Kesenjangan antara Konsep dan Praktik dalam akad Bai’al-Murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia Tita Djuitaningsih Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-22, Kuningan, Jakarta Selatan 12920 e-mail: [email protected] Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan bahwa produk akad murabahah merupakan produk perbankan syariah yang paling dominan di Indonesia, bahkan di beberapa negara lain di dunia, padahal isu utama yang dibawa oleh perbankan syariah adalah isu bagi hasil, jadi seharusnya produk yang berbasis bagi hasillah yang mendominasi produk perbankan syariah. Di sisi lain, terdapat kesenjangan antara konsep dan praktik dalam akad murabahah pada perbankan syariah di Indonesia. Nilai marjin dalam akad murabahah dalam praktiknya lebih didasarkan pada tingkat bunga kredit di bank konvensional. Hal ini tentu bertolak belakang dengan isu sentral perbankan syariah yang berbasis bagi hasil dengan semangat bebas bunga (riba). Bank syariah juga tidak memiliki objek murabahah yang akan dijual kepada nasabah, sehingga transaksi tersebut dapat digolongkan ke dalam transaksi yang dilarang. Hal ini membutuhkan tindak lanjut dari semua pihak, khususnya Pemerintah, perbankan syariah itu sendiri dan para alim ulama agar lebih mengakomodasi praktik dalam penjualan produk yang berakad murabahah sehingga lebih sesuai syariah yang pada akhirnya akan membawa kemaslahatan yang luas bagi umat manusia. Kata kunci: Akad murabahah; bagi hasil, konsep murabahah, praktik murabahah; dan maslahat. Abstract This article aims to reveal that murabahah product is the most dominant product of sharia banking in Indonesia, even in some other countries in the world, whereas the main issue brought by sharia banking is profit sharing issue, so it should be profit-sharing products that dominate the product Syariah banking. On the other hand, there is a gap between concepts and practices in murabahah schemes in sharia banking in Indonesia. The margin value in the murabahah contract in practice is more based on the interest rate of the loan in a conventional bank. This is certainly contrary to the central issue of sharia-based Islamic profit-sharing with interest (riba)-free spirit. Islamic banks also do not have murabaha objects that will be sold to customers so that the transaction can be classified into a forbidden transaction. This requires the follow-up of all parties, especially the Government, the sharia banking itself and the islamic scholars to better accommodate the practice of selling the murabaha products in order to be more obedient to sharia rules that will ultimately bring a broad benefit to mankind. Keywords: Murabaha contract; profit and loss sharing, murabaha concepts, murabaha practices; and broad benefit. 121 Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017 di Indonesia dari Oktober 2014 – PENDAHULUAN Ekonomi Islam adalah sistem Desember 2015, nampak bahwa ekonomi yang membawa angin segar produk dalam perekonomian dunia. Hal itu menempati porsi paling dominan tercermin baik dibandingkan dengan sesama dalam perkembangan Piutang industri perbankan dan keuangan produk Islam. Menurut Haque dalam Fasiha Piutang Qardh dan Istishna, maupun (2016) perbankan dan keuangan dengan produk berbasis bagi hasil Islam merupakan salah satu industri seperti dengan pertumbuhan tercepat di atau pun Musyarakah. dunia saat ini. Survei pada tahun Tabel 1. Dominasi Murabahah terhadap Pembiayaan Bagi Hasil dan Piutang Keterangan 2014 2015 Nilai Nilai Rata-rata Rata-rata dari dari Oktober – Januari – Desember Desember Total 49.060,33 51.557,17 Pembiayaan Bagi Hasil (TPBH) (Miliar