18 BAB II MODEL KOMUNIKASI DAKWAH DAN UKHUWAH ISLAMIYAH A. MODEL KOMUNIKASI DAKWAH Komunikasi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam berkomunikasi, juga dapat digambarkan dalam berbagai macam model. Model komunikasi dibuat untuk membantu dalam memberi pengertian tentang komunikasi, dan juga untuk menspesifikasi bentuk-bentuk komunikasi yang ada dalam hubungan antar manusia. Seperti yang kita ketahui salah satu dari fungsi komunikasi yaitu membantu dan memperbaiki kemacetan komunikasi, sehingga proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar. 1. Pengertian Model Komunikasi Dakwah Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa model berarti pola (ragam, acuan, dan sebagainya) dari sebuah hal yang ingin dibuat atau dihasilkan.1 Menurut Wiryanto dalam pengertian yang luas model dapat diterapkan pada setiap presentasi simbolik dari suatu benda, proses atau ide).2 Menurut Hafied Cangara, model ialah suatu gambaran yang sistematis dan abstrak, dimana menggambarkan potensi-potensi tertentu yang berkaitan 1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Ed. 3, Cet. 4, h. 751. 2 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Grasindo, 2005), Cet. 2, h. 9. 19 dengan berbagai aspek dari sebuah proses.3 Model adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan kata lain, model adalah teori yang lebih disederhanakan.4 Adapun model komunikasi menurut Arni Muhammad yaitu gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainya. Penyajian model dalam bagian ini dimaksudkan untuk mempermudah memahami proses komunikasi dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam suatu komunikasi.5 Sedangkan komunikasi dakwah adalah proses penyampaian informasi atau pesan dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang lainya yang bersumber dari al-qur’an dan hadis dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media.6 Menurut Asep Syamsul M. Romli dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Dakwah Pendekatan Praktis dapat didefinisikan sebagai ”proses penyampaian dan informasi Islam untuk memengaruhi komunikan 3 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), Ed. 2, Cet. 15, h. 43. 4 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), h. 132. 5 Arni Muhammd, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Ed. 1, Cet. 7, h. 5. 6 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Cet.2, h. 26. 20 (objek dakwah, mad’u) agar mengimani, mengilmui, mengamalkan, menyebarkan, dan membela kebenaran ajaran Islam”.7 Berdasarkan penjelasan tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa model komunikasi dakwah adalah suatu gambaran atau pola penyampaian pesan dakwah oleh da’i berupa ajaran Islam yang dilkukan untuk mengajak kelompok orang atau individu agar berperilaku dan berbuat baik sesuai dengan ajaran Islam yang disampaikan. 2. Fungsi Model Komunikasi Dakwah Sehubungan dengan model komunikasi, Gordon Wiseman dan Larry Barker dalam bukunya Deddy Mulyana mengemukakan bahwa model komunikasi mempunyai tiga fungsi yaitu: 1) Melukiskan atau menggambarkan proses komunikasi 2) Menunjukan hubungan visual 3) Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi. 8 Deutsch menyebutkan bahwa model komunikasi mempunyai empat fungsi, yaitu sebagai berikut : 7 Asep Saymsul M.Romli, Komunikasi Dakwah Pendekatan Praktis, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2013), h. 12. 8 Gordon Wiseman dan Larry Barker, Speech-Interpersonal Communication, San Francisco: Chandler, 1967, h. 13-14. Dikutip oleh Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), h. 133. 21 1) Fungsi mengorganisasikan, yaitu membantu mengorganisasikan unsurunsur secara sistematis, sehingga memperoleh gambaran secara holistik 2) Fungsi heuristik, memberikan gambaran mengenai unsur-unsur pokok dari suatu proses atau sistem 3) Fungsi prediktif, yaitu dapat memperkirakan hasil atau akibat yang dicapai 4) Fungsi pengukuran, yaitu mengukur fenomena yang diprediksi.9 Berdasarkan penjelasan dari fungsi model komunikasi dakwah tersebut, maka dapat penulis simpulkan bahwa fungsi model komunikasi dakwah yaitu bertujuan untuk mengetahui, menggambarkan proses, unsur, dari komunikasi secara sistematis dan terinci sehingga dapat memperkirakan hasil, dan memperbaiki kemacetan dalam berkomunikasi. 