INOVASI PEMBELAJARAN DI SD Sri Suwartini Universitas Widya Dharma Klaten [email protected] ABSTRAK Pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan salah satu sektor Program Pembangunan Nasional, oleh karena itu pembangunan pendidikan dengan segala perluasan lahannya harus mendapat prioritas yang utama demi meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri serta meminimalkan permasalahanpermasalahan didalamnya. Media pembelajaran adalah sarana penyalur pesan dan informasi belajar yang jika dirancang secara baik akan sangat membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media sebagai alat pembelajaran pendidikan juga mempunyai sebuah kecenderungan yang mampu mendorong minat siswa serta memberi manfaat yang sangat banyak terhadap proses pembelajaran. Inovasi media pembelajaran sangat diperlukan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar agar siswa dapat menyerap materi pembelajaran dengan mudah, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Guru SD diharapkan dapat berinovasi dalam merancang, membuat dan memanfaatkan media secara tepat dan optimal. Kata Kunci : Inovasi, Pembelajaran, SD 440 Pendahuluan Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam bidang pendidikan diperlukan adanya perubahaan sikap dan keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Saat ini masih ada anggapan bahwa guru adalah orang yang paling tahu dalam berbagai hal. Anggapan-anggapan tersebut masih berkembang, dimana pengetahuan guru dikatakan lebih dulu tahu dari siswanya. Zaman sekarang bukan saja pengetahuan guru sama dengan siswa bahkan mungkin siswa sama atau lebih dulu tahu darpada gurunya. Hal tersebut terjadi dikarenakan perkembangan media informasi yang begitu cepat. Siswa dapat mengakses sendiri informasi yang diperlukan dari internet. Permasalahan yang dihadapi guru saat ini adalah kurangnya pemanfaatan media oleh guru dalam pembelajaran. Banyak guru yang masih mengajar secara konvensional tanpa menggunakan media pembelajaran yang tepat, ataupun tidak melakukan inovasi pembelajaran. Pada saat ini banyak siswa yang mengeluh dan bosan dengan metode pembelajaran yang dipakai dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran dirasakan monoton dan hal ini berlangsung dalam waktu yang lama. Pembelajaran bersifat kompleks artinya tidak hanya guru yang terlibat aktif dalam pembelajaran melainkan siswa dan guru. Guru dituntut untuk mengembangkan keahlian yang dimiliki dan menyalurkannya kepada siswa. Untuk itu guru perlu mengadakan inovasi pembelajaran guna mengoptimalkan kemampuan siswa dan supaya tidak bosan. Pembahasan A. Implementasi teori Otak dalam pembelajaran Otak merupakan pusat syaraf tubuh manusia, segala kegiatan dijalankan oleh otak. Banyak pertanyaan yang muncul dengan adanya inovasi pembelajaran berbasis kemampuan otak. Para ahli membagi otak dalam dua kategori yaitu otak kanan dan otak kiri. Kapasitas otak terletak pada masalah waktu dan motivasi yang diberikan oleh orang lain daripada design otak itu sendiri. Pada otak belahan kanan berfungsi untuk proses holistik dan belahan kiri untuk proses analitik. Eric Jensen dalam bukunya Brain-Based Learning(2008) mengatakan bahwa "Otak memang tidak dirancang dengan baik untuk mengikuti instruksi formal. Dalam kenyataannya, otak sama sekali tidak didesain untuk efisiensi atau ketertataan. Justru otak berkembang paling baik melalui seleksi dan kemampuan bertahan hidup". Stimulasi yang diberikan akan mempengaruhi perkembangan otak. Otak mengatur segala gerak dan tingkah laku individu. Untuk menstimulasi otak siswa agar berkembang optimal perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran. Terkait dengan perkembangan pembelajaran yang berhubungan dengan cara kerja otak dan mengembangkan kedua belahan otak tersebut, maka guru perlu menggunakan strategi pembelajaran yang terkait dengan 441 emosional, sosial, kognitif, fisik, dan reflektif. Perkembangan otak juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar. Sistem pembelajaran berbasis otak mensyaratkan proses belajar didukung oleh iklim kelas yang kondusif bagi keamanan emosional. Sebagian besar pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada aspek kognitif atau intelektualnya saja dan yang berkembang hanya otak belahan kiri. Untuk itu guru perlu berperan sebagai fasilitator, membantu siswa menemukan keinginan belajar, dan mendukung siswa mencapai apa yang mereka inginkan. Hal ini dilakukan agar otak belahan kanan dan belahan kiri berkembang dengan seimbang. Menurut pencetus Metode Belajar Quching (quantum teaching), Bobbi de Porter (2002) yang berujar bahwa „ guru sebagai penggubah keberhasilan belajar siswa. „ Setiap individu mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda tergantung dengan otak dan lingkungannya. Lingkungan yang diperkaya baik mental maupun fisik memang penting, tetapi ada hal lain yang sama pentingnya.Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terkemuka dibidang otak Santiago Ramon Y Cacal (1988) telah menekankan bahwa otak membutuhkan umpan balik dari aktivitasnya sendiri untuk pembelajaran yang optimal. Individu sebagai pribadi unik Perkembangan setiap anak sebagai individu bersifat unik. Saufrok dan Yussen (1972:17) menyatakan bahwa "each us develops some other individuals, and like individuals, and like no other individuals." Pernyataan ini maksudnya setiap individu berkembang dengan masing-masing cara, seperti semua individu yang lain, seperti beberapa individu yang lain dan seperti tidak ada individu yang lain. Perkembangan itu sendiri merupakan proses perubahan yang kompleks, melibatkan berbagai unsur-unsur yang berpengaruh. Individu berkembang dalam aspek biologis, kognitif dan psikososial. Dalam aspek biologis beberapa perkembangannya dapat dilihat seperti bertambahnya tinggi badan, dan bertambahnya berat badan. Otak, kalenjar, dan system syaraf juga mengalami perkembangan. Pada aspek kognitif individu mengalami perkembangan pada kemampuan berpikir, kemahiran berbahasa dan kemampuan memperoleh ilmu pengetahuan yang melibatkan aspek perasaan, emosi, dan kepribadian. Selain pada dua aspek tersebut, aspek psikososial individu mempunyai keberanian, rasa percaya diri dan ingi menolong di lingkungannya. Sesuai dengan kosep anak sebagai individu, perkembangan juga merupakan suatu proses yang menyeluruh. Oleh sebab itu, individu sebagai pribadi yang unik karena dalam perkembangannya secara menyeluruh dan menjadi pribadi yang utuh. B. Pengertian Inovasi Pembelajaran Menurut Susilana & Riyana (2008:6) kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti, perantara atau pengantar. Menurut Smaldino,dkk. (2005: 6) mengatakan pengertian media yaitu ”Media, the plural of 442 medium, are means of communication. derived from the latin medium ("between"), the term refers to anything that carries information between a source and a receiver”. Maksudnya adalah media merupakan sarana komunikasi yang mengacu pada apapun yang membawa informasi antara sumber dan penerima.Senada dengan hal di atas, Heinich (2008: 8) mengatakan “Mediais a channel of communication,the term refers to anything that carries information between a source and a receiver”. Maksud kutipan tersebut adalah bahwa media merupakan sarana komunikasi antara sumber dengan penerima.Begitu juga dengan pendapat ( Criticos dalam Daryanto, 2010: 4 ) yang menyatakan bahwa media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu benda atau komponen yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan perhatian. Berbicara tentang media tentu sangat luas, namun dalam hal ini kita batasi hanya mengenai media pembelajaran saja, yakni media yang digunakan sebagai alat dan bahan dalam kegiatan pembelajaran. Sukiman (2012:29) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian, minat serta kemauan peserta didik dalam proses belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif. Begitu juga menurut Susilana & Riyana(2008:7) media pembelajaran yaitu merupakan wadah dari pesan pembelajaran dengan tujuan yang ingin dicapai adalah proses pembelajaran.Dan tidak jauh berbeda media pembelajaran menurut Azhar Arsyad (2013: 10) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan maupun informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan yang terkandung dalam pengertian media pembelajaran adalah: 1) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera. 2) Media pendidikan memiliki pengertian non-fisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa. 3) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio. 4) Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. 5) Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan 443 interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. 6) Media pendidikan dapat digunakan secara massa (radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (film, slide, video, OHP), atau perorangan (modul, komputer, radio/kaset, video recorder). 