JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor1,Juni 2015,hlm.1-164 Terbit dua kalisetahun pada bulan Juni dan November.Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan sub-sistemLPPMPPInstitut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang. Penanggung Jawab Rektor ISI Padangpanjang Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang Pengarah KepalaPusat Penerbitan ISI Padangpanjang Ketua Penyunting AfrizalHarun Tim Penyunting Elizar Sri Yanto Surherni Adi Krishna Emridawati Harisman Rajudin Penterjemah Novia Murni Redaktur Saaduddin Liza Asriana Ermiyetti Tata Letak danDesainSampul Yoni Sudiani Web Jurnal Ilham Sugesti ______________________________________________.________________________________ _ Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni:LPPMPP ISI Padangpanjang Jalan Bahder Johan Padangpanjang27128, Sumatera Barat; Telepon(0752) 82077 Fax. 82803; e-mail; [email protected] Catatan.Isi/Materi jurnal adalah tanggung jawab Penulis. Diterbitkan Oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang i JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor1,Juni 2015,hlm.1-164 DAFTAR ISI PENULIS JUDUL HALAMAN Hasan Saaduddin Fungsi Sandiwara Amal di Masyarakat Desa Pulau Belimbing, Kec Bangkinang Barat, Kab Kampar Provinsi Riau. 1- 19 Fridolin L. Muskitta Kehidupan Musik Tahuri Masyarakat Negeri Hutumuri, Kecamatan Leitimur Selatan, Kotamadya Ambon dalam Konteks Budaya 20– 40 Dewi Susanti Penerapan Metode Penciptaan Alma Hawkins dalam Karya Tari Gundah Kancah 41– 56 Hardi Karakteristik Karya Tari Syofyani dalam Berkreativitas Tari Minangkabau di Sumatera Barat 57–70 Nicolson Roxi Thomas Eksplorasi Pasir Sebagai Teknik City Scape Lukisan 71– 82 Feri Firmansyah Bentuk dan Struktur Musik Batanghari Sembilan 83 – 102 Asri Musik Melayu Ghazal Riau Dalam Kajian Estetika 103–114 Misselia Nofitri Bentuk Penyajian Tari Piring Di Daerah Guguak Pariangan Kabupaten Tanah Datar 115–128 Riki Rikarno Film Dokumenter Sebagai Sumber Belajar Siswa 129–149 Muhammad Zulfahmi Fungsi Musikal Dedeng Pada Masyarakat Etnik Melayu Langkat Propinsi Sumatera Utara 150-164 _______________________________________________________________________ Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49/Dikti/Kep/2011 Tanggal 15 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah. Jurnal Ekspresi Seni Terbitan Vol. 17, No. 1 Juni 2015 Memakaikan Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah Tersebut. ii BENTUK DAN STRUKTUR MUSIK BATANGHARI SEMBILAN Feri Firmansyah Program Studi Pendidikan Sendratasik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Palembang Jalan A. Yani Lorong Gotong Royong 9/10 Ulu Palembang [email protected] ABSTRAK Artikel ini berisi tentang bentuk dan struktur Musik Batanghari Sembilan. Penulisan ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan informasi tentang salah satu bentuk dan struktur Musik Nusantara. Dalam kajian Musik Nusantara, Musik Batanghari Sembilan tergolong dalam musik daerah. Bentuk dan struktur Musik Batanghari Sembilan akan diurai secara ringkas dan dipaparkan secara deskriptif. Terdapat tiga unsur pokok Musik Batanghari Sembilan, yaitu pantun, lagu, dan sajian instrumen. Setelah analisis bentuk dan struktur, dari ketiga unsur pokok tersebut terdapat empat stuktur lagu yang umum digunakan. Dari keempat struktur lagu tersebut semuanya menggunakan dua kalimat lagu dalam satu bagian. Di mana satu bagian tersebut menembangkan satu bait pantun. Selanjutnya struktur lagu tersebut selalu diulang untuk menembangkan pantun pada bait berikutnya. Kata Kunci : Bentuk, Struktur, Musik Batanghari Sembilan ABSTRACT This article contained about the form and structure of Batanghari Sembilan Music. This research aimed to provide insight and information about one of the form and structure of Indonesian Traditional Music. In the study of Indonesian Traditional Music, Batanghari Sembilan Music classified as folk music. The form and structure of Batanghari Sembilan Music will be explained briefly and presented descriptively. There are three main elements of Batanghari Sembilan Music, namely rhymes, songs, and serving instrument. After analyzing its form and structure, there were four songs that commonly used base from its three main elements. From each structure of four songs, all of them used two period in one part. That part singing about one verse of poem. Furthermore, the structure of the song is always repeated to sing a poem for the next verse. Keyword : Form, Structure, Batanghari Sembilan Music 83 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 lagu PENDAHULUAN Musik Batanghari Sembilan daerah dan gitar tunggal (Yampolsky, 1999: 14). Kesenian merupakan kesenian yang tumbuh dan ini menampilkan di daerah Sumatera pantun yang ditembangkan dan sajian Setiap daerah memiliki instrumen musik, yang paling populer seniman untuk kesenian ini, dengan adalah gitar. Namun di daerah Pulau kekhasan daerah. Beringin OKU Selatan, ada yang Secara musikal, belum ada data yang mengiringi dengan gitar, biola, dan pasti untuk menunjukkan dari daerah gambus. Selain itu di daerah Muara mana asal kesenian ini, hampir seluruh Enim menggunakan gitar, bas gitar, bas daerah di Sumatera Selatan memiliki drum, tamborin, dan biola. Dari lagu- seniman untuk kesenian ini. lagu yang