3. Model - Model Komunikasi Dakwah Untuk mengetahui model komunikasi dakwah dibawah ini ada beberapa pendapat dari para ahli komunikasi mengenai model komunikasi, diantaranya: 9 Lihat Severin dan Tankard, Jr, h.37. Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), h. 133. 22 1) Model Komunikasi Aristoteles Model ini dinilai sebagai model klasik atau model pemula komunikasi yang dikembangkan sejak Aristoteles, kemudian Lasswell hingga Shannon dan Weaver. Aristoteles membuat model komunikasi yang terdiri dari tiga unsur, yakni: Siapa Mengatakan Apa Pesan Sumber Kepada Siapa Penerima Gambar 1. Model Komunikasi Aristoteles Model komunikasi yang dibuat Aristoteles belum menempatkan unsur media dalam proses komunikasi. Karena retorika pada masa Aristoteles merupakan seni keterampilan komunikasi yang sangat populer. Media seperti surat kabar, radio, dan televisi belum tersedia. 10 Dari penjelasan tersebut penulis dapat menarik kesimpulan bahwa unsur yang terdapat dalam model ini adalah komunikator atau sumber yaitu siapa yang menyampaikan pesan kepada penerima pesan, pesan yakni sesuatu yang dikatakan atau isi pesan yang disampaikan oleh sumber atau komunikator, dan penerima pesan itu sendiri yaitu komunikan atau pendengar yang menjadi objek penerima pesan. 10 Hafied Cangara, Op Cit, h. 45. 23 2) Model Komunikasi Lasswell Model komunikasi Laswell merupakan ungkapan verbal, yakni : Who, Say What, In Which Channel, To Whom, Whith What Effect?. Model tersebut mengisyaratkan bahwa lebih dari satu saluran dapat membawa pesan. Unsur sumber Who merangsang pertanyaan pengendalian pesan, Say What merupakan bahan untuk analisis isi, In Which Chanel merupakan saluran komunikasi menarik yang dikaji dalam analisis media, To Whom dikaitkan dengan analisis penerima pesan, sementara itu With What Effect merupakan akibat yang ditimbulkan oleh pesan komunikasi pada penerima pesan (khalayak, pendengar atau pemirsa).11 Oleh karena itu model Lasswel ini sering diterapkan dalam komunikasi massa. Siapa Mengatakan Apa Melalui Apa Kepada Siapa Dan Apa Akibatnya Gambar 2. Model Komunikasi Lasswell Model komunikasi yang dikembangkan Lasswell lebih berkembang dibandingkan model komunikasi Aristoteles, yakni adanya penambahan media dan melihat efek pesan yang telah disampaikan. Bila dihubungkan 11 Deddy Mulyana, Op Cit, h. 148. 24 dengan komunikasi dakwah maka model Lasswell melihat media dakwah yang digunakan dan efek dakwah yang disampaikan oleh da’i kepada masyarakat untuk mengetahui tanggapanya apakah dapat merima dan menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari atau sebaliknya. 3) Model Komunikasi Shannon dan Weaver Salah satu model awal komunikasi dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949, dalam buku The Mathematical Theory of Communication. Model matematika ini pengaruhnya paling kuat dari pada model dan teori komunikasi lainya. Model Shannon dan Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat yang dimungkinkan. Pemancar mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran adalah medium yang digunakan untuk mengirimkan sinyal dari pemancar kepenerima.12 Adapun sasaranya adalah orang yang menjadi tujuan penyampaian pesan itu. Suatu konsep yang penting dalam model Shannon dan Weaver ini adalah gangguan (noice), yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan saat berkomunikasi. Gangguan ini selalu ada dalam saluran bersama pesan 12 Ibid, h. 148-150. 