t1njauan hukum internasional tentang konsep netralitas dalam

advertisement
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG
KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGQA
SURABAYA
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TINJAUAN
HUKUM
INTERNASIONAL
TENTANG
KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
S K R I P S I
DIAJUKAN
DAN
UNTUK
MEMENUHI
MENCAPAI
MELENGKAPI
TUGAS
SYARAT-SYARAT
UNTUK
GELAR
SARJANA
HUKUM
OLEH
EVELINA
PADMASARI
WIRANTO
038512093
FAKULTAS
HUKUH
UNIVERSITAS
AIRLANGGA
S U R A B A Y A
19
Skripsi
8 9
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DIUJI
PADA
K E T U A
J. HEHDY
AN
15
DESEMBER
T E D J ONA GO RO, S.H.
:
, S.H.
ANGGQTA
:
1. HERMAWAN
P S . NOT0DIPOERO,
2. I WAYAN TITIB SULAKSANA,
Skripsi
1989
:
SEKRETARIS
EH
TANGGAL
S
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Sebab segala sesuatu adalah dari Dia,
dan oleh Dia, dan kepada Dia:
Bagi Dialah kemuliaan sampai selaraa-lamanya.
kupersembahkan kepada
'Pa dan
Skripsi
'Ma tercinta
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
KATA
Segala pujian,
bagi
Allah
Bapa
PENGANTAR
syukur,
dan Tuhan
hormat dan kemuliaan
hanya
Yesus
telah
Kristus
yang
menyertai saya dengan kasih karunia dan rahmat,
sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini,
kasih
kepada
mendidik
saya ingin mengucapkan
papa dan mama yang telah
saya dengan kasih yang tulus.
mengucapkan
terima
membesarkan
Selain
itu,
terima kasih dan penghargaan yang
dan
saya
setinggi-
tingginya kepada:
1. Bapak
Hermawan
dengan
lisan
Ps.
Notodipoero,
S.H.,
M.S.,
yang
periuh kesabaran dan perhatian membimbing penuskripsi
ini, sehingga dapat diselesaikan dengan
baik.
2. Bapak J. Hendy
T e d jo nag or o, S.H. yang telah
bersedia
menjadi ketua penguji.
3. Bapak Eman,
4. Bapak
I
S.H.,
M.S. yang bersedia menjadi penguji.
Wayan Titib Sulaksana,
S.H.,
M.S.,
sebagai
penguji dan teman diskusi yang banyak memberi dorongan
dan saran yang sangat membantu saya.
5. Saudara-saudaraku seiman di Jakarta yang telah m em b a n ­
tu saya selama saya mengumpu 1kan data di Jakarta.
6. Kakakku
Jusuf
dan
saudaraku seiman,
membantu pengetikan skripsi
Judy
S.
ini.
7. Stiinua rekan yang tak dapat saya sebutkan namanya,
telah
y-frnf?
menolong saya dengan meminjamkan
y.*r.*T
buku-buku j,m
v
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
bahan-bahan
lainnya,
Akhirnya,
bermanfaat
saya
maupun dengan doa dan perhatian.
berharap
bagi para pembaca dalam
semoga
skripsi
rangka
ini
pengembangan
studi mengenai ASEAN.
Surabaya,
24 Desember 1989
Penulis
vi
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
D A F T A R
KATA
P E N G A N T A R .........................................
DAFTAR
BAB
I S I
v
I S I .............................................
vii
I : PENDAHULUAN . . .............................. .
1
1. Per mas al aha n: Latar Belakang dan Rumusa n n y a .....................................
BAB
1
2. Penjelasan J u d u l .........................
6
3. Alasan Pemilihan J u d u l ..................
7
4. Tujuan P e n u l i s a n .........................
7
5 . M e t odologi................................
8
6. Pertanggungjawaban Sistematika.........
9
II: DEKLARASI KUALA LUMPUR TENTANG Z O P F A N ....
11
1. Latar Belakang Lahirnya Deklarasi Kuala
Lumpur tentang 2 0 P F A N ...................
2. Deklarasi Kuala Lumpur ditinjau
dari
Hukum Perjanjian Internasional.........
BAB
11
14
III: KCNSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA
LUMPUR
1 9 7 1 .................................
23
1. Netralitas aebagai Konsep Hukum Inter­
national ......... .........................
23
a. Sejarah dan perkembangan konsepsi
netra litas............................
b. Pengertian n e t r a l i t a s ................
2. Netralitas dalam Deklarasi Z O P F A N .....
BAB
2 'i
j...
3'
IV: KONSEP NETRALITAS DEKLARASI ZOPFAN DALAM
P R A K T E K .......................................
45
vii
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
1. Usaha-usaha yang Dilakukan dalam Rangka
Hewujudkan Netralisasi Asia Tenggara...
45
2. Hambatan-hambatan dalam Usaha Mewujud-
BAB
DAFTAR
kan Natralisasi Asia T e n g g a r a ..........
48
V: P E N U T U P .......................................
53
1. K e s i m p u l a n ................................
53
2 . Saran ......................................
55
BACAAN
viii
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Pe rm asa la han : Latar Belakang dan RumaSArinx&
Organisasi
regional ASEAN (Association
East Asian Nation),
8
Agustus 1967,
Ramos
yang ditandatangani oleh
Thanat
dan
pendiri
dari
Bangkok,
Menlu
dari
Muangthai,
Narciso
Indonesia,
Wakil
Perdana
Pembangunan Nasional Malaysia Tun
Menlu
ASEAN
regional
Menlu Adam Malik
Khoman
henteri/Menteri
Razak
lahir berdasarkan Deklarasi
dari Philipina,
Menlu
of -South
S. Rajaratnam
dari
ini menyadari arti
dengan
tidak
Abdul
Singapura.
pentingnya
mengesampingkan
Para
kerjasama
pengalaman-
pengalaman dari wadah-wadah regional sebelumnya.
Menurut
wadah
J.
kerjasama
Soedjati
regional
Djiwandono,
tidak
ASEAN
sebagai
memperlihatkan
fokus,
penekanan atau titik berat pada sesuatu bidang kehidupan.
Bagian
pertama
"PERTAKA,
Deklarasi
Bangkok
sekedar
menyatakan,
pembentukan suatu Perserikatan bagi
Kerjasama
Regional di antara negara-negara Asia Tenggara yang
dikenal sebagai Perserikatan Bangsa-bangsa Asia
akan
Tenggara
(ASEAN).1
Lebih
bahwa
lanjut
motivasi
J. Soedjati
utama
didirikannya
kerjasama
pertimbangan
politik
dinyatakan
yang
melandasi
ASEAN
dan
Djiwandono
dan
adalah
keamanan.
secara tegas dan eksplisit,
menyatakan
mendorong
pertimbangan
Walaupun
tidaK
berdirinya
ASEAN
1
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
tidak
dapat
politik
waktu
dilepaskan
konfrontasi
kaitannya
Indonesia
2
dengan
terhadap
itu. Didirikannya ASEAN atas
berakhirnya
Malaysia
prakarsa
pada
Indonesia,
dapat dianggap sebagai bukti dan jaminan tekad dan itikad
baik pihak Indonesia untuk mengakhiri politik konf-rontasi
dan
memulai
policy),
selain
bergantinya
pada
itu
haluan
mulanya
terutama
luar
politik bertetangga
juga
baik
tersebut
neighbour
dan
didorong
dimungkinkan
politik luar negeri
Indonesia
dekat dengan negara-negara
Uni Soviet dan kemudian RRC,
negeri
(good
yang
lebih condong
adalah
pencerminan
ke
blok
komunis,
ke suatu
Barat.
perubahan
Indonesia
ke arah sikap antikomunis yang
peristiwa
pemberontakan PKI pada tahun
yang
politik
Kedua
hal
dalam
negeri
timbul
karena
1965.
Persamaan
sikap politik dan orientasi ideologi yang non-komunis
antara kelima negara anggotanya merupakan faktor
di
penting
yang ikut memupuk persatuan mereka dalam ASEAN.
Pertimbangan
ASEAN,
keamanan bagi kelima negara
dalam Deklarasi Bangkok dinyatakan dalam
anggota
kalimat,
bahwa mereka ” ... bertekad untuk menjamin stabilitas
dan
keamanan mereka dari campur tangan luar dalam bentuk
dan-
manifestasi
ASEAN,
mereka
menyelesaikan
secara damai,
mereka
apapun....".
mampu
berusaha
Jadi,
dengan
mencegah,
konflik-konflik
intra
bersatu
dalam
membendung
regional
sehingga dengan solidaritas
mencegah kemungkinan campur
yang mengancam keamanan,
Skripsi
2
dan
mereka
persttuan
tangan
keutuhan dan kedaulatan
dan
Suing
mereka.
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
3
Adapun
bentuk-bentuk
kerjasama yang
disebutkan
secara
terinci dalam Deklarasi Bangkok ditujukan untuk mendukung
maksud
dan tujuan pokok ASEAN yang bersifat politik
dan
bersendikan pada segi keamanan tersebut.
Kerjasama ASEAN dalam bidang politik tampak'
Deklarasi
(Zone
dalam
Kuala Lumpur 1971 yang dikenal sebagai
of Peace, Freedom and Neutrality),
yaitu
wilayah
Asia Tenggara sebagai Kawasan Damai,
Netral.
ZOPFAN,
yang
ditandatangani
ZOPFAN
konsepsi
Bebas
pada
dan
tanggal
27
November 1971 oleh wakil-wakil dari kelima negara ang&ota
ASEAN,
dalam
tersebut
menyatakan
bahwa
mendasarkan diri kepada "Deklarasi
Perdamaian
yang
preambulenya
Deklarasi
Peningkatan
Dunia dan Kerjasama" Konferensi Bandung
memaklumkan
adanya
prinsip-prinsip
1955
hidup
4
berdampingan secara damai (peaceful co-existence).
Deklarasi
tentang
Kuala
netralitas,
Lumpur
tidak
tetapi juga masalah
kemerdekaan.
Adapun
(neutrality)
ditafsirkan
tentang
oleh tim
kata
ahli
hanya
mengatur
perdamaian
dan
"netralitas"
ASEAN
sebagai
b e r i k u t :^
Neutrality
means
the
maintenance
as
a state
of
impartiality
in
any
war between
other
states
as
understood
in international law and in the
light of
the
UN Charter; however, taken in context
of
the
Kuala
Lumpur Declaration, it means that Zone
states:
shall
undertake to maintain their
impartiality
and
shall
refrain
from
involvement,
directly
or
indirectly,
in
ideological,
political,
economic
armed
or
other
forms
of
conflict,
particularly
between
powers outside the Zone, and outside
powers
shall
not
interfere
in
the domestic
or region'll
affairs of the Zone states.
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Konsep
netralitas
4
yang dikembangkan
oleh
banyak mendapat inspirasi dari adanya persaingan
negara adikuasa,
ASEAN
negara-
baik antara AS dan US di satu pihak, dan
Sino- Soviet di pihak lain. Dengan demikian jelas,
netralitas
ASEAN berbeda dengan konsep
konsep
netralitas
yang
dikenal dalam hukum internasional.
Konsep
netralitas
pada
mulanya
tumbuh
dari
pengertian politik internasional sebagai usaha pengaturan
hubungan
internasional.
internasional
Grotius.
muncul
Netralitas sebagai konsep
pada abad XVII,
dikemukakan
Dalam bukunya"The Law of War and
disimpulkan
memihak,
terdapat
dapat
bahwa kenetralan bukanlah suatu sikap
tidak
dalam arti tidak membantu
dengan
"unjust
perkembangan
Hukum Internasional,
menggunakan
oleh
Peace"
tetapi
berperang
hukum
cause''.
baru dengan
Pada
artinya
perang tidak membantu salah satu pihak;
memakai istilah "neutrality",
Dengan demikian,
g
tidak berpihak (impartial).
selanjutnya,
yang
XVIII,
dua
ahli
Bynkershoek
dalam
suatu
sedangkan
Vattel
yang berarti tidak
salah satu pihak.
Abad-abad
abad
munculnya
Bynkershoek dan Vattel.
istilah "non-hostess",
negara
memilih
netral di sini berarti
konsep
netralitas
terus
mengalami p er kem b a n g a n . Kulai dari Deklarasi Paris
1B56,
Konvensi Den Haag 1899 dan
cukup
1907. Perkembangan yang
berarti adalah akibat dari tidak dapat digunakannya
konsep-konsep
Kemudian
Skripsi
dalam
tersebut
dalam
Piagam PBB
Perang Dunia
diatur
bahwa
I
dan
latfi
II.
negara-ne^ara
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
anggota
b
PBB tidak mempunyai hak kenetralan mutlak.
negara-negara Dunia Ketiga,
konsep netralitas
berkembang
sebagai akibat rivalitas negara-negara super-power.
