universitas indonesia peran rasio netrofil limfosit sebagai prediktor

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
PERAN RASIO NETROFIL LIMFOSIT SEBAGAI
PREDIKTOR MAJOR ADVERSE CARDIAC EVENTS TUJUH HARI
DALAM PERAWATAN PADA PASIEN SINDROM KORONER AKUT
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis-1
Ilmu Penyakit Dalam
Darmawan
0906646694
Program Pendidikan Dokter Spesialis-1
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jakarta, 2016
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
II
II
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
II
II
II
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
II
II
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
II
II
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan izin-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan spesialis di Departemen Ilmu Penyakit
Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Melalui tulisan ini saya juga
ingin mengucapkan terima kasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada :
1.
Dr.dr.Ratna Sitompul, SpM(K) selaku Dekan FKUI, terima kasih karena telah
memberi kesempatan pada saya untuk mengikuti program pendidikan dokter spesialis
penyakit dalam. Terima kasih pula kepada Prof.dr.Menaldi Rasmin, SpP(K) selaku
Dekan FKUI terdahulu.
2. Dr.dr.Dadang Makmun, Sp.PD-KGEH sebagai Kepala Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI saat ini dan Dr.dr.Imam Subekti, SpPD-KEMD serta Dr.dr.Czeresna
Heriawan Soejono, SpPD-KGER M.Epid sebagai Kepala Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI terdahulu atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk
dapat mengikuti pendidikan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
3.
dr.Aida Lydia, PhD, SpPD-KGH sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Dokter Spesialis I Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI saat ini, dan Prof.Dr.dr.
Aru W Sudoyo, SpPD KHOM sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Dokter Spesialis I Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI terdahulu serta kepada
pada staf koordinator pendidikan, atas dukungan, bimbingan, dan perhatian yang
diberikan selama masa pendidikan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
4.
dr. Ika Prasetya Wijaya, Sp.PD-KKV sebagai Ketua Divisi Kardiologi Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI saat ini serta selaku penguji dalam sidang terbuka yang
telah memberikan kesempatan, kemudahan, masukan, arahan dan dukungan dalam
menjalani penelitian ini.
5. Prof.Dr.dr. Idrus Alwi, Sp.PD-KKV sebagai pembimbing I penelitian yang telah
dengan sabar membimbing, memberikan masukan dan mendukung selama penelitian
ini berlangsung.
vi
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
Universitas Indonesia
6.
dr. Nanang Sukmana, Sp.PD-KAI sebagai pembimbing II penelitian yang telah
meluangkan waktu, membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan masukan
serta arahan dalam penelitian ini.
7.
Dr.dr. Murdani Abdullah, SpPD-KGEH sebagai pembimbing metodologi saya atas
segala bimbingan, koreksi, masukan dan dukungannya selama proses penelitian ini
terutama dalam hal metodologi.
8.
Prof. Dr. dr. Pradana Soewondo, SpPD-KEMD, Dr. dr. Iris Rengganis, SpPDKAI, dan Dr. dr. Kuntjoro Harimurti, SpPD-KGer, terima kasih atas segala
masukan dan saran untuk tesis saya selama proses ujian sehingga tesis ini bisa menjadi
lebih baik.
9.
dr.Irsan Hasan, SpPD-KGEH sebagai pembimbing akademik atas segala bimbingan
dan berbagai masukan selama proses pendidikan ini
10. Para Guru Besar dan Staf Pengajar di lingkungan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah menjadi guru
dan teladan selama masa pendidikan.
11. Para Koordinator dan Ketua Divisi beserta staf di lingkungan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam, baik di RSCM maupun rumah sakit jejaring (RS. Persahabatan,
RSU. Tangerang, RS. Fatmawati, RSPAD. Gatot Subroto, RS. Kanker
Dharmais, RSPI. Sulianti Saroso), dan para Staf Puskesmas Kecamatan Tanah
Abang yang telah memberikan dukungan sarana dan prasarana selama proses
pendidikan saya selama ini
12. Staf administrasi di lingkungan Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI atas segala kemudahan dalam menjalani penelitian ini.
13. Staf administrasi Program Studi Sp-1 Departemen Ilmu Penyakit Dalam (Ibu
Yanti, Bapak Heryanto, dan Ibu Aminah) dan Staf Koordinator Penelitian
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, (Bapak Bayu dan Ibu Utami) yang telah
banyak membantu kelancaran pendidikan dan penelitian saya ini.
14. Segenap staf unit rekam medis RSUPN-CM Pusat dan Pusat Jantung Terpadu
yang telah banyak membantu saya dalam pengumpulan data penelitian ini.
vii
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
Universitas Indonesia
15. Semua pasien di RSUPN-CM dan semua rumah sakit jejaring yang telah memberikan
ilmu, mengikhlaskan diri sebagai sarana pembelajaran dan pengalaman berharga bagi
saya.
16. Teman-teman Program Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Angkatan
Januari 2010: dr. Alisa Nurul Muthia, dr. Ariska Sinaga, dr. David Santosa, dr.
Estie Puspitasari Sp.PD, dr. Fendi Sp.PD, dr. Gita Tiara Paramita, dr. Hadiki
Habib Sp.PD, dr. Hendra Kurniawan Sp.PD, dr. Indira Alimin Sp.PD, dr. Intan
Airlina F Sp.PD, dr. Jaka Panca Satriawan Sp.PD, dr. Lukman Zulkifli Amin
Sp.PD, dr. Petry Sp.PD, dr. Ridho Adriansyah, dr. Rony Satrio Utomo Sp.PD,
dr. Royanul Arief, dr. Stephanie Dewi Sp.PD, dr. Yeti Hariyati Sp.PD serta
khususnya dr. Lisa Safitri dan dr. Yuhana Fitra atas kekeluargaan, kebersamaan,
dukungan dan kerjasama yang sangat baik selama ini.
17. Para senior dan teman sejawat sesama peserta Program Pendidikan Dokter
Spesialis, khususnya dr. Amanda Trixie Hardigaloeh Sp.PD dan dr. Resultanti
Sp.PD, terima kasih atas segala bantuan sejak selama pendidikan hingga dapat
menyelesaikan tesis ini
18. Dua sahabat terbaik saya; dr. Robert Sinto Sp.PD dan dr. Rabbinu Rangga Pribadi
Sp.PD, terima kasih atas dukungan, bantuan dan doa yang diberikan selama masa
pendidikan ini sehingga akhirnya cita-cita saya ini dapat tercapai. Semoga pertemanan
kita ini akan selalu terjaga baik.
19. Kedua orang tua yang sangat saya cintai; Drs.Kamaluddin dan (Almh) Nurhalimah,
terima kasih atas segala kasih sayang, dorongan semangat, nasihat, untaian doa yang
tak pernah putus sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini. Hanya Allah
SWT yang dapat membalas kasih sayang dan perhatian Bapak dan Mamak.
20. Kedua mertua yang saya hormati, (Alm) H. Bakrie Syamsuri dan Hj. Yanni
Ismarliani atas segala dukungan, nasihat dan doa yang tiada henti untuk kelancaran
segala sesuatunya.
21. Kepada kedua adik tercinta saya; Darusman dan Novrida atas segala doa, pengertian
dan bantuan selama menjalani pendidikan
22. Terutama istri tercinta saya; dr. Danayu Sanni Prahasti, Sp.JP,FIHA atas segala
kesabaran, keluasan hati, semangat, kerja keras dan pengertiannya untuk segala hal
viii
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
Universitas Indonesia
II
II
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
II
II
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
ABSTRAK
Nama
Program studi
Judul
: Darmawan
: Ilmu Penyakit Dalam
: Peran Rasio Netrofil-Limfosit sebagai Prediktor Major Adverse
Cardiac Events Tujuh Hari dalam Perawatan pada Pasien Sindrom
Koroner Akut
Pendahuluan: Rasio Netrofil-Limfosit (RNL) adalah pemeriksaan laboratorium murah
dan mudah didapatkan dimanapun, serta saat ini berkembang menjadi penanda luaran pada
berbagai kondisi, termasuk pada Sindrom Koroner Akut (SKA). RNL menggabungkan dua
jalur inflamasi berbeda (netrofil dan limfosit) untuk memprediksi luarannya. Beberapa
studi telah menunjukkan manfaatnya dalam memprediksi Major Adverse Cardiac Events
(MACE) pada pasien SKA. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan manfaat RNL
dalam stratifikasi risiko SKA pada populasi Indonesia, dan menentukan nilai titik potong
RNL untuk peningkatan risiko MACE.
Metode: 380 rekam medis pasien SKA dari Januari 2012-Agustus 2015 diikutsertakan
dalam studi ini. Karakteristik, faktor risiko kardiovaskular, dan hasil pemeriksaan
laboratorium subjek dikumpulkan dan diikuti untuk menilai kemunculan MACE (aritmia,
infark ulang, in stent thrombosis, gagal jantung, stroke, syok kardiogenik, revaskularisasi
ulang dan kematian) selama tujuh hari perawatan. Nilai RNL didapatkan dari pembagian
hitung netrofil dan limfosit absolut. Analisis statistik untuk menentukan nilai titik potong
RNL dan penyesuaian untuk faktor perancu dilakukan untuk memvalidasi hasil.
Hasil: Subjek mayoritas merupakan laki-laki, dengan rerata usia 57,92 tahun. Hipertensi
dan merokok merupakan faktor risiko yang paling sering ditemukan. Rerata RNL subjek
adalah 4,72, dan MACE ditemukan pada 73 kasus (19,2%). Setelah analisis ROC,
didapatkan nilai titik potong sebesar 3,55 (sensitivitas 72,6%, spesitifitas 60,6%, AUC
0.702). Ditemukan bahwa terdapat peningkatan insidens MACE pada kelompok
RNL>3,55 (30,46% vs 9,71% pada ≤3,55, p<0,001). Setelah penyesuaian untuk faktor
perancu, RNL>3,55 tetap signifikan dalam memprediksi MACE (p=0,02, adjusted OR
2,626 (IK95% 1,401-4,922)).
Kesimpulan: RNL>3,55 adalah prediktor independen untuk kejadian MACE tujuh hari
dalam perawatan.
Kata kunci: Rasio netrofil limfosit, sindrom koroner akut, major adverse cardiac events
xi
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
: Darmawan
: Internal Medicine
: Role of Neutrophil-Lymphocyte Ratio as Major Adverse Cardiac
Events Predictor in Acute Coronary Syndrome During First Seven
Days of Hospitalization
Background: Neutrophil-Lymphocyte Ratio (NLR) is a low-cost, readily available
laboratory examination in various places, and is currently emerging as a prognostic
marker for various conditions, including Acute Coronary Syndrome (ACS). NLR, which
combines two different inflammatory pathways (neutrophil and lymphocyte), have been
shown by several studies to be useful in predicting Major Adverse Cardiac Events (MACE).
This study aims to prove NLR’s use in ACS risk stratification in Indonesians and determine
a cut off level for MACE risk increase.
Methods: 380 ACS patients’ medical records from January 2012 to August 2015 were
included in this study. Subjects’ characteristics, cardiovascular risk factors and laboratory
findings were collected, and followed to evaluate for MACE (arrhythmia, reinfarction, instent thrombosis, acute decompensated heart failure, stroke, cardiogenic shock, repeated
intervention, death) during 7 days hospitalization. NLR value was calculated from
neutrophil and lymphocyte counts division. Statistical analysis to determine NLR cutoff
point for MACE risks, and adjustment for confounding factors were done for results
validation.
Results: Subjects were predominantly male, with average age of 57.92 years old.
Hypertension and smoking were the most frequent risk factors found. Average NLR was
4.72, and MACE was found in 73 cases (19.2%). After ROC analysis, a cut off of 3.55 was
determined to be satisfactory (sensitivity 72.6%, spesitivity 60.6%, AUC 0.702). It was
found that there is a significant increase in MACE incidence in NLR>3.55 (30.47% vs
9.71% in ≤3.55, p<0.001). After adjusting for confounding factors, NLR>3.55 was still
significant in predicting MACE (p=0.02, adujsted OR 2,626 (CI95% 1,401-4,922)).
Conclusion: NLR>3.55 is an independent predictor of 7-day in hospital MACE.
Keywords: Neutrophil-Lymphocyte Ratio, Acute coronary syndrome, major adverse
cardiac events
xii
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .......................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................................v
UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................................. vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................................x
ABSTRAK ............................................................................................................. xi
ABSTRACT............................................................................................................ xii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ..............................................................5
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum .....................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................6
1.4.1 Manfaat Ilmiah ....................................................................................6
1.4.2 Manfaat kepada Tenaga Kesehatan .....................................................6
1.4.3 Manfaat kepada Masyarakat ...............................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................7
2.1 Sindrom Koroner Akut .................................................................................7
2.2 Patofisiologi Inflamasi pada Sindrom Koroner Akut ..................................8
2.2.1 Peran Netrofil pada Fase Inisiasi dan Progresifitas Aterosklerosis ....8
2.2.2 Peran Netrofil pada Disfungsi Endotel ...............................................9
2.2.3 Peran Netrofil pada Destabilisasi Plak ................................................9
2.2.4 Peran Netrofil pada Proses Erosi Endotel melalui ROS dan Enzim
Protease ......................................................................................................11
2.2.5 Peran Netrofil pada Kerusakan Fibrous Cap .....................................12
2.3 Major Adverse Cardiac Events pada Sindrom Koroner Akut ...................13
2.4 Peran Leukosit pada Major Adverse Cardiac Events ................................14
2.4.1 Peran Netrofil pada Major Adverse Cardiac Events .........................15
2.4.2 Peran Limfosit pada Major Adverse Cardiac Events ........................16
2.4.3 Rasio Netrofil Limfosit sebagai Prediktor Luaran Kejadian
Kardiovaskular ...........................................................................................18
2.5 Faktor-Faktor Lain yang Dapat Mempengaruhi Nilai RNL ......................18
xiii
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
Universitas Indonesia
2.5 Kerangka Teori...........................................................................................20
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL................21
3.1 Kerangka Konsep .......................................................................................21
3.2 Identifikasi Variabel ...................................................................................21
3.3 Definisi Operasional...................................................................................22
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN .............................................................26
4.1 Disain Penelitian ........................................................................................26
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................26
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................26
4.4 Besar Sampel ..............................................................................................26
4.5 Kriteria Penelitian ......................................................................................27
4.5.1 Kriteria Inklusi ..................................................................................27
4.5.2 Kriteria Ekslusi..................................................................................27
4.6 Alur Penelitian ...........................................................................................28
4.7 Cara Kerja ..................................................................................................29
4.8 Instrumen Pengumpulan Data ....................................................................29
4.9 Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................29
4.10Masalah Etika .............................................................................................30
4.11Penulisan dan Pelaporan Hasil Penelitian ..................................................30
BAB 5 HASIL PENELITIAN .............................................................................31
5.1 Karakteristik Subyek Penelitian ..................................................................31
5.2 Penentuan Titik Potong RNL untuk Memprediksi MACE .........................34
5.3 Analisis Bivariat dan Multivariat RNL dan MACE ....................................35
BAB 6 PEMBAHASAN .......................................................................................39
6.1 Karakteristik Subyek Penelitian ..................................................................39
6.2 Rasio Netrofil Limfosit sebagai Prediktor MACE ......................................40
6.3 Titik Potong Optima Rasio Netrofil Limfosit pada Kejadian MACE .........41
6.4 Risiko MACE pada Peningkatan Nilai Rasio Netrofil Limfosit .................42
6.5 Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian .......................................................45
6.6 Hubungan Sebab Akibat antara RNL dengan Kejadian MACE pada
Pasien SKA .......................................................................................................46
6.7 Penerapan Hasil Penelitian dalam Praktik Klinik .......................................48
6.8 Generalisasi Hasil Penelitian.......................................................................49
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................51
7.1 Kesimpulan ................................................................................................51
7.2 Saran ..........................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................52
xiv
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Peran Leukosit pada Kejadian Kardiovaskular ......................................15
Tabel 5.1 Karakteristik Dasar Subyek ...................................................................33
Tabel 5.2 Rincian Kejadian MACE .......................................................................34
Tabel 5.3 Analisis Bivariat Grup RNL dengan MACE .........................................36
Tabel 5.4 Analisis Faktor Perancu dengan MACE ................................................37
Tabel 5.5 Adjusted OR dengan IK95% untuk RNL>3.55 terhadap MACE pada
Penambahan Variabel Perancu Secara Bertahap ...................................38
Tabel 6.1 Beberapa Studi Peran RNL Sebagai Penanda Prognostik Pasien SKA .44
xv
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Spektrum Sindrom Koroner Akut ........................................................7
Gambar 2.2 Peran Netrofil pada Aterogenesis ......................................................10
Gambar 2.3 Peran Netrofil pada Mekanisme Destabilisasi Plak ...........................12
Gambar 2.4 Mekanisme Kerusakan Miokardium yang Dimediasi Leukosit .........14
Gambar 2.5 Kerangka Teori ..................................................................................20
