INOVASI PEMBELAJARAN DI SD Sri Suwartini Universitas Widya

advertisement
INOVASI PEMBELAJARAN DI SD
Sri Suwartini
Universitas Widya Dharma Klaten
[email protected]
ABSTRAK
Pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan salah satu sektor
Program Pembangunan Nasional, oleh karena itu pembangunan pendidikan
dengan segala perluasan lahannya harus mendapat prioritas yang utama demi
meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri serta meminimalkan permasalahanpermasalahan didalamnya.
Media pembelajaran adalah sarana penyalur pesan dan informasi belajar
yang jika dirancang secara baik akan sangat membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Media sebagai alat pembelajaran pendidikan juga mempunyai
sebuah kecenderungan yang mampu mendorong minat siswa serta memberi
manfaat yang sangat banyak terhadap proses pembelajaran. Inovasi media
pembelajaran sangat diperlukan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar
agar siswa dapat menyerap materi pembelajaran dengan mudah, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Guru SD diharapkan dapat berinovasi
dalam merancang, membuat dan memanfaatkan media secara tepat dan optimal.
Kata Kunci : Inovasi, Pembelajaran, SD
440
Pendahuluan
Seiring
dengan
perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi dalam
bidang
pendidikan
diperlukan
adanya
perubahaan sikap dan keterampilan
guru
dalam
melaksanakan
pembelajaran di kelas. Saat ini masih
ada anggapan bahwa guru adalah
orang yang paling tahu dalam
berbagai hal. Anggapan-anggapan
tersebut masih berkembang, dimana
pengetahuan guru dikatakan lebih
dulu tahu dari siswanya. Zaman
sekarang bukan saja pengetahuan
guru sama dengan siswa bahkan
mungkin siswa sama atau lebih dulu
tahu darpada gurunya. Hal tersebut
terjadi dikarenakan perkembangan
media informasi yang begitu cepat.
Siswa dapat mengakses sendiri
informasi yang diperlukan dari
internet. Permasalahan yang dihadapi
guru saat ini adalah kurangnya
pemanfaatan media oleh guru dalam
pembelajaran. Banyak guru yang
masih mengajar secara konvensional
tanpa
menggunakan
media
pembelajaran yang tepat, ataupun
tidak
melakukan
inovasi
pembelajaran.
Pada saat ini banyak siswa
yang mengeluh dan bosan dengan
metode pembelajaran yang dipakai
dalam kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan pembelajaran dirasakan
monoton dan hal ini berlangsung
dalam
waktu
yang
lama.
Pembelajaran bersifat kompleks
artinya tidak hanya guru yang terlibat
aktif dalam pembelajaran melainkan
siswa dan guru. Guru dituntut untuk
mengembangkan keahlian yang
dimiliki dan menyalurkannya kepada
siswa. Untuk itu guru perlu
mengadakan inovasi pembelajaran
guna mengoptimalkan kemampuan
siswa dan supaya tidak bosan.
Pembahasan
A. Implementasi teori
Otak dalam pembelajaran
Otak merupakan pusat syaraf tubuh
manusia, segala kegiatan dijalankan
oleh otak. Banyak pertanyaan yang
muncul dengan adanya inovasi
pembelajaran berbasis kemampuan
otak.
Para ahli membagi otak dalam dua
kategori yaitu otak kanan dan otak
kiri. Kapasitas otak terletak pada
masalah waktu dan motivasi yang
diberikan oleh orang lain daripada
design otak itu sendiri. Pada otak
belahan kanan berfungsi untuk
proses holistik dan belahan kiri
untuk proses analitik. Eric Jensen
dalam
bukunya
Brain-Based
Learning(2008) mengatakan bahwa
"Otak memang tidak dirancang
dengan baik untuk mengikuti
instruksi
formal.
Dalam
kenyataannya, otak sama sekali
tidak didesain untuk efisiensi atau
ketertataan. Justru otak berkembang
paling baik melalui seleksi dan
kemampuan
bertahan
hidup".
Stimulasi yang diberikan akan
mempengaruhi perkembangan otak.
Otak mengatur segala gerak dan
tingkah laku individu. Untuk
menstimulasi otak siswa agar
berkembang
optimal
perlu
dilakukan
inovasi
dalam
pembelajaran.