Bagi
terdiri
ASEAN,
dari
sebagai
organisasi
negara-negara
Bagi
7
regional
berkembang,
yang
netralitas
bukanlah berdiri sendiri dan metniliki pengertian sendiri,
tetapi
raerupakan
Freedom*',
yang
kelanjutan
dari
"Peace
bahwa
kemauan politik (political will) untuk bekerjasama
dalam
suatu
wilayah
damai,
harus
and
diakui
mewujudkan
dalam kenyataannya
kata
bebas
dan
netral
di
kawasan Asia Tenggara tampaknya tidak ditunjukkan
secara
seimbang
ASEAN.
oleh
Ketidakseimbangan
semua
tersebut
negara
anggota
tampak dengan
masih
sejumlah persekutuan pertahanan yang melibatkan
negara
anggota
ASEAN;
misalnya
persekutuan
adanya
sejumlah
pertahanan
antara Philipina dengan Amerika Serikat yang memberi
kepada
AS
(Jdara
untuk menggunakan Teluk Subic
Clark
pertahanan
sebagai pangkalan
dan
militernya.
hak
Pangkalan
Persekutuan
antara Muangthai dengan AS, yang menberi
hak
kepada
AS untuk membangun gudang logistik
perangnya
di
g
wilayah
Muangthai,
Bahkan beberapa
waktu
yang
lalu,
Singapura
Serikat
menawarkan
apabila
fasilitas militer
kepada
Amerika
Philipina tidak mau lagi
menjadi
g
rumafi bagi pangkalan-pangkalan AS pada tahun 1991.
Semua pangkalan militer itu bertujuan sama,
akan
secara
Skripsi
saling
membantu
militer
oleh
jika salah
negara
lain.
satu
Dan
pihak
jika
tuan
yaitu
diserang
hal
itu
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
6
terjadi,
maka
keadaannya
akan
semakin
rumit.
demikian
pencapaian gagasan ZOPFAN akan menjadi
Dengan
semakin
jauh.
Dari uraian di atas,
1. Seperti
kita ketahui,
negara
timbul p erm as ala ha n:
ZOPFAN dicetuskan oleh
anggota ASEAN melalui sebuah
Deklarasi
suatu
Kuala
Lumpur
deklarasi
1971.
deklarasi
Bagaimana
menurut
negarayaitu
kedudukan
Hukum
Perjanjian
Internas ional?
2. Sehubungan
atas
dengan konsepsi netralitas ASEAN
telah
disebutkan
netralitas
yang
Internasional,
tersebut
berbeda
biasa
di
dengan
mana
dengan
dikenal
letak
konsepsi
yang
konsepsi
dalam
Hukum
perbedaan
netralitas
di
konsepsi
dalam
Hukum
Internasional?
3. Bagaimana
konsep netralitas ASEAN
usaha-usaha
apa
yang
telah
dalam
prakteknya,
dilakukan
untuk
mewujudkannya?
Skripsi
ini
saya
beri
judul
"Tinjauan
Internasional
tentang Konsep Netralitas dalam
Kuala
1971“ ,
adalah
Lumpur
Konsep
Netralitas
konsep yang timbul dari kata
Deklarasi mengenai Zone of Peace,
yang
Hukum
Deklarasi
dimaksud
"Neutrality"
Freedom and
dalam
Neutrality
disingkat ZOPFAN yang ditandatangani di Kuala lumpur pada
27
Skripsi
November
1971.
Hukum
Internasional
juga
mengenai
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
7
konsep netralitas yang telah dikenal sejak beberapa
abad
yang l a m p a u . Skripsi ini berusaha menerangkan makna
yang
terkandung dalam konsep Netralitas yang dikembangkan oleh
negara-negara anggota ASEAN dengan jalan membandingkannya
dengan
konsep
Internasional
netralitas
dan
yang
pelaksanaan
ada
konsep
dalam
' Hukun
tersebut
dalam
pergaulan internasional.
3. Alasan Pemilihan Judul
Sampai sekarang masih belum ada keseragaman
langkah
di
antara negara-negara kawasan
untuk mewujudkan ZOPFAN.
Asia
gerak
Tenggara
Karena itu, melalui skripsi
saya mencoba untuk menyumbangkan peninjauan secara
Internasional
terhadap
ZOPFAN,
dalam
hal
ini
Hukum
ini
konsep
netralitas.
Walaupun demikian saya tidak menyangkal bahwa
sebenarnya
konsep
ZOPFAN
itu sendiri
merupakan
konsep
politik.
Tujuan penuligan skripsi ini, pertama adalah untuk
memenuhi salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi
oleh
seorang calon Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Airlangga
Surabaya.
Tujuan kedua adalah
untuk
sumbangan pikiran bagi berkembangnya studi tentang
memberi
ASEAN
khususnya konsepsi Netralitas yang tercetus dari Deklarn
si Kuala Lumpur
Skripsi
1971.
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
8
5.1. Pendekatan Masalah.
Pendekatan
adalah
yang
pendekatan
digunakan
dalam
penulisan
secara yuridis dan politis.
ini
Hal
ini
mengingat bahwa pendekatan yuridis saja tidak akan mendapatkan
suatu
hasil
yang baik,
karena
dalam
hubungan
internasional> kepsntingan nasional yang berwujud politik
luar
negeri cenderung menonjol dibanding
yang bersifat internasional.
dengan
aturan
Karena itu tidak salah
bila
dalam penulisan ini digunakan pendekatan politik pula.
5.2.
Sumber Data.
Dalam penulisan ini,
kan
studi
sumber data diambil berdasar-
kepustakaan yang berupa
buku,
majalah,
dan
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi
ini
sura t k a b a r .
5.3. Analisis Data.
adalah metode deskriptif,
gunaan
komparatif dan analisis.
metode deskriptif dimaksudkan
fakta-fakta
berdirinya
yang
ada, yaitu
untuk
sejarah,
ASEAN dan lahirnya ZOPFAN,
Peng-
membeberkan
latar
belakang
serta sejarah
dan
perkembangan konsep Netralitas dalam Hukum Internasional.
Beranjak dari fakta-fakta tersebut,
kan
yang
saya mencoba memberi-
perbandingan (komparatif) antara
dikembangkan
Hukum
daannya
oleh ASEAN
Internasional,
baik
secara
dengan
konsep
Netralitas
Netralitas
untuk kemudian menganalisis
teoritis
maupun
kenyataan
dalam
perbe
dalam
praktek/pelaksanaannya.
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Penulisan skripsi
luan
ini dimulai dengan Bab
Pendahu-
yang menguraikan secara garis besar latar
belakang
dan permasalahan yang akan dibahas untuk memberi gambaran
mengenai isi keseluruhan skripsi ini.
Bab kedua saya beri judul "Deklarasi Kuala
tentang
fakta
ZOPFAN".
Lumpur
Di sini saya ingin mengemukakan
yang melatarbelakangi
lahirnya deklarasi
faktatersebut
untuk mengetahui motivasi dasar yang mendorong ASEAN aencetuskan Deklarasi Kuala Lumpur 1971.
bungannya dengan perumusan
konsep
Hal
ini
erat
hu -
netralitas
oleh
CSO
(Committee of Senior Officials) yang akan
lanjut
klarasi
dalam
bab ketiga.
Kuala
Internasional.
Lumpur
1971
dibahas
lebih
Dalam bab ini juga dibahas D e ­
dari
sudut Hukum Perjanjian
Kedua hal ini dibahas dalam
bab kedua ka-
rena merupakan titik tolak pembahasan bab selanjutnya.
Konsepsi
Dalam bab ini,
litas
Netralitas
dibahas
dalam
Bab
ketiga.
lebih dahulu saya kemukakan konsep
yang telah dikenal dalam Hukum Internasional
kemudian saya membahas konsep Netralitas yang
kan oleh ASEAN,
baru
dikembang-
lalu membandingkan dan menunjukkan perbe-
daan serta pengaruh perbedaan tersebut dalam usaha
judkan ZOPFAN di Asia tenggara.
Bab ini
membahas
netralitas dalam hukum internasional dan dalam
Kuala Lumpur
Ne tr a­
1971 secara teoritis.
mewukonsep
Deklarasi
Karena itu saya menem
patkannya dalam bab ketiga.
Setelah
Skripsi
pembahasan
secara teoritis,
pada bab ke-
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
10
empat saya kemukakan
fakta-fakta yang berhubungan dengan
pelaksanaan atau usaha-usaha yang telah
mewujudkan
Netralitas
ZOPFAN
dan
dengan
dilakukan
titik berat
pada
untuk
konsepsi
hambatan-hambatan dalam usaha mewujudkan
ZOPFAN.
Skripsi
ini
diakhiri
dengan
Bab
Penutup
yang
memuat simpulan dan saran.
dan
Soedjati Djiwandono, “ASEAN: Kerjasama Politik
Keamanan Regional", E c o n o m i c a . vol. XII/5, 1983,
h.
10.
2I b i d . . h.
Aspek
VIII .
11.
3m £ i . , h. 12.
4
Mutamimul
Ula Ar, "Tinjauan Hukum
Internasional
Netralitas
ASEAN", Suara K a r v a . 19 Mei
1981,
h.
^Roeslan Abdulgani, Asia Tentfgara di tengah Raksasa D n n i a . cet.I,
Lembaga
Studi
Pemba ngu na n, Jakarta,
1978 (selanjutnya disingkat Roeslan Abdulgani I), h. 43.
g
Syahmin
AK,
Hukum Internasional H u m a n i t e r .
jilid
I,
ARMICO, Bandung, 1985
(selanjutnya disingkat
Syahmin AK I), h. 152.
7
Mutamimul Ula Ar,
l o o .c i t .
o
Agus
Rosyidi,
"ZOPFAN dan Keinginan Menjadikan
ASEAN
sebagai
Organisasi
Persekutuan
Militer",
Suara M e r d e k a . 26 November 1987, h. II.
^Roeslan
Abdulgani,
"Quo
Vadis
Surabava P o s . 15 Agustus
1989
(selanjutnya
Roeslan Abdulgani II), h. IV.
Skripsi
ASEAN?",
disingkat
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
B A B
DEKLARASI
KUALA
II
LUMPUR
TENTANG
ZOPFAN
1 • Latar_Belakang Lahirnva Deklarasi__Kuala
Gagasan
Damai,
Bebas
Neutrality
Lumpur__ ten-
menjadikan Asia Tenggara sebagai
dan Netral (Zone of
Freedom
and
keinginan
menjadikan
negara-negara di situ sebagai "tuan rumah" di
kawasannya
sendiri.
luar,
- ZOPFAN) bermula dari
Peace,
Kawasan
Artinya,
bebas dari campur tangan kekuatan
dari
terutama dalam urusan politik dan militer di
san ini. Keinginan menjadi tuan rumah itu tidak
kawa-
terlepas
dari perkembangan situasi di Asia Tenggara sekitar
1970-an.
kekuatan
Saat
itu,
Inggris dan
Amerika
tahun
Serikat,
dua
luar yang sangat dominan di Asia Tenggara,
menunjukkan
tanda
akan
meninggalkan
kawasan
mulai
ini
dan
menyerahkan urusan keamanan regional kepada negara-negara
di kawasan itu sendiri.10
Pemberitahuan
mengenai
niatnya
Inggris
pada
bulan
untuk mengundurkan diri
Januari
dari
1968
wilayah
sebelah timur Suez berpengaruh terhadap kebijakan Inggris
di Asia Tenggara.
Peranan Inggris di Asia Tenggara nampak
dari Perjanjian antara Inggris, Australia,
Malaysia
Selandia Bara,
serta Singapura yang dikenal dengan Five
Defence Arrangement pada 1971. Perjanjian
Power
ini menunjukkan
bahwa Inggris tidak sepenuhnya melepaskan kekuatan
mill
ternya di Asia Te ng gara.11
11
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Pada
Nixon,
bulan Juli 1969, Presiden
12
Amerika
Serikat,
mengeluarkan pernyataan yang dikenal dengan
"Doktrin
Nixon".
Doktrin tersebut berisi
seruan
nama
kepada
bangsa-bangsa di Asia untuk lebih memegang tanggung jawab
terhadap
pertahanan dan keamanan di
wilayahnya
sendiri
sehubungan dengan penarikan mundur pasukan AS dari
nam dan pasukan Inggris dari
"sebelah timur Suez"
Viet­
(Malay­
sia dan Singapura).
Kunjungan Wakil Presiden AS Spiro Agnew ke sebelas
negara di Asia termasuk kelima negara anggota ASEAN
bulan Januari
1970 mempertegas tekad AS untuk
pada
melaksana-
kan kebijaksanaan barunya terhadap Asia dan mengungkapkan
akibat-akibat
bahwa
diri,
yang
mungkin timbul.
AS
menyadari
pula
umtuk mencapai kemampuan mempertahankan diri
sen­
kerjasama regional harus dapat d i l a k s a n a k a n .
rut sudut pandang pihak AS, ASEAN akan membuktikan
nya
sebagai inti Doktrin Nixon yang akan
seluruh Asia Tenggara.
