Potensi akumulasi timbal (Pb) melalui biomagnifikasi pada ikan

advertisement
Journal of Aquatropica Asia
Vol.3, 2016
Robin
ISSN 2407 3601
Original article
Potensi akumulasi timbal (Pb) melalui biomagnifikasi pada ikan patin
jambal Pangasius djambal yang dipelihara di kolong tua pasca tambang
timah Bangka Belitung
The potential accumulation of plumbum (Pb) through biomagnification
at patin jambal fish Pangasisus djambal underculture in
the lake of ex-tin mining in bangka belitung
Robin1)
1)
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi, Universitas
Bangka Belitung, Jl. Balun ijuk Sungailiat, Kabupaten Bangka.
E-mail: [email protected]
Abstract
The consequences of tin mining activity is the formation large basin-shaped holes filled
with water in which the local (Bangka Belitung islands) term is a Kolong or Camuy
(lake). Heavy metal concentrations are still high in all the pit and endangering human
health; is the image that is in today's society so that people refused to eat the fish
from or doing aquaculture activities in kolong. Pb heavy metal in the jambal catfish
start found in the second month, the month of December 2011 on the kidney and
meat measured 0,032 mg/kg and 0,177 mg/kg, respectively. In the third month
(January 2012) Pb is found in almost every organ of jambal above safe levels for
consumption, ie 15,39 mg/kg in liver, and 40,56 mg/kg in the flesh. Decrease in water
temperature and pH also resulted in an increase of Pb accumulation in the meats of
jambal catfish, which amounted to 40,56 mg/kg. During the four months of cultivation,
the accumulation of heavy metals Pb that occur in every organ of observation had a
significant influence to the growth rate of jambal catfish. Accumulation of Pb in each
jambal catfish organs in the first and second months of cultivation is almost
immeasurable but still lowering the rate of growth since the first month. The jambal
catfish body already polluted with the heavy metals, as evidenced by Pb measured in
the meats and kidney in the second month of cultivation.
Keywords : Plumbum, biomagnification, kolong tua, growth rate, patin jambal fish,
42
Journal of Aquatropica Asia
Vol.3, 2016
Robin
Pendahuluan
Undang-Undang
Republik
Indonesia No. 31 Tahun 2004 Tentang
Perikanan
menyebutkan
bahwa,
perikanan mempunyai peran yang
penting
dan
strategis
dalam
pembangunan perekonomian nasional,
terutama
dalam
meningkatkan
perluasan
kesempatan
kerja,
pemerataan
pendapatan
dan
peningkatan taraf hidup bangsa pada
umumnya, nelayan kecil dan pihakpihak pelaku usaha di bidang perikanan
dengan tetap memelihara lingkungan,
kelestarian
dan
ketersediaan
sumberdaya ikan.
Jumlah danau-danau bekas
galian pertambangan sistem terbuka
bijih timah (Sn) (kolong), di Bangka
Belitung hingga saat ini (2012) terdata
lebih dari 1000 kolong. Kolong hasil
galian oleh PT. Timah, Tbk, tergolong
berusia tua, karena telah berusia lebih
dari 10 tahun, namun baru sebagian
kecil saja dilakukan reklamasi dan
dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan
air tawar. Setidaknya, sebanyak 583
kolong belum dimanfaatkan secara
optimal, dan banyak ditumbuhi
berbagai jenis tumbuhan liar, antara
lain purun, rumbia, gelam, nipah,
ilalang, cemara, sungkai dan semak
belukar (Sujitno, 2007). Kolong yang
keberadaannya berdekatan dengan
pemukiman penduduk dan berair
jernih, sebesar 15,9 persen atau
sebanyak
141
kolong
telah
dimanfaatkan sebagai reservoir dan
sumber air, termasuk mandi dan
mencuci (Henny, 2007). Namun, masih
sedikit atau sebesar 4,28 persen atau
sebanyak 38 kolong yang dimanfaatkan
untuk usaha perikanan, pertanian,
sumber air baku PDAM, dan rekreasi.
