arsitektur informasi penyelenggaraan urusan industri dan

advertisement
Seminar Riset Teknologi Informasi (SRITI) tahun 2016
ARSITEKTUR INFORMASI PENYELENGGARAAN
URUSAN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN
PEMERINTAH PROVINSI
Indri Koesnadi
Magister Chief Information Officer – Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat
Jalan Asia Afrika Nomor 146 - Bandung
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Arsitektur Informasi dikembangkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang pemasok informasi,
proses bisnis dan layanan sistem informasi. Arsitektur informasi secara terpadu akan meningkatkan kualitas
layanan publik penyelenggaraan industri dan perdagangan daerah provinsi.
Selain proses bisnis, sumber daya manusia dan teknologi juga melaksanakan peran yang tak kalah penting.
Sumber daya manusia sebagai pelaksana proses bisnis merupakan brainware yang menentukan tingkat keberhasilan implementasi layanan informasi secara terpadu. Sementara melalui teknologi, percepatan proses bisnis
layanan informasi dapat dilakukan dengan memperluas jangkauan ketercapaian informasi dan perolehan
datanya.
Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dilihat dari perspektif teori dari aturan yang
mengikat. Tahapan yang dilakukan secara berturut-turut yaitu pengumpulan data, identifikasi masalah, evaluasi
keterkaitan data dengan penyelenggaraan layanan, analisa, desain serta menarik kesimpulan juga saran.
Perancangan arsitektur informasi menggunakan metodologi TOGAF ADM.
Keluaran dari seluruh tahapan penelitian adalah model layanan industri dan arsitektur informasi
berdasarkan people, process dan technology untuk mencapai tujuan pengelolaan data industri dan perdagangan
demi peningkatan kualitas penyelenggaraan urusan industri dan perdagangan di Pemerintah Provinsi.
Kata Kunci: model layanan, arsitektur informasi, arsitektur informasi industri dan perdagangan
ABSTRACT
Information architecture was developed to provide a comprehensif picture of the owner information,
business process and information system of services. Integrity of information architecture will provide quantity
of industry and trade public services in province area.
In another part of business process, human resources and technology have a important role too. Human resources is manager business process who decides a level of success information services integrity. Technology
will accelerate business process of information services that expend scope of information availability and got the
data.
This research performs using method quality approach that viewed from the perspective of the theory of rules.
Step of research are identify of problem, evaluate data linked with development of services, design and decide
summary. Design information architecture performs using method TOGAF ADM.
Output this research was model of information services and information architecture by people, process and
technology to achieve goals of data management of industry and trade. This was done to improve of management quality of industry and trade in province level.
Keywords: Model of information services, information architecture, information architecture of industry and
trade
I. PENDAHULUAN
P
otensi industri dan perdagangan suatu tempat dapat menjadi penopang utama pertumbuhan
ekonomi di daerah tertentu atau pun pendukung pertumbuhan ekonomi di daerah lainnya.
Perkembangan industri dan perdagangan di skala internasional, nasional maupun regional pun
turut mempengaruhi keberhasilan pengelolaan potensi industri dan perdagangan di suatu daerah.
Penyelenggara pembangunan di bidang industri dan perdagangan, mulai dari tingkat kabupaten/kota
sampai dengan Pemerintah Pusat, dituntut untuk senantiasa meningkatkan daya saing produk industri
dan perdagangan. Sertifikasi produk, kompetensi sumber daya manusia, infrastruktur sampai dengan
koneksi informasi antara Stake holder adalah upaya peningkatan daya saing yang senantiasa di eksplorasi sebagai langkah antisipasi dari perkembangan yang terjadi dan atau akan terjadi.
Saat ini penyelenggaraan urusan industri dan perdagangan cenderung tidak fokus. Hal tersebut
dapat dilihat pada pencapaian sasaran program dari pelaksanaan kegiatan yang tidak konsisten.
89
Seminar Riset Teknologi Informasi (SRITI) tahun 2016
Ketersediaan data industri dan perdagangan yang dimiliki tidak digunakan atau digali pemanfaatannya
sebagai basis data. Akibatnya adalah peran data industri dan perdagangan sebagai bahan pengambilan
keputusan tidak optimal. Ditarik lebih luas lagi, keterhubungan antara data industri dan perdagangan
menjadi bias sementara industri dan perdagangan mejadi aktivitas yang saling mempengaruhi.
Dalam hal data industri dan perdagangan, keberadaan data tersebar dan kepemilikan data tersebut
pun berbeda. Keberadaan data yang tersebar dan aplikasi kepemilikan aplikasi yang berbeda,
mengakibatkan tidak dapat berkomunikasi di level logic. Untuk informasi bidang industri dan
perdagangan yang terpadu, diperlukan model layanan dan arsitektur informasi sehingga menciptakan
interoperabilitas data.
Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat
lebih tinggi termasuk jasa industri [1]. Sementara, perdagangan adalah tatanan kegiatan yang terkait
dengan transaksi barang dan/atau jasa di dalam negeri dan melampaui batas wilayah negara dengan
tujuan pengalihan hak atas barang dan/atau jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi [2].
Penyelenggaraan urusan industri dan perdagangan menjadi urusan pilihan [3]. Urusan pilihan berarti urusan yang wajib diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah. Urusan industri menangani sub urusan sebagaimana terlihat pada gambar 2.
Gambar 1. Sub Urusan Perindustrian
Sumber : Undang-undang Nomor 3 tentang Perindustrian, 2014
Pada Pemerintah Provinsi, perencanaan pembangunan industri meliputi penetapan rencana pembangunan industri provinsi. Sementara pada perizinan, daerah provinsi menyelenggarakan (1) penerbitan Ijin Usaha Industri besar, (2) penerbitan IPUI bagi industri besar, (3) Penerbitan IUKI dan IPKI
yang lokasinya lintas daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah provinsi. Pada sub urusan Sistem
Informasi Industri Nasional, daerah provinsi melaksanakan penyampaian laporan informasi industri
untuk IUI besar dan izin perluasannya serta IUKI dan IPKI yang lokasinya lintas daerah kabupaten/kota.
Urusan perdagangan menangani sub urusan sebagaimana terlihat pada gambar 3.
Gambar 2. Sub Urusan Perdagangan
Sumber : Undang-undang Nomor 7 tentang Perdagangan, 2014
Pada Pemerintah provinsi, perizinan dan pendaftaran perusahaan meliputi (1) penerbitan surat izin
usaha perdagangan minuman beralkohol toko bebas bea dan rekomendasi penerbitan SIUP-MB bagi
distributor; (2) penerbitan surat izin usaha perdagangan bahan berbahaya pengecer terdaftar, pemeriksaan sarana distribusi bahan berbahaya, dan pengawasan distribusi, pengemasan dan pelabelan bahan
90
Seminar Riset Teknologi Informasi (SRITI) tahun 2016
berbahaya di tingkat daerah provinsi; (3) rekomendasi untuk penerbitan PGAPT dan SPPGRAP; (4)
Penerbitan surat keterangan asal (bagi daerah provinsi yang telah ditetapkan sebagai instansi penerbit
surat keterangan asal); (5) penerbitan angka pengenal impor (API).
Pada sub urusan sarana distribusi perdagangan, daerah provinsi melaksanakan pembangunan dan
pengelolaan pusat distribusi regional dan pusat distribusi provinsi. Pada sub urusan stabilisasi harga
kebutuhan pokok dan barang penting, daerah provinsi melaksanakan (1) menjamin ketersediaan barang kebutuhan pokok dan barang penting di tingkat daerah provinsi, (2) pemantauan harga, informasi
ketersediaan stok barang kebutuhan pokok dan barang penting di tingkat pasar provinsi, (3) melakukan
operasi pasar dalam rangka stabilitasi harga pangan pokok yang dampaknya beberapa daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah provinsi, (4) pengawasan pupuk dan pestisida tingkat daerah provinsi
dalam melakukan pelaksanaan pengadaan, penyaluran dan penggunaan pupuk bersubsidi di wilayah
kerjanya.
Sub urusan pengembangan ekspor, daerah provinsi (1) menyelenggarakan promosi dagang melalui
pameran dagang internasional, pameran dagang nasional dan pameran dagang lokal serta misi dagang
bagi produk ekspor unggulan yang terdapat pada lebih dari 1 (satu) Daerah kabupaten/kota dalam 1
(satu) daerah provinsi dan (2) menyelenggarakan kampanye pencitraan produk ekspor berskala nasional (lintas daerah provinsi).
Sub urusan standarisasi dan perlindungan konsumen, daerah provinsi melaksanakan perlindungan
konsumen, pengujian mutu barang dan pengawasan barang beredar dan/atau jasa di seluruh daerah
kabupaten/kota.
Keterkaitan urusan industri dan perdagangan sangat erat, dimana pada perdagangan dilakukan
transaksi barang/jasa termasuk hasil kegiatan industri. Digabungnya urusan industri dan perdagangan
dalam 1 (satu) institusi publik penyelenggara negara diharapkan dapat menghasilkan penyelenggaraan
industri dan perdagangan mulai dari hulu sampai dengan hilir secara terpadu dan terintegrasi.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian Arsitektur Informasi Penyelenggaraan Urusan Industri dan Perdagangan Pemerintah
Provinsi dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
a. identifikasi masalah, menemukan isu strategis penyelenggaraan urusan industri dan perdagangan
serta melakukan penajaman masalah yang akan diteliti;
b. pengumpulan data, dilakukan inventasisasi data industri dan perdagangan yang tersedia dan
melakukan studi literatur baik aturan perundangan yang mengikat penyelenggaraan industri dan
perdagangan maupun literature lainnya;
c. analisa, melakukan analisa terhadap aliran informasi, proses bisnis dan teknologi eksisting;
d. desain, melakukan desain model layanan dan arsitektur informasinya;
e. kesimpulan dan saran, menyusun kesimpulan berdasarkan hasil analisa dan memberikan saran yang
diusulkan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
Seluruh kegiatan tersebut dilakukan secara bertahap dengan siklus proses dapat dlihat pada Gambar 1.
