BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar HIV
1. Defenisi HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia sehingga rentan terkena penyakit. Bila sudah terkena
penyakit-penyakit maka dikatakan AIDS atau kumpulan gejala-gejala yang
disebabkan karena penurunan kekebalan tubuh oleh HIV (Permenkokesra,
2007). Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) pertama kali dikenal pada
tahun 1981 sebagai penyakit baru pada pria homoseksual dan pengguna obat
intravena di New York, San Fransisko dan Los Angeles pada tahun 1979-1980
(Nasronudin, 2007).
Penyakit ini dikategorikan kronis karena waktu terserangnya dan muncul gejalagejala penyakit lama, bisa beberapa tahun baru muncul. Kemudian tanda dan
gejalanya tidak begitu jelas, terapi yang diberikan bukan untuk menyembuhkan
tetapi mengobati gejala serta penyakit penyertanya, bukan penyakit HIV nya dan
memperlambat degenerasinya serta perjalanan penyakit yang tidak menentu dan
tidak terbatas waktunya (Igumbor,2010).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia. Pada dasarnya, HIV adalah jenis parasit obligat yaitu
virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. HIV menyerang sel
darah putih yang bertugas menangkal infeksi yang biasa disebut “sel T-4” atau
“sel CD-4”. Seperti virus-virus lainnya HIV hanya mampu memperbanyak
dirinya di dalam sel dari orang yang terinfeksi. Walaupun virus-virus tersebut
mengandung zat genetik untuk membuat virus baru, namun mereka kekurangan
perlengkapan untuk melakukannya. Berbeda dengan virus lainnya, zat genetik
7
8
ini menjadi bagian dari zat genetik sel yang dihuninya. Ketika sel inang yang
terinfeksi melakukan pembelahan, setiap sel baru yang terbentuk sudah
mengandung materi genetik HIV. Oleh sebab itu, HIV membangun infeksi yang
permanen. Ketika sel-sel yang terinfeksi ini terangsang, mereka akan
memproduksi virus-virus baru.
HIV di Indonesia pertama kali ditemukan di Bali tahun 1987. Menurut
Nasronudin (2007), sejak tahun 1999 terjadi fenomena baru penyebaran HIV,
transmisi penularan virus melalui kontak antar darah terutama pada pengguna
narkotika intravena atau Intravenous Drug User (IDU). Pada tahun 2000 terjadi
peningkatan penyebaran pandemi HIV secara nyata melalui pekerja seks di
Indonesia dan penggunaan narkoba suntik IDU (Injecting Drug User)
(Nursalam, 2009 dan Nasronudin, 2007).
Mathers and Loncar (2006) menyatakan bahwa berdasarkan proyeksi penyebab
kematian penduduk dunia tahun2013, secara umum kematian akibat penyakit
menular semakin menurun, tetapi kematian karena HIV/AIDS terus meningkat.
Seberapa besar peningkatannya, sangat tergantung pada seberapa besar akses
masyarakat terhadap obat antivirus dan seberapa besar peningkatan upaya
pencegahan penularan HIV/AIDS yang dilakukan. Strategi pencegahan
HIV/AIDS yang efektif bisa dilakukan apabila faktor risiko utama penularan
HIV/AIDS telah diidentifikasi dengan baik.
Faktor-faktor risiko penularan HIV/AIDS sangat banyak, tetapi yang paling
utama adalah faktor perilaku seksual. Faktor lain adalah penularan secara
Mandala of Health. Volume 4, Nomor 2, Mei 2010 Laksana, Faktor Risiko
Penularan AIDS 114 parenteral dan riwayat penyakit infeksi menular seksual
yang pernah diderita sebelumnya. Perilaku seksual yang berisiko merupakan
faktor utama yang berkaitan dengan penularan HIV/AIDS. Partner seks
9
yangbanyak dan tidak memakai kondom dalam melakukan aktivitas seksual
yang berisiko merupakan faktor risiko utama penularan HIV/AIDS.
Apabila seseorang positif tertular HIV/AIDS merupakan persoalan besar karena
sampai sekarang penyakit AIDS belum ada obatnya dan belum ada vaksin yang
dapat mencegah serangan virus HIV. Hal tersebut didukung oleh Sarafino yang
mengungkapkan bahwa sekarang tidak ada obat untuk menyembuhkan AIDS.
