pemanfaatan piropilit sebelum dan sesudah aktivasi

advertisement
J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 18, No.3, Nov. 2011: 184 - 190
PEMANFAATAN PIROPILIT SEBELUM DAN SESUDAH AKTIVASI
SEBAGAI ADSORBEN PADA PROSES PENURUNAN BILANGAN
PEROKSIDA DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS MINYAK JELANTAH
(The Utilization of Pyrophilite Before and After Activation as an Adsorbent
on Decreased Level Process of Peroxide Number and
Free Fatty Acid in Used Cooking Oil)
*
Sari Dewi Cahyaning Tyas, ** Siti Tjahjani
*,**
Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Surabaya
Alamat : Kampus Ketintang Surabaya
e-mail : [email protected]
Diterima: 12 September 2011
Disetujui: 21 Oktober 2011
Abstrak
Telah dilakukan penelitian dengan tujuan : 1). Mengetahui perubahan karakteristik piropilit meliputi
intensitas serapan gugus aktif OH- dan luas permukaan. 2). Mengetahui ada tidaknya pengaruh variasi
jenis dan masa adsorben terhadap penurunan kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida minyak
jelantah. Penelitian ini terdiri atas dua tahap : 1). Pembuatan adsorben yakni piropilit sebelum dan
sesudah aktivasi. 2). Adsorpsi asam lemak bebas dan senyawa peroksida minyak jelantah. Analisis hasil
penelitian tahap 1) dilakukan dengan Spektrofotometer IR dan ”Surface area analyzer”, tahap 2) dengan
metode statistik analisis varian dua arah. Hasil penelitian tahap 1) menunjukkan ada perubahan
karakteristik piropilit yakni peningkatan intensitas serapan gugus aktif OH- dan luas permukaan sebelum
dan sesudah aktivasi berturut-turut 10-20 % menjadi 20-30 % dan 8,374 m2/g menjadi 11,790 m2/g.
Untuk penelitian tahap 2) menunjukkan tidak ada interaksi antara jenis dan masa adsorben sedangkan
dari masing-masing variabel ternyata ada pengaruh yang signifikan. Hal ini ditunjukkan bahwa pada
masa adsorben 5 gram, sebelum dan sesudah aktivasi asam lemak bebas mengalami penurunan dari
0,6693 % menjadi 0,4131 % dan 0,3731 % sedangkan bilangan peroksida dari 1,1889 meq/Kg menjadi
0,4973 meq/Kg dan 0,4632 meq/Kg
Kata kunci: jelantah, piropilit, asam lemak bebas, bilangan peroksida
Abstract
Has been studied with the aim of: 1). Knowing the characteristic changes in absorption intensity
piropilit include active OH-groups and surface area. 2). Determine whether there is the influence of
adsorbent type and period of decreased levels of free fatty acid and peroxide numbers used cooking
oil.Study consisted of two stages: 1). Making the piropilit adsorbent before and after activation. 2).
Adsorption of free fatty acid and peroxide compound used cooking oil. Analysis of the results of the study
phase 1) performed with IR spectrophotometer and "Surface area analyzer", phase 2) with statistical
methods of two-way analysis of variance.The results of stage 1) showed no change in the characteristics
of the increased intensity of the absorption piropilit active OH-groups and surface area before and after
activation respectively 10-20% to 20-30% and 8.374 m2/g to 11.790 m2/g. For the study phase 2) showed
no interaction between species and the adsorbent while each variable there was a significant influence. It
is shown that during the adsorbent 5 grams, before and after activation of free fatty acids decreased from
0.6693% to 0.4131% and 0.3731%, while the number of 1.1889 meq peroxide/kg to 0.4973 meq/Kg and
0.4632 meq/Kg.
Keywords: used cooking oil, pyrophilite, free fatty acid, peroxide number
PENDAHULUAN
Ditinjau secara kimiawi minyak jelantah
mengandung senyawa karsinogenik antara
lain asam lemak bebas dan senyawa
peroksida, yang disebabkan proses oksidasi
dan panas. Untuk meningkatkan kualitas
minyak jelantah dilakukan upaya penyerapan
November 2011
TYAS, S.D.C; TJAHYANI, S.: PEMANFAATAN PIROPILIT
asam lemak bebas dan senyawa peroksida
yang menjadi parameter tingkat kerusakan
minyak.