didengarkan, peran sajian berkembang Selatan. masing-masing Batanghari instrumen selain membentuk irama, Sembilan merupakan hal yang baru juga menyajikan melodi yang sama bagi dengan melodi lagu. Istilah Musik penikmat dan pelakunya. Masyarakat Pagaralam dan Semende Penelitian ini akan mengungkap menyebut kesenian ini dengan istilah bentuk dan struktur Musik Batanghari rejung 16 Sembilan. Penjelasan akan dimulai dari Agustus 2013). Berbeda halnya dengan pengertian, unsur-unsur dan garap, daerah Muare serta bentuk dan struktur. Dalam hal ini tersebut M. (Ahmad, wawancara, Kuang, Dasi’i di daerah mengatakan untuk dapat memahami Musik kesenian ini disebut dengan tembang. Batanghari Sembilan perlu dilakukan Sama halnya dengan rejung, tembang kajian dengan pendekatan analisis juga berisi pantun yang disajikan musikal bentuk dan struktur yang dengan Muare mengacu pada konsep kajian musik Kuang. M. Dasi’i juga mengatakan Nusantara. Dalam konsep kajian musik bahwa tembang tersebut sudah ada Nusantara, Musik Batanghari Sembilan sejak dari zaman kakek dan neneknya termasuk dalam jenis musik daerah, (Dasi’i, wawancara, 18 Agustus 2013). yaitu musik yang lahir dan hidup di Daerah lain di Sumatera Selatan, ada sebuah daerah budaya (Hastanto, 2011: juga yang menyebutnya dengan istilah 7). lagu khas daerah Haviland seorang antropolog 84 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 menyatakan bahwa, membicarakan instrumennya terdengar melodi yang musik suatu kebudayaan juga sama mirip dengan melodi lagunya. Menurut pentingnya dengan mengerti bahasa Fontain musik, yaitu kebiasaan-kebiasaannya. karya Cara untuk mendekati jenis ungkapan melodinya, sehingga melodi memiliki musikal yang sama sekali asing dengan peranan penting dalam memahami mempelajari terlebih dahulu fungsi- bentuk musik (Indrawan, 2004: 1). fungsinya dalam hal melodi, ritme, dan Dalam bentuk dari musik suatu daerah budaya ditemukan motif lagu, frase lagu, dan (Haviland, 1985: 234-235). kalimat dalam musik Indrawan, dapat perjalanan lagu. Struktur dilihat melodi Motif dari akan merupakan Bentuk adalah ujud luar atau sekelompok nada yang terdiri dari 3 garis besar yang di dalamnya terdapat nada atau lebih yang memiliki arti struktur isi, sehingga bentuk dan musikal sebagai suatu partikel tematik struktur membicarakan wadah dan isi (Stein, 1979: 3). sebuah musik (Hastanto, 2011: 146). Guna memperoleh pemahaman Kajian bentuk dan struktur musik tentang frase Leon Stein menawarkan menghasilkan eksplanasi ujud fisik, empat asumsi. Yang pertama bahwa bagian-bagiannya dan isi setiap bagian. frase konvesional umumnya adalah Setelah menjelajah isi setiap bagian, sebuah unit yang terdiri dari empat akan dijelaskan aspek yang tidak fisik, birama, yang kedua bahwa frase adalah seperti frase lagu dan kalimat lagu unit terpendek yang diakhiri dengan (Hastanto, 2011: 109). Saat ini, Musik kadens, yang ketiga bahwa sebuah Batanghari Sembilan disajikan secara frase biasanya memiliki hubungan utuh oleh senimannya dalam tiga unsur dengan frase-frase lain, dan yang pokok, yaitu, pantun, tembangan atau keempat bahwa pada dasarnya frase lagu, dan sajian instrumen. Ketiga adalah basis struktural bentuk-bentuk unsur pokok tersebut dapat disajikan homofonis yang juga diterapkan pada dalam format solo, duet, dan format struktur-struktur yang lebih besar lagi. (Stein, 1979: 22). Jika dua atau lebih Dalam Musik poliponis tertentu Batanghari frase digabung dalam sebuah wujud Sembilan melodi pokok dapat dilihat yang bersambung sehingga bersama- dari lagu, walaupun dalam sajian sama membentuk sebuah unit 85 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 seksional, struktur demikian disebut PEMBAHASAN kalimat lagu (Stein, 1979: 39-42). Pengertian dan Pertunjukan Musik Batanghari Sembilan Pengumpulan dilakukan data dengan akan observasi, Musik Batanghari Sembilan wawancara, dan studi data tertulis. merupakan kesenian musik yang terdiri Dalam observasi akan dilihat langsung dari sajian instrumen gitar tunggal pertunjukan Batanghari dan/atau instrumen lainnya, dan vokal Sembilan, guna memahami bagian- yang menyajikan lagu khas daerahnya, bagian yang Musik musiknya. dilakukan Setelah wawancara itu, berisikan pantun-pantun dengan berbahasa daerah dengan tema yang narasumber Seniman Musik Batanghari bervariasi, serta ditembangkan sesuai Sembilan seperti Ribuanata, Sahilin, dialek dan/atau logat masing-masing M. Dasi’i, Sasman Hadi, Fadhillah, dan daerah di Sumatera Selatan, di mana Rasid, guna mendapatkan istilah dan kesenian ini tumbuh dan berkembang memahami rasa bagian khususnya di daerah Sumatera Selatan. musiknya. Selain wawancara Dari kaset-kaset yang sudah musikal itu dengan pengamat seperti Misral dan direkam, Ahmad guna mengatakan bahwa setiap seniman tentang pada kesenian ini pasti menembangkan Bastari mendapatkan Suan, informasi Philips Yampolsky kesenian ini secara umum. Selanjutnya lagu studi data tertulis digunakan sebagai tetangganya. Philips Yampolsky tidak acuan dalam menjelaskan dan/atau menemukan menganalisis permasalahan yang akan menembangkan lagu untuk daerah diungkap. Analisis dilakukan dengan yang terpisah jauh, seperti Kabupaten reduksi data, penyajian data, verifikasi, Lahat dan OKI.1 Hal ini menunjukkan dan penarikan kesimpulan. Pemaparan perbedaan yang nyata antara