PDF - Jurnal UNESA

advertisement
Relasi Gender pada Keluarga Wisudawati Sinden
RELASI GENDER PADA KELUARGA WISUDAWATI SINDEN DI SENDANG MADE
KECAMATAN KUDU KABUPATEN JOMBANG
Ferinda Muvidzatus Saputri
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya
[email protected]
Pambudi Handoyo
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya
[email protected]
Abstrak
Akses perempuan ke sektor publik dijamin oleh undang-undang atas hak dalam pekerjaanya tersebut.
Meskipun begitu kenyataannya akses perempuan ke sektor publik di Indonesia masih kurang. Sering juga
perempuan mengalami diskriminasi ketika bekerja. Seperti sinden, banyak penonton yang melecehkannya
baik secara verbal maupun dengan tindakan yang kurang menyenangkan. Pernyataan tersebut masih
didukung lokalitas beberapa daerah yang meminggirkan akses perempuan ke ranah publik, maka perlu
adanya usaha untuk mendapatkan keadilan bagi kaum perempuan, khususnya pada sektor publik. Namun
bukan berarti perempuan harus berjuang sendiri agar mendapatkan keadilan tersebut, masih ada aktor lain
dari transformasi gender, yakni peran laki-laki yang sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi pekerjaan sinden disektor publik, domestik, kontrol dan akses antara laki-laki dan
perempuan, partisipasi dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan teori nurture, yaitu memandang
dari segi sosial individu tersebut. Adapun metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan
Gender And Development mengenai keikutsertaan laki-laki pada pekerjaan perempuan serta kesempatan
yang sama dengan pria dalam pembangunan disegala bidang. Dari sini laki-laki dan perempuan akan
membentuk relasi gender. Hasil dari penelitian ini adalah telah terbentuk sebuah mitra sejajar pada konteks
pekerjaan yang digeluti oleh salah satu pihak. Dalam akses dan kontrol terhadap sumber daya yang
dimiliki, kedua pihak juga menunjukkan relasi gender yang melibatkan peran kedua pihak untuk berperan
aktif dalam hal akses terhadap sumber daya yang tersedia.
Kata Kunci: Relasi Gender, Wisudawan Sinden, Sinden
Abstract
Women's access to public sector guaranteed by law of the rights in the job. Despite that fact that women's
access to the public sector in Indonesia is still lacking. Often women experience discrimination when
working. As sinden, many spectators were harassed both verbally and with less menyenangkan. Statement
action is still supported locality some areas that marginalize women's access to the public sphere, it is
necessary to attempt to obtain justice for women, particularly in the public sector. But that does not mean
women should fend for themselves in order to get justice, there are still other actors of the transformation of
gender, the male role is very important. This study aims to identify the job sinden public sector, domestic,
control and access between men and women, participation in society. This study uses nurture theory,
looking at the individual's social terms. The method used is qualitative approach to the Gender And
Development on the participation of men in women's employment and equal opportunities with men in all
fields of development. From here men and women will form gender relations. Results of this study was to
have formed an equal partner in the context of the work that was involved by either party. In access to and
control over its resources, both parties also showed gender relations involving the roles of both parties to
play an active role in terms of access to resources that available.
Keywords: Gender Relations, graduates Sinden, Sinden
macam-macam organisasi yang berbeda. Salah satunya
organisasi perempuan tradisional di Inggris Adalah
AWORD (The Association of African Women for
Research and Development), sebuah organisasi non
pemerintah yang dijadikan sebagai jaringan kerja di
kalangan peneliti perempuan Afrika yang sedang
mengkaji masalah-masalah pembangunan di Afrika.(
Mosse. 2007: 14). Masalah yang ada di Afrika adalah
krisis pertanian, pangan, air dan bahan bakar yang
PENDAHULUAN
Seiring perkembangan zaman, ketidakadilan yang
menimpa perempuan mendapatkan pehatian dari
berbagai pihak. Misalnya DAWN (Development
Alternatives With Women For a New Era). Organisasi
yang didirikan di Banglore, India Selatan tahun 1984 ini
sebagai jaringan kerja kaum perempuan di dunia ketiga(
Mosse. 2007: hal ix). DAWN mengidentifikasikan
1
Paradigma, Volume 03 Nomor 03, Tahun 2015
semuanya merupakan urusan perempuan. Krisis ini
disebabkan karena ekspor yang kurang memperhatikan
isu swasembada pangan lokal. Akibatnya mengabaikan
metode produksi dan tanaman pangan yang sebagian
diproduksi perempuan.
