peraturan daerah kabupaten agam nomor 03 tahun 2007 tentang

advertisement
PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM
NOMOR 03 TAHUN 2007
TENTANG
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
KAWASAN PASAR KONVEKSI AMUR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI AGAM,
Menimbang : a.
bahwa untuk menciptakan suatu lingkungan yang tertata
dengan baik sesuai dengan kaidah perencanaan, dan untuk
menyusun kerangka kebijaksanaan tata bangunan dan
lingkungan yang aplikatif sesuai dengan kondisi daerah
setempat, aspirasi masyarakat, pemerintah dan swasta
pada kawasan Pasar Konveksi Amur, perlu ditetapkan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan
Pasar Amur.
b.
bahwa untuk terwujudnya maksud huruf a di atas
pengaturan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) Kawasan Pasar Amur perlu ditetapkan dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Agam.
1.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan
Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Sumatera
Tengah (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 25 );
2.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara 3046);
3.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara 2576 );
4.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan Dan
Pemukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23,
Tambahan Lembaran Negara 3461);
5.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran
Negara 3501);
6.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara 3699);
Mengingat :
7.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4247);
8.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4389);
9.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentrrkan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);
10. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Perrrerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437);
12. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4441);
13. Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun
2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun
2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36,
Tambahan Lembaran Negara 3258);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan
(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 37, Tambahan Lembaran
Negara 3293 );
16. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa
(Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 35, Tambahan Lembaran
Negara 3441);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah Dan Kewenangan Propinsi Sebagai
Daerah Otonom (Lembaran Negara 2000 Tahun 19 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara 3952);
18. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Penggadaan
Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum;
19. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan
atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Penggadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum;
20. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 13 Tahun
1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Daerah
Tingkat I Sumatera Barat 1990-2005;
21. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 7 Tahun 2002 tentang
Tata Bangunan (Lembaran Daerah Kabupaten Agam Tahun 2002
Nomor 12);
22. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 11 Tahun 2005
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten
Agam Tahun 2006¬2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Agam
Tahun 2005 Nomor 11).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN AGAM
dan
BUPATI AGAM
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM TENTANG RENCANA
TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PASAR
KONVEKSI AMUR
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Daerah, selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten Agam adalah
Bupati dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah
daerah.
2. Daerah adalah Kabupaten Agam.
3. Bupati adalah Bupati Agam.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat dengan DPRD,
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Agam
5. kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindungn atau budi daya.
6. Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan kontruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas
dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia
melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiataan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan
khusus.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Bangunan Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi
dan umur bangunan dinyatakan antara 5 tahun sampai dengan 15 tahun
Bangunan Semi Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi
konstruksi dan umur bangunan dinyatakan antara 5 tahun sampai
dengan 15 tahun.
Banguan Sementara/Darurat adalah bangunan yang ditinjau dari segi
konstruksi dan umur bangunan dinyatakan kurang dari 5 tahun.
Kavling atau perkarangan adalah suatu perpetakan tanah, yang menurut
pertimbangan pemerintah daerah dapat dipergunakan untuk tempat
mendirikan bangunan.
lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya.
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan
ruang udara sebagai suatu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk hidup lainnya hidup dan melakukan kegiatannya serta
memelihara kelangsungan hidupnya.
Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang yang
mencakup kawasan lindung dan kawasan budidaya, baik direncanakan
maupun tidak yang menujukkan hirarki dan keterkaitan pemanfaatan
ruang.
Penataan Ruang adalah proses perencanaan, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
Rencana Kota adalah rencana pengembangan kota yang disiapkan secara
tekhnis dan non tekhnis baik yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah atau
Pemerintah Pusat, yang merupakan kebijaksanaan pemanfaatan muka bumi
wilayah kota termasuk udara diatasnya dan menjadi pedoman pengarahan dan
pengendalian pelaksanaan pembangunan.
Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan adalah hasil perencanaan yang
berisi suatu pedoman tekhnis (disain tiga dimensi) dan program tata
bangunan dan lingkungan, serta berisi pedoman-pedoman untuk
mengendalikan perwujudan bangunannya.