Penyembuhan medis, mempercayakan pada obat yang sangat mahal yang
disebut dengan Azidothymidine (AZT, yang juga disebut dengan zidorudine)
yang dapat memperlambat pertumbuhan virus HIV. Tetapi obat tersebut tidak
dapatmenyembuhkan penyakit yang ada di tubuh saat terkena AIDS (Osborn &
Young dalam Sarafino, 1994).
HIV dapat menyerang siapa saja, orang yang terinfeksi virus HIV akan menjadi
pembawa dan penular virus HIV selama hidupnya, selain hal yang diuraikan
tersebut, orang dengan HIV/AIDS masih mendapat stigma dan perlakuan
diskriminasi oleh masyarakat. Mengidap HIV/AIDS di Indonesia dianggap aib,
sehingga dapat menyebabkan tekanan psikologis terutama padapenderitanya
maupun pada keluarga dan lingkungan disekeliling penderita (Nursalam &
Kurniawati, 2007).
Ketakutan tertular AIDS karena penyakit tersebut sering dikaitkan dengan
homoseksual dan pemakaian narkoba di negara yang sedang berkembang,
penderita AIDS dan keluarganya beserta juga pacarnya sering merasa stigmatis
(Flaskerud dkk (dalam Sarafino, 1994). Pengalaman mengalami suatu penyakit
akanmembangkitkan berbagai perasaan dan reaksi stres, frustasi, kecemasan,
kemarahan, penyangkalan, rasa malu, berduka, dan ketidakpastian dengan
adaptasi terhadap penyakit (Nursalam & Kurniawati, 2007).
10
Orang yang mengidap HIV/AIDS di Indonesia disebut dengan ODHA (Orang
Dengan HIV/AIDS). Banyak ODHA tertular HIV/AIDS dikarenakan perilaku
mereka beresiko tinggi tertular HIV/AIDS. Perilaku resiko tinggi tertular AIDS
adalah perilaku seseorang yang berbahaya adalah meliputi perpindahan air mani
yang dilakukan melalui aktivas seksual-lewat vagina, oral atau analpersetubuhan. Ataupun aktivitas yang yang melibatkan perpindahan transfusi
darah, dapat melalui aktivitas seksual, transfusi darah atau berbagi jarum suntik
dengan orang lain Curtis dkk (dalam Seligson & Peterson, 1992). Hal tersebut
dapat mengakibatkan kecemasan pada WPS (Wanita Penjaja Seks).
HIV ditularkan melalui darah, cairan sperma dan vagina, dan dari ibu ke anak
Melaui darah yaitu dengan bergantian jarum suntik dengan penderita HIV,
tranfusi darah dari darah yang mengandung HIV, alat tato atau alat tindik
bergantian dengan bekas penderita HIV/AIDS. Melalui cairan sperma dan
vagina dengan cara hubungan seks, apakah itu heteroseks atau homoseks.
Sedangkan dari ibu ke anak yaitu dengan cara melalui tali plasenta ibu dengan
janin, proses persalinan normal dan menyusui bayi (Corwin, 2009).
2. Penyebab HIV
HIV Human immunodefiency virus di anggap sebagi virus penyebab AIDS, virus
ini termasuk dalam famili retroviridae.retroviridae ini telah menarik perhatian
para ilmuwan selama tiga dekade ini dan berbagai penelitian telah
dikembangkan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap timbulnya kanker dan
gangguan pada sistem imun. Nama retroviridae atau retrovirus diberikan pada
jenis virus ini karena kemampuannya yang unik mentransfer informasi genetik
mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzimyang disebut dengan
reverse transcriptase cara ini merupakan kebalikan dari proses transkripsi (dari
DNA ke RNA) dan translasi (dari RNA ke protein) pada umumnya.S
11
3. Gejala HIV
Seorang dewasa dianggap menderita HIV jika menunjukkan tes HIV positif
dengan stateri pemeriksaan yang sesuai dan sekurang-kurangnya didapatkan 2
gejala mayor yang berkaitan dengan 1 gejala minor, dan gejala ini bukan
disebabkan oleh keadaan-keadaan yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV atau
ditemukan sarcoma kaposi atau pneumonia yang mengancam jiwa berulang
(Natoatmodjo,2007)
a. Gejala Mayor
Gejala mayor pada penyakit HIV adalah: (1) Berat badan menurun > 10%
dalam 1 bulan, (2) Diare kronik yang berlangsung >1 bulan, (3) Penurunan
kesadaran atau gangguan neurologi, (4) Dimensia/ensefalopati HIV.
b. Gejal Minor
Gejala minor pada penyakit HIV adalah: (1) Batuk menetap > 1 bulan, (2)
Gatal Herpes zoster berulang, (3) Candidosis orofaring (4) Herpes simplek
kronis progresisf, (5) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
(Notatmodjo,2007).