Beberapa konferensi tersebut berdampak pada
pendekatan baru untuk mengikutsertakan perempuan
dalam pembangunan. Perspektif tersebut antara lain :
Women In Development (WID), menekankan pada
terintregasikannya perempuan dalam pembangunan
melalui program-program yang dapat menghasilkan
pendapatan utama bagi perempuan. Setelah WID ada
pula pendekatan Women and Development (WAD).
Menekankan pada hubungan antara perempuan dan
proses pembangunan, sampai bergeser pada perspektif
Gender And Development (GAD). Gender And
Development (GAD) merubah fokus yang semula pada
perempuan sebagai kelompok ke relasi antara perempuan
dan laki-laki yang ditentukan secara sosial.
Hal ini berarti perluasan akses bagi perempuan yang
selama ini sering dibatasi, sekarang malah didukung
untuk semakin berkembang ke pelbagai macam sektor.
Misalnya peran perempuan pada sektor publik
(pekerjaan). Berbagai macam pekerjaan banyak
ditemukan untuk perempuan selain menjadi ibu rumah
tangga, salah satunya sebagai sinden. Menurut Mujoko
Raharjo (1997 : 24) dalam jurnal Andina Setyaning
Rahayu, sinden berasal dari kata Pasindhian berarti yang
kaya akan lagu atau yang melagukan (melantunkan lagu).
Sinden juga di sebut waranggana. “Wara” berarti
seseorang yang berjenis kelamin wanita dan “anggana”
berarti sendiri. Sinden adalah wanita yang menyanyi
sendiri mengikuti alunan gendhing jawa. (Rahayu, 2011:
hal 5)
Akses perempuan ke sektor publik dijamin oleh
undang-undang diantaranya hak untuk mendapatkan
pekerjaan yang terdapat dalam UUD 1945 Nomor 13
Tahun 2003 pasal 4 ayat 2 yakni mewujudkan
pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga
kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan
nasional dan daerah, artinya baik laki-laki dan
perempuan harusnya mendapatkan hak yang sama untuk
mengakses pekerjaan. Menjadi sinden harus mau bekerja
malam sampai pagi, dan tidak jarang mereka
mendapatkan perkataan kasar. Namun mereka juga
mempunyai hak dalam pekerjaanya tersebut, seperti yang
tertera pada UUD Nomor 13 tahun 2003 pasal 76 ayat 3
yaitu yang bekerja antara pukul 23.00 s.d 07.00 berhak:
1. Mendapatkan makanan dan minuman bergizi, 2.
Terjaga kesusilaan dan keamanan selama ditempat kerja,
3. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput
bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan
pulang bekerja antara pukul 23.00 s.d 05.00.
Meskipun begitu, kenyataannya akses perempuan ke
sektor publik di Indonesia masih kurang, masih banyak
perempuan yang sulit mendapatkan pekerjaan yang bisa
mensejahterakan hidupnya. Sering juga perempuan
mengalami diskriminasi ketika bekerja. Pekerja wanita
yang bekerja antara pukul 23.00 s.d 07.00 tidak
disediakan makanan bergizi, angkutan antar jemput, dan
pelecehan seksual. Inilah salah satu penyebab perempuan
untuk berhenti bekerja di sektor publik.
Beberapa uraian paparan data dan peminggiran akses
perempuan ke dalam sektor publik menunjukkan bahwa
konstruksi yang membatasi akses perempuan ke publik
masih sangat kuat. Perlu adanya usaha untuk
mendapatkan keadilan bagi kaum perempuan, khususnya
pada sektor publik. Namun bukan berarti perempuan
harus berjuang sendiri agar mendapatkan keadilan
tersebut. Masih ada aktor lain dari transformasi gender,
yakni peran laki-laki yang sangat penting.