7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu. Media mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagai salah satu komponen kegiatan belajar mengajar, media dan keterampilan menggunakan media merupakan hal mutlak yang harus dikuasai guru dalam menunjang kegiatan belajar mengajar. Adapun alasan penggunaan media pembelajaran adalah: 1) Media merupakan sumber utama yang menunjang proses belajar mengajar. 2) Membantu siswa memahami konsep dan memahami pelajaran yang dijelaskan guru. 3) Membantu guru untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar sehingga tujuan program pengajaran dapat lebih tercapai. 4) Media merupakan sarana komunikasi antara guru dan siswa yang memungkinkan pembelajaran berlangsung dalam suasana yang positif dan merangsang siswa untuk lebih berkembang dalam hubungan yang interaktif. C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Menurut Piaget (dalam Syamsu Yusuf, 2011: 6) mengatakan bahwa tahap-tahap perkembangan anak secara hierarkis terdiri dari empat tahap yaitu tahap sensori motoris (0 – 2 tahun), tahap pra operasional (2 – 6 tahun), tahap operasional konkret (6 – 11 tahun), dan tahap operasi formal. Dengan demikian, maka usia anak SD terjadi pada tahap operasional konkret. Tahapan operasional konkret ditandai dengan pertumbuhan kognitif yang luar biasa dan merupakan tahapan formatif dalam pendidikan sekolah, karena ini masanya bahasa dan penguasaan keterampilan-keterampilan dasar anak bertambah cepat secara dramatis.Anak-anak mulai menunjukkan beberapa pemikiran abstrak meskipun biasanya didefinisikan dengan karakter atau tindakan seperti kejujuran. Cara berpikir anak pada tahap ini tidak lagi didominasi oleh persepsi; anak dapat menggunakan pengalaman-pengalaman mereka sebagai acuan dan tidak selalu bingung dengan apa yang mereka pahami. Schunk (2012: 333). Senada denganhal di atas, Piaget (dalam Santrock, 2012: 329) mengatakan bahawa pada umur 7 sampai 11 tahun anak-anak dapat melakukan operasi konkret; mereka juga dapat bernalar secara logis sejauh penalaran itu dapat diaplikasikan pada contoh-contoh yang spesifik atau konkret. 444 Sesuai dengan pendapat di atas, anak yang berusia 7 sampai 11 tahun adalah masa operasional konkret, yang mana mereka masih memerlukan benda- benda atau contoh konkret dalam memahami segala sesuatu, termasuk dalam hal memahami teks bacaan. Dan masa usia 7 tahun tersebut merupakan masa awal anak dalam memasuki tahap operasional konkret, oleh karena itu masa-masa itu merupakan masa baru peralihan dari masa pra operasional sehingga sangat perlu penerapan pembelajaran yang bersifat konkret. Menurut Syamsu Yusuf (2011: 24-25) masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah, pada masa keserasian bersekolah ini secara relative, anakanak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini diperinci lagi menjadi dua fase, yaitu sebagai berikut. a) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar. Kira-kira 6/7 tahun sampai 9/10 tahun, beberapa sifat anak pada masa ini antara lain :sikap tunduk kepada peratutanperaturan permainan tradisional, adanya kecendrungan memuji dirinya sendiri, suka membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.Pada masa ini anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas mendapatkan nilai yang baik atau tidak. b) Masa kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9/10 tahun sampai 12/13 tahun, beberapa sifat khas anak pada masa ini antara lain : adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini meninmbulkan kecendrungan untuk membandingkan pekerjaanpekerjaan yang praktis, amat realistis, ingin tahu, ingin belajar, senang membentuk kelompok sebaya, memandang nilai rapor sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi, senang membentuk kelompok sebaya. Setiap masa perkembangan ada mempunyai tugas-tugas perkembangan, tugas-tugas ini berkaitan erat dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman, dan lainlainnya sebagai prasyarat untuk memenuhi kebutuhan dan kebahagiaan hidupnya. Havighurst (dalam Syamsu Yusuf, 2011: 65) mengatakan bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalammenuntaskan tugas berikutnya.Senada dengan hal di atas, Syamsu Yusuf (2011: 69-71) mengatakantugas-tugas perkembangan pada masa sekolah ( 6,0-12,0 tahun) yaitu sebagai berikut. 1) Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan. 2) Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri. 3) Belajar bergaul dengan temanteman sebaya. 4) Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya. 5) Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. 