Journal of Aquatropica Asia Vol.3, 2016 Robin ISSN 2407 3601 Original article Potensi akumulasi timbal (Pb) melalui biomagnifikasi pada ikan patin jambal Pangasius djambal yang dipelihara di kolong tua pasca tambang timah Bangka Belitung The potential accumulation of plumbum (Pb) through biomagnification at patin jambal fish Pangasisus djambal underculture in the lake of ex-tin mining in bangka belitung Robin1) 1) Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung, Jl. Balun ijuk Sungailiat, Kabupaten Bangka. E-mail: [email protected] Abstract The consequences of tin mining activity is the formation large basin-shaped holes filled with water in which the local (Bangka Belitung islands) term is a Kolong or Camuy (lake). Heavy metal concentrations are still high in all the pit and endangering human health; is the image that is in today's society so that people refused to eat the fish from or doing aquaculture activities in kolong. Pb heavy metal in the jambal catfish start found in the second month, the month of December 2011 on the kidney and meat measured 0,032 mg/kg and 0,177 mg/kg, respectively. In the third month (January 2012) Pb is found in almost every organ of jambal above safe levels for consumption, ie 15,39 mg/kg in liver, and 40,56 mg/kg in the flesh. Decrease in water temperature and pH also resulted in an increase of Pb accumulation in the meats of jambal catfish, which amounted to 40,56 mg/kg. During the four months of cultivation, the accumulation of heavy metals Pb that occur in every organ of observation had a significant influence to the growth rate of jambal catfish. Accumulation of Pb in each jambal catfish organs in the first and second months of cultivation is almost immeasurable but still lowering the rate of growth since the first month. The jambal catfish body already polluted with the heavy metals, as evidenced by Pb measured in the meats and kidney in the second month of cultivation. Keywords : Plumbum, biomagnification, kolong tua, growth rate, patin jambal fish, 42 Journal of Aquatropica Asia Vol.3, 2016 Robin Pendahuluan Undang-Undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan menyebutkan bahwa, perikanan mempunyai peran yang penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional, terutama dalam meningkatkan perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan dan peningkatan taraf hidup bangsa pada umumnya, nelayan kecil dan pihakpihak pelaku usaha di bidang perikanan dengan tetap memelihara lingkungan, kelestarian dan ketersediaan sumberdaya ikan. Jumlah danau-danau bekas galian pertambangan sistem terbuka bijih timah (Sn) (kolong), di Bangka Belitung hingga saat ini (2012) terdata lebih dari 1000 kolong. Kolong hasil galian oleh PT. Timah, Tbk, tergolong berusia tua, karena telah berusia lebih dari 10 tahun, namun baru sebagian kecil saja dilakukan reklamasi dan dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan air tawar. Setidaknya, sebanyak 583 kolong belum dimanfaatkan secara optimal, dan banyak ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan liar, antara lain purun, rumbia, gelam, nipah, ilalang, cemara, sungkai dan semak belukar (Sujitno, 2007). Kolong yang keberadaannya berdekatan dengan pemukiman penduduk dan berair jernih, sebesar 15,9 persen atau sebanyak 141 kolong telah dimanfaatkan sebagai reservoir dan sumber air, termasuk mandi dan mencuci (Henny, 2007). Namun, masih sedikit atau sebesar 4,28 persen atau sebanyak 38 kolong yang dimanfaatkan untuk usaha perikanan, pertanian, sumber air baku PDAM, dan rekreasi. Sisanya yakni sebesar 79,82 persen ISSN 2407 3601 belum termanfaatkan sama sekali. Jumlah kolong ini terus bertambah hingga