Rp) Total 96.960,00 95.930,33 Piutang (TP) (Miliar Rp) Piutang 91.221,33 91.670,17 Murabahah (PM) (Miliar Rp) % PM thd 185,94 177,80 TPBH % PM thd 94,08 95,56 TP Sumber: OJK (2015) (diolah) 2010 mengungkapkan pertumbuhan fenomenal pada tingkat 20 persen di seluruh dunia. Muslim maupun non Muslim semakin datang untuk berinvestasi di Bank Islam dan lembaga keuangan. Adapun produk perbankan syariah yang menjadi landasan perkembangan perbankan syariah adalah produk dengan akad murabahah. (2011) Menurut pembiayaan Mulyanti murabahah berperan penting dalam perbankan syariah karena mendominasi pembiayaan pendapatan ini bank syariah yaitu mencapai 75%. Berdasarkan data yang disampaikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (2015) yang diikhtisarkan Piutang Murabahah lainnya Pembiayaan seperti Mudharabah pada Tabel 1 di bawah ini, data produk syariah dari kegiatan bank Persentase umum syariah dan unit usaha syariah terhadap Total Pembiayaan Bagi 122 Piutang Murabahah Hasil di tahun 2014 adalah 185,94% mana pun berada yang mana dari dan di tahun 2015 adalah 177,80%. total nasabah pada studi kasus di BRI Sedangkan Syariah persentase Piutang untuk peminat Murabahah terhadap Total Piutang pembiayaan di tahun 2014 adalah 94,08% dan di musyarakah tahun menyalurkan tidak lebih dari 90-an 2015 meningkat menjadi bagi produk hasil dan seperti mudharabah 95,56%. Data tersebut menunjukkan nasabah bahwa dominasi produk dengan akad pembiayaan murabahah mencapai lebih Bahkan menurut Muallim (2004) nasabah. Penyebab murabahah adalah idola pembiayaan transaksi murabahah menurut Al- bank Prayogo Hasan (n.d.) karena jenis transaksi (2011) praktik pada bank syariah di ini merupakan transaksi yang simpel Indonesia, dan mudah untuk dilaksanakan. tidak syariah. terbantahkan. Menurut portofolio murabahah pembiayaan mencapai dibandingkan produk murabahah dari yang 2000-an populernya Kondisi di atas di satu sisi 70‐80%. Kondisi demikian ini tidak hanya di merupakan Indonesia, namun juga terjadi pada menggembirakan bank‐bank syariah di dunia, seperti perbankan syariah, namun di sisi lain di Malaysia dan Pakistan. Menurut merupakan Lathif diwaspadai paling tidak dalam dua (2012), dalam praktik di perbankan syariah, jual beli hal yang bagi hal industri yang harus hal; pertama, isu sentral ekonomi murâbahah merupakan salah satu syariah skema pembiayaan di perbankan sementara syariah dominan murabahah bukanlah produk berbasis pembiayaan bagi hasil; dan kedua produk berakad yang dibandingkan paling skema adalah isu produk bagi hasil, berakad (2013), murabahah adalah produk berbasis dominasi pembiayaan non-bagi hasil marjin yang penentuan marjinnya seperti murabahah atau rendahnya seringkali mengacu pada tingkat pembiayaan bagi hasil (musyarakah bunga dan perbankan diharamkan dalam ekonomi syariah. syariah merupakan fenomena global Selain itu, barang yang menjadi yang dihadapi perbankan syariah di objek murabahah pun bukan milik lain. Menurut Prasetyo mudharabah) di kredit yang jelas-jelas 123 Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017 bank saat dijual kepada nasabah, sehingga transaksi ini TINJAUAN PUSTAKA dapat Menurut Khan dalam Fasiha mendekati pada transaksi jual-beli (2016), dilihat dari segi produk, yang diharamkan. sesungguhnya sistem keuangan dan Tulisan ini bermaksud untuk perbankan Islam merupakan membagikan pandangan dan ide pengejawantahan mekanisme syariah bagaimana perkembangan Islam itu sendiri. Lebih lanjut Khan produk murabahah yang kondisinya dalam Fasiha (2016) menyatakan saat ini sudah sangat baik, dapat bahwa setidaknya terdapat 5 (lima) didorong supaya lebih sesuai