Relasi Gender pada Keluarga Wisudawati Sinden RELASI GENDER PADA KELUARGA WISUDAWATI SINDEN DI SENDANG MADE KECAMATAN KUDU KABUPATEN JOMBANG Ferinda Muvidzatus Saputri Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya [email protected] Pambudi Handoyo Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya [email protected] Abstrak Akses perempuan ke sektor publik dijamin oleh undang-undang atas hak dalam pekerjaanya tersebut. Meskipun begitu kenyataannya akses perempuan ke sektor publik di Indonesia masih kurang. Sering juga perempuan mengalami diskriminasi ketika bekerja. Seperti sinden, banyak penonton yang melecehkannya baik secara verbal maupun dengan tindakan yang kurang menyenangkan. Pernyataan tersebut masih didukung lokalitas beberapa daerah yang meminggirkan akses perempuan ke ranah publik, maka perlu adanya usaha untuk mendapatkan keadilan bagi kaum perempuan, khususnya pada sektor publik. Namun bukan berarti perempuan harus berjuang sendiri agar mendapatkan keadilan tersebut, masih ada aktor lain dari transformasi gender, yakni peran laki-laki yang sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pekerjaan sinden disektor publik, domestik, kontrol dan akses antara laki-laki dan perempuan, partisipasi dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan teori nurture, yaitu memandang dari segi sosial individu tersebut. Adapun metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan Gender And Development mengenai keikutsertaan laki-laki pada pekerjaan perempuan serta kesempatan yang sama dengan pria dalam pembangunan disegala bidang. Dari sini laki-laki dan perempuan akan membentuk relasi gender. Hasil dari penelitian ini adalah telah terbentuk sebuah mitra sejajar pada konteks pekerjaan yang digeluti oleh salah satu pihak. Dalam akses dan kontrol terhadap sumber daya yang dimiliki, kedua pihak juga menunjukkan relasi gender yang melibatkan peran kedua pihak untuk berperan aktif dalam hal akses terhadap sumber daya yang tersedia. Kata Kunci: Relasi Gender, Wisudawan Sinden, Sinden Abstract Women's access to public sector guaranteed by law of the rights in the job. Despite that fact that women's access to the public sector in Indonesia is still lacking. Often women experience discrimination when working. As sinden, many spectators were harassed both verbally and with less menyenangkan. Statement action is still supported locality some areas that marginalize women's access to the public sphere, it is necessary to attempt to obtain justice for women, particularly in the public sector. But that does not mean women should fend for themselves in order to get justice, there are still other actors of the transformation of gender, the male role is very important. This study aims to identify the job sinden public sector, domestic, control and access between men and women, participation in society. This study uses nurture theory, looking at the individual's social terms. The method used is qualitative approach to the Gender And Development on the participation of men in women's employment and equal opportunities with men in all fields of development. From here men and women will form gender relations. Results of this study was to have formed an equal partner in the context of the work that was involved by either party. In access to and control over its resources, both parties also showed gender relations involving the roles of both parties to play an active role in terms of access to resources that available. Keywords: Gender Relations, graduates Sinden, Sinden macam-macam organisasi yang berbeda. Salah satunya organisasi perempuan tradisional di Inggris Adalah AWORD (The Association of African Women for Research and Development), sebuah organisasi non pemerintah yang dijadikan sebagai jaringan kerja di kalangan peneliti perempuan Afrika yang sedang mengkaji masalah-masalah pembangunan di Afrika.