Salah satu cara yang telah banyak
dikembangkan untuk menghilangkan asam
lemak bebas dan senyawa peroksida adalah
adsorpsi menggunakan adsorben seperti
karbon aktif atau bentonit.
Mineral piropilit seperti bentonit, dapat
dimanfaatkan sebagai adsorben karena
memiliki situs aktif pada permukaan yaitu
gugus hidroksil (-OH) terikat pada Al (III)
dan -OH pada Si (IV) (Karen dan
Spark,1995). Piropilit dengan rumus kimia
Al2Si4O10(OH)2 merupakan mineral alam
yang termasuk ke dalam klas silikat, sub klas
phyllosilikat yang berbentuk kristal. Struktur
piropilit secara umum adalah S-G-S (silikatgibbsite-silikat).
Pada kondisi di alam situs OH- piropilit
berada dalam keadaan kurang aktif karena
masih mengandung komponen-komponen
pengotor antara lain: CaO, Na2O, MgO,
Fe2O3 yang menempati lapisan antara
struktur tetrahedral dan oktahedral sehingga
kemampuan sebagai adsorben masih kurang.
Upaya untuk meningkatkan kemampuan
piropilit
dalam
mengadsorpsi
dapat
dilakukan dengan aktivasi menggunakan
asam sehingga menghasilkan situs aktif yang
lebih besar dan kemampuan adsorpsi menjadi
lebih tinggi (Komadel, 2003).
Lestari (2009) melakukan penelitian
tentang karakterisasi piropilit sebelum dan
sesudah aktivasi dengan H2SO4 meliputi
gugus fungsi, luas permukaan, volume pori
dan ukuran pori, diperoleh konsentrasi
H2SO4 optimum sebesar 1,2 M. Pada
penelitian tersebut belum dilakukan uji
kemampuan piropilit sebagai adsorben.
Untuk itu
perlu dilakukan penelitian
adsorpsi asam lemak bebas dan senyawa
peroksida oleh piropilit sebelum dan sesudah
aktivasi dengan asam sulfat.
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui karakteristik piropilit sebelum
dan sesudah aktivasi dengan asam sulfat; 2.
Mengetahui pengaruh jenis dan masa
adsorben terhadap penurunan kadar asam
lemak bebas dan bilangan peroksida minyak
jelantah.
185
PROSEDUR
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
Labu ukur, Erlenmeyer, Ayakan 120
dan 150 mesh, Gelas kimia, Blender elektrik,
Alat pengocok, Neraca analitik, Sentrifuge
Centurion, Eksikator, oven, Pipet ukur,
Buret,
Spektrofotometer
Inframerah,
pengaduk magnetik, penangas air.
Bahan yang digunakan
Piropilit alam, H2SO4 1,2 M, Minyak
jelantah, Alkohol 95 persen, Larutan pati,
Akuades, Natrium tiosulfat, Larutan KI,
Larutan asam-kloroform (3:2), NaOH 0,1 M,
Indikator larutan phenolphtalein 1 persen
Prosedur Penelitian
Pembuatan adsorben piropilit, meliputi:
Pengambilan Piropilit Alam;
Sampel piropilit diambil dari tempat
penambangan piropilit di SumbermanjingMalang Selatan
Pemurnian Piropilit Alam
Piropilit alam yang berupa bongkahan
dipecah hingga berukuran kerikil, kemudian
dicuci dengan aquades untuk menghilangkan
lumpur. Setelah dicuci dikeringkan dalam
oven pada suhu 105 oC selama 2 jam, lalu
dihaluskan dengan blender elektrik dan
diayak dengan ayakan 120 mesh. Padatan
yang lolos diayak kembali dengan ayakan
berukuran 150 mesh, selanjutnya padatan
yang tertahan pada ayakan kedua diambil
sebanyak 50 gram dan didispersikan dalam
100 ml aquades, lalu disentrifuge selama 15
menit dengan kecepatan 3000 rpm. Filtrat
dibuang, endapan terdiri dari tiga lapisan,
diambil lapisan tengah dan dikeringkan
dalam oven (Mutrofin, dkk, 2006).
Aktivasi Piropilit
3 gram piropilit murni dimasukkan
kedalam Erlenmeyer 250 ml, kemudian
ditambahkan 50 ml H2SO4 1,2 M. Campuran
dikocok selama 3 jam pada kecepatan 100
rpm kemudian didekantasi. Endapan disaring
dan dicuci dengan aquades hingga pH netral
lalu dikeringkan selama 2 jam pada suhu
105oC, kemudian disimpan dalam eksikator
(Mutrofin, dkk, 2006).