Dalam mendifinisikan terminologi gender, terdapat
paradigma yang digunakan untuk menganalisis gender,
yaitu teori nurture yang menganggap bahwa faktor
biologis tidak menyebabkan keunggulan laki-laki
terhadap perempuan. Pemilihan sekaligus pengunggulan
terhadap laki-laki disebabkan karena elaborasi
kebudayaan
terhadap
biologis
masing-masing
(Muthali’in, 2001: 24). Teori ini menjadi pilihan yang
dirasa paling tepat dalam mengidentifikasi situasi yang
terjadi, dalam hal ini adalah relasi gender keluarga sinden
di Sendang Made Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang,
dan coba dikombinasikan pendekatan Gender And
Developmet. Dalam penelitian ini juga menggunakan
konsep relasi gender dari Maria E Pandu, dalam modul
pembelajarannya menjelaskan bahwa relasi gender
sebagai kondisi laki-laki dan perempuan menempati
posisi “mitra sejajar”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif,
yaitu penelitian yang akan memberikan gambaran dan
menggali realitas sosial dalam masyarakat. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif yaitu suatu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskripitif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati (Moleong, 2005: hal 4). Metode ini juga
diharapkan mampu mengungkapkan dan memperoleh
informasi secara mendalam dan mendetail dari informan
untuk mengungkap pemasalahan yang ada di masyarakat.
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan GAD
(gender and development). Pendekatan ini berfokus pada
kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi politik dan budaya
yang menentukan bagaimana perempuan dan laki-laki
berpartisipasi. Gender dan pembangunan dikenal juga
sebagai pendekatan pemberdayaan. Pendekatan ini
2
Relasi Gender pada Keluarga Wisudawati Sinden
melihat semua aspek kehidupan perempuan dan semua
kerja yang dilakukan perempuan (kerja produktif,
reproduktif, privat, dan publik) dan juga melihat
bagaimana kontribusi laki-laki pada pekerjaan
perempuan dan kegiatan sehari-hari yang dilakukan. (
Mosse. 2007 : hal 209)
Penelitian ini berlokasi di Sendang Made Desa Made,
Kudu Jombang. Alasan peneliti mengambil lokasi
tersebut karena Sendang Made, Kudu Jombang
merupakan tempat dimana setiap tahunnya terdapat
kegiatan wisuda sinden yang diikuti oleh banyak sinden.
Mulai dari sinden junior hingga senior. Peneliti memilih
pesinden tersebut didasarkan pada alasan, kegiatan kerja
pada pesinden (menyanyi, membawakan alat tata rias,
mempersiapkan baju untuk pentas, mengangkat alat-alat
kebutuhan sinden ke tempat tujuan, mengantar jemput
pesinden) dapat dilakukan oleh seluruh anggota keluarga
pesinden. Sehingga dari realitas ini, peneliti berasumsi
dapat melihat relasi gender pada masyarakat pesinden.
Penelitian ini dilakukan pada awal bulan Mei-Juni 2015.
Subjek penelitian ini adalah orang yang mengerti
dengan permasalahan yang hendak diteliti, yaitu
beberapa orang sinden yang sudah menikah beserta juga
dengan suaminya. Pencarian subyek penelitian ini
menggunakan
teknik
purposive,
yaitu
teknik
pengambilan sumber data yang telah ditentukan dengan
pertimbangan tertentu. Pemilihan subjek penelitian
didasarkan pada subjek penelitian dan harapan untuk
memperoleh informasi lebih banyak, yaitu pada sinden
yang sudah menjadi senior atau yang telah lama
menggeluti profesi sebagai sinden, untuk memulai
penelitian, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu
terhadap situasi dan kondisi lokasi penelitian.
Metode observasi dan wawancara adalah cara yang
digunakan dalam menghimpun data-data primer yang
dibutuhkan dalam penelitian ini. Sedangkan untuk data
sekunder, peneliti menghimpunnya dari berbagai
literatur. Seperti, media cetak atau pun elektronik, bukubuku referensi, gambar-gambar dokumentasi sebelumnya
dan hasil penelitian sejenis.
