75 Tahapan Resiko Pra Spin Off (lanjutan) 11.Sosialisasi spin off

advertisement
Tabel 4.4 Resiko per Tahapan (lanjutan)
Tahapan
Pra Spin Off (lanjutan)
Resiko
11.Sosialisasi spin off kepada karyawan
yang kurang tersampaikan.
12. Jumlah SDM di Flexi Co. yang
belum terpenuhi.
Spin Off
13. Nilai tukar rupiah yang melemah
(Currency Risk).
14. Meningkatnya inflasi.
15. Regulasi pemerintah yang kurang
jelas (Regulatory Structure Risk).
Pasca Spin Off
16. Aktifitas operasional yang belum
berjalan dengan baik. (Operational
System Failure).
17. Aktivitas manajerial yang buruk.
18. Keluhan konsumen.
19. Resiko Prilaku Konsumen
(Consumer Behavior Risk).
20.Resiko Serikat Pekerja (Employee
Union Risk).
21.Resiko Kebijakan Tarif (Tariff
Policy Risk).
22.Bencana Alam (gempa bumi, banjir,
kebakaran, tsunami).
23. Resiko Investasi Modal (Capital
Investment Risk/The lack of fund for
telecommunication technology
investment).
24. Resiko Supplier (Supplier’s Risk).
75
Tabel 4.4 Resiko per Tahapan (lanjutan)
Tahapan
Pasca Spin Off (lanjutan)
Resiko
25. Resiko ketidakcocokan strategi
dengan sumber daya yang ada
(Inappropriate strategies and
inadequate resources).
26.Resiko Pengembangan bisnis
(Business Development Risk).
27.Resiko kepemilikan saham terbesar
(Majority Shareholder Risk).
28. Resiko Kompetisi (Competitions
Risk).
29. Program-program pemasaran yang
gagal.
30 Resiko Hak Asasi Manusia.
31. Kondisi perpolitikan di Indonesia
(Political Framework Risk in
Indonesia).
32. Resiko Investasi Modal (Capital
Investment Risk/The lack of fund for
telecommunication technology
investment).
33. Resiko Kecurangan Eksternal
(Eksternal fraud).
34. Resiko perubahan suku bunga
(Interest rate)
76
Tabel 4.5 Pengelompokan Resiko Berdasarkan Tipenya
Type of Risk
Market Risk
Problem
•
Nilai tukar rupiah yang melemah (Currency Risk).
•
Meningkatnya inflasi (Inflation rate).
•
Resiko Prilaku Konsumen (Consumer Behavior
Risk).
Liquidity Risk
•
Resiko perubahan suku bunga (Interest rate)
•
Resiko Investasi Modal (Capital Investment
Risk/The lack of fund for telecommunication
technology investment).
Credit Risk
•
Resiko Kecurangan Internal (Internal fraud).
Industry Risk
•
Resiko Kompetisi (Competitions Risk).
Operational Risk
•
Studi kelayakan yang tidak tepat
•
Penjadwalan proyek yang kurang baik
•
Penanggung jawab proyek yang tidak jelas
•
BOD tidak memberikan approval (izin prinsip)
•
BOC tidak memberikan approval (izin prinsip)
•
Tidak terbentuknya working group
•
Penggunaan jasa konsultan yang tidak disetujui
BOD
•
Penugasan yang berlebihan membuat karyawan
menjadi kurang fokus.
•
Juklak (petunjuk pelaksanaan) belum terbentuk.
•
Juklak (petunjuk pelaksanaan) tidak disetujui BOD.
•
Sosialisasi spin off kepada karyawan yang kurang
tersampaikan.
•
Jumlah SDM di Flexi Co. yang belum terpenuhi.
•
Aktifitas operasional yang belum berjalan dengan
baik. (Operational System Failure)
•
Aktivitas manajerial yang buruk.
77
Tabel 4.5 Pengelompokan Resiko Berdasarkan Tipenya (lanjutan)
Type of Risk
Problem
Operational Risk
•
Resiko Serikat Pekerja (Employee Union Risk)
(lanjutan)
•
Resiko Supplier (Supplier’s Risk)
Business Risk
•
Resiko Pengembangan bisnis (Business
Development Risk).