Namun
diri-
berkembang
ke
12
ternyata
AS tidak
kebijaksanaan barunya tersebut.
dipertahankannya
Menu-
sepenuhnya
menjalankan
Hal ini tampak dari tetap
persetujuan mengenai Pangkalan
Militer
AS di Philipina berdasarkan Pakta Manila 1954 yang diperbaharui
pada tahun 1979 yang isinya menyatakan bahwa
AS
tetap menggunakan Pangkalan Militer Subic dan Clark dalam
batas'batas
kedaulatan
Philipina,
selain itu
memberikan bantuan ekonomi kepada Philipina.
harus
13
Bagi RRC, Asia Tenggara secara ekonomis
Skripsi
AS
merupakan
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
pasar
dan
sekaligus merupakan sumber
13
bagi
kepentingan
RRC. Pasca Perang Dunia II, hubungan RRC dengan AS menjadi
buruk
karena AS menganut
politik
ant i-komunis.
memandang RRC sebagai bahaya yang ekspansionis dan
halangi kepentingan AS di Asia Tenggara.
tahun
1970-an,
dipandang
Oleh
AS,
menghadapi
14
Peranan Uni Soviet di Asia Tenggara dapat
dari k ete r1ibatannya dalam Perang Vietnam,
Utara pada tahun 1960-1975.
RRC
pengaruh
Uni Soviet yang berusaha memperluas pengaruhnya.
Vietnam
meng-
Tetapi menjelang
hubungan tersebut membaik.
dapat dipergunakan untuk
AS
dilihat
yaitu membantu
Tujuan kehadiran
di Asia Tenggara adalah untuk mengamankan
US
kepentingannya
dengan memperkuat posisinya di Vietnam, Laos,
Kampuchea.
US di satu pihak menghadapi RRC, di pihak lain menghadapi
pengaruh AS dengan memperluas pengaruh US di Asia Te n g g a ­
ra. ^
Gagasan
bersama
Soviet untuk
membentuk
sistem
Asia tidak mendapat sambutan dari
non-komunis di Asia Tenggara.
Sebaliknya,
keamanan
negara-negara
Soviet raencuri-
gai ASEAN sebagai al&t politik AS.
Kehadiran Jepang di Asia Tenggara terutama
didorong
oleh
mempunyai
kepentingan
arti
kelangsungan
yang
ekonominya.
strategis dan
perkembangan pertumbuhan
Asia
sangat
Tenggara
vital
bilgi
ekonominya.
Juga
merupakan daerah pemasaran yang meng unt ung ka n,
sumber
bahan
Perarif*
Vietnam,
mentah dan tempat penanaman
Jepang menjadi
melayani kebutuhan perang AS.
Skripsi
sekali
pemasok
merupakan
modal.
terbesar
Dalam
yv
jr.g
16
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Menjelang
pergeseran
1971, di Asia
Tenggara
terjadi
perimbangan kekuatan antar negara besar
menimbulkan
yaitu
tahun
14
dua kelompok yang berbeda.
Kelompok
yang
pertama
AS dibantu oleh Inggris, Jepang dan RRC;
kelompok
lainnya adalah Uni Soviet dibantu oleh negara-negara Asia
Tenggara yang berhaluan komunis.
Hal
tersebut mendorong ASEAN mulai bersatu
mengatasi
Bermula
dampak
yang akan timbul dari
dari usul Malaysia agar ASEAN
untuk
perubahan
sesegera
itu.
mungkin
mengusahakan diperolehnya pengakuan dan jaminan bagi Asia
Tenggara
netral,
tujuan
sebagai
serta
agar
menjadikan
mereka,
suatu kawasan yang
bebas dari campur
damai,
tangan
asing,
negara besar seperti AS, US dan
kawasan Asia Tenggara sebagai
para
dengan
RRC
ajang
tidak
konflik
Luar
Negeri negara-negara anggota ASEAN di Kuala Lumpur,
pada
27
melalui Sidang Khusus
dan
Menteri
tanggal
maka
bebas
November 1971 dicetuskanlah Zone
Freedom and Neutrality Declaration.
Dalam
of
Peace,
17
Hukum Internasional positif, dikenal adanya
sumber-sumber hukum yang digunakan oleh Mahkamah Internasional
dalam
kepadanya.
mengadili
p e r k a r a -perkara
yang
Sumber-sumber hukum tersebut tercantum
pasal 38 ayat 1 Statuta Mahkamah Internasional,
(1) perjanjian-perjanjian
Skripsi
diajukan
internasional,
dalan
yaitu:
baik
yang
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15
bersifat
umum
maupun
khusus,
yang
mengandung
ketentuan-kqtentuan
hukum
yang diakui
secara
tegas oleh negara-negara yang bersengketa,
(2) kebiasaan-kebiasaan Internasional, sebagai
bukti
daripada suatu kebiasaan umum yang telah diterima
sebagai hukum,
(3) prinsip-prinsip
hukum
umum
yang diakui
oleh
bangsa-bangsa yang beradab,
(4) keputusan
pengadilan dan ajaran-ajaran
sarjana
sarjana
yang
paling
terkemuka
dari
berbagai
negara
sebagai
sumtjgr tambahan bagi
menetapkan
kaedah-kaedah h u k u m .
Menurut
Mochtar Kusumaatmadja,
sumber-sumber
urutan
penyebutan
hukum dalam pasal 38 ayat 1 di atas
menggambarkan
pentingnya
masing-masing
tidak
sumber.
hukum
karena masalah sumber
hukum
nana yang terpenting tergantung pada sudut pandang
kita.
sebagai sumber hukum formil,
Perjanjian-perjanjian
ting
apabila
masalah
kita
yang
internasional dapat dianggap
melihat dewasa
diatur
oleh
ini
semakin
banyak
perjanjian-perjanjian
negara/perjanjian
internasional,
bahkan
masalah-masalah
yang
diatur
dahulu
pen-
antar
termasuk
oleh
pula
hukum
i
- saa n.19
keu
bia
Perjanjian
maatmadja,
internasional,
menurut
Mochtar
adalah perjanjian yang diadakan antara anggota
masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk
kan
Kus u ­
akibat-akibat hukum tertentu.
Karena itu
mengakibatperjanjian
tersebut harus diadakan oleh subjek-subjek hukum interna­
sional
Artinya,
yang
menjadi anggota
masyarakat
internasional.
bukan hanya negara-negara saja yang dapat
bentuk suatu perjanjian
internasiona1, tetapi juga
nisasi-organisasi internasional dan subjek hukum
Skripsi
m<;aor*!•»
lainriya
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
yang diakui oleh hukum Internasional.
Pengertian perjanjian
kan
oleh
16
20
internasional yang dikemuka-
Mochtar Kusumaatmadja di atas
berbeda
dengan
definisi yang diberikan oleh A.S. Hershey yang mengatakan
bahwa:
ments
"International treaties or
Convention are agree­
or contracts between two or more
negotiated
for
the purpose of
states,
creating,
usually
modifying
or
extinguising mutual and reciprocal obligations."
Definisi ini senada dengan yang dikemukakan oleh
Academy
of Sciences of USSR:
"suatu perjanjian internasional adalah suatu persetU'
juan
yang dinyatakan secara formal antara dua
atau
lebih
negara-negara mengenai
pemantapan,
perubahan
atau
pembatasan hak-hak dan kewajiban mereka
secara
timbal b a l i k " .
Dua
definisi
berhak
di atas mengakui hanya
negara
untuk mengadakan atau untuk menjadi
perjanjian
internasional.
Pemikiran
saja
yang
pihak
tersebut
dalam
dilandasi
oleh pandangan konvensional bahwa hanya negara saja satusatunya subjek hukum internasional.
Konvensi
mengartikan
yang
perjanjian
ditutup
tertulis
Wina
dan
1969
21
tentang
Hukum
Perjanjian,
internasional sebagai
di antara negara-negara
diatur oleh hukum
di
perjanjian
dalam
bentuk
internasional....
Tapi
bukan berarti hanya negara yang dapat menjadi pihak dalam
perjanjian
internasional
karena
perjanjian-perjanjian
antara negara dengan subjek hukum lain selain negara
antara
subjek-subjek
hukum internasional
akan diatur secara tersendiri.
Skripsi
bukan
dan
negara
22
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Dari
beberapa
internasional,
pengertian
17
mengenai
perjanjian
dapat disimpulkan bahwa suatu
perjanjian
internasional mengandung unsur-unsur:
1. adanya persetujuan yang dinyatakan secara formal;
2. diadakan oleh subjek-subjek hukum internasional;
'
3. dituangkan dalam bentuk tertulis dan tidak tertulis;
4. diatur oleh hukum internasional;
5. bertujuan mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu.
Deklarasi
yang
diadakan
Indonesia,
Kuala Lumpur 1971 merupakan
oleh negara-negara anggota
Malaysia,
Philipina,
perjanjian
ASEAN,
Singapura dan
yaitu
Thailand.
Dituangkan dalam bentuk tertulis dan ditandatangani
tanggal 27 November
1971. Dengan demikian Deklarasi Kuala
Lumpur merupakan perjanjian
perjanjian
pada
internasional,
dalam hal
multilateral karena diadakan oleh lebih
ini
dari
dua negara.
Perjanjian
internasional mempunyai beberapa
lah, antara lain traktat (treaty),
(convention),
piagam (charter), deklarasi
protocol,
arrangement,
covenant,
dan sebagainya.
Mochtar
agreement,
accord,
istilah
dengan
kata lain,
di atas tidak
(declaration),
modus
vivendi,
mempunyai
secara
arti
yuridis,
tertentu,
masyarakat
perjanjian
bangsa-bangsa
yang
diadakan
dengan
untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu.
Skripsi
ini
semua istilah di atas merupakan pe rj a n ­
internasional dalam arti
antara anggota
konvensi
Mengenai banyaknya istilah
Kusumaatmadja menegaskan bahwa
semua
jian
pakta (pact),
isti­
tujuan
23
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Deklarasi,
internasional,
menyatakan
sebagai salah satu istilah
menurut MacNair,
hukum yang ada, dengan atau tanpa
menciptakan hukum yang baru
law,
with or without modification,
atau
untuk mensahkan/menguatkan
jaksanaan
i
•
perjanjian
biasanya digunakan
atau
policy).
lb
umum
(affirms
modifikasi
(...declares
some
untuk
existing
or creates new
-law),
beberapa prinsip
kebi-
common
principles
of
x 24
Menurut Qppenheim-Lauterpacht,
istilah “deklarasi"
digunakan dalam tiga arti yang berbeda,
1. Sebagai
yaitu:
judul dari batang tubuh ketentuan suatu
janjian
per­
(as the title of a body of stipulations of
a
treaty) yang memuat pedoman tingkah laku yang berusaha
diikuti
oleh
Contohnya:
jiban
para
pihak
di masa
yang akan datang.
Deklarasi Paris 1856 tentang Hak dan
Negara Netral,
Deklarasi seperti
Deklarasi St.
Kewa-
Petersburg
1868.
ini tidak berbeda dengan traktat.
2. Sebagai pernyataan sepihak (deklarasi unilateral) yang
menciptakan hak-hak dan kewajiban untuk
lain.
Contohnya:
menyatakan
bahwa
suatu peperangan,
3. Dalam
naran
mengenai
suatu negara
deklarasi
ketiga
yang
netral
dalam
dan lain-lain.
penjelasan dan
pedoman bertingkah laku
yang
pembemereka
lampau atau penjelasan mengenai pandar.tf
tujuan yang berhubungan dengan masalah-masaiah
tertentu,
Skripsi
Perang,
komunikasi antar negara,
ikuti di masa
an dan
Deklarasi
negara-negara
disebut deklarasi.
Deklarasi
semacam
ini
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
19
dapat menjadi sangat penting,
tetapi deklarasi seperti
ini
dan
jarang
memuat
hak-hak
negara-negara ketiga. Contohnya:
kewajiban-kewajiban
Atlantic Charter,
14
Agustus 1941 antara Presiden Amerika Serikat Roosevelt
dan
Perdana
Menteri Inggris
Churchill
yang
pernyataan sikap kedua negara tersebut untuk
terciptanya ketertiban dan perdamaian dunia.
Ketentuan-ketentuan
1971
dapat
dibagi dalam dua
ketentuan
yang menjadi isi deklarasi.
Pembukaan
Deklarasi Kuala Lumpur 1971
dengan
yang
Luar Negeri
tegas
telah
Philipina,
dimuat dalam
bagian,
yang
Menteri
Lunpur
ketentuan-
dan
ketentuan-
Ketentuan
Pertana
menyatakan
negara-negara
menarik negara-negara
bahwa
anggota
kerjasama
ASEAN
regional
Indonesia,
Malaysia,
Singapura dan Thailand untuk bekerjasama dalam
sosial dan kebudayaan di dalam ASEAN.
