Pupuk Fosfat Alam sebagai Pupuk Alternatif

advertisement
Pupuk Fosfat Alam sebagai Pupuk
Alternatif
Pupuk P ini dapat menjadi pupuk alternatif pengganti SP-36.
Agar penggunaannya efektif, sifat pupuk dan cara pemberiannya
perlu diketahui. Kondisi keasaman tanah juga menentukan
efektivitas pupuk.
P
upuk P-alam merupakan bahan
baku pembuatan SP-36 dan
superfosfat lainnya. Pupuk P ini dapat digunakan sebagai pupuk alternatif pengganti SP-36 yang kini
semakin mahal dan kadang sulit
didapat.
Deposit pupuk P-alam di Indonesia tidak banyak, sehingga impor
pupuk P-alam dari luar negeri (Maroko, Tunisia, dan Cina) tidak bisa
dihindari. Namun, perlu dipertimbangkan agar impor pupuk P-alam
tersebut tidak hanya untuk memperjuangkan pemikiran tentang rekapitalisasi P, yaitu pemberian pupuk P-alam sekaligus dalam takaran
tinggi (1 t/ha) untuk beberapa musim tanam, karena kepemilikan modal petani sangat terbatas. Sebelum pupuk P-alam dipromosikan
secara besar-besaran, terlebih dahulu perlu dikaji karakteristik pupuk dan interaksinya dengan tanah,
reaktivitasnya, metode dan waktu
pemberian yang tepat, takarannya,
penggunaannya sebagai investasi
modal, serta prospek penggunaannya untuk rehabilitasi tanah sulfat masam.
Karakteristik dan Interaksi Pupuk
Fosfat Alam dengan Tanah
Karakteristik pupuk P-alam dapat
diketahui melalui pengamatan tentang mineralogi, kristalografi, dan
analisis kimia, sehingga unsur utama dan cara pembentukannya dapat diketahui. Pupuk P-alam didominasi oleh mineral apatit (5090%) dengan bahan ikutannya
berupa kuarsa, liat, besi, dan aluminium oksida, kalsit, dolomit, dan
gipsum. Kalsium apatit yang berasal dari batuan sedimen termasuk
pupuk P-alam reaktif sehingga da-
pat langsung digunakan sebagai
sumber P, sedangkan fluor apatit
yang kelarutannya rendah termasuk pupuk P-alam tidak reaktif. Pupuk P-alam dikatakan reaktif bila
kombinasi sifat pupuk dan sifat tanah dapat meningkatkan kelarutan
P. Bila kelarutan P sangat rendah,
maka P-alam dikatakan tidak reaktif.
Efektivitas kelarutan P-alam reaktif pada tanah masam termasuk
rendah terutama bila pH tanah
<4,5 dan konsentrasi P larutan tanah awal sangat rendah. Jika pH
<4,5 maka tanah perlu diberi kapur
untuk menaikkan pH sampai 4,5
untuk padi atau 5,0 untuk kedelai.
Kelarutan pupuk P-alam juga menurun bila pH tanah lebih dari 6,0.
Kapasitas tukar kation tanah
juga harus tinggi dengan kandungan
C-organik tanah sedang sampai
tinggi (sekitar 5%) dan kejenuhan
kation Ca rendah. Kondisi tersebut
memungkinkan ion P dari pupuk Palam dapat ditahan di daerah pertukaran. Ion P tersebut selanjutnya
diserap akar melalui difusi dan aliran masa. Menurut hasil penelitian,
sebagian besar (98%) ion P diserap
akar tanaman melalui proses difusi.
Reaktivitas Pupuk Fosfat Alam
Reaktivitas merupakan kemampuan pupuk P-alam untuk melepaskan
P. Kemampuan ini dipengaruhi oleh
kombinasi sifat pupuk seperti komposisi kimia, jenis-jenis mineral, dan
ukuran partikel. Luas permukaan
sangat berpengaruh terhadap kelarutan pupuk P-alam. Semakin halus
ukuran partikel, semakin banyak
kemungkinan kontak antara pupuk
P-alam dan tanah sehingga kelarutannya semakin tinggi pula.
Bahan organik tanah juga dapat
meningkatkan ketersediaan P dari
P-alam. Keadaan ini disebabkan
bahan organik, dapat memasok
proton dan terbentuknya senyawa
kompleks Ca dan anion organik.