Identifikasi Permasalahan
Jenis Data
Industri
Jenis data
Perdagangan
Pengumpulan data
Aturan industri dan
Perdagangan
Study Literatur
Analisa
(Aliran informasi, bisnis proses dan teknologi)
Desain Model Layanan dan Arsitektur Informasi
Gambar 3. Tahapan penelitian
91
Seminar Riset Teknologi Informasi (SRITI) tahun 2016
III. HASIL
A. Desain Model Layanan
Model layanan merupakan kerangka konektivitas penyelenggaraan urusan industri dan
perdagangan. Aktivitas pokok (primary activities) dan aktivitas pendukung (support activities) menjadi pertimbangan dalam pengembangan model informasi. Merupakan aktivitas pokok industri dan
perdagangan meliputi penyelenggaraan industri, penyelenggaraan perdagangan, pembinaan industri
dan pengawasan perdagangan. Termasuk dalam penyelenggaraan industri yaitu pemetaan pelaku
usaha industri untuk proses identifikasi. Demikian juga dengan penyelenggaraan perdagangan, termasuk didalamnya aktivitas pemetaan pelaku usaha dagang. Pembinaan industri, merupakan aktivitas
utama untuk melakukan fasilitasi industri, menata struktur industri dan meningkatkan teknologi. Sementara pengawasan perdagangan, merupakan aktivitas utama untuk melindungi konsumen, pemasaran dan kerjasama. Sementara termasuk aktivitas pendukung adalah penyusunan program dan
kegiatan, peningkatan kompetensi sumber daya aparatur dan peningkatan sarana dan prasarana. Berikut ini adalah gambaran peningkatan manfaat dari model informasi industri dan perdagangan
menggunakan diagram value chain yang bergerak bersama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
Penyelenggaraan Industri
P
an
y an
Pela
Penyelenggaraan Perdagangan
Aktivitas Utama
k
ubli
Pembinaan Industri
Pengawasan Perdagangan
Peningkatan Sarana dan
Prasarana
erd
aga
nga
n
Aktivitas Pendukung
dan
P
Peningkatan
Kompetensi
Sumber Daya
Aparatur
Indu
s tri
Penyusunan
Program dan
Kegiatan
Termasuk Sistem Informasi Industri dan Perdagangan Terpadu
Pendataan
Pelaku Usaha
Penataan Struktur
Industri
Peningkatan
Teknologi Produk
Industri
Informasi Pasar
Promosi dan
Kerjasama
Gambar 4. Value Chain industri dan perdagangan
Dalam menghadapi era perdagangan bebas, adanya percepatan konektivitas fisik (physical connectivity), institusi (institutional connectivity) dan antar masyarakat (people to people connectivity) sangatlah penting. Konektivitas diharapkan akan mampu memperkuat supply chain dan sekaligus
memajukan bisnis (perdagangan). Internet memungkinkan penyelenggara negara mengembangkan
pelayanan publik yang lebih baik, transparan dan terukur [4]. Sistem informasi berbasis internet dapat
memetakan konektivitas industri dan perdagangan melalui Model Layanan Industri dan Perdagangan.
Model layanan berbasis informasi ini adalah media keterhubungan antara supplier, yang menjadi input, dan customer, yang menjadi output, Terdefinisi sebagai supplier adalah Pelaku usaha industri,
pedagang dan partner lain atau melakukan PRM (partner relationship management). PRM ini dituangkan dalam perjanjian kerjasama dan ataupun hasil dari proses pelelangan pengadaan barang/jasa.
Terdefinisi sebagai customer adalah pelaku usaha industri, pedagang, partner lain dan calon
wirausaha baru. Penyelenggara industri dan perdagangan melakukan PRM (partner relationship management) dan CRM (customer relationship management). Customer utamanya calon wirausaha baru
diharapkan senantiasa melakukan eksplorasi melalui pembelajaran secara elektronik atau e-learning.
Dalam menjamin konektivitas dengan instansi vertikal dan horizontal dilakukan komunikasi dan
koordinasi dengan asosiasi dan instansi industri dan perdagangan baik secara vertikal maupun horisontal. Model layanan berbasis informasi ini menekankan bahwa setiap sumber daya manusia sebagai entitas yang berkontribusi aktif terhadap sistem, diharapkan senantiasa melakukan e-learning untuk
meningkatkan layanan yang akan diberikan.
