6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Intelegensia Buatan / Artificial

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Intelegensia Buatan / Artificial Intelligence
2.1.1
Definisi Artificial Intelligence
Artificial Intelligence (AI) merupakan suatu bagian dari ilmu komputer. Istilah
tersebut meliputi banyak definisi (Jackson, 1999; Raynor, 1996), tetapi kebanyakan ahli
setuju bahwa AI terkait dengan dua ide dasar. Pertama, AI melibatkan pembelajaran
mengenai proses berpikir manusia (untuk memahami apa yang dimaksud dengan
kecerdasan); kedua, AI berhadapan dengan perwakilan dan penyalinan proses tersebut
diatas (contoh: komputer dan robot). Suatu publikasi yang baik dari definisi AI adalah
sebagai berikut: Kecerdasan / Inteligensia Buatan adalah perilaku oleh suatu mesin yang,
jika dilakukan oleh suatu manusia, akan disebut cerdas.
Suatu definisi yang menimbulkan pemikiran dikemukakan oleh Rich dan Knight
(1991, p1): “Artificial Intelligence is the study of how to make computers do things at
which, at the moment, people are better.”
Adapun beberapa perilaku atau kemampuan yang mengindikasikan kecerdasan
tersebut, yakni:
•
Belajar atau memahami dari pengalaman.
•
Membuat keputusan terhadap keputusan yang ambigu ataupun kontradiksi.
•
Merespon dengan cepat dan sukeses terhadap situasi yang baru (respon yang
berbeda, fleksibilitas).
6
7
•
Menggunakan pertimbangan dalam memecahkan masalah dan mengarahkan
secara efektif.
•
Berhadapan dengan situasi yang membingungkan.
•
Memahami dan mengambil kesimpulan yang masuk akal.
•
Penerapan pengetahuan untuk menggerakkan lingkungan.
•
Berpikir dan mempertimbangkan.
•
Mengenali kepentingan relatif dari setiap unsur-unsur yang berbeda dalam
suatu situasi.
Walaupun tujuan akhir AI adalah untuk membangun mesin yang meniru
kecerdasan manusia, kemampuan produk komersial AI yang ada sekarang masih jauh
dari memperlihatkan beberapa kesuksesan signifikan. Meskipun demikian, program AI
berkembang secara terus-menerus, dan mereka meningkatkan produktivitas dan kualitas
dengan otomatisasi beberapa tugas yang memerlukan kecerdasan manusia.
2.1.2
Evolusi Artificial Intelligence
Mulai masuk tahun 1990-an, perkembangan AI sudah mulai menurun
popularitasnya di kalangan para ahli dibandingkan dengan perkembangan Neural
Network sendiri.
AI yang pada mulanya dianggap suatu bidang keilmuan yang mencoba
memodelkan cara berpikir manusia, tidak lain banyak didominasi oleh teori-teori logis
yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan cara manusia berpikir. Metode-metode
8
yang berkembang pada bidang AI bukanlah bertumpu pada konsep pembelajaran
(learning) yang merupakan dasar teori manusia dapat berpikir.
Sebagai contoh adalah Sistem Pakar / Expert System (ES). ES pada dasarnya
bukan merupakan cara manusia berpikir, tapi lebih mengarah kepada gabungan antara
teori tree dengan teori probabilistik untuk menyelesaikan permasalahan pengambilan
keputusan. Terlalu berlebihan jika beranggapan bahwa ES terilhami oleh cara manusia
berpikir, apalagi cara seorang pakar (expert) berpikir, seperti yang tercantum pada teori
tersebut. Seorang pakar teori pembelajaran (learning theory) dari MIT, Oliver G.
Selfridge, sempat berkomentar, "If an expert system - brilliantly designed, engineered
and implemented - cannot learn not to repeat its mistakes, it is not as intelligent as a
worm or a sea anemone or a kitten." (The Gardens of Learning). Namun ini bukan
berarti ES itu metode yang kurang baik. Akan tetapi dikatakan bahwa ES bukanlah teori
yang dibangun dari cara manusia berpikir.
Seperti yang diketahui bahwa ES mulai dikembangkan pada tahun 1960 oleh
komunitas AI. Teori ini sangat ampuh dalam menyelesaikan permasalahan pengambilan
keputusan melalui pendekatan rule-based reasoning dan case-based reasoning.
Selama ini, metode-metode di AI banyak berhasil menyelesaikan permasalahpermasalahan yang kompleks dimana manusia sendiri merasa kesulitan untuk
memecahkannya. AI banyak memberikan dasar-dasar logis dalam menyelesaikan
berbagai masalah komputasi. AI bahkan merupakan pintu gerbang yang harus dimasuki
untuk mengenal lebih jauh tentang berbagai disiplin ilmu pada computer science.
9
2.1.3
Kecerdasan Buatan dan Kecerdasan Alami
Nilai potensial dari kecerdasan buatan dapat lebih dimengerti jika dibandingkan
dengan kecerdasan alami (kecerdasan yang dimiliki oleh manusia). Dibandingkan
dengan kecerdasan alami, kecerdasan buatan memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
1. Kecerdasan buatan lebih bersifat permanen.
Kecerdasan alami akan lebih cepat mengalami perubahan. Hal ini
dimungkinkan karena sifat manusia yang mudah lupa. Kecerdasan buatan
tidak akan berubah sepanjang sistem komputer dan program tidak
mengubahnya.
2. Kecerdasan buatan lebih mudah diduplikasi dan disebarkan.
Mentransfer pengetahuan manusia dari satu orang ke orang lain
membutuhkan proses yang sangat lama dan juga keahlian itu tidak akan
pernah dapat diduplikasi dengan lengkap. Oleh karena itu, jika pengetahuan
terletak pada suatu sistem komputer, pengetahuan tersebut dapat disalin dari
komputer tersebut dan dapat dipindahkan dengan mudah ke komputer yang
lain.
3. Kecerdasan buatan lebih murah dibandingkan dengan kecerdasan alami.
Menyediakan layanan komputer akan lebih mudah dan lebih murah
dibandingkan dengan harus mendatangkan seseorang untuk mengerjakan
sejumlah pekerjaan dalam jangka waktu yang sangat lama.
4. Kecerdasan buatan lebih bersifat konsisten.
Hal ini disebabkan karena kecerdasan buatan adalah bagian dari
teknologi komputer. Sedangkan kecerdasan alami akan senantiasa berubahubah.
10
5. Kecerdasan buatan dapat didokumentasi.
Keputusan yang dibuat oleh komputer dapat didokumentasi dengan
mudah dengan cara melacak setiap aktivitas dari sistem tersebut. Kecerdasan
alami sangat sulit untuk direproduksi.
