i KONSEP JATI DIRI MANUSIA MENURUT IBN MISKAWAIH DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam Disusun Oleh : Eko Hadi Santoso NIM : 10411078 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013 v MOTTO ِوَمَا خَلَقْتُ الْجَِنّ وَاإلنْسَ إِال لِيَعْبُدُون “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Az-Zâriyât)* * Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Terbit Terang Surabaya, 2008), hlm. 756 vi PERSEMBAHAN Sebagai tanda hormat dan bakti, skripsi ini saya persembahkan kepada: Almamaterku tercinta Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta *** vii ABSTRAK EKO HADI SANTOSO. Judul penelitian ini adalah Konsep Jati Diri Manusia menurut Ibn Miskawaih dan Relevansinya dengan Pendidikan Agama Islam. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga, 2013. Latar belakang penelitian ini melihat pendidikan yang terjadi di era globalisasi yang tengah mengalami degradasi sebagaimana dapat dilihat dari kenakalan remaja yang semakin merajalela, budaya tawuran antar sekolah, seks bebas, dan lain sebagainya. Menanggapi hal tersebut kiranya perlu rumusan konsep jati diri manusia yang sesuai dengan konteks Pendidikan Agama Islam. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali makna konsep jati diri manusia menurut Ibn Miskawaih dan mengemukakan relevansinya dengan Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan. Objek material dalam penelitian ini adalah jati diri manusia dalam karya Tahdzîb al-Akhlâk wa Tathhir al-A’raq yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Menuju Kesempurnaan Akhlak. Objek formal penelitian ini menggunakan pendekatan filsafat manusia. Metode dalam penelitian ini adalah hermeneutika, untuk menangkap makna yang substansial disertai interpretasi. Peneliti juga menggunakan metode heuristika, digunakan untuk menganalisis pemikiran Ibn Miskawaih tentang jati diri manusia sehingga dapat ditemukan relevansinya dengan Pendidikan Agama Islam. Hasil dalam penelitian ini adalah manusia menurut Ibn Miskawaih harus mengoptimalkan pada jiwanya. Jiwa adalah inti dari kenyataan sejati manusia. Jiwa manusia memiliki peran penting dalam membimbing kegiatan sehari-hari manusia. Konsep jati diri manusia Ibn Miskawaih dijelaskan dalam satu kesatuan yang utuh dan seimbang dari seorang manusia yang meliputi tiga aspek penting: kepribadian, identitas diri, dan keunikan manusia. Sumbangsih konsep jati diri manusia Ibn Miskawaih dalam Pendidikan Agama Islam, bahwa cita-cita yang meliputi pendidikan akhlak mulia dan menjaga output pendidikan dari kenakalan remaja yang semakin merajalela, budaya tawuran antar sekolah, seks bebas, dan lain sebagainya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur dapat terlaksana jika didasari pendidikan jiwa yang ditawarkan Ibn Miskawaih dalam Tahzhîb alAkhlâq. viii KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat-Nya yang tidak terbilang. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun manusia menuju jalan yang lurus untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. H. Hamruni, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Dr. Mahmud Arif, M.Ag selaku Pembimbing Skripsi yang senantiasa sabar dan telaten dalam membimbing skripsi penulis. 4. Dr. Usman SS, M.Ag. selaku Penguji I dan Drs. Moch. Fuad selaku Penguji II yang telah membantu melengkapi dan menyempurnakan tata penulisan skripsi. 5. Drs. Nur Munajat, M.Si. selaku Penasehat Akademik. 6. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN ix Sunan Kalijaga Yogyakarta. 7. Bapak dan ibuku tercinta, yang telah merawat, membesarkan dan membiayai pendidikan penulis, yang selalu memberi dan tidak pernah mengharap kembali, serta yang tidak pernah lelah mendoakan penulis. “Dalam sosoknya saya belajar akan sebuah kesungguhan dan kesederhanaan, seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang telah menjadikannya abu” 8. Imam Wahyuddin Lc., M.Phil. selaku Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Gajah Mada yang selalu memberi semangat dan motivasi. 9. Lisa Wulandari yang selalu memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi penulis. 10. Seluruh teman-teman penulis yang selalu memberikan sumbangsi ide-idenya untuk menyempurnakan skripsi ini. Kepada semua pihak tersebut, semoga amal baik yang telah diberikan dapat diterima oleh Allah swt. dan mendapat limpahan rahmat dari-Nya. Amin. Yogyakarta, 17 Desember 2013 Penulis, Eko Hadi Santoso NIM: 10411078 x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...........................................................................................i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................iii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iv HALAMAN MOTTO .........................................................................................v HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................vi HALAMAN ABSTRAK .....................................................................................vii HALAMAN KATA PENGANTAR ...................................................................viii HALAMAN DAFTAR ISI .................................................................................x HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN .................................................................xii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................... 7 D. Kajian Pustaka ............................................................................... 8 E. Landasan Teori .............................................................................. 11 F. Metode Penelitian .......................................................................... 21 G. Sistematika Pembahasan ............................................................... 26 BAB II. BIOGRAFI DAN LATAR BELAKANG PEMIKIRAN IBN MISKAWAIH A. Riwayat Hidup dan Karya-karya Ibn Miskawaih .......................... 28 B. Filsafat Ibn Miskawaih .................................................................. 38 C. Tokoh dan Aliran yang Mempengaruhi Pemikiran Ibn Miskawaih ............................................................................... 41 BAB III. KONSEP JATI DIRI MANUSIA DALAM PANDANGAN IBN MISKAWAIH A. Jati Diri Manusia menurut Ibn Miskawaih .................................... 50 1. Pandangan Ibn Miskawaih tentang Jiwa ................................ 50 2. Kepribadian Manusia: Kesatuan Jiwa dan Tubuh .................. 56 3. Identitas Diri Manusia: Terbebas dari Penyakit Jiwa ............. 60 xi Keunikan Manusia: Keutamaan Manusia hanya Dicapai dengan Bergaul ......................................................... 64 B. Relevansi Jati Diri Manusia dengan Pendidikan Agama Islam .............................................................................................. 