Karakteristik Padatan Piropilit
Piropilit sebelum dan sesudah diaktivasi
dengan H2SO4 yang berada dalam keadaan
186
J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN
kering
dianalisis
gugus
fungsinya
menggunakan spektrofotometer inframerah
dan luas permukaannya menggunakan
surface area analizer.
Tahap adsorpsi asam lemak bebas dan
senyawa peroksida dengan menggunakan
piropilit, meliputi:
Preparasi minyak jelantah
Sampel minyak jelantah diambil dari
minyak goreng bekas yang telah dipakai
pedagang gorengan untuk menggoreng
pisang, tahu, dan tempe sebanyak 3 kali,
kemudian dipisahkan dari pengotor padat.
Perendaman piropilit dalam minyak jelantah
100 gram minyak jelantah dan piropilit
dimasukkan kedalam gelas beker kemudian
diaduk dengan pengaduk magnetik dan
sesuai rancangan penelitian yakni kombinasi
dua jenis sebelum dan sesudah aktivasi
dengan masa adsorben berturut-turut 1,2,3,4
dan 5 gram lalu disaring dan selanjutnya
dilakukan pengujian terhadap kadar asam
lemak bebas dan bilangan peroksida.
Penentuan kadar asam lemak bebas
Minyak yang akan diuji ditimbang 10
gram didalam erlenmeyer 250 ml.
Ditambahkan 50 ml alkohol netral 95 persen,
kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam
penangas air sambil diaduk.
Larutan ini kemudian dititrasi dengan
KOH 0,1 M dengan indikator larutan
phenolphtalein 1 persen didalam alkohol,
sampai tepat terlihat warna merah jambu.
Setelah itu dihitung jumlah milligram KOH
yang digunakan untuk menetralkan asam
lamak bebas dalam 1 gram minyak (Ketaren,
2008).
Penentuan bilangan peroksida
5 gr minyak dalam 250 ml Erlenmeyer
ditambah 30 ml larutan asam-kloroform
(3:2). Larutan digoyang sampai bahan
terlarut semua. Menambahkan 0,5 ml larutan
KI dan mengaduk larutan selama 2 menit
dengan kadang kala digoyang kemudian
ditambahkan 30 ml akuades dan 0,5 ml
larutan pati, titrasi dengan natrium tiosulfat
sampai warna biru tepat hilang. Prosedur
sama untuk penetuan blanko, tetapi contoh
minyak diganti dengan akuades (Ketaren,
2008).
Vol. 18, No. 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan Adsorben Piropilit
Karakterisasi gugus fungsi.
Hasil karakterisasi piropilit disajikan pada
gambar dan tabel berikut :
Gambar 1. Spektrum piropilit sebelum
diaktivasi
Gambar 2. Spektrum piropilit sesudah
diaktivasi dengan H2SO4 1,2 M
Tabel 1. Data Spektrum Piropilit Sebelum
Diaktivasi dengan H2SO4
No.
Teori
1
450900
cm-1
2
9501250
cm-1
3
4
Standar
Bilangan
Gelombang
(cm-1)
%T
Gugus
Fungsional
799,6681,3
± 3050
Simetri 0Si-0,0-Al0-Al-0-Si
1122,67949,06
1121,3947,4
± 020
Asimetri
0-Si-0,0Al-0 Al-0Si
32003500
cm-1
3477,973674,73
3426,7
± 4050
Adanya
gugus OH
dari air
35003800
cm-1
3674,73
3667,9
± 2030
Adanya
Gugus OH
dari Gibsit
November 2011
TYAS, S.D.C; TJAHYANI, S.: PEMANFAATAN PIROPILIT
Dari tabel 1 terlihat bahwa spektra infra
merah mineral piropilit sebelum aktivasi
memiliki daerah spesifik pada bilangan
gelombang sekitar 3667 cm-1 yang
menunjukkan adanya gugus OH dari gibsit.
Kedua spektra menguatkan adanya gugus
hidroksil pada piropilit (Spark, 1995) bahwa
pada piropilit terdapat gugus fungsi paling
reaktif pada permukaan yaitu –OH yang
terikat pada situs Al(III).