Sisanya yakni sebesar 79,82 persen
ISSN 2407 3601
belum termanfaatkan sama sekali.
Jumlah kolong ini terus bertambah
hingga sekarang. Ditambahkan oleh
Badan Koordinasi Penataan Ruang
Nasional (BKPRN, 2009), bahwa
berdasarkan citra satelit tahun 2004,
diketahui bahwa 378.042 hektar dari
657.510 hektar kawasan hutan di
Bangka Belitung sudah tergolong lahan
kritis. Dari yang tersisa tersebut,
kawasan hutan yang bervegetasi tinggal
17 persen dari luas daratan Bangka
Belitung (1.642.414 hektar). Padahal,
idealnya untuk satu pulau paling tidak
luas kawasan hutan yang bervegetasi
baik mencapai 30 persen.
Ditinjau dari luasnya lahan
perairan umum yang berpotensi untuk
dikembangkan, dan didukung juga
dengan tingginya kebutuhan ikan air
tawar di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, maka Dinas Kelautan dan
Perikanan dari tingkat provinsi hingga
tingkat
kabupaten
di
Provinsi
Kepulauan
Bangka
Belitung,
membangun kerangka kerja kedepan
untuk memanfaatkan kolong-kolong
tua pasca penambangan timah dengan
meningkatkan produksi perikanan
budidaya air tawar, menggunakan
metode karamba jaring apung (KJA).
Walaupun dukungan dari setiap
pemerintah daerah sangat besar dan
memiliki potensi kondisi geografis
daerah juga besar, kegiatan perikanan
budidaya perikanan air tawar di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
masih sangat minim. Penyebab utama
lesunya kegiatan budidaya perikanan
ikan air tawar adalah kekhawatiran
masyarakat dengan perairan kolong
yang mengandung logam berat.
Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dengan kolongnya, merupakan
potensi besar untuk pengembangan
43
Journal of Aquatropica Asia
Vol.3, 2016
Robin
ISSN 2407 3601
koordinat S01052.464’; E106007.005’,
kecamatan
Sungailiat
kabupaten
Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Usia kolong lebih dari 30
tahun, luas ± 2 hektar, kedalaman 9-10
meter. Konsentrasi Pb dalam sedimen
sebesar 16,50 mg/kg dan dalam air
sebesar < 0,030 mg/L (tidak terdeteksi).
Jenis eutrofikasi sedang. Penelitian
dilaksanakan selama empat bulan,
yaitu bulan Oktober 2011 hingga bulan
Februari 2012.
perikanan air tawar dan perluasan
kesempatan kerja, walaupun tidak
dipungkiri dari hasil-hasil penelitian
terdahulu menunjukkan sebagian besar
kolong-kolong tersebut mengandung
unsur logam berat yang sangat
berbahaya jika terkonsumsi oleh
manusia (Lamidi, 1997; Brahmana et al,
2004; Henny, 2009, 2011; ), terutama
Pb. Akan tetapi jika permasalahan
logam berat dapat diatasi, maka
potensi yang ada tersebut dapat
dimanfaatkan secara maksimal, artinya
akan terbuka lapangan pekerjaan baru
bagi masyarakat. Potensi yang besar
dapat
dihubungkan
menjadi
terciptanya
sumber
peningkatan
perekonomian masyarakat yang baru,
untuk
mengimbangi
penurunan
perekonomian masyarakat dari sektor
tambang timah. Realitanya sekarang
adalah sebesar 79,82 % atau 1.367.04
ha dari kolong peninggalan PT. Timah
Tbk, belum termanfaatkan karena
indikasi tercemar logam berat.
Berkenan dengan hal tersebut,
maka sangat penting untuk mengetahui
secara pasti potensi akumulasi melalui
mekanisme
rantai
makanan
(Biomagnifikasi) terhadap ikan yang di
budidayakan di kolong tua. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui
jumlah akumulasi Pb di organ daging,
hati, ginjal dan keterkaitannya terhadap
komposisi isi saluran pencernaan, serta
pengaruhnya terhadap laju pertumbuhan
(GR) ikan patin jambal yang dipelihara di
kolong tua.