•
Resiko ketidakcocokan strategi dengan sumber daya
yang ada (Inappropriate strategies and inadequate
resources).
Political Risk
•
Kondisi perpolitikan di Indonesia (Political
Framework Risk in Indonesia).
Legal Risk
•
Regulasi pemerintah yang kurang jelas (Regulatory
Structure Risk).
Reputation Risk
Sovereign Risk
•
Resiko Kebijakan Tarif (Tariff Policy Risk)
•
Program-program pemasaran yang gagal.
•
Resiko Hak Asasi Manusia.
•
Resiko Kecurangan Eksternal (Eksternal fraud).
•
Keluhan Konsumen
•
Resiko kepemilikan saham terbesar (Majority
Shareholder Risk).
Environmental Risk
•
Bencana Alam (gempa bumi, banjir, kebakaran,
tsunami).
78
4.3.1.7 Risk Measurement
By Corporate Policy
Analisis Menggunakan Risk Exposure Calculator
Gambar 4.14 Risk Exposure Calculator Model37
Risk Exposure Calculator adalah suatu tools yang dikembangkan oleh
Robert Simmons, seorang direktur riset di Harvard Business School, Boston.
Tujuan utama risk exposure calculator ini adalah untuk mengidentifikasikan area
pada perusahaan yang memiliki potensi untuk menimbulkan resiko bagi kemajuan
perusahaan. Perangkat ini mencoba mengukur risiko dalam ukuran yang lebih
kuantitatif dan menunjukkan hal-hal dalam perusahaan yang mungkin membawa
perusahaan pada peningkatan risiko, metode ini berguna bagi eksekutif untuk
37
Simons, Robert, 1999, How Risky is Your Company?. Harvard Business Review.
79
menilai apakah level risiko perusahaan ada pada zona aman (safety), waspada
(caution), atau bahaya (danger).
Pengukuran Risk Exposure Calculator berkaitan dengan kondisi internal
perusahaan yang meliputi 3 (tiga) hal:
o Upaya pertumbuhan perusahaan (Growth)
o Budaya perusahaan (Culture)
o Pengelolaan informasi (Information Management)
Masing masing aspek memiliki serangkaian pertanyaan pertanyaan dengan bobot
tertentu untuk masing masing jawaban (1-5). Kumulatif bobot untuk masing
masing jawaban akan menentukan tingkat resiko/potensi resiko yang dimiliki oleh
perusahaan.
Tabel 4.6 Risk Exposure Calculator Score
Growth Pressures For Performance Rate of Expansion
Culture Executive
Reward for resistance to bad
entrepreneural news
risk taking Information Management Gaps in diagnostic
Transaction performance
complexity and measures
velocity Inexperience of
keys employees
TOTAL SCORE Level of internal
competition
TOTAL SCORE Degree of
decentralized
decision making
TOTAL SCORE TOTAL SCORE Safety Zone (9-20)
Perusahaan pada level ini memiliki resiko yang rendah dan aman
terhadap kesalahan yang tidak diinginkan. Namun, para manajer
seharusnya bertanya apakah score dari resiko tersebut terlalu rendah.
Pada level ini perusahaan menjadi lebih berani dalam mengambil peluangpeluang bisnis yang mengandung resiko.