Setiap entitas dapat berperan aktif untuk senantiasa mengurangi resiko dalam mengoperasikan
model informasi ini. Adapun penyelenggara industri dan perdagangan menentukan arah dari
keberadaan regulasi yang dibuat. Sementara asosiasi memberikan kritik dan saran sebagai penyeimbang/ balancing sistem informasi industri dan perdagangan terpadu ini. Keterhubungan antara supplier
92
Seminar Riset Teknologi Informasi (SRITI) tahun 2016
dan consumer pada model layanan berbasis informasi merupakan awal kontak bisnis untuk menjamin
supply chain dari masing-masing unit usaha.
Model ini mempertemukan “supplier/calon supplier” dan “customer/calon customer” yang merupakan potensi penumbuhan urusan industri dan perdagangan. Supplier dalam model layanan tersebut
adalah para pelaku usaha yang telah menjalankan usahanya dengan melakukan kegiatan
produksi/perdagangan jenis komoditi tertentu. Seluruh profil pelaku usaha ini akan diinformasikan
secara transparan untuk memudahkan calon customer dapat melakukan kontak bisnis. Dengan adanya
konektivitas antara pelaku usaha dengan penyelenggara perdagangan di wilayah tertentu berarti pelaku
usaha yang bersangkutan telah memenuhi unsur legalitas selayaknya unit usaha formal.
Disisi lain customer/calon customer adalah masyarakat (calon wirausaha baru) dan atau para pelaku
usaha yang akan menjadi mitra bagi supplier untuk mengembangkan bisnisnya. Pedagang atau pun
calon wirausahawan baru dapat melihat ketersediaan komoditi dan bahan baku yang dihasilkan oleh
supplier dari produk tertentu.
Seorang supplier dapat menjadi calon customer bagi supplier lainnya. Misalnya perusahaan A adalah penghasil bahan kimia/pengawet. Perusahaan B adalah perusahaan industri makanan/minuman.
Melalui model ini, Perusahaan A dapat menjadi supplier bagi perusahaan B untuk mensupplai bahan
pengawetnya. Dengan kata lain pada kondisi ini perusahaan B adalah customer dari perusahaan A.
Demikian pula sebaliknya.
Sebagai awal, customer dapat menggali informasi tentang aplikasi yang merupakan core bisnis
maupun support bisnis.
Konektivitas
Informasi Indag
Asosiasi
Pegawai
Kab/Kota
E-learning
Pelaku usaha industri
Pedagang
E- Proc
&
Kerja
sama
Partner lain
Pemerintah
Pusat
SI Industri &
Perdagangan
Terpadu
Monitoring
CORE BISNIS :
1. Penyelenggaraan Industri
2. Penyelenggaraan
Perdagangan
3. Pembinaan industri
4. Pengawasan perdagangan
Partnering
SUPPORT SERVICE :
1. Kepegawaian
2. Perlengkapan & Aset
3. Perencanaan & Program
Pelaku usaha industri
Pedagang
Partner lain
E-learning
Partnering
Supplier
Calon Wirausaha Baru
Pemerintah Provinsi
Customer
Supply Chain
Gambar 5. Model Layanan Industri dan Perdagangan berbasis Informasi
Untuk menjamin keamanan koneksi, seluruh supplier dan customer yang terhubung akan dikenali
oleh server melalui user id dan password tersendiri. Setiap supplier mempunyai 1 (satu) user.
Demikian juga dengan customer yang mempunyai 1 (satu) user. Sehingga apabila ada perusahaan
yang terdefinisi sebagai supplier dan customer, maka perusahaan tersebut mempunyai 2 (dua) user
yang tidak bisa aktif pada saat yang bersamaan.
Selain melalui mekanisme model informasi tersebut, upaya sosialisasi dan pelatihan penting pula
dilakukan. Sosialiasisasi dibutuhkan untuk memperkenalkan ketersediaan sistem informasi ini kepada
masyarakat dan seluruh Stake holder. Selain sosialisasi, dilanjutkan dengan pelatihan sebagai wahana
pembelajaran karakter karena manfaat sistem informasi dapat lebih terasa apabila user dan
pengelolanya mempunyai karakter yang baik.
B. Arsitektur Informasi
Arsitektur informasi merupakan kerangka kerja penggunaan data/informasi yang tersebar dalam
pengelolaan informasi bidang industri dan perdagangan mulai dari sektor hulu sampai dengan hilir.
Desain arsitektur infor-masi Sistem Informasi Industri dan Perdagangan Terpadu direpresentasikan
menggunakan TOGAF ADM dengan memperhatikan people, process dan technology. Didahului Arsitektur Visi dan Arsitektur Bisnis, Arsitektur Informasi disusun.