25 tersebut yang diterima oleh penerima. Model Shannon dan Weaver dapat diterapkan kepada konteks komunikasi lainya seperti komunikasi antar pribadi, komunikasi publik atau komunikasi massa. Secara sistematis model Shannon dan Weaver dapat dilihat pada gambar sebagai berikut : Information source / Sumber Message Transmitter / Pemancar Message / Pesan Singnal Received Signal Destination / Tujuan Message Noise source / Sumber gangguan Gambar 3. Model Komunikasi Shannon dan Weaver Dari penjelasan tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa model komunikasi ini dilengkapi dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sumber dan disebutkan pula sumber gangguan dalam proses penyampaian pesan. 4) Model Komunikasi Osgood dan Schramm Salah satu model yang banyak digunakan untuk menyampaikan proses komunikasi adalah yang dibuat oleh Osgood dan Schramm. Kedua tokoh ini mencurahkan perhatian mereka pada peranan sumber dan penerima sebagai pelaku utama komunikasi. 26 Kedua tokoh tersebut menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang menyandi, menafsirkan, menyandi-balik, mentransmisikan, dan menerima sinyal. Disini kita melihat umpan balik dalam lingkaran yang berkelanjutan untuk berbagai informasi. Balikan (feed back) penting dalam komunikasi karena akan menciptakan bagaimana pesan yang dikirimkan diinterpretasikan oleh penerima pesan.13 Sebagaimana ditujukan pada gambar berikut ini : Message / Pesan Encoder / Penyandian Interpreter Decoder / Penerimaan Sandi Decoder / Penerimaan Sandi Interpreter Encoder /Penyandian Message / Pesan Gambar 4. Model komunikasi Osgood dan Schramm Berdasarkan keterangan tersebut, jika pada model komunikasi Shannon dan Weaver melihat proses komunikasinya berakhir setelah tiba 13 Ibid, h. 151-152. 27 pada tujuan (destination), maka dalam model Osgood dan Schramm justru melihat proses itu berlangsung secara terus-menerus (simultan). Pelaku komunikasi baik sumber maupun penerima dalam model ini mempunyai kedudukan yang sama. Oleh karena itu proses komunikasi dapat dimulai dan berakhir dimana dan kapan saja. Dan pentingnya umpan balik (feed back) untuk mengetahui respon terhadap pesan yang diterima yang dikirimkan kepada sipengirim pesan. 5) Model Komunikasi Wahidin Saputra Wahidin Saputra dalam bukunya Pengantar Ilmu Dakwah, model komunikasi dakwah dapat dilihat pada tabel dibawah ini : No 1 Komponen Sumber (Source) 2 Komunikator 3 Pesan (Message) 4 Approach/ Thoriqoh 5 Tujuan (Destination) 6 Media (Washilah) Uraian Al-Qur’an dan Sunnah, hasil ijtihad ulama Khusus : Ulama, da’i atau muballigh Umum : Setiap muslim yang mukallaf dan memahami ajaran Islam - Al-Qur’an dan Sunnah, hasil ijtihad ulama dan sejarah Islam - Penjabaran Al-Qur’an dan Sunnah dalam kehidupan - Hikmah, mau’idzoh hasanah dan mujadalah - Kasih sayang dan toleransi kehidupan, akhlakul karimah - Persuasif, informative, rekreatif - Perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan isi dan harapan dari pesan yang disampaikan - Terwujudnya amal shaleh yaitu yaitu perbuatan yang selaras dengan Al-Qur’an dan Sunnah - Media cetak : Buku, majalah, surat kabar, novel, tab;oid, jurnal, dll 28 7 Komunikan (Mad’u) - Media elektronik : Televisi, radio, hp, telepon, internet, dll Masyarakat umum baik muslim maupun non muslim, dengan berbagai profesi, strata social, budaya, ekonomi, letak geografis, usia, pendidikan, etnis, ras, ideology, dan lain sebagainya. 14 Tabel 1 : Model Komunikasi Dakwah Dari bermacam-macam model komunikasi yang telah dikemukakan tersebut, terlihat bahwa ada bermacam-macam komponen atau elemen dalam proses komunikasi, dengan demikian dapat disimpulkan mana diantara komponen-komponen itu yang merupakan komponen dasar dari komunikasi, dimana yang cenderung sama dalam model-model komunikasi tersebut adalah pengirim pesan, pesan dari sipengirim pesan, dan sipenerima pesan, tetapi dikarenakan komunikasi merupakan proses dua arah atau timbal balik maka komponen balikan perlu ada dalam proses komunikasi. Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa, komponen dasar komunikasi ada lima yaitu : pengirim pesan, pesan, saluran (media), penerima pesan, timbal balik (feed back). 14 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), Ed, 1,2. h. 233-234. 