( Mosse. 2007: 14). Masalah yang ada di Afrika adalah krisis pertanian, pangan, air dan bahan bakar yang PENDAHULUAN Seiring perkembangan zaman, ketidakadilan yang menimpa perempuan mendapatkan pehatian dari berbagai pihak. Misalnya DAWN (Development Alternatives With Women For a New Era). Organisasi yang didirikan di Banglore, India Selatan tahun 1984 ini sebagai jaringan kerja kaum perempuan di dunia ketiga( Mosse. 2007: hal ix). DAWN mengidentifikasikan 1 Paradigma, Volume 03 Nomor 03, Tahun 2015 semuanya merupakan urusan perempuan. Krisis ini disebabkan karena ekspor yang kurang memperhatikan isu swasembada pangan lokal. Akibatnya mengabaikan metode produksi dan tanaman pangan yang sebagian diproduksi perempuan. Beberapa konferensi tersebut berdampak pada pendekatan baru untuk mengikutsertakan perempuan dalam pembangunan. Perspektif tersebut antara lain : Women In Development (WID), menekankan pada terintregasikannya perempuan dalam pembangunan melalui program-program yang dapat menghasilkan pendapatan utama bagi perempuan. Setelah WID ada pula pendekatan Women and Development (WAD). Menekankan pada hubungan antara perempuan dan proses pembangunan, sampai bergeser pada perspektif Gender And Development (GAD). Gender And Development (GAD) merubah fokus yang semula pada perempuan sebagai kelompok ke relasi antara perempuan dan laki-laki yang ditentukan secara sosial. Hal ini berarti perluasan akses bagi perempuan yang selama ini sering dibatasi, sekarang malah didukung untuk semakin berkembang ke pelbagai macam sektor. Misalnya peran perempuan pada sektor publik (pekerjaan). Berbagai macam pekerjaan banyak ditemukan untuk perempuan selain menjadi ibu rumah tangga, salah satunya sebagai sinden. Menurut Mujoko Raharjo (1997 : 24) dalam jurnal Andina Setyaning Rahayu, sinden berasal dari kata Pasindhian berarti yang kaya akan lagu atau yang melagukan (melantunkan lagu). Sinden juga di sebut waranggana. “Wara” berarti seseorang yang berjenis kelamin wanita dan “anggana” berarti sendiri. Sinden adalah wanita yang menyanyi sendiri mengikuti alunan gendhing jawa. (Rahayu, 2011: hal 5) Akses perempuan ke sektor publik dijamin oleh undang-undang diantaranya hak untuk mendapatkan pekerjaan yang terdapat dalam UUD 1945 Nomor 13 Tahun 2003 pasal 4 ayat 2 yakni mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, artinya baik laki-laki dan perempuan harusnya mendapatkan hak yang sama untuk mengakses pekerjaan. Menjadi sinden harus mau bekerja malam sampai pagi, dan tidak jarang mereka mendapatkan perkataan kasar. Namun mereka juga mempunyai hak dalam pekerjaanya tersebut, seperti yang tertera pada UUD Nomor 13 tahun 2003 pasal 76 ayat 3 yaitu yang bekerja antara pukul 23.00 s.d 07.00 berhak: 1. Mendapatkan makanan dan minuman bergizi, 2. Terjaga kesusilaan dan keamanan selama ditempat kerja, 3. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 s.d 05.00. Meskipun begitu, kenyataannya akses perempuan ke sektor publik di Indonesia masih kurang, masih banyak perempuan yang sulit mendapatkan pekerjaan yang bisa mensejahterakan hidupnya. Sering juga perempuan mengalami diskriminasi ketika bekerja. Pekerja wanita yang bekerja antara pukul 23.00 s.d 07.00 tidak disediakan makanan bergizi, angkutan antar jemput, dan pelecehan seksual. Inilah salah satu penyebab perempuan untuk berhenti bekerja di sektor publik. Beberapa uraian paparan data dan peminggiran akses perempuan ke dalam sektor publik menunjukkan bahwa konstruksi yang membatasi akses perempuan ke publik masih sangat kuat. Perlu adanya usaha untuk mendapatkan keadilan bagi kaum perempuan, khususnya pada sektor publik. Namun bukan berarti