Senyawa kompleks ini dapat mencegah peningkatan konsentrasi Ca
dalam larutan tanah dan peningkatan pH pada permukaan apatit.
Jadi, kelarutan pupuk P-alam dapat
berlangsung dengan baik bila konsentrasi Ca dalam larutan tanah lebih
rendah daripada konsentrasi Ca di
bagian selaput yang mengeli-lingi
partikel pupuk. Kapasitas daya sangga
pH tanah untuk memasok proton juga
sangat mempengaruhi kelarutan pupuk
P-alam.
Reaktivitas pupuk P-alam meningkat dengan semakin kecilnya
ukuran partikel. Pupuk P-alam berukuran 0,1 mm mempunyai luas
permukaan spesifik lebih luas daripada yang berukuran 0,5 mm.
Pelepasan, gerakan, dan pengisian
P dalam tanah sangat ditentukan
oleh ukuran partikel P-alam. Jadi
semakin halus ukuran partikel pupuk P-alam, semakin banyak P yang
diserap tanaman. Ukuran partikel
juga sangat menentukan harga pupuk dan kesempurnaan pencampurannya dengan tanah yang mempunyai tekstur yang berlainan.
Metode dan Waktu Pemberian
serta Takaran Pupuk
Setelah karakteristik pupuk P-alam
dan interaksinya dengan tanah
serta reaktivitasnya diketahui, selanjutnya efisiensi pemberiannya
ditingkatkan dengan cara mempertimbangkan metode, waktu, dan
takarannya. Kelarutan pupuk P-alam
umumnya rendah karena ukuran
partikel yang relatif besar. Oleh
karena itu, ketersediaan P dalam
tanah perlu ditingkatkan dengan
cara menambah takaran pupuk Palam. Pupuk dicampur merata di
lapisan olah dan kelembapan tanahnya dipertahankan. Dengan takaran yang tinggi dan cara pemberian yang demikian diharapkan P
dapat berdifusi untuk mencapai vo-
1
lume tanah yang lebih besar. Untuk
menghindari adsorpsi P pada tanah
dengan kapasitas sangga P yang
tinggi, pupuk diberikan beberapa
minggu sebelum tanam.
Penggunaan Pupuk Fosfat Alam
sebagai Investasi Modal
Penggunaan pupuk P-alam pada
tanah masam kahat P sebagai investasi modal bertitik tolak dari pemikiran bahwa tanah harus dikelola
sedemikian rupa, sehingga cadangan haranya dapat mempertahankan sifat fisik dan kimia tanah yang
berkelanjutan tanpa merusak tanah
dan mencemari lingkungan. Analisis
kelayakan ekonomi juga diperlukan
untuk mengetahui kelayakan investasi pupuk P-alam, baik bagi petani
maupun dalam rangka menciptakan pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah.
Pemberian pupuk P-alam tidak
dianjurkan dilakukan terus mene-rus,
karena akumulasi logam berat kadmium
2
(Cd) dalam tanah dan hasil panen dapat
berdampak nega-tif terhadap
kesehatan makhluk hidup. Oleh karena
itu, penggunaan pupuk P-alam dan SP36 harus dibarengi dengan program uji
tanah sehingga kerusakan tanah dan
pen-cemaran lingkungan dapat sekecil
mungkin. Uji tanah bertujuan untuk
mengetahui hubungan P tersedia
dengan P yang diserap tanaman
yang berasal dari berbagai sumber
P (pupuk P-alam, SP-36). Uji tanah
dapat dilakukan di rumah kaca
dengan cara memberikan berbagai
takaran pupuk P-alam dan SP-36.
Setelah tanaman dipanen, P yang
diserap tanaman dihitung serta
diukur nilai uji tanahnya, misalnya
untuk P-Bray 1. Uji tanah dengan
menggunakan pengekstrak HCI25% tidak dianjurkan karena pengekstrak tersebut sangat masam
sehingga dapat melarutkan bentuk
P lainnya dari pupuk P-alam yang
tidak larut oleh pengekstrak lemah
(Al-Jabri).
Untuk informasi lebih lanjut
hubungi:
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan
Agroklimat
Jln. Ir. H. Juanda No. 98
Bogor 16123
Telepon : (0251) 323012
Faksimile : (0251) 311256
E-mail
: [email protected].
net.id
Download