Terkait
dengan
perkembangan pembelajaran yang
berhubungan dengan cara kerja
otak dan mengembangkan kedua
belahan otak tersebut, maka guru
perlu
menggunakan
strategi
pembelajaran yang terkait dengan
441
emosional, sosial, kognitif, fisik,
dan reflektif. Perkembangan otak
juga dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan
sekitar.
Sistem
pembelajaran
berbasis
otak
mensyaratkan
proses
belajar
didukung oleh iklim kelas yang
kondusif bagi keamanan emosional.
Sebagian besar pendidikan di
Indonesia lebih menekankan pada
aspek kognitif atau intelektualnya
saja dan yang berkembang hanya
otak belahan kiri. Untuk itu guru
perlu berperan sebagai fasilitator,
membantu
siswa
menemukan
keinginan belajar, dan mendukung
siswa mencapai apa yang mereka
inginkan. Hal ini dilakukan agar
otak belahan kanan dan belahan kiri
berkembang dengan seimbang.
Menurut pencetus Metode
Belajar
Quching
(quantum
teaching), Bobbi de Porter (2002)
yang berujar bahwa „ guru sebagai
penggubah keberhasilan belajar
siswa. „ Setiap individu mempunyai
gaya belajar yang berbeda-beda
tergantung dengan otak dan
lingkungannya. Lingkungan yang
diperkaya baik mental maupun fisik
memang penting, tetapi ada hal lain
yang sama pentingnya.Penelitian
yang dilakukan oleh peneliti
terkemuka dibidang otak Santiago
Ramon Y Cacal (1988) telah
menekankan
bahwa
otak
membutuhkan umpan balik dari
aktivitasnya
sendiri
untuk
pembelajaran
yang
optimal.
Individu sebagai pribadi unik
Perkembangan setiap anak sebagai
individu bersifat unik. Saufrok dan
Yussen (1972:17) menyatakan
bahwa "each us develops some
other
individuals,
and
like
individuals, and like no other
individuals."
Pernyataan
ini
maksudnya
setiap
individu
berkembang dengan masing-masing
cara, seperti semua individu yang
lain, seperti beberapa individu yang
lain dan seperti tidak ada individu
yang lain. Perkembangan itu sendiri
merupakan proses perubahan yang
kompleks, melibatkan berbagai
unsur-unsur yang berpengaruh.
Individu berkembang dalam aspek
biologis, kognitif dan psikososial.
Dalam aspek biologis beberapa
perkembangannya dapat dilihat
seperti bertambahnya tinggi badan,
dan bertambahnya berat badan.
Otak, kalenjar, dan system syaraf
juga mengalami perkembangan.
Pada aspek kognitif individu
mengalami perkembangan pada
kemampuan berpikir, kemahiran
berbahasa
dan
kemampuan
memperoleh ilmu pengetahuan
yang melibatkan aspek perasaan,
emosi, dan kepribadian. Selain pada
dua
aspek
tersebut,
aspek
psikososial individu mempunyai
keberanian, rasa percaya diri dan
ingi menolong di lingkungannya.
Sesuai dengan kosep anak sebagai
individu,
perkembangan
juga
merupakan suatu proses yang
menyeluruh. Oleh sebab itu,
individu sebagai pribadi yang unik
karena dalam perkembangannya
secara menyeluruh dan menjadi
pribadi yang utuh.
B. Pengertian
Inovasi
Pembelajaran
Menurut Susilana & Riyana
(2008:6) kata media berasal dari
bahasa latin medium yang secara
harfiah berarti, perantara atau
pengantar. Menurut Smaldino,dkk.
(2005: 6) mengatakan pengertian
media yaitu ”Media, the plural of
442
medium,
are
means
of
communication. derived from the
latin
medium
("between"), the term
refers to anything that carries
information between a source and a
receiver”. Maksudnya adalah media
merupakan sarana komunikasi yang
mengacu
pada
apapun
yang
membawa informasi antara sumber
dan penerima.Senada dengan hal di
atas, Heinich (2008: 8) mengatakan
“Mediais
a
channel
of
communication,the term refers to
anything that carries information
between a source and a receiver”.
Maksud kutipan tersebut adalah
bahwa media merupakan sarana
komunikasi antara sumber dengan
penerima.Begitu
juga
dengan
pendapat ( Criticos dalam Daryanto,
2010: 4 ) yang menyatakan bahwa
media merupakan
salah satu
komponen komunikasi, yaitu sebagai
pembawa pesan dari komunikator
menuju komunikan.
