Media Rist Akuntansi - E-Journal Universitas Bakrie

advertisement
Kesenjangan antara Konsep dan Praktik
dalam akad Bai’al-Murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia
Tita Djuitaningsih
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-22, Kuningan, Jakarta Selatan 12920
e-mail: [email protected]
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan bahwa produk akad murabahah merupakan
produk perbankan syariah yang paling dominan di Indonesia, bahkan di beberapa negara
lain di dunia, padahal isu utama yang dibawa oleh perbankan syariah adalah isu bagi
hasil, jadi seharusnya produk yang berbasis bagi hasillah yang mendominasi produk
perbankan syariah. Di sisi lain, terdapat kesenjangan antara konsep dan praktik dalam
akad murabahah pada perbankan syariah di Indonesia. Nilai marjin dalam akad
murabahah dalam praktiknya lebih didasarkan pada tingkat bunga kredit di bank
konvensional. Hal ini tentu bertolak belakang dengan isu sentral perbankan syariah yang
berbasis bagi hasil dengan semangat bebas bunga (riba). Bank syariah juga tidak
memiliki objek murabahah yang akan dijual kepada nasabah, sehingga transaksi tersebut
dapat digolongkan ke dalam transaksi yang dilarang. Hal ini membutuhkan tindak lanjut
dari semua pihak, khususnya Pemerintah, perbankan syariah itu sendiri dan para alim
ulama agar lebih mengakomodasi praktik dalam penjualan produk yang berakad
murabahah sehingga lebih sesuai syariah yang pada akhirnya akan membawa
kemaslahatan yang luas bagi umat manusia.
Kata kunci:
Akad murabahah; bagi hasil, konsep murabahah, praktik murabahah;
dan maslahat.
Abstract
This article aims to reveal that murabahah product is the most dominant product of
sharia banking in Indonesia, even in some other countries in the world, whereas the main
issue brought by sharia banking is profit sharing issue, so it should be profit-sharing
products that dominate the product Syariah banking. On the other hand, there is a gap
between concepts and practices in murabahah schemes in sharia banking in Indonesia.
The margin value in the murabahah contract in practice is more based on the interest
rate of the loan in a conventional bank. This is certainly contrary to the central issue of
sharia-based Islamic profit-sharing with interest (riba)-free spirit. Islamic banks also do
not have murabaha objects that will be sold to customers so that the transaction can be
classified into a forbidden transaction. This requires the follow-up of all parties,
especially the Government, the sharia banking itself and the islamic scholars to better
accommodate the practice of selling the murabaha products in order to be more obedient
to sharia rules that will ultimately bring a broad benefit to mankind.
Keywords:
Murabaha contract; profit and loss sharing, murabaha concepts,
murabaha practices; and broad benefit.
121
Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017
di Indonesia dari Oktober 2014 –
PENDAHULUAN
Ekonomi Islam adalah sistem
Desember 2015, nampak bahwa
ekonomi yang membawa angin segar
produk
dalam perekonomian dunia. Hal itu
menempati porsi paling dominan
tercermin
baik dibandingkan dengan sesama
dalam
perkembangan
Piutang
industri perbankan dan keuangan
produk
Islam. Menurut Haque dalam Fasiha
Piutang Qardh dan Istishna, maupun
(2016) perbankan dan keuangan
dengan produk berbasis bagi hasil
Islam merupakan salah satu industri
seperti
dengan pertumbuhan tercepat di
atau pun Musyarakah.
dunia saat ini. Survei pada tahun
Tabel 1.
Dominasi Murabahah terhadap
Pembiayaan Bagi Hasil dan
Piutang
Keterangan
2014
2015
Nilai
Nilai
Rata-rata Rata-rata
dari
dari
Oktober – Januari –
Desember Desember
Total
49.060,33 51.557,17
Pembiayaan
Bagi Hasil
(TPBH)
(Miliar Rp)
Total
96.960,00 95.930,33
Piutang
(TP) (Miliar
Rp)
Piutang
91.221,33 91.670,17
Murabahah
(PM)
(Miliar Rp)
% PM thd
185,94
177,80
TPBH
% PM thd
94,08
95,56
TP
Sumber: OJK (2015) (diolah)
2010 mengungkapkan pertumbuhan
fenomenal pada tingkat 20 persen di
seluruh dunia. Muslim maupun non
Muslim
semakin
datang
untuk
berinvestasi di Bank Islam dan
lembaga keuangan. Adapun produk
perbankan syariah yang menjadi
landasan perkembangan perbankan
syariah adalah produk dengan akad
murabahah.
