ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga SKRIPSI EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGQA SURABAYA Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 S K R I P S I DIAJUKAN DAN UNTUK MEMENUHI MENCAPAI MELENGKAPI TUGAS SYARAT-SYARAT UNTUK GELAR SARJANA HUKUM OLEH EVELINA PADMASARI WIRANTO 038512093 FAKULTAS HUKUH UNIVERSITAS AIRLANGGA S U R A B A Y A 19 Skripsi 8 9 EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga DIUJI PADA K E T U A J. HEHDY AN 15 DESEMBER T E D J ONA GO RO, S.H. : , S.H. ANGGQTA : 1. HERMAWAN P S . NOT0DIPOERO, 2. I WAYAN TITIB SULAKSANA, Skripsi 1989 : SEKRETARIS EH TANGGAL S EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selaraa-lamanya. kupersembahkan kepada 'Pa dan Skripsi 'Ma tercinta EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga KATA Segala pujian, bagi Allah Bapa PENGANTAR syukur, dan Tuhan hormat dan kemuliaan hanya Yesus telah Kristus yang menyertai saya dengan kasih karunia dan rahmat, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, kasih kepada mendidik saya ingin mengucapkan papa dan mama yang telah saya dengan kasih yang tulus. mengucapkan terima membesarkan Selain itu, terima kasih dan penghargaan yang dan saya setinggi- tingginya kepada: 1. Bapak Hermawan dengan lisan Ps. Notodipoero, S.H., M.S., yang periuh kesabaran dan perhatian membimbing penuskripsi ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Bapak J. Hendy T e d jo nag or o, S.H. yang telah bersedia menjadi ketua penguji. 3. Bapak Eman, 4. Bapak I S.H., M.S. yang bersedia menjadi penguji. Wayan Titib Sulaksana, S.H., M.S., sebagai penguji dan teman diskusi yang banyak memberi dorongan dan saran yang sangat membantu saya. 5. Saudara-saudaraku seiman di Jakarta yang telah m em b a n ­ tu saya selama saya mengumpu 1kan data di Jakarta. 6. Kakakku Jusuf dan saudaraku seiman, membantu pengetikan skripsi Judy S. ini. 7. Stiinua rekan yang tak dapat saya sebutkan namanya, telah y-frnf? menolong saya dengan meminjamkan y.*r.*T buku-buku j,m v Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga bahan-bahan lainnya, Akhirnya, bermanfaat saya maupun dengan doa dan perhatian. berharap bagi para pembaca dalam semoga skripsi rangka ini pengembangan studi mengenai ASEAN. Surabaya, 24 Desember 1989 Penulis vi Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga D A F T A R KATA P E N G A N T A R ......................................... DAFTAR BAB I S I v I S I ............................................. vii I : PENDAHULUAN . . .............................. . 1 1. Per mas al aha n: Latar Belakang dan Rumusa n n y a ..................................... BAB 1 2. Penjelasan J u d u l ......................... 6 3. Alasan Pemilihan J u d u l .................. 7 4. Tujuan P e n u l i s a n ......................... 7 5 . M e t odologi................................ 8 6. Pertanggungjawaban Sistematika......... 9 II: DEKLARASI KUALA LUMPUR TENTANG Z O P F A N .... 11 1. Latar Belakang Lahirnya Deklarasi Kuala Lumpur tentang 2 0 P F A N ................... 2. Deklarasi Kuala Lumpur ditinjau dari Hukum Perjanjian Internasional......... BAB 11 14 III: KCNSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1 9 7 1 ................................. 23 1. Netralitas aebagai Konsep Hukum Inter­ national ......... ......................... 23 a. Sejarah dan perkembangan konsepsi netra litas............................ b. Pengertian n e t r a l i t a s ................ 2. Netralitas dalam Deklarasi Z O P F A N ..... BAB 2 'i j... 3' IV: KONSEP NETRALITAS DEKLARASI ZOPFAN DALAM P R A K T E K ....................................... 45 vii Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 1. Usaha-usaha yang Dilakukan dalam Rangka Hewujudkan Netralisasi Asia Tenggara... 45 2. Hambatan-hambatan dalam Usaha Mewujud- BAB DAFTAR kan Natralisasi Asia T e n g g a r a .......... 48 V: P E N U T U P ....................................... 53 1. K e s i m p u l a n ................................ 53 2 . Saran ...................................... 55 BACAAN viii Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN 1. Pe rm asa la han : Latar Belakang dan RumaSArinx& Organisasi regional ASEAN (Association East Asian Nation), 8 Agustus 1967, Ramos yang ditandatangani oleh Thanat dan pendiri dari Bangkok, Menlu dari Muangthai, Narciso Indonesia, Wakil Perdana Pembangunan Nasional Malaysia Tun Menlu ASEAN regional Menlu Adam Malik Khoman henteri/Menteri Razak lahir berdasarkan Deklarasi dari Philipina, Menlu of -South S. Rajaratnam dari ini menyadari arti dengan tidak Abdul Singapura. pentingnya mengesampingkan Para kerjasama pengalaman- pengalaman dari wadah-wadah regional sebelumnya. Menurut wadah J. kerjasama Soedjati regional Djiwandono, tidak ASEAN sebagai memperlihatkan fokus, penekanan atau titik berat pada sesuatu bidang kehidupan. Bagian pertama "PERTAKA, Deklarasi Bangkok sekedar menyatakan, pembentukan suatu Perserikatan bagi Kerjasama Regional di antara negara-negara Asia Tenggara yang dikenal sebagai Perserikatan Bangsa-bangsa Asia akan Tenggara (ASEAN).1 Lebih bahwa lanjut motivasi J. Soedjati utama didirikannya kerjasama pertimbangan politik dinyatakan yang melandasi ASEAN dan Djiwandono dan adalah keamanan. secara tegas dan eksplisit, menyatakan mendorong pertimbangan Walaupun tidaK berdirinya ASEAN 1 Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga tidak dapat politik waktu dilepaskan konfrontasi kaitannya Indonesia 2 dengan terhadap itu. Didirikannya ASEAN atas berakhirnya Malaysia prakarsa pada Indonesia, dapat dianggap sebagai bukti dan jaminan tekad dan itikad baik pihak Indonesia untuk mengakhiri politik konf-rontasi dan memulai policy), selain bergantinya pada itu haluan mulanya terutama luar politik bertetangga juga baik tersebut neighbour dan didorong dimungkinkan politik luar negeri Indonesia dekat dengan negara-negara Uni Soviet dan kemudian RRC, negeri (good yang lebih condong adalah pencerminan ke blok komunis, ke suatu Barat. perubahan Indonesia ke arah sikap antikomunis yang peristiwa pemberontakan PKI pada tahun yang politik Kedua hal dalam negeri timbul karena 1965. Persamaan sikap politik dan orientasi ideologi yang non-komunis antara kelima negara anggotanya merupakan faktor di penting yang ikut memupuk persatuan mereka dalam ASEAN. Pertimbangan ASEAN, keamanan bagi kelima negara dalam Deklarasi Bangkok dinyatakan dalam anggota kalimat, bahwa mereka ” ... bertekad untuk menjamin stabilitas dan keamanan mereka dari campur tangan luar dalam bentuk dan- manifestasi ASEAN, mereka menyelesaikan secara damai, mereka apapun....". mampu berusaha Jadi, dengan mencegah, konflik-konflik intra bersatu dalam membendung regional sehingga dengan solidaritas mencegah kemungkinan campur yang mengancam keamanan, Skripsi 2 dan mereka persttuan tangan keutuhan dan kedaulatan dan Suing mereka. EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 3 Adapun bentuk-bentuk kerjasama yang disebutkan secara terinci dalam Deklarasi Bangkok ditujukan untuk mendukung maksud dan tujuan pokok ASEAN yang bersifat politik dan bersendikan pada segi keamanan tersebut. Kerjasama ASEAN dalam bidang politik tampak' Deklarasi (Zone dalam Kuala Lumpur 1971 yang dikenal sebagai of Peace, Freedom and Neutrality), yaitu wilayah Asia Tenggara sebagai Kawasan Damai, Netral. ZOPFAN, yang ditandatangani ZOPFAN konsepsi Bebas pada dan tanggal 27 November 1971 oleh wakil-wakil dari kelima negara ang&ota ASEAN, dalam tersebut menyatakan bahwa mendasarkan diri kepada "Deklarasi Perdamaian yang preambulenya Deklarasi Peningkatan Dunia dan Kerjasama" Konferensi Bandung memaklumkan adanya prinsip-prinsip 1955 hidup 4 berdampingan secara damai (peaceful co-existence). Deklarasi tentang Kuala netralitas, Lumpur tidak tetapi juga masalah kemerdekaan. Adapun (neutrality) ditafsirkan tentang oleh tim kata ahli hanya mengatur perdamaian dan "netralitas" ASEAN sebagai b e r i k u t :^ Neutrality means the maintenance as a state of impartiality in any war between other states as understood in international law and in the light of the UN Charter; however, taken in context of the Kuala Lumpur Declaration, it means that Zone states: shall undertake to maintain their impartiality and shall refrain from involvement, directly or indirectly, in ideological, political, economic armed or other forms of conflict, particularly between powers outside the Zone, and outside powers shall not interfere in the domestic or region'll affairs of the Zone states. Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Konsep netralitas 4 yang dikembangkan oleh banyak mendapat inspirasi dari adanya persaingan negara adikuasa, ASEAN negara- baik antara AS dan US di satu pihak, dan Sino- Soviet di pihak lain. Dengan demikian jelas, netralitas ASEAN berbeda dengan konsep konsep netralitas yang dikenal dalam hukum internasional. Konsep netralitas pada mulanya tumbuh dari pengertian politik internasional sebagai usaha pengaturan hubungan internasional. internasional Grotius. muncul Netralitas sebagai konsep pada abad XVII, dikemukakan Dalam bukunya"The Law of War and disimpulkan memihak, terdapat dapat bahwa kenetralan bukanlah suatu sikap tidak dalam arti tidak membantu dengan "unjust perkembangan Hukum Internasional, menggunakan oleh Peace" tetapi berperang hukum cause''. baru dengan Pada artinya perang tidak membantu salah satu pihak; memakai istilah "neutrality", Dengan demikian, g tidak berpihak (impartial). selanjutnya, yang XVIII, dua ahli Bynkershoek dalam suatu sedangkan Vattel yang berarti tidak salah satu pihak. Abad-abad abad munculnya Bynkershoek dan Vattel. istilah "non-hostess", negara memilih netral di sini berarti konsep netralitas terus mengalami p er kem b a n g a n . Kulai dari Deklarasi Paris 1B56, Konvensi Den Haag 1899 dan cukup 1907. Perkembangan yang berarti adalah akibat dari tidak dapat digunakannya konsep-konsep Kemudian Skripsi dalam tersebut dalam Piagam PBB Perang Dunia diatur bahwa I dan latfi II. negara-ne^ara EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga anggota b PBB tidak mempunyai hak kenetralan mutlak. negara-negara Dunia