laporan hasil penelitian oleh - E

advertisement
PERSEPSI SISWA TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INGGRIS OLEH GURU
DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DIKELAS
(STUDI PADA SISWA KELAS XII MAN 2 BATUSANGKAR)
LAPORAN HASIL PENELITIAN
OLEH
DENI ASRIDA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BATUSANGKAR
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
i
ABSTRAK
Pokok permasalahan dalam peneltian ini adalah bagaimana persepsi siswa terhadap
penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar mengajar dikelas
di MAN 2 Batusangkar. Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah untuk menambah
wawasan pengetahuan penulis tentang penelitian dan teori-teori yang terkait dengan
pembahasan ini, sebagai bahan bacaan bagi pembaca, khususnya guru sekolah dan
mahasiswa STAIN Batusangkar yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 25 orang siswakelas XII yang
diambil secara acak. Penelitian ini menggunakan angket sebagai alat pengumpul data dengan
menggunakan skala likert. Teknik pengolahan data adalah editing, coding, scoring, tabulasi.
Setelah data diperoleh dan diolah maka dilakukan analisis data. Analisis data merupakan
suatu usaha untuk mengolah dan memberikan tafsiran atau penjelasan tentang data yang
diperoleh lewat sumber data sesuai dengan instrumen penelitian yang digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa persepsi
siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru dalam proses
belajar mengajar dikelas XII MAN 2 Batusangkar adalah beragam. Tidak semua siswa
mempunyai persepsi yang positif terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar oleh guru didalam kelas. Hal ini bisa terlihat dari porsentase dari hasil angket yang
telah didapatkan peneliti mendapatkan 2 mahasiswa (8%) memiliki sikap sangat positif
terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru dikelas. Sebanyak 4
orang mahasiswa (16%) bersikap Positif terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar dikelas. Kemudian 13 mahasiswa (52%) bersikap Biasa-biasa saja terhadap
penggunaan bahasa Inggris ini dikelas. Sebanyak 5 mahasiswa (20%) bersikap Negatif
terhadap penggunaan bahasa Inggris dikelas. Terakhir hanya 1 orang mahasiswa saja (4%)
yang berpersepsi sangat negatif terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar dikelas.
ii
DAFTAR TABEL
TABEL I
: Skor Skala Likert..............................................................
TABEL II :
Contoh Angket Penelitian...............................................
TABEL III : Lembar Telaah Instrumen...............................................
TABEL IV :
Pengklasifikasian
Persepsi
Siswa
19
19
20
Terhadap
Penggunaan Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Pengantar
oleh guru didalam kelas......................................................
TABEL V :
Persepsi
Siswa
Terhadap
Penggunaan
23
Bahasa
Inggris........
26
TABEL VI :
Hasil Skor Persepsi Siswa..............................................
32
TABEL VII
Pengelompokkan Persepsi Siswa......................................
34
iii
iv
LAPORAN IDENTITAS DAN PENGESAHAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN
1. a. Judul Penelitian
: Persepsi mahasiswa terhadap penggunaan bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar oleh guru dalam proses belajar
mengajar dikelas (Studi di kelas XII MAN 2 Batusangkar)
b. Nomor Kontrak
: Sti.02/IX/TL.00/
/ 2014
c. Jenis Penelitian
: Individu / Kelompok *)
2. Peneliti
a. Nama
: Deni Asrida,S.Pd.I,. M.Pd.
b. Jenis Kelamin
: L/ P*)
c. NIP
: 19811010 200710 1 002
d. Bidang Ilmu
: Tadris Bahasa Inggris
e. Pangkat/Gol
: Penata Muda Tk I/ III/b
f. Jurusan/Prodi
: Tarbiyah/ Tadris Bahasa Inggris
g. Alamat
: STAIN Batusangkar
h. Telp
: 081374249408
i. Email
: [email protected]
3. Waktu Penelitian
: Mei s/d November
4. Biaya
: Rp. 7.500.000,-
5. Sumber Biaya
: DIPA STAIN Batusangkar
Mengetahui,
Kepala P3M STAIN Batusangkar
Ulya Atsani, M.Hum
NIP. 19750303 199903 1 004
Batusangkar, November 2014
Peneliti ,
Deni Asrida,S.Pd.I,. M.Pd.
NIP. 19811010 200710 1 02
i
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrahim
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah S.W.T. atas segala rahmat dan
hidayahNya, sehinggga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “ Persepsi
siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru dalam
proses belajar mengajar dikelas ”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad saw.
Penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkan
peneliti mengaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1.
Dr. H. Kasmuri, M.A., selaku Ketua STAIN Batusangkar, yang telah memberikan
bantuan dana sehingga penelitian ini dapat diperbanyak dan dimanfaatkan mahasiswa.
2.
Ulya Atsani, M.Hum. selaku Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
(P3M) STAIN Batusangkar, yang telah menyetujui proposal penelitian dan memberikan
kesempatan kepada peneliti untuk melanjutkan penelitian ini.
3.
reviewer proposal penelitian ini.
4.
Seluruh teman-teman Program Studi Tadris Bahasa Inggris STAIN Batusangkar yang
telah berpartisipasi menyumbangkan pemikiran demi kesempurnaan penelitian ini.
Semoga Allah S.W.T. senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
mereka semua dan menjadi amal kebaikan serta pahala di sisi-Nya. Amin.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Namun peneliti
berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dan memberikan sumbangan bagi
dunia pendidikan khususnya matematika.
Batusangkar, November 2014
Peneliti,
Deni Asrida, S.Pd.I., M.Pd.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………
i
ABSTRAK ...........................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR .........................................................................................
iii
DAFTAR ISI........................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. .
v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................
1
B. Pertanyaan Penelitian ........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................
4
D. Batasan Penelitian ..............................................................................
4
E. Manfaat Penelitian..............................................................................
4
F. Defenisi operasional ...........................................................................
5
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Persepsi siswa.............................................................. .................
6
1. Pengertian Persepsi.................................................................
6
2. Ciri-ciri Persepsi.....................................................................
7
3. Jenis-jenis persepsi..................................................................
8
4. Proses Terjadinya Persepsi......................................................
9
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi.............................
11
6. Komponen Persepsi.................................................................
12
B. Pentingnya bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas .........
13
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian...................................................................................
15
B. Langkah-langkah Penelitian ...............................................................
15
B. Populasi dan Sampel ..........................................................................
16
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................
17
D. Teknik Pengolahan Data ....................................................................
22
E. Teknik Analisis Data ..........................................................................
23
iii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..................................................................................
24
1. Profil MAN 2 Batusangkar ...........................................................
24
2. Persepsi siswa terhadap penggunaan bahasa inggris sebagai
Bahasa pengantar oleh guru di kelas ............................................
26
BAB V KESIMPULANDAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................
35
B. Saran...................................................................................................
35
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
vii
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan berkembangnya jaman, penguasaan lebih dari satu bahasa telah
menjadi aspek yang sangat penting. Sebagai bangsa yang akan memasuki era
globalisasi dan Free Trade Era maka tuntutan untuk menguasai bahasa asing
semakin tinggi. Bahasa Inggris sebagai bahasa dunia telah menjadi bahasa
yang wajib untuk dikuasai setiap orang agar dapat mengikuti perkembangan
jaman tersebut. Bahasa Inggris tidak hanya digunakan sebagai bahasa
pengantar dalam dunia bisnis tetapi juga dalam dunia pendidikan.
Melihat pentingnya penguasaan bahasa Inggris sebagai bahasa asing atau
bisa juga disebut sebagai bahasa kedua, maka banyak orang yang melihat
pentingnya penguasaan bahasa Inggris sejak dini. Oleh karena itu, bahasa
Inggris telah mulai dipelajari sejak sekolah dasar. Pembelajaran bahasa Inggris
tersebut terus mengalami perkembangan hingga ke sekolah menengah atas.
Pada saat siswa telah mencapai tingkat pendidikan tersebut, diharapkan
penguasaan bahasa Inggris mereka cukup baik.
Sebagai mata pelajaran yang dipelajari di sekolah, bahasa Inggris jarang
sekali digunakan sebagai bahasa diluar area pendidikan formal tersebut.
Untuk sebagian besar anak, dalam bekomunikasi sehari-hari lebih banyak
digunakan bahasa pertama, yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.
Hal ini yang menyebabkan penguasaan terhadap bahasa Inggris menjadi
terhambat. Di lain pihak terdapat begitu banyak tuntutan agar menguasai
bahasa tersebut.