syariah jenis dalam diterapkan dalam skim pembiayaan agar penentuan Bahaudin dalam marjinnya. akad bisa Islam, dalam musyarakah, ijarah (leasing), bai’ praktiknya, beberapa bank syariah as-Salam, bai’ al-Murabahah (bai’ dalam menentukan tingkat margin Bi Thasaman Adjil. Sementara pakar cenderung lain lebih menyoroti murabahah jangka bahwa masih waktu menggunakan pembayaran meliputi yang (2014) menyatakan Imama model mudharabah, dan sebagai model akad jual beli (Yaya R tingkat suku bunga pasar sebagai adan Martawiredja, 2009; Wiyono, acuan keuntungan 2009). Secara lebih tegas Usmani seperti penentuan bunga kredit pada dalam Fasiha (2016) menyatakan bank konvensional. Oleh karena itu, bahwa murabahah adalah salah satu praktik bentuk menentukan dalam proses penentuan jual beli yang lazim marjin murabahah perlu dijaga agar digunakan. Lebih lanjut Usmani sesuai menyatakan dengan konsep syariah. bahwa praktik Demikian juga dengan mekanisme murabahah merupakan salah satu kepemilikan barang yang menjadi bentuk perdagangan yang dilakukan objek murabahah, seharusnya bank oleh Rasulullah. Namun demikian, memindahkan kepemilikannya dulu sejak awal munculnya dalam fiqh, dari supplier sebelum dijual kepada praktik murabahah hanya digunakan nasabah. dalam praktik perdagangan. jual beli Tidak atau pernah murabahah dijadikan sebagai salah 124 satu kontrak atau akad dalam sebuah kepada supplier untuk dijual kepada model keuangan atau pembiayaan nasabah. yang dalam lazim sekarang dunia digunakan perbankan Islam (Fasiha, 2016). Menurut Fasiha (2016) penentuan harga juga hendaknya mengacu pada mekanisme dagang Secara ringkas Yaya R.dan yang dilakukan Rasulullah. Dalam Martawiredja (2009) mendefinisikan menentukan harga jual, Rasulullah murabahah sebagai akad jual beli secara transparan menjelaskan harga barang dengan menyatakan harga beli, biaya yang dikeluarkan dan perolehan dan keuntungan (marjin) keuntungan wajar yang diharapkan. yang disepakati oleh penjual dan Cara pembeli. Secara lebih rinci, Wiyono menentukan nilai harga jual sebuah menyatakan komoditas dalam praktik perbankan. bahwa (2009) ini sangat tepat murabahah adalah bagian dari jenis Menurut bai’ yaitu jual beli di mana harga (2012), sebagai bagian dari jual beli, jualnya terdiri dari harga pokok murâbahah barang yang dijual ditambah dengan syarat yang tidak berbeda dengan sejumlah keuntungan (ribhun) yang jual beli (al-bai’) pada umumnya. disepakati oleh kedua belah pihak, Namun pembeli dan penjual. Pada transaksi ketentuan murabahah, syarat penyerahan dilakukan pada sementara pembayarannya dilakukan secara saat barang transaksi tunai, dapat tangguh ataupun dicicil. Lebih lanjut Wiyono (2009) menyatakan bahwa dalam murabahah, bank syariah dapat bertindak sebagai penjual dan juga pembeli. Sebagai penjual apabila bank syariah menjual barang kepada nasabah, sedangkan sebagai pembeli apabila bank syariah membeli barang AAOIFI untuk dalam memiliki demikian, khusus Lathif rukun dan ada beberapa yang menjadi keabsahan jual beli murâbahah yaitu: 1. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal awal (harga perolehan/pembelian). Semuanya harus diketahui oleh pembeli saat akad dan ini merupakan salah satu syarat sah murâbahah. 