Garis Sempadan adalah garis pada halaman pekarangan perumahan
yang ditarik sejajar dengan as jalan, tepi sungai, atau as pagar dan
merupakan batas antara bagian kavling/ pekarangan yang boleh
dibangun dan yang tidak boleh dibangun bangunan.
Garis Sempadan Bangunan selanjutnya disingkat GSB merupakan jarak
bebas minimum dari bidang terluar satu massa bangunan terhadap
batas lahan yang dikuasai, batas tepi sungai/pantai, antar massa
bangunan lainnya, rencana saluran, jaringan tegangan tinggi listrik,
jaringan pipa gas dan sebagiannya
Koefesien Dasar Bangunan selanjutnya disingkat KDB adalah bilangan pokok
atas perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dengan luas
kavling/pekarangan.
Koefesien Lantai Bangunan selanjutnya disingkat KLB adalah bilangan pokok
atas perbandingan antara total luas lantai bangunan dengan luas
kavling/pekarangan.
Ketinggian Bangunan adalah jarak yang diukur dari permukaan lantai
dasar bangunan sampai dengan titik puncak dari bangunan.
23. Peil adalah elevasi atau titik ketinggian yang dinyatakan dengan satuan
meter sebagai pedoman dalam mendirikan bangunan
24. Peil Banjir adalah elevasi atau titik/batas ketinggian banjir tertinggi
yang pernah terjadi dan tercatat pada suatu lokasi.
25. Peil Bangunan adalah titik ketinggian lantai dasar bangunan.
26. Fasade Bangunan adalah tampilan muka bangunan yang di design
berdasarkan pertimbangan fungsi bangunan, estetika bangunan (corak
arsitektur), pencirian fungsi serta penyesuaian dengan kondisi alam
guna (keselamatan dan kenyamanan dari matahari dan angin) serta
keserasian dengan lingkungan sekitarnya.
27. Ruang terbuka untuk umum adalah ruang terbuka yang dapat
dimanfaatkan oleh setiap orang tanpa ada batasan, baik yang
dipergunakan untuk kegiatan sosial, ekonomi, rekreasi maupun yang
dipergunakan lintasan pergerakan.
28. Daerah Manfaat Jalan yang selanjutnya disebut DAMAJA adalah meliputi
daerah bagan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamanannya.
29. Daerah Milik Jalan yang selanjutnya disebut DAMIJA/DMJ adalah
meliputi daerah manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu diluar daerah
manfaat jalan.
BAB II
KAWASAN PASAR AMUR
Pasal 2
(1) Kawasan Panas Amur dengan Wilayah perncanaan meliputi lahan atau
kawasan seluas 131 ha, yang dihitung dad 200 meter kiri kanan jalan
nasional yang dimulai dari batas wilayah Agam Tanah Datar sampai
dengan 5.950 m ke arah Kota Bukittingi
(2) Pada kawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) terdapat area prioritas
seluas 15 ha.
(3) Kawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) selengkapnya tercantum pada
Lampiran I Peraturan Daerah ini.
BAB III
PENATAAN KAWASAN
Bagian Pertama
Pemanfaatan dan Peruntukan Lahan Kawasan
Pasal 3
(1) Penataan pemanfaatan lahan kawasan Pasar Amur dibagi menjadi 3 (tiga) zona
koridor, yaitu:
a. Zona Koridor A yang teretak pada Jorong Giriang-giriang dan Jorong Talao
yang prioritas pengembangannya untuk kegiatan perdagangan, rekreasi
dan fasilitas jasa pendukung perjalanan.
b. Zona Koridor B yang terletak pada Jorong Batagak yang prioritas
pengembangannya untuk kegiatan permukiman terbatas, lahan terbuka
hijau dan kawasan campuran.
c. Zona Koridor C yang terletak pada Jorong Sungai Landai, Sungai Buluah
dan Cingkariang yang prioritas pengembangannya untuk kegiatan
perdagangan dan jasa seperti jasa penyedia makanan, jasa perbengkelan,
dan otomotif.