Terdapatnya puncak melebar ada pada
daerah sekitar bilangan gelombang 3426,7
cm-1 diidentifikasi terkait dengan adanya
gugus OH dari hidrat. Adanya OH hidrat
disebabkan oleh terbentuknya ikatan
hidrogen antara gibsit dengan air sehingga
kandungan air tidak terlepas seluruhnya
melalui pemanasan.
H
Al
OH…….O
H
Puncak pada pita nomor 3-7 masingmasing pada bilangan gelombang 1120-680
cm-1 yang terkait dengan asimetri dan simetri
O-Si-O, mendukung adanya ikatan O-Si-O
yang berasal dari lapisan tetrahedral SiO4.
Pita-pita tersebut juga menunjukkan adanya
ikatan O-Al-O dari lapisan oktahedral serta
mendukung
adanya
ikatan
yang
menghubungkan Al-O-Si
pada struktur
piropilit.
Tabel 2. Data Spektrum Piropilit Sesudah
Diaktivasi Dengan H2SO4.
No
Teori
Bilangan
Gelombang
(cm-1)
%T
Gugus
Fungsional
1
450900
cm-1
774,3-676,8
± 30-40
Simetri
9501250
cm-1
1119,3-943
32003500
cm-1
3424,2
35003800
cm-1
3665,4
O-Si-O,
O-Al-O
Al-O-Si
2
± 0-30
Asimetri
O-Si-O,
O-Al-O
Al-O-Si
3
4
± 30-40
± 30-40
Adanya
gugus OH
dari air
Adanya
gugus OH
dari gibsit
187
Pada bilangan gelombang 3665,4 cm-1
yang merupakan serapan dari –OH gibsit
terjadi penurunan intensitas spectra
Seperti yang ditunjukkan gambar 1 dan
2 didukung data pada tabel 1 serta 2, terlihat
adanya penurunan intensitas serapan pada
daerah bilangan gelombang sekitar 3600 cm1
. Terjadinya penurunan intensitas serapan
dari OH gibsit ini sebagai akibat dari
peristiwa protonasi yang terjadi ketika proses
aktivasi berlangsung untuk membentuk
muatan positif.
Al-OH + H+ → Al-OH2+
Pada pH rendah <4,2 gugus OH dari
gibsit akan mengalami protonasi dan berubah
menjadi situs asam Lewis. Peristiwa
protonasi ini akan menghasilkan muatan
positif yang bertambah besar ketika pH yang
ditambahkan juga semakin tinggi.
Karakterisasi Luas Permukaan Spesifik.
Data luas permukaan spesifik piropilit
sebelum dan sesudah diaktivasi diukur
dengan alat surface area analyzer disajikan
dalam tabel 3.
Terjadinya peningkatan luas permukaan
spesifik disebabkan oleh adanya protonasi
gugus OH menjadi OH2+ yang disertai
terikatnya kation H+. Terjadinya peristiwa
protonasi juga didukung dengan data spektra
infra merah yang menunjukkan gejala
penurunan intensitas untuk serapan gugus
OH. Adanya jumlah kation H+ yang semakin
banyak dengan penambahan H2SO4 dapat
mendesak keluar kation-kation antara (Ca,
Mg, Fe, K dan Na) yang menempati ronggarongga pada lapisan alumina silikat.
Pengotor-pengotor yang telah larut tersebut
kemudian akan ikut keluar melalui tahap
pencucian sehingga luas permukaan spesifik
piropilit mengalami kenaikan.
Tabel 3. Data luas permukaan spesifik
piropilit sebelum dan sesudah diaktivasi
dengan H2SO4 1,2 M
Kondisi piropilit
Luas permukaan
spesifik (m2/gr)
Sebelum aktivasi
8, 374
Sesudah aktivasi
11,790
188
J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN
Struktur piropilit yang berupa
lembaran berlapis tetrahedral silikat dan
oktahedral
alumina
mengakibatkan
proses pelepasan pengotor keluar dari
sistem piropilit menjadi lebih sulit.
Pengotor-pengotor yang telah larut
tersebut tidak dapat terlepas seluruhnya
melalui proses pencucian akan tetapi
sebagian tertahan pada lapisan atas
permukaan piropilit.
Vol. 18, No. 3
kecil dibanding dengan penambahan piropilit
tanpa aktivasi. Hal ini berkaitan dengan
terserapnya senyawa peroksida pada situs
aktif dan luas permukaan yang lebih besar
dalam piropilit teraktivasi.