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ...............................................................................21
Gambar 4.1 Alur Penelitian ...................................................................................28
Gambar 5.1 Alur Perekrutan dan Pemantauan Subyek ..........................................31
Gambar 5.2 Kurva ROC untuk RNL dan Kejadian MACE...................................35
xvi
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
Universitas Indonesia
DAFTAR SINGKATAN
ADHF
: Acute Decompensated Heart Failure
APTS
: Angina Pektoris Tidak Stabil
AUC
: Area Under the Curve
CD
: Cluster of Differentiation
CRP
: C-Reactive Protein
EKG
: Elektrokardiogram
GDP
: Gula Darah Puasa
GDS
: Gula Darah Sewaktu
GRACE
: Global Registry of Acute Coronary Events
HDL
: High Density Lipoprotein
ICCU
: Intensive Coronary Care Unit
IFN-γ
: Interferon Gamma
IGD
: Instalasi Gawat Darurat
IK
: Interval Kepercayaan
IL
: Interleukin
IMA
: Infark Miokard Akut
IMA-NST
: Infark Miokard Akut Non-elevasi segmen ST
IMA-ST
: Infark Miokard Akut dengan elevasi segmen ST
IMT
: Indeks Massa Tubuh
ISR
: In-Stent Restenosis
LDL
: Low Density Lipoprotein
LVH
: Left Ventricular Hypertrophy
MACE
: Major Adverse Cardiac Events
MMP
: Matrix Metalloproteinase
MPO
: Metalloproteinase
NDN
: Nilai Duga Negatif
NDP
: Nilai Duga Positif
NSTEMI
: Non-ST-elevation Myocardial Infarct
OR
: Odds Ratio
xvii
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
Universitas Indonesia
PJK
: Penyakit Jantung Koroner
PPCI
: Primary Percutaneous Coronary Intervention
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
RNL
: Rasio Netrofil Limfosit
ROC
: Receiver Operating Characteristic
ROS
: Reactive Oxygen Species
RSCM
: Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
RSUPNCM
: Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo
SB
: Simpangan Baku
SKA
: Sindrom Koroner Akut
STEMI
: ST-elevation Myocardial Infarct
TGF-β
: Transforming Growth Factor Beta
TH
: T-Helper
TIMI
: Thrombolysis in Myocardial Infarction
T-reg
: T-Regulator
UAP
: Unstable Angina Pectoris
xviii
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Formulir Penelitian .......................................................................59
Lampiran 2
Etika Penelitian.............................................................................60
xix
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
Universitas Indonesia
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sindrom koroner akut (SKA) yang meliputi infark miokard akut dengan elevasi
segmen ST (IMA-ST) atau tanpa elevasi segmen ST (IMA-NST) dan angina
pektoris tidak stabil (APTS), berkaitan dengan rupturnya plak aterosklerosis dan
proses trombosis parsial atau komplit dari pembuluh darah arteri koroner yang
terlibat.1 Akibat tingkat morbiditas dan mortalitasnya yang signifikan, pada pasien
SKA perlu dilakukan stratifikasi risiko akan kedua hal tersebut untuk menentukan
tatalaksana yang optimal, melalui berbagai penanda klinis dan laboratoris yang
telah banyak dikembangkan.2
Sindrom koroner akut sendiri merupakan salah satu diagnosis masuk instalasi gawat
darurat (IGD) yang sering ditemukan. Dalam satu tahun di Amerika Serikat
didapatkan 6.000.000 kunjungan di IGD dengan keluhan nyeri dada, yaitu
1.000.000 kunjungan berkaitan dengan SKA, 635.000 kejadian SKA baru dan
280.000 mengalami serangan berulang.3 Di wilayah Eropa, SKA merupakan
penyebab kematian utama yang paling sering dengan 681.000 kematian dalam satu
tahun.4 Data lain yang diperoleh di Amerika Serikat pada tahun 2010 didapatkan
SKA merupakan penyebab kematian tertinggi dengan jumlah 563.000 kematian
dalam satu tahun atau 21,1% bila digabungkan dengan stroke.5 Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) 2007 mendapatkan mortalitas 5,1% pada semua kelompok
umur di Indonesia dengan prevalensi penyakit kardiovaskular 7,2%.6 Data yang
diperoleh dari ICCU RSCM pada tahun 2004-2010 didapatkan 1.501 kasus SKA
dan pada tahun 2013 didapatkan 339 kasus dengan angka mortalitas selama
perawatan mencapai 12,1%.7,8
Dislipidemia, hiperglikemia, hipertensi, lesi endotelial, merokok, predisposisi
genetik telah lama diketahui sebagai faktor risiko tradisional terjadinya SKA. Pada
perkembangannya diketahui bahwa patogenesis SKA erat kaitannya dengan proses
inflamasi, aktivasi sel sel sistem kekebalan tubuh memiliki peranan yang penting
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
2
pada patogenesis aterosklerosis yang mendasari terjadinya SKA. Beberapa penanda
inflamasi diduga kuat bermakna pada penyakit jantung koroner khususnya SKA
dan dapat diaplikasikan untuk menilai risiko kardiovaskular untuk mengatasi angka
mortalitasnya yang tinggi.9-11 Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan
yang kuat dan konsisten antara penanda inflamasi, penyakit kardiovaskular dan
patofosiologi yang mendasarinya, contohnya pada C-Reactive Protein (CRP).12
Hitung total leukosit sebagai penanda inflamasi akut dan kronik yang menjadi fokus
penelitian dalam dua dekade terakhir dan didapatkan hasil bahwa hitung leukosit
total tidak hanya menjadi faktor risiko penyakit kardiovaskular tetapi juga faktor
prognostiknya.3,12 Peningkatan jumlah leukosit diketahui berhubungan dengan
mortalitas jangka pendek dan jangka panjang, proses aterosklerosis berat dan
respon terapi fibrinolitik rendah pada pasien SKA. Dari studi lanjutan, didapatkan
bahwa netrofil berpengaruh terhadap adaptasi penyembuhan infark, pembentukan
agregrasi leukosit-trombosit dan berhubungan dengan jejas reperfusi pada pasien
SKA, sementara monosit dan limfosit memiliki pengaruh pada plak di pembuluh
darah koroner.11 Oleh karena itu, selanjutnya penelitian memfokuskan pada netrofil
(N), limfosit (L) dan monosit (M). Akhir-akhir ini, didapatkan bahwa rasio netrofil
limfosit (RNL) memiliki nilai prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan hitung
leukosit total atau hitung jenis netrofil sebagai penanda penyakit kardiovaskular dan
berpotensi menjadi parameter prognostik yang bermanfaat pada penyakit
kardiovaskular. RNL merupakan penanda awal dari efek kombinasi respons imun
bawaan dan respons imun adaptif.12-14
Manfaat RNL dalam memprediksi luaran pada pasien SKA telah diteliti di berbagai
negara.15 Tamhane dkk13 pada tahun 2008 mendapatkan bahwa pada pasien SKA
dengan RNL>9,10 didapatkan risiko kematian yang lebih besar dibandingkan
dengan kelompok dengan RNL terkecil (8,5% vs 1,8% dalam perawatan) dan
(11,5% vs 2,5% dalam 6 bulan). Studi Shah dkk16 (2014) tentang prognosis pasien
SKA dengan berbagai nilai RNL mendapatkan bahwa semakin tinggi RNL (> 4,5)
mortalitas akan semakin besar (11%) dibandingkan dengan RNL < 1,5 (2,4%).
Penelitian lain oleh Han dkk17 (2013) menemukan bahwa pada kelompok RNL
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
3
yang tinggi (>6.52), didapatkan hasil yang signifikan pada MACE 12 bulan (19,1%
vs 3,7%), angka kematian dalam 12 bulan (18,2% vs 2,8%), MACE di rumah sakit
(12,7% vs 2,8%) dan kematian di rumah sakit (12,7% vs 1,9%) dibandingkan pada
kelompok RNL yang rendah (<3.4). Azab dkk18 pada tahun 2010 mendapatkan hasil
bahwa kelompok RNL tertinggi pada IMA-NST di penelitian tersebut yaitu
kelompok tertil RNL > 4,7 memiliki risiko mortalitas selama perawatan dan risiko
mortalitas dalam 4 tahun yang signifikan (29,8% vs 8,4%) dibandingkan dengan
kelompok RNL < 3.
Banyak studi lain yang melihat signifikansi RNL dari berbagai aspek. Asosiasi
RNL dengan skor risiko SKA lain didapatkan oleh Oncel dkk19, yang menemukan
korelasi kuat antara RNL dengan skor Global Registry of Acute Coronary Events
(GRACE) pada pasien IMA-ST. Beberapa studi lain berusaha mendapatkan nilai
titik potong RNL dalam memprediksi luaran, seperti studi oleh Sawant dkk12 (2014)
yang mendapatkan titik potong RNL 7,4 sebagai prediktor terhadap kematian
jangka pendek (≤ 30 hari) dan jangka panjang (≤ 2 tahun) pada pasien IMA-ST
yang menjalani revaskularisasi. Park dkk20 pada tahun 2013 mendapatkan RNL
5,44 sebagai prediktor kematian karena segala sebab pada pasien IMA-ST yang
menjalani PPCI. Kaya dkk21 (2012) melihat korelasi RNL dengan faktor inflamasi
lain, dan mendapatkan bahwa pada pasien SKA dengan elevasi segmen ST yang
menjalani PPCI, RNL memiliki korelasi positif dengan hs-CRP. RNL juga di
didapatkan berhubungan dengan gambaran progresifitas oklusi koroner yang
diperoleh melalui tindakan angiografi, yang mana didapatkan angka kejadian
MACE selama perawatan dan MACE jangka panjang yang lebih tinggi pada
kelompok tertil RNL tertinggi (>4,4). Titik potong yang diperoleh pada penelitian
ini yaitu RNL 3,5 dengan sensitivitas 71% dan spesifisitas 70% pada MACE jangka
panjang.
Selain masih didapatkan hasil yang berbeda dari peran RNL sebagai prediktor risiko
kardiovaskular, pada sisi kelompok penelitian yang menunjukkan luaran klinis
yang buruk sebanding dengan peningkatan RNL juga masih belum menentukan
titik potong yang seragam. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan karena adanya
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
4
karakteristik genomik yang berbeda pada masing masing ras dan gender dalam
regulasi metabolik dan inflamasi, sehingga respons terhadap suatu stress pada
penyakit kritis akan memberikan respons inflamasi yang juga berbeda.22
Netrofil memiliki peranan yang penting pada progresifitas dan instabilitas plak
aterosklerosis yang memicu terjadinya SKA. Netrofil akan melakukan adhesi
dengan endotel kapiler sehingga mencegah reperfusi dari kapiler yang mengalami
iskemia. Sel tersebut juga melepaskan autokoid (seperti thromboksan-B2 atau
leukotriene-B4) yang akan menginduksi vasokonstriksi serta agregrasi trombosit.
Pada saat terjadinya iskemia, netrofil akan berkumpul di daerah yang mengalami
iskemia dan daerah yang mengalami reperfusi akan melepaskan enzim proteolitik
atau Reactive Oxygen Species (ROS) dan merusak miosit disekitarnya. Hal ini
diperparah dengan mekanisme netrofil yang memperberat iskemik miokard dan
memperluas area infark melalui oklusi mikrovaskular yang ditimbulkan.23,24
Sementara itu, limfopenia pada SKA diakibatkan oleh peningkatan kortisol
endogen yang terjadi selama stress akut SKA. Hal ini dibuktikan oleh Blum dkk25
yang menemukan penurunan CD4+ dan rasio CD4+/CD8+ pada pasien IMA, dan
pada kelompok pasien CD4+ rendah terdapat risiko yang lebih besar terjadinya
reinfark, kematian, penurunan fraksi ejeksi, dan luas daerah infark. Mor dkk26 pada
studinya mendapatkan penurunan jumlah dan fungsi dari sel T regulator selama fase
akut SKA yang juga berhubungan dengan instabilitas plak aterosklerosis.
Rasio netrofil limfosit merupakan kombinasi dari penanda inflamasi, netrofil
sebagai penanda reaksi inflamasi nonspesifik dan limfosit sebagai penanda jalur
regulator, mengintegrasikan dua peran subtipe leukosit dengan jalurnya masingmasing menjadi satu faktor prediktor yang dapat diaplikasikan untuk stratifikasi
luaran pasien dengan SKA. Tidak seperti pemeriksaan penanda inflamasi lainnya,
RNL juga merupakan pemeriksaan yang murah dan tersedia luas sehingga dapat
memberikan pilihan yang terjangkau.13,14
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
5
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah penelitian
sebagai berikut:
-
Banyak penanda biologis yang telah diteliti dapat memberikan manfaat
dalam hal diagnostik dan prognostik, akan tetapi dengan ketersediaan yang terbatas
dan biaya yang mahal. Penelitian-penelitian belakangan menunjukkan bahwa RNL
merupakan salah satu penanda biologis yang dapat dimanfaatkan pada stratifikasi
risiko luaran pasien-pasien dengan kejadian kardiovaskular. Penelitian-penelitian
tersebut dilakukan pada berbagai penyakit dan dengan parameter luaran yang
berbeda serta kajian yang berbeda. RNL merupakan gabungan dari dua jalur sistem
imunologi berbeda yang dipengaruhi oleh beberapa kondisi klinis yang sering
dijumpai, sehingga diperlukan penapisan yang menyeluruh dan teliti dalam
menentukan peran RNL dalam stratifikasi risiko luaran kejadian kardiovaskular.
-
Hingga saat ini belum didapatkan suatu kesepakatan nilai baku atau nilai
titik potong dari RNL dalam menentukan risiko tinggi MACE pada pasien SKA
selama masa perawatan. Beberapa studi di luar negeri yang mempelajari peran RNL
sebagai prediktor MACE mendapatkan hasil yang bermakna dengan berbagai titik
potong dan akurasinya. Hal ini dapat dijelaskan karena adanya perbedaan
karakteristik genomik dalam regulasi metabolik dan inflamasi pada berbagai rasa
dan jenis kelamin, oleh karena itu hasil titik potong RNL di luar negeri tidak serta
merta dapat langsung diterapkan pada populasi Indonesia. RNL sendiri didapatkan
dari pemeriksaan hitung jenis leukosit yang tersedia luas dalam aplikasi sehari-hari
sehingga dapat menjadi satu alat bantu dalam melakukan stratifikasi risiko luaran
pasien SKA.
Setelah didapatkan identifikasi masalah seperti di atas, maka dirumuskan masalah
dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.
Apakah nilai RNL dapat berperan sebagai prediktor MACE 7 hari dalam
perawatan pada pasien SKA?
2.
Bagaimana peran RNL sebagai prediktor MACE 7 hari dalam perawatan pada
pasien SKA?
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
6
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui peran RNL dalam stratifikasi risiko luaran pasien SKA selama
masa perawatan 7 hari di Rumah Sakit.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Mengetahui nilai titik potong RNL yang dapat berperan sebagai
prediktor MACE 7 hari dalam perawatan pada pasien SKA.
2.
Mengetahui peran RNL sebagai prediktor MACE 7 hari dalam
perawatan pada pasien SKA.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Ilmiah
Diketahuinya peran RNL sebagai prediktor MACE pada pasien SKA
diharapkan menjadi sumber ilmu pengetahuan dan landasan untuk penelitian
lebih lanjut seperti studi validasi serupa di lini pelayanan sekunder dan tersier
lainnya.
1.4.2 Manfaat kepada Tenaga Kesehatan
Diharapkan RNL dapat bermanfaat sebagai prediktor pasien SKA dengan
risiko tinggi sehingga dapat dilakukan perencanaan pelayanan dan tatalaksana
yang optimal untuk mencegah atau mengurangi morbiditas dan mortalitas.
1.4.3 Manfaat kepada Masyarakat
Hasil penelitian peran RNL sebagai prediktor MACE pada pasien SKA ini
diharapkan memberikan tambahan informasi kepada masyarakat mengenai
peranan pemeriksaan RNL yang sederhana dan tersedia luas dalam
memprediksi luaran pada pasien SKA yang di rawat di Rumah Sakit.
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sindrom Koroner Akut
Sindrom koroner akut merupakan proses yang melibatkan seluruh pembuluh darah
koroner. Terdapat hubungan yang kompleks antara triad patologi yang secara
individual atau bersama-sama menentukan kemungkinan terjadinya SKA yakni
inflamasi, disfungsi atau aktivasi endotel dan thrombosis.27 SKA sendiri memiliki
spektrum mulai dari APTS, IMA-NST dan IMA-ST yang menggambarkan derajat
dari oklusi koroner yang terjadi. Patofisiologi utama yang mendasari SKA adalah
proses aterosklerosis, terbentuknya vulnerable plaque serta proses thrombosis
dengan atau tanpa vasospasme.28
Pada IMA-ST thrombus umumnya menyebabkan sumbatan total dan menetap,
sementara pada APTS dan IMA-NST thrombus yang terbentuk tidak menyebabkan
sumbatan total dan bersifat dinamis.28
Gambar 2.1 Spektrum Sindrom Koroner Akut28
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
8
2.2 Patofisiologi Inflamasi pada Sindrom Koroner Akut
Selama bertahun-tahun yang lalu dipahami bahwa aterosklerosis hanya merupakan
suatu penyakit penyimpanan kolesterol yang memiliki karakteristik penumpukan
kolesterol dan trombosis di dinding pembuluh darah arteri. Perkembangan
selanjutnya mengikutsertakan peran proliferasi sel otot polos sebagai tempat nidasi
plak aterosklerosis, dan lebih lanjut lagi diketahui bahwa inflamasi memiliki
peranan yang vital pada proses tersebut.10,29
Proses aterosklerosis merupakan penyebab utama kejadian penyakit kardiovaskular
dan diketahui menyebabkan kematian terbanyak di seluruh dunia. Peran dari
inflamasi pada inisiasi dan progresifitas proses aterosklerosis telah diketahui secara
luas. Inflamasi juga diketahui berperan pada seluruh fase SKA, yang akan
mempengaruhi pembentukan dan ruptur plak aterosklerosis.29 Ruptur dari plak
yang dilanjutkan dengan proses trombosis menyebabkan oklusi dari pembuluh
darah koroner yang bersangkutan dan disusul oleh nekrosis jaringan miokardium
yang diperdarahinya.23
Pada penelitian-penelitian terkini didapatkan tidak hanya berperan pada proses
aterosklerosis yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya SKA, inflamasi juga
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap luaran buruk pasien tersebut. Sel-sel
dari sistem imun bawaan atau pun adaptif memiliki peranan yang kuat pada proses
selanjutnya. Sistem imun akan berpengaruh terhadap ruptur plak atau thrombosis
sesudahnya, dan kemudian timbul dalam manifestasi gangguan kardiovaskular
ataupun serebrovaskular.9,14,30
2.2.1 Peran Netrofil pada Fase Inisiasi dan Progresifitas Aterosklerosis
Aterogenesis menggambarkan proses pembentukan plak ateroma di lapisan tunika
intima pembuluh dari arteri. Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah
dilakukan pada hewan coba dan juga manusia didapatkan bahwa disfungsi dari selsel endotel dari permukaan pembuluh darah arteri merupakan suatu proses awal
yang lebih dahulu terjadi. Disfungsi endotel terjadi karena paparan dari stimulus-
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
9
stimulus iritatif seperti hiperlipidemia, shear stress yang besar dan sitokin-sitokin
proinflamasi. Hal-hal tersebut kemudian akan menyebabkan ekspresi dari molekulmolekul adhesi pada endotel (E-selectin, P-selectin, intraceluller adhesion
molecule-1) yang akan menangkap dan menyebabkan adhesi dari leukosit.
Perubahan simultan permeabilitas endotel dan komposisi matriks ekstraseluler di
bawah endotel akan menyebabkan masuk dan deposisi low density lipoprotein
(LDL) pada arteri yang terlibat. Molekul LDL yang termodifikasi atau juga disebut
oxidized LDL kemudian akan meningkatkan migrasi leukosit dengan utamanya
adalah monosit yang berdiferensiasi menjadi makrofag dan membentuk foam cell.
Beberapa penelitian kemudian menunjukkan bahwa netrofil berperan pada interaksi
antara leukosit dengan endotel pada lesi aterosklerosis, dengan penelitian lain
menunjukkan bahwa luas lesi sebanding dengan jumlah netrofil yang beredar dalam
sirkulasi dan demikian sebaliknya. Netrofil kemudian akan ditangkap oleh selectins
seperti P-selectin dan E-selectin yang kemudian menyebabkan aktivasi integrin
untuk ikatan yang lebih kuat.31
2.2.2 Peran Netrofil Pada Disfungsi Endotel
Disfungsi endotel sendiri akan memiliki beberapa karakteristik seperti di antaranya
berkurangnya kemampuan vasodilatasi dan kondisi proinflamasi dengan
meningkatnya ekspresi molekul-molekul adhesi dan kemokin yang berlanjut
kepada kebocoran endotel. Faktor risiko kardiovaskular seperti hiperlipidemia akan
mencetuskan disfungsi endotel yang lebih berat dan juga aktivasi dari netrofil
