Proses Interaksi Seksual dalam Cerita Komik Jepang Terjemahan Khotijah Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Veteran Bnagun Nusantara Sukoharjo, Jl.Letjend. Sujono Humardani No.1 Jombor, Sukoharjo, Kode Pos 57512. Telpon : 0271593156, Fax : 0271 591065 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana proses interaksi seksual yang terdapat dalam cerita komik Jepang melalui tokoh-tokohnya dengan menggunakan teori simbolik interaksionisme sebagai acuan dalam menganalisis. Disinyalir, pada penggambaran proses interaksi seksual inilah para pembaca komik yang sebagian besar masih remaja, belajar banyak tentang seksualitas dan mengaplikasikan kedalam dunia nyata pacaran mereka. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dimana thematic content analysis digunakan sebagai metode dalam menganalisis. Sampel dalam penelitian ini adalah komik yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 10 buah dan dipilih secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada komik yang diteliti, hampir seluruhnya memuat materi pornografi berupa gambar aktifitas seksual mulai dari ciuman sampai dengan senggama. Pada komik yang memunculkan adegan senggama, 80% diantaranya masih terdapat sensor berupa balon dialog dan 20% lainnya digambarkan secara vulgar. Pada gambaran proses interaksi seksual, sebagian besar perilaku seksual yang diceritakan di dalam komik merupakan perilaku seksual yang diskrip di mana tokoh pria digambarkan sebagai pihak yang sering menginisiatori dalam permulaan hubungan seksual. Hanya sebagian kecil cerita dikomik yang menceritakan adanya negosiasi seksual. Setiap gambaran hubungan seksual yang diceritakan juga tidak menunjukkan adanya perilaku seksual aman, misalnya pemakaian kondom pada saat hubungan seksual berlangsung. Sebagian besar pembaca komik yang diwawancarai mengatakan bahwa komik tersebut telah memberikan pengaruh terhadap pola pikir mereka, khususnya tentang seks. Dari komik tersebut mereka bisa belajar menganai seks dan proses pacaran yang diakhiri dengan hubungan seksual. Bahkan, pada beberapa pembaca komik telah mengaplikasikan seluruh gambar aktifitas seksual tersebut ke dalam dunia nyata pacaran mereka. Kata-kata kunci : Komik Jepang, Porno, Proses interaksi seksual. Pendahuluan Maraknya pornografi pada media massa saat ini sudah tidak dapat dielakkan lagi. Internet, televisi, video compact disc (VCD) yang sudah menjadi suatu kebutuhan utama masyarakat saat ini, masih merupakan media yang paling bagus dan paling banyak dalam memaparkan materi pornografi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa media massa yang banyak menyuguhkan materi pornografi, telah memberikan pengaruh terhadap perilaku seks bebas pada kalangan remaja. Hasil penelitian Jane Brown di North Carolina (1995), mendapatkan bahwa remaja yang sering mendapatkan paparan eksploitasi seks di internet, televisi, majalah, dan VCD porno, cenderung melakukan seks bebas sebesar 2,2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang sedikit terpapar eksploitasi seks di media massa (Brown, 1995). Begitu juga di Indonesia, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak remaja Indonesia telah melakukan aktivitas seksual di usia dini akibat dari menonton video porno, bahkan tidak PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com jarang mereka ini berganti-ganti pasangan seks, dan perilaku seks bebas ini adalah salah satu kontribusi yang cukup besar dalam penularan HIV/AIDS maupun penyakit menular seks lainnya. Komik sebagai salah satu media massa yang mempunyai peran penting di dalam sosialkultural, artistik, politik, dan dunia ilmiah, juga berpotensi dalam menyebarkan materi pornografi tersebut (Ajidarma, 2005). Komik yang dulunya dipandang sebagai bacaan anak-anak atau penghibur di waktu luang sebagaimana sterotipe yang tercipta di masyarakat, kini tidak jarang komik yang beredar banyak disisipi materi pornografi, yakni gambar-gambar yang menujukkan aktivitas seksual, menyuguhkan bagian tubuh dan alat kelamin manusia yang sifatnya seronok, vulgar dan tidak terdapat sensor, sehingga