(Anadara granosa) DENGAN KONSENTRASI

advertisement
Journal of Marine and Coastal Science, 1(1), 34 – 44, 2012
KORELASI UKURAN KERANG DARAH (Anadara granosa) DENGAN
KONSENTRASI LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DI MUARA SUNGAI
KETINGAN, SIDOARJO, JAWA TIMUR
CORRELATION OF BLOOD SHELLFISH’S SIZE (Anadara granosa)
WITH CONCENTRATION OF HEAVY METALS MERCURY (Hg) IN
THE ESTUARY OF KETINGAN RIVER,SIDOARJO RESIDENCE,
EAST JAVA PROVINCE
Astri Reza Fauziah, Boedi Setya Rahardja dan Yudi Cahyoko
Fakultas Perikanan dan Kelautan - Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo – Surabaya 60115 Telp. 031-5911451
Abstract
Shellfish is one of the biological resources that have been used by the
Indonesian people, but shellfishs can accumulate more metals than the other
aquatic animals because they settle and can filter their feed, filter feeders. One of
the areas that produces blood shellfish, Anadara granosa is the estuary of
Ketingan River, Sidoarjo Residence. The problem of this research is how to
measure the correlation of blood shellfish, Anadara granosa with concentration of
heavy metals mercury (Hg) in the estuary of Ketingan River, Sidoarjo Residence.
The purpose of this study is to determine the correlation of blood shellfish’s size
with consentration of heavy metals, mercury (Hg) contained in the estuary of
Ketingan River, Sidoarjo Residence.
Results showed that Hg concentration in blood shellfish, Anadara granosa
measuring <2.5 cm ranged from 0.030-0.036 mg/kg. Hg concentration in blood
shellfish, Anadara granosa measuring 2.5-3 cm ranged from 0.032-0.041 mg/kg.
Hg concentration in blood shellfish, Anadara granosa measuring >3 cm ranged
from 0.037-0.047 mg/kg. Based on the results of these studies, the small blood
shellfish (<2.5 cm) have a lower Hg concentration than the medium and large
blood shellfish. The medium blood shellfish (2.5-3 cm) have a lower Hg
concentration than the large blood shellfish, while the large blood shellfish (>3
cm) has the highest concentration of Hg. This suggest that an increase the
concentration of Hg in the body of blood shellfish, Anadara granosa on any
increase in the size of blood shellfish, Anadara granosa. Water quality parameters
that measured are the temperature ranged from 25oC-28oC, with salinity ranged
from 15-20 ‰, pH ranged from 7-8, DO level at 5 mg/l and the brigrtness are 10
cm.
Keywords : blood shellfish, shellfish’s size, concentration, mercury (Hg)
34
Korelasi Ukuran Kerang Darah (Anadara granosa)
Pendahuluan
Perairan Sidoarjo merupakan daerah penting bagi nelayan sekitar karena
telah lama dijadikan sebagai area penangkapan perikanan, namun pembangunan
limbah industri di daerah tersebut menyebabkan adanya pencemaran lingkungan.
Pada perairan pesisir Sidoarjo, terdapat beberapa muara salah satunya yaitu muara
Sungai Ketingan. Muara Sungai Ketingan merupakan salah satu muara yang
rentan terkena dampak limbah buangan pabrik maupun limbah rumah tangga di
daerah perkotaan khusunya kota Sidoarjo. Logam berat sebagai salah satu
komponen yang terdapat dalam limbah industri yang dapat menimbulkan masalah
tersendiri karena tidak terdegradasi dalam lingkungan dan bersifat racun terhadap
makhluk hidup. Logam-logam berat yang berbahaya yang sering mencemari
lingkungan antara lain merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd) dan
kromium (Cr). Logam berat merkuri (Hg) merupakan salah satu jenis logam yang
banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam batu-batuan, biji tambang, tanah,
air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik. Organisme perairan dapat
mengakumulasi merkuri (Hg) dari air, sedimen dan makanan yang dikonsumsi.
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan salah satu komoditas yang
banyak terdapat di muara Sungai Ketingan. Kerang dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan antara lain sebagai bahan makanan sumber protein (Dharma, 1988).
