BAB II TINJAUAN TEORI A. Kehamilan 1. Pengertian Kehamilan

advertisement
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan
1.
Pengertian Kehamilan
Menurut Prawirohardjo (2009; h.213) kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan 7 hari.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari )
dihitung dari hari pertama haid terkahir. Kehamilan dibagi menjadi 3
triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua dimulai dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan
ketiga dimulai dari bulan ketujuh sampai 9 bulan. (Saifuddin, 2006; h.89)
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kehamilan
adalah penyatuan spermatozoa dan ovum atau hasil konsepsi yang
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi yang berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 9 bulan 7 hari yang dihitung dari hari pertama
haid terkahir yang diakhiri dengan keluarnya hasil konsepsi atau janin.
2.
Tanda dan Gejala Kehamilan
Marmi (2011; h.101) menyatakan tanda dan gejala kehamilan
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a.
Tanda tidak pasti kehamilan
1)
Amenorea (tidak dapat haid)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak
dapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama
haid terakhir supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan
taksiran tanggal persalinan akan terjadi, dengan memakai
rumus Neagie: HT –3 (bulan +7) (Prawirohardjo, 2010; h.89).
9
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
10
2)
Mual dan Muntah
Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga
akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut
“morning sickness” (Prawirohardjo, 2010; h.89).
3)
Mengidam (ingin makanan khusus)
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan
tetapi
menghilang
dengan
makin
tuanya
kehamilan
(Prawirohardjo, 2010; h.89).
4)
Pingsan
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat.
Biasanya
hilang
sesudah
kehamilan
16
minggu
(Prawirohardjo, 2010).
5)
Anoreksia (tidak ada selera makan)
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, tetapi
setelah itu nafsu makan timbul lagi (Prawirohardjo, 2010;
h.90).
6)
Mamae menjadi tegang dan membesar.
Keadaan ini disebabkan pengaruh hormon estrogen dan
progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara
(Prawirohardjo, 2010; h.90).
7)
Sering Miksi
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih
tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan
hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan,
gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala
janin (Prawirohardjo, 2010; h.91).
8)
Konstipasi atau obstipasi
Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan
oleh pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan
kesulitan untuk buang air besar (Prawirohardjo, 2010, h;91).
9)
Pigmentasi (perubahan warna kulit)
Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang
berwarna lebih tegas, melebar dan bertambah gelap terdapat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
11
pada perut bagian bawah (Prawirohardjo, 2010; h.91).
b.
Tanda kemungkinan kehamilan
1)
Perut membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar
dan mulai pembesaran perut (Marmi, 2011; h.104).
2)
Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari
rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus
membesar dan bentuknya makin lama makin bundar (Marmi,
2011; h.104).
3)
Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak,
terutama daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus
uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus
pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang
dan lebih lunak (Marmi, 2011; h.104).
4)
Tanda Chadwick
Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada
vulva, vagina, dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan
oleh pengaruh hormon estrogen (Marmi, 2011; h.104).
5)
Tanda Piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang–kadang pembesaran
tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat
tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus membesar ke salah
satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran
(Marmi, 2011; h.104).
6)
Tanda Braxton-Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk
uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang
membesar tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma
uteri, tanda Braxton-Hicks tidak ditemukan (Marmi, 2011;
h.104).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
12
7)
Teraba ballotemen
Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah
tanda adanya janin di dalam uterus (Marmi, 2011; h,104).
8)
Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human
chorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah air
kencing pertama pada pagi hari. Dengan tes ini dapat
membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin
(Marmi, 2011; h.104).
c.
Tanda pasti kehamilan
1)
Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga
bagian-bagian janin.
2)
Denyut jantung janin
3)
Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec
4)
Dicatat dan didengar dengan alat doppler
5)
Dicatat dengan foto elektro kardiogram
6)
Dilihat pada ultrasonograf.
7)
Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen (Marmi, 2011;
h.105)
3.
Perubahan anatomi dan fisiologi
Anatomi adalah ilmu tentang setruktur tubuh dan hubungan antar
bagianya, sebagian besar didasarkan pada potongan tempat nama
tersebut diperoleh dari 2 potongan tubuh yang terorganisasi (Dorland,
2010 h.103).
Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil sebagian
besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama
kehamilan. Kebanyakan perubahan ini merupakan respon terhadap
janin. Satu hal yang menakjubkan adalah bahwa hampir semua dari
perubahan ini akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah
proses persalinan dan menyusui selesai. Pemahaman tentang
perubahan anatomi dan fisiologi selama kehamilan merupakan salah
satu tujuan utama dari ilmu kebidanan. Hampir tidak mungkin dapat
mengerti proses penyakit yang terjadi selama kehamilan dan masa nifas
tanpa disertai pemahaman mengenai perubahan anatomi dan fisiologi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
13
ini (Prawirohardjo, 2010 h.78). Dibawah ini perubahan anatomi dan
fisiologi yang terjadi pada ibu hamil yaitu:
H.
Sistem Reproduksi
1)
Uterus
a)
Ukuran, pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus
adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari
4.000
cc.
Hamil
ini
memungkinkan
adekuatnya
akomondasinya pertumbuhan janin. Pada saat ini rahim
membesar akibat hipertropi dan hiperplasi otot polos
rahim, serabut-serabut kolagenya menjadi higroskopik,
dan endometrium menjadi desidua. Jika penambahan
ukuran TFU per tiga jari, dapat dicermati dalam tabel
berikut ini (Sulistyawati, 2009 h.35).
Tabel 2.1 TFU Menurut Penambahan Per 3 Jari
Usia Kehamilan
(Minggu)
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
12
16
20
3 jari diatas simfisis
Pertengahan pusat-simfisis
3 jari dibawah pusat
24
28
32
36
40
Setinggi pusat
3 jari diatas pusat
Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)
3 jari dibawah prosesus xiphoideus (px)
Pertengahan pusat-xiphoideus (px).
Sumber : Sulistyawati (2009 h.35)
b)
Berat, berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram
menjadi 1000 gram pada akhir bulan.
Tabel 2.2 Uterus Berdasarkan Usia Bentuk Kehamilan
Usia
Kehamilan
Bulan pertama
2 bulan
3 bulan
4 bulan
5 bulan
Bentuk dan Konsistensi Uterus
Seperti buah alpukat.
Isthmus rahim menjadi hipertropi dan bertambah
panjang, sehingga bila diraba terasa lebih lunak,
keadaan ini yang disebut tanda hegar.
Sebesar telor bebek.
Sebesar telor angsa.
Berbentuk bulat.
Rahim teraba seperti cairan ketuban, rahim terasa tipis,
itulah sebapnya mengapa bagian-bagian janin ini dapat
dirasakan melalui perabaan dinding perut.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
14
c)
Posisi rahim dalam kehamilan.
(1) Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi
atau retrofleksi.
(2) Pada 4 bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam
rongga pelvis.
(3) Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang
dalam pembesaranya dapat mencapai batas hati.
(4) Pada ibu hamil, rahim biasanya mobile, lebih
mengisi rongga abdomen kanan atau kiri.
(5) Vaskularisasi, arteri uterina dan ovarika bertambah
dalam
diameter,
panjang,
dan
anak-anak
cabangnya, pembuluh darah vena mengembang
dan bertambah.
(6) Serviks uteri, bertambah vaskularisasinya dan
menjadi lunak, kondisi ini yang disebut dengan
tanda goodle. Kelenjar endoservikal membesar dan
banyak mengeluarkan cairan muskus, oleh karena
pertambahann dan pelebaran pembuluh darah,
warnanya menjadi livid, dan ini disebut tanda
Chadwick (Sulistyawati, 2009 h.36).
2)
Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan
pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus
luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel akan
berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan
setelah itu akan berrperan sebagai penghasilan progesterone
dalam jumlah yang reltif minimal. Relaksin, suatu hormon
protein yang mempunyai struktur mirip dengan insulin dan
insulin like growth factor I dan II, disekresikan oleh korpus
luteum, desidua, plasenta, dan hati. Aksi biologi utamanya
adalah dalam proses remodeling, Jaringan ikat pada saluran
reproduksi, yang kemudian akan mengakomodasi kehamilan
dan
keberhasilan
proses
persalinan.
Perannya
belum
diketahui secara menyeluruh, tetapi diketahui mempunyai
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
15
efek pada perubahan stuktur biokimia serviks, dan kontraksi
miometrium yang akan berimplikasi pada kehamilan preterem
(Prawirohardjo, 2010 h.90).
3)
Vagina dan perineum.
Selama
kehamilan
peningkatan
vaskularisasi
dan
hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perenium
dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna
keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwick. Perubahan
ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jarinan
ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos. Dinding vagina
mengalami banyak perubuhan yang merupakan persiapan
untuk mengalami pereganggan pada waktu persalinan
dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya
jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini
mengakibatkan
bertambah
panjangnya
dinding
vagina.
Papilla mukosa juga mengalami hipertrofi dengan gambaran
seperrti paku sepatu (Prawirohardjo, 2010 h.90)
I.
Sistem kardiovaskular.
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan
perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik.
Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu
ke-10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga
terjadi peningkatan preload. Performa ventrikel selama kehamilan
dipengaruhi oleh penurunan resistensi vascular sistemik dan
perubahan pada aloran pulsasi arterial. Kapasitas vaskular juga
akan
meningkat
untuk
memenuhi
kebutuhan.
Peningkatan
estrogen dan progesterone juga akan menyebabkan terjadinya
vasodilatasi
dan
penurunan
resistensi
vaskular
perifer
(Prawirohardjo, 2010 h.91)
J.
Sistem Urinaria
Selama kehamilan, ginjal berkerja lebih berat. Ginjal
menyaring darah yang volumenya meningkat (sampai 30-50% atau
lebih), yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24 minggu
sampai sesaat sebelum persalinan (pada saat ini aliran darah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
16
keginjal berkurang akibat penekanan rahim yang membesar).
Dalam keadaan normal, aktifitas ginjal meningkat ketika berbaring
dan menurun ketika berdiri. Keadaan ini semakin menguat pada
saat kehamilan, karena itu wanita hamil sering merasa ingin
berkemih ketika mereka mencoba untuk berbaring atau tidur. Pada
akhir kehamilan, peningkatan aktivitas ginjal yang lebih besar
terjadi saat
wanita hamil yang tidur miring. Tidur miring
mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang membawa darah
dari tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran darah yang
selanjutnya akan meningkatkan aktivitas ginjal dan curah jantung
(Sulistyawati, 2009 h.40).
K.
Sistem Gastrointestinal
Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum
dan
usus bagian bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi.
Sembelit semakin berat karena gerakan otot di dalam usus
diperlambat oleh tingginya kadar progesteron. Wanita hamil sering
mengalami rasa panas di dadda dan sendawa, yang kemungkinan
terjadi karena makanan lebih lama berada didalam lambung dan
karena relaksasi sfingter di kerongkongan bagian bawah yang
memungkinkan isi lambung mengalir kembali kekrongkongan.
Ulkus gastrikum jarang ditemukan pada wanita hamil dan jika
sebelumnya menderita ulkus gastrikum biasanya akan membalik
karena asam lambung yang dihasilkan lebih sedikit (Sulistyawati,
2009 h.40).
L.
Sistem Metabolisme
Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk pembentukan
tulangnya dan ini terjadi ketika trimester terakhir. Oleh karena itu,
peningkatan asupan kalsium sangat diperlukan untuk menunjang
kebutuhan. Peningkatan kebutuhan kalsium mencapai 70% dari
diet biasanya. Penting bagi ibu hamil untuk selalu sarapan karena
kadar glukosa darah ibu sangat berperan dalam perkembangan
janin, dan berpusat saat kehamilan akan memproduksi lebih
banyak ketosis yang dikenal “cepat merasakan lapar “ yang
mungkin berbahaya bagi janin (Sulistyawati, 2009 h.41).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
17
Kebutuhan zat besi wanita hamil kurang lebih 1.000 mg, 500
mg dibutuhkan untuk meningkatkan masa sel darah merah dan
300 mg untuk transportasi ke fetus ketika kehamilan memasuki
usia 12 minggu, 200 mg sisanya untuk menggantikan cairan yang
keluar dari tubuh. Wanita hamil membutuhkan zat besi rata-rata 3,5
mg/hari. Pada metabolisme lemak terjadi peningkatan kadar
kolestrol sampai 350 mg atau lebih per 100 cc. Hormon
somatotropin mempunyai peranan dalam pembentukan lemak
pada payudara. Deposit lemak lainnya tersimpan di badan, perut,
paha, dan lengan. Pada metabolisme mineral yang terjadi adalah
sebagai berikut:
1)
Kalsium. Dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari, sedangkan
untuk pembentukan tulang terutama di trimester akhir
dibutuhkan 30-40 gram.
M.
2)
Fosfor, Dibutuhkan rata-rata 2 gram / hari.
3)
Air, Wanita hamil cenderung mengalami retensi air.
Perubahan sistem Muskuloskeletal
Estrogen dan Progesteron member efek maksimal pada
relaksasi otot dan ligament pelvis pada akhir kehamilan. Relaksasi
ini digunakan oleh pelvis untuk meningkatkan kemampuanya
menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan dan pada saat
kelahiran ligament pada simfisis pubis dan sakroiliaka akan
menghilang karena berelaksasi sebagai efek dari estrogen.
Simpisis pubis melebar sampai 4 mm pada usia kehamilan 32
minggu dan sakrokoksigeus tidak teraba, diikuti terabanya koksigis
sebagai pengganti bagian belakang. Adanya sakit punggung dan
ligament pada kehamilan tua disebabkan oleh meningkatnya
pergerakan pelvis akibat meningkatnya pembesaran uterus.
Bentuk tubuh selalu berubah menyesuaikan pembesaran uterus
kedepan karena tidak adanya otot abdomen (Sulistyawati, 2009
h.42).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
18
N.
Perubahan pada kulit
Topeng kehamilan (cloasma gravidarum) adalah bintik-bintik
pigmen kecoklatan yang tampak di kulit kening dan pipi.
