BAB II MODEL KOMUNIKASI DAKWAH DAN UKHUWAH

advertisement
18
BAB II
MODEL KOMUNIKASI DAKWAH DAN UKHUWAH ISLAMIYAH
A. MODEL KOMUNIKASI DAKWAH
Komunikasi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
berkomunikasi, juga dapat digambarkan dalam berbagai macam model. Model
komunikasi dibuat untuk membantu dalam memberi pengertian tentang
komunikasi, dan juga untuk menspesifikasi bentuk-bentuk komunikasi yang ada
dalam hubungan antar manusia. Seperti yang kita ketahui salah satu dari fungsi
komunikasi yaitu membantu dan memperbaiki kemacetan komunikasi, sehingga
proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar.
1. Pengertian Model Komunikasi Dakwah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa model berarti
pola (ragam, acuan, dan sebagainya) dari sebuah hal yang ingin dibuat atau
dihasilkan.1 Menurut Wiryanto dalam pengertian yang luas model dapat
diterapkan pada setiap presentasi simbolik dari suatu benda, proses atau ide).2
Menurut Hafied Cangara, model ialah suatu gambaran yang sistematis dan
abstrak, dimana menggambarkan potensi-potensi tertentu yang berkaitan
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), Ed. 3, Cet. 4, h. 751.
2
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Grasindo, 2005), Cet. 2, h. 9.
19
dengan berbagai aspek dari sebuah proses.3 Model adalah gambaran informal
untuk menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan kata lain, model adalah
teori yang lebih disederhanakan.4
Adapun model komunikasi menurut Arni Muhammad yaitu gambaran
yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara
satu komponen komunikasi dengan komponen lainya. Penyajian model dalam
bagian ini dimaksudkan untuk mempermudah memahami proses komunikasi
dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam suatu komunikasi.5
Sedangkan komunikasi dakwah adalah proses penyampaian informasi atau
pesan dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau
sekelompok orang lainya yang bersumber dari al-qur’an dan hadis dengan
tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain yang lebih
baik sesuai ajaran Islam, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung
melalui media.6 Menurut Asep Syamsul M. Romli dalam bukunya yang
berjudul Komunikasi Dakwah Pendekatan Praktis dapat didefinisikan sebagai
”proses penyampaian dan informasi Islam untuk memengaruhi komunikan
3
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), Ed. 2, Cet.
15, h. 43.
4
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), h.
132.
5
Arni Muhammd, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Ed. 1, Cet. 7, h. 5.
6
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Cet.2, h. 26.
20
(objek dakwah, mad’u) agar mengimani, mengilmui, mengamalkan,
menyebarkan, dan membela kebenaran ajaran Islam”.7
Berdasarkan penjelasan tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa
model komunikasi dakwah adalah suatu gambaran atau pola penyampaian
pesan dakwah oleh da’i berupa ajaran Islam yang dilkukan untuk mengajak
kelompok orang atau individu agar berperilaku dan berbuat baik sesuai
dengan ajaran Islam yang disampaikan.
2. Fungsi Model Komunikasi Dakwah
Sehubungan dengan model komunikasi, Gordon Wiseman dan Larry
Barker dalam bukunya Deddy Mulyana mengemukakan bahwa model
komunikasi mempunyai tiga fungsi yaitu:
1) Melukiskan atau menggambarkan proses komunikasi
2) Menunjukan hubungan visual
3) Membantu
dalam
menemukan
dan
memperbaiki
kemacetan
komunikasi. 8
Deutsch menyebutkan bahwa model komunikasi mempunyai empat
fungsi, yaitu sebagai berikut :
7
Asep Saymsul M.Romli, Komunikasi Dakwah Pendekatan Praktis, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2013), h. 12.
8
Gordon Wiseman dan Larry Barker, Speech-Interpersonal Communication, San Francisco:
Chandler, 1967, h. 13-14. Dikutip oleh Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2015), h. 133.
21
1) Fungsi mengorganisasikan, yaitu membantu mengorganisasikan unsurunsur secara sistematis, sehingga memperoleh gambaran secara
holistik
2) Fungsi heuristik, memberikan gambaran mengenai unsur-unsur pokok
dari suatu proses atau sistem
3) Fungsi prediktif, yaitu dapat memperkirakan hasil atau akibat yang
dicapai
4) Fungsi pengukuran, yaitu mengukur fenomena yang diprediksi.9
Berdasarkan penjelasan dari fungsi model komunikasi dakwah tersebut,
maka dapat penulis simpulkan bahwa fungsi model komunikasi dakwah yaitu
bertujuan untuk mengetahui, menggambarkan proses, unsur, dari komunikasi
secara sistematis dan terinci sehingga dapat memperkirakan hasil, dan
memperbaiki kemacetan dalam berkomunikasi.
