LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA

advertisement
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
LAPORAN PENELITIAN
INVENTARISASI SERANGGA DIURNAL PADA POHON TEMBESU
(Fagraea fragrans Roxb) DALAM PEMBUATAN BUKU SAKU
SEBAGAI
SUMBER BELAJAR MATERI KEANEKA
RAGAMAN HAYATI
TIM PENELITI OLEH;
Ria Rosdiana Hutagaol, S. Hut., M. P ( Ketua Tim)
Syarif Nizar Kartana, S. P., M. P ( Anggota)
Yulius Saesar Badarullius, S. Pd ( Anggota)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KAPUAS SINTANG
AGUSTUS TAHUN 2017
Lembaran Identitas dan Pengesahan
1 Judul : Inventarisasi Serangga Diurnal Pada Pohon Tembesu (Fagraea Fragrans Roxb) Dalam Pembuatan Buku
Saku Sebagai Sumber Belajar Materi Keanekaragaman Hayati
2. Ketua Peneliti:
Nama
; Ria Rosdiana Hutagaol, S. Hut., M. P
Jenis kelamin
; Perempuan
Nik-Nidn
; 114001041-1108017501
Jabatan Fungsional
;
Unit Kerja
; FKIP Unka Sintang
Bidang Ilmu
; Pendidikan Biologi
Anggota
;
1. Syarif Nizar Kartana, S. P., M. P ( Anggota)
2. Yulius Saesar Badarullius, S. Pd ( Anggota).
3 Lokasi Penelitian
; Kecamatan Sintang
4 Jangka Waktu
; 5 ( lima ) bulan
5 Biaya
; Rp. 5.000.000,6 Sumber biaya
; Yayasan Melati Sintang LP2M Unka Sintang
7 Objek penelitian
; Serangga Pada Pohon Tembesu
8 Teori Hama
; Serangga dan Hayati
Sintang , Agustus 2017
Ketua Peneliti,
Mengetahui ,
Dekan FKIP
Ria Rosdiana Hutagaol, S. Hut., M. P
Nik-Nidn: 114001041-1108017501
Ria Rosdiana Hutagaol, S. Hut., M. P
Nik-Nidn: 114001041-1108017501
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS KAPUAS SINTANG
Ketua LP2M:
Kepala Bidang Penelitian:
Kamaludin., S.Hut., M.MA
Nik-Nidn: 114004043-1127117801
Ir. Sumartoyo., M.P
Nik-Nidn:11093014-1109096301
ABSTRAK
Yulius Saesar Badarullius 2016, Inventarisasi Serangga Diurnal pada Pohon
Tembesu (Fagraea fragrans Roxb) Dalam Pembuatan Buku Saku Sebagai Sumber
Belajar Materi Keanekaragaman Hayati. Pembimbing I, Ria Rosdiana Hutagaol,
S.Hut., MP, pembimbing II, Nazarudin, SP.,M.Si.
Penelitian ini untuk mengetahui keanekaragaman serangga yang terdapat pada Pohon
Tembesu (Fagraea fragrans Roxb), juga akan dijadikan sebagia sumber belajar
dalam bentuk media buku saku yang bertujuan mempermudah guru dan peserta didik
dalam proses pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran biologi materi
keanekaragaman hayati. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
eksploratif.Pengumpulan data dilakukan dengan teknik inventarisasi. Identifikasi
dilakukan untuk mengetahui taksonomi serangga diurnal pada Pohon Tembesu
(Fagraea fragrans Roxb). Data hasil penginventarisasian serangga yang didapat
pada lokasi penelitian I dan II dihitung untuk mengetahui tingkat keanekaragamanya
mengunakan indeks Margalef. Hasil analisi menunjukan bahwa Indeks Keragaman
jenis yang dihitung pada lokasi I memiliki nilai keragaman (D) 2, 97 dan pada lokasi
II keragaman(D) 2,39. Nilai tersebut didalam tingkatan keragaman jenis menurut
margalef termasuk kedalam kriteria dengan nilai keanekaragaman jenis rendah. Hasil
validasi dari media buku saku menunjukan bahwa setelah diketahui rata-rata keriteria
ke-i, rata-rata aspek, rata-rata total validasi aspek maka diketahui pula keriteria
kevalidan buku saku yaitu 3,5 (Valid).
Kata Kunci
:Inventarisasi Serangga Diurnal, Pohon Tembesu (Fagraea
fragrans Roxb), Pembuatan Buku Saku Sebagai Sumber Belajar
Materi Keanekaragaman Hayati.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa, yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehinga penulis dapat menyelesaikan penelitian
ini. penelitian yang berjudul “INVENTARISASI SERANGGA DIURNAL PADA
POHON TEMBESU (Fagraea fragrans Roxb) DALAM PEMBUATAN BUKU
SAKU
SEBAGAI
SUMBER
BELAJAR
METERI
KEANEKARAGAMAN
HAYATI” pada kesempatan ini juga tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada :
Tim Peneliti dan Kepala LP2M Universitas Kapuas Sintang.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan penelitian
ini, Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis, dan bagi pembaca serta bagi
perkembangan Ilmu Pengetahuan di masa yang akan datang..
Sintang,
Juni 2017
Penulis
Ria Rosdiana Hutagaol, Syarif Nizar Kartana, Yulius Saesar Badarullius
Daftar Isi
Halaman
HALAMAN
JUDUL........................................................................................................
HALAMAN
PENGESAHAN
.......................................................................................
HALAMAN
ABSTRAK
................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................................
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang
1
A. Rumusan Masalah ........................................................................................
B. Tujuan Penelitian .........................................................................................
C. Manfaat Penelitian ........................................................................................
1. Aspek Teoritis .........................................................................................
2. Aspek Praktis ..........................................................................................
D. Ruanglingkup Penelitian ...............................................................................
3
4
4
4
4
4
Bab II Kajian Pustaka ..................................................................................................
A. Hakikat pembelajaran ...................................................................................
B. Sumber Belajar ..............................................................................................
C. Serangga ........................................................................................................
D. Serangga Diurnal ..........................................................................................
E. Pohon Tembesu .............................................................................................
F. Indeks Keragaman ........................................................................................
6
6
7
7
8
12
13
Bab III Metodologi Penelitian ......................................................................................
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................
B. Metodologi Penelitian ...................................................................................
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................
D. Alat dan Bahan ..............................................................................................
E. Analisi Data ..................................................................................................
F. Analisi Validasi Media Buku Saku .............................................................. .
13
15
15
15
18
19
20
Bab IV Hasil dan Pembahasan ....................................................................................
A. Keragaman Serangga Diurnal Pada Pohon Tembesu ...................................
23
23
B. Jenis-jenis Serangga Diurnal Pada Pohon Tembesu .....................................
C. Indeks Margalef ............................................................................................
D. Validasi Media Buku Saku ...........................................................................
26
40
44
Bab V Kesimpulan dan Saran .....................................................................................
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................
48
48
48
Daftar Pustaka ..............................................................................................................
49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara terbesar yang memiliki
keanekaragaman
flora
dan
fauna,
flora
dan
fauna
Indonesia
memiliki
keanekaragaman yang tinggi karena wilayahnya yang luas dan berbentuk kepulauan
tropis, salah satu bentuk keanekargaman itu terdapat pada serangga (Endarwin 2006).
Menurut (Sembel 2009) Serangga (insecta) adalah salah satu kelas
avertebrata di dalam filum arthropoda yang memiliki exoskeleton berkitin, tubuh
yang terbagi tiga bagian (kepala, thorax, dan abdomen), tiga pasang kaki, mata
majemuk dan sepasang antena, serangga termasuk salah satu kelompok hewan yang
paling beragam, mencakup lebih dari satu juta spesies dan menggambarkan lebih dari
setengah organisme hidup yang telah diketahui, jumlah spesies yang masih ada
diperkirakan antara enam hingga sepuluh juta dan berpotensi mewakili lebih dari
90% bentuk kehidupan hewan yang berbeda-beda di bumi, serangga dapat ditemukan
di hampir semua lingkungan, serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat
adaptasi yang sangat tinggi, ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses
berkolonisasi di bumi dengan menyesuaikan diri dengan berbagai jenis habitat.
Beberapa aktivitas insekta dipengaruhi oleh responya terhadap cahaya,
sehingga timbul spesies insekta yang aktif pada pagi, siang, sore, atau malam hari,
Insekta yang bersifat diurnal yakni aktif pada siang mengunjungi bunga, meletakkan
telur atau makan pada bagian-bagian tanaman dan lain-lain, contoh walang sangit
(leptocoriya acuta), wereng coklat (Nilavarpara logens) dan belalang besar (Valanga
nigricornis), selain tertarik pada cahaya, ditemukan juga insekta yang tertarik oleh
suatu warna, hijau dan kuning, sesungguhnya insekta juga memiliki preferensi
(kesukaan) tersendiri terhadap warna dan bau, seperti terhadap warna-warna bunga,
contoh kupu-kupu (Pieris brassicae) dalam mencari makananya memperlihatkan
preferensi yang nyata terhadap warna biru dan ungu (Jumar 2000: 94), hampir semua
tempat menjadi habitat bagi serangga seperti rumput, bunga dan pohon memberikan
tempat hidup kepada lebih banyak jenis serangga, hanya lautan yang hampir tidak
memiliki serangga, padahal lautan memberikan tempat hidup untuk begitu banyak
organisme lainnya (Soematyoto dan
Idjah 1984), salah satu jenis pohon yang
menjadi habitat bagi serangga adalah pohon tembesu.