Peningkatan pigmentasi juga terjadi di sekeliling putting susu,
sedangkan di perut bawah bagian tengah biasanya tampak garis
gelap, yaitu spider angioma (pembuluh darah kecil yang memberi
gambaran seperti laba-laba) biasa muncul di kulit, dan biasanya di
atas pinggang.
Pelebaran pembuluh darah kecil yang berdinding tipis sering
kali tampak di tungkai bawah. Pembesaran rahim menimbulkan
peregangan dan menyebabkan robekan serabut elastik di bawah
kulit, sehingga menimbulkan striae gravidarum atu striae lividae.
Bila terjadi peregangan yang hebat, misalnya pada hidramnion dan
gemili, dapat terjadi diastasis rekti bahkan hernia. Kulit perut pada
linea alba bertambah pigmentasinya dan disebut sebagai Lenea
nigra. Adanya vaso dilatasi kulit menyebabkan ibu mudah
berkeringat (Sulistyawati, 2009 h.42).
O.
Perubahan pada payudara
Payudara sebagai organ target untuk proses laktassi
mengalami banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin
lahir. Beberapa perubahan yang dapat diamati oleh ibu adalah
sebagai berikut.
1)
Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang, dan
berat.
2)
Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenjar alveoli.
3)
Bayangan vena-vena lebih membiru.
4)
Hiperpigmentasi pada areola dan putting susu.
5)
Kalau diperas akan keluar air susu jolong (kolostrum)
berwarna kuning (Sulistyawati, 2009; h. 42).
P.
Perubahan pada sistem endokrin.
Selama
siklus
menstruasi
normal,
Hipofisis
anterior
memproduksi LH dan FSH. Follicel stimulating hormone (FSH)
merangsang folikel de graaf untuk menjadi matang dan berpindah
kepermukaan ovarium di mana ia dilepaskan. Folikel yang kosong
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
19
dikenal sebagai korpus luteum dirangsang oleh LH untuk
memproduksi progesteron. Progesteron dan estrogen merangsang
proliferasi dari desidua (lapisan dalam uterus) dalam upaya
mempersiapkan implantasi jika kehamilan terjadi. Plansenta, yang
terbentuk secara sempurna dan berfungsi 10 minggu setelah
pembuahan terjadi, akan mengambil alih tugas korpus luteum
untuk memproduksi estrogen dan progesterone (Sulistyawati, 2009
h.42).
Q.
Perubahan Indeks Masa Tubuh (IMT) dan berat badan.
Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut
tinggi badan adalah dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh
(IMT) dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan pangkat 2.
Pertambahan berat badan ibu hamil menggambarkan status gizi
selama hamil, oleh karena itu perlu dipantau setiap bulan. Jika
terdapat kelambatan dalam penambahan berat badan ibu, ini dapat
mengindikasikan adanya malnutrisi sehingga dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan janin intra uteri (Intra-Uterin growth
retardation-IUGR). Disarankan untuk ibu primigravida untuk tidak
menaikan berat badan’ya lebih dari 1 kg per bulan. Perkiraan
peningkatan berat badan yang dianjurkan 4 kg pada kehamilan
trimester I, 0,5 kg per minggu pada kehamilan trimester II sampai
III, totalnya 15-16 kg (Sulistyawati, 2009 h.43).
R.
Perubahan sistem pernafasan.
Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya
ruang
rahim
dan
pembentukan
hormon
progesterone
menyebabkan paru-paru berfungsi sedikit berbeda dari biasanya.
Wanita hamil bernapas lebih cepat dan lebih dalam karena
memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk dirinya.
Lingkar dada wanita hamil agak membesar. Lapisan saluran
pernapasan menerima lebih banyak darah dan menjadi agak
tersumbat oleh penumpukan darah (kongesti). Kadang hidung dan
tenggorokan mengalami penyumbatan parsial akibat kongesti ini.
Tekanan
dan
kualitas
suara
wanita
hamil agak
berubah
(Sulistyawati, 2009 h.44)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
20
d)
Proses Kehamilan
Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan
terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta, dan tumbuhkembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,
2010 h.75).
a.
Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh
sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung
20 sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti
proses pematangan dan terjadi ovulasi. Dengan pengaruh (Fillicle
Stimulating Hormone) FSH, folikel primer mengalami perubahan
menjadi folikel de Graaf yang menuju ke permukaan ovarium disertai
pembentukan cairan folikel.
Desakan folikel de Graaf ke permukaan ovarium meyebabkan
penipisan dan disertai devaskularisasi. Selama pertumbuhan folikel de
Graaf,
ovarium
mengeluarkan
hormon
estrogen
yang
dapat
mempengaruhi gerak dari tuba yang makin mendekati ovarium, gerak
sel rambut lumen tuba makin tinggi, peristaltik tuba makin aktif. Ketiga
faktor ini menyebabkan aliran cairan dalam tuba makin deras menuju
uterus. Dengan pengaruh (Luteinizing Hormone) LH yang semakin
besar dan fluktuasi yang mendadak, terjadi proses pelepasan ovum
yang disebut ovulasi (Manuaba, 2010 h.75).
b.
Spermatozoa
Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal yang
kompleks dari pancaindra, hipotalamus, hipofisis, dan sel interstitial
Leydig sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis.
Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperm yang
mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa setiap cc. Bentuk
spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong sedikit
gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara kepala dan
ekor), ekor (panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energi
sehingga dapat bergerak) (Manuaba, 2010 h.76).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
21
c.
Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi
atau
fertilisasi dan
membentuk
zigot.
Proses
konsepsi dapat
berlangsung seperti uraian dibawah ini:
1)
Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh
korona radiata, yang mengandung persendian nutrisi.
2)
Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah
sitoplasma yang disebut vitelus.
3)
Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada zona
pelusida. Nutrisi dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran
pada zona peludisa.
4)
Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang
paling luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel
yang mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu hidup terlama
di dalam ampula tuba.
5)
Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.
Spermatozoa menyebar, masuk melalui kanalis servikalis
dengan kekuatan sendiri. Pada kavum uteri, terjasi proses
kapasitasi, yaitu pelepasan lipoprotein dari sperma sehingga
mampu mengadakan fertilisasi. Spermatozoa melanjutkan
perjalanan
menuju
tuba
falopi.
Spermatozoa
akan
mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta mengikis
korona radiata dan zona pelusida dengan proses enzimatik.
Setelah kepala spermatozoa masuk kedalam ovum, ekornya
lepas dan tertinggal diluar. Kedua inti ovum dan inti
spermatozoa bertemu dengan membentuk zigot (Manuaba,
2010 h.77-79).
6)
Proses Nidasi atau Implantasi
Dengan
masuknya
inti
spermatozoa
ke
dalam
sitoplasma, “vitelus” membangkitkan kembali pembelahan
dalam inti ovum yang dalam keadaan “metafase”. Proses
pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anafase dan
“telofase”
sehingga
pronukleusnya
menjadi
“haploid”.
Pronukleus spermatozoa dalam keadaan haploid saling
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
22
mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan beremu
dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun
wanita.
Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa,
terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah mampu
membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya. Berbarengan
dengan pembelahan inti, hasil konsepsi terus berjalan menuju
uterus. Pembelahan berjalan terus dan didalam morula
terbentuk ruangan yang mengandung cairan yang disebut
blastula. Perkembangan dan pertumbuhan berlangsung,
blastula dengan vili korealisnya yang dilapisi sel trofoblas
telah siap untuk mengadakan nidasi (Manuaba, 2010
h.79-80).
d.
Pembentukan Plasenta
Nidasi atau implantasi terjadi pada sebagian fundus uteri didinding
depan atau di belakang. Pada blastula penyebaran sel trofoblas yang
tumbuh tidak merata, sehingga bagian blastula dengan inner cell mass
akan tertanam dalam endometrium sel trofoblas menghancurkan
endometrium sampai terjadipembentukan plasenta yan berasal dari
primer vili korealis.
Nidasi
(implantasi)
mendorong
sel
blastula
mengadakan
diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan eksoselom membentuk
“entoderm” dan “yolk sac” (kantong kuning telur) sedangkan sel lain
membentuk “ectoderm” dan ruangan amnion. Plat embrio (embrional
plate) terbentuk di antara dua ruang yaitu ruang amnion dan kantong
yolk sac. Plat embrio terdiri dari unsure ectoderm, entoderm dan
mesoderm. Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion sehingga
jaringan yang terdapat diantara amnion dan embrio padat
dan
berkembang menjadi tali pusat.
Awalnya yolk sac berfungsi sebagai pembentuk darah bersama
dengan hati, limpa dan sum-sum tulang. Pada minggu kedua sampai
minggu ketiga, terbentuk bakal jantug dengan pembuluhdarahnya yang
menuju body stalk (bakal tali pusat). Jantung bayi mulai dapat didteksi
pada minggu ke 6 sampai minggu ke 8 dengan menggunakan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
23
ultrasonografi atau system Doppler (Manuaba, 2010 h.82-83).
e)
Ketidaknyamanan pada Ibu Hamil Trimester I, II, dan III
Ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester I, II, dan III menurut
Marmi (2011 h.130) adalah:
a.
Nause (Mual)
Tindakan untuk meredakan morning sickness dapat berupa:
f.
Makan dengan porsi kecil, sering bahkan setiap 2 jam, karena
hal ini lebih mudah dipertahankan daripada makan porsi
besar tiga kali sehari.
g.
Hindari makanan yang beraoma kuat atau menyengat.
h.
Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum beranjak dari
tempat tidurdi pagi hari.
i.
b.
Istirahat.
Keletihan
Keletihan
dialami
pada
trimester
pertama,
namun
penyebabnya belum diketahui. Metode yang dapat dilakukan untuk
meredakan rasa letih tersebut adalah:
F.
Meyakinkan pada ibu hamil bahwa keletihan merupakan
suatu hal yang normal dan akan hilang secara spontan pada
kehamilan masuk trimester kedua.
G.
Sering beristirahat siang hari jika waktu memungkinkan.
H.
Latihan tingan dan nutrisi yang baik dan mencukupi
kebutuhan ibu hamil.
I.
Nyeri Punggung Bagian Atas (Non Patologis)
Nyeri punggung yang dimaksud merupakan suatu kondisi
yang normal terjadi pada trimester pertama. Hal tersebut
diakibatkan karena meningkatnya ukuran payudara yang
membuat payudara menjadi berat. Metode untuk mengutangi
rasa nyeri ini adalah:
a)
Berlatih
dengan
mengangkat
panggul,
hindari
ketidaknyamanan karena pekerjaan, sepatu dengan hak
tinggi, mengangkat bebean berat dan keletihan.
b)
Gunakan kasur yang keras untuk tidur.
c)
Gunakan bantal waktu tidur untuk meluruskan punggung.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
24
c.
Sakit punggung bagian bawah
Terjadi pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Cara
meringankan adalah:
1)
Hindari sepatu atau sandal berhak tinggi.
2)
Gunakan kasur yang keras untuk tidur.
3)
Hindari
tidur
terlentang
terlalu
lama
karena
dapat
menyebabkan sirkulasi darah menjadi lambat.
d.
Leukorea (Keputihan)
Leukorea merupakan sekresi vagina dalam jumah besar
dengan konsistensi kental atau cair yang dimulai dari trimester
pertama, sebagai bentuk dari hiperplasi mukosa vagina. Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi keputihan adalah:
e.
1)
Memperhatikan kebersihan tubuh pada area genital.
2)
Membersihkan area genital dari arah depan kebelakang.
3)
Mengganti celana dalam secara rutin.
4)
Tidak menggunakan semprot untuk menjaga area genitala.
Sering berkemih
Peningkatan frekuensi berkemih pada trimester pertama,
dimungkinkan karena terjadinya peningkatan berat pada rahim
sehingga membuat istmus menjadi lunak (tanda hegar), hal ini
menyebabkan posisi rahim menjadi antefleksi sehingga menekan
kandung kemih secara langsung. Sedangkan pada trimester ketiga
paling sering dialami oleh wanita primigravida setelah lightening
terjadi. Lightening menyebabkan bagian terendah janin menurun
masuk kedalam panggul dan menimbulkan tekanan langsung pada
kandung lemih. Metode untuk mengatasi masalah ini adalah:
1)
Banyak minum pada siang hari.
2)
Membatasi minuman yang mengandung bahan cafein (teh,
kopi, cola)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
25
f.
Edema dependen
Terjadi pada trimester II dan III. Cara meringankan atau
mencegah adalah:
1)
Hindari posisi berbaring terlentang.
2)
Hindari posisi berdiri untuk waktu yang lama, istirhat dengan
berbaring ke kiri, dengan kaki agak ditinggikan.
3)
Perubahan
dan
Adaptasi
Psikologis
Masa
Kehamilan
Trimester I, II, dan III
Perubahan dan adaptasi psikologis masa kehamilan trimester
I, II, dan III menurut Romauli (2011 h.89) sebagai berikut:
a.
Trimester I (Penyesuaian)
1)
Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci
dengan kehamilannya.
2)
Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan,
dan kesedihan. Bahkan kadang ibu berharap agar
dirinya tidak hamil saja.
3)
Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakan ia benarbenar hamil. Hal ini dilakukan hanya sekedar untuk
meyakinkan dirinya.
4)
Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu
mendapat perhatian dengan seksama.
5)
Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan
merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin
dirahasiakannya.
6)
Hasrat
untuk
berbeda-beda
melakukan
pada
setiap
hubungan
seks
wanita,
tetapi
kebanyakan akan mengalami penurunan.
b.
Trimester II (Kesehatan yang baik)
1)
Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan
kadar hormon tinggi.
2)
Ibu sudah bisa menerimanya.
3)
Merasakan gerakan anak.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
26
4)
Merasa
terlepas
dari
ketidaknyamanan
dan
kekhawatiran.
5)
Libido meningkat.
6)
Menuntut perhatian dan cinta.
7)
Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan
bagian dari dirinya.
c.