Analisis data dalam penelitian ini adalah teknik
“analisis gender” guna mengidentifikasi permasalahan
gender yang ada pada masyarakat. Pada analisisnya,
peneliti akan menggunakan analisis gender model
Harvard, dimana sebetulnya model analisis ini dilakukan
pada program pembangunan (women in development)
WID. Teknik Harvard merupakan teknik yang biasa
disebut Gender Framework Analysis, yaitu suatu analisis
yang digunakan untuk melihat suatu profil gender dari
suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyek
pembangunan, yang mengutarakan perlunya tiga
interelasi satu sama lain, yaitu : profil aktivitas, profil
akses, profil kontrol (Overholt et. al. 1986). (Handayani
dan Sugiarti, 2002 : 170)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gender Framework Analyze dalam teknik analisis model
Harvard terwujud ke dalam tiga tabel yang memiliki
interelasi satu sama lain. Ketiga tabel tersebut antara lain:
Pertama, tabel aktivitas yang di dalamnya mencakup
dua bentuk kehidupan perempuan dan laki-laki, yaitu:
reproduksi (biologis, serta urusan rumah tangga),
produksi (menyinden, dan pekerjaan di sektor publik
lainnya), dan sosial (organisasi formal maupun informal
di lingkungan rumah). Kedua, tabel akses dan kontrol
terhadap sumberdaya dan manfaat. Ketiga, tabel
pengaruh untuk memberikan program yang tepat
terhadap masalah yang terjadi
Sifatnya masih sederhana karena belum mengarah
pada analisis, tapi baru pada taraf pengumpulan data
yang kemudian dideskripsikan. Disini peneliti akan
menggunakan model analisis tersebut pada penelitian
yang bersifat (gender and development) GAD atau
pemberdayaan. Sehingga perlu untuk menganalisis
hubungan tersebut agar perempuan dan laki-laki
memiliki kontrol dan akses yang sama dalam
pengambilan keputusan dan pemanfaatan sumberdaya.
Sehingga peneliti mendiskripsikan empat model Harvard
ke dalam betuk relasi keluarga sinden. Bentuk tabel dapat
dilihat, sebagai berikut:
Tabel 1: Relasi Gender dengan Komponen Harvard
Kriteria
Dimensi
Akses ke
sumber
daya
Partisipasi
3
Produktif
Cenderung
setara: Untuk
pekerjaan
pokok
dan
sampingan
sama-sama
memiliki
akses
dan
kontrol.
Cenderung
setara:
Terjadi
kesinergisan
antara kedua
belah
pihak
dalam sektor
persindenan,
di mana lakilaki
dan
perempuan
bergotong
royong untuk
melakukan
pekerjaan
Relasi Gender
Reproduktif
Cenderung
tidak setara:
kebanyakan
dikuasai
perempuan,
baik dari segi
pengelolaan
urusan rumah
baik
ketersediaan
bahan
makanan
Cenderung
tidak setara:
Peran
perempuan
lebih dominan,
dalam sektor
domestik.
Sosial
Cenderung
setara:
keduanya
memiliki akses
yang
cukup
bebas
untuk
berorganisasi.
Cenderung
setara:
Keduanya
berpartisipasi
dalam
keanggotaan
organisasi desa,
di mana lakilaki mengikuti
rapat di karang
taruna desa, dan
perempuan
mengikuti
pengajian atau
arisan.
Paradigma, Volume 03 Nomor 03, Tahun 2015
tersebut.
Kontrol
Manfaat
Cenderung
tidak setara:
Dalam sektor
publik, kontrol
dimiliki lebih
banyak oleh
pihak laki-laki
untuk
memutuskan
semua
hal.
Baik
pada
aktivitas
publik
maupun
sosian.
Cenderung
setara: Lakilaki
dan
perempuan
sama-sama
merasakan
manfaat dari
pekerjaan
sinden,
maupun
pekerjaan di
luar sinden.
Cenderung
tidak setara:
Aktivitas
rumah tangga
dilakukan oleh
perempuan,
namun kontrol
masih
dilakukan oleh
laki-laki
Cenderung
setara: Lakilaki
berhak
menentukan
keikutsertaan
dalam
organisasi
sosial
yang
akan diikuti.
Cenderung
setara: Baik
suami maupun
istri merasakan
manfaat dari
peran
reproduktif
yang
lebih
banyak
dilakukan
perempuan
Cenderung
setara:
baik
suami maupun
istri merasakan
manfaat
berorganisasi
Dalam profil akses dan kontrol, kedua pihak dapat
mengakses segala macam sumber daya yang dimiliki.