(2011)
Menurut
pembiayaan
Mulyanti
murabahah
berperan penting dalam perbankan
syariah
karena
mendominasi
pembiayaan
pendapatan
ini
bank
syariah yaitu mencapai 75%.
Berdasarkan
data
yang
disampaikan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) (2015) yang diikhtisarkan
Piutang
Murabahah
lainnya
Pembiayaan
seperti
Mudharabah
pada Tabel 1 di bawah ini, data
produk syariah dari kegiatan bank
Persentase
umum syariah dan unit usaha syariah
terhadap Total Pembiayaan Bagi
122
Piutang
Murabahah
Hasil di tahun 2014 adalah 185,94%
mana pun berada yang mana dari
dan di tahun 2015 adalah 177,80%.
total nasabah pada studi kasus di BRI
Sedangkan
Syariah
persentase
Piutang
untuk
peminat
Murabahah terhadap Total Piutang
pembiayaan
di tahun 2014 adalah 94,08% dan di
musyarakah
tahun
menyalurkan tidak lebih dari 90-an
2015
meningkat
menjadi
bagi
produk
hasil
dan
seperti
mudharabah
95,56%. Data tersebut menunjukkan
nasabah
bahwa dominasi produk dengan akad
pembiayaan
murabahah
mencapai
lebih
Bahkan menurut Muallim (2004)
nasabah.
Penyebab
murabahah adalah idola pembiayaan
transaksi murabahah menurut Al-
bank
Prayogo
Hasan (n.d.) karena jenis transaksi
(2011) praktik pada bank syariah di
ini merupakan transaksi yang simpel
Indonesia,
dan mudah untuk dilaksanakan.
tidak
syariah.
terbantahkan.
Menurut
portofolio
murabahah
pembiayaan
mencapai
dibandingkan
produk
murabahah
dari
yang
2000-an
populernya
Kondisi di atas di satu sisi
70‐80%.
Kondisi demikian ini tidak hanya di
merupakan
Indonesia, namun juga terjadi pada
menggembirakan
bank‐bank syariah di dunia, seperti
perbankan syariah, namun di sisi lain
di Malaysia dan Pakistan. Menurut
merupakan
Lathif
diwaspadai paling tidak dalam dua
(2012), dalam praktik di
perbankan
syariah,
jual
beli
hal
yang
bagi
hal
industri
yang
harus
hal; pertama, isu sentral ekonomi
murâbahah merupakan salah satu
syariah
skema pembiayaan di perbankan
sementara
syariah
dominan
murabahah bukanlah produk berbasis
pembiayaan
bagi hasil; dan kedua produk berakad
yang
dibandingkan
paling
skema
adalah
isu
produk
bagi
hasil,
berakad
(2013),
murabahah adalah produk berbasis
dominasi pembiayaan non-bagi hasil
marjin yang penentuan marjinnya
seperti murabahah atau rendahnya
seringkali mengacu pada tingkat
pembiayaan bagi hasil (musyarakah
bunga
dan
perbankan
diharamkan dalam ekonomi syariah.
syariah merupakan fenomena global
Selain itu, barang yang menjadi
yang dihadapi perbankan syariah di
objek murabahah pun bukan milik
lain.
Menurut
Prasetyo
mudharabah)
di
kredit
yang
jelas-jelas
123
Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017
bank saat dijual kepada nasabah,
sehingga
transaksi
ini
TINJAUAN PUSTAKA
dapat
Menurut Khan dalam Fasiha
mendekati pada transaksi jual-beli
(2016), dilihat dari segi produk,
yang diharamkan.
sesungguhnya sistem keuangan dan
Tulisan ini bermaksud untuk
perbankan
Islam
merupakan
membagikan pandangan dan ide
pengejawantahan mekanisme syariah
bagaimana
perkembangan
Islam itu sendiri. Lebih lanjut Khan
produk murabahah yang kondisinya
dalam Fasiha (2016) menyatakan
saat ini sudah sangat baik, dapat
bahwa setidaknya terdapat 5 (lima)
didorong supaya lebih sesuai syariah
jenis
dalam
diterapkan dalam skim pembiayaan
agar
penentuan
Bahaudin
dalam
marjinnya.
akad
bisa
Islam,
dalam
musyarakah, ijarah (leasing), bai’
praktiknya, beberapa bank syariah
as-Salam, bai’ al-Murabahah (bai’
dalam menentukan tingkat margin
Bi Thasaman Adjil. Sementara pakar
cenderung
lain lebih menyoroti murabahah
jangka
bahwa
masih
waktu
menggunakan
pembayaran
meliputi
yang
(2014)
menyatakan
Imama
model
mudharabah,
dan
sebagai model akad jual beli (Yaya R
tingkat suku bunga pasar sebagai
adan Martawiredja, 2009; Wiyono,
acuan
keuntungan
2009). Secara lebih tegas Usmani
seperti penentuan bunga kredit pada
dalam Fasiha (2016) menyatakan
bank konvensional. Oleh karena itu,
bahwa murabahah adalah salah satu
praktik
bentuk
menentukan
dalam
proses
penentuan
jual
beli
yang
lazim
marjin murabahah perlu dijaga agar
digunakan. Lebih lanjut Usmani
sesuai
menyatakan
dengan
konsep
syariah.