4. Penularan HIV
HIV hanya dapat ditemukan di darah, cairan mani, cairan vagina, dan air susu
ibu (ASI). Wartono, Maryati, dan Subandrio (1999) menyebutkan bahwa
penularan hanya terjadi jika ada salah satu cairan tersebut yang telah tercemar
HIV masuk ke dalam aliran darah seseorang. HIV tidak dirularkan melalui
cairan tubuh lain seperti air mata, keringat, air seni, tinja; kontak pribadi seperti
ciuman bibir, pelukan, berjabat tangan, kontak sosial sehari-hari misalnya
sewaktu kerja, di sekolah, bioskop, restoran, dan semua; air atau udara misalnya
bersin, batuk, berenang dikolam yang sama pengidap HIV; dan serangga
misalnya gigitan nyamuk atau serangga lainnya (Santrock,2003).
12
Mansjoer et.all (2000), menjelaskan cara penularan HIV/AIDS melalui
hubungan seksual, melalui darah, yaitu dengan transfusi darah yang
mengandung HIV, tertusuk jarum yang mengandung HIV, terpapar mukosa
yang mengandung HIV dan HIV juga ditularkan dari ibu ke anak melalui
persalinan, selama kehamilan dan melalui air susu ibu (ASI).
Menurut Umar Zein,(2007) penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara,
yaitu : hubungan seksual, kontak dengan darah atau sekret yang mengandung
HIV, ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan dan pemberan ASI (Air
Susu Ibu)
a. Seksual penularan melalui hubungan heteroseksual adalah paling dominan
dari semua cara penularan, penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi
selama sanggama laki-laki dengan perempuan. Senggama berarti kontak
seksual dengan penetrasi vaginal, anal (anus/ dubur), oral ( mulut ) antara
dua induvidu. Resiko penetrasi vagianal atau anal yanng tak terlindung dari
induvidu yang terinfeksi HIV. Kontak seksual langsung mulut ke penis
(zakar) atau mulut ke vagiana, merupakan resiko rendah tergantung pada
jumlah virus yang keluar masuk ke dalam tubuh seseorang melalui “ pintu
masuknya”, seperti adanya luka kecil pada alat kelamin, mulut, gusi, dan
atau penyakit gigi dan mulut yang diderita.
b. Melalui tranfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan HIV
c. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk
ke dalam tubuh yanng terkontaminasi dengan HIV, seperti jarum tato atau
pada pengguna narkotik suntik secara bergantian. Bisa juga terjadi ketika
melakukan prosedur tindakan medik atau pun terjadi sebagai kecelakaan
kerja ( tidak sengaja ) bagi petugas kesehatan.
13
d. Melalui transplantasi organ pengidap HIV
e. Penularan dari ibu ke anak kebanyakan infeksi HIV pada anak di dapat dari
ibunya saat ia dikandung, dilahirkan, dan sesudan lahir, resiko penularan
tanpa intervensi sangat bevariasi pada suatu negara dengan negara lain
negaranya, dan umumnya diperkirakan antara 25-40% di negara berkembang
dan 16-20% di negara maju ( Eropa dan Amerika ).
Umar Zain,(2007) juga mengatakan berdasarkan cara penularan virus HIV,
maka kelompok resiko tinggi tertular HIV: (1) Pasangan seksual pengidap HIV
(2) Pecandu narkoba suntik dan pasangan seksualnya (3) Wanita pekerja seks
(WPS) dan pelanggannya, serta pelanggan lannya. (4) Waria sebagai pekerja
seks dan pelanggannya (5) Petugas kesehatan yang berhubungan dengan darah
dan sekret penderita infeksi HIV (6) Penerima tranfusi darah dan produk darah
(7) Janin yang dikandung oleh ibu yang terhidap HIV.
