∂z (3.1) Namun persamaan tersebut memodelkan proses adveksi panas dalam ruang 3 dimensi. Dalam upaya penyerderhanaan perumusan matematik, akan diambil dalam model ruang 1 dimensi saja. Sedemikian hingga penyerderhanaan persamaan adveksi menjadi : 2 ∂T ∂T 2 ∂ T + vx =α ∂t ∂x ∂x 2 (3.2) 24 Merujuk pada persamaan 3.2, faktor kecepatan aliran udara dalam arah x atau Vx, dianggap bergerak mengikuti pola laminar, dalam keadaan irrotanional dan tidak terkompresi (incompressible). Arah sumbu x dipilih sebagai arah pengaliran udara dari sumber panas dan saluran keluaran (exhaust). Oleh karena itu laju aliran rata-rata dari sumber pemanas dapat dicari melalui perumusan berikut: vx = vo = 2vm (3.3) dimana, Vm adalah laju aliran udara rata-rata dan Vo adalah laju maksimum Laju aliran udara rata-rata vm ditentukan oleh besarnya laju aliran massa udara yang masuk ke dalam sistem. Bila sistem dianggap sebagai suatu balok berukuran sx * sy * sz, maka kecepatan rata-rata pada arah x dapat dituliskan dalam persamaan berikut: . vm = V s y sz (3.4) Laju aliran udara rata-rata sama dengan laju aliran udara / debit udara per satuan luas penampang. Syarat-syarat batas tersebut bila dimasukkan dalam persamaan adveksi panas 1 dimensi memberikan persamaan adveksi panas sebagai berikut: . ∂T V ∂T k ∂ 2T +2 = s y sz ∂x ρ Cp ∂x 2 ∂t (3.5) 25 Dalam kaitannya dengan kondisi plant yang dirancang, perlu dicari perumusan syarat batas dari persamaan 2.5 tersebut. Proses perpindahan panas yang terjadi antara kedua lapisan udara ini merupakan proses konduksi panas. Persamaan konduksi panas antara kedua lapisan udara tersebut dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: q=k ∂T ∂x (3.6) dimana q = laju aliran panas dan k = konduktivitas termal udara. Laju aliran panas antara udara luar dengan lapisan terluar sistem ditentukan oleh laju aliran massa yang dinyatakan dalam persamaan: . q = ρ CpV [Thot − T (0, t )] (3.7) Dengan menggunakan laju aliran panas ini, persamaan konduksi antara kedua lapisan udara dapat dituliskan dalam persamaan berikut: . ∂T q ρ CpV = = [Thot − T (0, t )] ∂x k k (3.8) Dimana, Thot = temperatur udara panas dan T(0,t) = temperatur lapisan udara paling luar dari sistem. Bagian saluran keluaran (exhaust) memberikan satu syarat batas tambahan lagi bagi persamaan adveksi panas. Karena udara yang keluar dari sistem tidak mendapat gangguan apapun dari dinding sebelah kanan, maka persamaan aliran panas pada dinding sebelah kanan dapat ditulis: 26 ∂T =0 ∂x (3.9) Bentuk persamaan adveksi panas yang merupakan model dinamika sistem plant, berbentuk sebuah persamaan differensial parsial. Dimana perubahan temperatur bergantung terhadap waktu juga terhadap posisi. Pencarian model matematis mengikuti kaidah perancangan sistem kontrol konvensional, tidak dapat dilakukan. Padahal pemodelan dengan metode fungsi transfer atau metode ruang keadaan, hanya mengizinkan untuk diterapkan pada sistem dengan perumusan persamaan differensial biasa. Dilain pihak untuk melengkapi diri mengenai informasi yang dibutuhkan dalam perancangan sistem kontrol fuzzy logic, pemecahan persamaan 3.5 diperlukan. Namun solusi persamaan yang diharapkan berupa solusi numerik, sehingga informasi didapatkan secara kualitatif saja. Informasi yang ingin diketahui dari pers 3.5 tersebut adalah, hubungan antara laju aliran udara terhadap perubahan suhu ruang dalam plant yang dirancang. 3.4 Solusi numerik persamaan dinamik Solusi numerik dari persamaan adveksi (pers 3.5), dapat didapatkan melalui teknik finite difference. Dengan demikian akan dilakukan quantisasi secara diskrit terhadap nilai-nilai perubahan yang ada pada setiap persamaan. Fungsi distribusi temperatur dapat dituliskan dalam bentuk numerik finite difference sebagai berikut: 27 T ( x, t ) = T [( m − 1) Δx, iΔt ] ≡ Tm i (3.10) Persamaan aliran panas secara adveksi (persamaan 3.5) dapat dituliskan dalam formulasi numerik sebagai berikut: . Tmi +1 − Tm i V [Tmi − Tm −1i ] k [Tm+1i − 2Tm i + Tm −1i ] = −2 + ρ Cp Δt s y sz Δx (Δx) 2 (3.11) Persamaan syarat batas tambahan sistem dapat dituliskan dalam formulasi numerik sebagai berikut: - untuk dinding sebelah kiri (T(0,t)): . Tm +1i − T1i ρ CpV = [Thot − T1i ] Δx ks y sz (3.12) - untuk dinding sebelah kanan (T(L,t)): Tm +1i = Tm i (3.13) Dengan menggunakan konstanta-konstanta sebagai berikut: To = temperatur awal sistem sebelum dipanaskan (temperatur udara dalam sistem dianggap uniform) = 25oC; ρ = densistas udara = 1 kg/m3; Cp = kapasitas kalor udara . = 1000 kJ/kg oC; sy * sz = luas penampang sistem = 1m2; V = laju aliran massa udara (besarnya diubah-ubah); k = konduktivitas termal udara = 0.026W/m.K ; L = panjang sistem = 1m; α2 = konstanta difusi = 2.2*10-5 m2/s; Δx = 0.1 m dan Δt = 0.1s serta Thot = 40 oC. Diperoleh hasil sbb : 28 Gambar 3.3: Solusi persamaan adveksi untuk laju 0.005 m3/s Gambar 3.4: Solusi persamaan adveksi untuk laju 0.01 m3/s 29 30