Tabel 4. Data rata-rata bilangan pedoksida
dalam minyak jelantah
Massa
Penambahan
Penambahan
(gram)
piropilit (meq/Kg)
piropilit teraktivasi
(meg/Kg)
Adsorpsi Piropilit Sebelum dan Sesudah
Aktivasi terhadap Bilangan Peroksida
serta Asam Lemak bebas dalam Minyak
Jelantah
Bilangan peroksida ditentukan dengan
mengukur jumlah iodium (I2) yang terbentuk
akibat reaksi ion iodida (I-) dengan peroksida
berdasarkan reaksi sebagai berikut :
2 I- + H2O + ROOH  ROH + 2OH- + I2
Berdasarkan reaksi tersebut, jumlah
peroksida (ROOH) sama dengan jumlah
iodium (I2) yang terbentuk. Untuk mengukur
jumlah iodium (I2) yang terbentuk, maka
perlu direaksikan dengan ion tiosulfat (S2O32) sesuai dengan reaksi sebagai berikut :
2S2O32- + I2  S4O62- + 2 I
Sebagai sumber ion tiosulfat (S2O32-),
digunakan
larutan
natrium
tiosulfat
(Na2S2O3). Iodium (I2) yang tidak berwarna
akan menjadi berwarna biru-kehitaman jika
dicampur dengan kanji yang mengandung
amilum. Proses titrasi menggunakan tiosulfat
(S2O32-), maka iodium akan perlahan-lahan
diubah menjadi ion iodida (I-) sehingga
warna birukecoklatan akan berubah menjadi
bening. Jumlah peroksida yang terbentuk
dihitung dengan menggunakan rumus :
POV = S x N x 1000/gram sampel
S (volume titran, mL), N (normalitas Larutan
Natrium Tiosulfat, N).
Hasil pengukuran bilangan peroksida
disajikan dalam tabel 4.
Berdasarkan tabel 4, nilai rata-rata
bilangan peroksida minyak jelantah yang
ditambah dengan piropilit teraktivasi lebih
0
1,1889
1,1889
2
0,8620
0,7280
3
7,7626
0,6639
4
0,6646
0,5642
5
0,4973
0,4632
Penurunan
bilangan
peroksida
menunjukan terjadinya pemutusan ikatan
rangkap oleh piropilit, selain itu peroksida
yang mengandung oksigen merupakan
senyawa polar sehingga lebih mudah terikat
pada adsorben yang berbahan dasar lempung.
Bilangan
peroksida
merupakan
nilai
terpenting dalam menentukan derajat
kerusakan pada minyak, semakin kecil
kandungannya dalam minyak maka semakin
baik kualitas minyak tersebut. Perlakuan
adsorpsi yang paling banyak menurunkan
kandungan bilangan peroksida adalah
penambahan piropilit teraktivasi H2SO4
sebanyak 5 gram. Untuk membuktikan
hipotesis penelitian yakni mengetahui adanya
pengaruh yang signifikan antara kelompok
kontrol dan perlakuan maka digunakan
analisa statistik anava dua arah.
Hasil analisis tidak ada pengaruh
interaksi antara penggunaan adsorben dan
penambahan massa terhadap penyerapan
peroksida. Penggunaan piropilit teraktivasi
memperoleh rata-rata penyerapan lebih baik
dibandingkan dengan piropilit tanpa aktivasi.
Signifikansi
penurunan
bilangan
peroksida
terbesar
ditunjukkan
oleh
penambahan massa 5 gram baik dengan
penambahan piropilit sebelum maupun
sesudah ativasi.
Angka asam dinyatakan sebagai jumlah
mg
KOH
yang
dibutuhkan
untuk
menetralkan asam lemak bebas dari 1 gr
November 2011
TYAS, S.D.C; TJAHYANI, S.: PEMANFAATAN PIROPILIT
minyak. Minyak dapat menjadi tengik karena
adanya asam lemak bebas dan senyawa
aldehida sebagai akibat terjadinya pemutusan
ikatan rangkap melalui pembentukan
peroksida oleh oksidasi udara atau hidrolisis
oleh mikroorganisme. Asam lemak bebas
dapat dihasilkan dari proses hidrolisis
trigliserida oleh enzim lipase. Enzim lipase
ini terdapat pada hampir semua jaringan yang
mengandung minyak. Jumlah asam lemak
bebas yang terdapat dalam minyak dapat
menunjukkan umur penyimpanan dan
kualitas minyak tersebut. Berikut reaksi
hidrolisis trigliserida oleh enzim lipase:
Kadar asam lemak bebas dapat
menunjukkan kualitas dari minyak tersebut,
makin tinggi kadarnya, maka makin jelek
kualitas dari minyak.