Metode Budidaya Pembesaran
Proses budidaya pembesaran
ikan di karamba jaring apung berukuran
3×3×2 m dengan ukuran mata jaring
2,25 cm, kedalaman 2 m. Keramba
jaring apung berjumlah empat unit,
satu unit digunakan utuk uji Pb dan tiga
unit lainnya digunakan sebagai uji
pertumbuhan. Bobot benih awal tebar
sebesar 7±0,02 gr/ekor sebanyak 400
ekor
(100
ekor/unit
karamba).
Pemberian pakan buatan (pellet)
sebayak 3% dari bobot dengan
frekuensi pemberian tiga kali dalam
sehari. Selama masa pemeliharaan ikan
selalu dikontrol pemberian pakannya,
kesehatannya, keamanan sarananya
seperti jaring jangan sampai robek.
Metode Pengambilan Sampel Ikan Uji
Pengukuran
dan
sampling
dilakukan setiap bulan (30 hari) dari
masa pemeliharaan pembesaran ikan
selama empat bulan. Sampel ikan patin
jambal yang akan diperiksa kandungan
Pb, diambil dari satu unit keramba
pemeliharaan (perlakuan Pb) secara
acak. Pertumbuhan ikan, disampling
dari tiga unit karamba lainnya dengan
jumlah tiga unit karamba sebagai
ulangan. Dari setiap unit perlakuan,
ikan uji diambil sebagai sampel
Metode
Penelitian ini dilakukan di
kolong tua pasca penambangan bijih
timah oleh PT. Timah Tbk. Kolong yang
dipilih sebagai tempat penelitian ini
yakni kolong Grasi dengan titik
44
Journal of Aquatropica Asia
Vol.3, 2016
Robin
sebanyak
10
ekor,
dilakukan
pengukuran panjang total, bobot
tubuh, lalu dirata-ratakan. Untuk
sampel pengukuran logam berat dalam
organ, ikan sebanyak 10 ekor yang
telah diambil dari KJA perlakuan Pb,
diambil organ hati, ginjal dan daging.
Selanjutnya setiap organ yang sama
digabung menjadi satu dan dipisahkan
sesuai jenis organnya. Organ basah
yang telah dipisahkan tersebut lalu
dihaluskan dengan blender (untuk
daging)
dan
dibekukan
untuk
selanjutnya
dilakukan
pengujian
kandungan Pb di laboratorium.
Metode Pengukuran Komposisi Isi
Usus Ikan Uji
Pengamatan isi usus bertujuan
untuk melihat komposisi isi usus ikan.
Identifikasi jumlah dan jenis plankton di
dalam usus ikan dilakukan dengan
beberapa langkah. Langkah pertama
adalah mengambil 10 usus dari 10 ekor
ikan yang selanjutnya diawetkan
dengan formalin 40%. Langkah
berikutnya adalah mengukur panjang
setiap usus, lalu membersihkan sampel
usus ikan dari formalin. Usus satu per
satu dikerik dan dilakukan pemisahan
isi usus dengan daging usus dan
kemudian isi usus diencerkan sekitar 10
cc atau 1 botol film dengan aquadest.
Langkah selanjutnya adalah mengambil
satu tetes isi usus yang sudah
diencerkan
dengan
pipet
tetes
kemudian diamati dibawah mikroskop.
Pengamatan dilakukan sebanyak tiga
kali ulangan dengan lima lapang
pandang. Langkah terakhir, ialah
mengidentifikasi jenis dan mencatat
jumlah organisme makanan yang ada
dari setiap lapang pandang dengan
buku identifikasi alga (Prescott 1970).
Remahan
pakan
buatan
dan
mikroorganisme
yang
ditemukan
dicatat dan dihitung sesuai rumus
Metode Frekuensi Kejadian dan Indeks
Preponderance (Effendie 1979).
Model rumus Frekuensi Kejadian
dan Indeks Preponderance yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Metode Analisis Pb di Organ Ikan Uji
Organ yang diukur kandungan
Pb adalah organ hati, ginjal dan daging.