Kerang dapat mengakumulasi logam lebih besar daripada hewan air lainnya
karena sifatnya yang menetap dan menyaring makanannya (filter feeder) serta
lambat untuk dapat menghindarkan diri dari pengaruh polusi. Oleh karena itu,
jenis kerang merupakan indikator yang sangat baik untuk memonitor suatu
pencemaran logam dalam lingkungan perairan (Darmono, 2001). Ukuran kerang
dapat mempengaruhi konsentrasi logam berat dalam tubuhnya. Menurut
Aunurohim dkk. (2009), ukuran cangkang yang besar berkorelasi positif dengan
meningkatnya umur dan meningkatnya umur juga berkorelasi positif dengan
meningkatnya konsentrasi logam berat pada tubuh. Oleh sebab itu perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui korelasi ukuran kerang darah (Anadara granosa)
dengan konsentrasi logam berat merkuri (Hg) di muara Sungai Ketingan,
Sidoarjo.
35
Astri Reza Fauziah
Materi dan Metode
Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2011, pengambilan sampel air laut,
sediman dan kerang darah (Anadara granosa) di muara Sungai Ketingan,
Sidoarjo. Pengujian logam berat pada sampel air laut dan sedimen dilakukan di
Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya. Sedangkan pengujian
logam berat pada kerang darah (Anadara granosa) dilakukan di Balai Besar
Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Surabaya.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu air laut, sedimen dan kerang
darah (Anadara granosa) diambil langsung dari muara Sungai Ketingan, Sidoarjo.
Bahan yang digunakan untuk uji logam berat merkuri (Hg) adalah H2SO4, HCl,
asam nitrat, KMnO4, K2S2O8, SnCl2 dan aquades. Peralatan penelitian yang
diperlukan untuk pengambilan sampel adalah jaring kukur, GPS (Global
Positioning System), plastik pembungkus 5 kg, Coolbox, timbangan. Peralatan
untuk mengukur kualitas air adalah termometer, refraktometer, pH paper, DO kit
dan secchi disk. Peralatan untuk analisis logam berat adalah satu perangkat alat
Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS), cawan porselein, labu ukur 100 ml,
botol BOD, tabung merkuri analitik dan neraca analitik.
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode observasi lapangan.
Metode observasi adalah pengamatan terhadap suatu obyek yang diteliti baik
secara langsung maupun tak langsung untuk memperoleh data yang harus
dikumpulkan dalam penelitian (Satori dan Komariah, 2009).
Penentuan koordinat geografis setiap
stasiun pengambilan sampel
menggunakan Global Positioning System (GPS). Jumlah stasiun pengambilan
sampel kerang darah, air laut dan sedimen sebanyak 5 stasiun.
Sampel
air
laut
diambil
dengan
water
sample
berupa
tabung
polyphropelyne. Sampel air laut diambil di tiap stasiun yaitu sebanyak 5 stasiun.
Pengambilan sampel air laut dilakukan sebanyak dua kali pada dua kedalaman
yang berbeda yaitu air dekat permukaan (1 m dibawah permukaan) dan air dekat
dasar perairan (0,5 meter diatas dasar laut), kemudian sampel air digabungkan
(dikomposit) menjadi satu (Hutagalung dkk., 1997). Jumlah air laut yang diambil
untuk analisis logam berat Hg sebanyak ± 600 ml. Sampel air diberi pengawet
Korelasi Ukuran Kerang Darah (Anadara granosa)
KMnO4/H2SO4 (Hutagalung dkk., 1997). Kemudian disimpan di dalam coolbox
untuk kemudian dilakukan analisis logam berat di laboratorium.
Sampel kerang darah (Anadara granosa) diambil di muara Sungai Ketingan,
Sidoarjo dengan menggunakan jaring kukur. Sampel kerang darah (Anadara
granosa) diambil pada setiap stasiun (5 stasiun) dengan sekali tangkap. Dari hasil
tangkap setiap stasiun, kerang darah (Anadara granosa) yang telah diperoleh
dikelompokkan terlebih dahulu ke dalam 3 ukuran panjang yaitu ukuran kecil
(<2,5 cm), sedang (2,5 cm–3 cm) dan besar (3 cm–5 cm) (Afriansyah, 2009).