bahwa
praktik
Demikian juga dengan mekanisme
murabahah merupakan salah satu
kepemilikan barang yang menjadi
bentuk perdagangan yang dilakukan
objek murabahah, seharusnya bank
oleh Rasulullah. Namun demikian,
memindahkan kepemilikannya dulu
sejak awal munculnya dalam fiqh,
dari supplier sebelum dijual kepada
praktik murabahah hanya digunakan
nasabah.
dalam
praktik
perdagangan.
jual
beli
Tidak
atau
pernah
murabahah dijadikan sebagai salah
124
satu kontrak atau akad dalam sebuah
kepada supplier untuk dijual kepada
model keuangan atau pembiayaan
nasabah.
yang
dalam
lazim
sekarang
dunia
digunakan
perbankan
Islam
(Fasiha, 2016).
Menurut
Fasiha
(2016)
penentuan harga juga hendaknya
mengacu pada mekanisme dagang
Secara ringkas Yaya R.dan
yang dilakukan Rasulullah. Dalam
Martawiredja (2009) mendefinisikan
menentukan harga jual, Rasulullah
murabahah sebagai akad jual beli
secara transparan menjelaskan harga
barang dengan menyatakan harga
beli, biaya yang dikeluarkan dan
perolehan dan keuntungan (marjin)
keuntungan wajar yang diharapkan.
yang disepakati oleh penjual dan
Cara
pembeli. Secara lebih rinci, Wiyono
menentukan nilai harga jual sebuah
menyatakan
komoditas dalam praktik perbankan.
bahwa
(2009)
ini
sangat
tepat
murabahah adalah bagian dari jenis
Menurut
bai’ yaitu jual beli di mana harga
(2012), sebagai bagian dari jual beli,
jualnya terdiri dari harga pokok
murâbahah
barang yang dijual ditambah dengan
syarat yang tidak berbeda dengan
sejumlah keuntungan (ribhun) yang
jual beli (al-bai’) pada umumnya.
disepakati oleh kedua belah pihak,
Namun
pembeli dan penjual. Pada transaksi
ketentuan
murabahah,
syarat
penyerahan
dilakukan
pada
sementara
pembayarannya
dilakukan
secara
saat
barang
transaksi
tunai,
dapat
tangguh
ataupun dicicil. Lebih lanjut Wiyono
(2009) menyatakan bahwa dalam
murabahah,
bank
syariah
dapat
bertindak sebagai penjual dan juga
pembeli. Sebagai penjual apabila
bank syariah menjual barang kepada
nasabah, sedangkan sebagai pembeli
apabila bank syariah membeli barang
AAOIFI
untuk
dalam
memiliki
demikian,
khusus
Lathif
rukun
dan
ada
beberapa
yang
menjadi
keabsahan
jual
beli
murâbahah yaitu:
1. Adanya
kejelasan
informasi
mengenai besarnya modal awal
(harga
perolehan/pembelian).
Semuanya harus diketahui oleh
pembeli
saat
akad
dan
ini
merupakan salah satu syarat sah
murâbahah.
2. Adanya keharusan menjelaskan
keuntungan (ribh) yang diambil
penjual
karena
keuntungan
125
Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017
merupakan bagian dari harga
5. Hendaknya akad yang dilakukan
(tsaman). Sementara keharusan
terhindar dari praktik riba, baik
mengetahui
akad yang pertama (antara penjual
harga
barang
merupakan syarat sah jual beli
dalam
pada umumnya.
pembeli dengan penjual barang)
3. Jual
beli
murâbahah
murâbahah
sebagai
harus
maupun pada akad yang kedua
dilakukan atas barang yang telah
antara penjual dan pembeli dalam
dimiliki/hak
akad murâbahah.
kepemilikan
telah
berada di tangan penjual. Artinya
bahwa keuntungan dan risiko
barang tersebut ada pada penjual
sebagai
konsekuensi
Secara matematis harga jual
dapat
di
hitung
dengan
rumus
(Muhammad dalam Fasiha (2016):
dari
kepemilikan yang timbul dari
akad yang sah.