Dalam pengajaran bahasa Inggris disekolah, permasalahan muncul ketika
mereka mempelajari bahasa Inggris. Hal ini dikarenakan rendahnya intensitas
pemakaian bahasa tersebut di masyarkat. Pernyataan tersebut sejalan dengan
apa yang diungkapkan Hariyanto (1997: 111). Dia mengatakan bahwa
beberapa siswa yang berhasil mempelajari bahasa Inggris saaat mereka masih
di sekolah, kemampuannya akan menurun ketika mereka sudah berada
1
dimasyarakat. Hal ini terjadi karena rendahnya pemakaian bahasa Inggris
dilingkungan tempat tinggalnya.
Lebih lanjut, Dubin dan Olsbtain (1987: 30) menyatakan bahwa kalau sebuah
bahasa diajarkan ditempat bahasa tersebut dipakai, guru-guru yang mengajar
biasanya adalah penutur asli dari bahasa yang diajarkannya, sehingga mereka
dapat berbuat dan bersikap alami saat mengajar, khususnya berkaitan dengan
penggunaaaan serta penanggulangan masalah kebahasaaan yang muncul. Di
lain pihak, situasi pembelajaran bahasa asing cenderung jauh berbeda. Gurugurunya sebagian besar bukan penutur asli serta tidak pernah tinggal dinegara
tempat bahasa tersebut dipergunakan. Meraka akan kesulitan saat harus
bersikap serta berbuat sejalan dengan tuntutan bahasa yang mereka ajarkan.
Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap penanggulangan masalah kebahasaan
yang muncul. Sesungguhnya, para siswa yang belajar bahasa asing, dalam hal
ini bahasa Inggris, sangat membutuhkan ekspos bahasa Inggris yang besar
dari para guru maupun lingkungan sekitarnya. Dalam masalah ini, ruang
kelas adalah tempat yang paling tepat untuk menggunakan bahasa tersebut.
Rendahnya ekspos bahasa Inggris terhadap para siswa dapat teratasi kalau
penggunan bahasa Inggris di dalam kelas dioptimalkan.
Berkaitan dengan penggunaan bahasa Inggris di dalam kelas, Nunan (1999: 87)
menyatakan bahwa siswa-siswa yang belajar bahasa asing jarang diajak untuk
menggunakan bahasa yang mereka pelajari secara kontekstual di lapangan.
Hal ini terjadi karena mereka memang tidak tinggal ditempat bahasa tersebut
dituturkan oleh masyarakat sekitarnya. Tempat yang sering mereka pakai
untuk latihan adalah di dalam kelas. Sehingga tak mengherankan kalau
kemampuan mereka untuk menggunakan bahasa tersebut dalam kontek yang
sebenarnya terbatas. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa guru
sebagai model dalam pembelajaran bahasa di kelas harus menggunakan
bahasa asing yang mereka ajarkan sebanyak mungkin. Sehingga, para siswa
2
punya peluang untuk mencontoh dan menirukan apa yang dilakukan
gurunya. Pada akhirnya para siswa akan mampu menggunakan bahasa
tersebut.
Berkaitan dengan penjelasan diatas, sebuah pertanyaan muncul tentang
bagaimana persepsi para siswa terhadap penggunaan bahasa yang diajarkan,
dalam konteks ini bahasa Inggris muncul. Meskipun guru yang sedang
mengajar lebih banyak menggunakan bahasa Inggris saat mengajar di dalam
kelas, tidak akan berpengaruh banyak terhadap kemampuan mereka dalam
menguasai bahasa tersebut jika mereka mempunyai persepsi yang negatif. Hal
ini sejalan dengan apa yang dikatakan Brown (1984: 9) bahwa strategi yang
digunakan oleh seorang guru saat mengajar dikelas akan membangun
persepsi para siswa terhadap pelajaran yang sedang dipelajari, serta guru yang
mengajarnya. Harmer (2002: 128) mengemukakan bahwa para siswa
umumnya menghargai guru-guru yang menunjukkan kemampuan pada
bidang yang mereka ajar. Seorang guru yang menggunakan bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar saat mengajar di kelas mengindikasikan bahwa dia
adalah guru profesional yang menguasai bidang yang diajarkannya.
Sementara itu, Richards et al. (1992: 268-269) menjelaskan bahwa persepsi
adalah mengenal dan mengerti kejadian-kejadian, objek-objek, dan ransangan
oleh indera.
Akhirnya,
penulis
berpendapat
bahwa
dalam
mengimplementasikan
pengetahuan kepada siswanya, para guru mempunyai gaya tersendiri.
Berdasarkan wawancara informal dengan
salah
satu guru MAN 2
Batusangkar serta beberapa orang siswanya, dapat disimpulkan bahwa
beberapa guru bahasa Inggris di MAN tersebut cenderung menggunakan
bahasa Inggris saat mengajar, sementara yang lainnya lebih banyak
menggunakan bahasa Indonesia ketika mengajar pelajaran bahasa Inggris di
kelas. Pengamatan yang dilakukan bermuara kepada suatu kesimpulan bahwa
3
sebagian besar guru bahasa Inggris yang mengajar di MAN 2 Batusangkar
lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia dalam berinteraksi dengan
siswanya saat mengajar di kelas.
Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian
ini berfokus pada upaya mengetahui persepsi para siswa terhadap
penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru bahasa
Inggris saat mengajar di dalam kelas.
B. Pertanyaan Penelitian
Sejalan dengan latar belakang masalah diatas maka pertanyaan penelitian
dapat dirumuskan dengan “Apa persepsi siswa terhadap penggunaan Bahasa
Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru Bahasa inggris saat mengajar
dikelas?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah untuk
menginvestigasi persepsi siswa terhadap penggunaan Bahasa Inggris sebagai
bahasa pengantar oleh guru saat mengajar dikelas.
D. Batasan Penelitian
Penelitian ini berfokus pada upaya untuk mengetahui persepsi siswa terhadap
penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru bahasa
Inggris saat mengajar di kelas.
E. Manfaat penelitian
Temuan-temuan dari penelitian ini diharapkan akan dapat:
1. Memberi masukan berharga kepada guru bahasa Inggris mengenai
persepsi para siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar
saat
pembelajaran
bahasa
Inggris
berlangsung
serta
pengaruhnya terhadap interaksi yang terjadi di dalam kelas.
2. Memberi informasi tambahan kepada para peneliti yang ingin membahas
atau menginvestigasi persoalan yang serumpun.
4
F. Defenisi Operasional
Agar
tidak
terjadi
kesalahpahaman
terhadap
pengertian
mengenai
pembahasan atau kata yang digunakan dalam pembahasan dalam judul ini,
untuk itu penulis merasa perlu memberikan penjelasannya.
Persepsi siswa adalah pandangan siswa yaitu bagaimana seseorang siswa
memandang sesuatu, yaitu memandang penggunaan Bahasa Inggris sebagai
bahasa pengantar dalam proses pembelajaran.
Bahasa Pengantar yaitu bahasa Inggris yang digunakan oleh guru bidang
studi dalam berkomunikasi dengan para siswa didalam kelas.
5
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Persepsi siswa
1. Pengertian Persepsi
Secara etimologi, persepsi atau dalam bahasa inggris perception,
berasal dari bahasa latin perceptio, dari percipere, yang artinya menerima
atau mengambil. Persepsi dalam arti sempit ialah, penglihatan bagaimana
seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas, persepsi adalah
pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu (Alex Sobur 2003:445).
Menurut Bimo (2004: 87) persepsi didefenisikan sebagai suatu proses
penginderaan dimana proses diterimanya stimulus oleh individu melalui
alat indera atau juga disebut proses sensoris.
Persepsi adalah proses individual dalam menginterpretasikan,
mengorganisasikan, memberi makna dalam stimulus yang berasal dari
lingkungan dimana individu itu berada, yang merupakan hasil dari proses
belajar dan pengalaman.
Jadi pesepsi tersebut merupakan pandangan seseorang terhadap
sesuatu, berdasarkan, penglihatan, pendengaran dan juga penciuman.
Sementara itu menurut pendapat lain persepsi adalah menafsirkan
stimulus yang ada dalam otak. Berarti persepsi yang terjadi antara individu
belum tentu bisa sama karena tergantung terhadap stimulus yang telah ada
dalam otak manusia.