Berdasarkan
beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa media adalah segala sesuatu
benda atau komponen yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan
dari pengirim pesan ke penerima
pesan sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, dan perhatian.
Berbicara tentang media tentu sangat
luas, namun dalam hal ini kita batasi
hanya mengenai media pembelajaran
saja, yakni media yang digunakan
sebagai alat dan bahan dalam
kegiatan pembelajaran.
Sukiman
(2012:29)
mengatakan
bahwa
media
pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat
digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, minat
serta kemauan peserta didik dalam
proses belajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara
efektif. Begitu juga menurut Susilana
&
Riyana(2008:7)
media
pembelajaran
yaitu
merupakan
wadah dari pesan pembelajaran
dengan tujuan yang ingin dicapai
adalah proses pembelajaran.Dan
tidak
jauh
berbeda
media
pembelajaran menurut Azhar Arsyad
(2013: 10) adalah segala sesuatu
yang
dapat
digunakan untuk
menyampaikan
pesan
maupun
informasi dalam proses belajar
mengajar sehingga dapat merangsang
perhatian dan minat siswa dalam
belajar.
Berdasarkan
beberapa
definisi di atas, dapat diambil
kesimpulan yang terkandung dalam
pengertian
media pembelajaran
adalah:
1) Media pendidikan memiliki
pengertian fisik yang dewasa ini
dikenal
sebagai hardware
(perangkat keras), yaitu sesuatu
benda
yang
dapat
dilihat,
didengar, atau diraba dengan
panca indera.
2) Media pendidikan memiliki
pengertian non-fisik yang dikenal
sebagai
software
(perangkat
lunak), yaitu kandungan pesan
yang terdapat dalam perangkat
keras yang merupakan isi yang
ingin disampaikan kepada siswa.
3) Penekanan media pendidikan
terdapat pada visual dan audio.
4) Media pendidikan memiliki
pengertian alat bantu pada proses
belajar baik di dalam maupun di
luar kelas.
5) Media pendidikan digunakan
dalam rangka komunikasi dan
443
interaksi guru dan siswa dalam
proses pembelajaran.
6)
Media
pendidikan
dapat
digunakan secara massa (radio,
televisi), kelompok besar dan
kelompok kecil (film, slide, video,
OHP), atau perorangan (modul,
komputer, radio/kaset, video
recorder).
7) Sikap, perbuatan, organisasi,
strategi, dan manajemen yang
berhubungan dengan penerapan
suatu ilmu.
Media mempunyai peranan
yang penting dalam kegiatan belajar
mengajar. Sebagai salah satu
komponen kegiatan belajar mengajar,
media
dan
keterampilan
menggunakan media merupakan hal
mutlak yang harus dikuasai guru
dalam menunjang kegiatan belajar
mengajar.
Adapun alasan penggunaan media
pembelajaran adalah:
1) Media merupakan sumber utama
yang menunjang proses belajar
mengajar.
2) Membantu siswa memahami
konsep dan memahami pelajaran
yang dijelaskan guru.
3) Membantu guru untuk lebih
mengefektifkan proses belajar
mengajar
sehingga
tujuan
program pengajaran dapat lebih
tercapai.
4)
Media
merupakan
sarana
komunikasi antara guru dan siswa
yang
memungkinkan
pembelajaran berlangsung dalam
suasana
yang
positif
dan
merangsang siswa untuk lebih
berkembang dalam hubungan
yang interaktif.
C. Karakteristik Siswa Sekolah
Dasar
Menurut
Piaget
(dalam
Syamsu Yusuf, 2011: 6) mengatakan
bahwa tahap-tahap perkembangan
anak secara hierarkis terdiri dari
empat tahap yaitu tahap sensori
motoris (0 – 2 tahun), tahap pra
operasional (2 – 6 tahun), tahap
operasional konkret (6 – 11 tahun),
dan tahap operasi formal. Dengan
demikian, maka usia anak SD terjadi
pada tahap operasional konkret.
