KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PASIEN DAN DOKTER (STUDI KASUS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PASIEN DAN DOKTER DI POLIKLINIK ORTHOPAEDI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN) ADINDA SYAFITRI 110922012 ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Komunikasi Antar pribadi Pasien dan Dokter (Studi Kasus Komunikasi Antar pribadi Pasien dan Dokter di Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan)”. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana karakteristik pasien Orthopaedi, proses hubungan komunikasi antarpribadi dan hambatan apa saja yang dialami oleh pasien dan dokter di lingkungan Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Penelitian ini berusaha memberikan deksripsi bagaimana teori Self Disclosure terjadi terhadap proses hubungan komunikasi antar pribadi dan hambatan yang terjadi di Poliklinik RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini melibatkan empat orang informan yang merupakanpasien di Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan, dan satu informan yang merupakan Dokter Spesialis Orthopaedi di RSUP H. Adam Malik Medan.Hasil penelitian menemukan bahwa proses hubungan komunikasi antar pribadi di Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh individu-individu yang berasal dari latar belakang yang amat berbeda. Namun hal ini dapat diatasi dengan pendekatan, sikap saling terbuka, rasa percaya, empati serta kesamaan. Kata Kunci : Komunikasi Antar pribadi, Pasien dan Dokter, Orthopaedi, Rumah Sakit. PENDAHULUAN Sebagai dokter tentu tidak terlepas dari proses komunikasi sehari-hari dengan pasien. Dari sekian banyak komunikasi, maka komunikasi antar pribadi yang dianggap paling efektif untuk menunjang kesehatan pasien. Dokter yang selama ini dinilai sebagai penolong bagi masyarakat dituntut untuk dapat mempunyai komunikasi yang baik dengan pasien. Rogers dalam (Arwani, 2002:15)menyatakan bahwa inti dari hubungan pertolongan adalah kehangatan, ketulusan, pemahan yang empatik serta perhatian positif yang tidak bersyarat. Maka sebaiknya dokter mampu menunjukkan perhatian sepenuhnya dan bertutur kata lembut kepada pasien, sehingga dapat membantu pasien dalam mengurangi beban penyakit dan membantu dalam proses penyembuhan. Kelemahan dalam berkomunikasi merupakan masalah yang serius bagi pasien maupun dokter. Pasien yang canggung terhadap dokter atau merasa lebih rendah dari dokter akan menciptakan komunikasi yang tidak efektif karena pasien 1 akan merasa malu untuk menceritakan keadaan sebenarnya atau tidak berani bertanya ketika penjelasan yang diberikan oleh dokter saat berkonsultasi tidak memuaskan. Demikian juga apabila dokter yang enggan berkomunikasi dan menunjukkan raut wajah yang tegang dan ekspresi wajah yang marah dan tidak ada senyum akan berdampak negatif bagi pasien. Pasien akan merasa tidak nyaman bahkan terancam dengan sikap dokter jika bersikap seperti diatas. Kondisi seperti ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan pasien. Buku Konsil Kedokteran Indonesia yang berjudul “Komunikasi Efektif Dokter – Pasien” tertulis bahwa di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter (superior-inferior), sehingga takut bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja. Persatuan Ahli Bedah Orthopaedi Indonesia (PABOI) menyebutkan, sampai saat ini jumlah dokter spesialis Orthopaedi di Indonesia berjumlah 490 orang(http://www.indonesia-Orthopaedic.org). Di Medan, jumlah dokter spesialis Orthopaedipada bulan Oktober 2013 berjumlah 22 orang dan tercatat 17 PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi FK USU Medan yang sedang menjalani pendidikan di RSUP H. Adam Malik Medan.Jumlah dokter Spesialis Orthopaedi tak sebanding dengan banyaknya jumlah pasien yang dilayani setiap harinya di Poliklinik Orthopaedi. Hal inilah yang membuat peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang Komunikasi antar pribadiantara Pasien dan Dokter Spesialis Orthopaedidi Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan.Selain itu, banyaknya jumlah kunjungan pasien di RSUP H. Adam Malik Medan mengharuskan pelayanan yang diberikan kepada pasien haruslah bersifat optimal.Salah satu diantaranya adalah pelayanan berupa komunikasi dokter yang efektif. Selain itu, penelitian mengenai komunikasi pasien dengan dokter di rumah sakit pusat seperti RSUP H. Adam Malik Medan jarang dilakukan. Fokus Masalah Berdasarkan konteks masalah, maka penulis merumuskan fokus masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini. Adapun fokus masalah adalah : “bagaimana karakteristik komunikasi antar pribadi pasien dan dokter spesialis Orthopaedidan bagaimana proses hubungan komunikasi antar pribadi dan hambatan apa