29 B. UKHUWAH ISLAMIYAH Sebagai agama terakhir yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, Islam memberikan banyak petunjuk dalam hal ikatan ukhuwah. Dakwah merupakan aktivitas penting untuk memperjuangkan Islam, yang memerlukan usaha dalam membantu dan saling menolong diantara orang-orang yang berukhuwah dalam Islam. Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan tugas dakwah, langkah pertama yang beliau lakukan adalah membina ukhuwah bagi para pengikutnya sehingga tercipta sebuah persatuan. 15 1. Pengertian Ukhuwah Islamiyyah Ukhuwah menurut bahasa tercetak dari mashdar “ukhwatun” yang berasal dari kata “akhun” yang berarti berserikat dengan yang lain karena kelahiran dari dua belah pihak atau salah satunya atau karena persusuan. Disisi lain kata ukhuwah berasal dari bahasa arab yang kata dasarnya adalah akh yang berarti saudara, sementara kata ukhuwah berarti persaudaraan.16 Adapun secara istilah, menurut Quraish Shihab bahwa ukhuwah Islamiyah pada hakikatnya bukan bermakna persaudaraan antara orang-orang Islam, 15 Samsul Munir Amin, Op. Cit. h. 215. https://materitarbiyah.wordpress.com/2008/03/15/ukhuwah-islamiyah/. Diakses tanggal februari 2016. 16 9 30 melainkan cenderung memiliki arti sebagai persaudaraan yang didasarkan pada ajaran Islam atau persaudaraan yang bersifat Islami.17 Sedangkan Menurut Imam Hasan Al-Banna, “Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah, yang mampu menyatukan hati umat secara keseluruhan, meskipun secara fisik mereka saling berjauhan, baik bahasa etnis, suku maupun kebangsaan mereka. Dengan demikian antara sesama umat saling terikat, menjadi perserikatan umat yang kokoh.” Peran ukhuwah dalam Islam yaitu membangun persatuan umat yang kokoh. Ia adalah bangunan maknawi yang mampu menyatukan masyarakat manapun. Ia lebih kuat dari bangunan materi, yang suatu saat bisa hancur diterpa badai atau ditelan masa. Sedangkan bangunan ukhuwah Islamiyah akan tetap kokoh. Peran ukhuwah Islamiyah sangatlah penting untuk terwujudnya umat yang utuh dan bersatu padu dalam kekompakan dan kebersamaan. Faktor ras, suku, warna kulit, bahasa, perbedaan tingkat ekonomi, budaya atau faktor kepentingan lainya (khilafiyah) menjadi komplemen kebersamaan tersebut. Dari uraian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa ukhuwah Islamiyah yaitu jalinan persaudaraan yang didasarkan pada ajaran Islam atau 17 Quraish Shihab, Penafsiran Ukhuwah, islamiyah.html. diakses tangga l 9 februari 2016. http://www.bukupr.com/2013/04/ukhuwah- 31 persaudaraan yang bersifat Islami meskipun berbeda etnis, suku, dan bahasa. Dengan demikian antara umat satu dengan yang lainnya saling terikat, dan terciptalah kerukunan dan persatuan. 2. Dasar Hukum Ukhuwah Islamiyah 1) QS. Al-Hujrat ayat 10 : Artinya : “Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah kedua saudara kalian, dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian mendapatkan rahmat.” (QS. Al-Hujrat [49]:10).18 Ayat tersebut menjelaskan mengapa hal itu perlu dilakukan? Itu perlu ditegakan dan dilakukan karena sesungguhnya orang-orang mukmin yang mantap imanya serta dihimpun oleh keimanan, kendati tidak seketurunan adalah bagaikan bersaudara seketurunan, dengan demikian mereka memiliki keterikatan bersama dalam iman dan juga keterikatan bagaikan seketurunan, karena itu wahai orang-orang beriman yang tidak terlibat langsung dalam pertikaian antar kelompok-kelompok damaikanlah walau pertikaian itu hanya terjadi antara kedua saudara kamu apalagi jika jumlah yang bertikai lebih dari dua orang dan bertakwalah kepada Allah yakni jagalah dirimu agar tidak ditimpa bencana, baik akibat dari pertikaian itu 18 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid & Terjemah, (Bandung : Cordoba, 2013), h. 412. 32 maupun selainya supaya kamu mendapat rahmat antara lain rahmat persatuan dan kesatuan. 19 2) Q.S Ali Imran ayat 103 : Artinya : “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara.”