BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu bagian dari fungsi ilmu manajemen yang sangat penting bagi perusahaan. Salah satu bagian dari ilmu manajemen yaitu ditujukan terhadap kegiatan atau keputusan yang harus diambil dalam bidang keuangan yang bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham melalui meningkatnya nilai perusahaan yang tercermin pada harga saham. Manajemen keuangan saling melengkapi dan saling berhubungan antar fungsi-fungsi manajemen lainnya seperti manajemen sumber daya manusia, manajemen operasi, manajemen pemasaran, dan lain sebagainya. Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan operasi sehari-hari maupun untuk kegiatan ekspansi perusahaan. Untuk mendapatkan kebutuhan dana tersebut maka perusahaan harus mampu mencari sumber dana dengan komposisi yang memiliki beban biaya terendah. Kedua hal ini harus diupayakan oleh manajer keuangan agar perusahaan berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Manajer keuangan juga harus mampu menciptakan tingkat profitabilitas perusahaan berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam menciptakan keuntungan dan bagaimana menentukan kebijakan dividen yang dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan dengan membeli saham perusahaan yang bersangkutan tanpa harus mengorbankan kepentingan besar perusahaan dalam membiayai aktivitasnya. Seiring dengan perkembangannya manajemen keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan dan mencari dana, akan tetapi manajemen 20 21 keuangan juga mengatur pendistribusian keuntungan (pembagian dividen). Karena pentingnya manajemen keuangan maka banyak para ahli yang mempelajarinya. Berikut pengertian yang diberikan para ahli mengenai manajemen keuangan : Menurut Jack Clark Francis (Francis, Jack C., Investment: Analysis and Management, 5th edition, McGraw-Hill Inc., Singapore, 1991, Hal.1), investasi adalah penanaman modal yang diharapkan dapat menghasilkan tambahan dana pada masa yang akan datang. Menurut Agus Sartono (2001:6) Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien. Menurut Sonny, S. (2003). Manajemen keuangan adalah: “aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai dengan tujuan perusahaan secara menyeluruh”. Sedangkan menurut Keown, Martin, Petty, dan Scott (2005:4) dalam bukunya “Basic financial management” adalah : ”Financial management is concerned with the maintenance and creation of economic value or wealth.” artinya bahwa manajemen keuangan dikaitkan dengan pemeliharaan dan penciptaan dari nilai ekonomi dan kekayaan. Sedangkan menurut Van Horn (2005:3 ) dalam bukunya yang berjudul “fundamentals of financial management” adalah: “Manajemen keuangan adalah: segala aktivitas berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan umum sebagai latar belakangnya” 22 Menurut Prawironegoro (2007) Manajemen Keuangan adalah: “Aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh modal yang semurah-murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba” Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan pengertian manajemen keuangan yaitu sebuah kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan mencari dana, mendapatkan dana, dan menggunakan dana itu serta mengalokasikan dana tersebut sebaik mungkin secara efektif dan efisien kepada sektor-sektor yang dianggap penting bagi perusahaan sehingga tujuan-tujuan perusahaan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Jadi perusahaan tidak hanya berusaha mencari dana saja, tetapi juga mengolah dana dengan baik dan menggunakan untuk menciptakan kemakmuran bagi pemegang saham melalui maksimalisasi nilai perusahaan. Selain hal diatas manajemen keuangan juga berhubungan dengan kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan. Sehingga menajemen keuangan yang sekarang ini banyak yang menitikberatkan pada kegiatan pengelolaan investasi, pembiayaan dan manajemen aktiva untuk mencapa tujuannya. 2.1.2 Tujuan Manajemen Keuangan Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian keefisienan keputusan keuangan. Untuk dapat mengambil keputusankeputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan karena dapat meningkatkan kemakmuran para pemilik perusahaan (pemegang saham). Nilai perusahaan adalah harga yang bersedia di bayar oleh calon pembeli (investor) apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan 23 dapat di ukur dengan harga saham perusahaan. Apabila semakin tinggi harga suatu saham perusahaan, maka semakin tinggi nilai perusahaan tersebut. Nilai perusahaan sangat berkaitan dengan kemakmuran pemilik. Apabila perusahaan meningkat maka kekayaan pemilik juga meningkat dan kemakmuran pemilik juga meningkat. Dengan demikian apabila suatu saat perusahaan dijual maka harganya dapat ditetapkan setinggi mungkin. Adapu tujuan manejemen keuangan dalam suatu perusahaan secara menyeluruh yaitu: 1. Mensejahterakan kemakmuran pemegang saham melalui pencapaian laba yang maksimal. 2. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan. 3. Mencapai kesejahteraan rakyat sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. 2.1.3 Fungsi Manajemen Keuangan Menurut Sutrisno (2001 : 5) fungsi manajemen keuangan adalah sebagai berikut : a. Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan dimasa mendatang. Dalam sebuah investasi mengandung sebuah resiko dan ketidakpastian. Oleh karena itu resiko dan hasil yang diharapkan dari suatu investasi akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan. b. Keputusan Pendanaan Pada keputusan pendanaan ini seorang manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 24 c. Keputusan Deviden Deviden adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham. Dan melalui keputusan deviden ini ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Adapun bentuk laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash deviden. Stabilitas deviden yang dibagikan. Deviden saham (stock devident). Pemecaham saham (stock split). Penarikan kembali saham yang beredar Fungsi-fungsi manajemen keuangan ini dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Fungsi manajemen keuangan adalah salah satu fungsi utama yang sangat penting di dalam perusahaan, di samping fungsi-fungsi lainnya yaitu pemasaran, sumber daya manusia dan operasional. Dimana keempat fungsi tersebut memiliki peran masing-masing yang berbeda namun dalam pelaksanaanya saling berhubungan satu sama lainnya. 