Tahapan
operasional
konkret
ditandai
dengan
pertumbuhan
kognitif yang luar biasa dan
merupakan tahapan formatif dalam
pendidikan sekolah, karena ini
masanya bahasa dan penguasaan
keterampilan-keterampilan
dasar
anak bertambah cepat secara
dramatis.Anak-anak
mulai
menunjukkan beberapa pemikiran
abstrak
meskipun
biasanya
didefinisikan dengan karakter atau
tindakan seperti kejujuran.
Cara berpikir anak pada tahap
ini tidak lagi didominasi oleh
persepsi; anak dapat menggunakan
pengalaman-pengalaman
mereka
sebagai acuan dan tidak selalu
bingung dengan apa yang mereka
pahami. Schunk (2012: 333). Senada
denganhal di atas, Piaget (dalam
Santrock, 2012: 329) mengatakan
bahawa pada umur 7 sampai 11
tahun anak-anak dapat melakukan
operasi konkret; mereka juga dapat
bernalar
secara
logis
sejauh
penalaran itu dapat diaplikasikan
pada contoh-contoh yang spesifik
atau konkret.
444
Sesuai dengan pendapat di
atas, anak yang berusia 7 sampai 11
tahun adalah masa operasional
konkret, yang mana mereka masih
memerlukan benda- benda atau
contoh konkret dalam memahami
segala sesuatu, termasuk dalam hal
memahami teks bacaan. Dan masa
usia 7 tahun tersebut merupakan
masa awal anak dalam memasuki
tahap operasional konkret, oleh
karena itu masa-masa itu merupakan
masa baru peralihan dari masa pra
operasional sehingga sangat perlu
penerapan
pembelajaran
yang
bersifat konkret.
Menurut Syamsu
Yusuf
(2011: 24-25) masa usia sekolah
dasar sering disebut sebagai masa
intelektual atau masa keserasian
bersekolah, pada masa keserasian
bersekolah ini secara relative, anakanak lebih mudah dididik daripada
masa sebelum dan sesudahnya. Masa
ini diperinci lagi menjadi dua fase,
yaitu sebagai berikut.
a) Masa kelas-kelas rendah sekolah
dasar. Kira-kira 6/7 tahun sampai
9/10 tahun, beberapa sifat anak
pada masa ini antara lain :sikap
tunduk
kepada
peratutanperaturan permainan tradisional,
adanya kecendrungan memuji
dirinya
sendiri,
suka
membanding-bandingkan dirinya
dengan orang lain.Pada masa ini
anak menghendaki nilai (angka
rapor) yang baik tanpa mengingat
apakah
prestasinya
memang
pantas mendapatkan nilai yang
baik atau tidak.
b) Masa kelas tinggi sekolah dasar,
kira-kira umur 9/10 tahun sampai
12/13 tahun, beberapa sifat khas
anak pada masa ini antara lain :
adanya minat terhadap kehidupan
praktis sehari-hari yang konkret,
hal
ini
meninmbulkan
kecendrungan
untuk
membandingkan
pekerjaanpekerjaan yang praktis, amat
realistis, ingin tahu, ingin belajar,
senang membentuk kelompok
sebaya, memandang nilai rapor
sebagai ukuran yang tepat
mengenai
prestasi,
senang
membentuk kelompok sebaya.
Setiap masa perkembangan ada
mempunyai
tugas-tugas
perkembangan,
tugas-tugas
ini
berkaitan erat dengan perubahan
kematangan,
persekolahan,
pekerjaan, pengalaman, dan lainlainnya sebagai prasyarat untuk
memenuhi
kebutuhan
dan
kebahagiaan hidupnya.
Havighurst (dalam Syamsu
Yusuf, 2011: 65) mengatakan bahwa
tugas perkembangan itu merupakan
suatu tugas yang muncul pada
periode tertentu dalam rentang
kehidupan individu, yang apabila
tugas itu berhasil dituntaskan akan
membawa
kebahagiaan
dan
kesuksesan dalammenuntaskan tugas
berikutnya.Senada dengan hal di
atas, Syamsu Yusuf (2011: 69-71)
mengatakantugas-tugas
perkembangan pada masa sekolah (
6,0-12,0 tahun) yaitu sebagai berikut.
1) Belajar memperoleh keterampilan
fisik untuk melakukan permainan.
2) Belajar membentuk sikap yang
sehat terhadap dirinya sendiri.
3) Belajar bergaul dengan temanteman sebaya.
4) Belajar memainkan peranan sesuai
dengan jenis kelaminnya.