(Q.S Ali Imran [3]:103).20 Ukhuwah dengan berpegang pada tali Allah ini merupakan nikmat yang diberikan Allah kepada orang-orang yang di cintai-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Disini Dia mengingatkan mereka akan nikmat itu diingatkanya mereka bagaimana ketika mereka pada zaman jahiliyah dahulu saling bermusuhan, padahal tidak ada yang lebih sengit permusuhanya daripada suku Aus dan Khazraj di Madinah. Tetapi kemudian Allah mempersatukan hati kedua suku arab tersebut dengan Islam. Karena memang hanya Islam sajalah yang dapat mempersatukan hati-hati yang saling bermusuhan dan berjauhan ini. 19 20 Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Volume 13, h. 247. Departemen Agama RI, Op Cit, h. 5. 33 Tidak ada tali yang dapat mengikat mereka menjadi satu kecuali tali Allah, sehingga dengan nikmat Allah ini mereka menjadi bersaudara. 21 3) HR Bukhari dan Muslim Artinya : “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi adalah bagaikan satu jasad, jika salah satu anggotanya menderita sakit, maka seluruh jasad juga merasakan (penderitaannya) dengan tidak bisa tidur dan merasa panas.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dari penjelasan hadis tersebut dapat penulis simpulkan bahwa orang muslim yang beriman hendaknya saling mengasihi dan menyayangi antara muslim satu dengan muslim lainya. Karena pada hakekatnya mereka adalah bersaudara yang sudah menjadi kewajiban bagi mereka untuk saling membantu dalam segala sesuatu yang diperlukan. –-– 3. Syarat-Syarat Ukhuwah Islamiyah Ukhuwah Islamiyah sangat penting diwujudkan agar umat menjadi kuat. Ada lima persyaratan yang harus dipenuhi agar ikatan ini dapat diwujudkan, yaitu sebagai berikut: 21 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2001), Jilid 2, Cet. 1, h. 122. 34 a) Iman dan takwa, merupakan pijakan untuk bersaudara, karena itu sesama mukmin seharusnya bersaudara b) Ikhlas karena Allah, karena dengan itu persaudaraan menjadi sejati c) Terikat dengan ketentuan al-qur’an, d) Saling bertaushiyah, ukhuwah akan terwujud manakala di antara sesama mukmin saling bertaushiyah atau nasihat-menasihati e) Kerja sama dalam kebenaran, dalam ukhuwah diperlukan kerjasama yang baik antar sesama muslim, karena hal itu menjadi persyaratan untuk terwujudnya ukhuwah.22 4. Macam-Macam Ukhuwah Islamiyah Menurut Quraish Shihab, berdasarkan ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an, setidaknya ada empat bentuk ukhuwah (persaudaraan), yaitu sebagai berikut : a. Ukhuwah fi al-Ubudiyyah Artinya bahwa seluruh makhluk adalah bersaudara dalam arti memiliki persamaan. Persaudaraan yang timbul dalam lingkup sesama makhluk yang tunduk kepada Allah. Bentuk ukhuwah model ini mirip dengan ukhuwah alamiyah yaitu adanya kesesuaian dengan alam semesta, 22 Ahmad Yani, 170 Materi Dakwah Pilihan, (Jakarta: Al-Qalam, 2014), Cet. 1, h. 96. 35 konsekuensinya adalah keharusan manusia untuk melestrikan semua ciptaan Allah. 23 b. Ukhuwah fi al- insaniyah Yaitu persaudaraan yang berlaku pada semua manusia secara universal tanpa membedakan ras, agama, dan aspek-aspek kekhususan lainya, karena mereka semua bersumber dari ayah dan ibu yang satu. Model ukhuwah ini cakupanya lebih sempit dari ukhuwah yang pertama karena lingkup persaudaraan sebatas manusia dengan manusia yang hidup didunia, tanpa membedakan apapun, semuanya adalah saudara tanpa terkecuali. c. Ukhuwah fi al-wathaniyah wa al nasab Yaitu persaudaraan dalam seketurunan dan kebangsaan seperti yang diisyaratkan dalam al-qur’an. Model ukhuwah ketiga ini juga lebih sempit dibanding ukhuwah yang kedua, karena lingkup persaudaraan hanya meliputi persaudaraan sebangsa dan setanah air berdasarkan kesamaan tempat tinggal atau negeri yang mereka huni yang diikat oleh jiwa nasionalisme tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, adat-istiadat dan budaya serta aspek-aspek yang lanya. 23 http://globallavebookx.blogspot.co.id/2014/02/pengertian-dan-macam-macam ukhuwah.html. diakses tanggal 9 februari 2016. 