Di laboratorium, setiap sampel organ
ikan uji dimasukkan ke dalam beaker
gelas dan siap untuk ditimbang
menggunakan neraca analitik. Analisa
parameter
mengikuti
prosedur
Standard Method (APHA, 2012).
Setelah setiap organ menjadi
larutan di dalam labu ukur 10 ml, maka
langkah
selanjutnya
dilakukan
pengukuran kandungan logam berat
Timbal (Pb) menggunakan alat atomic
absorption spectrometry (AAS) tipe AA
300 P buatan Varian Techtron,
Australia. Alat AAS di kaliberasi sesuai
dengan instruksi dalam manual alat
tersebut yang selanjutnya pengukuran
larutan standar logam dan blanko dan
pengukuran larutan sampel. Selama
pengukuran standar logam diperiksa
secara periodik untuk memastikan nilai
standar konstan. Untuk mendapatkan
konsentrasi
logam
berat
yang
sebenarnya digunakan rumus :
K sebenarnya =
ISSN 2407 3601
1.
Model rumus Frekuensi Kejadian :
Keterangan :
n: jumlah individu jenis ke-i yang
ditemukan pada contoh
KAAS x Vol.Penetapan
Berat Kering
45
Journal of Aquatropica Asia
Vol.3, 2016
Robin
N: jumlah total dugaan individu jenis
ke-i dari ikan ke-i
Vd: volume pengenceran
Vi : volume tetes yang diamati (1 tetes
: 0,05 ml)
2.
Model
rumus
Preponderance :
Ii =
ISSN 2407 3601
Keterangan :
W : Pertambahan berat mutlak (g)
Wo: Berat hewan uji pada awal
penelitian (g)
Wt: Berat hewan uji pada akhir
penelitian (g)
Indeks
Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati adalah
komposisi saluran pencernaan ikan uji,
jumlah akumulasi logam berat Timbal
(Pb) di organ daging, hati dan ginjal
ikan patin jambal setiap bulan
pengamatan dan penambahan bobot
tubuh ikan uji.
Vi x Oi
+ 100%
∑ Vi x Oi
Keterangan :
Ii: indeks preponderance
Vi: persentase volume makanan jenis
ke-i
Oi: persentasi frekuensi kejadian
makanan ke-i
Analisis Data
Keseluruhan data disajikan
secara
tabulasi
dan
grafik.
Keterhubungan semua parameter
dijelaskan secara deskriptif.
Metode pengamatan penambahan
bobot
Pengamatan pertumbuhan ikan
nila
merah
dipastikan
dengan
mengukur
bobot
tubuh
ikan
menggunakan timbangan digital merk
Osuka AJ 1000, tingkat ketelitian 0,01.
Berat awal (Wo), diukur sebelum benih
ikan ditebar. Untuk memperoleh data
yang akurat pengukuran bobot ikan
dilakukan setiap bulan. Berat akhir
(Wt), diukur setelah benih ikan
dipelihara selama 30 (tiga puluh) hari
setelah pengukuran berat awal (Wo).
Pertumbuhan ikan, kelangsungan
hidup dan konversi pakan dihitung
menggunakan persamaan-persamaan
sebagai berikut (Effendie 1979) :
1. Pertumbuhan mutlak (W)
Hasil
Analisis Kualitas Air
Hasil pengukuran kualitas air di
kolong Grasi Kecamatan Sungailiat
Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, bulan OktoberDesember 2011 hingga bulan JanuariFebruari 2012 dapat dilihat pada Tabel
1.
Rata-rata parameter fisika dan
kimia hasil pengukuran kualitas air di
Kolong Grasi menunjukkan kondisi yang
ideal untuk kegiatan budidaya ikan
patin jambal. Kondisi penurunan
beberapa parameter seperti suhu,
kecerahan dan peningkatan kadar TOM
terjadi di bulan Januari 2012 dan tidak
terjadi di bulan-bulan sebelumnya. Hal
ini dikarenakan pada bulan Januari
2012 merupakan musim penghujan.
