eJournal Administrasi Bisnis, 2016, 4 (4): 990-1001 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2016 ANALISIS KEUNTUNGAN PEDAGANG NASI KUNING ( Studi Kasus Pedagang Nasi Kuning di Pasar Palaran Kecamatan Palaran Kota Samarinda ) Rizky Andarways Kumalasari 1 Abstrak Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis besarnya keuntungan rata-rata yang diperoleh dari usaha pedagang nasi kuning di pasar palaran dan sebagai informasi yang berguna bagi pelaku usaha dalam mengelola dan meningkatkan keuntungan dalam usahanya. Penelitian ini berjenis penelitian deskriptif mix metode yaitu penggabungan antara kuantitatif dan juga kualitatif. Fokus penelitian ini yaitu menganalisis Keuntungan Pedagang nasi kuning dipasar Palaran Kecamatan Palaran Kota Samarinda. Sumber data Primer dalam penelitian ini terdiri atas key informan yaitu Kepala Dinas Pasar Palaran dan Ibu Harna. Serta informan penelitian yakni Pedagang Nasi Kuning di Pasar Palaran Kecamatan Palaran Kota Samarinda yang diperoleh melalui metode Judgement sampling. Data dikumpulkan melalui teknik observasi dan wawancara. Teknik Analisis data yang digunakan yaitu terdiri dari Metode Analisis dan deskriptif, Analisis Penerimaan, Analisis Total Biaya, Analisis R/C Rasio. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa Pedagang Nasi Kuning dipasar palaran memiliki peran penting karena dari hasil penelitian sebanyak 7 Responden, keseluruhan memiliki tingakat imbangan atas R/C Rasio >1,21 yang berarti bahwa usaha tersebut layak atau termasuk ke dalam kriteria tingkat R/C tinggiAbstrak Kata Kunci : Keuntungan , Penerimaan, Total Biaya, R/C Rasio Pendahuluan Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi perlahan-lahan telah mengubah gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat ini melatar belakangi berkembangnya produsen pemasar makanan siap saji khususnya pedagang makanan dan salah satunya adalah pedagang Nasi Kuning. Masalah Bisnis makanan (kuliner) merupakan salah satu bisnis yang dewasa ini berkembang pesat dan memiliki potensi berkembang yang cukup besar. Sudah banyak pelaku usaha yang meraup untung dari usaha kuliner ini. Namun tidak sedikit pula pelaku usaha kuliner yang gulung tikar alias bangkrut, karena strategi pemasaran yang digunakan kurang tepat dan kualitas pelayanan yang kurang optimal. Artinya keberhasilan sebuah bisnis kuliner dalam memenangkan 1 Mahasiswa Program S1 Ilmu Admistrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email: [email protected] Analisis Keuntungan Pedagang Nasi Kuning di Pasar Palaran(Rizky Andarways ) persaingan ditentukan oleh penerapan srategi pemasaran yang tepat serta hubungan baik yang dijalani dengan konsumen. Hubungan baik akan tercipta bila sebuah bisnis kuliner mampu memberikan kepuasan terhadap kebutuhan, keinginan, dan selera konsumen. Selain itu kepuasan pelanggan juga merupakan sumber informasi yang efektif bagi manajemen dalam melakukan perbaikan terhadap layanannya. Salah satu cara yang dilakukan oleh sebuah bisnis kuliner untuk memberikan kepuasan bagi pelanggannya adalah dengan produk yang berkualitas serta kualitas pelayanan yang baik. Begitu pula dengan Usaha Nasi Kuning di Pasar Palaran, namun semakin ketatnya persaingan bisnis kuliner berdampak pada semakin meningkatnya tuntutan konsumen dalam hal pelayanan. Hal ini pelu diantisipasi dengan strategi yang tepat, diantaranya dengan meningkatkan kualitas pelayanan. Berhasil atau tidaknya suatu usaha dalam menjual barang atau jasa tergantung dari usaha yang sungguh-sungguh dalam pemasaran. Dalam fungsi pemasaran, pelayanan yang berkualitas memegang peranan yang sangat penting. Kepuasan terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen dapat tercapai