BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Biro Riset Ekonomi Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter menyebutkan perekonomian dunia dihadapkan pada satu babak baru yaitu runtuhnya stabilitas ekonomi global yang ditandai dengan meluasnya krisis finansial ke berbagai negara menjelang akhir triwulan III tahun 2008. Krisis keuangan dunia tersebut telah berimbas ke perekonomian Indonesia, sebagaimana tercermin dari gejolak di pasar modal dan pasar uang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada bulan Desember 2008 ditutup pada level 1.355,4, terpangkas hampir separuhnya dari level pada awal tahun 2008 sebesar 2.627,3, bersamaan dengan jatuhnya nilai kapitalisasi pasar dan penurunan tajam volume perdagangan saham. Kinerja saham yang outperform terkoreksi menjadi terpuruk, bahkan dalam press release International Monetary Fund (IMF) menyebutkan krisis 2008 sebagai the biggest financial shock since the Great Depression. Menurut Indonesia Commercial Newsletter, kinerja pasar modal Indonesia membaik di awal triwulan I tahun 2009 yang disebabkan oleh pertumbuhan kinerja eminten pasar domestik. Pertumbuhan ini yang menarik investor asing untuk menginvestasikan dananya di Indonesia, sehingga perdagangan di pasar modal kembali dan nilai IHSG terus meningkat. Pertumbuhan nilai IHSG dan aliran masuk modal asing dapat dilihat di Gambar 1. Laporan Market Intelligence menjelaskan optimisme perbaikan kondisi bursa terlihat dari rencana 19 perusahaan untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) pada tahun 2009. 1 Untuk lebih mengaktifkan perdagangan saham, maka perusahaan perlu melakukan aksi korporasi dalam menarik investor. Aksi korporasi merupakan aktivitas emiten atau perusahaan yang mempengaruhi jumlah saham yang beredar dan harga di pasar. Beberapa contoh aksi korporasi yang mempengaruhi harga saham adalah pemecahan saham (stock split), penggabungan saham (reverse split), right issue, dan pembelian kembali saham (buy back). Informasi aksi korporasi ini akan mempengaruhi keputusan investor dalam perdagangan saham di pasar modal. Sumber: Master Plan Pasar Modal Dan Industri Keuangan Non Bank 2010-2014 Gambar 1. 1 Nilai IHSG dan Aliran Masuk Modal Asing untuk Tahun 2008 dan 2009 Pemecahan saham adalah salah satu aksi korporat yang dipilih oleh perusahaan untuk menarik minat investor. Secara sederhana Marwata (2000) dalam Mulyanto (2006) menjelaskan pemecahan saham berarti memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Pemecahan saham mengakibatkan 2 bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar tanpa ada transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal. Harga per lembar saham baru setelah pemecahan saham adalah sebesar 1/n dari harga sebelum pemecahan. Dalam pemecahannya, perusahaan dapat melakukan pemecahan saham naik (split – up), dimana jumlah saham beredar meningkat dan nilai saham menurun sesuai split factor 1:2, 1:3, dan sebagainya; pemecahan saham turun (split – down), dimana jumlah saham beredar menurun dan nilai saham meningkat sesuai split factor 2:1, 3:1, 10:1 dan sebagainya. Menurut Grinblatt et al. (1984), secara umum pemecahan saham dianggap sebagai kosmetik yang tidak akan mempengaruhi arus keluar-masuk uang, karena hanya memecah saham menjadi sejumlah saham dan mengurangi harga perdagangan saham tanpa mengubah kekayaan pemegang sahamnya dan komposisi kepemilikan. Oleh sebab itu, pemecahan saham dapat menimbulkan efek fatamorgana bagi pemegang saham, yaitu pemegang saham seolah-olah menjadi lebih makmur dari sebelumnya. Beberapa alasan yang mendorong perusahaan melakukan pemecahan saham, antara lain pertama, terkait memberi informasi baru dan kedua, terkait likuiditas saham seperti mencapai harga saham yang optimal atau berada pada rentang perdagangan optimal, mencapai tick-size optimal, memotivasi penyebaran