Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam

advertisement
Jurn
a
h M ah
a
wa
sis
lmia
lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1, Januari 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam
Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas
(Interpersonal Comunication Strategy Used by Parents in Enhancing SelfConfidence of Disabled Children)
1)
Rahmat Aulia1), Ade Irma2)
Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Syiah Kuala
ABSTRAK - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi
komunikasi interpersonal orang tua dalam meningkatkan rasa percaya diri anak
penyandang disabilitas kategori Tunagrahita, serta untuk mengetahui apa faktor
pendukung dan penghambat yang dihadapi orang tua dalam meningkatkan rasa
percaya diri anak penyandang disabilitas kategori Tunagrahita. Penelitian ini
menggunakan teori Perencanaan Charles Berger dalam merencanakan
komunikasi. Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dengan
orang tua yang mempunyai anak disabilitas kategori Tunagrahita. Hasil penelitian
diperoleh bahwa orang tua menggunakan teori perencanaan yang dikemukakan
Charles Berger, dengan terlebih dahulu menetapkan rencana-rencana sebagai
gambaran untuk langkah- langkah atau kegiatan komunikasi yang akan dilakukan
agar mencapai tujuan yang diharapkan. Langkah yang dilakukan oleh Orang tua
yaitu dengan merumuskan strategi komunikasi. Langkah pertama yaitu
pendekatan secara individu kepada anak. Langkah kedua menyusun pesan berupa
mencontohkan figur lain kepada anak dan memberikan nasehat. Langkah ketiga
menetapkan metode yaitu memberikan contoh teladan kepada anak dan
memberikan hukuman untuk membuat anak tidak mengulangi kesalahan yang
sama. Faktor pendukung keberhasilan komunikasi interpersona l orang tua dan
anak adalah kredibilitas, kemampuan intelektual, kepercayaan, kematangan
tingkat emosional dan berorientasi kepada psikologis komunikan. Sementara
faktor penghambat yaitu interaksi dan pengalaman.
Kata Kunci: Strategi Komunikasi Interpersonal, Orang tua, Anak, Penyandang
Disabilitas, Teori Perencanaan.
ABSTRACT - This study aims to find out how the interpersonal comunication
strategy used by parents in enhancing self- confidence of disabled children for
Tunagrahita category, and also to find out the supporting factors and the barriers
faced by parents in enhancing self-confidence of disabled children for Tunagrahita
Corresponding Author : [email protected]
JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 1. №. 2, Januari 2017: 16-29
a
Jurn
h M ah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1, Januari 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a
wa
sis
lmia
lI
FISIP
category. This study used a planning theory adopted by Charles in communication
plan. The approach in this study was a descriptive qualitative method. The
technique of data collection was done by using interview technique with the
parents who have disabled children for Tunagrahita category. The result of this
study has proven that the parents used the planning theory adopted by Charles
Barger, by setting the planning firstly as the description for the steps or
communication activities that will be implemented in order to achieve the
expected goal. The steps done by parents by formulating communication
strategies. The first step was an individually approach towards the children. The
second step were arranging the message that showed the example of figure to
children and giving advices. The third step was deciding the method by giving the
good model to the children and giving punishment in order to support the children
to not do the same faults. The supporting factors of the interpersonal
communication success between parents and children were the credibiltity,
intelectual ability, self-confidence, emotional maturity and oriented in
psychological communicant. While the barries were interaction and experience.
Keywords: Interpersonal Communication Strategy, Parents, Children, Disability,
Planning Theory.
PENDAHULUAN
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2014
merilis jumlah penyandang disabilitas yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar
seperti yang terlihat pada tabel 1:
Tabel 1. Jumlah Penyandang Disabilitas perkecamatan di Kabupaten Aceh
Besar tahun 2014
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kecamatan
Lhoong
Lhoknga
Leupung
Indrapuri
Kuta Cot Glie
Seulimum
Kota Jantho
Lembah Seulawah
Mesjid Raya
Jumlah
47
30
18
138
100
148
65
94
177
Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa
Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29
Jurn
a
h M ah
a
wa
sis
lmia
lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1, Januari 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Darussalam
94
Baitussalam
70
Kuta Baro
33
Montasik
193
Blang Bintang
45
Ingin jaya
45
Krueng Barona Jaya
58
Suka Makmur
76
Kuta Malaka
47
Simpang Tiga
44
Darul Imarah
75
Darul Kamal
47
Peukan Bada
44
Pulo Aceh
40
JUMLAH/TOTAL
1.728
Sumber: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Aceh Besar 2014
Berdasarkan data dari tabel, Montasik menduduki peringkat pertama
dengan jumlah penyandang disabilitas tertinggi di Kabupaten Aceh Besar yaitu
193 orang. Disusul Mesjid Raya 177 orang dan Seulimum 148 orang.