Ketiga, konsep netralitas berkembang sebagai akibat rivalitas negara-negara super-power. Bagi terdiri ASEAN, dari sebagai organisasi negara-negara Bagi 7 regional berkembang, yang netralitas bukanlah berdiri sendiri dan metniliki pengertian sendiri, tetapi raerupakan Freedom*', yang kelanjutan dari "Peace bahwa kemauan politik (political will) untuk bekerjasama dalam suatu wilayah damai, harus and diakui mewujudkan dalam kenyataannya kata bebas dan netral di kawasan Asia Tenggara tampaknya tidak ditunjukkan secara seimbang ASEAN. oleh Ketidakseimbangan semua tersebut negara anggota tampak dengan masih sejumlah persekutuan pertahanan yang melibatkan negara anggota ASEAN; misalnya persekutuan adanya sejumlah pertahanan antara Philipina dengan Amerika Serikat yang memberi kepada AS (Jdara untuk menggunakan Teluk Subic Clark pertahanan sebagai pangkalan dan militernya. hak Pangkalan Persekutuan antara Muangthai dengan AS, yang menberi hak kepada AS untuk membangun gudang logistik perangnya di g wilayah Muangthai, Bahkan beberapa waktu yang lalu, Singapura Serikat menawarkan apabila fasilitas militer kepada Amerika Philipina tidak mau lagi menjadi g rumafi bagi pangkalan-pangkalan AS pada tahun 1991. Semua pangkalan militer itu bertujuan sama, akan secara Skripsi saling membantu militer oleh jika salah negara lain. satu Dan pihak jika tuan yaitu diserang hal itu EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 6 terjadi, maka keadaannya akan semakin rumit. demikian pencapaian gagasan ZOPFAN akan menjadi Dengan semakin jauh. Dari uraian di atas, 1. Seperti kita ketahui, negara timbul p erm as ala ha n: ZOPFAN dicetuskan oleh anggota ASEAN melalui sebuah Deklarasi suatu Kuala Lumpur deklarasi 1971. deklarasi Bagaimana menurut negarayaitu kedudukan Hukum Perjanjian Internas ional? 2. Sehubungan atas dengan konsepsi netralitas ASEAN telah disebutkan netralitas yang Internasional, tersebut berbeda biasa di dengan mana dengan dikenal letak konsepsi yang konsepsi dalam Hukum perbedaan netralitas di konsepsi dalam Hukum Internasional? 3. Bagaimana konsep netralitas ASEAN usaha-usaha apa yang telah dalam prakteknya, dilakukan untuk mewujudkannya? Skripsi ini saya beri judul "Tinjauan Internasional tentang Konsep Netralitas dalam Kuala 1971“ , adalah Lumpur Konsep Netralitas konsep yang timbul dari kata Deklarasi mengenai Zone of Peace, yang Hukum Deklarasi dimaksud "Neutrality" Freedom and dalam Neutrality disingkat ZOPFAN yang ditandatangani di Kuala lumpur pada 27 Skripsi November 1971. Hukum Internasional juga mengenai EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 7 konsep netralitas yang telah dikenal sejak beberapa abad yang l a m p a u . Skripsi ini berusaha menerangkan makna yang terkandung dalam konsep Netralitas yang dikembangkan oleh negara-negara anggota ASEAN dengan jalan membandingkannya dengan konsep Internasional netralitas dan yang pelaksanaan ada konsep dalam ' Hukun tersebut dalam pergaulan internasional. 3. Alasan Pemilihan Judul Sampai sekarang masih belum ada keseragaman langkah di antara negara-negara kawasan untuk mewujudkan ZOPFAN. Asia gerak Tenggara Karena itu, melalui skripsi saya mencoba untuk menyumbangkan peninjauan secara Internasional terhadap ZOPFAN, dalam hal ini Hukum ini konsep netralitas. Walaupun demikian saya tidak menyangkal bahwa sebenarnya konsep ZOPFAN itu sendiri merupakan konsep politik. Tujuan penuligan skripsi ini, pertama adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi oleh seorang calon Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya. Tujuan kedua adalah untuk sumbangan pikiran bagi berkembangnya studi tentang memberi ASEAN khususnya konsepsi Netralitas yang tercetus dari Deklarn si Kuala Lumpur Skripsi 1971. EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 8 5.1. Pendekatan Masalah. Pendekatan adalah yang pendekatan digunakan dalam penulisan secara yuridis dan politis. ini Hal ini mengingat bahwa pendekatan yuridis saja tidak akan mendapatkan suatu hasil yang baik, karena dalam hubungan internasional> kepsntingan nasional yang berwujud politik luar negeri cenderung menonjol dibanding yang bersifat internasional. dengan aturan Karena itu tidak salah bila dalam penulisan ini digunakan pendekatan politik pula. 5.2. Sumber Data. Dalam penulisan ini, kan studi sumber data diambil berdasar- kepustakaan yang berupa buku, majalah, dan Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini sura t k a b a r . 5.3. Analisis Data. adalah metode deskriptif, gunaan komparatif dan analisis. metode deskriptif dimaksudkan fakta-fakta berdirinya yang ada, yaitu untuk sejarah, ASEAN dan lahirnya ZOPFAN, Peng- membeberkan latar belakang serta sejarah dan perkembangan konsep Netralitas dalam Hukum Internasional. Beranjak dari fakta-fakta tersebut, kan yang saya mencoba memberi- perbandingan (komparatif) antara dikembangkan Hukum daannya oleh ASEAN Internasional, baik secara dengan konsep Netralitas Netralitas untuk kemudian menganalisis teoritis maupun kenyataan dalam perbe dalam praktek/pelaksanaannya. Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Penulisan skripsi luan ini dimulai dengan Bab Pendahu- yang menguraikan secara garis besar latar belakang dan permasalahan yang akan dibahas untuk memberi gambaran mengenai isi keseluruhan skripsi ini. Bab kedua saya beri judul "Deklarasi Kuala tentang fakta ZOPFAN". Lumpur Di sini saya ingin mengemukakan yang melatarbelakangi lahirnya deklarasi faktatersebut untuk mengetahui motivasi dasar yang mendorong ASEAN aencetuskan Deklarasi Kuala Lumpur 1971. bungannya dengan perumusan konsep Hal ini erat hu - netralitas oleh CSO (Committee of Senior Officials) yang akan lanjut klarasi dalam bab ketiga. Kuala Internasional. Lumpur 1971 dibahas lebih Dalam bab ini juga dibahas D e ­ dari sudut Hukum Perjanjian Kedua hal ini dibahas dalam bab kedua ka- rena merupakan titik tolak pembahasan bab selanjutnya. Konsepsi Dalam bab ini, litas Netralitas dibahas dalam Bab ketiga. lebih dahulu saya kemukakan konsep yang telah dikenal dalam Hukum Internasional kemudian saya membahas konsep Netralitas yang kan oleh ASEAN, baru dikembang- lalu membandingkan dan menunjukkan perbe- daan serta pengaruh perbedaan tersebut dalam usaha judkan ZOPFAN di Asia tenggara. Bab ini membahas netralitas dalam hukum internasional dan dalam Kuala Lumpur Ne tr a­ 1971 secara teoritis. mewukonsep Deklarasi Karena itu saya menem patkannya dalam bab ketiga. Setelah Skripsi pembahasan secara teoritis, pada bab ke- EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 10 empat saya kemukakan fakta-fakta yang berhubungan dengan pelaksanaan atau usaha-usaha yang telah mewujudkan Netralitas ZOPFAN dan dengan dilakukan titik berat pada untuk konsepsi hambatan-hambatan dalam usaha mewujudkan ZOPFAN. Skripsi ini diakhiri dengan Bab Penutup yang memuat simpulan dan saran. dan Soedjati Djiwandono, “ASEAN: Kerjasama Politik Keamanan Regional", E c o n o m i c a . vol. XII/5, 1983, h. 10. 2I b i d . . h. Aspek VIII . 11. 3m £ i . , h. 12. 4 Mutamimul Ula Ar, "Tinjauan Hukum Internasional Netralitas ASEAN", Suara K a r v a . 19 Mei 1981, h. ^Roeslan Abdulgani, Asia Tentfgara di tengah Raksasa D n n i a . cet.I, Lembaga Studi Pemba ngu na n, Jakarta, 1978 (selanjutnya disingkat Roeslan Abdulgani I), h. 43. g Syahmin AK, Hukum Internasional H u m a n i t e r . jilid I, ARMICO, Bandung, 1985 (selanjutnya disingkat Syahmin AK I), h. 152. 7 Mutamimul Ula Ar, l o o .c i t . o Agus Rosyidi, "ZOPFAN dan Keinginan Menjadikan ASEAN sebagai Organisasi Persekutuan Militer", Suara M e r d e k a . 26 November 1987, h. II. ^Roeslan Abdulgani, "Quo Vadis Surabava P o s . 15 Agustus 1989 (selanjutnya Roeslan Abdulgani II), h. IV. Skripsi ASEAN?", disingkat EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga B A B DEKLARASI KUALA II LUMPUR TENTANG ZOPFAN 1 • Latar_Belakang Lahirnva Deklarasi__Kuala Gagasan Damai, Bebas Neutrality Lumpur__ ten- menjadikan Asia Tenggara sebagai dan Netral (Zone of Freedom and keinginan menjadikan negara-negara di situ sebagai "tuan rumah" di kawasannya sendiri. luar, - ZOPFAN) bermula dari Peace, Kawasan Artinya, bebas dari campur tangan kekuatan dari terutama dalam urusan politik dan militer di san ini. Keinginan menjadi tuan rumah itu tidak kawa- terlepas dari perkembangan situasi di Asia Tenggara sekitar 1970-an. kekuatan Saat itu, Inggris dan Amerika tahun Serikat, dua luar yang sangat dominan di Asia Tenggara, menunjukkan tanda akan meninggalkan kawasan mulai ini dan menyerahkan urusan keamanan regional kepada negara-negara di kawasan itu sendiri.10 Pemberitahuan mengenai niatnya Inggris pada bulan untuk mengundurkan diri Januari dari 1968 wilayah sebelah timur Suez berpengaruh terhadap kebijakan Inggris di Asia Tenggara. Peranan Inggris di Asia Tenggara nampak dari Perjanjian antara Inggris, Australia, Malaysia Selandia Bara, serta Singapura yang dikenal dengan Five Defence Arrangement pada 1971. Perjanjian Power ini menunjukkan bahwa Inggris tidak sepenuhnya melepaskan kekuatan mill ternya di Asia Te ng gara.11 11 Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Pada Nixon, bulan Juli 1969, Presiden 12 Amerika Serikat, mengeluarkan pernyataan yang dikenal dengan "Doktrin Nixon". Doktrin tersebut berisi seruan nama kepada bangsa-bangsa di Asia untuk lebih memegang tanggung jawab terhadap pertahanan dan keamanan di wilayahnya sendiri sehubungan dengan penarikan mundur pasukan AS dari nam dan pasukan Inggris dari "sebelah timur Suez" Viet­ (Malay­ sia dan Singapura). Kunjungan Wakil Presiden AS Spiro Agnew ke sebelas negara di Asia termasuk kelima negara anggota ASEAN bulan Januari 1970 mempertegas tekad AS untuk pada melaksana- kan kebijaksanaan barunya terhadap Asia dan mengungkapkan akibat-akibat bahwa diri, yang mungkin timbul. AS menyadari pula umtuk mencapai kemampuan mempertahankan diri sen­ kerjasama regional harus dapat d i l a k s a n a k a n . rut sudut pandang pihak AS, ASEAN akan membuktikan nya sebagai inti Doktrin Nixon yang akan seluruh Asia Tenggara. Namun diri- berkembang ke 12 ternyata AS tidak kebijaksanaan barunya tersebut. dipertahankannya Menu- sepenuhnya