Selanjutnya,
Lumpur
Philipina,
25
yaitu
pembukaan
mempercayai jasa-jasa
bidang ekonomi,
Kuala
menjamin
dalam Deklarasi Kuala
ketentuan
para
rfiemuat
26
Ketentuan Pertama dalam Isi Deklarasi
1971 menyatakan bahwa Indonesia,
Singapura dan Thailand telah
Malaysia,
bertekad
untuk
melakukan usaha permulaan yang diperlukan untuk mengukuhkan
pengakuan
dan penghormatan
sebagai suatu Wilayah Damai,
terhadap
Asia
Bebas dan Netral,
Tenggara
bebas dari
setinp campur tangan k e k u a t a n ■kekuatan dari luar.
Ketentuan Pertama Pembukaan dan Ketentuan
Isi Deklarasi Kuala Lumpur
dengan
Skripsi
kerjasama
di
1971 menjelaskan bahwa
antara
negara-negara
27
Pertana
ASEAN,
anggotanya
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
20
bertekad untuk mulai memperjuangkan diakui dan dihormatinya
Asia Tenggara sebagai Wilayah yang Damai,
Netral
(ZOPFAN)
oleh kekuatan-kekuatan dari
masa-masa yang akan datang.
deklarasi
Kuala
yang
Lumpur
Bebas
luar
dan
pada
Karena itu menurut pengertian
dikemukakan
oleh
Oppenheim,
1971 dapat digolongkan dalam
Deklarasi
kriteria
de
klarasi yang ketiga.
Selain
itu,
salah satu ketentuan dalam
Deklarasi Kuala Lumpur
Pembukaan
1971 memuat pr ins ip-pr ins ip
hukum
internasional yaitu prinsip-prinsip yang menghormati
daulatan
dari
dan
integritas teritorial semua
ancaman ataupun penggunaan kekerasan,
melalui
jalan
damai
internasional,
sendiri,
penyelesaian
persengketaan-persengketaan
hak dan
28
.
hak
penentuan
1971
deklarasi
hasil
kerjasama
Karena itu
dapat juga dimasukkan ke
menurut
Prof.
Ko 2 henikov
nasalah-masalah hukum.
anggota
dalam
yang
mengartikan
ippluss
to a £jtatement by two or more
specific political,
Skripsi
negara-
ekonomi
Deklarasi sebagai suatu
Hukum Internasional ("The
Kuala
pengertian
term
States
dan
peraturan
inenguraiksn prinsip-pr insip umum Hubungan
dan
sen­
Deklarasi
negara mengenai hal-hal politik yang khusus,
sional
negeri
negara-negara
deklarasi sebagai pernyataan oleh dua atau lebih
yang
nasib
Sedangkan Deklarasi Kuala Lumpur
dalam bidang politik.
Lumpur
bebas
dan non-intervensi di dalam urusan dalam
merupakan
ASEAN
atas
persamaan
negara-negara
diri
negara,
ke-
Interna
Declaration
regarding
economies and legal question.
Decia-
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
21
ration
as a rule set out general principles of
tional Relation and International Law").
29
Berdasarkan tahap pembentukannya,
dibedakan atas dua golongan,
1. Perjanjian
tukan,
yaitu:
Interna-
perjanjian dapat
30
yang diadakan menurut tiga
tahap
pSmben-
yaitu:
- perundingan;
- penandatanganan; dan
- ratifikasi.
Untuk perjanjian seperti
"perjanjian
ini dapat digunakan
istilah
internasional/traktat".
2. Perjanjian yang hanya melewati dua tahap pe m b e n t u k a n ,
yaitu:
- perundingan; dan
- penandatanganan.
Perjanjian seperti
ini merupakan perjanjian yang se­
der hana sifatnya.
Deklarasi
yang
Kuala Lumpur 1971
hanya melewati dua tahap pembentukan,
dingan dan penandatanganan.
harus
melalui proses
perjanjian
yaitu
perun­
Hal ini sesuai dengan
penda-
pat Starke bahwa deklarasi boleh,
tidak
termasuk
atau dengan kata
ratifikasi.
kekuatan mengikat suatu deklarasi
31
lebih lemah
Karena
lain,
itu,
dibanding-
kan dengan traktat.
^"Masihkah
20PFAN Relevan bagi Masa
Tenggara?", K o m p a s . 0 November 1980.
Skripsi
Depan
Asia
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
11
12
13
22
Ibid.
Ukasah
Martadisastra,
, Remaja Karya, Bandung,
1987,
h. 81.
A n a l i s a . No IX/ 1983, CSIS, Jakarta,
14
I b i d ., h. 815.
15
Badan Penelitian dan Pengembangan
Departeman Luar Negeri Republik Indonesia,
16
17
h. 814.
Masalah-masa1980,
h. 12.
I b i d . , h. 25.
Kompas,
18
Mochtar Kusumaatmadj a,
sional. B
Binacipta, Bandung, 1982,
19
20
I b i d ., h.
Syahmin
Armico,
Bandung,
II), h. 10.
23
24
25
Longmans,
107-108.
108-109.
Itiid.. , h. 109-110.
21
22
h.
AK,
Hukum Per.1_an.iian I n t e r nas io nal ,
1985 (selanjutnya disingkat Syahmin
AK
I b i d ., h. 10-11.
Mochtar Kusuma at mad ja, o p .c i t . . h.
Syahmin AK II,
111-112.
o p .c i t .. h. 5.
L.
Qppenheim,
London, 1960, h. 872.
26
Ketentuan
Lumpur 1971.
Pertama
Pembukaan
Deklarasi
27,
Ketentuan
Pertama
Isi Deklarasi
28,
Ketentuan
Lumpur 1971.
Ketiga
Kuala
Kuala
Lumpur
Deklarasi
Kuala
1971.
Pembukaan
Academy
Science
of
USSR,
Languages Publishing House, Moscow, h. 251.
30
Syahmin AK II, o p .o i t .■ h. 14.
31J.
G.
Starke,
Justitia Study Group, Bandung,
Skripsi
1986,
h. 230.
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
B A B
III
KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
a. Sejarah dan perkembangan konsepsi netralitas.
Netralitas
diakui
sebagai
suatu
lembaga
hukum internasional pada masa Grotius.
Pada
sikap
tidak diakui
tidak
berpihak (impartiality)
para
pihak
yang berperang,
jadi
peperangan
jaman
bahkan sebaliknya,
antara dua
bangsa,
maka
menjadi sekutu atau
satu terhadap pihak yang lain.
pihak ketiga itu harus
Ini
purba,
oleh
jika ter-
pihak
harus memilih salah satu di antara dua pihak
rang tersebut,
dalasi
ketiga
yang berpe-
musuh dari pihak yang
tidak
berarti
ikut berperang secara
nyata,
bahwa
tapi
mereka harus memberi bantuan kepada sekutunya jika diperlukan.
Misalnya
wilayah
mengijinkan
negaranya,
kebutuhan-kebutuhan
tentara sekutunya melintasi
memberikan
bantuan
lain
sekutunya
dari
perbekalan
serta
dan
tidak
memberi bantuan kepada pihak musuh.
Pada akhir Abad Pertengahan,
terjadi pe rke m b a n g a n ,
bahwa pihak-pihak yang berperang tidak lagi memaksa pihak
ketiga
untuk memilih salah satu di antara mereka.
Nanun
kewajiban-kewajiban hukum dan hak yang berhubungan dengan
netralitas
bahwa
belum
ada.
Suatu
negara
dapat
berpendapat
ia tidak menjadi pihak dalam peperangan walaupun
membantu
salah
bantuan-bantuan
satu
pihak dengan
lainnya.
uang,
Untuk mencegah
tentara
hal
u
atiu
tersebut.
23
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
dibuatlah
perjanjian-perjanjian
yang
menetapkan
bahwa
tidak ada pihak yang membantu musuh pihak yang lain dalam
bentuk apapun,
atau mengijinkan warganegaranya
hal tersebut selama perang berlangsung.
an-perjanjian
melakukan
Melalui perjanji-
itu, diakui adanya perbedaan antara rregara-
negara ketiga yang benar-benar tidak berpihak dengan yang
berpura-pura saja.
32
Pada abad XVII, Grotius,
War and Peace",
dalam bukunya "the Law of
memberikan dua prinsip umum.
Yang
perta-
ma, negara-negara netral dilarang melakukan sesuatu
dapat
memperkuat
perang
dengan
pihak
jika
belligerent
"unjust cause",
atau
yang
sulit menentukan pihak mana yang
maka
yang
mengijinkan
menyalurkan
negara netral harus
berperang
secara
melaksanakan
menghalangi
belligerent yang alasan perangnya
"just",
pihak
pihak
gerakan
"just” .
alasan
Kedua,
perangnya
memperlakukan
sama/seimbang
dan dalam hal
pihak-
dalam
tentara-tentara mereka melintasi
perbekalan,
yang
hal
wilayahnya,
tidak
memberikan
bantuan kepada orang-orang yang diserbu.
Dari
lebih
dua
prinsip di atas
tampak
bahwa
menekankan kepada kepantasan perang
Grotius
(justness
war). Tidak ada netralitas di dalam just dan unjust
NetraLitas
dipastikan.
sama,
hanya timbul apabila "justness"
Di
sini netralitas berarti
perlakuan
baik itu perlakuan positif maupun negatif.
Abad berikutnya,
Konsepsi
Skripsi
tidak
of
war.
dapat
yantf
33
Bynkershoek dan Vattel merumus,kan
tentang netralitas.
Bynkershoek tidak
mengguna
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kan istilah "neutrality",
hostes",
25
tetapi menggunakan istilah
dia menggambarkan negara-negara netral
non
sebagai
negara-negara yang selama perang berlangsung tidak berpihak
dan tidak memberikan bantuan kepada pihak yang
ber~
perang.
Vattel,
menggunakan
istilah
"neutrality"
dengan
mendefinisikannya sebagai bangsa-bangsa netral yang tidak
berpihak
pada salah satu pihak , menjadi
sahabat
pihak dan tidak membantu tentara yang satu untuk
kan yang lain ('neutral nations' during a war,
who take no one's part,
parties,
merugi'
are
those
remaining friends common to
both
and not favouring the armies of one of them
prejudice of the other).
Selanjutnya
dikatakan
oleh Vattel
umumnya
tentara
para pihak yang berperang,
pihak
to
34
netral
bila
kedua
mengijinkan
bahwa
wilayahnya
belligerent yang
bangsa
dilalui
namun
dapat
bersangkutan
oleh
menolak
melaksanakan
35
perang dengan "unjust ca u s e " .
Jelas
dengan
di sini bahwa pendapat Bynkershoek
pendapat Grotius.
sedikit
persamaan
keduanya
mengatakan
Sedangkan pendapat
dengan
bahwa
pandangan
belligerent
berbeda
Vattel
Grotius
yang
ada
karena
berperang
dengan "just" boleh dibantu secara pasif.
Pada abad ke-19,
netralitas menjadi efektif dengun
hadirnya Amerika Serikat sebagai negara netral yang
pengaruhnya
dalam
perang antara Inggris
dan
Perancia,
1792. Di benua Eropa sendiri muncul beberapa negara
Skripsi
kuat
y'jng
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
diakui
Dalam
sebagai
abad
negara netral,
ini juga mulai
yaitu Swiss
terbentuk
mengatur mengenai netralitas,
26
dan
Belgia.
norma-norma
yang
antara lain Deklarasi Paris
1856 yang memuat sebagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban
op
negara
netral.
Kemudian Konferensi Perdamaian
d'i the
Hague
1899
menyatakan akan
mengatur
Hukum
Netralitas
dalam konferensi yang akan datang.
Pada
netralitas
Konvensi
abad
ke-20,
peraturan-peraturan
diwujudkan dalam Konferensi the
mengenai
Hague
V dan XII the Hague 1907 memperlakukan
Hak-hak
dan
Kewajiban-kewajiban Negara-negara Netral dan
di
Darat
dan
terpenting
di
Laut.
37
Beberapa
1907.
peraturan
mengenai kewajiban-kewajiban tersebut
Perang
yang
antara
lain:
1. Negara
salah
netral tidak boleh memberikan
satu
dari
pihak-pihak
yang
bantuan
berperang
kepada
yang
merugikan pihak berperang yang lain;
2. Negara netral tidak boleh
memberikan fasilitas apapun
untuk keperluan militer pihak-pihak berperang,
tidak
berkewajiban
melarang
warganegaranya
tetapi
untuk
memberikan fasilitas-fasilitas d em ik i a n ;
3. Negara
netral
berkewajiban
mencegah
berperang memakai wilayah netralnya dan
pihak-pihak
sumber-sumber
kekayaannya untuk maksud maksud militer;
4. Negara
netral berkewajiban untuk
mencegah
tiap-tisp
pihak berperang yang hendak campur tangan dalam uruiian
hubungan
Skripsi
legal negara netral dengan
pihak
berperang
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
27
i
38
yang lain.
Dua
tahun
kemudian,
beberapa
negara
konferensi
di London yang mencetuskan
1909
menetapkan
yang
negara
ini
dan
Deklarasi
London
kewajiban-kewajiban
netral dalam perang di laut.
tidak
1909
hak-hak
mengadakan
Walaupun
pernah dir at ifi kas i, namun
deklarasi
Deklarasi
London
telah banyak melahirkan hak-hak negara netral
diakui sebagai kebiasaan.