Pada tahun yang Sama Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Aceh
Besar juga merilis jumlah penderita disabilitas menurut jenisnya seperti yang
terlihat pada tabel 2:
Tabel 2. Jumlah Penyandang Disabilitas Dirinci Menurut Jenis Disabilitas
perkecamatan di Kabupaten Aceh Besar tahun 2014
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kecamatan
Lhoong
Lhoknga
Leupung
Indrapuri
Kuta Cot Glie
Seulimum
Kota Jantho
Lembah Seulawah
Mesjid Raya
Tunagrahita
15
5
3
15
15
15
6
12
25
Tunanetra
1
3
4
13
17
38
3
12
18
Tunarungu
12
10
1
20
13
19
4
3
24
Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa
Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29
Jurn
a
h M ah
a
wa
sis
lmia
lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1, Januari 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Darussalam
23
9
9
Baitussalam
18
5
5
Kuta Baro
13
7
1
Montasik
62
48
25
Blang Bintang
8
6
5
Ingin jaya
19
15
2
Krueng Barona Jaya
3
19
7
Suka Makmur
6
6
8
Kuta Malaka
15
1
Simpang Tiga
14
12
7
Darul Imarah
9
10
8
Darul Kamal
14
9
13
Peukan Bada
14
13
Pulo Aceh
10
5
2
Jumlah
339
273
199
Sumber: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Aceh Besar 2014
Seperti yang terlihat pada tabel 2, Montasik merupakan kecamatan dengan
jumlah Tunagrahita tertinggi di Kabupaten Aceh Besar yaitu 62 orang. Disusul
oleh kecamatan Mesjid Raya 25 orang. Total semuanya adalah 339 orang.
Hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan peneliti selama setahun
terakhir di beberapa desa yang berada di Kecamatan Montasik Aceh Besar,
menunjukkan bahwa pergaulan anak-anak normal dengan anak-anak
berkebutuhan khusus, dalam hal ini anak Tunagrahita kurang baik. Anak-anak
normal mengejek dan enggan berkomunikasi dengan anak Tunagrahita. Anak
Tunagrahita jarang diterima atau sering ditolak oleh kelompoknya (Somantri,
2007:26).
Salah satu temuan peneliti terkait kasus pelecehan kepada anak
tunaghrahita seperti yang dialami Gindar. Tumbuh dan tinggal di lingkungan
dengan tingkat pemahaman masyarakat yang rendah terhadap penyandang
disabilitas membuat Gindar tidak diterima dengan baik di lingkungan tempat
tinggalnya. Ia sering diejek bahkan mengalami perlakuan yang tidak
menyenangkan dari teman-teman seusianya. Diskriminasi masyarakat ini
merupakan hasil dari representasi sosial masyarakat yang negatif terhadap
mereka.
Kasus Gindar menjadi satu bukti bahwa masih banyak masyarakat yang
belum menerima keberadaan Tunagrahita di lingkungan tempat tinggalnya.
Sebagai orang tua yang memiliki anak penyandang disabilitas khususnya
Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa
Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29
a
Jurn
h M ah
a
wa
sis
lmia
lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1, Januari 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Tunagrahita tentu tidak bisa tinggal diam mendapati anaknya diperlakukan
demikian. Efek jangka panjang yang ditimbulkan dari pelecehan yang terus
menerus adalah menurunnya rasa percaya diri anak hingga yang lebih parah
menyebabkan anak jadi enggan bersosialisasi dengan masyarakat nantinya
(Isaningrum, 2007 : 29).
Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan demi meningkatkan kembali
rasa percaya diri anak penyandang disabilitas yang mengalami pelecehan. Orang
tua sebagai orang terdekat anak harus bisa meningkatkan kembali rasa percaya
diri anak. Salah satu langkah yang bisa ditempuh untuk mengembalikan rasa
percaya diri anak korban pelecehan adalah dengan komunikasi interpersonal.