menjalankan Hal ini tampak dari tetap persetujuan mengenai Pangkalan Militer AS di Philipina berdasarkan Pakta Manila 1954 yang diperbaharui pada tahun 1979 yang isinya menyatakan bahwa AS tetap menggunakan Pangkalan Militer Subic dan Clark dalam batas'batas kedaulatan Philipina, selain itu memberikan bantuan ekonomi kepada Philipina. harus 13 Bagi RRC, Asia Tenggara secara ekonomis Skripsi AS merupakan EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga pasar dan sekaligus merupakan sumber 13 bagi kepentingan RRC. Pasca Perang Dunia II, hubungan RRC dengan AS menjadi buruk karena AS menganut politik ant i-komunis. memandang RRC sebagai bahaya yang ekspansionis dan halangi kepentingan AS di Asia Tenggara. tahun 1970-an, dipandang Oleh AS, menghadapi 14 Peranan Uni Soviet di Asia Tenggara dapat dari k ete r1ibatannya dalam Perang Vietnam, Utara pada tahun 1960-1975. RRC pengaruh Uni Soviet yang berusaha memperluas pengaruhnya. Vietnam meng- Tetapi menjelang hubungan tersebut membaik. dapat dipergunakan untuk AS dilihat yaitu membantu Tujuan kehadiran di Asia Tenggara adalah untuk mengamankan US kepentingannya dengan memperkuat posisinya di Vietnam, Laos, Kampuchea. US di satu pihak menghadapi RRC, di pihak lain menghadapi pengaruh AS dengan memperluas pengaruh US di Asia Te n g g a ­ ra. ^ Gagasan bersama Soviet untuk membentuk sistem Asia tidak mendapat sambutan dari non-komunis di Asia Tenggara. Sebaliknya, keamanan negara-negara Soviet raencuri- gai ASEAN sebagai al&t politik AS. Kehadiran Jepang di Asia Tenggara terutama didorong oleh mempunyai kepentingan arti kelangsungan yang ekonominya. strategis dan perkembangan pertumbuhan Asia sangat Tenggara vital bilgi ekonominya. Juga merupakan daerah pemasaran yang meng unt ung ka n, sumber bahan Perarif* Vietnam, mentah dan tempat penanaman Jepang menjadi melayani kebutuhan perang AS. Skripsi sekali pemasok merupakan modal. terbesar Dalam yv jr.g 16 EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Menjelang pergeseran 1971, di Asia Tenggara terjadi perimbangan kekuatan antar negara besar menimbulkan yaitu tahun 14 dua kelompok yang berbeda. Kelompok yang pertama AS dibantu oleh Inggris, Jepang dan RRC; kelompok lainnya adalah Uni Soviet dibantu oleh negara-negara Asia Tenggara yang berhaluan komunis. Hal tersebut mendorong ASEAN mulai bersatu mengatasi Bermula dampak yang akan timbul dari dari usul Malaysia agar ASEAN untuk perubahan sesegera itu. mungkin mengusahakan diperolehnya pengakuan dan jaminan bagi Asia Tenggara netral, tujuan sebagai serta agar menjadikan mereka, suatu kawasan yang bebas dari campur damai, tangan asing, negara besar seperti AS, US dan kawasan Asia Tenggara sebagai para dengan RRC ajang tidak konflik Luar Negeri negara-negara anggota ASEAN di Kuala Lumpur, pada 27 melalui Sidang Khusus dan Menteri tanggal maka bebas November 1971 dicetuskanlah Zone Freedom and Neutrality Declaration. Dalam of Peace, 17 Hukum Internasional positif, dikenal adanya sumber-sumber hukum yang digunakan oleh Mahkamah Internasional dalam kepadanya. mengadili p e r k a r a -perkara yang Sumber-sumber hukum tersebut tercantum pasal 38 ayat 1 Statuta Mahkamah Internasional, (1) perjanjian-perjanjian Skripsi diajukan internasional, dalan yaitu: baik yang EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 15 bersifat umum maupun khusus, yang mengandung ketentuan-kqtentuan hukum yang diakui secara tegas oleh negara-negara yang bersengketa, (2) kebiasaan-kebiasaan Internasional, sebagai bukti daripada suatu kebiasaan umum yang telah diterima sebagai hukum, (3) prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab, (4) keputusan pengadilan dan ajaran-ajaran sarjana sarjana yang paling terkemuka dari berbagai negara sebagai sumtjgr tambahan bagi menetapkan kaedah-kaedah h u k u m . Menurut Mochtar Kusumaatmadja, sumber-sumber urutan penyebutan hukum dalam pasal 38 ayat 1 di atas menggambarkan pentingnya masing-masing tidak sumber. hukum karena masalah sumber hukum nana yang terpenting tergantung pada sudut pandang kita. sebagai sumber hukum formil, Perjanjian-perjanjian ting apabila masalah kita yang internasional dapat dianggap melihat dewasa diatur oleh ini semakin banyak perjanjian-perjanjian negara/perjanjian internasional, bahkan masalah-masalah yang diatur dahulu pen- antar termasuk oleh pula hukum i - saa n.19 keu bia Perjanjian maatmadja, internasional, menurut Mochtar adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk kan Kus u ­ akibat-akibat hukum tertentu. Karena itu mengakibatperjanjian tersebut harus diadakan oleh subjek-subjek hukum interna­ sional Artinya, yang menjadi anggota masyarakat internasional. bukan hanya negara-negara saja yang dapat bentuk suatu perjanjian internasiona1, tetapi juga nisasi-organisasi internasional dan subjek hukum Skripsi m<;aor*!•» lainriya EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga yang diakui oleh hukum Internasional. Pengertian perjanjian kan oleh 16 20 internasional yang dikemuka- Mochtar Kusumaatmadja di atas berbeda dengan definisi yang diberikan oleh A.S. Hershey yang mengatakan bahwa: ments "International treaties or Convention are agree­ or contracts between two or more negotiated for the purpose of states, creating, usually modifying or extinguising mutual and reciprocal obligations." Definisi ini senada dengan yang dikemukakan oleh Academy of Sciences of USSR: "suatu perjanjian internasional adalah suatu persetU' juan yang dinyatakan secara formal antara dua atau lebih negara-negara mengenai pemantapan, perubahan atau pembatasan hak-hak dan kewajiban mereka secara timbal b a l i k " . Dua definisi berhak di atas mengakui hanya negara untuk mengadakan atau untuk menjadi perjanjian internasional. Pemikiran saja yang pihak tersebut dalam dilandasi oleh pandangan konvensional bahwa hanya negara saja satusatunya subjek hukum internasional. Konvensi mengartikan yang perjanjian ditutup tertulis Wina dan 1969 21 tentang Hukum Perjanjian, internasional sebagai di antara negara-negara diatur oleh hukum di perjanjian dalam bentuk internasional.... Tapi bukan berarti hanya negara yang dapat menjadi pihak dalam perjanjian internasional karena perjanjian-perjanjian antara negara dengan subjek hukum lain selain negara antara subjek-subjek hukum internasional akan diatur secara tersendiri. Skripsi bukan dan negara 22 EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Dari beberapa internasional, pengertian 17 mengenai perjanjian dapat disimpulkan bahwa suatu perjanjian internasional mengandung unsur-unsur: 1. adanya persetujuan yang dinyatakan secara formal; 2. diadakan oleh subjek-subjek hukum internasional; ' 3. dituangkan dalam bentuk tertulis dan tidak tertulis; 4. diatur oleh hukum internasional; 5. bertujuan mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu. Deklarasi yang diadakan Indonesia, Kuala Lumpur 1971 merupakan oleh negara-negara anggota Malaysia, Philipina, perjanjian ASEAN, Singapura dan yaitu Thailand. Dituangkan dalam bentuk tertulis dan ditandatangani tanggal 27 November 1971. Dengan demikian Deklarasi Kuala Lumpur merupakan perjanjian perjanjian pada internasional, dalam hal multilateral karena diadakan oleh lebih ini dari dua negara. Perjanjian internasional mempunyai beberapa lah, antara lain traktat (treaty), (convention), piagam (charter), deklarasi protocol, arrangement, covenant, dan sebagainya. Mochtar agreement, accord, istilah dengan kata lain, di atas tidak (declaration), modus vivendi, mempunyai secara arti yuridis, tertentu, masyarakat perjanjian bangsa-bangsa yang diadakan dengan untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu. Skripsi ini semua istilah di atas merupakan pe rj a n ­ internasional dalam arti antara anggota konvensi Mengenai banyaknya istilah Kusumaatmadja menegaskan bahwa semua jian pakta (pact), isti­ tujuan 23 EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Deklarasi, internasional, menyatakan sebagai salah satu istilah menurut MacNair, hukum yang ada, dengan atau tanpa menciptakan hukum yang baru law, with or without modification, atau untuk mensahkan/menguatkan jaksanaan i • perjanjian biasanya digunakan atau policy). lb umum (affirms modifikasi (...declares some untuk existing or creates new -law), beberapa prinsip kebi- common principles of x 24 Menurut Qppenheim-Lauterpacht, istilah “deklarasi" digunakan dalam tiga arti yang berbeda, 1. Sebagai yaitu: judul dari batang tubuh ketentuan suatu janjian per­ (as the title of a body of stipulations of a treaty) yang memuat pedoman tingkah laku yang berusaha diikuti oleh Contohnya: jiban para pihak di masa yang akan datang. Deklarasi Paris 1856 tentang Hak dan Negara Netral, Deklarasi seperti Deklarasi St. Kewa- Petersburg 1868. ini tidak berbeda dengan traktat. 