5. Pencegahan HIV
Pencegahan HIV berdasarkan sumber dari komisi penangulangan AIDS (2011),
dapat dilakukan melalui upaya sebagai berikut:
a. Pencegahan dalam hubungan seksual dapat dilakukan dengan megadakan
hubungan seksual dengan jumlah pasangan yang terbatas, memilih pasangan
seksual yang mempunyai resiko rendah terhadap infeksi HIV, dan
memperaktikkan seks yang aman yakni menggunakan kondom secara tepat
dan konsisten selama melakukan hubungan seksual (Komisi penanggulangan
AIDS.2011).
b. Pencegahan penularan melalui darah dapat dilakukan dengan menghindari
tranfusi darah yang tidak jelas asalnya, sebaiknya dilakukan skrining setiap
donor darah yang akan menyambungkan darahnya dengan memeriksa darah
tersebut antibodi HIV. Selain itu, hindari pemakaian jarum bersama seperti
14
jarum suntik, tindik, tato atau alat lainyang dapat melukai kulit. Penggunaan
alat suntik dalam sistem pelayanan kesehatan juga perlu mendapatkan
pengawasan ketat agar setiap alat suntik dan alat lainnya yang dipergunakan
selalu dalam keadaan steril. Petugas kesehatan yang merawat penderita
AIDS hendak nya mengikuti universal precaution. Semua petugas kesehatan
diharapkan berhati-hati dan waspada untuk mencengah terjadinya luka yang
disebabkan oleh jarum, pisau bedah, dan peralatan yang tajam (Komisi
penanggulangan AIDS,2011)
Pencengahan penularan dari ibu ke anak dapat dilakukan memalui tiga cara
antara lain sewaktu hamil dengan mengkonsumsi obat antiretroviral (ARV), saat
persalinan dengan menggunakan prosedur operasi caesar, dan saat menyusui
menghindari pemberian ASI yakni dengan memberikan susu formula ( komisi
penanggulangan AIDS,2011).
B. Konsep Dasar Pengetahuan
1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, raba,.
Sebagian pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan dan kognitif merupakan
terbentuknya
tindakan
seseorang.
domain yang sangat penting untuk
Meningkatnya
pengetahuan
dapat
menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang, pengetahuan juga
membentuk kepercayaan seseorang serta sikap terhadap suatu hal. Perilaku yang
didasari pengetahuan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari
pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti
segala sesuatu yg diketahui, kepandaian atau segala
sesuatu yg diketahui
15
berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan suatu ilmu. Pengetahuan
merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi perilaku dan keyakinan
seseorang, selain itu kemampuan kognitif membentuk cara berfikir seseorang,
meliputi kemampuan untuk mengerti faktor-faktor yang berpengaruh dalam
kondisi sakit dan praktek kesehatan personal. Semakin tinggi pengetahuan
seseorang maka akan semakin besar pula keinginannya untuk fasilitas kesehatan
(Potter dan Perry, 2005).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Pengetahuan seseorang
tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek
negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap
makin positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (World Health
Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007).
Salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman sendiri. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan yaitu:
a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifk dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
16
b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
untukmenjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application) Aplikasi diarttikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya).
d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (syntesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap sutu materi atau objek.
2. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan sepanjang sejarah
dapat
dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara yang telah digunakan untuk
memperoleh kebenaran, yaitu :
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1) Cara Coba-Coba Salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan dan bahkan
mungkin sebelum adanya peradapan yang dilakukan
menggunakan kemungkinaan yang lain sampai masalah
dipecahkan.
dengan
dapat
17
2) Cara Kekuasaan Atau Otoriter
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang punya otoriter, tanpa terlebih dahulu
membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun
berdasarkan masa lalu.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapkan pada masa lalu.
4) Melalui Jalan Pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan
jalan pikiran, baik melalui induksi yaitu pembuatan kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum maupun deduksi yaitu
pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang
khusus.
b. Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan.
Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut
metodologi penelitian.
3. Sumber-sumber pengetahuan
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya dari mana
pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan didapat. Dalam hal ini ada
beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain :
18
a. Empirisme
Kata ini berasal dari kata yunani empeirikos, artinya pengalaman yang
dimaksud adalah inderawi yang bersifat parsial. Itu disebabkan oleh adanya
perbedaan antara indera yang satu dengan yang lainnya. Menurut John
Locke (1632-1704), bapak empiris britania mengemukakan teori tabula rasa
maksudnya ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan,
lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki
pengetahuan.
b. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan.