sehingga menyebabkan efek yang lebih besar.14 Peningkatan neutofil postprandial
didapatkan juga berkorelasi dengan penurunan aliran darah yang dimediasi oleh
proses vasodilatasi, mekanisme yang mendasarinya diduga karena pelepasan
radikal bebas dan granula protein, hal ini bersesuaian dengan penelitian-penelitian
sebelumnya yang mengemukakan bahwa produk-produk dari aktivasi netrofil akan
menghambat proses vasodilatasi. Araujo dkk32 mendapatkan peningkatan netrofil
pada pasien dengan hiperlipidemia dan hal ini memberikan korelasi positif antara
trigliserid plasma, LDL dan pembentukan ROS yang dimediasi oleh netrofil.
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
10
Gambar 2.2 Peran Netrofil Pada Aterogenesis
Pada penelitian terkini didapatkan bahwa peningkatan superoksida dan ekspresi
CD11b pada permukaan endotel memiliki korelasi positif dengan berat nya
hiperlipidemia dan pada kondisi tersebut didapatkan netrofil dengan kandungan
metalloproteinase (MPO) yang rendah. Konsentrasi MPO yang rendah di dalam
netrofil menunjukkan pelepasan granula dari netrofil sebagaimana disebutkan pada
penelitian terdahulu. MPO yang tinggi di dalam plasma akan berkontribusi terhadap
deskuamasi dari endotel dan memiliki sifat protrombotik.
Peningkatan permeabilitas vaskular merupakan karakteristik yang terjadi pada awal
aterosklerosis, azurocidin suatu zat yang dilepaskan dari granula sekretorik
diketahui memiliki peranan yang penting karena akan berikatan dengan
proteoglikan endotel dan kemudian mengakibatkan juga aktivasi dari endotel yang
selanjutnya mengalami perubahan permeabilitas dan kontraksi endotel, faktor lain
yang telah disebutkan sebelumnya yaitu mediator lipid yang disekresikan netrofil
dan ROS.31
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
11
2.2.3 Peran Netrofil Pada Destabilisasi Plak
Dibandingkan antara proses stenosis progresif yang menyebabkan hambatan aliran
vaskular pada lesi telah dibuktikan bahwa komplikasi trombosis lebih disebabkan
karena ruptur plak ateroma. Dua proses utama yang terjadi pada aterotrombosis
yaitu ruptur dari fibrous cap dan proses erosi superfisial dari lapisan endotel. Erosi
superfisial berhubungan dengan apoptosis sel-sel endotel dan proses deskuamasi
dari permukaan plak, ruptur dari plak disebabkan karena kerusakan atau lemahnya
fibrous cap. Pada kondisi tersebut, ROS, aktivitas protease dan apoptosis akan
memfasilitasi proses aterotrombosis.33 Seperti telah dikemukakan bahwa netrofil
mengandung banyak enzim protease matriks, ROS dan juga mengalami apoptosis
cepat maka tidak heran netrofil memiliki peran yang besar pada terjadinya ruptur
plak dan erosi pada endotel.30 Data penelitian menunjukkan bahwa infiltrasi netrofil
pada arteri yang mengalami proses aterosklerotik tidak hanya terjadi pada fase awal
dari aterosklerosis tetapi juga pada fase akhir atau kejadian kardiovaskular saat
terjadi intensitas inflamasi yang tinggi. Pada penelitian lain juga dibuktikan bahwa
penumpukan netrofil pada lesi ateroma berhubungan dengan plak yang mudah
luruh.31
2.2.4 Peran Netrofil Pada Proses Erosi Endotel Melalui ROS dan Enzim
Protease
Erosi pada permukaan superfisial endotel sebagaimana telah dibahas sebelumnya
berhubungan dengan apoptosis sel dan proses deskuamasi. ROS diketahui berperan
pada fase awal, di saat MMP akan berperan selanjutnya. MPO, suatu enzim yang
tersimpan pada granula utama netrofil akan dilepas pada saat aktivasi netrofil akibat
stimulasi dari proses aterosklerosis. Ketika dilepas MPO akan berikatan dengan
matriks ekstraseluler dan merubah anion chlorida bersama hydrogen peroksida
menjadi asam hipoklorat suatu ROS kuat yang akan meningkatkan inflamasi dan
apoptosis sel endotel. MMP-2 dan MMP-9 suatu matrix-degrading protease yang
juga terdapat pada granula pada netrofil akan merusak membrane basalis dengan
cara kolagen tipe-4 yang merupakan komponen struktur dari membran
subendotel.31
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
12
Gambar 2.3 Peran Netrofil Pada Mekanisme Destabilisasi Plak
2.2.5 Peran Netrofil pada Kerusakan Fibrous Cap
Stabilitas dari fibrous cap tergantung kepada keseimbangan sintesis dan
katabolisme komponen matriks ekstraseluler. Walaupun sebelumnya belum
diketahui banyak tentang peran netrofil pada sintesis dan atau degradasi matriks,
perkembangan terkini menunjukkan peran netrofil yang besar pada degradasi
matriks melalui sekresi enzim-enzim protease.32 Perdarahan intraplak yang terjadi
akan mempercepat terjadinya aterotrombosis dan satu analisis menunjukkan bahwa
perdarahan intraplak merupakan salah satu cara netrofil masuk ke dalam lesi.
Netrofil yang terlibat dengan jalur ini akan melepaskan proteinase-3, neutrophil
elastase, MMP-2 dan MMP-9. Pada penelitian lain yang mengkhususkan pada
proses destabilisasi plak didapatkan pelepasan MMP-8 dan ROS terbukti berperan
kuat terhadap apoptosis sel dan deskuamasi. Protease-protease tersebut juga
berkontribusi terhadap degradasi komponen matriks ekstraseluler.
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
13
Pada penelitian pada hewan coba dengen pemberian fluvastatin akan menurunkan
ekspresi MMP-9 pada lesi ateroma dan hal ini berhubungan dengan berkurangnya
infiltrasi netrofil yang dapat menyebabkan degradasi matriks. Hal kritis lainnya
pada plak yang tidak stabil adalah inti dari plak yang mengalami nekrosis, yang
akan berkontribusi terhadap inflamasi, trombosis dan proteolisis serta stress pada
fibrous cap. Inti nekrosis dari plak terjadi karena sel-sel yang mengalami apoptosis
tidak dibersihkan oleh makrofag dan selanjutnya mengalami nekrosis sekunder.
Sel-sel otot polos dan makrofag diketahui menjadi sumber sel-sel nekrotik pada lesi
aterosklerotik yang lanjut. Akan tetapi dengan penelitian-penelitian terkini
diketahui bahwa netrofil berperan utama terjadinya apoptosis dan sel-sel nekrotik
pada lesi aterosklerosis.31
Proses aktifitas inflamasi yang menyertai plak aterosklerosis dapat dideteksi dengan
penanda inflamasi yang diketahui berhubungan dengan luas dan berat lesi
aterosklerosis.9,30
2.3 Major Adverse Cardiac Events Pada Sindrom Koroner Akut
Major adverse cardiac events merupakan end point yang terdiri dari kematian,
infark miokard berulang, tindakan intervensi perkutan berulang, aritmia, in stent
thrombosis, syok kardiogenik, acute decompensated heart failure (ADHF), dan
stroke yang dialami pasien setelah mengalami SKA. Berdasarkan definisi standar
untuk end point events pada studi kardiovaskular menurut standardized data
collection for cardiovascular trials, dibuat sebuah kesepakatan mengenai definisi
kematian kardiovaskular dan nonkardiovaskular juga yang disebabkan oleh hal
yang tidak dapat ditentukan, infark miokardial, stroke dan intervensi kardiologi.34,35
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
14
2.4 Peran Leukosit Pada Major Adverse Cardiac Events
Peran leukosit pada pasien-pasien dengan SKA dan MACE telah dijelaskan pada
beberapa penelitian. Leukosit merupakan mediator inflamasi utama dan berperan
terhadap respons dari suatu jejas. Peningkatan hitung jumlah total leukosit telah
diketahui berhubungan dengan luaran yang buruk pada pasien-pasien dengan
penyakit koroner stabil dan bahkan pada populasi umum.30,33,36.
Gambar 2.4. Mekanisme Kerusakan Miokardium yang Dimediasi Leukosit36
Sesuai yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa terdapat hubungan yang
konsisten, kuat, dose-dependent, antara peran inflamasi dengan proses
aterosklerosis dan bersifat independen terhadap faktor-faktor risiko tradisionil lain
seperti diantaranya kebiasaan merokok. Sel-sel tersebut berperan melalui beberapa
jalur diantaranya menghasilkan mediator-mediator di sistem mikrovaskular yang
menyebabkan terjadinya adhesi, agregrasi, aktivasi trombosit, embolisasi di distal
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
15
lesi dan obstruksi mikrovaskular. Sel-sel tersebut juga dapat menyebabkan agregasi
trombosit-leukosit, serta pembentukan thrombin dan menghasilkan faktor-faktor
jaringan yang dapat memfasilitasi trombosis dan kejadian sindrom koroner akut
serta luaran yang buruk paska serangan. Leukosit melalui pelepasan reactive
oxygen species (ROS), protease, eicosanoid, interleukin dan mieloperoksidase
dapat berkontribusi terhadap jejas miokardium melalui proses oksidasi dan
proteolisis.37
Tabel 2.1. Peran Leukosit pada Kejadian Kardiovaskular9
Agregasi abnormal dari leukosit
Aktivasi sistem koagulasi
Berhubungan dengan faktor risiko kardiovaskular
Menurunkan perfusi jaringan
Berpengaruh terhadap aliran darah
Instabilitas elektrik miokardium
Pembentukan agregasi trombosit-leukosit
Peningkatan ekspresi faktor jaringan melalui monosit
Meningkatkan pembentukan thrombus
Keterlibatan sindrom stress hematologik
Obstruksi mikrovaskular
Jejas endotel dengan mekanisme proteolisis
Pelepasan ROS
Gangguan fungsi mikrovaskular
Pembentukan thrombin
Produksi faktor jaringan
2.4.1 Peran Netrofil Pada Major Adverse Cardiac Events
Netrofil secara lebih spesifik telah diketahui sebelumnya memiliki peranan yang
penting pada progresifitas dan instabilitas plak aterosklerosis, peningkatan netrofil
pada presentasi awal pasien SKA juga didapatkan berhubungan dengan angka gagal
jantung. Netrofil merupakan sel yang besar dan kaku yang melakukan adhesi
dengan endotel kapiler sehingga mencegah reperfusi dari kapiler yang mengalami
iskemia, sel tersebut juga akan melepaskan beberapa autokoid yang akan
menginduksi vasokonstriksi serta agregrasi trombosit seperti thromboksan-B2,
leukotriene-B4 metabolit asam arakhidonat, mieloperoksidase, elastase serta
beberapa enzim hidrolitik yang berpengaruh terhadap stabilitas plak aterosklerosis
seperti asam phosphatase. Pada saat terjadinya iskemia, netrofil akan berkumpul di
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
16
daerah yang mengalami iskemia dan daerah yang mengalami reperfusi akan
melepaskan enzim proteolitik atau Reactive Oxygen Species (ROS) dan merusak
miosit disekitarnya. Patofisiologi lain disebutkan bahwa netrofil dapat memperberat
iskemik miokard dan memperluas area infark dengan mekanisme oklusi
mikrovaskular.23,24
Peningkatan hitung jenis netrofil diketahui berhubungan dengan tingginya MACE
pada pasien dengan IMA-ST. dan penyakit pembuluh darah arteri perifer.11
Khususnya pada pasien dengan IMA-ST didapatkan kesesuaian antara peningkatan
hitung netrofil dengan luas nya daerah miokardium yang mengalami nekrosis.
Peran netrofil pada proses aterosklerosis telah dijelaskan pada beberapa penelitian
dengan penelitian terkini menunjukkan keterlibatan yang kuat netrofil pada
beberapa tahap dari proses aterosklerosis, mulai dari proses inisiasi hingga
rupturnya plak.11 Kondisi hiperkolesterolemia menyebabkan terjadinya netrofilia
melalui peningkatan granulopoiesis, mobilisasi dari sumsum tulang dan
menurunkan klirens. Lebih lanjut lagi, peningkatan ekspresi dari beberapa molekul
adhesi seperti selektin dan integrin akibat deposisi kolesterol pada dinding
pembuluh darah beserta beberapa sitokin dan kemokin akan menyebabkan migrasi
netrofil ke endotel. Setelah melakukan migrasi ke dinding pembuluh darah, netrofil
akan mengeluarkan efek proinflamasi dan efek aterogenik dengan interaksi pada
beberapa sel seperti trombosit, monosit dan makrofag. Kondisi inflamasi tinggi
yang dihasilkan oleh jalur ini akan menyebabkan plak aterosklerosis tidak stabil
dan mudah ruptur.37
2.4.2 Peran Limfosit Pada Major Adverse Cardiac Events
Limfopenia disebabkan karena peningkatan kortisol endogen yang terjadi selama
stress akut SKA dan hal ini dapat menjadi penanda biologis awal pada kondisi
tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Blum dkk25 menemukan penurunan CD4+
dan rasio CD4+/CD8+ pada pasien-pasien yang mengalami IMA, dan selanjutnya
pada kelompok pasien dengan CD4+ paling rendah dan kemudian tidak kembali
normal memiliki risiko yang lebih besar terjadinya reinfark dan kematian.
Penurunan yang bermakna dari CD4+ setelah IMA berhubungan dengan ejeksi
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
17
fraksi yang rendah dan luas nya daerah infark. Penelitian terkini oleh Mor dkk26
mendapatkan penurunan jumlah dan fungsi dari sel T regulator selama fase akut
SKA yang disebabkan karena peningkatan LDL yang teroksidasi, hal ini juga
berhubungan dengan instabillitas plak aterosklerosis.
Penelitian lain khususnya tentang hitung jenis limfosit mendapatkan bahwa hitung
limfosit yang rendah berhubungan dengan mortalitas yang lebih tinggi dan luaran
kejadian kardiovaskular yang buruk pada pasien dengan nyeri dada, PJK stabil,
angina pektoris tidak stabil dan gagal jantung kronik. Mekanisme yang mendasari
peran dari limfosit yang rendah dan luaran yang buruk masih belum jelas, kondisi
hitung jenis limfosit yang rendah tersebut menggambarkan stres fisiologis yang
tinggi melalui pelepasan kortisol (setelah kondisi akut seperti IMA) dan disregulasi
respons inflamasi. Sel limfosit T memiliki sifat yang unik dalam beberapa
pembagian subset, diketahui beberapa subtipe akan meningkatkan dan beberapa
yang lain mengendalikan respons inflamasi dan sistem imunitas.37
Sel T-regulator termasuk di dalamnya CD4+, CD25+ telah diketahui pada hewan
coba memiliki peran menghambat proses aterosklerosis. Sel T-regulator akan
menyebabkan peningkatan aktivasi interleukin 10 (IL-10) yang merupakan sitokin
inhibitor dan juga transforming growth factor beta (TGF-β) yang akan menurunkan
akumulasi plak aterosklerosis. Sel-sel T-regulator tersebut juga berperan pada
transisi T-helper 1 (TH1) menjadi T-helper 2 (TH2) dan meningkatkan respons Sel
B serta menghambat respons pro aterogenik dari sel TH1. Respons dari sel B
diketahui memiliki efek ateroprotektif pada beberapa penelitian terhadap hewan
coba. Penelitian lebih lanjut pada manusia menunjukkan peningkatan subset TH1
pada pasien pasien dengan aterosklerosis berat dan angina tidak stabil, disertai
dengan peningkatan interferon γ (IFN-γ) dan penurunan TGF-β dan IL-10
menunjukkan penurunan aktifitas pada sel T-Reg. Penelitian-penelitian lain pada
tikus menunjukkan penurunan CD31 dari sel T sebagai dasar dari pembentukan
plak trombosis. Terapi pengganti yang dilakukan terhadap CD31 menunjukkan
perbaikan yang signifikan pada proses aterosklerosis. CD31 Sel T mewakili < 20%
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
18
dari seluruh sel limfosit yang beredar sistemik, berkurang sesuai pertambahan usia,
dan secara in-vitro diketahui berperan pada aktivasi sel-T.37
2.4.3 Rasio
Netrofil
Limfosit
Sebagai
Prediktor
Luaran
Kejadian
Kardiovaskular
Keunggulan dari RNL sebagai prediktor yang didapatkan dari beberapa penelitian
dapat dijelaskan karena RNL tidak dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti di
antaranya dehidrasi atau aktifitas fisik. Hal lain yang penting adalah RNL
merupakan rasio dari jalur sistem imunologi yang berbeda dan saling melengkapi,
mengintegrasikan peran netrofil yang bertanggung jawab terhadap reaksi inflamasi
nonspesifik dan limfopenia yang merupakan penanda stress fisiologis yang berat
serta kondisi tubuh yang buruk yang telah dijelaskan sebelumnya. Sehingga RNL
akan menggambarkan dua jalur sistem imunologi yang penting dan bersifat
prediktif dibandingkan hanya sebagai parameter saja. Peningkatan RNL juga
diketahui berhubungan dengan kekakuan arteri, skor kalsium yang tinggi serta
progresifitas aterosklerosis yang berperan besar terhadap SKA dan MACE.13
RNL sendiri merupakan pemeriksaan yang sederhana, murah, dan tersedia luas
sehingga dapat diaplikasikan dalam stratifikasi risiko pasien kardiovaskular
khususnya dalam hal ini SKA.13
2.5 Faktor-Faktor Lain yang Dapat Mempengaruhi Nilai RNL
Mengingat komponen dari RNL (netrofil dan limfosit) yang merupakan penanda
inflamasi secara umum, berbagai faktor lain dapat mempengaruhi nilai RNL pada
seseorang, dan dapat bersifat sebagai faktor perancu dalam kaitannya dengan
kejadian MACE. Faktor tersebut diantaranya adalah:
-
Jenis kelamin. Satu penelitian mendapatkan nilai RNL yang lebih tinggi
pada perempuan didapatkan memiliki proporsi netrofil yang lebih tinggi dan
limfosit lebih rendah dibanding laki-laki pada suatu studi, hal ini dikaitkan
dengan respons kortisol terhadap stres fisik pada perempuan lebih tinggi
dibanding laki-laki.38
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
19
-
Merokok.
Pajanan terhadap rokok secara konstan diketahui memicu
inflamasi kronik akibat adanya kerusakan vaskuler yang menyebabkan
disfungsi endotel. Hal ini berlangsung terus menerus dan memicu adanya
aktivasi netrofil pada daerah inflamasi tersebut, dan menyebabkan adanya
modulasi nilai RNL. Hal serupa ditemukan pada hipertensi dan
dislipidemia, dua faktor lain yang dapat memicu disfungsi endotel.31,39
-
Indeks Massa Tubuh (IMT) yang tinggi dapat menjadi pertanda
kemunculan sindrom metabolik dalam seseorang, dan hal ini telah terbukti
dapat memicu adanya inflamasi sistemik derajat rendah yang ikut
mengaktivasi netrofil dan limfosit.39
-
Usia seseorang juga ditemukan berperan dalam proses inflamasi kronis
tersebut, didapatkan peningkatan hitung netrofil dan limfosit seiring dengan
semakin tua seseorang.39,40 Hal ini dimungkinkan akibat kemungkinan
seseorang memiliki satu atau lebih faktor risiko kardiovaskular seiring
dengan penambahan usia.
-
Leukositosis diketahui tidak jarang ditemukan pada SKA, dan terutama
pada 24-72 jam pertama, dapat ditemukan netrofilia yang signifikan.41
Ledakan rekrutmen netrofil di awal terjadinya SKA inilah yang
berkontribusi besar terhadap modulasi nilai RNL, terutama di awal
terjadinya SKA.42,43
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
20
2.5 Kerangka Teori
SINDROM KORONER
AKUT
ATHEROSKLEROSIS
Proinflammatory state
MAJOR ADVERSE
CARDIAC EVENTS
Kematian Terkait Kardiak
Iskemia jaringan
Gagal Jantung Awitan Baru
Inflamasi akut
dimediasi leukosit
Produksi Sitokin
Disfungsi Endotel
Kerusakan vaskuler
direk
Revaskularisasi Ulang
Syok kardiogenik
Penyumbatan
mikrovaskuler
Aritmia
Aktivasi Faktor
Jaringan
Kerusakan
kardiomiosit
Infark Miokardium Ulang
Stroke
Ruptur Plak
In stent thrombosis
Aktivasi Kaskade
Koagulasi
Kortisol
Thrombosis
LIMFOSIT
CD4+
CD4+/CD8+
NETROFIL
Reactive Oxygen
Species
Endothelium
adherence
Enzim Protease
Chemotactic
Agents
Infiltrasi netrofil
yang teraktivasi
Viskositas Darah
Destablisasi Plak
Agregasi
Trombosit
Sel T Regulator
Kerusakan
fibrous cap
Neutrofil
mediated
microvascular
plugging
Gambar 2.5 Kerangka Teori Peranan RNL Sebagai Prediktor MACE Pada Pasien SKA
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
21
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Major Adverse Cardiac Events
Rasio Netrofil-Limfosit
-
Usia
Jenis Kelamin
Onset
Diabetes
Hipertensi
Dislipidemia
Merokok
IMT
TIMI
GRACE
Keterangan: IMT: Indeks Massa Tubuh, TIMI: Thrombolysis in Myocardial Infarction,
GRACE: Global Registry of Acute Coronary Events.
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
3.2 Identifikasi Variabel
Variabel bebas (independen)
- Rasio netrofil-limfosit (RNL)
Variabel tergantung (dependen)
- MACE dalam perawatan, yang terdiri dari