70 1. Realitas Pendidikan Agama Islam .......................................... 70 2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ........................................... 76 3. Akhlak yang Sempurna sebagai Inti Pendidikan Agama Islam........................................................................... 80 4. Pendidikan Agama dan Pembentukan Jiwa............................ 83 4. BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 90 B. Saran .............................................................................................. 91 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 93 LAMPIRAN .......................................................................................................... 98 xii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I : Bukti Seminar Proposal ........................................................98 Lampiran II : Kartu Bimbingan Skripsi ......................................................99 Lampiran III : Sertifikat PPL I .....................................................................100 Lampiran IV : Sertifikat PPL-KKN Integratif ..............................................101 Lampiran V : Sertifikat Sosialisasi Pembelajaran .......................................102 Lampiran VI : Sertifikat ICT ........................................................................103 Lampiran VII : Sertifikat TOEFL ..................................................................104 Lampiran VIII : Sertifikat TOAFL .................................................................105 Lampiran IX : Daftar Riwayat Hidup ...........................................................106 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, arus modernisasi membawa perubahan dan kemajuan yang berarti bagi Indonesia. Modernisasi memiliki dua mata pisau. Di satu sisi, modernisasi dapat memberikan kemudahan dalam hidup, di sisi lain modernisasi berpotensi menggerus identitas jati diri bangsa Indonesia jika salah menyikapinya dengan baik. Pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, cara, dan perbuatan mendidik.1 AlGhazali merumuskan, bahwa pendidikan adalah menghilangkan akhlak yang buruk dan menanamkan akhlak yang baik. Dari pengertian pendidikan di atas maka jelas bahwa pendidikan dijadikan sarana untuk melahirkan perubahanperubahan yang progresif pada tingkah laku manusia.2 Pendidikan umumnya merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual dan tubuh anak); dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu 1 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 263. 2 Al-Ghazali dalam Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Pendidikan Islam dari Paradigma Klasik hingga Kontemporer, (Malang: UIN Malang Press, 2009), hlm. 166-167 2 agar supaya dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, dan penghidupan peserta didik, selaras dengan dunianya.3 Pengertian pendidikan oleh al-Ghazali mengisyaratkan bahwa akhlak menjadi bagian yang penting dalam proses pendidikan dan melalui pendidikan akhlak yang baik akan mewujudkan kesempurnaan hidup peserta didik dengan memiliki berbagai kecerdasan; yakni kecerdasan spiritual, emosional, sosial, dan intelektual. Kecerdasan inilah yang harus dimiliki peserta didik dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan untuk menghadapi realitas kemajemukan. Namun, hingga kini pendidikan masih saja menghadapi permasalahan yang kompleks. Pendidikan seakan diselimuti oleh kemiskinan ideologi, kemiskinan moral, dan kemiskinan material. Realitas pendidikan saat ini dapat dikatakan telah terjangkit virus hubb al-dunyâ wa karâhiyyah al-maut; kecintaan secara berlebihan terhadap hal yang bersifat materi dan takut pada kematian. Berbuat zalim karena miskin iman, serta melakukan tindakan yang tidak terkontrol karena miskin ilmu. Hal ini menjadi keprihatinan bersama bahwa perilaku menyimpang masyarakat Indonesia sangat mengkhawatirkan. Terlepas dari hal di atas menunjukan betapa parahnya tingkat dekadensi moral yang melanda masyarakat Indonesia. Pembinaan yang berkelanjutan terutama dalam bidang akhlak dan moral, menjadi kebutuhan utama dalam membentuk jati diri 3 Harida, Januari 2013, Asesmen Otentik: Menghadapi Globalisasi (Menjawab Tantangan Internal dan Eksternal Pendidikan), Jurnal Visi Ilmu Pendidikan (J-VIP), Vol 10, No 1. 3 manusia serta dalam membentuk keluarga dan masyarakat yang berkarakter agamis sebagaimana yang diidam-idamkan. Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dan menghormati orang lain.4 Sebagai negara yang berpenduduk mayoritas muslim, Pendidikan Agama Islam mempunyai peran yang sangat penting dalam mengembangkan sumber daya dan jati diri manusia, sehingga masyarakat yang tercipta merupakan cerminan dari masyarakat Islami. Maka menjadi jelas bahwa hal di atas sesuai dengan konsep Pendidikan Agama Islam yang dikeluarkan oleh Lembaga Pendidikan Islam, yang lebih menekankan pada pemahaman, pembentukan watak dan perilaku peserta didik agar sesuai dengan ajaran Islam.5 Sebab mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi prioritas dalam seluruh aspek pembelajaran lembaga pendidikan Islam. Secara umum Pendidikan Agama Islam adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang dalam membina dan mengasuh anak didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Agama Islam secara menyeluruh, dan pada akhirnya dapat mengamalkan serta dapat menjadikan nilai-nilai Islam sebagai pandangan hidup.6 Salah satu nilai Islam yang harus ditanamkan 4 Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 130 5 Baharuddin, Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam Menuju Pengelolaan Profesional dan Kompetitif, (Malang: UIN Maliki Press, 2011). hlm. 25-26 6 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektfkan PAI di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 183. 