Laporan Tugas Akhir 1 UPAYA PENINGKATAN HASIL KEDELAI (Glycine max L.) DENGAN SISTEM TANPA OLAH TANAH PADA LAHAN SAWAH DI DESA SUMBEREJO SUMATERA UTARA PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PANGAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH TANJUNG PATI 2015 LAPORAN TUGAS AKHIR LAPORAN TUGAS AKHIR UPAYA PENINGKATAN HASIL KEDELAI (Glycine max L.) DENGAN SISTEM TANPA OLAH TANAH PADA LAHAN SAWAH DI DESA SUMBEREJO SUMATERA UTARA OLEH : NUR ABSYAH TARIGAN NBP. 1201321019 Oleh : NUR ABSYAH TARIGAN NBP. 1201321019 Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 2 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PANGAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH TANJUNG PATI 2015 UPAYA PENINGKATAN HASIL KEDELAI (Glycine max L.) DENGAN SISTEM TANPA OLAH TANAH PADA LAHAN SAWAH DI DESA SUMBEREJO SUMATERA UTARA LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : NUR ABSYAH TARIGAN NBP. 1201321019 (Di bawah bimbingan Ir. Surya Marizal, M.Si ) Ringkasan Kedelai (Glycine max L.) adalah komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kedelai sebagai tanaman pangan posisinya menduduki tempat ketiga setelah padi dan jagung, yang kebutuhannya terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan penduduk. Kedelai merupakan tanaman legum yang kaya protein nabati, karbohidrat dan lemak. Biji kedelai juga mengandung fosfor, besi, kalsium, vitamin B dengan komposisi asam amino lengkap, sehingga potensial untuk pertumbuhan tubuh manusia. Data BPS (2007) dalam Arief Fadriansyah (2013) menyebutkan kebutuhan kedelai dalam negeri kurang lebih mencapai 2 juta ton/tahun, dimana produksi dalam negeri tahun 2007 baru mencapai 608.263 ton. Produksi kedelai Nasional dalam 8 tahun terakhir dari tahun 2000 sampai 2007 ternyata mengalami penurunan rata-rata sebesar 7,20 %. Penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbandingan hasil produksi antara sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna di lahan sawah pada tanaman kedelai. Laporan tugas akhir ini ditulis berdasarkan hasil pengalaman kerja praktek mahasiswa yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2015 di Desa Sumberejo, Kecamatan Pagar merbau, Kabupaten Deli serdang, Propinsi Sumatera utara. Penulisan laporan tugas akhir ini menggunakan metode membandingkan dua perlakuan yaitu antara sistem tanpa olah tanah dengan sistem olah tanah sempurna yang dianalisis dengan uji t pada taraf 5% dan 1%. Hasil produksi kedelai berdasarkan komponen hasil pada sistem tanpa olah tanah mencapai 205 kg, sedangkan pada sistem olah tanah sempurna hanya mencapai 165 kg. Hasil produksi kedelai diatas menunjukkan bahwa poduksi kedelai pada sistem tanpa olah tanah lebih tinggi dibandingkan dengan sistem olah tanah sempurna. Namun, Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 3 berdasarkan hasil uji t komponen hasil kedelai dengan sistem tanpa olah tanah menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah polong per tanaman dan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah biji per tanaman, jumlah polong bernas, serta bobot 100 biji. Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 4 Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir ال رحمن ال رح يم 5 ب سم هللا “Dia memberikan hikmah (ilmu yang Terima kasih untuk mu wahai ibu Dianta Ginting dan ayah Edy Syahputra berguna) Tarigan yang tersayang atas pengorbanan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mendapat hikmah itu Sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang banyak. Dan tiadalah yang menerima peringatan melainkan orang- orang yang berakal”. (Q.S. Al-Baqarah: 269) Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh Urusan yang lain” (Alam Nasyrah:6) Hari takkan indah tanpa mentari dan rembulan, begitu juga hidup takkan indah tanpa tujuan, harapan serta tantangan. Meski terasa berat, namun manisnya hidup justru akan terasa, apabila semuanya terlalui dengan baik, meski harus memerlukan pengorbanan. Alhamdulllahirabbil‟alamin…. Alhamdulllahirabbil „alamin…. Alhamdulllahirabbil alamin…. Akhirnya aku sampai ke titik ini, sepercik keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku ya Rabb…. Tak henti-hentinya aku mengucap syukur pada_Mu ya Rabb Serta shalawat dan salam kepada idola ku Rasulullah SAW dan para sahabat yang mulia Semoga sebuah karya mungil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan bagi keluargaku tercinta.. Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi… Ibunda dan Ayahanda Tercinta mu sehingga aku bisa seperti sekarang ini. dan terima kasih atas semangat dan dukungan yang selalu diberikan untukku wahai ibu dan ayah. Ibunda dan ayahanda....... Inilah kata-kata yang mewakili seluruh rasa, sungguh aku tak mampu menggantikan kasihmu dengan apapun, tiada yang dapat kuberikan agar setara dengan pengorbananmu padaku, aku hanya mampu memanjatkan do‟a semoga Allah membalas jasa-jasa mu dan memasukkan mu kedalam surga-Nya, kasih sayangmu tak pernah bertepi cintamu tak pernah berujung...tiada kasih seindah kasihmu, tiada cinta semurni cintamu. Ku tau ini tak sebanding dengan jasa dan perjuangan Ku tau ini tak setimpal dengan kesusahan dan pengorbanan Namun…mudahan dengan ini… Mampu menyelipkan senyum kabahagiaan Pengobat rasa lelah dan menjadi penyejuk di hati…. Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah... My Brother‟s dan Sister Untuk Abangku (Risdian Putra Simaka Tarigan) serta adikku (Pingka Pratiwi Tarigan) semoga menjadi anak yang shaleh dan shalehah yang dapat membahagiakan orang tua kita kelak, jadilah anak-anak mutiara bagi dunia dan akhirat, tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersama kalian, walaupun sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 6 warna yang tak akan bisa tergantikan, terima kasih atas doa dan bantuan kalian selama ini, hanya karya kecil ini yang dapat ku persembahkan. Maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi aku akan selalu menjadi yang terbaik untuk kalian semua... Terima kasihku sebesar – besarnya buat Seluruh Dosen Pengajar di Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yg sangat berarti yang telah kalian berikan kepada kami… Serta semua pihak yg sudah membantu selama penyelesaian Tugas Akhir ini... pembimbingku... Teruntuk untuk Bapak Ir. Surya Marizal , M.Si atas semua pengorbanannya selama enam semester ini, atas segala bimbingannya dan tidak bosan – bosannya memberikan arahan, semangat serta nasehat yang sangat berguna bagi saya, karena tanpa arahan dan bimbingan Bapak, semua takkan seperti sekarang ini. saya akan membawa semua arahan serta nasehat Bapak kemanapun saya pergi, karena apapun yang di berikan oleh Bapak terhadap saya, sangat berguna nantinya dikemudian hari. Terima kasih atas nasehat Bapak yang mampu mengantarkan saya Menuju titik kemenangan hari ini… Untuk mu Dosen-dosenku ; semoga Allah selalu melindungimu dan meninggikan derajatmu di dunia dan di akhirat, terima kasih atas bimbingan dan arahan selama ini. Semoga ilmu yang telah diajarkan menuntunku menjadi manusia yang berharga di dunia dan bernilai di akhirat. Alhamdulillahi robbil „aalamiin... “Ya Allah, jadikanlah Iman, Ilmu dan Amal ku sebagai lentera jalan hidupku keluarga dan saudara seimanku” My Best friend‟s Buat sahabatku Ninda Wiraksi, Ismailah, Tri lianingsih, Rahma Daniyati, Nur Asiah, Arwina Dyanti Putri, Sapriani, Fitri Hardiyanti terima kasih atas bantuan, doa, nasehat, hiburan, dan semangat yang kamu berikan selama aku kuliah, aku tak akan melupakan semua yang telah kalian berikan selama ini dan terima kasih atas bantuan kalian, semangat kalian dan candaan kalian, Q tak akan melupakan kalian. Buat sahabat-sahabatku Ps Pangan angkatan “12 yang turut membantu selama ini, dan teman-teman seperjuangan terima kasih atas hari-hari yang indah yang pernah kita lalui bersama…. Ungkapan terakhir….Alhamdulillah Terima kasih ya Allah atas rahmat dan karunia-Mu By : Nur Absyah Tarigan Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir i KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini yang berjudul “UPAYA PENINGKATAN HASIL KEDELAI (Glycine max L.) DENGAN SISTEM TANPA OLAH TANAH PADA LAHAN SAWAH DI DESA SUMBEREJO SUMATERA UTARA”. Laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Diploma III pada Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Isi laporan ini merupakan hasil Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa penulis sendiri. Sehubungan dengan selesainya pelaksanaan, Ujian dan penyusunan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM), penulis mendapatkan bimbingan, informasi dari berbagai pihak, serta motivasi yang diperoleh dalam pembuatan laporan ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Ir. Gusmalini, M.Si selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 2. Bapak Ir. Setya Dharma, M.Si selaku ketua jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 3. Ibu Dr. Rinda Yanti, SP. MSi selaku ketua program studi Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 4. Bapak Ir. Surya Marizal, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu membimbing dalam penyusunan laporan tugas akhir ini sehingga saya dapat menyelesaikan dengan baik. 5. Ayahanda Edy Syahputra Tarigan dan Ibunda Dianta Ginting selaku orang tua saya dan seluruh keluarga serta rekan-rekan yang telah mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis baik secara moril maupun materil dan dapat mencurahkan segenap kasih sayang dan do’a-do’anya bagaikan cahaya Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir ii yang mengiringi dan menuntun setiap langkahku. Seterusnya kepada saudarasaudara penulis, merekalah yang senantiasa memberikan dukungan moril dan material dalam menempuh jenjang pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. 