SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPERAWATAN HOME MONITOR PADA BAYI PREMATUR : FAMILY CENTERED CARE POST DISCHARGE Universitas Indonesia Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen Disusun Oleh : D. SISFIANI SARIMIN 1006748500 PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2011 Home Monitor Cardiorespiratory 1 Universitas Indonesia . HOME MONITOR PADA BAYI PREMATUR : FAMILY CENTERED CARE POST DISCHARGE D. SISFIANI SARIMIN, NPM : 1006748500 Program Pasca Sarjana Kekhususan Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2011 Abstrak Kelahiran bayi prematur berdampak pada lama hari rawat di rumah sakit. Kejadian apnea pada bayi prematur sangat besar, karena sistem pernafasan belum berfungsi optimal sehingga perlu pemantauan berkelanjutan terhadap fungsi kardio respirasi setelah bayi keluar dari rumah sakit (post discharge) untuk mengurangi resiko sudden infant death syndrome (SIDS). Home monitor digunakan pada bayi prematur yang memiliki resiko SIDS selama lebih dari 30 tahun. Monitor terhadap kejadian apnea dirancang dengan tujuan melindungi bayi dari kematian mendadak dengan mengidentifikasi apnea sentral dan bradikardi yang menjadi alarm bagi orang tua terhadap tanda bahaya yang terjadi pada bayi mereka. Family empowering sangat diperlukan dalam pemanfaatan home monitor dimana provider yang mengelola home monitor harus memastikan bahwa suksesnya pemanfaatan teknologi yang diaplikasikan di rumah tergantung pada sumberdaya keluarga sebagai kelanjutan pendekatan Family centered care post discharge. Kata Kunci: home monitor, cardiorespiratory, bayi prematur, family centered care. Latar Belakang Kelahiran prematur menimbulkan masalah kesehatan terkait kematangan fungsi organ antara lain otak, paru, dan jantung, masalah yang dapat timbul seperti apnea sentral, cacat batang otak, fungsi saluran nafas yang belum optimal, abnormalitas fungsi jantung dan gangguan sirkulasi lainnya. Tingginya angka kematian bayi dan balita adalah salah satu yang membuat berbagai Negara berkumpul dan membuat kesepakatan dibidang kesehatan yang tertuang dalam health and Home Monitor Cardiorespiratory 2 Universitas Indonesia . the millennium development goals. Khususnya tujuan keempat yaitu menurunkan angka kematian pada balita, target kelima yaitu menurunkan 2/3 angka kematian bayi dan balita dengan indikator rata-rata kematian balita dibawah lima. Sesuai Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, Provinsi yang mempunyai persentase bayi berat lahir rendah (BBLR) dan prematur tertinggi berturut turut yaitu Provinsi Papua (27,0%), Papua Barat (23,8%), NTT (20,3%), Sumatera Selatan (19,5%). Sedangkan jumlah kematian perinatal, yaitu lahir mati ditambah kematian bayi umur 0-6 hari tercatat sebesar 217 kasus kematian. Proporsi lahir mati cukup tinggi yaitu 34,6% (75 kematian) dari seluruh kematian perinatal. Sisanya, yaitu kematian bayi umur 0-6 hari, sebesar 142 kasus kematian. Di lain pihak, jumlah kematian bayi 0-28 hari, tercatat 181 kasus kematian. Bila dibandingkan dengan seluruh kematian neonatal ini, kematian bayi neonatal dini adalah sebesar 78,5%. Proporsi terbesar disebabkan karena gangguan pernafasan (respiratory disorder). Proporsi bayi prematur yang meninggal di Indonesia cukup tinggi (32,4%) (Riskesdas, 2007) Tingginya angka kamatian bayi neonatal dan prematur, menunjukkan bahwa penanganan bayi khususnya prematur belum memuaskan, masalah kesehatan yang timbul dipandang perlu suatu upaya untuk menyelamatkan kehidupan bayi yang lahir prematur dari sudden infant death syndrome tidak saja perawatan di Rumah Sakit namun berkelanjutan di rumah sampai organ vital seperti otak, paru dan jantung dapat berfungsi optimal. Diperlukan