6. Kecerdasan buatan dapat mengerjakan pekerjaan lebih cepat dibanding
dengan kecerdasan alami.
7. Kecerdasan buatan dapat mengerjakan pekerjaan lebih baik dibanding
dengan kecerdasan alami.
Sedangkan keuntungan kecerdasan alamiah dibanding kecerdasan buatan adalah
sebagai berikut:
1. Bersifat lebih kreatif.
Kemampuan untuk menambah ataupun memenuhi pengetahuan itu
sangat melekat pada jiwa manusia. Pada kecerdasan buatan, untuk menambah
pengetahuan harus dilakukan melalui sistem yang dibangun.
2. Kecerdasan alami memungkinkan orang untuk menggunakan pengalaman
secara langsung.
Sedangkan kecerdasan buatan harus mendapatkan masukan berupa
simbol dan representasi.
3. Pemikiran manusia dapat digunakan secara luas, sedangkan kecerdasan
buatan sangat terbatas.
Keuntungan kecerdasan alami dibandingkan AI memperlihatkan
banyaknya keterbatasan mempergunakan teknologi AI. Bagaimanapun,
11
dalam banyak kasus teknologi AI menyediakan kemajuan signifikan dalam
produktivitas dan kualitas.
2.1.4
Kecerdasan Buatan dan Komputasi Konvensional
Pada awal diciptakan, komputer hanya diperuntukkan sebagai alat hitung
(komputasi konvensional). Adapun data yang diproses oleh komputer konvensional
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Proses Komputasi Konvensional
Proses
Tugas
Kalkulasi
Mengerjakan operasi-operasi matematis seperti:
+, -, x, :, atau mencari akar persamaan,
menyelesaikan rumus/persamaan.
Logika
Mengerjakan operasi logika seperti and, or,
invert.
Penyimpanan
Menyimpan data dan gambar pada file.
Retrieve
Mengakses data yang disimpan pada file.
Translate
Mengkonversi data dari satu bentuk ke bentuk
yang lain.
Sort
Memeriksa data dan menampilkan dalam urutan
yang diinginkan.
Edit
Melakukan
perubahan,
penambahan
penghapusan pada data.
Monitor
Mengamati event eksternal dan internal serta
melakukan
tindakan
jika
kondisi
tertentu
tercapai.
Kontrol
Memberikan
peralatan luar.
perintah
atau
mengendalikan
12
Ada beberapa perbedaan antara komputasi yang dilakukan pada kecerdasan
buatan dengan komputasi konvensional tersebut. Perbedaan komputasi kecerdasan
buatan dengan komputasi konvensional terlihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Perbedaan Kecerdasan Buatan dan Pemrograman Konvensional
(Sumber: Kusumadewi, Sri, 2003)
Dimensi
Kecerdasan Buatan
Pemrograman
Konvensional
Pemrosesan
Mengandung konsep –
Algoritmik
konsep simbolik
Sifat Input
Bisa tidak lengkap
Harus lengkap
Pencarian
Kebanyakan bersifat
Biasanya didasarkan pada
heuristik
algoritma
Keterangan
Disediakan
Biasanya tidak disediakan
Fokus
Pengetahuan
Data dan informasi
Struktur
Kontrol dipisahkan dari
Kontrol terintegrasi dengan
pengetahuan
data
Sifat Output
Kuantitatif
Kualitatif
Pemeliharaan dan Update
Relatif murah
Sulit
Kemampuan menalar
Ya
Tidak
2.2
Logika Fuzzy / Fuzzy Logic
Fuzzy adalah metode alternatif untuk mengenali suatu subset / keanggotaaan
suatu objek dan telah digunakan sebagai salah satu cabang dari artificial intelligence
(Bart Kosko, 1992). Logika fuzzy adalah suatu permodelan yang menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti menjadi suatu bentuk matematika. Hal ini berkaitan dengan
fleksibilitas untuk mengikuti pola pikir manusia. Sebagai contoh :
13
1. Manajer pergudangan mengatakan pada manajer produksi seberapa banyak
persediaan barang pada akhir minggu ini, kemudian manajer produksi akan
menetapkan jumlah barang yang harus diproduksi esok hari.
2. Pelayan restoran memberikan pelayanan terhadap tamu, kemudian tamu akan
memberikan tips yang sesuai atas baik tidaknya pelayanan yang diberikan.
3. Anda mengatakan pada saya seberapa sejuk ruangan yang anda inginkan,
saya akan mengatur putaran kipas yang ada pada ruangan ini.
4. Penumpang taksi berkata kepada sopir taksi seberapa cepat laju kendaraan
yang diinginkan, sopir taksi akan mengatur pijakan gas taksinya.
Ada beberapa alasan mengapa orang menggunakan logika fuzzy, antara lain :
1. Konsep logika fuzzy mudah dimengerti. Konsep matematis yang mendasari
penalaran fuzzy sangat sederhana dan mudah dimengerti.
2. Logika fuzzy sangat fleksibel
3. Logika fuzzy memiliki toleransi terhadap data-data yang tidak tepat.
4. Logika fuzzy mampu memodelkan fungsi-fungsi non-linear yang sangat
kompleks
5. Logika fuzzy dapat membangun dan mengaplikasikan pengalamanpemgalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses
pelatihan.
6. Logika fuzzy dapat bekerja sama dengan teknik-teknik kendali secara
konvensional.
7. Logika fuzzy didasarkan pada bahasa alami.
14
2.3
Neural Network
2.3.1
Definisi Neural Network (NN)
Menurut Haykin (1999, p2), Neural Network (NN) adalah sejumlah elemen
pemroses yang terdistribusi secara paralel dan memiliki kecenderungan alamiah untuk
menyimpan pengalaman pengetahuan dan menggunakannya dalam pembelajaran.
Menurut Fausett (1994, p3), Neural Network adalah sebuah sistem pengolahan
informasi yang memiliki karakteristik serupa dengan jaringan syaraf biologis. Neural
Network mengandung sejumlah neuron (elemen pemroses) yang terhubung ke neuron
lainnya dengan bobot (weight) tertentu yang merepresentasikan informasi untuk
digunakan oleh Neural Network dalam menyelesaikan sebuah masalah.
Dari pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Neural Network
adalah model sistem komputasi yang bekerja seperti sistem syaraf biologis pada otak
manusia, yang terdiri dari node-node pemroses yang saling terhubung, dimana di
dalamnya masing-masing node melakukan komputasi secara paralel dan hasilnya
dikirim ke node-node berikutnya untuk diproses sampai akhirnya menghasilkan output
dari jaringan tersebut.