Persepsi yang terjadi pada diri individu tidak terjadi dengan sendirinya,
tetapi melalui proses, Muhammad Asrosi (2008) mengatakan:
Proses adalah objek kejadian yang dialami oleh individu akan
menimbulkan stimulus yang kemudian mengenai alat indra, ini
dilanjutkan oleh syaraf sensori ke otak. Proses ini disebut dengan
proses Fisiologis. Kemudian terjadilah proses dalam otak,
sehingga individu yang menyadari apa yang diterima oleh alat
indranya, proses yang terjadi dalam otak ini dinamakan proses
6
psikologi, pada tahap ini individu memberi makna terhadap apa
yang diterima melalui indranya.
Persepsi memiliki peran yang sangat penting dalam prilaku sehingga
memiliki pengaruh yang berarti dalam dinamika penyesuian diri siswa
dalam pembelajaran yaitu:
1) Sebagai pembentukan pengembangan sikap terhadap prilaku
penyesuaian yang terarah.
2) Sebagai pengembangan fungsi-fungsi kognitif, afaktif, dan konatif
sehingga berpengaruh terhadap penyesuaian yang lebih utuh dan
proposional
sesuai
dengan
pertimbangan-pertimbangan
yang
relevan.
3) Meningkatkan keaktifan, kedinamisan, dan kesadaran terhadap
lingkungan
sehingga
dapat
menggerakkan
motivasi
untuk
menyesuaikan diri menjadi lebih rasional dan realistis.
4) Meningkatkan pengamatan dan penilaian secara objektif terhadap
lingkungan sehingga perlu penyesuaian diri menjadi lebih rasional
dan realistis.
5) Mengembangkan
kehidupan
kemampuan
sehari-hari
secara
mengelola
pengalaman
berkelanjutan
dalam
sehingga
dapat
mendorong kearah proses sosialisasi yang lebih mantap.
2. Ciri-ciri persepsi
Pengindraan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut
sebagai dunia persepsi. Agar dihasilkan suatu pengindraan yang
bermakna, ada ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi:
1) Modalitas: rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan
modalitas tiap-tiap indra, yaitu sifat sensoris dasar dan masing-masing
indera (cahaya untuk penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi
perasa; bunyi bagi pendengaran; sifat permukaan bagi peraba dan
sebagainya)
7
2) Dimensi Ruang; dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi
ruang); kita dapat mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luassempit, latar depan-latar belakang. Dan lain-lain.
3) Dimensi Waktu; dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperyi
cepat-lambat, tua-muda, dan lain-lain.
4) Struktur Konteks, keseluruhan yang menyatu; objek-objek atau
gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang
menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan
keseluruhan yang menyatu.
Jadi dapat dikatakan bahwa persepsi tersebut bukan hanya terjadi pada
penglihatan semata tetapi pada segala indra yang ada pada objek tersebut.
3. Jenis-jenis persepsi
Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh
indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis:
1) Persepsi Visual
Persepsi Visual ditetapkan dari indra penglihatan. Pemrosesan
informal terjadi ditempat yang berbeda dalam sistem sensorik dan
syaraf, misalnya pada penglihatan, proses tersebut terjadi pada
mata, ditempat yang bermacam-macam didalam otak dan neuronneuron yang berhubungan dengan itu. Pada bagian ini, kita akan
menggunakan penglihatan bagaimana cara kerja persepsual itu
terjadi.
2) Persepsi Auditor
Persepsi auditor didapatkan dari indra pendengan yaitu telinga.
3) Persepsi Perabaan
Persepsi perabaan didapatkan dari indra taktil yaitu kulit
4) Persepsi Penciuman
Persepsi penciuman atau alkafaktori didapatkan dari penciuman
hidung.
8
5) Persepsi Pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indra pengecapan
yaitu lidah.
Dari beberapa jenis persepsi yang telah disebutkan diatas maka dapat
dikatakan bahwa persepsi didapatkan bukan hanya dari satu sudut
pandang saja akan tetapi dari berbagai jenis indra yang ada pada dalam
diri kita.
4. Proses terjadinya persepsi
Proses terjadinya persepsi pada diri individu tidak berlangsung
begitu saja, tetapi melalui suatu proses. Proses persepsi adalah peristiwa
dua arah yaitu sebagai hasil aksi dan reaksi. Prinsip dasar tentang
persepsi yang perlu diketahui oleh seorang guru agar dapat mengetahui
siswanya secara lebih baik yaitu bahwa:
1) Persepsi itu relatif bukannya absolute
2) Persepsi itu bersifat selektif
3) Persepsi itu mempunyai tatanan
4) Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (menerima rangsang).
5) Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi
orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama (Slameto, 2010:2).
Oleh karena itu, bagi seorang guru untuk mengetahui dan
menerapkan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan persepsi sangatlah
penting. Menurut Sobur (2009:45), terjadinya persepsi melalui suatu
proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut.
1) Terjadinya stimulasi alat indera, selanjutnya stimulus tersebut
ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan
berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses
kealaman.
2) Stimulus suatu objek yang diterima oleh alat indera, kemudian
disalurkan ke otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan
9
stimulus ke otak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat
indera secara normal.
3) Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari
objek yang diterima oleh alat inderanya. Proses itu juga disebut proses
psikologis.
Proses persepsi menurut Sobur adanya dua komponen pokok yaitu
seleksi
dan
interpretasi.
Seleksi
yang
dimaksud
adalah
proses
penyaringan terhadap stimulus pada alat indera. Stimulus yang
ditangkap oleh indera terbatas jenis dan jumlahnya, karena adanya
seleksi. Hanya sebagian kecil saja yang mencapai kesadaran pada
individu. Individu cenderung mengamati dengan lebih teliti dan cepat
terkena hal-hal yang meliputi orientasi mereka. Interpretasi sendiri
merupakan suatu proses untuk mengorganisasikan informasi, sehingga
mempunyai arti bagi individu (Sobur, 2009:446).
Dalam melakukan interpretasi itu terdapat pengalaman masa lain
serta sistem nilai yang dimilikinya. Sistem nilai disini dapat diartikan
sebagai penilaian individu dalam mempersepsi suatu objek yang
dipersepsi, apakah stimulus tersebut akan diterima atau ditolak. Apabila
stimulus tersebut menarik atau ada persesuaian maka akan dipersepsi
positif dan demikian sebaliknya selain itu adanya pengalaman langsung
antara individu dengan objek yang dipersepsi individu, baik yang bersifat
positif maupun negatif. Proses terjadinya persepsi, secara sistematis dapat
dilihat berdasarkan Gambar 1.
Terjadinya
stimulasi
alat indera
Stimulasi alat
indera diatur
Stimulasi
alat indera
ditafsirkan
Sumber: DeVito, 1997 (dalam Alex Sobur, 2009)
Gambar 1. Proses Terjadi Persepsi
10
5. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi merupakan salah satu cara kerja (proses) yang rumit dan
aktif. Orang sering kali menganggap bahwa persepsi menyajikan suatu
pencerminan yang sempurna mengenai realitas atau kenyataan. Anggapan
tersebut tidak sepenuhnya benar, sebab persepsi bukan merupakan cermin
realitas. Hal ini dikarenakan proses persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut:
1) Indra kita tidak memberikan respons terhadap aspek yang ada
dalam lingkungan.
2) Manusia sering kali melakukan persepsi rangsangan-rangsangan
yang pada kenyataannya tidak ada.
3) Persepsi seorang tergantung dari apa yang ia harapkan dan
tergantung dari pengalaman masa lalu serta adanya motivasi.
Dapat dikatakan bahwa persepsi itu dipengaruhi karena ada yang
melatarbelakangi dari kejadian tersebut atau bisa dikatakan persepsi itu
terjadi karena apa yang kita lihat.
Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks, dan ditentukan oleh
dinamika yang terjadi dalam diri seseorang ketika seseorang mendengar,
mencium, melihat, merasa, atau bagaimana dia memandang suatu objek
dalam melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya. Faktor-faktor
yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu faktor fungsional dan
faktor struktural (Jalalludin Rakhmat, 2003:55-62). Lebih jauh, Rakhmat
menjelaskan faktor fungsional dan struktural sebagai berikut:
1) Faktor Fungsional
Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan
pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang biasa
disebut
sebagai
faktor-faktor
personal.
Faktor
fungsional
yang
menentukan persepsi adalah objek-objek yang memenuhi tujuan
individu yang melakukan persepsi.
11
2) Faktor Struktural
Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata
dan sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada
sistem saraf individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan
persepsi menurut teori Gestalt bila seseorang ingin memahami suatu
peristiwa orang tersebut tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah
tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Tertarik tidaknya
individu untuk memperhatikan stimulus dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu, faktor internal (kebiasaan, minat, emosi dan keadaan biologis) dan
faktor eksternal (intensitas, kebaruan, gerakan, dan pengulangan
stimulus).