dengan adanya kegiatan pemasaran. Untuk itu kemampuan merumuskan dan menyusun program-program pemasaran yang tepat merupakan salah satu masalah utama dalam menciptakan proses pertukaran antara produsen dan konsumen. Salah satu cara untuk menuju keberhasilan kegiatan pemasaran adalah dengan memahami perilaku konsumen dan meningkatkan kualitas pelayanan agar konsumen merasa puas setelah bertransaksi. Usaha Nasi Kuning adalah salah satu jenis lapangan kerja di sektor informal, kehadirannya sudah lama dan sampai sekarang dapat dikatakan banyak beroperasi dan cukup popular dimasyarakat Palaran. Usaha Nasi Kuning di Palaran terpusat diPasar Palaran Sebagai Pusat Perekonomian warga Palaran. Pemilik usaha Nasi Kuning tidak hanya bertindak sebagai penjual, tetapi terlibat dalam proses produksi atau pengadaan barang dagangan. Pedagang Nasi Kuning dapat dikategorikan ke dalam Usaha Kecil Menengah (UKM). Kerangka Dasar Teori Karakteristik Sektor Informal Kajian mengenai kehidupan usaha pedagang Nasi Kuning, merupakan suatu tinjauan tentang kondisi dan situasi usaha sektor informal, yang mencerminkan adanya keterikatan potensi dan aktivitas usaha sektor informal yang berlangsung secara dinamis Wahyudin (1993:7) Tampak beberapa hal penting dalam memahami tumbuh dan berkembangnya sektor informal, yaitu : 1. Pertambahan angkatan kerja yang tidak seimbang dengan lapangan kerja yang tersedia. 2. Pemanfaatan modal (capital) dan keterampilan. 3. Tuntutan bekerja bagi setiap angkatan kerja. 991 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 990-1001 Analisis Usaha Keberhasilan suatu usaha dapat dilihat dengan cara melakukan analisis pendapatan. Pendapatan usaha Nasi Kuning merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan usaha Nasi Kuning dapat digambarkan sebagai balas jasa dari faktor-faktor produksi, tenaga kerja, modal dan jasa pengelolaan (manajemen). Besarnya keuntungan usaha Nasi Kuning tergantung pada besarnya penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Ada dua keterangan pokok yang diperlukan dalam analisis pendapatan usaha Nasi Kuning, yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran dalam batasan waktu tertentu misalnya satu musim atau satu tahun. Keuntungan yang diperoleh dari usaha Nasi Kuning dapat dilihat dari penerimaan dan pengeluaran dalam batas waktu tertentu. Penerimaan usaha Nasi Kuning adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dengan harga satuan produk atau harga jual. Sedangkan pengeluaran atau biaya usaha Nasi Kuning adalah nilai penggunaan sarana produksi, upah dan lain-lain yang dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan. Keuntungan adalah selisih antara hasil yang diterima dari penjualan dengan biaya sumberdaya yang telah dipergunakan, jika biaya lebih besar dari pendapatan maka keuntungan negatif atau mengalami kerugian. Pada usaha Nasi Kuning, faktor produksi yang digunakan terletak pada bentuk fisik dalam usaha Nasi Kuning yaitu tempat atau alat untuk berjualan. Waktu pada usaha Nasi Kuning tidak ada waktu tertentu, tetapi dalam kasus ini peneliti menentukan batasan waktu analisis pendapatan dalam satu periode bulan. Penerimaan Penerimaan diartikan sebagai target penciptaan berdasarkan selera pasar. Penerimaan berasal dari hasil penjualan produk baik berupa barang dan jasa usaha Soekartawi (2003 : 12). Penerimaan (pendapatan kotor) adalah jumlah semua produksi yang dihasilkan dalam suatu kegiatan usaha dikalikan dengan harga yang berlaku dipasaran secara matematis dirumuskan sebagai berikut: R=PxQ Dimana: R = Penerimaan P =Harga produk Q =Jumlah produk Persamaan di atas menjelaskan bahwa penerimaan tergantung harga dan jumlah produk. Meskipun perusahan telah berproduksi secara