4 dalam Pendidikan Agama Islam adalah nilai akhlak dengan menanamkan konsep jati diri manusia dalam menghadapi realitas kemajemukan yang terjadi. Pada dasarnya tujuan yang hendak dicapai dalam konteks Pendidikan Agama Islam secara umum adalah pendidikan yang membangun jati diri manusia. Pendidikan manusia seutuhnya adalah model pendidikan yang dapat mencetak pribadi manusia dalam menghambakan dirinya secara totalitas kepada Allah dengan baik dan benar, serta menjadikan manusia yang layak hidup sebagai manusia yang manusiawi, yaitu memiliki nilai kemanusiaan sesuai dengan fitrahnya atau akhlak mulia yang bermanfaat bagi sesamanya. Guna melahirkan output pendidikan yang memadai, karakter individu yang kokoh spiritualnya, anggun akhlaknya, serta memiliki kemandirian yang kuat, maka pembelajaran yang unggul menjadi sangat penting dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus menumbuhkan sikap sensitifitas dan kepekaan terhadap sesama manusia. Dalam hal ini Pendidikan Agama Islam dirancang dan di desain sebagai modal utama untuk menyadarkan jati diri peserta didik, dengan sentuhan dan model pembelajaran yang mudah dipahami, dihayati, dan dapat dilaksanakan oleh peserta didik. Dari beberapa realitas Pendidikan yang terjadi di era globalisasi, membuktikan bahwa Pendidikan Agama Islam di Indonesia mengalami degradasi. Hal tersebut dapat dilihat dari realitas pendidikan di Indonesia 5 yang kontra-produktif. Dalam konteks ini Pendidikan Agama Islam membutuhkan konsepsi tentang hakikat jati diri yang sesuai dengan realitas kemajemukan. Tuntutan konsepsi tentang jati diri manusia yang sesuai dengan realitas kemajemukan pendidikan Agama Islam semakin mendesak karena beberapa alasan; Alasan pertama bersifat konseptual, karena kesadaran tentang jati diri Pendidikan Agama Islam dalam menghadapi realitas kemajemukan tidak dapat diraih secara instan, akan tetapi harus melalui tahap dan kesadaran pada tiap individu terlebih dahulu. Melalui akhlak, akan membentuk jati diri manusia, dan akhlak yang baik dapat mengarahkan individu pada perilaku yang baik. Alasan kedua bersifat fenomenal, karena konsepsi jati diri manusia yang sesuai dengan realitas kemajemukan akan berguna dalam meredam output pendidikan yang tidak bermoral. Menarik kiranya menelaah konsep jati diri manusia menurut Ibn Miskawaih, karena filsafat akhlaknya yang sistematis dalam menanamkan kualitas-kualitas moral dan melaksanakannya dalam tindakan-tindakan utama secara spontan. Pemilihan tokoh Ibn Miskawaih sebagai landasan tentang jati diri manusia didasarkan pada tiga pertimbangan, antara lain; Pertimbangan pertama, pemikiran Ibn Miskawaih merupakan uraian suatu aliran akhlak yang materinya ada yang berasal dari Plato dan Aristoteles yang diramu dengan ajaran dan hukum Islam, serta diperkaya dengan 6 kehidupan pribadi pada situasi zamannya.7 Hal tersebut terlihat dalam keteguhan Ibn Miskawaih memberikan bimbingan kepada generasi muda dan menuntunnya kepada kehidupan yang berpijak pada nilai-nilai akhlak yang luhur. Dimana aliran akhlak Ibn Miskawaih merupakan panduan antara kajian filsafat teoritis dan tuntunan praktis dengan segi pendidikan dan pengajaran lebih menonjol. Pertimbangan kedua, kitab Tahdzîb Al-Ahklâq dinamakan juga Tathhir Al-Arâq (kesucian karakter) yang merupakan sumber primer dari penelitian skripsi penulis dari karya Ibn Miskawaih mengandung pemikiran dan ajaran, serta mempunyai argumentasi praktis-logis atas keyakinan Miskawaih, yaitu memungkinkan perubahan moral dan nilai budi pekerti dalam diri seseorang.8 Pertimbangan ketiga, pemikiran Ibn Miskawaih memiliki solusi dalam memperbaiki akhlak manusia dengan mengosongkan segala sifat tercela serta menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji dan luhur. Semua itu adalah tujuan pokok ajaran agama, yaitu mengajarkan sejumlah nilai akhlak mulia agar manusia menjadi baik dan bahagia. Dalam konteks Pendidikan Agama Islam, konsep jati diri manusia dalam pemikiran Miskawaih diharapkan dapat memberi andil positif dalam proses pendidikan yang syarat dengan realitas kemajemukan, sehingga dapat menciptakan output pendidikan yang menuju pada kesempurnaan akhlak 7 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak: Buku Dasar Pertama Tentang Filsafat Etika, terj. Helmi Hidayat, (Bandung: Mizan,1994), hlm. 14. 8 Ibid, hlm 14 7 dalam diri seseorang utamanya pada diri peserta didik. Mengingat dengan akhlak akan membentuk manusia yang berkarakter dan memiliki jati diri. Berangkat dari pandangan di atas, konsepsi jati diri manusia menurut Ibn Miskawaih sekurang-kurangnya dapat memperbaiki mutu Pendidikan Agama Islam dalam menempatkan diri secara benar ditengah arus modernisasi yang membawa perubahan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mencoba mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa konsep jati diri manusia menurut Ibn Miskawaih? 2. Bagaimana relevansi konsep jati diri manusia menurut Ibn Miskawaih dengan Pendidikan Agama Islam? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan dan kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui konsep jati diri manusia menurut Ibn Miskawaih. b. Untuk mengetahui relevansi konsep jati diri manusia menurut Ibn Miskawaih dengan Pendidikan Agama Islam. 8 Kegunaan Penelitian 2. a. Kegunaan Teoritis Secara Teoritis keilmuan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai konsep jati diri manusia, utamanya adalah untuk membentuk jati diri manusia yang baik melalui kesempurnaan akhlak. b. Kegunaan Praktis Secara Praktis keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pada proses pendidikan Islam, utamanya dalam membentuk manusia yang berkarakter dan mempunyai jati diri. D. Kajian Pustaka Dalam penulisan skripsi ini dilakukan tinjauan terhadap penulisan terdahulu mengenai konsep jati diri manusia menurut Ibn Miskawaih; dan relevansinya dengan pendidikan Islam, dan sekaligus untuk membedakan dengan penelitian yang akan dilakukan, di antaranya: 1. Amri M., dalam jurnal Purifiksi Akal dan Nafsu Menuju Hidup Bermartabat (Teori Etika dan Moral JJ Rousseau dan Ibn Miskawaih),9 studi ini mencoba untuk mendiskusikan keberadaan logika dan gairah dalam menentukan nilai-nilai moral dan sejauh mana etika pemikiran Ibn Miskawaih dan JJ Roussea dapat memberikan kontribusi dengan kehidupan modern. Penelitian Amri M. dengan demikian berbeda dengan 9 Amri M., Desember 2005, Purifiksi Akal dan Nafsu Menuju Hidup Bermartabat (Teori Etika dan Moral JJ Rousseau dan Ibn Miskawaih),Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan I Vot.20 N0.2 . 9 penelitian penulis, karena penelitian skripsi yang penulis kaji menekankan kajian filsafat manusia yaitu konsep jati diri manusia dalam pandangan atas karya pemikiran Ibn Miskawaih. 2. Hardono Hadi, judul Jati Diri Manusia Berdasar Filsafat Organisme Whitehead,10 merupakan kelanjutan dari disertasi berjudul A Whitehedian Reflection on The Human Person. Hardono Hadi dalam buku ini menteorikan konsep jati diri manusia dalam bingkai pemikiran filsafat organisme Whitehead. Sementara penulis dalam penelitian skripsi ini ingin merumuskan konsep jati diri manusia dalam bingkai pemikiran Ibn Miskawaih. 3. Muhammad Fahmi Muqoddas, dalam tesis Konsep Jati Diri Manusia dalam Filsafat Iqbal.11 Objek formal tesis ini konsep jati diri manusia sedang objek materialnya pemikiran Iqbal. Penelitian Muqoddas membahas jati diri manusia Iqbal dikaitkan dengan ide membangun masyarakat Indonesia. Sementara penekanan penulis adalah konsep jati diri manusia Ibn Miskawaih dikaitkan dengan akhlak moral yang baik dalam menjaga kemajemukan kehidupan serta output pendidikan yang tidak sesuai di Indonesia. 4. Normuslim, dalam jurnal Pemikiran Pendidikan Ibnu Miskawaih dan AlQabisi Relevansinya dengan Sistem Pendidikan Kontemporer,12 dalam 10 Hardono Hadi, Jati Diri Manusia Berdasar Filsafat Organisme Whitehead, (Yogyakarta: Kanisius, 1996). 