5) Belajar keterampilan dasar dalam
membaca, menulis, dan berhitung.
6) Belajar mengembangkan konsep
sehari-hari.
445
7) Mengembangkan kata hati.
8) Belajar memperoleh kebebasan
yang bersifat pribadi.
9) Mengembangkan sifat yang positif
terhadap kelompok social dan
lembaga-lembaga.
Berdasarkan uraian tentang
perkembangan peserta didik tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa
peserta didik pada siswa Sekolah
Dasar berada pada tahap operasional
konkret (6/7 tahun sampai 11/12
tahun) yang masuk pada masa kanakkanak akhir dan mulai memasuki
masa
intelektual
atau
masa
keserasian bersekolah.
Menurut etimologi, inovasi
berasal dari kata innovation yang
bermakna
pembaharuan,
perubahan. Inovasi adakalanya
diartikan sebagai penemuan, tetapi
berbeda dengan penemuan dari kata
diskoveri atau invensi. Inovasi
adalah suatu ide, produk, metode
yang dirasakan sebagi sesuatu yang
baru, baik berupa hasil diskoveri
atau invensi yang digunakan untuk
tujuan tertentu. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia memberi
batasan, inovasi sebagai pemasukan
atau pengenalan hal-hal yang baru,
penemuan baru yang berbeda dari
yang sudah ada atau yang sudah
dikenal sebelumnya baik berupa
gagasan, metode atau alat (KBBI,
1990 : 330). Dari pengertian ini
diketahui bahwa inovasi adalah
suatu hal yang baru, unik dan
bermanfaat
bagi
masyarakat.
Inovasi erat kaitannya dengan
pembelajaran yang melibatkan guru
dan peserta didik.
Menurut
Hera
Lestari
Mikarsa ( 2007: 7.3 ), ada dua
istilah yang berkaitan erat dengan
pembelajaran, yaitu pendidikan dan
pelatihan.
Di
dalam
dunia
pendidikan
untuk
membentuk
kepribadian
individu
dan
dilaksanakan di sekolah, sedangkan
pelatihan
untuk
melatih
keterampilan individu dilaksanakan
di perindustrian. Makna pendidikan
dan pelatihan sebaiknya dipadukan
dan
diperoleh
arti
dari
pembelajaran bukan terbatas pada
ruang dan waktu, tetapi tergantung
pada organisasi dan komponen
yang berkaitan untuk mendidik
siswa.
Pembelajaran
juga
merupakan proses komunikatifintearktif antara sumber belajar,
guru, dan siswa yaitu saling
bertukar informasi. Gagne dan
Briggs
(1979:3)
menyatakan
pembelajaran adalah suatu system
yang bertujuan untuk membantu
proses belajar siswa, yang berisi
serangkaian
peristiwa
yang
dirancang, disusun sedemikian rupa
untuk
mempengaruhi
dan
mendukung
terjadinya
proses
belajar siswa yang bersifat internal.
Jadi pembelajaran proses dimana
guru dan siswa saling berinteraksi
untuk memperoleh pengetahuan.
Dari pengertian inovasi dan
pembelajaran tersebut maka makna
inovasi pembelajaran merupakan
metode baru yang berbeda yang
digunakan
untuk
membentuk
kepribadian
dan
melatih
keterampilan siswa agar dapat
berkembang secara optimal. Contoh
inovasi dalam pembelajaran telah
diketahui bahwa dunia anak TK
dan SD merupakan dunia bermain,
tetapi guru seringkali melupakan
hal ini. Seharusnya setiap guru
dalam
setiap
proses
pembelajarannya
menciptakan
446
suasana
yang
menyenangkan,
menggairahkan, dinamis, penuh
semangat dan penuh tantangan.
Seperti pembuatan yel-yel dan
berdoa sebelum belajar. Inovasi
dalam pembelajaran bertujuan
untuk mendapatkan suasana baru
dalam belajar dan mengoptimalkan
kemampuan siswa.
D. Konsep
Belajar
dan
Pembelajaran
Menurut
Gagne
(1984)
belajar didefinisikan sebagai suatu
proses dimana suatu organisme
berubah perilakunya akibat suatu
pengalaman.
Hakikat
belajar
sesungguhnya
adalah
proses
perubahan di dalam kepribadian
yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan,
dan
kepandaian.