6. Bapak/ibu dosen jurusan dan program studi Budidaya Tanaman Pangan. 7. Serta semua pihak yang yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis. Semoga Allah membalas Amal- amal kebaikan kita semua Amin Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Tanjung Pati, Juni 2015 Penulis, N.A.T Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir iii DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN............................................................................................ iii KATA PENGANTAR ................................................................................ viii DAFTAR ISI............................................................................................... x DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1.2. Tujuan ............................................................................................ 1 5 II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2.1. Karakteristik Komoditi .................................................................. 2.2. Aspek Teknologi ............................................................................ 6 13 III. METODE PELAKSANAAN ............................................................ 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. Waktu dan Tempat ....................................................................... Bahan dan Alat .............................................................................. Metode .......................................................................................... Pelaksanaan .................................................................................. 18 18 18 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 4.1. Hasil .............................................................................................. 4.2. Pembahasan ................................................................................... 24 28 V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 5.1. Kesimpulan ................................................................................... 5.2. Saran .............................................................................................. 35 35 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 36 LAMPIRAN................................................................................................ 38 Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir iv DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Komposisi Rata – Rata Kedelai Yang Didasarkan Pada Analisis Terhadap 10 varietas kedelai................................................................. 1 2. Rekapitulasi Hasil Uji t Terhadap Komponen Hasil Tanaman Kedelai………………………………………………………………… 28 Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir v DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Grafik Jumlah Polong Per Tanaman Kedelai........................................ 24 2. Grafik Jumlah Biji Per Polong Kedelai ................................................ 25 3. Grafik Jumlah Polong Bernas Kedelai .................................................. 26 4. Grafik Bobot 100 Biji Kedelai .............................................................. 27 5. Grafik Produksi Berdasarkan Komponen Hasil Kedelai ...................... 27 6. Tanaman Kedelai Siap Dipanen ............................................................ 44 7. Sampel Tanaman Kedelai ..................................................................... 44 8. Panen Sampel Kedelai .......................................................................... 45 9. Hasil Panen Sampel Kedelai ................................................................. 45 10. Pemisahan Polong Per Tanaman Dari Batang Kedelai ......................... 46 11. Sampel Jumlah Polong Per Tanaman Kedelai ...................................... 46 12. Polong Bernas Varietas Anjasmoro ...................................................... 47 13. Bobot 100 Biji Kedelai ......................................................................... 47 Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir vi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro .................................................. 38 2. Hasil Analisis Uji t Terhadap Jumlah Polong Per Tanaman Kedelai .... 39 3. Hasil Analisis Uji t Terhadap Jumlah Biji Per Polong Kedelai ............. 40 4. Hasil Analisis Uji t Terhadap Jumlah Polong Bernas Kedelai ............. 42 5. Hasil Analisis Uji t Terhadap Bobot 100 Biji Kedelai .......................... 42 6. Rata-Rata Curah Hujan Bulan Januari - April Di Kabupaten Deli Serdang Stasiun Sampali........................................................................ 43 7. Dokumentasi Pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa ....... 44 Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L.) adalah komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kedelai sebagai tanaman pangan posisinya menduduki tempat ketiga setelah padi dan jagung, yang kebutuhannya terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan penduduk. Kedelai merupakan tanaman legum yang kaya protein nabati, karbohidrat dan lemak. Biji kedelai juga mengandung fosfor, besi, kalsium, vitamin B dengan komposisi asam amino lengkap, sehingga potensial untuk pertumbuhan tubuh manusia (Pringgohandoko dan Padmini, 1999 dalam Meirina, Darmanti, Haryanti, 2006). Kedelai juga mengandung asam-asam tak jenuh yang dapat mencegah timbulnya arteri sclerosis yaitu terjadinya pengerasan pembuluh nadi (Taufiq dan Novo, 2004 dalam Meirina, Darmanti, Haryanti, 2006 ). Rata-rata komposisi 10 varietas kedelai dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini : Tabel 1. Komposisi Rata - Rata Kedelai Yang Didasarkan Pada Analisis Terhadap 10 Varietas Kedelai. Komposisi Terendah (%) Tertinggi (%) Rata –rata (%) Abu Lemak Kasar Serat Kasar 3,67 14,95 4,24 5,90 22,90 7,60 4,99 19,63 5,53 Protein N x 6,25 Gula (sukrosa) 36,62 2,70 53,19 11,97 42,78 7,97 P K 0,42 1,29 0,82 2,17 0,66 1,67 Ca 0,16 0,47 0,275 Sumber: U.S Department of Agriculture’s dalam Thoha, Nazhri, Nursallya (2008) Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 2 Data BPS (2007) dalam Fadriansyah, A (2013) menyebutkan kebutuhan kedelai dalam negeri kurang lebih mencapai 2 juta ton/tahun, dimana produksi dalam negeri tahun 2007 baru mencapai 608.263 ton. Produksi kedelai Nasional dalam 8 tahun terakhir dari tahun 2000 sampai 2007 ternyata mengalami penurunan rata-rata sebesar 7,20 %. Hasil panen kedelai di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2012 mencapai 1.241 ton dengan luas panen 1.388 ha, sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 790 ton dengan luas panen 792 ha (BPS Deli Serdang, 2014). Menurunnya luas pertanaman dan luas panen kedelai serta harga jual kedelai yang tidak tetap merupakan salah satu penyebab utama, penyebab lainnya adalah perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi sehingga pertumbuhan tanaman kedelai kurang optimal, dan besarnya biaya saprodi yang dibutuhkan untuk berbudidaya kedelai. Kendala budidaya tanaman kedelai yang lainnya adalah kompetisi dengan gulma. Kompetisi dengan gulma dipengaruhi oleh tindakan pengolahan tanah secara intensif. Tindakan olah tanah akan menghasilkan kondisi kegemburan tanah yang baik untuk pertumbuhan akar (Rachman et al., 2004 dalam Widyasari, Sumarni, Ariffin, 2011), sehingga membentuk struktur dan aerasi tanah lebih baik dibanding tanpa olah tanah. Namun, pengolahan tanah yang dilakukan secara intensif dapat menurunkan kualitas tanah karena porositas tanah yang tinggi dan kemantapan agregrat yang menurun sehingga evaporasi tinggi. Hal ini didukung oleh Hammel (1986), Kay (1990), Suwardjo, dkk (1984) dalam Alfons dan Hedayana (2010) yang menyatakan bahwa pengolahan tanah secara intensif dan terus menerus sehingga dapat merusak sifat fisik tanah. Beberapa penelitian Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 3 menunjukkan bahwa pengolahan tanah terus menerus setiap musim tanam menyebabkan menurunnya pori air tersedia, stabilitas agregat, laju infiltrasi. Pada sistem tanpa olah tanah, lingkungan tanah yang bahan organiknya hanya berada dipermukaan tanah maka memiliki fungsi yang relatif lebih banyak. Persiapan lahan yang ditunjukkan dengan sistem tanpa olah tanah cenderung memiliki lebih banyak efek positif terhadap keanekaragaman beberapa biota tanah dibandingkan dengan pengolahan tanah konvensional (Makalewk, 2001 dalam Skripsi Indria, 2005). Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada pada 2057 Lintang Utara, 3016’’ Lintang Selatan dan 98033’’ – 99027’’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan laut. Di Kabupaten Deli Serdang dikenal hanya dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin yang bertiup tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus sehingga terjadi musim hujan. Keadaan ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober-Nopember (BPS Deli serdang, 2014). Jenis tanaman pertanian yang dihasilkan di Kabupaten Deli Serdang seperti tanaman perkebunan yaitu karet, kelapa sawit, coklat dan kelapa sedangkan tanaman pangan yang dihasilkan yaitu padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan ubi kayu. Pola tanam yang dilakukan oleh petani di Desa Sumberejo Kabupaten Deli Serdang adalah dengan melakukan rotasi tanam yaitu Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 4 menanam kedelai setelah penanaman padi. Cara bercocok tanam seperti ini sangat menguntungkan karena selain sebagai pemutus siklus dari hama dan penyakit agar tidak berkembang, sistem budidaya seperti ini juga menguntungkan dilihat dari bertambahnya kesuburan tanah karena pada akar kedelai terdapat ryzobium yang dapat memfiksasi N dari udara sehingga N tersebut dapat dimanfaatkan pada saat penanaman padi. Hal ini didukung oleh pendapat Sumarno (2007) yang menyatakan bahwa penerapan pola tanam padi-padi-kedelai di lahan sawah secara nasional, selain memperbaiki kesuburan tanah, juga mampu meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan produksi kedelai menuju swasembada. Pola tanam padi-padi-kedelai sebenarnya merupakan sistem pengelolaan sumber daya dan tanaman yang ideal, ditinjau dari berbagai segi, termasuk efisiensi penggunaan lahan, perawatan kesuburan tanah, tujuan penyediaan produksi pangan kalori dan sumber protein, dan pemeliharaan sifat berkelanjutan sistem produksi. Sistem bercocok tanam lainnya yang dilakukan oleh petani di Desa Sumberejo adalah dengan tidak melakukan pengolahan tanah setelah bertanam padi. Pengolahan tanah tidak dilakukan karena menurut petani dapat menyebabkan pertumbuhan gulma yang sangat cepat, untuk meminimalkan biaya tenaga kerja, dan mengefisiensikan waktu serta sisa jerami sebagai bahan organik yang terdapat di lahan bekas sawah dijadikan sebagai mulsa untuk menekan pertumbuhan gulma dan meningkatkan kesuburan tanah. Aplikasi mulsa merupakan salah satu upaya menekan pertumbuhan gulma, memodifikasi keseimbangan air, suhu dan kelembaban tanah serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dan Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 5 berkembang dengan baik. Penggunaan mulsa organik seperti mulsa jerami padi merupakan pilihan alternatif yang tepat karena mulsa jerami padi dapat memperbaiki kesuburan, struktur dan secara tidak langsung akan mempertahankan agregasi dan porositas tanah, yang berarti akan mempertahankan kapasitas tanah menahan air, setelah terdekomposisi. Fauzan (2002) dalam Fadriansyah (2013) mengemukakan bahwa penutupan tanah dengan bahan organik dapat meningkatkan penyerapan air dan mengurangi penguapan air di permukaan tanah. Sehubungan dengan itu penulis tertarik untuk mencoba memanfaatkan lahan sawah dengan sistem tanpa olah tanah terhadap tanaman kedelai sebagai suatu laporan tugas akhir dengan judul “ Upaya peningkatan hasil kedelai (Glycine max L.) dengan sistem tanpa olah tanah pada lahan sawah di Desa Sumberejo Sumatera Utara ”. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan Laporan Tugas Akhir (LTA) ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh dan perbandingan produksi sistem tanpa olah tanah terhadap produksi tanaman kedelai (Glycinemax L.) pada lahan sawah. 2. Mengetahui perbedaan antara sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna tanaman kedelai (Glycinemax L.) pada lahan sawah. Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir II. 2.1 6 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Komoditi A. Klasifikasi kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai, kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Adisarwanto, 2005) : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rosales Famili : Leguminosae Sub-famili : Papilionaceae Genus : Glycine Spesies : Glycine max (L.) Merill B. Morfologi tanaman kedelai Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal (Adisarwanto, 2005). 1. Akar Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul disekitar misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat kedalam tanah, Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 7 sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Perkembangan akar kedelai sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia tanah, jenis tanah, cara pengolahan tanah, kecukupan unsur hara, serta ketersediaan air didalam tanah. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m atau lebih pada kodisi yang optimal. Namun demikian, umumnya akar tunggang hanya tumbuh pada kedalaman lapisan tanah olahan yang tidak terlalu dalam, sekitar 30 cm-50 cm sementara akar serabut dapat tumbuh pada kedalaman tanah sekitar 20-30 cm. akar serabut ini mula-mula tumbuh didekat ujung akar tunggang, sekitar 3-4 hari setelah berkecambah. Akar serabut akan semakin bertambah banyak dengan pembentukan akar-akar muda yang lain (Adisarwanto, 2005). Menurut Andrianto dan Indarto (2004) bahwa, susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar – akar cabang banyak terdapat bintil – bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah. 2. Batang dan cabang Menurut Adisarwanto (2005) menyatakan bahwa, hipokotil pada proses perkecambahan merupakan bagian batang, mulai dari pangkal akar sampai kotiledon. Hopikotil dan dua keping kotiledon yang masih melekat pada hipokotil akan menerobos ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada di atas kotiledon tersebut dinamakan epikotil. Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Jumlah Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 8 buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan periode panjang penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal, jumlah buku berkisar 15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih banyak dibandingkan batang determinate. Cabang akan muncul di batang tanaman. Jumlah cabang tergantung dari varietas dan kondisi tanah, tetapi ada juga varietas kedelai yang tidak bercabang. Jumlah batang bisa menjadi banyak bila penanaman dirapatkan dari 250.000 tanaman/hektar menjadi 500.000 tanaman/hektar (Padjar, 2010). 3. Daun Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata antara 190-320 buah/m² (Irwan, 2006). Menurut Adisarwanto (2005) bahwa, umumnya daun mempunyai bulu dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm, kepadatan bulu bervariasi, tergantung varietas, tetapi biasanya antara 3-20 buah/mm2. Jumlah bulu pada varietas berbulu lebat, dapat mencapai 3-4 kali lipat dari varietas yang berbulu normal. Lebat-tipisnya bulu pada daun kedelai berkaitan dengan tingkat toleransi varietas kedelai terhadap serangan jenis hama tertentu. Hama penggerek polong ternyata sangat jarang menyerang varietas kedelai yang berbulu lebat. Contoh berbulu lebat yaitu IAC Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 9 100, sedangkan varietas yang berbulu jarang yaitu Wilis, Dieng, Anjasmoro, dan Mahameru. 4. Bunga Bunga kedelai disebut bunga kupu-kupu dan mempunyai dua mahkota dan dua kelopak bunga. Warna bunga putih bersih atau ungu muda. Bunga tumbuh pada ketiak daun dan berkembang dari bawah lalu menyembul ke atas. Pada setiap ketiak daun umumnya terdapat 3-15 kuntum bunga. Namun, sebagian besar bunga rontok dan hanya beberapa bunga yang dapat membentuk polong (Andrianto dan Indarto, 2004). Menurut Adisarwanto (2005) bahwa, pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Pada suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga. Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-4 minggu untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia. Jumlah bunga pada tipe batang determinate umumnya lebih sedikit dibandingkan pada batang tipe determinate. Warna bunga yang umum pada berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih dan ungu. 5. Polong dan biji Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, anatara 1-10 buah dalam setiap kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 10 biji akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga terhenti. Ukuran dan bentuk polong mejadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini kemungkinan diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning kecoklatan pada saat masak (Adisarwanto, 2005). Menurut Irwan (2006) bahwa, terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji di dalam polong kedelai. Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (10-13 g/100 biji), dan besar (> 13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Biji kedelai terbagi menjadi bagian utama, yaitu kulit biji dan janin (embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna tersebut. Biji kedelai tidak mengalami masa dormansi sehingga setelah proses pembijian selesai, biji kedelai langsung dapat ditanam. Namun demikian, biji tersebut harus mempunyai kadar air berkisar 12-13% (Adisarwanto, 2005). C. Syarat tumbuh Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh disemua jenis tanah. Namun demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, kedelai harus ditanam pada jenis tanah bertekstur lempung berpasir atau liat berpasir. Hal ini tidak hanya terkait dengan ketersediaan air untuk mendukung pertumbuhan, tetapi juga terkait dengan faktor lingkungan tumbuh yang lain. Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 11 Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pertanaman kedelai yaitu kedalaman olah tanah yang merupakan media pendukung pertumbuhan akar. Artinya, semakin dalam olah tanahnya maka akan tersedia ruang untuk pertumbuhan akar yang lebih bebas sehingga akar tunggang yang terbentuk semakin kokoh dan dalam. Penanaman kedelai pada media bekas tunggul padi di lahan sawah sebenarnya memberi nilai tambah yang cukup baik. Hal ini dikarenakan bagian bekas akar padi dapat diisi oleh pertumbuhan akar tanaman kedelai sehingga akar kedelai bisa tumbuh sesuai dengan kedalaman akar tanaman padi yang dapat mencapai 1-2 m (Adisarwanto, 2005). Kedelai membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air tetap tersedia. Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik (Prihatman, 2000). Tanaman kedelai pada kondisi yang beragam. Suhu tanah optimal dalam proses perkecambahan yaitu 300 C, dan kelembaban 60%. Bila tumbuh pada suhu tanah yang rendah (< 150 C), proses perkecambahan menjadi sangat lambat, bisa mencapai 2 minggu. Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada kondisi kelembaban tanah tinggi. Sementara pada suhu tinggi (> 300 C), banyak Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 12 biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat (Adisarwanto, 2005). Menurut Andrianto dan Indarto (2004) bahwa, toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8 – 7, namun pada tanah dengan pH 4,5 kedelai masih dapat tumbuh baik, yaitu menambah kapur 2,4 ton per ha. Kedelai menghendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya, terutama pada saat pengisian biji. Tersedianya air tanah selama pertumbuhan tanaman sangat menentukan daya hasil kedelai dengan curah hujan 300-400 mm/bulan (Rukmi, 2011). Menurut Adisarwanto (2005) bahwa, tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman hari pendek. Artinya, tanaman kedelai tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis, yaitu 15 jam per hari. Aerasi tanah (kandungan O2 dan CO2 di dalam tanah) sangat mempengaruhi sistem perakaran suatu tanaman. Oksigen merupakan unsur yang penting untuk proses-proses metabolisme. Kebutuhan oksigen untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda. Pada kedelai kebutuhan O2 dan pengambilan nitrogen lebih besar pada fase vegetatif dibandingkan dengan fase generatif. Apabila tanaman ditanam pada tempat yang dijenuhi oleh air (tergenang) maka dalam jangka waktu yang relatif singkat akan menunjukkan penguningan daun, pertumbuhan terhambat, dan menyebabkan matinya tanaman. Hal ini disebabkan karena pada kondisi yang jenuh air, maka kandungan O2 sedikit dan CO2 meningkat. Sehingga akan menghambat pertumbuhan akar yang selanjutnya berpengaruh pada proses pengisapan air dan unsur hara (Islami dan Utomo, 1995). Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 13 Selama pertumbuhan tanaman kebutuhan air menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan. Kebutuhan air tanaman berkisar antara 350-550 mm. Faktor air juga menjadi sangat penting karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhan. Kebutuhan air semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi terjadi pada saat masa berbunga dan pengisisan polong. Kondisi kekeringan menjadi sangat kritis pada saat tanaman kedelai berada pada stadia perkecambahan dan pembentukan polong. Namun demikian, selama stadia pemasakan biji tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan yang kering agar diperoleh kualitas biji yang baik. Kondisi lingkungan yang kering akan mendorong proses pemasakan biji lebih cepat dan bentuk biji seragam (Adisarwanto, 2005). 2.2 Aspek Teknologi (Tanpa Olah Tanah) Sifat fisik tanah sawah merupakan aspek yang perlu diperhatikan dan dikelola dengan tepat, karena selain sangat menentukan efisiensi penggunaan air dan hara, juga sangat berpengaruh dalam menciptakan media tanam dan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman padi dan tanaman lainnya yang ditanami setelah tanaman padi (Agus dan Dariah, 2008 dalam Fadriansyah, 2013). Menurut Tyasmoro et al, (1995) dalam Skripsi Indria (2005) bahwa, pengolahan tanah dimaksudkan untuk menjaga aerasi dan kelembaban tanah sesuai dengan kebutuhan tanah, sehingga pertumbuhan akar dan penyerapan unsur hara oleh akar tanaman dapat berlangsung dengan baik. Ada beberapa cara pengolahan tanah yang dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu tanpa olah tanah, pengolahan tanah minimum dan pengolahan tanah intensif. Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 14 Pengolahan tanah merupakan salah satu komponen pengelolaan sumber daya lahan untuk menciptakan keadaan fisik tanah yang kondusif bagi perkembangan benih dan pertumbuhan akar tanaman serta menekan pertumbuhan gulma. Di dalam prakteknya setiap akan tanam petani mengolah tanah secara intensif (terus menerus) sehingga merusak struktur tanah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan tanah terus menerus setiap musim tanam menyebabkan menurunnya pori air tersedia, stabilitas agregat, dan laju infiltrasi. Lebih lanjut Rachman et al., (2004) dalam Fikri (2012) menyatakan bahwa, tindakan olah tanah akan menghasilkan kondisi kegemburan tanah yang baik untuk pertumbuhan akar sehingga membentuk struktur dan aerasi tanah lebih baik dibanding tanpa olah tanah. Namun, pengolahan tanah yang dilakukan secara intensif dapat menurunkan kualitas tanah karena porositas tanah yang tinggi dan kemantapan agregrat yang menurun sehingga evaporasi tinggi. Pada sistem tanpa olah tanah yang terus menerus, residu organik dari tanaman sebelumnya mengumpul pada permukaan tanah, sehingga terdapat aktivitas mikroba perombak tanah pada permukaan tanah yang lebih besar pada tanah-tanah tanpa olah jika dibandingkan dengan pengolahan tanah sempurna (Engelstad, 1997 dalam Skripsi Indria, 2005). Tanpa olah tanah populasi gulmanya lebih rendah dan menghasilkan kualitas tanah yang lebih baik secara fisik maupun biologi (meningkatkan kadar bahan organik tanah, kemantapan agregrat dan infiltrasi) serta hasil tanaman jagung yang relatif sama dibandingkan dengan perlakuan olah tanah intensif (Silawibawa, 2003 dalam Fikri, 2012). Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 15 Menurut Sutanto (2002) menyatakan bahwa, pada sistem tanpa olah tanah yang terus menerus, residu organik dari tanaman sebelumnya mengumpul pada permukaan tanah dibanding dengan pengolahan konvensional yang bahan organiknya tercampur dalam pengolahan tanah. Sehingga kandungan bahan organik pada sistem tanpa olah tanah lebih banyak dari pada pengolahan tanah konvensional. Pengolahan tanah minimum atau tanpa olah tanah selalu berhubungan dengan penanaman yang cukup menggunakan tugal atau alat lain yang sama sekali tidak menyebabkan lapisan olah menjadi rusak dan di permukaan tanah masih banyak dijumpai residu tanaman. Cara ini dapat berjalan dengan baik untuk tanaman serealia yang ditanam menurut larikan. Pada sistem tanpa olah tanah, lingkungan tanah yang bahan organiknya hanya berada dipermukaan tanah maka memiliki fungsi yang relatif lebih banyak. Persiapan lahan yang ditunjukkan dengan sistem tanpa olah tanah cenderung memiliki lebih banyak efek positif terhadap keanekaragaman beberapa biota tanah dibandingkan dengan pengolahan tanah konvensional (Makalewk, 2001 dalam Skripsi Indria, 2005). Jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai mulsa, yang berfungsi menekan pertumbuhan gulma dan merubah iklim mikro tanah (Dwiyanti, 2005 dalam Fikri, 2012). Hasil penelitian Suhartina dan Adisarwanto (1996) dalam Fikri (2012) melaporkan bahwa, penggunaan jerami padi sebagai mulsa yang dihamparkan merata di atas permukaan tanah sebanyak 5 ton ha-1 dapat menekan pertumbuhan gulma 37-61% dibandingkan dengan tanpa mulsa, sedangkan apabila jerami padi dibakar maka pertumbuhan gulma hanya akan menurun 2731%. Besar kecilnya pengaruh yang ditimbulkan akibat pemulsaan tersebut akan Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 16 bergantung pada dosis mulsa yang digunakan, sehingga diperlukannya dosis