6. Komponen Persepsi
Ada beberapa komponen persepsi menurut para ahli. Alphort dalam
Masbow (2009) mengatakan bahwasanya persepsi itu terdiri dari beberapa
komponen yaitu:
1. Cognitive component. It is the component that consit of someone’s
knowledge and information about object of her/his attitude
2. Affective. It is related to like and dislike feeling.
3. Conative. It is related with someone’s readiness to behave in
particular situation
Kemudian, Myers dalam Masbow (2009) juga menambahkan bahwasanya
persepsi itu mempunyai beberapa komponen yaitu:
1. Affective or emotional component. It is the component that is related
to like or dislike toward the object.
2. Cognitive component or perceptual. It is the component which is
related to knowledge, opinion, belief toward something
3. Conative or action component. It is the component which is related
to action tendency toward an object.
Terakhir, Bimo (2003: 111) menyatakan bahwa ada tiga komponen
persepsi. Ketiga komponen itu adalah komponen kognitif atau perceptual,
komponen affektif dan komponen Konatif (Conative). Komponen kognitif
berhubungan dengan pengetahuan, opini, keyakinan, atau bisa dikatakan
12
segala sesuatu yang berhubungan dengan bagaimana persepsi seseorang
terkait sikapnya terhadap objek. Komponen affektif atau emotional berkaitan
dengan bahagia (positif) atau tidak bahagia (negatif) dan senang (favor) atau
tidak senang (unfavor) terhadap sesuatu objek. Komponen konatif atau
behaviour atau action berkaitan dengan tindakan yang ingin dilakukan
tethadap objek tertentu.
Dari pendapat para pakar diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya
komponen persepsi itu terdiri dari tiga komponen yaitu komponen kognitif,
komponen afektif dan yang terakhir komponen konatif. Semua komponen
persepsi tersebut tentunya sangat penting sekali dalam rangka untuk
mengetahui bagaimana persepsi seseorang terhadap sesuatu hal tertentu.
B. Pentingnya Penggunaan Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Pengantar
Dalam Kelas Bahasa Inggris
Allford (1999: 235) mengatakan bahwa penggunan bahasa target di dalam
kelas oleh guru yang mengajar akan memberi ruang bagi para siswa untuk
belajar bahasa tersebut secara langsung. Dia menambahkan bahwa penggunan
bahasa target secara intensif berpengaruh terhadap minat siswa untuk
menggunakan bahasa tersebut diantara sesama mereka. Dalam penelitian ini,
bahasa Inggris adalah bahasa target yang dipelajari para siswa. Pernyataan
Allford di atas mengindikasikan bahwa seorang guru bahasa Inggris perlu
menggunakan bahasa Inggris sebanyak mungkin ketika mengajar para
siswanya., sebab hal tersebut dapat menjadi model bagi para siswa.
Lebih lanjut, Harmer (2002: 66) menyatkan bahwa sebagai seorang model di
dalam kelas, idealnya para guru memberikan peluang yang banyak kepada
para siswa untuk berhubungan dengan bahasa yang sedang mereka pelajari,
sehingga, meskipun para siswa tidak memahami setiap kata yang diucapkan
oleh gurunya, mereka akan berupaya untuk memahami makna dari
konteksnya. Bahasa yang digunakan oleh guru yang mengajar dapat menjadi
contoh yang baik atau buruk bagi para siswa. Hal ini sangat tergantung
13
kepada kompetensi yang dimiliki oleh para guru tersebut. Dengan kata lain,
bahasa Inggris yang dihasilkan para guru akan berpengaruh terhadap
perolehan pengetahuan kebahasaan para siswa.
Berkaitan dengan penjelasan-penjelasan diatas, Richard and Rodgers (1986: 94)
menyebutkan bahwa seorang guru punya tanggung jawab untuk mengunakan
bahasa yang terbaik serhingga siswa dapat menginternalisasi aturan-aturan
dasar dari bahasa yang dipelajari. Pada level awal proses belajar bahasa asing,
peran bahasa yang digunakan guru adalah sebagai contoh yang akan ditiru
para siswa. Pada tingkat selanjutnya, para siswa akan berupaya menirukan
apa yang diucapkan oleh gurunya serta berinteraksi dengan menggunakan
bahasa target tersebut.
Pernyataan-pernyataaan tersebut bermakna bahwa penggunaan bahasa
Inggris sebagai bahasa pengantar pada pelajaran bahasa Inggris memainkan
peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.
Para siswa mempunyai model di dalam kelas yaitu guru mereka yang akan
mereka manfaaatkan dalam meningkatkan pengetahuan berbahasa. Lebih
lanjut, penguasaan bahasa Inggris seorang guru dapat menggambarkan
keprofesionalannya dalam mengajar. Siswa cenderung akan menghargai guru
yang profesional. Hall (1983: 571) mengemukakan bahwa pembentukan sikap
yang paling dasar adalah melalui pengalaman yang sederhana. Jika seseorang
mengalami sesuatu hal secara berulang-ulang, akan terbentuk sikap yang
positif terhadap hal tersebut. Dia menyebut hal ini sebagai pengaruh dari
ekspos. Jika seseorang dihadapkan dengan suatu hal atau benda, perasaan
nyaman akan hadir kalau dia mengenal hal atau benda tersebut. Sebaliknya,
perasaan tidak nyamanlah yang hadir jika dia tidak mengenal hal tersebut. Hal
ini mengindikasikan bahwa para siswa yang banyak diekspos dengan bahasa
Inggris saat belajar di kelas, akan terbentuk sikap yang positif karena hal
tersebut tidak lagi menjadi sesuatu yang asing bagi mereka. Hal ini pada
akhirnya akan membentuk persepsi yang positif terhadap terhadap bahasa
Inggris serta penggunanya.
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan uraian masalah sebelumnya, jenis penelitian ini adalah penelitian
Lapangan (field Research) yang bersifat Deskriptif Kuantitatif, yaitu penelitian
yang mengungkapkan serta menggambarkan kejadian-kejadian, fenomenafenomena yang terjadi dilapangan sebagaimana adanya sesuai dengan
kenyataan yang ada dilapangan.
B. Langkah-langkah Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan beberapa langkah-langkah
penelitian. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Menemukan masalah penelitian
b. Mengumpulkan teori-teori, sumber-sumber dan kajian kepustakaan
yang relevan dengan penelitian
c. Menulis proposal penelitian
d. Mengikuti seminar proposal penelitian
2. Tindakan
a. Merancang jadwal penelitian dan mempersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan angket yang akan diberikan.
b. Memberikan angket ke partisipan.
c. Mengumpulkan angket
3. Penutup
a. Melakukan analisa data
b. Menginterpretasikan data
c. Mengambil kesimpulan dari proses analisa data
15
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono dalam Riduwan memberikan pengertian bahwa: “populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
menjadi kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Menurut pendapat lain populasi adalah totalitas semua nilai yang
mungkin, baik hasil menghitung atas pengukuran kuantitatif maupun
kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang
lengkap.
Pendapat lain juga mengemukakan bahwa populasi adalah semua
individu yang menjadi sumber pengambilan sampel atau sekumpulan
kasus yang pantas dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan
dengan masalah penelitian.
Adapun yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas XII di MAN 2 Batusangkar yang Jumlahnya sebanyak
245 orang.
2. Sampel
Kelompok kecil yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan
dari padanya disebut sampel. Sampel adalah sebagian populasi yang
memiliki sifat dan karakter yang sama, sehingga betul-betul memiliki
populasinya.
Suharsimi Arikunto menjelaskan jika subyeknya kurang dari 100,
maka lebih baik diambil semua subyek sehingga semua populasi dijadikan
sampel. Jika jumlahnya besar dari 100, maka dapat diambil 10-25% dari
jumlah populasi yang ada.
Berdasarkan pendapat tersebut maka sampel penulis lakukan adalah
10% dari populasi yang ada.
10
N = 100 x 245 = 25
Jadi untuk sampel adalah 25 orang
16
Pengambilan sampel kali ini penulis menggunakan teknik Random
Sampling atau acak, dimana semua individu baik secara sendiri maupun
secara bersama-sama diberi kesempatan untuk dijadikan sampel dalam
penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan kuesioner
(angket). Instrumen penelitian adalah cara pemberian skor atau kode
terhadap masing-masing butir pertanyaan.