Orang tua harus bisa mengarahkan anaknya bagaimana merespon ketika terjadi
pelecehan atau sesudahnya.
Atas dasar pertimbangan melihat dan mengamati fenomena yang terjadi
terhadap penyandang disabilitas di kecamatan Montasik inilah, peneliti tertarik
untuk meneliti “Strategi komunikasi interpersonal orang tua dan anak dalam
meningkatkan rasa percaya diri anak penyandang disabilitas (Studi pada
masyarakat di kecamatan Montasik Aceh Besar)”.
Ashabul Yamin Asgha juga pernah melakukan penelitian sejenis dengan
judul Strategi Komunikasi Interpersonal Yang Diterapkan Ustadz Dalam
Meningkatkan Disiplin Belajar Santri Di Pondok Pesantren Al Manar Aceh Besar.
Hasil dari penelitiannya adalah Ustadz menerapkan lima strategi dala m
meningkatkan disiplin belajar santri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui srategi, faktor
pendukung serta penghambat komunikasi interpersonal orang tua dalam
meningkatkan rasa percaya diri anak penyandang disabilitas.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Bogdan dan
Tylor dalam Moleong (2006:4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai
prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Lokasi penelitian adalah di dua
desa yang ada di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar yaitu desa Reudeup
dan Lampaseh Krueng.
Subjek dalam penelitian ini adalah orang tua yang tinggal di Kecamatan
Montasik Kabupaten Aceh Besar yang memiliki anak penyandang disabilitas
kategori tunagrahita. Objek dalam penelitian ini adalah strategi komunikasi
interpersonal orang tua dan anak dalam meningkatkan rasa percaya diri anak
penyandang disabilitas.
Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa
Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29
a
Jurn
h M ah
a
wa
sis
lmia
lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1, Januari 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Ada dua kriteria dalam pemilihan informan untuk penelitian ini. Pertama,
orang tua yang tinggal di Montasik dan memiliki anak penyandang disabilitas
kategori tunagrahita (cacat mental). Peneliti memilih tunagrahita karena menurut
penelitian dari Komnas HAM antara tahun 1993 s.d 2013 penyandang d isabilitas
kategori tunagrahita rentan terhadap pelecehan. Kedua, orang tua yang memiliki
anak tunagrahita dari rentang umur 11 sampai dengan 16 tahun. Menurut Piaget
(dalam Saputra dan Rudyanto, 2005:162), anak pada usia 11 s.d 16 tahun sudah
bisa menceritakan setiap pengalamannya kepada orang lain. Pemilihan informan
dilakukan secara purposive sampling yaitu sampling yang digunakan oleh peneliti
karena memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan
sampelnya (Idrus, 2009: 96).
Sumber data utama penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan.
Secara umum, sumber data dapat dibagi dua jenis yaitu data lapangan dan data
kepustakaan, data lapangan dikenal dengan data primer, sedangkan data
kepustakaan dikenal dengan data sekunder. Penelitian ini menggunakan data
primer sebagai sumber utama yang diperoleh dari melakukan wawancara dengan
informan.
Peneliti menggunakan dua teknik untuk mengumpulkan data , pertama dengan
wawancara semi terstruktur. Dimana peneliti telah menyiapkan daftar pertanyaan yang
akan ditanyakan. Namun pertanyaan ini tidak mengikat, ketika melakukan wawancara
peneliti bisa mengembangkannya lagi. Teknik kedua yaitu observasi non
partisipan dimana peneliti melakukan observasi langsung di tempat penelitian,
namun peneliti bersifat observasi non partisipan dimana peneliti hanya mengamati
tetapi tidak ikut serta dalam semua aktivitas tersebut.
Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan tiga langkah.