2. Sebagai pernyataan sepihak (deklarasi unilateral) yang menciptakan hak-hak dan kewajiban untuk lain. Contohnya: menyatakan bahwa suatu peperangan, 3. Dalam naran mengenai suatu negara deklarasi ketiga yang netral dalam dan lain-lain. penjelasan dan pedoman bertingkah laku yang pembemereka lampau atau penjelasan mengenai pandar.tf tujuan yang berhubungan dengan masalah-masaiah tertentu, Skripsi Perang, komunikasi antar negara, ikuti di masa an dan Deklarasi negara-negara disebut deklarasi. Deklarasi semacam ini EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 19 dapat menjadi sangat penting, tetapi deklarasi seperti ini dan jarang memuat hak-hak negara-negara ketiga. Contohnya: kewajiban-kewajiban Atlantic Charter, 14 Agustus 1941 antara Presiden Amerika Serikat Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Churchill yang pernyataan sikap kedua negara tersebut untuk terciptanya ketertiban dan perdamaian dunia. Ketentuan-ketentuan 1971 dapat dibagi dalam dua ketentuan yang menjadi isi deklarasi. Pembukaan Deklarasi Kuala Lumpur 1971 dengan yang Luar Negeri tegas telah Philipina, dimuat dalam bagian, yang Menteri Lunpur ketentuan- dan ketentuan- Ketentuan Pertana menyatakan negara-negara menarik negara-negara bahwa anggota kerjasama ASEAN regional Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand untuk bekerjasama dalam sosial dan kebudayaan di dalam ASEAN. Selanjutnya, Lumpur Philipina, 25 yaitu pembukaan mempercayai jasa-jasa bidang ekonomi, Kuala menjamin dalam Deklarasi Kuala ketentuan para rfiemuat 26 Ketentuan Pertama dalam Isi Deklarasi 1971 menyatakan bahwa Indonesia, Singapura dan Thailand telah Malaysia, bertekad untuk melakukan usaha permulaan yang diperlukan untuk mengukuhkan pengakuan dan penghormatan sebagai suatu Wilayah Damai, terhadap Asia Bebas dan Netral, Tenggara bebas dari setinp campur tangan k e k u a t a n ■kekuatan dari luar. Ketentuan Pertama Pembukaan dan Ketentuan Isi Deklarasi Kuala Lumpur dengan Skripsi kerjasama di 1971 menjelaskan bahwa antara negara-negara 27 Pertana ASEAN, anggotanya EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 20 bertekad untuk mulai memperjuangkan diakui dan dihormatinya Asia Tenggara sebagai Wilayah yang Damai, Netral (ZOPFAN) oleh kekuatan-kekuatan dari masa-masa yang akan datang. deklarasi Kuala yang Lumpur Bebas luar dan pada Karena itu menurut pengertian dikemukakan oleh Oppenheim, 1971 dapat digolongkan dalam Deklarasi kriteria de klarasi yang ketiga. Selain itu, salah satu ketentuan dalam Deklarasi Kuala Lumpur Pembukaan 1971 memuat pr ins ip-pr ins ip hukum internasional yaitu prinsip-prinsip yang menghormati daulatan dari dan integritas teritorial semua ancaman ataupun penggunaan kekerasan, melalui jalan damai internasional, sendiri, penyelesaian persengketaan-persengketaan hak dan 28 . hak penentuan 1971 deklarasi hasil kerjasama Karena itu dapat juga dimasukkan ke menurut Prof. Ko 2 henikov nasalah-masalah hukum. anggota dalam yang mengartikan ippluss to a £jtatement by two or more specific political, Skripsi negara- ekonomi Deklarasi sebagai suatu Hukum Internasional ("The Kuala pengertian term States dan peraturan inenguraiksn prinsip-pr insip umum Hubungan dan sen­ Deklarasi negara mengenai hal-hal politik yang khusus, sional negeri negara-negara deklarasi sebagai pernyataan oleh dua atau lebih yang nasib Sedangkan Deklarasi Kuala Lumpur dalam bidang politik. Lumpur bebas dan non-intervensi di dalam urusan dalam merupakan ASEAN atas persamaan negara-negara diri negara, ke- Interna Declaration regarding economies and legal question. Decia- EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 21 ration as a rule set out general principles of tional Relation and International Law"). 29 Berdasarkan tahap pembentukannya, dibedakan atas dua golongan, 1. Perjanjian tukan, yaitu: Interna- perjanjian dapat 30 yang diadakan menurut tiga tahap pSmben- yaitu: - perundingan; - penandatanganan; dan - ratifikasi. Untuk perjanjian seperti "perjanjian ini dapat digunakan istilah internasional/traktat". 2. Perjanjian yang hanya melewati dua tahap pe m b e n t u k a n , yaitu: - perundingan; dan - penandatanganan. Perjanjian seperti ini merupakan perjanjian yang se­ der hana sifatnya. Deklarasi yang Kuala Lumpur 1971 hanya melewati dua tahap pembentukan, dingan dan penandatanganan. harus melalui proses perjanjian yaitu perun­ Hal ini sesuai dengan penda- pat Starke bahwa deklarasi boleh, tidak termasuk atau dengan kata ratifikasi. kekuatan mengikat suatu deklarasi 31 lebih lemah Karena lain, itu, dibanding- kan dengan traktat. ^"Masihkah 20PFAN Relevan bagi Masa Tenggara?", K o m p a s . 0 November 1980. Skripsi Depan Asia EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 11 12 13 22 Ibid. Ukasah Martadisastra, , Remaja Karya, Bandung, 1987, h. 81. A n a l i s a . No IX/ 1983, CSIS, Jakarta, 14 I b i d ., h. 815. 15 Badan Penelitian dan Pengembangan Departeman Luar Negeri Republik Indonesia, 16 17 h. 814. Masalah-masa1980, h. 12. I b i d . , h. 25. Kompas, 18 Mochtar Kusumaatmadj a, sional. B Binacipta, Bandung, 1982, 19 20 I b i d ., h. Syahmin Armico, Bandung, II), h. 10. 23 24 25 Longmans, 107-108. 108-109. Itiid.. , h. 109-110. 21 22 h. AK, Hukum Per.1_an.iian I n t e r nas io nal , 1985 (selanjutnya disingkat Syahmin AK I b i d ., h. 10-11. Mochtar Kusuma at mad ja, o p .c i t . . h. Syahmin AK II, 111-112. o p .c i t .. h. 5. L. Qppenheim, London, 1960, h. 872. 26 Ketentuan Lumpur 1971. Pertama Pembukaan Deklarasi 27, Ketentuan Pertama Isi Deklarasi 28, Ketentuan Lumpur 1971. Ketiga Kuala Kuala Lumpur Deklarasi Kuala 1971. Pembukaan Academy Science of USSR, Languages Publishing House, Moscow, h. 251. 30 Syahmin AK II, o p .o i t .■ h. 14. 31J. G. Starke, Justitia Study Group, Bandung, Skripsi 1986, h. 230. EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga B A B III KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 a. Sejarah dan perkembangan konsepsi netralitas. Netralitas diakui sebagai suatu lembaga hukum internasional pada masa Grotius. Pada sikap tidak diakui tidak berpihak (impartiality) para pihak yang berperang, jadi peperangan jaman bahkan sebaliknya, antara dua bangsa, maka menjadi sekutu atau satu terhadap pihak yang lain. pihak ketiga itu harus Ini purba, oleh jika ter- pihak harus memilih salah satu di antara dua pihak rang tersebut, dalasi ketiga yang berpe- musuh dari pihak yang tidak berarti ikut berperang secara nyata, bahwa tapi mereka harus memberi bantuan kepada sekutunya jika diperlukan. Misalnya wilayah mengijinkan negaranya, kebutuhan-kebutuhan tentara sekutunya melintasi memberikan bantuan lain sekutunya dari perbekalan serta dan tidak memberi bantuan kepada pihak musuh. Pada akhir Abad Pertengahan, terjadi pe rke m b a n g a n , bahwa pihak-pihak yang berperang tidak lagi memaksa pihak ketiga untuk memilih salah satu di antara mereka. Nanun kewajiban-kewajiban hukum dan hak yang berhubungan dengan netralitas bahwa belum ada. Suatu negara dapat berpendapat ia tidak menjadi pihak dalam peperangan walaupun membantu salah bantuan-bantuan satu pihak dengan lainnya. uang, Untuk mencegah tentara hal u atiu tersebut. 23 Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga dibuatlah perjanjian-perjanjian yang menetapkan bahwa tidak ada pihak yang membantu musuh pihak yang lain dalam bentuk apapun, atau mengijinkan warganegaranya hal tersebut selama perang berlangsung. an-perjanjian melakukan Melalui perjanji- itu, diakui adanya perbedaan antara rregara- negara ketiga yang benar-benar tidak berpihak dengan yang berpura-pura saja. 32 Pada abad XVII, Grotius, War and Peace", dalam bukunya "the Law of memberikan dua prinsip umum. Yang perta- ma, negara-negara netral dilarang melakukan sesuatu dapat memperkuat perang dengan pihak jika belligerent "unjust cause", atau yang sulit menentukan pihak mana yang maka yang mengijinkan menyalurkan negara netral harus berperang secara melaksanakan menghalangi belligerent yang alasan perangnya "just", pihak pihak gerakan "just” . alasan Kedua, perangnya memperlakukan sama/seimbang dan dalam hal pihak- dalam tentara-tentara mereka melintasi perbekalan, yang hal wilayahnya, tidak memberikan bantuan kepada orang-orang yang diserbu. Dari lebih dua prinsip di atas tampak bahwa menekankan kepada kepantasan perang Grotius (justness war). Tidak ada netralitas di dalam just dan unjust NetraLitas dipastikan. sama, hanya timbul apabila "justness" Di sini netralitas berarti perlakuan baik itu perlakuan positif maupun negatif. Abad berikutnya, Konsepsi Skripsi tidak of war. dapat yantf 33 Bynkershoek dan Vattel merumus,kan tentang netralitas. Bynkershoek tidak mengguna EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga kan istilah "neutrality", hostes", 25 tetapi menggunakan istilah dia menggambarkan negara-negara netral non sebagai negara-negara yang selama perang berlangsung tidak berpihak dan tidak memberikan bantuan kepada pihak yang ber~ perang. Vattel, menggunakan istilah "neutrality" dengan mendefinisikannya sebagai bangsa-bangsa netral yang tidak berpihak pada salah satu pihak , menjadi sahabat pihak dan tidak membantu tentara yang satu untuk kan yang lain ('neutral nations' during a war, who take no one's part, parties, merugi' are those remaining friends common to both and not favouring the armies of one of them prejudice of the other). Selanjutnya dikatakan oleh Vattel umumnya tentara para pihak yang berperang, pihak to 34 netral bila kedua mengijinkan bahwa wilayahnya belligerent yang bangsa dilalui namun dapat bersangkutan oleh menolak melaksanakan 35 perang dengan "unjust ca u s e " . Jelas dengan di sini bahwa pendapat Bynkershoek pendapat Grotius. sedikit persamaan keduanya mengatakan Sedangkan pendapat dengan bahwa pandangan belligerent berbeda Vattel Grotius yang ada karena berperang dengan "just" boleh dibantu secara pasif. Pada abad ke-19, netralitas menjadi efektif dengun hadirnya Amerika Serikat sebagai negara netral yang pengaruhnya dalam perang antara Inggris dan Perancia, 1792. Di benua Eropa sendiri muncul beberapa negara Skripsi kuat y'jng EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga diakui Dalam sebagai abad negara netral, ini juga mulai yaitu Swiss terbentuk mengatur mengenai netralitas, 26 dan Belgia. norma-norma yang antara lain Deklarasi Paris 1856 yang memuat sebagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban op negara netral. Kemudian Konferensi Perdamaian d'i the Hague 1899 menyatakan akan mengatur Hukum Netralitas dalam konferensi yang akan datang. Pada netralitas Konvensi abad ke-20, peraturan-peraturan diwujudkan dalam Konferensi the mengenai Hague V dan XII the Hague 1907 memperlakukan Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban Negara-negara Netral dan di Darat dan terpenting di Laut. 37 Beberapa 1907. peraturan mengenai kewajiban-kewajiban tersebut Perang yang antara lain: 1. Negara salah netral tidak boleh memberikan satu dari pihak-pihak yang bantuan berperang kepada yang merugikan pihak berperang yang lain; 2. Negara netral tidak boleh memberikan fasilitas apapun untuk keperluan militer pihak-pihak berperang, tidak berkewajiban melarang warganegaranya tetapi untuk memberikan fasilitas-fasilitas d em ik i a n ; 3. Negara netral berkewajiban mencegah berperang memakai wilayah netralnya dan pihak-pihak sumber-sumber kekayaannya untuk maksud maksud militer; 4. Negara netral berkewajiban untuk mencegah tiap-tisp pihak berperang yang hendak campur tangan dalam uruiian hubungan Skripsi legal negara netral dengan pihak berperang EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 27 i 38 yang lain. Dua tahun kemudian, beberapa negara konferensi di London yang mencetuskan 1909 menetapkan yang negara ini dan Deklarasi London kewajiban-kewajiban netral dalam perang di laut. tidak 1909 hak-hak mengadakan Walaupun pernah dir at ifi kas i, namun deklarasi Deklarasi London telah banyak melahirkan hak-hak negara netral diakui sebagai kebiasaan. Dalam masa menyatakan Presiden 39 Perang kenetralannya Wilson yang Dunia I, termasuk beberapa Amerika mengumumkan bahwa AS negara Serikat. tetap memelihara sikap bersahabat dengan semua pihak yang terlibat perang. Tetapi pernyataan tersebut sulit halnya hak sebagai negara netral untuk "freedom of the seas" dengan adanya belligerent contraband selamnya netral melakukan blokade dan oleh Inggris; membawa dapat perluasan penangkapan sedangkan Jerman pengaruh juga Wilson bahwa Perang Dunia terhadap I hak-hak terhadap dengan kapal kapal-kapal mencabut pernyataan tersebut. dalam seperti menikmati dan penumpang netral dalam kapal musuh. Presiden tampak dipertahankan Akhirnya Di Netralitas sini tidak d ihormat i kebera daa nn ya.