optimal, namun harga tidak berfluktuasi maka penerimaan produsen menjadi berfluktuasi. Biaya Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu, dalam arti sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva yang disebut dengan istilah harga pokok. Biaya Total (Total Cost) adalah Keseluruhan dari jumlah biaya yang dikeluarkan Sukirno (2005 : 209). Sedangkan Pengertian 992 Analisis Keuntungan Pedagang Nasi Kuning di Pasar Palaran(Rizky Andarways ) Total Cost yaitu penjumlahan dari biaya tetap maupun biaya variabel Boediono (2002 : 87) yang dapat dirumuskan sebagai berikut : TC = TFC +TVC Dimana : TC = Total Biaya TFC = Biaya Tetap TVC = Biaya Tidak Tetap / Variabel Cost Keuntungan Keuntungan (laba) adalah perbedaan antara penghasilan dan biaya yang dikeluarkan Astuti (2005 : 12). Dengan demikian, sebagai ukuran keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan dapat dilihat dari tinggi rendahnya profit margin serta tingkat pengembaliannya. Adapun unsur unsur yang dikaji dalam analisis keuntungan yaitu: biaya dan penerimaan. Keuntungan dari suatu usaha tergantung pada hubungan antara biaya produksi yang dikeluarkan dengan jumlah penerimaan dari hasil penjualan, dengan pusat perhatian ditunjukan bagaimana cara menekan biaya sewajarnya supaya dapat memperolah keuntungan sesuai dengan yang diinginkan. Adapun biaya yang dikeluarkan adalah biaya tetap dan biaya variabel. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya. Keuntungan maksimum dapat ditingkatkan dengan cara meminimumkan biaya untuk penerimaan yang tepat atau meningkatkan penerimaan pada biaya yang tetap. Dengan kata lain, keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya Soekartawi (2003 : 5), yaitu: π = TR - TC Keterangan : π (Income) : Pendapatan bersih (Rp/bln) TR (Total Revenue) : Total penerimaan (Rp/bln) TC (Total Cost) : Biaya yang di keluarkan (Rp/bln) Keuntungan adalah jumlah yang diperoleh dari penerimaan dikurangi semua biaya pada periode tertentu Kuswadi (2005 : 135). Sehingga untuk menghitung jumlah keuntungan maka perlu diketahui jumlah penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Ditinjau dari resiko yang dihadapi oleh setiap jenis usaha maka keuntungan dapat dilihat sebagai pembayaran untuk menghadapi resiko tersebut. Pembayaran yang dimaksud ialah pembayaran untuk keahlian, keusahaan yang disediakan oleh para pedagang dalam mengorganisir dan memanfaatkan faktorfaktor produksi yang ada sehingga produksi yang dihasilkan dapat memberikan hasil yang maksimal. Dalam mencapai keuntungan yang maksimal maka keputusan tentang jumlah barang yang perlu diproduksikan dan bagaimana cara memproduksikannya harus selalu dipertimbangkan. Definisi Konsepsional Definisi konsepsional disebut sebagai kerangka konsepsional yang merupakan pembatasan dalam pengertian tertentu suatu konsep dalam permasalahan, konsep tersebut diturunkan dari judul penelitian serta masalah 993 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 990-1001 pokok dalam hipotesis yang dirumuskan. Berdasarkan hal tersebut, penulis akan menguraikan satu demi satu atas definisi konsepsional tersebut: 1. Penerimaan diartikan sebagai target penciptaan berdasarkan selera pasar. Penerimaan berasal dari hasil penjualan produk baik berupa barang dan jasa usaha. 2. Biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang, digunakan untuk keperluan menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi. 3. Keuntungan (laba) adalah perbedaan antara penghasilan dan biaya yang dikeluarkan. Dengan demikian, sebagai ukuran keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan dapat dilihat dari tinggi rendahnya profit margin serta tingkat pengembaliannya. 