2.3.2
Elemen Pemroses
Kinerja dari Neural Network ditentukan oleh kombinasi dari karakteristik elemen
pemroses (processing element) dan fungsi aktivasinya, topologi (pola hubungan antar
neuron) dan aturan pembelajaran (metode pembentukan bobot koneksi). Elemen
pemroses individu yang menyusun sebagian besar model Neural Network disebut
dengan artificial neuron, unit, node, atau neuron. Artificial neuron dirancang
berdasarkan sifat-sifat (karakteristik) biologikal neuron, yang menerima input dari
15
lingkungan (external sources) dan menggunakannya untuk menghitung sinyal keluaran
yang disebarkan dari unit lainnya, seperti pada Gambar 2.1.
x1
x2
...
xn
θj
w1j
w2j
Σ
w nj
n
y_inj
y _ inj = ∑ wijxi + θj
i =1
f( y_inj)
yj
yj = f(y_inj)
Gambar 2.1 Elemen Pemroses
Dalam Neural Network, ada tiga jenis unit:
1. Input unit, yang menerima data dari luar jaringan.
2. Output unit, yang mengirim data ke luar jaringan.
3. Hidden unit, yang menampung sinyal input dan output dalam jaringan.
Setiap unit j memiliki satu atau lebih input x1, x2, x3, ... xn, tapi hanya satu output yj.
Input sebuah unit adalah data dari luar jaringan atau output dari unit lainnya, atau output
unit itu sendiri.
Setiap input (xi) pada unit ke-i akan dikalikan (operasi perkalian) dengan suatu
nilai weight (wi) tertentu. Weight merupakan suatu nilai atau parameter yang dapat
diubah dan diasosiasikan dengan suatu koneksi antar unit dalam jaringan. Semua hasil
tersebut dijumlahkan dan menghasilkan nilai tunggal yang disebut net input dengan
rumus sebagai berikut:
16
n
y _ inj = ∑ wijxi + θj
i =1
(2-1)
dimana:
2.3.3
i
: indeks input pada unit ke-i
xi
: masukan (input) untuk unit ke-i
n
: jumlah hubungan (koneksi) ke unit tersebut
wij
: bobot (weight) untuk unit ke-j, yang terhubungan dengan input ke-i
θ
: unit bias
y_inj
: net input
Fungsi Aktivasi
Fungsi aktivasi merupakan fungsi yang menentukan level aktivasi, yaitu keadaan
internal sebuah neuron dalam jaringan (Fausett, 1994, p3). Keluaran aktivasi ini
biasanya dikirim sebagai sinyal ke beberapa neuron lainnya. Perlu diketahui bahwa
sebuah neuron hanya dapat mengirim sinyal satu kali dalam satu waktu, walaupun sinyal
tersebut dapat dikirim sekaligus ke beberapa neuron lainnya. Kebanyakan unit dalam
Neural Network mentransformasi net input dengan menggunakan fungsi aktivasi
sehingga menghasilkan sebuah nilai output.
Beberapa fungsi aktivasi yang paling umum digunakan (Fausett, 1994, p17)
adalah:
1. Fungsi Identitas
Untuk input unit yang berhubungan dengan input dari sistem secara
keseluruhan, fungsi aktivasinya adalah fungsi identitas, dengan persamaan:
f(x) = x, untuk semua x
(2-2)
17
Biasanya sebuah konstanta dikalikan dengan net input untuk membentuk
sebuah fungsi linear. Fungsi ini biasanya digunakan pada neuron-neuron
lapisan input dari sistem. Artinya aktivasi dari neuron-neuron output
biasanya sama dengan input-nya sendiri, seperti pada Gambar 2.2.
f (x)
1
-1
0
1
x
-1
Gambar 2.2 Fungsi Identitas
2. Fungsi Tangga Biner (Binary step function)
Fungsi Tangga Biner sering disebut threshold function atau Heaviside
function. Output dari fungsi ini dibatasi pada satu dari dua nilai, dengan
persamaan:
⎧1 , jika ( x ≥ θ )
f ( x) = ⎨
⎩0 , jika ( x < θ )
(2-3)
dimana θ adalah suatu nilai threshold.
Fungsi seperti ini sering digunakan dalam single layer network, untuk
mengubah input yang berupa variabel kontinu menjadi output bernilai input 0
atau 1, yang jika digambarkan seperti pada Gambar 2.3.
18
f (x)
1
x
-1
0
1
2
3
Gambar 2.3 Fungsi Tangga Biner
3. Fungsi Sigmoid
Fungsi-fungsi yang disebut sebagai fungsi sigmoid mencakup fungsifungsi yang berbentuk kurva S. Sebagai contoh adalah fungsi logistik. Fungsi
sigmoid memiliki kelebihan dalam melatih Neural Network menggunakan
algoritma propagasi balik (Backpropagation) karena hubungan yang
sederhana antara nilai fungsi pada suatu titik dengan nilai turunannya,
sehingga mengurangi beban komputasi selama pembelajaran. Persamaan
fungsi sigmoid adalah sebagai berikut:
f ( x) =
1
1 + e−x
(2-4)
Fungsi ini khususnya digunakan sebagai fungsi aktivasi untuk Neural
Network dimana nilai keluarannya terletak pada interval antara 0 dan 1, jika
digambarkan dalam grafik seperti pada Gambar 2.4.
f (x)
1
x
-6
-4
-2
0
2
4
Gambar 2.4 Fungsi Sigmoid
6
19
4. Fungsi Sigmoid Bipolar
Fungsi ini memiliki sifat yang sama dengan fungsi sigmoid, dengan
persamaan:
g ( x) =
1 − e− x
1 + e−x
(2-5)
Perbedaannya, fungsi ini diterapkan dengan baik untuk aplikasi yang
menginginkan nilai keluaran dengan interval antara -1 dan 1, seperti pada
Gambar 2.5.
f(x)
1
-6
-4
-2
0
2
4
6
x
-1
Gambar 2.5 Fungsi Sigmoid Bipolar
Fungsi aktivasi untuk hidden unit diperlukan untuk memasukkan non-linearity
kedalam jaringan, sebab gabungan dari beberapa fungsi linear pada input node tetap
menghasilkan fungsi linear. Bagaimanapun, kemampuan untuk merepresentasikan
fungsi-fungsi nonlinear adalah kelebihan dari multi-layer network. Hampir semua fungsi
nonlinear dapat digunakan, meskipun untuk pembelajaran backpropagation fungsi harus
dapat diturunkan dan lebih menolong jika fungsi dibatasi. Fungsi sigmoid adalah pilihan
yang paling umum.