3. Model - Model Komunikasi Dakwah
Untuk mengetahui model komunikasi dakwah dibawah ini ada beberapa
pendapat dari para ahli komunikasi mengenai model komunikasi, diantaranya:
9
Lihat Severin dan Tankard, Jr, h.37. Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), h. 133.
22
1) Model Komunikasi Aristoteles
Model ini dinilai sebagai model klasik atau model pemula komunikasi
yang dikembangkan sejak Aristoteles, kemudian Lasswell hingga
Shannon dan Weaver.
Aristoteles membuat model komunikasi yang terdiri dari tiga unsur,
yakni:
Siapa
Mengatakan
Apa
Pesan
Sumber
Kepada
Siapa
Penerima
Gambar 1. Model Komunikasi Aristoteles
Model komunikasi yang dibuat Aristoteles belum menempatkan unsur
media dalam proses komunikasi. Karena retorika pada masa Aristoteles
merupakan seni keterampilan komunikasi yang sangat populer. Media
seperti surat kabar, radio, dan televisi belum tersedia. 10
Dari penjelasan tersebut penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
unsur yang terdapat dalam model ini adalah komunikator atau sumber
yaitu siapa yang menyampaikan pesan kepada penerima pesan, pesan
yakni sesuatu yang dikatakan atau isi pesan yang disampaikan oleh
sumber atau komunikator, dan penerima pesan itu sendiri yaitu
komunikan atau pendengar yang menjadi objek penerima pesan.
10
Hafied Cangara, Op Cit, h. 45.
23
2) Model Komunikasi Lasswell
Model komunikasi Laswell merupakan ungkapan verbal, yakni :
Who, Say What, In Which Channel, To Whom, Whith What Effect?.
Model tersebut mengisyaratkan bahwa lebih dari satu saluran dapat
membawa
pesan.
Unsur
sumber
Who
merangsang
pertanyaan
pengendalian pesan, Say What merupakan bahan untuk analisis isi, In
Which Chanel merupakan saluran komunikasi menarik yang dikaji dalam
analisis media, To Whom dikaitkan dengan analisis penerima pesan,
sementara itu With What Effect merupakan akibat yang ditimbulkan oleh
pesan komunikasi pada penerima pesan
(khalayak, pendengar atau
pemirsa).11 Oleh karena itu model Lasswel ini sering diterapkan dalam
komunikasi massa.
Siapa
Mengatakan
Apa
Melalui
Apa
Kepada
Siapa
Dan Apa
Akibatnya
Gambar 2. Model Komunikasi Lasswell
Model komunikasi yang dikembangkan Lasswell lebih berkembang
dibandingkan model komunikasi Aristoteles, yakni adanya penambahan
media dan melihat efek pesan yang telah disampaikan. Bila dihubungkan
11
Deddy Mulyana, Op Cit, h. 148.
24
dengan komunikasi dakwah maka model Lasswell melihat media dakwah
yang digunakan dan efek dakwah yang disampaikan oleh da’i kepada
masyarakat untuk mengetahui tanggapanya apakah dapat merima dan
menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari atau sebaliknya.
3) Model Komunikasi Shannon dan Weaver
Salah satu model awal komunikasi dikemukakan oleh Claude Shannon
dan Warren Weaver pada tahun 1949, dalam buku The Mathematical
Theory of Communication. Model matematika ini pengaruhnya paling
kuat dari pada model dan teori komunikasi lainya.
Model Shannon dan Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi
menghasilkan pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat yang
dimungkinkan. Pemancar mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai
dengan saluran yang digunakan. Saluran adalah medium yang digunakan
untuk mengirimkan sinyal dari pemancar kepenerima.12 Adapun sasaranya
adalah orang yang menjadi tujuan penyampaian pesan itu.
Suatu konsep yang penting dalam model Shannon dan Weaver ini
adalah gangguan (noice), yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak
dikehendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan
saat berkomunikasi. Gangguan ini selalu ada dalam saluran bersama pesan
12
Ibid, h. 148-150.
25
tersebut yang diterima oleh penerima. Model Shannon dan Weaver dapat
diterapkan kepada konteks komunikasi lainya seperti komunikasi antar
pribadi, komunikasi publik atau komunikasi massa.
Secara sistematis model Shannon dan Weaver dapat dilihat pada
gambar sebagai berikut :
Information
source /
Sumber
Message
Transmitter
/ Pemancar
Message
/ Pesan
Singnal Received Signal
Destination
/ Tujuan
Message
Noise source /
Sumber gangguan
Gambar 3. Model Komunikasi Shannon dan Weaver
Dari penjelasan tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa model
komunikasi ini dilengkapi dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sumber
dan disebutkan pula sumber gangguan dalam proses penyampaian pesan.