(2)
Peruntukan Zonasi sebagaimana dimaksud ayat (1) tercantum pada Lampiran II
Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Penataan Wujud Bangunan
Pasal 4
Penataan Wujud Bangunan meliputi :
1. Garis sempadan Bangunan;
2. Koefisien Dasar Bangunan;
3. Koefisien Lantai Bangunan;
4. Ketinggian Bangunan ;
5. Peil Bangunan;
6. Orientasi Bangunan;
7. Arsitektur Bangunan;
8. Fasade Bangunan.
Pasal 5
(1) Garis sempadan bangunan dihitung dari pondasi bangunan terluar yang
sejajar dengan as jalan, ditentukan berdasarkan klasifikasi jalan.
(2) Garis sempadan bangunan dari masing-masing jalan di Kawasan Pasar
Konveksi Amur adalah sebagai berikut :
a. Jalan Nasional, Ruas Jalan Padang - Bukittinggi ditetapkan minimal:
1. 27 meter bagi bangunan yang tidak bertingkat,
2. 34 meter bagi bangunan ber ingkat yang diukur dari as jalan.
b. Jalan Propinsi ditetapkan minimal 17,5 meter yang diukur dari as jalan.
c. Jalan Kabupaten ditetapkan 10,5 meter yang diukur dari as jalan.
(3) Untuk jalan-jalan lain yang tidak termasuk klasifikasi (2) diatas ditetapkan
dengan ketentuan setengah lembar Damaja ditambah 1 meter dihitung dari
garis Damija/DMJ.
(4) Disamping pengaturan Garis Sempadan Bangunan sebagaimana, yang
dimaksud ayat (1) juga diatur Garis Sempadan terhadap bangunan
sekitarnya yaitu :
a. Garis sempadan Belakang Bangunan minimal 2 meter dari dinding
bangunan bagian belakang terluar, diukur dari atas tanah bagian
belakang;
b. Garis sempadan Samping Bangunan berjarak minimal 1,5 meter dan
dinding bangunan bagian samping terluar, diukur dari atas tanah
bagian samping.
Pasal 6
(1) Koefisien Dasar Bangunan ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian
lingkungan, resapan air hujan, daerah terbuka hujau, pencegahan terhadap
bahaya kebakaran, fungsi bangunan, estetika bangunan serta keselamatan
dan kenyamanan bangunan.
(2) Koefisien Dasar Bangunan dari masing-masing Zona dan Blok adalah :
ZONA
A
B
C
BLOK
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
B1
B2
B3
B4
B5
B6
B7
C1
C2
C3
C4
C5
C6
C7
C8
C9
PENGUNAAN LAHAN
Perdagangan, jasa dan fasilitas pendukung
Rekreasi, Perumahan
Lahan Konservasi terbuka Hijau
Perumahan Terbatas
Perumahan, Perdagangan dan jasa
Jasa dan rekreasi
Perdagangan dan jasa
Perumahan dan sarana sosial
Lahan terbuka hijau
Lahan terbuka hijau
Perumahan Terbatas
Perumahan
Pertanian
Perumahan
Pertanian dan perumahan terbatas
Campuran (Perdagangan, jasa, Perumahan )
Perdagangan, jasa dan perumahan
Perumahan
Perumahan dan sarana sosial
Perumahan dan sarana sosial
Perumahan dan sarana sosial dan perdaganan
Pasar
Perdagangan, jasa dan perumahan
Perumahan
Pertanian
KDB (%)
60
20
20
20
20
40
40
20
40
40
20
40
40
20
40
40
60
60
40
40
-
Pasal 7
(1) Koefisien Lantai Bangunan ditentukan atas dasar pertimbangan optimalisasi
pemanfaatan ruang, daya dukung tahan, sosial budaya, fungsi bangunan,
keselamatan dan kenyamanan bangunan.