Untuk output unit, pemilihan fungsi aktivasi harus disesuaikan dengan distribusi
dari nilai ouput yang diharapkan. Terlihat bahwa untuk output biner, fungsi sigmoid
20
adalah pilihan yang baik sekali. Untuk nilai target yang kontinu dengan batasan interval,
fungsi sigmoid tetap berguna, jika nilai output aktual atau output target diskalakan ke
dalam interval dari fungsi aktivasi untuk output unit. Namun jika nilai target tidak
diketahui batasan intervalnya, sebaiknya menggunakan fungsi aktivasi yang tidak
dibatasi, misalnya fungsi identitas. Jika nilai yang diharapkan bernilai positif tetapi tidak
diketahui batas atasnya, fungsi eksponensial dapat digunakan.
2.3.4
Topologi Neural Network
Topologi atau pola hubungan antar unit ditentukan dari jumlah layer, jumlah unit
dalam layer, dan struktur interkoneksi antar layer dalam Neural Network.
Topologi Neural Network dilihat dari jumlah layer dapat dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu:
1. Single Layer Network (SLN).
Dalam model ini, baik input maupun output diproses dalam layer
tersebut. Single Layer Network hanya dapat mengerjakan auto association.
2. Two Layer Network (TLN).
Layer pertama model ini digunakan sebagai input untuk memberikan
hasilnya ke layer berikutnya. Banyak model Neural Network yang
menggunakan sistem dua layer ini. Beberapa contoh antara lain propagasi
balik (Backpropagation), BAM, Boltzman machine, Fuzzy Associative
Memory dan Temporal Associative Memory.
3. Multi Layer Network (MLN).
Multi Layer Network terdiri dari dua atau lebih layer yaitu satu input
layer, beberapa hidden layer, dan satu output layer. Setiap layer memiliki
21
sejumlah elemen pemroses (neuron) yang terhubung dari layer satu ke layer
yang lain. Hal ini diperoleh dengan mengkombinasikan dua atau lebih model
Neural Network dengan cara membuat hubungan yang sesuai antara layer
dari satu sub jaringan dengan sub jaringan yang lain.
Suatu Neural Network dapat dibagi dua macam jika dilihat dari struktur
interkoneksi antar layer, yaitu:
1. Feedforward Network, yaitu suatu jaringan yang mempunyai bentuk umpan
maju (feedforward). Setiap layer dalam Feedforward Network melakukan
perhitungan kemudian mengirimkan hasilnya untuk digunakan sebagai input
pada layer berikutnya. Tidak ada penghubung umpan balik seperti pada
Recurrent Network. Struktur ini biasanya digunakan untuk pengenalan pola.
Contohnya
adalah
Feedforward
Network
model
propagasi
balik
(Backpropagation) yang dapat dilihat pada Gambar 2.6.
x0
bias
h0
x1
bias
y1
h1
x2
w(ji1)
hm
Hidden Layer
…
Input Layer
…
…
xl
y2
h2
wkj( 2 )
yn
Output Layer
Gambar 2.6 Feedforward Neural Network
2. Recurrent Networks, yaitu suatu jaringan yang mempunyai penghubung
umpan balik (feedback) dari output layer ke input layer. Contoh Recurrent
Networks dapat dilihat pada Gambar 2.7.
22
x0
x1
xl
Input Layer
h0
h1
hm
Hidden Layer
y0
y1
yn
Output Layer
Gambar 2.7 Recurrent Neural Network
2.4
Sistem Kardiovaskuler
Sistem Kardiovaskuler merupakan sistem peredaran darah manusia, yang
melibatkan organ jantung sebagai bagian terpenting dari sistem ini. Di mana jantung
bertugas untuk menyediakan oksigen untuk seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari
hasil metabolisme (karbondioksida).
2.4.1
Bagian-bagian Jantung
Jantung adalah otot berongga yang terletak di sebelah kiri dada manusia. Jantung
yang dilindungi oleh tulang rusuk ini memiliki 2 ruang, yaitu atrium dan ventrikel.
Masing-masing bagian tersebut berjumlah sepasang dan terletak di kanan dan kiri, yaitu
atrium kanan dan kiri di bagian atas serta ventrikel kanan dan kiri di bagian bawah.
Kedua atrium dipisahkan oleh pembuluh terbesar di dalam tubuh yaitu pembuluh aorta.
Di antara atrium kiri dan serambi kiri dipisahkan oleh katup berdaun tiga sedangkan
antara atrium kanan dan serambi kanan dipisahkan oleh katup berdaun dua.
23
Gambar 2.8 Jantung Tampak Depan
Gambar 2.9 Ruang dan Katup Jantung
24
2.4.2
Sistem Peredaran Darah Manusia
Ketika berdenyut, setiap ruang jantung berelaksasi / mengendur dan terisi darah
(diastole) dan kemudian berkontraksi / mengerut sehingga darah terpompa keluar dari
ruang jantung (sistole). Kedua atrium berelaksasi dan berkontraksi secara bersamaan,
begitupun dengan kedua ventrikel; mengendur dan berkontraksi secara bersamaan.
2.4.2.1 Sistem Peredaran Darah Kecil
Sistem peredaran darah kecil merupakan sistem peredaran darah dari jantung ke
paru-paru dan sebaliknya. Darah yang telah kehabisan oksigen dan terisi oleh
karbondioksida dari seluruh tubuh akan mengalir melalui dua vena berbesar (vena kava)
menuju ke dalam atrium kanan. Tepatnya yaitu vena kardiak mengalirkan darah ke
dalam sinurskoroner, yang akan mengembalikan darah ke dalam atrium kanan. Setelah
atrium kanan terisi penuh, darah akan didorong menuju ventrikel kanan kemudian darah
dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis,
menuju ke paru-paru.untuk dihembuskan keluar tubuh manusia.
Sedangkan oksigen yang berada di kantong-kantong udara paru-paru akan
mengalir ke jantung, tepatnya dengan melalui vena pulmonalis menuju ke atrium kiri.
Sistem peredaran darah ini juga sering dikenal dengan istilah sirkulasi pulmoner.
2.4.2.2 Sistem Peredaran Darah Besar
Sistem peredaran darah besar merupakan sistem peredaran darah dari jantung ke
seluruh tubuh dan sebaliknya. Darah di atrium kiri akan didorong ke dalam ventrikel
kiri, yang selanjutnya akan memompa darah yang kaya akan oksigen ini melewati katup
aorta masuk ke dalam aorta). Darah akan ke seluruh bagian tubuh, kecuali paru-paru,
25
melalui pembuluh arteri (arteri-kapiler) dan dari seluruh tubuh akan dikirim kembali ke
atrium kanan melalui pembuluh vena (kapiler-vena).
