BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

advertisement
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Komunikasi merupakan modal dan kebutuhan utama bagi Komisi
Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Kevikepan D.I.Yogyakarta dalam
mencapai tujuan organisasi. Proses komunikasi di dalam Komisi Hubungan
Antar Agama dan Kepercayaan Kevikepan D.I.Yogyakarta terbagi menjadi
komunikasi ke atas, ke bawah, ke samping serta komunikasi interpersonal
yang tidak memperhatikan struktur organisasi yang ada. Proses komunikasi
yang terjadi di dalam Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta juga tidak
terlepas dari komunikasi satu arah dan dua arah.
Proses komunikasi yang terjadi secara terus menerus di dalam Komisi
HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta akan membentuk sebuah pola jaringan
komunikasi. Pola jaringan komunikasi tersebut menunjukkan proses
komunikasi yang terjadi antar anggota dalam sebuah organisasi. Berdasarkan
jenisnya, jaringan komunikasi yang terbentuk di dalam Komisi HAK
Kevikepan D.I.Yogyakarta terdiri dari dua jenis yaitu jaringan komunikasi
formal dan informal. Jaringan komunikasi formal terbentuk dari proses
komunikasi yang mengalir berdasarkan struktur organisasi yang terdiri dari
komunikasi ke atas, ke bawah maupun komunikasi horizontal. Sedangkan
proses komunikasi interpersonal antar anggota disebut sebagai jaringan
komunikasi informal. Jenis jaringan komunikasi informal yang terbentuk ialah
single strand dan cluster.
Berdasarkan analisis yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,
dapat diketahui bahwa pola yang terbentuk di dalam jaringan komunikasi
Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta adalah pola bintang. Pola jaringan
komunikasi di dalam Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan
Kevikepan D.I.Yogyakarta sendiri terdiri dari lima klik dengan jumlah
keseluruhan dari anggota klik ialah sebanyak 44 orang. Terbentuknya klik-klik
tersebut didasarkan pada lingkup daerah dari masing-masing anggota.
152
Pembagian wilayah di dalam Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta terbagi
menjadi lima kabupaten/kota yaitu Kota Yogya, Sleman, Kulon Progo, Bantul
dan Gunung Kidul.
Pada pola jaringan komunikasi yang terbentuk di dalam Komisi
Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Kevikepan D.I.Yogyakarta
menunjukkan bahwa setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk
menjalin interaksi dengan anggota lainnya. Hal ini dikarenakan komisi ini
mengedepankan komunikasi sebagai kebutuhan dan modal dasar dalam
mencapai tujuan organisasi. Namun, berdasarkan jaringan komunikasi yang
terbentuk menunjukkan bahwa keterlibatan seseorang anggota untuk
berkomunikasi dengan anggota di luar kliknya masih tergolong cukup rendah.
Sebagian besar anggota cenderung menjalin komunikasi dengan anggota lain
dalam sebuah klik yang sama. Hal tersebut ditunjukkan dengan anggotaanggota yang hanya menjalin komunikasi dengan sesama anggota lain yang
berada dalam satu tim kerja di paroki tertentu.
Selain itu, melalui analisis data yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, terdapat tujuh peranan dalam jaringan komunikasi Komisi HAK
Kevikepan D.I.Yogyakarta, yaitu anggota klik, isolate, bridge, gate keepers,
opinion leader, cosmopolites dan necletee. Sedangkan peranan sebagai liasion
tidak
muncul
pada
jaringan
komunikasi
Komisi
HAK
Kevikepan
D.I.Yogyakarta. Peran liasion tidak terlihat pada jaringan komunikasi
dikarenakan pada penelitian ini tidak membahas secara mendalam mengenai
individu yang menjalin komunikasi dengan individu lain di luar jaringan.
Berdasarkan analisis mengenai peranan individu dalam jaringan
komunikasi Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta dapat diketahui adanya
peranan ganda pada beberapa individu. Individu nomor #3 yaitu Bapak Y.
Ranjabar memiliki tiga peranan sebagai bridge, gatekeepers dan cosmopolites.
