Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014) 1 EFEKTIFITAS PENYALURAN DANA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI BENTUK AKUNTABILITAS PUBLIK Ratna Vita Angela [email protected] Dini Widyawati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The CSR program has started to emerge in Indonesia along with the law no. 40 of 2007 about incorporated company and the law no.25 of 2007 about capital investment. There are stated-owned enterprises (BUMN) which have problems in running Partnership and Community Development Program (PKBL), however the solution of these conditions is not by handing over all Partnership and Community Development Program (PKBL) funds to another party that is considered to be expert, but by improving the quality of the entire of state-owned enterprises (BUMN) in order to make them run properly and in accordance with the prevailing regulation and social responsibility as corporate culture and one of the bases of competitive advantage. The research is conducted in PT Semen Gresik which is located on Jalan Veteran, Gresik 61119; qualitative method is used as the research method and the data is the primary and secondary data. The data analysis is qualitative method which is explained in a descriptive way. PT Semen Gresik in 2011-2012 can be stated effective in the implementation of CSR program since the score which has been obtained for 2 years is 3 scores with its percentage in 2012 is 97,64% and in 2011 is 96,01%. Its collectability in 2012 is Rp. 130,946,873 and in 2011 is Rp 105,624,804. It can be concluded from the above discussion that social responsibility report can be used as the implementation parameter of CSR activities which have been done by PT Semen Gresik as a part of its social responsibility to the community around the company, the use of funds for CSR program which has been done by PT Semen Gresik can be stated effective according to KEP100/MBU/2002 and has in accordance with public accountability. Keywords: Effectiveness, CSR, Public Accountability ABSTRAK Program CSR sudah mulai bermunculan di Indonesia seiring telah disahkannya UndangUndang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-undang No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Memang banyak BUMN bermasalah dalam menjalankan PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan), namun jalan keluar dari kondisi ini bukanlah menyerahkan begitu saja seluruh dana PKBL ke berbagai pihak lain yang dianggap ahli, melainkan meningkatkan kualitas seluruh BUMN agar bisa menjalankannya dengan benar, sesuai dengan regulasi yang berlaku, dan menjadikan tanggung jawab sosial sebagai budaya perusahaan dan salah satu dasar keunggulan bersaing. Objek penelitian ini dilakukan di PT Semen Gresik yang terletak pada jalan Veteran, Gresik61119, dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis dengan metode kualitatif yang dijelaskan dengan cara deskriptif. Pada tahun 2011-2012 PT Semen Gresik sudah dapat dikatakan efektif dalam pelaksanaan program CSR, karena skor yang diperoleh untuk 2 tahun tersebut sebesar 3 skor dengan prosentase pada tahun 2012 sebesar 97,64% dan tahun 2011 sebesar 96,01%. Dan kolektibilitas pada tahun 2012 sebesar Rp. 130.946.873 dan pada tahun 2011 sebesar Rp 105.624.804. Dari pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Laporan pertanggung jawaban sosial dapat dijadikan parameter pelaksanaan kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT. Semen Gresik sebagai bagian dari tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat sekitar lingkungan peusahaan, penggunaan dana untuk program CSR yang dilakukan oleh PT Semen Gresik dapat dikatakan efektif menurut KEP-100/MBU/2002 dan telah sesuai dengan akuntabilitas publik. Kata Kunci: Efektifitas, CSR, Akuntabilitas Publik Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014) 2 PENDAHULUAN Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa disebut triple bottom line. Sinergisitas dari tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) (Wibisono,2007). Seiring dengan hal tersebut berbagai kalangan swasta, pemerintah, organisasi masyarakat dan dunia pendidikan berupaya merumuskan dan mempromosikan tanggung jawab sosial sektor usaha dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan. Wacana Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang kini menjadi isu sentral yang semakin populer dan bahkan ditempatkan pada posisi yang penting, karena itu kian banyak pula kalangan dunia usaha dan pihak-pihak terkait mulai merespon wacana ini, tidak sekedar mengikuti tren tanpa memahami esensi dan manfaatnya. Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana biaya (cost centre) melainkan sebagai sarana meraih keuntungan (profit centre). Program CSR merupakan komitmen perusahaan untuk mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Disisi lain masyarakat mempertanyakan apakah perusahaan yang berorientasi pada usaha memaksimalisasi keuntungan-keuntungan ekonomis memiliki komitmen moral untuk mendistribusi keuntungan-keuntungannya membangun masyarakat lokal, karena seiring waktu masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab sosial. Hal ini di maksudkan bahwa perusahaan bukan hanya dituntut untuk mencari profit tetapi juga dituntut untuk fokus dalam mengembangkan hubungan sosial pada kondisi eksternal perusahaan yang merupakan tanggung jawab sosial perusahaan kepada stakeholders, akan tetapi perusahaan sering kali lupa melaksanakan tanggung jawab sosial tersebut dengan alasan stakeholders tidak memberikan kontribusi langsung terhadap perusahaan. Jumlah perusahaan di Indonesia saat ini sangat banyak namun yang memiliki kesadaran untuk mengalokasikan CSR baru sedikit. Baru-baru ini muncul masalah ketimpangan ekonomi di masyarakat yakni banyaknya pengangguran dan penduduk miskin yang mana nantinya CSR merupakan mekanisme untuk mengatasi ketimpangan ekonomi tersebut. Melalui CSR, kesejahteraan dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal maupun masyarakat luas akan lebih terjamin. Kondisi ini pada gilirannya akan menjamin kelancaran seluruh proses atau aktivitas produksi perusahaan serta pemasaran hasil-hasil produksi perusahaan. Sedangkan terjaganya kelestarian lingkungan dan alam selain menjamin kelancaran proses produksi juga menjamin ketersediaan pasokan bahan baku produksi yang diambil dari alam. Bila CSR benar-benar dijalankan secara efektif maka dapat memperkuat atau meningkatkan akumulasi modal sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Modal sosial, termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan, gotong royong, jaringan dan kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Melalui beragam mekanismenya, modal sosial dapat meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat kekerasan dan kejahatan. Program CSR sudah mulai bermunculan di Indonesia seiring telah disahkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014) 3 Secara regulatori, BUMN dinyatakan memilik salah satu tujuan “Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat,” sebagaimana yang termaktub dalam butir e, Pasal 2 UU Nomor 19 Tahun 2003. Artinya, mengelola kegiatan sosial sudah dinyatakan secara eksplisit sebagai tujuan pendirian BUMN. Memang, masih ada 4 tujuan yang lain, termasuk mengejar keuntungan, sebagaimana yang dinyatakan dibutir b pasal yang sama, namun pengelolaan sosial tak bisa dilepaskan begitu saja. Apalagi butir e menyatakan secara kuat “turut aktif,” yang artinya bukan sekadar memberikan donasi. Kalau kemudian ditimbang lagi bahwa majoritas BUMN itu berbentuk PT, maka Pasal 74 UU Perseroan Terbatas dan PP 47/2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan juga berlaku untuk BUMN. Pengelolaan sosial, menurut UU dan PP tersebut adalah kewajiban. Pelaksanaan CSR oleh BUMN sumber pendanaannya berasal dari laba perusahaan. Menurut PER-05/MBU/2007 Dana Program Kemitraan bersumber dari Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2 % (dua persen), Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional, Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada. Sedangkan dana Program Bina Lingkungan bersumber dari Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2 % (dua persen), Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program Bina Lingkungan. Mempertanggung jawabkan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) tidaklah sulit, kecuali kalau BUMN itu menyalahgunakannya. Dalam Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. PER‐05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, pertanggungjawaban yang diminta hanyalah rencana realisasi dana. Kinerja yang harus diukur hanyalah efektivitas dan kolektabilitas dana kemitraan, alias dana kredit mikro dan kecil yang harus dikembalikan oleh penerimanya. Sementara, untuk Bina Lingkungan tak ada kinerja yang harus dipertanggungjawabkan kecuali penyaluran yang sesuai rencana. Dengan bentuk pertanggungjawaban yang demikian, kebanyakan BUMN telah lolos audit PKBL. Bahkan, mereka yang progresif sudah membuat laporan PKBL secara terpisah, dan menaruh laporan tersebut di ranah publik, sebagai bentuk akuntabilitas. Beberapa BUMN sudah pula menyadari bahwa seharusnya mereka mendefinisikan kinerja secara lebih kuat, yaitu dampak yang ditimbulkan dari kegiatan yang dibiayai dan dibina. Jadi, alih-alih sulit melaporkan, berbagai BUMN malahan sudah melampaui apa yang diminta oleh regulasi. Sebagian besar pengelolaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) lemah dibeberapa BUMN, namun demikian, terdapat beberapa BUMN yang bukan saja telah mengelola PKBL dengan baik, melainkan juga telah memiliki kinerja yang memuaskan. BUMN seperti Telkom dan Antam telah berulang kali mendapatkan penghargaan untuk inisiatif CSR yang mereka lakukan, bukan hanya di tingkat nasional tetapi juga di tingkat internasional. Artinya, beberapa BUMN mulai diakui keahliannya dalam menjalankan CSR, walaupun sebagian besar BUMN masih kesulitan dalam menjalankan PKBL. Memang banyak BUMN bermasalah dalam menjalankan PKBL, namun jalan keluar dari kondisi ini bukanlah menyerahkan begitu saja seluruh dana PKBL ke berbagai pihak lain yang dianggap ahli, melainkan meningkatkan kualitas seluruh BUMN agar bisa menjalankannya dengan benar, sesuai dengan regulasi yang berlaku, dan menjadikan tanggung jawab sosial sebagai budaya perusahaan dan salah satu dasar keunggulan bersaing. Pengeluaran dana Corporate Social Responsibilty (CSR) yang kerap dikeluarkan BUMN harus lebih dipikirkan manfaatnya untuk masyarakat. Bukan hanya sekadar memberikan sumbangan untuk memenuhi