mulsa yang tepat. Penggunaan mulsa jerami padi dengan takaran rekomendasi sebanyak 5 ton/ha atau sejumlah jerami yang ada dalam satu petakan alami dapat memelihara kelembapan tanah dan menekan pertumbuhan gulma. Pemulsaan yang sesuai dapat merubah iklim mikro sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma dan menghindari kehilangan air melalui penguapan serta meningkatkan produksi tanaman. Suhartina dan Adisarwanto (1996) dalam Fikri (2012) menemukan peningkatan hasil kedelai mencapai 100% dengan penggunaan mulsa jerami padi 5 ton/ha dikombinasikan dengan tanpa olah tanah (TOT). Pemberian bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik, biologi, dan kimia tanah, tetapi mutu bahan organik dipengaruhi oleh tingkat penguraiannya. Semakin cepat tingkat penguraiannya, bahan organik semakin mudah tersedia. Bahan organik sangat penting karena berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi semua unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan menjaga kondisi fisik yang diinginkan (Stevensen, 1982 dalam Skripsi Indria, 2005). Menurut Doeswono (1983), pengaruh pemberian bahan organik terhadap sifat biologi tanah adalah jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat. Secara umum, pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Mikroorganisme tanah saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 17 organik karena bahan organik menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk tumbuh. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), bahwa pemberian bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan KTK (kapasitas tukaran kation) sehingga kemampuan mengikat kation menjadi lebih tinggi. Akibatnya, jika tanah yang dipupuk dengan bahan organik dengan dosis tinggi, hara tanaman tidak mudah tersusun. Menurut Murbandono (1995) dalam Skripsi Indria, (2005) menyatakan bahwa, bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah berlempung, sehingga tanah yang tadinya berat dengan penambahan bahan organik akan menjadi lebih ringan. Selain itu, bahan organik dalam tanah akan mempertinggi kemampuan penampungan air, sehingga tanah dapat lebih banyak menyediakan air bagi tanaman. Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 18 III. 3.1 METODE PELAKSANAAN Waktu dan Tempat Laporan tugas akhir ini ditulis berdasarkan hasil Pengalaman Kerja Praktek Mahasiwa (PKPM) yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2015 di Desa Sumberejo, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada budidaya kedelai ini yaitu benih kedelai Varietas Anjasmoro, pupuk Urea, pupuk Phoska, Herbisisda Rumpas dan Glifosat, Insektisida Sagribet, Drusband, Lanet, dan Kendrel, Fungisida Antrachol, perangsang Baypoland, karung goni, dan tali plastik. Sedangkan alat yang digunakan adalah tugal, mesin babat, hand tractor, sabit bergerigi, hand sprayer, power treaser/grendel, alas tikar, dan jarum goni. 3.3 Metode Metode yang digunakan adalah membandingkan pertumbuhan generatif dan komponen produksi tanaman kedelai yang ditanam dengan dua sistem olah tanah yaitu : 1. Tanaman kedelai sistem tanpa olah tanah. 2. Tanaman kedelai sistem olah tanah sempurna. Luas lahan yang digunakan adalah 200 m2 pada masing-masing setiap perlakuan. Jumlah sampel tanaman sebanyak 20 tanaman yang diambil secara acak, untuk mengetahui perbedaan variabel pengamatan antara tanpa olah tanah Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 19 dengan olah tanah sempurna, data pengamatan di analisis dengan uji t pada taraf 5% dan 1%, dengan rumus sebagai berikut : √( √ ) ( √ ) Dimana : √ √ Keterangan : X = nilai masing-masing variabel pada olah tanah y = nilai masing-masing variabel tanpa olah tanah Mx, My = rata-rata nilai variabel x dan y N = jumlah sampel tanaman SDx, SDy = standar deviasi variabel x dan y sempurna Untuk mengetahui perbedaan variabel pengamatan pada masing-masing perlakuan dengan tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna dilakukan uji t pada taraf nyata 5 % dan 1% dengan hipotesis : Ho = terdapat perbedaan yang tidak nyata antara tanpa olah tanah dengan olah tanah sempurna terhadap komponen hasil kedelai (Glycine Max L.) ( t hitung < t tabel 5% → Non Significant/ns). H1 = terdapat perbedaan yang nyata atau sangat nyata antara antara tanpa olah tanah dengan olah tanah sempurna terhadap komponen hasil kedelai (Glycine Max L.). ( t hitung > t tabel 5% → Significant/s atau t tabel 5% < t hitung > t tabel 1% → High Significant/hs). Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 3.4 Pelaksanaan 1. Pengadaan benih 20 Varietas kedelai yang digunakan dalam budidaya kedelai sistem tanpa olah tanah adalah kedelai varietas Anjasmoro (Deskripsi terlampir). Benih kedelai yang digunakan adalah benih bersertifikat. Kebutuhan benih kedelai adalah 50 kg/ha, sehingga kebutuhan benih untuk luasan 200 m2 yaitu 1 kg/200 m2. 2. Pembuatan drainase Pembuatan drainase pada sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna sama, yaitu dilakukan 2-3 hari setelah padi dipanen dengan menggunakan hand tractor. Saluran drainase dibuat diantara petakan sawah dengan lebar 25 cm - 30 cm dan dengan kedalaman 30 cm. 3. Pengolahan tanah Pengolahan tanah merupakan bagian dari penerapan teknologi, yaitu terdiri dari ; a. Tanpa olah tanah Pengolahan tanah tidak dilakukan pada budidaya kedelai sistem tanpa olah tanah. Setelah padi dipanen maka langsung dilakukan penugalan dan penanaman. Setelah penanaman selesai maka dilakukan pembabatan jerami dengan menggunakan mesin dan menjadikan jerami sebagai mulsa. b. Olah tanah sempurna Pengolahan tanah dilakukan setelah padi dipanen, dengan cara membajak tanah sawah tersebut beserta dengan sisa jerami tanaman padi. Setelah satu minggu pengolahan tanah maka langsung dilakukan penugalan dan penanaman. Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 4. 21 Penugalan dan penanaman Cara tanam yang dilakukan antara sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna sama yaitu dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman 2 cm. Jarak tanam penanaman yang dibuat adalah 25 cm x 25 cm dan setiap lubang tanam diisi sebanyak 2 – 3 biji kedelai. 5. Pembabatan jerami pada sistem tanpa olah tanah Setelah penanaman benih kedelai pada lahan tanpa olah tanah selesai, maka jerami langsung dibabat dengan menggunakan mesin babat. Hal ini dilakukan karena jerami yang dibabat dijadikan sebagai mulsa. 6. Pemupukan dasar Pemupukan dasar diberikan satu minggu setelah kedelai ditanam. Jenis pupuk yang diberikan adalah urea 100 kg/ha dan phonska 100 kg/ha. Sehingga dosis urea dan phonska yang diberikan yaitu 2 kg/200 m2. 7. Pemeliharaan a. Penyiangan Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada saat kedelai berumur 14 hst dengan menyemprotkan herbisida Rumpas sedangkan pada saat kedelai berumur 45 hst penyemprotan dilakukan dengan Glifosat. Gulma yang terdapat disekitar batang tanaman kedelai disiang secara manual. Gulma hasil siangan diletakkan dibarisan kedelai. Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 22 b. Pemupukan susulan Pemupukan susulan dilakukan saat kedelai berumur 35-40 hari setelah tanam. Adapun jenis pupuk susulan yang digunakan adalah urea dan phonska 100 kg/ha. Sehingga dosis urea dan phonska yang diberikan yaitu 2 kg/200 m2. c. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan empat kali yaitu pada saat kedelai berumur 15 hst dan 30 hst dengan menyemprotkan Drusband dan Lanet dan Baypoland, 50 hst dengan menyemprotkan Sagribet dan Antrachol, serta pada umur 65 hst dengan menyemprotkan Kendrel. 8. Panen Panen kedelai dilakukan pada saat kedelai berumur 95 hst, dan melihat kriteria panen kedelai seperti sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Cara panen kedelai yang dilakukan adalah dengan menggunakan sabit bergerigi dengan menyabit batang kedelai lalu diletakkan secara beraturan di barisan tanam kedelai. Hal ini dilakukan agar polong kedelai cepat kering. 9. Pasca panen Setelah dua hari pemanenan maka dilakukan pembalikan kedelai. Setelah selesai dibalik maka kedelai dibiarkan lagi selama dua hari agar polong kedelai kering merata. Setelah dua hari pembalikan maka tanaman kedelai dikumpulkan Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 23 dan dipisahkan biji dari polongnya dengan menggunakan Power treaser atau Grendel. e. Pengamatan 1. Jumlah polong per tanaman Jumlah polong tanaman dihitung setelah panen.Semua polong yang dihasilkan oleh seluruh tanaman dihitung baik polong berisi maupun polong hampa. 2. Jumlah biji per polong Jumlah biji per polong dihitung setiap tanaman. 3. Berat 100 biji Biji kedelai uang telah dipanen diambil 100 biji secara acak kemudian ditimbang. 