2.2 Investasi 2.2.1 Pengertian Manejemen Investasi Manajemen investasi lebih dikenal dengan portofolio. Portofolio sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan dalam proses pengaturan uang dan juga proses pembelian dan penjualan saham. Investasi merupakan suatu aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan. Tujuan investasi yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Banyak definisi tentang portofolio yang dikemukakan oleh berbagai para ahli yang mempelajarinya. Berikut pengertian yang diberikan para ahli mengenai portofolio: Menurut Hamid, 1995 Investasi dapat diartikan sebagai kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan 25 harapan pada waktunya nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut. Sedangkan menurut Eduardus Tandelilin (2001;3) mengemukakan investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa mendatang. Definisi lain menurut Sunariyah (2003;4) Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Menurut Kamaruddin Ahmad (2004;3) investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang tersebut. Menurut Jones, 2004 investasi adalah komitmen menanamkan sejumlah dana pada satu atau lebih aset selama beberapa periode pada masa mendatang Dari berbagai definisi diatas menurut para ahli maka dapat disimpulkan bahwa investasi adalah suatu komitmen atas dana yang dibuat untuk diinvestasikan pada satu atau lebih aktiva yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang positif dimasa yang akan datang. Investasi dapat disimpulkan bahwa dasar keputusan investasi terdiri dari dua unsur yang sangat penting yaitu unsur resiko dan tingkat pendapatan. Kegiatan investasi yang dilakukan investor akan menempatkan unsur ketidakpastian, investor tidak mengetahui dengan pasti hasil dari investasi yang dilakukan. maka hal ini adanya dibutuhkan keputusan investasi yang dilakukan oleh pasar investor atau perusahaan demi kelangsungan perusahaan yang melakukan investasi. Adanya unsur risiko yang terdapat dalam suatu investasi, maka terdapat dua jenis investasi berdasrkan tingkat risiko yaitu: 26 1. Investasi bebas resiko : mempunyai tingkat risiko yang relatif kecil dan investasi ini memberikan tingkat keuntungan yang rendah. Atau aset yang tingkat returnnya di masa depan sudah bisa dipastikan pada saat ini, dan ditunjukkan oleh varians return yang sama dengan nol. Contohnya investasi ini adalah obligasi dan deposito berjangka. 2. Investasi beresiko : Investasi return dan resiko berfluaktif, dimana tingkat return aktualnya di masa depan masih mengandung ketidakpastian, sehingga para investor mungkin saja tidak mendapatkan keuntungan atau sebaliknya. contoh investasi ini adalah investasi saham. 2.2.2 Jenis Investasi Dalam berinvestasi terdapat dua macam asset yaitu: 1. Reall investment adalah : Investasi yang dilakukan pada aktiva berwujud.investasi ini dapat dilakukan seperti tanah, mesin, pabrik, emas, serta barang tidak bergerak. 2. Financial investment adalah investassi yang dilakukan pada surat-surat berharga. Contoh investai pada aktiva finansial yaitu saham, dan obligasi (bond) Kegiatan investasi mengandung risiko dan unsur ketidakpastian oleh karena itu Dengan mengetahui jenis –jenis dari investasi diharapkan investor mengetahui kemana arah tujuan investasi yang akan dilakukannya. 27 2.3 Pasar Modal 2.3.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan lembaga keuangan bukan bank yang mempunyai kegitan berupa penawaran dan perdagangan efek. Selain itu juga merupakan lembaga profesi yang berkaitan dengan transaksi jual beli efek dan perusahan publik yang berkaitan dengan efek. Dengan demikian pasar modal dikenal sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli modal / dana. Pasar modal juga merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau obligasi. Menurut Joel G.siegel dan Jae K.shim(1999:68) pasar modal adalah pusat perdagangan utang jangka panjang dan saham perusahaan. Menurut R.J Shook (2002:71) pasar modal merupakan sebuah tempat dana-dana modal seperti ekuitas dan hutang diperdagangkan. Adapun menurut Bodie, Kane, Mercus (2004: 26) mengartikan pasar modal yaitu : “capital marketing contrast include longer –term and riskier securities” Sedangkan menurut Sunariyah (2004: 4) pengertian pasar modal adalah “suatu system keuangan yang terorganisasi termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan serta keseluruhan surat – surat berharga yang beredar” Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan pasar yang memperjualbelikan sekuritas yang umumnya yang memiliki umur lebih dari satu tahun, termasuk di dalamnya bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan serta surat-surat berharga yang beredar. 28 2.3.2 Fungsi Pasar Modal Menurut Sutrisno (2003 : 342) pasar modal memiliki beberapa fungsi sebagai berikut 1. Sebagai Sumber Penghimpun Dana Kebutuhan dana perusahaan bisa dipenuhi dari berbagai sumber pembiayaan. Salah satu sumber dana yang bisa dimanfaatkan perusahaan adalah pasar modal selain sistem perbankan yang selama ini dikenal sebagai perantara keuangan secara konvensional. 2. Sebagai Sarana Investasi Pada umumnya perusahaan yang menjual surat berharga ke pasar modal adalah perusahaan yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang baik dan kredibel, sehingga efek-efek yang dikeluarkan akan laku diperjualbelikan di bursa. Sementara pemilik dana atau investor jika tidak ada pilihan lain mereka akan menginvestasikan pada perbankan yang pada dasarnya mempunyai tingkat keuntungan yang relatif kecil. Dengan adanya surat berharga yang mudah diperjualbelikan, maka bagi investor merupakan alternatif instrumen investasi. Investasi di pasar modal lebih fleksibel, karena setiap investor dapat dengan mudah memindahkan dananya dari suatu perusahaan ke perusahaan lainnya. 