Trimester III (Penantian dengan penuh kewaspadaan)
1)
Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek,
aneh, dan menarik.
2)
Merasa tidak mrnyrnangkan ketika bayi tidak hadir tepat
waktu.
3)
Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada
saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
4)
Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak
normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan
kekhawatiran.
5)
Standar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Marmi (2011 h.153) mengatakan bahwa terdapat 6 standar dalam
standar pelayanan antenatal seperti berikut:
a.
Standar 3: Identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan
dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar
mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan
secara teratur. Hasil yang diharapkan dari identifikasi ibu hamil ini
adalah.
1)
Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan,
2)
Ibu,
suami,
anggota
masyarakat
menyadari
manfaat
pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur, serta
mengetahui tempat pemeriksaan kehamilan.
3)
Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri
sebelum kehamilan 16 minggu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
27
b.
Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal.
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali
selama kehamilan.
Tabel 2.3 Pemeriksaan Dan Pemantauan Antenatal
Kunjungan
Waktu
Alasan
a. Mendeteksi masalah yang dapat
Trimester I
Sebelum 14 minggu
Trimester II
14 – 28 minggu
a. 28 – 36 minggu
Trimester III
b. Setelah 36
minggu
ditangani sebelum membahayakan
jiwa.
b. Mencegah masalah, misal : tetanus
neonatal, anemia, kebiasaan
tradisional yang berbahaya)
c. Membangun hubungan saling percaya
d. Memulai persiapan kelahiran &
kesiapan menghadapi komplikasi.
e. Mendorong perilaku sehat (nutrisi,
kebersihan , olahraga, istirahat, seks,
dsb).
Sama dengan trimester I ditambah:
kewaspadaan khusus terhadap hipertensi
kehamilan (deteksi gejala preeklamsia,
pantau TD, evaluasi edema, proteinuria)
Sama, ditambah : deteksi kehamilan
ganda.
Sama, ditambah : deteksi kelainan letak
atau kondisi yang memerlukan persalinan
di RS.
Kebijakan ini adalah jumlah minimal yang ditetapkan. Semakin
sering ibu hamil melakukan kunjungan akan semakin baik untuk
pemantauan kehamilan dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Kunjungan yang ideal adalah :
1)
Awal kehamilan – 28 mg : 1 x 1 bulan
2)
28 minggu – 36 minggu : 1 x 2 minggu
3)
36 minggu – lahir : 1 x 1 minggu
Dalam
kunjungan,
pemeriksaan
meliputi
anamnesis
dan
pemantauan ibu dan janin, mengenal kehamilan risiko tinggi, imunisasi,
nasehat dan penyuluhan, mencatat data yang tepat setiap kunjungan,
dan tindakan tepat untuk merujuk.
c.
Standar 5: Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan
melakukan partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur
kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
28
kepala janin ke dalam ronggga panggul, unuk mencari kelainan serta
rujukan tepat waktu.
Tujuannya adalah memperkirakan usia kehamilan, pemantauan
pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian terbawah janin.
Hasil yang diharapkan :
1)
Perkiraan usia kehamilan lebih baik
2)
Diagnosis dini kelainan letak, dan merujuknya sesuai dengan
kebutuhan
3)
Diagnosis dini kelainan letak, dan merujuknya sesuai dengan
kebutuhan
4)
Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain, serta
merujuknya sesuai dengan kebutuhan
d.
Standar 6: pengelolaan anemia pada kehamilan
Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil (Fe) adalah mencegah
defisiensi zat besi pada ibu hamil, bukan menaikkan kadar hemoglobin.
Wanita hamil perlu menyerap zat besi rata-rata 60 mg/hari (Tablet
mengandung FeSO4320 mg = zat besi 60 mg dan asam folat 500 µg),
kebutuhannya meningkat secara signifikan pada trimester II karena
absorpsi usus yang tinggi. Fe diberikan satu tablet sehari sesegera
mungkin stelah rasa mual hilang, diberikan sebanyak 90 tablet semasa
kehamilan.
Tablet zat sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena
akan mengganggu penyerapan. Jika ditemukan/diduga anemia berikan
2-3 tablet zat besi per hari. Selain itu untuk memastikannya dilakukan
pemeriksaan darah hemoglobin untuk mengetahui kadar Hb yang
dilakukan 2 kali selama masa kehamilan yaitu pada saat kunjungan
awal dan pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih sering jika ada
tanda-tanda anemia. Selain anemia, seorang bidan juga dapat memberi
obat-obatan bagi ibu hamil seperti medikasi berbagai jenis obat secara
rutin (zat besi, calcium, multivitamin dan mineral) dan obat khusus (anti
parasit cacing dan malaria)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
29
e.
Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan.
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah
pada kehamilandan mengenali tanda tanda serta gejala preeklamsia
lainnya, seta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
f.
Standar 8: Persiapan Persalinan.
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan
akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan
biaya untuk merujuk, bila tiba tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan
hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.
f)
Asuhan kebidanan pada ibu hamil.
1.
Kebutuhan Nutrisi
Pada saat hamil ibu harus mengkonsumsi makanan yang
mengandung gizi bermutu tinggi hingga 300 kalori perhari,
seharusnya mengkonsumsi dengan menu seimbang meliputi kalori,
protein, mineral dan vitamin, Pada trimester tiga nafsu makan
sangat baik, tetapi jangan kelebihan, kurangi karbohidrat,
tingkatkan protein, sayur-sayuran dan buah-buahan, lemak harus
tetap dikonsumsi (Romauli, 2011 h.134).
2.
Tanda bahaya pada kehamilan pada masa kehamilan muda
Ibu untuk mencari pertolongan segera jika mendapati tanda
berikut:
1)
Perdarahan pervaginam.
Perdarahan pervaginan menurut Romauli (2011, h;200) pada
kehamilan muda dapat disebabkan oleh abortus, kehamilan
ektopik atau mola hidatidosa.
a)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh
akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan
tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu hidup diluar kandungan.
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara
alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengskhiri
kehamilan tersebut. Terminonologi untuk masalah ini
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
30
adalah keguguran atau miscarriage (Saifudin, 2009 h;
145).
Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat
intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri
proses kehamilan. Terminologi untuk keadaan ini adalah
pengguguran, aborsi atau abortus provokatus (Saifuddin,
2009 h;145)
Jenis abortus ada abortus imminens, insipiens, abortus
incomplitus, abortus kompletus, abortus tertuna (missed
abortion), abortus habitualis, abortus febritis (Romauli,
2011 h;201)
b)
Kehamilan mola
Disebut kehamilan mola/anggur yaitu adanya jonjon
korion (chorionic villi) yang tumbuh berganda berupa
gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak
cairan sehingga menyerupai anggur atau mata ikan
(Romauli, 2011 h;205).
c)
Kehamilan ektopik
Dinamakan kehamilan ektopik jika kehamilan dengan
hasil konsepsi tidak berada di dalam endometrium uterus.
Keadaan ini akan meningkat menjadi kehamilan dengan
hasil ektopik terganggu (KET) pada usia kehamilan lebih
dari 10 minggu. Sebagian KET terjadi pada kehamilan
yang terletak di tuba (Romauli, 2011 h;207)
2)
Hipertensi Gravidarum
a)
Hipertensi Kronik adalah hipertensi yang menetap oleh
sebab apapun, yang sudah ditemukan pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu, atau hipertensi yang
menetap setelah 6 miggu pasca salin (Kusmiyati, 2010
h;160).
Pencegahan menurut Saifuddin (2009, h;210) :
1.
Pembatasan kalori, cairan, dan diet rendah garam
2.
Deteksi dini dan penanganan cepat-tepat. Kasus
harus ditindaklanjuti secara reguler dan diberi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
31
penerangan yang jelas bilamana harus kembali ke
pelayanan kesehatan.
3.
Pemasukan
cairan
terlalu
banyak
dapat
menyebabkan edema paru
b)
superimpossed preeclamsia adalah hipertensi kronik
dengan eklamsia
3)
Nyeri abdomen yang hebat.
Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang
(Kusmiyati, 2010 h;161). Hal ini mungkin gejala utama
kehamilan ektopik atau abortus.
c.
a)
Kista ovarium
b)
Apenditis
c)
Sistitis
d)
Pielobefritis akut
Tanda-tanda bahaya pada kehamilan lanjut
1)
Perdarahan pervaginan
Perdarahan antepartum/perdarahan menurut Kusmiyati (2010,
h;163) pada kehamilan lanut adalah perdarahan pada
trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan.
Jenis perdarahan antepartum :
a)
Plasenta previa adalah
plasenta yang berimplantasi
rendah sehingga menutupi sebagian/seluruh ostium uteri
internum.
b)
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum
waktunya.
2)
Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala merupakan ketidaknyamanan yang normal
dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu
masalah serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak
hilang dengan beristirahat (Kusmiyati, 2010 h;165).
3)
Penglihatan kabur
4)
Bengkak di wajah dan jari-jari tangan
5)
Keluar cairan pervaginan
6)
Gerakan janin tidak terasa
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
32
1.
Persalinan
1.
Pengertian persalinan
a.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke dalam jalan lahir. (Hidayat, 2010 h.1)
b.
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih
dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin
(Prawirohardjo, 2010 h.120).
c.
Persalinan adalah proses pengeluran hasil konsepsi janin plasenta
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan kekuatan sendiri (Manuaba, 2010 h.147).
Dari definisi diatas maka persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi
atau janin cukup bulan (37-40 minggu) dengan adanya pembukaan
serviks dan janin turun ke dalah jalan lahir dengan presentasi belakang
kepala dan lahir spontan tanpa bantuan atau dengan kekuatan sendiri.
2.
Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Sebab yang mendasari terjadinya partus secara teoritis masih
merupakan
kumpulan
teoritis
yang
kompleks
teori yang
turut
memberikan andil dalam proses terjadinya persalinan antara lain: teori
hormonal, prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh
saraf, dan nutrisi hal inilah yang diduga memberikan pengaruh sehingga
partus dimulai (Rukiyah, 2009 h.119).
a.
Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaiknya
estrogen meningkatkan kontraksi otot rahim. Selama kehamilan,
terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di
dalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun
sehingga timbul his.
b.
Teori Oxcytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxcytocin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot rahim.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
33
c.
Peregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan, maka terenganglah otot-otot rahim.
Sehingga timbulah kontraksi untuk mengeluarkan janin.
d.
Pengaruh janin
Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memgang peranan
penting oleh karena itu pada ancephalus kelahiran sering lebih lama.
e.
Teori Prostaglandin
Kadar protagladin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga
aterm
terutama
saat
persalinan
yang
menyebabkan
kontraksi
miometrium.
Secara mikroskopis perubahan biokimia dalam tubuh wanita hamil
sangat
menentukan
seperti
perubahan
Hormon
Estrogen
dan
Progesteron. Seperti kita ketahui bahwa estrogen merupakan penenang
bagi otot-otot uterus, menurunya hormon ini terjadi kira-kira 12 jam
sebelum partus dimulai (Rukiyah, 2009 h.119).
Kadar prostaglandin cenderung meningkat ini terjadi mulai
kehamilan usia 15 minggu hingga aterm, pada saat partus berlangsung,
plasenta yang mulai menjadi tua seiring dengan tuanya usia kehamilan.
Keadaan uterus terus membesar dan menegang mengakibatkan
terjadinya ishkemik otot-otot uterus hal ini juga yang diduga menjadi
penyebab terjadinya gangguan sirkulasi utero-plasenter sehingga
plasenta mengalami degenerasi (Rukiyah, 2009 h.120).
Faktor lain yang berpengaruh adalah berkurangnya jumlah nutrisi,
hal ini pertama kali dikemukakan oleh hipokrates: bila nutrisi pada janin
berkurang maka hasil konsepsi akan dikeluarkan. Faktor lain yang
dikemukakan adalah tekanan pada ganglion servikale dari pleksus
frankenhauser yang terletak dibelakang servik, bila ganglion ini tertekan
maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan (Rukiyah, 2009 h.120).
3.
Jenis-Jenis Persalinan
Jenis persalinan menurut Prawirohardjo (2009 h.155), jenis-jenis
persalinan antara lain:
a.
Persalinan Normal
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
34
presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam
tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin.
Terjadinya persalinan membutuhkan tiga faktor penting, yaitu
kekuatan ibu saat mengejan, keadaan jalan lahir, dan keadaan janin.
Ketiganya harus dalam keadaan baik, sehingga bayi dapat dilahirkan.
Dengan adanya kekuatan mengejan ibu, janin dapat memasuki ruang
panggul, posisi kepala sedikit menekuk sehingga dagu dekat dengan
dada janin. Posisi ini akan memudahkan kepala janin lolos melalui jalan
lahir, yang diikuti dengan beberapa gerakan selanjutnya. Setelah kepala
keluar, bagian tubuh janin yang lain akan mengikuti, mulai dari bahu,
badan, dan kedua kaki.
b.
Ekstrasi vakum
Ekstrasi vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan dengan ekstrasi tenaga negatif (vakum) pada kepalanya. Alat
ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse. Persalinan dengan
vakum dilakukan bila ada indikasi membahayakan kesehatan serta
nyawa ibu atau anak, maupun keduanya. Jika proses persalinan cukup
lama sehingga ibu sudah kehilangan banyak tenaga, maka dokter akan
melakukan tindakan segera untuk mengeluarkan bayi, misalnya dengan
vakum.
Keadaan lain pada ibu, yaitu adanya hipertensi (preeklampsia)
juga merupakan alasan dipilihnya vakum sebagai alat bantu persalinan
dalam keadaan demikian. Pasien juga tidak boleh mengejan terlalu kuat
karena
mengejan
dapat
mempertinggi
tekanan
darah
dan
membahayakan jiwa pasien. Vakum juga dikerjakan apabila terjadi
gawat janin yang ditandai dengan denyut jantung janin lebih dari 160
kali permenit atau melambat mencapai 80 kali permenit yang
menandakan bahwa bayi telah mengalami kekurangan oksigen
(hipoksia). Proses persalinannya sendiri menghabiskan waktu lebih dari
10 menit. Namun, dibutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk menjalani
seluruh prosedur.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
35
c.