80
The Caution Zone (21-34)
•
Kebanyakan perusahaan berada pada zona ini
•
Perusahaan harus tetap waspada terhadap 2 dari 3 nilai tekanan
•
Tindakan yang harus dilakukan perusahaan: Memperhatikan bagianbagian yang beresiko tinggi
The Danger Zone (35-45)
•
Nilai tekanan banyak dan tinggi
•
Tindakan yang harus dilakukan perusahaan: Melakukan tindakan cepat
dan menggunakan levers of control
Perhitungan Risk Exposure Calculator PT TELKOM:
Pengukuran resiko dilakukan berdasarkan in-depth interview yang
dilakukan dengan pihak PT TELKOM dalm hal ini diwakilkan kepada Bapak
Agus Widjayanto, selaku AVP (Asistant Vice Pesident) Risk Information System
and Reporting. Berdasarkan pertumbuhan PT TELKOM dapat dinilai berdasarkan
tiga indikator sebagai berikut:
Growth
Pressures For Performance ( Nilai: 5 )
Asumsi : sebagai perusahaan yang core bisnisnya bergerak di industri
telekomunikasi menuntut PT TELKOM untuk lebih banyak inovasi dan
kreativitas dalam hal men-delivery jasa kepada konsumennya (performance
based). Selain itu, kompetisi untuk masing masing lini bisnis PT TELKOM
semakin ketat.
Rate Of Expansion ( Nilai: 5 )
Asumsi : PT TELKOM telah dan sedang melakukan ekspansi di berbagai
macam segmen bisnis telekomunikasi.
Inexperience of Key Employees ( Nilai: 1 )
Asumsi : Pertumbuhan industri yang cepat, membuat PT TELKOM
membutuhkan banyak tenaga kerja yang berpengalaman. Kebanyakan
mereka yang berpindah ke PT TELKOM sebelumnya telah memiliki
81
pengalaman di perusahaan telekomunikasi lain karena faktor tantangan baru
dan faktor kompensasi.
Culture
Pengukuran resiko berdasarkan budaya PT TELKOM dapat dinilai berdasarkan
tiga indikator sebagai berikut:
Reward for entrepreneurial Risk Taking ( Nilai: 4 )
Asumsi : Inovasi diperlukan selain mempertahankan produk yang existing
dan pengembangan new product.
Executive resistance to bad news ( Nilai: 4)
Asumsi : Karakteristik industri telekomunikasi di Indonesia telah memasuki
tahap mature, oleh karena itu, pemimpin perusahaan dalam hal ini PT
TELKOM harus membiasakan diri terhadap kabar buruk guna kemajuan
perusahaan. Contoh : tarif baru yang dikeluarkan oleh kompetitor.
Level of internal competition ( Nilai: 4 )
Asumsi : high competition tidak jarang memunculkan kompetisi internal,
karena reward dan tuntutan perusahaan bagi tiap tim untuk meng-create
suatu inovasi.
Information Management
Pengukuran resiko berdasarkan manajemen informasi di PT TELKOM
dapat dinilai berdasarkan tiga indikator sebagai berikut:
Transaction complexity and velocity ( Nilai: 4 )
Asumsi : banyaknya segmen bisnis mengakibatkan kompleksitas dalam hal
pengelolaan transaksi dan jalur informasi
Gaps in diagnostic performance measures ( Nilai: 3 )
Asumsi : banyaknya satuan bisnis unit dengan Key Performance Indicator
(KPI) yang berbeda beda akan membuat informasi mengalami distorsi
sehingga penilaian menjadi kurang objektif.
Degree of decentralization decision making (Nilai: 3 )
Asumsi : dengan struktur yang merupakan bentuk parent company, dan
strategi bisnis yang beragam, keputusan diambil tidak mungkin dilakukan
secara sentralistik.
82
Total Nilai : 33
PT TELKOM termasuk ke dalam CAUTION ZONE.
Gambar 4.15 Risk Exposure Calculator Zone
Untuk itu PT TELKOM harus waspada pada 2 dari 3 zona yang nilainya
paling tinggi yaitu; Growth dan Culture. Dan PT TELKOM harus memperhatikan
indikator-indikator yang menunjukkan nilai besar yaitu; Pressures For
Performance dan Rate Of Expansion
By Business Process
Setelah resiko-resiko yang ada teridentifikasi, maka langkah selanjutnya
yang harus kita lakukan adalah memetakan resiko tersebut. Pada tahap ini resikoresiko yang telah teridentifikasi akan diukur berdasarkan probability dan severitynya (frekuensinya dan besarnya). Hal ini dilakukan dengan melibatkan PIC dari
PT TELKOM dalam hal ini diwakilkan oleh Bapak Agus Widjayanto, AVP
(Asistant Vice Pesident) Risk Information System and Reporting. Dan tools yang
kita pakai adalah bagan Risk Mapping Tool.