1. Instrumen yang Digunakan
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam
mengumpulkan data (Arikunto, 2009:134). Peneliti menilai penggunaan
instrumen kuesioner cocok digunakan dalam penelitian ini. Menurut
Sugiono (2011:142) teknik pengumpulan data dengan instrumen penelitian
kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Kuesioner memiliki keunggulan yaitu teknik
pengumpulan data yang efisien, peneliti tahu pasti variabel yang akan
diukur dan tahu apa yang diharapkan responden.
Di samping cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan
tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dibedakan menjadi dua jenis yaitu
angket terbuka dan angket tertutup. Kuesioner terbuka (angket tidak
berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana
sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan
keadaannya. Kuesioner tertutup (kuesioner berstruktur) adalah kuesioner
yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta
untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya
dengan memberikan tanda silang atau tanda check list. Check list atau
daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang
diamati.
17
Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperoleh informasi dari siswa.
Adapun
informasi tersebut adalah mengenai persepsi siswa MAN 2
Batusangkar terhadap
penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar dikelas. Cara mengembangkan instrumen penelitian kuesioner
adalah sebagai berikut:
a. Menyusun Kisi-kisi
Penyusunan kisi-kisi instrumen harus mengacu pada ruang
lingkup persepsi siswa MAN 2 Batusangkar terhadap penggunaan
bahasa Inggris dikelas. Menurut teori yang didapatkan tentang persepsi
yakni teori dari Allport dalam Masbow (2009) mengatakan bahwa
persepsi mempunyai beberapa komponen yaitu komponen kognitif
yang menyangkut tentang bagaimana pendapat atau pengetahuan
seseorang terhadap sesuatu, komponen afektif yang menyangkut
tentang perasaan suka atau tidak suka terkonatif yang menyangkut
tindakan atau sikap seseorang terhadap sesuatu.hadap sesuatu. Dari
variabel di atas kemudian dikembangkan menjadi indikator angket
sebanyak 30 butir pertanyaan.
b. Menulis Butir Soal
Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dibuat berdasarkan kisikisi yang telah dibuat. Pertanyaan harus mengacu pada indikator yang
mengacu pada kisi-kisi. Pertanyaan dalam kuesioner ini harus dijawab
dengan cara memilih salah satu dari 5 alternatif jawaban yang dianggap
cocok sesuai dengan kondisi sebenarnya. Kelima alternatif jawaban itu
adalah sebagai berikut:
18
Tabel 1
Skor Skala Likert
No
Alternatif Jawaban
1
Sangat setuju/sangat
mengerti/pernah/sangat
cocok/sangat sesuai/sangat bagus
Setuju/mengerti/kadangkadang/cocok/sesuai/bagus
Ragu-ragu/kurang
mengerti/belum pernah/kurang
cocok/kurang sesuai/kurang
bagus
Tidak Setuju/tidak mengerti/tidak
pernah/tidak cocok/tidak
sesuai/tidak bagus
Sangat tidak setuju/sangat tidak
mengerti/tidak pernah sama
sekali/sangat tidak cocok/sangat
tidak sesuai/sangat tidak bagus
2
3
4
5
Pernyataan
Positif
5
Pernyataan
Negatif
1
4
2
3
3
2
4
1
5
Dalam pengumpulan data (angket), peneliti sengaja membuatnya
(angket)
dalam
bahasa
Indonesia
untuk
mempermudah
responden
memahami angket tersebut. Contoh angket dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2
Contoh Angket Penelitian
No
Pernyataan
1 Saya berpendapat bahwa
penggunaan
Bahasa
Inggris dikelas sangat
diperlukan
SS
S

RR
TS
STS
c. Melakukan Telaah Butir
Butir yang telah dibuat kemudian ditelaah dengan menggunakan
panduan telaah butir. Telaah butir dilakukan oleh peneliti dan salah satu
dosen luar biasa STAIN Batusangkar. Saat menelaah digunakan lembar
telaah butir seperti pada pada Tabel 3.
19
Tabel 3
LEMBAR TELAAH INSTRUMEN
Judul Penelitian
Peneliti
:
:
Penelaah
Nama
Pekerjaan
Tanggal
Tanda tangan
:
:
:
:
Petunjuk pengisian
Beri tanda √ bila kriteria penelaah sesuai dengan butir
Beri tanda x bila kriteria penelaah tidak sesuai dengan butir
A.
No
1
Persepsi siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris oleh guru dikelas
Aspek
yang
ditelaah
Materi
Nomor pernyataan
Kriteria Penelaah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan sesuai dengan
indikator yang hendak diukur
Pilihan jawaban dari setiap
pernyataan sudah logis dan
berfungsi
2
Konstruksi
Pernyataan dirumuskan dengan
singkat, jelas dan tegas
Pernyataan bebas dari
pernyataan yang bersifat negatif
ganda
Menggunakan bahasa yang
sesuai denga kaidah bahasa
Indonesia
3
Bahasa
Menggunakan bahasa yang
komunikatif
Tidak menggunakan bahasa
yang berlaku setempat
Saran Perbaikan :
20
d. Revisi
Awal pembuatan instrumen peneliti membuat 35 butir pertanyaan,
tetapi ketika dijasmen ada pengurangan jumlah butir pertanyaan yang
tidak valid.
e. Uji Coba
Sebagai penyempurnaan penelitian maka instrumen penelitian
tersebut perlu diujicobakan, dengan tujuan untuk diketahui apakah
instrumen penelitian tersebut dapat digunakan untuk pengambilan data
atau tidak. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat
terpenuhinya syarat validitas dan reliabilitas yang baik. Butir soal akan di
uji coba kepada 25 siswa.
Uji Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan sejauh mana
hasil pengukuran tetap sama bila dilakukan pengukuran dua kali.
Dengan cara mengukur one shot (pengukuran satu kali), kemudian
dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antara
jawaban pertanyaan. Butir yang memiliki koefisien korelasi kurang dari
0,5 dianggap butir itu gagal. Selanjutnya bila koefisien cronbach alpha
kurang dari 0,7 berarti kuesioner itu kurang baik.
Gambar 2. Interpretasi Reliabilitas
Uji coba lapangan yaitu instrumen berupa angket telah direvisi
oleh ahli sehingga diperoleh instrumen dengan kategori baik. Ahli
menilai instrumen melalui lembar telaah yang ada seperti pada Lampiran
3 oleh ahli satu dan Lampiran.
21
E. Teknik Pengolahan Data
Menurut Syofian Siregar pengolahan data adalah suatu proses dalam
memperoleh data ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumusan
tertentu. Pengolahan data meliputi kegiatan sebagai berikut:
a.
Editing
Editing yaitu proses pengecekan atau memeriksa data yang telah
berhasil dikumpulkan dengan tujuan untuk mengoreksi kesalahan
dan kekurangan data, berkaitan dengan kelengkapan isian.
b. Coding
Coding yaitu kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap
data yang termasuk kategori, yang bertujuan untuk mengelompokkan
data sesuai dengan aspek yang diteliti yaitu tingkat penyesuaian diri
terhadap kegiatan belajar siswa
c.
Scoring
Scoring yaitu penetapan skor untuk setiap item instrument yang
menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangan negatif.
d. Tabulasi
Tabulasi data yaitu proses penempatan data ke dalam bentuk
tabel yang telah diberi kode sesuai dengan kebutuhan analisis. Data
dikelompokkan pada tabel yang telah disediakan berdasarkan skor
yang diperoleh responden.
Selanjutnya menghitung frekuesi dan persentase dengan rumus:
P=
X 100%
Keterangan:
P= Persentase
F= Frekuensi
N= Jumlah responden
22
F. Teknik Analisis Data
Data dari angket dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang
akan dianalisis secara deskriptif persentase dengan langkah-langkah menurut
Riduan (2004:71-95) sebagai berikut:
1. Menghitung nilai responden dan masing-masing aspek atau sub variabel.
2. Merekap nilai.
3. Menghitung nilai rata-rata.
4. Menghitung persentase dengan rumus:
𝐷𝑃 =
𝑛
× 100%
𝑁
Keterangan:
DP
=
Deskriptif Persentase (%)
n
=
Skor empirik (Skor yang diperoleh)
N
=
Skor Ideal untuk setiap item pertanyaan
Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang
diperoleh (dalam %) dengan analisis deskriptif persentase dikonsultasikan
dengan tabel kriteria.
Tabel 4.