Kemudian sampel kerang darah (Anadara granosa) disimpan di dalam coolbox
untuk kemudian dilakukan analisis logam berat di laboratorium. Sampel sedimen
diambil di tiap stasiun yaitu sebanyak 5 titik, pada lapisan permukaan sedimen
dengan kedalaman 0 cm-5 cm. Contoh sedimen diambil sebanyak satu kali
kemudian dimasukkan kedalam plastik dan disimpan dalam coolbox sebelum
dianalisis di laboratorium.
Metode pengukuran logam berat menggunakan Atomic Absorption
Spectrophotometry (AAS) yaitu pengukuran berdasarkan penguapan larutan
sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom
bebas (Hutagalung dkk., 1997).
Parameter utama yang diamati adalah konsentrasi logam berat merkuri (Hg)
pada kerang darah (Anadara granosa), air laut dan sedimen di muara Sungai
Ketingan, Sidoarjo. Parameter penunjang penelitian berupa kualitas air yang
meliputi suhu, oksigen terlarut (DO), pH, salinitas dan kecerahan.
Data yang didapatkan berupa sampel kerang darah (Anadara granosa), air
laut dan sedimen di muara Sungai Ketingan Sidoarjo, kemudian dilakukan analisis
logam berat merkuri (Hg) pada kerang darah (Anadara granosa), air laut dan
sedimen. Analisis data digunakan untuk mencari hubungan dan keeratan data yang
diperoleh (regresi-korelasi) (Schefler, 1987). Analisis data ini dilakukan untuk
mengetahui korelasi antara konsentrasi logam berat merkuri (Hg) dengan ukuran
kerang pada kerang darah (Anadara granosa), konsentrasi logam berat merkuri
(Hg) pada kerang dengan konsentrasi logam berat (Hg) pada air laut dan
konsentrasi logam berat merkuri (Hg) pada kerang dengan konsentrasi logam
berat (Hg) pada sedimen di muara Sungai Ketingan, Sidoarjo.
37
Astri Reza Fauziah
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa konsentrasi logam berat
merkuri (Hg) pada kerang darah (Anadara granosa) berkisar antara 0,030-0,047
mg/kg. Konsentrasi logam berat merkuri (Hg) pada kerang darah (Anadara
granosa) ukuran kecil, sedang dan besar dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg) pada Kerang Darah
Ukuran Kecil, Sedang dan Besar di Berbagai Stasiun
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data konsentrasi
merkuri (Hg) pada air yang dapat dilihat pada Gambar 2. Konsentrasi logam berat
merkuri (Hg) pada air laut berkisar antara 0,018-0,062 mg/l.
Gambar 2. Konsentrasi Merkuri (Hg) pada Air di Berbagai Stasiun di Muara
Sungai Ketingan
Korelasi Ukuran Kerang Darah (Anadara granosa)
Pada sedimen memiliki konsentrasi logam berat merkuri (Hg) lebih tinggi
daripada konsentrasi logam berat merkuri (Hg) yang terdapat pada kerang darah
(Anadara granosa) dan air laut. Konsentrasi logam berat merkuri (Hg) pada
sedimen berkisar antara 0,224-0,293 mg/l. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, diperoleh data konsentrasi merkuri (Hg) pada sedimen yang dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Konsentrasi Merkuri (Hg) pada Sedimen di Berbagai Stasiun di
Muara Sungai Ketingan
Ukuran
kerang
darah
(Anadara
granosa)
yang
berbeda
dapat
menyebabkan nilai konsentrasi merkuri (Hg) yang berbeda pula. Berdasarkan data
yang diperoleh menunjukkan bahwa ukuran kerang kecil (<2,5 cm) memiliki nilai
konsentrasi merkuri yang lebih sedikit daripada ukuran kerang sedang dan besar.
Ukuran kerang sedang (2,3 cm-3 cm) memiliki nilai konsentrasi merkuri yang
lebih sedikit daripada ukuran kerang besar (>3 cm). Berarti semakin besar ukuran
kerang maka akan semakin tinggi pula konsentrasi merkuri (Hg).
