Ketahanan Galur-galur Kedelai Tahan CpMMV.… KETAHANAN GALUR-GALUR KEDELAI TAHAN CpMMV DAN VARIETAS UNGGUL PADA MASA TANAM AGUSTUS-NOVEMBER 2015 Rimbi Paulina Dewi1, Fatchur Rohman2, Siti Zubaidah2, Heru Kuswantoro3 1 Program Studi Magister Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No.5 Malang 2 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No.5 Malang 3 Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi), Jalan Raya Kendalpayak Km. 8, PO Box 66 Malang [email protected] ABSTRAK Penelitian tentang ketahanan berbagai galur dan varietas kedelai terhadap CpMMV (Cowpea Mild Mottle Virus) pada hari setelah tanam yang berbeda telah dilakukan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ketahanan galur-galur kedelai terhadap CpMMV dan varietas unggul. Pengambilan data ketahanan dilakukan dengan cara melakukan skoring ketahanan terhadap semua daun dalam satu tanaman kedelai yang dijadikan sampel, pengambilan data skoring dilakukan sebanyak tiga kali. Nilai scoring menggambarkan tingkat keparahan serangan penyakit yang disebabkan oleh virus CpMMV pada galur dan varietas kedelai. Hasil penelitian menunjukkan berbagai galur dan varietas kedelai memiliki ketahanan yang berbeda berdasarkan nilaiskoring. Hasil skoring I, diketahui galur 1 (UM.4-1) dan galur 9 (UM.7-3) tergolong dalam kriteria agak tahan. Pada skoring II, galur 1 (UM.4-1), galur 3 (UM.2-4), dan galur 9 (UM.7-3) tergolong dalam kriteria agak tahan. Pada skoring III, diketahui bahwa galur 1 (UM.4-1), galur 3 (UM.2-4), galur 7 (UM.3-2) dan galur 9 (UM.7-3) tergolong dalam kriteria agak tahan sedangkan galur 2 (UM.7-2), galur 4 (UM.7-6), galur 5 (UM.6-2), galur 6 (UM.6-3), galur 8 (UM.6-1), galur 10 (UM.3-4) serta varietas gumitir dan wilis masih tergolong dalam kriteria tahan terhadap CpMMV. Kata Kunci: CpMMV, ketahanan kedelai, skoring PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang penting setelah beras. Kedelai memiliki arti penting sebagai sumber protein nabati untuk peningkatan gizi. Oleh karena itu, kebutuhan kedelai akan terus meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat tentang makanan sehat (Marwoto, 2007). Produksi kedelai yang masih rendah di Indonesia terutama disebabkan oleh virus, diantaranya yang cukup potensial adalah CpMMV (Cowpea Mild Mottle Virus). CpMMV mengakibatkan daun bercak-bercak kuning, mosaik atau mosaik kasar, dan berkerut-kerut (Kameya, 2001). Kedelai yang terserang oleh virus dapat mengalami penurunan hasil mencapai 90%, tergantung pada umur tanaman saat terinfeksi, strain virus, dan kondisi lingkungan (Polston dan Anderson, 1997). Ketahanan terhadap CPMMV merupakan salah satu karakter penting yang dikembangkan dalam pemuliaan kedelai. Pemuliaan tanaman merupakan upaya perbaikan genetik tanaman untuk menghasilkan populasi tanaman dengan sifat genetik baru yang lebih unggul daripada populasi awal atau disebut sebagai varietas unggul (Nasir, 2001). Seleksi tanaman merupakan langkah utama dalam pemuliaan tanaman agar terbentuk varietas unggul dengan kestabilan genetik (Mangoendidjojo, 2003). Seleksi sendiri dapat didefinisikan sebagai kegiatan pemilihan individu ataupun populasi tanaman berdasarkan karakter target yang akan diperbaiki (Asadi et al., 2004). Pada dasarnya, seleksi dilakukan untuk memilih tanaman dengan genotipe yang diinginkan melalui ekspresi fenotipe karakter yang dapat dilihat. Pola pelaksanaan seleksi demikian disebut sebagai pola seleksi berdasarkan fenotip (Weaver dan Hedrick, 1996). Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 Salah satu program pemuliaan tanaman adalah pemuliaan kedelai tahan CpMMV (Cowpea Mild Mottle Virus) dan berdaya hasil tinggi. Proses perakitan varietas unggul kedelai tahan CPMMV telah dilakukan oleh Zubaidah dan Kuswantoro (2006). Penelitian tersebut mendapatkan varietas unggul (berdaya hasil tinggi dan tahan CpMMV)dengan menyilangkan induk tanaman yang telah diketahui tahan CPMMV (hasil penelitian sebelumnya), yaitu MLGG 0021, dan MLGG 0268 dengan varietas berdaya hasil tinggi namun peka terhadap CPMMV.Dari proses persilangan tersebut, saat ini telah didapatkan 10galurgalur harapan kedelai tahan CpMMV, yaitu galur 1 (UM.4-1), galur 2 (UM.7-2), galur 3 (UM.2-4), galur 4 (UM.7-6),galur 5 (UM.6-2), galur 6 (UM.6-3), galur 7 (UM.3-2), galur 8 (UM.6-1), galur 9 (UM.7-3), dangalur 10 (UM.3-4). Pada penelitian ini dikaji duabelas macam kedelai terdiri dari dua varietas kedelai berdaya hasil tinggi namun peka terhadap serangan CPMMV yaitu Gumitir danWilis. Sepuluh macam berikutnya merupakan galurgalur harapan kedelai tahan CpMMV yang tengah dikembangkan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Jambegede Jl. Pertanian No.6, Kepanjen, Malang, Jawa Timur pada bulan Agustus-November 2015. Alat-alat yang digunakan antara lain: tali rafia berwarna merah, potongan bambu, kertas, dan alattulis.Bahan-bahan yang digunakan antara lain: benih kedelai yang diseleksi, pupuk Urea 50kg, SP36 100 kg, KCI 75 kg. Pengambilan data ketahanan dilakukan dengan cara melakukan skoring 198 Ketahanan Galur-galur Kedelai Tahan CpMMV.… ketahanan terhadap semua daun dalam satu tanaman kedelai yang dijadikan sampel. Sampel dipilih secara acak mewakili tiap galurdanvarietas, dan masing-masing diwakili oleh enam sampel. Pengumpulan data ketahanan dilakukan pada umur 45 hst, 60 hst, 75 hst menggunakan prosedur skoring ketahanan yang dikembangkan oleh Zubaidah dan Kuswantoro (2006). Skoring dilakukan dengan menilai skor serangan CPMMV pada tiap helai daun berdasarkan kriteria ketahanan (Tabel 1). Tabel 1. Kriteria Skor serangan CPMMV Pada Daun Kedelai Skor Gejala 1 Nampak sehat, ada mottle (bercak kuning) tetapi samar Bercak-bercak kuning jelas, tidak keriput 2 3 Bercak-bercak kuning jelas, sedikit keriput, agak mozaik 4 Bercak-bercak kuning jelas, keriput, mozaik jelas, tidak ada nekrosis 5 Bercak-bercak kuning jelas, keriput, mozaik jelas, ada nekrosis di tulang daun permukaan bawah, malformasi, daun mengecil, melengkung ke bawah/ke atas (sumber: Zubaidah dan Kuswantoro, 2006) Berdasarkan skor serangan, dilakukan perhitungan intensitas serangan CPMMV tiap tanaman menggunakan rumus: (n . v) P= x 100 % N.Z P = Intensitas serangan per tanaman (%) n = Jumlah daun yang terserang pada kategori tertentu v = Skor kategori serangan daun tertentu N = Jumlah daun yang diamati pertanaman Z = Nilai kategori tertinggi (Zubaidah et al., 2009) Selanjutnya, dilakukan penggolongan ketahanan setiap tanaman berdasarkan kriteria ketahanan kedelai terhadap CPMMV yang telah didapatkan (Tabel 2). Tabel 2. Kriteria ketahanan kedelai terhadap CPMMV Intensitas Serangan Kriteria Ketahanan P ≤ 25% Tahan 25% < P ≤ 50% Agaktahan 50% < P ≤ 75% Agak rentan P > 75% Rentan Sumber: Zubaidah dan Kuswantoro (2006) HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala ditemukan bervariasi dari yang paling ringan dengan daun terlihat sehat, tidak ada bercak atau bercak kuning ringan, sampai gejala dengan bercak kuning jernih. Rata-rata persentase intensitas serangan Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 ditunjukkan pada Tabel3. Pola variasi ketahanan tanaman berdasarkan pengamatan ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 3. Rata-rata persentase intensitas serangan Skoring I (%) Galur 1 Galur 2 Galur 3 Galur 4 Galur 5 Galur 6 Galur 7 Galur 8 Galur 9 Galur 10 VarietasGumitir