MANFAAT LIDAH BUAYA SEBAGAI TERAPI ALTERNATIF NON FARMAKOLOGIS DALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH RINA MUSTIKA 11001038 Subject: Lidah buaya, Hipertensi DESCRIPTION Hipertensi sering disebut sebagai pembunuh gelap/silent killer merupakan salah satu penyakit yang mematikan di dunia. Satu dari empat orang dewasa menderita penyakit ini, prevalensi hipertensi di indonesia mencapai 26,5 persen. Lidah buaya merupakan tanaman obat yang berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit yaitu dapat menurunkan tekanan darah. Lidah buaya mengandung senyawa polifenol seperti flavonoid. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi literatur berdasarkan atas 2 penelitian. Sitompul (2002) mengenai uji kualitatif senyawa polifenol pada gel lidah buaya daun mimba dan ampas buah mengkudu menggunakan metode ekperimental. Rinayanti (2006) pengaruh pemberian jus lidah buaya terhadap frekuensi denyut jantung tikus putih menggunakan metode ekperimental dengan jumlah sampel 7. Hasil penelitian mengenai uji kandungan senyawa polifenol tertinggi yaitu pada gel lidah buaya 0,11% seperti flavonoid, dan pemberian jus lidah buaya dengan dosis 2g/ml memiliki evektivitas menurunkan frekuensi denyut jantung pada tikus putih 20-21,8%, yang hampir sama dengan pemberian captopril secara oral dengan dosis 0,45 mg/ml mengalami penurunan frekuensi denyut jantung 2123,5% secara invitro. Lidah buaya terbukti mengandung flavonoid yang mempunyai efek penurun tekanan darah dengan menghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme) sehingga kadar Angiotensin II menurun. Terjadinya pemblokan pada saraf simpati, menghambat penyampaian rangsangan yang mempercepat denyut jantung, adanya aktivasi saraf parasimpati sehingga denyut jantung menjadi lambat dan terjadi penurunan tekanan darah. Sampai saat ini penelitian yang dilakukan hanya sebatas pada tikus secara invitro dan belum ada pengujian pada manusia serta belum ada penelitian mengenai cara pembuatan atau pengolahan lidah buaya untuk dijadikan terapi alternatif non farmakologis dalam menurunkan tekanan darah. ABSTRACT Hypertension is often called by silent killer is one of the deadly diseases in the world. One in four adults suffer from this disease, the prevalence of hypertension in Indonesia reaches 26.5 percent. Aloe vera is a effeicient medicinal plant that cures various diseases, such as decreasing blood pressure. Aloe vera contains polyphenolic compounds, such as flavonoids. The method is used with study of literature from the two studies. Sitompul (2002) studied that a qualitative test of substance of polyphenol in gel of aloe vera azadirachta indica and morinda citrifolia use exeperimental method. Rinayanti (2006) studied that the giving aloe vera juice in decreasing frequency heart beat of mice uses experimental method with 7 samples. The results of the studied concern the test content of the highest polyphenol subtance at 0.11 % aloe vera gel, such as flavonoids, and giving aloe vera juice with 2g/ml the effectiveness in decreasing heart beat of mice in 20 to 21.8%, that is almost has same with giving captopril orraly with dosage of 0.45 mg/ml decreasing 21 to 23.5 % in vitro. Aloe vera contains of flavonoids which have the effect of decreasing blood pressure with inhibiting ACE ( Angiotensin Converting Enzyme ) so that the levels of angiotensin II is decreased. The occurrence of blocking the sympathetic nerves inhibites the delivery of stimulation that accelerates the heart beat, the occurance of neural activation parasimpati caused heart beat and blood pressure decreased. Up to now, the study is only limited in mice by invitro and dost have test in human being and also doest have the way of making or process aloe vera to make adding theraphy alternative