Bapak Supriyadi yang direpresentasikan dengan nomor #11 berperan sebagai
bridge dan gatekeepers. Selain itu, terdapat Bapak Suryadi (individu nomor
#24) dan Bapak Hendro (individu nomor #25) yang berperan sebagai bridge,
153
gate keepers dan cosmopolites. Sehingga terdapat empat orang yang memiliki
peranan lebih dari satu.
B. Saran
Dalam penelitian ini saran dibagi menjadi dua bagian yaitu pertama
saran untuk Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta, dan kedua saran
akademis terkait dengan penelitian lebih lanjut.
1. Saran Bagi Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta
Berdasarkan analisis hasil penelitian pada bab sebelumnya, terdapat
kecenderungan bahwa jaringan komunikasi di Komisi HAK Kevikepan
D.I.Yogyakarta merupakan jaringan komunikasi yang sempit dengan
tingkat hubungan antar individu yang rendah. Hal tersebut ditunjukkan
dengan kecenderungan anggota-anggota yang hanya menjalin komunikasi
dengan sesama anggota lain yang berada dalam satu tim kerja di paroki
tertentu. Oleh sebab itu, perlu adanya evaluasi terhadap proses komunikasi,
termasuk media dan metode komunikasi yang digunakan selama ini, serta
pembinaan agar setiap anggota menyadari dan memahami pentingnya
berkomunikasi antara satu dengan lainnya.
Di samping itu, Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta juga dapat
melakukan sebuah terobosan komunikasi. Terobosan komunikasi tersebut
dapat dilakukan salah satunya dengan membiasakan proses komunikasi
diagonal terjadi di dalam organisasi. Komunikasi diagonal merupakan
proses komunikasi yang tidak memandang batasan dari komunikasi vertikal
maupun horizontal. Komunikasi diagonal memberikan kesempatan kepada
setiap anggota untuk berkomunikasi dengan siapa saja. Komunikasi
diagonal juga dapat digunakan untuk mempermudah penyampaian
informasi dan penyelesaian sebuah masalah.
Selain itu, diperlukan adanya pola rekrutmen yang baik untuk
mendapatkan anggota yang dapat berperan secara aktif di dalam Komisi
HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta. Rekrutmen anggota perlu dilakukan agar
Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta dapat berkembang dan mencapai
154
tujuan organisasi. Salah satunya pola rekrutmen yang baik ialah melalui
regenerasi pengurus di dalam Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, sebagian besar
pengurus Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta berusia tua. Oleh sebab
itu, Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta perlu melibatkan anak muda
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan ada kehadiran
anak muda di komisi ini diharapkan adanya pembaharuan terhadap
organisasi. Pembaharuan terjadi baik dalam proses komunikasi maupun
kegiatan yang selama ini dilakukan. Dengan adanya anak muda, proses
komunikasi diharapkan menjadi lebih dinamis. Selain itu, akan muncul ide
dan konsep baru yang menarik untuk kemajuan organisasi dan tercapainya
tujuan organisasi.
Tidak berhenti sampai di situ, adanya fenomena rendahnya
partisipasi Umat Katolik yang ditunjukkan dengan kepengurusan tunggal
dan sulitnya mencari umat yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk
berperan aktif di dalam Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta
merupakan potensi krisis di dalam organisasi yang harus segera ditangani.
Sehingga diperlukan sebuah pendekatan kepada Umat Katolik untuk
memberikan pemahaman mengenai peran penting Komisi HAK Kevikepan
D.I.Yogyakarta bagi Gereja dan masyarakat serta menumbuhkan kesadaran
akan pentingnya terciptanya hubungan baik antar umat beragama.
2. Saran Akademis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi Komisi
Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Kevikepan D.I.Yogyakarta.
Peneliti menjabarkan proses komunikasi yang ada melalui studi kasus. Pada
penelitian selanjutnya dapat melihat komunikasi organisasi di dalam
Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta. Komunikasi organisasi dapat
membedah komunikasi internal dan komunikasi eksternal yang terjadi di
dalam komisi ini secara lebih mendalam. Selain itu, untuk penelitian
selanjutnya peneliti menyarankan untuk membandingkan pola jaringan
komunikasi yang terbentuk pada dua organisasi yang berbeda (keagamaan
155
maupun non keagamaan) yang fokus terhadap kebebasan beragama dan
berkeyakinan dengan menggunakan analisis jaringan.
156
Download