Persalinan forsep
Forsep merupakan alat bantu persalinan yang terbuat dari logam
menyerupai sendok. Persalinan dengan forsep relatif beresiko dan sulit
dilakukan dibandingkan dengan vakum. Namun kadang terpaksa
dilakukan juga apabila kondisi ibu dan anak sangat tidak baik. Dokter
akan meletakkan forsep diantara kepala bayi dan memastikan itu
terkunci dengan benar, artinya kepala bayi dicengkram dengan kuat
dengan forsep. Kemudian forsep akan ditarik keluar sedangkan ibu
tidak perlu mengejan terlalu kuat. Persalinan forsep biasanya
membutuhkan episiotomi.
Persalinan ini bisa menyebabkan pada bayi dapat terjadi
kerusakan saraf ketujuh (nervus fasialis), luka pada wajah dan kepala,
serta patah tulang wajah dan tengkorak. Jika hal itu terjadi, bayi harus
diawasi dengan ketat selama beberapa hari. Tergantung derajat
keparahannya, luka tersebut akan sembuh sendiri. Sedangkan pada ibu,
dapat terjadi luka pada jalan lahir atau robeknya jalan lahir (ruptur uteri).
d.
Secsio Caesarea
Tindakan operasi caesar ini hanya dilakukan jika terjadi kemacetan
pada persalinan normal atau jika ada masalah pada proses persalinan
normal atau jika ada masalah pada proses persalinan yang dapat
mengancam nyawa ibu dan janin. Keadaan yang memerlukan operasi
caesar, misalnya gawat janin, jalan lahir tetutup plasenta (plasenta
previa
totalis),
persalinan
macet,
ibu
mengalami
hipertensi
(Preeklampsia), bayi dalam posisi sungsang atau melintang, serta
terjadi perdarahan sebelum prose persalinan.
4.
Tahapan Persalinan
Rukiyah (2009 h.131) tahapan dalam persalinan adalah sebagai
berikut:
a.
Kala I
Pada kala I persalinan dimulai proses persalinan yang ditandai
dengan adanya kontraksi yang teratur, adekuat, dan menyebabkan
perubahan pada servik hingga mencapai pembukaan lengkap, fase kala
I persalinan terdiri dari fase laten yaitu dimulai dari awal kontraksi
hingga pembukaan mendekati 4 cm, kontraksi mulai teratus tetapi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
36
lamanya masih diantara 20-30 detik, tidak terlalu mules. Fase aktif
dengan tanda-tanda kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40
detik atau lebih dan mules, pembukaan 4 cm hingga lengkap,
penurunan bagian bawah janin, waktu pembukaan servik sampai
pembukaan lengkap 10 cm.
Fase pembukaan dibagi menjadi 2 fase, fase laten berlangsung
selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lamban sampai mencapai
pembukaan 3 cm. Fase aktif dibagi dalam 3 fase, fase akselerasi dalam
waktu 2 jam pembukaan 3cm menjadi 4cm menjadi 9 cm, fase
deselerasi pembukaan
menjadi lambat
kembali
dalam
2
jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Lama kala I untuk primigravida berlangsung 2 jam dengan
pembukaan 1 cm perjam, dalam multigravida 8 jam dengan pembukaan
2 cm perjam. Komplikasi yang dapat timbul pada kala 1 adalah kutuban
pecah dini, tali pusat menumbung, gawat janin, inersia uteri, dan
obstrupsi plasenta.
b.
Kala II
Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap, tampak
bagian kepala janin melalui bukaan introitus vagina, ada rasa ingin
meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rektum atau vagina,
perineum terlihat menonjol, vulva dan springter ani membuka,
peningkatan pengeluaran lender dan darah.
Dimulainya dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
Proses ini biasanya berlangsung selama 2 jam pada primi dan 1 jam
pada multi. Pada kala pengeluaran, janin telah turun masuk ruang
panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasr panggul yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, karena tekanan pada
rectum ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus
membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka,
perineum membuka, perineum menegang. Dengan adanya his ibu
dipimpin untuk mengedan, maka lahir kepala di ikuti oleh seluruh badan
janin.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
37
Komplikasi yang dapat ditimbul pada kala II adalah eklamsi,
kegawatdaruratan janin, tali pusat menumbung, penurunan kepala
terhenti, kelelahan ibu, persalinan lama, ruptur uteri, distosia karena
kelainan letak, infeksi intra partum, inersia uteri, dan tanda-tanda lilitan
pusat.
c.
Kala III
Batasan kala III, masa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya
proses pengeluaran plasenta. Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah
terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri, tali pusat
memanjang atau terjulur keluar melalui vagina/vulva, adanya semburan
darah secara tiba-tiba. Kala III berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas
pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya.
Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit-15 menit setelah bayi lahir
dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Pengeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran darah. Komplikasi
yang dapat timbul kala III adalah pendarahan akibat atonia uteri,
retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, dan tanda gejala tali pusat.
d.
Kala IV
Dimulainya dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
postpartum. Komplikasi yang dapat timbul pada kala IV adalah sub
involusi dikarenakan oleh uterus tidak berkontraksi, dan perdarahan
yang disebabkan oleh atonia uteri,laserasi jalan lahir, sisa plasenta.
e.
Lamanya Persalinan
Lamanya persalinan tentu berlainan bagi primigravida dan
multigravida. Untuk primigravida kala I: 12,5 jam, kala II: 80 menit, kala
II: 10 menit, kala IV: 14 jam sedangkan pada multigravida kala I: 7 jam
20 menit, kala II: 30 menit, kala III: 10 menit, kala IV: 8 jam.
5.
Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Dalam Persalinan
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan
ruang lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan (Asri,
2010 h.26). Penatalaksanaan ibu bersalin normal kala I sampai dengan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
38
kala IV:
a.
Asuhan Kala I
1)
Menghadirkan orang yang di anggap penting oleh ibu seperti
suami, keluarga pasien atau teman dekat. Dukungan yang
dapat diberikan :
2)
a)
Mengusap keringat
b)
Menemani atau membimbing jalan – jalan (mobilisasi)
c)
Memberikan minum
d)
Merubah posisi dan sebagainya
e)
Memijat atau menggosok punggung
Mengatur aktivitas dan posisi ibu
a)
Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan
kesanggupannya
b)
Posisi sesuai dengan keinginan ibu, namun bila ibu ingin
di tempat tidur sebaiknya tidak dianjurkan tidur dalam
posisi terlentang lurus
3)
Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his
Ibu di minta menarik nafas panjang, tahan nafas sebentar,
kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu ada his
4)
Menjaga privasi ibu
Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan,
antara lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien atau ibu
5)
Mengatasi rasa panas
Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat,
dapat di atasi dengan cara :
6)
a)
Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar
b)
Menggunakan kipas biasa
c)
Menganjurkan ibu untuk mandi
Massase
Jika ibu suka, lakukan pijatan atau massase pada punggung
atau mengusap perut dengan lembut
7)
Pemberian cukup minum untuk memenuhi kebutuhan energi
dan mencegah dehidrasi
8)
Mempertahankan kandung kemih tetap kosong
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
39
Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
9)
Sentuhan disesuaikan dengan keinginan ibu, memberikan
sentuhan pada salah satu bagian tubuh yang bertujuan untuk
mengurangi rasa kesendirian ibu selama proses persalinan.
Pelaksanaan asuhan kala I dengan melakukan pencatatan partograf
1)
Pencatatan pada fase laten
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama,
yaitu sebagai berikut.
a)
Deyut jantung janin (DJJ) di periksa setiap satu jam.
b)
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus di periksa setiap ½
jam .
2)
c)
Nadi di periksa setiap ½ jam.
d)
Pembukaan servik di periksa setiap 4 jam.
e)
Penurunan di periksa setiap 4 jam.
f)
Tekanan darah dan temperature tubuh di periksa setiap 4 jam.
g)
Produksi urin, aseton dan protein di periksa setiap 2-4 jam.
Pencatatan selama fase aktif persalinan
a)
Informasi tentang ibu
b)
Keselamatan dan kenyamanan janin
1.
Denyut jantung janin (DJJ)
Kisaran normal djj terpapar pada partograf di antara garis
tebal angka 180 dan 100. Tetapi, penolong sudah harus
waspada bila djj dibawah 120 atau diatas 160.
2.
Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan
dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban
pecah. Gunakan lambang-lambang berikut : U (ketuban
utuh), J (ketuban jernih), M (ketuban bercampur
meconium), D (ketuban bercampur darah), K (ketuban
kering).
3.
Molage (penyusupan tulang kepala jann)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa
jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
40
keras panggul ibu. Gunakan lambinga-lambang berikut :
O (tulang tulang kepala janin terpisah), 1 (tulang tulang
kepala janin saling bersentuhan), 2 (tulang kepala janin
saling tumpang tindih), 3 (tulang kepala janin tumpang
tindih dan tidak dapat di pisahkan).
3)
Kemajuan persalinan
a)
Pembukaan servik
Nilai dan catat pembukaan servik setiap 4 jam, pada partograf
dengan menggunakan tanda “x” kemudian hubungkan tanda
tersebut dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak
terputus).
b)
Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
Nilai dan catat setiap kali melakukan pemeriksaan dalam setiap 4
jam. Berikan tanda “O” pada garis waktu yang sesuai. Sebagai
contoh, jika kepala bisa di palpasi 4/5, tuliskan tanda “O” di nomer 4,
hubungkan tanda “O” dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak
terputus.
c)
Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada di mulai pada pembukaan serviks 4 cm dan
berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap di harapkan terjadi
jika laju pembukaan 1 cm perjam. Garis bertindak tertera sejajar
dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi
kanan. Jika pembukaan servik berada di sebelah kanan garis
bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus di
lakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak
terlampaui.
4)
Jam dan waktu
a)
Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan servik dan penurunan)
tertera kotak-kotak di beri angka 1-16. Setiap kotak menyatakan
waktu satu jam sejak di mulainya fase aktif persalinan.
b)
Waktu aktual saat pemeriksaan di lakukan
Jika pemeriksaan dalam menujukan ibu mengalami pembukaan 6
cm pada pukul 15.00 wib, tuliskan tanda “X” di garis waspada yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
41
sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri
dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak
ketiga dari kiri).
5)
Kontraksi uterus
Dibawah lajur waktu partograf terdapat 5 jalur kotak dengan tulisan
“kontraksi per 10 menit “di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap
kotak menyatakan 1 kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat
jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam
satuan detik. Menyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam
waktu 10 menit dengan mengisi angka pada kotak satu kali 10
menit, isi 3 kotak.
6)
Obat obatan dan cairan yang di berikan
a)
Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah di mulai, dokumentasikan
jumlah unit oksitosin yang di berikan per volume cairan iv dan
dalam satuan tetesan per menit setiap 30 menit.
b)
Obat obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan atau cairan IV
dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7)
Kesehatan dan kenyamanan ibu
a)
Nadi tekanan darah dan suhu
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan
nadi dan tekanan darah ibu.
a.
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif
persalinan (lakukan lebih sering jika dicurigai adanya
penyulit). Beri tanda (.) pada kolom waktu yang sesuai.
b.
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama
fase aktif persalinan (lebih sering jika dianggap akan
adanya penyulit) beri tanda (↕) pada partograf di kolom
waktu yang sesuai.
c.
Nilai dan catat suhu tubuh ibu (lebih sering jika
meningkat atau dianggap adan infeksi) setiap 2 jam,
catat dalam kotak yang sesuai.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
42
b)
Volume urin, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu minimal setiap 2 jam
(setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap ibu berkemih,
lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.
8)
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainya
Catat semua asuhan lain, hasi pengamatan, dan keputusan
klinik di sisi luar kolom partograf atau buat catatan terpisah tentang
kemajuan persalinan. Cantumkan tanggal dan waktu saat
membuat catatan persalinan. Asuhan pengamatan dan keputusan
klinik mencangkup hal berikut : jumlah cairan per oral yang di
berikan, keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur, konsultasi
dengan penolong persalinan, persiapan sebelum melakukan
rujukan, upaya rujukan.
b.
Asuhan Kala II
Menurut JNPK-KN, (2008) asuhan persalinan normal (58 langkah)
adalah sebagai berikut :
1)
Mengamati tanda dan gejala kala II
a)
Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b)
Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rektum dan vaginanya
2)
c)
Perineum menonjol
d)
Vulva, vagina dan sfingter anal membuka.
Menyiapkan pertolongan persalinan
a)
Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia tempat datar
dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu
sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. Menggelar
kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu
bayi. Menyiapkan axytosin 10 unit dan alat suntik steril sekali
pakai di dalam partus set.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
43
b)
Memakai celemek.
c)
Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai,
cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang
bersih dan kering.
d)
Memakai sarung tangan DTT, untuk melakukan pemeriksaan
dalam
e)
Memasukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan
tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril, pastikan
tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)
3)
Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
a)
Membersihkan vulva dan perineum, dengan hati – hati dari
depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kassa
yang
di
basahi air
DTT.
Ganti sarung
tangan
jika
terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam
larutan klorin 0,5%)
b)
Melakukan
pemeriksaan
dalam
untuk
memastikan
pembukaan lengkap. Jika selaput ketuban belum pecah,
pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
c)
Dekontaminasi sarung tangan dengan cara menyelupkan
tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan
setelah sarung tangan dilepaskan
d)
Memeriksa DJJ setelah kontraksi atau saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160
x/menit). Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal, dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam,
DJJ dan semua hasil – hasil penilaian serta hasil asuhan
lainya pada patograf.
4)
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran.
a)
Memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap, keadaan
janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang
nyaman dan sesuai dengan keinginanya. Tunggu hingga
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
44
timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan
fase aktif) dokumentasikan semua temuan yang ada.