orang yang melihatnya menjadi terangsang secara seksual (Bungin Burhan, 2005). Hasil survei Yayasan Kita dan Buah Hati terhadap 1997 siswa sekolah dasar (SD) kelas 4-6 se-Jabodetabek pada tahun 2007-2008, komik memang pilihan tertinggi untuk mengakses pornografi, yakni sebanyak 27%, sedangkan games di komputer adalah sarana kedua tertinggi untuk mengakses pornografi, yakni 16% (Risman, 2008). Begitu juga hasil pengamatan yang dilakukan oleh majalah femina di lapangan, fenomena pornografi terselubung dapat ditemukan di komik anak-anak dan remaja. Nyaris di setiap komik remaja Jepang terselip adegan aktivitas seksual pada orang dewasa, antara lain adegan mandi pria dan wanita di kolam pemandian tanpa memakai busana atau dalam sebuah kisah samurai, sang wanita jagoan saat bertarung ada kalanya melepas semua busananya untuk membuat lawannya tidak berdaya (http://uangmayainternet.blogspot.com). Survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di beberapa persewaan komik yang ada di Kelurahan Tembalang-Semarang pada bulan September 2008, didapatkan bahwa komik-komik yang disewakan banyak bermuatan pornografi. Komik Jepang yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan tema romance (percintaan) merupakan pilihan tertinggi yang diminati pembaca komik (80%) dimana remaja sebagai konsumen terbesarnya, yaitu 76% (Kotaro & Shiro, 2009). Sebagai suatu gejala kebudayaan, komik jarang diperbincangkan dalam kajian ilmiah. Terlebih lagi di Indonesia, kajian serius tentang komik dapat dihitung dengan jari. Beberapa karya tentang komik pada umumnya membahas komik secara spesifik dan parsial berdasarkan pengarang maupun judulnya atau justru melihat komik dari sisi lain seperti komentar politis dan gejala bahasa. Sedangkan pada sisi lain, kajian seksualitas misalnya belum banyak dikaji secara ilmiah. Padahal dalam kenyataannya, komik selain sebagai suatu produk komersial dan atau produk seni, komik juga menjadi produk fungsional, dalam artian, komik adalah media untuk menyampaikan informasi, ide, ekspresi, dan pendapat kreatornya kepada khalayaknya. Scott McCloud mendefinisikan komik sebagai seni yang berurutan, terdiri dari gambar dan teks/kalimat yang terdapat di dalam balon dialog dan membentuk suatu alur cerita yang utuh. Gambar membuat cerita komik lebih mudah diserap, dan teks/tulisan yang terdapat dalam balon dialog membuatnya lebih mudah dimengerti. Sementara, alur membuat pesan yang hendak disampaikan melalui komik dapat lebih mudah untuk diikuti dan diingat (Scott McCloud, 2001). Interaksi seksual adalah suatu keadaan atau suatu tindakan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang berorientasi secara seksual (Allgeier & Allgeier, 1995). Proses Interaksi seksual ini terdiri dari skrip seksual, inisiasi seksual, negosiasi seksual dan hasrat seksual yang kesemuanya itu tercakup dalam skrip pacaran dan skrip hubungan seksual (Shaluhiyah, 2006., Longmore, 1998., Sprecher & McKinney, 1993). Gambaran proses interaksi seksual PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com yang diceritakan di dalam komik Jepang terjemahan ini penting untuk dianalisis, karena pada proses interaksi seksual inilah merupakan bagian yang disukai pembaca komik dan disinyalir sebagai panduan dalam pacaran nyata pembaca komik. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang menyajikan data dalam bentuk cerita atau narasi secara rinci dan mendalam yang diperoleh dari analisis isi komik. Sampel dalam penelitian ini adalah komik Jepang yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, bertemakan romance (percintaan) dan berjumlah 10 buah (eksemplar). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling karena populasi komik bersifat heterogen dan untuk mempertahankan kredibilitas dan dependabilitasnya, peneliti melakukan kroscek terhadap pembaca komik yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 8 responden dengan cara indepht interview. Pengolahan data dimulai dari menuliskan hasil survei, observasi dan pengamatan selama tiga bulan, mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis data, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi dan menyajikan data. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode thematic content analysis Adapun teori yang digunakan sebagai panduan dan pembanding pada analisis disini adalah symbolic interactionism theory, sexuality theory dan interpretation theory. Hasil dan Pembahasan Karakteristik Komik Hasil penelitian menunjukkan pada komik-komik Jepang terjemahan yang diteliti/dianalisis, hampir seluruhnya menampilkan gambar-gambar yang menunjukkan adegan aktivitas seksual seperti kissing (ciuman), necking (sentuhan bagian area sensitif), oral seks dan bahkan sampai dengan gambar adegan intercourse (hubungan badan antara laki-laki dengan perempuan). Dari kesepuluh komik yang diteliti, delapan diantaranya (80%) tergolong kategori komik semi porno. Menurut penjelasan Ahmad Hafiz (2005), komik semi porno adalah komik yang di dalamnya memuat atau menyuguhkan gambar-gambar aktivitas seksual seperti kissing, necking dan juga gambar-gambar yang memperlihatkan anggota tubuh manusia bagian atas (dada) atau bawah (alat kemaluan) secara jelas, namun juga masih disertai sensor berupa balon dialog. Demikian juga pada kedelapan komik yang diteliti, pada beberapa gambar aktivitas seksual berupa oral seks dan intercourse, telah disensor dengan menggunakan balon dialog yang berisi teks percakapan antar tokoh komik. Sedangkan dua komik lainnya (20%) bahkan menampilkan gambar-gambar tersebut secara vulgar dan tidak disertai dengan sensor, yaitu memperlihatkan gambar payudara secara jelas dan beberapa organ tubuh lainnya yang dianggap tabu untuk diperlihatkan. Apabila masih merujuk penjelasan dari Ahmad Hafiz (2005), maka komik tersebut digolongkan ke dalam komik porno. Dilihat dari penerbitnya, ternyata komik-komik tersebut telah diterbitkan oleh penerbit-penerbit yang tidak mempunyai kewenangan dalam menangani komik terjemahan dari luar negeri. Sehingga, ini mungkin mempengaruhi isi dari pada komikkomik tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa komik-komik yang diteliti ternyata lebih banyak berisikan materi pornografi. Hal ini tentu sangat PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com mengkhawatirkan mengingat komik-komik tersebut begitu bebas disewakan di beberapa tempat persewaan komik (khususnya di Tembalang) tanpa ada suatu “warning” dalam komik itu sendiri maupun dari yang menyewakan komik dan remaja merupakan konsumen terbesarnya. Pengertian ”warning” di sini adalah suatu tanda/simbol apakah komik tersebut ditujukan untuk remaja, dewasa, umum ataukah untuk anak-anak. Misalnya saja komik yang ditujukan untuk orang dewasa, biasanya pada sampul depan akan dituliskan suatu simbol huruf “D” yang artinya bahwa komik tersebut hanya ditujukan untuk orang-orang dewasa. Namun tidak demikian pada kesepuluh komik yang diteliti, hampir seluhrunya dalam komik-komik tersebut tidak terdapat suatu simbol berdasarkan sasarannya maupun golongan umur pembaca. Sarwono (2007) dalam bukunya ”Psikologi Remaja” menjelaskan bahwa periode remaja merupakan suatu periode dimana rasa keingintahuannya sangat tinggi terutama masalah-masalah yang berhubungan dengan seks dalam menemukan jati diri maupun identitas diri. Sedangkan di Indonesia sendiri, hanya sedikit remaja yang mendapatkan informasi tentang seks dari orang tuanya karena sebagian besar orang tua di Indonesia masih menganggap bahwa hal-hal tersebut tabu untuk didiskusikan. Begitu juga di sekolah, hanya materi tentang anatomi tubuh manusia yang mereka peroleh, padahal mereka membutuhkan informasi yang lebih mendalam tentang seksualitas. Sehingga demi memenuhi rasa keingintahunnya tersebut para remaja ini berusaha mencari dengan cara lain seperti lewat internet, majalah dan salah satunya komik tanpa didampingi oleh orang yang berkompeten. Apabila isi materi (seksualitas) yang disajikan dalam komik baik dan benar mungkin tidak akan menjadi masalah, namun apabila informasi atau materi yang disuguhkan tidak memberikan persepsi yang baik, benar, dan mendukung, dikhawatirkan akan membingungkan dan berdampak negatif