83
Gambar 4.16 Risk Mapping Tool38
Market Risk
- Nilai tukar rupiah yang melemah (Currency Risk).
Contoh : US Dollar (salah satunya)
Akhir tahun 2001 : Jual US$1 = 10,900; Beli US$1 = 9,900
Akhir tahun 2002 : Jual US$1 = 9,440; Beli US$1 = 8,440
Akhir tahun 2003 : Jual US$1 = 8,965; Beli US$1 = 7,965
Akhir tahun 2004 : Jual US$1 = 9,790; Beli US$1 = 8,790
Akhir tahun 2005 : Jual US$1 = 10,330; Beli US$1 = 9,330
Akhir tahun 2006 : Jual US$1 = 9,520; Beli US$1 = 8,520
Akhir tahun 2007: Jual US$1 = 8,667; Beli US$1 = 7,790
Dari fakta diatas, dari 6 kali perubahan menunjukkan Rupiah 2 kali
terdepresiasi terhadap Dollar.
Fakta lain juga menunjukkan bahwa di tahun 2005 PT TELKOM
mengalami kerugian sebesar 516,8 milyar rupiah karena meminjam dalam bentuk
38
Sumirat, Erman, 2007, Risk Management in Corporate Strategy, MM70E7 Risk Management
Slide. MBA ITB, Bandung.
84
dollar. Di tahun 2006 PT TELKOM meraih untung dari perubahan nilai tukar
mata uang sebesar 836,3 milyar rupiah.
- Resiko perubahan suku bunga (Interest rate)
Akhir tahun 2000 (Tenor 1 bulan): 14.53% (December 20, 2000)
Akhir tahun 2001 (Tenor 1 bulan): 17.61% (December 12, 2001)
Akhir tahun 2002 (Tenor 1 bulan): 12.93% (December 30, 2002)
Akhir tahun 2003 (Tenor 1 bulan): 8.31% (December 29, 2003)
Akhir tahun 2004 (Tenor 1 bulan): 7.43% (December 22, 2004)
Akhir tahun 2005 (Tenor 1 bulan): 12.75% (December 28, 2005)
Akhir tahun 2006 (Tenor 1 bulan): 9.75% (December 28, 2006)
Akhir tahun 2007 (Tenor 1 bulan): 8.00 % (December 19, 2007)
Data historical di atas menunjukkan, dari 7 periode perubahan suku bunga, ada 2
periode yang menunjukkan kenaikan suku bunga.
Probability: low
Severity: major
Liquidity Risk
- Resiko Investasi Modal (Capital Investment Risk/The lack of fund for
telecommunication technology investment).
Kekurangan dana juga akan berefek kepada stagnannya bisnis perusahaan
(terutama
pada
R
&
D).
Apalagi
di
industry
telekomunikasi
yang
perkembangannya sangat pesat, perusahaan dituntut untuk bisa mengahadirkan
jasa dengan teknologi terkini.
Probability: likely
Severity: moderate
Credit Risk
- Resiko Kecurangan Internal (Internal fraud).
Flexi Co sebagai perusahaan baru, dengan belum adanya internal system
yang teruji, kemungkinan-kemungkinan adanya internal fraud cukup bisa terjadi.
Probability: low
Severity: minor
85
Industry Risk
- Resiko Kompetisi (Competitions Risk).
Sejarah mencatat pada tahun 1999, Undang-Undang nomor 36/1999
tentang Telekomunikasi ditetapkan antara lain berisi penghapusan monopoli
penyelenggaraan telekomunikasi yang berlaku efektif sejak 8 September 2000.
Sejak saat itu kemungkinan adanya pesaing di industri telekomunikasi semakin
terbuka. Pada bulan juni sampai bulan desember 2004 market share PT TELKOM
sebesar 33.76%, tahun 2002 monopoli PT TELKOM atas PSTN dihapuskan.