Jelaskan pada keluarga tentang bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk
meneran yang baik.
b)
Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran
(bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat,
dan ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
c)
Melaksanakan bimbingan meneran pada ibu saat merasa ada
dorongan kuat untuk meneran :
a.
Membantu ibu untuk meneran yang benar dan efektif
b.
Mendukung dan memberi semangat pada ibu
c.
Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman
d.
Anjurkan ibu untuk istirahat di antara kontraksi
e.
Memberikan cukup asupan cairan peroral (minum)
f.
Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
g.
Segera rujuk jika bayi tidak lahir dalam 2 jam untuk
primigravida dan 1 jam untuk multi gravida.
d)
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit.
e)
Menyiapkan pertolangan untuk kelahiran :
a.
Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm.
b.
Meletakkan kain bersih yang di lipat 1/3 di bagian bawah
bokong ibu.
c.
Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
d.
Memakai sarung tangan DTT pada kedua Tangan.
e.
Setelah tampak kepala bayi diameter 5 – 6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum
dengan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
45
satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
Tangan
yang
lain
menahan
posisi
defleksi
dan
membantu lahirnya kepala, anjurkan ibu untuk meneran
perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
f)
Memeriksa adanya kemungkinan lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan
proses kelahiran bayi. Jika tali pusat melilit leher secara
longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. Jika lilitan tali
pusat meliliti leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong di antara dua klem tersebut.
g)
Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
h)
Melahirkan bahu setelah kepala melakukan putaran paksi luar,
pegang secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran pada
saat kontraksi dengan lembut gerakan kepala kea rah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.
i)
Melahirkan badan dan tungkai, setelah kedua bahu lahir,
geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyangga
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan
atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku
sebelah atas. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran
tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki.
Pegang kedua mata kaki (masukan telunjuk antara kaki dan
pegang masing – masing mata kaki dengan ibu jari dan
jari–jari lainya).
j)
Penanganan bayi baru lahir :
a.
Melakukan penilaian, apakah bayi menangis kuat dan
atau bernafas tanpa kesulitan. Apakah bayi bergerak
dengan aktif.
b.
Mengeringkan tubuh bayi, mengeringkan mulai dari
muka, kepala, dan bagian tubuh lainya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
46
basah dengan handuk yang kering. Biarkan bayi diatas
perut ibu.
c.
Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada
lagi bayi dalam uterus (janin tunggal).
d.
Memeberi tahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar
uterus berkontraksi dengan baik.
e.
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan
oksitosin 10 unit im di 1/3 bagian paha atas bagian distal
lateral
(lakukan
aspirasi
sebelum
melakukan
penyuntikan).
f.
Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan
klem kira – kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali
pusat kea rah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada
2 cm distal dari klem pertama.
g.
Memotong dan mengikat tali pusat.
h.
Meletakkan bayi di atas dada ibu secara tengkurap untuk
melakukan kontak kulit (bounding attachment).
i.
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang
topi pada kepala bayi.
c.
Asuhan kala III
Menutut JNPK-KN (2008) melakukan manajemen aktif kala III meliputi :
1)
Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari
vulva.
2)
Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas
simfisis, untuk mendeteksi, tangan lain menegangkan tali pusat.
3)
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas
(dorsol kranial) secara hati – hati (untuk mencegah inversion uteri)
jika
plasenta
tidak
lahir
setelah
30-
40
detik,
hentikan
penengangan tali pusat dan tunggu hingga timbul konraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas. Jika uterus tidak segera
berkontraksi, minta ibu, suami, atau anggota keluarga untuk
melakukan simulasi putting susu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
47
4)
Mengeluarkan plasenta :
a)
Melakukan penegangan dan dorsol kranial hingga
plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali
pusat dengan arah sejajar dengan lantai dan kemudian kea
rah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap dorso kranial). Jika
tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b)
Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin kamudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan.
c)
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan
lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
5)
Menilai perdarahan :
a)
Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi
dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan
plasenta ke dalam kantong plastik atau tempat khusus.
b)
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera
lakukan penjahitan.
c)
Melakukan prosedur pasca persalinan.
d)
Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
e)
Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit dengan ibu
paling sedikit satu jam.
f)
Setelah satu jam lakukan penimbangan dan pengukuran
antropometri, beri tetes mata dan vitamin K, 1mg IM di paha
kiri anterolateral.
g)
Setelah 1 jam pemberian vit. K, berikan imunisasi hepatitis B
di paha kanan anterolateral.
h)
Letakan kembali bayi dekat ibu (lakukan rawat gabung).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
48
6)
Evaluasi :
a)
Melanjutkan
pemantauan
kontraksi
dan
mencegah
perdarahan pervaginam.
b)
Ajarkan ibu dan keluarga cara masase uterus dan menilai
kontraksi.
c)
Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
d)
Memeriksa nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama
satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam ke 2 paska persalinan.
e)
Memeriksa
kembali
bayi
untuk
memastikan
bahwa
keadaannya baik, nafas normalnya 40 – 60 x/menit, suhu
tubuh normal 36,5 – 37,5ºC.
7)
Kebersihan dan keamanan :
a)
Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekintaminasi (10menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah didekontaminasi.
b)
Membuang bahan – bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai.
c)
Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai
pakaian bersih dan kering.
d)
Memastikan
ibu
merasa
nyaman.
Bantu
ibu
untuk
memeberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu
makanan dan minuman yang diinginkanya.
e)
Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
f)
Celupkan kain kotor ke dalam larutan klorin 0,5%. Balikkan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
g)
8)
Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi, lengkapi patograf (halaman depan dan belakang),
periksa tanda vital dan asuhan kala IV.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
49
d.
Asuhan Kala IV
Pemantauan pada kala IV pada 1 jam pertama setiap 15 menit dan satu
jam kedua setiap 30 menit yang dinilai yaitu:
1)
Tekanan darah dan nadi
Selama satu jam pertama lakukan pemantauan pada tekanan
darah dan nadi setiap 15 menit dan pada satu jam kedua kedua
lakukan tiap 30 menit.
2)
Respirasi dan suhu
Lakukan pemantauan respirasi dan suhu setiap jam selama dua
jam pertama pasca persalinan.
3)
Tinggi fundus uteri
Evaluasi TFU dilakukan dengan meletakkan jari tangan secara
melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya fundus uterus
setinggi atau beberapa jari dibawah pusat.
4)
Kontraksi uterus
Uterus yang berkontraksi normal harus keras ketika di masase
untuk menandakan bahwa kontraksi baik.
5)
Kandung kemih
Kandung kemih harus kosong (APN, 2008). Ini penting dilakukan
untuk mencegah beberapa penyulit akibat penuhnya kandung
kemih, seperti :
a)
Dapat
menyebabkan
atonia
uteri
dan
menyebabkan
perubahan posisi uterus.
b)
Urine yang terlalu lama berada dalam kandung kemih akan
berpotensi menyebabkan infeksi saluran kemih.
c)
Secara psikologis akan menyebabkan kekhawatiran yang
berpengaruh terhadap penerimaan pasien berkaitan dengan
perubahan peranya.
6.
Tanda-Tanda Persalinan
Tanda-tanda persalinan yaitu rasa sakit oleh adanya his yang
datang lebih kuat, sering dan teratur, keluar darah lendir yang banyak
karena robekan-robekan kecil pada serviks, terkadang ketuban pecah
dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam didapat serviks yang
mendatar dan pembukaan jalan sudah ada (Rukiyah, 2009 h.135).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
50
Tanda-tanda persalinan ada 3 yaitu:
a.
Tanda-Tanda Kemungkinan Persalinan
Tanda-tanda kemungkinan persalinan merupakan tanda yang
muncul hilang-timbul dan bukan predikor persalinan yang dapat
diandalkan. Meskipun demikian tanda ini berfungsi mengingatkan ibu
bahwa persalinan akan segera dimulai (Rukiyah, 2009; h.135).
Adapun tanda-tanda kemungkinan persalinan adalah :
1)
Sakit Pinggang
Dapat disebabkan kontraksi dini, merupakan nyeri yang sama,
mirip seperti sakit pinggang yang dialami sebelum menstruasi
sering disertai dengan perasaan tidak enak dan gelisah,
ketidakmampuan untuk merasa nyaman pada posisi apapun.
2)
Kram pada perut bagian bawah
Dapat terjadi terus menerus rasanya seperti kram pada saat
menstruasi dapat disertai rasa tidak nyaman pada perut.
3)
Sering buang air besar
Keadaain
ini
adalah
perubahan
yang
dipacu
prostaglandin untuk mengosongkan saluran usus bagian bawah
dan membuat ruang untuk bayi agar bergerak dibawah.
b.
Tanda Awal Persalinan (Hidayat, 2010 h.63)
1)
Ibu merasakan ingin meneran bersama dengan terjadinya
kontraksi
a.
2)
Ibu merasakan ada peningkatan tekanan pada rektum/vagina
3)
Perineum menonjol
4)
Vulva vagina, spinter ani membuka
5)
Meningkatnya pengeluaran lendir darah
Langkah-Langkah APN
Lima puluh delapan langkah asuhan persalinan normal diambil dari
penuntun belajar APN yang terdapat pada panduan pelatihan klinik APN
"Asuhan
Esensial,
Pencegahan
dan
Penanggulangan
Segera
Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir" yang diterbitkan oleh
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik - Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR),
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
51
Departemen Kesehatan RI (2008). Lima puluh delapan langkah APN
terdiri dari :
1)
Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua
Langkah 1
Dengarkan, lihat dan periksa gejala dan tanda Kala Dua (singkatan :
Dor-Ran, Tek-Nus, Per-Jol, Vul-Ka)
a)
Ibu merasakan dorongan kuat dan meneran
b)
Ibu merasakan tekanan/regangan yang semakin meningkat
pada rectum/anus dan vagina
2)
c)
Perineum tampak menonjol
d)
Vulva dan sfinger ani membuka.
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
Langkah 2
Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru
lahir. Untuk asfiksia: tempat tidur datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk
bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh
bayi.
i.
Gelarlah kain di atas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal
bahu bayi
j.
Siapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di
dalam partus set.
Langkah 3
Kenakan atau pakai celemek plastik.
Langkah 4
Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
Langkah 5
Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan dalam.
Langkah 6
Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (Gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril. Pastikan tidak terkontaminasi
pada alat suntik).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
52
3)
Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik
Langkah 7
Bersihkan vulva dan perineum, seka dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air
DTT.
a)
Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.
b)
Buang kapas atau pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang tersedia.
c)
Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% – Langkah 9)
Langkah 8
Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila
selaput ketuban dalam belum pecah dan pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi.
Langkah 9
Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian
lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5%
selama 10 menit. Cuci kedua tangah setelah sarung tangan dilepaskan.
Langkah 10
Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi
uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/
menit)
a)
Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b)
Dokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf
4)
Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan
Meneran
Langkah 11
Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
53
a)
Tunggu
hingga
timbul rasa
ingin
meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
sesuai temuan yang ada.
b)
Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
untuk meneran secara benar.
Langkah 12
Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila ada
rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu
merasa nyaman).
Langkah 13
Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan ada
dorongan kuat untuk meneran.
a)
Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
b)
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai
c)
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
d)
Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
e)
Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk
ibu
f)
Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
g)
Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
h)
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60
menit (1 jam) meneran (multigravida).
Langkah 14
Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
54
5)
Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi
Langkah 15
Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
Langkah 16
Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
Langkah 17
Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
Langkah 18
Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
6)
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi Lahirnya kepala
Langkah 19
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu
untuk meneran perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal.
Langkah 20
Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
a)
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi
b)
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong diantara klem tersebut.
Langkah 21
a)
Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
b)
Lahirnya bahu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
55
Langkah 22
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul
di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang. Lahirnya badan dan tungkai
Langkah 23
Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas.
Langkah 24
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu
jari dan jari-jari lainnya).
7)
Penanganan Bayi Baru Lahir
Langkah 25
Lakukan penilaian (selintas):
a)
Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernapas tanpa
kesulitan?
b)
Apakah bayi bergerak dengan aktif?
c)
Jika bayi tidak bernapas atau megap-megap segera lakukan
tindakan
resusitasi
(Langkah
25
ini
berlanjut
ke
langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan
asfiksi).
Langkah 26
Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
a)
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan
b)
Ganti handuk basah dengan handuk kering
c)
Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
56
Langkah 27
Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain dalam
uterus (hamil tunggal).
Langkah 28
Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin
(agar uterus berkontraksi baik).
Langkah 29
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin).
Langkah 30
Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir
pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem
penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan
kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.
Langkah 31
Pemotongan dan pengikatan tali pusat
4.
Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit
kemudian lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut
bayi) di antara 2 klem tersebut.
5.
Ikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu sisi
kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan
lakukan ikatan kedua menggunakan benang dengan simpul
kunci
6.
Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan.
Langkah 32
Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan
bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga
bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan
kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah
dari puting payudara ibu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
57
Langkah 33
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi.
8)
Penatalaksanaan Aktif Kala Tiga
Langkah 34
Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva.
Langkah 35
Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
Langkah 36
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas
(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di
atas.
a)
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
b)
Mengeluarkan plasenta
Langkah 37
Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan
lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
a)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
b)
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat:
a.
Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
b.
Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
c.
Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d.
Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
e.
Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit
setelah bayi lahir
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
58
f.
Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.
Langkah 38
Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan.
a)
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
b)
Rangsangan taktil (masase) uterus
Langkah 39
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/ masase.
9)
Menilai Perdarahan
Langkah 40
Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkah plasenta ke dalam
kantung plastik atau tempat khusus.
Langkah 41
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
10) Melakukan Asuhan Pasca Persalinan
Langkah 42
Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
59
Langkah 43
Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu – bayi (di dada ibu
paling sedikit 1 jam)
a)
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama
biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara
b)
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu.
Langkah 44
Lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral
setelah satu jam kontak kulit ibu – bayi.
Langkah 45
Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian
Vitamin K1) di paha kanan anterolateral.
a)
Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
bisa disusukan
b)
Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil
menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu.