pula terhadap pembacanya. Pada beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini tidak jarang remaja di Indonesia yang mengalami kehamilan di luar nikah akibat dari menonton adegan pornografi di media massa dan mengaplikasikannya ke dalam kehidupan nyata mereka, bahkan tidak jarang pula di antara mereka yang mengidap penyakit seks menular akibat berganti-ganti pasangan. Hal ini akan berbeda apabila para remaja mempunyai bekal tentang pengetahuan seksualitas yang cukup sehingga ketika para remaja tersebut membaca ataupun mengkonsumsi materi porografi dalam media massa tersebut, setidaknya mereka sudah mempunyai benteng pertahanan diri dan tidak menerima mentah-mentah apa yang diinformasikan media massa tersebut. Di Jepang sendiri sebetulnya komik-komik tersebut tergolong ke dalam komik yang legal karena peredarannya sangat terkontrol. Meskipun komik-komik tersebut begitu bebas beredar atau disewakan di toko-toko buku, namun komik-komik seperti itu biasanya di taruh di rak buku bagian atas, sehingga hanya orang-orang tertentu yang boleh membaca komik tersebut. Sedangkan di Indonesia sendiri, komik-komik tersebut bercampur menjadi satu dengan komik yang lainnya sehingga kemungkinan atau peluang untuk dipinjam oleh anak-anak sangat besar. Disamping itu, sampul dari komik itu sendiri terkadang tidak menunjukkan atau tidak sesuai dengan isi dari komik tersebut. Gambaran Proses Interaksi Seksual Yang Terdapat Dalam Komik Interaksi seksual adalah suatu keadaan atau suatu tindakan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang berorientasi secara seksual (Allgeier & Allgeier, 1995). Karena objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah komik, maka yang dimaksud dengan interaksi seksual di sini adalah interaksi seksual antar tokoh pada komik. Di PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com dalam teori simbolik, interaksi seksual termasuk dalam pendekatan situasional (menekankan pada interaksi interpersonal) di mana interaksi seksual ini teridiri dari skrip seksual dan termasuk di dalamnya inisiasi seksual, negosiasi seksual, dan hasrat atau nafsu seksual (Shaluhiyah, 2006). Skrip seksual terdiri dari tiga tingkatan, yaitu skrip seksual budaya, skrip seksual interpersonal dan skrip seksual intrapsychic. Skrip seksual budaya adalah skrip yang menentukan kepada siapa seseorang wajar atau pantas sebagai pasangan seksual (who), kegiatan seks apa yang boleh dilakukan (what), bagaimana hubungan seks dilakukan (how), mengapa boleh dilakukan (why), kapan hubungan seks dilakukan (when) dan di mana hubungan seks dilakukan (where). Skrip intrapsychic adalah segala sesuatu yang ada di kepala seseorang yang berkaitan dengan seksnya meliputi hasrat dan fantasi seksual, apa yang akan dilakukannya dan pengetahuan kesadaran terhadap risiko hubungan seks yang dilakukan (awareness). Sedangkan skrip interpersonal adalah skrip yang berkaitan dengan pasangan seseorang tersebut mengenai skrip pacaran yang meliputi proses perkenalan (first seeing), pertemuan pertama (first meeting) dan kencan pertama (first dating) serta skrip hubungan seksual termasuk di dalamnya proses inisiasi seksual, negosiasi seksual, komunikasi seksual, dan perilaku seksual aman. Pada komik yang diteliti, gambaran poin-poin tersebut dianalisis melalui gambar dan teks. Di dalam komik, teks yang terdapat dalam balon dialog digunakan sebagai penegasan atau penjelasan mengenai apa yang dikatakan oleh para tokoh komik maupun yang masih ada dalam kepala para tokoh komik. Pada komik-komik yang dianalisis, gambaran inisiasi seksual yang digambarkan sebagian besar diinisiatori oleh tokoh pria, dan tokoh pria juga digambarkan sebagai sosok yang memiliki power dalam menentukan hubungan seksual ini. Sedangkan tokoh wanita digambarkan sebagai sosok yang pasif dan menerima perlakuan dari tokoh pria. Hal ini tercermin hampir di setiap komik yang diteliti yaitu dalam hal : (1) inisiatif, permulaan hubungan seksual sebagian besar dilakukan oleh tokoh pria; kemudian (2) dalam menentukan kapan aktivitas seksual dilakukan dan menentukan tempat, sebagian