6) Belajar mengembangkan konsep sehari-hari. 445 7) Mengembangkan kata hati. 8) Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi. 9) Mengembangkan sifat yang positif terhadap kelompok social dan lembaga-lembaga. Berdasarkan uraian tentang perkembangan peserta didik tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik pada siswa Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkret (6/7 tahun sampai 11/12 tahun) yang masuk pada masa kanakkanak akhir dan mulai memasuki masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna pembaharuan, perubahan. Inovasi adakalanya diartikan sebagai penemuan, tetapi berbeda dengan penemuan dari kata diskoveri atau invensi. Inovasi adalah suatu ide, produk, metode yang dirasakan sebagi sesuatu yang baru, baik berupa hasil diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi batasan, inovasi sebagai pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya baik berupa gagasan, metode atau alat (KBBI, 1990 : 330). Dari pengertian ini diketahui bahwa inovasi adalah suatu hal yang baru, unik dan bermanfaat bagi masyarakat. Inovasi erat kaitannya dengan pembelajaran yang melibatkan guru dan peserta didik. Menurut Hera Lestari Mikarsa ( 2007: 7.3 ), ada dua istilah yang berkaitan erat dengan pembelajaran, yaitu pendidikan dan pelatihan. Di dalam dunia pendidikan untuk membentuk kepribadian individu dan dilaksanakan di sekolah, sedangkan pelatihan untuk melatih keterampilan individu dilaksanakan di perindustrian. Makna pendidikan dan pelatihan sebaiknya dipadukan dan diperoleh arti dari pembelajaran bukan terbatas pada ruang dan waktu, tetapi tergantung pada organisasi dan komponen yang berkaitan untuk mendidik siswa. Pembelajaran juga merupakan proses komunikatifintearktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Gagne dan Briggs (1979:3) menyatakan pembelajaran adalah suatu system yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Jadi pembelajaran proses dimana guru dan siswa saling berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan. Dari pengertian inovasi dan pembelajaran tersebut maka makna inovasi pembelajaran merupakan metode baru yang berbeda yang digunakan untuk membentuk kepribadian dan melatih keterampilan siswa agar dapat berkembang secara optimal. Contoh inovasi dalam pembelajaran telah diketahui bahwa dunia anak TK dan SD merupakan dunia bermain, tetapi guru seringkali melupakan hal ini. Seharusnya setiap guru dalam setiap proses pembelajarannya menciptakan 446 suasana yang menyenangkan, menggairahkan, dinamis, penuh semangat dan penuh tantangan. Seperti pembuatan yel-yel dan berdoa sebelum belajar. Inovasi dalam pembelajaran bertujuan untuk mendapatkan suasana baru dalam belajar dan mengoptimalkan kemampuan siswa. D. Konsep Belajar dan Pembelajaran Menurut Gagne (1984) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Hakikat belajar sesungguhnya adalah proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat tetap dan lama dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja dan dimana saja. Sedangkan pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik. Jika pembelajaran dianggap suatu system, berarti pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran, strategi, metode pembelajaran, evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran. Namun apabila pembelajaran dianggap suatu proses, maka rangkaian kegiatan guru untuk membuat siswa belajar.Konsep proses pembelajaran dimulai dari merencanakan program pengajaran,dan penyusunan persiapan mengajar. Persiapan pembelajaran juga mencakup kegiatan guu untuk membaca buku-buku atau media pembelajaran lain yang berkaitan dengan materi belajar sisw dan mengecek keberfungsian alat peraga yang akan digunakan. Mengkonsep pembelajaran juga harus memahami prinsip-prinsip belajar antara lain, prinsip kesiapan, prinsip asosiasi, prinsip latihan, dan prinsip akibat. Tujuan pembelajaran akan mudah dicapai jika dalam pembelajaran didukung oleh kesiapan guru dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan pemebelajaran tidak lepas dari penggunaan media. Pemanfaatan media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran, yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan, mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran bertujuan memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, memberilkan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi, menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam teknolgi karena peserta didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan media tertentu, menciptakan suasana belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik karena adanya keterlibatan penuh