Hasil pengukuran kadar asam lemak bebas
pada minyak jelantah dapat dilihat dalam
tabel 5.
Berdasarkan tabel 5, nilai rata-rata kadar
asam lemak bebas minyak jelantah yang
ditambah dengan piropilit teraktivasi lebih
kecil dibanding dengan penambahan piropilit
tanpa aktivasi. Hal ini berkaitan dengan
terserapnya senyawa asam lemak bebas pada
situs aktif dan luas permukaan yang terdapat
lebih banyak dalam piropilit teraktivasi.
Adanya penurunan kadar asam lemak bebas,
menunjukan terjadinya pemutusan ikatan
rangkap oleh piropilit.
Tabel 5. Data rata-rata kadar asam lemak
bebas dalam minyak jelantah
Massa
(gram)
Penambahan
piropilit (%)
Penambahan
piropilit
teraktivasi
(%)
0
0,6693
0,6693
2
0,4632
0,4365
3
0,4498
0,4165
4
0,4232
0,3965
5
0,4131
0,3731
189
Kadar asam lemak bebas merupakan
nilai terpenting yang menunjukkan tingkat
ketengikan pada minyak, semakin besar
kandungannya dalam minyak maka semakin
jelek kualitas minyak tersebut. Dari hasil
penelitian, perlakuan adsorpsi yang paling
banyak menurunkan kandungan asam lemak
bebas
adalah
penambahan
piropilit
teraktivasi H2SO4 sebanyak 5 gram.
Berdasarkan hasil analisis tidak terdapat
pengaruh interaksi antara penggunaan
adsorben dan penambahan massa terhadap
penyerapan asam lemak bebas.
Berdasarkan hasil analisis data terlihat
bahwa penggunaan piropilit teraktivasi
memperoleh rata-rata penyerapan lebih baik
dibandingkan dengan piropilit tanpa aktivasi.
Terjadi penurunan kadar asam lemak
bebas sebesar 38% untuk penambahan
piropilit tanpa aktivasi dan 44% pada
penambahan piropilit teraktivasi H2SO4 1,2
M. Analisis anava menunjukkan tidak adanya
interaksi antara jenis adsorben dan massa,
namun faktor perlakuan adsorpsi yang
diamati secara satu arah menunjukkan hasil
yang cukup berpengaruh dengan perbedaan
terbesar pada penambahan 5 gram piropilit.
KESIMPULAN
Karakteristik piropilit sebelum dan
sesudah aktivasi dengan asam sulfat berturutturut ialah : serapan IR pada bilangan
gelombang 3667 cm-1 untuk gugus aktif OH
gibbsite dengan intensitas serapan sebesar
10-20% menjadi 20-30%. Luas permukaan
spesifiknya sebesar 8,374 m2/gr dan sesudah
menjadi 11,790 m2/gr.
Ada pengaruh jenis adsorben maupun
masa adsorben masing-masing sebelum dan
sesudah aktivasi dengan asam sulfat terhadap
penurunan bilangan peroksida dan kadar
asam lemak bebas minyak jelantah.
DAFTAR PUSTAKA
.Keren dan Spark. 1994. Equilibrium and
Kinetics Of Borate AdsorpsitionDesorption On Pyrophilite In Aqueous
Suspensions. Soil Science Society Of
America Journal, No.58: 1116-1122.
190
J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN
Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UIPress).
Komadel, P., 2003, Chemically Modified
Smectites, Slovac Academy of Sciences,
Slovakia, Clay Mineral, 38, 127 -138
Lestari, S.F. 2009. Karakterisasi Adsorben
Piropilit Sebelum dan Sesudah Aktivasi
dengan H2SO4 Meliputi Gugus Fungsi,
Luas Permukaan, Volume Pori dan
Vol. 18, No. 3
Ukuran
Pori.
Skripsi
tidak
dipublikasikan. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya.
Mutrofin, dkk. 2006. Karakterisasi Mineral
Piropilit Dari Sumbermanjing Malang
Selatan. Natural Journal, Vol.II, No.2.
Mutrofin, dkk. 2007. Pengaruh Aktivasi HCl
Pada Mineral Piropilit Sumbermanjing
Malang Selatan. Natural Journal,
Vol.II, No.2.
Download