Pembuluh arteri berdinding lentur dan kuat, karena bertugas membawa darah
yang dipompa dari jantung ke seluruh tubuh (tekanan darah sangat tinggi). Sedangkan
pembuluh kapiler yang merupakan penghubung antara pembuluh arteri dan pembuluh
vena berdinding halus dan sangat tipis agar memungkinkan oksigen dan zat makanan
berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah
dari jaringan ke dalam darah. Dan pembuluh vena yang sering disebut sebagai pembuluh
balik memiliki dinding yang lebih tipis dari pembuluh arteri, tetapi diameternya lebih
besar dibandingkan pembuluh arteri; sehingga vena mengangkut darah dalam volume
yang sama tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah. Sirkulasi darah ini juga dikenal
dengan istilah sirkulasi koroner.
Gambar 2.10 Pembuluh Arteri Jantung
26
2.5
Aliran Listrik dalam Tubuh Manusia
Seringkali beberapa orang mengeluh karena merasa seakan-akan tersengat listrik
ketika bersentuhan dengan orang-orang di sekelilingnya. Hal sederhana ini menunjukkan
bahwa adanya kaitan antara arus listrik dengan tubuh manusia. Beberapa kejadian telah
diteliti sejak dahulu untuk mengetahui keterkaitan tersebut. Seperti yang tertera dalam
laporan tahunan perkumpulan medis di London tahun 1774. Di dalam laporan, tersebut
terdapat laporan mengenai kembalinya kesadaran seorang gadis cilik dari kondisi koma
yang dialaminya dengan menggunakan terapi listrik kejut. Dan hal ini pula, yang
membuat semakin bartambah banyaknya jumlah orang yang tertarik untuk meneliti
hubungan antara arus listrik dengan tubuh manusia.
Sesungguhnya, yang terjadi adalah ketika jantung berdenyut dan menghasilkan
ritme/detak jantung, jantung akan berdepolarisasi (bagian atrium jantung mengisi darah
ke bagian ventrikel). Saat membran sel di jantung berdepolarisasi, kuat arus listrik
mengalir dan terjadi perubahan tegangan listrik, yang menimbulkan perbedaan potensial
listrik di tubuh manusia. Oleh karena itu, manusia dapat diumpamakan seperti sebuah
kantung air asin (tetapi bukan sebagai penghantar listrik yang baik), di mana perubahan
potensial listrik terjadi di seluruh bagian tubuh. Dan apabila terjadi perubahan potensial
listrik yang menyebabkan potensial listrik seseorang berbeda dengan potensial listrik
dengan orang di sekitarnya, maka ia akan merasa adanya sengatan listrik ketika
bersentuhan.
Sistem beritme ini sangatlah rentan. Suatu perubahan kecil dapat menunjukkan
adanya kerusakan atau penyakit jantung. Suatu kondisi fatal dapat terjadi apabila ritme
tidak beraturan atau kondisi kontraksi tidak sesuai dan peredaran darah yang tidak
27
efektif. Jika terjadi perkembangan yang lebih jauh, maka kematian dapat menjadi
akibatnya.
2.6
ECG/EKG (Electrocardiogram)
Penemuan alat elektrokardiogram diawali dengan penemuan alat galvanometer
sebagai alat pengukur listrik, yang awalnya digunakan dalam pembuktian adanya listrik
yang mengalir di dalam tubuh makhluk hidup; melalui percobaan yang dilakukan
dengan menggunakan seekor katak (Luigi Galvani, Italia, 1786). Penemuan ini
disempurnakan oleh seorang psikologi Jerman, Emil Du bois-Reymond, dengan
menciptakan sebuah galvanometer sensitif dengan menggunakan notasi yang disebut
sebagai ‘disturbance curve’ dengan ‘o’ sebagai titik keseimbangan dan p, q, r, s, k, dan h
sebagai titik-titik penyimpangan. Dalam percobaannya juga diketahui bahwa otot yang
diam memiliki energi potensial listrik dan energi tersebut akan menghilang saat terjadi
kontraksi otot.
Galvanometer sensitive tersebut disatukan dengan mesin telegraf oleh William
Thomson (1867) dan dipergunakan pertama kali oleh seorang ahli bedah di Belanda, Mr.
Green, dalam pembedahan menggunakan klorofom (1872). Pertama kalinya laporan
hipotesis dengan menggunakan EEG (electroencephalogram; pengukuran beda potensial
listrik di tubuh manusia berdasarkan listrik yang mengalir di sekitar otak manusia)
dikeluarkan oleh John Hughlings Jackson. Istilah ECG diperkenalkan pertama kali oleh
Willem Einhoten pada tahun 1893 dengan menggunakan basis penelitian tentang P, Q,
R, S, T berdasarkan aliran listrik dari jantung yang dikemukakan oleh John Burden
Sanderson and Frederick Page (1878).
28
2.6.1
Pengukuran Potensial Listrik Jantung dengan EKG
Ada beberapa sel pemicu denyut jantung yang secara spontan dapat merubah
potensial listrik jantung. Potensial listrik tersebut merangsang listrik tersebar melalui sel
disebelahnya, sehingga dapat tercatat oleh elektrokardiograf (EKG). Ketika sel tersebut
menuju keadaan depolarisasi atau repolarisasi maka perbedaan muatan sel yang
menimbulkan perbedaan potensial akan terjadi. Perbedaan muatan dalam jantung ini
sangatlah kecil dan tidak melebihi beberapa milivolt. Perbedaan muatan yang terjadi saat
keadaan depolarisasi inilah yang tercatat dalam EKG.
2.6.2
Gelombang dan Interval EKG
Gelombang EKG, diwakilkan dengan huruf P, Q, R, S, T, dan U. Penamaan
gelombang (garis-garis penyimpangan) tersebut didasarkan pada penamaan yang
dilakukan oleh Du bois-Reymond yang mengambil huruf ‘o’ dari kata Origin (garis X)
dalam diagram kartesius sebagai garis ekulibrium atau garis keseimbangan pada aliran
listrik. Sehingga untuk menamakan penyimpangan dipilihlah huruf setelah huruf ‘o’
yaitu huruf ‘p’ dan seterusnya. Sedangkan Einthoven menggunakan garis ‘o’ atau garis
X ini sebagai garis waktu dari diagramnya. Berikut adalah fungsi dari masing-masing
gelombang:
•
Gelombang P, menggambarkan aktivitas listrik yang terjadi ketika atrium
mulai berdepolarisasi.