11 Muhammad Fahmi Muqoddas, “Konsep Jati Diri Manusia dalam Filsafat Iqbal”, Tesis, (Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM), 1996. 12 Normuslim, Januari-April 2003, Pemikiran Pendidikan Ibnu Miskawaih dan Al-Qabisi Relevansinya dengan Sistem Pendidikan Kontemporer, Jurnal Himmah Vol. IV No. 09. 10 jurnal ini mencoba mengungkap kembali pemikiran Ibn Miskawaih dan al-Qabisi tentang pendidikan untuk diterapkan dalam pendidikan kontemporer di Indonesia. Sementara penulis dalam penelitian skripsi ini tidak membahas pendidikan kontemporer di Indonesia melainkan mengkaji konsep jati diri manusia. 5. Tutik Haryanti, dalam skripsi Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Ibn Miskawaih dan Aplikasinya dalam Pendidikan Islam, jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2004.13 Dalam skripsi ini berisi tentang pengertian akhlak dan prinsipprinsip kesempurnaan akhlak. Meskipun sama dalam pemilihan objek material yaitu Ibn Miskawaih, skripsi Tutik Haryanti berbeda dengan penelitian skripsi yang penulis kaji. Perbedaan ini terletak pada objek formal penelitian dan fokus relevansi pemikiran yang ingin dicapai. 6. Yusuf Ali Imron, dalam skripsi Pendidikan Akhlak Anak Menurut Ibn Miskawaih, program study Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga tahun 2010.14 Skripsi Yusuf Ali Imron ingin memaparkan otonomi pendidikan yang harus kembali kepada hakikat pendidikan, yaitu memanusiakan manusia. Meski sama dalam pemilihan objek material Ibn Miskawaih, skripsi Yusuf Ali Imron berbeda dengan penelitian skripsi yang penulis kaji. Perbedaan ini terletak pada objek material penelitian, pada skripsi Yusuf Ali Imron membahas tentang 13 Tutik Haryanti, “Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Ibn Miskawaih dan Aplikasinya dalam Pendidikan Islam”, Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004). 14 Yusuf Ali Imron, “Pendidikan Akhlak Anak Menurut Ibn Miskawaih”, Skripsi, (Salatiga: Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga, 2010). 11 konsep pendidikan anak, sedangkan penelitian penulis membahas tentang konsep jati diri manusia. Selain hal tersebut perbedaan lain juga ada pada relevansi pemikiran yang ingin dicapai dalam penelitian penulis. Dari beberapa kajian yang penulis temui, kiranya belum ada yang membahas tentang Konsep Jati Diri Manusia menurut Ibn Miskawaih dan Relevansinya dengan Pendidikan Agama Islam. Pada penelitian ini, penulis menekankan pada konsepsi jati diri manusia dalam menjawab output pendidikan yang tidak sesuai dengan realitas kemajemukan. Melihat kajian pustaka yang telah terpapar di atas, tentunya penelitian dalam penulisan ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, karena itu penelitian dalam penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. E. Landasan Teori 1. Konsep Manusia a. Perspektif Islam Manusia oleh Al-Qur’an disebut sebagai ciptaan sempurna dan memiliki harkat mulia.15 Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, suci dan bersih. Manusia adalah makhluk terpuji meskipun dalam kondisi tertentu, terkadang, dipandang sebagai makhluk rendah. Pandangan semacam ini melukiskan betapa besar perhatian Islam terhadap manusia. Dalam al-Qur’an sendiri, pembicaraan yang 15 Machasin, Menyelami Kebebasan Manusia. Telaah Kritis atas Konsepsi al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 90. 12 membahas tentang manusia memang hanya ada pada garis-garis besarnya saja, itupun banyak menggunakan bahasa-bahasa simbolis sehingga dapat menimbulkan interprestasi yang berbeda-beda.16 Manusia dalam fitrahnya memiliki sekumpulan unsur luhur yang berbeda dari makhluk yang lain. Dalam surat as-Sadjah ayat 7 sampai 9 menjelaskan bahwa “(Dialah) yang menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, dan yang memulai penciptaan manusia dari lempung, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani), kemudian menyempurnakannya dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh-Nya.”17 Al-Qur’an dalam surat al-Isrâ mengatakan. “Sesungguhnya Kami telah muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di darat dan di lautan, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang telah Kami ciptakan.”18 Maka jelas bahwa manusia dikaruniai dengan pembawaan dan martabat yang mulia. Allah telah memberikan kelebihan kepada manusia yang berbeda dari makhluk yang lain, dan manusia akan mampu merasakan kemuliaan tersebut jika terbebas dari segala jenis kerendahan budi, penghambaan dan hawa nafsu. Adapun peranan manusia di bumi yakni pertama: sebagai hamba Allah. Dalam hal ini Manusia membawa konsekuensi menghambakan diri kepada Allah, taat dan patuh kepada-Nya. Kedua: 16 Baedhowi, Humanisme Islam, Kajian terhadap Pemikiran Filosofi Muhammad Arkoun, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 47. 17 Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Terbit Terang Surabaya, 2008), hlm. 587 18 Ibid, hlm. 394 13 manusia sebagai khalifatullah, salah satu tugas khalifah adalah memakmurkan bumi. Ketika manusia mampu memadukan antara tugas ibadah dan peranannya sebagai khalifah maka perwujudan manusia yang di cita-citakan yakni “insan kamil” atau manusia sempurna akan tercapai. b. Perspektif Ibn Miskawaih Manusia menurut pandangan Ibn Miskawaih merupakan makhluk yang memiliki keistimewaan karena dalam kenyataannya manusia memiliki daya pikir dalam melakukan segala aktifitasnya. Berdasarkan daya berpikir tersebut, manusia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, hal tersebut merumuskan bahwa manusia yang kemanusiaannya paling sempurna ialah manusia yang paling benar cara berpikirnya serta paling mulia usaha dan perbuatannya.19 Adapun usaha yang ditempuh dalam mewujudkan segala kebaikan manusia adalah dengan bekerjasama. Usaha untuk mewujudkan kebaikan merupakan indikator dari tingkat kesempurnaan dan tujuan dari penciptaan manusia itu sendiri.20 Dengan kata lain manusia adalah makhluk sosial yang secara alami memiliki hubungan keintiman dan kekeluargaan antara satu sama lainnya. Manusia saling membutuhkan antara yang satu dengan yang 19 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak: Buku Dasar Pertama Tentang Filsafat Etika, terj. Helmi Hidayat, hlm. 60-61 20 Usman Sa’id Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam: konsep dan perkembangan pemikirannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 135. 