Kematian terkait kardiovaskular

Acute Decompensated Heart Failure (ADHF).

Infark Miokard Akut (IMA) ulang.

Syok kardiogenik.

Revaskularisasi ulang.
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
22

Aritmia

Stroke

In stent thrombosis
Variabel perancu
- Usia
- Jenis Kelamin
- Onset
- Diabetes
- Hipertensi
- Dislipidemia
- Merokok
- IMT
- TIMI
- GRACE
3.3 Definisi Operasional
Variabel
Sindrom
Koroner
(SKA)44
Akut
Definisi
Spektrum sindrom klinis
yang disebabkan sumbatan
mendadak
pada
arteri
koroner akibat ruptur plak
aterosklerosis. Pasien yang
disertakan dalam penelitian
ini menjalani pengobatan
sesuai dengan diagnosis dan
panduan yang digunakan.
Cara Pengukuran
 Sesuai tertulis dari rekam
medis
 Diagnosis dibagi menjadi
IMA-ST, IMA-NST dan
APTS berdasar anamnesis,
EKG dan pemeriksaan
enzim
 Infark
Miokard
Akut
dengan Elevasi Segmen ST
(IMA-ST)
Anamnesis: keluhan nyeri
dada khas
EKG: elevasi segmen ST
Lab:
kenaikan
enzim
jantung
 Infark Miokard Akut Tanpa
Elevasi Segmen ST (IMANST)
Anamnesis: keluhan nyeri
dada khas
Skala
Nominal
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
23
EKG: non-elevasi segmen
ST
Lab:
kenaikan
enzim
jantung
 Angina Pektoris Tak Stabil
(APTS)
Anamnesis: keluhan nyeri
dada khas
EKG: elevasi/non elevasi
segmen ST
Lab: tanpa kenaikan enzim
jantung
Sesuai tertulis di rekam
medis
 Cara
pengukuran:
berdasarkan
pemeriksaan
laboratorium, bahan darah
vena yang diambil melalui
vena perifer.
Rasio
Netrofil Pembagian dari total jumlah
Limfosit13
absolut
netrofil
dengan
jumlah absolut limfosit. Cara
pengukuran:
berdasarkan
pemeriksaan laboratorium,
bahan darah vena yang
diambil melalui vena perifer.
Pengukuran dilakukan pada
saat pertama kali pasien
diterima di IGD atau ICCU
Major
Adverse Berbagai peristiwa klinis Sesuai tertulis dari rekam medis
Cardiac
Event atau titik akhir yang
(MACE)45
berkaitan dengan suatu
kondisi
komplikasi
kardiovaskular
dengan
diantaranya yang termasuk
sebagai berikut: Kematian
terkait
kardiovaskular,
ADHF, IMA ulang, syok
kardiogenik, revaskularisasi
ulang, aritmia, stroke, in
stent thrombosis
Kematian terkait Kematian
terkait Sesuai tertulis dari rekam medis
kardiovaskular15,35 kardiovaskular diantaranya
kematian
akibat
SKA,
sudden
cardiac
death,
kematian
akibat
gagal
jantung, kematian akibat
stroke dan kematian akibat
prosedur
ADHF46
Presentasi pertama dari Sesuai tertulis dari rekam medis
gejala dan tanda gagal
jantung yang dapat terjadi
mendadak atau gradual yang
disebabkan oleh SKA
IMA ulang35
Infark
miokard
yang Sesuai tertulis dari rekam medis
terdokumentasi
terjadi
selama masa perawatan
Rasio
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
24
Syok
Kardiogenik47
Gangguan perfusi jaringan
yang diakibatkan karena
gangguan pompa jantung
dengan hipotensi persisten
(tekanan darah sistolik < 80
mmHg atau mean arterial
pressure < 30 mmHg dari
nilai awal
Sesuai tertulis dari rekam medis
Nominal
Revaskularisasi
Ulang35
Tindakan
revaskularisasi
yang tidak direncanakan
selama perawatan
Gangguan irama jantung
berupa ventrikel takikardi,
ventrikel
fibrilasi,
atrial
fibrilasi,
blok
atrioventrikular derajat tinggi dan
bundle-branch block baru
selama perawatan
Episode akut defisit neurologi
fokal atau global yang
disebabkan karena kerusakan
pada otak, medulla spinalis,
atau pembuluh darah retina
yang diakibatkan karena
perdarahan atau infark
Oklusi
total
yang
didokumentasikan
dengan
pemeriksaan corangiografi
pada pasien yang sebelumnya
sudah dilakukan pemasangan
stent
Usia kronologis pasien
Sesuai tertulis dari rekam medis
Nominal
Sesuai tertulis dari rekam medis
Nominal
Sesuai tertulis dari rekam medis
Nominal
Sesuai tertulis dari rekam medis
Nominal
KTP/Kartu identitas lainnya /
keterangan
pasien/keluarga,
dihitung sejak kelahiran hingga
pertamakali datang ke RSCM.
Sesuai tertulis dari rekam medis
Sesuai tertulis dari rekam medis
Ordinal
Nominal
Sesuai tertulis dari rekam medis
Rasio
Aritmia48
Stroke35
In Stent
Thrombosis15,35
Usia
Jenis kelamin
Onset
Jenis kelamin berdasarkan
keterangan tertulis saat
pertama kali ke RSCM
Waktu saat klinis SKA timbul
hingga pasien dibawa ke
rumah sakit
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
25
Diabetes
mellitus (DM)49
Hipertensi
Dislipidemia
Merokok
IMT
TIMI
GRACE
Kriteria diagnosis DM tipe 2
(Konsensus Pengelolaan DM
tipe
2
di
Indonesia,
PERKENI, 2011) yaitu
pemeriksaan GDS ≥ 200
mg/dL atau kadar GDP ≥ 126
mg/dL
atau
dengan
pemeriksaan pembebanan
glukosa 75 gram kadar
glukosa
darah
paska
pembebanan ≥ 200 mg/dL.32
Hipertensi esensial yang
berdasarkan anamnesis ada
riwayat hipertensi dan atau
menggunakan obat-obatan
antihipertensi serta
terkontrol atau tidak yang
dinyatakan dengan LVH
(left ventricular
hypertrophy)
Kolesterol total > 200 mg/dL
dan atau kolesterol LDL >
130 mg/dL, dan atau
kolesterol HDL < 45 mg/dL
dan atau trigliserida > 50
mg/dL
Merokok aktif 1 tahun
terakhir atau telah berhenti
merokok dalam 1 tahun
terakhir atau telah berhenti
merokok lebih dari 1 tahun
Perbandingan antara berat
badan (Kg) terhadap kwadrat
tinggi badan (m2)
Skor prognostik dalam
menentukan luaran kardiak
yang buruk pada pasien SKA
Skor prognostik dalam
menentukan risiko mortalitas
dalam perawatan, 6 bulan
hingga 3 tahun pada pasien
SKA
Sesuai tertulis dari rekam medis
Nominal
Sesuai tertulis dari rekam medis
Nominal
Sesuai tertulis dari rekam medis
Nominal
Sesuai tertulis dari rekam medis
Nominal
Berat badan (kg)/Tinggi (meter2)
Sesuai tertulis dari rekam medis
Interval
Sesuai tertulis dari rekam medis
Rasio
Sesuai tertulis dari rekam medis
Rasio
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
26
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Disain Penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder pasien yang dirawat di
Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) RSCM pada periode Januari 2012 sampai
Agustus 2015. Ekstraksi data sekunder dari rekam medis dilakukan pada bulan
Agustus sampai November 2015.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian.
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien SKA yang dirawat di ICCU
RSCM. Sampel penelitian merupakan bagian dari populasi terjangkau yang
memenuhi kriteria inklusi.
4.4 Besar Sampel.