sekarang. Ditambahkan oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN, 2009), bahwa berdasarkan citra satelit tahun 2004, diketahui bahwa 378.042 hektar dari 657.510 hektar kawasan hutan di Bangka Belitung sudah tergolong lahan kritis. Dari yang tersisa tersebut, kawasan hutan yang bervegetasi tinggal 17 persen dari luas daratan Bangka Belitung (1.642.414 hektar). Padahal, idealnya untuk satu pulau paling tidak luas kawasan hutan yang bervegetasi baik mencapai 30 persen. Ditinjau dari luasnya lahan perairan umum yang berpotensi untuk dikembangkan, dan didukung juga dengan tingginya kebutuhan ikan air tawar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maka Dinas Kelautan dan Perikanan dari tingkat provinsi hingga tingkat kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, membangun kerangka kerja kedepan untuk memanfaatkan kolong-kolong tua pasca penambangan timah dengan meningkatkan produksi perikanan budidaya air tawar, menggunakan metode karamba jaring apung (KJA). Walaupun dukungan dari setiap pemerintah daerah sangat besar dan memiliki potensi kondisi geografis daerah juga besar, kegiatan perikanan budidaya perikanan air tawar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih sangat minim. Penyebab utama lesunya kegiatan budidaya perikanan ikan air tawar adalah kekhawatiran masyarakat dengan perairan kolong yang mengandung logam berat. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan kolongnya, merupakan potensi besar untuk pengembangan 43 Journal of Aquatropica Asia Vol.3, 2016 Robin ISSN 2407 3601 koordinat S01052.464’; E106007.005’, kecamatan Sungailiat kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Usia kolong lebih dari 30 tahun, luas ± 2 hektar, kedalaman 9-10 meter. Konsentrasi Pb dalam sedimen sebesar 16,50 mg/kg dan dalam air sebesar < 0,030 mg/L (tidak terdeteksi). Jenis eutrofikasi sedang. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan, yaitu bulan Oktober 2011 hingga bulan Februari 2012. perikanan air tawar dan perluasan kesempatan kerja, walaupun tidak dipungkiri dari hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan sebagian besar kolong-kolong tersebut mengandung unsur logam berat yang sangat berbahaya jika terkonsumsi oleh manusia (Lamidi, 1997; Brahmana et al, 2004; Henny, 2009, 2011; ), terutama Pb. Akan tetapi jika permasalahan logam berat dapat diatasi, maka potensi yang ada tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal, artinya akan terbuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Potensi yang besar dapat dihubungkan menjadi terciptanya sumber peningkatan perekonomian masyarakat yang baru, untuk mengimbangi penurunan perekonomian masyarakat dari sektor tambang timah. Realitanya sekarang adalah sebesar 79,82 % atau 1.367.04 ha dari kolong peninggalan PT. Timah Tbk, belum termanfaatkan karena indikasi tercemar logam berat. Berkenan dengan hal tersebut, maka sangat penting untuk mengetahui secara pasti potensi akumulasi melalui mekanisme rantai makanan (Biomagnifikasi) terhadap ikan yang di budidayakan di kolong tua. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah akumulasi Pb di organ daging, hati, ginjal dan keterkaitannya terhadap komposisi isi saluran pencernaan, serta pengaruhnya terhadap laju pertumbuhan (GR) ikan patin jambal yang dipelihara di kolong tua. Metode Budidaya Pembesaran Proses budidaya pembesaran ikan di karamba jaring apung berukuran 3×3×2 m dengan ukuran mata jaring 2,25 cm, kedalaman 2 m. Keramba jaring apung berjumlah empat unit, satu unit digunakan utuk uji Pb dan tiga unit lainnya digunakan sebagai uji pertumbuhan. Bobot benih awal tebar sebesar 7±0,02 gr/ekor sebanyak 400 ekor (100 ekor/unit