BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Hidrokarbon masih menjadi sumber energi utama di dunia yang
digunakan baik di industri maupun di masyarakat. Bertolak belakang dengan
meningkatnya permintaan, hidrokarbon semakin sulit ditemukan, dihitung dan
diproduksi. Masalah ini adalah suatu tantangan untuk perusahaan minyak dan
gas bumi untuk meningkatkan produksi minyak dan gas bumi.
Menurut Bishop (2001), Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan
yang terbentuk oleh kegiatan tektonik yang merupakan salah satu lokasi
eksplorasi minyak dan gas bumi yang potensial untuk dikembangkan.
Peluang untuk meningkatkan eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi,
khususnya di Cekungan Sumatra Selatan, harus didukung oleh penelitian
mendalam yang terdiri dari penelitian geologi, geofisika dan geokimia untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik. Penelitian geokimia telah banyak dilakukan
guna meningkatkan eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi. Mulai dari
penelitian tentang komposisi kimia minyak bumi hingga korelasi antar minyak
bumi atau antara minyak bumi dan batuan induk. Penelitian ini dilakukan
menggunakan biomarker pada minyak bumi yang merupakan fosil molekul
yang tidak mudah hilang pada minyak bumi.
1.2
MAKSUD DAN TUJUAN
1.2.1 MAKSUD
a. Melakukan penentuan komposisi kimia sampel minyak bumi
berdasarkan data geokimia sampel minyak bumi.
b. Melakukan penentuan derajat kematangan dari batuan induk
berdasarkan data geokimia sampel minyak bumi.
1
c. Melakukan penentuan lingkungan pengendapan batuan induk yang
memproduksi sampel minyak bumi berdasarkan data geokimia
sampel minyak bumi.
d. Melakukan korelasi sampel satu dengan yang lain pada sumur Dita-1
berdasarkan data geokimia sampel minyak bumi.
1.2.2 TUJUAN
a. Mengetahui komposisi kimia sampel minyak bumi pada sumur Dita1.
b. Mengetahui
derajat
kematangan
dari
batuan
induk
yang
memproduksi sampel minyak bumi pada sumur Dita-1.
c. Mengetahui lingkungan pengendapan dari batuan induk yang
memproduksi sampel minyak bumi pada sumur Dita-1.
d. Mengetahui hubungan antara minyak bumi dari korelasi sampel satu
dengan yang lain pada sumur Dita-1.
1.3
IDENTIFIKASI MASALAH
Untuk mengkorelasikan sampel minyak bumi yang satu dengan sampel
minyak bumi yang lain, maka harus diketahui beberapa parameter yang
membantu dalam mengkorelasikan sampel minyak bumi yang satu dan yang
lain. Parameter itu antara lain adalah lingkungan pengendapan dan derajat
kematangan. Jika parameter lingkungan pengendapan dan derajat kematangan
berkorelasi antara sampel minyak bumi yang satu dengan yang lain, maka dapat
dikatakan sampel minyak bumi berasal dari batuan induk yang sama.
Berdasarkan hal tersebut, maka identifikasi masalah dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Apa sajakah komposisi kimia sampel minyak bumi pada lokasi penelitian?
b. Apakah sampel-sampel pada lokasi penelitian sudah masuk dalam fase
kematangan?
2
c. Dimana lingkungan pengendapan dari batuan induk yang memproduksi
sampel minyak bumi pada lokasi penelitian?
d. Bagaimana hasil korelasi sampel yang satu dengan yang lain?
1.4
PEMBATASAN MASALAH
a. Penentuan lingkungan pengendapan sampel Reservoir 5 (906 – 909m),
Reservoir 4 (1206 – 1210m), dan Reservoir 2 (1479 – 1482m).
b. Penentuan derajat kematangan sampel Reservoir 5 (906 – 909m), Reservoir
4 (1206 – 1210m), dan Reservoir 2 (1479 – 1482m).
c. Korelasi geokimia antara sampel sampel Reservoir 5 (906 – 909m),
Reservoir 4 (1206 – 1210m), dan Reservoir 2 (1479 – 1482m).
1.5
WAKTU DAN DAERAH PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan selama dua bulan, mulai tanggal 18 Juli 2016
hingga 18 September 2016 di PT Geoservices Ltd.
Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Tugas Akhir di PT. Geoservices Ltd.
Juli 2016
No
September
2016
Agustus 2016
Kegiatan
3
1
Studi Literatur
2
Akuisisi Data
3
Analisis Data
4
Interpretasi Data
5
Evaluasi dan Pembuatan
Laporan
6
Konsultasi
4
1
2
3
4
1
2
Lokasi penelitian berada di Formasi Gumai, Formasi Baturaja, dan
Formasi Talangakar pada Cekungan Sumatra Selatan (Gambar 1.1). Data yang
3
digunakan adalah data 3 sampel minyak bumi dari 3 reservoir berbeda pada
sumur pemboran yang sama. Ketiga reservoir itu adalah Reservoir 5 (906 –
909m), Reservoir 4 (1206 – 1210m), dan Reservoir 2 (1479 – 1482m).
Gambar 1.1 Lokasi Penelitian Tugas Akhir di Cekungan Sumatra Selatan (Bishop, 2001).