2. Adanya keharusan menjelaskan keuntungan (ribh) yang diambil penjual karena keuntungan 125 Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017 merupakan bagian dari harga 5. Hendaknya akad yang dilakukan (tsaman). Sementara keharusan terhindar dari praktik riba, baik mengetahui akad yang pertama (antara penjual harga barang merupakan syarat sah jual beli dalam pada umumnya. pembeli dengan penjual barang) 3. Jual beli murâbahah murâbahah sebagai harus maupun pada akad yang kedua dilakukan atas barang yang telah antara penjual dan pembeli dalam dimiliki/hak akad murâbahah. kepemilikan telah berada di tangan penjual. Artinya bahwa keuntungan dan risiko barang tersebut ada pada penjual sebagai konsekuensi Secara matematis harga jual dapat di hitung dengan rumus (Muhammad dalam Fasiha (2016): dari kepemilikan yang timbul dari akad yang sah. 4. Transaksi pertama (antara penjual dan pembeli pertama) haruslah sah, jika tidak sah, maka tidak boleh jual beli secara murâbahah (antara pembeli pertama yang menjadi penjual kedua dengan pembeli murâbahah murâbahah), adalah jual karena beli dengan harga pertama disertai tambahan keuntungan. Lebih Fasiha (2016) menjelaskan bahwa setelah angkaangka tersebut diperoleh barulah persentase marjin ini dibandingkan dengan suku bunga. jadi suku bunga disini hanya dijadikan benchmark, agar pembiyaan perbankan syariah kompetitif. Marjin murabahah diupayakan untuk lebih kecil dari bunga pinjaman. Jika masih lebih besar yang harus diubah adalah cost recovery 126 lanjut dan keuntungan yang diharapkan. Jika keuntungan sudah berhubungan dengan turun sampai batas minimun, dan Lalu, para ahli dan ulama perbankan ternyata marjinnya masih lebih besar syariah dari suku bunga, tentunya cost murabahah dengan beberapa konsep recovery lain sehingga membentuk konsep harus ditinjau ulang. pembiayaan. memadukan konsep Artinya tingkat efisiensi perbankan pembiayaan harus diteliti ulang. Efisiensi yang murabahah. Sekalipun pembiayaan rendah ini dapat ditingkatkan dengan murabahah identik dengan mengurangi biaya operasional pada pembiayaan konsumtif, namun target sesungguhnya volume pembiayaan yang sama (Fasiha, 2016). dengan akad pembiayaan murabahah dapat juga digunakan untuk pembelian barang produktif Metode Penulisan bagi aktivitas Artikel ini merupakan tulisan yang modal kerja usaha. menggunakan teknik studi pustaka (library research) investasi Menurut Afrida maupun (2016), mengenai Secara konsep, murabahah hanya literatur-literatur yang berhubungan melibatkan dua pihak yaitu penjual dengan dan pembeli. Dalam aplikasinya di konsep dan praktik murabahah. Secara lebih khusus perbankan tulisan ini mengkritisi praktik akad melibatkan tiga pihak, yaitu nasabah murabahah sesuai sebagai pembeli, konsepnya, karena praktiknya barang penjual dan objek murabahah tidak dimiliki oleh pemasok barang kepada bank atas penjual (bank) dan penentuan marjin permintaan nasabah. Akan tetapi murabahah pada perbankan syariah dalam realitanya, murabahah lebih di Indonesia masih mengacu pada banyak teraplikasi dengan konsep tingkat murabahah bil wakalah. Artinya yang suku tidak bunga bank konvensional. syariah, murabahah bank sebagai supplier sebagai bank memberikan wewenang kepada nasabah untuk melakukan jual beli HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut OJK (2016 – 1) pada awalnya, murabahah tidak terhadap barang kebutuhan nasabah dengan melakukan perjanjian wakalah (perwakilan), yang pada 127 Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017 akhirnya nasabah hanya kemudian dijual ke nasabah dengan menyerahkan kwitansi pembelian harga perolehan ditambah marjin bahwa keuntungan sesuai kesepakatan bank ditandatangani dan nasabah. Kedua, mirip dengan akadnya bisa berjalan sesuai dengan tipe yang pertama, tapi perpindahan prosedurnya. kepemilikan langsung dari supplier barang sebagai murabahah bukti yang Jika dalam prakteknya bank syariah memberikan pembiayaan kepada nasabah, pembayaran sedangkan dilakukan dengan murabahah wakalah sebelum langsung barang menjadi milik bank, maka