Perubahan ini bersifat tetap dan
lama dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman. Belajar
yang dilakukan oleh manusia
merupakan bagian dari hidupnya,
berlangsung seumur hidup, kapan
saja dan dimana saja. Sedangkan
pembelajaran pada hakekatnya
adalah suatu interaksi antar anak
dengan anak, anak dengan sumber
belajar, dan anak dengan pendidik.
Jika pembelajaran dianggap suatu
system, berarti pembelajaran terdiri
dari sejumlah komponen yang
terorganisir antara lain tujuan
pembelajaran, strategi, metode
pembelajaran, evaluasi dan tindak
lanjut
pembelajaran.
Namun
apabila pembelajaran dianggap
suatu proses, maka rangkaian
kegiatan guru untuk membuat siswa
belajar.Konsep proses pembelajaran
dimulai
dari
merencanakan
program
pengajaran,dan
penyusunan persiapan mengajar.
Persiapan
pembelajaran
juga
mencakup kegiatan guu untuk
membaca buku-buku atau media
pembelajaran lain yang berkaitan
dengan materi belajar sisw dan
mengecek
keberfungsian
alat
peraga yang akan digunakan.
Mengkonsep pembelajaran juga
harus memahami prinsip-prinsip
belajar antara lain, prinsip kesiapan,
prinsip asosiasi, prinsip latihan, dan
prinsip akibat.
Tujuan pembelajaran akan
mudah
dicapai
jika
dalam
pembelajaran
didukung
oleh
kesiapan
guru
dalam
proses
pembelajaran.
Pelaksanaan
pemebelajaran tidak lepas dari
penggunaan media. Pemanfaatan
media
pembelajaran
dapat
mempertinggi proses belajar siswa
dalam pembelajaran, yang pada
gilirannya
diharapkan
dapat
mempertinggi hasil belajar yang
dicapainya. Ada beberapa alasan,
mengapa media pembelajaran dapat
mempertinggi proses belajar siswa.
Penggunaan
media
pembelajaran bertujuan memberikan
kemudahan kepada peserta didik
untuk lebih memahami konsep,
memberilkan pengalaman belajar
yang berbeda dan bervariasi,
menumbuhkan
sikap
dan
keterampilan tertentu dalam teknolgi
karena peserta didik tertarik untuk
menggunakan atau mengoperasikan
media tertentu, menciptakan suasana
belajar yang tidak dapat dilupakan
peserta
didik
karena
adanya
keterlibatan penuh dari siswa serta
menciptakan pembelajaran yang
interaktif dan komunikatif, Media
pembelajaran merupakan segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk
mengantarkan atau menyampaikan
447
pesan, berupa sejumlah pengetahuan,
keterampilan dan sikap- sikap kepada
peserta didik sehingga peserta didik
itu dapat menangkap, memahami dan
memiliki pesan-pesan dan makna
yang disampaikan itu.
Fungsi penggunaan media
pembelajaran secara umum yaitu
sebagai
alat
bantu
untuk
mewujudkan situasi belajar mengajar
yang efektif, bagian integral dari
keseluruhan
situasi
mengajar,
meletakakkan
dasar-dasar
yang
kongkrit dan konsep yang abstrak
sehingga
dapat
mengurangi
pemahaman yang bersifat verbalisme
, membangkitkan motivasi belajar
peserta didik dan mempertinggi mutu
belajar mengajar. Hal tersebut sesuai
dengan yang dikemukakan oleh
Levie & Lentz dalam Arsyad,
(2002:16) terdapat empat fungsi
media pengajaran yaitu:
1) Fungsi atensi
Fungsi atensi media visual
merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa
untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan
atau menyertai teks materi
pelajaran.
2) Fungsi afektif
Fungsi efektif media visual dapat
terlihat dari tingkat kenikmatan
siswa
ketika
belajar
atau
membaca teks yang bergambar.
Gambar atau lambang visual
dapat menggugah emosi dan sikap
siswa, misalnya informasi yang
menyangkut masalah sosial dan
sebagainya
3) Fungsi kognitif
Fungsi kognitif media visual
terlihat
dari
temuan-temuan
penelitian yang mengungkapkan
bahwa lambang visual atau
gambar dapat
memperlancar
pencapaian
tujuan
untuk
memahami
dan
mengingat
informasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris
Fungsi
kopensatoris
media
pengajaran terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual
yang memberikan konteks untuk
memahami teks membantu siswa
yang lemah dalam membaca
untuk
mengorganisasikan
informamsi dalam teks dan
mengingatnya kembali.