4. Transaksi pertama (antara penjual
dan pembeli pertama) haruslah
sah, jika tidak sah, maka tidak
boleh jual beli secara murâbahah
(antara pembeli pertama yang
menjadi penjual kedua dengan
pembeli
murâbahah
murâbahah),
adalah
jual
karena
beli
dengan harga pertama disertai
tambahan keuntungan.
Lebih
Fasiha
(2016)
menjelaskan bahwa setelah angkaangka tersebut diperoleh barulah
persentase marjin ini dibandingkan
dengan suku bunga. jadi suku bunga
disini hanya dijadikan benchmark,
agar pembiyaan perbankan syariah
kompetitif.
Marjin
murabahah
diupayakan untuk lebih kecil dari
bunga pinjaman. Jika masih lebih
besar yang harus diubah adalah cost
recovery
126
lanjut
dan
keuntungan
yang
diharapkan. Jika keuntungan sudah
berhubungan dengan
turun sampai batas minimun, dan
Lalu, para ahli dan ulama perbankan
ternyata marjinnya masih lebih besar
syariah
dari suku bunga, tentunya cost
murabahah dengan beberapa konsep
recovery
lain sehingga membentuk konsep
harus
ditinjau
ulang.
pembiayaan.
memadukan
konsep
Artinya tingkat efisiensi perbankan
pembiayaan
harus diteliti ulang. Efisiensi yang
murabahah. Sekalipun pembiayaan
rendah ini dapat ditingkatkan dengan
murabahah
identik
dengan
mengurangi biaya operasional pada
pembiayaan
konsumtif,
namun
target
sesungguhnya
volume
pembiayaan
yang
sama (Fasiha, 2016).
dengan
akad
pembiayaan
murabahah dapat juga digunakan
untuk pembelian barang produktif
Metode Penulisan
bagi
aktivitas
Artikel ini merupakan tulisan yang
modal kerja usaha.
menggunakan teknik studi pustaka
(library
research)
investasi
Menurut
Afrida
maupun
(2016),
mengenai
Secara konsep, murabahah hanya
literatur-literatur yang berhubungan
melibatkan dua pihak yaitu penjual
dengan
dan pembeli. Dalam aplikasinya di
konsep
dan
praktik
murabahah. Secara lebih khusus
perbankan
tulisan ini mengkritisi praktik akad
melibatkan tiga pihak, yaitu nasabah
murabahah
sesuai
sebagai
pembeli,
konsepnya, karena praktiknya barang
penjual
dan
objek murabahah tidak dimiliki oleh
pemasok barang kepada bank atas
penjual (bank) dan penentuan marjin
permintaan nasabah. Akan tetapi
murabahah pada perbankan syariah
dalam realitanya, murabahah lebih
di Indonesia masih mengacu pada
banyak teraplikasi dengan konsep
tingkat
murabahah bil wakalah. Artinya
yang
suku
tidak
bunga
bank
konvensional.
syariah,
murabahah
bank
sebagai
supplier
sebagai
bank memberikan wewenang kepada
nasabah untuk melakukan jual beli
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut OJK (2016 – 1)
pada awalnya, murabahah tidak
terhadap barang kebutuhan nasabah
dengan
melakukan
perjanjian
wakalah (perwakilan), yang pada
127
Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017
akhirnya
nasabah
hanya
kemudian dijual ke nasabah dengan
menyerahkan
kwitansi
pembelian
harga perolehan ditambah marjin
bahwa
keuntungan sesuai kesepakatan bank
ditandatangani
dan nasabah. Kedua, mirip dengan
akadnya bisa berjalan sesuai dengan
tipe yang pertama, tapi perpindahan
prosedurnya.
kepemilikan langsung dari supplier
barang
sebagai
murabahah
bukti
yang
Jika dalam prakteknya bank
syariah
memberikan
pembiayaan
kepada
nasabah,
pembayaran
sedangkan
dilakukan
dengan murabahah wakalah sebelum
langsung
barang menjadi milik bank, maka
pertama/supplier.
akad murabahah tidak sesuai dengan
melakukan
konsep fiqh, hal ini disebabkan
dengan nasabah, dan pada saat yang
karena: Barang yang ditransaksikan
sama mewakilkan kepada nasabah
belum
bank,
untuk membeli sendiri barang yang
sementara keuntungan dari barang
akan dibelinya. Dari ketiga tipe
yang
tersebut, Tipe II dan Tipe III paling
sepenuhnya
akan
milik
ditransaksikan
sudah
kepada
bank
penjual
Ketiga,
perjajian
murâbahah
ditetapkan. Hal ini hampir sama
sering
dengan transaksi short sale di pasar
syariah karena motivasi efektivitas
modal (Antonio, 2001 dalam Afrida,
prosedur dan juga pertimbangan
2016). Dalam hal ini bank berfungsi
efisiensi, terutama dari pengenaan
sebagai penjual sementara bank pada
pajak pertambahan nilai. Sementara
saat itu tidak memiliki barang yang
tipe I justru dihindari padahal tipe
dijual kepada nasabah.