•
Gelombang QRS-complex, menggambarkan aktivitas listrik yang terjadi
ketika ventrikel terdepolarisasi. Pada umumnya kedua ventrikel (kanan dan
kiri) teraktivisasi secara simultan.
29
•
Gelombang ST-T, menggambarkan aktivitas listrik yang terjadi ketika
ventrikel ber-repolarisasi (pemompaan darah keluar dari ventrikel).
•
Gelombang U, sesungguhnya pengertian untuk gelombang ini belum
diperjelas, tetapi selama ini dianggap bahwa gelombang ini menggambarkan
aktivitas listrik yang terjadi ketika ventrikel selesai terdepolarisasi.
Istilah-istilah gelombang yang ada juga diiringi dengan istilah-istilah interval yang
menggambarkan waktu yang dibutuhkan dalam membentuk gelombang-gelombang
tersebut, yaitu:
•
Interval PR, interval waktu yang dibutuhkan dari mulai terjadinya
depolarisasi oleh atrium hingga ventrikel mulai terdepolarisasi. Tepatnya
ketika jantung mulai berkontraksi (di mana SA-Node; sebuah sel syaraf yang
berada di dinding atrium kanan; mulai melepaskan potensial listrik yang
mempengaruhi sel sekelilingnya sehingga berkontraksi dan menyebar ke
seluruh atrium).
•
Durasi QRS, menggambarkan interval waktu pendepolarisasian ventrikel.
•
Interval Q-T, menggambarkan interval waktu pendepolarisasian hingga
repolarisasi ventrikel.
•
Interval RR, menggambarkan interval waktu aktivitas ventrikel (indikator
untuk mengukur kecepatan pergerakan ventrikel).
•
Interval PP, menggambarkan interval waktu aktivitas atrium (indikator untuk
mengukur kecepatan pergerakan atrium).
30
Gambar 2.11 Gelombang dan Interval EKG
(Sumber: http://library.med.utah.edu/kw/ecg/index.html)
2.6.3
12 Leads Standard EKG
12 Leads Standard EKG adalah representasi dari aktivitas aliran listrik jantung
yang diukur dari permukaan tubuh dengan menggunakan elektroda. Kedua belas Leads
tersebut menyediakan informasi mengenai aktivitas aliran listrik jantung dari sudut
pandang yang berbeda; yang dibedakan berdasarkan tiga buah arah:
•
Kanan
Ù
Kiri
•
Superior
Ù
Inferior
•
Anterior
Ù
Posterior
31
Kedua belas leads mewakili area orientasi tertentu. Dalam leads ini dikenal tiga
istilah penting yaitu RA (Right Arm), LA (Left Arm), dan LF (Left Foot). Dan kedua
belas leads dibagi dan dikelompokkan menjadi:
1.
Bipolar Leads (frontal plane)
Bipolar leads merupakan jenis leads pertama yang ditemukan oleh
W.Einthoven. Bipolar leads juga dikenal dengan nama Standard Limb Leads.
Dalam Bipolar leads, sebuah pusat referensi diletakkan di salah satu sisi
sedangkan sebuah elektroda sensitif diletakkan di sisi lainnya. Bipolar leads
terdiri dari tiga buah leads:
ƒ
Lead I
:
RA(-) => LA(+); Right Left / lateral
ƒ
Lead II
:
RA(-) => LF(+); Superior Inferior
ƒ
Lead III
:
LA(-) => LF(+); Superior Inferior
Gambar 2.12 Bipolar Leads
32
2. Unipolar Limb Leads (frontal plane)
Dalam unipolar leads, beberapa leads digabungkan menjadi sebuah pusat
referensi dan dihubungkan dengan sebuah elektroda sensitif di sisi
lainnya.Unipolar terdiri dari tiga buah leads:
ƒ
Lead aVR
: RA(+) => [LA & LF](-); Rightward
ƒ
Lead aVL
: LA(+) => [LF & RA](-); Leftward
ƒ
Lead aVF
: LF(+) => [LA & RA](-); Inferior
Leads ini diciptakan oleh Dr. Emanuel Goldberger, sehingga seringkali
disebut juga sebagai Goldberger leads.
Gambar 2.13 Unipolar Limb Leads
3. Unipolar Chest Leads (horizontal plane)
Unipolar chest leads juga dikenal dengan sebutan V leads. V leads terdiri dari
V1 hingga V6. Di mana V1 terletak di posisi paling kanan berada di area
yang berbeda dari area titik lainnya (inferior), V2 berada di posisi keempat
33
dari kiri, V4 merupakan bagian puncak yang terletak di garis tengah selangka
(mid-clavicular line), dan V3 berada di antara keduanya. Sedangkan V5
berada di tepi dari tulang rusuk dan berada di garis poros pertama (anterioraxillary line). Dan V6 terletak di tepi paling kiri dan berada di luar area rusuk
kiri serta berada pada garis tengah pertama (mid-axillary line). Selain V1
hingga V6 dalam unipolar chest leads juga dikenal istilah aVL, aVR, dan
aVF. aVF terletak di bagian yang menghadap ke arah LF. aVR terletak di
bagian sebelah kanan (60 derajat dari aVF) dan tentunya aVL terletak di
bagian sebelah kiri (30 derajat dari titik potong). Umumnya pusat referensi
sama dengan bipolar limb leads atau pada bagian ventrikel sebelah kiri.
Leads ini ditemukan oleh Dr. Frank N. Wilson
Gambar 2.14 Unipolar Chest Leads / V Leads
(Sumber: http://library.med.utah.edu/kw/ecg/index.html)
34
Gambar 2.15 Standard Leads
(Sumber: http://library.med.utah.edu/kw/ecg/index.html)
Lead-lead tersebut dikelompokkan menjadi:
ƒ
Lateral (bagian samping) :
aVL, V5, V6; leads I
ƒ
Inferior (bagian bawah)
aVF; leads II, III
ƒ
Anterior (bagian depan) :
:
V1-V4;
pada
bagian
ventrikel
sebelah kiri
Dari penempatan di atas maka akan diperoleh gambaran elektrokardiograf
seperti di berikut ini:
35
Gambar 2.16 ECG Record
Standar pengukuran dengan Unipolar Leads digunakan untuk pemeriksaan lebih
lanjut, hanya apabila dokter merasa perlu diadakannya penelitian lanjut setelah adanya
analisa hasil perekaman dengan standar pengukuran Bipolar Leads.