perempuan harus berjuang sendiri agar mendapatkan keadilan tersebut. Masih ada aktor lain dari transformasi gender, yakni peran laki-laki yang sangat penting. Dalam mendifinisikan terminologi gender, terdapat paradigma yang digunakan untuk menganalisis gender, yaitu teori nurture yang menganggap bahwa faktor biologis tidak menyebabkan keunggulan laki-laki terhadap perempuan. Pemilihan sekaligus pengunggulan terhadap laki-laki disebabkan karena elaborasi kebudayaan terhadap biologis masing-masing (Muthali’in, 2001: 24). Teori ini menjadi pilihan yang dirasa paling tepat dalam mengidentifikasi situasi yang terjadi, dalam hal ini adalah relasi gender keluarga sinden di Sendang Made Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang, dan coba dikombinasikan pendekatan Gender And Developmet. Dalam penelitian ini juga menggunakan konsep relasi gender dari Maria E Pandu, dalam modul pembelajarannya menjelaskan bahwa relasi gender sebagai kondisi laki-laki dan perempuan menempati posisi “mitra sejajar”. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang akan memberikan gambaran dan menggali realitas sosial dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripitif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2005: hal 4). Metode ini juga diharapkan mampu mengungkapkan dan memperoleh informasi secara mendalam dan mendetail dari informan untuk mengungkap pemasalahan yang ada di masyarakat. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan GAD (gender and development). Pendekatan ini berfokus pada kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi politik dan budaya yang menentukan bagaimana perempuan dan laki-laki berpartisipasi. Gender dan pembangunan dikenal juga sebagai pendekatan pemberdayaan. Pendekatan ini 2 Relasi Gender pada Keluarga Wisudawati Sinden melihat semua aspek kehidupan perempuan dan semua kerja yang dilakukan perempuan (kerja produktif, reproduktif, privat, dan publik) dan juga melihat bagaimana kontribusi laki-laki pada pekerjaan perempuan dan kegiatan sehari-hari yang dilakukan. ( Mosse. 2007 : hal 209) Penelitian ini berlokasi di Sendang Made Desa Made, Kudu Jombang. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut karena Sendang Made, Kudu Jombang merupakan tempat dimana setiap tahunnya terdapat kegiatan wisuda sinden yang diikuti oleh banyak sinden. Mulai dari sinden junior hingga senior. Peneliti memilih pesinden tersebut didasarkan pada alasan, kegiatan kerja pada pesinden (menyanyi, membawakan alat tata rias, mempersiapkan baju untuk pentas, mengangkat alat-alat kebutuhan sinden ke tempat tujuan, mengantar jemput pesinden) dapat dilakukan oleh seluruh anggota keluarga pesinden. Sehingga dari realitas ini, peneliti berasumsi dapat melihat relasi gender pada masyarakat pesinden. Penelitian ini dilakukan pada awal bulan Mei-Juni 2015. Subjek penelitian ini adalah orang yang mengerti dengan permasalahan yang hendak diteliti, yaitu beberapa orang sinden yang sudah menikah beserta juga dengan suaminya. Pencarian subyek penelitian ini menggunakan teknik purposive, yaitu teknik pengambilan sumber data yang telah ditentukan dengan pertimbangan tertentu. Pemilihan subjek penelitian didasarkan pada subjek penelitian dan harapan untuk memperoleh informasi lebih banyak, yaitu pada sinden yang sudah menjadi senior atau yang telah lama menggeluti profesi sebagai sinden, untuk memulai penelitian, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu terhadap situasi dan kondisi lokasi penelitian. Metode observasi dan wawancara adalah cara yang digunakan dalam menghimpun data-data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Sedangkan untuk data sekunder, peneliti menghimpunnya dari berbagai literatur. Seperti, media cetak atau pun elektronik, bukubuku