Dalam
masa
menyatakan
Presiden
39
Perang
kenetralannya
Wilson
yang
Dunia
I,
termasuk
beberapa
Amerika
mengumumkan bahwa AS
negara
Serikat.
tetap
memelihara
sikap bersahabat dengan semua pihak yang terlibat perang.
Tetapi
pernyataan tersebut sulit
halnya
hak sebagai negara netral untuk
"freedom
of
the seas" dengan adanya
belligerent
contraband
selamnya
netral
melakukan blokade dan
oleh Inggris;
membawa
dapat
perluasan
penangkapan
sedangkan Jerman
pengaruh
juga
Wilson
bahwa
Perang
Dunia
terhadap
I
hak-hak
terhadap
dengan
kapal
kapal-kapal
mencabut pernyataan tersebut.
dalam
seperti
menikmati
dan penumpang netral dalam kapal musuh.
Presiden
tampak
dipertahankan
Akhirnya
Di
Netralitas
sini
tidak
d ihormat i kebera daa nn ya.^
Apabila
diatur
hak-hak
dalam Konvensi V dan X I [ the
dan kewajiban-kewajiban
Hague
negara
1907
netral,
maka masalah netralitas dalam Covenant Liga Bangsa-Ban^aa
yang
kabur.
Skripsi
dibentuk
Menurut
pada akhir Perang Dunia
pasal
16
CLBB,
kalau
I
menjadi
anggota
a^ak
Liga
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
melanggar
dengan
CLBB dengan menjalankan perang,
sendirinya dianggap menjalankan
semua
28
maka ia
perang
harus
terhadap
anggota Liga lainnya ( "...it shall ipso facto
deemed to have committed
in act of war against all
be
other
Members of the League").41 Jadi ketentuan tersebut 'dapat
diartikan bahwa tidak ada anggota Liga yang bisa
menjadi
negara netral.
Dalam Perang Dunia IX, AS pada mulanya
kenetralannya,
yang
walaupun
mendukung
kapal
laut
Inggris. Pada tahun
menunjukkan
1940,
AS
perusak ke Inggris sebagai imbalan sewa
di
Bermuda,
berikutnya,
Sewa
demikian AS
menyatakan
Kepulauan Bahama
memasok
kebutuhan
alasan
ketidaknetralan
perang
kapal
Selain
itu,
netral
di
pangkalan
Jamaica.
perang
Tahun
kejahatan
karena self defence
Sikap
juga
terhadap
43
Piagam PBB,
Pasal
2
Jerman.
AS
mendukung
tidak
konsisten
dengan gagasan netralitas yang sebenarnya.
Dalam
karena
negara-negara
alasan
AS ini dapat dikatakan
dengan
dan
oleh
wilayah
merupakan
Pinjatn
Inggris,
selam yang berlebih-lebihan
Eropa
netralitas.
mengirim
AS mengikatkan diri kepada Perjanjian
untuk
Inggris.
dan
sikap
42
tidak. dikenal istilah dan
ayat 5
Piagam
PBB
arti
menyebutkan
bahwa:
semua anggota harus memberikan segala bantuan
kepada
PBB dalam
suatu
tindakannya
yang diambil
sesuai
dengan Piagam ini, dan tidak akan memberikan
bantuan
kepada
sesuatu
negara
yang
oleh PBB
g|kenakan
tindakan-tindakan pencegahan atau pemaksaan.
Menurut
Skripsi
DR.
Ali
Sastroamidjojo,
dengan
adanya
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
pasal
tersebut
kewajiban
yaitu
PBB
pada
anggota-anggota
waktu PBB
PBB
mempunyai
mengadakan
dan
kewajiban negatif untuk tidak
kepada
membantu
negara
Karena itu anggota-anggota
dapat bersikap tidak memihak (impartial)
memihak adalah syarat mutlak kenetralan,
2
ayat 5 Piagam PBB,
PBB
terhadap
negara yang sedang ditindak PBB. Oleh karena sikap
pasal
dua
tindakan,
kewajiban positif untuk memberikan bantuan
yang sedang ditindak PBB.
tidak
sedang
29
tidak
maka berdasarkan
anggota-anggota
PBB
tidak
dimungkinkan untuk bersikap n e t r a l . ^
Namun
Syahmin
AK
berpendapat
bahwa
netralitas
masih dimungkinkan apabila dalam suatu pertikaian,
Keamanan
PBB
tidak
dapat
mengambil
Dewan
tindakan
yang
disebabkan oleh dua hal, yaitu enforcement action
diveto
oleh salah satu anggota tetap Dewan Keamanan dan ada dead
lock
dalam
Dewan Keamanan PBB. Jika
maka
masalah
resolusinya
dapat
tidak
terjadi
diajukan ke Sidang
mengikat para anggota
demikian,
Umum
PBB
PBB,
yang
sehingga
setiap negara anggota berhak menentukan sikapnya terhadap
pertikaian tersebut,
negara-negara
Dewan
Keamanan
termasuk bersikap netral.
Selain itu
anggota PBB dapat bersikap netral
PBB mengambil
ketiga
keputusan
dalam
sebelum
mengenai
sertanya
negara-negara
suatu
kolektif
yang dilaksanakan PBB bila terjadi
ikut
tindakan
pertikaian
antar negara.
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
3D
b. Pengertian netralitas.
Henurut Oppenheim,
istilah netralitas (neutrality)
berasal dari bahasa Latin "neuter", dan mendefinisikannya
sebagai suatu sikap yang tidak memihak yang diambil
negara-negara
berperang
suatu
terhadap
negara-negara
dan diakui oleh negara-negara yang
sikap
kewajiban
dengan
ketiga
yang
menciptakan
oleh
hak-hak
berperang,
dan
di antara negara-negara yang
' yang
kewajiban-
tidak
berperang
negara-negara yang berperang ("neutrality may
defined as the attitude of impartiality adopted by
states
towards
belligerents,
belligerents
and
third
recognised
such attitude creating rights
and
by
duties
between the impartial states and the belligerents").
Sedangkan
pada
menurut Roeslan
hakekatnya
bermaksud
membendung
kembangkan
kekuatan integrasi dari dalam
Untuk
perlu dipenuhi beberapa syarat,
sendiri
dan
menumbuhkan
47
netralitas
kekuatan
dari
jiwa "self-reliance",
dan
Abdulgani,
integrasi
itu
luar
be
des-
serta
memper-
diri
sendiri.
antara
yaitu jiwa percaya kepada
berani hidup berdikari terutama
lain
kekuatan
di
bidang
ketahanan nasional dan regional.48
Starke memberi batasan mengenai netralitas sebagai
sikap
suatu
negara yang tidak
negara-negara
permusuhan
which
is
berperang
dengan
yang berperang dan tidak ikut serta
da Ian
("Neutrality denotes the attitude of a
state?
not
at war with
belligerents
participate in the hostilities").
Skripsi
turut
and
does
not
49
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
31
Definisi yang dikemukakan oleh Starke dapat
dika-
takan memperluas pengertian netralitas menurut Oppenheim,
karena
selain mencakup sikap tidak ikut
tidak ikutserta dalam permusuhan.
suatu
bentuk
desintegrasi
tersebut
dari
menunjukkan
berkembang
pengertian
penangkalan
diri
netralitas
terhadap
sendiri.
bahwa
juga
Definisi yang dikemuna-
kan ' Roeslan Abdulgani memusatkan
kepada
berperang
kekuatan
Definisi-defin isi
pengertian
netralitas
sesuai dengan kondisi yang ada dalam
itu
kawasan
yang be rsa ngk ut an.
Perkembangan konsepsi netralitas tersebut
suatu
ciri
khusus
pada
netralitas.
membawa
Ciri-ciri
khu^us
tersebut dikemukakan oleh Gppenheim sebagai b e r i k u t : ^
a. Netralitas
sebagai sikap tidak memihak berarti
mengijinkan
tidak
bantuan dan sokongan terhadap salah
satu
pihak yang berperang yang merugikan pihak lainnya atau
memberikan
keuntungan kepada salah satu
pihak
serta
merugikan pihak lainnya.
b. Pihak-pihak
netral
harus
mencegah
pihak-pihak
berperang agar tidak menggunakan wilayah serta sumbersumber kekayaannya.
Penerapan hal tersebut tidak hanya
terhadap perang sesungguhnya di wilayah netral
juga pengangkutan
tetapi
tentara-tentera, bahan-bahan peran*?.
keperluari-keperluan
tentara
merupakan
aktif pihak-pihak
tindakan
dan lain-lain.
netral
Hal
itj
s e l a m :i
p e p er an ga n.
<:•. Sikap
Skripsi
tidak
memihak yang diinginkan,
tidak
berten-
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
tangan
32
dengan simpati pada satu pihak
terhadap
pihak
dinyatakan
memihak.
dan
lainnya selama sikap
penolakan
tersebut
tidak
dalam tindakan yang melanggar sikap
tidak
Mengenai tindakan kemanusiaan sebagai
netral seperti pengiriman rumah sakit militer
dokter-dokter
para
, obat-obatan,
tawanan
yang
kemudahan
Sekalipun
b^serta
keperluan perawatan untuk
tidak dapat dianggap
memihak.
bagi&n
sebagai
tindakan
yang
memberi
tindakan
atau kenyamanan tersebut hanya
untuk
para
tawanan salah satu pihak saja.
d. Netralitas sebagai sikap yang menciptakan hak-hak
dan
kewajiban-kewajiban, tidak mempunyai eksistensi selama
masa d a m a i .
e. Hubungan
antara
pihak-pihak
yang
berperang
dengan
pihak netral tidak rusak seluruhnya jika pecah perang.
Hubungan
itu
tetap seperti sebelum pecah perang
ditetapkan
dalam
diplomatik
serta perdagangan.
Schwarzenberger
netralitas,
1. Negara
yaitu:
hal
bekerjanya
mengemukakan
lima
hubungan
dasar
hukum
51
netral tidak boleh berpihak dalam
dilarang membantu pihak-berperang
2. Negara
traktat,
dan
perang
dan
.
netral harus mencegah agar
wilayahnya
janF&n
sampai digunakan sebagai pangkalan operasi oleh piha*
pihak berperang.
3. Negara
yang
tidak turut
berperang
harus
dihormati
sebagai negara netral oleh pihak-pihak yang berperang.
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4. Negara
netral
dinetralisir
itu
berbeda
karena
dapat
33
dengan
mengubah
negara
yang
statusnya
dari
"netral” menjadi pihak berperang.
5. Setiap
dan
pelanggaran
belligerent
terhadap
terhadap kewajiban negara
yang
pihak
yang
dilakukan
lain
oleh
netral
pihak
merupakan
' satu
pelanggaran
Hukum Internasional.
Dari ciri-ciri dan dasar hukum netralitas di atas,
tampak bahwa netralitas mempunyai konsekuensi adanya hakhak
dan kewajiban-kewajiban negara-negara netral
pihak-pihak
hak
yang berperang.
Oppenheim
maupun
mengemukakan
dan dua kewajiban negara-negara netral
dan
dua
negara-
„ 52
negara yang^ K
berperang.
1. Kewajiban negara netral:
a. bertindak terhadap negara-negara
berperang
sesuai
dengan sikap tidak memihak mereka.
b. menyetujui penggunaan hak-hak pihak berperang untuk
menghukum
pedagang-pedagang
pihak
netral
melanggar
atau percobaan untuk melanggar
pembawaan
kontraband
tidak
netral
mengunju ng i,
atau
kepada
memberikan
musuh
menggeledah
dan
dan
yang
blokade,
jasa-jasa
karena
akhirnya
itu
menangkap
mereka.
2. Kewajiban-kewajiban pihak yang berperang:
a. bertindak terhadap pihak-pihak netral sesuai dengan
sikap tidak memihak mereka.
b. tidak menekan mereka,
Skripsi
khususnya perdagangan
mereka
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
34
dengan pihak-pihak musuh.
1. Hak-hak negara yang berperang:
a. meminta
sikap
tidak
memihak
kepada
pihak-pihak
netral.
b. menghukum
warga
melanggar
negara
blokade,
pihak-pihak
membawa
netral
kontraband,
yang
dan
s e b a g ai ny a.
2. Hak-hak pihak netral:
a. meminta
negara-negara
bertingkah
yang
berperang
untuk
laku sesuai dengan sikap tidak
memihak
pihak-pihak netral.
b. meminta agar hubungan mereka khususnya
perdagangan
dengan pihak musuh tidak ditekan.