4) Model Komunikasi Osgood dan Schramm
Salah satu model yang banyak digunakan untuk menyampaikan proses
komunikasi adalah yang dibuat oleh Osgood dan Schramm. Kedua tokoh
ini mencurahkan perhatian mereka pada peranan sumber dan penerima
sebagai pelaku utama komunikasi.
26
Kedua tokoh tersebut menganggap komunikasi sebagai interaksi
dengan kedua pihak yang menyandi, menafsirkan, menyandi-balik,
mentransmisikan, dan menerima sinyal. Disini kita melihat umpan balik
dalam lingkaran yang berkelanjutan untuk berbagai informasi.
Balikan (feed back) penting dalam komunikasi karena akan
menciptakan bagaimana pesan yang dikirimkan diinterpretasikan oleh
penerima pesan.13 Sebagaimana ditujukan pada gambar berikut ini :
Message
/ Pesan
Encoder /
Penyandian
Interpreter
Decoder /
Penerimaan Sandi
Decoder /
Penerimaan Sandi
Interpreter
Encoder
/Penyandian
Message
/ Pesan
Gambar 4. Model komunikasi Osgood dan Schramm
Berdasarkan keterangan tersebut, jika pada
model komunikasi
Shannon dan Weaver melihat proses komunikasinya berakhir setelah tiba
13
Ibid, h. 151-152.
27
pada tujuan (destination), maka dalam model
Osgood dan Schramm
justru melihat proses itu berlangsung secara terus-menerus (simultan).
Pelaku komunikasi baik sumber maupun penerima dalam model ini
mempunyai kedudukan yang sama. Oleh karena itu proses komunikasi
dapat dimulai dan berakhir dimana dan kapan saja. Dan pentingnya umpan
balik (feed back) untuk mengetahui respon terhadap pesan yang diterima
yang dikirimkan kepada sipengirim pesan.
5) Model Komunikasi Wahidin Saputra
Wahidin Saputra dalam bukunya Pengantar Ilmu Dakwah, model
komunikasi dakwah dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
No
1
Komponen
Sumber
(Source)
2
Komunikator
3
Pesan
(Message)
4
Approach/
Thoriqoh
5
Tujuan
(Destination)
6
Media
(Washilah)
Uraian
Al-Qur’an dan Sunnah, hasil ijtihad ulama
Khusus : Ulama, da’i atau muballigh
Umum : Setiap muslim yang mukallaf dan
memahami ajaran Islam
- Al-Qur’an dan Sunnah, hasil ijtihad ulama dan
sejarah Islam
- Penjabaran Al-Qur’an dan Sunnah dalam
kehidupan
- Hikmah, mau’idzoh hasanah dan mujadalah
- Kasih sayang dan toleransi kehidupan,
akhlakul karimah
- Persuasif, informative, rekreatif
- Perubahan sikap dan tingkah laku sesuai
dengan isi dan harapan dari pesan yang
disampaikan
- Terwujudnya amal shaleh yaitu yaitu perbuatan
yang selaras dengan Al-Qur’an dan Sunnah
- Media cetak : Buku, majalah, surat kabar,
novel, tab;oid, jurnal, dll
28
7
Komunikan
(Mad’u)
- Media elektronik : Televisi, radio, hp, telepon,
internet, dll
Masyarakat umum baik muslim maupun non
muslim, dengan berbagai profesi, strata social,
budaya, ekonomi, letak geografis, usia,
pendidikan, etnis, ras, ideology, dan lain
sebagainya. 14
Tabel 1 : Model Komunikasi Dakwah
Dari bermacam-macam model komunikasi yang telah dikemukakan
tersebut, terlihat bahwa ada bermacam-macam komponen atau elemen
dalam proses komunikasi, dengan demikian dapat disimpulkan mana
diantara komponen-komponen itu yang merupakan komponen dasar dari
komunikasi, dimana yang cenderung sama dalam model-model komunikasi
tersebut adalah pengirim pesan, pesan dari sipengirim pesan, dan
sipenerima pesan, tetapi dikarenakan komunikasi merupakan proses dua
arah atau timbal balik maka komponen balikan perlu ada dalam proses
komunikasi.
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa, komponen dasar
komunikasi ada lima yaitu : pengirim pesan, pesan, saluran (media),
penerima pesan, timbal balik (feed back).
14
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), Ed, 1,2. h.
233-234.
