RINGKASAN ADE HERMAWAN. Deteksi Sel Donor Ikan Gurame Osphronemus gouramy pada Larva Ikan Nila Oreochromis niloticus sebagai Resipien dengan Teknik PCR. Dibimbing oleh ALIMUDDIN dan DINAR TRI SOELISTYOWATI. Ikan gurame (Osphronemus gouramy) memiliki pertumbuhan dan matang gonad yang lambat sehingga produksi benih menjadi terhambat. Aplikasi teknologi induk semang (surrogate broodstock) atau transplantasi sel diduga dapat mengatasi lambatnya ikan gurame matang gonad. Teknologi induk semang adalah teknologi transplantasi sel germinal donor ke rongga perut larva ikan resipien dan selanjutnya setelah ikan resipien matang gonad dan melalui pembuahan, maka ikan donor dapat diproduksi. Pada teknologi induk semang dibutuhkan ikan resipien yang cocok yang dapat menerima dan mendukung perkembangan sel gonad donor. Dalam rangka pengembangan induk semang untuk ikan gurame, ikan nila diduga sebagai kandidat utama untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagai tahap awal dalam pengembangan teknologi induk semang, perlu dikembangan metode deteksi sel donor dalam ikan resipien. Sel donor umumnya diberi label gen GFP atau PKH-26 sehingga mudah dikenali menggunakan mikroskop fluoresen. Namun demikian, pembuatan ikan transgenik donor yang mengekspresikan gen GFP membutuhkan waktu yang lama sehingga cara tersebut dinilai kurang efisien. Selain itu, ketersediaan mikroskop fluoresen juga masih terbatas di Indonesia. Salah satu cara alternatif yang diduga efektif dalam mengidentifikasi sel donor adalah menggunakan PCR. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kemampuan PCR untuk mendeteksi sel donor dalam tubuh resipien. Sebagai pembanding, sel diberi label PKH-26. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 – Januari 2010. Disosiasi sel gonad, penyuntikan sel donor ke larva ikan nila resipien dan analisis PCR dilakukan di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Departemen BDP, FPIK, IPB. Dokumentasi kolonisasi sel donor dilakukan di Laboratorium Histologi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB. Disosiasi sel dilakukan menggunakan tripsin 0,5%. Sel gonad hasil disosiasi disuntikkan ke larva ikan nila umur 2 hari. Jumlah sel donor yang disuntikkan ke larva ikan resipien adalah 1.250 sel, 2.500 sel, 5.000 sel, 10.000 sel, 20.000 sel, 30.000 sel, 40.000 sel, 60.000 sel, dan 80.000 sel. Sehari setelah injeksi, DNA diekstraksi dari larva dan digunakan dalam proses PCR untuk mengetahui jumlah minimum sel donor yang dapat terdeteksi oleh PCR. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua sel yang telah disuntikkan dapat terdeteksi menggunakan mikroskop fluoresen, terutama ditemukan di antara rongga antara dorsal dan kuning telur. Berdasarkan hasil PCR, jumlah sel minimum yang dapat terdeteksi oleh PCR adalah 10.000 sel. Kemudian setelah dicampurkan dengan sel gonad resipien, perbandingan terbesar antara sel donor dan resipien yang masih dapat terdeteksi oleh PCR adalah 1 : 104. Satu hari setelah disuntikkan ke larva ikan resipien, jumlah sel donor yang dapat terdeteksi oleh PCR adalah minimal 40.000 sel.