93
Seminar Riset Teknologi Informasi (SRITI) tahun 2016
Arsitektur prinsip, visi dan kebutuhan
Prinsip
Batasan
Asumsi
Kebutuhan
Gap
Work
Package
Kapabilitas
Arsitektur bisnis
Organisasi
Fungsi bisnis
Layanan bisnis
Arsitektur Informasi
Orang
Proses
Teknologi
OPD Indag kab/kota
Collect
Layanan
Institusi Indag Provinsi
Processing
K/L industri & perdagangan
Store
Pelaku usaha
Use
Disseminate
Entitas data
Komponen aplikasi
Gambar 6. Arsitektur Visi Sistem Informasi Industri dan Perdagangan Terpadu
Terkait dengan semua tipe objek
Prinsip :
Kriteria
informasi
Asumsi :
Proses
informasi
Batasan :
TUPOKSI
Kebutuhan :
SI terintegrasi
Gap :
Informasi
berdasarkan
Integrasi data
menghasilkan
memiliki &
mengelola
Dihasilkan
oleh
Disperindag Provinsi
memiliki
mempunyai
Kapabilitas :
Integritas data
Fungsi bisnis :
2. Institusi Indag
diakses oleh
1.Industri
Provinsi
2.Perdagangan
melakukan
3. K/L Indag
4. Pelaku usaha
melakukan
Dibatasi
direalisasikan oleh
mengakses
tugas
oleh
diasumsikan
melibatkan menguraikan
oleh
Peran :
1.Admin
2. User
Dibatasi
oleh
diakses oleh
dimiliki &
dikelola oleh
melakukan
Dipunyai
oleh
Dimiliki
oleh
Orang
:
1. OPD Indag
mengakses
kab/Kota
menyediakan,
menggunakan
Work Package :
SI Industri &
Perdagangan
Terpadu
Proses :
Collect, processing,
store, use,
disseminate
menguraikan
mengakses
Direalisasikan
oleh
melibatkan
Menyediakan
interface untuk
mengakses
Technology (layanan) :
1. memetakan pelaku usaha industri dan perdagangan
2. menyediakan layanan peningkatan daya saing produk
3. menyediakan layanan penguatan akses pasar
4. menyediakan layanan pengawasan perdagangan
menyediakan,
menggunakan
Direalisasikan
pada
diakses dan
menjalankan
diperbaharui sesuai
Komponen
aplikasi :
Entitas Data :
1. Layanan daya saing
1.Data profil pelaku usaha
produk
2. Data komoditi (produk)
mengakses 2. Layanan akses
3. Data produksi
pasar
4. Data tenaga kerja
3. Layanan
5. Data investasi
pengawasan
disediakan,
6. Data pemasaran
perdagangan
digunakan oleh
7. Data teknologi produksi
4. Pengaturan
8. Data bahan baku
diakses oleh
9. Data bahan penolong
10. Data ordinat lokasi
11. Data program
12. Data sarana perdagangan
13. Data peserta pelatihan
14. Data informasi pasar
15. Data barang beredar yang diawasi
16. Data produk yang telah terstandar
Gambar 7. Arsitektur Bisnis Sistem Informasi Industri dan Perdagangan Terpadu
Arsitektur bisnis dari layanan informasi Sistem Informasi Industri dan Perdagangan Terpadu
digambarkan berupa metamodel. Metamodel adalah model terstruktur yang mendefinisikan bagaimana
dan dengan apa. Metamodel Sistem Informasi Industri dan Perdagangan Terpadu digunakan untuk
deskripsi layanan, pengguna dan arsitektur data termasuk hubungan antara obyek-obyeknya. dapat
dilihat pada gambar 7. Menurut TOGAF, sistem informasi berada pada domain data dan aplikasi. People yaitu pengelola informasi. Technology berarti layanan yang disediakan untuk mengelola informasi.
Gambar 8 adalah rancangan Arsitektur Informasi pada layanan Sistem Informasi Industri dan
Perdagangan Terpadu.