pertama/supplier. akad murabahah tidak sesuai dengan melakukan konsep fiqh, hal ini disebabkan dengan nasabah, dan pada saat yang karena: Barang yang ditransaksikan sama mewakilkan kepada nasabah belum bank, untuk membeli sendiri barang yang sementara keuntungan dari barang akan dibelinya. Dari ketiga tipe yang tersebut, Tipe II dan Tipe III paling sepenuhnya akan milik ditransaksikan sudah kepada bank penjual Ketiga, perjajian murâbahah ditetapkan. Hal ini hampir sama sering dengan transaksi short sale di pasar syariah karena motivasi efektivitas modal (Antonio, 2001 dalam Afrida, prosedur dan juga pertimbangan 2016). Dalam hal ini bank berfungsi efisiensi, terutama dari pengenaan sebagai penjual sementara bank pada pajak pertambahan nilai. Sementara saat itu tidak memiliki barang yang tipe I justru dihindari padahal tipe dijual kepada nasabah. inilah yang paling ideal dalam Menurut Lathif (2012) ada murâbahah di perbankan. oleh perbankan konteks fikih muamalat. tiga model atau tipe penerapan jual beli dipakai bank Menurut Bahaudin dalam Imama (2014) dalam praktiknya, Pertama, tipe konsisten terhadap beberapa fikih muamalat. Dalam tipe ini, bank menentukan membeli dahulu barang yang akan cenderung dibeli oleh nasabah setelah ada jangka perjanjian tingkat suku bunga pasar sebagai barang 128 sebelumnya. dibeli atas nama Setelah bank acuan bank syariah tingkat masih waktu marjin menggunakan pembayaran menentukan dalam dan keuntungan seperti penentuan bunga kredit pada bank sama sekali tidak mengambil bank konvensional. Bahkan untuk risiko jangka panjang, lima belas tahun kompensasi misalnya, marjin yang dimintakan sehingga penambahan yang dikaitkan kepada nasabah akumulasinya akan dengan harga barang merupakan lebih pokok tambahan berdasarkan pembayaran pembiayaan, sehingga terkesan bank tertunda, yang secara tidak langsung syariah mengakui prinsip time value of besar dari masih harga berdasarkan pada konsep time value of money yang menyatakan bahwa transaksi semua pada diperbolehkan jenis umumnya sepanjang tidak menjadi penambahan Hasil (2013) Lebih lanjut Imama (2014) yang laba money. sebenarnya tidak dibenarkan dalam perbankan syariah. penjualan penelitian Marwini menunjukkan bahwa penentuan marjin murabahah keuntungan pembiayaan KPR Syari’ah menggunakan komponen cost of fund, overhead cost, premi mengandung unsur riba, maysir, dan risiko, gharar. Jika bai’ fudhuli termasuk Komponen-komponen kategori gharar, maka perbankan digunakan untuk menghitung bunga syariah melaksanakan kredit di bank konvensional sehingga terjebak cenderung kepada praktik ribâ dalam dalam murabahah telah dalamnya, karena murabahah pada ditandatangani di kontrak bank jangka waktu. ini juga bank konvensional. umumnya sebelum dan Pada awal sejarahnya, murabahah adalah akad jual beli ’mendapatkan’ barang yang dipesan barang oleh melimpahkan menginformasikan harga pokok dan pengadaan mark-up yang disepakati penjual dan segala nasabah dan konsekuensi dengan cara barang kepada nasabah. Hal yang pembeli. Berdasarkan ijtihad demikian juga menegaskan bahwa sebagian ulama Islam kontemporer, peran bank syariah lebih sebagai murabahah kemudian pembiaya, bukan penjual barang. transformasi menjadi Kontrak penjualan adalah sekedar instrumen pembiayaan, bahkan pada formalitas karena secara de facto akhirnya menjadi akad yang paling mengalami salah satu 129 Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017 banyak diimplementasikan Lembaga dalam Keuangan (LKS). diidentifikasikan sebagai upaya akad mencari legitimasi hukum untuk pembiayaan diizinkan, karena sistem suatu kepentingan dengan tujuan- bagi hasil yang