3. Pemerataan Pendapatan Pada dasarnya apabila perusahaan tidak melakukan go public, pemilik perusahaan terbatas pada personal-personal pendiri perusahan yang bersangkutan. Dengan go public-nya perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut serta memilliki perusahaan tersebut. Dengan demikian memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menikmati oleh beberapa orang pemilik, akhirnya dapat dinikmati oleh masyarakat artinya ada pemerataan pendapatan kepada masyarakat. 29 4. Sebagai Pendorong Investor Salah satu faktor yang mendorong agar pihak swasta dan asing memiliki keinginan untuk melakukan investasi baik secara langsung maupun tidak langsung, pemerintah harus mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi mereka, salah satunya adalah dengan likuidnya pasar modal. Semakin baik pasar modal maka semakin banyak investor baik nasional maupun asing yang bersedia menginvestasikan dananya melalui pembelian surat berharga di pasar modal. 2.3.3 Jenis Pasar Modal Secara umum pasar modal terdiri atas dua bagian yang dikemukakan oleh Sunariyah (2004:13) yaitu: 1. Pasar Perdana / pasar primer (Primary Market) yaitu : penawaran saham pertama kali dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit (issuer) sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Dari uraian di atas merupakan bahwa pada pasar perdana adalah surat berharga yang baru pertama kalinya diterbitkan emiten dapat berupa penawaran perdana ke public (initial public offering atau IPO). Hasil penjualan saham tersebut keseluruhannya masuk sebagai modal perusahaan. 2. Pasar Sekunder (Secondary Market) diartikan sebagai transaksi jual beli saham diantara investor setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana atau surat berharga yang sudah beredar diperdagangkan di pasar sekunder. Jadi dapat disimpulkan pasar sekunder adalah dimana saham dan sekuritas lain diperjualbelikan secara luas kepada masyarakat setelah melewati masa penjualan di pasar perdana dan efek tersebut dicatatkan di bursa. Sehingga hasil penjualan saham disini biasanya tidak lagi masuk modal perusahaan, melainkan masuk kedalam kas para pemegang saham yang bersangkutan. Jadi pasar sekunder merupakan kelanjutan dari pasar perdana. 30 2.3.4 Instrumen pasar Modal Instrumen pasar modal yaitu: semua surat – surat berharga yang di perjualbelikan di pasar modal.Instrumen pasr modal ini umumnya bersifat jangka panjang. Menurut panduan Bursa efek jakarta mengenai instrumen pasar modalyang diperjualbelikan antara lain adalah: 1. Saham Saham adalah kertas tanda bukti penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan yang mana kertas tersebut tercatum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegang.dalam pasar modal ada dua jenis saham yaitu : a. Saham Biasa (common stock) merupakan surat berharga sebagai bukti kepemilikan atas suatu perusahaan dimana investor akan memperoleh keuntungan deviden di akhir tahun besar kecilnya saham yang diterima oleh pemegang saham tidak tetap tergantung pada RUPS dan pemegang saham diberi hak untuk mengikuti RUPS dan RUPSLB. b. Saham preferen (preferred stock) merupaka saham yang akan menerima sejumlah deviden dengan jumlah yang tetap. Pemilik saham akan memiliki hak lebih dibanding hak pemilik saham biasa. saham prferen memiliki karakteristik gabungan (hybrid) antara saham biasa dan obligasi. 2. Obligasi (Bond) Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman pinjaman (emiten). dengan yang diberi 31 3. Right Issue Right issue adalah produk turunan dari saham. Right issue merupakan hak bagi pemodal untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten. Right issue memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru perusahaan pada harga yang telah ditetapkan selama periode tertentu, jika pemegang saham lama tidak membelinya maka hak tersebut akan hilang. 4. Reksadana Reksadana merupakan sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksadana untuk digunakan sebagai modal berinvestasi di pasar uang atau pasar modal. Reksadana sering kali dipakai oleh pemilik modal untuk memperkecil risiko pada saat melakukan investasi yang menyebar pada berbagai alat investasi. 5. Waran Waran adalah sekuritas yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham dari perusahaan yang menerbitkan waran tersebut dengan harga tertentu. Waran biasanya dijual bersamaan dengan sekuritas lain misalnya obligasi atau saham. 32 2.4 Saham 2.4.1 Pengertian Saham Saham adalah kertas atau surat berharga yang menunjukkan bahwa perusahaan adanya kepemilikan. Menurut Fakhruddin dan Hadianto, (2001:6) saham merupakan Tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhruddin, (2001:5) saham adalah Suatu surat berharga yang menunjukkan adanya kepemilikan seseorang atau badan hukum terhadap perusahaan penerbit saham. 2.4.2 Jenis Saham Saham terdiri dari beberapa jenis dan dapat dibedakan melalui cara pengalihan dan manfaat yang diperoleh para pemegang saham. Menurut Ahmad Kamarudin (2004:74-75) terdapat pengelompokan jenis –jenis saham yaitu: 1. Menurut Cara Pengalihan Dilihat dari segi kepemilikan, saham dapat dibedakan menjadi dua: a. Saham atas tunjuk (Bearer Stock). Diatas sertifikat saham ini tidak ditulis nama pemiliknya sehingga kepemilikan atas unjuk dapat dengan mudah dialihkan atau dipindah tangankan kepada orang lain karena sifatnyayang mirip dengan uang. b. Saham atas nama (registered stock). Diatas sertifikat ditulis nama pemiliknya. Cara pengalihan harus memenuhi suatu prosedur tertentu yaitu dengan dokumen pengalihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang harus memuat nama pemiliknya. Jika sertifikat itu hilangdapat memintakan penggantian karena namanya sudah ada dalam buku perusahaan. 