KORUPSI BISNIS DAN POLITIK: TANTANGAN UTAMA DAN SOLUSI YTH. SARIFUDIN SUDDING SH, MH WAKIL KETUA MAHKAMAH KEHORMATAN DPR RI PERMASALAHAN DAN KEPRIHATINAN BERSAMA Korupsi dalam beberapa tahun ini telah memperlihatkan kepada masyarakat Indonesia akan kesistematikan dan tingkat keparahan yang sangat tinggi, sehingga diperlukan upaya-upaya yang serius dan signifikan terhadap pemberantasannya SINERGI BERSAMA APH Keseriusan Aparat Penegak Hukum dan Penyelenggara Negara dalam pemberantasan korupsi harus diperlihatkan dengan pembenahan yang sistemik, yang didasari atas fakta dan kondisi nyata dilapangan. Tidak serta merta apa yang ada dalam peraturan perundangundangan tercermin dalam praktek dilapangan, ataupun apa yang ada dilapangan merupakan buah yang baik dari sistem peraturan perudang-undangan kita. Harus ada sinergi dalam kerja penegak hukum dan penyelenggara negara dengan peraturan perundangundangan yang ada. POLITIK DAN BISNIS Indonesia berada dalam bayang-bayang kegagalan perkembangan demokrasi karena merosotnya integritas para politisi yang dalam upaya mencapai tujuan menghalalkan segala cara. Ini terlihat dari banyaknya korupsi sebagai akibat mahalnya biaya politik, banyak proses politik yang diwarnai money politics dan politik transaksional, serta berbagai penyalahgunaan wewenang. Hal ini terjadi di lembaga-lembaga negara baik legislatif, Eksekutif maupun Yudikatif. PERLUNYA ETIKA POLITIK Etika politik memiliki kriteria-kriteria yang bisa menjadi rujukan dalam Kode Etik. Etika politik juga menunjukkan perlu adanya instrumendan indikator akuntabilitas demokratik, dan dalam tataran idealis warganegara di Indonesia, berhak untuk menuntut tanggung jawab anggota Parlemen yang mewakili mereka. KODE ETIK kode etik menurut UU Nomor 17 Tahun 2014 adalah norma yang wajib dipatuhi oleh setiap anggota selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPR. MAHKAMAH KEHORMATAN DPR RI Salah satu jalur untuk menuntut tanggung jawab anggota Parlemen adalah melalui Badan Kehormatan (DPR RI dikenal sebagai Mahkamah Kehormatan DPR RI) sebagai satusatunya instrumen etika politik yang dapat menanggalkan Hak Imunitas anggota Parlemen dalam DPR RI. DASAR HUKUM MKD 1. UU MD 3 No.17/2014 diubah UU No.42/2014 2. Peraturan DPR RI No. 01/2014 tentang Tata Tertib 3. Peraturan DPR RI No. 01/2015 tentang Kode Etik DPR 4. Peraturan DPR RI No. 02/2015 tentang tentang Tata Beracara MK DPR RI Business Judgment Rules Dalam Bisnis Pasal 97 ayat (5) Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas di atas, suatu ukuran dapat diberlakukannya konsep Business Judgment Rule adalah: a. Adanya kerugian yang timbul bukan karena kesalahan atau kelalaian; b. Beritikad baik dan penuh kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; c. Tidak mempunyai benturan kepentingan; d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut. PRINSIP-PRINSIP KODE ETIK …1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kepentingan Umum Integritas Hubungan dengan Mitra Kerja Akuntabilitas Keterbukaan dan Konflik Kepentingan Rahasia Kedisiplinan Hubungan dengan Konstituen atau Masyarakat Perjalanan Dinas PRINSIP-PRINSIP KODE ETIK …2 10. Independensi 11. Pekerjaan Lain diluar Tugas Kedewanan 12. Hubungan dengan Wartawan 13. Hubungan dengan Tamu di lingkungan DPR 14. Hubungan antar Anggota dengan AKD 15. Etika Persidangan 16. Hubungan dengan Tenaga Ahli, Staf Administrasi Anggota dan Sekretariat Jendral REKOMENDASI DAN SARAN 1. Pendidikan etika politik dan mendahulukan kepentingan umum dan integrtas menjadi isu sentral yang harus disosialisasikan oleh fraksi dan partai politik kepada anggotanya yang duduk di DPR RI. 2. Perlu adanya Kemauan dan tindakan yang nyata dari fraksi dan partai politik dalam membangun lembaga-lembaga Negara yang kredibel dengan menempatkan wakilnya di DPR RI yang mempunyai integritas tinggi sebagai prasyarat mutlak untuk meningkatkan integritas individu dan lembaga DPR RI. Lebih-lebih pada waktu ini, menjelang penetapan Calon untuk Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden (Pilpres) . 3. Perlunya memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai Konflik Kepentingan, terutama jika berhubungan dengan pelaku bisnis. REKOMENDASI DAN SARAN 1. Pendidikan etika politik dan mendahulukan kepentingan umum dan integrtas menjadi isu sentral yang harus disosialisasikan oleh fraksi dan partai politik kepada anggotanya yang duduk di DPR RI. 2. Perlu adanya Kemauan dan tindakan yang nyata dari fraksi dan partai politik dalam membangun lembagalembaga Negara yang kredibel dengan menempatkan wakilnya di DPR RI yang mempunyai integritas tinggi sebagai prasyarat mutlak untuk meningkatkan integritas individu dan lembaga DPR RI. Lebih-lebih pada waktu ini, menjelang penetapan Calon untuk Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden (Pilpres) . 3. Perlunya memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai Konflik Kepentingan, terutama jika berhubungan dengan pelaku bisnis.