29
B. UKHUWAH ISLAMIYAH
Sebagai agama terakhir yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, Islam
memberikan banyak petunjuk dalam hal ikatan ukhuwah. Dakwah merupakan
aktivitas penting untuk memperjuangkan Islam, yang memerlukan usaha dalam
membantu dan saling menolong diantara orang-orang yang berukhuwah dalam
Islam. Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan tugas dakwah, langkah
pertama yang beliau lakukan adalah membina ukhuwah bagi para pengikutnya
sehingga tercipta sebuah persatuan. 15
1. Pengertian Ukhuwah Islamiyyah
Ukhuwah menurut bahasa tercetak dari mashdar “ukhwatun” yang berasal
dari kata “akhun” yang berarti berserikat dengan yang lain karena kelahiran
dari dua belah pihak atau salah satunya atau karena persusuan. Disisi lain
kata ukhuwah berasal dari bahasa arab yang kata dasarnya adalah akh yang
berarti saudara, sementara kata ukhuwah berarti persaudaraan.16
Adapun secara istilah, menurut Quraish Shihab bahwa ukhuwah Islamiyah
pada hakikatnya bukan bermakna persaudaraan antara orang-orang Islam,
15
Samsul Munir Amin, Op. Cit. h. 215.
https://materitarbiyah.wordpress.com/2008/03/15/ukhuwah-islamiyah/. Diakses tanggal
februari 2016.
16
9
30
melainkan cenderung memiliki arti sebagai persaudaraan yang didasarkan pada
ajaran Islam atau persaudaraan yang bersifat Islami.17
Sedangkan Menurut Imam Hasan Al-Banna, “Ukhuwah Islamiyah adalah
keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah, yang mampu
menyatukan hati umat secara keseluruhan, meskipun secara fisik mereka saling
berjauhan, baik bahasa etnis, suku maupun kebangsaan mereka. Dengan
demikian antara sesama umat saling terikat, menjadi perserikatan umat yang
kokoh.”
Peran ukhuwah dalam Islam yaitu membangun persatuan umat yang
kokoh. Ia adalah bangunan maknawi yang mampu menyatukan masyarakat
manapun. Ia lebih kuat dari bangunan materi, yang suatu saat bisa hancur
diterpa badai atau ditelan masa. Sedangkan bangunan ukhuwah Islamiyah
akan tetap kokoh. Peran ukhuwah Islamiyah sangatlah penting untuk
terwujudnya umat
yang utuh dan bersatu padu dalam kekompakan dan
kebersamaan. Faktor ras, suku, warna kulit, bahasa, perbedaan tingkat
ekonomi, budaya atau faktor kepentingan lainya (khilafiyah) menjadi
komplemen kebersamaan tersebut.
Dari uraian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa ukhuwah Islamiyah
yaitu jalinan persaudaraan yang didasarkan pada ajaran Islam atau
17
Quraish Shihab, Penafsiran Ukhuwah,
islamiyah.html. diakses tangga l 9 februari 2016.
http://www.bukupr.com/2013/04/ukhuwah-
31
persaudaraan yang bersifat Islami meskipun berbeda etnis, suku, dan bahasa.
Dengan demikian antara umat satu dengan yang lainnya saling terikat, dan
terciptalah kerukunan dan persatuan.
2. Dasar Hukum Ukhuwah Islamiyah
1) QS. Al-Hujrat ayat 10 :
           
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara.
Karena itu, damaikanlah kedua saudara kalian, dan bertakwalah kalian
kepada Allah supaya kalian mendapatkan rahmat.” (QS. Al-Hujrat
[49]:10).18
Ayat tersebut menjelaskan mengapa hal itu perlu dilakukan? Itu perlu
ditegakan dan dilakukan karena sesungguhnya orang-orang mukmin yang
mantap imanya serta dihimpun oleh keimanan, kendati tidak seketurunan
adalah bagaikan bersaudara seketurunan, dengan demikian mereka
memiliki keterikatan bersama dalam iman dan juga keterikatan bagaikan
seketurunan, karena itu wahai orang-orang beriman yang tidak terlibat
langsung dalam pertikaian antar kelompok-kelompok damaikanlah walau
pertikaian itu hanya terjadi antara kedua saudara kamu apalagi jika jumlah
yang bertikai lebih dari dua orang dan bertakwalah kepada Allah yakni
jagalah dirimu agar tidak ditimpa bencana, baik akibat dari pertikaian itu
18
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid & Terjemah, (Bandung : Cordoba, 2013), h. 412.
32
maupun selainya supaya kamu mendapat rahmat antara lain rahmat
persatuan dan kesatuan. 19
2) Q.S Ali Imran ayat 103 :
            
     
Artinya : “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah
dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah
atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah)
menjinakkan antara hati-hati kamu
maka kamu menjadi
bersaudara.”(Q.S Ali Imran [3]:103).20
Ukhuwah dengan berpegang pada tali Allah ini merupakan nikmat
yang diberikan Allah kepada orang-orang yang di cintai-Nya diantara
hamba-hamba-Nya. Disini Dia mengingatkan mereka akan nikmat itu
diingatkanya mereka bagaimana ketika mereka pada zaman jahiliyah
dahulu saling bermusuhan, padahal tidak ada yang lebih sengit
permusuhanya daripada suku Aus dan Khazraj di Madinah.