Berdasarkan perhitungan regresi-korelasi diketahui koefisien korelasi (R)
adalah 0,76. Hubungan X dan Y kuat dan positif, artinya kenaikan ukuran kerang
pada umumnya menaikkan konsentrasi Hg. R2 yang merupakan koefisien
determinasi didapat hasil 0,57 yang artinya kontribusi variabel X terhadap
variabel
Y
sebesar
57%.
Persamaan
regresi
yang
terbentuk
yaitu
Y=0.0248+0.0034X. Tanda positif (+) menunjukkan apabila ukuran kerang naik
maka nilai konsentrasi logam berat Hg akan naik, begitu juga sebaliknya.
39
Astri Reza Fauziah
Konsentrasi merkuri (Hg) pada air laut juga dapat mempengaruhi besarnya
konsentrasi merkuri (Hg) pada kerang darah. Hal ini disebabkan karena sifat
makan kerang darah yaitu filter feeder. Kerang darah mendapatkan makanan
dengan cara menyaring air yang masuk ke dalam tubuhnya.
Berdasarkan perhitungan regresi-korelasi diketahui koefisien korelasi adalah
0,58. Hubungan X dan Y adalah positif, artinya kenaikan konsentrasi merkuri
(Hg) air laut pada umumnya menaikkan konsentrasi merkuri (Hg) pada kerang
darah. R2 yang merupakan koefisien determinasi didapat hasil 0,33 yang artinya
kontribusi variabel X terhadap variabel Y sebesar 33%. Persamaan regresi yang
terbentuk yaitu Y=0.0289+0.1795X. Tanda positif (+) pada variabel konsentrasi
merkuri (Hg) air laut menunjukkan kenaikan, sehingga bila konsentrasi merkuri
(Hg) air laut naik maka konsentrasi logam berat merkuri (Hg) kerang akan naik,
begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan perhitungan regresi-korelasi diketahui koefisien korelasi adalah
0,59. Hubungan X dan Y adalah positif, artinya kenaikan konsentrasi merkuri
(Hg) sedimen pada umumnya menaikkan konsentrasi merkuri (Hg) pada kerang
darah. R2 yang merupakan koefisien determinasi didapat hasil 0,35 yang artinya
kontribusi variabel X terhadap variabel Y sebesar 35%. Persamaan regresi yang
terbentuk yaitu Y=0.0084+0.111X. Tanda + pada variabel konsentrasi merkuri
(Hg) sedimen menunjukkan kenaikan, sehingga bila konsentrasi merkuri (Hg)
sedimen naik maka konsentrasi logam berat merkuri (Hg) kerang akan naik,
begitu juga sebaliknya.
Ukuran kerang darah (Anadara granosa) yang berbeda dapat menyebabkan
akumulasi logam berat merkuri (Hg) yang berbeda pula. Pada stasiun 1, akumulasi
merkuri berada pada kisaran 0,5806-0,7580 mg/kg, sedangkan pada stasiun 2,
akumulasi merkuri berada pada kisaran 0,6734-0,8775 mg/kg. Pada stasiun 3,
akumulasi merkuri berada pada kisaran 0,6481-0,8148 mg/kg. Pada stasiun 4,
akumulasi merkuri berada pada kisaran 0,9681-1,1875 mg/kg, sedangkan pada
stasiun 5, akumulasi merkuri berada pada kisaran 1,6666-2,0555 mg/kg.
Berdasarkan data tersebut, maka akumulasi merkuri tertinggi terdapat pada kerang
besar (>3 cm) yang berada pada stasiun 5 dengan akumulasi sebesar 2,0555
Korelasi Ukuran Kerang Darah (Anadara granosa)
mg/kg dan akumulasi merkuri terendah terdapat pada kerang kecil (<2,5 cm) yang
berada pada stasiun 1 yaitu sebesar 0,5806 mg/kg.