lagu-lagu hasil dari berbagai daerah. Namun Pihlips analisis dilakukan secara deskriptif. Selain itu, dilakukan analisis daerahnya Yampolsky atau seniman menegaskan daerah yang bahwa bentuk dan struktur untuk aspek-aspek musikal pada kesenian ini. 1 Perjalanan dari OKI ke Lahat ditempuh dalam waktu 6 jam. 86 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 perbedaan yang jelas terlihat dari bahasa (Yampolsky, 1999: 15). Saat ini Musik Batanghari Sembilan menjadi sebuah pertunjukan Cukup banyak lagu yang ada dan tontonan masyarakat Sumatera pada kesenian ini, seperti lagu Nasib, Selatan. Walaupun awalnya kesenian lagu Tige Serangkai, lagu Ribu-Ribu, ini hanya sebagai sarana pergaulan dan lagu Menurut komunikasi masyarakatnya (Ahmad, tersebut wawancara, Antan Delapan. Ribuanata, lagu-lagu 16 Kesenian dari panggung khusus dalam senandung tersebut sudah ada sejak penampilannya. Untuk penampilan zaman kakek dan neneknya. Hal yang tersebut sejalan dengan penjelasan seniman dapat langsung membaur Liaw Yock Fang, bahwa pantun adalah dengan penonton, hanya dibutuhkan senandung atau puisi rakyat yang kursi dan sedikit ruang, serta pengeras dinyanyikan, sampai sekarang pantun suara untuk mendukung penampilan masih dinyanyikan. Abdullah Munsyi senimannya. Selatan, bahkan tidak 2013). dikembangkan dari senandung khas Sumatera ini Agustus menggunakan membutuhkan gitar tunggal, dalam pelayaran ke Kelantan mencatat cara-cara pantun dinyanyikan (Fang, 2011: 556). Namun sebelumnya tidak ada judul khusus dari lagu-lagu seperti di atas, dan tidak jelas siapa penciptanya. Judul lagu itu muncul ketika direkam, dijual, dan dipertunjukkan ke masyarakat umum (Ribuanata, 2014). Hal wawancara, yang 23 April sama juga disampaikan oleh Rasid bahwa judul lagu itu baru ada dan dibuat pada saat ini saja (Rasid, wawancara, 5 Februari 2014). Gambar 1. Pertunjukan Musik Batanghari Sembilan dalam Sebuah Hajatan (Foto: Feri, 2014) Dalam sebuah hajatan, pantunpantun yang menarik dan bermakna sangat ditunggu oleh penontonnya, bahkan penonton tidak segan-segan untuk memberikan saweran kepada penembangnya, jika penampilannya 87 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 baik dan menarik. Sahilin mengatakan notasi menggunakan sistem tabulatur. bahwa setiap penampilannya terkadang Bagian ini menjelaskan sedikit tentang jumlah permasalahan saweran lebih besar dari garap. Dalam upahnya bermain (Sahilin, wawancara, pemaparannya antara unsur-unsur dan 10 agustus 2013). garap Musik Batanghari Sembilan Pertunjukan Musik Batanghari Sembilan dapat dilakukan pada waktu menjadi satu kesatuan. 1. Pantun Pantun siang maupun malam hari. Bahkan kesenian ini sama hiburan seperti ini telah dilakukan oleh halnya dengan pantun melayu, yaitu masyarakat sejak dahulu. sajak yang berbaris empat, dengan sahut sebagai sanjak ab ab (Fang, 2011: 556). Dua hiburan di malam hari sampai matahari baris awal dari pantun merupakan terbit (Marsden, 2008: 247). Dalam sampiran, dan dua baris akhir berupa pertunjukannya, tidak isi. Teks pantun dalam kesenian ini ditentukan secara khusus. Kebanyakan selalu berbahasa daerah yang ada di berpakaian Sumatera Mereka Melayu berpantun adat busana daerah Sumatera Selatan, seperti bahasa daerah Lahat, Semende, Pagaralam, Selatan. Muara Enim, Rambang, Muare Kuang, Unsur-unsur dan Garap Musik Benawe, Batanghari Sembilan Rawas, dan bahasa Lubuk Linggau. Setelah melihat penjelasan di Musi Banyuasin, Musi Dilihat dari sampiran dan isi, atas, ada tiga unsur pokok dalam tema kesenian ini, yaitu pantun, lagu, dan bervariasi dan dapat digolongkan enam sajian instrumen. Unsur musik seperti, ragam pantun, yaitu pantun nasihat, ritme, tempo, pantun nasib, pantun jenaka, pantun dinamika dapat terlihat pada lagu dan adat, pantun berkasih-kasihan, pantun sajian instrumen. Untuk penulisan beriba hati, seperti contoh pantun adat notasi lagu menggunakan notasi angka. berikut. melodi, harmoni, Sajian instrumen yang bersifat melodis seperti biola, juga menggunakan notasi pantun kesenian ini cukup Ke Muare due ke Martepure La laju pule ke Baturaje Adat kite adat Semende angka. Untuk instrumen gitar penulisan 88 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 Tunggu Tubangnye anak betine” (è dibaca seperti HP, BG), (é dibaca seperti geleng), (e dibaca seperti kentang, cakep) (Ke Muara Dua ke Martapura Jadilah kita ke Baturaja Adat kita adat Semende Tunggu Tubangnya anak wanita) (Sasman Hadi, wawancara, 6 Februari 2014). Bahasa yang digunakan dalam seniman membuat pantun secara langsung di tempat pertunjukan tanpa persiapan. Metode spontan ini biasanya digunakan seniman untuk pantun bersahut. Menurut M. Dasi’i, cara seperti ini biasa seniman dilakukan yang pengetahuan wawancara, sudah mapan pantunnya 18 oleh (Dasi,’i, Agustus 2013). pantun di atas adalah bahasa daerah Menurut William Marsden, hiburan Semende. Pantun di atas mengajak malam pada masyarakat Melayu juga masyarakat suku menampilkan memahami adatnya, yaitu Semende untuk Tunggu Tubangnya2 anak wanita. bersahut. Kelincahan dan kepandaian berbalas pantun Pantun yang baik apabila baris pantun sangat menyanyi. dibutuhkan Kata-kata indah dan dalam yang satu dan dua serta baris tiga dan empat dimunculkan terkadang memiliki keterkaitan. Seniman yang jenaka (Marsden, 2008: 246-247). baik, bukan hanya mempertimbangkan