besar juga didominasi oleh tokoh pria; (3) negosiasi, hanya sebagian kecil saja yang menceritakan adanya negosiasi seksual, selebihnya tidak digambarkan. Bahkan, gambaran hubungan seksual yang diceritakan di dalam komik cenderung dilakukan dengan paksaan dari tokoh pria terhadap tokoh wanita. Hanya sebagian kecil komik yang menceritakan adanya negosiasi seksual dalam permulaan hubungan seksual seperti salah satu tokoh komik mau memberikan kesempatan terlebih dahulu pada pasanganya untuk memilih tempat mana yang akan dijadikan sebagai tempat dalam melakukan hubungan seksual. Pada komik-komik yang dianalisis juga cenderung menonjolkan permisivitas seks yang tinggi. Hal ini terlihat pada sikap para tokoh komik yang cenderung mengiyakan ketika pasangan seksnya meminta untuk melakukan aktivitas sexual intercourse meskipun pada awalnya ia menolak, namun pada akhirnya melakukan juga. Kecenderungan permisivitas seks yang tinggi pada komik Jepang terjemahan yang diteliti, dapat dijelaskan dengan beberapa hal, yaitu: Pertama, untuk menarik minat baca para pembaca komik dan atau hanya bertujuan untuk membangkitkan fantasi pembaca komik, sehingga sikap permisivitas seks pada komik dimunculkan. Pada komik-komik tersebut diceritakan bahwa meskipun lawan tokoh komik menolak ketika diajak berhubungan seksual, namun pada akhirnya melakukan juga. Penolakan tersebut bisa diartikan sebagai penolakan yang benar-benar tidak menginginkan untuk melakukan hubungan seksual, atau penolakan tersebut hanya untuk memberikan kesan pada lawan tokohnya yaitu agar tokoh pria terus berusaha PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com lebih keras lagi untuk mendapatkannya dan terkesan tidak murahan sehingga pada komik-komik tersebut terkesan permisivitas seksnya tinggi baik pada tokoh pria maupun tokoh wanita, namun terutama pada tokoh pria. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada beberapa responden laki-laki, mereka memang lebih menyukai adegan sexual intercourse yang mengesankan bahwa tokoh wanita menolak, namun sebetulnya tokoh wanita menginginkannya. Menurut responden, komik-komik dengan menghadirkan cerita tersebut akan memberikan kesan tersendiri pada pembacanya. Mereka juga bisa belajar dari cerita tersebut seperti bagaimana cara merayu wanita namun terkesan jual mahal. Kedua, dapat dikaitkan dengan budaya seks yang ada di Jepang. Menurut Anzu Hizawa (Ahmad Haviz, 2006), dalam membuat suatu komik sangat dipengaruhi oleh budaya tempat komik tersebut berasal. Tidak serta merta dalam pembuatan komik adalah karangan belaka. Sebagaimana budaya patriarkhi yang lain yang memandang wanita sebagai makhluk yang lemah sehingga kaum pria mempunyai kekuasaan besar dan menentukan nasib kaum wanita (Lucia Juningsih, 1999), budaya Jepang tidak lepas dari konsep tersebut. Budaya kaum Samurai yang berurat berakar pada masyarakat Jepang menunjukkan hal tersebut. Di dalam The Hagakure: A Code to the Way of Samurai (Yamamoto Tsunetomo, 1980), disebutkan sebagai berikut: di dalam dunia Samurai yang merupakan cikal bakal tentara Jepang, berlaku etiket hubungan wanitapria sebagaimana hubungan rakyat dengan raja. Pertama-tama, seorang istri harus berpikir bahwa suaminya adalah sebagai rajanya. Dengan kata lain istri harus menganggap rajanya di atas segala yang lain (Yamamoto Tsunetomo, 1980). Ada kesan bahwa istri atau wanita umumnya adalah makhluk rendahan yang harus tunduk dan patuh pada kehendak raja, tuan, laki-laki. Pada sebagian besar informan, menganggap bahwa apa yang digambarkan dalam komik merupakan hal yang biasa meskipun terdapat kecenderungan permisivitas seks yang tinggi. Mereka menganggap bahwa perilaku seksual seperti itu boleh saja dilakukan dan tergantung dari masing-masing individu. Hal tersebut menunjukkan bahwa permisivitas remaja terhadap seks pranikah dalam hubungan pacaran boleh dilakukan. Cerita-cerita tersebut disuguhkan dalam komik karena cerita tersebut hanya karangan belaka yang ada di dalam komik dan komik-komik tersebut memang jenis komik semi maupun komik porno yang cenderung disisipi adegang seksualitas, sehingga