36 Prinsip paling cocok dalam ukhuwah ini adalah berpijak pada “altasamuh” (toleransi), yaitu adanya interaksi timbal balik antar umat beragama, menghargai kebebasan beragama bagi orang yang tidak sepaham, serta tidak mengganggu peribadataan. d. Ukhuwah fi din al-Islam Yaitu persaudaraan antarinteren umat Islam. Dilihat dari sifatnya, ukhuwah ini ruang lingkupnya lebih sempit dari ketiga ukhuwah tersebut diatas, karena hanya mencakup umat Islam saja. Namun jika dilihat dari isinya, maka cakupan ukhuwah fi din al-islam lebih luas, karena tidak dibatasi wilayah negara bahkan tidak dibatasi alam yang ditempati, apakah masih hidup atau sudah mati, kesesamanya saudara dalam seagama, sehingga masing-masing orang muslim mempunyai kewajiban terhadap muslim lainya. Berkaitan dengan keempat bentuk ukhuwah tersebut dapat disimpulkan bahwa esensialnya mempunyai kesamaan, yaitu anjuran untuk hidup rukun, saling menghormati, saling membantu, kerja sama, tenggang rasa, solidaritas, sosial, dengan mendudukaan pada posissinya masing-masing sesuai dengaan ciri khas bentuk ukhuwah yang dilakukan. 37 5. Tahapan dan Kendala Dalam Ukhuwah Islamiyah a. Tahapan Dalam Ukhuwah Islamiyah 1). Ta’aruf (saling mengenal) Seorang muslim harus mengenal saudaranya seiman, namanya, nasabnya dan status sosialnya. Saling mengenal diantara sesama manusia adalah salah satu hal yang utama untuk menuju terjalinnya ukhuwah. karena ta’aruf merupakan kunci pembuka hati, penjinak, dan penarik simpati. 2). Ta’aluf (saling bersatu) Ta’aluf berarti bersatunya seorang muslim dengan muslim lainnya, atau bersatunya seseorang dengan orang lain. Ta’aluf berasal dari kata ilf yang artinya persatuan. 3). Tafahum (saling memahami) Artinya sikap saling memahami antara orang muslim dengan muslim lainnya. Yang diawali dengan kesepahaman dan prinsipprinsip pokok ajaran Islam seperti berpegang teguh kepada tali Allah, tolong menolong dalam menaati Allah dan Rasul-Nya. 4). Ri’ayah (perhatian) Hendaknya seorang muslim memeperhatikan keadaan saudaranya agar ia bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya tersebut memintanya, karena pertolongan merupakan hak saudaranya yang harus ia tunaikan. 5). Ta’awun (saling membantu) Ta’awun adalah buah dari tafahum dan ri’ayah. Ia bisa memperkokoh ikatan-ikatan antar orang-orang yang berukhuwah dalam Islam serta memperkuat fondasi dan tiangnya. 38 6). Tanashur (saling menolong) Tanashur masih sejenis dengan ta’awun tetapi memiliki pengertian yang lebih dalam, lebih luas, dan lebih menggambarkan makna cinta dan loyalitas.24 Berdasarkan penjelasan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa ukhuwah dalam agama Islam pada umumnya berawal dari ta’aruf, yang mengantarkn pada ta’aluf, kemudian tafahum. Hal itu akan membuat seseorang memberikan ri’ayah kepada saudaranya serta menjadikan mereka berta’awun dan ini semua akan mengantarkan mereka untuk melakukan tanashur. Ukhuwah tidak akan mungkin berjalan secara benar sesuai manhaj yang telah digariskan oleh Islam kecuali apabila didahului dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan yaitu ta’aruf, ta’aluf, tafahum, ri’ayah. b. Kendala dalam Ukhuwah Islamiyah Ukhuwah Islamiyah merupakan salah satu bukti iman. Namun, ukhuwah ternyata mengalami kendala untuk bertahan secara baik. Didalam al-qur’an paling tidak disebutkan ada lima kendala ukhuwah, diantara sebagai berikut: a) Meninggalkan ketentuan Allah, ketika ada diantara umat Islam tidak mau berpegang teguh pada tali (ketentuan) Allah, ukhuwah 24 https://rayditch.wordpress.com/2009/12/29/5-tingkatan-ukhuwah/, Diakses tanggal 8 februari 2016. 39 b) c) d) e) menjadi rusak, karena pihak yang satu mau, sementara pihak yang lain tidak atau menolak Iri hati diantara sesama muslim, iri hati diantara sesama muslim akan merusak ukhuwah karena hal ini akan berkembang menjadi permusuhan Tidak mau menggunakan akal, yakni manakala emosi lebih dituruti dari pada akal, maka kerusakan ukhuwah sangat besar kemungkinan terjadi Terlalu cinta pada dunia, ini dapat merusak ukhuwah yang membuat kekuatan umat menjadi lemah Tidak mendapat rahmat Allah, orang yang memperoleh rahmat dari Allah tentu tidak suka berselisih apalagi bermusuhan.25 Dari penjelasaan tersebut kita dapat mengetahui bahwa, ukhuwah Islamiyah akan terhambat manakala setiap muslim tidak berpegang teguh pada tali (ketentuan) Allah, selalu iri hati kepada saudaranya dalam segala hal, selalu mengedepankan emosinya sehingga akalnya tidak digunakan, terlalu cinta pada dunia sehingga membutakan hatinya atas semua ketentuan Allah yang pada akhirnya Allah tidak memberikan rahmat kepada orang seperti ini sehingga yang terjadi bukan kerukunan dan persatuan tapi malah permusuhan dan perselisihan. 