suatu teknologi dibidang kesehatan serta pemberdayaan keluarga melalui family centered care : post discharge untuk mendukung upaya menurunkan angka kematian bayi prematur sehingga dapat menurunkan lama hari rawat dan biaya perawatan di rumah sakit. Salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan yaitu home monitor yang disebut juga monitor apnea yaitu perangkat alat yang dirancang untuk perawatan bayi prematur di rumah yang bekerja mendeteksi fungsi jantung dan pernafasan, khususnya aktivitas yang terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak ada, sebagai perawatan lanjut setelah perawatan di rumah sakit.( Halbower 2008) Home Monitor Cardiorespiratory 3 Universitas Indonesia . Alasan paling mendasar tersedianya distance technology home monitor adalah untuk pemantauan adanya apnea pada bayi prematur pada awal pemulangan (post discharge). Bayi prematur berisiko tinggi terhadap kejadian kardio respirasi sampai usia 43 minggu setelah lahir. Ada bukti data menunjukkan bahwa menggunakan monitor pada minggu pertama adalah variabel yang paling penting untuk memprediksi penggunaan monitor berikutnya.(Silvestri, Lister et al. 2005) Tinjauan Literatur Monitor cardiorespiratory pertama kali diperkenalkan pada pertengahan 1960 untuk pengelolaan apnea prematuritas di rumah sakit. Selanjutnya, Monitor cardiorespiratory banyak digunakan dalam perawatan bayi dengan berbagai gangguan akut dan kronis. Hipotesis bahwa apnea adalah patofisiologis yang mendahului suatu SIDS pertama kali diusulkan pada 1972. Apnea dicatat dengan cardiorespiratory monitor selama rawat inap yang lama akibat kelahiran prematur. Dilaporkan ada dua bayi, keduanya adalah saudara tiba-tiba meninggal setelah pulang dari rumah sakit. Namun demikian, industri home monitoring cardiorespiratory didorong oleh meningkatnya permintaan dari orang tua yang memiliki bayi prematur. Penggunaan peralatan monitor untuk bayi merupakan tantangan baik dari medis maupun perspektif teknis, dan merupakan praktek standar dalam klinis untuk terus memantau parameter fisiologis, seperti respirasi (RR) dan denyut jantung (HR), saturasi oksigen arteri (SpO2), oksigen transkutaneus dan carbon dioxide partial pressure. Dengan pemikiran , ini merupakan sebuah pendekatan intervensi ambulatori dalam konteks sindrom kematian bayi mendadak. ( Erler 2008). Home monitor cardiorespiratory adalah perangkat yang dirancang untuk mendeteksi kelainan dalam aktifitas jantung atau pernafasan, khususnya aktivitas yang terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak ada. Perlu digaris bawahi, home monitor cardiorespiratory untuk bayi tidak dibuat untuk diagnosis gangguan pernafasan saat tidur. Namun studi diagnostik tidur (polysomnograms) dikodekan secara terpisah, dan digunakan untuk diagnosis yang sangat berbeda dengan perisiwa pemantauan cardiorespiratory yang sedang berlangsung Home Monitor Cardiorespiratory 4 Universitas Indonesia . sebagai dasar orangtua bertindak. Generasi terbaru (generasi ketiga) home monitor cardiorespiratory yang dikombinasikan dengan pemantauan saturasi oksigen, memiliki memori yang besar untuk menyimpan dan mengirim data ke provider. (Erler, 2008) Home monitor dirancang dengan tujuan melindungi bayi prematur dari kematian mendadak dengan mengidentifikasi apnea sentral dan bradikardi yang dapat memperingati orang tua terhadap tanda bahaya yang terjadi pada bayi. Perangkat dikembangkan yang bisa merekam data sehingga kejadian bisa diperiksa oleh provider perawatan kesehatan. (Halbower 2008) Home monitor cardiorespiratory di peruntukan untuk berat lahir antara 560 – 1500 gr sampai dengan usia 43 minggu setelah kelahiran, bayi prematur yang beresiko pada gangguan pasokan oksigen, bayi