^ Apabila diatur hak-hak dalam Konvensi V dan X I [ the dan kewajiban-kewajiban Hague negara 1907 netral, maka masalah netralitas dalam Covenant Liga Bangsa-Ban^aa yang kabur. Skripsi dibentuk Menurut pada akhir Perang Dunia pasal 16 CLBB, kalau I menjadi anggota a^ak Liga EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga melanggar dengan CLBB dengan menjalankan perang, sendirinya dianggap menjalankan semua 28 maka ia perang harus terhadap anggota Liga lainnya ( "...it shall ipso facto deemed to have committed in act of war against all be other Members of the League").41 Jadi ketentuan tersebut 'dapat diartikan bahwa tidak ada anggota Liga yang bisa menjadi negara netral. Dalam Perang Dunia IX, AS pada mulanya kenetralannya, yang walaupun mendukung kapal laut Inggris. Pada tahun menunjukkan 1940, AS perusak ke Inggris sebagai imbalan sewa di Bermuda, berikutnya, Sewa demikian AS menyatakan Kepulauan Bahama memasok kebutuhan alasan ketidaknetralan perang kapal Selain itu, netral di pangkalan Jamaica. perang Tahun kejahatan karena self defence Sikap juga terhadap 43 Piagam PBB, Pasal 2 Jerman. AS mendukung tidak konsisten dengan gagasan netralitas yang sebenarnya. Dalam karena negara-negara alasan AS ini dapat dikatakan dengan dan oleh wilayah merupakan Pinjatn Inggris, selam yang berlebih-lebihan Eropa netralitas. mengirim AS mengikatkan diri kepada Perjanjian untuk Inggris. dan sikap 42 tidak. dikenal istilah dan ayat 5 Piagam PBB arti menyebutkan bahwa: semua anggota harus memberikan segala bantuan kepada PBB dalam suatu tindakannya yang diambil sesuai dengan Piagam ini, dan tidak akan memberikan bantuan kepada sesuatu negara yang oleh PBB g|kenakan tindakan-tindakan pencegahan atau pemaksaan. Menurut Skripsi DR. Ali Sastroamidjojo, dengan adanya EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga pasal tersebut kewajiban yaitu PBB pada anggota-anggota waktu PBB PBB mempunyai mengadakan dan kewajiban negatif untuk tidak kepada membantu negara Karena itu anggota-anggota dapat bersikap tidak memihak (impartial) memihak adalah syarat mutlak kenetralan, 2 ayat 5 Piagam PBB, PBB terhadap negara yang sedang ditindak PBB. Oleh karena sikap pasal dua tindakan, kewajiban positif untuk memberikan bantuan yang sedang ditindak PBB. tidak sedang 29 tidak maka berdasarkan anggota-anggota PBB tidak dimungkinkan untuk bersikap n e t r a l . ^ Namun Syahmin AK berpendapat bahwa netralitas masih dimungkinkan apabila dalam suatu pertikaian, Keamanan PBB tidak dapat mengambil Dewan tindakan yang disebabkan oleh dua hal, yaitu enforcement action diveto oleh salah satu anggota tetap Dewan Keamanan dan ada dead lock dalam Dewan Keamanan PBB. Jika maka masalah resolusinya dapat tidak terjadi diajukan ke Sidang mengikat para anggota demikian, Umum PBB PBB, yang sehingga setiap negara anggota berhak menentukan sikapnya terhadap pertikaian tersebut, negara-negara Dewan Keamanan termasuk bersikap netral. Selain itu anggota PBB dapat bersikap netral PBB mengambil ketiga keputusan dalam sebelum mengenai sertanya negara-negara suatu kolektif yang dilaksanakan PBB bila terjadi ikut tindakan pertikaian antar negara. Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 3D b. Pengertian netralitas. Henurut Oppenheim, istilah netralitas (neutrality) berasal dari bahasa Latin "neuter", dan mendefinisikannya sebagai suatu sikap yang tidak memihak yang diambil negara-negara berperang suatu terhadap negara-negara dan diakui oleh negara-negara yang sikap kewajiban dengan ketiga yang menciptakan oleh hak-hak berperang, dan di antara negara-negara yang ' yang kewajiban- tidak berperang negara-negara yang berperang ("neutrality may defined as the attitude of impartiality adopted by states towards belligerents, belligerents and third recognised such attitude creating rights and by duties between the impartial states and the belligerents"). Sedangkan pada menurut Roeslan hakekatnya bermaksud membendung kembangkan kekuatan integrasi dari dalam Untuk perlu dipenuhi beberapa syarat, sendiri dan menumbuhkan 47 netralitas kekuatan dari jiwa "self-reliance", dan Abdulgani, integrasi itu luar be des- serta memper- diri sendiri. antara yaitu jiwa percaya kepada berani hidup berdikari terutama lain kekuatan di bidang ketahanan nasional dan regional.48 Starke memberi batasan mengenai netralitas sebagai sikap suatu negara yang tidak negara-negara permusuhan which is berperang dengan yang berperang dan tidak ikut serta da Ian ("Neutrality denotes the attitude of a state? not at war with belligerents participate in the hostilities"). Skripsi turut and does not 49 EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 31 Definisi yang dikemukakan oleh Starke dapat dika- takan memperluas pengertian netralitas menurut Oppenheim, karena selain mencakup sikap tidak ikut tidak ikutserta dalam permusuhan. suatu bentuk desintegrasi tersebut dari menunjukkan berkembang pengertian penangkalan diri netralitas terhadap sendiri. bahwa juga Definisi yang dikemuna- kan ' Roeslan Abdulgani memusatkan kepada berperang kekuatan Definisi-defin isi pengertian netralitas sesuai dengan kondisi yang ada dalam itu kawasan yang be rsa ngk ut an. Perkembangan konsepsi netralitas tersebut suatu ciri khusus pada netralitas. membawa Ciri-ciri khu^us tersebut dikemukakan oleh Gppenheim sebagai b e r i k u t : ^ a. Netralitas sebagai sikap tidak memihak berarti mengijinkan tidak bantuan dan sokongan terhadap salah satu pihak yang berperang yang merugikan pihak lainnya atau memberikan keuntungan kepada salah satu pihak serta merugikan pihak lainnya. b. Pihak-pihak netral harus mencegah pihak-pihak berperang agar tidak menggunakan wilayah serta sumbersumber kekayaannya. Penerapan hal tersebut tidak hanya terhadap perang sesungguhnya di wilayah netral juga pengangkutan tetapi tentara-tentera, bahan-bahan peran*?. keperluari-keperluan tentara merupakan aktif pihak-pihak tindakan dan lain-lain. netral Hal itj s e l a m :i p e p er an ga n. <:•. Sikap Skripsi tidak memihak yang diinginkan, tidak berten- EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga tangan 32 dengan simpati pada satu pihak terhadap pihak dinyatakan memihak. dan lainnya selama sikap penolakan tersebut tidak dalam tindakan yang melanggar sikap tidak Mengenai tindakan kemanusiaan sebagai netral seperti pengiriman rumah sakit militer dokter-dokter para , obat-obatan, tawanan yang kemudahan Sekalipun b^serta keperluan perawatan untuk tidak dapat dianggap memihak. bagi&n sebagai tindakan yang memberi tindakan atau kenyamanan tersebut hanya untuk para tawanan salah satu pihak saja. d. Netralitas sebagai sikap yang menciptakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban, tidak mempunyai eksistensi selama masa d a m a i . e. Hubungan antara pihak-pihak yang berperang dengan pihak netral tidak rusak seluruhnya jika pecah perang. Hubungan itu tetap seperti sebelum pecah perang ditetapkan dalam diplomatik serta perdagangan. Schwarzenberger netralitas, 1. Negara yaitu: hal bekerjanya mengemukakan lima hubungan dasar hukum 51 netral tidak boleh berpihak dalam dilarang membantu pihak-berperang 2. Negara traktat, dan perang dan . netral harus mencegah agar wilayahnya janF&n sampai digunakan sebagai pangkalan operasi oleh piha* pihak berperang. 3. Negara yang tidak turut berperang harus dihormati sebagai negara netral oleh pihak-pihak yang berperang. Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 4. Negara netral dinetralisir itu berbeda karena dapat 33 dengan mengubah negara yang statusnya dari "netral” menjadi pihak berperang. 5. Setiap dan pelanggaran belligerent terhadap terhadap kewajiban negara yang pihak yang dilakukan lain oleh netral pihak merupakan ' satu pelanggaran Hukum Internasional. Dari ciri-ciri dan dasar hukum netralitas di atas, tampak bahwa netralitas mempunyai konsekuensi adanya hakhak dan kewajiban-kewajiban negara-negara netral pihak-pihak hak yang berperang. Oppenheim maupun mengemukakan dan dua kewajiban negara-negara netral dan dua negara- „ 52 negara yang^ K berperang. 1. Kewajiban negara netral: a. bertindak terhadap negara-negara berperang sesuai dengan sikap tidak memihak mereka. b. menyetujui penggunaan hak-hak pihak berperang untuk menghukum pedagang-pedagang pihak netral melanggar atau percobaan untuk melanggar pembawaan kontraband tidak netral mengunju ng i, atau kepada memberikan musuh menggeledah dan dan yang blokade, jasa-jasa karena akhirnya itu menangkap mereka. 2. Kewajiban-kewajiban pihak yang berperang: a. bertindak terhadap pihak-pihak netral sesuai dengan sikap tidak memihak mereka. b. tidak menekan mereka, Skripsi khususnya perdagangan mereka EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 34 dengan pihak-pihak musuh. 