33 2. Menurut Hak Tagihan Dilihat dari segi manfaat nya, pada dasarnya saham dapat digolongkan menjadi dua yaitu: a. Saham Biasa (Common Stock). Surat berharga yang paling banyak dan luas perdagannya.Pemegang surat berharga ini mempunyai suara hak dalam rapaat umum pemegang saham (RUPS). Saham biasa menempatkan pemiliknya paling akhir terhadap pembagian devidend. b. Saham preferan (Preffred Stock) didalam praktiknya terdapat beberapa macam sahampreferen yaitu: 1. Cumulative preffred stock pemilik saham jenis ini memiliki hak kepada pemiliknya atas pembagian deviden yang sifatnya kumulatif dalam suatu persentase atau jumlah tertentu. Dalam arti jika dalam tahun tertentu deviden yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar sama sekali maka hal ini akan di pertimbangkan lagi pada tahun berikutnya. 2. Non cumulative preffred stock pemilik saham jenis ini mendapatkan prioritas dalam pembagian deviden sampai pada suatu persentase atau jumlah tertentu, tetapi bersifat kumulatif. Dengan demikian apabila pada suatu tahun tertentu deviden yang di bayarkan lebih besar dari pada jumlah yang ditentukan atau yang tidak dibayar sama sekali maka hal ini tidak diperhitungkan pada tahun berikutnya. 3. Participatin preffred stock pemilik saham jenis ini selain memperoleh deviden ekstra, setelah itu deviden dibayarkan penuh kepada pemegang saham preferen, serta memperoleh deviden ekstra bersama-sama dengan pemegang saham biasa. 34 2.4.3 Harga saham Menurut Hartono, (1998: 69) Harga saham adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada waktu tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Harga saham dipengaruhi oleh 4 aspek yaitu: pendapatan, dividen, aliran kas, dan pertumbuhan. Menurut Sawidji Widoatmojo (1996 : 46) harga saham dipasar modal terdapat 3 jenis harga saham beberapa diantaranya yaitu: 1. Harga pasar yaitu harga yang ditentukan penjual dan pembeli sepakati ketika bertransaksi memperdagangkan saham. Harga ini terjadi setelah saham tersebut tercatat di bursa. Harga inilah yang disebut sebagai harga di pasar sekunder, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi antara harga investor dengan perusahaan penerbit. 2. Harga Nominal yaitu harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. 3. Harga Perdana yaitu harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwritter) dan emiten. 2.5 Stock split 2.5.1 Pengertian Pemecahan Saham (Stock split) Stock split atau pemecahan saham merupakan pemecahan jumlah saham yang beredar dari suatu perusahaan tanpa penambahan apapun dalam ekuitas pemegang saham. Semakin banyak saham yang beredar dipasar dan semakin murah harga saham, maka saham itu akan semakin diminati oleh para investor. Menurut van Horne dan wachowics (1995) pemecahan saham merupakan kenaikan jumlah saham yang beredar dengan mengurangi nilai nominal suatu saham secara proporsional Dalam penelitian Fama mengemukakan bahwa reaksi pasar sebelum terjadinya stock split yang perlu dipertimbangkan. Penelitian 35 tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kumulatif pengembalian saham yang abnormal return untuk 30 hari sebelum dan sesudah pengumuman stock split lebih dari 30% keaadaan ini menunjukan tingkat pengembalian yang signifikan diatas tingkat pengembalian normal dari membeli dan mempertahankan suatu portofolio untuk resiko yang sama. Menurut Abdul Halim (2005:97) stock split adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembar sahamnya secara proporsional. Stock split atau pemecahan saham merupakan salah satu bentuk informasi yang diberikan oleh emiten (perusahaan) untuk menaikkan jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahannya (Brigham dan Gapenski, 1994). Adapun menurut Brigham & Houston (2006), pemecahan saham adalah tindakan yang diambil oleh sebuah perusahaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham beredar, seperti menggandakan jumlah lembar saham beredar dengan memberikan dua saham baru kepada pemegang saham untuk setiap satu lembar saham yang sebelumnya dia miliki. Perubahan jumlah saham yang beredar dibarengi dengan perubahan harga saham sehingga tidak mempengaruhi jumlah modal. Berdasarkan pengertian diatas mengenai stock split mengandung dua unsur yaitu penambahan jumlah saham dan mengurangi harga secara proporsinal, sehingga jumlah saham yang beredar di perusahaan lebih banyak dengan harga yang murah. Pemecahan saham ini memberikan informasi yang mampu memberikan keyakinan tinggi tentang masa depan perusahaan. Pasar menganggap pemecahan saham sebagai indikasi adanya peningkatana laba perusahaan, jadi peningkatan harga saham yang terjadi bukan disebabkan adanya pemecahanitu sendiri namun lebih disebabkan informasi yang positif. 36 2.5.2 Jenis Pemecahan Saham Menurut Abdul Halim (2005) terdapat dua jenis pemecahan saham (stock split) yaitu: 1. Pemecahan naik (split–up atau Stock split) Pemecahan naik adalah penurunan nilai nominal perlembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan 1:2, 1:3. 2. Pemecahan turun (split down atau revers stock split) Pemecahan turun adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan turun dengan faktor pemecahan 2:1, 3:1. Adapun menurut M.C Cough (1993) menyatakan bahwapemecahan saham Amerika yang diwakili oleh New York Stock Exchange (NYSE) juga mengatur kebijakan mengenai stock split. NYSE membedakan stock split menjadi dua bagian yaitu: 1. Pemecahan saham sebagian : Pemecahan saham sebagian adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 25% atau lebih tetapi kurang dari 100% dari jumlah saham beredar yang lama. 2. Pemecahan saham penuh : Pemecahan saham penuh adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 100% atau lebih dari jumlah saham lama yang beredar. 37 2.5.3 Manfaat dan Tujuan Pemecahan Saham menurut Kamaruddin Ahmad (2004:196) stock split bertujuan untuk menurunkan harga saham sehingga dapat menarik investor dan memberikan keuntungan bagi para investor jika dividen yang dibayarkan lebih besar. Menurut Magdalena Nany (2005), pada umumnya perusahaan melakukan stock split untuk menambah jumlah saham yang beredar dengan menjadikan harga saham lebih murah sehingga dapat menarik minat investor dan saham perusahaan menjadi lebih likuid diperdagangkan di bursa saham. Sedangkan menurut Agus Setyanto (2006: 208) pemecahan saham (stock split) merupakan aksi emiten yang dilakukan dengan cara memecah nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil sesuai dengan rasio stock split yang ditentukan. Menurut Irham & Yovi (2009;107) menyatakan bahwa ada beberapa tujuan suatu perusahaan melakukan stock split, yaitu: 1. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan publik untuk membeli/memiliki saham tersebut. 2. Mempertahankan tingkat likuiditas saham. 3. Menarik investor yang berpotensi lebih banyak guna memiliki saham tersebut. 4. Menarik minat investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika terlalu mahal maka kepemilikan dana dari investor kecil tidak akan terjangkau. 5. Menambah jumlah saham yang beredar. 6. Memperkecil risiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang ingin memiliki saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah maka karena sudah dipecah tersebut artinya telah terjadi diversifikasi investasi. Beberapa pelaku pasar khususnya para emiten berpendapat bahwa aktivitas split dapat memberikan manfaat besar bagi perusahaan. Manfaat besar yang diperoleh pada saat stock split pada 38 umumnya adalah penurunan harga saham serta menambah daya tarik untuk memiliki saham sehingga membuat saham lebih likuid di perdagangkan. Dari beberapa pengertian diatas banyak sekali pendapat mengenai stock split, tetapi pada dasarnya dapat disimpulkan pendapat tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok. 1. stock split hanya merupakan perubahan yang bersifat “komestik”. 2. Stock split dapat mempengaruhi keuntungan pemegang saham, risiko saham, dan sinyal yang diberikan kepada pasar. 2.5.4 Teori Pemecahan Saham Terdapat dua teori utama yang menjelaskan motivasi pemecahan saham (Abdul Halim, 2007) yaitu: 1. Signalling Theory (Teori Sinyal) Signalling Theory adalah teori yang melihat pada tandatanda tentang kondisi yang menggambarkan suatu perusahaa. Contoh dari penyampaian informasi melalui signaling yaittu peristiwa melakukan stock split. Konsep signaling Theory adalah teori yang membahas tentang naik turunya harga di pasar sehingga akan memberi pengaruh kepada keputusan investor. Tanggapan para investor terhadap sinyal positif dan negative adalah sangat mempengaruhi kondisi pasar, mereka akan bereaksi dengan berbagai cara dalam menanggapi sinyal tersebut, seperti “wait and see” atau tunggu dan lihat dulu perkembangan yang ada baru mengambil tindakan. Menurut (Jogiyanto, 2003:419) Signaling theory menyatakan bahwa stock split dianggap perusahaan memberikan sinyal yang baik kepada publik berkaitan dengan prospek perusahaan yang bagus dimasa depan, karena perusahaan yang melakukan pemecahan saham adalah perusahaan yang memiliki saham dengan harga yang tinggi, harga saham yang tinggi tersebutlah sebagai sinyal bahwa perusahaan memilik prospek 39 masa depan yang baik, dimana harga saham yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik. Jika pasar bereaksi pada waktu pengumuman stock split bukan berarti bahwa pasar bereaksi karena informasi, tetapi karena menegtahui prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui stock split. Jadi faktor yang memotivasi perusahaan melakukan pemecahan saham adalah kinerja perusahaan. Menurut (Jogiyanto, 2003) Dalam signaling theory yang mendorong perusahaan melakukan stock split adalah karena adanya kesempatan investasi serta prospek perusahaan yang baik di masa depan. Menurut (Winarso, 2005) pemecahan saham seharusnya menunjukan yang valid karena tidak semua perusahaan dapat melakukanya, hanya perusahaan yang memiliki kinerja yang baik saja yang dapat melakukanya, karena utk melakukan stock split perusahaan harus menanggung semua biayan yang di timbulkan dari peristiwa tersebut padahal pemecahan sahm tidak mempengaruhi modal dan cash flow perusahaan. Menurut Signaling theory, stock split hanya dilakukan oleh perusahaan yang memiliki prospek kinerja yang baik dimana perusahaan yakin bahwa harga saham setelah di pecah akan naik sesuai dengan kenaikan kinerja perusahaan di masa depan (Ika dan Purwaningsih, 2008). Dalam Signalling Theory bahwa setiap tindakan mengandung informasi karena adanya asymetric Theory. asymetric Information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pada pihak lain. Contohnya manejeman perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan pihak investor di pasar modal. 40 2. Trading Range Theory Trading Range Theory disebutkan bahwa perusahaan melakukan stock split dikarenakan harga saham yang terlalu tinggi sehingga berpengaruh pada likuiditas saham (Harsono, 2004). Perusahaan melakukan pemecahan saham karena harga saham terlalu tinggi sehingga tidak mampu di jangkau oleh calon investor. Menurut teori ini harga saham yang terlalu tunggi menyebabkan saham tidak likuid, hal tersebut berkaitan dengan kemampuan tiap – tiap investor yang berbeda – beda, oleh karena itu perusahaan melakukan pemecahan saham dalam upaya mengarahkan harga saham pada interval tertentu yang tidak terlalu mahal. Harsono (2004) menyatakan bahwa dengan melakukan pemecahan saham harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga mampu dijangkau oleh calon investor dan pada akhirnya meningkatkan likuiditas saham. Sehingga menurut trading range theory, perusahaan melakukan stock split karena memandang harga sahamnya terlalu tinggi, dengan kata lain harga saham yang terlalu tinggi itulah yang mendorong perusahaan melakukan pemecahan saham. Menurut Copeland (1979) dalam khomsiyah, et al, (2001) menyatakan bahwa alasan dilakukannya stock split adalah untuk mencapai “optimal range” harga saham sehingga dapat menciptakan pasar yang lebih luas. Dengan demikian berdasarkan teori ini, harga saham yang terlalu tinggi menyababkan kurang aktifnya perdagangan saham sehingga mendorong perusahaan utk melakukan pemecahan saham. Dengan melakukan stock split diharapkan semakin banyak investor yang melakukan transaksi sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat harga saham yang tinggi merupakan motivasi untuk melakukan pemecahan saham. 