14 lainnya sebagaimana adagium berikut man is human being by nature atau al-insân madaniyyûn bi al-thab`ie. Banyak dari para ilmuwan yang berpendapat bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Tetapi, Miskawaih memberikan penjelasan berbeda mengenai manusia, Miskawaih memberikan pemahaman konsep manusia dengan pendekan filosofis yang bertujuan pada dorongan untuk berbuat baik serta melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk semua makhluk. Berfikir secara filsafat, manusia merupakan penjabaran dari mencari makna hidup yang benar, dengan sekaligus menilai secara kritis pandangan-pandangan yang telah dipegang lebih dulu tentang hidup manusia.21 Pemahaman tentang jati diri sekiranya dapat menentukan hidup manusia. Menurut Theo Huijbers, kesadaran manusia tentang jati dirinya merupakan titik tolak tentang wujudnya. Berbeda dengan binatang yang hidupnya berjalan menurut prosesproses vital psikis berkala. Pada manusia proses-proses tersebut dicampuri dengan kesadaran pribadi.22 2. Tujuan Pendidikan Agama Islam dalam Kehidupan Keseharian a. Ruang Lingkup Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam disini meliputi empat hal yang umum dilaksanakan disekolah dan tentunya sangat berguna 21 Theo Huijbers, Manusia Merenungkan Makna Hidupnya, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), hlm. 10. 22 Ibid, hlm. 11. 15 dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Empat hal tersebut yakni: keimanan, akhlak, ibadah, dan muamalah. Ruang lingkup tersebut juga sangat identik dengan aspek pengajaran agama Islam karena materi yang ada di dalamnya juga merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu sama lain. 1) Keimanan Pengajaran keimanan di sini dapat diartikan sebagai proses belajar mengajar tentang aspek kepercayaan. Dalam hal ini tentunya kepercayaan menurut agama Islam, dan inti dari pengajaran ini adalah tentang rukun Islam. Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah dengan mampu berakhlak terpuji, sebab Allah sangat mencintai hamba-Nya yang memiliki akhlak terpuji. 2) Akhlak Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada pembentukan jiwa, cara bersikap seseorang pada kehidupannya dan lain sebagainya. Pengajaran ini merupakan proses belajar yang mengarahkan manusia pada kesempurnaan dalam mencapai tujuannya menjadi manusia yang berakhlak mulia. 3) Ibadah Pengajaran ibadah adalah bentuk pengajaran tentang segala perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Tujuannya adalah agar 16 manusia mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan benar sesuai dengan ajaran Islam. Mengerti dan memahami segala bentuk ibadah serta memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah tersebut. 4) Muamalah Muamalah merupakan bagian dari lingkup kehidupan umat Islam. Muamalah adalah istilah yang diperuntukan untuk membedakan dengan yang ibadat, ubudiyyah. Secara harfiah, muamalah berarti berinteraksi. Artinya interaksi adalah hubungan bersama dengan manusia lain untuk kebaikan, kemaslahatan manusia itu sendiri. Muamalah berkaitan dengan permasalahan duniawi yang tidak ada kaitannya dengan ibadah formal, namun bukan berarti muamalah itu bertentangan dengan ibadah. b. Konsep Pendidikan Menurut Ibn Miskawaih Mengenai pendidikan, Miskawaih membangun konsep pendidikan yang bertumpu pada etika Islam. Terlihat jelas di sini bahwa dasar pemikiran Ibn Miskawaih memperkaya kajian etika Islam, maka konsep pendidikan yang dibangunnya pun terkait dengan pendidikan dan pembentukan etika Islam. Adapun konsep pendidikan etika Ibn Miskawaih adalah sebagai berikut: 1) Fungsi pendidikan Fungsi dasar pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat. Tugas 17 pendidikan dalam memanusiakan manusia adalah mendudukkan manusia sesuai dengan substansinya sebagai makhluk yang paling mulia dari makhluk lainnya. hal tersebut ditunjukan dengan perilaku dan perbuatan yang khas bagi manusia yang tidak mungkin dilakukan oleh makhluk lainnya. Selain hal di atas, pendidikan juga merupakan proses sosialisasi, hingga tiap individu merupakan bagian integral dari masyarakatnya dalam melaksanakan kebajikan untuk kebahagiaan bersama. Menurut Ibn Miskawaih, kebajikan itu tidak akan mungkin terwujud dari kemampuan satu orang saja. Oleh karena itu untuk mewujudkan seluruh kebajikan harus dilakukan dengan bersama-sama atas dasar saling menolong dan saling melengkapi.23 2) Tujuan pendidikan etika Tujuan pendidikan yang dirumuskan Ibn Miskawaih adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk mewujudkan semua perbuatan yang bernilai baik, sehingga dapat mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan.24 Jadi hakikat tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh ibn Miskawaih bersifat menyeluruh, yakni mencari kebahagiaan hidup manusia dalam arti seluas-luasnya. 23 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak: Buku Dasar Pertama Tentang Filsafat Etika, terj. Helmi Hidayat, hlm. 42 24 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam; Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2003), cet. III, hal. 11-12 18 3) Materi pendidikan etika Secara umum, Ibn Miskawaih menghendaki agar semua sisi kemanusiaan mendapatkan materi pendidikan yang bertumpu pada tercapainya tujuan pendidikan. Yang nantinya materi yang dimaksud Ibn Miskawaih dapat diabdikan sebagai bentuk pengabdian kepada Allah. Secara garis besar, Ibn Miskawaih menyebutkan tiga hal pokok materi pendidikan, yakni: pendidikan yang wajib bagi kebutuhan individu, pendidikan yang wajib bagi jiwa, dan pendidikan yang wajib bagi hubungan dengan sesama. Materi pendidikan yang wajib bagi manusia dalam hal ini meliputi shalat, puasa, dan haji. Selanjutnya materi pendidikan bagi jiwa dicontohkan dengan pembahasan akhlak yang benar, mengesakan Allah dengan segala kebesarannya, dan memotivasi untuk senang kepada pengetahuan. Adapun materi pendidikan yang terkait dengan sesamanya dicontohkan dengan materi ilmu mu’amalat, pertanian, perkawinan, saling menasehati, dan lain sebagainya. Pendapat Ibn Miskawaih di atas sekiranya bermaksud agar setiap pendidik harus mengarahkan pada terciptanya etika yang mulia bagi diri sendiri dan peserta didiknya. Dalam hal ini Ibn Miskawaih memandang pendidik mempunyai kesempatan baik untuk memberi nilai lebih bagi setiap pembentukan pribadi mulia. 19 4) Pendidik dan anak didik Pendidik disini merupakan faktor yang paling penting dalam tercapainya keberlangsungan kegiatan pengajaran dan pendidikan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Sedangkan anak didik merupakan sasaran dari kegiatan pengajaran dan pendidikan merupakan bagian yang perlu mendapatkan perhatian yang seksama. Ibn Miskawaih menaruh perhatiannya pada kedua aspek pendidikan tersebut (pendidik dan anak didik). Menurutnya orang tua merupakan pendidik pertama dari pendidikan anak didik. Oleh karenanya, perlulah hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak didik. 5) Lingkungan pendidikan Mengenai lingkungan pendidikan, Ibn Miskawaih mengkajinya dengan cara yang umum, yaitu mulai dari lingkungan masyarakat, sekolah, pemerintahan, sampai lingkungan rumah tangga yang meliputi hubungan orang tua dengan anaknya. Keseluruhan lingkungan di atas antara yang satu dengan yang lainnya secara akumulatif akan berpengaruh terhadap lingkungan pendidikan. Tentunya dalam pencapainnya menjadi manusia yang memiliki nilai-nilai luhur dalam menjalankan segala aktivitas kesehariaannya. 