referensi, gambar-gambar dokumentasi sebelumnya dan hasil penelitian sejenis. Analisis data dalam penelitian ini adalah teknik “analisis gender” guna mengidentifikasi permasalahan gender yang ada pada masyarakat. Pada analisisnya, peneliti akan menggunakan analisis gender model Harvard, dimana sebetulnya model analisis ini dilakukan pada program pembangunan (women in development) WID. Teknik Harvard merupakan teknik yang biasa disebut Gender Framework Analysis, yaitu suatu analisis yang digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyek pembangunan, yang mengutarakan perlunya tiga interelasi satu sama lain, yaitu : profil aktivitas, profil akses, profil kontrol (Overholt et. al. 1986). (Handayani dan Sugiarti, 2002 : 170) HASIL DAN PEMBAHASAN Gender Framework Analyze dalam teknik analisis model Harvard terwujud ke dalam tiga tabel yang memiliki interelasi satu sama lain. Ketiga tabel tersebut antara lain: Pertama, tabel aktivitas yang di dalamnya mencakup dua bentuk kehidupan perempuan dan laki-laki, yaitu: reproduksi (biologis, serta urusan rumah tangga), produksi (menyinden, dan pekerjaan di sektor publik lainnya), dan sosial (organisasi formal maupun informal di lingkungan rumah). Kedua, tabel akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat. Ketiga, tabel pengaruh untuk memberikan program yang tepat terhadap masalah yang terjadi Sifatnya masih sederhana karena belum mengarah pada analisis, tapi baru pada taraf pengumpulan data yang kemudian dideskripsikan. Disini peneliti akan menggunakan model analisis tersebut pada penelitian yang bersifat (gender and development) GAD atau pemberdayaan. Sehingga perlu untuk menganalisis hubungan tersebut agar perempuan dan laki-laki memiliki kontrol dan akses yang sama dalam pengambilan keputusan dan pemanfaatan sumberdaya. Sehingga peneliti mendiskripsikan empat model Harvard ke dalam betuk relasi keluarga sinden. Bentuk tabel dapat dilihat, sebagai berikut: Tabel 1: Relasi Gender dengan Komponen Harvard Kriteria Dimensi Akses ke sumber daya Partisipasi 3 Produktif Cenderung setara: Untuk pekerjaan pokok dan sampingan sama-sama memiliki akses dan kontrol. Cenderung setara: Terjadi kesinergisan antara kedua belah pihak dalam sektor persindenan, di mana lakilaki dan perempuan bergotong royong untuk melakukan pekerjaan Relasi Gender Reproduktif Cenderung tidak setara: kebanyakan dikuasai perempuan, baik dari segi pengelolaan urusan rumah baik ketersediaan bahan makanan Cenderung tidak setara: Peran perempuan lebih dominan, dalam sektor domestik. Sosial Cenderung setara: keduanya memiliki akses yang cukup bebas untuk berorganisasi. Cenderung setara: Keduanya berpartisipasi dalam keanggotaan organisasi desa, di mana lakilaki mengikuti rapat di karang taruna desa, dan perempuan mengikuti pengajian atau arisan. Paradigma, Volume 03 Nomor 03, Tahun 2015 tersebut. Kontrol Manfaat Cenderung tidak setara: Dalam sektor publik, kontrol dimiliki lebih banyak oleh pihak laki-laki untuk memutuskan semua hal. Baik pada aktivitas publik maupun sosian. Cenderung setara: Lakilaki dan perempuan sama-sama merasakan manfaat dari pekerjaan sinden, maupun pekerjaan di luar sinden. Cenderung tidak setara: Aktivitas rumah tangga dilakukan oleh perempuan, namun kontrol masih dilakukan oleh laki-laki Cenderung setara: Lakilaki berhak menentukan keikutsertaan dalam organisasi sosial yang akan diikuti. Cenderung setara: Baik suami maupun istri merasakan manfaat dari peran reproduktif yang lebih banyak dilakukan perempuan Cenderung setara: baik suami maupun istri merasakan manfaat berorganisasi Dalam profil akses dan kontrol, kedua pihak dapat mengakses segala macam sumber daya yang dimiliki. Namun kontrol terhadap sumber daya yang ada, masih didominasi oleh