41 2.6 Risk 2.6.1 Pengertian Risk Risiko dapat diartikan sebagai perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut. Menurut Van Horne dan Wachowics, Jr. (1992) mendefinisikan risiko sebagai variabilitas return terhadap return yang diharapkan. Suatu investasi akan dapat dinilai efisien jika investasi tersebut memberikan tingkat keuntungan terbesar atau tingkat keuntungan tertentu dengan risiko terkecil. Menurut Jurnal Steph subanidja vol 7 no 1 (2007: 86) dalam penelitian Harry Markowitz resiko investasi dapat diukur dengan varians return yang diharapkan. Menurut Arthur J. Keow Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return – ER) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Menurut pendapat Vaughan (1997 : 8) adalah sebagai berikut : “risk is condition in which there is possibility of an adverse deviation from a desired outcome that is expected or hope for”. Mengartikan bahwa Risiko adalah kondisi di mana ada kemungkinan penyimpangan yang merugikan dari hasil yang diinginkan yang diharapkan. Menurut Donald E. Fischer & Ronald J. Jordan (Fischer, Donald E. & Jordan, Ronald J., Security Analysis & Portfolio Management, 6th edition, New Jersey: Prentice Hall, 1995, Hal. 65) resiko artinya ketidakpastian dalam kemungkinan distribusi return. Menurut Elton dan Gruber (Elton, Edwin J. & Gruber, Martin J., Op.Cit., Hal. 46) mendefinisikan risiko sebagai potensi variasi dari hasil yang diharapkan di masa yang akan datang, Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa resiko investasi merupakan suatu kemungkinan yang terdiri dari berbagai faktor yang dapat menyebabkan tidak kembalinya dana yang 42 diinvestasikan pada suatu instrumen investasi tertentu atau dengan kata lain, merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kerugian dalam suatu investasi. 2.6.2 Risiko Investasi Dalam berinvestasi, investor memiliki tujuan untuk memaksimalkan returnnya tanpa melupakan faktor risiko investor yang harus dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return yang akan diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, maka semakin besar pula risiko investasi tersebut. Risiko ada jika pembuat keputusan (perencana proyek) mampu mengestimasi kemungkinan-kemungkinan (probabilitas) yang berhubungan dengan berbagai variasi hasil yang akan diterima salama investasi sehingga dapat disusun distribusi probabilitasnya. Ketidak pastian ada jika pembuat keputusan tidak memiliki data yang bisa dikembangkan untuk menyusun suatu distribusi probabilitas sehingga harus membuat dugaan-dugaan untuk menyusunnya. Menurut Eduardus Tandelilin ada Beberapa sumber risiko yang mempengaruhi risiko investasi diantaranya yaitu: 1. Risiko suku bunga Tingkat bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga saham. Perubahan suku buga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secra terbalik, yang berarti jika suku bunga meningkat maka harga saham akan turun. Demikian pula sebaliknya, apabila suku bunga menurun, maka harga saham akan meningkat. Tingkat suku bunga yang meningkat akan menyebabkan peningkatan suku 43 bunga yang disyaratkan atas investasi pada suatu saham. apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan. Tingkat suku bunga yang meningkat bisa juga menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan ataupun deposito. Risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar. 2. Risiko pasar risiko pasar adalah fluktuasi pasar yang secara keseluruhan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, krismon, dan resesi ekonomi. 3. Risiko inflasi Peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal. Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun. Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan, maka dari itu resiko ini juga disebut sebagai resiko daya beli. 4. Risiko bisnis Risiko ini timbul akibat menurunnya profitabilitas perusahaan emiten. Risiko bisnis merupakan risiko yang terdapat dalam menjalankan bisnis suatu jenis industri. Misalnya perusahaan pakaian jadi yang bergerak di bidang industri tekstil, akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik industri tekstil itu sendiri. 44 5. Risiko finansial Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan hutang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar hutang yang digunakan, maka semakin besar pula risiko yang akan ditanggung. 6. Risiko likuiditas Risiko ini berkaitan dengan kemampuan atau kecepatan suatu sekuritas (saham) yang diterbitkan perusahaan bisa dapat segera diperjualbelikan/ diperdagangkan di pasar sekunder tanpa mengalami kerugian yang berarti. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, maka semakin likuid sekuritas tersebut. Dan demikian pula sebaliknya. 7. Risiko nilai tukar mata uang Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan nilai mata uang negara lainnya. Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang mengalami inflasi. Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan untuk produksi, dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku. Risiko ini juga dikenal dengan nama currency risk atau exchange rate risk. 8. Risiko negara (country risk) Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri, maka stabilitas ekonomi dan politik negara bersangkutan akan sangat perlu diperhatikan guna menghindari risiko negara yang terlalu tinggi. 