kepemilikan saham, dan memberi informasi baru mengenai kondisi fundamental perusahaan kepada pasar (Kalay dan Kronlud, 2009). Dengan kata lain pemecahan saham akan membuat harga saham menjadi lebih rendah dari harga sebelumnya, 3 menyejajarkan harga saham perusahaan dengan harga saham perusahaan lain sejenisnya atau perusahaan lain yang memiliki kesamaan karakteristik, membentuk harga saham yang lebih wajar. Harga saham perusahaan yang meningkat terus-menerus dinilai tinggi dan tidak terjangkau oleh investor individu atau investor kecil. Oleh sebab itu, perusahaan melakukan pemecahan saham sebagai upaya menstabilkan harga dengan mendorong investor besar menjual sahamnya dan menarik investor individu membeli saham dengan frekuensi perdagangan yang lebih tinggi. Penelitian Dash dan Gouda (2005) pada pasar modal India menyimpulkan adanya peningkatan nilai parameter volatilitas, seperti bid-ask spread, volume perdagangan, dan volatilitas harga saham, sesudah pemecahan saham di pasar modal India. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Pavabutr dan Sirodom (2008) pada pasar modal Thailand menghasilkan kesimpulan penurunan harga dapat mengurangi friksi perdagangan seperti bid-ask spread, sehingga meningkatkan frekuensi perdagangan, sehingga membawa saham pada rentang optimal. Bahkan menurut Lakonishok dan Lev (1987) menyatakan penyesuaian harga ke rentang optimal juga diikuti oleh saham-saham di pasar modal yang sama. Penelitian Yillmaz (2003) menghasilkan kesimpulan berbeda dengan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya. Likuiditas saham, yang ditandai dengan volume saham ang diperdagangkan, ditemukan menurun sesudah pemecahan saham. Penelitian Yillmaz sejalan dengan hasil dari penelitian 4 Copeland (1979) yang menemukan bahwa likuiditas mengalami penurunan setelah pemecahan saham, yaitu volume perdagangan menjadi lebih rendah dibandingkan sebelumnya, dan bid-ask spread juga lebih tinggi dari pada sebelumnya. Pemecahan saham tidak hanya berkaitan dengan likuiditas, namun pemecahan saham sering digunakan perusahaan untuk memberi sinyal positif bahwa perusahaan memiliki prospek masa depan yang baik. Prospek baik ditunjukan baik dalam bentuk pembayaran dividen maupun return yang mungkin didapat investor dari perdagangan saham. Fama, et al. (1969) menemukan bahwa adanya abnormal return 30 hari sebelum pengumuman pemecahan saham, namun tidak ditemukan adanya abnormal return pada hari pengumuman dan hari-hari setelah pengumuman. Sementara itu, Charest (1978) dalam Hartono (2010) menemukan bahwa abnormal return hanya terjadi sehari setelah pemecahan saham diusulkan. Hasil penelitian Grinblatt et al. (1984) menyatakan adanya return positif pada saat pengumuman pemecahan saham, dimana hal ini sebagai sinyal positif atas prospek perusahaan atau setidaknya tidak menurun. Gueyie et al. (2007), Aduda dan Caroline (2010) menemukan adanya rata-rata return yang positif sebagai respon terhadap pemecahan saham. Hasil penelitian yang telah dikemukakan berbeda dengan penelitian Mulyanto (2006) dan Hendrawijaya (2009) pada pasar modal Indonesia menghasilkan pengumuman pemecahan saham tidak memberi abnormal return positif kepada investor. 5 I.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dikemukakan dapat diketahui gap penelitian dan variabel yang belum diuji sebagai berikut: 1. Peneliti melihat adanya ketidakkonsistenan dari hasil penelitian terdahulu antara pengumuman keputusan pemecahan saham dengan abnormal return dan abnormal trading volume activity Khusus kedua hal di atas, kebanyakan penelitian di pasar modal Indonesia mengambil periode jendela pada saat pengumuman pelaksanaan pemecahan saham, bukan pada saat pengumuman keputusan pemecahan saham RUPS/RUPS-LB. Pada saat RUPS/RUPS-LB perusahaan sudah mengumumkan keputusan pemecahan saham, sehingga pasar dapat menilai nilai informasi dan memberi respon terhadapnya. 