11) Evaluasi
Langkah 46
Lanjutkan permantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per
vaginam
a)
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
b)
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
c)
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
d)
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan
asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
Langkah 47
Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
60
Langkah 48
Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangann darah
Langkah 49
Periksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 2 jam
pertama persalinan
a)
Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pasca persalinan
b)
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
Langkah 50
Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas
dengan baik (40-60 kali/ menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5).
12) Kebersihan dan keamanan
Langkah 51
Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
Langkah 52
Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
Langkah 53
Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
Langkah 54
Pastikan ibu merasa nyaman, Bantu ibu memerikan ASI. Anjurkan
keluarga
untuk
memberi
ibu
minuman
dan
makanan
yang
diinginkannya.
Langkah 55
Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
61
Langkah 56
Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
Langkah 57
Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk yang kering dan bersih.
13) Dokumentasi
Langkah 58
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV.
G.
Komplikasi persalinan
a)
Persalinan lama
Persalinan lama (partus lama ) dikaitkan dengan his yang masih
kurang dari normal sehingga tahanan jalur lahir yang normal tidak
dapat diatasi dengan baik karena durasinya tidak terlalu lama,
frekuensinya masih jarang. (Manuaba, 2010 h.385)
b)
Ruptur uteri
Rupture uteri adalah robekan atau diskontinuitis dinding rahim
akibat dilampauinya daya regang mimometrium. Penyebeb rupture
uteri adalah disproporsi janin dan panggul, partus macet atau
traumatik (Saifuddin, 2009 h;169).
c)
Laserasi jalan lahir
Laserasi jalan lahir/robekan jalan lahir selalu memberikan
perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan
yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi, yaitu sumber
dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi.
d)
Infeksi atau sepsis
e)
Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama
setengah jam setelah persalinan bayi
f)
Malpresentasi dan malposisi
Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada di
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
62
segmen bawah rahim, bukan belakang kepala. Malposisi adalah
penunjuk ( presenting part ) tidak berada di anterior. (Prawirohardjo,
2009;h. 581)
1)
Macam-macam
malpresentasi
dan
malposisi
menurut
Prawirohardjo (2009 h.581)
1.
Presentadi Dahi
Presentasi dahi terjadi manakala kepala janin dalam
sikap ekstensi sedang. Pada pemeriksaan dalam dapat
diraba daerah sinsiput yang berada di antara ubun-ubun
besar dan pangkal hidung.
2.
Presentasi Muka
Presentasi muka terjadi apabila sikap janin ekstensi
maksimal sehingga oksiput mendekat ke arah punggung
janin dan dagu menjadi bagian presentasinya. Penunjuk
presentasi muka adalah dagu.
3.
Presentasi Majemuk
Presentasi majemuk adalah terjadinya prolaps satu atau
lebih ekstremitas pada presentasi kepala ataupun
bokong.
4.
Presentasi bokong
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang
dengan bagian terendahnya bokong, kaki, ataupun
kombinasi keduanya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
63
C. NIFAS
1. Pengertian
Masa Nifas (puerperium) di mulai setelah kehamilan plasenta lahir
dan berakhir ketika alat - alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari,
namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Anggraini,
2010 h.1).
Masa nifas atau puerpureum adalah dimulai sejak 1 jam pertama
setelah plasenta lahir sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
(Prawirohardjo, 2009 h.356)
Dari definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa masa nifas
atau puerperium adalah masa dimana dimulai sejak 1 jam setelah plasenta
lahir lengkap dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 42 hari.
2. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 periode menurut Sulistyawati (2010 h.4), yaitu :
a. Puerperium dini, yaitu merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam,
dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium intermediet, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis
yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan yang
mempunyai komplikasi.
3. Tahap Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha (2009; h.5), adalah
sebagai berikut:
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa
ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia
uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah dan
suhu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
64
b. Periode early postpartum
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada pendarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
c. Periode late postpartum
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling KB
4.
Komplikasi Masa Nifas
Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas
menurut Prawirohardjo (2010; h.), meliputi demam, perdarahan
pervaginam postpartum, Preeklampsia dan eklampsia, infeksi payudara,
eliminasi: BAK dan BAB dan depresi postpartum. Tanda bahaya pada
masa nifas menurut Anggraini (2010 h.89), adalah sebagai berikut :
a.
Perdarahan Pasca Persalinan
Perdarahan pasca persalinan dibagi menjadi 2, yaitu :
10. Perdarahan pasca persalinan primer atau perdarahan pasca
persalinan segera. Perdarahan pasca persalinan primer
terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan
pasca persalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta,
dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama
11. Perdarahan pasca persalinan sekunder atau perdarahan
masa nifas, atau perdarahan pasca persalinan lambat, atau
PPP. Perdarahan apsca persalinan sekunder terjadi setelah
24 jam pertama. Penyebab terjadinya adalah robekan jalan
lahir dan sisa plasenta atau selaput ketuban.
4.
Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas menurut
Sulistyawati (2009 h.74), antara lain :
d.
Perubahan sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi meliputi:
1)
Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
65
desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic
(layu/mati).
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
palpasi untuk meraba dimana TFUnya (tinggi fundus uteri) :
a.
Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat
1000 gram
b.
Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat
c.
Pada 1 minggu postpartum, TFU teraba pertengahan pusat
simpisis dengan berat 500 gram
d.
Pada 2 minggu postpartum, TFU teraba di atas simpisis
dengan berat 350 gram
e.
Pada 6 minggu postpartum, fundus uteri mengecil (tidak
teraba) dengan berat 50 gram
2)
Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus. Lochea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan
warna dan waktu keluarnya :
a.
Lochea rubra
Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium
b.
Lochea sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum
c.
Loche serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mangandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar
pada hari ke-7 sampai hari ke-14
d.
Loche alba
Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea
alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu postpartum
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
66
a.
Perubahan Serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks
agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk
ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan oleh serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah
pada pembatas antara corpus dan serviks berbentuk semacam
cincin.
b.
Perubahan pada perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelum teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada
postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagai tonus-nya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan
sebelum hamil.
5)
Perubahan perkemihan
6)
Perubahan tanda-tanda vital
Menurut Varney (2006 h; 961) tekanan darah segera setelah
melahirkan relatif meningkat. Suhu dan nadi meternal kembali
normal dari suhu yang sedikit meningkat pada masa intrapartum,
dan stabil setelah 24 jam pertama pascapartum.
7)
Perubahan-perubahan psikis ibu nifas
Penyesuaian psikologi (Anggraini, 2010 h.80) pada masa nifas
postpartum dibagi menjadi 3, yaitu :
a.
Taking in (1-2 hari postpartum)
Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus
pada
dirinya,
tubuhnya
sendiri.
Mengulang-ulang
menceritakan pengalaman proses bersalin yang dialaminya.
Wanita yang baru melahirkan ini perlu istirahat atau tidur
untuk mencegah gejala kurang tidur dengan gejala lelah,
cepat tersinggung, campur baur dengan proses pemulihan.
b.
Taking hold (2-4 hari postpartum)
Ibu khawatir akan kemampuannya untuk merawat bayinya
dan khawatir tidak mampu bertanggung jawab untuk merawat
bayinya.
Wanita
kemampuannya
postpartum
dalam
ini
mengontrol
berpusat
diri,
fungsi
pada
tubuh.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
67
Berusaha untuk menguasai kemampuan untuk merawat
bayinya, cara menggendong dan menyusui, memberi minum,
mengganti popok.
Wanita
pada
masa
ini
sangat
sensitif
akan
ketidakmampuannya, cepat tersinggung dan cenderung
menganggap pemberitahuan bidan atau perawat sebagai
teguran, maka hati-hati delam berkomunikasi dengan wanita
ini dan perlu memberi support.
c.
Letting go
Pada masa ini pada umumnya ibu sudah pulang dari RS. Ibu
mengambil tanggung jawab untuk merawat bayinya, dia harus
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayi, begitu juga
adanya grefing karena dirasakan sebagai mengurangi
interaksi sosial tertentu. Depresi postpartum sering terjadi
pada masa ini.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
68
8)
Asuhan Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk
menilai status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi,
dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Kunjungan dalam
masa nifas antara lain :
Tabel 2.4 Kebijakan dan Program Pemerintah dalam Asuhan Masa nifas
Kunjungan
Waktu
Asuhan
I
6-8 jam post
partum
II
6 hari post
partum
III
2 minggu post
partum
IV
6 minggu post
partum
a. Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena
atonia uteri.
b. Mendeteksi dan perawatan penyebab lain
perdarahan serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu dan keluarga
tentang cara mencegah perdarahan yang
disebabkan atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara
ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan
hipotermi.
g. Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan,
maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2
jam pertama setelah kelahiran atau sampai
keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan
baik.
a. Memastikan involusi uterus berjalan dengan
normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi
fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan
perdahan.
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
dan cukup cairan
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar
serta tidak ada tanda- tanda kesulitan menyusui
f. Memberikan konseling tentang perawatan bayi
baru lahir.
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan
asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 haru post
partum
a. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu
selama masa nifas
b. Memberikan konseling KB secara dini.
Sumber: Anggraini (2010 h.5)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
69
9)
Tujuan Asuhan Masa Nifas menurut Sulistyawati (2009) meliputi :
a.
Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan
bayi
b.
Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada
ibu
c.
Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu
d.
Mendukung
dan
memperkuat
keyakinan
ibu,
serta
memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya
dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus
e.
Imunisasi ibu terhadap tetanus
f.
Mendorong
pelaksanaan
metode
yang
sehat
tentang
pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan
hubungang yang baik antara ibu dan anak
1.
BAYI BARU LAHIR
1.
Pengertian
a.
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
genap 37 minggu sampi 42 minggu dengan berat badan
2500-4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Yeyeh,
2012 h; 2).
b.
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram,
cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
congenital (cacat bawaan).
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa bayi baru lahir
adalah bayi yang lahir cukup bulan atau aterm (37-40 minggu) dengan
presentasi kepala melalui vagina tanpa memakai alat, lahir langsung
menangis, dan tanpa cacat bawaan (kelainan congenital)
2.
Klasifikasi Bayi Baru Lahir
Klasifikasi bayi baru lahir menurut Manuaba (2010), yaitu:
a.
Bayi berat keadaan normal, berat lahir 2500 - 4000 gram.
b.
Bayi berat badan lebih, berat lahir lebih 4000 gram.
c.
Bayi berat badan rendah, berat lahir kurang dari 2500 gram / 1500
- 2500 gram.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
70
d.
Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir kurang
dari 1500 gram.
e.
Bayi berat badan lahir ekstrim rendah (BBLER), berat lahir kurang
dari 1000 gram
3.
Ciri-ciri bayi baru lahir normal
Ciri-ciri bayi baru lahir normal menurut Sondakh (2013 h.150), adalah :
a.
Berat badan 2500-4000 gram
b.
Panjang badan 48-53 cm
c.
Lingkar dada 30,5-33 cm
d.
Lingkar kepala 31-35,5 cm
e.
Nadi 120-150 kali per menit
f.
Pernafasan 30-60 per menit
g.
Tekanan darah 80 – 60 / 45 – 40 mmHg pada saat lahir dan 100 /
50 mmHg sampai hari kesepuluh
h.
Warna kulit bayi harus berwarna merah muda yang bersih
i.
Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
j.
Genetalia wanita labia dan klitoris sering terlihat menonjol, fornik
tampak pada lipatan labia, introitus vagina terlihat kadang-kadang
ditemukan lendir (mucoid show)
k.
Kuku-kuku jarinya panjang dan cukup tajam, untuk membuat
cakaran yang dalam
l.
Eliminasi baik, urine, mukonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwaran kuning kecoklatan.
4.
Periode Bayi Baru Lahir
Periode bayi baru lahir menurut Varney (2007 h.892-893), yaitu :
a.
Periode I adalah periode reaktivitas pertama yang dimulai pada
saat bayi lahir, berlangsung selama 30 menit pertama setelah lahir.
Pada periode ini bayi terjaga dengan mata terbuka, memberikan
respon terhadap stimulus, menghisap dengan penuh semangat
dan menangis. Kecepatan pernapasan sampai 82 kali, denyut
jantung sampai 180 kali / menit dan bising usus aktif. Perawatan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
71
khusus: jaga bayi agar tetap hangat dengan menggunakan selimut
hangat atau lampu penghangat diatas kepala.
b.
Periode II adalah periode tidur yang tidak berespon yang
berlangsung 30 menit sampai 2 jam setelah lahir. Dalam periode ini
bayi berada dalam tahap tidur yang nyenyak. Denyut jatung
menurun selama periode ini hingga kurang dari 140 kali/menit dan
kecepatan
pernafasan
lambat
dan
tenang.
Bayi
mungkin
mengeluarkan mekoneum dan urin. Periode ini berakhir ketika
lendir pernapasan telah berkurang.
c.
Periode III merupakan periode reaktivitas kedua atau periode
stabilisasi yang berlangsung 2 sampai 6 jam setelah lahir. Pada
periode ini bayi lebih mudah untuk tidur dan terbangun.
Tanda-tanda vital stabil, kulit berwarna kemerahan dan hangat.
5.
Perubahan-perubahan fisiologis pada bayi baru lahir
a.
Pernafasan
Nilai normal 30 sampai 60 kali per menit, pernapasan
diafragma disertai gerakan dinding abdomen (Varney, 2007
h.891)
b.
Suhu
Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada di tempat yang suhunya
lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah,
suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5o C – 37,5o C (Muslihatun,
2009 h.31).
c.
Kulit
Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi preterm
karena kulit lebih tebal. Warna kulit dan adanya verniks kaseosa,
pembengkakan atau bercak hitam, tanda lahir/tanda mongol.
Selama bayi dianggap normal, beberapa kelainan kulit juga dapat
dianggap normal.
d.
Buang Air Besar
Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari-hari
pertama kehidupan adalah berupa mekonium. Mekonium adalah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
72
eskresi gastro intestinal bayi baru lahir yang diakumulasikan dalam
usus sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu.