94
Seminar Riset Teknologi Informasi (SRITI) tahun 2016
SI Industri dan Perdagangan Terpadu
Service owner : Institusi Industri dan Perdagangan Provinsi
Collect
Entry
pelaku
usaha
Pembina
perdagangan
Entry data
peserta
pelatihan
Entry data
profil
Institusi Indag
Entry data
informasi
pasar
Konfirmasi
ulang data
salah
Validasi
data
Db_indag
Data diterima
Db_kat.usaha
Institusi
Indag
Processing
Pembina
Industri
Institusi Indag
Admin
Db_komoditi
Db_tenaga kerja
Db_investasi
Db_peserta lat
Db_info pasar
Institusi Indag
Validasi
data
Baca
database
Db_indag
Store
Institusi
Indag
Simpan
data profil
Db_indag
Institusi
Indag
Institusi Indag
Panggil data
peserta lat, data
info pasar
Use
Panggil
data profil
Db_profil
Db_peserta lat
Db_info pasar
Db_kat usaha
Db_komoditi
Db_tenaga kerja
Db_investasi
Disseminate
Cetak data
pelaku usaha
Db_indag
Cetak data
indag
Db_kat usaha
Db_komoditi
Db_tenaga kerja
Db_investasi
Db_indag
Gambar 8. Arsitektur Informasi Sistem Informasi Industri dan Perdagangan Terpadu
IV. PEMBAHASAN
Data industri dan perdagangan bersumber dari data pelaku usaha yang memproses ijin di tingkat
Pemerintah Kabupaten/Kota. Selanjutnya, data tersebut di olah kembali ke dalam aplikasi. Pada bidang-bidang teknis juga terdapat data pelaku usaha yang telah dilakukan pembinaan. Akibatnya, seluruh pengolahan data tersebar pada beberapa unit kerja tanpa bisa berkomunikasi secara logic. Ilustrasi dari pengolahan data tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Data Ijin
Industri Kab/
kota
Data Ijin
Dagang Kab/
kota
Data Industri Binaan
Data Perdagangan
Pelaku usaha yang
pernah dibina
Pendataan
Data/Informasi Industri
1. Potensi Industri
2. Potensi Industri berdasarkan Produk
3. Data sentra
4. Data Industri besar
5. Direktori Industri
1. Resi Gudang
2. Jumlah Los
3. Jumlah kios
4. Pengelola pasar yang
pernah dibina
Data/Informasi Perdagangan
1. Potensi Dagang berdasarkan produk
2. Direktori Perdagangan (SIUP & TDP)
3. Pasar tradisional
4. Toko modern
5. Gudang (swasta)
Gambar 9. Pengolahan data Industri dan Perdagangan yang tersebar
Kesulitan pelaksanaan pemrosesan informasi diantaranya disebabkan oleh ketidak jelasan peran
dan tugas terhadap data yang dihasilkan. Kebutuhan alur proses bisnis yang terpadu menjadi penting
untuk memberikan kemudahan komunikasi, pelaksanaan dan klarifikasi penyelenggaraan industri dan
perdagangan.
Pendefinisian proses bisnis dimulai dari proses identifikasi. Pada proses identifikasi dilakukan pendataan pelaku usaha industri dan perdagangan. Pendataan dilakukan melalui proses pemetaan dengan
cara mencatat kategori usaha, profil usaha, jenis komoditi yang dihasilkan, kapasitas produksi, serapan
tenaga kerja dan jumlah investasi dari masing-masing pelaku usaha. Setelah dilakukan identifikasi,
untuk pelaku usaha industri dilakukan pembinaan industri. Pada proses ini, digali proses dan informasi
95
Seminar Riset Teknologi Informasi (SRITI) tahun 2016
tentang penyediaan dan daya saing komoditi (produk). Pembinaan industri terbagi menjadi 2 (dua)
kelompok besar yaitu penataan struktur industri dan peningkatan teknologi industri. Setelah pelaku
usaha industri dianggap telah memiliki nilai daya saing produk, bersama-sama dengan pelaku usaha
perdagangan, dilakukan penguatan sarana perdagangan. Pada tahap ini, selain menguatkan akses pasar
lokal dilakukan juga peningkatan akses pasar ke wilayah regional bahkan internasional. Penguatan
akses pasar ini dapat dilakukan melalui penyediaan informasi pasar, keikutsertaan event promosi maupun kerjasama.
Akhirnya, setelah produk memiliki daya saing dan akses pasar yang kuat selanjutnya diperlukan
jaminan kualitas produk untuk melindungi hak-hak konsumen. Perlindungan konsumen dilakukan melalui pengawasan perdagangan yaitu pengawasan barang beredar. Selengkapnya alur proses bisnis
penyelenggaraan urusan industri dan perdagangan secera terpadu dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
Pendataan Industri dan
Perdagangan
Pemetaan penyelenggaraan
industri dan perdagangan
berupa pencatatan kategori
usaha, profil, jenis komoditi,
kapasitas produksi, tenaga
kerja dan infestasi
Identifikasi
Penyediaan & Peningkatan daya
saing komoditi
Peningkatan Akses Pasar
Pengawasan Perdagangan
Penataan struktur industri dan
Peningkatan teknologi industri
Penyediaan Informasi Pasar
dan Promosi serta Kerjasama
Pengawasan barang beredar
Pembinaan Industri
Penguatan Sarana
Perdagangan
Perlindungan konsumen
Pelaku usaha
Gambar 10. Proses Bisnis Penyelenggaraan Urusan Industri dan Perdagangan
Upaya pengembangan teknologi informasi bertujuan untuk meningkatkan layanan kepada
masyarakat dan penumbuhan ekonomi suatu wilayah. Penyelenggaraan industri dan perdagangan idealnya dilakukan secara terpadu berdasarkan data yang valid. Seluruh Stake holder yang terlibat dalam
penyelenggaraan industri dan perdagangan terlihat memiliki kontribusi dalam proses untuk
menghasilkan informasi.