Besar sampel untuk pertanyaan ke-1 didapatkan dengan menggunakan rumus:
Dengan keterangan:
Zα
= Tingkat kemaknaan (α) ditetapkan 0,05, sehingga Zα = 1,96
Sen
= Sensitivitas ditentukan 0,9
d
= Presisi ditentukan 10%
P
= Proporsi MACE dari penelitian sebelumnya didapatkan insidensi 9,1%50
Maka didapatkan
n = 380

Besar sampel untuk pertanyaan ke-2 didapatkan dengan menggunakan rumus:
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
27
Dengan keterangan:
Zα
= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu (1,96)
Zβ
= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu (0,84)
P1
= perkiraan proporsi pada populasi 1: 29,8%18
P2
= perkiraan proporsi pada populasi 2: 8,4%18
Maka didapatkan
n1 = n2 = 140
4.5 Kriteria Penelitian.
4.5.1 Kriteria Inklusi.
1.
Pasien penderita SKA.
2.
Mendapat perawatan di ICCU RSCM pada kurun waktu Januari 2012
sampai Agustus 2015.
4.5.2 Kriteria Eksklusi
1.
Pasien dengan kondisi sebagai berikut:
 Pasien dengan penyakit infeksi (tertulis di dalam status, seperti
pneumonia, infeksi saluran kemih atau infeksi lain yang
mendapatkan pengobatan yang sesuai atau antibiotik)
 Pasien dengan penyakit autoimun
 Pasien dengan penyakit keganasan
 Pasien dengan penggunaan steroid
 Pasien dengan berat badan kurang
2.
Pasien pulang atas permintaan sendiri.
3.
Data di dalam status yang tidak lengkap.
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
28
4.6 Alur Penelitian
Pasien SKA dari data register pasien ICCU RSCM
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Memenuhi Kriteria
Tidak memenuhi Kriteria
Disertakan dalam Penelitian
Dikeluarkan dari Penelitian
Pengumpulan Data Karakteristik, Faktor
Risiko Kardiovaskular, Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, RNL saat Awal Perawatan
dan MACE 7 hari perawatan
Analisis dan Pengolahan
Data
Diperoleh titik potong RNL
Kategorisasi berdasarkan
titik potong yang diperoleh
Kelompok dibawah
nilai titik potong
Kelompok diatas
nilai titik potong
Analisis dan
Pengolahan Data
Analisis dan
Pengolahan Data
Gambar 4.1 Alur Penelitian
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
29
4.7 Cara Kerja
Subjek penelitian diambil dengan melihat rekam medis pasien yang memenuhi
kriteria inklusi hingga besar sampel minimal terpenuhi.
Data yang dikumpulkan mencakup:
1.
Karakteristik sampel: usia, jenis kelamin, indeks masa tubuh, penyakit
penyerta (meliputi sebagai berikut; diabetes, dislipidemia, hiperurisemia,
hipertensi, gagal ginjal kronis), kebiasaan merokok, faktor riwayat Penyakit
Jantung Koroner (PJK) keluarga.
2.
Data pemeriksaan pendukung yang berkaitan dengan SKA dan penyakit
penyerta.
3.
Nilai RNL yang diperoleh saat pertama pasien diterima di IGD atau ICCU.
4.
MACE yang terjadi dalam 7 hari perawatan.
4.8 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data terdiri dari formulir penelitian dan dokumen rekam
medis pasien.
4.9 Pengolahan dan Analisis Data
-
Pengolahan data penelitian dilakukan secara elektronik menggunakan
perangkat SPSS 22.0.
-
Karakteristik dasar dan klinis subjek penelitian disajikan dalam bentuk tabel.
Penghitungan kemaknaan statistik dilakukan sesuai dengan karakteristik data
serta tujuan penelitian. Data kategorik disajikan dalam persentase. Data
numerik disajikan dalam mean dengan standar deviasi jika diperoleh sebaran
data normal atau median dan minimal-maksimal jika diperoleh sebaran data
tidak normal.
-
Untuk menjawab pertanyaan penelitian nomor 1:

Menentukan nilai titik potong, dilakukan dengan melihat Area Under Curve
Receiver Operating Characteristic Curve (AUC)-nya untuk mendapatkan
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
30
nilai titik potong dengan akurasi tertinggi sebagai risiko terjadinya MACE
dalam perawatan.
-
Untuk menjawab pertanyaan penelitian nomor 2:

Sampel penelitian selanjutnya akan diklasifikasikan ulang dalam skala
kategorik berdasarkan titik potong yang didapatkan pada hasil pertanyaan
nomor 1.

Menentukan Relative Risk (RR) dengan analisis uji Chi-Square yang
kemudian akan didapatkan P (signifikansi), RR dengan IK 95%.