Berlanjut dengan dihapuskannya monopoli SLJJ di tahun 2003, dan di tahun 2004
monopoli PT TELKOM di seluruh sektor telekomunikasi sudah tidak ada. Kini
persaingan yang ada kian ketat untuk memenangi pasar.
Probability: likely
Severity: moderate
Operational Risk
-
Aktifitas operasional yang belum berjalan dengan baik. (Operational System
Failure)
Dalam men-delivery jasanya Flexi Co menggelar jaringannya di seluruh
nusantara sebagai bentuk layanan kepada konsumen, jika terjadi kerusakan,
tentunya akan berefek pada kepuasan konsumen yang juga akan berpengaruh
pada kondisi financial perusahaan.
•
Resiko Serikat Pekerja (Employee Union Risk)
Tidak ada yang bisa menjamin bahwa Serikat Karyawan Flexi Co
yang akan terbentuk tidak akan memberi efek negatif pada bisnis dan
peluang pertumbuhan perusahaan ke depan.
-
Resiko Supplier (Supplier’s Risk)
Tidak ada supplier yang mampu memenuhi kebutuhan sebuah
perusahaan sekaligus, sehingga resiko tidak terpenuhinya sebagian barang
yang dibutuhkan Flexi Co dalam menjalankan bisnisnya dapat terjadi.
Probability: high
Severity: major
86
Business Risk
-
Resiko ketidakcocokan strategi dengan sumber daya yang ada (Inappropriate
strategies and inadequate resources).
Hal ini mungkin terjadi ketika manajemen Flexi Co yang kemungkinan orang-
orang lama dalam tubuh PT TELKOM merasa bahwa sumber daya yang ada
memiliki kemampuan sama/equal dengan yang dimiliki PT TELKOM. Dan
mereka menyusun strategi berdasarkan hal tersebut.
Probability: low
Severity: minor
Political Risk
‐ Kondisi perpolitikan di Indonesia (Political Framework Risk in Indonesia). Karena basis operasional utama PT TELKOM di Indonesia maka, kondisi
perpolitikan di Indonesia berpengaruh banyak pada perusahaan. Seperti yang kita
ketahui bersama kondisi perpolitikan dan sosial ekonomi di Indonesia sangat
dinamis dan banyak berpengaruh pada iklim bisnis yang ada (isu korupsi,
pengeboman, teroris) sedikit banyak ini mempengaruhi iklim investasi di
Indonesia.
Probability: low
Severity: major
Legal Risk
- Resiko Kebijakan Tarif (Tariff Policy Risk)
Pada tahun 2002 pemerintah menaikkan tarif telekomunikasi rata-rata
sebesar 15% sampai dengan tahun 2004. Dan pada 30 maret 2004 naik lagi
sebesar 9%. Berdasarkan data historical yang ada pemerintah dari tahun 2002
memang menaikkan tarif dasar telekomunikasi setiap tahun. Hanya tahun ini
(2008) pemerintah baru mengeluarkan kebijakan untuk menurunkan tarif dasar
telekomunikasi.
Probability: moderate
Severity: moderate
87
Reputational Risk
- Resiko Kecurangan Eksternal (Eksternal fraud).
Karena PT TELKOM merupakan perusahaan BUMN maka ketika
pemerintah
(khususnya
di
bagian
telekomunikasi/Depkominfo)
terindikasi/terbukti melakukan tindak pidana korupsi, tentunya akan mempunyai
efek negatif ke PT TELKOM (mempengaruhi harga sahamnya atau adanya isu
penipuan/kecurangan eksternal).
Probability: low
Severity: moderate
Sovereign Risk
Peringkat hutang luar negeri Indonesia terus dikaji dan direvisi oleh
lembaga pemeringkat internasional. Mulai tahun 1997, beberapa lembaga
pemeringkat statistik yang diakui, termasuk Moody’s Investors Service, Inc.