1. Hak-hak negara yang berperang: a. meminta sikap tidak memihak kepada pihak-pihak netral. b. menghukum warga melanggar negara blokade, pihak-pihak membawa netral kontraband, yang dan s e b a g ai ny a. 2. Hak-hak pihak netral: a. meminta negara-negara bertingkah yang berperang untuk laku sesuai dengan sikap tidak memihak pihak-pihak netral. b. meminta agar hubungan mereka khususnya perdagangan dengan pihak musuh tidak ditekan. Hak-hak kepada dan kewajiban-kewajiban tersebut bentuk maupun macam netralitas yang dikehendaki oleh pihak-pihak yang be rsa ngk ut an. Oppenheim mengemuka- kan bermacam-macam netralitas sebagai berikut: 1. Netralitas abadi Yaitu negara khusus, harus perang, adalah Swiss. timbul dan terhadap pihak-pihak yang oleh dari netralisasi damai kewajiban-kewajiban maupun untuk negara-negara hanya Lepas karena ditunjukkan baik pada masa hak-hak tidak membantu Skripsi yang dinetralisasi sama, untuk negara-negara yang demikian ini yang contohnya: kewajiban-kewajiban yang 53 (perpetual neutrality) netralitas traktat membawa netralitas netral lain. maupun secara Penerapan kewajiban untuk berperang tetapi tidak juga EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga kewajiban untuk untuk 35 mencegah penggunaan tujuan-tujuan militer wilayah netral pihak-pihak yang be r p e r a n g . 2. Netralitas sebagian clan netralitas umum (partial dan general neutrality) Netralitas wilayah negara sebagian adalah netralisasi suatu negara yang menimbulkan kewajiban yang bersangkutan tetap netral wilayah yang dinetralkan. adalah sebagian netralitas wilayahnya negara Sebaliknya, yang sejauh bagian netralitas tidak dinetralisasi dengan sukarela netralitas ada agar umum sebagian suatu traktat te rsend ir i . 3. Netralitas dan konvensional (voluntary dan conventional neutrality) Netralitas sukarela/sederhana/alamiah adalah netrali- tay suatu negara yang tidak diikat oleh suatu uirium maupun tertentu. khusus untuk tetap netral Sebaliknya, traktat dalam perang netralitas suatu negara karena terikat oleh traktat disebut netralitas konvensional 4. Netralitas bersenjata (armed neutrality) Netralitas bersenjata ini berhubungan dengan militer negara mempertahankan digunakannya berperang. juga Skripsi yang kenetralannya wilayah Selain digunakan mengambil netrai netral itu, dalam tindakan bertujuan terhadap oleh dengan yanf? bersenjata negara-negara militer untjk kemungkinun pihak-pihak istilah netralitas hal tindakan netrai maksud EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga mempertahankan pelanggaran hak-hak yang 36 kenetralannya dilakukan oleh terhadap pihak-pihak yang be r pe ra ng . 5. Netralitas kebajikan (benevolent neutrality) Traktat dengan yang netralitas tertentu, timbul tapi menuntut netralitas yaitu "kebajikan" apabila sering dalam dilengkapi suatu perang kewajiban-kewajiban karena netralitas tersebut bersifat negara netral tidak mendukung yang longgar, pihak-pihak yang be r p e r a n g . 6. Netralitas sempurna dan netralitas bersyarat (perfect dan qualified neutrality) Netralitas suatu negara dikatakan netralitas bersyarat atau netralitas tidak sempurna jika tetap netral secara keseluruhan, atau pasif, bantuan langsung kepada negara tetapi secara atau tidak langsung, salah satu tersebut pihak aktif memberikan berperang karena terikat oleh suatu traktat sebelum terjadi peperangan. Sedangkan netralitas sempurna/absolut, yaitu negara netral sama sekali tidak mendukung yang berperang secara aktif atau apabila pihak-pihak pasif, secara langsung atau tidak langsung. Adanya mempunyai maksud Deklarasi Kuala lanjut, Pembukaan Skripsi hanya berraacam-macam yang berbeda Lumpur 1971 disebutkan Deklarasi netralitas pula. tidak dalam tersebut Netralitas dijelaskan ketentuan bahwa tentunya daian lebih kesepuluh netralisasi Atiia EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Tenggara para adalah Menteri hendak 37 tujuan yang diinginkan oleh Luar Negeri menjajagi negara-negara cara-cara merealisasi gagasan tersebut. dan 54 ASEAN anggota ASEAN sarana-sarana Berikut ini akan dan untuk dibahas konsepsi netralitas dalam deklarasi tersebut. Pembukaan Deklarasi Kuala Lumpur 1971 menyatakan bahwa deklarasi tersebut dijiwai oleh semangat Konferensi Bandung 1955 yang meletakkan dasar-dasar bagi kemerdekaan dan perdamaian dengan menghindari campur tangan negara- negara besar non Asia-Afrika, terutama negara-negara yang menjadi Dingin. protagonis Abdulgani, Perang Menurut bagi kawasan Asia Tenggara gagasan Roeslan Konferensi Bandung 1955 mengandung arti rintisan ke arah netralisasi kawasan Asia adalah lima ■ yaitu: 55 Tenggara. Sedangkan prinsip hidup landasan berdampingan positifnya secara damai, 1. Mutual respect for each other's territorial integrity and sovereignty, 2. Non-agression, 3. Non-interference in each other's internal affairs, 4 . Equality and Mutual Benefit, 5. Peaceful co-existence. Gagasan Neutrality jelas, membentuk memerlukan karena Zone of penjelasan Peace, dan itu PanitLa Khusus yang Freedom penafsiran terbentuk and yang sejak lahirnya Deklarasi Kuala Lumpur 1971 yaitu CSO (Committee of Skripsi Senior Officials) dalam sidang-sidangnya pada tahun EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 38 1972 dan 1975 Pertama, telah tentang menentukan keseluruhan istilah Freedom and Ne ut ral it y". Kedua, Ketiga dan beberapa keempat, pengertian. "Zone of tentang istilah tentang istilah Peace, "Peace" "Freedom" dan "Neutrality".^ Mengenai "Zone of Peace, dikatakan sebagai berikut: Freedom and Neutrality" 57 "A Zone of Peace, Freedom and Neutrality exists where national identity, independence and integrity of the individual states within such a zone can be preserved and maintained, so that they can achieve national development and well-being, and promote regional cooperation and solidarity, in accordance with the ideals and aspirations of their peoples and the purposes and principles of the UN-Charter, free from any form or manner of interference by outside p o w e r s ." Berdasarkan penafsiran di atas, ditafsirkan secara tersendiri. sebagai berikut: masing-masing kata Kata "Peace" ditafsirkan 58 "Peace is a condition where the prevalance of harmonious and orderly relations exists between and among states; no reference; is hereby made to the internal state of affairs in each of the Zone states. A situation of ideological, political, economic, armed or other forms of conflict either among the Zone states themselves, between one or more of Zone states and outside powers, or between outside powers effecting the region is not a condition of peace." Jadi absence of istilah "Peace" di sini bukan war", lebih daripada itu, diinginkan adalah situasi dan kondisi di kerjasama antar ditingkatkan atas negara dasar dapat terus keuntungan sekedar "the perdamaian yang mana berkembang bersama benefit) demi kemajuan dan pembangunan rakyat dan Skripsi hubungan dan (mutual negara EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga masing-tnasing, menyelesaikan Untuk itu harus dapat konf 1 ik-konflik 39 meminimalkan inter-regional dan melalui musyawarah yang dilandasi jiwa "give-and-take''. Selain regional, itu masih diperlukan kondisi yaitu hubungan yang merdeka dan negara-negara luarnya. ekstern- bebas antara Asia Tenggara dengan kekuatan-kekuatan Kalau hubungan seperti itu tidak ada, suasana perdamaian akan sulit dipelihara karena di naka tuntutan kemanusiaan selalu kemerdekaan mengatasi perdamaian. Kata "Freedom" ditafsirkan sebagai berikut: 59 60 "Freedom means the freedom of states from control, domination or interference by other states in the conduct of their internal and external affairs. This means the rights of the Zone states to solve their domestic problems in terms of their own conditions and aspirations, to assume primary responsibility far the security and well-being of the region, and to arrange their regional and international relations on the basis of sovereign equality and mutual benefit, Tafsiran kata "Freedom" di sini hanya mengandung arti adalah 3uas. Bukan dalam arti politik maupun sosial ekonomis, bebas dalam merdeka mengandung arti milityrnya. Juga mengandung arti tidak Mengenai dikemukakan istilah saja, baik tetapi juga politik dan tergantung atau tindakan tidak menggantungkan diri (independent). 61 "neutrality' , dalam Bab Pendahuluan, tafsiran seperti ditafsirkan tcrlah sebagai K 'I t . :62 beriku Netralitas berarti memelihara keadaan tidak bt:r*»t B^belah dalam tiap perang antara negara-negara Lair, r^perti diartikan dalam hukum internasional dalasi rangka Piagam PBB. Akan tetapi dalam hubungar.ny^ dengan Deklarasi Kuala Lumpur, netralitas berarti Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 40 bahwa negara-negara dalam Zona Itu akan berusaha untuk memelihara sikap tak berat sebelah mereka serta tnenghindarkan diri dari keterlibatan mereka baik secara langsung maupun tidak langsung, ke dalam konflik ideologis, politis, ekonomis, militer dan bentuk-bentuk konflik lainnya, terutama antara kekuatan-kekuatan di luar Zona itu, dan bahwa kekuatan-kekuatan di luar Zona tidak akan ikut campur dalam masalah domestik atau regional negara-negara dalam Zona tersebut. Dari netralitas penafsiran dalam pengertian di atas Deklarasi netralitas dalam dilihat ZOPFAN hukum ZOPFAN mempunyai arti yang lebih khusus, diri dengan internasional PBB. dimaksud bersikap tidak berat sebelah bahwa berbeda Piagam untuk Netralitas yang dapat dalam Deklarasi yaitu serta dan berusaha menghindarkan dari keterlibatan secara langsung maupun tidak ke dalam berbagai bentuk konflik antara kekuatan-kekuatan di luar Asia T.,ggara, hak-hak dan kewajiban-kewajiban terhadap untuk namun tidak diikuti negara-negara melaksanakan oleh sebagai negara ketiga serta tidak hak-hak dan timbulnya netral ada jaminan kewajiban-kewajiban terhadap negara netral dari negara-negara ketiga sebagaimana netralitas dalam hukum internasional. Mantan Menteri Luar Negeri, Mochtar Ku s um aa tm ad ja , mengatakan bahwa netralitas dalam Deklarasi ZOPFAN diart. ikan secara politis daripada secara lebih letfa 1 . Netralitas dalam Deklarasi ZOPFAN berarti "commitment not to usse f u r ce , military force, in the whole area". Menurut Roealan Abdulgani, 1971 Skripsi berwatak Deklarasi Kuala "self-neutral ization' kolektif 63 Lumpur karena EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga deklarasi negara 4L tersebut dibuat secara