sejak awal dirancang tujuan sebagai core product LKS ternyata dalam konteks tersebut diartikan mengalami banyak hambatan dalam sebagai kepentingan khusus yang wilayah tidak memiliki kaitan langsung Syariah Murabahah sebagai praktis. diizinkan, Walau namun murabahah telah implementasi sebagai ilmu ekstra. dengan Fiqih Tujuan hakikat ekstra aturan yang instrumen ditentukan oleh hukum syari'at pembiayaan banyak menuai kritik. Islam. Dalam kasus murabahah Kritik ini muncul, karena fakta ini kadang pembeli membeli empirik di lapangan, LKS “jarang” barang menerapkan memanfaatkannya dan kadang murabahah secara atau sesuatu syariah, hingga murabahah berubah membeli barang menjadi menjualnya kembali sekedar pembiayaan untuk untuk (seperti berbasis mark up yang memiliki Bank Islam), kedua hal ini karakteristik memberikan dibolehkan, pasti pembeli keuntungan yang dan namun kadang bermaksud ditetapkan di muka, yang tentu saja mengambil sangat mirip dengan keuntungan demikian tergantung niat dari yang diberlakukan dalam sistem pembeli tersebut, sebagaimana bunga, sistem yang sejak awal justru ditegaskan berniat dianulir oleh ekonomi syariah Rasulullah SA . (Anonim, n.a). Ada dalam Artinya: beberapa pendapat ulama mengenai praktik murabahah di perbankan Syari'ah, antara lain (Siswadi, 2015): 1. Murabahah bukanlah jual beli melainkan Hillah dengan tujuan untuk mengambil Riba. Hillah 130 riba. untuk Dengan Hadis "Sesungguhnya amal perbuatan itu berdasarkan NiatNya" 2. Murabahah merupakan jual beli Innah pedagang (pinjaman). menjual Seorang barangnya dengan harga kredit, kemudian barangnya itu dibelinya lagi dari debitur dengan lebih menjual sesuatu yang belum murah. Rafi Yunus mengatakan dimiliki, misalnya menjual bahwa jual beli Innah adalah burung yang lepas tidak ada seorang menjual sesuatu kepada harapan pulang kembali ke orang tempatnya. lain bertempo, harga dengan lalu diserahkan harga sesuatu kepada itu 5. Murabahah jual beli yang Halal pihak dan Sah. Dalam Fiqih kemudian pembeli, kemudian penjual itu diterapkan dalam bentuk produk membeli kembali barangnya tadi perbankan Syari’ah, produk ini sebelum diterima diartikan sebagai akad jual beli dengan harga yang lebih rendah antara bank selaku penyedia dari pada harga jualnya tadi. barang dengan nasabah yang harganya 3. Murabahah adalah “bai' atanai fi bai'ah”. syarah Ibnu Ruslan As-Sunan dalam menafsirkan memesan untuk membeli barang. Produk murabahah merupakan alternatif umat Islam bahwa bai' atani fi bai'ah adalah untuk sesorang pembayaran meminjamkan satu dinar kepada orang lain selama sebulan dibayar dengan satu gandum. menghindari transaksi kredit pada perbankan Konvensional. ketentuan takar ini Praktik penentuan besarnya marjin murabahah menunjukkan Kemudian setelah datang waktu bahwa hal tersebut masih didasarkan yang ditentukan dan gandum itu pada suku bunga bank konvensional. telah dimintanya, maka orang Berdasarkan yang meminjam penelitian Menurut Mulyanti (2011), itu berkata: beberapa "juallah gandum ini kepada saya perbankan dengan pembayaran kebijakan harga jual masih merujuk selama dua bulan yang akan saya kepada suku bunga konvensional. bayar dengan dua takar." Hipotesa 4. Murabahah adalah jual beli kenyataan bahwa proses penentuan barang yang belum dimiliki. harga AlBaghawi berkata: termasuk menggunakan metode pembebanan jual beli yang fasid ialah bunga flat rate dan prinsip cost of tempo syariah hasil ini jual menentukan didasarkan murabahah pada tetap 131 Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017 fund yang merupakan pikiran utama menjadi pembeda antara murabahah dalam dengan bentuk jual beli lainnya perbankan