2.6.4
Mengukur Axis dari Sebuah QRS
Axis merupakan hasil pengukuran rata-rata vektor (besaran yang memiliki arah
dan ukuran) dari pergerakan ventrikel secara frontal plane. Pengukuran ini bertujuan
untuk menginformasikan tentang perubahan yang terjadi di dalam jajaran pergerakan
ventrikel (contoh: left anterior fasicular block yang menandakan adanya keganjilan
dalam ukuran axis di ventrikel kiri (Laxis), dimana axis < -30, tepatnya di antara -45
sampai dengan -90) yang menandakan terjadinya hambatan dalam sistem peredaran
darah dari dan ke jantung (contoh: hipertensi / peyakit darah tinggi).
36
Gambar 2.17 Axis & Laxis
(Sumber: http://www.ecglibrary.com/ecghome.html)
2.6.5
Metode Interpretasi EKG
Metode Interpretasi EKG terdiri dari 5 metode, yaitu:
1. Pengukuran
Biasanya digunakan untuk ‘Frontal Plane Leads’. Hal-hal yang diukur
meliputi:
ƒ
Kecepatan pergerakan jantung (baik atrium maupun ventrikel).
ƒ
Interval PR.
ƒ
Durasi QRS (diambil dari durasi QRS yang paling sering
muncul).
ƒ
Interval QT.
ƒ
QRS axis.
2. Analisis Ritme
ƒ
Indentifikasi pola ritme jantung
ƒ
Indetifikasi pola ritme yang berbeda dari pola umum pada
kegiatan tertentu (contoh: berlari).
37
ƒ
Indentifikasi hubungan antara pola ritme dengan atrium, ventrikel,
dan AV junction.
3. Analisis konduksi
ƒ
Indentifikasi konduksi (perubahan potensial listik dalam jantung)
normal
pada
S-A
(Sino-Atrial),
AV
(Atrio-Ventricular),
IntraVentricular (IV) conduction.
Berikut adalah proses perubahan potensial listrik dalam jantung:
1. Pemancaran impuls listrik berawal dari S-A node ke seluruh
atrium jantung hingga ke AV node yang menimbulkan munculnya
gelombang P.
2. Setelah beberapa waktu di AV node, impuls akan berlanjut ke
cabang AV, cabang bundle dan jaringan Purkinje yang
menimbulkan munculnya gelombang QRS.
3. Kemudian otot jantung akan kembali ke keadaan di mana
ventrikel ber-repolarisasi yang menimbulkan gelombang T.
38
Gambar 2.18 Cardiac Conduction System
(Sumber: http://library.med.utah.edu/kw/ecg/index.html)
4. Deskripsi bentuk gelombang
Setelah menganalisis kedua belas leads maka dapat dilanjutkan dengan
analisis bentuk gelombang P, QRS-complex, segmen ST, gelombang T, dan
gelombang U [informasi tentang bentuk gelombang akan dibahas lebih lanjut
dalam karakteristik EKG normal].
5. Interpretasi EKG
Langkah ini merupakan langkah terakhir yang dapat memberikan konklusi
dari seluruh analisis yang telah dilakukan, yang menginterpretasikan apakah
suatu data EKG normal atau abnormal. Jika ditemukan hal yang diragukan
39
maka akan ditandai dengan garis pembatas. Dan semua keabnormalan lain
yang ditemui dibuat di dalam sebuah list. Contoh:
ƒ
Left anterior fasicular block (LAFB)
ƒ
Left ventricular hypertrophy (LVH)
ƒ
Keabnormalan gelombang ST-T yang belum terdefinisi
ƒ
Dst...
Gambar 2.19 LAFB-KH
6. Pembandingan dengan data EKG yang sudah ada
Data pasien dapat dibandingkan dengan data pasien yang sudah ada untuk
mempermudah analisa dan pembuatan keputusan yang tepat untuk
penanganan masalah pasien.
40
2.6.6
Karakteristik EKG Normal
Seluruh analisis yang dilakukan didasarkan pada karakteristik di bawah ini untuk
menentukan suatu EKG normal atau abnormal.
1. Pengukuran
ƒ
Kecepatan pergerakan jantung (Heart Rate): 60-90 bpm (denyut
per menit)
ƒ
Interval PR: 0.12-0.20 detik
ƒ
Durasi QRS: 0.06-0.10 detik
ƒ
Interval QT: QTc <= 0.40 detik; QTc= QT / RR
ƒ
QRS axis: Frontal plane QRS= +90 sampai dengan -30 (untuk
orang dewasa).
2. Ritme
Normal Sinus Rhythm: gelombang P harus menghadap ke atas (positif) pada
lead I dan II untuk ritme yang berasal dari SA node.
3. Konduksi
Normal SA, AV, dan Intraventicular (IV) conduction: Interval PR dan durasi
QRS harus sesuai dengan syarat di atas.
4. Deskripsi bentuk gelombang
ƒ
Gelombang P.
Durasi P < 0.12 detik.
Amplitudo P < 2.55 mm.
Frontal Plane wave axis: 0 sampai +75.
ƒ
QRS-Complex.
Durasi QRS <= 0.10 detik.
41
Amplitudo QRS tergantung dari:
o Ukuran Ventrikel, semakin besar ventrikel maka
semakin besar kuat arus listriknya.
o Jarak antar elektroda dengan ventrikel, semakin dekat
jaraknya maka semakin besar kuat arus listriknya.
ƒ
Frontal Plane Leads: +90 sampai dengan -30, inilah yang
menyebabkan posisi QRS menghadap ke atas (positif) pada lead I
dan II.
ƒ
Gelombang Q: durasi Q 0.04 detik, amplitude Q < 25% R sering
terlihat pada lead I dan aVL ketika axis bergerak ke kiri dari +60
dan pada lead II, III, dan aVF ketika axis bergerak ke kanan dari
+60, serta dapat terlihat pada V5 dan V6.
ƒ
Gelombang R: berawal dari V1 atau V2, mengalami perubahan
ukuran secara bertahap menuju V5, dan berakhir di V6 dengan
ukuran yang lebih kecil dari V5.
ƒ
Pada V3 atau V4 terjadi perubahan ukuran gelombang S dan R di
mana awalnya gelombang S>R menjadi R>S.
ƒ
Segmen ST dan gelombang T.
Segmen ST harus berbentuk cekung dan berupa kenaikan.
Gelombang T menghadap ke atas pada lead I, II, V3-6 dan
menghadap ke bawah pada aVR.
ƒ
Gelombang U.
Amplitudo U < 1/3 amplitudo T.
Arah U = arah T.