Tembesu (Fragraea Fragrans Roxd.) termasuk salah satu jenis kayu yang
menjadi unggulan bagi masyarakat lokal di daerah kabupaten sintang, mempunyai
nilai ekonomi yang cukup tinggi dan kelas ketahanan yang cukup baik, dimanfaatkan
oleh masyarakat lokal sebagai bahan bangunan meliputi bagian tiang kerangka
rumah, dinding rumah, daun pintu, serta ornamen di dalam rumah, hal inilah yang
membuat tembesu banyak dicari dan nilai ekonominya tinggi.
Tembesu termasuk suku Loganiaceae, menurut
(Junaidah et al. 2014)
tembesu merupakan jenis yang adaptif dan dapat tumbuh pada berbagai jenis
tanah dan kondisi lingkungan, seperti pada tanah datar, tanah pasir atau tanah
liat berpasir, selain itu tembesu juga dapat tumbuh baik pada tanah dengan
drainase yang buruk dan daerah rawa, secara umum tembesu menghendaki
iklim basah sampai agak kering dan tumbuh baik pada ketinggian 0-500 meter
diatas permukaan laut, itulah yang menjadikan pohon tembesu sebagai habitat yang
disukai serangga, baik sebagai tempat tinggal maupun sebagai tempat utntuk mencari
makan bagi serangga, karna sifat dari tembesu yang hampir bisa hidup disemua
tempat
tidak meneutup kemungkinan bahwa banyak jenis serangga
yang
menjadikan tembesu sebagai tempat tinggal maupun tempat untuk mencari
makan, untuk itu perlu dilakukannya inventarisasi, menurut (Rahmat 2013:23)
inventarisasi seranga adalah untuk mendapatkan sebanyak mungkin jenis-jenis
serangga yang diharapkan, hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keragaman
serangga yang berada dipohon tembesu.
Hasil penelitian ini selain untuk mengetahui keanekaragaman serangga yang
terdapat pada pohon tembesu juga akan dijadikan sebagia sumber belajar dalam
bentuk media buku saku yang bertujuan mempermudah serta membantu
pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran biologi materi keanekaragaman
hayati.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut
1. Bagaimana keanekaragaman serangga yang terdapat di pohon tembesu
2. Apakah hasil penelitian inventarisasi serangga pada pohon tembesu dapat
diimplementasikan pada mata pelajaran biologi dalam materi keanekaragaman
hayati dalam bentuk media buku saku
B.
Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah
1. Mengetahui bagaimana keanekaragaman serangga yang terdapat di pohon
tembesu
2. Mengetahui apakah dapat diimplementasikan pada mata pelajaran biologi materi
keanekaragaman hayati dalam bentuk media buku
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
1. Aspek teoritis
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
gambaran terutama
yang
berkaitan dengan inventarisasi serangga pada pohon
2. Aspek Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumber belajar dalam bentuk
buku saku yang diimplementasikan dalam mata pelajaran biologi dalam materi
keanekaragaman hayati
D. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka diberikan ruang lingkup
penelitian sebagai berikut
1. Serangga yang diteliti adalah serangga makro yang dapat dilihat dengan
mata tanpa alat bantu dan termasuk kedalam kelas insekta.
2. Serangga yang masih dalam bentuk larva atau telur tidak dimasukan dalam
perhitungan
3. Serangga yang dijadikan sampel penelitian adalah insekta yang aktif pada
siang hari (diurnal)
4. Identifikasi sampai tingkat Ordo.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran menurut (Sugihartono, 2007: 80) merupakan setiap upaya yang
dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik
melakukan kegiatan belajar dan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga
terjadi proses belajar, lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar,
tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya
yang relevan dengan kegiatan belajar siswa, konsep pembelajaran dibagi dalam 3
pengertian, yaitu
1. Pembelajaran dalam pengertian kuantitatif
Secara kuantitatif pembelajaran berarti penularan pengetahuan dari guru
kepada murid, dalam hal ini guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat menyampaikanya kepada siswa dengan sebaik-baiknya.
2. Pembelajaran dalam pengertian Institusional
Secara Institusional pembelajaran berarti penataan segala kemampuan
mengajar sehingga dapat berjalan efisien, dalam pengertian ini guru dituntut untuk
selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam
siswa yang memiliki berbagai perbedaan individual.
3. Pembelajaran dalam pengertian kualitatif
Secara kualitatif pembelajaran berarti upaya guru untuk memudahkan
kegiatan belajar siswa, dalam pengertian ini peran guru dalam pembelajaran tidak
sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga melibatkan siswa
dalam aktifitas belajar yang efektif dan efisien.
B. Sumber Belajar (Buku Saku)
Satu diantara media pembelajaran yang umum ditemukan adalah media cetak
menurut (Susilana dan Riyana 2007) kelebihan media cetak adalah menyajikan pesan
dan informasi dalam jumlah yang banyak, pesan dan informasi dapat dipelajari oleh
siswa sesuai dengan kebutuhan dan minat masing-masing, dapat dipelajari kapan dan
dimana saja karena mudah dibawa, lebih menarik lagi bila dilengkapi dengan gambar
dan warna.
Buku saku (Pocket Book) menurut (Poerwadarminta 2006) adalah buku
berukuran kecil yang dapat disimpan dalam saku dan mudah dibawa kemana-mana,
buku saku merupakan salah satu alat bantu yang dapat digunakan pada proses
pembelajaran, buku saku dapat digunakan sebagai media yang menyampaikan
informasi tentang materi pelajaran dan lainnya yang bersifat satu arah, sehingga bisa
mengembangkan potensi siswa menjadi pebelajar mandiri (Sulistyani et al. 2013).
Menurut Sulistyani et al. (2013) manfaat dari penggunaan buku saku pada
proses belajar mengajar adalah penyampaian materi dengan menggunakan buku saku
dapat diseragamkan, proses pembelajaran dengan menggunakan buku saku menjadi
lebih jelas, menyenangkan, dan menarik karena desainnya yang menarik dan dicetak
dengan full colour, efisien dalam waktu dan tenaga, buku saku yang dicetak dengan
ukuran kecil dapat mempermudah siswa dalam membawanya dan memanfaatkan
kapanpun dan dimanapun, penulisan materi yang singkat dan jelas pada buku saku
dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa serta desain buku saku yang menarik
dan full colour dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar.
Buku saku dalam penelitian ini berisi gambar serangga hasil dari inventarisasi
pada pohon tembesu beserta deskripsi singkat spesifikasi serangga, buku saku ini
digunakan untuk membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran pada materi
keanekaragaman hayati, gambar dan deskripsi singkat yang disampaikan dari media
dapat membantu peserta didik untuk memahami materi dengan lebih baik, karena
biasanya guru akan menggunakan metode pengamatan langsung (field trip) saat
menyampaikan materi keanekaragaman hayati, materi keanekaragaman hayati
Indonesia yang terkait dengan penelitian ini adalah mengenai keanekaragaman hayati
pada tingkat gen dan jenis serta berbagai peranan keanekaragaman hayati bagi
manusia.
C. Serangga (Insekta)
Serangga
kingdom Animalia yang termasuk dalam filum Arthopoda, dan
kelas Insekta yang merupakan kelas terbesar dilihat dari segi jumlah spesies untuk
semua filum dalam kerajaan binatang, menurut (Sembel 2009) ciri khas dari bentuk
dewasa kelas filum dalam kelas Insekta (Heksapoda) sebagai berikut
1. Bagian luar tubuh tertutup oleh lapisan keras yang disebut integument atau
eksoskeleton
2. Tubuh terdiri dari tiga segmen, yaitu kepala (caput), dada (thorax), dan perut
(abdomen)
3. Kepala memiliki satu pasang antena, satu pasang mandible, memiliki maksila dan
labium serta mempunyai satu pasang mata majemuk
4. Pada bagian dada terdapat tiga pasang tungkai dan satu atau dua pasang sayap
5. Perut (abdomen) tidak memiliki tungkai, kecuali pada bentuk pradewasa terutama
anggota-anggota dari ordo Lepidopteraada yang bertungkai semu
6. Struktur dari sistem pencernaan makanan berbentuk tabung
7. Sistem peredaran darah terbuka
8. Sistem pernapasan melalui trakea dan terbuka pada bagian luar melalui spirakel
9. Biasanya mengalami proses metamorphosis
Insekta atau serangga merupakan spesies hewan yang jumlahnya paling
dominan di antara spesies hewan lainnya dalam filum Anthropoda, mula-mula
perkembangan Anthropoda dimulai dari bentuk tubuhnya, yaitu dimulai dengan
terbentuknya alat-alat tambahan pada bagian ventral tubuh, terbentuknya sepasang
mata dan antena pada bagian prostomium, terjadinya ruas-ruas pada pasangan kaki,
serta terjadinya persatuan antara prostomium dan segmen postoral membentuk
struktur caput yang disebut procephalon, kemudian tiga pasang alat tubuh berikutnya
(segmen 4, 5, dan 6) yang mengalami modifikasi bentuk yang memendek dan hanya
berfungsi untuk mendorong makanan ke mulut.
Kelas Insekta (Heksapoda) Menurut (Hadi et al, 2009) pada Klasisifikasi
Antrhopoda memiliki ciri – ciri sebagai berikut
a.
Tubuh beruas-ruas, terdiri dari tiga segmen, yaitu caput, thorax dan abdomen
b.
Thorax terdiri dari tiga ruas prothorax, mesothorax dan metathorax
c.
Pada serangga dewasa terdapat dua pasang sayap yang masing-masing terdapat
meso dan metathorax
d.