prematur yang memiliki riwayat kejadian apnea, bayi dengan trakheostomi, bayi prematur dengan kelaianan anatomi yang membuat rentan pada jalan nafas, bayi prematur dengan gangguan neurologis atau gangguan metabolisme yang mempengaruhi pernafasan. (Halbower 2008). Cara mengoperasikan home monitor cardiorespiratory, satu set elektroda melekat pada bayi selama proses perekaman untuk menilai upaya pernapasan dan denyut jantung. Sinyal dimasukkan ke dalam kedua monitor secara bersamaan dan diteruskan kepada sistem ALICE, seperti yang ditunjukkan pada gambar 1. Karena tidak ada kemungkinan dari pemecahan sinyal untuk mendeteksi SpO2, maka probe optik dipasang pada setiap monitor yang terpasang pada bayi (Erler 2008) Monitor 1 SpO2 probe ALICE system 3 electrodes for respiration + HR SpO2 probe Monitor 2 Gambar 1: Representation of Measurement Set-up Showing Signal Flow from Monitor 1 and 2 into the ALICE System Home Monitor Cardiorespiratory 5 Universitas Indonesia . Monitor 2 (M2) home monitor dilengkapi dengan software khusus yang dikembangkan dengan menghubungkan “signals logically”. Jika gangguan pernapasan ≥ 8 detik itu menunjukan (baik yang dihasilkan dari suatu peristiwa apnea aktual atau dari sinyal rendah amplitudo), pada internal alarm terpicu untuk membuka selama 30 detik. Selama waktu ini, monitor mengecek untuk setiap penyimpangan HR dan atau SpO2 dari batas normal yang dihitung setiap detik. Jika tidak ditemukan perubahan yang signifikan, maka tidak akan terdengar alarm yang berbunyi keras. Sebaliknya jika HR menyimpang dari batas normal, alarm deviasi terpicu. Alarm ini tetap aktif selama waktu jeda. Proses yang sama diaplikasikan dalam kasus deviasi SpO2. Bagaimana jika perubahan kondisi dari apnea persisten pada HR dan atau SpO2, monitor memberikan alarm apnea tambahan. Nilai HR di atas atau di bawah batas normal atau desaturasi di bawah 90% kami mengenali sebagai alarm kejadian secara individu. Dasar untuk menghubungkan proses sinyal yang diasumsikan sebagai peristiwa apnea yang mengancam nyawa akan diikuti perubahan dalam parameter fisiologis lainnya dalam waktu singkat. Selanjutnya alat di desain untuk mengingatkan orang tua pada intervensi mouth to mouth recusitation, dan cardio kompresi. Seluruh kejadian direkam pada monitor (M1 dan M2) dan dapat di download provider sehingga dapat diinterpretasikan oleh provider yang dapat menentukan tindakan selanjutnya. (Erler 2008) Gambar 2. Vital Signs Monitoring VitaGuard® Monitor Family Monitor yang dilengkapi dengan memori telah terbukti berguna, tidak hanya untuk membedakan alarm palsu dan merekam peristiwa kardiorespirasi yang terjadi dirumah, tetapi juga untuk mencatat waktu penggunaan monitor. Home monitor cardiorespiratory dikembangkan untuk menilai pernapasan, denyut jantung, saturasi oksigen, posisi tubuh, dan waktu yang tepat selama monitor digunakan. Meskipun monitor terpadu lebih rumit bagi orangtua untuk digunakan daripada yang konvensional saat ini monitor yang Home Monitor Cardiorespiratory 6 Universitas Indonesia . dilengkapi impedansi-elektrokardiografi, memberikan strategi dan standar untuk mengevaluasi manfaat penggunaan home monitor (Silvestri, Lister et al. 2005) Gambar 3 Monitor, adaptor dan kabel elektroda Home monitor cardiorespiratory memungkinkan orang tua terlibat untuk merespon lebih cepat sehingga mengurangi durasi hipoksemia. Namun, pemantauan tersebut tidak akan selalu mencegah kematian mendadak disebabkan oleh pemicu peristiwa atau kondisi yang mendasarinya. Orang tua dari bayi tersebut harus diberi konseling tentang tujuan Home monitor cardiorespiratory dan realistis harapan apa yang dapat dan tidak dapat memberikan kontribusi pada bayi.