Pengklasifikasian Persepsi Mahasiswa terhadap Penggunaan
Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Pengantar oleh guru dikelas
Jumlah Rata-Rata
(M + 1,5 SD)
(M + 0,5 SD) – (M + 1,5 SD)
(M - 0,5 SD) – (M + 0,5 SD)
(M - 1,5 SD) – (M - 0,5 SD)
(M - 1,5 SD)
Penjelasan
Sangat Positif
Positif
Biasa-Biasa Saja
Negatif
Sangat Negatif
23
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) 2 Batusangkar Kec. Lima Kaum
Kab. Tanah Datar
Sebelum penulis menguraikan secara luas tentang hasil penelitian, terlebih
dahulu penulis akan menjelaskan sekilas tentang gambaran sekolah tempat
penulis mengadakan penelitian. MAN 2 Batusangkar adalah salah satu
sekolah yang bercirikan Islam, yang terletak disebelah Utara kota Batusangkar,
tepatnya di Lima Kaum yang berjarak lebih kurang 2 Km dari pusat kota
Batusangkar.
Cikal bakal MAN 2 Batusangkar bukanlah kehadiran yang tiba-tiba, tetapi
merupakan
kelanjutan
dari
pertumbuhan-pertumbuhan
sekolah
atau
Madrasah dalam lingkungan Departemen Agama yang didirikan oleh para
ulama di Kabupaten Tanah Datar.
Proses keberadaannya berasal dari empat jenjang pendidikan formal, dimana
keempat pendidikan formal tersebut adalah:
a. Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI)
b. Pendidikan Guru Agama 4 Tahun Swasta (PGA 4 Tahun)
c. Pendidikan Guru Agama 4 Tahun Negeri (PGA 4 Tahun)
d. Pendidikan Guru Agama Negeri 6 Tahun (PGAN 6 Tahun)
Sesuai dengan keputusan Menteri Agama No. 17 tanggal 1 April 1979,
Pendidikan Guru Agama (PGA) berubah status menjadi Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) 2 Batusangkar. Semenjak berubah status tersebut dalam
perkembangannya MAN 2 Batusangkar mengalami kemajuan dari tahun
ketahun.
24
2. Prestasi yang dicapai
Adapun prestasi-prestasi yang pernah diraih oleh MAN 2 Batusangkar
sebagai berikut:
a. Prestasi Akademik
Prestasi akademik yangbtelah diraih oleh MAN 2 Batusangkar sebagai
berikut:
1) Juara II Madrasah berprestasi Tingkat Nasional tahun 2003
2) Juara I Madrasah berprestasi Tingkat Nasional tahun 2004
3) Juara II Lomba UKS tingkat Provinsi Sumatera Barat tahun 2004
4) Juara Perpustakaan terakreditasi terbaik Tingkat Madrasah tahun
2003
b. Prestasi Ekstrakurikuler
Adapun prestasi di bidang ekstrakurikuler adalah:
1) Juara I Lomba Asmaul Husna Tingkat Kabupaten Tanah Datar
tahun 2009
2) Juara I Lomba Khutbah Jumat Tingkat Kabupaten Tanah Datar
tahun 2009
3) Juara II Lomba PBB Tingkat Kabupaten Tanah Datar tahun 2009
4) Juara I MTQ Tingkat Kabupaten Tanah Datar tahun 2009
5) Juara I MSQ Tingkat Kabupaten Tanah Datar tahun 2010
6) Juara Harapan I Lomba Pidato 2 Bahasa (Arab dan Inggris) tahun
2010
7) Juara III MTQ Tingkat Kabupaten Tanah Datar tahun 2010
8) Juara III MTQ Tingkat Sumatera Barat tahun 2010
3. Keadaan Guru dan Siswa
MAN 2 Batusangkar memiliki gedung sendiri dengan 22 ruangan
yang tercakup di dalamnya ruangan belajar, perkantoran, serta ruangan
25
administrasi. MAN 2 Batusangkar juga memiliki 3 labor, yaitu labor
Bahasa, labor IPA, dan labor Komputer. Jumlah siswa saat ini adalah
sebanyak 770 orang dengan perincian Kelas X sebanyak 232 orang, Kelas XI
sebanyak 269 orang, dan Kelas XII sebanyak 245 orang. Adapun jumlah
guru dan karyawan yang dimiliki MAN 2 Batusangkar saat ini 84 orang
dengan perincian guru tetap ada 40 orang, guru yang tidak tetap 32 orang,
dan karyawan 12 orang.
B. Persepsi siwa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas XII MAN 2
Batusangkar.
1. Deskripsi Data
Dalam hal ini penulis akan menjelaskan bagaimana persepsi siswa tentang
penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru dalam
proses belajar mengajar dalam kelas yang terdiri dari beberapa butir
pernyataan, sesuai dengan data yang penulis peroleh dari angket,
selanjutnya penulis menghitung persentase data tersebut, dengan hasil
presentase yang terdapat pada tabel berikut:
Tabel 5
Persepsi siswa terhadap penggunaan Bahasa Inggris
No
Pernyataan
1
Saya berpendapat bahwa
penggunaan
Bahasa
Inggris oleh guru dikelas
sangat diperlukan
Saya lebih termotivasi
untuk belajar Bahasa
Inggris seketika guru
berbicara Bahasa Inggris
dikelas
Saya lebih memilih guru
menjelaskan
dengan
Bahasa
Indonesia
ketimbang dengan Bahasa
Inggris
2
3
SS
%
17
68%
S
%
4
16%
RR
%
3
12%
TS
%
1
4%
STS
%
-
16
64%
4
16%
5
20%
-
-
6
24%
2
8%
4
16%
12
48%
1
4%
26
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Bahasa inggris saya akan
jauh lebih berkembang
jika
guru
berbicara
Bahasa Inggris dikelas
meskipun
waktunya
sangat terbatas
Saya mencoba untuk
memahami apa yang
disampaikan oleh guru
ketika berbicara Bahasa
Inggris.
Saya tidak tertarik untuk
berbicara bahasa Inggris
dikelas meskipun saya
bisa melakukannya
Saya merasa keberatan
kalau guru berbicara
bahasa inggris dikelas
karena
tidak
semua
murid bisa paham dengan
apa yang disampaikan
Saya mencoba untuk
berusaha
berbicara
Bahasa Inggris di kelas
meskipun agak sedikit
susah
Saya
takut
untuk
berbicara Bahasa Inggris
karena
takut
ditertawakan oleh teman
yang lain.
Saya berusaha untuk
selalu aktif di kelas ketika
pelajaran Bahasa Inggris.
19
76%
3
12%
2
8%
1
4%
13
52%
9
36%
3
12%
-
-
2
8%
3
12%
7
28%
8
32%
5
20%
2
8%
1
4%
3
12%
11
44%
8
32%
16
64%
5
20%
3
12%
1
4%
-
5
20%
3
12%
2
8%
9
36%
6
24%
18
72%
5
20%
2
8%
-
-
Saya tidak setuju kalau
guru
menggunakan
bahasa
inggris
lebih
banyak sebagai bahasa
pengantar dikelas
Saya
merasa
malu
berbahasa
Indonesia
dikelas ketika pelajaran
Bahasa Inggris
Guru
selalu
5
20%
2
8%
4
16%
10
40%
4
16%
5
20%
2
8%
3
12%
10
40%
5
20%
7
13
2
3
27
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
menggunakan
bahasa
Inggris yang mudah saya
pahami
Guru
Bahasa
Inggris
selalu membantu saya
ketika saya tidak paham
dengan
apa
yang
disampaikan guru
Guru tidak peduli apakah
saya paham dengan apa
yang dia sampaikan atau
tidak
Guru sering memberi
kesempatan kepada saya
untuk melatih Bahasa
Inggris
saya
dengan
memberikan pertanyaanpertanyaan dalam bahasa
Inggris
Saya merasa cemas setiap
kali belajar bahasa Inggris
28%
52%
8%
12%
5
20%
12
48%
3
12%
5
20%
-
2
8%
4
16%
12
48%
7
28%
12
48%
7
28%
3
12%
2
8%
1
4%
6
24%
1
4%
4
16%
9
36%
5
20%
Saya
merasa
tidak
percaya
diri
ketika
berbicara bahasa inggris
Bahasa Inggris adalah
mata
pelajaran
yang
sangat penting karena
akan diujiankan di ujian
nasional
Saya
merasa
sangat
senang setiap kali belajar
bahasa Inggris
Saya akan mengerjakan
tugas-tugas
yang
diberikan
oleh
guru
bahasa Inggris dengan
sebaik-baiknya.