Pada ruas thorax masing-masing terdapat satu pasang kaki
Menurut (Hadi et al,2009) berdasarkan ada tidaknya keberadaan sayap, maka
seranga dibagi menjadi dua sub kelas dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Sub Kelas Afterygota ialah serangga primitif, berukuran kecil dan tidak
bersayap sejak dahulu, metamorfosis sederhana contohnya antara lain ordo
Protura, ordo Colembolla, ordo Diplura, dan ordo Thysanura
2. Sub Kelas Pterygota ialah serangga yang umumnya bersayap
Metamorfosis sederhana hingga metamorfosis sempurna, contohnya ordo
Odonata, ordo Orthoptera, ordo Isoptera, ordo Dermaptera, ordo
Thysanoptera, ordo Hemiptera, ordo Homoptera, ordo Coleoptera, ordo
Lepidoptera, ordo Diptera, danordo Hymenoptera.
Menurut (Suheriyanto 2008) serangga memiliki alat kelamin luar dan alat
kelamin dalam, alat kelamin luar serangga berasal dari embelan ruas abdomen 8-10
alat kelamin jantan adalah organ primer yang berperan dalam kopulasi dan
pemindahan sperma ke betina, sedangkan alat kelamin betina berperan dalam
peletakan telur pada atau dalam substrat yang sesuai, alat kelamin dalam serangga
jantan terdiri dari sepasang kelenjar kelamin, testis, saluran keluar dan kelenjarkelenjar tambahan, alat kelamin dalam pada serangga betina terdiri dari sepasang
ovari, satu sistem saluran telur dan kelenjar-kelenjar yang terkait.
Reproduksi pada serangga terdiri atas reproduksi seksual dan reproduksi
aseksual, reproduksi seksual terdiri dari ovipar (pada serangga betina terjadi proses
pembentukan telur, fertilisasi dan peletakkan telur), Ovovivipar (telur dibentuk dan
difertilisasi, tetapi tetap berada dalam tubuh induk betina, telur mempunyai kuning
telur yang cukup untuk perkembangan embrio, larva segera keluar setelah telur
diletkan, contohnya dari ordo Lepidoptera, Coleoptera dan Thysanoptera, vivipar
(embrio berkembang di dalam tubuh induk betina, dilahirkan dalam bentuk nimpha
atau larva), sedangkan reproduksi aseksual terdiri dari parteogenensis (serangga
betina yang mampu menghasilkan keturunan tanpa melibatkan pejantan atau adanya
fertilisasi), paedogenesis (reproduksi yang dilakukan oleh serangga yang belum
dewasa, (larva) secara aseksual dimana reproduksi ini terjadi karena adanya proses
neotoni yaitu kematangan seksual pada stadium pra dewasa), serangga memiliki
suatu sistem sirkulasi terbuka, dengan sebuah jantung yang memompa hemolimfa
melalui organ ekskretoris yang disebut Tubulus Malphigi, yang merupakan kantung
luar saluran pencernaan, pertukaran gas pada serangga dilakukan melalui sistem
trakea tabung bercabang yang dilapisi khitin yang menginfiltrasi tubuh dan membawa
oksigen secara langsung ke sel, sistem trakea membuka ke bagian luar tubuh melalui
spirakel, pori yang dapat membuka atau menutup untuk mengatur aliran udara dan
membatasi kehilangan air.
D. Serangga Diurnal
Beberapa aktivitas insekta dipengaruhi oleh responya terhadap cahaya
sehingga timbul spesies insekta yang aktif pada pagi, siang, sore, atau malam hari,
Insekta yang bersifat diurnal yakni aktif pada siang mengunjungi bunga, meletakkan
telur atau makan pada bagian-bagian tanaman dan lain-lain, contoh walang sangit
(leptocoriya acuta), wereng coklat (Nilavarpara logens) dan belalang besar (Valanga
nigricornis), selain tertarik pada cahaya, ditemukan juga insekta yang tertarik oleh
suatu warna hijau dan kuning, sesungguhnya insekta juga memiliki preferensi
(kesukaan) tersendiri terhadap warna dan bau, seperti terhadap warna-warna bunga,
contoh kupu-kupu (Pieris brassicae) dalam mencari makananya memperlihatkan
preferensi yang nyata terhadap warna biru dan ungu, insekta berperan dalam
penyerbukan, sebagai predator dan parasit beberapa jenis hama tanaman dan sangat
bermanfaat dalam pengendalian hama tanaman, insekta habitatnya tersebar karena
makanan insekta bermacam-macam, misalnya bagian tanaman berupa akar, batang,
daun, buah-buahan, biji, butir tepung sari dari tanaman, ada juga makan jaringan atau
hasil ekresi hewan (Jumar, 2000 : 94).
E. Pohon Tembesu
Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) merupakan salah satu jenis dari famili
Loganiaceae yang mempunyai wilayah penyebaran alami sangat luas, menurut
(Lemmens et al, 1995 dalam Junaidah et al. 2014), penyebaran Fagraea fragrans
mulai dari Bengal di India, Myanmar, Andaman Islands, Indo-Cina, Filipina,
Thailand, Peninsular Malaysia, Singapura, Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan,
Sulawesi dan Yapen Island di Papua, untuk wilayah Sumatera Bagian Selatan
(Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung) kayu tembesu termasuk jenis yang sangat
populer dan mempunyai nilai ekonomi serta budaya yang sangat tinggi bagi sebagian
masyarakatnya.
Menurut ( Junaidah et al.2014:1) tembesu yang termasuk kedalam kerajaan
Plantae, ordo Gentianales dan famili Gantinaceae serta genus fragraea, spesies F.
fragrans Roxb merupakan jenis yang adaptif dan dapat tumbuh pada berbagai
jenis tanah dan kondisi lingkungan, seperti pada tanah datar, tanah pasir atau
tanah liat berpasir, dikatakan pula bahwa tembesu dapat tumbuh baik pada
tanah dengan drainase yang buruk dan daerah rawa, secara umum tembesu
menghendaki iklim basah sampai agak kering dan tumbuh baik pada ketinggian
0-500 meter diatas permukaan laut, karena tembesu termasuk tanaman yang
adaptif dan hampir bisa tumbuh di berbagai macam kondisi lingkungan maka dapat
dikatakan keanekaragaman jenis serangga yang hidup juga bervariasi.
F. Indeks Keragaman
Menurut
(Indriyanto 2006:145) Keanekaragaman spesies merupakan ciri
tingkat komunitas berdasarkan organisasi biologinya, keanekaragaman jenis dapat
digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas
untuk menjaga dirinya tetap setabil, meskipun ada gangguan terhadap komponenkomponenya, keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas
memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi spesies yang terjadi dalam komunitas
itu sangat tinggi.
Suatu komunitas memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi jika komunitas
itu disusun oleh banyak spesies, sebaliknya suatu komunitas dikatakan memiliki
keanekaragaman spesies yang rendah jika komunitas itu disusun oleh sedikit spesies
dan jika hanya ada sedikit saja spesies yang dominan, untuk memprakirakan
keanekaragaman spesies ada beberapa indeks keanekaragaman yang dapat dipilih
untuk dipakai dalam analisis komonitas salah satunya adalah indeks Margalef (d).
keterangan :
d = Indeks Margalef = Indeks Keanekaragaman Margalef
s = Jumlah Spesies
N = Jumlah Individu
D (Keanekaragaman) < (kurang dari) 3,5 maka kekayaan jenis rendah
D (Keanekaragaman) 3,5 < (kurang dari) 5 maka kekayaan jenis sedang
D (Keanekaragaman) > (lebih dari) 5 maka kekayaan jenis tinggi.
Nilai indeks keragaman Margalef akan meningkat apabila nilai N (jumlah
total individu yang teramati) semakin bertambah disertai dengan pertambahan nilai S
(jumlah jenis yang teramati), sedangkan untuk mengetahui nilai indeks keragaman
margalef akan bervariasi jika hanya salah satu dari kedua S dan N meningkat
Contoh
a. Nilai S tetap dan nilai N semakin bertambah = d (diversitas/keragaman
margalef) rendah.
b. Nilai N tetap dan nilai S semakin bertambah = d (diversitas/keragaman
margalef) tinggi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu Jerora I, dan Sesar yang
masih berada dalam daerah Kabupaten Sintang pada bulan
sampai pada
tahun 2015.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif,
penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai taraf
deskripsi yaitu
menganalisis dan menyajikan data secara sistematik, sehingga dapat lebih mudah
dipahami dan disimpulkan, penelitian eksploratif adalah jenis penelitian yang
bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru berupa pengelompokan suatu gejala
dan fakta, penelitian deskriptif eksploratif bertujuan untuk menggambarkan keadaan
suatu fenomena, dalam penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis
tertentu tetapi hanya menggambarkan apa adanya suatu variabel, gejala atau keadaan
(Arikunto, 2002).
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan
persiapan-persiapan yang telah
direncanakan, berikut adalah langkah-langkah dalam pengumpulan data
1. Persiapan
Melakukan observasi di lokasi penelitian, yang mayoritas ditumbuhi
pohon tembesu, memilih pohon yang akan dijadikan sampel pada penelitian,
dengan tinggi 2,5 meter sebanyak 3 pohon mewakili semua populasi pohon
tembesu di setiap lokasi penelitian, hal ini bertujuan agar pada saat penelitian
dilaksanakan lokasi dan sampel penelitian sudah benar-benar siap untuk
digunakan.
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut
a. Disetiap lokasi penelitian ditentukan 3 pohon yang menjadi sampel
penelitian yang mewakili seluruh populasi pohon tembesu di lokasi
penelitian dengan ukuran tinggi pohon 2,5 meter
b. Penjaringan serangga dilakukan dalam kurun waktu 2 minggu, dimulai pukul
06.00-9.00 WIB.
c. Serangga yang terkumpul akan dimasukan ke dalam toples koleksi sebagai
tempat penyimpanan sebelum di identifikasi.
