BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah keputusan investasi pada umumnya didasarkan pada pertimbangan besaran return yang akan diperoleh serta risiko yang harus diambil untuk memperoleh return tersebut. Dalam investasi saham, terdapat dua jenis risiko yang dihadapi oleh investor, yakni risiko sistematis dan risiko tak sistematis (Hartono, 2013: 308). Risiko tak sistematis umumnya dapat dihilangkan dengan cara diversifikasi (membentuk portofolio saham) karena risiko ini lebih banyak terkait dengan aktivitas mikro-ekonomi, yaitu aktivitas-aktivitas seperti aksi korporasi, pengumuman dividen, pengumuman kesempatan bisnis baru, dan lain sebagainya. Di sisi lain, risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi saham pada bursa saham yang sama karena risiko ini terkait dengan kondisi sebuah negara, seperti pertumbuhan ekonomi, kebijakan makro-ekonomi, kestabilan politik dan keamanan, kepastian hukum, bahkan bencana alam. Aquino (2004) dalam studinya yang menguji dampak peristiwa ekonomi makro, politik, hukum, dan bencana alam selama periode Juli 1987 hingga Mei 2004 di Filipina menemukan bahwa selain peristiwa ekonomi makro, peristiwa politik pun memiliki pengaruh yang besar terhadap aktivitas bursa saham. Kebijakan ekonomi merupakan unsur penting bagi pertumbuhan sektor keuangan. Meskipun demikian, politik merupakan faktor yang memediasi kebijakan ekonomi sebuah negara karena beberapa kebijakan ekonomi diambil melalui 1 mekanisme politik, dan ideologi politik mempengaruhi kebijakan ekonomi. Adapun peristiwa politik yang dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi dan keuangan secara signifikan antara lain adalah pergantian pemimpin negara baik melalui mekanisme yang reguler (seperti pemilihan umum) maupun melalui revolusi politik, pergantian sistem pemerintahan, kerusuhan, kekisruhan dalam tubuh lembaga-lembaga tinggi negara, dan lain-lain. Pemilihan umum (Pemilu) dikategorikan sebagai sebuah peristiwa politik yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas ekonomi dan keuangan karena Pemilu merupakan sebuah mekanisme redistribusi kekuasaan yang hasilnya akan menentukan wajah pemerintahan dan orientasi kebijakan negara selama beberapa tahun mendatang (Manurung, 2005). Di sejumlah negara yang menganut azas demokrasi, Pemilihan umum tak hanya berfungsi sebagai wadah bagi masyarakat untuk memilih langsung anggota legislatif, bahkan juga presiden dan wakil presidennya. Dalam kondisi tersebut wajah pemerintahan berikutnya akan lebih sulit diprediksi terutama apabila marjin kemenangan antarpeserta Pemilu tergolong tipis, serta kurangnya peraturan hukum yang mewajibkan warga negara untuk melakukan pemungutan suara (Bialkowski et al., 2006). Kesulitan memprediksi wajah pemerintahan berikutnya ini juga berimplikasi pada sektor keuangan karena arah kebijakan sektor ekonomi dan keuangan yang akan menentukan iklim investasi juga akan sulit diprediksi sehingga akan meningkatkan ketidakpastian. Ketidakpastian yang bersumber dari dinamika politik tersebut bagi pelaku pasar diterjemahkan sebagai peningkatan risiko sistematis, sehingga bagi investor 2 dengan profil risk-averse akan cenderung menarik investasinya untuk disimpan dalam bentuk uang kas atau dipindahkan ke negara lain (capital flight) yang risikonya relatif lebih kecil seiring dengan peningkatan risiko politik di negara dimana dinamika politik berlangsung. Di lain pihak, bagi tipe investor lainnya ketidakpastian akan mendorong aksi jual. Kemudian ketika investor tersebut memperoleh informasi/indikasi positif, bahwa risiko politik sudah cenderung lebih terkendali, mereka akan kembali masuk bursa dan mendorong aksi beli. Perilaku tersebut sesuai dengan teori pasar yang efisien (Efficient Market Theory). Apabila sebuah peristiwa memiliki kandungan informasi yang relevan bagi aktivitas investasi di pasar modal dan belum terantisipasi sebelumnya, maka pasar modal akan bereaksi dengan cara melakukan aksi beli maupun aksi jual sehingga mengakibatkan adanya return taknormal (abnormal return) di sekitar periode peristiwa. Di