Namun kontrol terhadap sumber daya yang ada, masih
didominasi oleh laki-laki, terutama pada rumah dan
sepeda motor, serta kepemilikan atas sawah. Laki-laki
lebih berkuasa dalam memutuskan sumberdaya yang
akan digunakan. Sedangkan sumberdaya berupa uang kas
dan peralatan sinden, dikontrol oleh perempuan. Hal ini
karena perempuan yang mengerti keadaan rumah
tangganya, jadi semua pemasukan dan pengeluaran
dalam keluarga perempuan yang memegang. Begitu juga
dengan peralatan sinden yang identik dengan alat-alat
make up perempuan. Persoalan manfaat yang di peroleh
kedua belah pihak, mereka sama-sama memperoleh
manfaat yang bisa dirasakan secara adil menurut peran
yang dilakukan. Seperti : laki-laki memliki peran yang
dominan terhadap hal-hal terkait dengan pelatihan.
Tidak ditemukan adanya pembatas yang jelas
mengenai apa yang tidak dan apa yang boleh dilakukan
oleh perempuan dalam menjalankan perannya di berbagai
sektor, baik itu domestik ataupun publik menggambarkan
tidak sesuainya teori nurture dalam keluarga wisudawan
sinden. Teori nurture yang memandang pembagian peran
antara laki-laki dan perempuan didasarkan pada konteks
sosial tidak terlihat dalam kehidupan keluarga sinden ini.
Keluarga sinden ini tidak ada yang membedakan antara
laki-laki dan perempuan dalam hal pekerjaan, mereka
sama-sama memiliki peran dan saling berkaitan dengan
jenis pekerjaan yang dilakukan.
GAD (gender and development) membawa analisis
dalam relasi yang terbangun antara sinden dengan suami,
dengan diwujudkannya dukungan serta partisipasi suami
terhadap pekerjaan sinden istri. Bentuk dukungan
tersebut diklasifikasikan menjadi tiga, apabila
berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Hartiningsih,
(2008) yaitu:
a. Dukungan fisik: dukungan ini dapat berupa tenaga
dan waktu yang dimiliki suami untuk menemani serta
membantu segala urusan sinden. Misalnya mengantar
ke lokasi pertunjukkan dan menjemputnya,
mengangkat semua perlengkapan sinden, menunggu
istri hingga selesai, serta membantu istri dalam
mengurus pekerjaan rumah tangga.
b. Dukungan finansial: dukungan ini diberikan suami
dengan cara menanggung keperluan hidup dan biaya
usaha sampingan istri. Suami menganggap sudah
menjadi tugas dan tanggung jawab sebagai kepala
rumah tangga.
c. Dukungan psikis: dukungan ini berupa kontrol dan
perhatian terhadap
kehidupan sinden istri,
mempertanyakan mengenai alat-alat make up yang
kurang/habis atau menjaganya ketika sedang
menyinden.
Dari paparan identifikasi dengan model Harvard
sudah dijelasanka kerangka analisis Harvard, namun
belum secara detail menjelaskan relasi gender pada
keluarga sinden. Sehingga, untuk mendukung analisis
permasalahan relasi gender, perlu adanya pendekatan
yang digunakan yaitu GAD (gender and development).
GAD (gender and development) mengusung analisis
dalam relasi yang terbangun antara laki-laki dan
perempuan, dengan menunjukkan bentuk kerjasama
terhadap konteks pekerjaan sektor publik, maupun
domestik.
Partisipasi yang diberikan laki-laki terhadap aktivitas
produktif dalam sektor publik, terlihat dalam kegiatan
mengantar dan membawakan keperluan sinden, di mana
laki-laki juga ikut serta menemani perempuan ke lokasi
pertunjukkan. Aktivitas reproduktif dalam sektor publik,
juga mendapatkan partisipasi dari pihak laki-laki, yang
juga disertai partisipasi pihak perempuan. Di sini, terlihat
kesinergisan antara laki-laki dengan perempuan dalam
satu konteks pekerjaan, dan terbentuk sebuah mitra
sejajar antara laki-laki dan perempuan dalam hal
pembangunan. Namun, dalam aktivitas reproduktif di
sektor domestik, kebanyakan laki-laki beranggapan
bahwa pekerjaan domestik, merupakan tanggung jawab
penuh dari perempuan. Jadi laki-laki tidak sepenuhnya
membantu perempuan di rumah tangga. Bahkan ada lakilaki yang tidak mau tahu pekerjaan perempuan di
domestik.