non farmacologis in decreasing blood pressure. Keywords: aloe vera, hypertension Contributor : 1. Rifaatul LM., M.Farm-Klin 2. Budi Prasetyo, S.Kep. Ns Date : Mojokerto, 30 Mei 2014 Type Material : Laporan Penelitian URL : Right : Open Document Summary : LATAR BELAKANG Hipertensi sering disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) merupakan salah satu penyakit yang mematikan didunia yakni 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Diperkirakan jumlah hipertensi meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025 (Pudiastuti, 2013). Didunia 7,5 juta jumlah penderita hipertensi mengalami kematian. Total dari semua kematian sekitar 12,8%. Selain itu diperkirakan 57 juta mengalami cacat, hipertensi menjadi faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung koroner dan strok iskemik serta perdarahan (WHO, 2014). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7 persen. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 (BPPK, 2013). Permasalahan hipertensi yang kompleks serta adanya hambatan pengobatan hipertensi secara farmakologis akibat daya beli masyarakat yang semakin menurun dan mempunyai harga yang cukup mahal, sehingga antisipasi dari permasalahan tersebut perlu diberikan terobosan baru kepada masyarakat, bahwasannya pengobatan non farmakologis dapat menjadi pilihan alternatif yang bagus, baik dari segi ekonomis maupun manfaatnya (Lastari, 2009). Lidah buaya merupakan tanaman asli Afrika, tanaman ini merupakan tanaman fungsional karena semua bagian dari tanaman dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat yang mengandung vitamin C, potasium atau kalium (Furnawanthi, 2002). Hasil analisa lidah buaya memiliki kandungan senyawa polifenol seperti flavonoid tertinggi dibanding dengan daun mimba dan ampas buah mengkudu (Sitompul 2002). Senyawa polifenol seperti flavonoid yang berada didalam tanaman lidah buaya dapat berkhasiat sebagai antihipertensi dengan menghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme). Hal ini telah dibuktikan pada penelitian Aprilita Rinayanti (2006) bahwa pemberian jus lidah buaya dengan dosis 2g/ml memiliki efektivitas menurunkan frekuensi denyut jantung pada tikus putih 2021,8% yang hampir sama dengan pemberian kaptopril secara oral dengan dosis 0,48 g/ml mengalami penurunan 23,5% secara invitro. Pada lidah buaya terbukti efektif dalam menurunkan frekuensi denyut jantung tikus putih. Senyawa polifenol seperti flavonoid mempunyai kemampuan menghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme). Hal ini adalah mekanisme menghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme) sehingga kadar angiotensin II menurun. Penurunan frekuensi denyut jantung secara tidak langsung akan menyebabkan penurunan tekanan darah. Berdasarkan data di atas maka penulis melakukan studi literatur mengenai manfaat lidah buaya dalam menurunkan tekanan darah tinggi. Salah satunya adalah menggunakan terapi non farmakologis. Maka dari itu penulis menggagaskan “efektivitas lidah buaya” sebagai terapi alternatif non farmakologis dalam menurunan tekanan darah. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan yang berasal dari pengumpulan data seperti konsep lidah buaya sebagai terapi alternatif non farmakologis dalam menurunkan tekanan darah yang bersumber dari textbook, journal, artikel ilmiah, dan literature review. Kemudian dilakukan konseptualisasikan, dianalisis, dan diambil kesimpulan serta saran. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Salah satu alternatif terapi non farmakologis dalam menurunkan tekanan darah tinggi adalah dengan lidah buaya. Lidah buaya adalah salah satu tanaman obat yang berpotensi untuk dikembangkan. Tanaman ini merupakan tanaman fungsional karena semua bagian dari tanaman dapat dimanfaatkan baik untuk perawatan tubuh maupun untuk mengobati berbagai penyakit, disamping itu lidah buaya (aloe vera) bermanfaat untuk menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes dan dapat mengontrol tekanan darah (Furnawanthi, 2002). Lidah buaya merupakan tanaman obat yang memiliki banyak manfaat diantaranya bahwa kandunga saponin pada lidah buaya dapat sebagai anti jamur, anti virus dan anti bakteri dalam hal ini didukung adanya Penelitian Natsir yang dilakukan oleh Universitas Patimura pada tahun 2013. Bahwa pada lidah buaya mampu menghambat signifikan terhadap pertumbuhan bakteri (p>1%) pada kosentrasi 0%, 25%, 30% dan 35% menunjukkan adanya hambat sebesar 0 mm, 36 mm, 1,6 mm dan 0,94 mm. Penelitian oleh Sulistiawati dari Universitas Undaya Denpasar mengenai kandungan asam lemak pada lidah buaya dapat sebagai anti inflamasi. Serta digunakan sebagai anti peradangan atau pembengkakan, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun lidah buaya kosentrasi 75% terbukti paling tinggi menurunkan jumlah makrofag pada radang mukosa mulut tikus. Penelitian yang dilakuan oleh Pradono dari Fakultas Kedokteran UNDIP 2011: Pengaruh Pemberian Decocta Daun Lidah Buaya Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang Diberi Beban Glukosa. Terbukti dari hasil penelitian decocta daun lidah buaya dengan dosis 2,5 ml, 5 ml dan 10 ml dapat menurunkan kadar glukosa tikus wistar putih yang diberi beban glukosa. Lidah buaya dapat sebagai anti kanker kandungan senyawa lectin dapat mencegah pertumbuhan sel kanker paru-paru, mengaktifkan sistem pertahanan tubuh dan mendorong pertumbuhan sel sehat (Furnawanthi, 2002). Hasil penelitian mengaenai uji kualitatif yang dilakukan Saulina Sitompul dari Balai Penelitian Ternak Ciawi pada tahun 2002: Kandungan Senyawa Polifenol Dalam Tanaman Lidah Buaya, Daun Mimba dan Ampas Buah Mengkudu Menunjukkan bahwa pada gel lidah buaya memiliki kandungan polifenol tertinggi (0,11%). Senyawa polifenol merupakan senyawa yang mengandung zat bioaktif seperti flavonoid. Hasil analisis dan kajian dari riset yang dilakukan Arima rinayanti dari Fakultas Farmasi UNTAG Jakarta pada tahun 2006: Pengaruh Pemberian Jus Lidah Buaya Terhadap Frekuensi Denyut Jantung Tikus Putih, pada lidah buaya mengandung flavonoid yang memiliki manfaat yang berperan dalam proses penurunan tekanan darah, kandungan flavonoid beredar pada pembuluh darah, mencegah pembuluh darah kontriksi menghambat aktivitas ACE (Angiotensin Converting Enzyme) kadar Angiotensin II menurun, terjadinya Pemblokan pada saraf simpati, menghambat penyampaian rangsangan yang mempercepat denyut jantung. Terjadinya aktivasi saraf parasimpati sehingga denyut jantung menjadi lambat atau memperlambat kerja jantung dan tekanan darah menurun. Kelebihan dari lidah buaya yaitu selain memiliki kandungan flavonoid yang dapat menghambat Angiotensin II lidah buaya juga mengandung potasium atau kalium, mengonsumsi makanan yang mengandung postasium 2-4 gram perhari dapat membantu menurunkan tekanan darah (pudiastuti, 2013). Kalium (potassium) merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah (Nurlita, 2012). Lidah buaya merupakan tanaman yang mengandung antioksidan. Antioksidan sangatlah baik bagi tubuh karena kandungan vitamin C yang dapat mengontrol dan menstabilkan tekanan darah, dengan mengkonsumsi vitamin C tekanan darah berkurang serta mencegah kerusakan pada jantung, vitamin C juga mengurangi penebalan arteri dan ini membebaskan aliran darah ke jantung serta organ vital termasuk otak (Ibad, 2014). Adanya penelitian mengenai pemanfaatan tanaman lidah buaya agar dapat dikonsumsi manusia yaitu dengan pembuatan es lidah buaya. Pengolahan dengan teknik rendam air jeruk nipis pada daging lidah buaya terbukti dapat menghilangkan lendir, lebih kenyal, menghilangkan