karamba). Pemberian pakan buatan (pellet) sebayak 3% dari bobot dengan frekuensi pemberian tiga kali dalam sehari. Selama masa pemeliharaan ikan selalu dikontrol pemberian pakannya, kesehatannya, keamanan sarananya seperti jaring jangan sampai robek. Metode Pengambilan Sampel Ikan Uji Pengukuran dan sampling dilakukan setiap bulan (30 hari) dari masa pemeliharaan pembesaran ikan selama empat bulan. Sampel ikan patin jambal yang akan diperiksa kandungan Pb, diambil dari satu unit keramba pemeliharaan (perlakuan Pb) secara acak. Pertumbuhan ikan, disampling dari tiga unit karamba lainnya dengan jumlah tiga unit karamba sebagai ulangan. Dari setiap unit perlakuan, ikan uji diambil sebagai sampel Metode Penelitian ini dilakukan di kolong tua pasca penambangan bijih timah oleh PT. Timah Tbk. Kolong yang dipilih sebagai tempat penelitian ini yakni kolong Grasi dengan titik 44 Journal of Aquatropica Asia Vol.3, 2016 Robin sebanyak 10 ekor, dilakukan pengukuran panjang total, bobot tubuh, lalu dirata-ratakan. Untuk sampel pengukuran logam berat dalam organ, ikan sebanyak 10 ekor yang telah diambil dari KJA perlakuan Pb, diambil organ hati, ginjal dan daging. Selanjutnya setiap organ yang sama digabung menjadi satu dan dipisahkan sesuai jenis organnya. Organ basah yang telah dipisahkan tersebut lalu dihaluskan dengan blender (untuk daging) dan dibekukan untuk selanjutnya dilakukan pengujian kandungan Pb di laboratorium. Metode Pengukuran Komposisi Isi Usus Ikan Uji Pengamatan isi usus bertujuan untuk melihat komposisi isi usus ikan. Identifikasi jumlah dan jenis plankton di dalam usus ikan dilakukan dengan beberapa langkah. Langkah pertama adalah mengambil 10 usus dari 10 ekor ikan yang selanjutnya diawetkan dengan formalin 40%. Langkah berikutnya adalah mengukur panjang setiap usus, lalu membersihkan sampel usus ikan dari formalin. Usus satu per satu dikerik dan dilakukan pemisahan isi usus dengan daging usus dan kemudian isi usus diencerkan sekitar 10 cc atau 1 botol film dengan aquadest. Langkah selanjutnya adalah mengambil satu tetes isi usus yang sudah diencerkan dengan pipet tetes kemudian diamati dibawah mikroskop. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dengan lima lapang pandang. Langkah terakhir, ialah mengidentifikasi jenis dan mencatat jumlah organisme makanan yang ada dari setiap lapang pandang dengan buku identifikasi alga (Prescott 1970). Remahan pakan buatan dan mikroorganisme yang ditemukan dicatat dan dihitung sesuai rumus Metode Frekuensi Kejadian dan Indeks Preponderance (Effendie 1979). Model rumus Frekuensi Kejadian dan Indeks Preponderance yang digunakan adalah sebagai berikut : Metode Analisis Pb di Organ Ikan Uji Organ yang diukur kandungan Pb adalah organ hati, ginjal dan daging. Di laboratorium, setiap sampel organ ikan uji dimasukkan ke dalam beaker gelas dan siap untuk ditimbang menggunakan neraca analitik. Analisa parameter mengikuti prosedur Standard Method (APHA, 2012). Setelah setiap organ menjadi larutan di dalam labu ukur 10 ml, maka langkah selanjutnya dilakukan pengukuran kandungan logam berat Timbal (Pb) menggunakan alat atomic absorption spectrometry (AAS) tipe AA 300 P buatan Varian Techtron, Australia. Alat AAS di kaliberasi sesuai dengan instruksi dalam manual alat tersebut yang selanjutnya pengukuran larutan standar logam dan blanko dan pengukuran larutan sampel. Selama pengukuran standar logam diperiksa secara periodik untuk memastikan nilai standar konstan. Untuk mendapatkan konsentrasi logam berat yang sebenarnya digunakan rumus : K sebenarnya = ISSN 2407 3601 1. Model rumus Frekuensi Kejadian : Keterangan : n: jumlah individu jenis ke-i yang ditemukan pada contoh