6. Hikmah dan Manfaat Ukhuwah Islamiyah Menurut Imam Hasan Al-Banna hikmah dan manfaat ukhuwah Islamiyah antara lain : a) Terciptanya solidaritas yang kuat antara sesama muslim 25 Ahmad Yani, Op Cit, h. 97-99 40 Merasakan kebahagiaan ketika orang lain bahagia dan merasakan kesedihan ketika orang lain ditimpa musibah, akan membuahkan sikap solidaritas yang kuat diantara sesama muslim. Dari sikap inilah Islam dan kaum muslimin akan makin kuat dalam berbagai hal, termasuk secara ekonomi sehingga terhindar dari jurang kemiskinan.26 b) Terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa Apabila seorang muslim mampu memberikan kasih sayang terhadap muslim lainnya, dan kasih sayang itu diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan, kita akan merasakan betapa nikmatnya kebersamaan sebagai umat Islam dan bangsa yang kuat dan kokoh dan tidak mudah di adu domba yang akan menimbulkan perpecahan. c) Terciptanya kerukunan hidup antara sesama warga masyarakat Apabila seorang muslim mampu menghargai dan menghormati orang lain dalam berbagai hal, termasuk menghormati dan menghargai terhadap adanya perbedaan, baik dalam hal bahasa, budaya, maupun pemahaman agama seperti perbedaan mazhab dan pendapat, kita akan merasakan betapa nikmatnya hidup rukun dalam sebuah perbedaan yang dibingkai atas dasar ukhuwah Islamiyah dengan menganggap perbedaan sebagai rahmat atas kasih sayang Allah kepada semua hamba-Nya. 26 Imam Hasan Al-Banna, http://ilmualquranhadis.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-dalil-danhikmahmamfaat.html. Diakses tanggal 8 februari 2016. 41 Berdasarkan uraian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa hikmah dan manfaat ukhuwah Islamiyah yaitu terciptanya solidaritas yang kuat antara sesama muslim, dengan kita ikut merasa senang ketika saudara kita mendapatkan kenikmatan dan merasa sedih ketika saudara kita tertimpa musibah. Terciptanya persatuan, yaitu saling menyayangi dan mengasihi antar sesama sehingga akan terhindar dari permusuhan dan adu domba. Terciptanya kerukunan, dengan cara kita menghargai dan menghormati terhadap adanya perbedaan dan tidak membuat perbedaan yang ada menjadi penghalang untuk menciptakan suatu kerukunan dalam persaudaraan. C. MODEL KOMUNIKASI DAKWAH DALAM MENINGKAKAN UKHUWAH ISLAMIYAH Sebagaimana telah dijelaskan dalam pengertian model komunikasi, bahwa pengertian model komunikasi menurut Arni Muhammad yaitu gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainya. Penyajian model dalam bagian ini dimaksudkan untuk mempermudah memahami proses komunikasi dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam suatu komunikasi.27 27 Arni Muhammd, Op Cit, h. 5. 42 Sedangkan komunikasi dakwah adalah proses penyampaian informasi atau pesan dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang lainya yang bersumber dari al-qur’an dan hadis dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media.28 Adapun ukhuwah Islamiyah secara istilah, menurut Quraish Shihab bahwa pada hakikatnya bukan bermakna persaudaraan antara orang-orang Islam, melainkan cenderung memiliki arti sebagai persaudaraan yang didasarkan pada ajaran Islam atau persaudaraan yang bersifat Islami.29 Sedangkan Menurut Imam Hasan Al-Banna, “Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah, yang mampu menyatukan hati umat secara keseluruhan, meskipun secara fisik mereka saling berjauhan, baik bahasa etnis, suku maupun kebangsaan mereka. Dengan demikian antara sesama umat saling terikat, menjadi perserikatan umat yang kokoh.” Jadi berdasarkan penjelasan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa model komunikasi dakwah dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah yaitu suatu gambaran atau pola penyampaian pesan dakwah oleh da’i berupa jalinan 28 Wahyu Ilaihi, Op Cit, h. 26. M. Quraish Shihab, Penafsiran Ukhuwah, http://www.bukupr.com/2013/04/ukhuwahislamiyah.html. diakses tangga l 9 februari 2016. 