inilah yang paling ideal dalam
Menurut Lathif (2012) ada
murâbahah
di
perbankan.
oleh
perbankan
konteks fikih muamalat.
tiga model atau tipe penerapan jual
beli
dipakai
bank
Menurut
Bahaudin
dalam
Imama (2014) dalam praktiknya,
Pertama, tipe konsisten terhadap
beberapa
fikih muamalat. Dalam tipe ini, bank
menentukan
membeli dahulu barang yang akan
cenderung
dibeli oleh nasabah setelah ada
jangka
perjanjian
tingkat suku bunga pasar sebagai
barang
128
sebelumnya.
dibeli
atas
nama
Setelah
bank
acuan
bank
syariah
tingkat
masih
waktu
marjin
menggunakan
pembayaran
menentukan
dalam
dan
keuntungan
seperti penentuan bunga kredit pada
bank sama sekali tidak mengambil
bank konvensional. Bahkan untuk
risiko
jangka panjang, lima belas tahun
kompensasi
misalnya, marjin yang dimintakan
sehingga penambahan yang dikaitkan
kepada nasabah akumulasinya akan
dengan harga barang merupakan
lebih
pokok
tambahan berdasarkan pembayaran
pembiayaan, sehingga terkesan bank
tertunda, yang secara tidak langsung
syariah
mengakui prinsip time value of
besar
dari
masih
harga
berdasarkan
pada
konsep time value of money yang
menyatakan
bahwa
transaksi
semua
pada
diperbolehkan
jenis
umumnya
sepanjang
tidak
menjadi
penambahan
Hasil
(2013)
Lebih lanjut Imama (2014)
yang
laba
money.
sebenarnya tidak dibenarkan dalam
perbankan syariah.
penjualan
penelitian
Marwini
menunjukkan
bahwa
penentuan
marjin
murabahah
keuntungan
pembiayaan
KPR
Syari’ah menggunakan komponen
cost of fund, overhead cost, premi
mengandung unsur riba, maysir, dan
risiko,
gharar. Jika bai’ fudhuli termasuk
Komponen-komponen
kategori gharar, maka perbankan
digunakan untuk menghitung bunga
syariah
melaksanakan
kredit di bank konvensional sehingga
terjebak
cenderung kepada praktik ribâ dalam
dalam
murabahah
telah
dalamnya,
karena
murabahah
pada
ditandatangani
di
kontrak
bank
jangka
waktu.
ini
juga
bank konvensional.
umumnya
sebelum
dan
Pada
awal
sejarahnya,
murabahah adalah akad jual beli
’mendapatkan’ barang yang dipesan
barang
oleh
melimpahkan
menginformasikan harga pokok dan
pengadaan
mark-up yang disepakati penjual dan
segala
nasabah
dan
konsekuensi
dengan
cara
barang kepada nasabah. Hal yang
pembeli.
Berdasarkan
ijtihad
demikian juga menegaskan bahwa
sebagian ulama Islam kontemporer,
peran bank syariah lebih sebagai
murabahah
kemudian
pembiaya, bukan penjual barang.
transformasi
menjadi
Kontrak penjualan adalah sekedar
instrumen pembiayaan, bahkan pada
formalitas karena secara de facto
akhirnya menjadi akad yang paling
mengalami
salah
satu
129
Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017
banyak diimplementasikan Lembaga
dalam
Keuangan
(LKS).
diidentifikasikan sebagai upaya
akad
mencari legitimasi hukum untuk
pembiayaan diizinkan, karena sistem
suatu kepentingan dengan tujuan-
bagi hasil yang sejak awal dirancang
tujuan
sebagai core product LKS ternyata
dalam konteks tersebut diartikan
mengalami banyak hambatan dalam
sebagai kepentingan khusus yang
wilayah
tidak memiliki kaitan langsung
Syariah
Murabahah
sebagai
praktis.
diizinkan,
Walau
namun
murabahah
telah
implementasi
sebagai
ilmu
ekstra.
dengan
Fiqih
Tujuan
hakikat
ekstra
aturan
yang
instrumen
ditentukan oleh hukum syari'at
pembiayaan banyak menuai kritik.