4. Modal dapat dikelola secara optimal sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan lancar. Metode Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan juga kualitatif pada pelaku pedagang nasi kuning di Pasar Palaran Kecamatan Palaran yaitu dengan cara menganalisis data-data biaya produksi yang diperoleh dari pelaku pedagang Nasi Kuning melalui observasi dan wawancara yang ditabulasikan untuk menentukan usaha nasi kuning di Pasar Palaran Kecamatan Palaran dapat dikatakan memperoleh keuntungan atau kerugian. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah dan dianalisis, sehingga memberikan penjelasan yang terperinci. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis tabulasi deskriptif, analisis total penerimaan usaha, analisis biaya total yang dikeluarkan, dan R/C rasio. Analisis penerimaan digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian yaitu analisis pendapatan. Metode pengolahan data yang akan digunakan untuk menjawab tujuan dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut: 1. Tabulasi dan deskriptif Pengukuran karakteristik responden pedagang nasi kuning dengan retribusi dan pedagang nasi kuning tanpa retribusi dilakukan dengan menggunakan tabulasi deskriptif. Tabulasi deskriptif berisikan data mengenai karakteristik usaha Nasi Kuning, lama usaha, proses produksi, pasar, penyediaan bahan baku, tenaga kerja, permodalan dan manajemen usaha serta analisis karakteristik responden. Data tentang karakteristik responden dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama, ditabulasikan kemudian dipersentasikan. Persentase terbesar merupakan faktorfaktor yang dominan dari masing-masing atribut yang dimiliki. 994 Analisis Keuntungan Pedagang Nasi Kuning di Pasar Palaran(Rizky Andarways ) 2. Analisis Biaya Biaya merupakan faktor yang sangat penting karena setiap rupiah biaya yang dikeluarkan akan mengurangi laba usaha. Biaya-biaya yang dianalisis dalam usaha ini antara lain biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Besarnya biaya tetap tergantung pada jumlah output yang diproduksi dan tetap harus dikeluarkan walaupun tidak ada produksi. Komponen biaya tetap yang dianalisis pada usaha nasi kuning antara lain tempat, kompor, Wajan, sendok, garpu, ember, tempat bumbu dan lap. Biaya variabel (variable cost) yaitu biaya yang besar kecilnya sangat tergantung kepada biaya skala usaha produksi. Komponen biaya variabel yang dianalisis pada usaha nasi kuning adalah beras, bumbu, biaya minyak tanah/gas, biaya pemeliharaan, plastik dan karet. Biaya penyusutan peralatan yang digunakan dalam suatu usaha dihitung berdasarkan metode garis lurus (Stright Line Method) atau rata-rata, yaitu nilai pembelian dikurangi tafsiran nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis. 3. Analisis Pendapatan Usaha Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Analisis pendapatan dilakukan dengan mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran usaha nasi kuning sesuai dengan kapasitas produksi pedagang. Analisis pendapatan ini untuk menganalisis pendapatan pedagang nasi kuning di Pasar Palaran. Total penerimaan adalah nilai produk total dalam jangka waktu tertentu. Pengeluaran total adalah nilai semua input yang dikeluarkan dalam proses produksi. Perhitungan keuntungan usaha atas biaya total secara matematis adalah sebagai berikut: TR TB = keuntungan TR = penerimaan total usaha TB = total biaya (total biaya variabel dan total biaya tetap) Analisis keuntungan usaha selalu disertai dengan pengukuran efisiensi Syukron (2009 : 32) Untuk mengetahui efisiensi suatu usaha terhadap penggunaan suatu unit input dapat digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya yang merupakan perbandingan antara penerimaan yang diterima usaha Nasi Kuning dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut: Jika total penerimaan > total biaya, usaha untung Jika total penerimaan = total biaya, usaha tidak untung dan tidak rugi (impas) Jika total penerimaan < total biaya, usaha tersebut rugi 4. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan, oleh karena itu analisis pendapatan selalu disertai dengan pengukuran efisiensi. Efisiensi suatu usaha atau kegiatan produksi terhadap penggunaan satu 995 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 990-1001 unit inputdigambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya yang merupakan perbandingan antara penerimaan kotor yang diterima dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi. Analisis imbangan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya merupakan suatu pengujian keuntungan suatu jenis usaha. Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) didapat berdasarkan pembagian antara total penerimaan dengan total biaya. Rumus yang digunakan dalam analisis ini adalah: TotalPener imaan R C rasio = TotalBiaya Kriteria yang digunakan: R/C > 1 maka usaha Nasi Kuning tersebut menguntungkan R/C < 1 maka usaha Nasi Kuning tersebut tidak menguntungkan R/C = 1, Usaha tidak untung dan tidak rugi (impas) Analisis Penelitian dan Pembahasan Analisis pendapatan pedagang nasi kuning dilakukan dengan cara menghitung selisih antara penerimaan usaha nasi kuning dengan biaya-biaya usaha nasi kuning yang dikeluarkan. Analisis yang dilakukan adalah dengan cara membandingkan keragaan usaha yang dilakukan oleh pedagang nasi kuning didalam pasar dan pedagang nasi kuning diluar pasar. Usaha ini dianalisis dengan cara mengidentifikasi penggunaan input beserta biayanya hingga output atau besar penerimaan yang dihasilkan oleh masing-masing pedagang nasi kuning. Kemudian analisis dilanjutkan dengan menghitung tingkat pendapatan masingmasing pedagang nasi kuning serta menghitung efisiensi pendapatan pedagang nasi kuning yang diperoleh dari hasil analisis perbandingan penerimaan dan biaya (R/C Rasio). Analisis Pendapatan Analisis Pendapatan Pedagang nasi kuning di Pasar Paaran secara umum. Pendapatan dari kegiatan pedagang nasi kuning ini diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan (dalam jangka waktu tertentu). Penerimaan pedagang nasi kuning diperoleh dari perkalian antara jumlah yang dijual dengan harga per porsi nasi kuning (bungkus), dengan demikian besar kecilnya nilai penerimaan usaha nasi kuning sangat ditentukan oleh harga jual dan jumlah produksi nasi kuning yang dihasilkan oleh pedagang nasi kuning. Penerimaan Pedagang Nasi Kuning di Pasar Palaran Penerimaan usaha adalah perkalian antara total produk yang dihasilkan dengan harga pasar yang berlaku. Soekartawi (2005:70). Faktor penentu besarnya penerimaan adalah jumlah produk yang dihasilkan dan harga dari produk yang dihasilkan tersebut. Peneliti membuat pengelompokan penerimaan yang didapatkan oleh pedagang nasi kuning tersebut, yakni pedagang nasi kuning yang memiliki penerimaan di bawah 25 juta (skala mikro), penerimaan pedagang nasi kuning yang memiliki penerimaan sebesar 25 juta sampai 100 juta (skala kecil) 996 Analisis Keuntungan Pedagang Nasi Kuning di Pasar Palaran(Rizky Andarways ) dan penerimaan pedagang nasi kuning di atas 100 juta (skala menengah). Adapun pengelompokannya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Penerimaan Pedagang Nasi Kuning per Bulan di Pasar Palaran Pada Tahun 2016 Uraian Jumlah (Orang) Persentase (%) < 25 Juta (skala mikro) 2 29 25 Juta – 100 Juta (skala kecil) 5 71 > 100 Juta (skala menengah) 0 0 Total 7 100 Sumber : Data diolah, 2016 Berdasarkan tabel diatas pedagang nasi kuning memiliki jumlah perbedaan yang