laki-laki, terutama pada rumah dan sepeda motor, serta kepemilikan atas sawah. Laki-laki lebih berkuasa dalam memutuskan sumberdaya yang akan digunakan. Sedangkan sumberdaya berupa uang kas dan peralatan sinden, dikontrol oleh perempuan. Hal ini karena perempuan yang mengerti keadaan rumah tangganya, jadi semua pemasukan dan pengeluaran dalam keluarga perempuan yang memegang. Begitu juga dengan peralatan sinden yang identik dengan alat-alat make up perempuan. Persoalan manfaat yang di peroleh kedua belah pihak, mereka sama-sama memperoleh manfaat yang bisa dirasakan secara adil menurut peran yang dilakukan. Seperti : laki-laki memliki peran yang dominan terhadap hal-hal terkait dengan pelatihan. Tidak ditemukan adanya pembatas yang jelas mengenai apa yang tidak dan apa yang boleh dilakukan oleh perempuan dalam menjalankan perannya di berbagai sektor, baik itu domestik ataupun publik menggambarkan tidak sesuainya teori nurture dalam keluarga wisudawan sinden. Teori nurture yang memandang pembagian peran antara laki-laki dan perempuan didasarkan pada konteks sosial tidak terlihat dalam kehidupan keluarga sinden ini. Keluarga sinden ini tidak ada yang membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam hal pekerjaan, mereka sama-sama memiliki peran dan saling berkaitan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan. GAD (gender and development) membawa analisis dalam relasi yang terbangun antara sinden dengan suami, dengan diwujudkannya dukungan serta partisipasi suami terhadap pekerjaan sinden istri. Bentuk dukungan tersebut diklasifikasikan menjadi tiga, apabila berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Hartiningsih, (2008) yaitu: a. Dukungan fisik: dukungan ini dapat berupa tenaga dan waktu yang dimiliki suami untuk menemani serta membantu segala urusan sinden. Misalnya mengantar ke lokasi pertunjukkan dan menjemputnya, mengangkat semua perlengkapan sinden, menunggu istri hingga selesai, serta membantu istri dalam mengurus pekerjaan rumah tangga. b. Dukungan finansial: dukungan ini diberikan suami dengan cara menanggung keperluan hidup dan biaya usaha sampingan istri. Suami menganggap sudah menjadi tugas dan tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga. c. Dukungan psikis: dukungan ini berupa kontrol dan perhatian terhadap kehidupan sinden istri, mempertanyakan mengenai alat-alat make up yang kurang/habis atau menjaganya ketika sedang menyinden. Dari paparan identifikasi dengan model Harvard sudah dijelasanka kerangka analisis Harvard, namun belum secara detail menjelaskan relasi gender pada keluarga sinden. Sehingga, untuk mendukung analisis permasalahan relasi gender, perlu adanya pendekatan yang digunakan yaitu GAD (gender and development). GAD (gender and development) mengusung analisis dalam relasi yang terbangun antara laki-laki dan perempuan, dengan menunjukkan bentuk kerjasama terhadap konteks pekerjaan sektor publik, maupun domestik. Partisipasi yang diberikan laki-laki terhadap aktivitas produktif dalam sektor publik, terlihat dalam kegiatan mengantar dan membawakan keperluan sinden, di mana laki-laki juga ikut serta menemani perempuan ke lokasi pertunjukkan. Aktivitas reproduktif dalam sektor publik, juga mendapatkan partisipasi dari pihak laki-laki, yang juga disertai partisipasi pihak perempuan. Di sini, terlihat kesinergisan antara laki-laki dengan perempuan dalam satu konteks pekerjaan, dan terbentuk sebuah mitra sejajar antara laki-laki dan perempuan dalam hal pembangunan. Namun, dalam aktivitas reproduktif di sektor domestik, kebanyakan laki-laki beranggapan bahwa pekerjaan domestik, merupakan tanggung jawab penuh dari perempuan. Jadi laki-laki tidak sepenuhnya membantu perempuan di rumah tangga. Bahkan ada lakilaki yang tidak mau tahu pekerjaan perempuan di domestik. 