Tetapi kemudian Allah mempersatukan hati kedua suku arab tersebut
dengan Islam. Karena memang hanya Islam sajalah yang dapat
mempersatukan hati-hati yang saling bermusuhan dan berjauhan ini.
19
20
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Volume 13, h. 247.
Departemen Agama RI, Op Cit, h. 5.
33
Tidak ada tali yang dapat mengikat mereka menjadi satu kecuali tali
Allah, sehingga dengan nikmat Allah ini mereka menjadi bersaudara. 21
3) HR Bukhari dan Muslim
Artinya : “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling
mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi adalah bagaikan
satu jasad, jika salah satu anggotanya menderita sakit, maka seluruh
jasad juga merasakan (penderitaannya) dengan tidak bisa tidur dan
merasa panas.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari penjelasan hadis tersebut dapat penulis simpulkan bahwa orang
muslim yang beriman hendaknya saling mengasihi dan menyayangi antara
muslim satu dengan muslim lainya. Karena pada hakekatnya mereka
adalah bersaudara yang sudah menjadi kewajiban bagi mereka untuk saling
membantu dalam segala sesuatu yang diperlukan.
–-–
3. Syarat-Syarat Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah sangat penting diwujudkan agar umat menjadi kuat.
Ada lima persyaratan yang harus dipenuhi agar ikatan ini dapat diwujudkan,
yaitu sebagai berikut:
21
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2001), Jilid 2, Cet. 1, h. 122.
34
a) Iman dan takwa, merupakan pijakan untuk bersaudara, karena itu
sesama mukmin seharusnya bersaudara
b) Ikhlas karena Allah, karena dengan itu persaudaraan menjadi sejati
c) Terikat dengan ketentuan al-qur’an,
d) Saling bertaushiyah, ukhuwah akan terwujud manakala di antara
sesama mukmin saling bertaushiyah atau nasihat-menasihati
e) Kerja sama dalam kebenaran, dalam ukhuwah diperlukan kerjasama
yang baik antar sesama muslim, karena hal itu menjadi persyaratan
untuk terwujudnya ukhuwah.22
4. Macam-Macam Ukhuwah Islamiyah
Menurut Quraish Shihab, berdasarkan ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an,
setidaknya ada empat bentuk ukhuwah (persaudaraan), yaitu sebagai berikut :
a. Ukhuwah fi al-Ubudiyyah
Artinya bahwa seluruh makhluk adalah bersaudara dalam arti memiliki
persamaan. Persaudaraan yang timbul dalam lingkup sesama makhluk
yang tunduk kepada Allah. Bentuk ukhuwah model ini mirip dengan
ukhuwah alamiyah yaitu adanya kesesuaian dengan alam semesta,
22
Ahmad Yani, 170 Materi Dakwah Pilihan, (Jakarta: Al-Qalam, 2014), Cet. 1, h. 96.
35
konsekuensinya adalah keharusan manusia untuk melestrikan semua
ciptaan Allah. 23
b. Ukhuwah fi al- insaniyah
Yaitu persaudaraan yang berlaku pada semua manusia secara universal
tanpa membedakan ras, agama, dan aspek-aspek kekhususan lainya,
karena mereka semua bersumber dari ayah dan ibu yang satu.
Model ukhuwah ini cakupanya lebih sempit dari ukhuwah yang
pertama karena lingkup persaudaraan sebatas manusia dengan manusia
yang hidup didunia, tanpa membedakan apapun, semuanya adalah saudara
tanpa terkecuali.
c. Ukhuwah fi al-wathaniyah wa al nasab
Yaitu persaudaraan dalam seketurunan dan kebangsaan seperti yang
diisyaratkan dalam al-qur’an. Model ukhuwah ketiga ini juga lebih sempit
dibanding ukhuwah yang kedua, karena lingkup persaudaraan hanya
meliputi persaudaraan sebangsa dan setanah air berdasarkan kesamaan
tempat tinggal atau negeri yang mereka huni yang diikat oleh jiwa
nasionalisme tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, adat-istiadat
dan budaya serta aspek-aspek yang lanya.
23
http://globallavebookx.blogspot.co.id/2014/02/pengertian-dan-macam-macam ukhuwah.html.
diakses tanggal 9 februari 2016.