konvensional. Pembiayaan yang dilakukan oleh adalah perbankan syariah sebaiknya dalam keuntungan yang transparan dalam bentuk pembiayaan yang berbentuk praktik jual beli. Dalam pengambilan profit and loss sharing, akan tetapi keuntungan konsep pembiayaan yang ideal ini keuntungan yang diharapkan harus sampai jelas sekarang masih sulit ketentuan pengambilan tersebut dan besarnya transparan, dengan dilaksanakan karena penuh dengan menyatakan harga perolehan dan risiko dan ketidakpastian (Saeed, keuntungan 2004 Sehingga dalam Mulyanti, 2011). yang diharapkan. keuntungan tersebut Menurut Wahyuni (2014) penelitian merupakan lebih bersifat margin atau studi kasus dalam hal penerapan sesuatu yang disepakati bukan dalam konsep anuitas dan proporsional bentuk mark-up tambahan yang lebih pada bank syariah telah dilakukan dekat pada bentuk pendzaliman, oleh Fatmawati dan Mulawarman ditentukan sepihak tanpa analisis (2014) pada BMT Sunan Kalijaga yang rasional. yang bahwa Terkait kepemilikan barang seharusnya perhitungan atas marjin objek murabahah, menurut Al-Hasan keuntungan jual-beli dengan akad (n.a.) masih terdapat ketidaksesuaian murabahah, PSAK antara konsep dengan apa yang dilakukan secara terjadi Sedangkan dalam pelaksanaan murabahah. Di antara praktik, pembiayaan murabahah di indikasi ketidaksesuaan itu adalah BMT dilakukan mengenai konsep murabahah bil secara anuitas, di mana marjin wakalah (agen kepada nasabah) yang murabahah dihitung dari porsi pokok jika utang. mendekati No.102 menunjukkan berdasarkan revisi proporsional. Sunan hasil Kalijaga Menurut Fasiha (2016) di tetap lapangan mengenai dipertahankan pada jual beli lebih yang Murabahah sebagai salah satu bentuk diharamkan, yaitu jual beli ma‟dum jual beli, merupakan bagian yang atau jual beli barang yang tidak ada tidak pada seseorang (penjual). bisa dilepaskan dari keuntungan, di mana salah satu yang 132 pembayaran dan tingkat suku bunga SIMPULAN Konsep muamalah pasar sebagai acuan menentukan untuk akad murabahah adalah bank keuntungan seperti penentuan bunga membeli dahulu barang yang akan kredit dibeli oleh nasabah setelah ada Bahkan untuk jangka panjang, lima perjanjian belas tahun misalnya, marjin yang barang fiqih sebelumnya. dibeli atas Setelah nama bank pada dimintakan bank konvensional. kepada nasabah kemudian dijual ke nasabah dengan akumulasinya akan lebih besar dari harga perolehan ditambah marjin harga pokok pembiayaan, sehingga keuntungan sesuai kesepakatan bank terkesan dan nasabah. Praktiknya, karena berdasarkan pada konsep time value motivasi efektivitas prosedur dan of money yang sebenarnya tidak juga dibenarkan dalam perbankan syariah. pertimbangan terutama dari efisiensi, syariah masih pajak Selain itu, dalam praktiknya, bank pertambahan nilai, bank syariah menentukan nilai marjin tersebut melaksanakan secara sepihak, tidak berdasarkan dengan pengenaan bank akad cara murabahah perpindahan kesepakatan dengan nasabah. kepemilikan barang langsung dari supplier kepada nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan langsung bank kepada penjual pertama/supplier atau dengan cara bank melakukan Saran Berdasarkan pembahasan dan simpulan dalam uraian di atas saransaran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: perjanjian murâbahah dengan nasabah, dan 1. Pemerintah harus pada saat yang sama mewakilkan mengakomodasi kepada yang nasabah untuk membeli sendiri barang yang akan dibelinya. Terkait murabahah, dengan marjin praktiknya, beberapa bank syariah dalam menentukan tingkat marjin menggunakan mekanisme memungkinkan bank syariah memiliki dulu barang objek murabahah sebelum dijual kepada nasabah. 