3. Cara Pengumpulan Serangga diurnal
untuk mengumpulkan serangga yang aktif pada Siang hari dapat
dilakukan dengan menggunakan perangkap jaring (Sweep Net) yang dibuat
dari bahan yang ringan dan kuat, yaitu warin yang dililitkan pada besi dan
diberikan gagang, perangkap jaring dapat digunakan dengan cara mengayunkan
jaring perangkap, dalam keadaan ini diperlukan kecepatan dan keterampilan,
khususnya bagi serangga yang terbang cepat, untuk serangga yang berada
dibagian batang pohon, cukup dengan menempelkan perangkap diatasnya lalu
mendorongnya mengunakan pinset agar terpisah dari batang pohon dan jatuh
kedalam jaring serangga.
4. Inventarisasi Serangga
Serangga yang telah didapatkan dari hasil inventarisasi kemudian
dimasukkan kedalam toples koleksi, identifikasi serangga dilakukan sampai
ketingkat ordo, dengan cara mengurutkan sesuai dengan taksonominya seperti
kerajaan, filum, kelas dan ordo agar lebih akurat pada saat pengidentifikasian
dan mengetahui ciri-ciri dari serangga yang kita dapatkan lebih jelas serta sesuai
dengan taksonominya maka pada saat mengidentifikasi serangga dilakukan
pencocokkan sampel yang didapat dengan gambar-gambar atau uraian yang ada
pada buku acuan identifikasi serangga dan Pengenalan Pelajaran Serangga
dengan penulis sebagai berikut
a. Biologi Insekta Entomologi (H. Mohamad Hadi et al. 2009)
b. Ekologi Serangga (Dwi Suheriyanto, 2008)
c. Klasifikasi Hewan (Lilis Sri Astutu, 2007)
5. Pembuatan Media Buku Saku
Buku saku yang dibuat pada penelitian ini berukuran ± panjang 11 cm dan
lebar 14,6 cm, isi dari buku saku adalah deskripsi hasil penginventarisasian
serangga yang dilakukan pada pohon tembesuk berupa penjelasan klasifikasi
beserta gambar serangga yang di disain dengan bentuk yang menarik. Buku saku
juga dilengkapi dengan beberapa bagian yang membantu pembaca untuk
memahami isi buku saku. Beberapa bagian tersebut seperti pedoman penggunaan
buku saku, daftar isi, dan tujuan pembelajaran
D. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
1. Perangkap jaring serangga (Sweep Net) berfungsi untuk mengambil sampel
serangga vegetasi
2. Kain kasa berfungsi untuk tadahan serangga yang lolos dari jaring dan
terjatuh ketanah
3. Toples koleksi berfungsi untuk menyimpan serangga yang didapat
4. Pinset berfungsi untuk mengambil serangga yang berhasil terjaring
5. Alat tulis berfungsi untuk mencatat dalam pengumpulan sempel
6. Kamera berfungsi untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian
7. Buku panduan identifikasi serangga berfungsi sebagai pedoman dalam
pengidentifikasian serangga.
b. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
1. Alkohol 70% berfungsi untuk mengawetkan serangga yang di dapat dilokasi
penelitian.
2. kapur barus berfungsi untuk mengawetkan serangga yang di dapat dilokasi
penelitian.
3.
E. ANALISIS DATA
Sampel dari serangga yang diperoleh dikumpulkan di dalam wadah
sesuai dengan jenisnya masing-masing, kemudian membuat tabel yang berisi
nama kelompok serangga berdasarkan hasil identifikasi dan jumlah kelompok.
Untuk
mengetahui
nilai
keragaman
serangga
yang
ditentukan
dilakukan
perhitungan statistik sebagai berikut :
keterangan :
d = Indeks Margalef = Indeks Keanekaragaman Margalef
s = Jumlah Spesies
N = Jumlah Individu
Nilai indeks keragaman Margalef akan meningkat apabila nilai N (jumlah
total individu yang teramati) semakin bertambah disertai dengan pertambahan nilai S
(jumlah jenis yang teramati).Sedangkan untuk mengetahui nilai indeks keragaman
margalef akan bervariasi jika hanya salah satu dari kedua S dan N meningkat
Contoh
c. Nilai S tetap dan nilai N semakin bertambah = d (diversitas/keragaman
margalef) rendah
d. Nilai N tetap dan nilai S semakin bertambah = d (diversitas/keragaman
margalef) tinggi
Ketetapan tingkat nilai kekayaan jenis margalef
D (Keanekaragaman) < (kurang dari) 3,5 maka kekayaan jenis rendah
D (Keanekaragaman) 3,5 < (kurang dari) 5 maka kekayaan jenis sedang
D (Keanekaragaman) > (lebih dari) 5 maka kekayaan jenis tinggi
F. Analisi Validasi Media Buku Saku
Hasil penelitian tentang inventarisasi serangga digunakan sebagai bahan atau
sumber untuk membuat media pembelajaran berupa buku saku yang sesuai dengan
materi Keanekaragaman Hayati kelas X SMA, untuk untuk mengetahui kevalidan
buku saku dilakukan validasi, validasi merupakan derajat ketepatan antara data yang
terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti, dengan
demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan
oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian (
Sugiyono, 2011), validasi buku saku dilakukan oleh dua orang dosen biologi dan 3
orang guru biologi, setiap jawaban dari validator berupa skor untuk setiap kriteria
yaitu empat (4) sangat baik, tiga (3) baik, dua (2) kurang baik, satu (1) tidak baik.
Tahapan melakukan analisis validasi menurut Khabibah (dalam Yamasari,
2010) Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Membuat dan menganalisis tabel buku saku
2) Mencari rata–rata tiap kriteria dari kelima validator dengan rumus :
Keterangan :
Ki
= rata-rata kriteria ke-i
Vhi = skor hasil penilayan validator ke-h untuk kriteria ke-i
I
= kriteria
H
= validator
3. Mencari rata-rata aspek dengan rumus:
Keterangan :
Ai
= rata-rata aspek ke-i
Kij
= rata-rata aspek ke-I untuk ke-j
n
= banyaknya kriteria dalam aspek ke-i
i
= aspek
j
= kriteria
ij
=aspek ke-I dan kriteria ke-j
4. Mencari rata-rata total validasi aspek dengan rumus:
RTV = rata-rata total validasi
Aij
= rata-rata aspek ke-i
i
= banyaknya aspek
n
5. Mencocokkan rata-rata total dengan kriteria kevalidan, yaitu :
3
RTVTK
4 = valid
2
RTVTK
3 = cukup valid
1
RTVTK
2 = tidak valid
ASPEK
Format
Isi
Bahasa
Kepraktisan
KRITERIA
1. Kesesuaian warna huruf dan tampilan
gambar background pada media buku
saku
2. Kesesuaian bentuk dan ukuran huruf
pada judul dan tulisan
3. Pencapaian indikator dan tujuan
pembelajaran pada RPP terhadap
minat belajar siswa
4. Konsep ciri-ciri morfologi serangga
dan klasifikasi serangga
5. Pesan pembelajaran yang disampaikan
pada media buku saku secara ringkas,
jelas dan mudah dimengerti
6. Media buku saku membantu guru
menjelaskan materi berdasarkan tujuan
pembelajaran
7. Informasi media buku saku akurat dan
terbaru
8. Penggunaan bahasa Asing/Latin pada
media
9. Bahasa sesuai usia siswa tingkat SMA
10. Fasilitas pendukung dalam pemakaian
media buku saku
Efektifitas
11. Bersifat interaktif dan efektif
12. Ketahanan media buku saku
1
Tanggapan
2 3 4
13. Penggunaan media buku saku untuk
pembelajaran perorangan/kelompok
Komentar dan Saran :
Sintang,
2016
Validator
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keragaman Serangga Diurnal Pada Pohon Tembesu
Hasil inventarisasi serangga diurnal pada pohon tembesu dari lokasi penelitian
pertama Jerora I sebanyak 8 jenis serangga dengan 7
Ordo sebagai berikut,
Orthoptera, Hymenoptera, Hemiptera, lepidoptera, coleoptera, Phasmida dengan
jumlah populasi yang berhasil di inventarisasi sebanyak 226 serangga dan hasil
inventarisasi serangga diurnal pada pohon tembesu yang di dapat dari lokasi
penelitian II sebanyak 6 jenis serangga dengan 4 Ordo sebagai berikut, Hymenoptera,
Hemiptera, Coleoptra, Mantodae dengan jumlah populasi yang berhasil di
inventarisasi sebanyak 125 serangga, dari total 8 Ordo yang didapat dikedua lokasi
penelitian (Jerora I dan Kpuas Kiri Hulu) terdapat serangga yang memiliki ordo yang
sama yaitu Ordo Coleoptra Carbidae (Kumbang Tanah) dan Chrysomelidae
(Kumbang Daun), Ordo Hemiptera Nezara Viridula (Kepik Daun), Helopeltis antonii
(Kutu Penghisap daun) dan Nilaparvata (Wereng), Ordo Hymenoptera Oecophylla
Smaragdina (Kerangga/Rangrang), Anoplius Atrox (Lebah Tanah) dan Dolichoderus
Thoracicus Smith (Semut Hitam), jumlah keseluruhan dapat di lihat pada table 4.1
dibawah ini yang berisikan susunan ordo serta spesies serangga diurnal dari kedua
lokasi penelitian ( Jerora I dan Kapuas kanan hulu)
Tabel 4.1 jenis serangga hasil inventarisasi pada lokasi penelitian I Jerora
I(sedaun) dan lokasi penelitian II kapuas kiri hulu
No.