Saya
memperhatikan
guru
bahasa
Inggris
ketika berbicara bahasa
Inggris dan mencoba
untuk
mempraktekkannya
Saya
akan
mencek
2
8%
6
24%
3
12%
7
28%
7
28%
22
88%
3
12%
-
-
-
15
60%
3
12%
3
12%
4
16%
-
19
76%
3
12%
3
12%
-
-
12
48%
8
32%
2
8%
2
8%
1
4%
1
4
-
16
4
28
dikamus kosa kata yang
tidak
saya
mengerti
sehingga kosa kata saya
semakin bertambah
24 Guru
bahasa
Inggris
berbicara
agak
cepat
sehingga saya kesulitan
dalam menangkap makna
yang disampaikan
25 Saya berpendapat agar
guru
bahasa
inggris
memberikan kesempatan
lebih kepada murid untuk
mengasah
bahasa
Inggrisnya.
26 Saya
tidak
merasa
antusias
ketika
guru
menyuruh mengerjakan
latihan didepan kelas
27 Guru bahasa Inggris saya
berbicara Bahasa Inggris
dengan lancar
28 Guru
bahasa
Inggris
sebaiknya
berbicara
bahasa Indonesia seketika
murid
tidak
bisa
menangkap apa yang
disampaikan
29 Saya menyadari dengan
sepenuhnya
bahwasannya
bahasa
Inggris sangat diperlukan
kedepannya
30 Guru
bahasa
Inggris
menyampaikan
materi
dengan menarik dan
menyenangkan dikelas
Jumlah keseluruhan
64%
16%
4%
16%
3
12%
1
4%
6
24%
12
48%
3
12%
9
36%
7
28%
3
12%
4
16%
1
4%
2
8%
1
4%
6
24%
12
48%
4
16%
18
72%
6
24%
1
4%
-
-
7
28%
12
48%
2
8%
3
12%
1
4%
20
80%
5
20%
-
-
-
19
76%
4
16%
2
8%
-
-
318/
141/
42,46%
18,83%
59/
7,87
11,88% 55,01
89/
142/
2. Interpretasi dan Analisis Data
Berdasarkan hasil jawaban responden dalam sub variabel satu, pada
pernyataan pertama, siswa yang menjawab sangat setuju (SS) 17 orang
29
(68,%), siswa yang menjawab setuju (S) 4 orang (16%), siswa yang
menjawab ragu-ragu (RR) 3 orang (12%) , siswa yang menjawab tidak
setuju (TS) 1 orang (4,%), dan tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak
setuju (STS)
Berdasarkan data angket di atas terlihat bahwanya siswa lebih banyak
menjawab sangat setuju yakni 17 orang (68%), tentang penggunaan bahasa
Inggris sebagai bahasa pengantar dikelas sangat diperlukan. Siswa yang
mempunyai persepsi positif akan menganggap bahwasanya penggunaan
bahasa Inggris dikelas itu sangat diperlukan dan hal ini terlihat dari data
perolehan porsentase angket yang menyatakan 68% sangat setuju, 16%
menyatakan setuju. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwasanya siswa
mempunyai persepsi yang positif
terhadap penggunaan bahasa Inggris
dikelas.
Pada butir pernyataan kedua, siswa yang menjawab sangat setuju (SS)
16 orang (64%), siswa yang menjawab setuju (S) 4 orang (16%), siswa yang
menjawab Ragu-ragu (RR) 5 orang(20%) dan tidak ada siswa yang
menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju (0%).
Berdasarkan data angket di atas bahwa siswa lebih banyak menjawab
sangat setuju yakni 16 orang (64%), tentang siswa lebih termotivasi dalam
belajar bahasa Inggris ketika guru berbicara bahasa Inggris. Dari data yang
terlihat dapat disimpulkan bahwasanya siswa mempunyai persepsi yang
baik terhadap penggunaan bahasa Inggris dikelas dan hal ini dapat
memotivasi mereka dalam belajar bahasa Inggris dikelas.
Pada butir pernyataan ketiga, siswa yang menjawab sangat setuju (SS)
6 orang (24%), siswa yang menjawab setuju (S) 2 orang (8%), siswa yang
menjawab ragu-ragu (RR) 4 orang (6%), siswa yang menjawab tidak setuju
(TS) 12 orang (48%), siswa yang menjawab sangat tidak setuju (STS) 1 orang
(4%).
30
Berdasarkan data angket di atas bahwa siswa lebih banyak menjawab
tidak setuju yakni 12 orang (48%), tentang Guru lebih baik menggunakan
bahasa Indonesia ketimbang bahasa Inggris dalam kelas. Hal ini berarti
siswa mempunyai keinginanan yang kuat dan memiliki persepsi yang
bagus.
Pada butir pernyataan keempat, siswa yang menjawab sangat setuju
(SS) 19 orang (76%), siswa yang menjawab setuju (S) 3 orang (12%), siswa
yang ragu-ragu (KK) 3 orang (6,82%)siswa yang menjawab kadang-kadang
(KK) 2 orang (8%) siswa yang menjawab tidak setuju (TS) 1 orang (4%) dan
tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju (0%).
Berdasarkan data angket di atas bahwa siswa lebih banyak menjawab
sangat setuju yakni 19 orang (76%), tentang bahasa Inggris siswa lebih
berkembang jika guru berbicara bahasa Inggris meskipun waktunya sangat
sedikit. Jadi disini bisa terlihat bahwasanya siswa sangat mengharapkan
guru bahasa Inggrisnya untuk berbicara bahasa Inggris karena hal tersebut
bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam bahasa Inggris meskipun
waktu yang ada sangat sedikit.
Pada butir pernyataan kelima, siswa yang menjawab sangat setuju (SS)
13 orang (52%), siswa yang menjawab setuju (S) 9 orang (36%), siswa yang
menjawab ragu-ragu (RR) 3 orang (6,82%)siswa yang menjawab kadangkadang (KK) 3 orang (12%)siswa dan tidak ada yang menjawab tidak setuju
dan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data angket di atas bahwa siswa lebih banyak menjawab
sangat setuju
yakni 13 orang (52,%), tentang siswa mencoba untuk
memahami apa yang disampaikan guru ketika berbicara bahasa Inggris. Jadi
kita bisa menyimpulkan bahwasanya siswa tersebut mempunyai persepsi
yang bagus terhadap penggunaan bahasa Inggris dikelas oleh gurunya
karna dari data hasil angket terlihat tidak ada siswa yan menjawab tidak
setuju dan sangat tidak setuju.
31
Pada butir pernyataan keenam, siswa yang menjawab sangat setuju
(SS) 2 orang (8%), siswa yang menjawab setuju (S) 3 orang (12%), siswa yang
menjawab ragu-ragu (RR) 7 orang (28%) siswa yang menjawab tidak setuju
(TS) 8 orang (32%) sedangkan siswa yang menjawab sangat tidak setuju
(STS) 5 orang (20%).
Berdasarkan data angket di atas bahwa siswa lebih banyak menjawab
tidak setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa siswa tidak
tertarik untuk berbicara bahasa Inggris dikelas meskipun mereka bisa untuk
melakukannya. Jadi kita bisa lihat bahwasanya mereka rata-rata mempunyai
persepsi yang bagus dan hal ini juga didukung oleh teori yang menyatakan
bahwa siswa yang mempunyai persepsi yang positif akan selalu berusaha
untuk mengambil kesempatan yang ada seketika guru memberikan
kesempatan kepada mereka untuk melatih bahasa Inggris mereka.
Dari data skor angket secara keseluruhan
maka dapat disimpulkan
bahwanya persepsi siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai
bahasa pengantar didalam kelas mempunyai persepsi yang beragam dari
siswa kelas XII MAN 2 Batusangkar. Hal ini bisa terlihat dari data skor
angket secara keseluruhan dari masing-masing responden penelitian seperti
dibawah ini:
Tabel 6
Persepsi siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar oleh guru dalam proses belajar mengajar dikelas di kelas
XII MAN 2 Batusangkar
(N=25)
Res
Skor
1
108
2
117
3
104
4
110
5
110
32
6
103
7
124
8
110
9
107
10
112
11
108
12
110
13
107
14
98
15
117
16
114
17
132
18
111
19
109
20
92
21
117
22
128
23
99
24
107
25
104
Total
2758
Mean
110.32
Standar Deviasi
43.76
Skor Minimum
92
Skor Maksimum
132
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwasanya skor persepsi siswa
terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru
dalam proses belajar mengajar di MAN 2 Batusangkar dengan skor tertinggi
33
132 dan yang terendah 92. Total skor adalah 2758 dengan nilai rata-rata 110,32
Adapun standar deviasi adalah 43.76
Selanjutnya peneliti mengelompokkan persepsi siswa tersebut kedalam
tabel dibawah ini . Dari pengkalkulasian diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 7.