(2) Koefisien Lantai Bangunan dari masing-masing Blok Kawasan Pasar Konveksi
Amur adalah :
ZONA BLOK
PENGUNAAN LAHAN
KDB (%)
A
A1
Perdagangan, jasa dan fasilitas pendukung
1,2
A2
Rekreasi, Perumahan
A3
Lahan Konservasi terbuka Hijau
A4
Perumahan Terbatas
0,4
A5
Perumahan, Perdagangan dan jasa
0,4
A6
Jasa dan rekreasi
0,4
A7
Perdagangan dan jasa
0,8
A8
Perumahan dan sarana sosial
0,8
A9
Lahan terbuka hijau
B
B1
Lahan terbuka hijau
B2
Perumahan Terbatas
0,2
B3
Perumahan
0,8
B4
Pertanian
-
C
B5
B6
B7
C1
C2
C3
C4
C5
C6
C7
C8
C9
Perumahan
Pertanian dan perumahan terbatas
Campuran (Perdagangan, jasa, Perumahan )
Perdagangan, jasa dan perumahan
Perumahan
Perumahan dan sarana sosial
Perumahan dan sarana sosial
Perumahan dan sarana sosial dan perdaganan
Pasar
Perdagangan, jasa dan perumahan
Perumahan
Pertanian
0,8
0,2
0,8
0,8
0,8
0,8
0,4
1,2
1,2
0,8
0,8
-
Pasal 8
(1) Ketinggian banguan ditentukan atas dasar pertimbangan, lebar jalan, daya
dukung tanah, fungsi bangunan, keserasian dengan lingkungan sekitarnya
(2) Ketinggian bagunan pada masing-masing Zona dan blok Kawasan Pasar
Konveksi Amur adalah :
KETINGGIAN
ZONA
BLOK
PENGUNAAN LAHAN
MAKSIMAL
A
A1
Perdagangan, jasa dan fasilitas pendukung
1-2 Lantai
A2
Rekreasi, Perumahan
A3
Lahan Konservasi terbuka Hijau
A4
Perumahan Terbatas
1-2 Lantai
A5
Perumahan, Perdagangan dan jasa
1-2 Lantai
A6
Jasa dan rekreasi
1-2 Lantai
A7
Perdagangan dan jasa
1-2 Lantai
A8
Perumahan dan sarana sosial
2 Lantai
A9
Lahan terbuka hijau
B
B1
Lahan terbuka hijau
B2
Perumahan Terbatas
1 Lantai
B3
Perumahan
2 Lantai
B4
Pertanian
B5
Perumahan
2 Lantai
B6
Pertanian dan perumahan terbatas
1 Lantai
B7
Campuran (Perdagangan, jasa, Perumahan)
2 Lantai
C
C1
Perdagangan, jasa dan perumahan
1-2 Lantai
C2
Perumahan
2 Lantai
C3
Perumahan dan sarana sosial
1-2 Lantai
C4
Perumahan dan sarana sosial
1-2 Lantai
Perumahan
dan
sarana
sosial
dan
perdaganan
C5
2 Lantai
C6
Pasar
1-2 Lantai
C7
Perdagangan, jasa dan perumahan
1-2 Lantai
C8
Perumahan
2 Lantai
C9
Pertanian
-
Pasal 9
(1) Peil bangunan ditetapkan sekurang-kuranganya 50 Cm dari elevasi atau Peil
Banjir.
(2) Apabila kawasan perencanaan tidak mempunyai data dan peta peil banjir,
sehingga ditetapkan peil bangunan adalah minimal 50 Cm diatas peil jalan
atau jembatan terdekat.
Pasal 10
(1) Orientasi bangunan ditetapkan atas pertimbangan estetika lingkungan, desain
ruang yang diinginkan, serta faktor kultural yang mengikat.
(2) Orientasi bangunan pada kawasan perencanaan adalah sebagai berikut :
a. Untuk bangunan mesjid dan musholla menghadap kearah kiblat;
b. Untuk Bangunan pendidikan diutamakan berorientasi kedalam sehingga
dapat membentuk ruang fungsional bagi arena bermain pada halaman
tengah.
c. Untuk bangunan lainnya diarahkan untuk berorientasi ke jalan terdekat.
Pasal 11
Corak Arsitektur bangunan pada kawasan perencanaan adalah :
a. untuk bangunan kelembagaan atau perkantoran memakai arsitektur tradisional
Minangkabau.
b. Untuk bangunan sosial, pendidikan, dan perdagangan diarahkan menggunakan
corak arsitektur post modern atau keserasian dengan bangunan sekitarnya.