Menurut Descartes seorang pelopor rasionalisme berusaha menemukan suatu
kebenaran yang tidak dapat diragukan lagi, kebenaran itu, menurutnya
adalah dia tidak ragu bahwa ia ragu. Menurut Spinoza memberikan
penjelasan yang lebih mudah dengan menyusun system rasionalisme atau
dasar ilmu ukur dan dalil ilmu ukur merupakan dalil kebenaran yang tidak
perlu dibuktikan lagi.
c. Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang
tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan
kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi)
memerlukan suatu usaha, ia juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu
pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi.
d. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh allah kepada manusia
lewat perantaraan para nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari tuhan
tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk
memperolehnya. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak tuhan semesta.
19
Tuhan mensucikan jiwa mereka dan diterangkannya pula jiwa mereka untuk
memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu (Bakhtiar, 2012).
4. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan isi materi yang ingin diatur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingi kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan
dengantindakan-tindakan diatas (Notoatmodjo,2007)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain:
a. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek
psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada
empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi,
hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat
pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir
seseorang semakin matang dan dewasa.
b. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri
bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka
menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan
yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah,
akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan
informasi dan nilai-nilai baru diperkenalkan.
20
c. Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan
pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang
atau kelompok. Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang berpikiran
luas maka pengetahuannya akan lebih baik daripada orang yang hidup di
lingkungan yang berpikiran sempit.
e. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
f. Informasi
Informasi merupakan sebuah pesan dari pengirim kepada penerima,
informasi ini sangat diperlukan dalam rangka menciptakan pemikiran, hal
yang baru, ide, kreatifitas dan isu yang terbaru dalam hal dunia. Bila
seseorang kurang memiliki informasi yang baru maka orang tersebut akan
mengalami keterbelakangan dalam kehidupanya. Dan kemajuan yang
dimiliki akan tidak tumbuh dengan baik.
g. Kebudayaan
Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai
budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin
masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan.
21
h. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang
baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman
terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul
kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif dan
juga merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh
kebenaran dan pengetahuan.
C. Konsep Dasar Remaja
1. Definisi Remaja
Remaja adalah masa transisi antara masakanak-kanak dan dewasa, dimana
terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seksual sekunder, tercapainya fertilitas, dan
terjadi perubahan-perubahan psikologi dan kognitif. Untuk tercapainya tumbuh
kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya (Soetjioningsih,
2007). Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari
bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan (Ali, 2009).
Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan usia antara masa kanakkanak dan dewasa dan sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga perlu
dipersiapkan sejak dini (Romauli, 2009). Masa remaja disebut juga masa
adolescence (tumbuh menjadi dewasa). Masa remaja ditandai oleh masa
pubertas yaitu waktu seorang perempuan mampu mengalami konsepsi yaitu
menstruasi / haid pertama, dan adanya mimpi basah pada anak laki-laki. Pada
masa
tersebut
kematangan
(menghasilkan
remaja
organ
mengalami
seksual
keturunan)
(Moersintowati, 2002).
perkembangan
mulai
berfungsi,
maupun
rekresi
seksual
baik
untuk
(mendapat
diantaranya,
reproduksi
kesenangan)
22
Masa renaja adalah masa yang penuh dengan gejolak atau masa yang penuh
dengan pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang bersifat sexual termasuk
pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk
mengisi kehidupan mereka kelak. Masa remaja atau pubertas merupakan masa
transisi dalam kehidupan seseorang sebab pada fase ini akan mengalami
perubahan kehidupan dari anak menuju dewasa ini ditandai dengan perubahan
yang sangat nyata dalam hal perubahan fisik pertumbuhan faal yang terlebih
emosional ( Robert, 2004)
Rasa ingin tahu dari remaja kadang-kadang kurang disertai pertimbangan,
rasional dan pengetahuan yang cukup akan akibat lanjut dari suatu perbuatan.
Daya tarik persahabatn antar kelompok rasa ingin tahu dianggap sebagai
manusia dewasa kurangnya control dari orang tua berkembangnya naluri seks
akibat matangnya alat-alat kelamin sekunder, kurangnya informasi mengenai
seks dari pendidikan juga orang tua serta berkembangnya informasi seks dan
media masa yang tidak sesuai dengan norma yang dianut menyebabkan
keputusan yang diambil mengenai masalah cinta dan seks begitu komplek dan
menimbulkan
gesekan-gesekan
dengan
orang
tua
dan
lingkungan
(Maslow,2004).
Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan
relative belum mencapai kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus
menghadapi tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan (Iskandar,1997).
Menurut WHO batasan usia remaja umur 12-24 tahun BKKBN remaja 10-19
tahun. Secara umum masa remaja dibagi menajdi dua bagian yaitu 1). Masa
remaja awal kira-kira 13-16 tahun 2). Masa remaja akhir berlangssung kira-kira
umur 17-19 tahun. Pada umumnya masa remaja memiliki ciri-ciri psikologis
seperti suka protes terhadap orang tua, pre okufase dengan badan sendiri, emosi
tidak stabil, masa ingin tahu dengan masalah seks dan sexualitas tinggi dan
perilaku sangat labil dan berubah-ubah. Adapun ciri-ciri perubahan fisik remaja
23
putri adalah bertambahnya tinggi badan dengan cepat, pinggul melebar, buah
dada membesartumbuh rambut halus pada ketiak dan kemaluan, suara menjadi
lembut dan terjadi haid.
2. Perkembangan Pada Remaja
Menurut Widiastuti (2009) berdasarkan sifat atau ciri-ciri perkembangan masa
(rentang waktu) remaja ada tiga yaitu :
a. Masa Remaja awal (10-12 tahun)
1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya
2) Tampak dan merasa ingin bebas
3) Tampak
dan
memang
lebih
banyak
memperhatikan
tubuhnyadan mulai berpikir yang khayal (abstrak)
b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)
1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri
2) Ada keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan jenis
3) Timbul perasaan cinta yang mendalam
4) Kemampuan berpikir abstrak (mengkhayal) makin berkembang
5) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seks
c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)
1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri
2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
4) Dapat mewujudkan perasaan cinta
5) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak
keadaan
24
3. Tujuan Perkembangan Remaja
a. Perkembangan Pribadi yaitu :
1) Keterampilan kognitif dan nonkognitif yang dibutuhkan agar dapat
mandiri secara ekonomi maupun mandiri dalam bidang-bidang pekerjaan
tertentu.
2) Kecakapan dalam mengelola dan mengatasi masalah-masalah pribadi
secara efektif
3) Kecakapan-kecakapan sebagai seorang pengguna kekayaan cultural dan
peradaban bangsa
4) Kecakapan untuk dapat terikat dalam suatu keterilibatan yang intensif
pada suatu kegiatan.
b. Perkembangan Sosial yaitu :
1) Pengalaman bersama pribadi-pribadi yang berbeda dengan dirinya, baik
dalam kelas social, subkultur, maupun usia
2) Pengalaman dimana tindakannya dapat berpengaruh dengan orang lain
3) Kegiatan saling tergantung yang diarahkan pada tujuan-tujuan bersama
(interaksi kelompok).
25
4. Masa Teransisi Remaja
Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa transisi
tersebut menurut Gunarsa (1978) dalam disertasi PKBI (2000) adalah sebagai
berikut:
a. Transisi fisik berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh.
Bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum
sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini menyebabkan
kebingungan peran, didukung pula dengan sikap masyarakat yang kurang
konsisten.
b. Transisi dalam kehidupan emosi
Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan
peningkatan kehidpan emosi. Remaja sering memperlihatkan ketidakstabilan
emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat tersinggung, melamun, dan
sedih, tetapi disisi lain akan gembira,tertawa, ataupun marah-marah.
c. Transisi dalam kehidupan sosial
Lingkungan social anak semakin bergeser keluar dari keluarga, dimana
lingkungan teman sebaya mulai memegang peran penting. Pergeseran ikatan
pada teman sebaya merupakan upaya remaja untuk mandiri (melepaskan
ikatan dengan keluarga).
d. Transisi dalam nilai-nilai moral
Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilainilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai-nilai
yang diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai sendiri.
e. Transisi dalam pemahaman
Remaja mengalami perkembangan kognitif yang pesat sehingga mulai
mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
26
D. Kerangka Konsep Penelitian
Skema 2.1
Kerangka konsep penelitian
Pengetahuan Remaja
Pencengahan dan
Penularan HIV
E. Hipotesis Penelitian
Ha : Adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja dengan
pencegahan penularan HIV setelah dilakukan penelitian di SMA Negeri
2Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues.
Download