target CSR perusahaan. Seharusnya dana CSR yang cukup Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014) 4 besar ini bisa digunakan secara optimal, maka akan lebih banyak lagi masyarakat yang bisa merasakan manfaatnya, apapun bentuk programnya. PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, sejak tahun 1990 merupakan Badan Usaha Milik Negara yang pertama kali melakukan go public. Sebagai perusahaan publik, bertanggung jawab untuk memenuhi harapan pemegang saham dan masyarakat serta diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat disekitarnya. Untuk mewujudkan pertumbuhan perekonomian dan pemerataan pembangunan maka dibentuklah Organisasi Perusahaan, yaitu Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Tanggung jawab sosial di bidang sosial ekonomi yang difokuskan pada upaya pengembangan pola pendampingan usaha kecil dan koperasi, baik terikat atau tidak dengan bisnis perusahaan melalui penyaluran dana dan pembinaan yang berkesinambungan,dengan aspek pemerataan, kemandirian, professional, dan etika. Sedangkan tanggung jawab sosial dibidang lingkungan dalam menunjang pembangunan masyarakat yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup. Perusahaan sangat menyadari bahwa pencapaian kerja finansial dan sosial, tidak akan efektif tanpa didukung oleh kepedulian untuk menjaga keberlanjutan lingkungan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu: “Bagaimana mengukur efektivitas penyaluran dana CSR dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang digunakan sebagai tanggung jawab sosial pada PT. Semen Gresik serta penggunaannya sudah sesuaikah dengan akuntabilitas publik?”. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu “untuk menganalisis efektivitas penyaluran dana CSR dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) sebagai tanggung jawab sosial apa telah dijalankan dengan baik dan sesuai peraturan yang berlaku”. TINJAUAN TEORITIS Efektivitas Efektivitas menunjukkan tercapainya suatu tujuan, apabila tujuan itu sudah tercapai sesuai sesuai dengan rencana yang telah dirancang. Menurut Mardiasmo (2002:58), Efektvitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely). Sedangkan pengertian lain menyatakan bahwa efektif, apabila suatu tujuan, sasaran, program dapat tercapai batas waktu yang ditargetkan, tanpa memperdulikan biaya yang dikeluarkan (Agoes, 2012:180). CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) Pengertian CSR Salah satu definisi tanggung jawab sosial yang digunakan Indonesia Business Links (IBL) adalah strategi bisnis yang melihat bahwa kepentingan bisnis jangka panjang dicapai dengan laba dan pertumbuhan, sejalan dengan kesejahteraan masyarakat, perlindungan lingkungan dan peningkatan hidup manusia. Sedangkan menurut Wibisono (2007:89), CSR merupakan tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Tanggung jawab sosial perusahaan berarti bahwa perusahaan mampu bertanggung jawab terhadap semua kegiatannya yang mempengaruhi manusia, komunitas mereka dan lingkungan. Hal tersebut berdampak pada kesejahteraan manusia dan masyarakat. Menurut Wibisono (2007:32) bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan haruslah memperhatikan “3P” yang terkenal dengan istilah “Triple Bottom Line” yaitu profit, people Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014) 5 dan planet, selain mengejar profit perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat dan turut berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan dalam gagasan tersebut perusahaan tidak lagi diharapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada tanggung jawab pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi finansial saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungan. Klasifikasi Corporate Sosial Responsibility Menurut Harahap (2007:400) tanggung jawab sosial perusahaan ada tiga bentuk, yaitu: (1). Corporate philantropy, di sini tanggung jawab perusahaan itu berada sebatas kedermawaan atau kerelaan belum sampai pada tanggung jawabnya. Bentuk tanggung jawab ini merupakan kegiatan amal, sumbangan atau lain yang mungkin saja tidak langsung berhubungan dengan kegiatan perusahaan. (2). Corporate responbility, di sini kegiatan pertanggungjawaban itu sudah merupakan bagian dari tanggung jawab perusahaan bisa karena ketentuan UU atau bagian dari kemauan atau kesediaan perusahaan. (3). Corporate policy, di sini tanggung jawab sosial perusahaan itu sudah merupakan bagian dari kebijakannya. Manfaat Corporate Social Responsibility Menurut Wibisono (2007:48), dari segi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR: (1). Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. (2). Perlindungan dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. (3). Ketertiban dan kebanggaan karyawan. (4). Memperbaiki dan mempererat hubungan perusahaan. (5). Meningkatkan jumlah penjualan. (6). Insentif-insentif lainnya. Fungsi Corporate Sosial Responsibility Menurut Wibisono (2007:52), pada dasarnya CSR memiliki fungsi atau peran strategis bagi perusahaan, yaitu sebagai bagian dari manajemen risiko khususnya dalam membentuk katup pengaman sosial (social security). Selain itu melalui CSR perusahaan juga dapat membangun reputasinya, seperti meningkatkan citra perusahaan maupun pemegang sahamnya, posisi merek perusahaan, maupun bidang usaha perusahaan. Komponen-komponen Corporate Sosial Responsibility Menurut Carrol (1979:115) menjelaskan bahwa komponen-komponen tanggung jawab sosial perusahaan terbagi ke dalam empat kategori, yang masing-masing dari kategori tersebut mempunyai pengertian sebagai berikut: (1). Economic responsibilities. Tanggung jawab sosial utama perusahaan adalah tanggung jawab ekonomi karena lembaga bisnis terdiri atas aktivitas ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa bagi masyarakat secara menguntungkan. (2). Legal responsibilities. Masyarakat berharap bisnis dijalankan dengan menaati hukumdan peraturan yang berlaku di mana hukum dan peraturan tersebut pada hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga legislatif. Sebagai contoh, ketaatan perusahaan dalam membayar pajak, mentaati undang-undang tenaga kerja, dan sebagainya yang merupakan tanggung jawab hukum perusahaan. (3). Ethical responsibilities. Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara etis. Menurut Epstein (1989: 584-585), etika bisnis menunjukkan refleksi moral yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara perorangan maupun secara kelembagaan (organisasi) untuk menilai sebuah isu di mana penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat. Melalui pilihan nilai tersebut, individu atau organisasi akan memberikan penilaian apakah sesuatu yang dilakukan itu benar atau salah, adil atau tidak, serta memiliki kegunaan atau tidak. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014) 6 (4). Discretionar responsibilities. Masyarakat mengharapkan keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi mereka. Ekspektasi masyarakat tersebut dipenuhi oleh perusahaan melalui berbagai program yang bersifat filantropis. Implementasi Corporate Social Responsibility Menurut Wibisono (2007) menyatakan bahwa perencanaan program menjadi penting karena dapat dijadikan arah untuk melaksanakan (implementasi) pelaksanaan program. Di samping itu, perencanaan juga menentukan strategi yang lebih efektif dapat dilaksanakan. Paling tidak terdapat sembilan hal yang perlu diperhatikan , antara lain: merumuskan visi, misi, tujuan, kebijakan, merancang struktur organisasi, menyiapkan SDM, membagi wilayah, mengelola dana, rancang implementasi, evaluasi, dan pelaporan. Implementasi tanggungjawab sosial (social responsibility) merupakan tahap aplikasi program social responsibility sebagaimana telah direncanakan sebelumnya. Penerapan tanggungjawab sosial membutuhkan iklim organisasi yang saling percaya dan kondusif, sehingga memunculkan motivasi dan komitmen karyawan pelaksana. Prinsip - Prinsip Corporate Social Responsibility Menurut Crowther (2008:89) mengurai prinsip-prinsip tanggungjawab sosial (social responsibility) menjadi tiga, antara lain: (1). Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan bagaimana penggunaan sumberdaya sekarang tetap memperhatikan dan memperhitungkan kemampuan generasi masa depan. Dengan demikian, sustainability berputar pada keberpihakan dan upaya bagaimana society memanfaatkan sumberdaya agar tetap memperhatikan generasi masa datang. (2). Accountability, merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggungjawab atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntanbilitas dibutuhkan, ketika aktivitas perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan eksternal. Konsep ini menjelaskan pengaruh kuantitatif aktivitas perusahaan terhadap pihak internal dan eksternal Crowther (2008:98). Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai media bagi perusahaan membangun image dan network terhadap para pemangku kepentingan. (3). Transparency, merupakan satu hal yang amat penting bagi pihak eksternal, berperan untuk mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan. PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) Definisi Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN diwilayah usaha BUMN tersebut melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Sasaran Program Kemitraan Bina dan Lingkungan (PKBL) Sasaran PKBL antara lain: (1). Tercapainya pengelolaan dana PKBL secara tepat jumlah, tepat waktu dan tepat sasaran. (2). Tercapainya penyaluran dana PKBL kepada usaha kecil secara tepat jumlah, tepat waktu, tepat sasaran dan tepat pembinaan. (3). Tercapainya penggunaan dana PKBL kepada usaha kecil secara tepat jumlah, tepat waktu, tepat sasaran dan tepat pembinaan. (4). Berkembangnya usaha Mitra Binaan. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014) 7 Sumber Dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Sumber dana program kemitraan dan bina lingkungan antara lain meliputi: (1). Dana Program Kemitraan bersumber dari: (a). Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen). (b). Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional. (c). Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada. (2). Dana Program BL bersumber dari: (a). Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen). (b). Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program BL. (3). Besarnya dana Program Kemitraan dan Program BL yang berasal dari penyisihan laba setelah pajak ditetapkan oleh: (a). Menteri untuk Perum. (b). RUPS untuk Persero. (4). Dalam kondisi tertentu besarnya dana Program Kemitraan dan dana Program BL yang berasal dari penyisihan laba setelah pajak dapat ditetapkan lain dengan persetujuan Menteri/RUPS. (5). Dana Program Kemitraan dan Program BL yang berasal dari penyisihan laba setelah pajak disetorkan ke rekening dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) hari setelah penetapan. (6). Pembukuan dana Program Kemitraan dan Program BL dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN Pembina. AKUNTABILITAS PUBLIK Pengertian Akuntabilitas Akuntabilitas merupakan kemampuan memberi jawaban kepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan seseorang/sekelompok orang terhadap masyarakat luas dalam suatu organisasi (Rasul, 2002:8). Bentuk Akuntabilitas Publik Menurut Mardiasmo (2002:21) akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: (1). Akuntabilitas vertikal (vertical accountability). Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas kegiatan kepada pihak-pihak yang lebih tinggi kedudukannya. (2). Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas horizontal merupakan pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekankan pada pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability) bukan hanya pertangungjawaban vertikal (vertical accountability). Dimensi Akuntabilitas Organisasi Sektor Publik Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri atas beberapa dimensi. Menurut Mardiasmo (2002:21-22) terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik yaitu: (1). Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity and legality).(2). Akuntabilitas proses (process accountability). (3). Akuntabilitas program (program accountability).(4). Akuntabilitas kebijakan (policy accountability). REGULASI Regulasi Menurut UU No.40 Tahun 2007 Pada pasal 74 di Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, berbunyi: (1). Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. (2). Tanggung Jawab Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014) 8 Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3). Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4). Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Regulasi Menurut PER-05/MBU/2007 Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan Pasal 9 telah melakukan penetapan dan penggunaan dana yang akan digunakan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. Regulasi Menurut KEP-100/MBU/2002 Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara, Nomor: Kep-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN (Mayasari, 2013), terdapat beberapa metode penilaian di antaranya : (1). Kinerja Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) Kinerja Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi yang menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara, Nomor: Kep-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1 Indikator yang Dinilai Indikator Bobot Infra Non Infra 1. Efektivitas Penyaluran 3 3 2. Tingkat Kolektibilitas 3 3 Pengembalian Pinjaman Total 6 6 Sumber: Keputusan Menteri BUMN, No: Kep-100/MBU/2002 a. Penilaian masing-masing indikator. 1. Efektivitas penyaluran dana. Rumus: Jumlah dana yang disalurkan x 100% Jumlah dana yang tersedia Keterangan : Jumlah dana tersedia adalah seluruh dana pembinaan yang tersedia dalam tahun yang bersangkutan yang terdiri atas: Saldo awal, Pengembalian Pinjaman, Setoran pembagian laba yang diterima dalam tahun yang bersangkutan (termasuk alokasi dari dana PUKK BUMN lain, jika ada), Pendapatan bunga dari pinjaman PUKK. Jumlah dana yang disalurkan adalah seluruh dana yang disalurkan kepada usaha kecil dan koperasi dalam tahun yang bersangkutan yang terdiri dari hibah dan bantuan pinjaman, termasuk dana penjaminan (dana yang dialokasikan untuk menjamin pinjaman us aha kecil dan koperasi kepada Lembaga Keuangan). Daftar penilaian tingkat penyerapan dana PUKK yang dapat dihitung dari efektivitas penyaluran dana, sehingga didapat prosentase untuk penilaian skor yang didapat, penentuan prosentase dan skor dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut: Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014) 9 Tabel 2 Daftar Penilaian Tingkat Penyerapan Dana PUKK Penyerapan (%) Skor >90 3 85 s.d 90 2 80 s.d 85 1 <80 0 Sumber: Keputusan Menteri BUMN, No: Kep-100/MBU/2002 (2). Tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman. Rumus : Rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman PUKK x 100% Jumlah pinjaman yang disalurkan Keterangan : Rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman PUKK adalah perkalian antara bobot kolektibilitas (%) dengan saldo pinjaman untuk masing-masing kategori kolektibilitas sampai dengan periode akhir tahun buku yang bersangkutan. Bobot masing-masing tingkat kolektibilitas adalah sebagai berikut: Lancar 100%, Kurang Lancar 75%, Ragu-ragu 25%, Macet 0%, jumlah pinjaman yang disalurkan adalah seluruh pinjaman kepada Usaha Kecil dan Koperasi sampai dengan periode akhir tahun buku yang bersangkutan. Daftar penilaian tingkat pengembalian dana PUKK yang dapat dihitung dari tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman, sehingga didapat prosentase untuk penilaian skor yang didapat, penentuan prosentase dan skor dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3 Daftar Penilaian Tingkat Pengembalian Dana PUKK. Tingkat Skor Pengembalian(%) >70 3 40 s.d 70 2 10 s.d 