Islam. Dalam kasus murabahah
Kritik ini muncul, karena fakta
ini kadang pembeli membeli
empirik di lapangan, LKS “jarang”
barang
menerapkan
memanfaatkannya dan kadang
murabahah
secara
atau
sesuatu
syariah, hingga murabahah berubah
membeli
barang
menjadi
menjualnya
kembali
sekedar
pembiayaan
untuk
untuk
(seperti
berbasis mark up yang memiliki
Bank Islam), kedua hal ini
karakteristik
memberikan
dibolehkan,
pasti
pembeli
keuntungan
yang
dan
namun
kadang
bermaksud
ditetapkan di muka, yang tentu saja
mengambil
sangat mirip dengan keuntungan
demikian tergantung niat dari
yang diberlakukan dalam sistem
pembeli tersebut, sebagaimana
bunga, sistem yang sejak awal justru
ditegaskan
berniat dianulir oleh ekonomi syariah
Rasulullah SA .
(Anonim, n.a).
Ada
dalam
Artinya:
beberapa
pendapat
ulama mengenai praktik murabahah
di perbankan Syari'ah, antara lain
(Siswadi, 2015):
1. Murabahah bukanlah jual beli
melainkan Hillah dengan tujuan
untuk mengambil Riba. Hillah
130
riba.
untuk
Dengan
Hadis
"Sesungguhnya
amal perbuatan itu berdasarkan
NiatNya"
2. Murabahah merupakan jual beli
Innah
pedagang
(pinjaman).
menjual
Seorang
barangnya
dengan harga kredit, kemudian
barangnya itu dibelinya lagi dari
debitur
dengan
lebih
menjual sesuatu yang belum
murah. Rafi Yunus mengatakan
dimiliki, misalnya menjual
bahwa jual beli Innah adalah
burung yang lepas tidak ada
seorang menjual sesuatu kepada
harapan pulang kembali ke
orang
tempatnya.
lain
bertempo,
harga
dengan
lalu
diserahkan
harga
sesuatu
kepada
itu
5.
Murabahah jual beli yang Halal
pihak
dan Sah. Dalam Fiqih kemudian
pembeli, kemudian penjual itu
diterapkan dalam bentuk produk
membeli kembali barangnya tadi
perbankan Syari’ah, produk ini
sebelum
diterima
diartikan sebagai akad jual beli
dengan harga yang lebih rendah
antara bank selaku penyedia
dari pada harga jualnya tadi.
barang dengan nasabah yang
harganya
3. Murabahah adalah “bai' atanai fi
bai'ah”.
syarah
Ibnu
Ruslan
As-Sunan
dalam
menafsirkan
memesan untuk membeli barang.
Produk
murabahah
merupakan alternatif umat Islam
bahwa bai' atani fi bai'ah adalah
untuk
sesorang
pembayaran
meminjamkan
satu
dinar kepada orang lain selama
sebulan
dibayar
dengan
satu
gandum.
menghindari
transaksi
kredit
pada
perbankan Konvensional.
ketentuan
takar
ini
Praktik penentuan besarnya
marjin
murabahah
menunjukkan
Kemudian setelah datang waktu
bahwa hal tersebut masih didasarkan
yang ditentukan dan gandum itu
pada suku bunga bank konvensional.
telah dimintanya, maka orang
Berdasarkan
yang meminjam
penelitian Menurut Mulyanti (2011),
itu
berkata:
beberapa
"juallah gandum ini kepada saya
perbankan
dengan
pembayaran
kebijakan harga jual masih merujuk
selama dua bulan yang akan saya
kepada suku bunga konvensional.
bayar dengan dua takar."
Hipotesa
4.
Murabahah adalah jual beli
kenyataan bahwa proses penentuan
barang yang belum dimiliki.
harga
AlBaghawi berkata: termasuk
menggunakan metode pembebanan
jual beli yang fasid ialah
bunga flat rate dan prinsip cost of
tempo
syariah
hasil
ini
jual
menentukan
didasarkan
murabahah
pada
tetap
131
Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017
fund yang merupakan pikiran utama
menjadi pembeda antara murabahah
dalam
dengan bentuk jual beli lainnya
perbankan
konvensional.
Pembiayaan yang dilakukan oleh
adalah
perbankan syariah sebaiknya dalam
keuntungan yang transparan dalam
bentuk pembiayaan yang berbentuk
praktik jual beli. Dalam pengambilan
profit and loss sharing, akan tetapi
keuntungan
konsep pembiayaan yang ideal ini
keuntungan yang diharapkan harus
sampai
jelas
sekarang
masih
sulit
ketentuan
pengambilan
tersebut
dan
besarnya
transparan,
dengan
dilaksanakan karena penuh dengan
menyatakan harga perolehan dan
risiko dan ketidakpastian (Saeed,
keuntungan
2004
Sehingga
dalam
Mulyanti,
2011).
