BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Video Klip sebagai Media Komunikasi Massa Menurut Bittner, komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa.5 Ahli komunikasi lainnya, Joseph A. Devito merumuskan definisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta tentang media yang digunakannya. Ia mengemukakan definisinya dalam dua jenis. Salah satunya, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio siaran, surat kabar, majalah, dan film.6 Video sebagai media baru komunikasi massa merupakan satu bagian dari media elektronik dan memiliki karakteristik film. Sejalan dengan pendapat 5 Elvinaro Ardianto. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2007 hal 3 6 Ibid 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 McQuail, video juga dapat digunakan dalam dunia musik, salah satunya digunakan sebagai video klip. Video klip adalah kumpulan potongan-potongan visual yang dirangkai dengan atau tanpa efek-efek tertentu dan disesuaikan berdasarkan ketukanketukan pada irama lagu, nada, lirik, instrumennya dan penampilan band, kelompok musik untuk mengenalkan dan memasarkan produk (lagu) agar masyarakat dapat mengenal yang selanjutnya membeli kaset, CD dan DVD. Video klip mengandung kekuatan citra yang dapat memberi sensasi tontonan yang memiliki kekuatan sentuhan pribadi (personal touch) dan ingatan (memorable). Pada pencitraan ini seseorang dapat dibuat seperti mengalami sendiri apa yang dilihat, dengan mengingat-ingat kejadian yang sedang berlangsung. Moller dalam tulisannya berjudul Redefining Music Video menyatakan bahwa video klip merupakan film pendek yang mengintegrasikan lagu dengan gambar yang diproduksi untuk tujuan promosi atau artistik.7 Sejarah mencatat titik awal video klip dimulai di tahun 1894, ketika itu seorang pria bernama George Thomas membuat sebuah konsep visual dari lagu berjudul The Little Last Child yang diputar di sebuah gedung pertunjukan. Pada saat itu, Thomas memotret dan mengambil gambar yang memvisualisasikan lagu The Little Last Child kemudian pada saat musisi memainkan lagu tersebut, Thomas akan menampilkan slide yang berisi foto-foto yang menjadi bentuk visual 7 Haqi Achmad. My Life as Video Music Director. Jakarta: PT. Bentang Pustaka. 2012 hal 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 dari lagu itu. Pada tahun 1926, film pendek musikal banyak diproduksi. Pada waktu itu, Warner Bros memproduksi Vitaphone yang menampilkan banyak musisi, penari dan kelompok musik. Di tahun 1930 diproduksi sebuah seri video musik berjudul Spooney Melodies dengan durasi tidak lebih dari enam menit dan menampilkan animasi bergaya art deco yang dikombinasikan dengan foto, gambar atau penampilan musisi yang sedang bernyanyi. Secara bertahap para penyanyi mulai membuat film pendek berdasarkan lagu yang mereka buat.8 Di pertengahan tahun 1940, Louis Jordan membuat film pendek dari lagunya yang kemudian menjadi bagian dari film Suster Lookout. Di akhir tahun 1950-an di Perancis, ditemukan tipe baru juke box bernama Scopitone. Penemuan tersebut membuat para seniman di sana memproduksi banyak film pendek yang menjadi visualisasi dari lagu-lagu yang mereka buat.9 Pada tahun 1961, di Kanada, seroang penyanyi bernama Manny Pittson mulai merekam ulang audio sebuah musik, yang kemudian memasang rekaman musik tersebut di lokasi syuting di mana dia (Manny Pittson) kemudian memvideokan para musisinya dengan teknik lip-sync, lalu menggabungkan keduanya (audio dan video) melalui proses editing. Dan sejak saat itu video klip terus berkembang dan bervariasi. Pada era tahun 80-an inovasi di bidang video klip sudah sangat berkembang dan mulai mencari cara agar produksi video-video klip menjadi lebih efektif dan efisien. Dan 80-an merupakan era “D.I.Y” (Do It Yourself), atau 8 9 Ibid. hal 35 Ibid. hal 36 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 dikatakan sebagai era semangat independen. Di mana sebuah artis dan band memilih untuk memproduksi musik dan video klip mereka sendiri, tanpa membutuhkan bantuan sebuah perusahaan rekaman yang besar. Pada tahun 1981, sebuah perusahaan televisi Amerika, MTV, membuat sebuah program acara berjudul “Video Killed The Radio Star” dan memulai era “video musik selama 24 jam non-stop setiap hari”. Di Indonesia sendiri video klip berkembang dengan sangat pesat mulai tahun 2005 dan hampir bersamaan dengan munculnya televisi swasta. Perkembangan video klip juga sangat dipengaruhi oleh media massa (televisi dan internet) sebagai media yang mampu menampilkan video klip. Media massa dianggap sebagai suatu agen atau produsen kebudayaan yang mampu memberikan berbagai macam informasi dan dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat. Hal ini juga menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara video klip sebagai bagian dalam media massa. Video klip sebagai sebuah kesenian memang memiliki bentuk yang unik. Tujuan awal pembuatan sebuah video klip adalah sebagai alat promosi, tetapi setelah promosi selesai, dia menjelma menjadi salah satu bentuk pop art. Seni dalam arti umum dalam era kapitalisme global saat dewasa ini mempunyai peran yang sangat penting dalam menciptakan sistem diferensiasi sosial melalui tanda dan simbol yang dimilikinya. Sehingga tujuan dari alat promosi menjadi lebih berkurang dan menjadi sebuah media pencitraan. Video klip dalam hal ini juga dapat dikatakan sebagai video art yang dapat menambah unsur seni dan kebebasan dalam bermusik. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Terdapat dua hal penting dalam sebuah video klip, yaitu simbol dan verbal. Simbol merupakan keselarasan antara lirik dan gambar dalam video klip, sedangkan verbal meruakan gaya penggambaran lirik dan gambar sehingga menimbulkan suatu kesatuan yang berhubungan. Penggunaan simbol-simbol dalam video klip tidak dapat terlepas dari ideologi musisi dalam video klip tersebut. Simbol-simbol tersebut merupakan ekspresi untuk menyatakan pikiran dan perasaan. Ideologi sangat berpengaruh terhadap pemilihan simbol-simbol yang ada dalam video klip tersebut, sehingga dapat menggambarkan pemikiran yang dikomunikasikan oleh musisi kepada khalayak. Praktek komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai lambang panduan pemikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan dan sebagainya yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku. Kreatifitas dalam pembuatan video klip juga akan sangat berpengaruh terhadap pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat. Terutama jika musisi tersebut adalah musisi independen yang membutuhkan kemandirian dalam berkarya. Salah satu cara yang dilakukan adalah membuat video klip sendiri dan peredarannya juga secara mandiri. Internet kemudian menjadi jalan yang paling mudah untuk menampilkan karya para musisi independen. Para musisi ini juga bebas menggunakan ideologinya dalam berkarya, sehingga tak jarang banyak hasil karyanya tidak sesuai dengan kebudayaan masyarakat Indonesia. Seperti dijelaskan di atas tadi bahwa sebagai video art, pembuatan video klip lebih http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 memiliki kebebasan berekspresi tanpa ada pihak yang mengatur. Biasanya dalam membuat video klip, para musisi independen lebih mengarah kepada kritik sosial dan gejala-gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat. Mereka melihat fakta yang terjadi kemudian membuat lagu dan divisualisasikan dalam video klip. Selain dapat menghibur dan menjadi inspirasi, di dalam musik juga terkandung makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh pencipta lagu melalui video klip yang terkandung dalam lirik lagu tersebut. Sehingga lewat lirik lagu dalam video klip itu, seorang pencipta lagu dapat berkomunikasi dengan para pendengarnya. Di dalam video klip tersebut, pencipta lagu dapat menyampaikan perasaan, pendapat, bahkan kejadian sehari-hari yang terjadi di dunia ini. Sehingga banyak lagu-lagu yang mengangkat tema suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi sehari-hari, tema-tema yang sering diangkat oleh pencipta lagu adalah tema tentang cinta, perdamaian, religi, nasionalisme, sosial, bahkan tema tentang semangat persahabatan dan impian. 2.2. Komunikasi Nonverbal Dalam Video Klip Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan katakata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E.Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima, jadi definisi mencakup perilaku yang disengaja juga yang tidak disengaja sebagai http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan, kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain.10 Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga tidak universal, melainkan terikat oleh budaya, jadi dipelajari, bukan bawaan. Sedikit saja isyarat nonverbal yang merupakan bawaan. Kita semua lahir dan mengetahui bagaimana tersenyum, namun kebanyakan ahli sepakat bahwa dimana, kapan dan kepada siapa kita menunjukkan emosi ini dipelajari, dan karenanya dipengaruhi oleh konteks dan budaya. Kita belajar menatap, memberi isyarat, memakai parfum, menyentuh berbagai bagian tubuh orang lain, dan bahkan kapan kita diam. Berbeda dengan kebanyakan perilaku verbal yang bersifat eksplisit dan diproses secara kognitif, perilaku nonverbal kita bersifat spontan, ambigu, sering berlangsung cepat dan di luar kesadaran dan kendali kita. Karena itulah, Edward T. Hall menamai bahasa nonverbal ini sebagai “bahasa diam” (silent language) dan “dimensi tersembunyi” (hidden dimension) suatu budaya. Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan nonverbal tertanam dalam konteks komunikasi. Selain isyarat situasional dan relasional dalam transaksi komunikasi, pesan nonverbal memberi kita isyarat-isyarat kontekstual. Bersama isyarat verbal dan 10 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004 hal 308 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 isyarat konstektual, pesan nonverbal membantu kita menafsirkan seluruh makna pengalaman komunikasi.11 Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian. Pertama, bahasa tanda (sign language) – acungan jempol untuk numpang mobil gratis; bahasa isyarat tuna rungu; kedua, bahasa tindakan (action language) – semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal, misalnya; berjalan; dan ketiga, bahasa objek (object language) – pertunjukan benda, pakaian, dan lambang nonverbal bersifat publik lainnya, seperti ukuran ruangan, bendera, gambar (lukisan), musik (misalnya marching band), dan sebagainya, baik secara sengaja maupun tidak.12 Jika definisi harfiah komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa bahasa atau komunikasi tanpa kata, maka tanda nonverbal berarti tanda minus bahasa atau tanda minus kata. Jadi, secara sederhana, tanda nonverbal dapat kita artikan semua tanda yang bukan kata-kata. Ada beberapa cara untuk menggolongkan tanda-tanda. Cara itu yakni: (i) tanda yang ditimbulkan oleh alam yang kemudian diketahui manusia melalui pengalamannya; (ii) tanda yang ditimbulkan oleh binatang; (iii) tanda yang ditimbulkan oleh manusia. Tanda yang ditimbulkan oleh manusia dapat dibedakan atas yang bersifat verbal dan yang bersifat nonverbal. Tanda yang bersifat verbal adalah tanda-tanda 11 12 Ibid. hal 309 Ibid. hal 317 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 yang digunakan sebagai alat komunikasi yang dihasilkan oleh alat bicara, sedangkan yang bersifat nonverbal dapat berupa: a. Tanda yang menggunakan anggota badan, lalu diikuti dengan bicara b. Suara c. Tanda yang diciptakan oleh manusia untuk menghemat waktu, tenaga, dan menjaga kerahasiaan d. Benda-benda yang bermakna kultural dan ritual.13 Dalam video klip terdapat unsur-unsur komunikasi nonverbal, yakni a. Bahasa ritme (irama) b. Bahasa musikalisasi (instrument musik) c. Bahasa nada d. Bahasa performa (penampilan) Penggunaan bahasa performa (penampilan) meliputi dari bahasa tubuh, ekspresi wajah, unsur pakaian (fashion), dan segala atribut yang ada dalam video klip. 2.3. Musik Musik pada hakikatnya adalah bagian dari seni yang menggunakan bunyi sebagai media penciptaannya. Walaupun dari waktu ke waktu beraneka ragam bunyi senantiasa mengerumuni kita, tidak semuanya dapat dianggap sebagai 13 Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006 hal 122 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 musik karena sebuah karya musik harus memiliki lirik, melodi, ritme, harmoni, dan lain-lain. Beberapa definisi tentang musik : ”Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang”.14 Jamalus berpendapat bahwa musik adalah karya seni bunyi berbentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan.15 Menurut W.J.S. Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia musik adalah ”bunyi-bunyian (terutama bunyi-bunyian barat)”.16 Maka penulis menyimnulkan bahwa musik merupakan gabungan dari berbagai bunyi dan instrumen alat musik dan suara manusia. Hal ini berhubungan dengan kasus yang penulis teliti, mengenai lagu ”The Writing’s on The Wall” yang dinyayikan oleh OK Go. Di dalam lagu tersebut, bukan saja gabungan dari berbagai bunyi dan instrumen alat musik, tetapi terdapat juga pengungkapan pikiran dan perasaan penciptanya. Sehingga lagu tersebut dapat diekspresikan sebagai satu kesatuan yang saling berkesinambungan, karena itu setiap alunan musik harus saling terkait antara pikiran, perasaan, dan juga instrumen alat musik. 14 Musik. Wikipedia [Online]. Diakses pada tanggal 23 Februari 2017 pukul 11:00 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/musik 15 Moh. Mottaqin dan Kustap. Seni Musik Klasik. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. 2008 hal 15-16 16 W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. 1986 hal 664 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 Sehingga pada akhirnya musik tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat pada umumnya. 