40 1 <10 0 Sumber: Keputusan Menteri BUMN, No: Kep-100/MBU/2002 METODA PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari Objek Penelitian Menurut Sekaran (2007:158) menyatakan bahwa penelitian diskriptif merupakan suatu metode yang dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi. Penelitian diskriptif juga dilakukan untuk memahami karakteristik organisasi yang mengikuti praktik umum tertentu. Tujuannya adalah memberikan gambaran aspek-aspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif seseorang, organisasi, orientasi industri, atau lainnya. Peneliti ini menggunakan penelitian kualitatif yang bermaksud memahami situasi sosial yang mendalam. Penelitian kualitatif sendiri adalah metode penelitian yang menggunakan data berupa kalimat tertulis atau lisan, perilaku, fenomena, peristiwaperistiwa, pengetahuan atau obyek studi. Penelitian kualitatif memperhatikan konteks studi dengan menitikberatkan pada pemahaman, pemikiran, dan persepsi peneliti. Dengan berpedoman pada latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014) 10 sebelumnya, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif melalui pendekatan studi kasus. Subyek penelitian dilakukan pada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, keterkaitan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk dengan PT. Semen Indonesia (persero) Tbk adalah bagian dari gabungan suatu perusahaan BUMN. Sedangkan obyek penelitian adalah pengukuran efektifitas dalam penyaluran dana yang digunakan untuk tanggung jawab sosial perusahaan yaitu berupa catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini, data yang digunakan bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang berasal dari sumbernya langsung atau informasi yang diperoleh dari tangan pertama, melalui responden individu yaitu pimpinan dari perusahaan yang telah diteliti dan memberikan jawabannya berupa informasi mengenai hal-hal yang bersangkutan tentang pokok masalah yang telah diteliti. Sedangkan data sekunder merupakan data yang berasal dari catatan-catatan dan dokumen-dokumen perusahaan yang berkaitan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara: (1). Observasi. (2). Wawancara. (3). Dokumentasi. Satuan Kajian Penelitian deskriptif kualitatif perlu menjelaskan satuan kajian yang merupakan satuan terkecil obyek penelitian yang diinginkan peneliti sebagai klasifikasi pengumpulan data dan memberikan gambaran sesuai dengan kenyataan yang ada pada saat diadakan penelitian. Satuan kajian pada penelitian ini menitikberatkan pada penggunaan dana yang digunakan sebagai tanggung jawab sosial pada PT . Semen Gresik. Dapat dilihat satuan kajian pada penelitian ini meliputi: 1. Efektivitas Penyaluran Dana, menurut PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan dan KEP-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara efektivitas dapat dilihat dari kinerja penyaluran pinjaman dan pengembalian pinjaman. Adapun rumus yang digunakan antara lain: Efektivitas penyaluran pinjaman Rumus = Jumlah dana yang disalurkan x 100% Jumlah dana yang tersedia Penetapan efektivitas penyaluran dana sudah ditetapkan dari kinerja Program Kemitraan sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 Tgl. 04 Juni 2002 yaitu sebagai berikut: a) Hasil presentasi kurang dari 80% skor yang diperoleh 0 b) Hasil presentasi antara 80-85% skor yang diperoleh 1 c) Hasil presentasi antara 85-90% skor yang diperoleh 2 d) Hasil presentasi lebih dari 90% skor yang diperoleh 3 Sehingga dapat disimpulkan apabila penggunaan dana bisa dikatakan efektif jika skor yang diperoleh 3. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014) 11 Kolektibilitas pengembalian pinjaman Rumus = Rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman PUKK Saldo pinjaman x 100% Penetapan kolekbilitas penyaluran pinjaman sudah ditetapkan dari kinerja Program Kemitraan sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 Tgl. 04 Juni 2002 yaitu sebagai berikut: a) Hasil presentasi kurang dari 10% skor yang diperoleh 0 b) Hasil presentasi antara 10-40% skor yang diperoleh 1 c) Hasil presentasi antara 40-70% skor yang diperoleh 2 d) Hasil presentasi lebih dari 70% skor yang diperoleh 3 2. Laporan Keuangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Merupakan laporan yang berisi tentang aktivitas biro PKBL yang berhubungan dengan pihak intern perusahaan dan masyarakat serta lingkungan sekitar perusahaan sebagai bentuk tanggungjawab sosial perusahaan. 3. Laporan Laba-Rugi Merupakan laporan yang dapat dijadikan sebagai pengambilan keputusan oleh pimpinan perusahaan dalam tolak ukur kinerja perusahaan. Laporan ini juga berguna sebagai informasi bagi stakeholder dan juga shareholder yang berisi laba atau rugi perusahaan pada kurun waktu tertentu. Teknik Analisis Data Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis dengan metode kualitatif yang dijelaskan dengan cara deskriptif. Analisis deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendiskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu. Misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung. Dalam penelitian ini langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut: (1). Tahap pengumpulan data-data yang sesuai dengan ruang lingkup yang telah ditentukan. Ruang lingkupnya itu meliputi: (a). Penyaluran dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) oleh perusahaan. (b). b. Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan. (2). Tahap menganalisis data-data yang sudah dikumpulkan dari perusahaan yang berupa: (a). Analisis terhadap obyektivitas perusahaan yang meliputi sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, dan struktur organisasi yang disertai dengan job description masing-masing bagian pada struktur perusahaan tersebut. (b). Analisis penyaluran dana yang digunakan sebagai program kemitraan pada biro PKBL kepada masyarakat sekitar perusahaan. (c). Analisis penyaluran dana yang digunakan sebagai program bina lingkungan pada biro PKBL kepada lingkungan sekitar perusahaan. (3). Menganalisis keterkaitan antara efektifitas penyaluran dana PKBL terhadap akuntabilitas perusahaan baik dari segi proses maupun penilaian. (4). Penarikan simpulan dan saran. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tingkat Efektivitas Penyaluran Dana Mengacu kepada Keputusan Menteri Negara badan Usaha Milik Negara KEP100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 tentang Penilaian tingkat Kesehatan BUMN, pada tahun 2012 yang mencapai nilai 97,64% dan pada tahun 2011 yang mencapai nilai 96,01% dengan perhitungan, pada tabel 4 dan 5: Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014) 12 Tabel 4 Tingkat Efektivitas Penyaluran Dana PT. Semen Gresik Tahun 2012 (dalam jutaan rupiah) Dana Tersedia: Tahun 2012 Saldo Awal Tahun 10.869.311 Alokasi Penyisihan Laba 31.420.067 Pengembalian Pinjaman Pokok 69.827.242 Pendapatan Jasa Administrasi Pinjaman 6.479.305 Total Dana Tersedia 118.595.925 Penyaluran Dana 115.793.549 Efektivitas Penyaluran Dana (%) 97,64 Penyaluran Dana Pinjaman HIbah Jumlah Dana disalurkan Efektivitas Penyaluran (%) Sumber: data diolah Tahun 2012 91.879.500 23.914.049 115.793.549 97,64 Tabel 5 Tingkat Efektivitas Penyaluran Dana PT. Semen Gresik Tahun 2011 (dalam jutaan rupiah) Dana Tersedia: Tahun 2011 Saldo Awal Tahun 9.785.455 Alokasi Penyisihan Laba 29.587.454 Pengembalian Pinjaman Pokok 71.825.251 Pendapatan Jasa Administrasi Pinjaman 5.979.305 Total Dana Tersedia 117.177.465 Penyaluran Dana 111.173.549 Penyaluran Dana Pinjaman HIbah Jumlah Dana disalurkan Efektivitas Penyaluran (%) Sumber: data diolah Tahun 2011 89.659.500 21.514.049 111.173.549 96,01 Efektivitas penyaluran dana pada PT Semen Gresik dapat dilihat dari kinerja penyaluran pinjaman. Kinerja penyaluran pinjaman pada perusahaan didasarkan pada PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan dan KEP-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. Efektivitas ini digunakan untuk mengetahui apakah dana yang diberikan perusahaan sudah sesuai dengan undang-undang yang ditetapkan. Menurut KEP-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara dana yang disalurkan untuk program KBL dapat dikatakan efektif dengan skor yang diperoleh 3 dengan prosentase lebih dari 90% untuk penyaluran dana. Tingkat efektivitas penyaluran dana yang dilakukan oleh PT. Semen Gresik dapat dikatakan efektif karena jumlah dana yang disalurkan oleh PT. Semen Gresik pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 yang sebesar Rp 115.793.549 dengan prosentase 97,64% pada tahun 2012, dan pada tahun 2011 yang sebesar Rp 111.173.549 dengan prosentase 96,01%. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014) 13 Pelaporan Penyaluran Dana PKBL & Bentuk Akuntabilitas Publik Pelaporan Penyaluran Dana PKBL Menurut PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan pasal 9 dan terdapat pada Bab III yang berisikan tentang Penetapan dan Penggunaan dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan menyatakan bahwa “Pembukuan dana Program Kemitraan dan Program BL dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN Pembina”. Adapun kriteria pembeda antara pembukuan BUMN Pembina dengan pembukuan PKBL antara lain: (a). Periode pelaporan dibuat dalam 1 periode. (b). Laporan pelaksanaan PKBL terdiri dari laporan triwulan dan laporan tahunan. (c). Laporan tahunan termasuk laporan keuangan (audited) paling lambat 5 (lima) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. Pemisahan antara pembukuan PKBL dengan pembukuan BUMN pembina dikarenakan perusahaan ingin mengawasi dan mengontrol pengeluaran dana PKBL secara jelas tanpa ada pengeluaran dari biaya operasional perusahaan. Dalam menilai efektif atau tidak efektif dana yang disalurkan, perusahaan telah memiliki pedoman dalam pelaksanaan PKBL yaitu menurut KEP-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. Dalam KEP-100/MBU/2002 disebutkan jika efektif atau tidak efektif diukur menggunakan 2 kinerja yaitu efektifitas penyaluran dana dan kolektibilitas pengembalian pinjaman. Akuntabilitas Vertikal Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban yang dilakukan kepada otoritas yang lebih tinggi di perusahaan. Contoh dari akuntabilitas vertikal yang sudah dilakukan oleh PT. Semen Gresik adalah dengan memberi laporan atas operasional perusahaan per periode dan membagikan deviden yang telah diperoleh. Hasil dari analisis penelitian ini adalah menunjukkan presentasi efektifitas penyaluran dana dari tahun 2011-2012 telah mengalami naik yang tidak terlalu signifikan, seperti halnya pada tahun 2011 efektifitas penyaluran dana dari 