Analisis multivariat dengan regresi logistik biner pada variabel dengan nilai
P < 0,25 pada analisis univariat yang kemudian akan didapatkan P
(signifikansi), adjusted Odds Ratio dengan IK 95%.
4.10 Masalah Etika
Penelitian ini tidak mengandung unsur intervensi kepada pasien yang tunduk pada
Deklarasi Helsinki. Penelitian ini telah mendapatkan ijin etik dari Panitia Tetap Etik
Penelitian Kedokteran FKUI dengan nomor: 141/UN2.F1/ETIK/2015. Semua data
rekam medis yang digunakan akan dijaga kerahasiaannya.
4.11 Penulisan dan Pelaporan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini akan dipublikasikan di dalam jurnal kedokteran atau kesehatan
nasional/ internasional, pertemuan ilmiah nasional/ internasional dan secara
keseluruhan hasil akhir penelitian dibuat dalam bentuk tesis sebagai salah satu
syarat untuk mencapai sebutan Spesialis-I Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
31
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pasien SKA yang dirawat di ICCU RSCM dalam
kurun waktu Januari 2012 hingga Agustus 2015. Dalam kurun waktu tersebut
didapatkan pasien SKA yang dirawat di ICCU RSCM sejumlah 1091 pasien.
Berdasarkan penelusuran lebih lanjut didapatkan 591 data rekam medis, dengan 90
subyek memiliki data rekam medis yang tidak lengkap, 110 subyek didapatkan
adanya infeksi, 5 subyek dengan keganasan, 5 subyek pulang atas keinginan sendiri
selama perawatan dan 1 subyek dengan penyakit autoimun, sehingga didapatkan
380 subyek sebagai sampel penelitian dengan metode konsekutif (Gambar 5.1).
Jumlah pasien SKA (Januari 2012 –
Agustus 2015): 1091 pasien
591 subyek didapatkan secara
konsekutif dari data rekam medis
380 subyek memenuhi kriteria
inklusi/eksklusi
380 subyek penelitian
211 subyek didapatkan kriteria
eksklusi:
- 110 subyek dengan adanya infeksi
- 90 subyek dengan rekam medis tidak
lengkap
- 5 subyek dengan adanya penyakit
keganasan
- 5 subyek pulang atas permintaan
sendiri
- 1 subyek dengan penyakit autoimun
Gambar 5.1 Alur Perekrutan dan Pemantauan Subyek
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
32
Karakteristik dari 380 pasien yang telah diseleksi tercantum pada tabel 1.
Didapatkan bahwa rerata usia pasien 57,92 tahun, dengan mayoritas pasien lakilaki (n=258, 67.9% dari seluruh pasien) dan rerata onset nyeri dada saat masuk
rumah sakit 23,15 jam. Dari faktor risiko yang dimiliki, lebih dari separuh pasien
memiliki hipertensi (n=246, 64,7%) dan riwayat merokok (n=203, 53,6%). Faktor
risiko kardiovaskular lain, berupa diabetes melitus (n=121, 31,8%), dislipidemia
(n=86, 22,6%) dan riwayat PJK pada keluarga (n=79, 20,8%) juga ditemukan pada
pasien. 144 (37,9%) pasien memiliki IMT > 25 kg/m2, dengan rerata IMT pasien
24,47 kg/m2. Hasil pemeriksaan darah perifer lengkap memperlihatkan bahwa dari
keseluruhan pasien ditemukan leukositosis (10,342 u/dL). Rerata hitung netrofil
absolut pasien adalah 7,401 ug/dL, sementara rerata hitung limfosit absolutnya
sebesar 2,170 ug/dL, sehingga didapatkan rerata RNL sebesar 4,72.
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
33
Tabel 5.1. Karakteristik Dasar Subyek (n=380)
Variabel
Usia (tahun), rerata (SB)
Jenis Kelamin, n (%)
Laki-laki
Perempuan
Onset (jam), rerata (SB)
Faktor Risiko Kardiovaskular, n (%)
Diabetes
Hipertensi
Dislipidemia
Merokok
Riwayat PJK Keluarga
Obesitas
IMT (kg/m2), rerata (SB)
Hasil Laboratorium, rerata (SB)
Hemoglobin, mg/dL
Leukosit, ug/dL
Hitung Netrofil Absolut, ug/dL
HItung Limfosit Absolut, ug/dL
Rasio Netrofil-Limfosit
Skor Risko IMA, rerata (SB)
TIMI
GRACE
Kejadian MACE (%)
Kasus (n=380)
57,92 (10,19)
258 (67,9)
122 (32,1)
23,15 (0,66)
121 (31,8)
246 (64,7)
86 (22,6)
203 (53,6)
79 (20,8)
144 (37,9)
24,47 (3,78)
13,64 (2,02)
10.342 (3.418)
7.401 (3.213)
2.170 (1.142)
4,72 (4,19)
3,37 (1,73)
98,69 (30,00)
73 (19,2)
Keterangan: PJK: Penyakit Jantung Koroner, IMT: Indeks Massa Tubuh, TIMI:
Thrombolysis in Myocardial Infarction, GRACE: Global Registry of Acute Coronary
events, MACE: Major Adverse Cardiac Events, SB: Simpangan Baku.
Rincian kejadian MACE pada penelitian ini tertera pada tabel 2. Kejadian MACE
ditemukan pada 73 pasien (19,2% dari seluruh kasus), dengan kejadian terbanyak
berupa aritmia (n=48, 65,8% dari seluruh MACE, 12,6% dari seluruh kasus).
Jumlah pasien meninggal pada penelitian ini sebanyak 10 pasien (13,7% dari
seluruh MACE, 2,6% dari seluruh kasus). MACE lain yang ditemukan pada
penelitian ini adalah syok kardiogenik (27 kasus), ADHF (17 kasus), IMA ulang (8
kasus), intervensi ulang (6 kasus) dan stroke (6 kasus).
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
34
Tabel 5.2. Rincian Kejadian MACE
Jenis
Jumlah
IMA ulang
Intervensi ulang
Aritmia
In Stent
Thrombosis
Syok Kardiogenik
Stroke
ADHF
Kematian
% dari keseluruhan
pasien (n=380)
8
6
48
0
% dari
seluruh
MACE
11,0
8,2
65,8
0
27
6
17
10
37,0
8,2
23,3
13,7
7,1
1,6
4,5
2,6
2,1
1,6
12,6
0
Keterangan: IMA ulang: Infark Miokard Ulang, ADHF: Acute Decompensated Heart
Failure, MACE: Major Adverse Cardiac Events.
5.2 Penentuan Titik Potong RNL Untuk Memprediksi MACE
Penentuan nilai titik potong dilakukan dengan menggunakan analisis ROC untuk
menemukan nilai sensitivitas dan spesitifitas dari tiap nilai RNL yang ditemukan,
dengan memperhatikan nilai AUC untuk menentukan kemaknaan. Didapatkan
bahwa nilai AUC bermakna (0,705, p<0.001, IK95% 0.642-0.768), dan ditentukan
nilai titik potong RNL 3,55 berdasarkan nilai sensitivitas dan spesitifitas paling
optimal (sensitivitas=72,6%, spesitifitas=60,6%). Dengan menggunakan titik
potong tersebut, sampel kemudian dikategorikan kepada dua klasifikasi (≤3,55 dan
>3,55).
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
35
Gambar 5.2 Kurva ROC untuk RNL dan kejadian MACE (AUC=0,705, titik
potong=3,55, sensitivitas 72,6%, spesitifitas 60,6%)
5.3 Analisis Bivariat dan Multivariat RNL dengan MACE
Analisis bivariat dilakukan antara variabel terkait (kejadian MACE) dengan bebas
(RNL) serta dengan faktor perancu, meliputi usia, jenis kelamin, onset nyeri dada,
faktor risiko kardiovaskular, hasil pemeriksaan darah perifer, dan skor risiko IMA,
dengan menggunakan chi-square test atau student t-test sesuai dengan bentuk
variabel. Hasil analisis bivariat pada penelitian ini tertera pada tabel 5.3, 5.4 dan
5.5. Ditemukan bahwa terdapat hubungan bermakna antara RNL dengan kejadian
MACE (p<0,001), pada kelompok RNL >3,55, didapatkan lebih banyak kejadian
MACE (53 kasus dari 174 pasien (30,46%)) dibanding RNL ≤3,55 (20 kasus dari
206 pasien (9,71%)). Relative Risk (RR) untuk kejadian MACE sebesar 3,137
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
36
(IK95% 1,955-5,035). Nilai Duga Positif (NDP) sebesar 30,46%, Nilai Duga
Negatif (NDN) sebesar 90,29%.
Didapatkan bahwa faktor yang dianggap berpotensi sebagai perancu (p<0,250)
untuk kejadian MACE adalah usia, jenis kelamin, onset nyeri dada, hipertensi,
dislipidemia, riwayat merokok, IMT, kadar leukosit, serta skor TIMI dan GRACE
pasien.
Pada analisis multivariat dengan uji regresi logistik didapatkan bahwa RNL >3,55
merupakan prediktor independen bermakna (p=0,003) terhadap kejadian MACE.
Adjusted Odds Ratio untuk kejadian MACE pada RNL>3,55 sebesar 2,626 (IK95%
1,401-4,922) setelah penambahan variabel perancu.
Perubahan adjusted Odds Ratio untuk RNL > 3,55 pada setiap penambahan variabel
perancu dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.3. Analisis Bivariat Grup RNL Dengan MACE
MACE
RNL
>3,55
≤3,55
Ya
53
20
Total
Tidak
121
186
174 (45,8%)
206 (54,2%)
Keterangan: RNL: Rasio Netrofil Limfosit, MACE: Major Adverse Cardiac Events.
Sensitivitas
: 72,6% (IK95% 60,9%-82,4%)
Spesitivitas
: 60,6% (IK95% 54,9%-66,1%)
Nilai Duga Positif
: 30,46% (IK95% 23,72%-37,88%)
Nilai Duga Negatif
: 90,29% (IK95% 85,40%-93,97%)
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
Tabel 5.4. Analisis Faktor Perancu Dengan MACE
Variabel
Jenis Kelamin Laki-laki (%)
Diabetes (%)
Hipertensi (%)
Dislipidemia (%)
Merokok (%)
Riwayat Keluarga (%)
Usia (SB)
Onset (SB)
IMT (SB)
Leukosit (SB)
TIMI (SB)
GRACE (SB)
Kasus pada MACE (-)
203 (66,2)
94 (30,7)
208 (67,7)
76 (24,7)
157 (51,1)
67 (21,8)
57,54 (±10.01)
24,27 (±31.60)
23,71(±3.80)
9851 (±3.494)
3,13 (±1.43)
95,93 (±29.28)
Kasus pada MACE (+)
55 (75,3)
27 (36,9)
38 (52,1)
10 (13,7)
46 (63)
12 (16.4)
59,53 (±10.88)
18,48 (±26.01)
23,43 (±3.58)
12.405 (±2.958)
4,41 (±2.43)
110,32 (±30.42)
Nilai p
0,129
0,294
0,012
0,042
0,069
0,297
0,133
0,148
0,009
<0,001
<0,001
<0,001
Keterangan: GRACE: Global Registry of Acute Coronary events, TIMI: Thrombolysis in Myocardial Infarction,
IMT: Indeks Massa Tubuh, MACE: Major Adverse Cardiac Events, RR: Relative Risk..
37
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
38
Tabel 5.5. Adjusted OR dengan IK 95% untuk RNL > 3,55 Terhadap MACE
pada Penambahan Variabel Perancu Secara Bertahap
Variabel RNL > 3,55
OR (IK 95%)
OR
3,997(2,273-7,027)
Adjusted OR
+ GRACE
+ TIMI
+ Leukosit
+ IMT
+ Hipertensi
+ Dislipidemia
+ Merokok
+ Jenis Kelamin
+ Usia
+ Onset
3,561(2,007-6,320)
3,587(1,991-6,464)
2,636(1,421-4,892)
2,522(1,357-4,687)
2,583(1,386-4,816)
2,578(1,383-4,806)
2,569(1,377-4,792)
2,595(1,388-4,851)
2,601(1,389-4,868)
2,626(1,401-4,922)
Keterangan: GRACE: Global Registry of Acute Coronary events, TIMI: Thrombolysis in
Myocardial Infarction, IMT: Indeks Massa Tubuh, MACE: Major Adverse Cardiac Events,
OR: Odds Ratio.
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
39
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1. Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini adalah suatu penelitian kohort retrospektif dengan jumlah subjek
penelitian melibatkan 380 pasien SKA yang menjalani perawatan di ICCU RSCM.
Sebagian besar subjek penelitian adalah laki-laki 258 (67,9%), sedangkan
perempuan 122 (32,1%). Hasil ini sejalan dengan kepustakaan yang mendapatkan
pasien SKA laki-laki (68,1%) lebih banyak dari pada perempuan sejumlah (31,9%),
walaupun pada populasi dan lokasi penelitian yang berbeda hal ini berhubungan
dengan adanya perbedaan profil faktor risiko berdasarkan jenis kelamin. Hal ini
juga sejalan dengan studi dari Ghaffari dkk41, yang mendapatkan 81.2% dari
subjeknya adalah laki-laki. Estrogen endogen bersifat protektif pada perempuan,
namun setelah fase menopause insidensi SKA meningkat dengan cepat dan
sebanding dengan insidensi pada laki-laki.51
Rerata usia subyek pada penelitian 57,92 tahun (SB 10,19) dengan kisaran usia 32
– 86 tahun. Hal ini tidak berbeda jauh dari kepustakaan yang menyatakan mean usia
pasien SKA 60,4 tahun. Data secara umum yang diperoleh dari RISKESDAS 2013
di Indonesia sendiri menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan
wawancara yang dilakukan dokter atau yang didiagnosis dokter dari gejala klinis
meningkat seiring bertambahnya usia, tertinggi pada kelompok umur 65-74 tahun
yaitu 2,0% dan 3,6% lalu sedikit menurun pada kelompok umur ≥ 75 tahun.52
Sedikit perbedaan didapat dari studi GRACE (Global Registry for Acute Coronary
Events), didapatkan rerata usia kemunculan SKA yang lebih tua (66,3 tahun)
dibandingkan studi ini.53
Faktor risiko kardiovaskular yang terbanyak didapatkan pada subyek penelitian
yaitu hipertensi (64,7%) dan merokok (53,6%). Hal ini tidak jauh berbeda dengan
sejumlah studi yang dilakukan sebelumnya.16,21,33,53 Untuk faktor risiko yang lain
sendiri didapatkan obesitas (37,9%), diabetes (31,8%) dislipidemia (22,6%) dan
riwayat PJK pada keluarga (20,8%). Untuk nilai IMT pada penelitian ini memiliki
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
40
distribusi data yang normal, didapatkan rerata IMT 24,47 kg/m2 (SB 3,78). Studi
lain mendapatkan rerata IMT yang lebih tinggi, seperti pada studi GRACE53 (26,92
kg/m2) ataupun studi oleh Chia dkk32 (28 kg/m2). Hal ini dimungkinan karena
adanya perbedaan mayoritas populasi penelitian antara studi ini dan kedua studi
tersebut.
Proporsi terjadinya MACE didapatkan pada 73 subyek penelitian (19,2%), hasil ini
sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Moeswir dkk50 pada tahun
2014 dan Martalena dkk54 pada tahun 2013 dengan hasil proporsi MACE 9,21%
dan 14,2%. Hal ini bisa dijelaskan karena didapatkan perbedaan kriteria
inklusi/eksklusi dan MACE yang digunakan pada masing-masing studi.
6.2 Rasio Netrofil Limfosit Sebagai Prediktor MACE
Rasio netrofil limfosit merupakan penanda yang mulai diteliti pada berbagai
disiplin ilmu kedokteran, contohnya pada kondisi kanker, diabetes melitus, sepsis,
serta termasuk pula penyakit kardiovaskular seperti SKA.55-57 Hal ini terkait kepada
patofisiologi SKA yang melibatkan berbagai faktor inflamasi, termasuk diantaranya
sel darah putih atau leukosit. Patofisiologi kemunculan MACE pada SKA pun tidak
terlepas dari adanya perubahan reaksi inflamasi tubuh akibat efek leukosit, yang
meliputi sel netrofil dan limfosit, komponen utama penghitungan RNL. Efek
tersebut diantaranya berupa adhesi leukosit ke endotel sehingga terjadi disfungsi
berkelanjutan, meningkatkan viskositas darah dan agregrasi trombosit sehingga
terjadi penyumbatan mikrovaskuler, serta sekresi protease dan ROS (Reactive
Oxygen Species) sehingga terjadi kerusakan vaskuler direk.36,58 Hasil akhir dari
kesemua proses itu adalah kerusakan miokardium yang menjadi awal mula berbagai
kejadian MACE.36 Beberapa studi yang membandingkan peran RNL sebagai
prediktor luaran SKA dibandingkan dengan skoring stratifikasi risiko lain
mendapatkan bahwa RNL berpotensi dalam perannya sebagai prediktor tersebut.
Oncel dkk19 pada tahun 2013 mendapatkan bahwa peningkatan RNL memiliki
korelasi positif dengan skor GRACE. Acet dkk59 pada tahun 2015 juga
mendapatkan bahwa skor TIMI memiliki korelasi positif dengan RNL. Kedua studi
ini membuktikan potensi RNL sebagai penanda prognostik SKA.
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
41
Penelitian ini mengevaluasi peran RNL sebagai prediktor kemunculan MACE pada
pasien dengan diagnosis SKA, terutama pada populasi pasien di Indonesia, karena
diperlukan data yang membuktikan kegunaannya pada berbagai jenis populasi
berbeda sehingga menguatkan bukti manfaat RNL untuk menstratifikasi risiko
kejadian MACE. Terdapat teori bahwa reaksi inflamasi akan berbeda pada tiap ras
atau suku, oleh karena itu penelitian terhadap berbagai jenis populasi perlu
dilakukan.22 Penelitian serupa mengenai RNL dan fungsinya sebagai prediktor
MACE telah dilakukan beberapa tahun terakhir ini di daerah Asia, Eropa, Timur
Tengah, dan negara-negara lain.15,44,48 Populasi pasien pada penelitian ini
diharapkan dapat mewakili pasien di Indonesia karena status RS Cipto
Mangunkusumo (RSCM) sebagai RS pusat rujukan nasional, sehingga dapat
mewakili berbagai suku yang ada di Indonesia. Selain itu, RNL merupakan penanda
dengan biaya murah yang mudah didapatkan di berbagai daerah, karena hitung jenis
leukosit termasuk kedalam pemeriksaan dasar yang umum dilakukan di mana saja
dan ketersediaan alat pemeriksaannya pun tersebar dengan baik. Kemudahan
mengakses angka RNL ini menjadi keuntungan terutama pada kondisi SKA yang
membutuhkan stratifikasi risiko pasien yang cepat dan akurat.
6.3 Titik Potong Optimal Rasio Netrofil Limfosit Pada Kejadian MACE
Dari penelitian ini didapatkan bahwa titik potong nilai RNL yang bermakna
terhadap peningkatan risiko kejadian MACE sebesar 3,55. Didapatkan juga bahwa
kejadian MACE lebih banyak pada kelompok dengan RNL>3,55 ((53 kasus dari
174 pasien (30,46%)) dibanding RNL≤3,55 (20 kasus dari 206 pasien (9,71%),
dengan analisis statistik antara RNL dan MACE, baik secara bivariat maupun
multivariat, menunjukkan signifikansi, sehingga dapat disimpulkan bahwa RNL
yang lebih tinggi memberikan risiko yang lebih tinggi pada pasien SKA.
Nilai titik potong ini tidak jauh berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Kaya
dkk21 yang mendapatkan nilai titik potong RNL > 3,5 sebagai penanda risiko
MACE jangka panjang pada pasien IMA-ST yang menjalani PPCI, serta Akpek
dkk15 yang mendapatkan nilai titik potong >3,3 sebagai penanda peningkatan risiko
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
42
no reflow post-PCI sebagai kejadian MACE yang diteliti. Sementara itu, beberapa
studi lain menggunakan pembagian lebih dari dua kelompok, dan mendapatkan titik
potong yang tidak jauh berbeda. Nunez dkk60 membagi RNL menjadi 5 kuintil (1,53, 3-4,5, 4,5-6, 6-7,5, >7,5), dan mendapatkan peningkatan risiko yang signifikan
setiap peningkatan rentang RNL pada tiap kuintil. Kesimpulan serupa didapatkan
oleh He dkk48, yaitu terjadi peningkatan mortalitas dan MACE seperti hipotensi dan
aritmia pada tiga tertil RNL yang diteliti (<3,16, 3,16-4,75, >4,75). Oleh karena
didapatkan titik potong yang tidak jauh berbeda pada penelitian ini dibandingkan
pada berbagai penelitian tersebut, nilai 3,55 dapat dipertimbangkan menjadi nilai
titik potong RNL.
6.4 Risiko MACE pada Peningkatan Nilai Rasio Netrofil Limfosit
Pada penelitian ini didapatkan risiko 2,6 kali lebih besar pada RNL >3,55 untuk
mengalami MACE. Dengan titik potong yang lebih tinggi (4,75), He dkk48
mendapatkan bahwa terdapat peningkatan risiko MACE sebesar 1,48 kali
dibanding pada RNL lebih rendah.48 Hal ini membuktikan adanya peningkatan
risiko kejadian MACE pada kondisi RNL lebih tinggi. Mekanisme yang mendasari
peningkatan MACE ini adalah modulasi sel leukosit saat SKA, yang ternyata
berperan tidak hanya pada progresivitas plak aterosklerosis, tetapi juga berperan
pada kondisi setelah plak tersebut ruptur dan menghasilkan SKA.61 Nilai duga