Warna mekonium adalah hijau kehitam-hitaman, lembut, terdiri
atas : mukus, sel epitel, cairan amnion yang tertelan, asam lemak,
dan pigmen empedu. Mekonium ini keluar pertama kali dalam
waktu 24 jam setelah lahir. Mekonium dikeluarkan seluruhnya 2-3
hari setelah lahir. Mekonium yang telah dikeluarkan dalam 24 jam
menandakan anus bayi baru lahir telah berfungsi. Jika mekonium
tidak
keluar,
bidan/petugas
kesehatan
harus
mengkaji
kemungkinan adanya atresia ani dan megakolon.
Warna feses bayi berubah menjadi kuning pada saat bayi berumur
4-5 hari. Bayi yang diberi ASI, fese menjadi lebih lembut, berwarna
kuning terang dan tidak berbau.
e.
Tali pusat
f.
Refleks
Refleks yang terdapat pada neonatorum normal menurut Sondakh
(2013 h.154), yaitu :
1)
Reflek morro
Rangsangan mendadak yang menyebabkan lengan ke atas
dan ke bawah, seakan memeluk seseorang.
2)
Reflek tonicneck
Anak akan mengangkat leher dan menoleh ke kanan/kiri jika
ditekankan pada posisi tengkurap.
3)
Reflek rooting
Sentuhan pipi atau bibir yang menyebabkan kepala menoleh
ke arah sentuhan.
4)
Reflek sucking
Timbul bersama-sama
dengan
rangsangan
pipi untuk
menghisap puting susu dan menelan ASI.
5)
Reflek grasping
Bila jari diletakkan pada telapak tangan anak akan menutup
telapak tangan tadi.
6)
Reflek babinsky
Bila ada rangsangan dari telapak kaki, ibu jari kaki akan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
73
bergerak ke atas dan jari lainnya akan membuka.
6.
Penanganan bayi baru lahir
Penanganan segera bayi baru lahir menurut Saifuddin (2009
h.133-135) adalah:
a.
Membersihkan jalan nafas
Apabila bayi baru lahir tidak langsung menangis, penolong harus
segera membersihkan jalan nafas. Bila bayi setelah 1 menit tidak
bisa bernafas spontan maka penolong melakukan resusitasi.
b.
Memotong dan merawat tali pusat
Sebelum tali pusat dipotong penolong memastikan bahwa tali
pusat diklem dengan baik untuk mencegah terjadinya perdarahan.
c.
Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap
suhu tubuhnya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat.
d.
Memberi vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K
maka semua bayi baru lahir normal diberi vitamin K per parenteral
dengan dosis 0,5 mg-1 mg IM.
7.
Masalah yang sering timbul
Masalah yang sering timbul menurut Saifuddin (2009 h.338-339),
adalah :
F.
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Adalah bayi baru lahir dengan
berat badan kurang dari 2000 gram.
G.
Asfiksia adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir
H.
Infeksi adalah penyakit yang disebabakan karena masuknya bibit
penyakit.
I.
Cacat bawaan adalah cacat yang dibawa sejak lahir, cacat sejak
dalam kandungan.
J.
Trauma jalan lahir : chepalhematoma, caput succedaneum.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
74
8.
Manajemen Bayi Baru Lahir
Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Neonatus
pada minggu-minggu pertama sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu
waktu hamil dan pada proses persalinan. Manajemen yang baik pada
waktu masih dalam kandungan, selama persalinan, segera sesudah
dilahirkan,
dan
pemantauan
pertumbuhan
dan
perkembangan
selanjutnya akan menghasilkan bayi yang sehat (Saiffudin, 2009 h.133).
Menurut Prawirohardjo (2009 h.367-373) manajemen awal pada
bayi baru lahir adalah :
9.
a.
Mengatur Suhu
b.
Inisiasi menyusui dini
c.
Mengikat dan Memotong Tali Pusat
d.
Perawatan Tali pusat
e.
Profilaksi Mata
f.
Pemberian Vitamin K
g.
Pengukuran berat dan panjang badan
h.
Memandikan bayi
Komplikasi BBL menurut Manuaba (2010, h;421)
a.
Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat
bernapas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan
oksigen
dan
makin
meningkatkan
karbondioksida
yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
b.
Caput suksedaneum
Caput suksedaneum muncul karena kepala janin terlalu lama
terletak di dasar panggul. Kaput melampaui batas tulang dan akan
menghilang beberapa hari, dan segera berkurang setelah hari
pertama. Caput suksedaneum tidak memerlukan pengobatan
apapun.
c.
Cepalhematoma
Cepalhematoma adalah perdarahan subperitonial, dengan batas
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
75
jelas pada satu tulang tengkorak. Cepalhematoma dapat terjadi
pada persalinan normal dan terutama pada persalinan dengan
cunam (forsep).
d.
Perdarahan subkonjungtiva
Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi pada persalinan spontan.
Perdarahan ini tidak menimbulkan bahaya dan akan diserap
setelah beberapa hari.
e.
Paralisis pleksus brakialis
Paralis ini dapat terjadi pada tarikan kepala yang terlalu berat,
sehingga merusak pleksus brakialis.
f.
Perdarahan jaringan otak
Perdarahan pada jaringan otak dapat disebabkan oleh hipoksia
primer semenjak kehamilan dan trauma persalinan. Gejala
perdarahan jaringan otak adalah asfiksia berat, kulit pucat, sesak
nafas, tangis merintih, muntah, dan dapat terjadi kejang.
g.
Fraktur tulang klafikula
Sering terjadi pada kesulitan persalinan bahu. Gejala yang
mungkin terjadi adalah hilangnya kekuatan pada sisi fraktur dan
refleks moro hilang.
h.
Bayi berat lahir rendah (BBLR)
Bayi berat lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram)
(Saifuddin, 2009 h; 376).
i.
Ikterus
Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup
bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterus
pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologis atau
dapat
merupakan
hal
yang
patologis,
misalnya
pada
inkompatibilitas Rhesus dan ABO, sepsis, penyumbatan saluran
empedu, dan sebagainya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
76
9.
Kunjungan BBL
Adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali,
yaitu :
a.
Kunjungan Neonatus I (KN I) pada 6 jam sampai dengan 48
jam setelah lahir
a)
Asuhan bayi baru lahir normal dilaksanakan segera
setelah lahir, dan diletakkan di dekat ibu serta dalam
ruangan yang sama.
b)
Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan
dalam 1 ruangan dengan ibunya atau di ruangan khusus.
b.
Kunjungan neonatus II (KN II) pada hari ke 3 sampai dengan
7 hari
c.
a)
Menilai pertumbuhan bayi
b)
Pemberian minuman dan nutrisi
c)
Pemberian ASI eksklusif
Kunjungan neonatus III (KN III) pada hari ke 8-28 hari
F.
Pemeriksaan
neonatus
pada
periode
ini
dapat
dilaksanankan di pelayanan kesehatan atau melalui
kunjungan rumah.
G.
Pemeriksaan neonatus dilakukan di dekat ibu bayi
didampingi
ibu
atau
keluarga
saat
dilakukan
pemeriksaan.
Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter/bidan/perawat, dapat
dilaksanakan di puskesmas atau kunjungan rumah. Pelayanan
yang diberikan mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) pada algoritma bayi muda (Manajemen
Terpadu Bayi Muda/MTBM) termasuk ASI Eksklusif, pencegahan
infeksi berupa perawatan tali pusat, penyuntikan vitamin K1 dan
imunisasi HB 0 diberikan pada saat kunjungan rumah sampai bayi
berumur 7 hari (bila tidak diberikan saat lahir).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
77
E.
KONTRASEPSI
Manfaat Kontrasepsi secara umum adalah disamping dapat
mencegah dan menjarangkan kehamilan dapat juga menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat
kehamilan yang dialami oleh wanita (Hartanto, 2008).
Kontrasepsi yang ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut,
yaitu
dapat
dipercaya,
tidak
menimbulkan
efek
yang
mengganggu kesehatan, daya kerja dapat diatur menurut kebutuhan,
tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus, tidak
memerlukan motivasi secara terus menerus, mudah pelaksanaannya,
murah harganya sehingga dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat,
dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.
1.
Macam-Macam Kontrasepsi
Kontrasepsi dapat dibagi menurut macam-macamnya yaitu:
a.
Kontrasepsi Non Hormonal
Suatu metode kontrasepsi tanpa menggunakan alat yang
penggunaannya tanpa membutuhkan bantuan orang lain ataupun
obat-obatan (Manuaba, 2010 h.593). Metode kontraspsi non hormonal
meliputi:
1)
Senggama terputus
Metode senggama terputus merupakan cara kontrasepsi
yang paling lama dikenal manusia, metode ini dilakukan
dengan cara pria mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina
sebelum pria mencapai ejakulasi. Jadi pada saat pria
mencapai ejakulasi, alat kelaminnya berada diluar vagina,
sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina.
III. Manfaat senggama terputus antara lain:
a.
Tidak mengganggu produksi ASI
b.
Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB
lainnya
c.
Tidak ada efek samping
d.
Dapat digunakan setiap waktu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
78
e.
IV.
Tidak membutuhkan biaya
Keterbatasan senggama terputus antara lain:
a.
Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual
b.
Efektifitas akan jauh menurun pada koitus berulang
(repeated coitus)
c.
Pembilasan pasca senggama (postcoital douche)
Pembilasan pasca senggama adalah pembilasan vagina
dengan air biasa atau tanpa tambahan larutan obat-obatan
lain segera setelah coitus. Tujuan dari metode ini adalah
untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina.
Metode ini mempunyai efektifitas yang kurang, karena
dimungkinkan sebelum dilakukan pembilasan, spermatozoa
dalam jumlah yang besar sudah memasuki serviks uteri.
2)
Perpanjangan masa menyusui anak (prolonged lactation)
Metode ini merupakan metode kontrasepsi sementara
yang cukup efektif digunakan oleh ibu pasca persalinan.
Metode ini mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI).
Metode ini dilakukan dengan memberi ASI eksklusif kepada
bayi sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan. Mekanisme dari
metode ini adalah pemberian ASI mampu meningkatkan
produksi prolaktinemi dan prolaktin yang menekan adanya
ovulasi. Ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya,
masa tidak subur dapat diperpanjang sampai 6 bulan pasca
persalinan. Keuntungan dari metode ini adalah tingkat
efektifitas yang tinggi (98 % pada 6 bulan pasca persalinan),
praktis dan tanpa biaya serta tidak menimbulkan efek secara
sistemik.
3)
Pantang berkala
Metode ini dilakukan dengan cara pasangan secara
sukarela menghindari senggama pada masa subur ibu, ketika
ibu dapat menjadi hamil (Saifuddin, 2010). Masa subur ibu
terjadi 48 jam sebelum dan 24 jam sesudah fase ovulasi.
Ovulasi biasanya terjadi pada 12 – 16 hari sebelum haid
berikutnya. Kesulitan dari penggunaan metode ini adalah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
79
sulitnya
memprediksi
waktu
yang
tepat
dari
ovulasi,
khususnya pada wanita yang mempunyai siklus haid tidak
teratur. Wanita dengan siklus haid tidak teratur sulit bahkan
tidak bisa diprediksi kapan ovulasi terjadi. Manfaat dari
metode ini adalah tidak ada resiko kesehatan yang
berhubungan dengan kontrasepsi, tidak ada efek samping
sistemik dan murah.
4)
Kontrasepsi secara mekanis (metode barrier)
Kontrasepsi
secara
mekanis
adalah
dengan
menggunakan alat kontrasepsi tertentu. Alat yang digunakan
oleh pria adalah kondom, sedangkan pada wanita, alat yang
digunakan adalah diafragma vaginal.
a)
Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang
dapat terbuat dari berbagai bahan, dantaranya lateks (karet)
atau bahan alami (produk hewani) yang dipasang pada penis
saat berhubungan seksual. Kondom berbentu silinder dengan
muara berpinggir tebal yang bila digulung berbentuk rata atau
mempunyai bentuk seperti puting susu (Saifuddin, 2010).
Cara
kerja
kondom
adalah
dengan
menghalangi
terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang
pada penis. Kondom juga dapat mencegah penularan
mikroorganisme (HIV/AIDS dan penyakit menular seksual
lainnya). Efektifitas dari kondom tergantung dari mutu dan
kualitas kondom tersebut. Selain itu, banyak pasangan yang
kurang menyukai penggunaan kondom karena dianggap
dapat mengurangi kenikmatan hubungan seksual karena
mengurangi sentuhan langsung. Keuntungan penggunaan
alat kontrasepsi kondom adalah tidak mengganggu produksi
ASI, tidak mengganggu kesehatan klien, tidak mempunyai
pengaruh sistemik, murah, tidak perlu resep dokter atau
tenaga kesehatan dan merupakan metode kontrasepsi
sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
80
b)
Diafragma vaginal
Diafragma vagina terdiri atas kantong karet yang
berbentuk mangkuk dengan per elastis pada pinggirnya.
Ukuran diafragma yang beredar di pasaran mempunyai
diameter 55-100 mm. Besarnya ukuran diafragma yang akan
digunakan ditentukan secara individual.
Penggunaan
diafragma
vaginal
adalah
dengan
memasukkan diafragma ke dalam vagina sebelum hubungan
seksual dilakukan untuk menjaga sperma jangan sampai
masuk ke dalam uterus. Selain untuk menahan sperma,
diafragma juga dilapisi spermaside (Saifuddin, 2010).
Manfaat dari penggunakan diafragma pada dasarnya
sama
dengan
kondom.
Keterbatasan
alat
ini adalah
diperlukannya motivasi yang cukup kuat bagi wanita untuk
menggunakan diafragma, umumnya hanya cocok untuk
wanita yang terpelajar, tidak cocok untuk penggunaan secara
massal,
tingkat
pemeriksaan
kegagalan
pelvik
oleh
yang
petugas
lebih
tinggi,
kesehatan
perlu
untuk
memastikan ketepatan pemasangan, dapat menimbulkan
reaksi alergi pada wanita yang sensitif, pada 6 jam pasca
hubungan alat masih harus berada di posisinya (Saifuddin,
2010)
c)
Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9)
yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh
sperma. Spermisida dapat dikemas dalam bentuk aerosol
(busa), tablet vaginal, suppositoria, dissolvable film dan krim
(Manuaba, 2010 h.597).