2.3.1. Fungsi Musik Musik selain sebagai hiburan, dapat juga memiliki manfaat yang lain, seperti kemampuan untuk mendamaikan hati yang sedang gundah gulana, sehingga orang yang mendengarkan musik bisa menjadi lebih rilek akal dan pikirannya. Selain itu musik memiliki efek terapi pada otak sehingga dapat mempengaruhi kecerdasan otak seseorang. Salah satu istilah untuk sebuah efek yang bisa dihasilkan sebuah musik yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan intelegensia seseorang, yaitu Efek Mendengarkan Musik Mozart.17 Menurut pandangan Alan P. Merriam, fungsi musik dalam sebuah masyarakat berkenaan dengan berbagai kebutuhan, diantaranya sebagai wahana ekspresi emosional, sebagai kenikmatan estetik, sebagai hiburan pada berbagi tingkat sosietas, sebagai fungsi komunikasi, sebagai representasi simbolis, sebagai alat respons fisikal, sebagai penganut konformitas norma sosial, sebagi kontribusi untuk kontinuitas dan stabilitas kultural dan sebagai penopang integrasi sosial.18 2.3.2. Genre Musik Genre musik adalah pengelompokan musik sesuai dengan kemiripannya satu sama lainnya. Musik juga dapat dikelompokkan sesuai dengan kriteria lain, 17 Moh. Mottaqin dan Kustap. Seni Musik Klasik. Jakarta : Depanemen Pendidikan Nasional. 2008 hal 20 18 Ben M. Pasaribu. Musikalitas + Etnisitas = Pluralitas dalam Jurnal Pluralitas Musik Etnik. Medan : Pusat Dokumentasi Dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nommensen. 2004 hal 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 misalnya geografi. Sebuah genre dapat didefinisikan oleh teknik musik, gaya, konteks, dan tema musik. Secara umum, musik dikelompokkan menurut kegunaannya, yang dapat dikelompokkan dalam tiga ranah besar, yaitu musik seni, musik populer dan musik tradisional. a. Musik seni (Art Music). Musik seni atau sering disebut juga musik serius dan musik musik sejenis (musik avent garde, kontemporer) adalah sebuah istilah pengelompokan jenis musik yang mengacu pada teori bentuk musik klasik Eropa atau jenis-jenis musik lainnya yang diserap atau diambil sebagai dasar atau komposisinya. Berbeda dengan musik populer atau musik masa, musik jenis ini biasanya tidak lekang dimakan waktu, sehingga bertahan berabad-abad lamanya. Tokohtokoh komponis Indonesia yang menciptakan jenis musik ini antara lain Rahayu Supanggah, Amir Pasaribu, Tri Suci Kamal, Slamat Abdul Syukur, Otto Sidharta, Tony Prabowo, Michael Asmara, I Wayan Sadre, Iwan Gunawan, Dody Satya E.Gustdiman. b. Musik Klasik. Musik klasik biasanya merujuk pada musik klasik Eropa, tapi kadang juga pada musik klasik Persia, India, dan lainnya. Musik klasik Eropa sendiri terdiri dari beberapa periode, misalnya barok, klasik, dan romantis. Musik klasik merupakan salah satu dalam istilah luas, biasanya mengacu pada musik yang berakar dari tradisi kesenian barat, musik kristiani, dan musik orchestra, mencakup periode dari sekitar abad ke-9 hingga abad ke-21. Musik klasik Eropa http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 dibedakan berdasarkan bentuk musiknya, non-Eropa dan musik populer terutama oleh sistem notasi musiknya, yang sudah digunakan sejak abad ke-16. Notasi musik barat digunakan oleh komponis untuk memberikan petunjuk kepada pembawa musik mengenai tinggi nada, kecepatan, metrum, ritme, individual dan pembawaan tepat suatu karya musik. Hal ini membatasi adanya praktik-praktik seperti improvisasi dan ornamentasi dari libitum yang sering didengar pada musik nonEropa (bandingkan dengan musik klasik India dan musik tradisional Jepang) maupun musik populer. Dahulu musik klasik di Eropa digunakan untuk keperluan lagu gereja ataupun lagu untuk pengiringan raja. Sejalan dengan perkembangan, mulai bermunculan musik klasik yang digunakan untuk keperluan lainnya, seperti musik klasik yang menggambarkan visual secara audio, contohnya lagu cat and mouse yang menggambarkan kuncing mengejar tikus. c. Musik Populer. Musik populer merupakan jenis musik yang saat ini digemari oleh masyarakat awam. Musik jenis ini merupakan musik yang sesuia dengan keadaan zaman saat ini. Beberapa genre musik yang termasuk musik populer adalah pop, punk, jazz, blues, rock, gospel, underground, dan lain sebagainya. Genre musik ini dapat ditemui hampir di seluruh belahan dunia karena sifat musiknya yang bisa diterima oleh semua orang. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 2.4. Lagu Lagu dan musik adalah unsur yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Secara mendasar musik dapat dikatakan suatu kelompok bunyi-bunyian terdiri dari beberapa alat yang mengeluarkan suara dengan irama yang dirangkai dengan tujuan menimbulkan suatu bunyi berirama yang harmonis dan dapat dinikmati oleh pendengamya. Sedangkan pengertian lagu adalah ragam suara yang berirama (dalam bercakap, bemyanyi, membaca, dan sebagainya).19 Dari pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa karakteristik yang membedakan antara lagu dengan musik adalah terdapat pada ada tidaknya suatu teks didalam susunan nada tersebut. Jadi pengertian lagu adalah nada-nada tertentu yang dibentuk oleh melodi dan dinotasikan dengan sadar ataupun sengaja ditujukan pada suatu teks yang telah dibuat. 2.5. Lirik Sebuah lagu tanpa lirik, pastilah terasa kurang. Karena nyawa sebuah lagu adalah lirik yang dibuat oleh pencipta lagu. Biasanya isi lirik dalam sebuah lagu bertemakan himbauan, percintaan, religi, dan lain-lain tergantung dari inspirasi pencipta lagu dalam menciptakan lirik lagu tersebut. Adapun pengertian lirik adalah sebuah teks yang dibuat sebagai tema dan alur cerita dalam sebuah lagu. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa 19 Anton M. Moelibo. Kamus Besar Bahasa lndonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia. 1988 hal 486 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 Indonesia lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisikan curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyayian.20 Dalam menentukan tempo atau ritme lagu harus sesuai dengan tema dan lirik lagu yang dibuat. Misalnya, tema lirik sedih dikemas dengan nada yang minor, begitu juga dengan tema lirik gembira dikemas dengan nada yang major. Pengertian tempo adalah ketentuan tingkat kecepatan atau cepat larnbatnya suatu lagu harus dibawakan.21 Sedangkan pengertian ritme adalah pengaturan panjang pendeknya dan penekanan atau tidaknya nada-nada, menurut pola yang berulangulang. Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa ritme ialah melodi dari sebuah nada tunggal (monotone)”.22 2.6. Ilusi Optik Ilusi optik secara sederhana adalah tipuan mata. Teknik ini membuat ketidakselarasan antara penglihatan mata dan otak. Ilusi optik berasal dari bahasa latin yaitu illusio yang berarti cemooh, illudere yang berarti mencemoohkan, mengaburkan, menyesatkan. Ilusi merupakan keadaan salah tafsir dari indra terhadap rangsangan suatu objek atau pengamatan yang tidak sesuai dengan pengindraan. Sehingga ilusi optik adalah tipuan mata saat melihat benda, dimana seolah-olah mata tersesat dalam mengamati suatu objek. Bagian-bagian dari ilusi adala halusinasi, khayalan, fantasi, delusi dan asosiasi. 20 Ibid., hal 528 Moh. Motlaqin dan Kustap. Op. cit, hal 31 22 Moh. Motlaqin dan Kustap. Op. cit, hal 32 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Ilusi optik berawal pada abad kelima Sebelum Masehi. Epicharmus yang pertama kali menjelaskan fenomena ini. Ia percaya bahwa jika pikiran kita mengetahui dan memahami segalanya dengan jelas, organ-organ indera menyesatka kita dan menyajika ilusi optik. Sedangkan Protagoras berpendapat bahwa ilusi optik merupakan lingkungan yang bodoh dan bukan indra kita. Kedua pendapat yang berbeda ini akhirnya membuat Aristoteles, filsuf Yunani terkenal untuk memberikan sebuah jawaban. Dia setuju dengan Protagoras, dimana kita dapat mengandalkan panca indera untuk memperoleh gambaran yang benar tentang realitas, namun, Aristoteles juga menambahkan bahwa kemungkinan ilusi optik untuk menipu indra itu cukup mudah. Sedangkan menurut Plato, menguraikan tipuan dan kenyataan di balik ilusi sangat mungkin terjadi, yaitu dengan menggunakan indera dan pikiran. Salah satu contoh ilusi optik dari masa lalu dikaitkan dengan atap puncak kuil Yunani. Atap candi ini dibangun secara miring. Metode konstruksi menciptakan ilusi bahwa atap yang horisontal. Hal ini terjadi karena atap dan dinding, kapan tepatnya tegak lurus satu sama lain, memberikan ilusi bahwa atap itu melengkung atau tertunduk. Ilusi optik terbagi dua, yaitu: a. Ilusi Fisiologis Terjadi pada kesan gambar setelah melihat cahaya yang sangat terang atau melihat pola gambar tertentu dalam waktu lama. Ini diduga http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 merupakan efek yang terjadi pada mata atau otak setelah mendapat rangsangan tertentu secara berlebihan. Gambar 3. Contoh ilusi fisiologis b. Ilusi Kognitif Ilusi ini terjadi karena anggapan pikiran terhadap sesuatu di luar gambar itu sendiri. Ilusi kognitif terbagi menjadi empat: Ilusi ambigu Ilusi dimana gambar atau objek bisa ditafsirkan secara berlainan. Gambar 4. Kubus Necker http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Ilusi distorsi Pada ilusi ini terdapat distorsi ukuran, panjang atau sifat kurva (lurus lengkung). Gambar 5. Ilusi dinding kafe Ilusi paradoks Ilusi ini disebabkan karena objek yang paradoksikal atau tidak mungkin. Gambar 6. Segitiga