Pasal 12
Fasade bangunan pada masing-masing fungsi bangunan adalah sebagai berikut :
a. bangunan kelembagaan atau perkantoran fasadenya harus berkesan formal dengan
bukaan memadai pada bagian koridor serta pemakaian elemen-elemen arsitektural
minangkabau.
b. bangunan perdagangan dan jasa (toko, ruko) sepanjang jalan nasional disarankan
mempunyai kesan menarik, fungsional dengan tetap memperhatikan keserasian
dengan bangunan sekitamya.
c. bangunan Fasilitas Umum dan sejenisnya, fasadenya harus berkesan formal dengan
bukaan memadai pada bagian koridor serta memberikan ruang terbuka bagi
pergerakan seperti selasar pada bagian depan bangunan.
Bagian Ketiga
Penataan Lingkungan
Pasal 13
Ruang terbuka untuk umum dipergunakan untuk:
a. Area Parkir kendaraan di Pasar Konveksi Amur dan kawasan rekreasi Talago;
b. Area Bongkar Muat di Pasar Konveksi Amur;
c. Terminal Angkutan;
d. Ruang terbuka hijau di Pasar Konveksi Amur dan kawasan rekreasi Talago;
e. Jalur pejalan kaki pada kiri kanan sepanjang jalan Padang Bukittinggi, Pasar
Konveksi Amur dan kawasan rekreasi Talago.
Pasal 14
(1) Pohon pelindung ditempatkan pada kiri kanan ruas Jalan Padang Bukittinggi, Pasar
Konveksi Amur dan kawasan rekreasi Talago.
(2) Jenis pohon pelindung yang ditanam diutamakan pohon yang cepat besar,
kuat, bertajuk lebar dan daunnya tidak gugur.
(3) Khusus untuk ruas jalan Padang Bukittinggi, pohon pelindung yang digunakan
pohon bertajuk vertikal dan bertajuk kerucut.
(4) Jarak tanam pohon pelindung disesuaikan kebutuhan ruang dasar dari jenis pohon
yang dipilih.
Pasal 15
(1)
(2)
Khusus banguan yang berada pada kawasan kiri kanan ruas jalan Nasional harus
memiliki ruang parkir yang berada di halaman dan atau dibagian bangunan.
Ruang Parkir sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan berdasarkan jenis
kegiatan, yaitu :
PETAK PARKIR
NO
JENIS KEGIATAN
SATUAN
(RODA EMPAT )
1
Industri
100 M2
2
2
Gudang
100 M2
2
2
3
Toko
240 M
7
4
Kantor
100 M2
3
5
Hotel
3 tempat tidur
2
6
Biro Perjalanan
100 M2
3
7
Rumah Makan / Restoran
6 meja makan
5
8
Motel
1 kamar
1
9
Bioskop
10 tempat
1
10 Rumah Sakit
2 tempat
2
11 Rumah
1 rumah
1
BAB IV
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 16
Dalam kegiatan penataan Kawasan Pasar Konveksi Amur masyarakat berhak :
a. berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang;
b. mengetahui secara terbuka Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan
Pasar Konveksi Amur;
c. Menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari
penataan ruang atau penataan bangunan dan lingkungan;
d. Memperoleh penggantian yang layak atas-kondisi yang dialaminya sebagai
akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata
ruang
Pasal 17
(1) untuk mengetahui rencana tata bangunan dan lingkungan Kawasan-- Pasar
Konveksi Amur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, selain masyarakat
mengetahui dari Lembaran Kabupaten Agam, masyarakat dapat mengetahui
rencana tata bangunan dan lingkungan yang telah ditetapkan melalui
pengumuman atau penyebarluasan oleh Pemerintah Kabupaten Agam pada
tempat tempat yang memungkinkan masyarakat mengetahui dengan mudah;
(2) Pengumuman atau penyebarluasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diketahui masyarakat dari penempelan/ pemasangan peta rencana tata ruang
yang bersangkutan pada tempat-tempat umum dan kantor-kantor yang secara
fungsional manangani rencana tata ruang tersebut.
Pasal 18
(1) Dalam menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai
akaibat penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal 16
pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan atau kaidah yang berlaku;
(2) Untuk menikmati dan memanfaatkan ruang berserta sumber daya alam yang
terkandung didalamnya, menikmati manfaat ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat(1) yang dapat beruga mantaat ekonomi, sosial dan lingkungan
dilaksanakan atas dasar pemilikan, penguasaan, atau pemberian hak tertentu
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undang, ataupun atas hukum
adat dan kebiasaan yang berlaku atas ruang pada masyarakat setempat.
