Jurnal JurnalKeperawatan KeperawatanVolume Volume8 8No No2,2,Hal Hal61 61- -63, 63,September September2016 2016 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal ISSN : Cetak 2085-1049 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal STUDI DESKRIPTIF FAKTOR RISIKO KEKERASAN PADA PEREMPUAN PENDERITA HIV/AIDS Siti Musyarofah1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal Email: [email protected] 1 ABSTRAK Pendahuluan: Laporan epidemik tahun 2013 secara global menunjukkan bahwa semua orang yang hidup dengan HIV di negara berpenghasilan rendah dan menengah 52% pada perempuan. Kekerasan terhadap perempuan mempengaruhi epidemi HIV melalui beberapa cara yang semuanya merugikan perempuan tersebut. Metode: penelitian ini mendeskripsikan faktor kekerasan pada perempuan penderita HIV/AIDS di Kabupaten Kendal. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 28,9 % pernah mendapatkan kekerasan secara umum. 18,4% pernah mendapat kekerasan fisik; 28,9 % kekerasan emosional; 23,7% kekerasan seksual dari suami; dan 0% kekerasan seksual dari orang lain. Diskusi: Penelitian lebih lanjut yang lebih mendetail terkait dengan pengaruh kejadian kekerasan pada perempuan penderita HIV/AIDS. Kata kunci: Studi deskriptif, kekerasan, HIV/AIDS, perempuan. ABSTRACT Introduction: The 2013 epidemic report globally shows that all people living with HIV in low and middle income countries are 52% in women. Violence against women affects the HIV epidemic in several ways that are all detrimental to the woman. Methods: This study describes the factor of violence in women living with HIV / AIDS in Kendal District. Results: The results showed that 28.9% had received general violence. 18.4% were physically abused; 28.9% emotional abuse; 23.7% sexual violence from husbands; And 0% sexual violence from others. Discussion: More detailed research is linked to the impact of violence on women living with HIV /AIDS. Keywords: Descriptive study, violence, HIV / AIDS, women. PENDAHULUAN AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah penyakit yang perlahanlahan menurunkan sistem kekebalan tubuh. Orang dengan AIDS tidak dapat melawan kuman dan kanker. HIV(Human Immunodeficiency Virus) adalah virus penyebab AIDS. Virus ini akan merusak limfosit T CD4, atau sel T. Sel T mengganggu sistem kekebalan tubuh, dan tubuh menjadi lebih rentan terhadap penyakit lain (Gagarina & Lokce, 2013). Statistik WHO tahun 2013 menunjukkan prevalensi HIV/AIDS di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup drastis, yaitu pada tahun 2001 sebesar 5,3/100.000 penduduk menjadi 155/100.000 penduduk pada tahun 2011. Sedangkan CFRnya pada tahun 2001 sebesar 0,1/100.000 penduduk, tahun 2011 sebesar 6/100.000 penduduk. Proyeksi kecenderungan epidemi HIV ke depan di Indonesia diperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah infeksi baru HIV pada wanita. Prevalensi HIV dan AIDS tahun 2014 (Juni) yaitu 60,15/100.000 penduduk dan 23,41/100.000 penduduk. Prosentase AIDS pada wanita mengalami peningkatan tiap tahun dari tahun 1987 s/d 2014 (Juni) (Kemenkes, 2014). Jawa Tengah peringkat ke 6 kasus HIV dan AIDS. Kasus baru HIV di Jawa Tengah cenderung meningkat dari tahun 2005 s/d 2013, sedangkan kasus baru AIDS selalu mengalami peningkatan tiap tahun pada periode tersebut. Prevalensi HIV dan AIDS tahun 2014(Juni) sebesar 25,84/100.000 penduduk dan 11,63/100.000 penduduk. CFR 61 Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 61 - 63, September 2016 sebesar 29,49%. Distribusi kasus AIDS lebih banyak pada wanita yaitu 61,4%. Kendal peringkat ke 10 kasus HIV/AIDS terbesar secara kumulatif di Jawa Tengah (Juni 2014) ( KPAPJ, 2014). Beberapa faktor risiko meningkatkan kemungkinan wanita untuk tertular HIV yaitu faktor biologis, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Kekerasan terhadap wanita mempengaruhi epidemi HIV melalui beberapa cara yang semuanya merugikan wanita tersebut. Wanita dapat terinfeksi dengan virus HIV melalui hubungan seks yang terpaksa (pemerkosaan), kemungkinan tertular HIV meningkat sejak hubungan seks yang terpaksa sering melibatkan trauma dan merobek jaringan yang dapat memberikan kemudahan masuknya virus HIV. Pelecehan seksual di masa kanak-kanak dikaitkan dengan perilaku pengambilan risiko di kemudian hari, meningkatkan risiko individu tertular HIV seumur hidup (WHO, 2013). METODE Penelitian menggunakan desain studi deskriptif, dilakukan terhadap 38 responden perempuan dengan HIV/AIDS di Kabupaten Kendal pada Tahun 2014 (Juni) dan bukan merupakan pekerja seksual. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara tidak terpimpin. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal kasar dari suami karena dalam kondisi mabuk. Ada yang mengantisipasi kalau sedang mabuk maka tidak boleh masuk rumah sebelum keadaannya normal kembali. Kekerasan seksual dalam penelitian ini adalah faktor pemaksaan dari pihak suami untuk melakukan hubungan seksual, meskipun dari istri tidak ada kemauan. Ada yang menolak maka diancam akan melampiaskannya dengan perempuan lain, yaitu PSK (Pekerja Seksual Komersial). PEMBAHASAN Kekerasan dan ancaman akan membatasi kemampuan wanita untuk melindungi diri dari HIV/AIDS. Risiko kekerasan jika wanita menuntut perlindungan. Mereka mungkin dalam hubungan yang kasar karena mereka tidak dapat pergi. Mereka mungkin mengikuti permintaan pria untuk hubungan seks yang tidak aman, meskipun mereka tahu bahayanya. Perselisihan dalam rumah tangga, perkosaan dan pelecehan seksual membuat penghinaan/ejekan terhadap maksud untuk hubungan seks yang aman. Hasil penelitian menunjukkan semua penderita HIV/AIDS sudah menikah. Dari 38 responden menunjukkan bahwa 28,9 % pernah mendapatkan kekerasan secara umum. 18,4% pernah mendapat kekerasan fisik; 28,9 % kekerasan emosional; 23,7% kekerasan seksual dari suami; dan 0% kekerasan seksual dari orang lain. Penelitian UNAIDS, UNFPA, dan UNIFEM (2013) menunjukkan terdapat hubungan yang jelas antara kekerasan dengan HIV, wanita yang dipukul dan dikuasai pasangannya sangat lebih mungkin untuk terinfeksi HIV dibanding dengan wanita yang tidak ada kekerasan dalam rumah tangganya. Wanita yang dipukul oleh suami atau pacarnya 48% lebih mungkin menjadi terinfeksi HIV dibanding mereka yang tidak. Selain itu, mereka yang secara emosional dan finansial didominasi pasangannya 52% lebih mungkin untuk terinfeksi dibanding mereka yang tidak didominasi. Responden yang mengalami kekerasan fisik ada yang mendapatkan ancaman senjata tajam, dipukul dengan kursi, mengakui bahwa suami nya adalah orang yang temperamental, bahkan ada yang sampai tubuhnya diguyur bensin oleh suami dan akan ambil korek api akan tetapi hal tersebut disesali setelah suami sadar dan anak menangis. Kekerasan juga saling berhubungan dengan penggunaan alkohol. Responden mengaku mendapat perlakuan Penelitian Jewkes R., dkk (2006) juga telah menunjukkan bahwa wanita yang berada dalam posisi yang relatif kurang kuat dibandingkan pasangan mereka, ditunjukkan dengan laporan pengalaman mereka yang lebih mengontrol perilaku, dan dalam hubungan mereka komunikasi umumnya sangat minim dalam melakukan hubungan seks yang lebih sering. Kekerasan pasangan seksual berhubungan dengan HIV dalam analisis dua arah (OR 1.56; 95% CI 1.08– HASIL 62 Jurnal Keperawatan Volume 8 No 2, Hal 61 - 63, September 2016 2.23), tetapi efek tidak signifikan setelah disesuaikan perilaku berisiko HIV. Kekerasan pada perempuan akan mempengaruhinya dalam bertindak melindungi dirinya dari ancaman HIV/AIDS. Dia tidak berani menanyakan pasangan seksual selain dirinya karena takut diancam atau mendapat kekerasan dalam bentuk lainnya. Dari hasil penelitian, perempuan yang tidak kuat dengan suami yang melakukan kekerasan pada dirinya berakhir dengan perceraian. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kekerasan pada perempuan akan mempengaruhinya dalam bersikap. Hal tersebut dapat mempengaruhi tindakan apa yang akan diambil. Hal tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi kejadian HIV/AIDS dalam hal perlindungan terhadap diri sendiri karena takut dengan suami. Saran Kejadian kekerasan pada perempuan belum banyak data yang dipublikasikan. Perlu penelitian lebih lanjut yang lebih mendetail terkait dengan pengaruhnya terhadap HIV/AIDS. DAFTAR PUSTAKA UNAIDS. Global Report: UNAIDS report on the global AIDS epidemic 2013. http://www.unaids.org/en/media/unaids/c ontentassets/documents/epidemiology/20 13/gr2013/UNAIDS_Global_Report_201 3_en.pdf. Accessed 15 Oktober, 2014. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/8 1965/1/9789241564588_eng.pdf?ua=1. Accessed 28 Juni 2013. Komisi_Penanggulangan_AIDS_Nasional. Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS Tahun 2010-2014. Jakarta: Komisi Penanggulangan AIDS Nasional; 2010. Ditjen_PP&PL_Kemenkes_RI. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia dilapor s/d Juni 2014.http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.xl. Accessed 15 Oktober 2014. Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Jateng. Kondisi HIV & AIDS di Jawa Tengah 1993 s/d 30 Juni 2014.http://www.aidsjateng.or.id/data/Da ta%20HIV%20dan%20AIDS%20Prov.% 20Jateng%20per%20Juni%202014.ppt. Accessed 14 Oktober 2014. WHO. Violence against women and HIV/AIDS. http://www.who.int/gender/violence/vaw andhiv/en/. Accessed 30 Desember 2013. UNAIDS, UNFPA, UNIFEM. Woman and HIV/AIDS: Confronting the Crisis.http://www.unfpa.org/upload/lib_p ub_file/308_filename_women_aids1.pdf. Accessed 3 Januari 2013. Jewkes R, Dunkle K, Nduna M, et al. Factors associated with HIV sero-status in young rural South African women: connections between intimate partner violence and HIV. International Journal of Epidemiology 2006(35):1461-1468. Gagarina AK. HIV AIDS. http://www.health.am/eng/aids/index.php #bas. Accessed 31 Mei 2013. Locke T, Keat S, Walker A, Mackinnon R. Microbiology and Infectious Diseases on the Move: PT Indeks; 2013. WHO.World Statistic Health 2013. 63