Pemerintah pusat bertugas untuk menerbitkan dan menetapkan aturan dan kebijakan urusan industri
dan perdagangan mulai dari pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Regulasi ini akan membatasi data
dan menjadi dasar untuk melakukan analisa dan intelegensi data. Pemerintah daerah sebagai pelaksana
teknis pada wilayah tertentu menentukan roadmap, penetapan program dan target yang hendak dicapai
bagi penyelenggaraan industri dan perdagangan di wilayahnya. Pelaku usaha melalui produk komoditinya menjadi informasi strategis pengolahan dan koneksi data/informasi. Seluruh informasi ini bermuara pada Sistem Informasi Industri dan Perdagangan. Melalui basis data Sistem Informasi Industri
dan Perdagangan, dihasilkan informasi pelaku usaha calon binaan bagi Pembina industri dan penyediaan informasi pasar bagi Pembina perdagangan. Selengkapnya seluruh Stake holder industri dan
perdagagangan termasuk aliran informasinya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 11. Stake holder dan Aliran Informasi industri dan perdagangan
Data dapat didefinisikan sebagai identitas dari produk, pelanggan, kejadian, pekerjaan dan transaksi
yang diolah, diklasifikasi dan disimpan [5]. Mengubah data menjadi informasi adalah sebuah proses,
96
Seminar Riset Teknologi Informasi (SRITI) tahun 2016
atau urutan logika yang dilakukan untuk mencapai hasil yang ditetapkan [6]. Proses mengubah data ini
sering disebut sebagai proses transformasi. Transformasi data mencakup mendesain, mengembangkan,
mengimplementasi untuk merefleksikan aliran informasi dalam suatu sistem sehingga dapat saling
berhubungan. Ada 8 (delapan) pokok transformasi/pengolahan data yang meliputi (1) Reading (membaca), (2) Input (masukan), (3) Output (keluaran), (4) Sorting (menyortir), (5) Transmiting (memindahkan), (6) Calculating (menghitung), (7) Comparing (membandingkan) dan (8) Storing (menyimpan) [7]. Proses transformasi data menjadi informasi dapat dilihat pada Gambar 12.
Proses Transformasi
[memilih, mengorganisir
dan memanipulasi data]
Data
Informasi
Gambar 12. Proses Transformasi data
Dalam suatu organisasi, transformasi data dilakukan untuk menjadikan informasi sesuai dengan
tujuan organisasi. Informasi diklasifikasikan dan disusun dengan memperhatikan nilai penting dan
kritikalitas informasi bagi penyelenggaraan layanan, baik yang dihasilkan secara intenal maupun
diterima dari pihak eksternal. Klasifikasi informasi dilakukan dengan mengukur dampak gangguan
operasional, jumlah kerugian uang, penurunan reputasi dan legal manakala terdapat ancaman
menyangkut kerahasiaan (confidentiality), keutuhan (integrity) dan ketersediaan (availability) informasi [8]. Lebih jauh lagi, COBIT menyebutkan bahwa kriteria informasi terbagi atas 7 (tujuh) aspek
utama [9] sebagai berikut :
1. Effectiveness, berarti informasi relevan dan dapat memenuhi kebutuhan proses bisnis. Tersedia
secara tepat waktu, akurat, konsisten dan dapat dengan mudah digunakan.
2. Efficieny, berarti informasi menggunakan sumber daya secara produktif dan ekonomis.
3. Confidentially, berarti informasi bersifat aman dari pihak-pihak yang tidak berhak mengetahuinya.
4. Integrity, berarti informasi berhubungan secara tepat dan lengkap.
5. Avalilability, berarti informasi tersedia secara cepat ketika dibutuhkan.
6. Compliance, berarti informasi dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
7. Reliability, berarti informasi terhamin kehandalannya.
Data yang transparan dan membuka ruang kolaborasi dan partisipasi public dapat dilakukan melalui pendekatan kesisteman data dan informasi. Kesisteman data dan informasi bagaikan sebuah siklus informasi. Pada siklus informasi proses bisnis menghasilkan dan mengolah data, mentransformasikannya menjadi informasi dan pengetahuan, akhirnya menciptakan nilai bagi organisasi sebagaimana
terlihat pada Gambar 13.
menghasilkan
dan proses
Bisnis Proses
menggerakkan
Proses TI
Value
Data
transformasi
Informasi
transformasi
Pengetahuan
menciptakan
Gambar 13. Siklus Informasi
Sumber : COBIT 5, A Business Framework for the Governance and Management of Enterprise IT, ISACA, USA, 2012.