45 2.6.3 Jenis Risiko Risiko dalam portofolio dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1. Risiko tidak sistematis (unsystematic risk) Suatu risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, sebab risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Risiko perusahaan ini dapat dikurangi dengan melakukan diversifikasi aset dalam suatu portofolio. Risiko tidak sistematis terdapat fluktuasi risiko yang berbeda antara satu saham dengan saham lain. Risiko ini juga disebut diversifiable risk. Faktor yang mempengaruhinya antara lain: Struktur modal Struktur Asset Tingkat Likuiditas Diversifikasi adalah pembentukan portofolio melalui pemilihan kombinasi sejumlah aset tertentu sedemikian rupa hingga risiko dapat dihilangkan atau diminimalkan tanpa mengurangi besaran return yang diharapkan. Risiko ini disebut resiko perusahaan kerena terjadi hanya mempengaruhi perusahaan tertentu saja, sehingga tidak mempengaruhi semua perusahaan-perusahaan secara umum, contohnya kebangkrutan, pemogokan karyawan. Ada dua prinsip diversifikasi yang umum digunakan yaitu: 1. Diversifikasi Random. Diversifikasi ini terjadi ketika investor menginvestasikan dananya secara acak pada berbagai jenis saham yang berbeda atau pada berbagai jenis aset yang berbeda. Investor memilih aset-aset yang akan dimasukkan ke dalam portofolio tanpa terlalu memperhatikan karakterisitik aset-aset bersangkutan (misalnya tingkat risiko dan return yang diharapkan serta industri). Dalam diversifikasi random, semakin banyak jenis aset yang dimasukkan dalam portofolio, semakin besar manfaat 46 pengurangan risiko yang akan diperoleh, namun dengan marginal penurunan risiko yang semakin berkurang. 2. Diversifikasi Markowitz Diversifikasi Markowitz mempertimbangkan berbagai informasi mengenai karakteristik setiap sekuritas yang akan dimasukkan dalam portofolio. Diversifikasi Markowitz menjadikan pembentukan portofolio menjadi lebih selektif terutama dalam memilih aset-aset sehingga diharapkan memberikan manfaat diversifikasi yang paling optimal. Informasi karakteristik aset utama yang dipertimbangkan adalah tingkat return dan risiko (mean-variance) masingmasing aset, sehingga metode divesifikasi Markowitz sering disebut dengan mean-variance model. 2. Risiko sistematis (systematic risk) Suatu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Risiko sistematis bersifat sistemik dan karenanya tidak bisa dihindari. Risiko ini juga disebut indivertible risk. Faktor yang mempengaruhinya antara lain: perubahan tingkat bunga kurs valuta asing (nilai tukar) risiko pasar, kebijakan pemerintah Menurut Sharpe (1964) bahwa risiko sistematis sebagai bagian perubahan dari aktiva yag dapat dihubungkan dengan faktor umum. Menurut Jogiyanto (2003) risiko yang relevan adalah risiko sistematis dapat diukur dengan Beta (β), dan Beta yang akan dihitung adalah Beta model pasar (market model). Risiko sistematis ini dapat diukur dengan beta (β) yang berasal dari 47 hubungan return saham dan return pasar. Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas terhadap return pasar. Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return pasar, maka beta-beta dari sekuritas dikatakan bernilai 1, menunjukkan bahwa risiko sistematik suatu sekuritas sama dengan risiko pasar (Jogiyanto, 2000). Diversifikasi memang mampu mengurangi risiko, namun terdapat risiko yang tidak dapat dihilangkan oleh diversifikasi yang dikenal dengan risiko sistematis. Risiko yang tidak bisa dihilangkan oleh diversifkasi diindikasikan oleh besaran kovarians, yaitu kontribusi risiko masing-masing aset relatif terhadap risiko portofolionya. Risiko sistematik dapat dihitung dengan menggunakan rumus beta yaitu: R α i= i β R i. M Keterangan : R i : return saham i αi : Besarnya β : beta saham i i R M return saham individual : market return Asumsi Beta saham dapat di kelompokkan menjadi tiga golongan yaitu : 1. ßlebih besar dari 1 (ß>1) disebut sebagai saham agresif (agresif stock) karena perubahan tingkat pengembalian saham lebih besar daripada yang terjadi di pasar, jika harga sahamnya akan naik, maka kenaikanya akan lebih tinggi dari kenaikan return pasar, begitu juga sebaliknya. 2. ß lebih kecil dari 1 (ß<1) disebut sebagai saham defensive (defensive stock) karena perubahan tingkat pengembalian saham lebih kecil dari pengembalian di pasar, artinya saham 48 memiliki return yang kurang berfluktuatif dengan perubahan return pasar. 3. ß sama dengan 1 (ß=1) disebut sebagai saham netral (neutral stock) karena perubahan tingkat pengembalian saham, saham tersebut akan bergerak sesuai dengan pergerakan pasar. 2.7 Return Saham 2.7.1 Pengertian Return Saham Return saham adalah tingkat keuntungan yang akan dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukannya. Jadi return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Harapan keuntungan di masa yang akan datang merupakan kompensasi atas waktu dan resiko yang terkait dengan keuntungan yang diharapkan. Dalam konteks investasi harapan keuntungan ini sering disebut return (Tandelilin, 2001: 47). Meurut R.J Shook return merupakan laba investasi, baik melalui bunga ataupun deviden. Pemegang saham dalam investasinya dapat mendapatkan return yang ditawarkan suatu saham dalam bentuk capital gain dan dividen. Capital gain merupakan selisih harga saham sekarang relatif dengan harga saham periode yang lalu. Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham, biasanya tidak seluruh keuntungan perusahaan dibagikan kepada pemegang saham, tetapi terdapat bagian yang ditanam kembali. Dividen yang diterima ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan tersebut. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa perusahaan tidak selalu membagikan dividen kepada para pemegang saham tetapi bergantung pada kondisi perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan mengalami kerugian tentu saja 49 deviden tidak akan dibagikan pada tahun berjalan tersebut. Deviden yang dibagikan dapat berupa deviden tunai maupun dividen saham. Return investasi terdiri dari dua komponen yaitu yield dan capital again (loss) 1. Yield, komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. 2. Capital gain (loss), komponen return yang merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (bisa saham maupun surat hutang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Menurut Jogiyanto (2000;107) return dapat berupa return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). 