penrose Ilusi fiksional http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 Ilusi ini didefinisikan sebagai persepsi terhadap objek yang sama sekali berbeda bagi seseorang tapi bukan bagi orang lain, seperti disebabkan karena schizoprenia atau halusinogen. Ilusi ini lebih tepatnya disebut dengan halusinasi. Gambar 7. Ilusi fiksional 2.7. Representasi Visual Titik, garis, dan bentuk, ini semua merupakan penanda visual, atau wujud minal dari representasi visual, yang dapat dikombinasikan dalam bermacam cara. Penanda-penanda ini bisa lurus, bulat, melengkung, dan seterusnya, dan digunakan dalam berbagai kombinasi. Penanda visual yang dirancang untuk menunjukkan bentuk garis luar dari sesuatu dikenal dengan nama bentuk. Segala sesuatu yang kita lihat dapat direpresentasikan melalui kombinasi garis dan bentuk: misalnya, awan adalah bentuk, cakrawala adalah garis. Unsur-unsur lain termasuk nilai, warna, dan tekstur. Nilai mengacu pada gelap atau terang dalam sebuah garis atau bentuk, Warna menyampaikan suasana, perasaan, atmosfir. Seperti di Cina, misalnya, kuning berkonotasi kerajaan. Sementara, tekstur http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 mengacu pada perasaan indera sentuhan yang digugah secara imajistik saat kita melihat sebuah permukaan. Garis yang bergelombang menciptakan perasaan yang lebih nyaman dalam diri kita dibanding garis yang bersudut. Ada bukti kuat bahwa semiosis bersifat antar mode, yang artinya melibatkan lebih dari satu modalitas inderawi pada saat bersamaan. Istilah yang digunakan untuk menyiratkan fenomenon ini adalah sinestesia. Perasaan-perasaan di atas terkait dengan sentuhan, tetapi digugah oleh tanda-tanda visual merupakan contoh reaksi sinestesis. Secara kebetulan, istilah estesia, biasanya digunakan untuk mengacu pada pengaktifan semua modalitas inderawi dalam cara yang holistik. Saat kita menyebut apresiasi sebuah karya seni sebagai “pengalaman estetik”, maksud kita secara harfiah adalah bahwa kita mengalami dan merasaka makna karya seni secara keseluruhan. Pengalaman estetik juga dapat ditimbulkan oleh bentuk dan dimensi spesifik dari wujud-wujud sederhana. 2.8. Semiotika Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tandatanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya.23 Secara singkat kita dapat menyatakan bahwa analisis semiotika (semiotical analysis) merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan 23 Rachmat Kriyantono. Tekhnik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2006 hal 265 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat suatu paket lambanglambang pesan atau teks. Teks yang dimaksud dalam hubungan ini adalah segala bentuk serta sistem lambang (signs) baik yang terdapat pada media massa (seperti berbagai paket tayangan televisi, karikatur media cetak, film, sandiwara radio dan berbagai bentuk iklan) maupun yang terdapat di luar media massa (seperti karya lukis, patung, candi, monumen, fashion show dan menu masakan pada food festival). Urusan analisis semiotika adalah melacak makna-makna yang diangkat dengan teks berupa lambang-lambang (signs). Dengan kata lain, pemaknaan terhadap lambang-lambang dalam tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis semiotik.24 2.8.1. Pengertian Semiotika Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani, semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefnisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk adanya hal lain. Sementara secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Pada dasarnya, analisis semiotika merupakan sebuah ikhtiar untuk merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang perlu dipertanyakan lebih lanjut 24 Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKis Pelangi Aksara. 2007 hal 155-156 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 ketika kita membaca teks atau narasi/wacana tertentu. Analisis bersifat paradigmatic dalam arti berupaya menemukan makna termasuk dari hal-hal tersembunyi di balik sebuah teks. Maka orang sering mengatakan semiotika adalah upaya menemukan makna ‘berita di balik berita’.25 Tanda-tanda (signs) adalah basis atau dasar dari seluruh komunikasi kata pakar Komunikasi Littlejohn yang terkenal dengan bukunya: “Theories on Human Behaviour” (1996). Menurut Littlejohn, manusia dengan perantaraan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya dan banyak hal yang bisa dikomunikasikan di dunia ini. Sedangkan Umberto Eco ahli semiotika yang lain, kajian semiotika sekarang membedakan dua jenis semiotika yakni semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu di antaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima, kode