(“Moody’s”) dan Standard & Poor’s Rating Services (“S&P”), menurunkan
peringkat luar negeri Indonesia dan peringkat kredit berbagai instrumen kredit
Pemerintah serta sejumlah bank dan perusahaan lain di Indonesia. Pada 22 Mei
2007, hutang valuta asing jangka panjang Pemerintah mendapatkan peringkat B1
dari Moody’s, mendapatkan peringkat BB - dari Fitch Ratings (“Fitch”), dan
mendapatkan peringkat BB- dari S&P.
Peringkat
ini
mencerminkan
penilaian
atas
seluruh
kemampuan
Pemerintah untuk membayar kewajibannya dan kesediaannya untuk memenuhi
komitmen keuangan perseroan pada saat jatuh tempo. Tidak ada jaminan bahwa
Moody’s, S&P, Fitch atau instansi pemeringkat kredit internasional lain tidak
akan menurunkan peringkat kredit Indonesia atau perusahaan-perusahaaan
Indonesia. Setiap penurunan tersebut akan memberi dampak merugikan pada
likuiditas di pasar keuangan Indonesia dan kemampuan perusahaan Indonesia,
termasuk PT TELKOM, untuk menghimpun pembiayaan tambahan dan suku
bunga untuk tersedianya pembiayaan tambahan tersebut.
88
Dibawah ini peringkat-peringkat sebelumnya:
Pada awal : CCC+ (S&P)
November 2, 2001 : CCC (S&P)
June 13, 2002 : B2 (Moody’s)
2005 : BB+ (S&P)
Mei 2006 : B+ (S&P), B1 (Moody’s), BB- (Fitch)
- Resiko kepemilikan saham terbesar (Majority Shareholder Risk)
Sampai dengan akhir tahun 2006 pemegang saham utama dan pemegang
kendali utama masih berada di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Dan pada
30 Maret 2004 pemerintah menekan PT TELKOM untuk mengkontribusikan
0.75% dari revenue-nya untuk Universal Service Obligation (USO). Hal ini akan
berdampak juga bagi anak-anak perusahaan PT TELKOM termasuk Flexi Co
nantinya.
Probability: low
Severity: major
Environmental Risk
-
Bencana Alam (gempa bumi, banjir, kebakaran, tsunami).
Pada tanggal 26 Desember 2004, bencana alam berupa gelombang
Tsunami memporak-porandakan bumi Nangroe Aceh Darussalam kerugian yang
diderita sebesar 55 milyar rupiah. Pada 17 Juli 2006 gelombang Tsunami juga
menghancurkan Pangandaran dengan kerugian sebesar 368 juta rupiah. Disusul
banyaknya gempa bumi susulan di berbagai daerah di Indonesia dan bencanabencana alam lain yang terjadi di pelosok nusantara.
Probability: moderate
Severity: major
89
Tabel 4.7 Kalkulasi Risk Mapping Tool
Type of Risk
Market Risk
•
Risk
Problems
Probability
Severity
Nilai tukar rupiah
low
major
T
likely
moderate
H
low
minor
VL
likely
moderate
H
yang
Mapping
melemah
(Currency Risk).
•
Meningkatnya
inflasi
(Inflation
rate).
•
Resiko Prilaku
Konsumen
(Consumer
Behavior Risk).
Liquidity Risk
•
Resiko Investasi
Modal (Capital
Investment
Risk/The lack of
fund for
telecommunicatio
n technology
investment).
Credit Risk
•
Resiko
Kecurangan
Internal (Internal
fraud).
Industry Risk
•
Resiko Kompetisi
(Competitions
Risk).
90
Tabel 4.7 Kalkulasi Risk Mapping Tool (lanjutan)
Problems
Type of Risk
Operational
•
Risk
Studi
kelayakan
Probability
Severity
high
major
Risk
Mapping
VH
yang tidak tepat
•
Penjadwalan
proyek
yang
kurang baik
•
Penanggung
jawab
proyek
yang tidak jelas
•
BOD
tidak
memberikan
approval
(izin
prinsip)
•
BOC
tidak
memberikan
approval
(izin
prinsip)
•
Tidak
terbentuknya
working group
•
Penggunaan
konsultan
tidak
jasa
yang
disetujui
BOD
91
Tabel 4.7 Kalkulasi Risk Mapping Tool (lanjutan)
Problems
Type of Risk
Operational
•
Penugasan
Risk
berlebihan
(lanjutan)
membuat
yang
karyawan menjadi
kurang fokus.