rasa pahit dan berbau jeruk nipis tidak berbau tanaman (Bony,2011) Hasil penelitian SMA 1 Sukowati melalui hasil data wawancara 23 sample atau 92 % yang menyukai rasa, tekstur, dan warna yang dimiliki oleh es lidah buaya dibanding dengan es yang di jual di pasaran. Sedangkan 2 sample atau 8% yang tidak menyukai rasa, tekstur, dan warna yang dimiliki oleh es lidah buaya dibanding dengan es yang di jual di pasaran. Selain itu 25 narasumber atau 100% setuju terhadap pemanfaatan tanaman lidah buaya sebagai bahan alternaltif es lidah buaya, karena aneka es yang dijual di pasaran banyak mengandung zat kimia, baik itu pewarna, perasa, pengawet dan lain-lain. Lidah buaya juga memiliki manfaat dapat mengontrol atau menurunkan tekanan darah. Sesuai hasil Penelitian Saulina Sitompul dari Balai Penelitian Ternak Ciawi pada tahun 2002 bahwa pada lidah buaya mengandung senyawa polifenol tertingi 0,11%, kandungan senyawa polifenol diantaranya seperti flavonoid. Kandungan flavonoid pada lidah buaya mempunyai manfaat yaitu dapat menurunkan tekanan darah. Dalam hal ini didukung adanya penelitian yang dilakukan Arima rinayanti dari Fakultas Farmasi UNTAG Jakarta pada tahun 2006: Pengaruh Pemberian Jus Lidah Buaya Terhadap Frekuensi Denyut Jantung Tikus Putih menunjukkan bahwa Terapi jus lidah buaya mempunyai efek signifikan dalam penurunan frekuensi denyut jantung pada tikus putih. Perlakuan ini dapat mereka dapatkan dengan pemberian jus lidah buaya dengan dosis 2g/ml memiliki efektivitas menurunkan frekuensi denyut jantung tikus putih yang hampir sama dengan pemberian captopril dengan dosis 0,45 mg/ml dapat menurunkan frekuensi denyut jantung 21-23,8% pada tikus putih secara invitro. Dalam hal ini pada tanaman lidah buaya merupakan tanaman yang dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah. Ditinjau dari ketiga penelitian diatas bahwa lidah buaya merupakan tanaman obat yang mempunyai kandungan flavonoid, pemanfaatan lidah buaya agar dapat dikonsumsi manusia yaitu diolah menjadi es lidah buaya. Es yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dibanding deng es yang dijual dipasaran. Salah satu manfaat lidah buaya yaitu dapat menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat aktivitas ACE (Angiotensin Converting Enzyme) sehingga kadar Angiotensin II menurun, SIMPULAN 1. Lidah buaya merupakan salah satu tanaman obat yang mengandung potasium, vitamin c dan senyawa polifenol yaitu flavonoid yang memiliki manfaat dalam menurunkan tekanan darah. Cara kerja kandungan flavonoid pada lidah buaya memiliki efek dapat menghambat aktivitas ACE (Angiotensin Converting Enzyme) sehingga kadar Angiotensin II menurun. 2. Pemanfaat lidah buaya agar dapat dikonsumsi manusia yaitu dengan cara pembuatan es lidah buaya 3. Lidah buaya memiliki kandungan senyawa polifenol tertinggi (0,11%), seperti flavonoid, yang hampir sama dengan pemberian dosis captopril 0,45 mg/ml mengalami penurunan frekuensi denyut jantung 21-23,5% secara invitro. Sehingga dapat menurunkan tekanan darah, sejauh ini penelitian mengenai manfaat lidah buaya dalam menurukan tekanan darah belum ada yang diterapkan pada manusia. REKOMENDASI Adanya pembaharuan dalam pengobatan atau penentuan dosis lidah buaya sebagai terapi tambahan non farmakologis dalam menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi, serta adanya penelitian lebih lanjut mengenai teknik implementasi yang akan dilakukan yaitu adanya riset berkelanjutan mengenai terapi lidah buaya sebagai terapi alternatif non farmakologis sehingga bisa dijadikan alternatif pilihan penyakit hipertensi dikarenakan penelitian terdahulu masih dilakukan secara invitro. Alamat Correspondensi email : [email protected] No telp : 085730976479 Alamat : Ds. Pakis Dsn. Pancuran Rt 02 Rw 07 Kec. Grabagan Kab. Tuban