yang
diharapkan.
keuntungan
tersebut
Menurut Wahyuni (2014) penelitian
merupakan lebih bersifat margin atau
studi kasus dalam hal penerapan
sesuatu yang disepakati bukan dalam
konsep anuitas dan proporsional
bentuk mark-up tambahan yang lebih
pada bank syariah telah dilakukan
dekat pada bentuk pendzaliman,
oleh Fatmawati dan Mulawarman
ditentukan sepihak tanpa analisis
(2014) pada BMT Sunan Kalijaga
yang rasional.
yang
bahwa
Terkait kepemilikan barang
seharusnya perhitungan atas marjin
objek murabahah, menurut Al-Hasan
keuntungan jual-beli dengan akad
(n.a.) masih terdapat ketidaksesuaian
murabahah,
PSAK
antara konsep dengan apa yang
dilakukan
secara
terjadi
Sedangkan
dalam
pelaksanaan murabahah. Di antara
praktik, pembiayaan murabahah di
indikasi ketidaksesuaan itu adalah
BMT
dilakukan
mengenai konsep murabahah bil
secara anuitas, di mana marjin
wakalah (agen kepada nasabah) yang
murabahah dihitung dari porsi pokok
jika
utang.
mendekati
No.102
menunjukkan
berdasarkan
revisi
proporsional.
Sunan
hasil
Kalijaga
Menurut
Fasiha
(2016)
di
tetap
lapangan
mengenai
dipertahankan
pada
jual
beli
lebih
yang
Murabahah sebagai salah satu bentuk
diharamkan, yaitu jual beli ma‟dum
jual beli, merupakan bagian yang
atau jual beli barang yang tidak ada
tidak
pada seseorang (penjual).
bisa
dilepaskan
dari
keuntungan, di mana salah satu yang
132
pembayaran dan tingkat suku bunga
SIMPULAN
Konsep
muamalah
pasar sebagai acuan menentukan
untuk akad murabahah adalah bank
keuntungan seperti penentuan bunga
membeli dahulu barang yang akan
kredit
dibeli oleh nasabah setelah ada
Bahkan untuk jangka panjang, lima
perjanjian
belas tahun misalnya, marjin yang
barang
fiqih
sebelumnya.
dibeli
atas
Setelah
nama
bank
pada
dimintakan
bank
konvensional.
kepada
nasabah
kemudian dijual ke nasabah dengan
akumulasinya akan lebih besar dari
harga perolehan ditambah marjin
harga pokok pembiayaan, sehingga
keuntungan sesuai kesepakatan bank
terkesan
dan nasabah. Praktiknya, karena
berdasarkan pada konsep time value
motivasi efektivitas prosedur dan
of money yang sebenarnya tidak
juga
dibenarkan dalam perbankan syariah.
pertimbangan
terutama
dari
efisiensi,
syariah
masih
pajak
Selain itu, dalam praktiknya, bank
pertambahan nilai, bank syariah
menentukan nilai marjin tersebut
melaksanakan
secara sepihak, tidak berdasarkan
dengan
pengenaan
bank
akad
cara
murabahah
perpindahan
kesepakatan dengan nasabah.
kepemilikan barang langsung dari
supplier kepada nasabah, sedangkan
pembayaran
dilakukan
langsung
bank
kepada
penjual
pertama/supplier atau dengan cara
bank
melakukan
Saran
Berdasarkan pembahasan dan
simpulan dalam uraian di atas saransaran yang dapat disampaikan adalah
sebagai berikut:
perjanjian
murâbahah dengan nasabah, dan
1. Pemerintah
harus
pada saat yang sama mewakilkan
mengakomodasi
kepada
yang
nasabah
untuk
membeli
sendiri barang yang akan dibelinya.
Terkait
murabahah,
dengan
marjin
praktiknya,
beberapa
bank syariah dalam menentukan
tingkat
marjin
menggunakan
mekanisme
memungkinkan
bank
syariah memiliki dulu barang
objek murabahah sebelum dijual
kepada nasabah.
2. Mekanisme
penentuan
marjin
cenderung
masih
yang diterapkan dalam praktik
jangka
waktu
jual beli murabahah hendaknya
133
Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017
tidak mengacu pada tingkat suku
bunga kredit bank konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Afrida,
3. Tingkat suku bunga kredit bank
konvensional digunakan hanya
sebagai benchmark agar marjin
murabahah lebih kompetitif.
4. Penentuan
marjin
sebaiknya
dilakukan dengan terlebih dahulu
menunjukkan
pembelian
harga
(cost)
pembiayaan
pokok
dari
secara
objek
transparan
kepada nasabah.