Dengan kata lain, media
pengajaran
berfunsi
untuk
mengakomodasi siswa yang lemah
dan menerima dan memahami isi
pelajaran yang disaksikan yang
disajikan dengan teks atau disajikan
secara verbal. Dipandang dari segi
peranan media dalam efektivitas
pembelajaran memegang peranan
yang sangat menentukan sebagai
salah
satu
komponen
yang
menentukan
efektivitas
dan
keberhasilan
kegiatan
belajar
mengajar.
Penggunaan dari suatu media
yaitu
untuk
membantu
guru
menyampaikan pesan-pesan secara
lebih mudah kepada peserta didik
sehingga peserta didik dapat
menguasai pesan pesan tersebut
secara cepat, dan akurat. Penggunaan
media
juga
hendaknya
dikembangkan dengan maksud agar
peserta didik yang terlibat dalam
kegiatan belajar itu terhindar dari
gejala verbalisme, yakni mengetahui
kata kata yang disampaikan guru
tetapi tidak memahami arti atau
makna.
448
Hal tersebut didukung oleh pendapat Dale yang ditunjukkan dengan
digram dalam bentuk kerucut pengalaman (Cone of Experience) pada gambar 1
Selain landasan teori di atas
ada juga landasan empiris, yaitu
temuan penelitian yang menunjukkan
bahwa terdapat interaksi antara
pengguna
media
pembelajaran
dengan karakteristik belajar siswa
dalam menentukan hasil belajar.
Artinya siswa akan mendapatkan
keuntungan yang signifikan apabila
dia belajar dengan menggunakan
media
yang
sesuai
dengan
karakteristik dan gaya belajarnya.
Levie & Levie (dalam Azhar
arsyad, 2013: 12) menjelaskan hasil
penelitiannya tentang belajar melalui
stimulus gambar dan stimulus kata
atau visual yang membuahkan hasil
belajar yang lebih baik untuk tugastugas seperti mengingat, mengenali,
mengingat kembali, menghubunghubungkan fakta dan konsep.
Dari beberapa landasan teori
di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan
media
memang
menempati posisi yang sangat
penting,
karena
dengan
memanfaatkan mediayang sesuai
dengan karakteristik dan gaya belajar
siswa, maka akan memperolehan
hasil belajar yang optimal.
Kesimpulan
Inovasi
pembelajaran
merupakan sesuatu yang penting
dan mesti dimiliki atau dilakukan
oleh
guru.
Inovasi
dengan
pembelajaran
berbasis
otak
merupakan salah satu cara yang
bisa digunakan. Otak merupakan
system syaraf yang sangat vital,
oleh karena itu otak perlu diasah
supaya
berkembang
optimal.
System pendidikan yang digunakan
sebaiknya seimbang menggunakan
dan mengasah kemampuan otak
secara seimbang.
Daftar Pustaka
Azhar Arsyad, (2013). Media
Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Daryanto, 2010. Media Pembelajaran
Perannnya sangat Penting
Dalam
Mencapai
Tujuan
Pembelajaran.
Yogyakarta:
Gava Media.
Heinich,
R.
et
al.
(2008).
Instructional
media
and
technology for learning, 7th
edition. New Jersey: Prentice
Hall, Inc.
449
Schunk. Dale. H. (2012). Learning
Theories. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Smaldino E., Sharon, Russell James.
D, Heinich Roberth and Molenda
Michael.
(2005).
Instuctional
Technology and Media for
Learning ( 8 Edition). New
Jerssey: Merill Prentice Hall.
Sukiman. (2012). Pengembangan
Media Pembelajaran. Yogyakarta:
Pedagogia.
Susilana & Riyana. (2008).
Media Pembelajaran Hakikat,
Pengembangan, Pemanfaatan,
dan Penilaian. Bandung: CV
Wacana Prima
Syamsu,
Yusuf.
(2009).
Perkembangan
Anak.
Bandung: Remaja Rosda
karya
Jensen, Eric, Brain-Based Learning.
(2008). Yogyakarta: Pustaka
Belajar Udin Syaefudin,
2009, Inovasi Pendidikan,
Bandung: Alfabeta.
450
Download