Pasal 19
(1) Hak memperoleh penggatian yang layak atas kerugian terhadap perubahan
status semula yang dimiliki oleh masyarakat sebagai akibat pelaksanaan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pasar Konveksi Amur yang
diselengkarakan
dengan
cara
musyawarah
antara
pihak
yang
berkepentingan;
(2) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian yang layak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka penyelesaiannya dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 20
Dalam kegiatan penataan Kawasan Pasar Konveksi Amur masyarakat wajib :
a. Berperan serta dalam memelihara kualitas ruang;
b. Berlaku tertib dalam keikutsertaannya pada proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;
c. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
Pasal 21
(1)
(2)
Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan Kawasan Pasar Konveksi Amur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dilaksanakan dengan mematuhi dan
menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu dan aturan-aturan penataan ruang yang
ditetapkan dengan peraturan perundang undangan;
Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dipraktekkan masyarakat secara turun
temurun dapat ditetapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya dukung
lingkungan, estetika lingkungan, lokasi, dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat
menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras dan seimbang.
Pasal 22
Dalam pemanfaatan ruang Kawasan Pasar Konveksi Amur, peran serta
masyarakat dapat berbentuk :
a. pemanfaatan ruang daratan, ruang perairan, dan ruang udara berdasarkan peraturan
perundang-undangan, agama, adat, atau kebiasaan yang beriaku;
b. bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan wujud struktural dan pola
pemanfaatan ruang di kawasan perdesaan dan perkotaan;
c. penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan Kawasan Pasar Konveksi Amur;
d. konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya untuk
tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas;
e. perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan Kawasan Pasar Konveksi Amur;
f. pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan ruang dan / atau kegiatan
menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Pasal 23
(1)
(2)
(3)
Tata cara peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang di Kawasan Pasar
Konversi Amur sebagaimana dimaksud Pasal 22, dilakukan sesuai dengan peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku;
Pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
dikoordinasi oleh Kepala Daerah termasuk pegaturannya pada tingkat kecamatan
sampai dengan Desa/Nagari;
Peran serta masyarakat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara tertib sesuai dengan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pasar
Konveksi Amur.
Pasal 24
Dalam pengendalian pemanfaatan ruang, peran serta masyarakat dapat berbentuk :
a. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang Kawasan Pasar Konveksi Amur, termasuk
pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang dan / atau
b. bantuan pemilikan atau pertimbangan untuk penertiban kegiatan pemanfaatan ruang
dan peningkatan kualitas pemanfaatan ruang.
Pasal 25
Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Pasar
Konveksi Amur disampaikan secara lisan atau tertulis mulai dari tingkat
Desa/Nagari se Kecamatan kepada Kepala Daerah dan pejabat yang berwenang.
BAB V
KETENTUAN PIDANA
Pasal 26
(1)
(2)
(3)
Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12, 13, 14, dan Pasal 15 diancam pidana kurungan paling lama
3 ( tiga ) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.00,- (lima juta rupiah)
Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah tindak pidana
pelanggaran.
Selain tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tindak
pidana yang mengakibatkan kerusakan dan pencemaran lingkungan
diancam pidana sesuai dengan paraturan dan perundang-undangan
yang berlaku.
BAB VI
PENYIDIKAN
Pasal 27
(1)
(2)
Selain Pejabat Penyidik Umum yang bertugas menyidik tindak pidana,
penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Daerah ini jugs dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di
lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus sebagai
Penyidik
Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan
mengenai orang pribadi atau badan, tentang kebenaran perbuatan
yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi
Daerah, agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan
jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan, dokumen-dokumen lain serta melakukan
penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan
atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang atau dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf c dan e;
(3)
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi
Daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan lain yang diperlukan untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 28
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang
mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Agam.
Ditetapkan di Lubuk Basung
pada tanggal 7 Februari 2007
BUPATI AGAM
dto
ARISTO MUNANDAR
Diundangkan di Lubuk Basung
pada tanggal 7 Februari 2007
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN AGAM
dto
Drs. H. AZWAR RISMAN THAHER
NIP. 410003648
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN AGAM TAHUN 2007 NOMOR 3
Download