BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Usaha kecil dipedesaan merupakan pengerak ekonomi masyarakat diluar sektor pertanian. Masyarakat di Desa Gilangharjo yang berada di Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul memiliki berbagai jenis usaha kecil baik berupa kerajinan, jasa, berdagang dan sebagainya. Salah satu usaha kecil kerajinan yang cukup diminati warga terutama di Dusun Jodog, Karang asem dan Daleman adalah kerajinan bambu khususnya pembuatan kandang ayam. Usaha ini sudah ada sejak tahun 70-an bebarengan dengan maraknya usaha peternakan ayam petelur pada saat itu. Sampai saat ini usaha kerajinan bambu tetap bertahan da berkembang meskipun usaha peternakan ayam petelur di Desa Gilangharjo mengalami kebangkrutan. Dari hasil penelitan ini menunjukan bahwa peran modal finansial tidak terlalu berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha kerajinan bambu. Modal terpenting yang dimiliki perajin di Desa Gilangharjo adalah modal sosial, sikap-sikap yang ditunjukan perajin mencerminkan kuatnya modal sosial berbanding lurus dengan keberlangsungan usaha kerajinan bambu. Solidaritas antara perajin menunjukan bahwa kerjasama yang terbentuk bukan berdasarkan pemanfaatan untuk medapatkan keuntungan yang banyak akan tetapi lebih kepada rasa kebersamaan untuk mempertahan usaha kerajinan bambu secara menyeluruh. Dalam menjalankan usahanya perajin memiliki modal sosial yang sangat membantu bagi kelancaran usahanya. Modal sosial mutlak dimiliki oleh perajin 106 bambu di Desa Gilangharjo untuk mempertahankan dan mengembangkan usaha kerajinan bambunya. Kepercayaan disini di tunjukan dengan adanya rasa saling percaya antara perajin dengan tenaga kerjanya, perajin dengan sesama perajin yang lain maupun perajin dengan konsumennya. Kepercayaan itu terjalin begitu baik sehingga sampai saat ini usaha kerajinan bambu di Desa Gilangharjo berkembang dengan baik. Kepercayaan yang diberikan perajin kepada pekerja membuat pekerja merasa di hargai dan membuat hubungan kerja diantara mereka menjadi lebih baik. Dengan adanya hubungan kerja yang baik tentu saja proses produksi kerajinan bambu tidak terhambat. Kepercayaan antara sesama perajin tentu saja akan menimbulkan adanya kerjasama yang menyeluruh, perajin yang kelebihan pesanan dapat memberikan sebagian ordernya kepada perajin lain yang ia percaya dapat menyelesaikan pesanan tersebut. Adanya kerjasama tersebut tentunya akan menguntungkan kedua belah pihak, perajin yang kelebihan order tidak perlu menambah tenaga kerja tapi produksinya selesai, perajin yang diberikan order oleh temannya mendapatkan pesanan tambahan sehingga dia tetap bisa berproduksi kepercayaan antara perajin bambu dengan konsumennya tentu mutlak dimiliki oleh perajin bambu, kepercayaan yang timbal balik tersebut dapat diwujudkan dengan tidak memberlakukan DP atau uang muka terhadap konsumen yang memesan kandang kepada perajin, pemesan pasti mengambil barang yang dipesannya karena sudah ada kepercayaan diantara mereka. Kepercayaan antar elemen (perajin, pekerja, perajin yang lain konsumen dan mitra kerja yang lain) 107 menunjukan pengaruhnya terhadap perkembangan usaha kerajinan bambu di Desa Gilangharjo untuk lebih berkembang lebih baik. Jaringan merupakan sebuah kebutuhan untuk mencapai keberhasilan suatu usaha. Jaringan dapat memperluas pemasaran produk kerajinan, mempermudah perajin memperoleh bahan baku, meningkatkan hubungan baik antar perajin, atau antar perajin dengan pedagang, juga dapat memudahkan perajin dalam mendapatkan pesanan. Jaringan diwujudkan dengan perajin bambu di Desa Gilangharjo dalam hal penyediaan bahan baku, penjualan atau pemasaran serta akses informasi bagi perajin bambu. Jaringan penyediaan bahan baku memberikan kemudahan dalam penyediaan bahan baku utama kerajinan bambu yaitu bambu. Ketersediaan bahan baku dapat dipenuhi oleh perajin dengan hanya meminta kepada penyedia bahan baku untuk menyuplai bahan baku kepada mereka, dengan begitu perajin tidak perlu repot-repot mencari bahan baku sendiri. Jaringan tumbuh secara alami di kalangan perajin bambu, seperti yang terjadi pada penjualan di mana jaringan tumbuh melalui adanya sistem gethuk tular dimana perajin tidak terlibat secara langsung dalam membuat jaringan, akan tetapi melalui pelangan yang sudah cocok, pelangan tersebut secara suka rela menyebar luaskan informasi tentang keberadaan kerajian bambu dengan orang lain. Orang lain tersebut akan menyebarkan informasi kepada orang lain yang lainnya, begitu selanjutnya sehingga jaringan pemasaran perajin bambu berkembang dengan sendirinya. Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapanharapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok 108 orang. Adanya persaingan yang sehat tentu membuat perajin berlomba-lomba meningkatkan kualitas produknya. Dengan kualitas yang baik tentunya akan membuat produk memiliki daya saing yang bagus. Adanya persaingan tersebut secara tidak langsung dapat membuat produksi kandang secara menyeluruh di Desa Gilangharjo memiliki kualitas yang baik. Solidaritas yang ditunjukan oleh perajin bambu dapat dilihat dari adanya saling tukar pesanan ketika ada perajin yang kelebihan pesanan dan ada yang kekurangan pesanan. Peminjaman bahan baku juga menjadi bentuk dari solidaritas mempertahankan usaha dari perajin yang memiliki bahan baku terhadap perajin yang kekurangan bahan baku. Kejujuran dan kerja keras yang ditunjukan oleh perajin bambu membuktikan adanya norma-norma yang dipegang teguh oleh perajin bambu. bahwasannya dalam menjalankan usahanya seorang perajin bambu harus dilandasi dengan kejujuran karena akan memberikan dampak kepercayaan dari orang lain ataupun konsumennya. Kerja keras ditunjukan perajin dengan tetap berproduksi meskipun sedang tidak ada pesanan, perajin beranggapan pada nantinya kandang yang dibuat bisa dijual. Perajin berangapan dengan kerja keras pasti akan mendapatkan pendapatan yang lebih baik ketimbang bermalas-malasan. Efisiensi kerja yang ditunjukan perajin merupakan sebuah bentuk pemanfaatan modal sosial yang tertata dengan baik. Efisiensi kerja ditunjukan dengan adanya kerjasama saling bantu-membantu antara perajin bambu dalam menyelesaikan suatu pesanan. Perajin tidak perlu lagi menambah pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu karena sudah di back-up oleh perajin tetangganya. Efisiensi lainnya terlihat pada pemenuhan bahan baku bambu, 109 dimana perajin yang tidak mempunyai modal uang untuk membeli bambu dalam jumlah besar dapat meminjam bambu dari perajin yang memiliki sumber daya bahan baku. Metode gethuk tular yang berkembang juga menunjukan esiensi pemasaran produk perajin. Perajin dibantu oleh pelangannya untuk mendapatkan pelangan baru. Modal sosial yang selama ini terjalin dikalangan perajin bambu terbukti sangat bermanfaat bagi usaha kecil kerajinan bambu, adanya sikap saling percaya dan tolong-menolong antar sesamanya membuat roda perekonomian masyarakat Desa Gilangharjo dapat berputar melalui usaha kerajinan bambu. Adapun peran pemerintah yang selama ini dirasa kurang tidak membuat perajin merasa putus asa, mereka bisa menjalankan usaha kecilnya secara mandiri dikarenakan modal sosial yang tumbuh dengan baik. Manfaat modal sosial dirasakan perajin bambu seiring dengan berkembangnya usaha tersebut, jaringan yang luas memungkinkan perajin bambu memasarkan produknya secara luas, adanya persaingan yang sehat membuat kualitas produk kerajinan juga meningkat karena berimbas pada kepercayaan konsumen. Dengan adanya kepercayaan dari konsumen, kerajinan bambu di Desa Gilangharjo menjadi primadona bagi peminatnya dibandingkan dengan produksi daerah lain. Rutinitas pesanan kerajian bambu di Desa Gilangharjo saat ini sangat ramai dikarenakan adanya sumber daya modal sosial yang dimiliki perajin bambu dapat meningkatkan kualitas usaha kerajinan bambu. Hal ini tentunya menjadi semangat tersendiri bagi perajin karena dengan banyaknya permintaan produk maka dengan sendirinya pendapatan perajin akan bertambah. 110 B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka untuk meningkatkan kualitas usaha kecil kerajinan bambu di Desa Gilangharjo penulis memberikan saran kepada pihak-pihak yang terkait: 1. Perajin bambu : mempertahankan modal sosial yang ada, karena terbukti mampu membantu mengembangkan usaha kerajinan bambu. Meningkatkan kualitas produk kerajinan karena dengan kualitas yang baik akan membuat kepercayaan konsumen meningkat. Membuat sebuah inovasi baru yang bisa membuat nilai jual produk menjadi lebih tinggi. Menambah data base jaringan penjualan, karena dengan semakin banyaknya jaringan memungkinkan perajin dapat memasarkan produknya dengan lebih baik. 2. Pemeritah : memberikan dukungan bagi pelaku usaha kecil khususnya perajin bambu di Desa Gilangharjo karena usaha kecil terbukti mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Dukungan tersebut bisa berupa bantuan permodalan, pelatihan kerja, pendampingan maupun pemasaran produk kerajinan bambu. 3. Penulis selanjutnya : lebih dapat mengali informasi kepada informan sehingga data yang diperoleh dapat lebih maksimal. Serta lebih memfokuskan pada satu tempat agar data yang diperoleh lebih valid dalam penyajiannya. Penulis selanjutnya diharapkan dapat membantu perajin bambu di Desa Gilangharjo dalam menjalankan usahanya kearah yang lebih baik. 111