saja yang dialami oleh pasien dan dokter spesialis Orthopaedi dilingkungan Polikliknik RSUP H. Adam Malik Medan?” KAJIAN PUSTAKA Komunikasi Antar pribadi Komunikasi antar pribadi(Interpersonal Communication) adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan 2 adanya reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal (Mulyana, 2005:73). Sementara pendapat ahli lain mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan dimana komunikasi ini dianggap paling efektif dalam hal upaya untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan, arus baliknya bersifat langsung (Effendy, 2000). Komunikator mengetahui tanggapan komunikan pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak. Cangara(2004:33)menyatakan fungsi dan tujuan komunikasi antar pribadi yaitu berusaha meningkatkan hubungan insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Komunikasi antar pribadi juga dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi. Devito (2010), faktor-faktor efektivitas komunikasi antar pribadi dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu : 1. Keterbukaan (Openness) 2. Empati (empathy) 3. Sikap mendukung (supportiveness) 4. Sikap positif (positiveness) 5. Kesetaraan (Equality) Teori Self Disclosure Dalam komunikasi antar pribadi tidak terlepas dari teori self disclosureatau pembukaan diri adalah suatu proses mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi guna untuk memahami tanggapan terhadap orang lain dan sebaliknya. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan kita terhadap suatu kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan. Informasi pribadi kita kepada orang lain atau sebaliknya disebut dengan self disclosure (Rakhmat, 2004). Komunikasi Efektif dalam Hubungan Dokter – Pasien Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan: - Disease centered communication style atau doctor centered communication style. Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala. - Illness centered communication style atau patient centered communication style. Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya. - 3 Langkah-langkah dalam Komunikasi Dokter– Pasien Dalam konseling yang juga diterapkan dalam komunikasi dokter–pasien yang baik dan benar dikenal adanya GATHER, singkatan dari Greet-Ask-TellHelp-Explain-Return dengan pengertian sebagai berikut: - Greet (memberi salam) - Ask (bertanya) - Tell (memberi informasi) - Help (memberi bantuan) - Explain (memberi penjelasan) - Return (kontrol kembali) Kepuasan Kepuasan dan ketidakpuasan merupakan perbandingan antara harapan kinerja sebelum membeli dan persepsi kinerja yang diterima konsumen setelah membeli. Jika harapan kinerja sebelum membeli lebih besar dari kinerja yang diterima setelah membeli maka dikatakan konsumen mengalami ketidakpuasan. Sebaliknya jika harapan kinerja sebelum membeli lebih kecil dari persepsi kinerja yang diterima setelah membeli maka kosumen mengalami kepuasan (Peter, dan Olson dalam Usmara, 2003). Menurut Sebayang (2004), pengertian kepuasan pasien adalah merupakan nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan, walaupun subyektif tetapi tetap ada dasar obyektif, artinya walaupun penilaian itu dilandasi oleh hal pengalaman masa lalu pendidikan, situasi phsikis waktu itu: tetap akan didasari oleh kebenaran dan kenyataan obyektif yang ada. Tidak semata-mata menilai buruk kalau memang tidak ada pengalaman yang menjengkelkan, tidak sematamata bilang baik bila memang tidak ada. Suasana yang menyenangkan yang dialami. Perilaku Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisms – Respon. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada persoalan kedalaman data bukan banyaknya data. (Kriyantono, 2009:56) Objek Penelitian Dalam penelitian kualitatif, objek penelitian adalah menjelaskan apa yang menjadi sasaran penelitian. Sasaran penelitian tak tergantung pada judul dan 4 subjek penelitian tetapi secara konkret tergambarkan dalam fokus masalah penelitian. Objek penelitian adalah komunikasi antar pribadi pasien dengan dokter di ruangan Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini peneliti telah memilih beberapa pasien Rawat Jalan Poliklinik Orthopaedi dengan jumlah kunjungan yang berbeda-beda dan dokter spesialis Orthopaedi yang telah ditentukan oleh peneliti. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan sebagai suatu upaya untuk memperoleh data primer. Teknik pengumpulan data primer ini terdiri dari beberapa cara, yaitu wawancara mendalam, dan observasi. 