VarietasWilis 25, 45 14, 54 22, 23 15, 67 18, 12 19, 27 20, 86 17, 89 25, 33 21, 74 19, 13 20, 66 Skoring II (%) 26, 67 17, 14 36, 66 18, 66 20, 17 23, 72 23, 15 22, 16 32, 53 20, 63 21, 04 21, 87 Skoring III (%) 35, 33 21, 81 43, 33 19, 33 23, 86 21, 56 40, 75 23, 72 42, 53 23, 11 22, 78 23, 12 Tabel 4. Ketahanan terhadap CpMMV berbagai galur dan varietas kedelai Skoring I Skoring II Skoring III Galur 1 Agak Agak Tahan Agak Tahan Tahan Galur 2 Tahan Tahan Tahan Galur 3 Tahan Agak tahan Agak tahan Galur 4 Tahan Tahan Tahan Galur 5 Tahan Tahan Tahan Galur 6 Tahan Tahan Tahan Galur 7 Tahan Tahan Agak tahan Galur 8 Tahan Tahan Tahan Galur 9 Agak tahan Agak tahan Agak tahan Galur 10 Tahan Tahan Tahan Varietas Tahan Tahan Tahan Gumitir Varietas Tahan Tahan Tahan Wilis Uji ketahanan tanaman kedelai dalam penelitian ini hanya didasarkan pada tipe infeksi, sehingga merupakan ketahanan yang bersifat kualitatif. Ketahanan tanaman dinilai berdasarkan indeks penyakit tertinggi yang ditunjukkan oleh mayoritas individu dari suatu populasi tanaman. Intensitas serangan virus CpMMV berbeda-beda bergantung pada ketahanan galur kedelai yang diuji. Umumnya gejala tidak konsisten, meningkat seiring dengan meningkatnya umur tanaman, tetapi ada pula yang menurun. Hal ini disebabkan jumlah dan ukuran daun bertambah, sehingga berpengaruh terhadap keparahan gejala. Menurut Suganda et al. (2002) bertambahnya jumlah dan ukuran daun dapat memengaruhi skoring gejala, sehingga secara langsung memengaruhi besar kecilnya intensitas serangan. Dari Tabel 4 diketahui bahwa hasil skoring I (45 hst), diketahui galur 1 (UM.4-1) dan galur 9 (UM.7-3) 199 Ketahanan Galur-galur Kedelai Tahan CpMMV.… tergolong dalam kriteria agak tahan. Pada skoring II (60 hst), galur 1 (UM.4-1), galur 3 (UM.2-4), dan galur 9 (UM.7-3) tergolong dalam kriteria agak tahan. Pada skoring III (75 hst), galur 1 (UM.4-1), galur 3 (UM.2-4), galur 7 (UM.3-2) dan galur 9 (UM.7-3) tergolong dalam kriteria agak tahan. Menurut Ganefianti et al. (2008), semakin besar infeksi tanaman bergejala dan skor gejala, maka intensitas penyakit semakin besar, sedangkan meningkatnya gejala mungkin dapat disebabkan oleh adanya sumber inokulum lebih awal menginfeksi tanaman yang masih muda dan galur yang terinfeksi mempunyai tingkat ketahanan rentan. Menurut Subekti et al. (2006) genom tanaman memiliki reseptor yang mengenali virus yang masuk ke dalam sel tanaman dan menyebabkan terjadinya respons ketahanan. Penilaian ketahanan ini menggunakan nilai skor yang dikembangkan oleh Zubaidah et al. (2009). Ketahanan terhadap CpMMV merupakan salah satu karakter penting yang dikembangkan dalam pemuliaan kedelai. Ketahanan tanaman terhadap suatu patogen diartikan oleh Lisnawita (2003) sebagai kemampuan tanaman dalam mengurangi, menghambat atau membatasi serangan patogen dalam tubuh tanaman. Dengan demikian, tanaman kedelai yang bersifat tahan terhadap CpMMV adalah tanaman yang mampu membatasi infeksi CpMMV dalam tubuhnya sehingga kerusakan sistemik yang dapat ditimbulkan oleh infeksi ini dapat diminimalisir. Sebaliknya, tanaman kedelai yang bersifat rentan akan menampakkan kerusakan sistemik akibat infeksi yang tampak sebagai gejala penyakit akibat infeksi CpMMV. Kategorigejalamenunjukkantingkat keparahan penyakit, yaitu daerah (relatif atau absolut) dari unit sampling (daun, buah, dll) menunjukkan gejala-gejala penyakit (Bock etal., 2010). Karakter ketahanan terhadap CPMMV dalam penelitian ini diketahui melalui skoring ketahanan. Hasil skoring ketahanan berupa nilai keparahan penyakit (P). Nilai keparahan penyakit ini menyatakan besar intensitas gejala akibat infeksi CPMMV yang tampak pada tanaman. Nilai