4. Produksi berdasarkan komponen hasil Mengalikan semua komponen hasil yang telah diamati. Perluasan lahan 200 m2 untuk lahan sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna. Rumus untuk mencari komponen hasil adalah sebagai berikut : Komponen hasil = Jumlah populasi tanaman x jumlah polong per rumpun x jumlah biji/polong x bobot 100 biji/100 Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir V. 24 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil A. Jumlah polong per tanaman Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap jumlah polong per tanaman dari pengaruh sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna, disajikan pada Lampiran 2. Perbandingan jumlah polong per tanaman kedelai antara tanpa olah Jumlah polong per tanaman tanah dan olah tanah sempurna dapat dilihat pada Gambar 1 : 280 240 200 160 120 80 40 0 246 215 Tanpa Olah Tanah Olah Tanah Sempurna Gambar 1 : Grafik Jumlah Polong Per Tanaman Kedelai. Berdasarkan Gambar 1 grafik jumlah polong per tanaman terlihat adanya perbedaan. Jumlah polong per tanaman pada hasil tanpa olah tanah lebih tinggi dibandingkan dengan hasil olah tanah sempurna. Jumlah polong pada lahan tanpa olah tanah adalah 246, sedangkan pada lahan olah tanah sempurna adalah 215. Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 25 B. Jumlah biji per polong Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap jumlah biji per polong dari pengaruh sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna, disajikan pada Lampiran 3. Perbandingan jumlah biji per polong kedelai antara tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna dapat dilihat pada Gambar 2 : Jumlah biji per polong 2 2 2 1.5 1 0.5 0 Tanpa Olah Tanah Olah Tanah Sempurna Gambar 2 : Grafik Jumlah Biji Per Polong Kedelai. Berdasarkan Gambar 2 grafik jumlah biji per polong tidak terlihat adanya perbedaan. Jumlah biji per polong pada lahan tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna sama yaitu 2 biji per polong. C. Jumlah polong bernas Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap jumlah polong bernas dari pengaruh sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna, disajikan pada Lampiran 4. Perbandingan jumlah polong bernas kedelai antara tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna dapat dilihat pada Gambar 3 : Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 26 1.24 1.20 1.40 % polong bernas 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00 Tanpa Olah Tanah Olah Tanah Sempurna Gambar 3 : Grafik Jumlah Polong Bernas Kedelai. Berdasarkan Gambar 3 grafik jumlah polong bernas terlihat adanya perbedaan. Jumlah polong bernas pada lahan tanpa olah tanah lebih rendah dibandingkan dengan olah tanah sempurna. Adapun jumlah polong bernas pada lahan tanpa olah tanah yaitu 1.20 %, sedangkan pada lahan olah tanah sempurna adalah 1.24%. D. Bobot 100 biji (g) Hasil pengamatan dan analisis uji t terhadap bobot 100 biji (g) dari pengaruh sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna, disajikan pada Lampiran 5. Perbandingan bobot 100 biji (g) kedelai antara tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna dapat dilihat pada Gambar 4 : Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 13 15 Bobot 100 biji (g) 27 12 12 9 6 3 0 Tanpa Olah Tanah Olah Tanah Sempurna Gambar 4 : Grafik Bobot 100 Biji Kedelai. Berdasarkan Gambar 4 grafik bobot 100 biji terlihat adanya perbedaan. Bobot 100 biji pada lahan tanpa olah tanah lebih tinggi dibandingkan dengan olah tanah sempurna. Bobot 100 biji (g) pada lahan tanpa olah tanah yaitu 13 g, sedangkan pada lahan olah tanah sempurna adalah 12 g. E. Produksi berdasarkan komponen hasil Perbandingan produksi berdasarkan komponen hasil kedelai antara tanpa Produksi (Kg) olah tanah dan olah tanah sempurna dapat dilihat pada Gambar 5 : 250 205 165 200 150 100 50 0 Tanpa Olah Tanah Olah Tanah Sempurna Gambar 5 : Grafik Produksi Berdasarkan Komponen Hasil Kedelai. Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 28 Berdasarkan Gambar 5 grafik perbandingan produksi per satuan luas sistem tanpa olah tanah lebih tinggi dibandingkan dengan olah tanah sempurna. Pada produksi kedelai sistem tanpa olah tanah mencapai 205 kg, sedangkam sistem olah tanah sempurna hanya mencapai 165 kg. Rekapitulasi hasil perhitungan uji t terhadap komponen hasil kedelai dari pengaruh sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna disajikan pada Tabel 2 berikut : Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji t Terhadap Komponen Hasil Tanaman Kedelai. No Variabel Pengamatan 1 2 3 4 5 Satuan Jumlah polong per tanaman Jumlah biji per polong Jumlah polong bernas Bobot 100 biji Produksi berdasarkan komponen hasil Buah Biji % G Kg Tanpa Olah Tanah 246 2 1.20 13 Olah Tanah Sempurna 215 2 1.24 12 205 165 t-hitung 2.09 s -1.93 ns -1.10 ns 1.43 ns - Ket : ns) tidak berbeda nyata menurut Uji t berbeda nyata menurut Uji t t tabel 5% = 2.05% t tabel 1% = 2.71% s)* Berdasarkan Tabel 2 perbandingan komponen hasil kedelai antara sistem tanpa olah tanah dan sistem olah tanah sempurna menunjukkan hasil perbandingan yang nyata. 4.2. Pembahasan Berdasarkan pada parameter pengamatan jumlah polong per tanaman terlihat adanya perbedaan. Jumlah polong per tanaman pada sistem tanpa olah tanah lebih tinggi dibandingkan dengan olah tanah sempurna. Hasil uji t menunjukkan bahwa sistem tanpa olah tanah berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per tanaman. Hal ini disebabkan pada lahan olah tanah sempurna Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 29 pengolahan tanah dilakukan secara terus-menerus sehingga merusak kualitas tanah yang menyebabkan menurunnya kemampuan tanah untuk mengikat air sehingga terjadi evaporasi. Evaporasi oleh sinar matahari sudah mulai terjadi akibat tindakan pengolahan tanah dan tidak adanya bahan yang ditambahkan sebagai tindakan untuk meminimalisir evaporasi seperti mulsa. Menurut Rachman et al., (2004) dalam Fikri (2012) menyatakan bahwa, pengolahan tanah yang dilakukan secara intensif dapat menurunkan kualitas tanah karena porositas tanah yang tinggi dan kemantapan agregrat yang menurun sehingga evaporasi tinggi. Evaporasi adalah proses fisika dimana penentuan nilainya menyangkut semua parameter fisik seperti suhu, udara, kelembaban, radiasi, air, dan komponen tanah (Usman, 1980 dalam Handayaninsih, 2013). Selain itu, tidak adanya pemberian bahan organik pada saat melakukan budidaya sehingga sifat fisik tanah sangat padat. Menurut Hardjowigeno (2003) bahwa pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah dan akibatnya terhadap pertumbuhan tanaman adalah: 1) sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah 2) sumber unsur hara N, P, S dan unsur hara mikro 3) menambah kemampuan tanah untuk menahan air 4) sumber energi mikroorganisme. Pada sistem tanpa olah tanah adanya penambahan bahan seperti jerami yang dijadikan sebagai mulsa sehingga penguapan menjadi lebih rendah. Menurut Mansyur (2011) menyatakan bahwa, penggunaan mulsa jerami dapat mencegah penguapan air tanah yang berlebihan, dapat mencegah pencucian hara, mengendalikan kelembaban tanah serta melindungi agregat tanah dari daya rusak butiran air hujan. Mulsa jerami dapat menstabilkan air untuk tanaman dan mengurangi penguapan, maka translokasi unsur hara untuk tanaman dapat Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 30 berlangsung dengan baik sehingga berpengaruh pada pembelahan sel dan perpanjangan ruas. Selain itu, peranan jerami padi pada saat fase vegetatif tanaman kedelai adalah sebagai mulsa karena jerami masih segar, akan tetapi pada saat mulsa sudah melapuk maka akan menjadi bahan organik. Dengan adanya pemberian mulsa jerami padi yang telah melapuk menyebabkan struktur tanah menjadi gembur sehingga mendorong akar-akar tanaman berkembang dengan baik dan aktif menyerap unsur hara dan air yang tersedia. Pendapat ini sesuai dengan hasil yang didapatkan oleh Martin dan Leonard (1959) dikutip oleh Darmawan (1995) dalam Jamila dan Kaharuddin (2007) bahwa, produksi tanaman kedelai yang diusahakan dengan membiarkan sisa-sisa tanaman berupa jerami pada pertanaman kedelai memberikan hasil yang tinggi karena kondisi kelembaban yang tinggi, karena adanya pemberian mulsa yang menyebabkan tingginya pertumbuhan dan komponen produksi kedelai yang diusahakan. Lebih lanjut Kumalasari, Abdullah, dan Jayadi (2005) menyatakan bahwa terjadinya dekomposisi dari bahan mulsa organik sehingga mensuplai unsur hara bagi tanaman dan kondisi lingkungan serta mempermudah mineral dari bahan organik untuk digunakan oleh tanaman. Pemberian mulsa jerami padi secara signifikan meningkatkan fosfor tersedia dan kalium dalam tanah (Sonsteby et al, 2004 dalam Fadriansyah, 2013). Hasil dekomposisi bahan organik dapat meningkatkan unsur N, P, K dimana dapat meningkatkan karbohidrat pada proses fotosintesis, karena unsur N untuk membentuk klorofil dan yang berfungsi untuk menyerap cahaya matahari dan sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis, sedangkan unsur K meningkatkan absorbsi CO2 kaitannya dengan membuka menutupnya stomata Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 31 daun selanjutnya karbohidrat tersebut setelah tanaman memasuki fase reproduktif disimpan dalam polong (Harjadi dan Setyati, 2002) sehingga, meningkatkannya serapan hara dapat meningkatkan jumlah polong. Variabel pengamatan