36
Prinsip paling cocok dalam ukhuwah ini adalah berpijak pada “altasamuh” (toleransi), yaitu adanya interaksi timbal balik antar umat
beragama, menghargai kebebasan beragama bagi orang yang tidak
sepaham, serta tidak mengganggu peribadataan.
d. Ukhuwah fi din al-Islam
Yaitu persaudaraan antarinteren umat Islam. Dilihat dari sifatnya,
ukhuwah ini ruang lingkupnya lebih sempit dari ketiga ukhuwah tersebut
diatas, karena hanya mencakup umat Islam saja. Namun jika dilihat dari
isinya, maka cakupan ukhuwah fi din al-islam lebih luas, karena tidak
dibatasi wilayah negara bahkan tidak dibatasi alam yang ditempati, apakah
masih hidup atau sudah mati, kesesamanya saudara dalam seagama,
sehingga masing-masing orang muslim mempunyai kewajiban terhadap
muslim lainya.
Berkaitan
dengan
keempat
bentuk
ukhuwah
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa esensialnya mempunyai kesamaan, yaitu anjuran
untuk hidup rukun, saling menghormati, saling membantu, kerja sama,
tenggang rasa, solidaritas, sosial, dengan mendudukaan pada posissinya
masing-masing sesuai dengaan ciri khas bentuk ukhuwah yang dilakukan.
37
5.
Tahapan dan Kendala Dalam Ukhuwah Islamiyah
a. Tahapan Dalam Ukhuwah Islamiyah
1). Ta’aruf (saling mengenal)
Seorang muslim harus mengenal saudaranya seiman, namanya,
nasabnya dan status sosialnya. Saling mengenal diantara sesama
manusia adalah salah satu hal yang utama untuk menuju terjalinnya
ukhuwah. karena ta’aruf merupakan kunci pembuka hati, penjinak,
dan penarik simpati.
2). Ta’aluf (saling bersatu)
Ta’aluf berarti bersatunya seorang muslim dengan muslim lainnya,
atau bersatunya seseorang dengan orang lain. Ta’aluf berasal dari kata
ilf yang artinya persatuan.
3). Tafahum (saling memahami)
Artinya sikap saling memahami antara orang muslim dengan
muslim lainnya. Yang diawali dengan kesepahaman dan prinsipprinsip pokok ajaran Islam seperti berpegang teguh kepada tali Allah,
tolong menolong dalam menaati Allah dan Rasul-Nya.
4). Ri’ayah (perhatian)
Hendaknya seorang muslim memeperhatikan keadaan saudaranya
agar ia bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya
tersebut memintanya, karena pertolongan merupakan hak saudaranya
yang harus ia tunaikan.
5). Ta’awun (saling membantu)
Ta’awun adalah buah dari tafahum dan ri’ayah. Ia bisa
memperkokoh ikatan-ikatan antar orang-orang yang berukhuwah
dalam Islam serta memperkuat fondasi dan tiangnya.
38
6). Tanashur (saling menolong)
Tanashur masih sejenis dengan ta’awun tetapi memiliki pengertian
yang lebih dalam, lebih luas, dan lebih menggambarkan makna cinta
dan loyalitas.24
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa
ukhuwah dalam agama Islam pada umumnya berawal dari ta’aruf, yang
mengantarkn pada ta’aluf, kemudian tafahum. Hal itu akan membuat
seseorang memberikan ri’ayah kepada saudaranya serta menjadikan
mereka berta’awun dan ini semua akan mengantarkan mereka untuk
melakukan tanashur.
Ukhuwah tidak akan mungkin berjalan secara benar sesuai manhaj
yang telah digariskan oleh Islam kecuali apabila didahului dengan
langkah-langkah yang telah dijelaskan yaitu ta’aruf, ta’aluf, tafahum,
ri’ayah.
b. Kendala dalam Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah merupakan salah satu bukti iman. Namun,
ukhuwah ternyata mengalami kendala untuk bertahan secara baik.
Didalam al-qur’an paling tidak disebutkan ada lima kendala ukhuwah,
diantara sebagai berikut:
a) Meninggalkan ketentuan Allah, ketika ada diantara umat Islam
tidak mau berpegang teguh pada tali (ketentuan) Allah, ukhuwah
24
https://rayditch.wordpress.com/2009/12/29/5-tingkatan-ukhuwah/, Diakses tanggal 8 februari
2016.