W = Wt – Wo
46
Journal of Aquatropica Asia
Vol.3, 2016
Robin
ISSN 2407 3601
Tabel 1 Hasil pengukuran kualitas air Kolong Grasi selama pemeliharaan di bulan
Oktober 2011-Februari 2012
Bulan
Oktober 2011
November 2011
Desember 2011
Januari 2012
Suhu
(0C)
29,4
29,1
25,3
24,1
Parameter Kualitas Air
Kec.
pH
DO
CO2
(cm)
(mg/l)
(mg/l)
90
6
7,2
2,10
90
6,5
8
1,82
60
6
8
3,06
30
5
7,8
4,09
TOM
(mg/l)
5,77
4,18
9,06
12,91
Keterangan
musim kemarau
musim kemarau
musim kemarau
musim
penghujan
musim kemarau
Februari 2012
27,1
70
6
8
3,44
7,40
27±2,3
68±24,8
6,1±0,5
7,8±0,3
2,90±0,9
7,87±3,3
Rata-rata/bulan
Standar Budidaya
25-30
20-30
6-8,5
≥3
<5
SNI 2009
untuk Patin
jambal
Keterangan : Kec; Kecerahan air kolong, DO; Dissolved Oxygen (Oksigen terlarut)
CO2 ; Karbondioksida terlarut, TOM; Total Organik Matter
Komposisi Isi Usus Ikan Uji
Ada
beberapa
kelas
mikroorganisme yang teridentifikasi
didalam usus ikan patin jambal selain
pakan
buatan
(pellet)
selama
pemeliharaan empat bulan di kolong
tua.
Dengan
Metode
Indeks
Preponderance,
didapat
kisaran
spektrum komposisi usus ikan patin
jambal di bulan November 2011 hingga
Februari 2012, (Gambar 1 a˗d).
Gambar 1. Kisaran spektrum komposisi usus ikan patin jambal di bulan
November 2011 hingga Februari 2012
47
Journal of Aquatropica Asia
Vol.3, 2016
Robin
Jumlah Akumulasi Logam Berat Timbal
(Pb)
Jumlah dan pola akumulasi
logam berat Pb yang terukur di setiap
organ ikan patin jambal selama
penelitian, dapat dilihat pada Tabel 2.
Jumlah logam berat yang terakumulasi
dalam jaringan tubuh hewan air yang
masih aman dikonsumsi oleh manusia
yaitu 0,3 mg/kg (SNI, 2009). Kandungan
Pb pada ikan patin jambal mulai
ditemukan
di
bulan
kedua
pemeliharaan, yakni bulan Desember
2011 pada organ ginjal dan daging
masing-masing terukur sebesar 0.032
mg/kg dan 0,177 mg/kg. Di bulan ketiga
(Januari 2012), Pb ditemukan hampir di
semua organ ikan patin jambal dan
melebihi batas aman untuk konsumsi,
yaitu organ hati sebesar 15,39 mg/kg
dan daging sebesar 40,56 mg/kg.
ISSN 2407 3601
Gambar
2
menunjukkan
penambahan bobot tubuh ikan patin
jambal
pada
bulan
pertama
pemeliharaan hingga bulan ketiga
(Januari
2012)
mengalami
peningkatan.Penambahan bobot tubuh
hampir terhenti di bulan ketiga
pemeliharaan hingga bulan keempat
pemeliharaan (Februari 2012). Ratarata berat awal ikan Patin jambal
dibulan Oktober 2011 sebesar 5
g±0,012. Bulan Februari 2012 bobot
tubuh rata-rata 201,2 g ± 17,7050.
Pembahasan
Ikan patin jambal termasuk ikan
yang bergerak lambat, sehingga
akumulasi logam berat akan lebih tinggi
jika dibandingkan dengan ikan yang
mempunyai pergerakan lebih cepat.
Pemeliharan dengan system karamba
jaring apung mengkondisikan ikan uji
pada ruang gerak yang sangat terbatas,
sehingga peluang untuk terjadinya
akumulasi logam berat ke dalam tubuh
ikan patin jambal budidaya akan
semakin besar.