Metode yang kedua, yaitu dengan di akhiran kata dalam membuat pantun. konsep terlebih dahulu. Selain menyesuaikan tema, seniman Kata-kata yang sering muncul harus cerdas merangkai setiap baris dalam sampiran pantun adalah nama pantun sehingga memiliki keterkaitan tumbuhan, nama buah, nama daerah, (Ribuanata, sungai, nama hewan, bentukan alam wawancara, 23 April 2014). Ada dua metode yang (gunung, bukit, sungai, kegiatan sehari-hari (ke tebing,), kebun, digunakan dalam membuat pantun. menyeberang sungai, menanak nasi), Pertama adalah metode spontan, yaitu pakaian khas daerah, dan adat istiadat. Seniman mengunakan fenomena alam 2 Tunggu Tubang merupakan adat daerah Semende, yang memberikan kewenangan penuh kepada anak perempuan tertua untuk meneruskan waris. dan tradisi daerahnya sebagai materi sampiran pantun, seperti contoh pantun nasihat berikut. 89 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 “Baju kurung kancingan tige Dibatak midang ke Selangis Amu lah urung ancaman kite Alangka panjang la karang tangés” beda. Tidak ada ketentuan bahwa lagu (Baju kurung kancingnya tiga Dibawa berjalan ke Selangis Kalau tidak jadi rencana kita Alangkah panjang kita menangis) (Ahmad, wawancara 16 Agustus 2013) Berbeda halnya dengan pengertian lagu tersebut harus disajikan dengan teks pantun yang wawancara, 10 khusus Agustus (Sahilin, 2013). sebagai sebuah komposisi, yaitu teks dalam lagu tersebut menjadi satu kesatuan dengan melodi yang dibuat, seperti melodi pada lagu Indonesia Dilihat dari sampirannya, pantun tersebut mengunakan nama pakaian khas daerah dan nama daerah, yaitu baju kurung dan daerah Selangis sebagai materi pantunnya, Selanjutnya pada bagian isi, terkandung nasihat, bahwa kalau rencana gagal, maka kita akan menangis atau menyesal berkepanjangan. 2. Lagu Istilah lagu dalam kesenian ini tidak sama dengan pengertian lagu sebagai sebuah komposisi. Hal ini karena lagu-lagu pada kesenian ini dikembangkan dari senandung khas di Sumatera Selatan. Selain itu, setiap lagu dapat digunakan untuk Raya bukan untuk dinyanyikan dengan teks lagu Bagimu Negeri. Dalam sajian Musik Batanghari Sembilan, struktur pantun mengalami perubahan. Pantun seperti tidak lagi berjumlah empat baris utuh, seperti contoh pantun berikut. “Mak mane care nak mandi Jeramba patah pengkalan anyut Mak mane care nak jadi Umak marah bapang merengut ” Namun setelah disajikan setiap baris pantun diulang dua kali. Bahkan kata jeramba patah pada baris ke dua dan umak marah pada baris ke empat diulang dua kali. Dalam hal ini teks pantun ditembangkan untuk mengikuti kebutuhan lagu, seperti notasi berikut. menembangkan pantun yang berbeda- 90 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 Ket.: garis (/) pada angka 2 dan 5 berarti naik setengah laras Notasi 1. Lagu Tige Serangkai (Ribuanata) Dalam menembangkan pantun, pantunnya. Pengulangan-pengulangan sering dugunakan ucapan khas daerah, tersebut memang sudah dari dahulu yaitu ai, la, sayang, oy, yaila, seperti begitu pantun pada lagu Gunung Daes yang dirubah. disajikan oleh Zainudin berikut. menjadi khas dan pemanis sajiannya Pulau Pandan jao di tengah Gunung Daés becabang tige Hancurlah badan dikandung tanah Budi yang baik dikenang juge Pantun tersebut setelah ditembangkan berubah menjadi seperti berikut. Pulau pandan jauh di tengah, jauh di tengah Gunung la Daés becabang tige Gunung la Daés becabang tige Hancurlah badan dikandung tanah, dikandung tanah Budi yang baik dikenang juge Budi yang baik dikenang juge Ribuanata mengatakan bahwa pengulangan kata-kata dan satu baris pantun pada saat penyajiannya, dilakukan sebagai penegasan maksud aturannya Justru jadi tidak bisa pengulangan itu (Ribuanata, wawancara, 21 Agustus 2014). Lagu pada kesenian ini berasal dari senandung khas daerah, yang dikembangkan oleh seniman terdahulu (Ribuanata, wawancara, 23 April 2014). Menurut Fadhillah lagu yang digunakan untuk menembangkan pantun di Dusun Tanjung Bulan, Kecamatan Pulau Beringin OKU Selatan. memiliki kesamaan secara musikal dengan budaya meratap. Meratap merupakan sebuah ungkapan kesedihan yang dilakukan oleh seseorang karena keluarganya yang 91 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 meninggal dunia (Fadhilah, wawancara, 28 Mei 2014). khas daerah, gaya vokal dipengaruhi dialek dan/atau logat daerahnya. Belum ataupun ditemukan istilah khusus dalam teknik menembang. Setiap seniman yang Notasi 2. Senandung Ratap (Fadhilah: wawancara, 28 Mei 2014) diamati, memiliki caranya masingmasing dalam menembang. Dilihat dari artikulasi, pengaruh dialek dan/atau logat bahasa sangat berpengaruh. Dari segi Notasi 3. Lagu Jurai Rampean Karya Syamsul Syukur memiliki rata-rata seniman menggunakan pernapasan dada. Sama Dari dua notasi di atas, jika ditembangkan pernapasan kesamaan halnya ketika kita menarik nafas panjang. Produksi suara yang memiliki dihasilkan oleh seniman yang diamati, pelarasan yang sama. Dilihat dari kotak memiliki warna suara sama seperti saat merah melodi dan ritme memiliki pola berbicara. musikal. yang Keduanya sama. juga Kotak biru muda menunjukkan nada yang baru sebagai pengembangan dari senandung ratap. Selain penggunaan bahasa daerah untuk teks pantunnya, dialek dan/atau logat bahasa masing-masing daerah memiliki pengaruh dalam 3. Sajian Instrumen Ada dua bentuk sajian