29 43 persaudaraan yang didasarkan pada ajaran Islam atau persaudaraan yang bersifat Islami meskipun berbeda etnis, suku, dan bahasa, serta untuk mengajak kelompok orang atau individu agar berperilaku dan berbuat baik sesuai dengan ajaran Islam yang disampaikan. Dengan demikian antara umat satu dengan yang lainnya saling terikat, dan terciptalah kerukunan dan persatuan. Majelis Ta’lim merupakan salah satu wahana untuk mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang ajaran Islam, maka sangat penting peran seorang da’i yakni menyampaikan serta menanamkan nilai-nilai Islam. Dengan adanya kegiatan-kegiatan pengajian di Majelis Ta’lim maka jamaah atau masyarakat setempat mengetahui begitu penting pengetahuan agama untuk kehidupan dunia dan akhirat. Selain itu masyarakat yang dahulunya tidak tahu menjadi tahu, sedangkan yang sudah tahu dapat menambah wawasan tentang keagamaan. Dalam model komunikasi dakwah untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah tentunya da’i perlu menggunakan metode sebagai cara untuk menyampaikan materi dakwahnya kepada ma’du. Metode komunikasi dakwah adalah cara yang digunakan da’i untuk menyampaikan pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan dakwah. Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangatlah penting perananya, suatu pesan walaupun tujuanya baik, tetapi disampaikan dengan cara yang tidak benar, maka pesan tersebut bisa saja ditolak oleh sipenerima pesan (mad’u). Oleh sebab itu metode dakwah hendaklah menggunakan metode yang 44 tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi mad’u sebagai penerima pesan dakwah. Metode dakwah yang digunakan oleh da’i di Majelis Ta’lim Jami’iyah Istighosah Al-Mu’awwanah diantaranya sebagai berikut : 1. Metode Dakwah Bil Lisan 2. Metode dakwah bil hal 3. Metode Keteladanan 4. Metode Ikrar (Mengulang Materi yang Telah Lalu) Adapun penyampaian materi dakwah yang selama ini dilakukan oleh para da’i dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah berjalan dengan terjadwal yakni terbentuk dalam pengajian ibu-ibu yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali, seminggu sekali dan pada hari-hari tertentu. Materi yang digunakan oleh da’i dalam menyampaikan pesan dakwahnya adalah bersumber dari Al-Qur’an dan Ass-Sunnah, sumber ini mereka gunakan sebagai pedoman dalam menyampaikan berbagai macam materi agama Islam yang meliputi berbagai macam bidang, seperti akidah, syari’ah, akhlak, dan ilmu pengetahuan lainya yang dapat mendukung tercapainya tujuan dakwah Sedangkan masyarakat atau mad’unya yang ada disini mayoritas beragama Islam yang terdiri dari berbagai macam suku dan budaya, yakni suku lampung, jawa, sunda yang mana diantara suku tersebut tentunya memiliki adat dan kebudayaan yang berbeda dari masing-masing, serta dari berbagai organisasi 45 agama Islam yang berbeda-beda seperti Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan LDII. Membina keutuhan jamaah atau masyarakat dalam bentuk bergotong-royong dalam mewujudkan kesejahteraan bersama, yakni setiap umat manusia perlu membina ukhuwah Islamiyah, kerja sama demi tercapainya kerukunan dan kesejahteraan antara masyarakat setempat. Oleh sebab itu sangat penting peran da’i dalam membina masyarakat untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah supaya melahirkan umat muslim yang berkualitas, memberikan dorongan atau motivasi tentang ajaran Allah SWT. juga menumbuhkan kehidupan khairu ummah, demi tercapainya ukhuwah Islamiyah khususnya pada masyarakat atau jamaah Majelis Ta’lim Jami’iyah Istighosah AlMu’awwanah.