Menjamin konektivitas informasi, merupakan pensikapan dari tantangan dinamika kehidupan
masyarakat dan tantangan perkembangan teknologi yang berkembang pesat saat ini. Kondisi tersebut
menjadi latar belakang organisasi untuk terus mengembangkan dan menyempurnakan proses bisnis
termasuk informasinya. Salah satu metodologi untuk pengembangan arsitektur dalam The Open Group
Architecture Framework (TOGAF) disebut Architecture Development Method (ADM). Pada TOGAF
ADM dibahas langkah-langkah pendekatan untuk mengembangkan EA. ADM meliputi 14 tahapan
dasar seperti tampak pada Gambar 5.
97
Seminar Riset Teknologi Informasi (SRITI) tahun 2016
Preliminary
Framework
and
principles
H
architecture
change
management
G
Implementation
governance
F
migration
planning
A
architecture
vision
Preliminary
Framework
and
principles
E
opprtunities
architecture
B
business
architecture
C
information
system
architecture
D
technology
architecture
Gambar 14. Tahapan dalam TOGAF ADM
Sumber : The Open Group Architecture Framework (TOGAF), USA, 2009
Tahapan yang digunakan dalam desain mengikuti tahapan dalam TOGAF ADM dengan fokus pada
desain Arsitektur Visi, Arsitektur Bisnis dan Arsitektur Sistem Informasi. Arsitektur
Informasi
direpresentasikan sebagai sebuah diagram hubungan entitas yang menggambarkan elemen-elemen sebuat enterprise sesuai kebutuhannya, yaitu :
a. people, menggambarkan variabel-variabel dari elemen people sebagai indikator kinerja seperti
perilaku organisasi, budaya organisasi, asset organisasi dan kompetensi dasar;
b. process, menggambarkan variabel-variabel dari elemen process sebagai indikator kinerja seperti
collect/mengumpulkan, processing/memproses, store/menyimpan, use/menggunakan dan
disseminate/diseminasi;
c. technology, menggambarkan variabel-variabel dari elemen teknologi sebagai indikator kinerja
seperti standar, layanan, service level management dan quality of service. [10]
V. SIMPULAN DAN SARAN
Keselarasan penyelenggaraan industri dan perdagangan secara terpadu dapat dilakukan melalui
penyelenggaraan proses bisnis yang terintegrasi. Proses bisnis tersebut dituangkan dalam model
layanan berbasis informasi. Model layanan industri dan perdagangan berbasis informasi dapat menjadi
enabler connectivity untuk pembangunan industri dan perdagangan yang akan menghubungkan unit
usaha/sentra industri sehingga memaksimalkan pertumbuhan ekonomi melalui keterpaduan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan memanfaatkan perangkat Teknologi Informasi model layanan
tersebut dapat diwujudkan melalui Sistem Informasi Industri dan Perdagangan Terpadu, yang
memungkinkan konektivitas antar stake holder secara cepat dan cenderung tepat sasaran.
Arsitektur informasi Sistem Informasi Industri dan Perdagangan Terpadu berisi kerangka kerja
penggunaan data/informasi (people), urutan tahapan proses (process) dan aturan integrasi data (technology) yang tersebar pada masing-masing institusi mulai dari sektor hulu sampai dengan hilir yang
terkait sehingga dapat meningkatkan kualitas layanan industri dan perdagangan kepada masyarakat.
REFERENSI
[1].
[2].
[3].
[4].
[5].
___________(2014), Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
___________(2014), Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.
___________(2014), Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Holmes, Douglas (2001), e-governerment, e-business strategies for government, Nicholas Brealey Publishing, London.
Turban, Efran; Volonino Linda (2013) Information Technology for Management Advancing Sustainable, Profitable Business Growth,
John Wiley & Sons, Inc, 9th edition, USA.
[6]. M. Stair, Ralph; Reynold, George (2010) Principles of Information Systems : A Managerial Approach, Congage Learning, USA.
[7]. Davis, Gordon (2002) Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen, PPM, Seri Pengembangan Manajemen No-90-A.
[8]. Tim Direktorat Keamanan Informasi (2011) Panduan Penerapan Tata Kelola Keamanan Informasi bagi Penyelenggara Pelayanan
Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.
[9]. ___________ (2012) COBIT 5, A Business Framework for the Governance and Management of Enterprise IT, ISACA, USA.
[10]. Sembiring, Jaka; Nuryatno, Edi Triono; Gondokaryono, Yudi Satria (2011) Analyzing the Indicators and requirements in Main Components of Enterprise Architecture Methodology Development Using Grounded Theory in Qualitative Methods,. Journal Econometrics: Econometric & Statistical Methods – Special Topics e-Journal, vol. 4, no. 48.
[11]. Scherer, Sabrina dan Maria A. Wimmer. (2011) Analysis of Enterprise Architecture Frameworks in the Context of E-Participation.
The Proceeding of the 12th Annual International Conference on Digital Government Research. ACM. College Park, USA.
98
Download