Indonesia sendiri, dinamika politik yang muncul di tahun 2014 terutama bersumber dari siklus pergantian pemerintahan (Pemilu). Dinamika tersebut ditandai oleh beberapa peristiwa politik penting yang berawal dari pencalonan Joko Widodo sebagai kontestan Pemilihan Presiden 2014 (14 Maret 2014), Pemilihan Legislatif (9 April 2014), Pemilihan Presiden (9 Juli 2014), penolakan atas hasil penghitungan suara Komisi Pemilihan Umum (22 Juli 2014) yang menyebabkan tertundanya pengumuman presiden terpilih, kekisruhan dalam tubuh parlemen dan beberapa peristiwa politik penting lainnya yang berakibat pada ketidakstabilan situasi politik. Terlebih lagi karena dalam Pemilu kali ini 3 terjadi polarisasi kekuatan yakni terbelahnya kekuatan politik menjadi dua koalisi dengan kekuatan yang hampir berimbang. Kedua koalisi besar yang terbentuk pasca pemilihan legislatif terpecah dalam kekuatan eksekutif dan legislatif. Koalisi pendukung pemerintahan terpilih menguasai lembaga eksekutif, sementara koalisi oposisi menguasai lembaga legislatif. Polarisasi politik yang kemudian dimanifestasikan dalam lembagalembaga tinggi negara ini berpeluang memicu terjadinya ketidakmulusan dalam penentuan kebijakan-kebijakan negara, serta berpotensi menimbulkan gesekan dalam masyarakat hingga pada akhirnya dikhawatirkan mengakibatkan ketidakstabilan politik dan keamanan. Tercatat pasca terjadinya peristiwa-peristiwa politik penting tersebut bursa saham bereaksi sehingga menimbulkan fluktuasi harga saham di sekitaran peristiwa politik tersebut baik yang mendatangkan return positif maupun return negatif. Sebagai contoh, satu hari setelah pemilihan presiden yang berlangsung secara aman dan kondusif (kontras dengan kekhawatiran akan terjadinya kerusuhan), di mana lembaga-lembaga survei independen telah mengeluarkan hasil hitung cepatnya yang sebagian besar menghasilkan output yang sama, bursa kemudian terkoreksi naik sebesar 1.46% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Namun, setelah sidang paripurna pertama DPR yang berhasil menetapkan Ketua dan Wakil Ketua DPR periode 2014-2019, yang dikuasai oleh partai oposisi dan berlangsung secara alot, bursa terkoreksi turun sebesar 2.73% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. 4 Kondisi tersebut sesuai dengan hasil penelitian Arin, Molchanov dan Reich (2009) yang menyimpulkan bahwa pasar cenderung lebih menyukai proses transisi pemerintahan yang stabil dan bahwa kurangnya dukungan dari parlemen maupun kericuhan dalam lembaga-lembaga tinggi negara akan membawa dampak negatif terhadap bisnis dan pasar keuangan. Oleh karena itu, maka pada hari dimana pertemuan dan rekonsiliasi terjadi di antara dua kontestan pemilihan presiden 2014 (Prabowo Subianto dan Joko Widodo), pasar ditutup naik sebesar 1.56% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Hal ini karena informasi tersebut diterima pasar sebagai sinyal positif akan terwujudnya situasi politik yang lebih stabil dan kondusif bagi perekonomian. Grafik 1.1 menggambarkan pergerakan IHSG dan peristiwa politik yang terjadi pada periode ini. Grafik 1.1 Pergerakan IHSG dan Peristiwa-Peristiwa Politik 5 Meskipun topik mengenai pengaruh politik terhadap perilaku bursa saham telah menjadi materi amatan beberapa peneliti sejak lebih dari 20 tahun yang lalu, namun sepanjang pengetahuan penulis masih terbatas penelitian yang khusus mengamati hal tersebut dalam konteks dinamika politik yang terjadi di sepanjang tahun politik 2014 di Indonesia. Terlebih lagi secara ekonomi Indonesia sedang menjadi sorotan investor karena pertumbuhan ekonominya yang terhitung stabil di tengah-tengah krisis ekonomi dunia. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti perilaku return saham pada hari-hari di sekitaran terjadinya peristiwa politik penting sepanjang tahun 2014. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena di atas penulis akan mencoba meneliti reaksi pasar modal Indonesia terhadap beberapa peristiwa politik domestik berskala nasional yang terjadi di tahun 2014. Dalam hal ini reaksi pasar modal akan diproksikan melalui rerata return taknormal dan rerata return taknormal kumulatif sahamsaham LQ45. Dengan demikian, maka rumusan permasalahan yang penulis coba amati dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah dinamika politik domestik yang terjadi di sepanjang tahun 2014 menghasilkan rerata return taknormal dan rerata return taknormal kumulatif yang signifikan? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini pada dasarnya adalah untuk menguji apakah terdapat kandungan informasi yang relevan bagi investasi di pasar modal 6 dari beberapa peristiwa politik domestik berskala nasional yang terjadi di tahun 2014. Tujuan tersebut akan dapat dicapai dengan cara menganalisis rerata return taknormal pada masing-masing periode jendela dan rerata return taknormal kumulatif pada pada akhir periode jendela terjadinya peristiwa politik domestik yang menjadi objek amatan. 1.4. Manfaat Penelitian Karena masih terbatasnya penelitian yang mengangkat topik mengenai reaksi pasar modal Indonesia terhadap dinamika politik domestik yang terjadi di sepanjang tahun 2014, maka hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti/Akademisi Memperkaya pengetahuan mengenai reaksi pasar modal terhadap peristiwa/informasi non-ekonomi. Apabila terbukti terdapat perbedaan yang signifikan antara return taknormal sebelum dan setelah peristiwa politik domestik, maka diharapkan agar penelitian berikutnya dapat melanjutkan membentuk model penjelas metrik sehingga dapat diketahui besar pengaruh peristiwa politik terhadap return taknormal dibandingkan dengan variabelvariabel penjelas lainnya. 2. Bagi Praktisi Membantu investor dalam menyusun strategi lindung nilai atas aset yang dimilikinya di periode-periode terjadinya dinamika politik. 7 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi luasnya masalah yang akan coba diamati dalam penelitian ini, maka penelitian ini akan secara spesifik mengamati reaksi pasar modal Indonesia terhadap peristiwa-peristiwa politik domestik. Peristiwa politik domestik yang diamati adalah peristiwa politik yang berskala nasional, yang terjadi selama tahun 2014, diawali dari pernyataan resmi mengenai pencalonan diri Joko Widodo sebagai kontestan Pemilihan Presiden 2014 (14 Maret 2014) hingga peristiwa tercapainya kesepakatan damai antara dua kubu besar dalam parlemen (17 November 2014). Identifikasi peristiwa politik penting ini adalah berdasarkan hasil penelusuran terhadap kepala harian berita Kompas (online) dan harian Liputan 6 (online), serta didukung dengan hasil survei terhadap beberapa pelaku investasi di bursa efek Indonesia. Return saham yang diamati adalah return harian saham-saham LQ45 pada periode amatan, dengan periode jendela (windows period) 1 hari dan periode estimasi 48 hari. Adapun pemilihan periode pengamatan sepanjang 1 hari karena dikhawatirkan pengambilan periode yang lebih panjang akan menimbulkan efek bias signifikansi informasi tersebut akibat intensnya peristiwa-peristiwa politik yang terjadi dalam tahun amatan. 1.6. Sistematika Penulisan Untuk dapat memudahkan penulisan dan pemahaman, maka tesis ini akan disajikan dengan sistematika sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN 8 Bab ini berisi tentang latar belakang permasalahan yang menjadi alasan mengapa topik ini menarik untuk diteliti, rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang tentang paparan singkat literatur yang relevan dengan topik penelitian. Adapun materi tersebut diperoleh dari buku, jurnal, artikel, internet yang dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini. BAB III: METODA PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metoda atau cara melakukan penelitian secara rinci, antara lain meliputi: jenis penelitian, sumber data dan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini meliputi paparan hasil penelitian dan pengolahan data, serta analisis atas hasil penelitian tersebut. BAB V : SIMPULAN DAN SARAN Bab terakhir ini berisikan simpulan yang menjawab tujuan dan permasalahan dalam penelitian sekaligus memberikan saran berkaitan dengan penelitian ini. 9