permisivitas seksnya sangat tinggi. Karena permisivitasnya tersebut, komik ini mudah ditiru. Di dalam setiap penggambaran hubungan seksual lewat tokoh-tokohnya, juga tidak menunjukkan adanya perilaku seksual yang aman, seperti pemakaian kondom ketika hubungan seksual berlangsung. Penjelasan mengenai pentingnya penggunaan kondom dan cara pemakaiannya juga tidak tergambar dalam komik Jepang terjemahan. Hal ini hampir terdapat di setiap komik yang diteliti. Pada satu sub judul komik yang menunjukkan adanya pemakaian kondom, juga tidak disertakan penjelasanya. Hal ini tentu saja sangat mengkhawatirkan bagi pembaca komik. Dengan komik-komik yang berisikan gambar aktivitas seksual dan tanpa diikuti dengan penjelasan yang benar, akan menimbulkan suatu persepsi yang salah dan bisa menyebabkan penerimaan secara mentah-mentah. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar informan mengganggap bahwa apa yang diceritakan di dalam komik merupakan cerminan dunia nyata masyarakat Jepang. Begitu juga di Indonesia, pacaran yang diceritakan di dalam komik menurut pembaca komik hampir mirip dengan gaya pacaran yang ada di Inodenisa. Itu artinya, mereka menganggap bahwa apa yang ada di PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com dalam komik sebagian adalah nyata dan tidak menutup kemungkinan apa yang ada di dalam komik ditiru, dan ternyata hal ini terbukti. Pada hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian kecil pembaca komik yang menjadi responden (3 responden) telah mengaplikasikan gaya pacaran yang terdapat di komik Jepang terjemahan ke dalam kehidupan pacaran nyata mereka, seperti adegan ciuman, sentuhan pada area tubuh sensitif manusia dan sebagainya terkecuali hubungan seksual. Meskipun apa yang diaplikasikan oleh beberapa informan ini tidak sampai dengan hubungan seksual, namun mereka berpotensi untuk melakukan hubungan seksual tersebut dalam kehidupan pacaran mereka. Apalagi melihat sifat komik yang bisa dibawa ke mana-mana dan dapat dibaca berulang-ulang kapanpun dan dimanapun mereka mau. Bahkan pada beberapa responden, mereka menjadi semacam kecanduan untuk terus membaca komik namun mereka masih bisa memikirkan hal-hal yang lain, yang masih besifat positif. Kecanduan komik ini dikarenakan sifat komik tersebut yang memiliki daya tarik terhadap pembaca (dalam hal ini adalah cerita yang menjurus ke hal-hal yang berbau seks). Dengan materi seperti itu, para remaja ini menjadi selalu penasaran dan ingin terus membacanya baik pada komik yang sama maupun pada komik yang berbeda namun dengan tema yang sama. Hal ini juga bisa dilihat dari lama keterpaparan mereka dari komik dan frekuensi membaca mereka, yakni mereka terpapar komik sejak SD dengan 1-5 jam setiap harinya. Kesimpulan Komik yang dulunya dipandang sebagai bacaan anak-anak atau penghibur di waktu luang sebagaimana sterotipe yang tercipta di masyarakat, kini komik yang beredar dan disewakan banyak disisipi materi pornografi, yakni gambar-gambar yang menujukkan aktivitas seksual, menyuguhkan bagian tubuh dan alat kelamin manusia yang sifatnya seronok, dan vulgar serta tidak terdapat sensornya, sehingga orang yang melihatnya menjadi terangsang secara seksual. Berdasarkan hasil analisis terhadap 10 komik Jepang terjemahan yang terdiri dari 26 sub judul, didapatkan bahwa seluruh komik terdapat gambar yang menunjukkan adanya aktivitas seksual berupa gambar kissing, necking, oral seks bahkan gambar yang menunjukkan seseorang sedang melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Hubungan seksual yang diceritakan di dalam komik lewat tokoh-tokohnya adalah hubungan seksual pada pasangan yang belum menikah dan sebagian besar dilakukan sebelum adanya hubungan pacaran. Secara kognitif, komik-komik tersebut telah memberikan pengaruh terhadap pola pikir remaja yang membaca komik-komik tersebut baik pada saat membaca maupun setelah membaca komik. Pada saat membaca, mereka membayangkan apa yang terdapat dalam komik dan setelah membaca, mereka berfikir ingin seperti yang ada di dalam komik. Bahkan pada sebagian kecil informan, telah