1. Return realisasi (realized return) Return yang telah terjadi (return aktual) yang dihitung berdasarkan data historis (ex post data). Return historis ini berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa datang (conditioning expected return). Return realisasi penting karena dapat digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja perusahaan serta sebagai dasar penentu return ekspektasi dan risiko masa yang akan datang. Return Realisasi dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: Dimana: Rt : Return saham atau indeks pasar pada hari ke -t Pt :Harga saham pada akhir periode Pt – 1 :Harga saham i pada awal periode 2. Return Yang Diharapkan (Expected Return) Return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang bersifat sudah terjadi (ex post data), return yang diharapkan merupakan hasil estimasi sehingga sifatnya belum terjadi (ex ante data). 50 2.7.2 Varians return Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima dengan yang diekspektasi. Penyimpangan standar atau deviasi standar (standard deviation) yang mengukur absolute penyimpangan nilai-nilai yang sudah terjadi dengan nilai rataratanya (sebagai nilai yang diekspektasi). Jadi penyimpangan standar atau deviasi standar masih merupakan pengukuran yang digunakan untuk menghitung risiko yang berhubungan dengan return ekspektasi. Varian (variance) merupakan kuadrat dari deviasi standar. σi 2 dimana: σi 2 = variance saham i Rit = Return saham i pada periode t = Rata- rata return saham i pada periode t N = Jumlah pengamatan 2.7.3 Abnormal return Menurut (Jogiyanto, 2003) abnormal return adalah selisih antara return yang sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi. Abnormal return yang positif menunjukkan bahwa return yang diterima lebih besar dari pada return yang diharapkan, sebaliknya jika return yang diterima itu lebih kecil dari pada yang diharapkan maka disebut abnormal return negatif. Menurut (Kuntorowati dan Agustanto, 2000) Abnormal return merupakan selisih dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi atau return yang diharapkan. Sehingga perhitungan abnormal return (AR) dapat dilakukan dengan rumus di berikut ini: 51 AR i, t = Ri, t – E(Ri,t) Dimana : AR i, t : abnormal return saham i pada hari ke - t R i, t : Return sesungguhnya yang terjadi untuk saham i pada periode untuk peristiwa ke – t E(Ri,t) : Return ekspektasi saham ke-i untuk periode peristiwa ke-t. Menurut Brown dan Warner (1985) menyatakan bahwa return ekspektasi merupakan return yang ahrus diestimasi. Ekspektasi return dapat dicari dengan menggunakan tiga model, yaitu: 1. Mean - adjusted model Model ini menganggap return ekspektasi bernilai kostan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Periode estimasi ini adalah periodesebelum periode peristiwa atau disebut juga periode pengamatan taua jendela peristiwa (event window) Mean - adjusted model dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: Dimana : E(R ) : Return ekspektasi sekuritas ke- i pada waktu t i,t R : Actual Return sekuritas ke – I pada waktu t T : Periode estimasi i,t 52 2. Market Model Model ini dapat menghitung return ekpektasi dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. membentuk model ekspektasi dengan menggunkan data realisasi selama periode estimasi. 2. Menggunakan model ekspektasi untuk mengestimasi return ekspektasi diperiode jendela Model ekspektasi dapat dihitung dengan menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary least square) dengan persamaan: Dimana : ERi,t : Return saham i αi : Alpa saham i βi : Beta saham i Rm,t : Return pasar degan IHSG Bahwa return pasar bisa dihitung melalui return indeks harga saham gabungan. IHSG merupakan value weighted index yaitu perhitungannya menggunakan nilai (value) kapatitalisasi pasar. Return pasar digunakan untuk menaksir risiko (beta) dengan menggunakan indeks harga saham gabungan. Return pasar dapat dihitung dengan rumus: Dimana : Rm IHSG : Return market atau keuntungan pasar t : Nilai tolak ukur pada periode sekarang IHSGT – 1 : Nilai tolak ukur pada periode sebelumnya 53 3. Market adjusted model Model ini tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Model Market adjusted model menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Berikut adalah Rumus menghitung market Adjusted model Dimana: ARit : abnormal return saham ipada hari ke t Rit : actual return saham ipada hari ke t Rmt : Return pasar yang dihitung dengan rumus 54 Peneliti yang menguji tentang keterkaitan stock split terhadap risiko sistematis maupun abnormal return telah dilakukan oleh banyak peneliti. Hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1 diantaranya sebagai berikut : Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu No. Judul Penelitian Pengaruh 1 stock Variabel Penelitian Alat Hasil Analisis split Harga saham, Volume Uji beda Tidak terdapat terhadap likuiditas return perdagangan saham, dua rata- perbedaan yang saham di BEJ (Wang varians saham, rata signifikan antara abnormal return Sutrisno,2000) abnormal return saham sebelum dan sesudah pemecahan saham Analisis Return, Stock split, abnormal Uji beda abnormal return, aktivitas return, 2 yang volume perdagangan dan perdagangan, bid-ask rata signifikan antara bid-ask spread saham di spread abnormal return seputar pengumuman saham sebelum dan (M. Taufiq sesudah pemecahan Noor Rokhman) Pengaruh saham dan activity 3 terdapat perbedaan stock split volume dua rata- Tidak saham pemecahan Abnormal terhadap trading saham return trading volume activity yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 20062010 (Fretty Asih Rumanti dan moerdiyanto return, Satatistik terdapat perbedaan volume test T abnormal return dan uji saham pada saat 10 one hari sebelum dan 10 sample T hari sesudah pemecahan saham 55 4 Pengaruh Stock split Abnormal terhadap harga dan Stock split, TVA likuiditas saham(Zainal, Abidin Zein, return, Satatistik Novita Indrawati, Eka Hariyani Terdapat perbedaan test T yang signifikan dan uji antara abnormal one return sebelum sample T stock split dengan setelah stock split. Dampak size perusahaan Stock terhadap 5 split, kandungan sistematis, risiko Satatistik abnormal test T Tidak terdapat perbedaan yang informasi dan efek intra return signifikan antara industry abnormal return pengumuman stock split (Luciana Spica saham dan beta almilia, pada saa sebelum Emanuel kristijadi) dan setelah pengumuman stock split yang dilakukan oleh perusahaan size besar dan kecil Sumber: Dari berbagai jurnal