sepihak oleh anggota ASEAN tanpa diikuti oleh "recognition" negara lanjut pengakuan negara-negara sekitarnya dan/atau besar netralitas yang berkepentingan negara-negara Roeslan Abdulgani sikap Lumpur kata itu menjunjung tinggi mengemukakan terhadap lain, berhubung netralitas dalam "guarantee" politis, atau maka jaminan, yang tetapi 'Lebih perlunya penghargaan Deklarasi 1971 oleh kekuatan-kekuatan dari bersifat dengan 64 be rsa ngkutan. yang atau negara- sehubungan recognition/pengakuan dan "respect for" atau dan negara- luar. 65 Dengan Deklarasi diperlukan Kuala ZOPFAN bukanlah ■‘recognition'' atau pengakuan saja. "Recognition and respect" yang dibutuhkan recognition dan respect dari negara-negara adalah adikuasa dan negara-negara besar lainnya yang mempunyai kepentingan di kawasan Asia Tenggara. Recognition dan respect secara eksplisit maupun implisit. berupa adanya itu dapat Secara eksplisit dapat deklarasi dari negara-negara yang secara tegas mengakui, menghormati luar dan ASEAN menjunjung tinggi Deklarasi Kuala Lumpur 1971 atau dapat juga berupa perjanjian bilateral antara salah satu negara luar dengan seluruh anggota ASEAN atau negara ASEAN dengan secara sendiri-sendiri. ASEAN masing-mas Ing Secara implicit, recognition dan respect dapat dinyatakan dalam sikap perbuatan mereka Skripsi yang terhadap mencerminkan recognition Deklarasi Kuala Lumpur dan 1971. dan recpect 66 Lebih EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga lanjut dikatakan bahwa untuk memperoleh recognition respect dftri "regional diikat negara-negara cohesion", dengan luar, maka harus diutamakan yaitu kohesi regional lebih tali solidaritas dan dahulu kepentingan ber^ma , 67 regio na l. Apabila berbagai dengan pengertian mengenai macam netralitas seperti yang dikemukakan Oppenheim, negara dikaitkan maka netralitas yang akan dituju oleh anggota ASEAN benevolent yang berarti mendekati pengertian oleh negara netralitas tidak mendukung pihak-pihak yang b e rpe ra ng. Pengertian diterapkan netralitas sempurna juga dalam mengartikan netralitas dalam netralitas Deklarasi Kuala Lumpur tidak mendukung pihak-pihak yang berperang secara maupun pasif, 1971 karena dapat secara langsung maupun sempurna berarti tidak langsung. Jadi netralitas dal,-«m Deklarasi Kuala Lumpur ynb^narnya be 1urn merupakan suatu aktif konsepsi 1971 legal yang pr?rmanen. Negara-negara anggota ASEAN harus mencapai kata sepykat terlebih dikehendaki. khas dulu mengenai Artinya, netralitas harus bentuk dirinci netralitas adanya sifat-sifat yang din&ktrud, hak-hak kewajiban para pihak serta negara-negara pengakuan dan kewaj i^u* dari negara-ne^.irs br*‘;ar dan Lumpur 1971 iiat.yaiah dasar yang dii-akai. untuk menjabairt*. pengertian ne 1 r j 1 i t y a n g luar lainnya. yang Deklarasi K (:u i diinginkan oleh iiegara-ne -itj anggota A S E A N . Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 32 33 34 35 L. Oppenheim, 43 h.285-286. LbifjL. , h. 628. Lb_id ■ IMii., h. 627. 3S R. C. Hingorani, Oxford & IBH Pub 1. Co., New 1982, h. 403. Modern.International Laji, Delhy, Bombay, Calcutta, 37 Ibid.. > 38 1A 1i Sastroamidjojo( P engantar Hukum In ternasion a l . Bhratara, Jakarta, 1971, h. 273-274. tra 39 R. C. Hingorani, loo., c i t . 40, Charles G. Fenwick, ___________________ Central Book Co., Taiwan, Republic of China, 719. 41 42 43 Ali Sastroamidjojo, R. C. Hingorani, 4 th Ed., 1971, h. o p . o i t ., h. 275. 1qc_ . c i t . Ali Sastroamidj oj o , ii. , h. 277. 44 Kantor Penerangan Perserikatan B an gs a- Ban gsa , P iaflam PBB dan S tatuta Mahkamah Intern ati on al. Jakarta. 45 46 47 Ali Sa^troamidjojo, op Syahmin AK I, Qp^clt-, .oi t . . h. 276. h. 165. L. Oppenheim, 48'Roeslan Abdulgani, "Perkembangan Politik Dunia dalam Dasawarsa Mendatang di Asia Tenggara dan Implikasinya terhadap Kawasan Asia Tenggara", Ketahanan Nas ional. No. 23, 1979 (selanjutnya disingkat Roeslan Abdulgani III), h. 81, 49st ^ Intioduotion to tl" Ninth Edition, Butterworth, London, 1984, ^°L. Oppenheim, qp h. 549. .c i t . , h. 654-659. 51 Schwarzenberger, International Law as Applied tiy Inte.rnaUjjiialX'ou.ria^and,tr.ibun.gilii, vol. II, The Law of Armed Conflict, 1968, h. 549-550. Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 52 L. Qppenheim, o p 44 .c i t . . h. 673. Ibid.. > h. 661-663. 54 Lumpur Ketentuan 1971. 55 56 57 58 59 60 61 62 Nuklir Roeslan Abdulgani Ibid., I, o p Deklarasi 65 66 67 Kuala .c i t . h. 34-35. h. 39. I b i d . . h. 39-40. I b i d ., h. 40-41. Roeslan Abdulgani III Roeslan Abdulgani I, Lb.id. I b i d ., h. 43. Mochtar Kusum aat na dja , ZOPFAN dan Zona Asteng: Mochtar "saya tidak naif", i Militer. No. 4 Th. 1/1987. 64 Skripsi Kesepuluh Pembukaan Bebas Roeslan Abdulgani I, o p .c i t . . h. 46-47. Ibid. I b i d ., h. 47-48. I b i d ., h . 5 0 . EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga B A B IV KONSEP NETRALITAS DEKLARASI ZOPFAN DALAM PRAKTEK A s i a .T.eaggaLE& CSO (Committee of Senior Officials), sejak dicetuskannya Deklarasi Kuala yang dibentuk Lumpur 1971, dalam sidang-sidangnya pada bulan Juli dan Desember 1972 merumuskan ZOPFAN dan definisi-definisi menetapkan yang pedoman telah berhubungan yang mengatur antar negara di kawasan Asia Tenggara dan dengan hubungan antara negara di kawasan Asia Tenggara dengan negara luar. Pedoman t e r ­ sebut berisi antara lain penghormatan terhadap integritas teritorial, kedaulatan bangsa di Asia damai, dan Tenggara, identitas nasional sesama penyelesaian sengketa secara tidak mendirikan basis-basis militer asing, menggunakan, menyimpan dan melakukan percobaan senjata nuklir di wilayah Asia Tenggara. 67 tidak senjata- Pedoman ter­ sebut dapat dianggap sebagai langkah awal untuk menciptakan kondisi bagi terwujudnya ZOPFAN. Sidang ketiga dan keempat tang pengakuan dan sebagai penghormatan kawasan damai, bebas dan menyepakati konsep tenterhadap Asia netral oleh Tenggara negara negara besar dan negara-negara lainnya yang mempunyai ke pentingan strategis, politis dan ekonomis di kawasan Asia Tenggara serta menggariskan cara negara-negara mengungkapkan pengakuannya dan penghormatannya, tersebut yaitu 45 Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga cara. eksplisit maupun implisit. 68 Pada sidang tahun 1975, disepakati yang dlambil bila terjadi pelanggaran baik yang dilakukan oleh terhadap negara-negara oleh negara-negara luar kawasan. langkah-langkah kawasan, kawasan maupun Tindakan-tindakanr yang dapat diambil: a. Dalam hal pelanggaran oleh negara-negara dalam zona - konsultasi antara negara-negara zona; - perundingan secara bilateral atau kolektif; ■ penyelesaian sengketa secara damai sesuai prosedur yang efektif yang akan dibuat oleh dengan negara negara zona; - setiap tindakan lainnya yang sesuai dengan Piagan PBB. b. Dalam hal pelanggaran oleh negara-negara luar zona - konsultasi antara negara-negara zona; - perundingan secara bilateral atau kolektif; - penyelesaian sengketa-sengketa secara dengan prosedur yang ada yang dapat damai sesuai dibuat oleh negara-negara zona dengan negara-negara di luar zona sjeruan dari negara negara zona kepada PBB dengan tujuan agar negara atau pelanggaran negara negara yang melakukan itu nenahan diri; ■ aetiap tindakan lainnya yang sesuai dengan PiaF*s PBB termasuk tindakan-tindakan kolektif yang mungKir. 69 dapat disetujui bersama oleh negar-negara zona. Pada tahun 1977, Skripsi Indonesia menyampaikan gaga.r-in EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga de n uk lir is asi . Gagasan bulan Januari 1984 ini 47 dibicarakan melalui lebih lanjut pada pembentukan ZBSN (Zona Bebii« Senjata Nuklir) yang merupakan langkah untuk mewujudk^n ZOPFAN.70 Tahun berikutnya, Sidang CSO di Kuala Lumpur ber sepakat bahwa ada kebutuhan untuk lam konsep ZBSN, menelaah secara mend;; terutama mengenai aspek-aspek yang meru- pakan per masalahan, seperli masalah transit jata nuklir melalui zona, storage atau se nj a ta -s en • penyimpanan dan 71 mendapatkan jaminan dari negara-negara nuklir. Sidang CSO tahun 1986 telah dapat mencapai kesefu katan dasar, antara lain dalam hal: a. Lintas (transit) Pada prinsipnya, untuk menjalankan tiap negara zona tetap keda u1atannya dalam hal atau menolak lintas senjata nuklir. memiliki hak mengijinkan Karena itu penting adanya komitmen negara-negara nuklir bahwa transit ka­ pal' kapal mereka tidak akan men gg an gg u, mengancam atau membahayakan keamanan negara-negara zona sesuai dengan ketentuan Hukum Int.eri.asional dan bahwa mereka tid^k saling menyerang di kawasan. b. Penempatari (stationing) Sementara ini tampak adanya kecenderungan untuk diu; tujui tentang perlunysi ketentuan mengenai larangan nampung aerijata nuklir. c. Hal penting lain yang perlu diketihui adalah larangan penggunaan yenjata nuklir, Skripsi namun mengt* n penggur* - * u EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 4d nuklir untuk muk^ud-maKsud damai harus tetap diijin 72 kan . Dari sidang-sidang menciptakan tersebut tainpak bahwa CSO baru langkah ewal yang berosaha membantu tercipta nya kondisi yang diperlukan untuk mewujudkan ZOPFAN-. r Jja ha tersebut perlu ditingkatkan lagi dengan merinci h=ak hak dan kewajiban-kewajiban negara zona, jaminan penguku an negara-negara sidang-sidang besar, CSO juga dan lain-lain. tampak bahwa yang dimaksud oleh ASEAN adalah Melalui konsep konsep ha^il netralitas politis seperti yang dikemukakan oleh mantan Menteri Luar Negeri RI Mjchtar Kusum aat ma dja . 2. Hamba tan -hamb-aLan. d a l a m Uaaha. M.gHu.iudkan— N etx.a i i.taa Asia Tengfara Kerjasama nil iter buberapn negara anggota dengan negara asing dirasakan amanan bagi negara-negara nya; nisalnya, Thailand ikut memberikan jaminan yang kerjasama tersebut masih tktap be rsa ngkutan, dipertahankan mcnjalin Philipina dengan Amerika Serikat, dengan Ing gr it, Australia, jian Pengaturan Defence kerjasama dengan hh', Singapura dan Limn Negara Skripsi MaLay-:ii (Five Agret m e n t ). Bruno i pun tei-ih menjalin bagian sehing^a keberaduin t^huii Hi83. dari strategi global AS di Pv^.-r ker j a. si» 73 Perjanjian Pangkalan Militer AS-Philipina Ran Ke New Zealand dalam satu Per;.!'