1.
Ordo
Spesies
Coleoptra
Carbidae
(Kumbang Tanah)
Chrysomelidae
(Kumbang Daun)
2.
Hemiptera
Nezara Viridula
(Kepik Daun)
Helopeltis antonii
(Kutu Penghisap daun)
Nilaparvata
(Wereng)
3.
Oecophylla Smaragdina
(Kerangga/Rangrang)
Hymenoptera
Anoplius Atrox
(Lebah Tanah)
Dolichoderus Thoracicus Smith
(Semut Hitam)
4.
Lampides Monarch butterfly (Kupu-kupu)
Lepidoptera
5.
Mantodae
Mantis religiosa
(Belalang Sembah)
Odonata
Neurothemis
(Capung)
Orthoptera
Valanga nigricornis
(Belalang kayu)
6.
7.
8.
Diapheromera femorata
(Serangga Ranting)
Phasmida
Hasil inventarisasi serangga diurnal pada pohon tembesu yang di dapat dari
lokasi penelitian pertama Jerora I sebanyak 8 jenis serangga dengan 7 Ordo sebagai
berikut, Orthoptera, Hymenoptera, Hemiptera, lepidoptera, coleoptera, Phasmida
dengan jumlah populasi yang berhasil di inventarisasi sebanyak 226 serangga dapat
dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 4.2 jenis serangga hasil inventarisasi pada lokasi penelitian I (Jerora I)
No.
Jenis
1.
Lebah Tanah
2.
Belalang kayu
Nama Ilmiah
Jumlah
Hymenoptera
1
Orthoptera
2
4.
Valanga
nigricornis
Kerangga/Rangrang Oecophylla
Smaragdina
Nezara Viridula
Kepik Daun
5.
Kumbang Tanah
6.
3.
Anoplius Atrox
Ordo
Hymenoptera
203
Hemiptera
11
Carbidae
Coleoptra
2
Capung
Neurothemis
Odonata
4
7.
Serangga Ranting
8.
Kupu-kupu
Diapheromera
Phasmida
femorata
Lampides
Lepidoptera
Monarch butterfly
1
2
7
Total
226
hasil inventarisasi serangga diurnal pada pohon tembesu yang di dapat dari lokasi
penelitian II sebanyak 6 jenis serangga dengan 4 Ordo sebagai berikut, Hymenoptera,
Hemiptera,
Coleoptra,
Mantodae
dengan
jumlah
populasi
yang
berhasil
diinventarisasikan sebanyak 125 serangga dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 4.3 jenis serangga hasil inventarisasi pada lokasi penelitian II (kapuas kiri hulu)
No.
Ordo
Jumlah
Hymenoptera
116
Hymenoptera
4
3.
Kerangga/Rangrang Oecophylla
Smaragdina
Semut Hitam
Dolichoderus
Thoracicus Smith
Belalang Sembah
Mantis religiosa
Mantodae
1
4.
Kumbang Daun
chrysomelidae
Coleoptra
2
5.
Kutu Penghisap
daun
Wereng
Helopeltis antonii
Hemiptra
1
Nilaparvata
Hemiptra
1
1.
2.
6.
Jenis
Nama Ilmiah
Total
B. Jenis-jenis Serangga Diurnal Pada Pohon Tembesu
4
125
Berdasarkan hasil inventarisasi yang telah dilakukan maka ditemukan
sebanyak 13 jenis serangga pada pohon tembesu, serangga-serangga yang didapat
kemudian identifikasi di laboratorium universitas kapuas sintang, identifikasi
dilakukan bertujuan untuk mengetahui taksonomi dari jenis serangga yang didapat
sampai ketingkat ordo, identifikasi dilakukan menggunakan buku acuan Biologi
Insekta Entomologi (H. Mohamad Hadi et al. 2009), Ekologi Serangga (Dwi
Suheriyanto,
2008),
Klasifikasi
Hewan
(Lilis
Sri
Astutu,
2007),
dalam
pengidentifikasian bagian-bagian dari anggota tubuh serangga yang kecil dan sulit
untuk dilihat diamati menggunakan bantuan mikroskop, berikut adalah 13 jenis
serangga yang telah di identifikasi.
1. Kumbang Tanah (Carbidae)
Kerajaan
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Coloeptera
: Carbidae
: Chlaenius
Gambar 4.1 Kumbang Tanah (Carbidae)
: Chlaenius amplipenni
(Bonelli, 1810)
Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai
berikut, panjang tubuh 0,8 cm,memiliki sepasang antena beruas, mata majemuk, tipe
mulut menggigit, kaki terdiri dari 3 pasang depan tengah dan belakang, kaki depan
memiliki ukuran lebih kecil dari kaki bagian tengah dan belakang, kaki berbulu halus,
memiliki sayap, sayap bagian depan dan belakang, sayap bagian depan tebal
sedangkan sayap bagian belakang tipis seperti selaput, berikut adalah bagian dari
kumbang tanah yang diambil menggunakan mikroskop
a.
b.
c.
d.
Gambar 4.1 a. bagian kepala b. bagian sayp luar c. bagian sayap dalam d. kaki
gambar di atas menunjukan bagian kepala, kaki, sayap bagian depan dan belakang,
gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan
mikroskop 40x perbesaran.
2. Kumbang Daun (Chrysomelidae)
Kerajaan
Phylum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Animalia
: Arthropoda
: Insekta
: Coleoptera
: Chrysomelidae
Gambar4.2 Kumbang Daun (chrysomelidae)
: Phaedonia
: Phaedonia inclusa (Stal)
Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai
berikut, panjang 0,6 cm, memiliki sepasang antena pendek, mata majemuk tipe mulut
menggigit, kaki terdiri dari 3 bagian depan tengah dan belakang, kaki bagian depan
dan tengah bentuk dan ukuranya sama, sedangkan kaki bagian belakng besar pada
bagian pangkalnya, memiliki 2 buah sayap, sayap depan dan sayap belakang, sayap
bagian belakang lebih tebal dan keras, sedangkan sayap bagian belakang tipis, berikut
adalah bagian dari kumbang daun yang diambil menggunakan mikroskop
a.
b.
c.
d.
Gambar 4.2 a. bagian kepala b. kaki c. sayap luar d. sayap dalam
gambar di atas menunjukan bentuk kepala, kaki serta sayap bagian dalam dan bagian
luar, gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan
menggunakan mikroskop 40x perbesaran.
3 . Kepik Daun (Nezara Viridula)
Kerajaan : Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Hemiptera
Famili
: Pentatomidae
Genus
: Nezara Amyot And serville
Spesies
: Nezara Viridula (Leach, 1815)
Gamabr4.3 Kepik Daun(NezaraViridula)
Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai
berikut, panjang tubuh 0,8 cm, memiliki mata majemuk, bentuk mulut menusuk
menghisap, memiliki 3 pasang kaki, kaki depan tengah dan belakang, kaki memliki
ukuran dan bentuk yang hampir sama, memiliki sepasang sayap, bagian depan dan
belakang, sayap bagian depan sedikit lebih tebal dibandingkan sayap bagian dalam
yang tipis seperti selaput, berikut adalah bagian dari kepik daun yang diambil
menggunakan mikroskop
a.
b.
c.
gambar 4.3 a. bagian kepala b. bagian sayap luar c. bagian sayap dalam
gambar diatas menunjukan bagian dari kepala, sayap bagian luar dan bagian dalam,
gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan
mikroskop 40x pembesaran.
4. Kutu Penghisap Daun (Helopeltis antonii)
kerajaan
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Hemiptera
Famili
: Miridae
Genus
: Helopeltis
Species
: Helopeltis Antonii (Signoret, 1858)
Gambar4.4
Kutu Penghisap Daun
(Helopeltis antonii)
Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai
berikut, panjang badan 1,4 cm, memiliki sepasang antena panjang beruas, mata besar
majemuk, tipe mulut penghisap, memiliki 3 pasang kaki, depan tengah dan belakang,
bentuk dan ukuran kaki depan dan tengah hampir sama, bentuk kaki belakang sedikit
lebih panjang dibandingkan dengan kaki depan dan tengah, memiliki sayap depan dan
sayap belakang, sayap depan keras dan sedikit lebih tebal dibandingkan sayap bagian
belakang, berikut adalah bagian dari kumbang daun yang diambil menggunakan
mikroskop.
a.
b.
c.
d.
Gambar 4.4 a. bagian kepala b. sayap luar c. sayap dalam d. bagian kaki
gambar di atas menunjukan bagian dari kepala, sayap dan kaki pada kutu penghisap
daun, gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan
menggunakan bantuan mikroskop 40x pembesaran.
5. Wereng Coklat (Nilaparvata)
Kerajaan
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Species
Hasil
: Animalia
: Arthropoda
: Insekta
: Homoptera
: Delphacidae
Gambar 4.5 Wereng (Nilaparvata)
: Nilaparvata
: Nilaparvata lugens (Stal)
identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai
berikut, panjang 1,5 cm mata majemuk, tipe mulut penghisap, memiliki 3 pasang
kaki, depan tengah dan belakang, bentuk dan ukuran kaki depan dan tengah hampir
sama, bentuk kaki belakang sedikit lebih panjang dibandingkan dengan kaki depan
dan tengah, memiliki sayap depan dan sayap belakang, sayap depan keras dan sedikit
lebih tebal dibandingkan sayap belakang, berikut adalah bagian dari wereng yang
diambil menggunakan mikroskop.
a.
b.