instrumen, yaitu format ansambel dan gitar tunggal. Di daerah Pulau Beringin ditemukan format ansamble dengan instrumen gitar, gambus, dan biola. tembangannya. Dalam menembang, ada cengkok khas yang dipengaruhi dialek dan/atau logat masing-masing daerah (Ribuanata, wawancara, 23 April 2014). Hal inilah yang membedakan vokal Musik Batanghari Sembilan dengan musik lainnya. Selain Gambar 2. Sajian Instrumen Gitar, Biola, Gambus (Foto: Feri, 2014) lagu tersebut berakar dari senandung 92 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 Sajian instrumen seperti di atas Bentuk sajian yang paling disebut rejung betebah, yang berarti populer saat ini adalah gitar tunggal. bermain dan menembang bersama- Setiap daerah di Sumatera Selatan sama. Gitar membentuk pola irama menggunakan gitar tunggal dalam musiknya, dengan pola bas pada senar kesenian ini. Menurut Ahmad Bastari atas, yang selalu diulang-ulang. Selain Suan, gitar tunggal ini sudah ada itu, gitar dan gambus juga menyajikan sebelum melodi vokal, yang dimainkan pada wawancara, 16 Agustus 2013). Namun senar belum bawah, pasti yang berbeda dari melodi vokal, sedangkan menunjukkan tahun berapa mulai untuk instrumen biola, memainkan digunakan, dan siapa yang melodi mempopulerkan. Selanjutnya dilakukan ritme (Ahmad, data menembang pola 1940-an ada lagu. dengan tahun untuk secara bergantian. ini kebanyakan adalah gitar akustik. Penalaan instrumen pada rejung betebah Gitar yang digunakan kesenian ini, menggunakan Sajian gitar tunggal ini ada yang duet rasa dan solo. Bentuk duet, yaitu mengiringi enaknya penembang. Penembang akan penembang dan/atau ikut menembang, memastikan nada yang sudah sesuai sedangkan bentuk solo memainkan untuk dijadikan acuan dalam penalaan gitar instrumen lainnya. Penalaan dimulai Petikan gitar memainkan pola bas dari gambus terlebih dahulu. Setelah sekaligus melodi lagu. Namun dalam itu dilanjutkan menala gitar dan biola memainkan melodi lagu, ritme, dan dengan nada acuannya dari gambus melodinya tidak sama persis. sambil menembang sendiri. (Rasid, wawancara, 5 Februari 2014). Notasi 4. Sajian Instrumen Rejung Betebah (Rasid, wawancara, 5 Februari 2014) Gambar 3. Gitar Tunggal Duet dan Solo 93 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 Selanjutnya penalaan (Stéman) instrumen gitar pada kesenian ini cukup bervariasi. Penalaan awal hampir sama dengan penalaan gitar konvensional. Namun yang Diagram 1. Proses Penalaan Instrumen Gitar membedakan penggunaan acuan nada dasarnya. Sangat jarang seniman yang Di menggunakan sistem absolute pitch, dalam permainan gitar nada A = 440 Hz sebagai acuan. Rata- tunggal, teknik yang digunakan tangan rata seniman menggunakan rasa vokal kanan adalah teknik petikan dengan penembangnya. sesuai menggunakan jari. Rata-rata seniman dengan rasa vokal penembangnya, baru hanya menggunakan jari jempol untuk dilanjutkan menala senar yang lainnya. pola bas dan jari telunjuk untuk pola Penalaan selanjutnya, merubah salah melodi. Belum ditemukan seniman satu senar untuk disamakan nadanya yang dengan ditentukan. menggunakan kelima jarinya. Pola bas Misalnya, senar enam lepas disamakan dan pola melodi dimainkan bersamaan, nadanya dengan nada pada senar tiga sehingga muncul satu harmoni dalam lepas, senar lima lepas disamakan gitar tunggalnya. senar Jika sudah yang memetik gitar dengan Penggunaan tangan kiri dalam dengan senar dua lepas. Menurut Ribuanata, penalaan permainan gitar tunggal, rata-rata untuk hanya menggunakan jari telunjuk, jari mempermudah secara teknik dalam tengah, dan jari manis. Bentuk melodi memainkan gitar tunggal. Perubahan sangat dominan pada tangan kiri, banyak dilakukan di senar atas yang hampir rata-rata gitar diisi dengan pola selalu dimainkan pada senar terbuka melodi. (Ribuanata, April melodi, teknik yang banyak digunakan 2014). Selain untuk mempermudah pada jari kiri adalah teknik slur dengan teknis memainkan, penalaan dilakukan kategori hammer, hammer on pull off, untuk kebutuhan harmoni. dan slide. Untuk bentuk akor pada gitar ini dilakukan wawancara, 23 Dalam memainkan pola tangan kiri sangat sedikit digunakan, 94 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 ada yang tidak sama sekali lagu tempo dibuat konstan, tempo mengunakan bentuk akor pada tangan melambat sebagai tanda mengakhiri kiri. lagu. Bentuk dan Struktur Umum Musik Batanghari Sembilan Pada bagian ini dipaparkan bentuk dan struktur umum Musik Batanghari Sembilan. Hal-hal yang Gambar 4. Teknik Petikan Gitar Tunggal (Foto: Feri: 2014) berkenaan dengan struktur pantun, lagu, dan sajian instrumen dibahas secara umum. Istilah-istilah dalam strukturnya mengacu kepada istilah emik. Seandainya tidak ditemukan istilah emik, maka akan dipinjam istilah dari musik lain yang memiliki Gambar 5. Penjarian Tangan Kiri Pada Gitar Tunggal (Foto: Feri, 2014) kesamaan pengertian. Untuk membahas bentuk dan struktur Musik Batanghari Sembilan, Belum ditemukan warna suara melodi lagu dan pantun menjadi hal khas yang dihasilkan dari sajian gitar yang pokok dan mendasar untuk tunggal. Warna tergantung dianalisis. Pola-pola sajian instrumen kualitas gitar digunakan. hanya menjadi isian dalam bagian- Permainan dinamika pada gitar juga bagian struktur lagunya. Walaupun tidak begitu terasa. Pola melodi dan demikian, dalam penjelasan bentuk dan pola bas di