Pertama, mereduksi data. Data yang diperoleh dilapangan ditulis dalam bentuk
uraian atau laporan terperinci. Laporan yang disusun kemudian direduksi,
dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal pokok dan dicarikan
temanya. Kedua, menyajikan data. Data yang diperoleh diklasifikasikan menurut
pokok permasalahan dan dibuat matriks sehingga memudahkan peneliti untuk
melihat hubungan suatu data dengan data yang lain. Langkah terakhir yaitu
mengambil kesimpulan dan verifikasi. Peneliti membuat kesimpulan melalui datadata yang sudah direduksi dan display data.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak mutlak diperlukan
terutama dalam masa tumbuh kembang anak. Orang tua terutama ibu sebagai guru
pertama bagi anak dituntut untuk bisa memberikan pemahaman dan pengajaran
yang baik kepada anak. Perhatian yang baik dari orang tua berlaku untuk semua
Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa
Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29
a
Jurn
h M ah
a
wa
sis
lmia
lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1, Januari 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
anak, tak terkecuali anak penyandang disabilitas yang ada di Kecamatan
Montasik. Sebagai anak berkebutuhan khusus mereka membutuhkan perhatian
yang lebih dibandingkan anak pada umumnya. Terleb ih lagi ketika rasa percaya
diri anak penyandang disabilitas ini menurun karena pelecehan dari teman
bermain atau dari lingkungannya.
Charles Berger (1995) mengatakan bahwa, teori perencanaan menjelaskan
proses komunikasi yang dilalui dalam merencanakan perilaku komunikasi.
Berkaitan dengan teori tersebut, orang tua menetapkan rencana-rencana sebagai
gambaran untuk langkah- langkah atau kegiatan komunikasi yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Langkah yang dilakukan oleh orang tua
yaitu dengan merumuskan strategi komunikasi.
Adapun strategi komunikasi pertama yang dilakukan yaitu mengenal
individu atau anak secara lebih dekat. Anak sebagai sasaran utama komunikasi
sifatnya tidak pasif. Orang tua sebagai komunikator harus membangun berbagai
pendekatan dengan anak supaya anak menjadi terbuka dengan orang tua. Salah
satu cara yang bisa digunakan adalah dengan mengajak berb icara anak ketika
sedang santai seperti ketika anak sedang menonton televisi. Orang tua memulai
interaksi dengan menanyakan kegiatan anak selama di sekolah atau di lingkungan
bermainnya. Dalam tahapan mengenal individu ini orang tua di anjurkan untuk
memulainya dengan memancing anak untuk bercerita tentang kegiatan
kesehariannya. Ketika anak mulai bercerita orang tua harus memusatkan perhatian
secara penuh kepada anak guna kepercayaan yang telah anak berikan kepada
orang tua sebagai tempat berbagi tidak mengecewakan anak. Tujuan dari
pendekatan ini adalah agar orang tua mudah mempengaruhi anak. Sejalan dengan
apa yang disampaikan oleh Aw (2011:39) bahwa komunikator yang dipercaya
oleh komunikan akan lebih mudah mempengaruhi komunikan.
Setelah mengenal individu, langkah kedua dalam perumusan strategi ialah
menyusun pesan, yaitu dengan cara menentukan tema dan materi. Syarat utama
dalam mempengaruhi anak dari pesan tersebut adalah mampu membangkitkan
perhatian anak. Ada dua strategi yang orang tua terapkan dalam menyusun pesan.
Pertama, orang tua memberikan contoh figur lain kepada anak. Mencontohkan
figur lain kepada anak bertujuan supaya anak memiliki gambaran bagaimana
orang lain di luar sana menjalani kehidupan. Dengan segala keterbatasan yang di
miliki, anak disabilitas cenderung butuh figur sukses untuk dijadikan panutan.
Figur yang menjadi contoh diutamakan dari keluarga inti seperti kakak, ayah atau
paman. Selain dari keluarga inti juga bisa dijadikan contoh kepada anak seperti
teman sepermainan atau orang di sekitar lingkungan tempat tinggal. Intinya figur
yang menjadi contoh kepada anak adalah orang-orang yang dikenal baik oleh
anak.
Kedua, menpersiapkan nasehat yang secara perlahan akan membangun
rasa percaya diri anak. Nasehat yang diberikan bisa berupa anjuran untuk
Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa
Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29
a
Jurn
h M ah
a
wa
sis
lmia
lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1, Januari 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
melakukan sesuatu seperti harus rajin ke sekolah atau tidak bangun telat ketika
pagi. Ketika anak berhasil melaksanakan nasehat yang diberikan, orang tua
diharapkan bisa memberikan pujian kepada anak agar timbul rasa percaya diri
bahwa anak mampu melakukannya. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
Ghufron (2011:27) bahwa dukungan yang baik dari keluarga akan membuat rasa
percaya diri anak perlahan meningkat. Komunikator juga harus mempunyai
kredibilitas yang baik di hadapan komunikan agar pesan yang disampaikan
memberikan pengaruh kepada anak sejalan dengan apa yang disampaikan oleh
Aw (2001:39) komunikator yang kredibilitasnya tinggi akan lebih banyak
memberi pengaruh terhadap penerima pesan. Dalam memberikan nasehat orang
tua juga dituntut untuk bersabar dan memperhatikan kondisi psikologis anak
sesuai dengan yang disampaikan oleh Aw (2011:39) bahwa komunikator harus
mampu menjaga emosional dengan baik serta memahami kondisi psikologis orang
yang diajak bicara.
