informasi singkat benih - Sistem Informasi Perbenihan Tanaman

advertisement
INFORMASI SINGKAT BENIH
No.203, Mei 2015
Kleinhovia hospita LINN
Taksonomi dan Tatanama
Famili: Malvaceae
Sinonim: Nama lokal/daerah: Katimahar (Indonesia),
Kayu paliasa (Sulawesi), Kayu tahun (Jawa),
Katimaha (Bali), Kinar (Ambon), Tangkolo
(Sunda), Ngaru (Ternate), Mangar (Lampung).
Penyebaran dan Habitat
Kayu paliasa tersebar di seluruh Nusantara, di
Jawa ditemukan di bawah ketinggian 500 m
dpl., di Ambon banyak ditanam untuk pagar
hidup, sebab stek batangnya mudah berakar.
Umumnya ditemukan pada lahan-lahan
terbuka, padang rumput dan hutan-hutan
sekunder.
Syarat Tumbuh
Tumbuh baik di daerah yang curah hujannya
merata, atau pada daerah-daerah dengan iklim
musim yang jelas. Biasanya umum ditemukan
pada hutan jati. Kayu paliasa ini tumbuh
dengan baik pada tanah lempung dan tanah liat
berpasir dari ketinggian 0–500 m dpl.
Pertumbuhan yang baik akan terjamin pada
tanah-tanah liat berlempung dan liat berpasir
yang longgar dan gembur, dengan banyak
humus. Kayu paliasa suka tumbuh di tempat
yang lembab, terutama di tepi air.
Kegunaan
Batangnya yang berbonggol-bonggol; kayunya
liat dan padat berwarna pucat; pada pohon
yang tua warnanya kekuning-kuningan, disanasini dengan urat-urat atau kurai-kurai hitam.
Pohonnya merupakan tanaman peneduh yang
istimewa dan mempunyai nilai seni. Kayu
kusut dari bonggol dan akarnya dipakai untuk
hulu parang. Kayunya yang berkurai hitam
digunakan untuk membuat sarung keris. Di
Jawa, kayu yang bernoda didapat dari jenis ini
dinamakan “pelet” seperti pun halnya jenis
kayu berurat berbintik hitam lainnya dihargai
dengan harga tinggi. Menurut Rumphius
(dalam Heyne K, 1987) Gelam kayu cabangcabangnya yang liat dan berair adalah cocok
untuk berbagai macam tali-temali. Daunnya (di
Sulawesi Utara) dimakan; orang-orang Ambon
memakai daunnya yang muda untuk mencuci
rambut karena harum baunya. Air rebusan
daunnya bila diminum rutin bermanfaat
sebagai
peluruh
batu
ginjal
dan
menyembuhkan beberapa penyakit dalam
lainnya (pengalaman beberapa orang yang
mencoba).
Deskripsi Botani
Kayu paliasa merupakan pohon yang tumbuh
cepat, rimbun dan besar, dapat mencapai tinggi
tinggi 18–20 m dan diameter batang 70–100
cm.
Daun bertangkai panjang, berbentuk jantung
lebar : 4½–27 kali 3–24 cm, pada pangkalnya
bertulang daun menjari. Bunga dengan malai di
ujung, lebar berambut halus, tajuk kelopak 5,
bentuk lanset, panjang 6–10 mm, warna merah,
daun mahkota 5. Bakal buah beruang 5, tangkai
putik 1.
Batang Kayu paliasa
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Sulawesi
Deskripsi Buah dan Benih
Buah kotak bentuk buah pir, melembung
seperti selaput, bertajuk 5, panjang ± 2 cm,
membuka menurut ruang.
merupakan hal kritis untuk tahun pertama
setelah penanaman, juga menguntungkan
selama perkembangan bunga dan buah.
Pemupukan dengan kompos 5 Kg dan 100-200
g NPK pada saat penanaman sangat membantu
awal pertumbuhan di lapangan.
Hama dan Penyakit
Tidak ditemukan penyakit yang berarti
menyerang Kayu paliasa hanya kumbang dan
serangga yang menyebabkan daun berlubang
dan dapat diatasi dengan penyemprotan
insektisida.
Bunga dan buah Kayu paliasa
Pembungaan dan Pembuahan
Pembungaannya bertipe malai berada pada
ketiak daun, panjangnya dapat mencapai 25
cm, bunga biseksual, berwarna hijau kekuningkuningan, berukuran kira-kira 1 cm x 1,3 cm.
Musim berbunganya pada bulan Januari –
Maret dan musim berbuah pada bulan April –
Mei.
Bibit Kayu paliasa siap tanam (umur 3 bulan)
Daftar Pustaka
Heyne,
K.1987.
Tumbuhan
Berguna
Indonesia III. Badan Litbang Kehutanan.
Departemen Kehutanan. Jakarta.
Daun Kayu paliasa
Pembudidayaan
Kayu paliasa dapat diperbanyak dengan benih
atau pencangkokan. Dan stek batang. Benihnya
disebar merata di bedeng persemaian yang
berisi pasir halus. Jika sepasang daun
pertamanya telah dewasa, anakan dipindahkan
ke wadah sendiri-sendiri. Mengingat persentase
kecambahnya yang cenderung tinggi, benih
juga dapat langsung disemaikan dalam wadah.
Kayu paliasa paling baik ditanam pada awal
musim hujan.
C.G.G.J. van Steenis. 1988. Flora: Untuk Sekolah
di Indonesia (terjemahan Moeso Suryowinoto,
dkk.) PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Hanum, I. F. and Maesen, L.J.G., Van der. 1997.
Plant resources of South-East Asia. No. 11:
Auxiliary plants. Prosea Foundation, Bogor
Indonesia. 389 p.
Pitopang, R., Khaeruddin, I., Tjoa, A.,
dan Burhanuddin, I. F. 2008. Jenis-Jenis Pohon
Yang Umum Di Sulawesi. Untad Press, Palu.
DISIAPKAN OLEH BPTH SULAWESI
Penulis : Ir. I Ketut Wiradana dan Rismawati, S.Hut
Pembiakan dan Pemeliharaann
Dianjurkan untuk mengadakan penyiangan
yang teratur atau pemberian mulsa disekeliling
batang pohon. Selama 2-3 tahun pertama, 2-3
cabang utama sebaiknya diberi kesempatan
untuk berkembang. Pengairan yang teratur
BPTH SULAWESI
Jl.Perintis Kemerdekaan Km.17,5 Makassar
Telepon/Fax : (0411) 550076/554501
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Sulawesi
Download