39
b)
c)
d)
e)
menjadi rusak, karena pihak yang satu mau, sementara pihak yang
lain tidak atau menolak
Iri hati diantara sesama muslim, iri hati diantara sesama muslim
akan merusak ukhuwah karena hal ini akan berkembang menjadi
permusuhan
Tidak mau menggunakan akal, yakni manakala emosi lebih
dituruti dari pada akal, maka kerusakan ukhuwah sangat besar
kemungkinan terjadi
Terlalu cinta pada dunia, ini dapat merusak ukhuwah yang
membuat kekuatan umat menjadi lemah
Tidak mendapat rahmat Allah, orang yang memperoleh rahmat
dari Allah tentu tidak suka berselisih apalagi bermusuhan.25
Dari penjelasaan tersebut kita dapat mengetahui bahwa, ukhuwah
Islamiyah akan terhambat manakala setiap muslim tidak berpegang teguh
pada tali (ketentuan) Allah, selalu iri hati kepada saudaranya dalam segala
hal, selalu mengedepankan emosinya sehingga akalnya tidak digunakan,
terlalu cinta pada dunia sehingga membutakan hatinya atas
semua
ketentuan Allah yang pada akhirnya Allah tidak memberikan rahmat
kepada orang seperti ini sehingga yang terjadi bukan kerukunan dan
persatuan tapi malah permusuhan dan perselisihan.
6. Hikmah dan Manfaat Ukhuwah Islamiyah
Menurut Imam Hasan Al-Banna hikmah dan manfaat ukhuwah Islamiyah
antara lain :
a) Terciptanya solidaritas yang kuat antara sesama muslim
25
Ahmad Yani, Op Cit, h. 97-99
40
Merasakan kebahagiaan ketika orang lain bahagia dan merasakan
kesedihan ketika orang lain ditimpa musibah, akan membuahkan sikap
solidaritas yang kuat diantara sesama muslim. Dari sikap inilah Islam dan
kaum muslimin akan makin kuat dalam berbagai hal, termasuk secara
ekonomi sehingga terhindar dari jurang kemiskinan.26
b) Terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa
Apabila seorang muslim mampu memberikan kasih sayang terhadap
muslim lainnya, dan kasih sayang itu diwujudkan dalam berbagai aspek
kehidupan, kita akan merasakan betapa nikmatnya kebersamaan sebagai
umat Islam dan bangsa yang kuat dan kokoh dan tidak mudah di adu
domba yang akan menimbulkan perpecahan.
c) Terciptanya kerukunan hidup antara sesama warga masyarakat
Apabila seorang muslim mampu menghargai dan menghormati orang
lain dalam berbagai hal, termasuk menghormati dan menghargai terhadap
adanya perbedaan, baik dalam hal bahasa, budaya, maupun pemahaman
agama seperti perbedaan mazhab dan pendapat, kita akan merasakan
betapa nikmatnya hidup rukun dalam sebuah perbedaan yang dibingkai
atas dasar ukhuwah Islamiyah dengan menganggap perbedaan sebagai
rahmat atas kasih sayang Allah kepada semua hamba-Nya.
26
Imam Hasan Al-Banna, http://ilmualquranhadis.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-dalil-danhikmahmamfaat.html. Diakses tanggal 8 februari 2016.
41
Berdasarkan uraian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa hikmah
dan manfaat ukhuwah Islamiyah yaitu terciptanya solidaritas yang kuat
antara sesama muslim, dengan kita ikut merasa senang ketika saudara kita
mendapatkan kenikmatan dan merasa sedih ketika saudara kita tertimpa
musibah. Terciptanya persatuan, yaitu saling menyayangi dan mengasihi
antar sesama sehingga akan terhindar dari permusuhan dan adu domba.
Terciptanya kerukunan, dengan cara kita menghargai dan menghormati
terhadap adanya perbedaan dan tidak membuat perbedaan yang ada
menjadi
penghalang untuk
menciptakan suatu kerukunan dalam
persaudaraan.
C. MODEL
KOMUNIKASI
DAKWAH
DALAM
MENINGKAKAN
UKHUWAH ISLAMIYAH
Sebagaimana telah dijelaskan dalam pengertian model komunikasi, bahwa
pengertian model komunikasi menurut Arni Muhammad yaitu gambaran yang
sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu
komponen komunikasi dengan komponen lainya. Penyajian model dalam bagian
ini dimaksudkan untuk mempermudah memahami proses komunikasi dan
melihat komponen dasar yang perlu ada dalam suatu komunikasi.27
27
Arni Muhammd, Op Cit, h. 5.
42
Sedangkan komunikasi dakwah adalah proses penyampaian informasi atau
pesan dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok
orang lainya yang bersumber dari al-qur’an dan hadis dengan tujuan untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain yang lebih baik sesuai ajaran
Islam, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media.28
Adapun ukhuwah Islamiyah secara istilah, menurut Quraish Shihab bahwa
pada hakikatnya bukan bermakna persaudaraan antara orang-orang Islam,
melainkan cenderung memiliki arti sebagai persaudaraan yang didasarkan pada
ajaran Islam atau persaudaraan yang bersifat Islami.29
Sedangkan Menurut Imam Hasan Al-Banna, “Ukhuwah Islamiyah adalah
keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah, yang mampu
menyatukan hati umat secara keseluruhan, meskipun secara fisik mereka saling
berjauhan, baik bahasa etnis, suku maupun kebangsaan mereka. Dengan
demikian antara sesama umat saling terikat, menjadi perserikatan umat yang
kokoh.”