Yenti. (2016). Analisis
Pembiayaan Murabahah Di
Perbankan Syariah. JEBI
(Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam)-Volume 1, Nomor 2,
Juli-Desember 2016.
Al-Hasan, Fahadil Amin. (n.d.)
Analisis Pelaksanaan Akad
Murabahah Di Lembaga
Mikro Keuangan Syariah
(BMT)
Fahadil
Amin.
Diunduh
dari
https://www.docdroid.net.
pada tanggal 10 Agustus
2017, pukul 13.21 WIB.
5. Penghitungan marjin ditunjukkan
secara
transparan
kepada
nasabah.
6. Besarnya
marjin
ditentukan
sebaiknya
berdasarkan
kesepakatan antara bank syariah
Anonim. (n.d.) Studi Kritis Terhadap
Implementasi
Akad
Murabahah Di Lembaga
Keuangan Syariah. Diunduh
melalui
http://fai.ummgl.ac.id. pada
tanggal 10 Agustus 2017,
pukul 09.56 WIB.
sebagai penjual dan nasabah
sebagai pembeli, artinya nasabah
Fasiha.
diberi ruang untuk melakukan
tawar
menawar
marjin
berdasarkan data cost
objek
pembiayaan dan penghitungan
marjin yang telah ditunjukkan
secara transparan dan jujur.
7. Bank
membuka
diri
untuk
menurunkan marjin murabahah
sampai tingkat tertentu atas dasar
penawaran nasabah di atas.
134
(2016). Islamic Finance
(Konsep dan Aplikasi dalam
Lembaga Keuangan Syariah).
2016.
Penerbit
Laskar
Perubahan. Palopo - Sulawesi
Selatan.
Imama, Lely Shofa. (2014). Konsep
Dan
Implementasi
Murabahah Pada Produk
Pembiayaan Bank Syariah.
Iqtishadia al-Ihkâmadia , Vol.
1 No. 2 Desember 2014.
Lathif,
Ah. Azharuddin. (2012).
Konsep Dan Aplikasi Akad
Murâbahah Pada Perbankan
Syariah Di Indonesia. Jurnal
Ahkam: Vol. XII, No. 2, Junli
2012.
Perbankan Syariah. Nalar
Fiqh, Jurnal Kajian Ekonomi
Islam dan Kemasyarakatan.
Volume
4
nomor
2.
Desember 2011.
Marwini.
(I2013).
Aplikasi
Pembiayaan
Murabahah
Produk Kprs Di Perbankan
Syari’ah Marwini. Al-Ihkâm,
Vol. 8 No .1 Juni 2013.
Mulyanti. (2011). Diunduh dari
http://repository.ipb.ac.id.
Pada tanggal 11 Agustus
2017. Pukul 11.18 WIB.
Otoritas Jasa Keuangan. (2016-1).
Standar Produk Perbankan
Syariah Murabahah. Divisi
Pengembangan Produk dan
Edukasi
Departemen
Perbankan Syariah Otoritas
Jasa Keuangan.
___________________.
(2016-2).
Statistik Perbankan Syariah.
Otoritas Jasa Keuangan,
Republik
Indonesia
Departemen Perizinan dan
Informasi
Perbankan.
Februari 2016.
Prasetyo, Pamungkas Aji. (2013).
Identifikasi Faktor Yang
Mempengaruhi Rendahnya
Pembiayaan
Bagi
Hasil
Perbankan Syariah (Studi
Kasus PT. BRI Syariah
Kantor Cabang Malang)
Jurnal Ilmiah. Jurusan Ilmu
Ekonomi Fakultas Ekonomi
Dan
Bisnis
Universitas
Brawijaya Malang. diunduh
dari
http://download.portalgaruda.
org.
Siswadi. (2015). Produk Murabahah
Solusi Bebas Transaksi Riba
Dalam Lembaga Keuangan
Syari’ah. Jurnal Ummul Qura
Vol V, No 1, Maret 2015.
Wahyuni, Mirasanti. (2014). Anuitas
Di Perbankan Syariah. Jurnal
Prestasi Vol. 13 No. 1 - Juni
2014 ISSN 1411 - 1497 61.
Wiyono,
Slamet.
(2009).
Membumikan
Akuntansi
Syariah
di
Indonesia.
Electronic Book. ISBN 978602-95509-1-7.
Yaya
R., Martawiredja A.E.,
Abdurahim
A.
(2009).
Akuntansi
Perbankan
Syariah: Teori dan Praktik
Kontemporer.
Salemba
Empat.
Prayogo,
Youdhi.
(2011).
Murabahah Produk Unggulan
Bank
Syariah
Konsep,
Prosedur, Penetapan Margin
Dan
Penerapan
Pada
135
Download