negatif/NDN yang tinggi dari RNL pada penelitian ini (90,29%) menandakan
kemampuan prediktif yang baik pada RNL>3,55 untuk menyingkirkan pasienpasien SKA dengan risiko kejadian MACE rendah, sehingga sesuai digunakan
sebagai stratifikasi risiko.
Lebih spesifik lagi, netrofil dan limfosit mengalami perubahan jumlah dan
melakukan aktivitas tertentu yang menyebabkan peningkatan risiko MACE. Pada
saat terjadinya SKA, aktivitas netrofil meningkat akibat dari rupturnya plak
aterosklerosis, dan netrofil ini kemudian melakukan beragam fungsi sehingga
semakin banyak netrofil yang direkrut dan jumlahnya akan meningkat di darah.
Netrofil ini kemudian akan melakukan berbagai fungsi pro-inflammatorik seperti
sekresi mediator inflamasi dan promosi mikrotrombus, serta memicu kemunculan
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
43
ROS yang berefek pada kerusakan miokardium yang telah disebutkan
sebelumnya.36,61 Hal ini dibuktikan secara patologis dan klinis pada beberapa studi,
peningkatan jumlah netrofil berhubungan dengan peningkatan luas daerah infark
dan luaran angiografik lebih buruk, dua hal yang berkaitan dengan peningkatan
kejadian MACE.24,62
Berbeda dengan netrofilia tersebut, saat SKA akan terjadi limfositopenia karena
peningkatan kortisol endogen dan disregulasi faktor inflamasi pada kondisi akut
seperti SKA, sehingga limfosit akan tersupresi. Hal ini diteliti oleh Blum dkk25,63,
yang menemukan bahwa terdapat penurunan sel limfosit T, CD4+ dan rasio
CD4+/CD8+ pada pasien IMA. Hal yang serupa disimpulkan oleh Bodi dkk64,
disebutkan terdapat supresi limfosit pada kondisi akut SKA yang mekanismenya
masih belum diketahui secara pasti. Limfositopenia ini pun telah dibuktikan
memiliki pengaruh terhadap luaran pasien SKA, baik secara patologis maupun
klinis, yang meliputi morbiditas dan mortalitas.65 Hasil akhir dari modulasi jumlah
netrofil dan limfosit adalah peningkatan RNL pada saat kondisi SKA, dan pada
akhirnya menjadi prediktor peningkatan kemunculan MACE.
Beberapa faktor lain dapat mempengaruhi nilai RNL pada seseorang, dan faktor
perancu yang didapat pada penelitian ini telah diketahui berkaitan dengannya. Jenis
kelamin perempuan didapatkan memiliki proporsi netrofil yang lebih tinggi dan
limfosit lebih rendah dibanding laki-laki pada suatu studi, hal ini dikaitkan dengan
respons kortisol terhadap stres fisik pada perempuan lebih tinggi dibanding lakilaki.38 Merokok, hipertensi, dan dislipidemia memodulasi nilai RNL karena adanya
kaitan ketiga faktor risiko kardiovaskular tersebut dengan modulasi faktor inflamasi,
terjadi proses inflamasi berkelanjutan dengan intensitas rendah akibat disfungsi
endotel yang dipicu oleh tereksposnya vaskuler kepada faktor risiko tersebut.31,39
IMT dan usia seseorang juga ditemukan berperan dalam proses inflamasi kronis
tersebut, didapatkan peningkatan hitung netrofil dan limfosit seiring dengan
meningkatnya IMT dan semakin muda seseorang.39,40 Leukositosis diketahui tidak
jarang ditemukan pada IMA, dan komponen yang terutama naik pada leukositosis
ini adalah netrofil, sehingga RNL juga akan berubah seiring dengan peningkatan
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
44
angka leukosit.41 Peningkatan ini juga berhubungan dengan onset waktu terjadinya
IMA, peningkatan netrofil besar-besaran terutama terjadi di awal IMA, dan dapat
menetap hingga 24-48 jam pertama IMA, dan kemudian terjadi penurunan gradual
setelahnya, sehingga RNL terutama akan meninggi pada waktu tersebut.42,43
Secara singkat, beberapa penelitian lain yang mendukung manfaat RNL sebagai
penanda prognostik pada IMA dirangkum pada tabel 6.1.
Tabel 6.1 Beberapa Studi Peran RNL Sebagai Penanda Prognostik Pasien SKA
Peneliti, lokasi
Periode
Subjek
Penelitian
2833 pasien
SKA
Desain
Penelitian
Kohort
retrospektif
Tamhane dkk.,
University of
Michigan Health
System, USA
Desember 1998Oktober 2004
Shah dkk.,
Staten Island
University
Hospital, New
York, USA
Han dkk., Inje
University
College of
Medicine, South
Korea
Sawant dkk.,
1988-1994
7363 pasien
penyakit
jantung
koroner
Kohort
retrospektif
Januari 2005Desember 2009
326 pasien
IMA-ST
yang
menjalani
PPCI
250 pasien
IMA-ST
Kohort
retrospektif
Park dkk.,
Seoul National
University
Hospital, South
Korea
He dkk.,
Xuanwu
Hospital,
Capital Medical
University,
China
Juli 2003Februari 2010
325 pasien
IMA-ST
yang
menjalani
PPCI
692 pasien
IMA-ST
Kohort
retrospektif
Januari 2007Januari 2008
2002-2005
Kohort
retrospektif
Kohort?
Hasil
Peningkatan
kematian saat
perawatan dan
follow-up 6 bulan
pada tertil RNL
tinggi
Peningkatan
mortality rate pada
RNL>4,5 dibanding
<1,5
Peningkatan risiko
kematian dan MACE
pada peningkatan
tertil RNL (<3,3,
3,31-6,52 dan >6,52)
RNL >7,4
merupakan prediktor
independen untuk
kematian <30 hari
dan <2 tahun
RNL>5,44 selama 24
jam pertama
meningkatkan risiko
mortalitas
Peningkatan angka
mortalitas, aritmia,
hipotensi, dan
defibrilasi pada
setiap peningkatan
tertil RNL (<3,16,
3,16-4,75 dan >4,75)
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
45
RNL >3,3
memprediksi
peningkatan risiko
no-reflow dan
MACE selama
perawatan
September 2004- 1345 pasien Kohort
Peningkatan risiko
September 2006 IMA-NST
retrospektif
kematian pasien
selama perawatan
dan <4 tahun pada
RNL>4,7
RNL merupakan
Tidak
682 pasien
Kohort
faktor prediktor
dicantumkan
IMA-ST
independen
yang
terjadinya MACE
menjalani
dalam perawatan dan
PPCI
juga jangka panjang.
Didapatkan titik
potong RNL > 3,5
(AUC 71%) dengan
sens 71% dan spes
70%.
Keterangan: USA: United State of America, SKA: Sindrom Koroner Akut, RNL: Rasio Netrofil
Limfosit, IMA-ST: Infark Miokard Akut dengan elevasi Segmen ST, MACE: Major Adverse
Cardiac Events, PPCI: Primary Percutaneous Coronary Intervention, IMA-NST Infark Miokard
Akut tanpa elevasi Segmen ST
Akpek dkk.,
Erciyes
University
School of
Medicine,
Turkey
Azab dkk.,
Staten Island
University
Hospital, New
York, USA
Kaya dkk.,
Erciyes
University
School of
Medicine,
Turkey
Tidak
dicantumkan
418 pasien
IMA-ST
yang
menjalani
PPCI
Kohort
Aritmia, baik supraventrikuler maupun ventrikuler, merupakan MACE yang paling
sering ditemukan pada penelitian ini, diketahui 65,8% dari seluruh kejadian MACE
(12,9% dari seluruh kasus) merupakan kejadian aritmia. Hal ini mengonfirmasi
temuan He dkk48 pada tahun 2012, yang menemukan bahwa aritmia merupakan
salah satu MACE yang kejadiannya meningkat secara signifikan pada pasien SKA
dengan peningkatan RNL, dibandingkan pada tertil 1 atau 2, angka kejadian aritmia
meningkat pada tertil 3 (24,14% pada T1, 24,35%T2, dan 43,91% pada T3).
Sementara itu, angka mortalitas pasien pada penelitian ini sebesar 2.1% dari seluruh
kasus, dan terjadi pada 13,7% dari kasus MACE. Angka mortalitas ini lebih rendah
dibandingkan yang ditemukan pada penelitian He dkk48 dan Han dkk17, yang
masing-masing menemukan angka mortalitas lebih tinggi (5,5% dan 6,7% dari
seluruh kasus).
6.5. Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian
Sejauh ini penelusuran yang dilakukan oleh penulis belum mendapatkan adanya
penelitian yang mencari titik potong optimal pada pasien SKA yang dirawat di
Indonesia, dan dengan adanya variasi pada respon inflamasi yang didasari
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
46
perbedaan genomik pada masing-masing ras atau etnis diperlukan adanya penelitian
tersendiri untuk setiap populasi. Sehingga diharapkan hasil dari penelitian ini dapat
diterapkan untuk populasi di Indonesia atau menjadi dasar untuk penelitian lebih
lanjut di wilayah atau Rumah Sakit lain di Indonesia.
Keterbatasan penelitian ini adalah studi retrospektif dengan mengambil data rekam
medik. Karena itu terdapat beberapa pasien yang tidak ditemukan rekam mediknya
atau informasi dan data klinis pasien kurang atau terbatas sehingga dieksklusi dari
penelitian ini. Penelitian ini belum menggunakan waktu pengukuran yang seragam
antara RNL dengan onset mengingat variasi yang beragam dari onset SKA yang
didapatkan pada subyek, walaupun diketahui peningkatan besar-besaran netrofil
terjadi sejak awal onset dan kemudian menetap dalam 24-48 jam pertama.
6.6. Hubungan Sebab Akibat antara RNL dengan Kejadian MACE pada
Pasien SKA
Penelitian ini bersifat etioprognostik, dilihat kemampuan nilai RNL pada saat
admisi dalam memprediksi kejadian MACE pada pasien SKA selama perawatan.
Untuk memvalidasi hubungan sebab akibat antara tingginya nilai RNL dengan
kemunculan MACE, maka dilakukan analisis pemenuhan beberapa kritera kausatif
Hill sebagai berikut:
- Strength
Kekuatan asosiasi pada penelitian ini didapat dari uji regresi logistik biner
yang mencantumkan faktor risiko lain yang dianggap dapat mempengaruhi
kejadian MACE selain RNL, dan dari uji tersebut didapatkan hubungan
positif signifikan antara RNL dengan kejadian MACE, terbukti dari nilai
kemaknaan p=0,003 dan adjusted OR sebesar 2,626 (IK95% 1,401-4,922),
oleh karena itu kekuatan hubungan antara variabel sebab (RNL) dan akibat
(MACE) dianggap baik.
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
47
- Consistency
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa RNL merupakan prediktor
independen akan kejadian MACE dan nilai titik potong RNL sebesar 3,55,
tidak jauh berbeda dari berbagai studi pada populasi lain, semisal pada studi
yang telah dilakukan oleh Kaya et al (titik potong 3,5) dan Akpek et al (nilai
titik potong 3,3) atau Nunez et al (peningkatan risiko MACE setelah nilai
3).
- Temporality
RNL pada penelitian ini diperiksa di awal mula perawatan, kemudian
kejadian MACE diamati selama perawatan setelah pemeriksaan RNL
tersebut, sehingga terdapat hubungan yakni sebab (RNL) mendahului akibat
(MACE), sesuai dengan konsep penelitan kohort yang digunakan pada studi
ini.
- Biological gradient
Gradien peningkatan risiko kejadian MACE seiring dengan peningkatan
nilai RNL terlihat dari nilai OR dengan IK95% yang didapat pada penelitian
ini, yaitu 2,626 (IK95% 1,401-4,922). Hal ini berkaitan dengan semakin
meningkatnya jumlah netrofil dan menurunnya jumlah limfosit, yang
keduanya berkaitan dengan pemicu MACE, seperti peningkatan luas infark
miokardium.
- Plausibility and Coherence
Kedua komponen RNL, yaitu netrofil dan limfosit, memiliki peran dalam
proses akut SKA sehingga risiko terjadinya MACE akan meningkat. Nilai
RNL yang tinggi mencerminkan adanya netrofilia dan limfopenia pada
kondisi SKA. Pada kondisi ini, terutama pada beberapa hari pertama
terjadinya SKA, akan terjadi aktivasi imun tubuh, dan salah satu sel yang
terutama direkrut pada proses awal ini adalah netrofil, yang menjelaskan
terjadinya netrofilia. Selanjutnya, efek dari netrofilia dan limfopenia ini
dalam memicu terjadinya MACE dirangkum sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
48
o
Netrofilia dan limfopenia masing-masing diteliti berkaitan dengan luas
infark
pada
miokardium
akibat
oklusi
mikrovaskular
yang
memperparah iskemi, dan infark miokardium yang semakin luas sendiri
dapat meningkatkan risiko terjadinya MACE.32
o
Netrofil, pada saat terjadi iskemia akibat SKA, akan berkumpul di
daerah iskemi tersebut dan, bersama dengan ROS dari daerah yang
mengalami reperfusi, merusak miosit sekitar sehingga terjadi kematian
miokardium.24,37
o
Netrofil juga mencegah reperfusi kapiler yang iskemi dengan cara
beradhesi dengan endotel kapiler tersebut, kemudian mengeluarkan
mediator proinflamasi, yang mempercepat terjadinya kematian sel.37
o
Terjadinya limfopenia pada proses SKA meliputi penurunan aktivitas
sel T-regulator dan CD31, yang dapat menghambat proses
ateroprotektif dan pembentukan plak trombosis.37
Kesemua proses tersebut menghasilkan risiko lebih tinggi akan kemunculan
MACE dan telah terbukti secara epidemiologi, netrofilia dan limfopenia,
yang menjadi komponen tingginya RNL, diketahui terkait dengan kekakuan
arteri, skor kalsium koroner tinggi, kemungkinan no-reflow post-PCI tinggi,
dan risiko kejadian tidak diharapkan lain.13
6.7. Penerapan Hasil Penelitian dalam Praktik Klinik
Kejadian MACE pada kasus SKA, meliputi; infark ulang, tindakan intervensi ulang,
aritmia, in stent thrombosis, syok kardiogenik, stroke, ADHF hingga kematian,
merupakan suatu hal yang berbahaya dan tidak diharapkan bagi pasien. Oleh karena
itu diperlukan adanya stratifikasi risiko pada pasien SKA agar dapat diketahui mana
pasien dengan risiko tinggi terjadinya MACE, dan tatalaksana yang diberikan pun
dapat disesuaikan dengan derajat risikonya. RNL merupakan salah satu penanda
laboratorium yang berpotensi baik dalam memprediksi kejadian MACE pada SKA,
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
49
dan dari hasil penelitian ini, dapat dikonfirmasi bahwa RNL bisa menjadi prediktor
independen kejadian MACE tersebut, terlepas dari faktor risiko lain yang ada pada
pasien tersebut, sehingga para klinisi dapat memanfaatkan pemeriksaan yang
mudah didapatkan ini sebagai modalitas stratifikasi risiko yang dapat menjadi
pelengkap metode stratifikasi risiko lain yang sudah ada, mengingat sifat RNL yang
terfokus pada parameter inflamasi pada SKA. Perlu diingat pula meskipun RNL
merupakan prediktor yang menjanjikan dalam SKA, stratifikasi risiko dan
tatalaksana SKA tetaplah berpanutan pada guidelines yang berlaku dengan RNL
bersifat sebagai komplemen untuk mempertajam hasil stratifikasi.
Penelitian ini mendapatkan nilai titik potong sebesar 3,55 sebagai prediktor
kemunculan MACE, dengan sensitivitas sebesar 72,6% dan spesitivitas sebesar
60,6%. Hal ini menandakan kemampuan yang baik dari RNL untuk memprediksi
kemunculan MACE dengan nilai titik potong tersebut. Hasil ini juga tidak jauh
berbeda dengan beberapa penelitian serupa pada populasi lain. Oleh karena itu,
klinisi dapat mempertimbangkan nilai titik potong 3,55 sebagai nilai patokan
stratifikasi risiko pada pasien SKA. Penghitungan RNL yang mudah dan cepat,
dibantu dengan satu patokan nilai titik potong, akan membantu para klinisi untuk
dengan mudah menentukan risiko pasien SKA dan menentukan langkah tatalaksana
berikutnya yang sesuai dengan stratifikasi risikonya.
6.8. Generalisasi Hasil Penelitian
Dilakukan generalisasi pada hasil penelitian ini untuk menilai apakah hasil yang
didapatkan dapat diaplikasikan kepada populasi yang lebih luas, dengan cara
melakukan penilaian validitas interna dan eksterna I dan II, sesuai dengan prinsip
representasi sampel terhadap populasi.
Validitas interna dinilai dengan memperhatikan jumlah subjek yang disertakan
dalam penelitian/actual study subjects dibandingkan dengan subjek yang
memenuhi kriteria/intended samples. Pada penelitian ini didapatkan jumlah subjek
yang disertakan sebanyak 380 orang, sementara jumlah intended samples dari hasil
penghitungan besar sampel adalah 380 orang juga, dengan kata lain jumlah sampel
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
50
pada penelitian ini telah memenuhi kebutuhan minimalnya. Oleh karena itu,
validitas interna penelitian ini dianggap baik.
Berikutnya, validitas eksterna I dinilai dari kemampuan subjek yang direkrut untuk
mewakili populasi terjangkau, dilihat dari besar sampel dan cara pengambilannya.
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien SKA yang dirawat di ICCU
RSCM dari periode Januari 2012-Agustus 2015. Dari telusur awal didapatkan
sejumlah 1091 pasien, dengan rekam medis yang dapat diteliti sebanyak 591 pasien.
Dari 591 pasien tersebut didapatkan 211 tidak dapat dijadikan subyek akibat tidak
memenuhi kriteria inklusi atau terdapat kriteria ekslusi didalamnya, sehingga
didapatkan jumlah akhir 380 pasien. Teknik perekrutan subjek dari populasi
terjangkau adalah dengan melakukan consecutive sampling, yaitu diambil semua
pasien yang memenuhi kriteria penelitian. Teknik nonprobability sampling ini baik
untuk menjadi representasi populasi terjangkau sehingga validitas eksterna I dari
penelitian ini dianggap cukup baik.
Terakhir, validitas eksterna II dinilai dari kemampuan populasi terjangkau
mewakili populasi target penelitian, yaitu pasien SKA di Indonesia. Dengan
mempertimbangkan penilaian klinis dan comon sense bahwa pasien SKA di
populasi terjangkau adalah pasien ICCU RSUPNCM yang merupakan pusat
rujukan nasional, yang diharapkan dapat mewakili multi etnis pada populasi target
serta kejadian MACE yang dapat terjadi pada setiap pasien SKA di pusat pelayanan
kesehatan mana saja di Indonesia, maka dapat dianggap bahwa hasil penelitian ini
dapat digeneralisasikan kepada semua pasien SKA di Indonesia, dengan kata lain
validitas eksterna II dari penelitian ini pun dianggap cukup baik.
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
51
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
-
Penelitian ini mendapatkan nilai titik potong optimal RNL 3,55 sebagai
prediktor terjadinya MACE 7 hari dalam perawatan pada pasien SKA.
-
Rasio netrofil limfosit > 3,55 merupakan prediktor independen yang
signifikan terhadap kejadian MACE 7 hari dalam perawatan pada pasien
SKA.
7.2 Saran
-
Agar dilakukan studi validasi RNL sebagai prediktor MACE pada pasien
SKA di lini pelayanan sekunder dan tersier lainnya.
-
Agar pada pasien SKA dilakukan pemeriksaan hitung jenis leukosit untuk
mendapatkan RNL dengan tujuan stratifikasi risiko luaran pasien tersebut,
pemeriksaan ini merupakan suatu prediktor yang potensial untuk kejadian
MACE pada pasien SKA, tersedia luas, rutin dikerjakan dalam aplikasi
klinis sehari-hari dan tidak memerlukan biaya yang besar dibandingkan
dengan penanda biologi lainnya.