Jadi berdasarkan penjelasan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa model
komunikasi dakwah dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah yaitu suatu
gambaran atau pola penyampaian pesan dakwah oleh da’i berupa jalinan
28
Wahyu Ilaihi, Op Cit, h. 26.
M. Quraish Shihab, Penafsiran Ukhuwah, http://www.bukupr.com/2013/04/ukhuwahislamiyah.html. diakses tangga l 9 februari 2016.
29
43
persaudaraan yang didasarkan pada ajaran Islam atau persaudaraan yang bersifat
Islami meskipun berbeda etnis, suku, dan bahasa, serta untuk mengajak
kelompok orang atau individu agar berperilaku dan berbuat baik sesuai dengan
ajaran Islam yang disampaikan. Dengan demikian antara umat satu dengan yang
lainnya saling terikat, dan terciptalah kerukunan dan persatuan.
Majelis Ta’lim merupakan salah satu wahana untuk mendapatkan wawasan
dan pengetahuan tentang ajaran Islam, maka sangat penting peran seorang da’i
yakni menyampaikan serta menanamkan nilai-nilai Islam. Dengan adanya
kegiatan-kegiatan pengajian di Majelis Ta’lim maka jamaah atau masyarakat
setempat mengetahui begitu penting pengetahuan agama untuk kehidupan dunia
dan akhirat. Selain itu masyarakat yang dahulunya tidak tahu menjadi tahu,
sedangkan yang sudah tahu dapat menambah wawasan tentang keagamaan.
Dalam model komunikasi dakwah untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah
tentunya da’i perlu menggunakan metode sebagai cara untuk menyampaikan
materi dakwahnya kepada ma’du.
Metode komunikasi dakwah adalah cara yang digunakan da’i
untuk
menyampaikan pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan
dakwah. Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangatlah penting
perananya, suatu pesan walaupun tujuanya baik, tetapi disampaikan dengan cara
yang tidak benar, maka pesan tersebut bisa saja ditolak oleh sipenerima pesan
(mad’u). Oleh sebab itu metode dakwah hendaklah menggunakan metode yang
44
tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi mad’u sebagai penerima pesan
dakwah. Metode dakwah yang digunakan oleh da’i di Majelis Ta’lim Jami’iyah
Istighosah Al-Mu’awwanah diantaranya sebagai berikut :
1. Metode Dakwah Bil Lisan
2. Metode dakwah bil hal
3. Metode Keteladanan
4. Metode Ikrar (Mengulang Materi yang Telah Lalu)
Adapun penyampaian materi dakwah yang selama ini dilakukan oleh para
da’i dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah berjalan dengan terjadwal yakni
terbentuk dalam pengajian ibu-ibu yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali,
seminggu sekali dan pada hari-hari tertentu.
Materi yang digunakan oleh da’i dalam menyampaikan pesan dakwahnya
adalah bersumber dari Al-Qur’an dan Ass-Sunnah, sumber ini mereka gunakan
sebagai pedoman dalam menyampaikan berbagai macam materi agama Islam
yang meliputi berbagai macam bidang, seperti akidah, syari’ah, akhlak, dan ilmu
pengetahuan lainya yang dapat mendukung tercapainya tujuan dakwah
Sedangkan masyarakat atau mad’unya yang ada disini mayoritas beragama
Islam yang terdiri dari berbagai macam suku dan budaya, yakni suku lampung,
jawa, sunda yang mana diantara suku tersebut tentunya memiliki adat dan
kebudayaan yang berbeda dari masing-masing, serta dari berbagai organisasi
45
agama Islam yang berbeda-beda seperti Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah,
dan LDII.
Membina keutuhan jamaah atau masyarakat dalam bentuk bergotong-royong
dalam mewujudkan kesejahteraan bersama, yakni setiap umat manusia perlu
membina ukhuwah Islamiyah, kerja sama demi tercapainya kerukunan dan
kesejahteraan antara masyarakat setempat.
Oleh sebab itu sangat penting peran da’i dalam membina masyarakat untuk
meningkatkan ukhuwah Islamiyah supaya melahirkan umat muslim yang
berkualitas, memberikan dorongan atau motivasi tentang ajaran Allah SWT. juga
menumbuhkan kehidupan khairu ummah, demi tercapainya ukhuwah Islamiyah
khususnya pada masyarakat atau jamaah Majelis Ta’lim Jami’iyah Istighosah AlMu’awwanah.
Download