Hak-hak
kepada
dan kewajiban-kewajiban tersebut
bentuk maupun macam netralitas
yang
dikehendaki
oleh pihak-pihak yang be rsa ngk ut an. Oppenheim
mengemuka-
kan bermacam-macam netralitas sebagai berikut:
1. Netralitas abadi
Yaitu
negara
khusus,
harus
perang,
adalah
Swiss.
timbul
dan
terhadap
pihak-pihak
yang
oleh
dari
netralisasi
damai
kewajiban-kewajiban
maupun untuk negara-negara
hanya
Lepas
karena
ditunjukkan baik pada masa
hak-hak
tidak
membantu
Skripsi
yang
dinetralisasi
sama, untuk negara-negara yang
demikian
ini
yang
contohnya:
kewajiban-kewajiban
yang
53
(perpetual neutrality)
netralitas
traktat
membawa
netralitas
netral
lain.
maupun
secara
Penerapan
kewajiban
untuk
berperang
tetapi
tidak
juga
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kewajiban
untuk
untuk
35
mencegah penggunaan
tujuan-tujuan
militer
wilayah
netral
pihak-pihak
yang
be r p e r a n g .
2. Netralitas
sebagian clan netralitas umum (partial
dan
general neutrality)
Netralitas
wilayah
negara
sebagian
adalah
netralisasi
suatu negara yang menimbulkan kewajiban
yang bersangkutan tetap netral
wilayah yang dinetralkan.
adalah
sebagian
netralitas
wilayahnya
negara
Sebaliknya,
yang
sejauh
bagian
netralitas
tidak
dinetralisasi
dengan
sukarela
netralitas
ada
agar
umum
sebagian
suatu
traktat
te rsend ir i .
3. Netralitas
dan
konvensional
(voluntary dan conventional neutrality)
Netralitas sukarela/sederhana/alamiah adalah
netrali-
tay suatu negara yang tidak diikat oleh suatu
uirium
maupun
tertentu.
khusus untuk tetap netral
Sebaliknya,
traktat
dalam
perang
netralitas suatu negara
karena
terikat oleh traktat disebut netralitas konvensional
4. Netralitas bersenjata (armed neutrality)
Netralitas bersenjata ini berhubungan dengan
militer
negara
mempertahankan
digunakannya
berperang.
juga
Skripsi
yang
kenetralannya
wilayah
Selain
digunakan
mengambil
netrai
netral
itu,
dalam
tindakan
bertujuan
terhadap
oleh
dengan
yanf?
bersenjata
negara-negara
militer
untjk
kemungkinun
pihak-pihak
istilah netralitas
hal
tindakan
netrai
maksud
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
mempertahankan
pelanggaran
hak-hak
yang
36
kenetralannya
dilakukan
oleh
terhadap
pihak-pihak
yang
be r pe ra ng .
5. Netralitas kebajikan (benevolent neutrality)
Traktat
dengan
yang
netralitas
tertentu,
timbul
tapi
menuntut netralitas
yaitu
"kebajikan"
apabila
sering
dalam
dilengkapi
suatu
perang
kewajiban-kewajiban
karena netralitas tersebut
bersifat
negara netral tidak mendukung
yang
longgar,
pihak-pihak
yang
be r p e r a n g .
6. Netralitas sempurna dan netralitas bersyarat
(perfect
dan qualified neutrality)
Netralitas suatu negara dikatakan netralitas bersyarat
atau
netralitas tidak sempurna jika
tetap
netral secara keseluruhan,
atau pasif,
bantuan
langsung
kepada
negara
tetapi secara
atau tidak langsung,
salah
satu
tersebut
pihak
aktif
memberikan
berperang
karena
terikat oleh suatu traktat sebelum terjadi peperangan.
Sedangkan
netralitas sempurna/absolut, yaitu
negara netral sama sekali tidak mendukung
yang
berperang
secara
aktif
atau
apabila
pihak-pihak
pasif,
secara
langsung atau tidak langsung.
Adanya
mempunyai
maksud
Deklarasi
Kuala
lanjut,
Pembukaan
Skripsi
hanya
berraacam-macam
yang berbeda
Lumpur
1971
disebutkan
Deklarasi
netralitas
pula.
tidak
dalam
tersebut
Netralitas
dijelaskan
ketentuan
bahwa
tentunya
daian
lebih
kesepuluh
netralisasi
Atiia
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tenggara
para
adalah
Menteri
hendak
37
tujuan yang diinginkan oleh
Luar Negeri
menjajagi
negara-negara
cara-cara
merealisasi gagasan tersebut.
dan
54
ASEAN
anggota
ASEAN
sarana-sarana
Berikut ini akan
dan
untuk
dibahas
konsepsi netralitas dalam deklarasi tersebut.
Pembukaan
Deklarasi Kuala Lumpur 1971
menyatakan
bahwa deklarasi tersebut dijiwai oleh semangat Konferensi
Bandung 1955 yang meletakkan dasar-dasar bagi kemerdekaan
dan
perdamaian dengan menghindari campur tangan
negara-
negara besar non Asia-Afrika,
terutama negara-negara yang
menjadi
Dingin.
protagonis
Abdulgani,
Perang
Menurut
bagi kawasan Asia Tenggara gagasan
Roeslan
Konferensi
Bandung 1955 mengandung arti rintisan ke arah netralisasi
kawasan
Asia
adalah
lima
■
yaitu:
55
Tenggara.
Sedangkan
prinsip hidup
landasan
berdampingan
positifnya
secara
damai,
1. Mutual
respect
for
each
other's
territorial
integrity and sovereignty,
2. Non-agression,
3. Non-interference in each other's internal affairs,
4 .
Equality and Mutual Benefit,
5. Peaceful co-existence.
Gagasan
Neutrality
jelas,
membentuk
memerlukan
karena
Zone
of
penjelasan
Peace,
dan
itu PanitLa Khusus yang
Freedom
penafsiran
terbentuk
and
yang
sejak
lahirnya Deklarasi Kuala Lumpur 1971 yaitu CSO (Committee
of
Skripsi
Senior Officials) dalam sidang-sidangnya
pada
tahun
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
38
1972
dan
1975
Pertama,
telah
tentang
menentukan
keseluruhan istilah
Freedom and Ne ut ral it y". Kedua,
Ketiga
dan
beberapa
keempat,
pengertian.
"Zone
of
tentang istilah
tentang
istilah
Peace,
"Peace"
"Freedom"
dan
"Neutrality".^
Mengenai
"Zone of Peace,
dikatakan sebagai berikut:
Freedom and
Neutrality"
57
"A Zone of Peace, Freedom and Neutrality exists where
national identity, independence and integrity of
the
individual states within such a zone can be preserved
and maintained,
so that they can
achieve
national
development
and
well-being,
and
promote
regional
cooperation
and solidarity, in accordance
with
the
ideals
and
aspirations
of their
peoples
and
the
purposes and principles of the UN-Charter, free
from
any
form
or
manner
of
interference
by
outside
p o w e r s ."
Berdasarkan penafsiran di atas,
ditafsirkan
secara tersendiri.
sebagai berikut:
masing-masing kata
Kata "Peace"
ditafsirkan
58
"Peace
is
a condition
where
the
prevalance
of
harmonious
and orderly relations exists between
and
among
states;
no reference; is hereby made
to
the
internal state of affairs in each of the Zone states.
A situation
of
ideological,
political,
economic,
armed
or
other forms of conflict either
among
the
Zone
states themselves, between one or more of
Zone
states and outside powers, or between outside
powers
effecting the region is not a condition of peace."
Jadi
absence
of
istilah "Peace" di sini bukan
war",
lebih daripada
itu,
diinginkan
adalah situasi dan kondisi di
kerjasama
antar
ditingkatkan
atas
negara
dasar
dapat
terus
keuntungan
sekedar
"the
perdamaian
yang
mana
berkembang
bersama
benefit) demi kemajuan dan pembangunan rakyat dan
Skripsi
hubungan
dan
(mutual
negara
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
masing-tnasing,
menyelesaikan
Untuk
itu harus dapat
konf 1 ik-konflik
39
meminimalkan
inter-regional
dan
melalui
musyawarah yang dilandasi jiwa "give-and-take''.
Selain
regional,
itu
masih
diperlukan
kondisi
yaitu hubungan yang merdeka dan
negara-negara
luarnya.
ekstern-
bebas
antara
Asia Tenggara dengan kekuatan-kekuatan
Kalau
hubungan
seperti
itu
tidak
ada,
suasana perdamaian akan sulit dipelihara karena
di
naka
tuntutan
kemanusiaan selalu kemerdekaan mengatasi perdamaian.
Kata "Freedom" ditafsirkan sebagai berikut:
59
60
"Freedom
means the freedom of states
from
control,
domination
or
interference by other states
in
the
conduct of their internal and external affairs.
This
means
the rights of the Zone states to
solve
their
domestic
problems in terms of their
own
conditions
and aspirations, to assume primary responsibility far
the
security
and well-being of the region,
and
to
arrange their regional and international relations on
the basis of sovereign equality and mutual
benefit,
Tafsiran
kata "Freedom" di sini
hanya mengandung arti
adalah
3uas.
Bukan
dalam
arti politik maupun sosial ekonomis,
bebas
dalam
merdeka
mengandung
arti
milityrnya.
Juga mengandung arti tidak
Mengenai
dikemukakan
istilah
saja,
baik
tetapi
juga
politik
dan
tergantung
atau
tindakan
tidak menggantungkan diri (independent).
61
"neutrality' ,
dalam Bab Pendahuluan,
tafsiran
seperti
ditafsirkan
tcrlah
sebagai
K 'I t
. :62
beriku
Netralitas
berarti
memelihara keadaan
tidak
bt:r*»t
B^belah dalam tiap perang antara negara-negara
Lair,
r^perti
diartikan
dalam hukum
internasional
dalasi
rangka
Piagam
PBB. Akan
tetapi
dalam
hubungar.ny^
dengan
Deklarasi
Kuala Lumpur,
netralitas
berarti
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
40
bahwa
negara-negara
dalam Zona
Itu
akan
berusaha
untuk memelihara sikap tak berat sebelah mereka serta
tnenghindarkan diri
dari
keterlibatan
mereka
baik
secara
langsung
maupun
tidak
langsung,
ke dalam
konflik
ideologis,
politis, ekonomis,
militer
dan
bentuk-bentuk
konflik
lainnya,
terutama
antara
kekuatan-kekuatan
di
luar
Zona
itu,
dan
bahwa
kekuatan-kekuatan di luar Zona tidak akan ikut campur
dalam
masalah domestik atau
regional
negara-negara
dalam Zona tersebut.
Dari
netralitas
penafsiran
dalam
pengertian
di
atas
Deklarasi
netralitas
dalam
dilihat
ZOPFAN
hukum
ZOPFAN
mempunyai arti yang lebih khusus,
diri
dengan
internasional
PBB.
dimaksud
bersikap tidak berat sebelah
bahwa
berbeda
Piagam
untuk
Netralitas yang
dapat
dalam
Deklarasi
yaitu
serta
dan
berusaha
menghindarkan
dari keterlibatan secara langsung maupun
tidak
ke
dalam berbagai bentuk konflik antara kekuatan-kekuatan di
luar
Asia T.,ggara,
hak-hak
dan kewajiban-kewajiban
terhadap
untuk
namun tidak diikuti
negara-negara
melaksanakan
oleh
sebagai
negara
ketiga serta tidak
hak-hak
dan
timbulnya
netral
ada
jaminan
kewajiban-kewajiban
terhadap negara netral dari negara-negara ketiga sebagaimana netralitas dalam hukum internasional.
Mantan Menteri Luar Negeri,
Mochtar Ku s um aa tm ad ja ,
mengatakan bahwa netralitas dalam Deklarasi ZOPFAN
diart. ikan
secara
politis
daripada
secara
lebih
letfa 1 .
Netralitas dalam Deklarasi ZOPFAN berarti "commitment not
to usse f u r ce , military force,
in the whole area".
Menurut Roealan Abdulgani,
1971
Skripsi
berwatak
Deklarasi Kuala
"self-neutral ization'
kolektif
63
Lumpur
karena
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
deklarasi
negara
4L
tersebut dibuat secara sepihak
oleh
anggota ASEAN tanpa diikuti oleh
"recognition"
negara
lanjut
pengakuan
negara-negara sekitarnya dan/atau
besar
netralitas
yang
berkepentingan
negara-negara
Roeslan
Abdulgani
sikap
Lumpur
kata
itu
menjunjung tinggi
mengemukakan
terhadap
lain, berhubung netralitas dalam
"guarantee"
politis,
atau
maka
jaminan,
yang
tetapi
'Lebih
perlunya
penghargaan
Deklarasi
1971 oleh kekuatan-kekuatan dari
bersifat
dengan
64
be rsa ngkutan.
yang
atau
negara-
sehubungan
recognition/pengakuan dan "respect for" atau
dan
negara-
luar.
65
Dengan
Deklarasi
diperlukan
Kuala
ZOPFAN
bukanlah
■‘recognition''
atau
pengakuan saja.
"Recognition
and respect" yang dibutuhkan
recognition dan respect dari
negara-negara
adalah
adikuasa dan
negara-negara besar lainnya yang mempunyai kepentingan di
kawasan Asia Tenggara.