Kemungkinan
terlepasnya
logam berat dari sedimen ke air dan
berakhir terakumulasi di dalam ikan
sangatlah besar. Bryan (1976a)
mengemukakan bahwa dalam keadaan
yang sesuai, beberapa logam yang
berikatan dengan sedimen dan partikel
yang mengendap akan kembali
kedalam air diikuti remobilisasi dan
difusi keatas. Keadaan ini selanjutnya
yang menyebabkan plankton dalam air
kolong mengakumulasi Pb dalam
tubuhnya.
Penambahan bobot tubuh dan laju
pertumbuhan ikan uji
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan penambahan bobot ikan
uji yang relatif lambat, namun masih
mendekati normal (Gambar 2).
Gambar 2. Penambahan bobot ikan uji
selama pemeliharaan
48
Journal of Aquatropica Asia
Vol.3, 2016
Robin
ISSN 2407 3601
Tabel 2. Kandungan Pb pada organ ikan patin jambal pemeliharaan empat bulan
di kolong tua pasca tambang timah
Organ
Ginjal
Hati
Daging
Oktober
(mg/kg)
< 0,030
< 0,030
< 0,030
Kandungan Pb Pada Bulan keNovember Desember Januari
(mg/kg)
(mg/kg)
(mg/kg)
< 0,030
0,032
< 0,030
< 0,030
< 0,030
15,39
< 0,030
0,177
40,56
Pengambilan logam berat oleh
makhluk hidup air melalui tiga proses
utama, yaitu (1) dari air melalui
permukaan pernapasan (misalnya
insang); (2) penyerapan dari air ke
dalam permukaan tubuh; dan (3) dari
makanan, partikel atau atau air yang
dicerna melalui sistem pencernaan.
Proses pengambilan logam oleh
makhluk hidup perairan autotrofik
(Fitoplankton) menurut Mason (1993),
adalah melalui mekanisme pertukaran
ion yang dengan cepat terserap pada
permukaan sel, dari tempat mereka
berdifusi ke dalam membran sel,
terakhir diserap dan diikat oleh protein
(tempat pertukaran ion) di dalam sel.
Pada ikan, proses masuknya logam
berat ke dalam tubuh juga dapat
bersumber dari air dan makanan.
Proses masuknya logam berat ke ikan
menurut Houlihan (1993) melalui
mekanisme
penyerapan
pada
permukaan tubuh, yang kemudian
diikat oleh ligan organik dan disimpan
dalam protein.
Kelimpahan dari fitoplankton
yang rendah berhubungan dengan
kondisi nutrien dan polutan yang
terdapat pada kolom air. Fitoplankton
di perairan merupakan produsen
primer yang memegang peranan
penting dalam kesinambungan rantai
makanan untuk konsumen tingkat
kedua dan ketiga (crustacea dan ikan).
Februari
(mg/kg)
0,917
< 0,030
0,188
Metode/Standar
APHA ed 21 th 3111 B, 2005
APHA ed 21 th 3111 B, 2005
APHA ed 21 th 3111 B, 2005
Kolong Grasi memiliki indeks
diversitas (H) sebesar 0,8370 dan
indeks dominansi (C) sebesar 0,2281.
Nilai TSI kolong Grasi sebesar 68
dengan status eutrophik sedang. Hal ini
memperkuat hasil penelitian, bahwa
akumulasi pada organ ikan patin
jambal, dapat terjadi melalui jalur
biomagnifikasi. Dimana di bulan Januari
2012, saat terjadi peningkatan jenis dan
jumlah plankton dalam usus ikan patin
jambal, akumulasi Pb di setiap organ
ikan patin jambal yang diujikan juga
ikut meningkat. Membaiknya kualitas
air
(Februari
2012),
seperti
meningkatnya nilai kecerahan, diikuti
dengan berkurangnya nilai dominansi
plankton dalam usus ikan uji secara
kuantitas maupun jenis. Kondisi ini juga
diikuti dengan menurunnya jumlah Pb
terukur di setiap organ ikan uji.