. Pertahanan pertahanan dengan Inggri;- ASEAN Asia mer j Tenggara, EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 49 karena itu AS berusaha mempertahankan keberadaan pangkal an militernya di Philipina, dan Pangkalan Laut Subic. yaitu Pangkalan Udara Perjanjian pada tahun yang memberi ijin kepada AS untuk instalasi tersebut diadakan 1947, diperbarui pada tanggal 7 Januari tetap pertahanannya sampai tahun 1983. (AS) di Philipina yang merupakan 1979 mempertahankan Pada 1 1983 diadakan perjanjian baru mengenai Pangkalan Asing Clark Juni Militer perbaikan dari perjanjian tahun 1979. Adanya bahwa pangkalan tersebut Philipina tentu memihak salah satu ada serta secara ke militer dalam lainnya membuktikan kekuatan yun.=* tidak langsung akan melibatkan Philipina perse lisihan antara AS dengan (Uni Soviet). kekuatan be^ar Hal ini jelas bertentangan dengan prinsip netralitas yang menolak keterlibatan dalam perse* libihan. Selain itu adanya akan ntengundang kekuatan negara-negara anggota pangkalan militer (Vietnam) yang pangkalan asing di Philipina luar untuk terlibat dalam urusan ASEAN, ini tampak Uni Soviet di Da Nang didirikan untuk pangkalan militer AS tersebut. dari dan mengiirbangi Situasi adanya Cam Ranh keberadaan seperti ini sangit menghambat terwujudnya netralitas di Asia Tenggara. Pada perjanjian akan mengenai berakhir. menf>ntukan masih Skripsi bulan akan September 1991 pangkalan Sampai sejauh yang militer akan AS di Philipirit ini Philipina sikap yang pasti apakah diperpanjang atau tidak. masih perjanjian Hal datan* ini belj.-i tersebut mendorong EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Singapura armada untuk menawarkan fasilitas Angkatan perpanjangan mempunyai Laut AS perjanjian alasan apabila kepada ASEAN benar-benar kekosongan menjadi bagi karena angkat ini akan diisi ancaman mem.intf apabila perlindungan harus bagi men'll Singapura yang eukup realistis, AS yang telah memberikan bisa Philipina tersebut. pasukan Philipina, pelabuhannya keamanan kaki dari kekuatan asing yar.g stabilitas A =51 keamanan 74 Tenggara. Selama statement Asia ini ASEAN memang belum pernah membuat suatu yang jelas mengenai Tenggara. kehadiran militer Walaupun demikian, militer alasan Malaysia pemberian fasilitas AS di menghamb&t usaha inewujudkan ZOPFAN dan ZBSN juga 01 AS b-ihw.i Singapura akan sanest t e p a♦t .75 Apabila bukan berarti militernya akan AS Soviet di maksimal Tentunya hal meninggalkan akan Vietnam. menggunakan secara sampai Asia meninggalkan Malah kemungkinan pangkalan Da Nang dan agar dapat menguasai ini tidak dikehendaki pangkalan besar Cam Asia oleh Tenggara, Soviet Ranh Bay Tenggara. negara-negara anggota A S E A N . Melihat kenyataan itu, menurut antara negara negara ASEAN s e n d i n ■in untuk yang Karena Skripsi hemat tampaknya t^rbuka maui-un keberadaan di masih ada kecenderuJ.j memihak salah satu kekuatan besar, dinyatakan secara saya, pangkalan secara yaitu A.r-, diam a. mi militer AS ji EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga b1 Philipina itu menguntungkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang n on -k om un is . Bahkan Sihite, gagasan ZOPFAN menurut merupakan hal Arusson yang Controversial karena sebenarnya ASEAN sangat Kehadiran militer AS di Ay 1 a Tt-nggara . ^ sangai membutuhkan Kalau keny-atayn nya demikian, maka keadaan seperti syarat harus dipenuhi untuk dapat yang M. itu jauh dari syarat- disebut netral menurut hukum internasional. Lebih jauh lagi, keinginan untuk mewujudkan netralisasi Asia Tenggara sesuai dengan konsep ASEAN jutfa akan mengalami banyak kesulitan karena adanya AS di kawasan ini akan mengundang kekuatan kan Asia kawasan Tenggara sebagai pangkalan lain ajang menjadi pertarungan mereka. 68 Badan Penelitian dan Pengembangan Luar Ea.sjXik_cLan. IapggaEan.-J^rJ3ada^ iLsiPbentukan_EB£, 1982, h. 43. Negeri, Jakarta, 69I b i i . , h. 4 4 . 70 Laporan Delegasi RI pada pertemuan ke-6 CSO Kuala Lumpur 1975, Departemen Luar Negeri RI, h. 2. di 71 Indra M. Damanik, Pembentukan Zona Bebas Senjata NukJir di Asia Tenggara, Jurnal Luar N e g e r i . No. 3, Maret 1906, h. 7. 7 2 Ibld,. , h. 71. 73 Nana S. Sutresna, Indonesia dan Masalah Ferlj cutan Senjata Nuklir, Jurnal Luar tfeflgxi, No. 6, April 1987, h. 85-86. *7 1 Arusson M. Sihite, "Peranan Militer AS dalan Stabilitas Asia Tenggara', J_aaa..Pas. 2 2 Agustus 1989, h. VI . Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 7 5 T l ., L h is l 76 Ibid Tk - t 77 I h ld 7 8 T, • . ItuxL Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga B A B V P E N U T U P 1. Kesimpulan Deklarasi Menteri Kuala Lumpur 1971 dicetuskan oleh Luar Negeri negara-negara anggota ASEAN para sebagai reaksi perkembangan politik yang terjadi di Asia Tenggara sekitar tahun menyatakan untuk bahwa mengambil mengukuhkan Tenggara dan 1970. langkah-langkah yang berarti ASEAN antara ASEAN tangan telah untuk terhadap perdamaian, lain bertekad diperlukan penghormatan bebas dari campur Asia kemerdekaan kekuatan-kekuatan melaksanakan kerjasama di samping kerjasama di bidang yang lain. Deklarasi internasional ASEAN, dan sebagai suatu wiiayah Ini politik, negara-negara anggota peng&kuan netral, luar. Isi dekLarasi tersebut Kuala Lumpur merupakan yang diadakan oleh karena itu tetap perjanjian negara-negara mempunyai kekuatan anggota mengikat walaupun kekuatan mengikatnya itu tidak sekuat traktat. Netralitas anggota ASEAN yang berbeda dikemukakan dengan konsep dikenal dalatn hukum internasional. internasional (impartial) negara lain negara-negara mesnuat dimaksudkan suatu negara hak-hak dan negara-negara netralitas yan^ Netralitas dalam hukum sebagai sikap terhadap yang mendapat pengakuan luar oleh tidak pertikaian dan melalui sebuah traktat kewajiban-kewajiban memihak negara jaminan dari khusus yanf para pihak. 53 Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 54 Sedangkan adalah netralitas dalam Deklarasi Kuala suatu penggunaan tanpa konsep politis yang kekerasan (atau dengan tercapai militer di wilayah tersebut. kata dikehendaki, Bahkan pihak sampai artinya belum dirinci 1971 tiadanya Asia penting sepakat mengenai bentuk netralitas yang dimaksud, para menghendaki belum) merinci hal-hal konsep Lumpur Tenggara sehubungan sekarang • belum netralitas yang sifat-sifat khas hak-hak dan kewajiban-kewajiban serta tata cara memberikan pengakuan dari negara-negara besar dan negara-negara luar lainnya. CSO yang dibentuk sejak Kuala Lumpur pengaturan dicetuskannya Deklarasi 1971 ternyata belum dapat menghasilkan suatu yang terinci mengenai ZOPFAN. Pengertian ZOPFAN yang dirumuskan oleh CSO masih bersifat dan baru merupakan terciptanya ZOPFAN. langkah awal yang kondisi yang berusaha diperlukan untuk untuk pangkalan mewujudkan ZOPFAN, militer AS di antara Philipina. membantu mewujudkan Sementara itu masih banyak hambatan dihadapi sementara yang lain Adanya harus adanya pangkalan tersebut sesungguhnya merupakan dilema bagi negara-negara anggota di ASEAN karena apabila pangkalan Philipina, maka hal ini dapat itu tetap mengundang bejsar lainnya menjadikan Asia Tenggara ajang mereka. bukan kartrrta Nsmun apabila AS angkat kaki dari berada kekuatan per tarun Philipina, tidak mungkin keadaan akan menjadi lebih buruk kekuatan-kekuatan lain akan t r .n n 1 ber lomba-1v£iba menguasai Asia Tenggara. Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 5b 2. Saran a. Mengingat sederhana, conduct isi Deklarasi Kuala Lumpur 1971 yang amat maka hendaknya ASEAN merumuskan suatu code yang lebih deklarasi ini. diatur juga jelas dan terinci untuk melengkapi Dalam code of conduct tersebut sejauh mana kekuatan pihak yang berkepent ing an , termasuk of hendaknya mengikatnya bagi para sanksi dan cara^cara penyelesaian sengketa. b. lebih Hendaknya jelas netralitas khas dan serta ASEAN merumuskan dan terinci, terutama yang dikehendaki dengan netralitas yang dimaksud serta ke wajiban-kewajiban para pihak mengatur makna ZOPFAN mengenai merinci tatacara negara-negara bentuk sifat-sifat merumuskan yang secara hak-hak berkepentingan luar memberikan pengakuan terhadap Deklarasi Kuala Lumpur 1971. Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR B U BACAAN K U Academy Science of USSR, International L a w . Publishing House, Moscow. Languages Ali Sastroamidjojo, Pengantar. Hukum_Intern.asional, tara, Jakarta, 1971. Bhra- Fenwick, Charles G., International L a w . 4 ^ Edition, Central Book Co., Taiwan, Republic of China, 1971. Hingorani, R.C., Modern International L a w , Oxford & IBH Publishing Co., New Delhy, Bombay, Calcutta, 1982. Mochtar Kusumaatmadja, Pe.nffantar__Hukum In te rna sio na l. Binacipta, Bandung, 1982. Oppenheim, London, L., International Law.-A Treatise.. 1980. Longmans, Roeslan Abdulgani, Asia Tenggara di.tengah.Raksasa D u n i a . cet. I, Lembaga Studi Pembangunan, Jakarta, 1978. Starke, J.G., Introduction .to. the International Law., Edition, Butterworth, London, 1984. , Group, Bandung, Justitia 9 th Study 1986. I, Armico, Bandung, 1985. _________ Hukum Per/iani ian In ternasional. Armico, 1985. Ukasah Mar tad isastra, A ^ E A N . Remaja Karya, A n a l i s a . No. Badan IX, CSIS, Perbandingan Administrasi Net?ara Bandung, 1987. Jakarta, 1983. Penelitian dan Pengembangan Negeri Republik Indonesia, Skripsi Bandung, Masalah-masalah Jakarta, Luar 1982. EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Badan Penelitian dan Pengembangan Masalah-masalah Luar Negeri, Empat Negara Besar dan Asia T e n g g a r a . Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta, 1980. Eo o no mi ca . vol. XII/5, 1983. J u r n a l ■Luar N e g e r i . No. 3, Maret 1986. J_nrnal_Luar- -Negeri. No. 6, April 1987. Kantor Penerangan Perserikatan Bangsa-Bangsa, E dan. Statuta Mahkamah In ternasional. Jakarta. Laporan Delegasi Republik Indonesia pada Pertemuan ke-6 CSO di Kuala Lumpur, 1975, Departemen Luar Negeri Republik Indonesia. Tsknologi Strategi M i l i t e r . No. 4, Th. 1/1987. K o m p a s . 9 November 1988. Suara K a r v a . 19 Mei 1981. Suara K e r d e k a . 28 November 1987. Surabava P o s t . 15 Agustus 1989. Skripsi EVELINA PADMASARI WIRANTO T1NJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KONSEP NETRALITAS DALAM DEKLARASI KUALA LUMPUR 1971