bervariasi antara pedagang yang satu dengan yang lainnya. dari segi karakteristik pribadi responden pedagang nasi kuning juga mempengaruhinya, seperti umur pelaku usaha nasi kuning yang menggeluti usaha ini. Jika umur pelaku usaha semakin tua maka penerimaan yang didapatkannya juga semakin banyak, hal ini dikarenakan sudah lamanya pedagang nasi kuning tersebut menjual nasi kuning Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Penerimaan Pedagang Nasi Kuning < 25 Juta Rupiah Per Bulan Pada Tahun 2016 Responden Jumlah Harga Jumlah/ Jumlah / Bulan No Pedagang Terjual/hari perbungkus Hari (Rp) (bungkus) (Rp) (Rp) 1. P1 60 Rp. 10.000 Rp. 600.000 Rp. 18.000.000 2. P2 75 Rp. 10.000 Rp. 750.000 Rp. 22.500.000 Sumber : Data diolah, 2016 Pedagang nasi kuning didalam pasar yang mendapatkan penerimaan di bawah 25 juta ini kebanyakan memiliki umur usaha dari umur sebelas tahun hingga lima belas tahun 11 - 15 tahun, sehingga jumlah yang di produksi perharinya juga masih sedikit dan jumlah porsi yang terjual juga masih di bawah 100 porsi perhari, selain itu juga harga yang ditawarkan oleh pedagang nasi kuning rata-rata Rp. 10.000 per bungkusnya. Sedangkan untuk pedagang nasi kuning yang memiliki penerimaan 25 juta sampai 100 juta perbulannya dapat di lihat pada Tabel berikut : Tabel Penerimaan Pedagang Nasi Kuning 25 Juta – 100 Juta Rupiah Per Bulan Pada Tahun 2016 No Responden Jumlah Harga Jumlah Jumlah Pedagang Terjual / hari (Rp) (Rp) / Hari (Rp) / Bulan 1. P3 150 Rp. 10.000 Rp. 1.500.000 Rp. 45.000.000 2. P4 120 Rp. 10.000 Rp. 1.200.000 Rp. 36.000.000 3. P5 120 Rp. 10.000 Rp. 1.200.000 Rp. 36.000.000 4. P6 180 Rp. 10.000 Rp. 1.800.000 Rp. 54.000.000 5. P7 210 Rp. 10.000 Rp. 2.100.000 Rp. 63.000.000 Sumber : Data diolah, 2016 997 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 990-1001 Berdasarkan diatas pedagang nasi kuning di Pasar Palaran yang mendapatkan penerimaan sebesar 25 juta sampai 100 juta rupiah lebih banyak. Pengeluaran dan Pendapatan Pedagang Nasi Kuning di Pasar Palaran Untuk analisis pendapatan, pengeluaran untuk usaha nasi kuning ini digolongkan menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yan dikeluarkan pedagang selama kegiatan produksi berlangsung sedangkan biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun output berubah, jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dilaksanakan. Pendapatan merupakan hasil dari pengurangan penerimaan dengan pengeluaran biaya perbulan, adapun pengeluaran dan total pendapatan yang diperoleh pedagang nasi kuning dipasar per bulannya adalah sebagai berikut: Tabel Pengeluaran dan Pendapatan Pedagang Nasi Kuning Skala Mikro Pada Tahun 2016 No Responden Pedagang Pengeluaran Pendapatan 1. P1 Rp. 11.353.008 Rp. 6.646.992 2. P2 Rp. 13.239.508 Rp. 9.010.492 Sumber : Data diolah, 2016 Berdasarkan pengeluaran yang terdapat pada pedagang nasi kuning di pasar tersebut memiliki perbedaan antara pedagang nasi kuning yang satu dengan yang lainnya hal tersebut dikarenakan lama berusaha yang berbeda selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Pengeluaran dan Pendapatan Pedagang Nasi Kuning Skala Kecil Pada Tahun 2016 No Responden Pengeluaran Pendapatan 1. P3 Rp. 17.875.008 Rp. 27.124.992 2. P4 Rp. 17.911.008 Rp. 18.088.992 3. P5 Rp. 18.441.008 Rp. 17.588.992 4. P6 Rp. 22.555.784 Rp. 31.444.216 5. P7 Rp. 25.224.784 Rp. 37.775.216 Sumber : Data diolah, 2016 Pada Tabel diatas pedagang nasi kuning di Pasar Palaran yang memiliki pendapatan 5 juta hingga 50 juta memiliki jumlah produksi yang banyak. Selanjutnya pendapatan pedagang nasi kuning di Pasar Palaran tidak ada yang memiliki pendapatan diatas 100 juta per bulannya. Tabel Rata-rata Penerimaan Pedagang Nasi Kuning dikawasan Pasar