Gambar 4.5 a. sayap bagian luar b. sayap bagian dalam
gambar di atas menunjukan bagian sayap depan dan sayap bagian belakang pada
wereng, gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan
menggunakan bantuan mikroskop 40x pembesaran.
6. Kerangga/Rangrang (Oecophylla Smaragdina)
Kerajaan : Animalia
Filum
: Hexapoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Hymenoptera
Famili
: Formicidae
Genus
: Oecophylla
Spesies
: Oecophylla
Gambar 4.6 Kerangga/Rangrang (Oecophylla
Smaragdina (Smith, 1860)
Smaragdina)
Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai
berikut, memiliki panjang tubuh 1 cm, memiliki sepasang antena panjang beruas,
mata majemuk, bentuk mulut menggigit, memiliki 3 pasang kaki, kaki bagian depan,
tengah dan belakang, bentuk dan ukuran dari ketiga kaki sama, berikut adalah bagian
dari kerangga/rang-rang yang diambil menggunakan mikroskop
a.
b.
.
Gambar 4.6 .a. Bagian kepala b. Bagian kaki pada kerangga
gambar di atas adalah bagian kepala dan kaki pada kerangga, gambar diambil di
laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan mikroskop 40x
pembesaran.
7. Lebah Tanah (Anoplius Atrox)
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Arthopoda
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Species
: Insecta
: Pymenoptera
: Pompilidae
: Anoplius
: Anoplius Atrox (Dufour, 1834 )
Gambar 4.7 Lebah Tanah
(Anoplius Atrox)
Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai
berikut, memiliki panjang tubuh 2,4 cm, mempunyai sepasang antena panjang beruas
dan berbulu, mata besar majemuk, tipe mulut penusuk/menghisap, kaki terdiri dari 3
bagian, depan, tengah dan belakang, kaki bagian depan dan tengah mempunyai
ukuran dan bentuk yang hampir sama, sedangkan kaki bagian belakang sedikit lebih
panjang dan pangkal paha sedikit membesar, mempunyai 2 pasang sayap, bagian
depan dan belakang, sayap bagian depan lurus dan tebal dibandingkan sayap bagian
belakang yang tipis seperti selaput, mumpunyai sengat pada bagian buntut yang
berbentuk seperti jarum halus yang merupakan alat pertahanan diri bila merasa
terancam berikut adalah bagian dari lebah penggali yang diambil menggunakan
mikroskop,
a.
b.
c.
Gambar 4.7 a. sayap bagian luar b. sayap bagian dalam c. bagian sengat
gambar diatas menunjukan bagian dari sayap tengah dan bagian ujung, gambar
diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan mikroskop
40x perbesaran.
8. Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus)
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Hymenoptera
Famili
: Formicidae
Genus
: Dolichoderus
Spesies
: Dolichoderus
thoracicus (Smith, F. 1860)
Gambar 4.8 Semut Hitam
(Dolichoderus thoracicus)
Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai
berikut, memiliki panjang 1 cm, memiliki sepasang antena beruas, mata majemuk,
tipe mulut menggigit, memiliki 3 pasang kaki, kaki bagian depan, tengah dan bagian
belakang, memiliki bentuk dan ukuran yang hampir sama, berikut adalah bagian dari
semut hitam yang diambil menggunakan mikroskop
a.
b.
Gambar 4.8. a. Bagian tubuh semut hitam b. Bagian kaki semut hitam
gambar di atas menunjukan bagian dari kepala, badan dan kaki pada semut hitam
gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan
bantuan mikroskop 40x pembesaran.
9. Kupu-kupu (Lampides Monarch butterfly)
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Arthropoda
kelas
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Famili
: Lycaenidae
Genus
: Lampides
Species
: Lampides Boeticus (Linnaeus 1767) Gambar 4. 9 Kupu-kupu
(Lampides Monarch butterfly)
Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai
berikut, memiliki panjang tubuh 2,1 cm, memiliki sepasang antena, memiliki mata
faset besar, tipe mulut mengisap, memiliki 3 pasang kaki yang ukuran dan bentuknya
hampir sama, memiliki sepasang sayap, sayap mempunyai ukuran yang sama, sayap
terlihat bersisik bila diamati menggunakan mikroskop, berikut adalah bagian dari
kupu-kupu yang diambil menggunakan mikroskop
a.
b.
Gambar 4.9.
c.
a. bagian kepala b. bagian kaki c. bagian sayap
gambar di atas menunjukan bagian dari kepal, bagian kaki dan bagian sayap dari
kupu-kupu lampides, gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang
dengan menggunakan mikroskop 40x perbesaran.
10. Belalang Sembah (Praying mantis)
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Mantodae
Famili
: Mantidae
Genus
: Mantiss
Species
: Mantis religiosa (linnaeus, 1758) Gambar 4.10 Belalang Sembah
(Praying mantis)
Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai
berikut, memiliki panjang tubuh 6,6 cm memiliki sepasang antena tipis seperti bulu,
mata majemuk, tipe mulut menggigit, memiliki 3 pasang kaki, kaki depan, tengah dan
belakang, kaki bagian depan ukuran serta bentuk lebih besar dibandingkan kaki
bagian tengah dan belakang, kaki bagian depan bergerigi seperti kampak, berikut
adalah bagian dari kumbang daun yang diambil menggunakan mikroskop
a.
b.
Gambar 4.10 a. Bagian Kepala b. antenna
c.
c. bagian sayap
gambar diatas adalah bagian dari mulut, antenna dan sayap pada belalang sembah,
gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan
mikroskop 40x pembesaran.
11. Capung (Neurothemis Vulpa)
Kerajaan
Filum
Kelas
Ordo
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Odonata
Famili
: Libellulidae
Genus
: Neurothemis
Spesies
: N. terminata (Ris, 1911) Gambar 4.11 Capung (Neurothemis Vulpa)
Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai
berikut, panjang badan 3,3 cm, memiliki sepasang antena pendek, mata besar
majemuk, tipe mulut menggigit, mempunyai kaki 3 pasang berukuran sama, memiliki
2 pasang sayap belakang dan depan bentuk dan ukurannya hampur sama berwarna
merah paa bagian ujung sayap berwarna transparan berikut adalah bagian dari
kumbang daun yang diambil menggunakan mikroskop\
a.
b.
Gambar 4.11 a. bagian pangkal sayap b. bagian ujung sayap
gambar diatas menunjukan bagian dari sayap tengah dan bagian ujung, gambar
diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan mikroskop
40x perbesaran.
12. Belalang kayu (Valanga nigricornis)
Kerajaan
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Species
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Orthoptera
: Acrididae
: Valanga
: Valanga nigricornis
(H. Burmeister, 1838)
Gambar 4.12 Belalang kayu
(Valangani gricornis)
Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai
berikut, panjang tubuh 2,2 cm, memiliki 2 pasang antena panjang beruas, mata
majemuk, tipe mulut menggigit, tedapat 3 pasang kaki, bagian depan tengah dan
belakang, kaki bagian depan dan tengah memiliki bentuk dan ukuran yang hampir
sama, sedangkan kaki bagian belakang bentuknya berbeda, pada bagian paha
membesar, terdapat 2 pasang sayap, sayap depan dan bagian belakang bentuk dari
sayap bagian depan lurus lebih tebal dan kaku, sedangkan sayap bagian belakang tipis
seperti selaput, berikut adalah gambar pada bagian belalang kayu yang diambil
menggunakan mikroskop
a.
b.
Gambar 4.12.
c.
a. Sayap bagian luar b. Sayap bagian dalam
c. Bagian kepala
gambar di atas menunjukan bagian sayap depan, sayap bagian dalam dan kepala pada
belalang kayu, gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan
menggunakan mikroskop 40x perbesaran.
13 Serangga Ranting (Phobaeticus chani)
Kerajaan : Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Phasmatoptera
Famili
: Phasmatidae
Genus
: Diapheromera
Species
: Diapheromera femorata (Say, 1824)
Gambar 4.13. Serangga Ranting
(Phobaeticus chani)
Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai berikut,
memiliki panjang tubuh 5,8 cm, mempunyai sepasang antena panjang beruas dan
berbulu, mata besar majemuk, tipe mulut menggigit, kaki terdiri dari 3 bagian, depan,
tengah dan belakang, kaki bagian depan dan tengah mempunyai ukuran dan bentuk
yang hampir sama, sedangkan kaki bagian belakang sedikit lebih panjang dan
pangkal paha sedikit membesar, mempunyai 2 pasang sayap, bagian depan dan
belakang, sayap bagian depan lurus dan tebal dibandingkan sayap bagian belakang
yang tipis seperti selaput, berikut adalah bagian dari serangga ranting yang diambil
menggunakan mikroskop,
a.
b.
c.
d.
Gambar4. 13. a. bagian kepala b. antenna c. sayap bagian luar d. sayap bagian luar
gambar diatas di atas menunjukan bagian dari kepala, sayap bagian depan dan sayap
bagian belakang dari serangga ranting, gambar diambil di laboratorium universitas
kapuas sintang dengan menggunakan mikroskop 40x perbesaran.
C. Indeks Margalef
Data hasil penginventarisasian serangga yang didapat pada lokasi penelitian I
dan II, kemudian dihitung untuk mengetahui tingkat keanekaragaman serangga
diurnal mengunakan indeks Margalef dengan rumus sebagai berikut
keterangan :
d = Indeks Margalef = Indeks Keanekaragaman Margalef
s = Jumlah Spesies
N = Jumlah Individu
D (Keanekaragaman) < (kurang dari) 3,5 maka kekayaan jenis rendah
D (Keanekaragaman) 3,5 < (kurang dari) 5 maka kekayaan jenis sedang
D (Keanekaragaman) > (lebih dari) 5 maka kekayaan jenis tinggi.