Berdasarkan hasil penelitian, perairan muara Sungai Ketingan memiliki
kisaran suhu antara 25 oC-28 oC dan salinitas muara Sungai Ketingan memiliki
kisaran antara 15‰-20‰. Nilai salinitas air untuk perairan tawar biasanya
berkisar antara 0–5 ‰ (Salinitas air Tawar), perairan payau biasanya berkisar
antara 6–30 ‰ (Salinitas air Payau) dan perairan laut berkisar antara >30 ‰
(Salinitas air Laut) (Alwi, 2010). Derajat keasaman (pH) berada pada kisaran 7-8.
Menurut Romimohtarto (2007) pH perairan pesisir permukaan di Indonesia berada
pada kisaran 6,00-8,50. Kadar oksigen terlarut (DO) di semua stasiun yaitu 5 mg/l
dan kecerahan sebesar 10 cm.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa
ukuran kerang darah (Anadara granosa) berukuran besar memiliki konsentrasi
logam berat merkuri (Hg) yang lebih tinggi dibandingkan dengan kerang darah
(Anadara granosa) berukuran lebih kecil. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor,
salah satunya terkait dengan cara makan kerang yaitu filter feeder. Dalam proses
filter feeder, kerang menyaring makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Saat
makanan tersebut masuk ke dalam tubuh kerang, maka partikel logam berat akan
ikut terserap ke dalam tubuh, sehingga semakin banyak makanan yang disaring
maka semakin banyak pula logam berat dalam tubuh kerang. Hal ini juga
berkaitan dengan besarnya ukuran kerang karena kerang yang berukuran besar
akan melakukan proses makan yang lebih banyak daripada kerang berukuran
kecil. Konsentrasi Hg pada kerang darah di stasiun 1 sampai stasiun 5 masih di
bawah ambang batas yang diizinkan sesuai SNI no. 7387 yaitu maksimum 1
mg/kg (BSN, 2009).
Konsentrasi Hg pada air laut memiliki konsentrasi yang berbeda di setiap
stasiun karena pergerakan air yang terus-menerus. Berdasarkan data yang
diperoleh, kandungan merkuri air laut di setiap stasiun yaitu 0,018-0.062 mg/l
sudah melebihi ambang batas yang diizinkan. Konsentrasi Hg pada sedimen lebih
tinggi daripada konsentrasi Hg pada air laut. Hal ini terjadi karena logam berat
bersifat mengendap dalam perairan. Logam berat mempunyai sifat mengendap di
dasar perairan dan bersatu dengan sedimen, maka kadar logam berat dalam
41
Astri Reza Fauziah
sedimen umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan di kolom perairan (Harahap,
1991).
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan hubungan regresi
linier yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linier antara ukuran
kerang dengan nilai konsentrasi merkuri. Ukuran kerang dengan konsentrasi Hg
memiliki R sebesar 0,76. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan X dan Y
merupakan hubungan yang kuat dan positif. hubungan konsentrasi Hg air laut
dengan konsentrasi Hg kerang memiliki R sebesar 0.58 sedangkan hubungan
konsentrasi Hg sedimen dengan konsentrasi Hg kerang memiliki R sebesar 0.59.
Nilai koefisien korelasi pada hubungan ukuran kerang darah dengan
konsentrasi Hg memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu 0.76 dibanding dengan
hubungan konsentrasi Hg pada kerang dengan konsentrasi Hg pada air laut yaitu
0.58. Hal ini dapat disebabkan karena konsentrasi Hg pada air laut tidak selalu
tetap karena pergerakan air yg terus-menerus. nilai koefisien korelasi pada
hubungan konsentrasi Hg pada kerang dengan konsentrasi Hg pada air laut
memiliki nilai yang lebih rendah dibanding dengan hubungan konsentrasi Hg pada
kerang dengan konsentrasi Hg pada sedimen yaitu 0.59. Hal ini terjadi karena
kerang hidup di dasar perairan, sehingga Hg pada sedimen cenderung lebih mudah
masuk ke dalam tubuh kerang. Jadi dapat disimpulkan bahwa konsentrasi Hg pada
tubuh kerang lebih dipengaruhi oleh konsentrasi Hg pada sedimen daripada
konsentrasi Hg pada air laut.