jumlah biji per polong pada sistem tanpa olah tanah yang telah diuji dengan uji t menunjukkan pengaruh yang tidak nyata. Hal ini disebabkan waktu budidaya kedelai dilakukan pada musim kemarau sehingga air kurang tersedia. Menurut Rukmi (2011) bahwa, kedelai menghendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya, terutama pada saat pengisian biji. Tersedianya air tanah selama pertumbuhan tanaman sangat menentukan daya hasil kedelai dengan curah hujan 300-400 mm/bulan. Namun, menurut data BPS Kabupaten Deli Serdang rata-rata curah hujan pada bulan Januari-April adalah 136 mm/bulan (Data curah hujan terlampir). Oldeman et al., (1980) dalam Handayaningsih (2013) menyebutkan bahwa curah hujan sebagai faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan kedelai terutama pada stadia perkecambahan dan pembungaan. Kebutuhan air akan bertambah sesuai dengan umur tanaman. Kebutuhan air tertinggi pada saat berbunga dan pengisian polong. Air merupakan komponen utama yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis, sehingga apabila air tidak cukup tersedia maka akan mengganggu proses fotosintesis sehingga menyebabkan menurunnya jumlah biji. Menurut Wiyono (2009) ketersediaan air yang cukup menentukan efisiensi fotosintesis. Cekaman air dapat menyebabkan penurunan efisiensi fotosintesis yang terlihat dari berkurangnya laju asimilasi bersih, penurunan laju fotosintesis ini menyebabkan berkurangnya komponen hasil tanaman baik kualitas (berat kering biji) maupun kualitas (jumlah polong dan biji). Terbentuknya Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 32 polong kedelai tergantung pada kondisi tanaman pada fase pembungaan. Pada fase pembungaan tanaman membutuhkan banyak fotosintat yang diperlukan untuk perkembangan primordia bunga dan persiapan pembentukan polong (Kartika et al., 1997 dalam Wiyono, 2009). Hasil uji t berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong bernas kedelai. Hal ini disebabkan semakin rendah kadar air tanah maka tanaman akan menurunkan hasil tanaman secara nyata, hal tersebut disebabkan karena fase generatif merupakan fase kritis, karena pengaruh lingkungan seperti status air dalam tanah akan langsung terlihat pada sink (jaringan yang menyimpan hasil asimilat tetapi tidak ikut fotosintesis), pembungaan, pembentukan polong dan pengisian polong akan gagal atau tidak sempurna apabila cekaman air dalam waktu yang lama. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Sarjiyah (1994) dalam Wiyono (2009) bahwa cekaman kekeringan yang terjadi pada fase generatif yang makin menurunkan efisiensi fotosintesis yang terlihat dari berkurangnya komponen hasil tanaman. Samaullah dan Darajat (2001) dalam Wiyono (2009) menyatakan bahwa kekurangan air pada saat tanaman (padi gogo) memasuki fase pengisian biji dapat menyebabkan penurunan hasil karena banyak butir hampa. Lebih lanjut Cekaman kekeringan juga berpengaruh terhadap tanaman kedelai. Harnowo (1992) dalam Handayaningsih (2013) menyatakan bahwa cekaman kekeringan pada fase reproduktif menghambat distribusi asimilat ke bagian reproduktif, menurunkan jumlah polong, biji dan bobot biji per tanaman. Penelitian juga menghasilkan kesimpulan bahwa cekaman kekeringan akan menurunkan luas daun dan menurunkan jumlah polong per hektar dan hasil biji. Tekanan kekeringan juga berpengaruh terhadap penurunan persentase akar aktif, Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 33 berat kering tanaman, jumlah daun dan polong, serta tinggi tanaman Pengelolaan air pada tanaman kedelai sangat penting terutama untuk menjaga ketersediaan air dalam tanah yang sangat mempengaruhi masa perkecambahan, pertumbuhan vegetatif dan pengisian polong. Variabel pengamatan pada bobot 100 biji juga tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan. Hasil uji t pada sistem tanpa olah tanah adalah tidak berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji. Fakta ini agaknya berhubungan dengan pernyataan bahwa karakter ukuran biji merupakan karakter kualitatif sehingga relatif tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan termasuk dalam sistem budidaya maupun pemberian mulsa jerami tersebut. Menurut Fehr (1987) dalam Nyimas, Ichwan, Salim (2013) karakter ukuran biji merupakan karakter yang dikendalikan secara sederhana atau simple genik. Sementara karakter yang dikendalikan secara simple genik relatif tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Produksi berdasarkan komponen hasil pada sistem tanpa olah tanah menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan sistem olah tanah sempurna. Hasil produksi kedelai pada sistem tanpa olah tanah mencapai 205 kg/200 m2 sedangkan pada sistem olah tanah sempurna mencapai 165 kg/200 m2. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tindakan tanpa olah tanah dan pemberian mulsa jerami yang mengurangi evaporasi, dan mengurangi persaingan unsur hara sehingga pada lahan tanpa olah tanah air lebih tersedia dari pada olah tanh sempurna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan air dalam tanah mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman kedelai . Herawati (1994) Mar'ah (1996) Masyhudi et al. (1989). Masyhudi et al. (1989) dalam Handayaningsih (2013) menyatakan bahwa, pertumbuhan bagian-bagian Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 34 vegetative (akar, batang dan daun) dan bagian reproduktif (polong dan biji) mengalami penurunan akibat kekurangan air tersedia dalam tanah. Selain itu, penambahan bahan organik hasil pelapukan mulsa yang dapat menyediakan unsur hara untuk tanaman kedelai. Menurut Ratnasari, Bangun, Iskandar, dan Damanik (2015) kandungan hara jerami padi yaitu 40.87% bahan organik, 1.01% nitrogen, 0.15% posfor, 1.75% kalium, 4.2%, dan kalsium, dan 0,27% magnesium. Unsur hara kalsium mempengaruhi pembentukan polong sehingga dapat meningkatkan jumlah polong per tanaman dan menyebabkan pertumbuhan generatif menjadi lebih baik, unsur nitrogen dapat membantu pembentukan klorofil dan berfungsi untuk menyerap cahaya matahari sedangkan unsur kalium dapat meningkatkan penyerapan CO2 yang berkaitan dengan membuka dan tertutupnya stomata daun selanjutnya karbohidrat tersebut disimpan pada saat memasuki fase reproduktif, dengan meningkatkannya serapan hara maka dapat meningkatkan hasil produksi kedelai. Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir V. 35 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan observasi terhadap komponen hasil pada tanaman kedelai sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil uji t komponen hasil kedelai jika dibandingkan dengan olah tanah sempurna maka sistem tanpa olah tanah memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah polong per tanaman, sedangkan sistem tanpa olah tanah memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah biji per polong, jumlah polong bernas, serta bobot 100 biji. 2. Perbedaan antara sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna adalah pada lahan tanpa olah tanah adanya penambahan bahan oraganik dari pelapukan mulsa jerami, sedangkan pada olah tanah sempurna tidak dilakukan pemberian bahan organik. 5.2 Saran Berdasarkan dari kesimpulan di atas disarankan kepada para petani agar dapat melakukan sistem tanpa olah tanah agar untuk mengefisiensi waktu dan tenaga kerja. Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 36 DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T. 2005. Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar Kedelai. Penebar Swadaya. Bogor. Alfons, J, B dan Hedayana, R, 2010. Analisis finansial sistem pengelolaan tanah untuk usaha tani berbasis kedelai di lahan kering.Jurnal budidaya pertanian Volume 6, Nomor 1, Juli 2010. Andrianto dan Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani: Kedelai, Kacang Hijau, dan kacang panjang. Absolut.Yogyakarta. Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang. 2014. Doeswono. 1983. Pengaruh bahan organik terhadap produksi tanaman. Akadimika Presondo. Jakarta. Fadriansyah, A, 2013. Pengaruh takaran mulsa jerami padi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.). Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa. Padang. Fikri, M, S. 2013. Upaya peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max) melalui aplikasi mulsa.Yogyakarta. Handayaningsih, E, P. 2013. Penentuan waktu tanam kedelai (Glycine Max L. Merril) berdasarkan neraca air di daerah kabutambuhan kabupaten buleleng. Tesis. Denpasar. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu tanah.Akademika presindo. Jakarta. Harjadi dan S. Setyati. 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta. Indria, A, T. 2005. Pengaruh sistem pengolahan tanah dan pemberian macam bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah (Arachis Hypogaea L.).Skripsi S1 Fakultas pertanianuniversitas sebelas maret. Surakarta. Irwan, A, W, 2006. Jatinagor. Budidaya tanaman kedelai(Glycine max (L.) Merill). Islami, T dan W.H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang. 297 hal. Jamila dan Kaharuddin, 2007. Efektivitas mulsa dan sistem olah tanah terhadap produktivitas tanah dangkal dan berbatu untuk produksi kedelai effectiveness of mulch and tillage system to productivity of shallow and rocky soil for soybean production. Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2. Kumalasari, N. R., L. Abdullah, S, Jayadi. 2005. Pengaruh Pemberian Mulsa Chromolaena (L.) Kings and Robins pada Kandungan Mineral P dan N Tanah Latosol dan Produktivitas Hijauan Jagung (Zea mays L.). 23:29-36. Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 37 Mansyur, N, I. 2011. Pola pemupukan dan pemulsaan pada budidaya sawi etnik Toraja di pulau Tarakan. Prosiding Seminar Nasional. Tarakan. Meirina, T, Darmanti, S, Haryanti,S. 2006. Produktivitas kedelai (Glycine max (L.) Merril var. Lokon) yang diperlakukan dengan pupuk organik cairlengkappada dosis dan waktu pemupukan yang berbeda. Nyimas M, E. F, Ichwan, B, dan Salim, H, 2013. Pertumbuhan dan hasil dua varietas kedelai (Glycine max L. Merril) pada perbedaan pupuk organik. Vol 2 No. 1 Januari - Maret 2013. Jambi. Padjar, 2010.Kedelai setelah satu dekade. Majalah Tempo. Diakses dari http://majalah.tempo.co/konten/2010/03/29/EB/133122/Kedelai-SetelahSatu-Dekade/05/39.Diakses pada tanggal 23 Juni 2015. Prihatman, K. 2000. Tentang Budidaya Pertanian: Kedelai. Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ratnasari, D., M.K. Bangun., dan R.I. Damanik. 2015. Respons dua varietas kedelai (Glycine max L.) pada pemberian pupuk hayati dan NPK majemuk. Univeersitas Sumatera Utara, Medan. Jurnal Agroekoteknologi vol 3. Rosmarkam, A dan Yuwono,N,W. 2002. Ilmu ksuburan tanah. Kanisius. Yogyakarta. Rosyad A, A, M, Sudiarso, Nugroho, A, 2013. Pengaruh mulsa organik pada gulma dan tanaman kedelai (Glycine max L.) VAR. GEMA. Jurnal produksi tanaman vol. 1 no. 6, Malang. Rukmi. 2011. Pengaruh pemupukan kalium dan fosfat terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Staf Pengajar Universitas Muria Kudus, Jawa Tengah. Suhartina, 2005. Deskripsi varietas unggul kacang-kacangan dan umbi-umbian. Balai penelitian tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbuan. Malang. Sumarno, 2007. Perkembangan teknologi budi daya kedelai di lahan sawah.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Iptek Tanaman Pangan Vol. 6 No. 2 – 2011. Bogor. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius.Yogyakarta.206 hal. Thoha, M, Y, Nazhhri, A, S, dan Nursallya, 2008. Pengaruh suhu, waktu, dan konsentrasi pelarut pada ekstraksi minyak kacang kedelai sebagai penyedia Vitamin E. Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Widyasari, L, Sumarni, T, dan Ariffin, 2011. Pengaruh sistem olah tanah dan mulsa jerami padi pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine Max (L.)Merr.).Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. Wiyono, 2009. Respon beberapa varietas kedelai (Glycine max L Merr) terhadap cekaman air. Surakarta. Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 38 Lampiran 1 : Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro Nama varietas Dilepas tahun SK Mentan Nomor galur Asal Daya hasil Warna hipokotil Warna epikotil Warna daun Warna bulu Warna bunga Warna kulit biji Warna polong masak Warna hilum Bentuk daun Ukuran daun Tipe tumbuh Umur berbunga Umur polong masak Tinggi tanaman Percabangan Jumlah buku batang utama Perkecambahan Bobot 100 biji Kandungan protein biji Kandungan lemak Kerebahan Ketahanan terhadap penyakit Sifat-sifat lain Pemulia : Anjasmoro : 22 Oktober 2001 : 537/Kpts/TP.240/10/2001 : Mansuria 395-49-4 : Seleksi massa dari populasi galur murni Mansuria : 2,03-2,25 ton/ha : Ungu : Ungu : Hijau : Putih : Ungu : Kuning : Coklat muda : Kuning kecoklatan : Oval : Lebar : Determinit : 35,7-39,4 Hari : 82,5-92,5 hari : 64-68 cm : 2,9- 5,6 : 12,9-14,8 : 78-76% : 14,8-15,3 gram : 41,78 – 42,05% : 17,12 – 18,60% : Tahan rebah : Moderat terhadap karat daun : Polong tidak mudah pecah : Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya, Jamaludin M, Susanto, Darman M.Arsyad, Muchlis Adie Sumber : Suhartina (2005). Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 39 Lampiran 2. Hasil Analisis Uji t Terhadap Jumlah Polong Per Tanaman Kedelai. Nomor Sampel Nilai X 153 263 244 295 275 289 239 207 233 276 216 283 286 289 225 181 283 254 247 180 246 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rerata Ʃ Ʃ x², Ʃ y² Mean N SD Df t hitung Y 142 163 233 174 249 184 257 276 221 241 197 190 257 288 253 297 224 170 120 173 215 XYrerata x rerata y x² y² -93 17 -2 49 29 43 -7 -39 -13 30 -30 37 40 43 -21 -65 37 8 1 -66 -73.5 -52.5 17.6 -41.5 33.6 -31.5 41.6 60.6 5.6 25.6 -18.5 -25.5 41.6 72.6 37.6 81.6 8.6 -45.5 -95.5 -42.5 8630.41 292.41 3.61 2410.81 846.81 1857.61 47.61 1513.21 166.41 906.01 894.01 1376.41 1608.01 1857.61 436.81 4212.01 1376.41 65.61 1.21 4342.81 5394.90 2751.00 308.00 1718.10 1125.60 989.10 1726.40 3666.30 30.80 652.80 340.40 647.70 1726.40 5263.50 1410.00 6650.40 73.10 2065.70 9110.70 1802.00 0.00 0.0 32845.8 47453.0 32845.8 47453.0 246 215 20 20 40.5 48.7 38 2.09 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% 2.05 t hitung < 2.09 < t tab 1 % Hasil 2.71 S Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 40 Lampiran 3. Hasil Analisis Uji t Terhadap Jumlah Biji Per Polong Kedelai. Nomor Sampel Nilai X 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rerata Ʃ Ʃ x², Ʃ y² Mean N SD Df t hitung Y 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1.8 2 20 0.30 XYrerata x rerata y x² y² 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.7 0.7 0.7 -0.4 0.7 -0.4 -0.4 -0.4 -0.4 -0.4 0.7 -0.4 0.7 -0.4 -0.4 -0.4 0.7 -0.4 -0.4 -0.4 0.01 0.01 0.01 0.81 0.01 0.01 0.01 0.01 0.81 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.42 0.42 0.42 0.12 0.42 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.42 0.12 0.42 0.12 0.12 0.12 0.42 0.12 0.12 0.12 0.00 0.0 1.8 4.6 4.6 2 20 0.48 38 -1.93 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t hitung t tab 5% 2.05 > -1.93 < t tab 1 % Hasil 2.71 NS Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 41 Lampiran 4. Hasil Analisis Uji t Terhadap Jumlah Polong Bernas Kedelai. Nomor Sampel Nilai X 1.17 1.20 1.26 1.10 1.17 1.05 1.20 1.24 1.03 1.15 1.23 1.17 1.46 1.22 1.14 1.08 1.51 1.19 1.11 1.29 1.20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rerata Ʃ Ʃ x², Ʃ y² Mean N SD Df t hitung Y 1.23 1.15 1.25 1.12 1.31 1.15 1.14 1.30 1.34 1.33 1.18 1.20 1.29 1.52 1.29 1.10 1.21 1.10 1.17 1.38 1.24 0.3 1.20 20 0.12 XYrerata x rerata y x² y² -0.03 0.00 0.07 -0.10 -0.03 -0.14 0.00 0.04 -0.17 -0.05 0.03 -0.02 0.26 0.03 -0.06 -0.11 0.31 -0.01 -0.09 0.10 0.00 -0.09 0.01 -0.12 0.07 -0.09 -0.10 0.06 0.10 0.09 -0.06 -0.04 0.05 0.28 0.05 -0.14 -0.03 -0.14 -0.07 0.15 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.02 0.00 0.00 0.03 0.00 0.00 0.00 0.07 0.00 0.00 0.01 0.10 0.00 0.01 0.01 0.00 0.01 0.00 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.08 0.00 0.02 0.00 0.02 0.01 0.02 0.00 0.0 0.3 0.2 0.2 1.24 20 0.10 38 -1.10 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% 2.05 t hitung < -1.10 t tab 1 % < 2.71 Hasil NS Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 42 Lampiran 5. Hasil Analisis Uji t Terhadap Bobot 100 Biji Kedelai. Nomor Sampel Nilai X 14 15 13 12 14 12 10 12 14 13 14 10 12 13 15 14 12 12 13 14 13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rerata Ʃ Ʃ x², Ʃ y² Mean N SD Df t hitung Y 15 10 10 11 13 11 14 15 10 15 13 13 10 13 10 14 10 15 10 10 12 37.8 13 20 1.4 XYrerata x rerata y x² y² 1 2 0 -1 1 -1 -3 -1 1 0 1 -3 -1 0 2 1 -1 -1 0 1 2.9 -2.1 -2.1 -1.1 0.9 -1.1 1.9 2.9 -2.1 2.9 0.9 0.9 -2.1 0.9 -2.1 1.9 -2.1 2.9 -2.1 -2.1 1.21 4.41 0.01 0.81 1.21 0.81 8.41 0.81 1.21 0.01 1.21 8.41 0.81 0.01 4.41 1.21 0.81 0.81 0.01 1.21 8.41 4.41 4.41 1.21 0.81 1.21 3.61 8.41 4.41 8.41 0.81 0.81 4.41 0.81 4.41 3.61 4.41 8.41 4.41 4.41 0.00 0.0 37.8 81.8 81.8 12 20 2.0 38 1.43 Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1% t tab 5% 2.05 t hitung > 1.43 < t tab 1 % Hasil 2.71 NS Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 43 Lampiran 6. Rata-Rata Curah Hujan Bulan Januari-April Di Kabupaten Deli Serdang Stasiun Sampali. Bulan Curah Hujan (mm) Januari 119 Februari 199 Maret 74 April 150 Rata-rata 136 Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Sampali dalam BPS Kab Deli Serdang, 2014. Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 44 Lampiran 7. Dokumentasi Pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa Gambar 6 : Tanaman Kedelai Siap Di Panen Gambar 7: Sampel Tanaman Kedelai Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 45 Gambar 8: Panen Sampel Kedelai Gambar 9: Hasil Panen Sampel Kedelai Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 46 Gambar 10: Pemisahan Polong Per Tanaman Dari Batang Kedelai Gambar 11: Sampel Jumlah Polong Per Tanaman Kedelai Program Studi Budidaya Tanaman Pangan Laporan Tugas Akhir 47 Gambar 12: Polong Bernas Varietas Anjasmoro Gambar 13: Bobot 100 Biji Kedelai Program Studi Budidaya Tanaman Pangan