96,01% terjadi kenaikan pada tahun 2012 menjadi 97,64%. Dapat disimpulkan efektifitas penyaluran dana yang lebih efektif ada pada tahun 2012 yang mempunyai presentasi paling tinggi diantara tahun 2011. Adanya perubahan prosentase dari tahun 2011-2012 dikarenakan laba bersih yang diterima oleh perusahaan mengalami fluktuasi, sehingga mempengaruhi besar kecilnya dana yang akan dialirkan untuk PKBL yang diperoleh 2% dari laba bersih perusahaan. Akuntabilitas Horizontal Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban yang dilakukan kepada masyarakat sekitar perusahaan. Contoh dari akuntabilitas horizontal untuk PT. Semen Gresik adalah dengan melakukan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang telah ditetap oleh PER-05/MBU/2007 perusahaan diwajibkan untuk menyisihkan dananya sebesar 2% yang diperoleh dari laba bersih setelah pajak. Hal ini dilakukan sebagai timbal balik atas kegiatan operasional perusahaan yang berada dilingkungan masyarakat. Karena dengan adanya kegiatan operasional perusahaan tersebut, masyarakat kemungkinan dapat dirugikan dengan adanya polusi udara, polusi suara, dan pencemaran limbah-limbah dari perusahaan. Analisis penelitian ini adalah menunjukkan presentasi kolektibilitas pinjaman dana dari tahun 2011-2012 telah mengalami naik yang tidak terlalu signifikan, seperti halnya pada tahun 2011 kolektibilitas pinjaman dari Rp. 105.624.804,- terjadi kenaikan pada tahun 2012 menjadi Rp. 130.946.873. Dapat disimpulkan efektifitas kolektibilitas pinjaman yang lebih efektif ada pada tahun 2012 yang mempunyai presentasi paling tinggi disbanding pada tahun 2011. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014) 14 PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada Bab 4, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1). PT. Semen Gresik sebagai salah satu BUMN telah melakukan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, melalui unit KBL perusahaan telah menyusun laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang terdiri atas Laporan Tahunan dan Laporan Triwulanan yang berdasarkan PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Hal ini merupakan sudah menjadi tanggung jawab perusahaan BUMN untuk menyisihkan laba bersih setelah pajak sebesar 2% sebagai dana PKBL. (2). Dalam mengetahui efektif atau tidak efektif dana yang disalurkan perusahaan memiliki metode penilaian yang telah ditetapkan oleh KEP-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN. Metode penilaian dapat dilihat dari kinerja perusahaan yang berupa efektifitas penyaluran dana dan kolektibilitas pengembalian pinjaman. Menurut KEP-100/MBU/2002 jika skor yang diperoleh dari penilaian tersebut 3 dengan prosentase lebih dari 90% untuk penyaluran dana. Pada PT. Semen Gresik sudah dapat dikatakan efektif dalam penggunaan dana untuk PKBL karena dari tahun 2011-2012 memperoleh skor 3, selain itu prosentase tahun 2011 untuk penyaluran dana sebesar 97,64% dan pada tahun 2012 prosentase yang diperoleh untuk penyaluran dana sebesar 96,01%. Dan pada presentasi kolektibilitas pinjaman dana dari tahun 2011-2012 telah mengalami naik yang tidak terlalu signifikan, seperti halnya pada tahun 2011 kolektibilitas pinjaman dari Rp. 105.624.804,- terjadi kenaikan pada tahun 2012 menjadi Rp. 130.946.873. Saran Berdasarkan analisis diatas dan simpulan yang telah diperoleh, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut: (1). Jika perusahaan ingin memiliki nilai positif dimata masyarakat hendaknya perusahaan tetap menjalankan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dengan baik dan sesuai aturan dari Peraturan BUMN maupun Keputusan BUMN. Perusahaan juga dapat memperluas jaringan dalam PKBL yang tidak hanya membantu masyarakat sekitar perusahaan saja, tetapi juga masyarakat dari kota lain. (2). Laporan pertanggungjawaban sosial/ Corporate Social Rensponsibility dapat dijadikan sebagai bagian dari laporan keuangan agar calon investor dapat melihat dan menilai kinerja sosial perusahaan. Daftar Pustaka Agoes, S. 2012. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Edisi 4. Salemba Empat. Jakarta. Carroll. 1979. “A Three Dimensional Conceptual Model of Corporate Performance”. The Academy of Management Review. Vol. 4. Oktober. Crowther, D. 2008. Corporate Social Responsibility. Guler Aras & Ventus Publishing ApS. Harahap, S. S. 2007. Menuju Perumusan Akuntansi Islam. Pustaka Quantum Jakarta. Keputusan Menteri BUMN, No: Kep-100/MBU/2002 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN. Mardiasmo.2002. Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta : ANDI. Mayasari, P. I. 2013. Skripsi: Efektifitas Penggunaan Dana CSR Sebagai Upaya Meningkatkan Akuntabilitas Publik PT Petrokimia Gresik. Surabaya. STIESIA Peraturan Menteri Negara BUMN, No: PER-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Rasul, S. 2002. Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan Anggaran dalam Perspektif UU No.17/2003 Tentang Keuangan Negara. Jakarta: PNRI. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014) 15 Sekaran, U. 2007. Research Method For Business (Metode Penelitian Untuk Bisnis). Salemba Empat. Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. _____________________________. No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility. Fascho Publishing. Jatim.