atau sistemtanda, pesan, saluran komunikasi, dan acuan yang dibicarakan. Sementara, semiotika signifikasi tidak ‘mempersoalkan’ adanya tujuan berkomunikasi. Pada jenis yang kedua, yang lebih diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan daripada prosesnya.26 25 26 Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2011 hal 5 Ibid. hal 6 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 Dengan demikian semiotik mempelajari keberadaan suatu tanda. Umberto Eco menyebut tanda tersebut sebagai “kebohongan”; dalam tanda ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri.27 Analisis Semiotik berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda tersebut berada.28 Semiotika digunakan sebagai pendekatan untuk menganalisis media dengan asumsi bahwa media itu sendiri dikomunikasikan melalui seperangkat tanda. Teks media yang tersusun atas seperangkat tanda itu tidak pernah membawa makna tunggal. Kenyatannya teks media memiliki ideologi atau kepentingan tertentu, memiliki ideologi dominan yang terbentuk melalui tanda tersebut.29 Sebagai seluruh cabang keilmuan semiotika memperlihatkan pengaruh yang semakin kuat dan luas, signifikansi semiotika tidak saja sebagai metode kajian (decoding), akan tetapi juga sebagai metode penciptaan (encoding). Sebagai metode kajian, semiotika memperlihatkan kekuatannya di dalam berbagai bidang seperti antropologi, sosiologi, politik, kajian keagamaan, media studies, 27 Alex Sobur. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis. Wacana, Analisis dan Framing. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2001 hal 87 28 Rachmat Kriyantono. Tekhnik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2006 hal 266 29 Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2011 Hal 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 cultural studies. Sebagai metode penciptaan, semiotika mempunyai pengaruh pula pada bidang-bidang desain produk, arsitektur, komunikasi visual, seni tari, seni rupa dan juga seni film.30 Charles Sanders Pierce mendefinisikan semiotika sebagai “a relationship among sign, object and a meaning” (suatu hubungan diantara tanda, objek dan makna). Penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda.31 Sedangkan menurut Ferdinand de Saussure yang mendefinisikan semiotika merupakan tanda sebagai kesatuan dari dua bidang yang tak dipisahkan. Artinya, sebuah tanda mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indera kita (signifer), bidang penanda atau bentuk dan aspek lainnya (signified) bidang pertanda atau konsep atau makna.32 2.8.2. Semiotika Charles Sanders Pierce Peirce mengemukakan bahwa semiotika didasarkan pada logika, karena logika mempelajari bagaimana orang bernalar, sedangkan penalaran menurut Pierce dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda-tanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Kita mempunyai kemungkinan yang luas dalam keanekaragaman tanda-tanda, dan di antaranya tanda-tanda linguistik merupakan kategori yang penting, tetapi bukan satu-satunya kategori. 30 Sumbo Tinarbuko. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra. 2009 hal 9 Alex Sobur. Op.Cit. hal 16 32 Sumbo Tinarbuko. Op.Cit. hal 13 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 Dengan mengembangkan semiotika, Peirce memusatkan perhatian pada berfungsinya tanda pada umumnya. Ia memberi tempat yang penting pada linguistik, namun bukan satu-satunya. Hal yang berlaku bagi tanda pada umumnya berlaku pula bagi tanda linguistik, tapi tidak sebaliknya. Menurut Peirce tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab-akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Dengan demikian sebenarnya Peirce telah menciptakan teori umum untuk tanda-tanda. Menurut Pierce, semiotika itu terdiri dari tiga elemen utama. Teori Pierce disebut teori segitiga makna atau triangle meaning,33 diantaranya: a. Tanda Adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk hal lain di luar tanda itu sendiri. b. Objek (Acuan Tanda) Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. c. Interpretant (Pengguna Tanda) Adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. 33 Rachmad Kriyantono. Teknik Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, komunikasi Organisasi, komunikasi Pemasaran. Kencana: Jakarta. 2008 hal 265 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 Berdasarkan interpretant, tanda dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang itu baru menangis, atau menderita penyakit mata, atau mata dimasuki insekta, atau baru bangun, atau ingin tidur. Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya, jika pada suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka di tepi jalan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa di situ sering terjadi kecelakaan. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.34 Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut, Peirce membagi tanda menjadi sepuluh jenis:35 1) Qualisign, yakni kualitas sejauh yang dimiliki tanda. kata keras menunjukkan kualitas tanda, misalnya, suaranya keras yang menandakan orang itu marah atau ada sesuatu yang diinginkan. 2) Inconic Sinsign, yakni tanda yang memperlihatkan kemiripan. Contoh: foto, diagram, peta dan tanda baca. 3) Rhematic Indexical Sinsign, yakni tanda berdasarkan pengalaman langsung, yang secara langsung menarik perhatian karena kehadirannya disebabkan oleh sesuatu. Contoh: pantai yang sering merenggut nyawa orang yang mandi di situ akan dipasang bendera bergambar tengkorak yang bermakna, dilarang mandi di sini. 34 35 Alex Sobur. Op.cit. hal 41-42 Ibid, hal 42-43 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 4) Dicent Sinsign, yakni tanda yang memberikan informasi tentang sesuatu. Misalnya, tanda larangan yang terdapat di pintu masuk sebuah kantor. 5) Iconic Legisign, yakni tanda yang menginformasikan norma atau hukum. Misalnya rambu lalu lintas. 6) Rhematic Indexical Legisign, yakni tanda yang mengacu kepada objek tertentu, misalnya kata ganti penunjuk. Seseorang bertanya, “Mana buku itu?” dan dijawab, “Itu!” 7) Dicent Indexical Legisign, yakni tanda yang bermakna informasi dan menunjuk subyek informasi. Tanda berupa lampu merah yang berputar-putar di atas mobil ambulans menandakan ada orang sakit atau orang yang celaka yang tengah dilarikan ke rumah sakit. 8) Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme, yakni tanda yang dihubungkan dengan objeknya melalui asosiasi ide umum. Misalnya, kita melihat gambar harimau. Lantas kita katakan, harimau. Mengapa kita katakan demikian, karena ada asosiasi antara gambar dengan benda atau hewan yang kita lihat yang namanya harimau. 9) Dicent Symbol atau Proposition (porposisi) adalah tanda yang langsung meghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak. Kalau seseorang berkata, “Pergi!” penafsiran kita langsung berasosiasi pada otak, dan sertamerta kita pergi. Padahal proposisi yang kita dengar hanya kata. Kata-kata yang kita gunakan yang membentuk kalimat, semuanya adalah proposisi yang mengandung makna yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 berasosiasi di dalam otak. Otak secara otomatis dan cepat menafsirkan proposisi itu dan seseorang secara otomatis dan cepat menafsirkan proposisi itu dan seseorang segera menetapkan pilihan atau sikap. 10) Argument, yakni tanda yang merupakan penafsiran seseorang terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu. Seseorang berkata, “Gelap.” Orang itu berkata gelap sebab ia menilai ruang itu cocok dikatakan gelap. Dengan demikian argumen merupakan tanda yang berisi penilaian atau alasan, mengapa seseorang berkata begitu. Tentu saja penilaian tersebut mengandung kebenaran. Sign Object Interpretant Gambar 8. Teori Segitiga Makna Analisis ini bersifat subjektif. Peneliti seolah-olah ia memahami pemikiran subjek yang dirisetnya. Tentu saja peneliti harus menyertakan konteks sosial budaya, teori-teori, konsep-konsep, dan data-data untuk menjelaskan analisis dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 interpretasinya.36 Menurut Pierce, tanda “is something which stands to somebody for something is some respect or capacity”.37 Tipologi tanda menurut Charles Sanders Pierce: 1. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. 2. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau ensistensial diantara representamen dan objeknya. Di dalam indeks hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkrit, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial dan kausal. 3. Simbol adalah jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvesional sesuai kesepakatan sosial atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat.38 Tabel 2. Jenis tanda dan cara kerjanya39 Ditandai dengan Jenis Tanda Ikon - - Contoh Proses kerja Persamaan Gambar, foto dan Dilihat (kesamaan) patung Kemiripan 36 Ibid, hal 267 Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2006 hal 41 38 Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi. Mitra Wacana Media: Jakarta. 2011 hal 14 39 Ibid, hal 14 37 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 Indeks Simbol - Hubungan sebab - Asap -> Api akibat - Gejala -> - Keterkaitan - Konvensi atau - Kata-kata kesepakatan sosial - Isyarat Diperkirakan Penyakit http://digilib.mercubuana.ac.id/ Dipelajari