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
52
DAFTAR PUSTAKA
1.
Giugliano RP, Braunwald E. The year in acute coronary syndrome. J Am Coll
Cardiol. 2014;63:201-14.
2.
Chan D, Ng LL. Biomarkers in acute myocardial infarction. BMC Med.
2010;8:34.
3.
Bhat T, Teli S, Rijal J, Bhat H, Raza M, Khoueiry G, et al. Neutrophil to
lymphocyte ratio and cardiovascular diseases: a review. Expert Rev
Cardiovasc Ther. 2013;11:55-9.
4.
Lincoff AM. Managing acute coronary syndromes: decades of progress.
Cleve Clin J Med. 2014;81:233-42.
5.
Murray CJL, Lopez AD. Measuring the Global Burden of Disease. N Engl J
Med. 2013;369:448-57.
6.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan: Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. 2007.
7.
Setyawan SP, MM. Antono, D. Validasi Skor Thrombolysis in Myocardial
Infarction (TIMI) Dalam Memprediksi Mortalitas Pasien Sindrom Koroner
Akut Di Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia; 2011.
8.
Muhadi. Registry Acute Coronary Syndrome in Intensive Cardiac Care Unit
(ICCU) Cipto Mangunkusumo General Hospital 2013. Presentasi poster pada
Holistic Symposium Cardivascular (Hopecardis) XIII. 2014.
9.
Kounis NG, Soufras GD, Tsigkas G, Hahalis G. White Blood Cell Counts,
Leukocyte Ratios, and Eosinophils as Inflammatory Markers in Patients With
Coronary Artery Disease. Clin Appl Thromb Hemost. 2015 Mar;21(2):13943.
10.
Libby P. Inflammation in atherosclerosis. Arterioscler Thromb Vasc Biol.
2012;32:2045-51.
11.
Ahmad TM, Afzal MN. Assessment of differential leukocyte count in patients
with acute coronary syndrome. J Pak Med Assoc. 2010;60:548-51.
12.
Sawant AC, Adhikari P, Narra SR, Srivatsa SS, Mills PK, Srivatsa SS.
Neutrophil to lymphocyte ratio predicts short and long term mortality
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
53
following revascularization therapy for ST elevation myocardial infarction.
Cardiol J. 2014.
13.
Tamhane UU, Aneja S, Montgomery D, Rogers EK, Eagle KA, Gurm HS.
Association between admission neutrophil to lymphocyte ratio and outcomes
in patients with acute coronary syndrome. Am J Cardio. 2008;102:653-7.
14.
Bugan B, Onar LC. The neutrophil-to-lymphocyte ratio: does it represent
inflammation sufficiently without other markers in patients with
cardiovascular diseases? Clin Appl Thromb Hemost. 2014;20:341-2.
15.
Akpek M, Kaya MG, Lam YY, Sahin O, Elcik D, Celik T, et al. Relation of
neutrophil/lymphocyte ratio to coronary flow to in-hospital major adverse
cardiac events in patients with ST-elevated myocardial infarction undergoing
primary coronary intervention. Am J Cardiol. 2012;110:621-7.
16.
Shah N, Parikh V, Patel N, Patel N, Badheka A, Deshmukh A, et al.
Neutrophil lymphocyte ratio significantly improves the Framingham risk
score in prediction of coronary heart disease mortality: Insights from the
National Health and Nutrition Examination Survey-III. Int J Cardiol.
2014;171:390-7.
17.
Han YC, Yang TH, Kim DI, Jin HY, Chung SR, Seo JS, et al. Neutrophil to
Lymphocyte Ratio Predicts Long-Term Clinical Outcomes in Patients with
ST-Segment
Elevation
Myocardial
Infarction
Undergoing
Primary
Percutaneous Coronary Intervention. Korean Circ J. 2013;43:93-9.
18.
Azab B, Zaher M, Weiserbs KF, Torbey E, Lacossiere K, Gaddam S, et al.
Usefulness of neutrophil to lymphocyte ratio in predicting short- and longterm mortality after non-ST-elevation myocardial infarction. Am J Cardiol.
2010;106:470-6.
19.
Oncel RC, Ucar M, Karakas MS, Akdemir B, Yanikoglu A, Gulcan AR, et
al. Relation of neutrophil-to-lymphocyte ratio with GRACE risk score to inhospital cardiac events in patients with ST-segment elevated myocardial
infarction. Clin Appl Thromb Hemost. 2015;21:383-8.
20.
Park JJ, Jang HJ, Oh IY, Yoon CH, Suh JW, Cho YS, et al. Prognostic value
of neutrophil to lymphocyte ratio in patients presenting with ST-elevation
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
54
myocardial
infarction
undergoing
primary
percutaneous
coronary
intervention. Am J Cardiol. 2013;111:636-42.
21.
Kaya MG, Akpek M, Lam YY, Yarlioglues M, Celik T, Gunebakmaz O, et
al. Prognostic value of neutrophil/lymphocyte ratio in patients with STelevated myocardial infarction undergoing primary coronary intervention: a
prospective, multicenter study. Int J Cardiol. 2013;168:1154-9.
22.
Ferguson JF, Patel PN, Shah RY, Mulvey CK, Gadi R, Nijjar PS, et al. Race
and gender variation in response to evoked inflammation. J Transl Med.
2013;11:63.
23.
Oncel RC, Ucar M, Karakas MS, Akdemir B, Yanikoglu A, Gulcan AR, et
al. Relation of Neutrophil-to-Lymphocyte Ratio With GRACE Risk Score to
In-Hospital Cardiac Events in Patients With ST-Segment Elevated
Myocardial Infarction. Clin Appl Thromb Hemost. 2015 May;21(4):383-8.
24.
Huang G, Zhong XN, Zhong B, Chen YQ, Liu ZZ, Su L, et al. Significance
of white blood cell count and its subtypes in patients with acute coronary
syndrome. Eur J Clin Invest. 2009;39:348-58.
25.
Blum A, Yeganeh S. The role of T-lymphocyte subpopulations in acute
myocardial infarction. Eur J Intern Med. 2003;14:407-10.
26.
Mor A, Luboshits G, Planer D, Keren G, George J. Altered status of
CD4(+)CD25(+) regulatory T cells in patients with acute coronary
syndromes. Eur Heart J. 2006;27:2530-7.
27.
Ray KK, Cannon CP. The potential relevance of the multiple lipidindependent (pleiotropic) effects of statins in the management of acute
coronary syndromes. J Am Coll Cardiol. 2005;46:1425-33.
28.
Elliot MA. ST-Segment Elevation Myocardial Infarction: Pathology,
Pathophysiology, and Clinical Features. In: Bonow RO, Mann DL, Zipes DP,
Libby P, Braunwald E, eds. Braunwald’s Heart Disease A Textbook of
Cardiovascular Medicine. 9 ed. Philadelphia: Elsevier; 2012:1087-110.
29.
Pearson TA, Mensah GA, Alexander RW, Anderson JL, Cannon RO, 3rd,
Criqui M, et al. Markers of inflammation and cardiovascular disease:
application to clinical and public health practice: A statement for healthcare
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
55
professionals from the Centers for Disease Control and Prevention and the
American Heart Association. Circulation. 2003;107:499-511.
30.
Madjid M, Fatemi O. Components of the complete blood count as risk
predictors for coronary heart disease: in-depth review and update. Tex Heart
Inst J. 2013;40:17-29.
31.
Soehnlein O. Multiple roles for neutrophils in atherosclerosis. Circ Res.
2012;110:875-88.
32.
Chia S, Nagurney JT, Brown DF, Raffel OC, Bamberg F, Senatore F, et al.
Association of leukocyte and neutrophil counts with infarct size, left
ventricular function and outcomes after percutaneous coronary intervention
for ST-elevation myocardial infarction. Am J Cardiol. 2009;103:333-7.
33.
Arbel Y, Finkelstein A, Halkin A, Birati EY, Revivo M, Zuzut M, et al.
Neutrophil/lymphocyte ratio is related to the severity of coronary artery
disease and clinical outcome in patients undergoing angiography.
Atherosclerosis. 2012;225:456-60.
34.
Cannon CP, Brindis RG, Chaitman BR, Cohen DJ, Cross JT, Jr., Drozda JP,
Jr., et al. 2013 ACCF/AHA key data elements and definitions for measuring
the clinical management and outcomes of patients with acute coronary
syndromes and coronary artery disease: a report of the American College of
Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Clinical
Data Standards (Writing Committee to Develop Acute Coronary Syndromes
and Coronary Artery Disease Clinical Data Standards). Crit Path Cardiol.
2013;12:65-105.
35.
Hicks KA, Hung HMJ, Mahaffey KW, Mehra R, Nissen SE, Stockbridge NL,
et al. Standardized Definitions for End Point Events in Cardiovascular Trials.
Circulation. 2010;20:1-37.
36.
Turner SJ, Ketch TR, Gandhi SK, Sane DC. Routine hematologic clinical
tests as prognostic markers in patients with acute coronary syndromes. Am
Heart J. 2008;155:806-16.
37.
Azab B, Chainani V, Shah N, McGinn JT. Neutrophil-lymphocyte ratio as a
predictor of major adverse cardiac events among diabetic population: a 4-year
follow-up study. Angiology. 2013;64:456-65.
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
56
38.
Gwak MS, Choi SJ, Kim JA, Ko JS, Kim TH, Lee SM, et al. Effects of gender
on white blood cell populations and neutrophil-lymphocyte ratio following
gastrectomy in patients with stomach cancer. J Korean Med Sci. 2007;22
Suppl:S104-8.
39.
Azab B, Camacho-Rivera M, Taioli E. Average values and racial differences
of neutrophil lymphocyte ratio among a nationally representative sample of
United States subjects. PLoS One. 2014;9:e112361.
40.
Dixon JB, O'Brien PE. Obesity and the white blood cell count: changes with
sustained weight loss. Obes Surg. 2006;16:251-7.
41.
Ghaffari S, Nadiri M, Pourafkari L, Sepehrvand N, Movasagpoor A,
Rahmatvand N, et al. The predictive Value of Total Neutrophil Count and
Neutrophil/Lymphocyte Ratio in Predicting In-hospital Mortality and
Complications after STEMI. J Cardiovasc Thorac Res. 2014;6:35-41.
42.
Maugeri N, Rovere-Querini P, Evangelista V, Godino C, Demetrio M,
Baldini M, et al. An intense and short-lasting burst of neutrophil activation
differentiates early acute myocardial infarction from systemic inflammatory
syndromes. PLoS One. 2012;7:e39484.
43.
Blum A, Sheiman J, Hasin Y. Leukocytes and acute myocardial infarction.
Isr Med Assoc J. 2002;4:1060-5.
44.
Muhmmed Suliman MA, Bahnacy Juma AA, Ali Almadhani AA, Pathare
AV, Alkindi SS, Uwe Werner F. Predictive value of neutrophil to lymphocyte
ratio in outcomes of patients with acute coronary syndrome. Arch Med Res.
2010;41:618-22.
45.
Kip KE, Hollabaugh K, Marroquin OC, Williams DO. The Problem With
Composite End Points in Cardiovascular StudiesThe Story of Major Adverse
Cardiac Events and Percutaneous Coronary Intervention. J Am Coll Cardiol.
2008;51:701-7.
46.
Members ATF, McMurray JJV, Adamopoulos S, Anker SD, Auricchio A,
Böhm M, et al. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and
chronic heart failure 2012: The Task Force for the Diagnosis and Treatment
of Acute and Chronic Heart Failure 2012 of the European Society of
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
57
Cardiology. Developed in collaboration with the Heart Failure Association
(HFA) of the ESC. Eur Heart J. 2012;33:1787-847.
47.
Reynolds HR, Hochman JS. Cardiogenic Shock: Current Concepts and
Improving Outcomes. Circulation. 2008;117:686-97.
48.
He J, Li J, Wang Y, Hao P, Hua Q. Neutrophil-to-lymphocyte ratio (NLR)
predicts mortality and adverse-outcomes after ST-segment elevation
myocardial infarction in Chinese people. Int J Clin Exp Pathol. 2014;7:404556.
49.
PERKENI. Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2
Di Indonesia. Jakarta. 2011.
50.
Moeswir D. Skor Prediksi Major Adverse Cardiac Events Tujuh Hari Pada
Pasien Sindrom Koroner Akut. Jakarta: Universitas Indonesia; 2014.
51.
Srichaiveth B, Ruengsakulrach P, Visudharom K, Sanguanwong S,
Tangsubutr W, Insamian P. Impact of gender on treatment and clinical
outcomes in acute ST elevation myocardial infarction patients in Thailand. J
Med Assoc Thai. 2007;90 Suppl 1:65-73.
52.
RISKESDAS 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2013.
53.
Granger CB, Goldberg RJ, Dabbous O, Pieper KS, Eagle KA, Cannon CP, et
al. Predictors of hospital mortality in the global registry of acute coronary
events. Arch Intern Med. 2003;163:2345-53.
54.
Martalena D NS, Harimurti K. Pengaruh hiperglikemia admisi terhadap major
adverse cardiac events selama perawatan pada pasien sindrom koroner akut
di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta: Universitas Indonesia; 2013.
55.
Ljungstrom LR, Jacobsson G, Andersson R. Neutrophil-lymphocyte count
ratio as a biomarker of severe sepsis in Escherichia coli infections in adults.
Crit Care. 2013;17:P25.
56.
Templeton AJ, McNamara MG, Seruga B, Vera-Badillo FE, Aneja P, Ocana
A, et al. Prognostic role of neutrophil-to-lymphocyte ratio in solid tumors: a
systematic review and meta-analysis. J Natl Cancer Inst. 2014;106:dju124.
57.
Lou M, Luo P, Tang R, Peng Y, Yu S, Huang W, et al. Relationship between
neutrophil-lymphocyte ratio and insulin resistance in newly diagnosed type 2
diabetes mellitus patients. BMC Endocr Disord. 2015;15:9.
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
58
58.
Frangogiannis N. The inflammatory response in myocardial infarction.
Cardiovasc Res. 2002;53:31-47.
59.
Acet H, Ertas F, Bilik MZ, Akil MA, Ozyurtlu F, Aydin M, et al. The
relationship between neutrophil to lymphocyte ratio, platelet to lymphocyte
ratio and thrombolysis in myocardial infarction risk score in patients with ST
elevation acute myocardial infarction before primary coronary intervention.
Postepy Kardiol Interwencyjnej. 2015;11:126-35.
60.
Nunez J, Nunez E, Bodi V, Sanchis J, Minana G, Mainar L, et al. Usefulness
of the neutrophil to lymphocyte ratio in predicting long-term mortality in ST
segment elevation myocardial infarction. Am J Cardiol. 2008;101:747-52.
61.
Azab B, Jaglall N, Atallah JP, Lamet A, Raja-Surya V, Farah B, et al.
Neutrophil-lymphocyte ratio as a predictor of adverse outcomes of acute
pancreatitis. Pancreatology. 2011;11:445-52.
62.
de Waha S, Desch S, Eitel I, Fuernau G, Lurz P, Leuschner A, et al.
Relationship and prognostic value of microvascular obstruction and infarct
size in ST-elevation myocardial infarction as visualized by magnetic
resonance imaging. Clin Res Cardiol. 2012;101:487-95.
63.
Blum A, Sclarovsky S, Rehavia E, Shohat B. Levels of T-lymphocyte
subpopulations, interleukin-1β, and soluble interleukin-2 receptor in acute
myocardial infarction. Am Heart J. 1994;127:1226-30.
64.
Bodi V, Sanchis J, Nunez J, Rumiza E, Mainar L, Lopez-Lereu MP, et al.
Post-reperfusion lymphopenia and microvascular obstruction in ST-segment
elevation acute myocardial infarction. Rev Esp Cardiol. 2009;62:1109-17.
65.
Nunez J, Nunez E, Bodi V, Sanchis J, Mainar L, Minana G, et al. Low
lymphocyte count in acute phase of ST-segment elevation myocardial
infarction predicts long-term recurrent myocardial infarction. Coron Artery
Dis. 2010;21:1-7.
Universitas Indonesia
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
Identitas Pasien
Nama
:
Usia
:
Jenis Kelamin :
Medical Record :
Alamat
:
Nomor Telp
:
Tinggi Badan :
Berat Badan
:
Tgl Perawatan : ___________ Onset SKA saat masuk :________
Diagnosis ACS :
□ UAP
□ TIMI :
□ NSTEMI
□ GRACE :
□ STEMI
□ KILLIP :
□ IMT :
Memenuhi Kriteria Inklusi
□ Ya
□Tidak
RIWAYAT keluarga PJK
□ Ya
□Tidak
Kejadian
□ Infark Miokard Akut Ulang
KELUHAN TERKAIT INFEKSI :
□demam □batuk □disuria
Hasil Laboratorium
MACE1 Selama Perawatan
Hari
Pemeriksaan lab, tgl:…………..
perawatan Asal lab :……………………………..
ke
Hemoglobin:
Kelainan lab saat terjadi aritmia :
Na :
K:
Mg:
□ Repeat Intervention/stent
trombisis
Leukosit :
Ca:
□ Aritmia
Jenis :………
Limfosit :
SaO2:
□Syok kardiogenik
Neutrophil:
GDS:
□ Stroke
Monosit :
SBP:
□ Cardiac death
PLR :
HR:
□ ADHF
NLR :
Cr:
1.
□berdahak □nyeri tenggorokan
Kip KE, Hollabaugh K, Marroquin OC, Williams DO. The problem with composite end points in cardiovascular studies: the story of major adverse cardiac
events and percutaneous coronary intervention. J Am Coll Cardiol. 2008;51(7):701-7.
Previous DM
Previous CKD
Previous HT
Insulin Therapy/OHO
True Pneumonia (jenis):…………
UL : memenuhi kriteria ISK
Ro thorax : infiltrat (ket.data dasar IGD)
Infiltrat (ket.resume penerimaan ICCU)
TB
terapi bln :
SMOKING
□ Ya
□ Ya
□ Ya
□ Ya
□ Ya
□ Ya
□ Ya
□ Ya
□ Ya
□ Ya
□Tidak
□Tidak
□Tidak
□Tidak
□Tidak
□Tidak
□Tidak
□Tidak
□Tidak
□Tidak
History of Dialysis
Keganasan
Autoimmune
Hipoglikemia on Admission
Previous aspirin use
Angiografi , tgl:………………
□ Ya
□ Ya
□ Ya
□ Ya
□ Ya
□ Ya
□Tidak
□Tidak
□Tidak
□Tidak
□Tidak
□Tidak
Skor GENSINI : I. …………
II. ………..
FIBRINOLITIK
Primary PCI
□ Ya
□ Ya
□Tidak
□Tidak
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Salemba Raya No. 6, Jakarta Pusat
Pos Box 1358 Jakarta 10430
Kampus Salemba Telp. 3 1930371, 31930373, 3922971,3927360,3912477,3153236.Fax. : 31930372, 3157288. e-mail : [email protected]
Xomor
:(l
/UN2.F1/ETIK/2015
KETERANGAN LOLOS KAJI ETIK
MAPImOVA,L
II
Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam
upaya
melindungi hak asasi-dan kesejahteraan subyek penelitian kedokteran, telah mengkaji
dengan
teliti protokol berjudul:
The Ethics Committee of the Faculty of Medicine, (Jniversity of Indonesia,
with regards of the
Protection of human
and
welfare
in
medical
,rriorih,
has
caie1ulty iiiewed the
lisltt
re s e arch protocol ent itled :
"Peran Rasio Netrofil-Limfosit sebagai Prediktor Major Adverse Cardiac Eveng
(MAGE) dalam Perawatan pada pasien sindrom Koroier
Akut',.
Peneliti
Ujama
Princ ipal Inve stigator
Nam4Institusi
Name of the Institution
: dr. Darmawano M.Kes
:
Ilmu penyakit Dalam FKUI/RSCM
dan telah menyetujui protokol tersebut di atas.
and approved the above mentioned protocol.
.?...3...tEB..eors
* Ethical approval
berlaku satu tahun dari tanggal persetujuan
** Peneliti berkewajiban
L
2.
J.
4.
Menjaga kerahasiaan identitas subyek penelitian.
Memberitahukan status penelitian apabila
a' Setelah masa berlakunya keterangan lolos kaji etik, penelitian masih belum selesai, dalam
h al ini ethical apprwal
harus diperpanjang.
b. Penelitian berhenti di tengahjalan.
serius yang tidak diinginkan (se rious adverse events).
|AeU.qo.r$n_tgjadian
Peneliti tidak boleh melakukan tindakan apapun pada subyek sebelum penelitian
lolos kaji etik dan informed
consent,
Peran rasio ..., Darmawan, FK UI, 2016
II
Download