1) Wawancara Mendalam 2) Observasi Teknik Analisis Data Karena penelitian yang bersifat kualitatif maka dilakukan analisis data pertama hingga penelitian terakhir secara simultan dan terus menerus. Selanjutnya interpretasi atau penafsiran dilakukan dengan mengacu kepada rujukan teoritis yang berhubungan atau berkaitan dengan permasalahan penelitian (Bungin, 2008:255).Analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, maka dalam analisis data selama di lapangan peneliti menggunakan model Miles dan Huberman, yang sering disebut dengan metode analisis data interaktif. Mereka mengungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data kualitatif ada tiga, yaitu tahap reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi. 1) Reduksi Data 2) Display Data (Penyajian Data) 3) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi HASIL PENELITIAN Pelaksanaan Pengumpulan Data di Lapangan Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi langsung serta komunikasi tatap muka (face to face communication) melalui wawancaramendalam antara peneliti dengan pasien dan dokter spesialis Orthopaedi di Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan.Observasi dilakukan dalam pertemuan Oportunity Preview (OP) sebanyak dua kali, Producere Meeting (PM) satu kali dan Vision Seminar (VS) sebanyak satu kali.Peneliti memperhatikan pertemuan dari awal hingga akhir dan mengambil hasil pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah observasi maka peneliti melakukan wawancara, ketika wawancara berlangsung, peneliti menggunakan alat bantu perekam agar setiap kata yang disampaikan oleh informan dapat didengar dan dianalisa dengan baik. Disamping 5 itu peneliti juga mempersiapkan buku catatan untuk mengantisipasi kemungkinankemungkinan yang dapat terjadi ketika proses pengumpulan data dilakukan. Penelitian dilakukan dengan mewawancara secara mendalam (indepth interview) para informan yang diperoleh melalui teknik snowball sampling. Para informan dalam penelitian ini merupakan pasien dan dokter spesialis Orthopaedi.Mereka terdiri dari 1 dokter spesialisOrthopaedi dan 4 orang pasien poli Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan yang berasal dari berbagai daerah. Teknik Pengolahan Data Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data dari informan, maka peneliti melakukan proses pengolahan data dari hasil wawancara dan diskusi yang telah dilakukan peneliti dengan informan. Pada tahap ini, peneliti menguraikan hasil wawancara terhadap informan penelitian serta hasil observasi.Kemudian peneliti menguraikan jawaban-jawaban informan berdasarkan penuturan informan yang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pembahasan Proses Komunikasi Antar pribadiPasien dan Dokter Dalam teori komunikasi, proses komunikasi dalam komunikasi antar pribadi yang efektif melalui tiga tahap yakni : 1. Saling pengertian Rasa saling pengertian antara dokter dan pasien dimulai dengan keduanya saling memberi salam. Salam yang ramah biasanya dimulai dari dokter, salam yang ramah dan terbuka dari keduanya merupakan proses awal membangun saling pengertian dan keakraban sehingga menimbulkan rasa nyaman. Setelah saling sapa, proses komunikasi antara keduanya dilanjutkan dengan pertanyaan kondisi pasien.Melalui pertanyaan tersebut dokter dapat membantu pasien untuk menyatakan keinginan dan kebutuhannya serta mengekspresikan perasaannya. Pada tahap ini biasanya pasien akan menceritakan keluhan – keluhan yang dialaminya. Dokter yang baik akan menunjukkan perhatian penuh pada pasiennya. Pasien akan merasakan kenyamanan dalam menceritakan sehingga muncul rasa pengertian bersama dalam memandang kondisi yang dialami pasien. Saling pengertian antara keduanya sangat dibutuhkan di awal komunikasi, dari tahap ini komunikasi antara keduanya akan memasuki tahap selanjutnya yakni menimbulkan rasa senang antara keduanya. Proses komunikasi pasien dan dokter di Poliklinik Orthopaedi RSUP Adam Malik dimulaiketika pasien memasuki ruang pemeriksaan, dan disambut oleh dr. Otman dengan salam sapaan hangat. Sapaan tersebut bertujuan memberikan rasa nyaman dan rasa rasa positif kepada pasien. Pertanyaan selanjutnya diajukan setelah dokter mempersilahkan pasien duduk di kursi yang telah tersediadi ruang pemeriksaan, kemudian dokter menanyakan keluhan apa saja yang dirasakan oleh pasien dan memulai melakukan pemeriksaan pada lokasi nyeri yang dirasakan pasien, seperti kalimat berikut : Informasi awal yang didapat tersebut kemudian dijadikan sebagai bahan penegakan diagnosa dan penentuan tindakan medis selanjutnya. Setelah dokter 6 melakukan hal tersebut, dokter meminta pasien untuk mengerjakan langkahlangkah penyembuhan terhadap penyakit yangdiderita. Komunikasi yang diberlakukan dokter terhadap pasien secara efektif diatas, menandakan bahwa komunikasi yang diterapkan setidaknya telah (harus)melalui empat tahap komunikasi, yaitu; a. Pengumpulan fakta (fact finding) Pada tahap ini, dokter mencoba mencari data dan fakta mengenai keluhan dan potensi (keadaan)penyakit pasien. 