Nilai indeks keragaman Margalef akan meningkat apabila nilai N (jumlah
total individu yang teramati) semakin bertambah disertai dengan pertambahan nilai S
(jumlah jenis yang teramati), sedangkan untuk mengetahui nilai indeks keragaman
margalef akan bervariasi jika hanya salah satu dari kedua S dan N meningkat
e. Nilai S tetap dan nilai N semakin bertambah = d (diversitas/keragaman
margalef) rendah.
f. Nilai N tetap dan nilai S semakin bertambah = d (diversitas/keragaman
margalef) tinggi.
Berdasarkan rumus diatas, maka data yang didapat dari hasil inventarisasi
serangga diurnal pada pohon tembesu diolah dengan langkah-lagkah sebagai berikut
Tabel 4.4 tabel rumus indeks keragaman margaleg
Hasil perhitungan menggunakan indeks
margalef
Lokasi Penelitian
I
Lokasi Penelitian
II
Dari hasil perhitungan menggunakan indek rumus margalef di atas, menunjukan
keanekaragaman serangga dari hasil penginventarisasian yang dilakukan dilokasi I
adalah 2,97 sedangkan pada lokasi penelitian II adalah 2,39
Tabel 4.5 Tabel jumlah jenis dan individu serangga yang didapat pada lokasi II dan
lokasi II
Lokasi I
Jumlah
Lokasi II
Jumlah Jenis (S)
8
Jumlah Jenis (S)
6
Jumlah Individu (N)
226
Jumlah Individu (N)
125
Jumlah
Hasil perhitungan menunjukan bahwa pada lokasi pertama D= (N=226, S= 8)
dan lokasi ke II D= (N= 125, S= 6), Indeks keragaman jenis yang dihitung pada
lokasi I dengan metode margalef memiliki nilai 2, 97 pada lokasi I dan pada lokasi II
2,39 nilai dari kedua lokasi tersebut didalam tingkatan jenis menurut margalef
termasuk kedalam lokasi dengan kekayaan jenis yang rendah, diketahui bahwa
kategori penetapan kekayaan jenis untuk indeks margalef sebagai berikut
D (Keanekaragaman) < (kurang dari) 3,5 maka kekayaan jenis rendah
D (Keanekaragaman) 3,5 < (kurang dari) 5 maka kekayaan jenis sedang
D (Keanekaragaman) > (lebih dari) 5 maka kekayaan jenis tinggi.
hasil pengolahan data dari penginventarisasian serangga diurnal pada pohon tembesu
menunjukan bahwa nilai indeks keragaman margalef tidak meningkat, dikarnakan
nilai N (jumlah total individu yang teramati) berkurang, disertai berkurangnya nilai S
(jumlah jenis yang teramati), begitu juga dengan keragaman variasi dari hasil
penginventarisasian serangga diurnal pada pohon tembesu, menunjukan bahwa nilai S
(jumlah jenis yang teramati) dan N (total individu yang teramati) mengalami
penurunan, hal ini ditunjukan oleh hasil inventarisasi yang dilakukan di 2 lokasi
berbeda, dari hasil yang didapatkan menunjukan penurunan dan kurangnya jumlah
serangga yang tertangkap diakibatkan oleh cuaca yang tidak menentu saat
pengambilan sampel, menurut Adler (Pradana et al, 2011), cuaca sangat berpengaruh
terhadap diversitas serangga, seperti halnya juga suhu (Hartley dan Jones, 2003),
pada saat cuaca hujan, serangga-serangga akan bersembunyi dari air hujan, apabila
sayap serangga basah maka serangga tidak dapat terbang dengan mudah, sehingga
mengakibatkan lebih mudah dimangsa oleh predator.
D. Validasi Media Buku Saku
Buku saku ini merupakan hasil pengimplementasian penelitian serangga
diurnal pada pohon tembesu, pemilihan buku saku ini bertujuan untuk mempermudah
siswa belajar sekaligus memahami hakikat materi keanekaragaman hayati, buku saku
ini berisi informasi dan pembelajaran mengenai serangga diurnal yang terdapat di
pohon tembesu yang memuat gambar dan deskripsi singkat tentang serangga diurnal
Buku saku yang dikembangkan dalam penelitian ini berukuran 11 cm x
14,6 cm yang terdiri dari 22 halaman, buku saku juga dilengkapi dengan beberapa
bagian yang membantu pembaca untuk memahami isi buku saku, beberapa bagian
tersebut seperti Kata Pengantar, Daftar Isi, dan SK, KD,
Uji kelayakan merupakan suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap
isi (content) dari buku saku, tujuan pengujian media ini untuk mengetahui kelayakan
buku saku sebagai media pembelajaran di sekolah, uji kelayakan media buku saku
pada penelitian ini dilakukan oleh 2 (dua) orang dosen yaitu Markus Iyus Supiandi,
S.Pd., M.Pd (STKIP Persada Khatulistiwa Sintang) dan Imam Hadi Mulyono, S.Pd.,
M.Pd (UKA Universitas Kapuas Sintang) serta 3 (tiga) orang guru SMA, yaitu
Alexander Joni, S.Pd (SMA Nusantara Indah Sintang), Ebenus Nodi, S.Pd (SMA
Panca Setya Sintang) dan Kornelia Selvi Lestari, S.Pd (SMA Anak Negri Sanggau),
aspek yang digunakan yaitu aspek format, aspek isi, aspek bahasa, aspek kepraktisan,
dan aspek efektifitas, kelima aspek ini dikembangkan dan dimodifikasi dari lembar
validasi media Yamasari (2010), hasil validasi dan analisis data validasi dapat dilihat
pada Tabel 4.2.
Tabel 4.6. Data Analisis Validasi Media Buku Saku
Aspek
Kriteria
1.
Format
2.
Isi
Validator Ke(Ki) (Ai)
1 2 3 4 5
Kesesuaian warna huruf dan
tampilan gambar background pada 4 3 3 3 4
media Buku Saku
Kesesuaian bentuk dan ukuran
huruf pada judul dan tulisan.
3 4 3 3 4
3.4
3,4
3.
Kesesuaian Indikator dan tujuan
pembelajaran pada RPP terhadap 3 4 3 3 4
minat belajar siswa.
.
3,4
4.
Konsep
ciri-ciri
klasifikasi, siklus
3.6
morfologi, 3 4 4 3 4
hidup dan
3,4
3.5
peranan
(Pteridophyta)
5.
6.
7.
8.
Bahasa
Kepraktisan
Efektifitas
9.
10.
11.
12.
13.
paku-pakuan
Pesan
pembelajaran
yang
disampaikan media Buku Saku 4 3 4 3 3
secara ringkas, jelas dan materi
mudah dimengerti.
Media Buku Saku membantu guru
menjelaskan materi berdasarkan
tujuan pembelajaran
Informasi
media Buku Saku
akurat dan terbaru
Penggunaan bahasa asing / latin
pada media.
Bahasa secara singakat dan sesuai
usia siswa tingkatan SMA
Fasilitas
pendukung
dalam
pemakaian media Buku Saku
Bersifat interaktif dan efektif
Ketahanan media Buku Saku
Penggunaan media Buku Saku
untuk pembelajaran peorangan/
kelompok.
RTVTK
3.4
4 4 3 3 4
3.6
3 4 4 3 4
3.6
4 3 4 3 4
3.6
4 3 4 3 4
3.6
4 4 4 3 3
3.6
3 3 4 3 4
3 3 3 2 4
3.4
3.0
4 4 4 3 4
3.8
3.6
3.6
3.4
3.5
(Sumber: Hasil Penelitian, 2016)
Keterangan :
(Ki)
= Rata-rata tiap kriteria
(Ai)
= Rata-rata tiap aspek
RTVTK = Rata-rata total validasi
Aspek format mendapat nilai total validasi 3,4 dan termasuk kategori valid,
kriteria no.1 Kesesuaian warna huruf dan tampilan gambar background pada media
Buku Saku yang memperoleh nilai 3,4 hal ini menunjukkan bahwa gambar pada buku
saku jelas, serta desain cover full colour sehingga menarik untuk dilihat.