20 6) Metodologi pendidikan Ibn Miskawaih memiliki metodologi yang berbeda dengan filosof lainnya. Terdapat beberapa metode yang diajukan Miskawaih dalam mencapai pendidikan etika yang baik, antara lain: pertama, adanya kemauan dari anak didik untuk berlatih secara sungguh-sungguh dalam mencapai kesempurnaan yang sebenarnya sesuai dengan keutamaan jiwa. Kedua, dengan menjadikan semua pengetahuan dan pengalaman orang lain sebagai cermin bagi dirinya. c. Implementasi Pendidikan Agama Islam dan Jati Diri Manusia Maksud redaksi implementasi adalah penerapan konsep jati diri dalam pendidikan Agama Islam. Penelitian ini melihat jiwa adalah unsur paling asasi dalam diri manusia yang menentukan setiap baik dan buruk perbuatan manusia. Miskawaih menekankan pendidikan jiwa agar hidup manusia menjadi baik. Korelasi pemikiran jati diri manusia menurut Miskawaih dengan pendidikan agama Islam; bahwa sedari awal pendidikan Agama Islam harus menekankan pendidikan jiwa, pendidikan akhlaq, pendidikan moral, pendidikan etiked. Jalan yang dapat ditempuh untuk menerapkan konsep di atas dengan memberikan jam pendidikan agama di kelas lebih banyak. Selain itu tidak kalah penting, figur pendidik yang mengampuh mata pelajaran Pendidikan Agama Islam harus bersih dan moralis karena pendidikan 21 bukan sekedar menyampaikan materi, melainkan dalam tingkah laku pendidiknya juga. F. Metode Penelitian Jenis Penelitian 1. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library reseach), yaitu penelitian yang dilaksanakan menggunakan literatur atau kepustakaan untuk mendapatkan data dalam menyusun teori-teori sebagai landasan ilmiah dengan mengkaji dan menelaah pokok-pokok permasalahan dari literatur yang mendukung, baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian dari penelitian terdahulu.25 Data-data yang diperoleh dari sumber literatur kemudian diklasifikasikan dan disajikan secara sistematis sesuai dengan tema yang diangkat dalam penelitian, yaitu konsep jati diri manusia menurut Ibn Miskawaih dan relevansinya dengan Pendidikan Agama Islam. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan filosofis hermeneutika; metode ini digunakan untuk memahami dan menganalisis data yang telah terkumpul. Hermeneutika diterapkan untuk menangkap makna yang substansial disertai interpretasi, sehingga makna tersebut dapat diterapkan pada masa 25 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 11. 22 sekarang.26 Khususnya berkaitan dengan konsep jati diri manusia dalam Ibn Miskawaih. Langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) Deskripsi context of justification ilmu Mendeskripsikan sistem kerja metode ilmiah dalam ilmu yang dikaji dengan mengembangkan konteks kerja ilmu yang dikaji. 2) Kritik terhadap paradigma ilmu Melakukan kritik terhadap paradigma ilmu, dengan membuka kembali cakrawala dasar filosofis ilmu sampai pada tingkat dasar filosofisnya, yaitu menyangkut hakikat objek material ilmu secara metafisis ontologis. 3) Penemuan suatu jalan baru Penelitian heuristika harus menemukan jalan baru sebagai konsekuensi dari kritik, dan pencarian alternatif atas paradigma ilmu, jalan baru ini merupakan proses discovery. 4) Pengembangan ke arah kreativitas Pengembangan ilmu secara inventif, akan memberikan peluang untuk melakukan koreksi terhadap cara kerja ilmu dan dalam prosedur penelitian misalnya konsistensi antara masalah, hipotesis, data yang diperoleh serta tujuan penelitian. 26 hlm. 173. Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta: Paradigma, 2005), 23 Sumber Data Penelitian 3. a. Sumber primer Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kitab karya Ibn Miskawaih yang berjudul Tahdzîb al-Akhlâk wa Tathhir alA’raq27 yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Menuju Kesempurnaan Akhlak yang merupakan buku dasar pertama tentang filsafat etika.28 b. Sumber sekunder 1) Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003 2) Ahmad Azhar Basyir, Miskawaih: Riwayat Hidup dan Pemikiran Filsafatnya, Yogyakarta: Nur Cahaya, 1983 3) A. Mustofa, Filsafat Islam, untuk Fakultas Tarbiyah, Syariah, Dakwah, Adab, Ushuluddin Komponen MKDK, Bandung: Pustaka Setia, 2009 4) M. M. Sharif (ed), A History of Muslim Philosophy, Vol I, Weisbaden: Otto Harrisowits, 1963 5) Sayyed Hussein Nasr dan Oliver Leaman (ed), Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, diterjemahkan dari History of Islamic Philosophy, Bandung: Mizan, 2003 27 Ibn Miskawaih, Tahdzîb al-Akhlâk wa Tathhir al-A’raq, (Port Said, Mesir: Maktabah Tsaqafah Addiniyah, 2001) 28 Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak: Buku Dasar Pertama Tentang Filsafat Etika, terj. Helmi Hidayat, (Bandung: Mizan,1994) 24 6) Sirajuddin Zar, Filsafat Islam, Filosof dan Filsafatnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004 7) Sudin, Filosof Etika dan Sosial Islam Ibn Miskawaih, Yogyakarta: SUKA Press, 2012 8) Suwito dan Fauzan, Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan, Bandung: Angkasa, 2003 Metode Pengumpulan Data 4. Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang tepat tepat digunakan dalam penelitian library research adalah dengan mengumpulkan buku-buku, majalah, jurnal, artikel, dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan permasalah yang dikaji, penulis menggunakan metode dokumentasi dalam pengumpulan datanya. Suharsimi Arikunto mengatakan, metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan, transkip, buku, artikel, surat kabar, majalah, agenda, prasasti, notulen rapat dan sebagainya.29 5. Analisis Data Analisis data adalah kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh suatu kebenaran atau ketidak benaran dari suatu 29 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 231. 25 hipotesa.30 Analisis data merupakan cara bagi peneliti untuk menyimpulkan data-data yang diperoleh setelah melakukan penelitian lapangan. Karena penulis menggunakan penelitian kepustakaan, maka analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif analisis kritis. Deskriptif adalah metode yang berusaha mendeskripsikan dan menginterprestasikan kondisi atau hubungan pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau kecenderungan yang telah berkembang.31 Analisis data dipergunakan untuk menarik kesimpulan yang salah satunya adalah dari sebuag kitab Tahdzîb Al-Akhlâq yang sudah di terjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul buku Menuju Kesempurnaan Akhlak. Adapun langkah-langkahnya adalah dengan menyeleksi teks yang akan diteliti, menyusun item yang spesifik, melakukan penelitian dan yang terakhir dengan menarik kesimpulan. G. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini dibagi kedalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman surat pernyataan, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman 30 Moloeng Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 161. 31 Jonh Best, “Metodologi Penelitian Pendidikan”, penerjemah: Sanapiah Faisal dan Mulyanti Guntur Waseso, (Surabaya:Usaha Nasional, 1982), hlm. 119. 26 persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran. Bagian tengah berisi uraian penelitian mulai dari bagian pendahuluan sampai bagian penutup yang tertuang dalam bentuk Bab-bab sebagai satu-kesatuan. Pada skripsi ini penulis menuangkan hasil penelitian dalam empat Bab. Pada tiap Bab terdapat sub-sub Bab yang menjelaskan pokok bahasan dari Bab yang bersangkutan. Bab I skripsi ini berisi gambaran umum penulisan skripsi yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Karena skripsi ini merupakan kajian pemikiran tokoh, maka sebelum membahas buah pemikiran Ibn Miskawaih terlebih dahulu perlu dikemukakan biografi sang tokoh secara singkat. Hal ini dituangkan dalam Bab II. Bagian ini membicarakan riwayat hidup Ibn Miskawaih, riwayat pendidikan, karyakaryanya, serta tokoh dan aliran yang mempengaruhi pemikiran Ibn Miskawaih. Setelah menguraikan biografi Ibn Miskawaih, pada bagian selanjutnya, yaitu Bab III berisi inti skripsi jati diri manusia menurut Ibn Miskawaih dan Relevansi jati diri manusia dengan Pendidikan Agama Islam. Pada bagian inti dari konsep jati diri manusia, penulis mengemukakan terlebih dahulu mengenai pandangan Ibn Miskawaih tentang jiwa. Kemudian penulis membahas inti dari jati diri manusia, diawali dari kepribadian manusia: kesatuan jiwa dan badan, identitas diri manusia: terbebas dari 27 penyakit jiwa, dan keunikan manusia: keutamaan manusia hanya dicapai dengan bergaul. Setelah semuanya terurai, penulis mengemukakan relevansi jati diri manusia dengan Pendidikan Agama Islam. Adapun bagian terakhir dari bagian inti adalah Bab IV. Bagian ini disebut penutup yang memuat kesimpulan, saran-saran. Akhirnya, bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan berbagai lampiran yang terkait dengan penelitian. 90 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasar uraian di atas dapat ditarik dua kesimpulan sebagai berikut: Pertama, jati diri manusia menurut Ibn Miskawaih tidak dapat dilepaskan dari jiwanya. Jiwa itu menjelma atau mewujud dalam bentuk tubuh manusia. Dengan demikian tubuh menjadi sarana untuk mengetahui aktivitas jiwanya. Hanya dengan melihat sisi terdalam tubuhnya, manusia dapat mengetahui keberadaan jiwanya. Secara keseluruhan dapat dimaknai bahwa jati diri Ibn Miskawaih adalah tipe manusia yang selalu mengarahkan dirinya pada akhlak terpuji dan tingkah laku yang mulia dengan segala keutamaan-keutamaannya. Seluruh hidup manusia dalam pandangan Ibn Miskawaih hanya didedikasikan untuk memperoleh keutamaan melalui tindakan-tindakan yang dilakukannya. Rumusan konsep jati diri manusia di atas menegaskan bahwa inti realitas manusia menurut Ibn Miskawaih terdapat pada jiwanya. Jiwa adalah inti dari kenyataan sejati manusia. Jiwa manusia memiliki peran penting dalam membimbing kegiatan sehari-hari manusia. Keutamaan jiwa dapat mengarahkan hidup manusia menjadi lebih baik, melintasi batas materi, dan menuju kepada kesucian. Dengan demikian setiap tindak tanduk manusia akan bercirikan kemuliaan, dan tindakan tersebut dapatlah dikatakan sebagai akhlak yang sempurna. 91 Kedua, relevansi jati diri manusia menurut Ibn Miskawaih dengan Pendidikan Agama Islam bertemu pada titik manusia yang berusaha menyempurnakan akhlaknya. Kehidupan remaja dan mahasiswa di Indonesia yang kurang mempunyai akhlak memicu terjadinya berbagai konflik, seperti tawuran, melanggar lalu lintas, seks bebas dan lain sebagainya. Maka dengan melihat kondisi itu, akhlak menjadi bagian terpenting dalam pendidikan. Oleh karenanya pembinaan moral dan akhlak perlu dimasukan ke dalam kurikulum pendidikan, agar memicu peserta didik menuju tindakan yang baik, dan tentunya akan berujung pada kebahagiaan. Dalam konteks ini, konsep jati diri manusia menurut Ibn Miskawaih dapat memberi sumbangsih besar dalam mendidik akhlak mulia dan menjaga generasi muda dari output pendidikan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur, sehingga diharapkan di masa depan anak-anak didik keluar dan memiliki budi pekerti yang baik. Semua cita-cita itu dapat terlaksana jika didasari pendidikan jiwa yang benar, salah-satu alternatifnya dapat merujuk pendidikan jiwa yang ditawarkan Ibn Miskawaih dalam Tahzhîb al-Akhlâq. B. Saran Penelitian tentang konsep jati diri manusia menrut Ibn Miskawaih jika ditinjau dengan konteks Pendidikan Agama Islam masih jarang dilakukan. Ada dua saran yang ingin peneliti kemukakan sebagai berikut: Pertama, penelitian ini terkait dengan pengembangan ilmu pengetahuan, diharapkan dapat menjadi dasar berpijak bagi upaya 92 sistematisasi atas upaya filsafat manusia, terutama yang terkait dengan jati diri manusia. relevansi konsep jati diri manusia menurut Ibn Miskawaih dengan Pendidikan Agama Islam setidaknya menjelaskan, bahwa gagasan untuk mencegah output pendidikan yang tidak sesuai, membentuk generasi muda yang lebih baik dari yang sebelumnya dan lain sebagainya. Melalui kajian jati diri manusia Ibn Miskawaih ini peneliti membuktikan cara menjaga keberagamaan dapat ditempuh melalui pintu masuk filsafat manusia, khususnya jati diri manusia. tentu saja usaha peneliti ini dapat dijadikan acuan dalam penelitian berikutnya terkait dengan kemajuan zaman yang semakin berkembang. Kedua, peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu bagi peneliti berikutnya supaya dapat mengembangkan lebih baik lagi guna menggali nilai-nilai yang terkandung dalam konsep jati diri manusia dan untuk memperkaya kajian tentang manusia. Penelitian tentang manusia kiranya masih banyak yang belum dikaji, karena manusia selalu berkembang dalam ruang dan waktu, oleh karena itu penelitian tentang jati diri manusia perlu dikaji lebih lanjut. 93 DAFTAR PUSTAKA Aceh, Aboe Bakar, Sejarah Filsafat Islam, Solo: Rhamadani, 1989. Abdullah, Taufik, et. al, Ensiklopedi Islam Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2000, jil. 3, cet. VIII. Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Adity Media, 1992. Arif, Mahmud, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2011. Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Azhar Basyir, A., Filsafat Islam, Yogyakarta: Proyek P3T UGM, 1983. _____________, Miskawaih: Riwayat Hidup dan Pemikiran Filsafatnya, Yogyakarta: Nur Cahaya, 1983. Aziz, Abd, Orientasi Sistem Pendidikan Agama di Sekolah, Yogyakarta: Teras, 2010. Badawi, Abdurrahman, “Miskawaih”, dalam M. M. Sharif (ed), A History of Muslim Philosophy, Vol I, Weisbaden: Otto Harrisowits, 1963. Baedhowi, Humanisme Islam, Kajian terhadap Pemikiran Filosofi Muhammad Arkoun, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Baharuddin, Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam Menuju Pengelolaan Profesional dan Kompetitif, Malang: UIN Maliki Press, 2011. Best, Jonh, “Metodologi Penelitian Pendidikan”, penerjemah: Sanapiah Faisal dan Mulyanti Guntur Waseso, Surabaya:Usaha Nasional, 1982. De Boer, T.J., History of Philosophy in Islam, translated by Edward R. Jones B.D., London: Lucas & CO. LTD. 46, great Russell Street, 1903. Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahannya, Surabaya: Terbit Terang Surabaya, 2008 94 Djam’an, Islam dan psikosomatik (penyakit jiwa). Jakarta: Bulan Bintang, 1975. Djumransjah, Filsafat Pendidikan Islam Malang: Bayumedia, 2004, cet. II. Dradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000. Hadi, Hardono, Jati Diri Manusia Berdasar Filsafat Organisme Whitehead, Yogyakarta: Kanisius, 1996. Haedari, Amin, Pendidikan Agama di Indonesia Gagasan dan Realitas, Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Kementrian Agama RI, 2010. Hasan, M. Iqbal, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Bogor: Ghalia Indonesia, 2002. Huijbers, Theo, Manusia Merenungkan Makna Hidupnya, Yogyakarta: Kanisius, 1986. Hussein Nasr, Sayyed – Leaman, Oliver (ed), Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, diterjemahkan dari History of Islamic Philosophy, Bandung: Mizan, 2003. Idi, Abdullah - Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006. Ihsan, Hamdani - Ihsan, Fuad, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1998. Jalaluddin, Usman Sa’id, Filsafat Pendidikan Islam: konsep dan perkembangan pemikirannya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994. Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, Yogyakarta: Paradigma, 2005. Lexy J., Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. Madjid, Abdul - Andayani, Dian, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Machasin, Menyelami Kebebasan Manusia. Telaah Kritis atas Konsepsi alQur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996. Miskawaih, Ibn, Menuju Kesempurnaan Akhlak: Buku Dasar Pertama Tentang Filsafat Etika, terj. Helmi Hidayat, Bandung: Mizan,1994. 95 _____________, Tahdzîb al-Akhlâk wa Tathhir al-A’raq, Port Said, Mesir: Maktabah Tsaqafah Addiniyah, 2001. Mubarok, Achmad, al-Irsyad an-Nafsiy Konseling Agama Teori dan Kasus. Jakarta: Bina Rena Pariwara. 2002. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektfkan PAI di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001. Mustofa, A., Filsafat Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007, cet. III. Mustofa, A., Filsafat Islam, untuk Fakultas Tarbiyah, Syariah, Dakwah, Adab, Ushuluddin Komponen MKDK, Bandung: Pustaka Setia, 2009. Nasution, Harun, Akal dan Wahyu dalam Islam, Jakarta: UI Press, 1983. _____________, Filsafat Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1973. Nasution, Hasyimsyah, Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999. Nata, Abuddin, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003. _____________, Sejarah Pendidikan Islam; pada periode Klasik dan Pertengahan, Jakarta: Raja Grafindo, 2009. P.A. van der Weij, Filsuf-Filsuf Besar Tentang Manusia, penerjemah K. Bertens Jakarta: PT. Gramedia, 1988. Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Rahardjo, Dawam, Insan Kamil, Konsep Manusia Menurut Islam, Jakarta: Temprint, 1989. Rai Sudharta, Tjok., Antara Filsafaat Yunani Plato dan Filsafat India Upanisad Bhagawadgita, Denpasar: Widya Darma, 2010. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Kalam Mulia, 1994, cet. I. Sapuri, Rafy, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Manusia Modern, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2009. 96 Sudin, Filosof Etika dan Sosial Islam Ibn Miskawaih, Yogyakarta: SUKA Press, 2012. Sudin, Moral dalam Pemikiran Ibn Miskawaih, Yogyakarta: Ide@l Press, 2004. Suwito - Fauzan, Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan, Bandung: Angkasa, 2003. Sharif, M.M. (ed), A History of Muslim Philosophy, Vol I, Weisbaden: Otto Harrisowits, 1963. Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Pendidikan Islam dari Paradigma Klasik hingga Kontemporer, Malang: UIN Malang Press, 2009. UU RI Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Bandung: Citra Umbara, 2006 UU Sisdiknas tahun 2003. Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam, Filosof dan Filsafatnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Zuhairani, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983. Artikel Jurnal: Harida, Januari 2013, Asesmen Otentik: Menghadapi Globalisasi (Menjawab Tantangan Internal dan Eksternal Pendidikan), Jurnal Visi Ilmu Pendidikan (J-VIP), Vol 10, No 1. M. Amri, Desember 2005, Purifiksi Akal dan Nafsu Menuju Hidup Bermartabat (Teori Etika dan Moral JJ Rousseau dan Ibn Miskawaih),Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan I Vot.20 N0.2. Normuslim, Januari-April 2003, Pemikiran Pendidikan Ibnu Miskawaih dan AlQabisi Relevansinya dengan Sistem Pendidikan Kontemporer, Jurnal Himmah Vol. IV No. 09. 97 Artikel Majalah: Gunadi, Arif “Penguatan Akhlak Penguatan Bangsa”, Majalah BAKTI, Sekolah untuk Anak, No. 264 – THXX – Juni 2013. Artikel Skripsi dan Tesis: Fahmi Muqoddas, Muhammad, “Konsep Jati Diri Manusia dalam Filsafat Iqbal”, Tesis, Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM, 1996. Haryanti, Tutik, “Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Ibn Miskawaih dan Aplikasinya dalam Pendidikan Islam”, Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004. Imron, Ali Yusuf, “Pendidikan Akhlak Anak Menurut Ibn Miskawaih”, Skripsi, Salatiga: Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga, 2010. 98 Lampiran I: Bukti Seminar Proposal 99 Lampiran II: Kartu Bimbingan Skripsi 100 Lampiran III: Sertifikat PPL 1 101 Lampiran IV: Sertifikat PPL-KKN Integratif 102 Lampiran V: Sertifikat Sosialisasi Pembelajaran 103 Lampiran VI: Sertifikat Teknologi Informasi dan Komunikasi 104 Lampiran VII: Sertifikat TOEFL 105 Lampiran VIII: Sertifikat TOAFL 106 Lampiran IX: Daftar Riwayat Hidup DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Data Pribadi Nama : Eko Hadi Santoso Tempat, Tanggal Lahir : Temanggung, 13 Oktober 1991 Alamat Sekarang : Jln. Tutul no.20, Papringan, Demangan, Sleman, Yogyakarta 2. Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Telepon : 0857 9966 6726 E-mail : [email protected] Latar Belakang Pendidikan Tahun 1995-1997 : Sekolah Taman Kanak-kanak Petirrejo Tahun 1997-2003 : Sekolah Dasar Negeri 1 Petirrejo Tahun 2003-2006 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Ngadirejo Tahun 2006-2009 : Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Candiroto Tahun 2010-2013 : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Jurusan Pendidikan Agama Islam