2. Peneliti melihat masih sedikit penelitan yang membahas hubungan split factor dengan abnormal return dan abnormal trading volume, terutama untuk pasar modal Indonesia. I.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini dilakukan untuk memberi jawaban atas pertanyaan: 1. Apakah terdapat abnormal return yang positif dan signifikan di seputar pengumuman keputusan pemecahan saham dalam RUPS/RUPS-LB selama periode jendela? 6 2. Apakah terdapat abnormal trading volume activity yang positif dan signifikan di seputar pengumuman keputusan pemecahan saham dalam RUPS/RUPS-LB selama periode jendela? 3. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara split factor dengan abnormal return? 4. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara split factor dengan abnormal trading volume activity? I.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis adanya abnormal return yang positif dan signifikan di seputar pengumuman keputusan pemecahan saham dalam RUPS/RUPS-LB selama periode jendela. 2. Menganalisis adanya abnormal trading volume activity yang positif dan signifikan di seputar pengumuman keputusan pemecahan saham dalam RUPS/RUPS-LB selama periode jendela. 3. Menganalisis hubungan split factor dengan abnormal return. 4. Menganalisis hubungan split factor dengan abnormal trading volume activity. 7 I.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat umum yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi praktisi (investor): Penelitian ini dapat memberi gambaran mengenai hubungan abnormal return dan abnormal trading volume activity di seputar pengumuman keputusan pemecahan saham dan hubungan split factor dengan abnormal return dan abnormal trading volume activity, sehingga membantu investor dalam merespon pengumuman tersebut. 2. Bagi perusahaan yang akan melakukan pemecahan saham: Penelitian ini dapat memberi gambaran mengenai respon investor dalam meyikapi kemungkinan abnormal return dan abnormal trading volume activity dengan pengumuman keputusan pemecahan saham dan memberi masukan besarnya split factor yang akan menarik investor untuk meresponi pengumuman tersebut. 3. Bagi akademisi: Penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dan pandangan mengenai rsepon investor terhadap pengumuman keputusan pemecahan saham. Penelitian ini dapat dijadikan dasar penulisan berikut baik untuk tema serupa maupun pengembangannya. I.6 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di pasar modal Indonesia dan mengumumkan keputusan pemecahan saham dalam RUPS/ 8 RUPS-LB yang dilakukan di tahun 2009 – 2012. Penelitian ini mengidentifikasi abnormal return, abnormal trading volume activity dan split factor. I.7 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, maka disusunlah sistematika penulisan yang berisi tentang hal-hal yang dibahas dalam tiap bab sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta ruang lingkup penelitian. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menguraikan pustaka dan penelitian sebelumnya mengenai pemecahan saham, teori motivasi, dan variabel-variabel yang digunakan dalam pemelitian ini. Bab ini digunakan sebagai landasan penelitian, desain penelitian, dan hipotesis. BAB III. METODE PENELITIAN Bab ini akan menguraikan tentang desain penelitian, desain operasional penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data dan instrument penelitian, seta metode analisis yang digunakan untuk mengolah data. 9 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan deskripsi obyek penelitian, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil pengujiannya. BAB V. SIMPULAN Bab ini akan menyimpulkan hasil penelitian dan menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini juga menjelaskan batasan yang ada di penelitian ini dan memberi saran bagi peneliti selanjutnya. 10