1. Perencanaan langkah-langkahpenyembuhan (Planning) 2. Komunikasi dengan pasien (Communicating) 3. Evaluasi (Evaluation) b. Memberikan Kesenangan c. Mempengaruhi sikap Menurut Devito, dalam proses komunikasi antar pribadi, terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan efektivitas komuniaksi pasien dan dokter di Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik 1. Keterbukaan (Openness). 2. Empati (Empathy) 3. Dukungan (Supportiveness) 4. Rasa positif (Positiveness) 5. Kesamaan (Equality) Hambatan – hambatan dalam Komunikasi Antar pribadiPasien dan Dokter Hambatan atau gangguan komunikasi dapat terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur yang mendukungnya, termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. Pada penelitian ini peneliti juga ingin menggambarkan hambatan-hambatan dalam komunikasi antara pasien dan dokter. - Hambatan Teknis Dari beberapa pertanyaan yang peneliti ajukan kepada informan dari pasien, informan menggambarkan bahwa hambatan komunikasi lebih pada hambatan teknis, misalnya jadwal kunjungan yang cepat dan waktu menunggu yang lama ditambah birokrasi yang sulit untuk berobat ke poliklinik Orthopaedi RS Adam Malik. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter (superior-inferior), sehingga takut bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja. - Pengrusakan dan Pemutusan Dari tahap pengrusakan, maka akan biasanya akan berlanjut pada tahap pemutusan. Dimana terjadi pemutusan ikatan dan memutuskan menghentikan pengobatan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Latar belakang pengalaman dan pengetahuan diantara pasien dan dokter tidak menjadi penghalang untuk dapat melakukan komunikasi antar pribadi. 2. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam dengan informan 1, 2, 3, 4 dan 5 dalam penelitian ini maka peneliti menemukan temuan bahwa 7 3. proses komunikasi antara pasien dan dokter dimulai pada saat pasien memasuki ruangan praktek dr. Otman dimana tahap saling pengertian tercipta Dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa hambatan yang dihadapi pasien dan dokter berbeda dalam proses komunikasi ini. Informan 1, 2, 3 dan 4 mengalami kendala teknis seperti proses birokrasi dan jadwal pertemuan yang terbatas. Sementara informan 3 mengaku masih tertutup kepada dokter sehingga tidak tercipta komunikasi yang efektif. Informan lima mengaku mengalami kendala untuk memahamkan seputar penyakit Orthopaedi kepada pasien yang masih awam dan untuk memberi kepercayaan kepada pasien yang akan dilakukan tindakan operasi. Saran 1. Pasien yang datang bertujuan mencari kesembuhan harus lebih terbuka untuk menceritakan keluhan dan apa yang ia rasakan kepada dokter sehingga dokter mengerti dan paham akan kondisi pasien sehingga tepat dalam mengambil tindakan dan memberikan terapi. 2. Proses penyembuhan yang utama dilakukan oleh pasien itu sendiri. Dokter diharapkan punya waktu lebih untuk mendengarkan keluhan pasien. 3. Komunikasi antara pasien dan dokter yang baik akan memudahkan bagi dokter untuk menjelaskan seputar penyakit dan resiko pengobatan secara baik. DAFTAR REFERENSI Arikunto, Suharsimin. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin.Burhan. 2008.Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosisal Lainnya (Cetakan kedua). Jakarta: Kencana. Budyatna, Muhammad& Ganiem.Leila Mona. 2011. Teori Komunikasi Antar pribadi.Jakarta: Kencana. Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Carma, L. Bylund & Gregory Makoul. 2002.Patient Education & Counseling. Cutlip, Scott M dkk. 2008. Effective Public Relations. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Devito. Joseph A. 2010. Essentials of Human Communication.(Sixth Ed). United States of America: Person Education.. Effendy, Onong Uchjana. 2000.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.Bandung : Remaja Rosdakarya. Hardjana, Agus M. 2007. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal.Yogyakarta: Kanisius. Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Komunikasi Efektif Dokter–Pasien. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. 8 Kurtz, S., Silverman, J. & Drapper, J. 1998. Teaching and Learning Communication Skills in Medicine. Oxon: Radcliffe Medical Press. Kuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi. Bandung: Widya Padjajaran. Liliweri, Alo. 2003. Komunikasi Antar pribadi, Bandung: Citra Aditya Bakti. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.Bandung: Remaja Rosdakarya. Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Richard, W., & Turner, L.H. 2008.Pengantar Teori Komunikasi, Analisis, dan Aplikasi. (3th ed). Jakarta: Salemba Humanika. 9