2. Mekanisme penentuan marjin cenderung masih yang diterapkan dalam praktik jangka waktu jual beli murabahah hendaknya 133 Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017 tidak mengacu pada tingkat suku bunga kredit bank konvensional. DAFTAR PUSTAKA Afrida, 3. Tingkat suku bunga kredit bank konvensional digunakan hanya sebagai benchmark agar marjin murabahah lebih kompetitif. 4. Penentuan marjin sebaiknya dilakukan dengan terlebih dahulu menunjukkan pembelian harga (cost) pembiayaan pokok dari secara objek transparan kepada nasabah. Yenti. (2016). Analisis Pembiayaan Murabahah Di Perbankan Syariah. JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam)-Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016. Al-Hasan, Fahadil Amin. (n.d.) Analisis Pelaksanaan Akad Murabahah Di Lembaga Mikro Keuangan Syariah (BMT) Fahadil Amin. Diunduh dari https://www.docdroid.net. pada tanggal 10 Agustus 2017, pukul 13.21 WIB. 5. Penghitungan marjin ditunjukkan secara transparan kepada nasabah. 6. Besarnya marjin ditentukan sebaiknya berdasarkan kesepakatan antara bank syariah Anonim. (n.d.) Studi Kritis Terhadap Implementasi Akad Murabahah Di Lembaga Keuangan Syariah. Diunduh melalui http://fai.ummgl.ac.id. pada tanggal 10 Agustus 2017, pukul 09.56 WIB. sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, artinya nasabah Fasiha. diberi ruang untuk melakukan tawar menawar marjin berdasarkan data cost objek pembiayaan dan penghitungan marjin yang telah ditunjukkan secara transparan dan jujur. 7. Bank membuka diri untuk menurunkan marjin murabahah sampai tingkat tertentu atas dasar penawaran nasabah di atas. 134 (2016). Islamic Finance (Konsep dan Aplikasi dalam Lembaga Keuangan Syariah). 2016. Penerbit Laskar Perubahan. Palopo - Sulawesi Selatan. Imama, Lely Shofa. (2014). Konsep Dan Implementasi Murabahah Pada Produk Pembiayaan Bank Syariah. Iqtishadia al-Ihkâmadia , Vol. 1 No. 2 Desember 2014. Lathif, Ah. Azharuddin. (2012). Konsep Dan Aplikasi Akad Murâbahah Pada Perbankan Syariah Di Indonesia. Jurnal Ahkam: Vol. XII, No. 2, Junli 2012. Perbankan Syariah. Nalar Fiqh, Jurnal Kajian Ekonomi Islam dan Kemasyarakatan. Volume 4 nomor 2. Desember 2011. Marwini. (I2013). Aplikasi Pembiayaan Murabahah Produk Kprs Di Perbankan Syari’ah Marwini. Al-Ihkâm, Vol. 8 No .1 Juni 2013. Mulyanti. (2011). Diunduh dari http://repository.ipb.ac.id. Pada tanggal 11 Agustus 2017. Pukul 11.18 WIB. Otoritas Jasa Keuangan. (2016-1). Standar Produk Perbankan Syariah Murabahah. Divisi Pengembangan Produk dan Edukasi Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan. ___________________. (2016-2). Statistik Perbankan Syariah. Otoritas Jasa Keuangan, Republik Indonesia Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan. Februari 2016. Prasetyo, Pamungkas Aji. (2013). Identifikasi Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pembiayaan Bagi Hasil Perbankan Syariah (Studi Kasus PT. BRI Syariah Kantor Cabang Malang) Jurnal Ilmiah. Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. diunduh dari http://download.portalgaruda. org. Siswadi. (2015). Produk Murabahah Solusi Bebas Transaksi Riba Dalam Lembaga Keuangan Syari’ah. Jurnal Ummul Qura Vol V, No 1, Maret 2015. Wahyuni, Mirasanti. (2014). Anuitas Di Perbankan Syariah. Jurnal Prestasi Vol. 13 No. 1 - Juni 2014 ISSN 1411 - 1497 61. Wiyono, Slamet. (2009). Membumikan Akuntansi Syariah di Indonesia. Electronic Book. ISBN 978602-95509-1-7. Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik Kontemporer. Salemba Empat. Prayogo, Youdhi. (2011). Murabahah Produk Unggulan Bank Syariah Konsep, Prosedur, Penetapan Margin Dan Penerapan Pada 135