sepanjang permainan sama- struktur antara melodi lagu, pantun, sama menonjol suaranya. Tempo yang dan sajian instrumen menjadi satu digunakan dalam sajian gitar tunggal kesatuan. suara yang cukup bervariasi, ada yang cepat, sedang, dan lambat tergantung Dalam setiap pertunjukan Musik Batanghari Sembilan, sebagai keinginan penembangnya. Dari awal 95 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 pembuka selalu ada pengajak3 dalam seperti pada saat mengiringi lagu dan bahasa Semende. Bagian pengajak ini merupakan selalu disajikan oleh instrumen. Pola instrumennya. yang digunakan gitar tunggal dan dalam format sajian instrumen yang lain dapat pengajak dalam bentuk harmoni ini dikatakan sama. Ada dua pola yang bisa disajikan dalam dua baris pantun biasa dimainkan pada bagian pengajak, atau satu baris pantun yang sudah yaitu pola melodi dan pola yang sudah dilagukan (Ribuanata, wawancara, 23 dalam bentuk harmoni. Kedua pola Maret 2014). Berikut contoh notasi tersebut di atas, tidak selalu dimainkan pengajak pola melodi dan harmoni. dalam pertunjukannya. Pola satu pola dasar Pengajak kalimat lagu. sajian disajikan Durasi yang sudah dalam bentuk harmoni adalah yang sering digunakan. Menurut Ribuanata, pengajak dengan pola melodi digunakan sebagai pemanis saja, dan hanya bersifat Notasi 5. Pengajak Pola Melodi Gitar Tunggal (Ribuanata, wawancara, 23 Maret 2014) pengembangan. Secara baku pengajak dengan pola melodi ini sebenarnya tidak ada (Ribuanata, wawancara, 23 Maret 2014). Melodi yang dimainkan mengikuti skala atau tangga nada yang digunakan dalam lagu. Pola melodi Notasi 6. Pengajak Pola Melodi Biola (Rasid, wawancara, 5 Februari 2014) bisa bebas atau mengambil pola-pola yang ada pada melodi lagu. Durasi dalam memainkannya tidak dapat ditentukan. Untuk pengajak yang sudah dalam bentuk harmoni, disajikan 3 Fungsi pengajak sama halnya dengan intro atau musik pengantar pada sebuah lagu., Namun yang berbentuk melodi, sama dengan prospel pada musik keroncong. Notasi 7. Pengajak Gitar Tunggal Dalam Bentuk Harmoni (Ribuanata, wawancara, 23 Maret 2014) 96 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 Setelah bagian pengajak pepatah tersebut diulang dengan gaya disajikan, berikutnya masuk ke lagu. resitatif (Marsden, 2008: 184). Hal Ada empat struktur lagu yang umum tersebut menguatkan digunakan sebenarnya pola dalam sajian Musik repetisi bahwa tersebut Batanghari Sembilan. Dari keempat memiliki hubungan yang erat dengan struktur lagu tersebut dapat dikatakan kebiasaan orang Melayu. bahwa pola mendominasi. hanya repetisi sangat Dalam struktur lagu terdapat repetisi bukan motif, frase, dan kalimat lagu yang dilakukan untuk disusun Pola sekedar oleh dua frase. tidak mencukupi kebutuhan melodi lagu. ditemukan istilah emik untuk hal Terdapat hubungan yang erat antara tersebut. Untuk itu digunakan istilah kebiasaan orang Melayu dengan pola frase A dan frase B. Ada tiga pola yang repetisi pada sajian Musik Batanghari digunakan untuk melihat perbedaan Sembilan. Melayu sangat dekat dengan frase A dan B. Pertama, frase A budaya Islam, salah satunya adalah diawali dan diakhiri dengan nada-nada zikir. Bahkan sebagian besar sastra tinggi, sedangkan frase B diawali dan Melayu adalah transkripsi Alqur’an diakhiri dengan nada yang lebih rendah (Marsden, 2008: 318). Zikir dalam registernya dari frase A, namun kedua bahasa Arab berarti diulang-ulang. frase sama-sama diakhiri dengan nada Dalam dasarnya. Kedua, frase A dan frase B sajian Musik Batanghari Sembilan pengulangan kata dan satu diakhiri baris pantun yang ditembangkan dalam register yang sama, namun frase A satu frase lagu sering dilakukan. diawali dengan nada tinggi, sedangkan William Marsden dengan nada dasar pada dalam frase B diawali dengan dengan yang tulisannya tentang sejarah Sumatera lebih rendah dan sebaliknya. Ketiga, mengatakan, bahwa orang Melayu Frase A tidak diakhiri dengan nada memiliki kebiasaan mengulangi lagu- dasar, sedangkan frase B di akhiri lagu, ilustrasi pepatah atau kata-kata dengan nada dasar. kiasan di saat waktu istirahat. Pepatah- 97 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 Notasi 8. Struktur Lagu Tige Serangkai (Ribuanata, wawancara, 23 Maret 2014) Lagu Tige Serangkai di atas ritme seperti pada notasi. Frase A di diawali dengan pengajak gitar tunggal akhiri dengan nada 3 pada lingkaran yang ditandai dengan garis merah dan hijau. Namun frase A diulang dua kali, garis merah dengan diberi jembatan4 sajian gitar pola pada kotak merah. Frase A secara melodi dan garis biru merupakan musikal belum mengakhiri kalimat pengajak dengan bentuk harmoni. lagu. Menurut Ribuanata dalam frase A Selanjutnya masuk ke bagian lagu, tersebut diibaratkan seperti tanda koma diawali dengan frase yang ditandai dalam dengan kotak hijau (sebut saja frase A). wawancara, 23 Maret 2014). biru. merupakan Untuk pengajak garis dengan sebuah tulisan (Ribuanata, Pada frase A terdapat motif lagu yang terdiri dari nada 2, 3, dan 4 pada lingkaran merah, dengan pola 4 Istilah jembatan sama dengan melodi transisi, yaitu sajian musik yang dimainkan sebelum masuk ke frase, kalimat, dan bagian berikutnya. 