1.6
PENELITI TERDAHULU
1. Kasim, S. A. dan Armstrong, J. 2015. Oil-oil Correlation of The South
Sumatra Basin Reservoirs. Penelitian ini membahas tentang korelasi minyak
ke minyak dari reservoir pada Cekungan Sumatra Selatan. Penelitian ini
membandingkan empat kelompok minyak yang memiliki karakter yang
4
berbeda yaitu minyak bumi yang berasal dari laut atau lakustrin, minyak
bumi yang berasal dari lingkungan pengendapan darat, minyak bumi yang
berasal dari lingkungan pengendapan lakustrin dan minyak bumi yang
terbiodegradasi.
2. Wenger, M.L., Davis, L.C., dan Isaksen, H.G. 2002. Multiple Controls on
Petroleum Biodegradation and Impact on Oil Quality. Penelitian ini
membahas tentang minyak bumi yang terbiodegradasi. Pada penelitian ini
disebutkan bahwa biodegradasi dapat disebabkan oleh bercampurnya minyak
bumi dan air atau minyak bumi yang berada di reservoir yang lebih dangkal
dan memiliki temperatur yang lebih rendah.
3. Setyawan, R, Nugroho, H, Krisna, W, dan Teguh S, Beiruny S, 2011,
Korelasi Geokimia Antara Minyak bumi dengan Batuan Induk Melalui
Karakter Biomarker di Lapangan Namib, Mohave, Gobi dan Kalahari,
Cekungan Sumatra Selatan S. N. K. F. S. Penelitian ini membahas tentang
korelasi geokimia antara minyakbumi dan batuan induk pada Cekungan
Jambi. Batuan reservoir pada penelitian adalah batupasir Formasi Talangakar
dan Formasi Air Benakat serta basement obyektif baru sebagai eksplorasi.
Penelitian ini menggunakan data 15 sumur pada 3 lapangan yang berbeda.
Sampel batuan induk dari Sahara-2 memiliki oil window pada Formasi
Talangakar Atas (7550ft) dengan Ro 0,73 yang menghasilkan kerogen tipe II
dan gas window pada Formasi Talangakar Bawah (9160ft) dengan Ro 1,13
yang menghasilkan kerogen tipe III. Lingkungan pengendapan dari daerah
penelitian adalah lingkungan transisi pada kondisi oksik dengan material
organik tumbuhan darat dan alga laut. Berdasarkan korelasi minyak-minyak
dan minyak-batuan induk, minyak bumi dan batuan induk pada daerah
penelitian memiliki karakteristik yang sama yaitu memiliki lingkungan
pengendapan transisi dan material asal darat.
4. Aditya, D.A., 2014, Kualitas Geokimia batuan Induk Hidrokarbon, Sumur X
dan Sumur Y, Formasi Brownshale Kelompok Pematang, Cekungan
5
Sumatra Tengah. Pada penelitian ini diketahui bahwa Sumur X Formasi
Brownshale memilik TOC antara 1,76 - 7,02%, nilai PY antara 6,68 – 37,18
kg/ton batuan, nilai HI mencapai 639 mg HC/g TOC yang mengidikasikan
bahwa Sumur X menunjukkan kategori kekayaan material organik
menengah hingga tinggi dengan kerogen termasuk tipe II-I dan termasuk
dalam oil prone dengan indentifikasi nilai vitrinite reflectance tergolong
barren atau miskin, namun memiliki nilai Tmaks 429 – 443oC dan
menunjukkan tingkat kematangan termal yang masih tergolong early mature.
Pada penelitian ini juga diketahui bahwa Sumur Y Formasi Brownshale
memilik TOC antara 0,74 – 5,60%, nilai PY antara 2,91 – 39,55 kg/ton
batuan, nilai HI mencapai 540 mg HC/g TOC yang mengidikasikan bahwa
Sumur Y menunjukkan kategori kekayaan material organik menengah
hingga tinggi dengan kerogen termasuk tipe II-III dan termasuk dalam oil
prone dengan indentifikasi nilai vitrinite reflectance 0,54 – 0,73%, namun
memiliki nilai Tmaks 433 – 447oC dan menunjukkan tingkat kematangan
termal yang masih tergolong mature.
5. Novrian, B., 2016, Studi Karakteristik Minyak Bumi Batuan Induk
Berdasarkan Data Geokimia Biomarker dan Isotop Karbon Stabil pada
Sumur “Bayan-2”, Cekungan Jawa Timur Utara, Jawa Timur. Penelitian ini
membahas tentang korelasi antara sampel minyakbumi dan batuan induk
pada sumur Bayan-2. Pada penelitian ini diketahui bahwa sampel batuan
induk pada kedalaman 3206 – 3208m memiliki lingkungan pengendapan
transisi atau campuran dengan material organik yang berasal dari darat dan
laut. Sampel minyak bumi DST-1 dan DST-3 memiliki lingkungan
pengendapan darat dengan material organik yang berasal dari tumbuhan
tingkat tinggi. Dengan demikian, sampel batuan induk dan minyak bumi
memiliki korelasi yang negatif.
Batuan induk dan minyak bumi tidak
berasal dari material organik dan lingkungan pengendapan yang sama.
6
Download