•
Juklak
(petunjuk
pelaksanaan)
belum terbentuk.
•
Juklak
(petunjuk
pelaksanaan) tidak
disetujui BOD.
•
Sosialisasi spin off
kepada karyawan
yang
kurang
tersampaikan.
•
Jumlah SDM di
Flexi Co. yang
belum terpenuhi.
•
Aktifitas
operasional yang
belum berjalan
dengan baik.
(Operational
System Failure)
•
Aktivitas
manajerial
buruk.
92
yang
Probability
Severity
high
major
Risk
Mapping
VH
Tabel 4.7 Kalkulasi Risk Mapping Tool (lanjutan)
Problems
Type of Risk
Operational
•
Resiko Serikat
Risk
Pekerja
(lanjutan)
(Employee Union
Risk
Probability
Severity
High
major
VH
low
minor
VL
low
major
T
Mapping
Risk)
•
Resiko
Supplier
(Supplier’s Risk)
Business Risk
•
Resiko
Pengembangan
Bisnis (Business
Development
Risk).
•
Resiko
ketidakcocokan
strategi dengan
sumber daya yang
ada
(Inappropriate
strategies and
inadequate
resources).
Political Risk
•
Kondisi
perpolitikan di
Indonesia
(Political
Framework Risk
in Indonesia).
93
Tabel 4.7 Kalkulasi Risk Mapping Tool (lanjutan)
Type of Risk
Legal Risk
•
Risk
Problems
Probability
Severity
Regulasi
moderate
moderate
T
low
moderate
L
low
major
T
Mapping
pemerintah yang
kurang jelas
(Regulatory
Structure Risk).
•
Resiko Kebijakan
Tarif (Tariff
Policy Risk)
Reputational
•
Risk
Program-program
pemasaran yang
gagal.
•
Resiko Hak Asasi
Manusia.
•
Resiko
Kecurangan
Internal (Internal
fraud).
•
Keluhan
Konsumen
Sovereign Risk
•
Resiko
kepemilikan
saham terbesar
(Majority
Shareholder
Risk).
94
Tabel 4.7 Kalkulasi Risk Mapping Tool (lanjutan)
Type of Risk
Environmental
•
Risk
Problems
Probability
Severity
Bencana Alam
moderate
major
Risk
Mapping
H
(gempa bumi,
banjir, kebakaran,
tsunami).
VH : Very High
H : High
T : Tolerable
L : Low
VL: Very
Low
4.3.1.8 Risk Treatment
Gambar 4.17 Bagan Risk Mapping Tool dan Risk Treatment
95
Tabel 4.6 Risk Tretment per Kelompok Resiko
96
Type of Risk
Risk Treatment
Market risk
Transfer
Liquidity risk
Control
Credit risk
Retain
Industry risk
Control
Operational risk
Avoid
Business risk
Retain
Political risk
Transfer
Legal risk
Avoid
Reputational risk
Retain
Sovereign risk
Transfer
Environmental risk
Transfer/Avoid
4.3.1.9 Risk Controlling dan Monitoring
Gambar 4.18 Risk Mitigation
97
Tabel 4.8 Risk Treatment
Type of Risk
Risk Treatment
By
Market risk
Transfer
Hedging, contract, and
subcontract
Liquidity risk
Transfer
Prevention System
Credit risk
Retain
Contingent Capital
Industry risk
Control
Detection
and
system
control
(Business
Intelegent)
Operational risk
Avoid
Process
change,
Substitution
Business risk
Retain
Capital Allocation
Political risk
Transfer
Legal risk
Avoid
Process Change
Reputational risk
Retain
Capital Allocation, Post
Contract
Loss
98
Sovereign risk
Transfer
Environmental risk
Transfer/Avoid
Insurance
Insurance/Substitution
Tabel 4.9 Risk Treatment Strategies
Risk Tratment Strategies
Hedging,
contract,
By
and
•
subcontract
Mengadakan
kontrak
perjanjian
dengan jangka waktu yang panjang.