Berdasar pengamatan yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa suhu
muara Sungai Ketingan berkisar antara 25 oC-28 oC, pH berkisar antara 7-8,
salinitas berkisar antara 15‰-20‰, kecerahan sebesar 10 cm di semua stasiun dan
DO sebesar 5 mg/l di semua stasiun. Kualitas air yang optimal bagi kehidupan
kerang adalah pH 6-9, suhu 26-32oC, DO 3-8 ppm dan salinitas sebesar 15-34 ppt
(Ghufran dkk., 2007). Suhu perairan dapat mempengaruhi keberadaan dan sifat
logam berat. Peningkatan suhu perairan cenderung menaikkan akumulasi dan
toksisitas logam berat, hal ini terjadi karena meningkatnya laju metabolisme dari
organisme air (Sorensen, 1991). Kelarutan logam dalam air juga dikontrol oleh pH
air. Menurut Romimohtarto (2007), pH perairan pesisir permukaan di Indonesia
Korelasi Ukuran Kerang Darah (Anadara granosa)
berada pada kisaran 6,00 - 8,50 sedangkan kisaran alami salinitas untuk perairan
estuari di Indonesia 15‰-32‰.
Kesimpulan
Kerang darah (Anadara granosa) berukuran besar memiliki konsentrasi
logam berat merkuri lebih tinggi (berkisar antara 0,037-0,047 mg/kg) daripada
kerang darah (Anadara granosa) berukuran sedang (berkisar antara 0,032-0,041
mg/kg) dan kerang darah berukuran kecil (berkisar antara 0,030-0,036 mg/kg).
Adanya korelasi antara ukuran kerang darah (Anadara granosa) dengan
konsentrasi logam berat merkuri (Hg) di muara Sungai Ketingan, Sidoarjo, Jawa
Timur dengan koefisien korelasi sebesar 0.76.
Daftar Pustaka
Alwi, I. 2010. Manajemen Kualitas Air Tambak Payau. http://untuklautku.
blogspot.com/2010/12/manajemen-kualitas-air-tambak-payau.html.
2
September 2011.
Aunurohim, N. Abdulgani, A. Wijaya. 2009. Konsentrasi Kadmium (Cd) Pada
Kerang Hijau (Perna Viridis) Di Surabaya dan Madura. FMIPA-ITS.
Afriansyah, A. 2009. Konsentrasi Kadmium (Cd) dan Tembaga (Cu) dalam Air,
Seston, Kerang dan Fraksinasinya dalam Sedimen di Perairan Delta Berau,
Kalimantan Timur. Skripsi. Program Studi ilmu dan Teknologi Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2009. Standar nasional Indonesia (SNI).
7387. http://sisni.bsn.go.id/index.php/sni/Sni/download/9565. 19 Januari
2012.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Universitas Indonesia (UI) Press. Jakarta.
Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia. Sarana Graha. Jakarta.
Ghufran, H., Kordi K., Andi Baso T. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta
Harahap, S. 1991. Tingkat Pencemaran Air Kali Cakung Ditinjau dari Sifat Fisika
Kimia Khususnya Logam Berat dan Keanekaragaman Jenis Hewan
Benthos Makro. Thesis. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor.
43
Astri Reza Fauziah
Hutagalung, H.P, D. Setiapermana dan S.H Riyono. 1997. Metode Analisis Air
Laut, Sedimen dan Biota. Buku 2. Puslitbang Oseanologi. LIPI. 182 p.
Romimohtarto, K. 2007. Kualitas air dalam budidaya laut http://google.com/
kualitas air dalam budidaya laut/ berita kelautan.htm. 15 September 2011.
Satori, D. dan A. Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta.
Bandung
Schefler, W.C. 1987. Statistika untuk Biologi, Farmasi, Kedokteran dan ilmu yang
bertautan. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 279 hlm.
Sorensen, E.M.B. 1991. Metal Poisoning in Fish Volume II. CRC Press Boca Ann
Arbor, Boston. 376p. Kajian Sistem Resirkulasi Tertutup Menggunakan
Biofilter Bivalvia dan Makroalgae pada Pembesaran Udang Windu
(Panaeus monodon). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Padjadjaran.
Download