Pengelompokkan Persepsi siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar oleh guru dalam proses belajar mengajar
di MAN 2 Batusangkar
No
1
2
3
4
5
Kelas Interval
Category
≥126
Sangat Positif
116 – 125
Positif
106 – 115
Biasa-Biasa Saja
96 – 105
Negatif
< 95
Sangat Negatif
Jumlah
F
2
4
13
5
1
25
%
8
16
52
20
4
100
Berdasarkan tabel diatas, peneliti mendapatkan 2 mahasiswa (8%) memiliki
sikap sangat positif terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar oleh guru dikelas. Sebanyak 4 orang mahasiswa (16%) bersikap
Positif terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dikelas.
Kemudian
13
mahasiswa
(52%)
bersikap
Biasa-biasa
saja
terhadap
penggunaan bahasa Inggris ini dikelas. Sebanyak 5 mahasiswa (20%) bersikap
Negatif terhadap penggunaan bahasa Inggris dikelas. Terakhir hanya 1 orang
mahasiswa saja (4%) yang berpersepsi sangat negatif terhadap penggunaan
bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dikelas.
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai persepsi siswa
terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar oleh guru
dalam proses belajar mengajar dikelas dikelas XII MAN 2 Batusangkar dapat
disimpulkan bahwa sebagaian besar siswa memiliki persepsi yang positif
terhadap penggunaan bahasa Inggris dikelas. Hal tersebut terlihat dari data
angket yang diperoleh
dari 30 pernyataan dan dari data tersebut banyak
ditemukan bahwa porsentase siswa yang menyatakan setuju dengan
penggunaan bahasa Inggris dikelas.
Berdasarkan tabel diatas, peneliti mendapatkan 2 mahasiswa (8%) memiliki
sikap sangat positif terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar oleh guru dikelas. Sebanyak 4 orang mahasiswa (16%) bersikap
Positif terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dikelas.
Kemudian
13
mahasiswa
(52%)
bersikap
Biasa-biasa
saja
terhadap
penggunaan bahasa Inggris ini dikelas. Sebanyak 5 orang mahasiswa (20%)
bersikap Negatif terhadap penggunaan bahasa Inggris dikelas. Terakhir hanya
1 orang mahasiswa saja (4%) yang berpersepsi sangat negatif terhadap
penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dikelas. Dari data
tersebut maka dapat disimpulkan bahwasanya tidak semua siswa mempunyai
persepsi yang positif terhadap penggunaan bahasa Inggris dikelas dan ini
terlihat dari porsentase yang telah dituliskan diatas.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat diberikan.
Pertama, untuk penelitian yang sejenis berikutnya, pelaksanannya akan lebih
baik jika dilakukan dalam waktu yang lebih lama, sehingga dapat memberi
35
kontribusi terhadap hal-hal lain yang lebih besar. Pada penelitian ini, observasi
kelas yang dilakukan hanya sebanyak dua kali di tiap kelas. Kalau dilakukan
lebih banyak, penemuan terhadap penomena yang lain mungkin saja dapat
terjadi. Selain itu, jumlah kelas yang dijadikan sampel sebaiknya ditambah,
sehingga temuan yang didapat akan lebih bervariasi.
Kedua, akan lebih baik bagi guru bahasa Inggris untuk menggunakan bahasa
Inggris lebih banyak saat proses belajar mengajar berlangsung di dalam kelas,
sebab siswa akan terekspos lebih banyak dengan bahasa target yang sedang
mereka pelajari. Dengan melakukan hal tersebut, baik siswa maupun guru,
akan dapat melatih bahasa Inggrisnya dengan lebih efektif.
Ketiga, para guru bahasa Inggris yang mempunyai kemampuan kurang
memadai dalam menggunakan bahasa Inggris harus terus mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan berbahasanya. Seorang guru adalah model bagi
siswanya. Untuk menjadi model atau contoh yang baik, mereka harus
mempunyai
kemampuan
dan
pengetahuan
yang
baik
pula.
Terakhir, para siswa perlu belajar bahasa Inggris dengan baik. Mereka tidak
seharusnya hanya mengandalkan belajar di dalam kelas saja. Belajar sendiri
atau berkelompok akan baik mereka lakukan dengan tujuan untuk
mempercepat proses perolehan bahasa Inggris. Mereka juga dapat mengikuti
belajar tambahan di lembaga pendidikan yang mengajarkan bahasa Inggris di
luar jam sekolah. Dengan demikian apa yang menjadi harapan mereka, dapat
dengan cepat terwujud.
.
36
DAFTAR PUSTAKA
Alex Sobur. 2003. Psikologi Umum. (Bandung: Pustaka Setia)
Allford, D. 1999. ‘Translation in the Communicative Classroom.’ In Pachler, N. (1999).
(ed) Teaching Modern Foreign Languages At Advanced Level. London: Routledge
Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakrta: Andi offset.
Brown, H. D. 2001. Teaching by Principles : An Interactive Approach to Language
Pedagogy. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Dubin, F., and Olsbtain, E. 1987. Course Design; Developing Programs
for Language Learning. USA: Cambridge University Press.
and
Materials
Hall, E. 1983. Psychology Today: An Introduction. New York: Random House
Hariyanto, S. 1997. ‘Achieving a good communicative performance with better
grammatical mastery using bridge technique.’ In Sadtono, E. (1997). (Ed). The
Development of TEFL in Indonesia. Malang: IKIP Malang
Harmer, J. 2002. The Practice of English Language Teaching. Malaysia: Longman.
Muhammad Asrosi. 2008. Psikologi Pembelajaran (Bandung: CV Wacana Prima)
Nunan, D. 1989. Understanding Language Classroom: A Guide
Action. New Jersey: Prentice Hall Ltd.
for Teacher-Initiated
Richards, C. J., and Rodgers, S. T. 1986. Approaches and Methods in
Language
Teaching: A Description and analysis. USA: Cambridge University Press. (TPR)
Richards, J. C., John Platt, Heidi Platt. 1992. Dictionary of Language Teaching & Applied
Linguistics. England: Longman Group UK Limited.
Suharsimi Arikunto. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis,
(Jakarta:
Rineka Cipta)
Syofian Siregar, 2011, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada
37
BAGIAN PENUTUP
JADWAL
Kegiatan
Menyiapkan
perangkat
penelitian
Memperbaiki
perangkat
penelitian
Mendistribusikan
angket penelitian
Mewawancarai
siswa
Menyusun
laporan penelitian
No
1.
2.
3.
4.
5.
Maret April Mei Juni Juli Agus Sept Okt Des
√
√
√
√
√
√
√
ALOKASI BIAYA
NO
1
JENIS PENGELUARAN
VOLUME
JUMLAH
(Rp)
Honororium Peneliti
a. Pengumpulan
data 1 orang x 4
awal
jam x 2 hari
b. Penyajian Proposal
3 jam
c. Honor
Pengolahan
data
d. Honor pengumpulan
data lapangan
e. Honor Penyajian hasil 3 jam
penelitian
JUMLAH
2
SATUAN
(Rp)
60.000.,
480.000.,
60.000.,
180.000.,
1.540.000.,
1.540.000.,
1.000.000
1.000.000.,
60.000.,
180.000.,
3.380.000.,
Bahan dan ATK
a. Flash disk Kingston 4
GB
b. Kertas HVS
2 buah
100.000
200.000
3 rim
40.000
120.000
c. Tape recorder/
Perekam
d. Kaset /
1 buah
500.000
470.000
6 buah
25.000
150.000
e. Tinta Catridge hp 3900
refill
4 kotak
25.000
100.000
38
JUMLAH
3
Pembuatan perangkat
penelitian
a. Perbanyak perangkat
1.070.000
5 eksemplar
40.000
200.000
b. Perbanyak angket
40 orang
5.000
200.000
c. Perbanyak angket
40 orang
5.000
200.000
d. Pedoman wawancara
40 orang
5.000
200.000
JUMLAH
4
800.000
Biaya Perjalanan
1. Transportasi
Pembelian buku
2. Transportasi
Pengumpulan
data
awal
3. Transportasi
Pengumpulan data rill
4. Sewa mobil
1 hari
225.000.,
225.000.,
1 orang x 8
jam
60.000.,
480.000.,
1 hari
200.000.,
200.000.,
7 hari
500.000.,
500.000.,
JUMLAH
5
1.405.000.,
Biaya seleksi
a. Biaya reviewer
proposal
b. Biaya reviewer laporan
2 orang
200.000
400.000
2 orang
200.000
400.000
JUMLAH
800.000.,
TOTAL
7.455.000
39
40
41
Download