Prevention System
•
Hedging nilai mata uang
•
Menyiapkan modal dari pihak lain
selain pemerintah
•
Berusaha listing di bursa saham
(IPO).
•
Contingent Capital
Menyediakan dana untuk mengurangi
efek yang terjadi
Detection
and
control
system
(Business Intelegent)
•
Memoniutor pergerakan pesaing
•
Mencoba menghadirkan sesuatu yang
baru bagi konsumen
Process change, Substitution
•
Mengubah alur proses yang ada agar
lebih efisien.
•
Mengganti
elemen-elemen
yang
dirasa merugikan perusahaan.
Capital Allocation
•
Mengalokasikan
dana
demi
pengembangan bisnis ke depan
•
Menyiapkan SDM-SDM berkualitas
yang
akan
meneruskan
kepemimpinan ke depan.
Contract
•
Mengadakan
perjanjian
(MoU)
dengan pihak-pihak yang kuat secara
politik (non pemerintah.)
99
Tabel 4.9 Risk Treatment Strategies (lanjutan)
Risk Tratment Strategies
Process Change
By
•
Secara
aktif
dengan
pemerintah
merumuskan regulasi yang akan di
pakai di industry telekomunikasi.
•
Membuka diri kepada pemerintah
tentanbng struktur tariff yang ada di
perusahaan.
Capital Allocation, Post Loss
•
Mengalokasikan dana untuk hal-hal
yang
mempunyai
mempengaruhi
potensi
citra
baik/reputasi
Proyek-proyek
yang
ada
diasuransikan
untuk
baik perusahaan.
Insurance
•
dapat
mengatasi
perubahan-perubahan kebijakan di
tataran pemegang saham perusahaan
Insurance/Substitution
•
Mengasuransikan
aset-aset
yang
berada di daerah rawan bencana
atau menggantinya jika telah terjadi
bencana.
100
4.3.1.9.1 Pecking Order Theory
Pecking Order Theory menjelaskan bahwa urutan untuk memakai
instrument financial adalah retained earnings, lalu debt, dan pada akhirnya equity
issues. Lihat gambar berikut:
Gambar 4.19 Pecking Order Theory
Sebagian data-data laporan keuangan tahun 2006
•
R/E : Rp 20,302,041,000,000,-
•
Debt/Hutang
-
Hutang usaha :
•
Related Parties: Rp 1,116,496,000,000,-
•
Third Parties (pihak ketiga): Rp 5,801,457,000,000,-
-
Hutang Divident/Hasil Usaha: Rp 1,380,000,000,-
-
Hutang pajak: Rp 2,569,002,000,000,-
-
Hutang lainnya: Rp 9,219,000,000,-
101
Total Debt/Hutang
: Rp 9,497,554,000,000,-
Equity
Total Equity : Rp 28,068,689,000,000,-
Diketahui dari laporan konsolidasi keuangan tahun 2006 alokasi dana
untuk Risk Transfer sebesar Rp 40,710,000,000,- Jika kita lihat dari Tabel 4.8,
perbandingan Risk Retain dengan Risk Transfer = 3 : 6. Untuk itu dapat kita
estimasikan financial instrument yang diperlukan untuk Risk Retain sebesar 3/6 *
Rp 40,710,000,000,- = Rp 20,355,000,000,Ternyata jumlah ini belum bisa ditutupi oleh R/E oleh karena itu
perusahaan sebaiknya menggunakan debt dalam meretain resiko. Karena dana
debt yang ada dapat mengcover nominal tersebut.
Dana tersebut di dapat dari on shore dan off shore; Bank Mandiri, Bank
International Indonesia, Bank Danamon, Bank Central Asia, Bank Bukopin, Bank
of Korea, dan Citibank N.A., Singapura.
Sementara kredit rating PT TELKOM pada Mei 2006 : B+ (S&P), B1
(Moody’s), BB- (Fitch), menunjukkan performasi yang baik dalam mengelola kredit.
102
Download