Langkah perumusan strategi yang ketiga adalah menetapkan metode. Ada
dua metode yang digunakan orang tua dalam menyampaikan pesan komunikasi
kepada anak. Metode pertama yaitu orang tua memberikan teladan atau contoh
secara nyata kepada anak dalam kehidupan sehari- hari. Metode ini juga dikenal
dengan istilah metode edukatif. Dalam memberikan contoh atau teladan kepada
anak, orang tua bisa memulai dari diri sendiri. Anak tidak akan bangun pagi tepat
waktu ketika orang tuanya bangun jam delapan pagi. Ketika sikap dan prilaku
orang tua sudah bagus maka dengan sendirinya anak akan mengikuti prilaku yang
baik tersebut.
Metode kedua yaitu memberikan teguran atau hukuman. Metode ini
dikenal dengan istilah metode koersif. Ada dua cara yang digunakan oleh orang
tua dalam memberikan hukuman kepada anak. Cara pertama hanya sebatas
hukuman dengan cara mendiamkan atau menunjukkan ekspresi yang tidak senang
kepada anak. Cara kedua yaitu memberikan hukuman fisik kepada anak ketika
anak sudah berulang kali tidak menuruti perkataan orang tua. Hukuman fis ik
hanya dianjurkan sebatas membuat efek jera untuk tidak mengulangi kesalahan
yang sama, tidak sampai melukai anak.
Penulis tidak menemukan daya tarik dalam melakukan wawancara untuk
mendukung komunikasi yang efektif karena tingkat intelegensia anak disab ilitas
tidak seperti anak pada umumnya sehingga mereka tidak terlalu memperhatikan
daya tarik pada komunikator. Penulis juga tidak menemukan adanya integritas dan
kepekaan sosial selama melakukan wawancara karena kepekaan sosial sendiri
lebih mengarah kepada komunikasi antara individu dengan masyarakat.
Perumusan strategi yang terakhir yaitu seleksi dan penggunaan media.
Namun strategi ini kurang cocok dengan penelitian ini karena komunikasi yang
terjadi bukan dengan massa melainkan secara interpersonal antara orang tua dan
anak.
Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa
Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29
a
Jurn
h M ah
a
wa
sis
lmia
lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1, Januari 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Seiring melakukan berbagai pendekatan kepada anak. Orang tua juga
mengalami hambatan seperti kesalahpahaman antara apa yang orang tua maksud
dengan apa yang dipahami oleh anak atau pesan yang disampaikan sedikit lama
dipahami oleh anak karena tingkat intelegensia anak disabilitas lebih rendah
dibandingkan dengan anak pada umumnya. Hambatan lain yang terjadi adalah
ketika orang tua tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik. Namun hambatan
yang terjadi bisa teratasi seiring kedekatan antara keduanya. Orang tua yang terus
mencoba membuka diri dengan anak jadi mempersempit ruang gerak hambatan.
Hambatan berupa kultur tidak penulis temukan karena antara orang tua dan anak
masih dalam kultur yang sama sehingga tidak menimbulkan hambatan selama
komunikasi. Sejauh ini strategi yang diterapkan orang tua terlihat efektif untuk
meningkatkan rasa percaya diri anak penyandang disabilitas.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada
bab-bab sebelumnya mengenai strategi komunikasi interpersonal orang tua dan
anak dalam meningkatkan rasa percaya diri anak penyandang disabilitas,
diperoleh kesimpulan bahwa orang tua menerapkan tiga langkah perumusan
strategi. Pertama, melakukan pendekatan dengan anak. Kedua, menyusun pesan
dengan dua cara. Pertama memberikan contoh figur sukses kepada anak dan
kedua menasehati anak dengan memperhatikan kondisi psikologis anak, terus
memperbaiki kredibilitas orang tua dan menjaga emosional. Ketiga, menetapkan
metode. Ada dua metode yang digunakan yaitu metode edukatif dan koersif.