Recognition dan respect
secara eksplisit maupun implisit.
berupa
adanya
itu
dapat
Secara eksplisit
dapat
deklarasi dari negara-negara
yang secara tegas
mengakui,
menghormati
luar
dan
ASEAN
menjunjung
tinggi Deklarasi Kuala Lumpur 1971 atau dapat juga berupa
perjanjian bilateral antara salah satu negara luar
dengan
seluruh anggota ASEAN atau
negara
ASEAN
dengan
secara sendiri-sendiri.
ASEAN
masing-mas Ing
Secara
implicit,
recognition dan respect dapat dinyatakan dalam sikap
perbuatan
mereka
Skripsi
yang
terhadap
mencerminkan
recognition
Deklarasi Kuala
Lumpur
dan
1971.
dan
recpect
66
Lebih
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
lanjut
dikatakan bahwa untuk memperoleh recognition
respect
dftri
"regional
diikat
negara-negara
cohesion",
dengan
luar, maka harus
diutamakan
yaitu kohesi regional lebih
tali
solidaritas
dan
dahulu
kepentingan
ber^ma
, 67
regio na l.
Apabila
berbagai
dengan
pengertian
mengenai
macam netralitas seperti yang dikemukakan
Oppenheim,
negara
dikaitkan
maka netralitas yang akan dituju oleh
anggota
ASEAN
benevolent yang berarti
mendekati
pengertian
oleh
negara
netralitas
tidak mendukung pihak-pihak
yang
b e rpe ra ng.
Pengertian
diterapkan
netralitas
sempurna
juga
dalam mengartikan netralitas dalam
netralitas
Deklarasi
Kuala
Lumpur
tidak
mendukung pihak-pihak yang berperang secara
maupun pasif,
1971 karena
dapat
secara langsung maupun
sempurna
berarti
tidak langsung.
Jadi netralitas dal,-«m Deklarasi Kuala Lumpur
ynb^narnya
be 1urn
merupakan
suatu
aktif
konsepsi
1971
legal yang
pr?rmanen. Negara-negara anggota ASEAN harus mencapai kata
sepykat terlebih
dikehendaki.
khas
dulu mengenai
Artinya,
netralitas
harus
bentuk
dirinci
netralitas
adanya sifat-sifat
yang din&ktrud, hak-hak
kewajiban para pihak serta
negara-negara
pengakuan
dan
kewaj i^u*
dari negara-ne^.irs
br*‘;ar
dan
Lumpur
1971 iiat.yaiah dasar yang dii-akai. untuk menjabairt*.
pengertian ne 1 r j 1 i t y a n g
luar lainnya.
yang
Deklarasi
K (:u i
diinginkan oleh iiegara-ne -itj
anggota A S E A N .
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
32
33
34
35
L. Oppenheim,
43
h.285-286.
LbifjL. , h. 628.
Lb_id ■
IMii.,
h. 627.
3S
R.
C.
Hingorani,
Oxford
&
IBH Pub 1. Co., New
1982, h. 403.
Modern.International Laji,
Delhy,
Bombay,
Calcutta,
37
Ibid..
>
38
1A 1i Sastroamidjojo( P engantar Hukum In ternasion a l . Bhratara,
Jakarta, 1971, h. 273-274.
tra
39
R. C. Hingorani,
loo., c i t .
40,
Charles G. Fenwick, ___________________
Central
Book
Co., Taiwan, Republic of China,
719.
41
42
43
Ali Sastroamidjojo,
R. C. Hingorani,
4 th Ed.,
1971,
h.
o p . o i t ., h. 275.
1qc_ . c i t .
Ali Sastroamidj oj o ,
ii. , h. 277.
44
Kantor
Penerangan
Perserikatan
B an gs a- Ban gsa ,
P iaflam PBB dan S tatuta Mahkamah Intern ati on al. Jakarta.
45
46
47
Ali Sa^troamidjojo,
op
Syahmin AK I, Qp^clt-,
.oi t . . h. 276.
h.
165.
L. Oppenheim,
48'Roeslan Abdulgani, "Perkembangan Politik
Dunia
dalam
Dasawarsa
Mendatang
di
Asia
Tenggara
dan
Implikasinya
terhadap Kawasan Asia Tenggara",
Ketahanan
Nas ional. No.
23, 1979 (selanjutnya disingkat
Roeslan
Abdulgani III), h. 81,
49st
^
Intioduotion to tl"
Ninth Edition, Butterworth, London, 1984,
^°L. Oppenheim,
qp
h. 549.
.c i t . , h. 654-659.
51
Schwarzenberger, International Law as Applied tiy
Inte.rnaUjjiialX'ou.ria^and,tr.ibun.gilii, vol. II, The Law
of
Armed Conflict, 1968, h. 549-550.
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
52
L. Qppenheim,
o p
44
.c i t . . h. 673.
Ibid.. > h. 661-663.
54
Lumpur
Ketentuan
1971.
55
56
57
58
59
60
61
62
Nuklir
Roeslan Abdulgani
Ibid.,
I,
o p
Deklarasi
65
66
67
Kuala
.c i t . h. 34-35.
h. 39.
I b i d . . h. 39-40.
I b i d ., h. 40-41.
Roeslan Abdulgani
III
Roeslan Abdulgani I,
Lb.id.
I b i d ., h. 43.
Mochtar Kusum aat na dja , ZOPFAN dan Zona
Asteng:
Mochtar
"saya
tidak
naif",
i Militer. No. 4 Th. 1/1987.
64
Skripsi
Kesepuluh Pembukaan
Bebas
Roeslan Abdulgani I, o p .c i t . . h. 46-47.
Ibid.
I b i d ., h. 47-48.
I b i d ., h . 5 0 .
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
B A B
IV
KONSEP NETRALITAS DEKLARASI ZOPFAN DALAM PRAKTEK
A s i a .T.eaggaLE&
CSO (Committee of Senior Officials),
sejak
dicetuskannya
Deklarasi Kuala
yang dibentuk
Lumpur 1971, dalam
sidang-sidangnya pada bulan Juli dan Desember 1972
merumuskan
ZOPFAN dan
definisi-definisi
menetapkan
yang
pedoman
telah
berhubungan
yang
mengatur
antar negara di kawasan Asia Tenggara dan
dengan
hubungan
antara
negara
di kawasan Asia Tenggara dengan negara luar. Pedoman t e r ­
sebut berisi antara lain penghormatan terhadap integritas
teritorial,
kedaulatan
bangsa di Asia
damai,
dan
Tenggara,
identitas
nasional
sesama
penyelesaian
sengketa
secara
tidak mendirikan basis-basis militer asing,
menggunakan,
menyimpan dan melakukan
percobaan
senjata nuklir di wilayah Asia Tenggara.
67
tidak
senjata-
Pedoman
ter­
sebut dapat dianggap sebagai langkah awal untuk menciptakan kondisi bagi terwujudnya ZOPFAN.
Sidang ketiga dan keempat
tang pengakuan dan
sebagai
penghormatan
kawasan damai,
bebas
dan
menyepakati konsep tenterhadap Asia
netral
oleh
Tenggara
negara
negara besar dan negara-negara lainnya yang mempunyai ke
pentingan strategis,
politis dan ekonomis di kawasan Asia
Tenggara serta menggariskan cara
negara-negara
mengungkapkan pengakuannya dan penghormatannya,
tersebut
yaitu
45
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
cara. eksplisit maupun
implisit.
68
Pada sidang tahun 1975, disepakati
yang dlambil bila terjadi pelanggaran
baik yang dilakukan
oleh
terhadap
negara-negara
oleh negara-negara luar kawasan.
langkah-langkah
kawasan,
kawasan
maupun
Tindakan-tindakanr
yang
dapat diambil:
a. Dalam hal pelanggaran oleh negara-negara dalam zona
- konsultasi
antara negara-negara zona;
- perundingan secara bilateral atau kolektif;
■ penyelesaian
sengketa secara
damai
sesuai
prosedur yang efektif yang akan dibuat oleh
dengan
negara
negara zona;
- setiap tindakan
lainnya yang
sesuai
dengan
Piagan
PBB.
b. Dalam hal pelanggaran oleh negara-negara luar zona
- konsultasi
antara negara-negara zona;
- perundingan secara bilateral atau kolektif;
- penyelesaian sengketa-sengketa secara
dengan prosedur yang
ada
yang
dapat
damai
sesuai
dibuat
oleh
negara-negara zona dengan negara-negara di luar zona
sjeruan dari negara negara zona kepada PBB dengan tujuan agar negara atau
pelanggaran
negara negara yang
melakukan
itu nenahan diri;
■ aetiap tindakan
lainnya yang sesuai
dengan
PiaF*s
PBB termasuk tindakan-tindakan
kolektif yang mungKir.
69
dapat disetujui bersama oleh negar-negara zona.
Pada tahun 1977,
Skripsi
Indonesia
menyampaikan
gaga.r-in
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
de n uk lir is asi . Gagasan
bulan Januari
1984
ini
47
dibicarakan
melalui
lebih lanjut pada
pembentukan ZBSN (Zona Bebii«
Senjata Nuklir) yang merupakan
langkah untuk
mewujudk^n
ZOPFAN.70
Tahun berikutnya,
Sidang CSO di Kuala Lumpur ber
sepakat bahwa ada kebutuhan untuk
lam konsep ZBSN,
menelaah secara mend;;
terutama mengenai aspek-aspek yang meru-
pakan per masalahan, seperli masalah transit
jata nuklir
melalui zona,
storage atau
se nj a ta -s en •
penyimpanan dan
71
mendapatkan jaminan dari negara-negara nuklir.
Sidang CSO tahun 1986 telah dapat mencapai kesefu
katan dasar,
antara
lain dalam hal:
a. Lintas (transit)
Pada
prinsipnya,
untuk menjalankan
tiap negara zona tetap
keda u1atannya dalam hal
atau menolak lintas senjata nuklir.
memiliki hak
mengijinkan
Karena itu penting
adanya komitmen negara-negara nuklir bahwa transit ka­
pal' kapal mereka tidak akan men gg an gg u, mengancam atau
membahayakan keamanan negara-negara zona sesuai dengan
ketentuan
Hukum
Int.eri.asional dan bahwa mereka tid^k
saling menyerang di kawasan.
b. Penempatari (stationing)
Sementara ini tampak adanya
kecenderungan untuk diu;
tujui tentang perlunysi ketentuan mengenai
larangan
nampung aerijata nuklir.
c. Hal penting
lain yang perlu diketihui adalah
larangan penggunaan yenjata nuklir,
Skripsi
namun
mengt*
n
penggur* - * u
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4d
nuklir untuk
muk^ud-maKsud
damai harus tetap diijin
72
kan .
Dari sidang-sidang
menciptakan
tersebut tainpak bahwa CSO baru
langkah ewal yang berosaha membantu tercipta
nya kondisi yang diperlukan untuk mewujudkan ZOPFAN-. r
Jja
ha tersebut perlu
ditingkatkan
lagi dengan
merinci
h=ak
hak dan kewajiban-kewajiban negara zona, jaminan penguku
an
negara-negara
sidang-sidang
besar,
CSO juga
dan
lain-lain.
tampak bahwa
yang dimaksud oleh ASEAN adalah
Melalui
konsep
konsep
ha^il
netralitas
politis
seperti
yang dikemukakan oleh mantan Menteri Luar Negeri RI Mjchtar Kusum aat ma dja .
2. Hamba tan -hamb-aLan.
d a l a m Uaaha.
M.gHu.iudkan—
N etx.a i i.taa
Asia Tengfara
Kerjasama
nil iter
buberapn negara anggota
dengan negara asing dirasakan
amanan bagi
negara-negara
nya;
nisalnya,
Thailand
ikut memberikan jaminan
yang
kerjasama tersebut masih tktap
be rsa ngkutan,
dipertahankan
mcnjalin
Philipina dengan Amerika Serikat,
dengan Ing gr it, Australia,
jian
Pengaturan
Defence
kerjasama
dengan hh',
Singapura dan
Limn
Negara
Skripsi
MaLay-:ii
(Five
Agret m e n t ). Bruno i pun tei-ih menjalin
bagian
sehing^a
keberaduin
t^huii Hi83.
dari strategi global AS
di
Pv^.-r
ker j a.
si»
73
Perjanjian Pangkalan Militer AS-Philipina
Ran
Ke
New Zealand dalam satu Per;.!'.
Pertahanan
pertahanan dengan Inggri;-
ASEAN
Asia
mer
j
Tenggara,
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
49
karena itu AS berusaha mempertahankan keberadaan pangkal
an
militernya di Philipina,
dan
Pangkalan Laut Subic.
yaitu Pangkalan Udara
Perjanjian
pada
tahun
yang
memberi ijin kepada AS untuk
instalasi
tersebut
diadakan
1947, diperbarui pada tanggal 7 Januari
tetap
pertahanannya sampai tahun 1983.