KAAS x Vol.Penetapan Berat Kering 45 Journal of Aquatropica Asia Vol.3, 2016 Robin N: jumlah total dugaan individu jenis ke-i dari ikan ke-i Vd: volume pengenceran Vi : volume tetes yang diamati (1 tetes : 0,05 ml) 2. Model rumus Preponderance : Ii = ISSN 2407 3601 Keterangan : W : Pertambahan berat mutlak (g) Wo: Berat hewan uji pada awal penelitian (g) Wt: Berat hewan uji pada akhir penelitian (g) Indeks Parameter Pengamatan Parameter yang diamati adalah komposisi saluran pencernaan ikan uji, jumlah akumulasi logam berat Timbal (Pb) di organ daging, hati dan ginjal ikan patin jambal setiap bulan pengamatan dan penambahan bobot tubuh ikan uji. Vi x Oi + 100% ∑ Vi x Oi Keterangan : Ii: indeks preponderance Vi: persentase volume makanan jenis ke-i Oi: persentasi frekuensi kejadian makanan ke-i Analisis Data Keseluruhan data disajikan secara tabulasi dan grafik. Keterhubungan semua parameter dijelaskan secara deskriptif. Metode pengamatan penambahan bobot Pengamatan pertumbuhan ikan nila merah dipastikan dengan mengukur bobot tubuh ikan menggunakan timbangan digital merk Osuka AJ 1000, tingkat ketelitian 0,01. Berat awal (Wo), diukur sebelum benih ikan ditebar. Untuk memperoleh data yang akurat pengukuran bobot ikan dilakukan setiap bulan. Berat akhir (Wt), diukur setelah benih ikan dipelihara selama 30 (tiga puluh) hari setelah pengukuran berat awal (Wo). Pertumbuhan ikan, kelangsungan hidup dan konversi pakan dihitung menggunakan persamaan-persamaan sebagai berikut (Effendie 1979) : 1. Pertumbuhan mutlak (W) Hasil Analisis Kualitas Air Hasil pengukuran kualitas air di kolong Grasi Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, bulan OktoberDesember 2011 hingga bulan JanuariFebruari 2012 dapat dilihat pada Tabel 1. Rata-rata parameter fisika dan kimia hasil pengukuran kualitas air di Kolong Grasi menunjukkan kondisi yang ideal untuk kegiatan budidaya ikan patin jambal. Kondisi penurunan beberapa parameter seperti suhu, kecerahan dan peningkatan kadar TOM terjadi di bulan Januari 2012 dan tidak terjadi di bulan-bulan sebelumnya. Hal ini dikarenakan pada bulan Januari 2012 merupakan musim penghujan. W = Wt – Wo 46 Journal of Aquatropica Asia Vol.3, 2016 Robin ISSN 2407 3601 Tabel 1 Hasil pengukuran kualitas air Kolong Grasi selama pemeliharaan di bulan Oktober 2011-Februari 2012 Bulan Oktober 2011 November 2011 Desember 2011 Januari 2012 Suhu (0C) 29,4 29,1 25,3 24,1 Parameter Kualitas Air Kec. pH DO CO2 (cm) (mg/l) (mg/l) 90 6 7,2 2,10 90 6,5 8 1,82 60 6 8 3,06 30 5 7,8 4,09 TOM (mg/l) 5,77 4,18 9,06 12,91 Keterangan musim kemarau musim kemarau musim kemarau musim penghujan musim kemarau Februari 2012 27,1 70 6 8 3,44 7,40 27±2,3 68±24,8 6,1±0,5 7,8±0,3 2,90±0,9 7,87±3,3 Rata-rata/bulan Standar Budidaya 25-30 20-30 6-8,5 ≥3 <5 SNI 2009 untuk Patin jambal Keterangan : Kec; Kecerahan air kolong, DO; Dissolved Oxygen (Oksigen terlarut) CO2 ; Karbondioksida terlarut, TOM; Total Organik Matter Komposisi Isi Usus Ikan Uji Ada beberapa kelas mikroorganisme yang teridentifikasi didalam usus ikan patin jambal selain pakan buatan (pellet) selama pemeliharaan empat bulan di kolong tua. Dengan Metode Indeks Preponderance, didapat kisaran spektrum komposisi usus ikan patin jambal di bulan November 2011 hingga Februari 2012, (Gambar 1 a˗d). Gambar 1. Kisaran spektrum komposisi usus ikan patin jambal di bulan November 2011 hingga Februari 2012 47 Journal of Aquatropica Asia Vol.3, 2016 Robin Jumlah Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) Jumlah dan pola akumulasi logam berat Pb yang terukur di setiap organ ikan patin jambal selama penelitian, dapat dilihat pada Tabel 2. Jumlah logam berat yang terakumulasi dalam