keparahan penyakit yang tinggi menandakan tanaman bersifat rentan terhadap infeksi CPMMV, dan sebaliknya nilai keparahan penyakit yang rendah menandakan tanaman bersifat tahan terhadap infeksi CPMMV. Thakur (2007) menyatakan bahwa berbagai factor dapat mempengaruhi ekspresi ketahanan seperti kepadatan inokulum, kematangan tanaman, habitat tanaman, variabel cuaca, gangguan interplot, praktek agronomi, diekspresi gen ketahanan sering mendapatkan dimodifikasi oleh aksigen lainnya. Berdasarkan prosedur skoring ketahanan CPMMV yang dikembangkan oleh Zubaidah dan Kuswantoro (2006), tingkat ketahanan terhadap CPMMV dibedakan menjadi empat golongan, yakni tahan, agak tahan, agak rentan dan rentan. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa galur 1, galur 3, galur 7, dan galur 9 dapat digolongkan ke dalam kriteria agak rentan karena memiliki intensitas serangan lebih dari 25%. Tanaman yang tergolong tahan merupakan tanaman yang tidak memperlihatkan gejala terserang CPMMV, ataupun jika tampak gejala tersebut terdapat dalam intensitas sangat Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 rendah. Sebaliknya, tanaman yang tergolong rentan akan memperlihatkan gejala infeksi CPMMV yang mengarah pada kerusakan tanaman dengan jelas. Tanaman yang tergolong agak tahan memperlihatkan gejala terserang CPMMV dalam intensitas rendah, sedangkan tanaman yang tergolong agak rentan memperlihatkan gejala terserang CPMMV yang lebih jelas dibandingkan tanaman agak rentan, namun kerusakan tanaman yang timbul tidak sebesar tanaman yang bersifat rentan. Varietas Gumitir dan Wilis tergolong dalam criteria tahan karena memiliki intensitas serangan kurang dari 25%. Gen pengendali ketahanan terhadap CPMMV sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu gen aditif dan gen epistasis dominan-resesif (Barmawi, 2009). Gen epistastis dominan resesif, cenderung hanya akan menimbulkan dua fenotip, yakni satu fenotip untuk genotip yang terdiri dari kedua-duanya dominan, atau resesif pada gen pengendali sifat, dan satu fenotip untuk genotip resesif pada gen penekan sifat supresor (Elrod dan Stansfield, 2007). Dalam hal ini, fenotip yang muncul adalah tahan atau rentan. Variasi karakter ketahanan yang terjadi diperkirakan karena dikendalikan oleh gen-gen lain yang bersifat aditif. Terdapat dua jenis mekanisme ketahanan yang dimiliki oleh tumbuhan terhadap penyebab penyakit, yaitu ketahanan struktural dan ketahanan biokimia (Lapidot et al. 2001; Faizah et al. 2012). Ketahanan struktural merupakan sifat-sifat struktural tanaman yang berfungsi sebagai penghalang fisik dan penghambat patogen untuk masuk dan menyebar di dalam tumbuhan, sedangkan ketahanan biokimia merupakan reaksi-reaksi biokimia yang terjadi di dalam sel dan jaringan tanaman yang menghasilkan zat beracun bagi patogen atau menciptakan kondisi yang menghambat pertumbuhan patogen pada tumbuhan tersebut.Ketahanan tanaman menurut Semangun (2006) bukan merupakan suatu yang tetap, melainkan bergantung pada daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan yang kurang menguntungkan bagi suatu tanaman merupakan faktor yang menyebabkan turunnya tingkat ketahanan tanaman. Tanaman yang teridentifikasi tahan pada suatu lingkungan optimal, dapat saja teridentifikasi sebagai agak tahan pada lingkungan yang kurang optimal. KESIMPULAN Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa masing-masing galur dan varietas kedelai memiliki ketahanan yang berbeda. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa galur 1 (UM.4-1), galur 3 (UM.2-4), galur 7 (UM.3-2), dan 9 (UM.7-3), dapat digolongkan kedalam criteria agak rentan karena memiliki intensitas serangan lebih dari 25%. Galur 2 (UM.7-2), galur 4 (UM.7-6), galur 5 (UM.6-2), galur 6 (UM.6-3), galur 8 (UM.6-1), galur 10 (UM.3-4), serta varietas Gumitir dan Wilis masih tergolong dalam kriteria tahan terhadap CpMMV karena memiliki intensitas serangan kurang dari 25%. 200 Ketahanan Galur-galur Kedelai Tahan CpMMV.… DAFTAR PUSTAKA Asadi, Soemartono, M. Woerjono dan H. Jumanto. 2004. Keefektifan Metode seleksi Modifikasi Bulk dan Pedigree untuk Karakter Agronomi dan Ketahanan Terhadap Virus Kerdil (SSV) Galur F7 Kedelai. Zuriat, Vol. 15, No. 1, 64 JanuariJuni 2004. Saleh, N., dan Baliadi, Y. 2006. Penyakit Cowpea Mild Mottle Virus Pada Kedelai dan Strategi Pengendaliannya. Bul. Palawija No. 11: 7-14. Barmawi, M. 2009. Perakitan Galur Unggul Kedelai yang Tahan Terhadap Penyakit Virus (online) http://galurkedelai-unila.blogspot.com/ diaksestanggal 15 Januari 2016. Subekti, D, Hidayat, SH, Nurhayati, E, Sujiprihati, S 2006,Infeksi cucumber misaic virus dan chili veinal mottle virus terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. J. Hayati, vol.13, no. 2, hlm. 53-7. Bock C.H., Poole G.H., Parker P.E. Gottwald T.R. (2010). Plant Disease Severity Estimated Visually, by Digital Photography and Image Analysis, and by Hyperspectral Imaging. Critical Reviews in Plant Sciences, 29 (2), 59107. Elrod, S., dan Stansfield, W. 2007. Schaum’s Outline Genetika. Edisi Keempat. Alih bahasa: Damaring Tyas W. Penerbit Erlangga. Jakarta. Ganefianti DW, Sujiprihati S, Hidayat SH,Syukur M. 2008. Metode penularan dan uji ketahanan genotipe cabai terhadap Begomovirus. Akta Agrosia. 11(2):162–169. Kameya, M. 2001. Virus diseases of soybean in Southeast Asian Countries. Plant Protection. 2001-6. Lapidot MM, Friedmen M, Pilowsky R BJ, Cohen S. 2001. Effect of host plant resistance to Tomato yellow curl virus (TYLCV) on virus acquisition and transmission by its whitefly vector. Phytopathology. 91:1209– 1213. DOI: http://dx.doi.org/10.1094/ PHYTO.2001.91.12. 12 09. Lisnawita. 2003. Penggunaan Tanaman Resisten: Suatu strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman (online) http://repository.usu.ac.id /xmlui/ handle/ 123456789/ 1111. Diakses tanggal 15 Januari 2016. Semangun, H. 2006.Pengantar ilmu penyakit tumbuhan,Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Suganda,T, Rismawati, E, Yulia, E & Nasahi, C 2002,Pengujian beberapa bahan kimia dan air perasan daun tumbuhan dalam menginduksi resistensi tanaman padi terhadap penyakit bercak daun Cercospora, J. Bion., no. 4, hlm. 17-20. Thakur R.P. (2007). Host plant resistance to diseases: potential and limitations. Indian Journal of Plant Protection, 35, (1), 17-21. Weaver, R.F., dan Hedrick, P.W. 1996. Genetics. Dubuque, USA: Wm. C. Brown Publisher. Zubaidah, S. dan Kuswantoro, H. 2006. Identifikasi Penanda Molekuler RAPD Untuk Ketahanan Genotipe Plasma Nutfah Kedelai Terhadap CPMMV (Cowpea Mild Mottle Virus). Laporan Hasil Penelitian Fundamental. Malang: Universitas Negeri Malang. Zubaidah, S., Corebima, A.D., Saleh, N., dan Kuswantoro, H. 2009. Pembentukan Varietas Unggul Kedelai Tahan CPMMV (Cowpea Mild Mottle Virus) Berdaya Hasil Tinggi. Laporan Hasil Kegiatan. Malang: Universitas Negeri Malang dan Balai Penelitian Umbi-umbian dan Kacang-kacangan. Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Marwoto. 2007. Dukungan Pengendalian Hama Terpadu dalam Program Bangkit Kedelai. Iptek Tanaman Pangan Vol.2 No.1-2007. Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Dirjen DIKTI Depdiknas. Polston, J.E. and P.K. Anderson. 1997. The Emergence of Whitefly-Transmitted Geminiviruses in Tomato in the Western Hemisphere. Plant Dis. 81:13581369. Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 201