4 Relasi Gender pada Keluarga Wisudawati Sinden Dukungan tersebut juga berlaku pada suami terhadap pekerjaan yang dilakukan istri. Ada yang memberikan dukungan psikis berupa perhatian pada permasalahan pekerjaan suami, dan yang terpenting adalah dukungan untuk mengurus keperluan rumah tangga (reproduktif). Seorang istri memberikan dukungan pada sektor reproduktif, untuk membangun sebuah relasi saling menguntungkan yang berbasis kemitra-sejajaran. Pandu, 2013: hal 108). Kemitra-sejajaran yang dimaksud adalah terdapat kesinergisan antara keduanya, ketika istri sedang sibuk atau sedang bekerja, suami bersedia membantu urusan rumah tangga atau menggantikan peran reproduktif istri. dan perempuan, dalam hal pekerjaan mereka sama-sama memiliki peran dan terkait dengan jenis pekerjaan yang dilakukan. Satu paragraph baiknya tidak kurang dari 3 kalimat. DAFTAR PUSTAKA Handayani, Trisakti. dan Sugiarti. 2002. Konsep dan Teknik Penelitian Gender Cetakan ke-1. Malang : UMM Press. Hartiningsih, Siti, Sugih.2008. A Husband’s Contibution To Wive’s Education; Case Study of Dharma Husada Institute of Health Sciencies in Bandung. Dalam Siti Hariti Satriyani. “Women in Public Sector(ed). Yogyakarta: Tiara Wacana. SIMPULAN Relasi gender yang terjadi pada keluarga wisudawan sinden di berbagai kecamatan kabupaten Jombang, terdapat kesinergisan antara partisipasi dari pihak lakilaki, yakni yang saling melengkapi dan mendukung dalam satu konteks pekerjaan. Dukungan suami terbagi menjadi tiga yaitu: dukungan fisik yang berupa tenaga, pikiran dan waktu untuk mengantar jemput istri, dukungan finansial yang berupa sumberdaya modal untuk usaha dan kehidupan istri, serta dukungan psikis yang berupa perhatian intensif terhadap pekerjaan yang sudah lama dilakukan istri. Selain itu dalam model analisis Harvard yang menekankan pada empat kriteria yaitu akses, partisipasi, kontrol dan manfaat. Dapat diidentifikasikan bahwa relasi gender yang ada sangat beragam, yakni secara merata serta ada juga yang masih didominasi laki-laki (suami) salah satu jenis gender. Terdapat bentuk kesadaran mengenai kemitraan-sejajaran antara laki-laki dan perempuan yang menganut nilai-nilai kesetaraan dan keadilan. Relasi tersebut memberikan pengaruh terhadap akses dan kontrol terhadap sumber daya yang dimiliki. Kontrol terhadap sumber daya yang telah tersedia berupa rumah, sawah, sepeda motor, masih dikontrol oleh lakilaki, sedangkan perempuan memiliki wewenang untuk mengontrol dan memanajemen uang kas dari hasil sinden atau diluar sinden, serta semua peralatan sinden. Kesetaraan hubungan kedua pihak dalam konteks pekerjaan produktif publik maupun domestik, mengacu pada relasi gender yang didasarkan pada kesadaran mengenai kesejajaran antara laki-laki dengan perempuan, dimana terdapat hubungan yang sejajar serta bergotongroyong dalam implementasinya. Mereka saling membantu dalam pekerjaan, terutama pekerjaan yang dilakukan perempuan di sektor publik. Teori nurture yang memandang pembagian peran antara laki-laki dan perempuan didasarkan pada konteks sosial tidak terlihat dalam kehidupan keluarga sinden ini. Dalam keluarga sinden ini tidak ada yang membedakan antara laki-laki Lexy J. Moleong. 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya Mosse, Julia, C. 2007. Gender dan Pembangunan. (penerjemah : Hartian Silawati). Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Muthali’in, Achmad. 2001. Bias Gender Dalam Pendidikan. Surakarta : muhammadiya university press. Pandu, Maria, E. 2013. Bunga Rampai Perempuan Keluarga Gender. Makassar: Bina Generasi. Andina Setyaning Rahayu. 2011. Identitas Sinden Dalam NovelIndonesia.Online.Journal.unair.ac.id/filerPDF/c omm2bfea4aflfull.pdf Diakses pada 25 November 2014. 14.35 WIB. 5