jaringan tubuh hewan air yang masih aman dikonsumsi oleh manusia yaitu 0,3 mg/kg (SNI, 2009). Kandungan Pb pada ikan patin jambal mulai ditemukan di bulan kedua pemeliharaan, yakni bulan Desember 2011 pada organ ginjal dan daging masing-masing terukur sebesar 0.032 mg/kg dan 0,177 mg/kg. Di bulan ketiga (Januari 2012), Pb ditemukan hampir di semua organ ikan patin jambal dan melebihi batas aman untuk konsumsi, yaitu organ hati sebesar 15,39 mg/kg dan daging sebesar 40,56 mg/kg. ISSN 2407 3601 Gambar 2 menunjukkan penambahan bobot tubuh ikan patin jambal pada bulan pertama pemeliharaan hingga bulan ketiga (Januari 2012) mengalami peningkatan.Penambahan bobot tubuh hampir terhenti di bulan ketiga pemeliharaan hingga bulan keempat pemeliharaan (Februari 2012). Ratarata berat awal ikan Patin jambal dibulan Oktober 2011 sebesar 5 g±0,012. Bulan Februari 2012 bobot tubuh rata-rata 201,2 g ± 17,7050. Pembahasan Ikan patin jambal termasuk ikan yang bergerak lambat, sehingga akumulasi logam berat akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan ikan yang mempunyai pergerakan lebih cepat. Pemeliharan dengan system karamba jaring apung mengkondisikan ikan uji pada ruang gerak yang sangat terbatas, sehingga peluang untuk terjadinya akumulasi logam berat ke dalam tubuh ikan patin jambal budidaya akan semakin besar. Kemungkinan terlepasnya logam berat dari sedimen ke air dan berakhir terakumulasi di dalam ikan sangatlah besar. Bryan (1976a) mengemukakan bahwa dalam keadaan yang sesuai, beberapa logam yang berikatan dengan sedimen dan partikel yang mengendap akan kembali kedalam air diikuti remobilisasi dan difusi keatas. Keadaan ini selanjutnya yang menyebabkan plankton dalam air kolong mengakumulasi Pb dalam tubuhnya. Penambahan bobot tubuh dan laju pertumbuhan ikan uji Hasil penelitian ini menunjukkan penambahan bobot ikan uji yang relatif lambat, namun masih mendekati normal (Gambar 2). Gambar 2. Penambahan bobot ikan uji selama pemeliharaan 48 Journal of Aquatropica Asia Vol.3, 2016 Robin ISSN 2407 3601 Tabel 2. Kandungan Pb pada organ ikan patin jambal pemeliharaan empat bulan di kolong tua pasca tambang timah Organ Ginjal Hati Daging Oktober (mg/kg) < 0,030 < 0,030 < 0,030 Kandungan Pb Pada Bulan keNovember Desember Januari (mg/kg) (mg/kg) (mg/kg) < 0,030 0,032 < 0,030 < 0,030 < 0,030 15,39 < 0,030 0,177 40,56 Pengambilan logam berat oleh makhluk hidup air melalui tiga proses utama, yaitu (1) dari air melalui permukaan pernapasan (misalnya insang); (2) penyerapan dari air ke dalam permukaan tubuh; dan (3) dari makanan, partikel atau atau air yang dicerna melalui sistem pencernaan. Proses pengambilan logam oleh makhluk hidup perairan autotrofik (Fitoplankton) menurut Mason (1993), adalah melalui mekanisme pertukaran ion yang dengan cepat terserap pada permukaan sel, dari tempat mereka berdifusi ke dalam membran sel, terakhir diserap dan diikat oleh protein (tempat pertukaran ion) di dalam sel. Pada ikan, proses masuknya logam berat ke dalam tubuh juga dapat bersumber dari air dan makanan. Proses masuknya logam berat ke ikan menurut Houlihan (1993) melalui mekanisme penyerapan pada permukaan tubuh, yang kemudian diikat oleh ligan organik dan disimpan dalam protein. Kelimpahan dari fitoplankton yang rendah berhubungan dengan kondisi nutrien dan polutan yang terdapat pada kolom air. Fitoplankton di perairan merupakan produsen primer yang memegang peranan penting dalam kesinambungan rantai makanan untuk konsumen tingkat kedua dan ketiga (crustacea dan ikan). Februari (mg/kg) 0,917 < 0,030 0,188 Metode/Standar APHA ed 21 th 3111 B, 2005 APHA ed 21 th 3111 B, 2005 APHA ed 21 th 3111 B, 2005 Kolong Grasi memiliki indeks