Cara kerja spermisida adalah dengan memecah sel
membran sperma, memperlambat pergerakan sperma dan
menurunkan kemampuan pembuahan sel telur (Saifuddin,
2010). Penggunaan setiap jenis spermisida tidak sama,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
81
spermisida berbentuk busa efektif setelah insersi, sedangkan
tablet
vagina,
supppsitoria
dan
film
penggunaannya
menunggu 10-15 menit. Lama kerja spermisida pada
umumnya hanya 20 menit – 1 jam setelah pemasangan.
d)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Mekanisme kerja AKDR belum diketahui secara pasti.
Pendapat ahli yang paling banyak menyebutkan bahwa
AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan
endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang
dapat menghancurkan blastokista atau sperma (Manuaba,
2010 h.610). Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa
cara
kerja
AKDR
adalah
dengan
cara
menghambat
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii dan
mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum
uteri.
Keuntungan yang didapat dari penggunaan AKDR
adalah efektifitasnya sangat tinggi, dapat efektif langsung
setelah pemasangan, merupakan metode jangka panjang,
tidak
mempengaruhi
hubungan
seksual,
meningkatkan
kenyamanan hubungan seksual, tidak ada efek samping
hormonal, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI,
dapat dipasang sesudah melahirkan, dapat digunakan sampai
menopause, tidak ada interaksi dengan obata-obatan lain,
kontrol medis yang ringan, penyulit tidak terlalu berat dan
segera pulihnya kesuburan setelah AKDR di cabut (Manuaba,
2010 h.612).
AKDR bukanlah alat kontrasepsi yang sempurna. Hal ini
disebabkan AKDR juga mempunyai beberapa kekurangan
yaitu dapat menimbulkan efek samping (berupa perubahan
siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar
menstruasi, kejang dan nyeri di perut, dismenorhea, dan
dapat menimbulkan gangguan pada suami saat senggama),
dapat menimbulkan beberapa komplikasi (infeksi, perforasi
dinding uterus dan perdarahan berat saat haid), tidak dapat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
82
mencegah penularan penyakit seksual, tidak baik digunakan
pada wanita dengan IMS atau wanita yang sering berganti
pasangan, dapat menguras protein tubuh sehingga liang
senggama menjadi lebih basah (Manuaba, 2010). AKDR tidak
dapat dilepas sendiri dan dapat keluar dengan sendirinya,
tidak semua wanita dapat menggunakan metode ini serta tali
AKDR dapat menimbulkan melukai portio uteri.
b.
Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan
bakunya mengandung preparat estrogen dan progesterone
(Hartanto, 2008). Beberapa macam metode kontrasepsi yang
menggunakan kontrasepsi hormonal, antara lain :
H.
Pil Kombinasi
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini
dianggap paling efektif. Pil kombinasi mempunyai 3 jenis, yaitu
monofasik (mengandung hormon aktif dalam dosis yang sama),
bifasik (mengandung hormon aktif dalam dua dosis yang berbeda)
dan trifasik (mengandung hormon aktif dalam tiga dosis yang
berbeda). Cara kerja dari pil kombinasi adalah dengan menekan
ovulasi, mencegah implanttasi dan mengentalkan lendir servik
sehingga sperma tidak dapat melaluinya.
Tidak semua wanita dapat menggunakan metode ini. Wanita
yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi adalah yang hamil
atau dicurigai hamil, sedang menyusui eksklusif, terdapat
perdarahan pervagina yang belum diketahui penyebabnya,
mempunyai penyakit hati akut, perokok dengan usia > 35 tahun,
mempunyai riwayat penyakit jantung, riwayat gangguan jantung,
stroke atau tekanan darah tinggi, riwayat kencing manis, dicurigai
atau mempunyai kanker payudara, riwayat migrain dan gejala
neurologik
lokal
serta
tidak
mempunyai
keyakinan
dapat
menggunakan pil setiap hari.
Efektifitas kontrasepsi pil kombinasi sangat tinggi, yaitu
hampir sama dengan tubektomi (hanya 0,1 – 0,4 per 100 wanita
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
83
pada tahun pertama penggunaan), selain itu risiko terhadap
kesehatan sangat kecil, tidak mengganggu hubungan seksual,
siklus haid menjadi teratur, dapat mencegah dismenorhea dan
anemia, dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause,
mudah dihentikan setiap saat dan kesuburan dapat kembali
muncul segera setelah penghentian penggunaan (Saifuddin,
2010).
Kontrasepsi pil kombinasi selain mempunyai banyak manfaat,
metode
ini
juga
membosankan
mempunyai
karena
keterbatasan,
penggunaannya
setiap
yaitu
hari,
mahal,
dapat
menimbulkan mual (terutama 3 bulan pertama pemakaian), dapat
menimbulkan pusing, nyeri payudara, berat badan dapat naik,
amenorhea, mempengaruhi pemberian ASI kepada bayi dan dapat
meningkatkan tekanan darah (Saifuddin, 2010).
I.
Suntikan Kombinasi
Jenis
suntikan
kombinasi
adalah
25
mg
depo
medrolsiprogesteron dan 5 mg estradiol sipionat yang diberikan
injeksi IM (Intra Muscular) sebulan sekali (Cyclofem) dan 50 mg
noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat yang diberikan
injkesi IM sebulan sekali. Cara kerja dari metode ini adalah
membuat lendir servik menjadi kental, menghambat transportasi
gamet oleh tuba dan menimbulkan atrofi endometrium sehingga
implanttasi terganggu.
Efektifitas metode ini sama dengan pil kombinasi. Selain itu
keuntungan
dari metode suntikan
kombinasi adalah
tidak
memerlukan pemeriksaan dalam, dapat digunakan dalam jangka
panjang, efek samping sangat kecil dan tidak membosankan.
Keterbatasan dan kontraindikasi dari metode ini sama dengan
metode kontrasepsi pil kombinasi (Saifuddin, 2010).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
84
J.
Suntikan Progestin
Kontrasepsi suntikan progestin mempunyai 2 jenis suntikan, yaitu:
e.
Depo medroksiprogesteron asetat (DMPA)
f.
Depo noretisteron enanta (Depo Noristerat)
Cara kerja dan efektifitas dari suntikan progestin sama
dengan metode hormonal lainnya. Beberapa keuntungan yang
dapat diperoleh apabila menggunakan metode ini adalah tidak
mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit
jantung
dan
gangguan
pembuluh
darah,
tidak
mempengaruhi pemberian ASI, sedikit efek samping, klien tidak
perlu menyimpan obat, dapat digunakan pada wanita usia > 35
tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker
endometrium, menurunkan
mencegah
beberapa
kejadian
penyebab
tumor
radang
jinak
payudara,
panggul,
tidak
mengganggu hubungan seksual dan menurunkan krisis anemia.
Keterbatasan dari metode ini adalah sering ditemukan
gangguan haid, klien sangat bergantung pada tempat pelayanan
kesehatan
untuk
suntikan
ulang,
tidak
dapat
dihentikan
sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya, permasalah berat
badan merupakan efek samping tersering, terlambatnya kembali
kesuburan setelah penghentian pemakaian, terjadinya perubahan
pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang dan pada
penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densitas tulang,
kekeringan vagina, penurunan libido, sakit kepala dan jerawat
(Saifuddin, 2010).
K.
Pil Progestin
Kontrasepsi ini sangat cocok untuk ibu menyusui yang ingin
memakai pil KB karena sangat efektif pada masa laktasi dan
dosisnya yang rendah tidak mengganggu produksi ASI. Cara kerja
dari pil progestin adalah dengan menekan sekresi gonadotropin
dan sintesis steroid seks di ovarium, endometrium mengalami
transformasi
lebih
awal
sehingga
implanttasi
lebih
sulit,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
85
mengentalkan lendir serviks dan mengubah motilitas tuba
sehingga transportasi sperma terganggu (Saifuddin, 2010).
Efektitas pil progestin sangat tinggi, yaitu mencapai 98,5 %
apabila penggunaan secara teratur. Lupa meminum satu minipil
dapat
meningkatkan
kemungkinan
terjadinya
kehamilan.
Keuntungan dari metode ini adalah tidak mengganggu hubungan
seksual, tidak mempengaruhi ASI, kesuburan cepat kembali
setelah penghentian pemakaian, nyaman dan mudah digunakan,
dapat dihentikan setiap saat dan tidak mengandung estrogen.
Keterbatasan dari metode ini adalah hampir 60 % akseptor
mengalami gangguan haid, adanya peningkatan berat badan,
harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama sehingga
dapat membosankan dan bila lupa satu pil saja, maka kegagalan
sangat besar.
L.
Implant
Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung
levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic-silicone
(polydimethylsiloxane) dan disusukkan di bawah kulit. Jumlah
kapsul yang disusukkan dibawah kulit tergantung jenis implant,
yaitu :
3.
Norplant, sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul
panjangnya 34 mm, diameter 2,4 mm dan berisi 36 mg
levonorgestrel. Daya kerja norplan adalah 5 tahun.
4.
Implanton, sebanyak 1 batang putih lentur dengan
panjang 40 mm dan diameter 2 mm, yang berisi 68 mg
3-keto- desogestrel. Lama kerja implanton adalah 3
tahun.
5.
Jadena dan Indoplan sebanyak 2 batang yang diisi
dengan
75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3
tahun.
Keuntungan implantt adalah daya guna tinggi, efektiftas
tinggi,
perlindungan
jangka
panjang, pengembalian
tingkat
kesuburan cepat, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas
dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu aktifitas seksual, tidak
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
86
mengganggu produksi ASI dan dapat dicabut setiap saat sesuai
dengan
kebutuhan.
Keterbatasan
implantt
adalah
sering
menyebabkan gangguan dan perubahan pola haid, nyeri kepala,
peningkatan atau penurunan berat badan, nyeri payudara,
perasaan mual, sakit kepala, membutuhkan pembedahan minor
untuk pemasangan implantt, tidak dapat menghentikan sendiri
pemakaiannya dan keefektifannya menurun apabila akseptor
mengkonsumsi obat-obatan tuberkulosis (rifampicyn) atau obat
epilepsi (fenitoin dan barbiturat).
3.
Penapisan calon akseptor Keluarga Beerencana
a.
Penapisan metode kontrasepsi hormonal (pil, suntik, implant)
Penapisan yang dilakukan pada calon akseptor baru
kontrasepsi hormonal yaitu dengan menanyakan kepada klien
apakah hari pertama haid terkahir 7 hari atau lebih, menyusui
dan
kurang
dari
6
perdarahan/perdarahan
minggu
bercak
pasca
salin,
antara
mengalami
haid
setelah
senggama, ikterus pada kulit atau sklera mata, nyeri kepala
hebat atau gangguan visual, nyeri hebat pada betis, paha
atau dada, tungkak bengkak, tekanan darah diatas 160
mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik), terdapat massa
atau benjolan pada payudara, sedang minum obat-obatan
epilepsi. Jika didapati salah satu dari hal tersebut maka
penggunaan kontrasepsi hormonal tidak dianjurkan/tidak
diperbolehkan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
87
b.
Penapisan kontrasepsi AKDR
Penapisan
yang
dilakukan
pada
calon
akseptor
kontrasepsi AKDR yaitu dengan menanyakan kepada klien
apakah hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih, klien (atau
pasangan) mempunyai pasangan seks lain, menderita Infeksi
Menular Seksual atau IMS, penyakit radang panggul atau
kehamilan ektopik, megalami haid banyak (> 1-2 pembalut
tiap 4 jam), haid lama(>8 hari), dismenorea berat yang
membutuhkan
analgetik
dan
atau
istirahat
baring,
perdarahan/perdarahan bercak antara haid atau setelah
senggama, gejala penyakit jantung atau kongenital. Jika
ditemukan salah satu dari hal tersebut maka penggunaa
kontrasepsi AKDR tidak dianjurkan/tidak diperbolehkan.
c.
Penapisan metode kontrasepsi mantap
a)
Tubektomi
Penapisan yang dilakukan yaitu apakah keadaan
umum klien baik, tidak ada tanda-tanda penyakit jantung,
paru, ginjal, keadaan emosi tenang, tekanan darah
<160/100 mmHg, berat badan 35-85 kg, riwayat SC
(tanpa perlekatan), riwayat radang panggul, kehamilan
ektopik, apendiksitis dalam batas normal, HB ≥8 gr%.
Jika didapat tanda-tanda tersebut, tubektomi dapat
dilakukan di fasilitas rawat jalan. Tapi jika keadaan
emosional cemas/takut, DM tidak terkontrol, riwayat
gangguan pembekuan darah, ada tanda penyakit
jantung, paru atau ginjal, tekanan darah ≥ 160-100
mmHg, berat badan > 85 atau < 35 kg, riwayat operasi
abdomen dengan perlekatan atau terdapat kelainan
pada px panggul, Hb < 8 gr% maka tubektomi dilakukan
di fisilitas rujukan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
88
b)
Vasektomi
Penapisan yang dilakukan yaitu apakah keadaan
umum klien baik, tidak ada penyakit jantung, paru, ginjal,
keadaan emosi tenang, tekanan darah < 160/100 mmHg,
tidak ada infeksi atau kelainan scrotum, Hb > 8 gr%. Jika
didapati tanda-tanda tersebut maka vasektomi dapat
dilakukan di fasilitas rawat jalan. Tapi jika keadaan emosi
klien takut/cemas, DM tidak terkontrol, riwayat gangguan
pembekuan darah, ada tanda penyakit jantung, paru
atau ginjal, tekanan darah ≥ 160/100 mmHg, ada
tanda-tanda infeksi atau kelainan scrotum, Hb < 8 gr%
maka vasektomi dilakukan di fasilitas rujukan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015
Download