Metode edukatif berupa memberikan contoh teladan yang baik kepada anak dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk metode koersif orang tua memberikan hukuman atau
teguran kepada anak dengan tujuan anak tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Faktor pendukung komunikasi interpersonal orang tua dan anak yaitu
kredibilitas, kemampuan intelektual, kepercayaan, kematangan tingkat emosional
dan berorientasi kepada kondisi psikologis. Faktor daya tarik tidak termasuk
karena anak disabilitas tidak memperhatikan daya tarik fisik maupun non fisik
pada orang tua. Faktor integritas dan kepekaan sosial juga tidak termasuk dalam
faktor pendukung komunikasi efektif karena komunikasi yang terjadi tidak
melibatkan masyarakat melainkan hanya antara anak dan orang tua.
Faktor penghambat orang tua dalam menjalin komunikasi dengan anak ada
dua yaitu hambatan interaksi dan pengalaman. Untuk hambatan kultur tidak
termasuk karena keduanya berada dalam kultur yang sama.
Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa
Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29
a
Jurn
h M ah
a
wa
sis
lmia
lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1, Januari 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, A. 2011. Perbandingan Strategi Komunikasi Pemasaran Pada Harian
The Jakarta Post dan Harian Indonesian Observer Dalam Membangun
Komunikasi Pemasaran Efektif. Jurnal Communication. Volume 1, No.1.
Bandung: Pustaka Setia.
Cangara, Hafied. 2013. Perencanaan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Devito & Joseph A. 2009. The interpersonal communication book. USA: Pearson
Education.inc.
Effendi & Onong Uchajana, 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi.
Bandung : Citra Adtiya Bakti.
Fatimah, E. 2008. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik).
Bandung: CV Pustaka Setia.
Ghufron & Risnawati. 2011. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta : Ar Ruzz Media.
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif
dan Kuantitatif) Edisi Kedua. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Moleong, L. J. 2003. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Onong, U. Effendy. 2003. Ilmu komunikasi teori dan praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Pontoh, Widya P. 2013. Peranan Komunikasi Interpersonal Guru Meningkatkan
Pengetahuan Anak. Jurnal Acta Diurna I (I).
Rachmadani, C. 2013. Strategi Komunikasi Dalam Mengatasi Konflik Rumah
Tangga Mengenai Perbedaan Tingkat Penghasilan di Rt. 29 Samarinda
Seberang, eJournal Ilmu Komunikasi. Volume 1 No. 1.
Rahmat & Ira. 2012. Representasi Sosial tentang Disabilitas Intelektual pada
Kelompok Teman Sebaya. Jurnal Psikologi Vol. 39, NO. 1 Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa
Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29
a
Jurn
h M ah
a
wa
sis
lmia
lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 1, Nomor 1, Januari 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Reefani, Nur Kholis. 2013. Panduan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:
Imperium.
Riduwan, 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Rochman, N. 2012. Strategi Komunikasi Pemasaran Harian Umum Solopos.
Skripsi. Fisip Universitas Sebelas Maret.
Saputra, Rudyanto. 2005. Perkembangan Kognitif Individu. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Schwarts, David J. 2008. Berpikir dan Berjiwa Besar. Terjemahan Budiyanto.
Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Suhardita, Kadek. 2011. Efektifitas Penggunaan Teknik Permainan Dalam
Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa. Bandung :
UPI Bandung.
Sumartono. 2002. Terperangkap dalam Iklan. Meneropong Imbas pesan Iklan
Televisi. Bandung: Alfabeta.
Sunarto. 2003. Perilaku Konsumen. Yogyakarta : AMUS Jogyakarta dan CV
Ngeksigondo Utama.
Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan Konseling. Semarang: UNNES PRESS.
Suranto, AW. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Syaifullah, Ach. 2010. Tips Bisa Percaya Diri. Jogjakarta: Gerai Ilmu.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Hak-Hak
Penyandang Disabilitas, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 107, Tamabahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5251).
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Pembagian Penyandang Cacat
atau Disabilitas.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak, pasal 1 Ayat 1.
Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa
Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29
Download