diversitas (H) sebesar 0,8370 dan indeks dominansi (C) sebesar 0,2281. Nilai TSI kolong Grasi sebesar 68 dengan status eutrophik sedang. Hal ini memperkuat hasil penelitian, bahwa akumulasi pada organ ikan patin jambal, dapat terjadi melalui jalur biomagnifikasi. Dimana di bulan Januari 2012, saat terjadi peningkatan jenis dan jumlah plankton dalam usus ikan patin jambal, akumulasi Pb di setiap organ ikan patin jambal yang diujikan juga ikut meningkat. Membaiknya kualitas air (Februari 2012), seperti meningkatnya nilai kecerahan, diikuti dengan berkurangnya nilai dominansi plankton dalam usus ikan uji secara kuantitas maupun jenis. Kondisi ini juga diikuti dengan menurunnya jumlah Pb terukur di setiap organ ikan uji. Peningkatan jumlah plankton (kuantitas dan jenis) secara bertahap di usus ikan uji selama bulan Oktober 2011 hingga Desember 2011, selalu diikuti dengan peningkatan jumlah akumulasi Pb di setiap organ ikan uji. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, adanya potensi akumulasi Pb dalam organ ikan patin jambal yang dipelihara di kolong tua melalui jalur rantai makanan (biomagnifikasi). Temuan ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya, bahwa pada ikan, penyerapan melalui makanan lebih sering terjadi (Wilson, 1988). 49 Journal of Aquatropica Asia Vol.3, 2016 Robin Kesimpulan Potensi akumulasi Pb dalam organ ikan patin jambal yang dipelihara di kolong tua melalui jalur rantai makanan (biomagnifikasi) sangat besar. Namun, depurasi secara alami terjadi sangat cepat pada ikan uji, seiring dengan membaiknya kualitas air kolong. ISSN 2407 3601 Henny C. 2011. ”Kolong” bekas tambang timah di pulau Bangka: Permasalahan kualitas air dan alternatif solusi untuk pemanfaatan. Oseanografi dan Limnologi di Indonesia, LIPI. Vol 37 No.1: 119-138. Houlihan D F, Mathers, Fostner U. 1993. Biochemical Correlates of Growth Rate in Fish. Fish ecophysiology, Vol XX 21: 45-71. Lamidi. 1997. Biolimnologi sumber daya perairan galian tambang timah di Kepulauan Riau. Laporan Penelitian kerjasama Badan Perencana Daerah Tingkat II Kabupaten Riau dan Instalasi Penelitian dan Teknologi pertanian Tanjung Pinang, hal 12. Riau: Unri Press. Manahan S.E. 1997. Environmental Chemistry, 2nd ed. Boston: Willard Grant Press. Hal 416. Mason C F. 1993. Biologi of Freshwater Pollution. Second edition. New York: Longman Scientific and Technical. Prescott G W. 1970. How to Know the Freshwater Algae. Lowa: Mc Brown Co. Publ. [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2009. Batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan: 7387. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional (BSN). Sujitno S. 2007. Sejarah Timah di Pulau Bangka. Pangkalpinang: PT. Tambang Timah Tbk. Wilson, R.C.H. 1988. Prediction of Copper Toxicity in Receiving Waters. Board Can: J. Fish Resh. 29, 1500. Daftar Pustaka APHA. 2012. Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater,19th ed., Washington DC. BKPRN. 2009. Kampanye Buangan Limbah Tambang. http:// walhi.or.id [12 Agustus 2011]. Brahmana S S, Armaita Sutriati R, Widya S, Sudarna A. 2004. Potensi Pemanfaatan Sumber Air Pada Kolong Bekas Penambangan Timah di Pulau Bangka. LIMNOTEK. Vol. 18: No.53 Bryan, GW. 1976a dalam Connel, D.W dan Miller. Heavy Metal Contamination in The Sea. Academic Press : London. Hal 185. Effendi, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Bogor : Yayasan Dewi Sri. Henny C, LIPI. 2007. Teknologi Perbaikan Kualitas Air Kolong Asam/AMD. Selasa 12 Mei 2009. http://www.lipi.com/ 14 April 2011. Henny C dan Evi S. 2009. Karakterisasi Limnologis Kolong Bekas Tambang Timah Di Pulau Bangka. Bogor, Indonesia: Pusat Penelitian LIMNOLOGI LIPI. 50