Palaran Pada tahun 2016 Pedagang Penerimaan / Penerimaan / Hari (Rp) Bulan (Rp) Pedagang Di Pasar Skala Mikro 670.833 20.125.000 Pedagang Di Pasar Skala Kecil 1.560.000 46.800.000 Pedagang Di Pasar Skala Menengah Sumber : Data diolah, 2016 998 - - Analisis Keuntungan Pedagang Nasi Kuning di Pasar Palaran(Rizky Andarways ) Rata-rata penerimaan yang didapatkan oleh pedagang nasi kuning skala mikro adalah sebesar 670.833/ hari dan 20.125.000/ bulan, sedangkan rata-rata penerimaan yang didapatkan oleh pedagang nasi kuning skala kecil adalah sebesar 1.560.000/ hari dan 46.800.000 / bulan. Harga per porsi yang ditawarkan pedagang nasi kuning adalah sama yakni Rp. 10.000 per bungkusnya. Modal harian yang digunakan oleh pedagang nasi kuning berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diterima oleh masing-masing pedagang. Modal harian yang digunakan berbeda, hal ini dikarenakan pengalaman dalam berusaha, kebijakan dari pedagang serta pola pengeluaran para pedagang yang berbeda setiap harinya. Semakin besar modal yang digunakan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh Wahyudin (1993 : 70 ). Tetapi dengan modal yang besar belum tentu memperoleh pendapatan yang besar pula, dan ada yang modalnya kecil memperoleh keuntungan yang lebih besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Rata-rata Penerimaan, Total Biaya, dan Pendapatan Bersih Pedagang Nasi Kuning di Kawasan Pasar Palaran Pada Tahun 2016 Uraian Pedagang Nasi Kuning di Pasar Palaran Mikro Kecil Menengah Penerimaan 20.125.000 46.800.000 Jumlah Total Biaya 12.296.258 20.395.518 Pendaptan Bersih 7.828.742 26.404.482 R/C Rasio 2.47 Sumber : Data diolah, 2016 Selain dilihat dari nilai pendapatannya, usaha ini juga dapat dilihat efisiensinya dengan membandingkan nilai penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan selama satu periode analisis yaitu satu bulan. Bila dilihat dari keuntungan, usaha untung jika nilai R/C lebih besar dari satu. R/C rasio pedagang nasi kuning dengan ratarata R/C rasio pedagang nasi kuning didalam pasar sebesar 2,47, artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan pedagang nasi kuning akan menghasilkan tambahan penerimaan sebesar 2,47. Dapat disimpulkan bahwa usaha ini menguntungkan dan layak untuk dijalankan. Rata-rata usaha pedagang nasi kuning mencapai R/C rasio sebesar 2,47. Dengan nilai rasio usaha nasi kuning sebesar 2,47 termasuk usaha yang memberikan tingkat keuntungan yang tinggi. R/C rasio < 1,00 tergolong tingkat R/C rasio yang rendah dan tidak menguntungkan, R/C rasio 1,00 – 1,21 tergolong tingkat R/C rasio yang sedang sehingga usaha tersebut masih layak untuk dijalankan, R/C rasio > 1,21 tergolong tingkat R/C rasio yang tinggi sehingga usaha yang dijalankan tersebut sangat menguntungkan. Dengan nilai R/C rasio sebesar 2,47 pada pedagang nasi kuning menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh dari tiap satu rupiah modal usaha yang digunakan akan menghasilkan keuntungan 47 persen. Skala usaha yang dijalankan pedagang nasi kuning akan mempengaruhi besarnya penerimaan dan besarnya biaya usaha, 999 eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 990-1001 sehingga akan menyebabkan adanya perbedaan R/C rasio usaha pada pedagang nasi kuning yang dilaksanakan. Tabel Pengelompokan Pedagang Responden Penelitian BerdasarkanTingkat R/C Rasio yang Diperoleh Pada Tahun 2016 Tingkat R/C Rasio Pedagang didalam pasar Persentase (%) Rendah < 1,00 Sedang 1,00 - 1,21 Tinggi > 1,21 7 100 Jumlah 7 100 Sumber : Data diolah, 2016 Persentase pedagang yang memiliki kriteria tingkat R/C rasio rendah dan sedang pada pedagang nasi kuning sebanyak nol persen. Pedagang nasi kuning memiliki R/C rasio > 1,21 atau termasuk ke dalam kriteria tingkat R/C tinggi. Untuk R/C rasio tinggi sebanyak 100% . Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari usaha nasi kuning tersebut para pedagang nasi kuning mendapatkan keuntungan sebesar R/C rasio masing-masing yang didapatkan oleh pedagang. Pengaruh modal harian terhadap pendapatan dalam kegiatan perdagangan pada umumnya, merupakan suatu hal yang mudah dipahami, karena semakin besar modal yang digunakan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh Wahyudin (1993:70 ). Tabel Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat R/C Rasio Pada Tahun 2016 Uraian Pedagang Nasi Kuning di Pasar Palaran Mikro Kecil Menengah Penerimaan 40.250.000 39.000.000 Jumlah Total Biaya 24.592.516 16.996.265 Pendapatan Bersih 15.657.484 22.003.734 R / C Rasio 1,63 2,29 2,16 Sumber : Data diolah, 2016 Dari hasil R/C Rasio pada tabel diatas, diperoleh hasil bahwa tingkar R/C Pedagang nasi kuning skala mikro dan kecil adalah tinggi yakni > 1,21. Penutup Pedagang nasi kuning di kawasan Pasar Palaran menjadikan usaha nasi kuning tersebut sebagai satu-satunya atau pekerjaan utama mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rata-rata pendapatan yang didapatkan pedagang nasi kuning di Pasar Palaran masuk dalam kriteria tinggi yakni dengan R/C Rasio > 1,21. Bagi para pedagang nasi kuning dapat terus menjaga rasa dan kualitas dari usahanya. Pedagang dapat membuka usaha serupa di kawasan lain yang dianggap strategis untuk dapat mengembangkan usaha dan meningkatkan keuntungan. 1000 Analisis Keuntungan Pedagang Nasi Kuning di Pasar Palaran(Rizky Andarways ) Daftar Pustaka Amirullah dan Imam Hardjanto. 2005. Pengantar Bisnis.Yogyakarta : Graha ilmu. Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Astuti. 2005. “Hubungan Intellectual Capital dan Business Performance dengan Diamond Specification: Sebuah Perspektif Akuntansi”, Simposium Nasional Akuntansi VIII . Solo : BPFE. Boediono. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi. Edisi ke Dua. Yogyakarta: BPFE. Hijriyah. 2004. akuntasi biaya, Penekanan manajerial jilid 1. Jakarta: Erlangga. Hurlock. 2010. Sistem Informasi Manajemen Pemahaman dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit PT Grasindo. Idris.1998. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Cara Perhitungan Bobot, Rating, dan OCAI. Jakarta: Kompas Gramedia. Jackie Ambadar. 2010. Membentuk Karakter Pengusaha. Bandung : Kaifa. Kuswadi. 2008. Prinsip Ekonomi. Jakarta : Rajawali Press. Meleong. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Mubyarto. 2004 . Pengantar Ekonomi. Jakarta : LP3ES Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya, Edisi kelima. Yogyakarta : Gadjah Mada. Mardiyatmo. 2008. Kewirausahaan. Jakarta : Yudisthira. Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia. Soekartawi. 2003. Analisis Usaha. Jakarta : UI Press. Staw. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 12 Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Syukron. 2009. Keuntungan Pedagang. Bogor : Ghalia Indonesia. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. Sukirno. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga. Jakarta :Raja Grafindo Persada. Sulistyo. 2006. Pengantar Teori Agroindustri. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Tunggal. 2009. Glosarium Undang-Undang. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia. Wahyudin U. 1993.Usaha di Sektor Informal. Bogor : Ghalia Indonesia Dokumen Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 07 / Per / M. KUKM / VII / 2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2015 - 2019. Undang-Undang RI No. 20, 2008, tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984, tentang Perindustrian. 1001