Peningkatan jumlah plankton (kuantitas
dan jenis) secara bertahap di usus ikan
uji selama bulan Oktober 2011 hingga
Desember 2011, selalu diikuti dengan
peningkatan jumlah akumulasi Pb di
setiap organ ikan uji. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa,
adanya potensi akumulasi Pb dalam
organ ikan patin jambal yang dipelihara
di kolong tua melalui jalur rantai
makanan (biomagnifikasi). Temuan ini
memperkuat
hasil
penelitian
sebelumnya, bahwa pada ikan,
penyerapan melalui makanan lebih
sering terjadi (Wilson, 1988).
49
Journal of Aquatropica Asia
Vol.3, 2016
Robin
Kesimpulan
Potensi akumulasi Pb dalam
organ ikan patin jambal yang dipelihara
di kolong tua melalui jalur rantai
makanan (biomagnifikasi) sangat besar.
Namun, depurasi secara alami terjadi
sangat cepat pada ikan uji, seiring
dengan membaiknya kualitas air
kolong.
ISSN 2407 3601
Henny
C. 2011. ”Kolong” bekas
tambang timah di pulau Bangka:
Permasalahan kualitas air dan
alternatif
solusi
untuk
pemanfaatan. Oseanografi dan
Limnologi di Indonesia, LIPI. Vol
37 No.1: 119-138.
Houlihan D F, Mathers, Fostner U.
1993. Biochemical Correlates of
Growth Rate in Fish. Fish
ecophysiology, Vol XX 21: 45-71.
Lamidi. 1997. Biolimnologi sumber daya
perairan galian tambang timah
di Kepulauan Riau. Laporan
Penelitian kerjasama Badan
Perencana Daerah Tingkat II
Kabupaten Riau dan Instalasi
Penelitian
dan
Teknologi
pertanian Tanjung Pinang, hal
12. Riau: Unri Press.
Manahan S.E. 1997. Environmental
Chemistry, 2nd ed. Boston:
Willard Grant Press. Hal 416.
Mason C F. 1993. Biologi of Freshwater
Pollution. Second edition. New
York: Longman Scientific and
Technical.
Prescott G W. 1970. How to Know the
Freshwater Algae. Lowa: Mc
Brown Co. Publ.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2009.
Batas
maksimum
cemaran
logam berat dalam pangan:
7387.
Jakarta:
Badan
Standarisasi Nasional (BSN).
Sujitno S. 2007. Sejarah Timah di Pulau
Bangka. Pangkalpinang: PT.
Tambang Timah Tbk.
Wilson, R.C.H. 1988. Prediction of
Copper Toxicity in Receiving
Waters. Board Can: J. Fish Resh.
29, 1500.
Daftar Pustaka
APHA. 2012. Standard Methods for The
Examination of Water and
Wastewater,19th
ed.,
Washington DC.
BKPRN. 2009. Kampanye Buangan
Limbah
Tambang.
http://
walhi.or.id [12 Agustus 2011].
Brahmana S S, Armaita Sutriati R,
Widya S, Sudarna A. 2004.
Potensi Pemanfaatan Sumber
Air
Pada
Kolong
Bekas
Penambangan Timah di Pulau
Bangka. LIMNOTEK. Vol. 18:
No.53
Bryan, GW. 1976a dalam Connel, D.W
dan Miller. Heavy Metal
Contamination in The Sea.
Academic Press : London. Hal
185.
Effendi, M.I. 1979. Metoda Biologi
Perikanan. Bogor : Yayasan
Dewi Sri.
Henny C, LIPI. 2007. Teknologi
Perbaikan Kualitas Air Kolong
Asam/AMD. Selasa 12 Mei
2009. http://www.lipi.com/ 14
April 2011.
Henny C dan Evi S. 2009. Karakterisasi
Limnologis
Kolong
Bekas
Tambang Timah Di Pulau
Bangka. Bogor, Indonesia: Pusat
Penelitian LIMNOLOGI LIPI.
50
Download