dari siswa serta menciptakan pembelajaran yang interaktif dan komunikatif, Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mengantarkan atau menyampaikan 447 pesan, berupa sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap- sikap kepada peserta didik sehingga peserta didik itu dapat menangkap, memahami dan memiliki pesan-pesan dan makna yang disampaikan itu. Fungsi penggunaan media pembelajaran secara umum yaitu sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif, bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar, meletakakkan dasar-dasar yang kongkrit dan konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme , membangkitkan motivasi belajar peserta didik dan mempertinggi mutu belajar mengajar. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Levie & Lentz dalam Arsyad, (2002:16) terdapat empat fungsi media pengajaran yaitu: 1) Fungsi atensi Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. 2) Fungsi afektif Fungsi efektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial dan sebagainya 3) Fungsi kognitif Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 4) Fungsi kompensatoris Fungsi kopensatoris media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informamsi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pengajaran berfunsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan menerima dan memahami isi pelajaran yang disaksikan yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. Dipandang dari segi peranan media dalam efektivitas pembelajaran memegang peranan yang sangat menentukan sebagai salah satu komponen yang menentukan efektivitas dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Penggunaan dari suatu media yaitu untuk membantu guru menyampaikan pesan-pesan secara lebih mudah kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat menguasai pesan pesan tersebut secara cepat, dan akurat. Penggunaan media juga hendaknya dikembangkan dengan maksud agar peserta didik yang terlibat dalam kegiatan belajar itu terhindar dari gejala verbalisme, yakni mengetahui kata kata yang disampaikan guru tetapi tidak memahami arti atau makna. 448 Hal tersebut didukung oleh pendapat Dale yang ditunjukkan dengan digram dalam bentuk kerucut pengalaman (Cone of Experience) pada gambar 1 Selain landasan teori di atas ada juga landasan empiris, yaitu temuan penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara pengguna media pembelajaran dengan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar. Artinya siswa akan mendapatkan keuntungan yang signifikan apabila dia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik dan gaya belajarnya. Levie & Levie (dalam Azhar arsyad, 2013: 12) menjelaskan hasil penelitiannya tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual yang membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugastugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, menghubunghubungkan fakta dan konsep. Dari beberapa landasan teori di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media memang menempati posisi yang sangat penting, karena dengan memanfaatkan mediayang sesuai dengan karakteristik dan gaya belajar siswa, maka akan memperolehan hasil belajar yang optimal. Kesimpulan Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan mesti dimiliki atau dilakukan oleh guru. Inovasi dengan pembelajaran berbasis otak merupakan salah satu cara yang bisa digunakan. Otak merupakan system syaraf yang sangat vital, oleh karena itu otak perlu diasah supaya berkembang optimal. System pendidikan yang digunakan sebaiknya seimbang menggunakan dan mengasah kemampuan otak secara seimbang. Daftar Pustaka Azhar Arsyad, (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Daryanto, 2010. Media Pembelajaran Perannnya sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media. Heinich, R. et al. (2008). Instructional media and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc. 449 Schunk. Dale. H. (2012). Learning Theories. Jakarta: Pustaka Pelajar. Smaldino E., Sharon, Russell James. D, Heinich Roberth and Molenda Michael. (2005). Instuctional Technology and Media for Learning ( 8 Edition). New Jerssey: Merill Prentice Hall. Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia. Susilana & Riyana. (2008). Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: CV Wacana Prima Syamsu, Yusuf. (2009). Perkembangan Anak. Bandung: Remaja Rosda karya Jensen, Eric, Brain-Based Learning. (2008). Yogyakarta: Pustaka Belajar Udin Syaefudin, 2009, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta. 450