(Committee on Fetus and Newborn 2003) Gambar 4 Bayi prematur dengan set elektroda Teknologi medis tidak hanya digunakan secara eksklusif di rumah sakit dan praktik umum sekarang dapat digunakan di rumah. Sebuah kemajuan distance technology seperti perangkat home monitoring cardiorespiratory yang inovatif. Ini perlu dukungan keterlibatan keluarga melalui family centered care post discharge. Distance technology dirancang dengan akses ke perangkat home monitor dan jaringan komunikasi sehingga orang tua dapat terlibat secara aktif dalam perawatan bayinya ( Weil 1999). Home Monitor Cardiorespiratory 7 Universitas Indonesia . Pembahasan Home monitor cardiorespiratory merupakan inovasi distance technology sebagai metode perawatan berkelanjutan setelah anak dirawat di rumah sakit (post discharge) dengan melibatkan keluarga dalam hal ini orang tua. Ketika masih di rumah sakit orang tua sudah dilibatkan dalam perawatan bayinya, diharapkan sudah mengetahui tanda bahaya umum terhadap bayinya terutama fungsi nafas dan jantung. Pada fase ini, orang tua dituntut secara mandiri serta percaya diri dapat merawat anaknya dengan fasilitas home monitor cardiorespirator. Sebelum proses discharge orang tua diberi pelatihan tentang resusitasi paru jantung, cara mengoperasikan alat, menginterpretasikan terhadap alarm yang berbunyi dan pengelolaan home monitor cardiorespiratory. Staf provider 24 jam sehari untuk menjawab pertanyaan terkait dengan protokol atau monitor, melakukan kunjungan rumah, pelatihan ulang, dan rujukan ke peer group. Peran perawat dalam penerapan teknologi home monitor cardiorespiratory sebagai fasilitator orang tua dalam perawatan bayinya dengan meningkatkan sumber daya keluarga serta kemandirian keluarga dalam merawat anaknya maka lama rawat di rumah sakit menjadi singkat, walaupun dalam memperoleh home monitor cardiorespiratory tidaklah sedikit biaya yang dikeluarkan, namun dapat mengurangi dampak hospitalisasi pada keluarga yaitu perubahan dalam poses keluarga termasuk sibling, pekerjaan, peran anggota keluarga dan aktifitas harian. Kelebihan Home monitor cardiorespiratory merupakan inovasi teknologi yang modern yang tidak hanya dilengkapi pemantau vital sign ( Nadi, tekanan darah, frekuensi nafas, irama nafas, suhu badan ) tapi dapat juga memantau saturasi oksigen. Memiliki memori yang besar sehingga dapat menyimpan data yang maksimal. Dengan adanya home monitor cardiorespiratory untuk bayi prematur ini, ibu dapat melakukan perawatan bayinya di rumah juga dapat menjalankan peran sebagai ibu dalam keluarga dan pengasuhan bagi sibling. Home Monitor Cardiorespiratory 8 Universitas Indonesia . Home monitor cardiorespiratory menurunkan biaya yang ditimbulkan akibat bayi lahir prematur harus dirawat di rumah sakit sampai mencapai usia dan berat badan tertentu sebagai kriteria pemulangan. Kekurangan Home monitor cardiorespiratory tidak serta merta dapat menurunkan angka kejadian SIDS, tetapi yang terpenting adalah komunikasi antara provider dalam hal ini professional kesehatan dengan keluarga. Dalam hal hubungan ini keluarga tetap meyiapkan biaya tambahan untuk kunjungan professional, tambahan biaya untuk kursus singkat tentang resusitasi, dan penggunaan alat. (Halbower 2008) Home monitor cardiorespiratory harus di kalibrasi pada waktu tertentu untuk maintenance keakuratan signal dan alarm juga memerlukan biaya tambahan serta pengadaan home monitor cardiorespiratory yang canggih membutuhkan biaya lebih besar dari pada monitor konvensional. Akurasi interpretasi dari orang tua terhadap bunyi alarm, keakuratan penempatan elektroda, membutuhkan keterampilan khusus dan pengalaman dari orang tua. (Ramanathan, Corwin et al 2001) Implikasi Keperawatan Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi lahir prematur. Tentunya perawat tidak bekerja sendiri namun bersama tenaga kesehatan lainnya juga menjadi tanggung jawab perawat untuk meningkatkan keterlibatan keluarga melalui pendekatan asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga ( family centered care). Home monitor cardiorespiratory memudahkan perawat mengakses perkembangan bayi setelah keluar dari rumah sakit (post discharge), memberikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya umum yang dapat terjadi pada bayi, dan kapan orang tua harus membawa bayinya ke rumah sakit serta meningkatkan kepatuhan orang tua terhadap perawatan bayinya. Home Monitor Cardiorespiratory 9 Universitas Indonesia . Kesimpulan Home monitor cardiorespiratory dikembangkan untuk memantau parameter fisiologis, seperti respirasi (RR) dan denyut jantung (HR), saturasi oksigen arteri (SpO2), oksigen transkutaneus dan carbon dioxide partial pressure, posisi tubuh, dan waktu yang tepat selama monitor digunakan. Dengan demikian memungkinkan penurunan kejadian kematian bayi mendadak. Sebuah kemajuan distance technology seperti perangkat home monitoring cardiorespiratory yang inovatif, memerlukan keterlibatan keluarga melalui pendekatan family centered care post discharge. Dengan adanya home monitor cardiorespiratory untuk bayi prematur ini, ibu dapat melakukan perawatan bayinya di rumah juga dapat menjalankan peran sebagai ibu didalam keluarga serta menurunkan lama rawat di rumah sakit. Rekomendasi Penulis merekomendasikan untuk perawat agar dapat meningkatkan pengetahuan keluarga melalui transfer of knowledge dan transfer of skill serta meningkatkan empowering keluarga dengan bayi berat lahir rendah, sedangkan bagi keluarga agar dapat meningkatkan keterlibatan dalam perawatan termasuk meningkatan pemahaman tanda bahaya umum terjadinya SIDH, pemahaman tentang kompabilitas seperangkat alat monitor yang digunakan, termasuk elektroda yang dipasang pada bayi. Daftar Pustaka Carbone, T., Ostfeld B.M., Gutter, D., Hegyi, T. (2001). Parental Compliance with Home Cardiorespiratory Monitoring. Pediatrics. Arch Dis Child 84:270-272. Colson, E.R., Levenson, S., et al. (2006). Barries to Following the Supine Sleep. Pediatrics. Official Journal of the American Academy of Pediatrics 118;e243. Home Monitor Cardiorespiratory 10 Universitas Indonesia . Committee on Fetus and Newborn. 2003. Apnea, Sudden Infant Death Syndrome, and Home Monitoring. Pediatrics. Official Journal of the American Academy of Pediatrics 111:914. Erler, T. (2008). Monitoring of Newborns and Infants Under Ambulatory and Clinical Conditions – Indications from a Medical Perspective and Technical Requirements. European Respiratory Disease Freed, G.E., Meny, R., Glomb W.B., Hageman, J.R. (2002). Effect of Home Monitoring on a High-Risk Population. Journal of Perinatology 165-167. Halbower, A.C. (2008). Pediatric Home Apnea Monitor* Coding, Billing, and Updated Prescribing Information for Practice Management. Chest. Official Journal of the American College of Chest Physicians 134;425-429. Hunt, C.E., Corwin, M.J., et al. (2008). Precursors of Cardiorespiratory Events in Infants Detected by Home Memory Monitor. Pediatric Pulmonology 43:87-98. Ramanathan, R., Corwin, M.J., et al (2001). Cardiorespiratory Events Recorded on Home Monitor. Jama. 285:2199-2207. Silvestri, J.M., Lister, G., et al. (2005). Factors That Influence Use of a Home Cardiorespiratory Monitor for Infants. Arch Pediatr Adolesc Med. 159:18-24. Weil, E.A., Iakovidis, I. (1999). Distance Technologies for Patient Monitoring. Center for Health Care Quality, University of Missouri Columbia, MO 65211, USA. BMJ. 319:1309. Home Monitor Cardiorespiratory 11 Universitas Indonesia .