(AS)
di Philipina yang merupakan
1979
mempertahankan
Pada
1
1983 diadakan perjanjian baru mengenai Pangkalan
Asing
Clark
Juni
Militer
perbaikan
dari
perjanjian tahun 1979.
Adanya
bahwa
pangkalan
tersebut
Philipina tentu memihak salah satu
ada serta secara
ke
militer
dalam
lainnya
membuktikan
kekuatan
yun.=*
tidak langsung akan melibatkan Philipina
perse lisihan antara AS dengan
(Uni Soviet).
kekuatan
be^ar
Hal ini jelas bertentangan
dengan
prinsip netralitas yang menolak keterlibatan dalam perse*
libihan.
Selain
itu
adanya
akan ntengundang kekuatan
negara-negara
anggota
pangkalan
militer
(Vietnam)
yang
pangkalan asing di Philipina
luar untuk terlibat dalam urusan
ASEAN,
ini
tampak
Uni Soviet di Da Nang
didirikan untuk
pangkalan militer AS tersebut.
dari
dan
mengiirbangi
Situasi
adanya
Cam
Ranh
keberadaan
seperti ini sangit
menghambat terwujudnya netralitas di Asia Tenggara.
Pada
perjanjian
akan
mengenai
berakhir.
menf>ntukan
masih
Skripsi
bulan
akan
September
1991
pangkalan
Sampai sejauh
yang
militer
akan
AS di Philipirit
ini Philipina
sikap yang pasti apakah
diperpanjang atau tidak.
masih
perjanjian
Hal
datan*
ini
belj.-i
tersebut
mendorong
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Singapura
armada
untuk menawarkan fasilitas
Angkatan
perpanjangan
mempunyai
Laut
AS
perjanjian
alasan
apabila
kepada
ASEAN
benar-benar
kekosongan
menjadi
bagi
karena
angkat
ini akan diisi
ancaman
mem.intf
apabila
perlindungan
harus
bagi
men'll
Singapura
yang eukup realistis,
AS yang telah memberikan
bisa
Philipina
tersebut.
pasukan
Philipina,
pelabuhannya
keamanan
kaki
dari
kekuatan asing yar.g
stabilitas
A =51
keamanan
74
Tenggara.
Selama
statement
Asia
ini ASEAN memang belum pernah membuat suatu
yang
jelas mengenai
Tenggara.
kehadiran militer
Walaupun demikian,
militer
alasan Malaysia
pemberian
fasilitas
AS
di
menghamb&t
usaha inewujudkan ZOPFAN dan ZBSN juga
01
AS
b-ihw.i
Singapura
akan
sanest
t e p a♦t .75
Apabila
bukan
berarti
militernya
akan
AS
Soviet
di
maksimal
Tentunya
hal
meninggalkan
akan
Vietnam.
menggunakan
secara
sampai
Asia
meninggalkan
Malah kemungkinan
pangkalan
Da Nang dan
agar dapat menguasai
ini tidak dikehendaki
pangkalan
besar
Cam
Asia
oleh
Tenggara,
Soviet
Ranh
Bay
Tenggara.
negara-negara
anggota A S E A N .
Melihat
kenyataan
itu, menurut
antara negara negara ASEAN s e n d i n
■in
untuk
yang
Karena
Skripsi
hemat
tampaknya
t^rbuka maui-un
keberadaan
di
masih ada kecenderuJ.j
memihak salah satu kekuatan besar,
dinyatakan secara
saya,
pangkalan
secara
yaitu
A.r-,
diam a. mi
militer
AS
ji
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
b1
Philipina itu menguntungkan negara-negara di kawasan Asia
Tenggara
yang
n on -k om un is . Bahkan
Sihite,
gagasan
ZOPFAN
menurut
merupakan
hal
Arusson
yang
Controversial karena sebenarnya ASEAN sangat
Kehadiran militer AS di Ay 1 a Tt-nggara . ^
sangai
membutuhkan
Kalau keny-atayn
nya demikian,
maka keadaan seperti
syarat
harus dipenuhi untuk dapat
yang
M.
itu jauh dari
syarat-
disebut
netral
menurut hukum internasional.
Lebih
jauh
lagi,
keinginan
untuk
mewujudkan
netralisasi Asia Tenggara sesuai dengan konsep ASEAN jutfa
akan
mengalami banyak kesulitan karena adanya
AS di kawasan
ini akan mengundang kekuatan
kan
Asia
kawasan
Tenggara
sebagai
pangkalan
lain
ajang
menjadi
pertarungan
mereka.
68
Badan
Penelitian dan Pengembangan Luar
Ea.sjXik_cLan. IapggaEan.-J^rJ3ada^ iLsiPbentukan_EB£,
1982, h. 43.
Negeri,
Jakarta,
69I b i i . , h. 4 4 .
70
Laporan
Delegasi RI pada pertemuan ke-6 CSO
Kuala Lumpur 1975, Departemen Luar Negeri RI, h. 2.
di
71
Indra M. Damanik, Pembentukan Zona Bebas Senjata
NukJir di Asia Tenggara, Jurnal Luar N e g e r i . No. 3, Maret
1906, h. 7.
7 2 Ibld,. , h. 71.
73
Nana
S. Sutresna,
Indonesia dan Masalah Ferlj
cutan Senjata Nuklir,
Jurnal Luar tfeflgxi, No.
6,
April
1987, h. 85-86.
*7 1
Arusson
M.
Sihite, "Peranan Militer
AS dalan
Stabilitas Asia Tenggara', J_aaa..Pas. 2 2 Agustus 1989,
h.
VI .
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
7 5 T l .,
L h is l
76 Ibid
Tk - t
77
I h ld
7 8 T, • .
ItuxL
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
B A B
V
P E N U T U P
1. Kesimpulan
Deklarasi
Menteri
Kuala Lumpur 1971 dicetuskan oleh
Luar Negeri negara-negara anggota ASEAN
para
sebagai
reaksi perkembangan politik yang terjadi di Asia Tenggara
sekitar
tahun
menyatakan
untuk
bahwa
mengambil
mengukuhkan
Tenggara
dan
1970.
langkah-langkah yang
berarti ASEAN
antara
ASEAN
tangan
telah
untuk
terhadap
perdamaian,
lain
bertekad
diperlukan
penghormatan
bebas dari campur
Asia
kemerdekaan
kekuatan-kekuatan
melaksanakan
kerjasama
di samping kerjasama di bidang yang lain.
Deklarasi
internasional
ASEAN,
dan
sebagai suatu wiiayah
Ini
politik,
negara-negara anggota
peng&kuan
netral,
luar.
Isi dekLarasi tersebut
Kuala
Lumpur
merupakan
yang diadakan oleh
karena
itu
tetap
perjanjian
negara-negara
mempunyai
kekuatan
anggota
mengikat
walaupun kekuatan mengikatnya itu tidak sekuat traktat.
Netralitas
anggota
ASEAN
yang
berbeda
dikemukakan
dengan
konsep
dikenal dalatn hukum internasional.
internasional
(impartial)
negara
lain
negara-negara
mesnuat
dimaksudkan
suatu
negara
hak-hak
dan
negara-negara
netralitas
yan^
Netralitas dalam hukum
sebagai sikap
terhadap
yang mendapat pengakuan
luar
oleh
tidak
pertikaian
dan
melalui sebuah traktat
kewajiban-kewajiban
memihak
negara
jaminan
dari
khusus
yanf
para
pihak.
53
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
54
Sedangkan
adalah
netralitas dalam Deklarasi Kuala
suatu
penggunaan
tanpa
konsep politis yang
kekerasan
(atau
dengan
tercapai
militer di wilayah
tersebut.
kata
dikehendaki,
Bahkan
pihak
sampai
artinya
belum
dirinci
1971
tiadanya
Asia
penting
sepakat mengenai bentuk
netralitas yang dimaksud,
para
menghendaki
belum) merinci hal-hal
konsep
Lumpur
Tenggara
sehubungan
sekarang • belum
netralitas
yang
sifat-sifat
khas
hak-hak dan kewajiban-kewajiban
serta tata cara
memberikan
pengakuan
dari
negara-negara besar dan negara-negara luar lainnya.
CSO
yang dibentuk sejak
Kuala Lumpur
pengaturan
dicetuskannya
Deklarasi
1971 ternyata belum dapat menghasilkan suatu
yang
terinci
mengenai
ZOPFAN.
Pengertian
ZOPFAN yang dirumuskan oleh CSO masih bersifat
dan
baru merupakan
terciptanya
ZOPFAN.
langkah awal yang
kondisi
yang
berusaha
diperlukan
untuk
untuk
pangkalan
mewujudkan ZOPFAN,
militer
AS
di
antara
Philipina.
membantu
mewujudkan
Sementara itu masih banyak hambatan
dihadapi
sementara
yang
lain
Adanya
harus
adanya
pangkalan
tersebut sesungguhnya merupakan dilema bagi negara-negara
anggota
di
ASEAN karena apabila pangkalan
Philipina,
maka hal
ini
dapat
itu tetap
mengundang
bejsar lainnya menjadikan Asia Tenggara ajang
mereka.
bukan
kartrrta
Nsmun
apabila AS angkat
kaki
dari
berada
kekuatan
per tarun
Philipina,
tidak mungkin keadaan akan menjadi lebih buruk
kekuatan-kekuatan
lain
akan
t r .n n
1
ber lomba-1v£iba
menguasai Asia Tenggara.
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
5b
2. Saran
a. Mengingat
sederhana,
conduct
isi Deklarasi Kuala Lumpur 1971 yang amat
maka hendaknya ASEAN merumuskan suatu code
yang lebih
deklarasi ini.
diatur juga
jelas dan terinci
untuk
melengkapi
Dalam code of conduct tersebut
sejauh mana
kekuatan
pihak yang berkepent ing an , termasuk
of
hendaknya
mengikatnya bagi para
sanksi dan cara^cara
penyelesaian sengketa.
b.
lebih
Hendaknya
jelas
netralitas
khas
dan
serta
ASEAN merumuskan
dan
terinci,
terutama
yang dikehendaki dengan
netralitas yang dimaksud serta
ke wajiban-kewajiban para pihak
mengatur
makna
ZOPFAN
mengenai
merinci
tatacara negara-negara
bentuk
sifat-sifat
merumuskan
yang
secara
hak-hak
berkepentingan
luar
memberikan
pengakuan terhadap Deklarasi Kuala Lumpur 1971.
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR
B
U
BACAAN
K U
Academy
Science
of USSR,
International L a w .
Publishing House, Moscow.
Languages
Ali Sastroamidjojo, Pengantar. Hukum_Intern.asional,
tara, Jakarta, 1971.
Bhra-
Fenwick,
Charles
G.,
International L a w . 4 ^
Edition,
Central Book Co., Taiwan, Republic of China, 1971.
Hingorani,
R.C., Modern International L a w , Oxford &
IBH
Publishing Co., New Delhy, Bombay, Calcutta, 1982.
Mochtar
Kusumaatmadja,
Pe.nffantar__Hukum In te rna sio na l.
Binacipta, Bandung, 1982.
Oppenheim,
London,
L.,
International Law.-A Treatise..
1980.
Longmans,
Roeslan Abdulgani, Asia Tenggara di.tengah.Raksasa D u n i a .
cet. I, Lembaga Studi Pembangunan, Jakarta, 1978.
Starke, J.G., Introduction .to. the International Law.,
Edition, Butterworth, London, 1984.
,
Group,
Bandung,
Justitia
9 th
Study
1986.
I,
Armico,
Bandung,
1985.
_________ Hukum Per/iani ian In ternasional. Armico,
1985.
Ukasah
Mar tad isastra,
A ^ E A N . Remaja Karya,
A n a l i s a . No.
Badan
IX, CSIS,
Perbandingan Administrasi Net?ara
Bandung, 1987.
Jakarta,
1983.
Penelitian dan Pengembangan
Negeri Republik Indonesia,
Skripsi
Bandung,
Masalah-masalah
Jakarta,
Luar
1982.
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Badan
Penelitian dan Pengembangan
Masalah-masalah
Luar
Negeri, Empat Negara Besar dan Asia T e n g g a r a . Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta, 1980.
Eo o no mi ca . vol. XII/5,
1983.
J u r n a l ■Luar N e g e r i . No.
3, Maret 1986.
J_nrnal_Luar- -Negeri. No.
6, April
1987.
Kantor Penerangan Perserikatan Bangsa-Bangsa,
E
dan. Statuta Mahkamah In ternasional. Jakarta.
Laporan
Delegasi Republik Indonesia pada Pertemuan
ke-6
CSO di
Kuala Lumpur, 1975, Departemen
Luar
Negeri
Republik Indonesia.
Tsknologi Strategi M i l i t e r . No. 4, Th.
1/1987.
K o m p a s . 9 November 1988.
Suara K a r v a . 19 Mei 1981.
Suara K e r d e k a . 28 November
1987.
Surabava P o s t . 15 Agustus 1989.
Skripsi
EVELINA PADMASARI WIRANTO
T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL
TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971
Download