Aspek Isi mendapat nilai total validasi 3,5 termasuk kategori valid, kriteria
No.2 Kesesuaian bentuk dan ukuran huruf pada judul dan tulisan yang memperoleh
nilai 3,4 keriteria No. 3 yaitu Kesesuaian indikator dan tujuan pembelajaran pada
RPP terhadap minat belajar siswa memperoleh nilai 3,4 dan Kriteria No.4 yaitu
Konsep ciri-ciri morfologi klasifikasi serangga diurnal pada pohon tembesu yang
memperoleh nilai 3,6 hal ini menyatakan buku saku telah menampilkan gambar yang
lebih baik dan menonjolkan bagian yang dimaksud, kriteria No.5 yaitu Pesan
pembelajaran yang disampaikan media buku saku secara ringkas, jelas dan materi
mudah dimengerti memperoleh nilai 3,4 hal ini menyatakan bahwa materi buku saku
ringkas dan sesuai dengan kedua tujuan pembelajaran pada buku saku, serta materi
buku saku berisi gambar, lambang visual, dan lambang kata mengenai jenis serangga
diurnal pada pohon tembesu sehingga mudah untuk diingat,kriteria No. 6 yaitu Media
Buku Saku membantu guru menjelaskan materi berdasarkan tujuan pembelajaran.
memperoleh nilai 3,6 hal ini menunjukan bahwa buku saku ini dapat membantu guru
dalam menjelaskan materi keanekaragaman hayati sesuai dengan SK, KD dan tujuan
pembelajaran, sedangkan Kriteria No. 7 yaitu Informasi media Buku Saku akurat dan
terbaru memperoleh nilai 3,6 hal ini menyatakan bahwa ringkasan materi pada media
buku saku sesuai dengan silabus pembelajaran dan mencakup bagian dari indikator
pembelajaran yaitu memberikan pemahaman dan contoh sub keanekaragaman hayati,
pada aspek bahasa yang mendapat total nilai validasi 3,6 (kategori valid),
Aspek bahasa yang mendapat nilai total validasi 3,6 (kategori valid) kriteria
No. 8 yaitu penggunaan bahasa asing/latin pada media memperoleh nilai 3,6 dan
kriteria No. 9 yaitu bahasa secara singakat dan sesuai usia siswa tingkatan SMA
memperoleh nilai 3.6 hal ini menyatakan bahwa bahasa yang digunakan singkat,
padat dan jelas sehingga mudah dipahami dan kalimat terdiri dari subjek dan predikat
(SP) serta bahasa yang digunakan baik dan benar sehingga sesuai dengan EYD,
Aspek kepraktisan dengan kriteria No.10 yaitu fasilitas pendukung dalam
pemakaian media Buku Saku mendapat nilai 3,6 (kategori valid), hal ini dikarnakan
dalam buku saku mencantumkan beberapa hal yang mempermudah pembaca dalam
memakai dan membaca buku saku ini.
Aspek efektifitas mendapatkan total nilai validasi 3,4 (kategori valid), kriteria
No.11 yaitu bersifat interaktif dan efektif mendapat nilai 3,4 hal ini menunjukan buku
saku ini sederhana dan komunikatif sehingga mudah digunakan guru dan siswa dalam
proses pembelajaran dan kriteria No.12 yaitu ketahanan media buku saku
memperoleh nilai 3,0 hal ini dikarnakan media buku saku menggunakan kertas Eprint dengan kualitas yang baik.
Berdasarkan hasil analisis validasi yang telah diberikan oleh kelima validator,
maka diperoleh rata-rata total validasi yaitu 3,5 (kategori valid), hal ini berarti media
buku saku hasil inventarisasi Serangga Diurnal pada Pohon Tembesu (Fagraea
Fragrans
Roxb) dapat digunakan sebagai media pembelajaran pada materi
keanekaragaman hayati.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Hasil keseluruhan inventarisasian serangga diurnal pada pohon tembesu yang
dilakukan pada II lokasi menunjukan bahwa tingkat keanekaragaman serangga yang
didapat dibawah kategori ketetapan kekayaan jenis margalef yaitu pada lokasi I
adalah 2,97 dan pada lokasi II adalah 2,39 sedangkan ketetapan kekayaan jenis
margalef < (kurang dari) 3,5 maka kekayaan jenis rendah, 3,5 < (kurang dari) 5 maka
kekayaan jenis sedang dan > (lebih dari) 5 maka kekayaan jenis tinggi, hal ini
menunjukan bahwa keanekaragaman jenis serangga yang terdapat padah pohon
tembesu tergolong rendah.
B. SARAN
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik untuk dijadikan sebagai
sumber maupun media belajar bagi para pembaca, serta dapat menjadi bahan acuan
untuk kedepanya dalam melakukan penelitianselanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Ade,
R.
2013.
Modul
Pengenalan
Inventarisasi
Serangga.
(Online)
www.cwmbc.co.id/.../Doc1.1.3-TR-2013%20modul%20pelatihan%20sur di akses 12
mei 2015
Ali, M. 2009. Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional. Jakarta (ID): Grasindo.
Arikunto. S ,2002. Prosedur Penelitian. Jakarta (ID): PT. Rineka Cipta.
Atmadja, W. R. 2003. Status Helopeltisantonii sebagai Hama Pada Beberapa Tanaman
Perkebunan dan Pengendaliannya. Jurnal Pertanian, indo 2009, Vol.7,
No,2,78.(Online)ditjenbun.pertanian.go.id/.../4.%20Perkembangan%20Helopeltis%2
0sp%..Diakses 23 juli 2015
Endarwin, W. 2006. Keanekaragaman Jenis Reptil Dan Biologi Cyrtodactylus cf
fumosus. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas
Kehutanan (ID): IPB Press
Hidayat Otang,dkk. 2004. Dasar-dasar Entomologi. Bandung: IMSTEP
(online)file.upi.edu/Direktori/.../Coleoptera_Carabidae_ppt_Entomologi diakses 19
juli 2015
Hadi M., Udi Tarwotjo dan Rully Rahadian. 2009. Biologi Insecta Entomologi.
Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
Hasmiandy .H, Damayanti .B, Syafrida .M, dan Hermanu. T, 2007.Komonitas Serangga
pada Tanaman Orak-Orak (Crotalaria Striata) di Berbagai Hbitat. Jurnal Entomol,
Indo,
September
2007
,
Vol.4,
No,
2,86-97.
(Online)
journal.ipb.ac.id/index.php/entomologi/article/view/6017 di akses 24 maret 2015.
Indrawan M. 2007. Biologi Konservasi.Jakarta (ID):Yayasan Obor Indonesia.
Iin .N, Amin .S, Bagyo .Y. 2010.Komposisi Serangga Kanopi Pohon Apel di Desa
Poncokusumo Kabupaten Malang 2013. Jurnal Biotropika., November , Vol.1, No,
2,86-96. (Online) biotropika.ub.ac.id/index.php/biotropika/article/view di akses 24
maret 2015.
Indriyanto, 2010. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Indriya .R, Mochamad .S, dan Noeng M. 2010. Keanekaragaman Serangga Hama dan
Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo.
Jurnal Entomologi. Indo., september 2010, Vol.7, No,
(Online)journal.ipb.ac.id/index.php/entomologi di akses 24 maret 2015.
2,116-121.
Junaidah., Sofyan, A., dan Nasrun. 2014. Tembesu Kayu Raja Andalan Sumatra. Jawa
Barat (ID): Forda Press.
Jumar, 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta. (ID): PT Rineka Cipta.
Lilis A. 2007. Klasifikasi Hewan. Jakarta (ID): Sahabat Generasi Cerdas
Primack dan Richard B. 2004. Biologi Konservasi. Jakarta (ID): Buku Obor.
Koko Muarib Akbar, Mutiara. 2015. Jenis –Jenis Serangga Nocturnal Pada Tanaman
Duku (Lansium domesticum Corr.) di Desa Sari Geni Lama Kabupaten Oki Provinsi
Sumatra Selatan . Jurnal Biologi Fakultas MIPA., Juni, Vol. 12, No.1, 51-55
Kanisius , 2003.Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama
Terpadu Cet 11, Yogyakarta (ID): Kunci Determinasi serangga
Poerwadarminta
2006.
(ID): Balai Pustaka.
Kamus
Umum
Bahasa
Indonesia.
Jakarta
Pradana P, Ni Luh W, Ni Made S. 2011 Inventarisasi Serangga Pada Perkebunan Kakao
(Theobroma CACAO) Laboratorium Unit Perlindungan tanah desa bedulu,
kecamatan belahbatuh, kabupaten Gianyar, Bali. Jurnal Biologi XIV (1): 19-24
(Online)http://www.nhm.ac.uk/resources/researchcuration/projects/chalcidoids/pdf_X
/PutraWaSu2011.pdf. diakses 23 juli 2015
Mosi R. F, Tri A, dan Dorly. 2009. Keanekaragaman Serangga pada Bunga Tomat.
Jurnal Entomologi. Indo., september 2009, Vol.6, No, 2,77-85. (Online)
journal.ipb.ac.id/index.php/entomologi di akses 24 maret 2015.
Mutmainah. 2014.Buku Saku Keanekaragaman Hayati Hasil Inventarisasi Tumbuhan
Berpotensi Tanaman Hias di Gunung Sari Singkawang. Artikel Penelitian, Indo.,
september 2014. (Online) jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/7465 di
akses 24 maret 2015.
Sunarjo, Pius Ibrahim. 1990.Dasar-dasar Ilmu Serangga. Institute Teknik Bogor: Bogor
(online) https://id.scribd.com/doc/91188357/Makalah-Entomologi-Ordo-Mantodea-New
diakses 24 juli 2015
Suryatin, B. 2004. Sains Materi dan Sifatnya. Jakarta (ID): Grasindo.
Sugihartono, 2007 Psikologi Pendidikan. Yogyakarta (ID): UNY Press.
Soemartoyo dan Idjah, 1984. Biologi Umum.Jakarta (ID): PT Gramedia.
Soemanto, W. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Suheriyanto, D. 2008. Ekologi Serangga. Malang (ID): UIN Maliki Malang.
Susilana,dan Rian. 2007. Media Pembelajaran. Bandung (ID):CV Wacana.
Sulistyani, N.H.D, Jamzuri dan Raharjo. 2013. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara
Menggunakan Media Pocket Book dan Tanpa Pocket Book Pada Materi Kinematika
Gerak Melingkar Kelas X. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (2013) Vol.1
(1):164. (Online) jurnal.untan.ac.id/index.php di akses 24 Maret 2015.
Soemanto, Wasty. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Taufiq M. 2006. Identifikasi Serangga Disekitar Tumbuhan Kangkung
(Ipomoeas
crassicaulis
RooB.)
Skripsi
2006
(online)
malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/99130411.pdf. diakses 20 juli 2015
Winarto, B. 2006. Kamus Rimbawan. Jakarta (ID): Yayasan Bumi Indonesia Hijau
lib.uin-
Download