4
Relasi Gender pada Keluarga Wisudawati Sinden
Dukungan tersebut juga berlaku pada suami terhadap
pekerjaan yang dilakukan istri. Ada yang memberikan
dukungan psikis berupa perhatian pada permasalahan
pekerjaan suami, dan yang terpenting adalah dukungan
untuk mengurus keperluan rumah tangga (reproduktif).
Seorang istri memberikan dukungan pada sektor
reproduktif, untuk membangun sebuah relasi saling
menguntungkan yang berbasis kemitra-sejajaran. Pandu,
2013: hal 108). Kemitra-sejajaran yang dimaksud adalah
terdapat kesinergisan antara keduanya, ketika istri sedang
sibuk atau sedang bekerja, suami bersedia membantu
urusan rumah tangga atau menggantikan peran
reproduktif istri.
dan perempuan, dalam hal pekerjaan mereka sama-sama
memiliki peran dan terkait dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan. Satu paragraph baiknya tidak kurang dari 3
kalimat.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Trisakti. dan Sugiarti. 2002. Konsep dan
Teknik Penelitian Gender Cetakan ke-1. Malang :
UMM Press.
Hartiningsih, Siti, Sugih.2008. A Husband’s Contibution
To Wive’s Education; Case Study of Dharma Husada
Institute of Health Sciencies in Bandung. Dalam Siti
Hariti Satriyani. “Women in Public Sector(ed).
Yogyakarta: Tiara Wacana.
SIMPULAN
Relasi gender yang terjadi pada keluarga wisudawan
sinden di berbagai kecamatan kabupaten Jombang,
terdapat kesinergisan antara partisipasi dari pihak lakilaki, yakni yang saling melengkapi dan mendukung
dalam satu konteks pekerjaan. Dukungan suami terbagi
menjadi tiga yaitu: dukungan fisik yang berupa tenaga,
pikiran dan waktu untuk mengantar jemput istri,
dukungan finansial yang berupa sumberdaya modal
untuk usaha dan kehidupan istri, serta dukungan psikis
yang berupa perhatian intensif terhadap pekerjaan yang
sudah lama dilakukan istri.
Selain itu dalam model analisis Harvard yang
menekankan pada empat kriteria yaitu akses, partisipasi,
kontrol dan manfaat. Dapat diidentifikasikan bahwa
relasi gender yang ada sangat beragam, yakni secara
merata serta ada juga yang masih didominasi laki-laki
(suami) salah satu jenis gender. Terdapat bentuk
kesadaran mengenai kemitraan-sejajaran antara laki-laki
dan perempuan yang menganut nilai-nilai kesetaraan dan
keadilan. Relasi tersebut memberikan pengaruh terhadap
akses dan kontrol terhadap sumber daya yang dimiliki.
Kontrol terhadap sumber daya yang telah tersedia berupa
rumah, sawah, sepeda motor, masih dikontrol oleh lakilaki, sedangkan perempuan memiliki wewenang untuk
mengontrol dan memanajemen uang kas dari hasil sinden
atau diluar sinden, serta semua peralatan sinden.
Kesetaraan hubungan kedua pihak dalam konteks
pekerjaan produktif publik maupun domestik, mengacu
pada relasi gender yang didasarkan pada kesadaran
mengenai kesejajaran antara laki-laki dengan perempuan,
dimana terdapat hubungan yang sejajar serta bergotongroyong dalam implementasinya. Mereka saling
membantu dalam pekerjaan, terutama pekerjaan yang
dilakukan perempuan di sektor publik. Teori nurture
yang memandang pembagian peran antara laki-laki dan
perempuan didasarkan pada konteks sosial tidak terlihat
dalam kehidupan keluarga sinden ini. Dalam keluarga
sinden ini tidak ada yang membedakan antara laki-laki
Lexy J. Moleong. 2005, Metode Penelitian Kualitatif,
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Mosse, Julia, C. 2007. Gender dan Pembangunan.
(penerjemah : Hartian Silawati). Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Muthali’in, Achmad. 2001. Bias Gender Dalam
Pendidikan. Surakarta : muhammadiya university
press.
Pandu, Maria, E. 2013. Bunga Rampai Perempuan
Keluarga Gender. Makassar: Bina Generasi.
Andina Setyaning Rahayu. 2011. Identitas Sinden Dalam
NovelIndonesia.Online.Journal.unair.ac.id/filerPDF/c
omm2bfea4aflfull.pdf Diakses pada 25 November
2014. 14.35 WIB.
5
Download