mempraktikkan dalam dunia pacaran nyata mereka terkecuali intercourse. Secara keseluruhan, pada komik-komik yang diteliti berpotensi untuk menjadi media atau referensi perilaku seksual para pembaca komik. Dengan melihat hasil penelitian ini, diharapkan pada berbagai pihak yang berkaitan seperti : (1) Dinas Kesehatan dan Puskesmas bisa meningkatkan program kesehatan reproduksi remaja, seperti: memberikan penyuluhan ataupun informasi tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi pada remaja dengan cara bekerjasama dengan mahasiswa melalui unit kegiatan mahasiswa (UKM) ataupun bekerjasama dengan karang taruna. Dengan demikian, Dinas Kesehatan dan Puskesmas dapat dengan mudah memberikan informasi maupun feedback mengenai seksualitas dan kesehatan PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com reproduksi pada remaja/mahasiswa secara seimbang, sehingga remaja ataupun mahasiswa bisa mendapatkan informasi yang mereka butuhkan; (2) Untuk Dinas Pendidikan, diharapkan bisa membuat suatu kebijakan seperti penambahan materi tentang seksualitas pada kurikulum pendidikan wajib; (3) Bagi Akademi Promosi Kesehatan, diharapkan para mahasiswa ataupun peneliti lain dapat melakukan penelitian yang lebih spesifik dan mendalam, seperti penelitian kuantitaif dan kualitatif untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komik terhadap perilaku seksual remaja. Hal ini dikarenakan 3 dari 8 pembaca komik yang menjadi responden, mengaplikasikan aktivitas seksual yang digambarkan komik; (4) Masyarakat luas, agar waspada atau selektif dalam memilih bacaan untuk putra putrinya yang suka membaca komik dan juga mengawasi setiap bacaan yang dipinjam putra-putrinya. Bukan tidak mungkin, komik yang dipinjamnya berisikan gambar porno; (5) Instansi yang berhubungan dengan media massa diharapkan untuk meningkatkan pengawasan terhadap penerbitan dan peredaran komik serta mempertegas aturan mengenai media yang boleh diakses masyarakat berdasarkan sasarannya. Daftar Rujukan Ahmad Hafiz., Zpalanzani Alvanov., Maulana Beni. 2005. Keliling Komik Dunia. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Ahmad Hafiz., Zpalanzani Alvanov., Maulana Beni. 2006. Komikita - Membedah Domikita Masa Lalu, Sekarang dan Masa Depan. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Ajidarma, Seno Gumira. 2005. Tiga Panji Tengkorak : Kebudayaan dalam Perbincangan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia Allgeier, A.R., Algeier, ER. 1995. Sexual Interactions. Fourth Edition. D.C. Health Company. Lexington, Massachusetts, Toronto Brown, J.D., Steele, J.R. 1995. Sex and The Mass Media. Menlo Part. CA : Kaiser Family Foundation Bungin Burhan. 2005. Pornomedia : Sosiologi Media, Konstruksi Sosial Teknologi Telematika, & Perayaan Seks di Media Massa. Edisi revisi. Jakarta : Kencana Kotaro & Shiro. 2009. Dafatar Komik yang Dipinjam Bulan Agustus 2008 – Januari 2009. Semarang : Taman Bacaan Kotaro & Shiro Longmore, M. 1998. Symbolic Interctionism and The Study of Sexuality. The Journal of Sex Research Lucia Juningsih. 1999. Dampak Kekerasan Seksual pada Jugun Ianfu. Yogyakarta : Pusat Penelitian Kependudukan UGM McCloud Scott. 2001. Understanding Comics. Jakarta : KPG Pornografi Menyusup Lewat Games Komik. http://uangmayainternet.blogspot.com/2008/04/pornografimenyusup-lewatgames-komik.html, diakses tanggal 28 Maret 2008 Risman, Elly. 2008. Komik Akses Pornografi Terbanyak. Majalah Wanita Edisi Desember 2008, Hal 34-35. Jakarta : Republika Sarwono, Sarlito Wirawan. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Shaluhiyah, Zahroh. 2006. Sexual Lifestyles and Interpersonal Relationship of University Students in Central Java Indonesia and Their Implications for Sexual and Reproductive Health. University of Exeter PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com Sprecher & McKinney. 1993. Sexuality. Newbury Dark. London. New Delhi: SAGE Publication. Yamamoto Tsunetomo. 1980. The Hagakure A Code to the Way of the Samurai, translated by Takao Mukoh, Tokyo : The Hukoseido Press PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com