98 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 Sebelum masuk ke frase B yang ditandai dengan kotak biru terdapat dua kalimat lagu. Kalimat lagu tua, yang pertama berisi sampiran pantun, terdapat juga jembatan dengan sajian kalimat lagu kedua merupakan isi gitar, yang ditandai dengan kotak pantun. Kedua kalimat lagu tersebut merah. Pada frase B juga terdapat memiliki struktur lagu yang sama. motif lagu dengan nada 7, 7, 6 dengan Namun pada kalimat lagu yang kedua register rendah pada lingkaran hitam, terdapat jembatan sajian gitar pada dengan pola ritme seperti pada notasi. kotak biru muda untuk masuk ke bait 5 Frase B diakhiri dengan nada 3 pada pantun berikutnya. Jembatan sajian register yang rendah, seperti pada gitar pada kotak biru muda, juga bisa lingkaran biru tua. Frase B juga digunakan untuk mengakhiri lagu, diulang dua kali dengan jembatan yaitu apabila ditandai dengan tempo sajian gitar. Frase B secara musikal pada sajian gitar yang mulai melambat. telah mengakhiri kalimat lagu. Namun Lagu Tige Serangkai ini hanya menurut Ribuanata, walaupun kalimat terdiri dari satu bagian. Pantun pada lagunya telah selesai pada bagian bait berikutnya, ditembangkan sama sampiran, hal tersebut belum dapat seperti dikatakan Ribuanata sebelumnya. Hanya saja terkadang ada menambahkan bahwa satu bagian yaitu perubahan ritme lagu menyesuaikan menembangkan satu bait pantun secara kata-kata yang ada pada pantunnya. utuh (Ribuanata, wawancara, 23 Maret Berikut diagram struktur lagunya. satu bagian. struktur lagu pada bait 2014). Hal tersebut juga disampaikan oleh Sahilin, bahwa apabila satu bait pantun selesai ditembangkan, maka bagian berikutnya Diagram 2. Struktur Lagu Yang Pertama menembangkan pantun kembali dengan lagu yang sama (Sahilin, wawancara, 28 Agustus 2013). Pada lagu tiga serangkai di atas, 5 Lagu Tige Serangkai ini menggunakan modus Phrygian, dimana arah frase lagu selalu berakhir di nada 3. Struktur lagu yang pertama merupakan bentuk yang komprehensif dalam kesenian ini. Namun ada struktur lain yang lebih sederhana. Struktur lagu yang umum digunakan 99 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 berikutnya diambil dari lagu Gunung Selain itu, kedua frase tersebut juga Daes yang disajikan oleh Zainudin, diakhiri dengan nada yang sama, terdapat struktur lagu dengan diagram seperti diagram struktur lagu berikut. seperti berikut. Diagram 5. Struktur Lagu Yang Keempat Diagram 3. Struktur Lagu Yang Kedua Struktur lagu yang Keempat struktur lagu di atas umum memiliki kesamaan, dengan digunakan berikutnya diambil dari lagu memperlihatkan Jurai Rampean yang disajikan oleh pantun dan isi pantun masing-masing Imhadi, terdapat struktur lagu dengan diselesaikan dengan satu kalimat lagu. diagram seperti berikut. Selain itu bahwa satu sampiran bait pantun ditembangkan dengan dua kalimat lagu. Diagram 4. Struktur Lagu Yang Ketiga Selanjutnya untuk struktur lagu PENUTUP Musik Batanghari Sembilan merupakan kesenian yang tumbuh dan yang keempat diambil dari lagu Ribu- berkembang Ribu yang disajikan oleh M. Dasi’i. Selatan. Pada struktur lagu yang keempat, pantun-pantun yang ditembangkan dan terdapat perbedaan antara frase A dan sajian instrumen yang mengirinya. frase A’. Pada frase A biasanya Pantun-pantun tersebut ditembangkan dimulai dari nada yang rendah, frase dengan bahasa daerah yang ada di A’ dimulai pada nada yang tinggi. Sumatera Selatan, serta menggunakan Namun kedua frase tersebut secara dialek dan/atau logat masing-masing musikal memiliki kesamaan. Frase A’ daerah. Sajian instrumen yang ada hanya mengulangi frase A, dengan yaitu, dengan format gitar tunggal dan pengembangan melodi dari frase A. format ansambel. di Kesenian Daerah ini Sumatera menyajikan 100 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 lagu yang pertama, pantun-pantun Haviland, William A. 1985. Antropologi. diterjemahkan R.G. Soekadijo. Jakarta: Erlangga. tersebut ditembangkan dalam delapan Marsden, Setelah dilakukan analisis bentuk dan struktur, untuk struktur frase dan dua kalimat lagu dalam satu bait pantunnya. Struktur lagu tersebut disajikan juga pada pantun bait berikutnya. Namun untuk struktur lagu kedua dan keempat, pantun-pantun tersebut disajikan dalam enam frase dan dua kalimat lagu. Hanya saja susunan frase pada kedua struktur tersebut berbeda. selanjutnya struktur yang paling sederhana terdapat pada struktur lau yang kedua, yaitu pantunpantun ditembangkan dalam empat frase dan dua kalimat lagu. Keempat struktur lagu tersebut memiliki William. 2008.Sejarah Sumatera. Depok: Komunitas Bambu. Yampolsky, Philips. 1999. Music Of Indonesia Vol. 20 : Indonesian Guiars. Recorded, compiled, and annotated by Philip Yampolsky. 32-page booklet. 73 minutes: SFW 40447. Indrawan, Andre. 2004. Bahan Ajar Ilmu Analisis Musik I. Yogyakarta: Jurusan Musik FSP ISI Yogyakata. Stein, Leon. 1979. Structure and Style : The Study and Analysis of Musical Form. USA: Summy – Birchard Music, Expand Edition New Jersey. kesamaan, yaitu menggunakan dua kalimat lagu dalam satu bagiannya, dan NARASUMBER struktur lagu tersebut selalu diulang Ahmad Kordin (63), Seniman Rejung dan Tokoh Masyarakat Semendo Darat, Dusun Tanjung Bulan Kecamatan Pulau Beringin Kabupaten OKU Selatan. dalam menembangkan pantun pada bait berikutnya. KEPUSTAKAAN Fang, Liaw York. 2011. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Hastanto, Sri. 2011 Kajian Musik Nusantara-1. Surakarta: Institut Seni Indonesia Surakarta Press. Ahmad Bastari Suan (67), Pengamat Kesenian Musik Batanghari Sembilan, Perum. PNS Pemkot. Palembang Gandus. Alex Munandar (38), Seniman Musik Batanghari Sembilan, Jalan Dwikora II no. 99 Palembang. 101 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 Fadhilah Hidayatullah (25), Seniman Rejung, Dusun Tanjung Bulan Kecamatan Pulau Beringin Kabupaten OKUSelatan. Ribuanata Sahilin M. Dasi’i Husin (59), Seniman Musik Batanghari Sembilan, Jalan Let. Murod Talang Ratu Lrg. Sakura no. 1226 rt. 25 rw. 58. Misral (45), Seniman Musik Daerah Palembang dan Dosen Musik Jurusan Kesenian FKIP Univ. PGRI Palembang, Jalan Sukarela-Batujajar lrg. Sejambu I rt. 18 rw. 07 Sukarami Palembang. Rasid (62), Seniman Musik Batanghari Sembilan, Dusun Uludanau Kecamatan Pulau Beringin Kabupaten OKU Selatan. (44), Seniman Musik Batanghari Sembilan, Perumahan Polygon Bukit Baru. (59), Seniman Musik Batanghari Sembilan, Lrg. Kedukan II Kelurahan 36 Ilir Kecamatan Gandus. Sasman Hadi (35), Seniman Musik Batanghari Sembilan, Dusun Tanjung Bulan Kecamatan Pulau Beringin Kabupaten OKU Selatan. Siti Rohmah (59), Seniman Musik Batanghari Sembilan, Lrg. Kedukan I Kelurahan 36 Ilir Kecamatan Gandus. 102 Indeks Nama Penulis JURNAL EKSPRESI SENI PERIODE TAHUN 2011-2015 Vol. 13-17, No. 1 Juni dan No. 2 November Admawati, 15 Ahmad Bahrudin, 36 Alfalah. 1 Amir Razak, 91 Arga Budaya, 1, 162 Arnailis, 148 Asril Muchtar, 17 Asri MK, 70 Delfi Enida, 118 Dharminta Soeryana, 99 Durin, Anna, dkk., 1 Desi Susanti, 28, 12 Dewi Susanti, 56 Eriswan, 40 Ferawati, 29 Hartitom, 28 Hendrizal, 41 Ibnu Sina, 184 I Dewa Nyoman Supanida, 82 Imal Yakin, 127 Indra Jaya, 52 Izan Qomarats, 62 Khairunas, 141 Lazuardi, 50 Leni Efendi, Yalesvita, dan Hasnah Sy, 76 Maryelliwati, 111 Meria Eliza, 150 Muhammad Zulfahmi, 70, 94 Nadya Fulzi, 184 Nofridayati, 86 Ninon Sofia, 46 Nursyirwan, 206 Rosmegawaty Tindaon, Rosta Minawati, 122 Roza Muliati, 191 Selvi Kasman, 163 Silfia Hanani, 175 Sriyanto, 225 Susandra Jaya, 220 Suharti, 102 Sulaiman Juned, 237 Wisnu Mintargo, dkk., 115 Wisuttipat, Manop, 202 Yuniarni, 249 Yurnalis, 265 Yusril, 136 JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor2,November 2015 Redaksi Jurnal Ekspresi Seni Mengucapkan terimakasih kepada para Mitra Bebestari 1. Dr. St. Hanggar Budi Prasetya ( Institut Seni Indonesia Yogyakarta) 2. Dr. G. R. Lono Lastoro Simatupang, M.A ( Universitas Gajah MadaYogyakarta) 3. Dr. Sri Rustiyanti, S.Sn., M.Sn ( Institut Seni Budaya Indonesia Bandung) EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Redaksi menerima naskah artikel jurnal dengan format penulisan sebagai berikut: 1. Jurnal Ekspresi Seni menerima sumbangan artikel berupa hasil penelitian atau penciptaan di bidang seni yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir, dan belum pernah dipublikasikan di media lain dan bukan hasil dari plagiarisme. 2. Artikel ditulis menggunakan bahasa Indonesia dalam 15-20 hlm (termasuk gambar dan tabel), kertas A4, spasi 1.5, font times new roman 12 pt, dengan margin 4cm (atas)-3cm (kanan)-3cm (bawah)-4 cm (kiri). 3. Judul artikel maksimal 12 kata ditulis menggunakan huruf kapital (22 pt); diikuti nama penulis, nama instansi, alamat dan email (11 pt). 4. Abstrak ditulis dalam dua bahasa (Inggris dan Indonesia) 100-150 kata dan diikuti kata kunci maksimal 5 kata (11 pt). 5. Sistematika penulisan sebagai berikut: a. Bagian pendahuluan mencakup latar belakang, permasalahan, tujuan, landasan teori/penciptaan dan metode penelitian/penciptaan b. Pembahasan terdiri atas beberapa sub bahasan dan diberi sub judul sesuai dengan sub bahasan. c. Penutup mengemukakan jawaban terhadap permasalahan yang menjadi fokus bahasan. 6. Referensi dianjurkan yang mutakhir ditulis di dalam teks, footnote hanya untuk menjelaskan istilah khusus. Contoh: Salah satu kebutuhan dalam pertunjukan tari adalah kebutuhan terhadap estetika atau sisi artistik. Kebutuhan artistik melahirkan sikap yang berbeda daripada pelahiran karya tari sebagai artikulasi kebudayaan (Erlinda, 2012:142). Atau: Mengenai pengembangan dan inovasi terhadap tari Minangkabau yang dilakukan oleh para seniman di kota Padang, Erlinda (2012:147-156) mengelompokkan hasilnya dalam dua bentuk utama, yakni (1) tari kreasi dan ciptaan baru; serta (2) tari eksperimen. 7. Kepustakaan harus berkaitan langsung dengan topik artikel. Contoh penulisan kepustakaan: Erlinda. 2012. Diskursus Tari Minangkabau di Kota Padang: Estetika, Ideologi dan Komunikasi. Padangpanjang: ISI Press. Pramayoza, Dede. 2013(a). Dramaturgi Sandiwara: Potret Teater Populer dalam Masyarakat Poskolonial. Yogyakarta: Penerbit Ombak. _________. 2013(b). “Pementasan Teater sebagai Suatu Sistem Penandaan”, dalam Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian & Penciptaan Seni Vol. 8 No. 2. Surakarta: ISI Press. Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni Budaya. Yogyakarta: Jalasutra. Takari, Muhammad. 2010. “Tari dalam Konteks Budaya Melayu”, dalam Hajizar (Ed.), Komunikasi Tradisi dalam Realitas Seni Rumpun Melayu. Padangpanjang: Puslit & P2M ISI. 8. Gambar atau foto dianjurkan mendukung teks dan disajikan dalam format JPEG. Artikel berbentuk soft copy dikirim kepada : Redaksi Jurnal Ekspresi Seni ISI Padangpanjang, Jln. Bahder Johan. Padangpanjang Artikel dalam bentuk soft copy dapat dikirim melalui e-mail: [email protected]