42
Contoh:
Gambar 2.20 EKG Normal
(direkam dari seorang pelajar keperawatan berumur 32 tahun)
(Sumber: http://www.cardioweb.co.uk/ecg/ecgpage79.asp)
Berikut adalah analisis dari EKG di atas:
Rate
: Di antara gelombang R terdapat 5 satuan luas persegi besar, maka
Rate = 300/5 = 60 bpm.
Ritme
: Gelombang R terlihat dalam interval yang teratur dan didahului oleh
gelombang P, maka Ritmenya tergolong sebagai Sinus Rhytm.
Axis
: Lead I dan II positif, maka dapat dipastikan EKG tersebut normal.
Gelombang P : Hampir semua gelombang P positif, kecuali pada aVR dan memiliki
bentuk yang normal.
Interval PR
: Terdapat 5 satuan luas persegi kecil (sempit) antara gelombang P dan
R, maka Interval PR = 0.04 * 5 = 0.2 ms.
43
Durasi QRS
: Durasinya kurang dari 0.12 detik (terdapat tiga satuan luas persegi
berukuran kecil).
Pola QRS
: Berdasarkan morfologinya (ilmu yang mempelajari tentang berbagai
bentuk) pola dia atas normal dan gelombang R mengalami perubahan
ukuran ketika melintasi lead dada.
Segmen ST
: Secara keseluruhan berupa garis isoelektrik (garis maya).
Interval QT
: Intervalnya
adalah
10.5
satuan
luas
persegi,
maka
interval
QT = 10.5 * 0.04 = 420 ms.
Interval QTc : Rate = 100 bpm, sehingga perhitungan interval QTnya sesuai dengan
persyaratan yaitu 420 ms (interval R-R = 0.6 s).
Gelombang T : Hampir seluruh gelombang T normal kecuali pada aVR.
Kesimpulan dari analisis di atas adalah terdapatnya sinus rhytm normal, axis normal,
PQRST normal, dan interval yang normal.
2.6.7
Analisis dan Indentifikasi Kelainan pada Jantung
Adanya visualisasi potensial listrik dengan menggunakan eletrokardiograf
memudahkan para ahli medis untuk melakukan analisa kelainan dan mendeteksi
penyakit pada jantung, yaitu:
1. Perikarditis.
2. Kerusakan Myocardiac.
3. Hipertrofi atrium atau ventrikel.
4. Gangguan jantung karena penyakit sistemik.
5. Gangguan irama jantung atau arryhythmias.
44
6. Pengaruh obat-obatan yang berpengaruh terhadap fungsi jantung.
Untuk dapat mengetahui penyakit jantung secara tepat maka diperlukan
pengalaman dan pengetahuan mengenai gejala penyakit jantung. Dalam skripsi ini hanya
mencakup pembahasan mengenai gangguan irama jantung (arrhythmias) pada Lead II
dalam Standard Leads.
2.6.7.1 Sinus Tachycardia
Ciri khusus sinus tachycardia adalah peningkatan rata-rata detak jantung pada
sinus node.
Karakteristik:
-
Rata-rata detak jantung per menit lebih dari 100, pola EKG normal.
-
Panjang kompleks QRS sempit, kurang dari 0,08 detik.
-
Tiap gelombang T diikuti gelombang P.
-
Gelombang P bernilai positif ditinjau dari lead 2.
-
Relasi sepasang antara gelombang P dan kompleks QRS.
-
Interval PR normal.
45
Contoh:
Gambar 2.21 EKG Tachycardia
(direkam dari seorang wanita berumur 65 tahun)
(Sumber: http://www.cardioweb.co.uk/ecg/ecgpage81.asp)
Analisis EKG di atas:
Rate
: Di antara gelombang R terdapat 3 satuan luas persegi besar, maka
Rate = 300/3 = 100 bpm.
Ritme
: Gelombang R terlihat dalam interval yang teratur dan didahului oleh
Gelombang P, maka Ritmenya tergolong sebagai Sinus Rhytm.
Axis
: Lead I dan II positif, maka dapat dipastikan EKG tersebut normal.
Gelombang P : Hampir semua gelombang P positif (dilihat dari lead II), kecuali pada
aVR dan memiliki bentuk yang normal.
Interval PR
: Terdapat 4 satuan luas persegi kecil antara gelombang P dan R, maka
Interval PR = 0.04 * 4 = 0.16 ms.
46
Durasi QRS
: Durasinya kurang dari 0.12 detik (terdapat tiga satuan luas persegi
berukuran kecil).
Pola QRS
: Berdasarkan morfologinya (ilmu yang mempelajari tentang berbagai
bentuk) pola di atas normal dan gelombang R mengalami perubahan
ukuran ketika melintasi lead dada.
Segmen ST
: Secara keseluruhan berupa garis isoelektrik (garis maya).
Interval QT
: Intervalnya
adalah
9
satuan
luas
persegi,
maka
interval
QT = 9 * 0.04 = 360 ms.
Interval QTc : Rate = 100 bpm, sehingga interval QT yang seharusnya adalah 465 ms
(interval R-R = 0.6 s).
Gelombang T : Hampir seluruh gelombang T normal kecuali pada aVR.
Kesimpulan dari analisis di atas adalah terdapatnya sinus rhytm normal, axis normal,
PQRST normal, tachycardia, dan interval normal dengan perpanjangan pada QTc.
Jika dilihat sekilas, tampak QRS yang lebih kompleks dan interval R-R yang
lebih pendek daripada QRS dan interval R-R pada EKG normal. Hubungan PQRS dan
ritme yang berada pada kisaran normal menunjukkan bahwa kondisi jantung di atas
termasuk dalam EKG normal dengan detak jantung yang lebih cepat dan dikenal dengan
istilah sinus tachycardia.
2.6.7.2 Sinus Bradycardia
Ciri khusus sinus bradycardia adalah penurunan rata-rata depolarisasi atrium
dengan melambatnya kerja sinus node.
47
Karakteristik:
-
Rata-rata detak jantung per menit kurang dari 60.
-
Pola EKG konsisten dan normal.
-
Panjang kompleks QRS sempit, kurang dari 0,08 detik.
-
Tiap gelombang T diikuti gelombang P.
-
Gelombang P bernilai positif ditinjau dari lead 2.
-
Relasi sepasang antara gelombang P dan kompleks QRS.
-
Interval PR normal.
Contoh:
Gambar 2.22 EKG Sinus Bradycardia
(direkam dari seorang pria berumur 45 tahun)
(Sumber: http://www.cardioweb.co.uk/ecg/ecgpage82.asp)
48
Analisis EKG tersebut:
Rate
: Di antara gelombang R terdapat 7 satuan luas persegi besar, maka
Rate = 300/7 = 40 bpm.
Ritme
: Gelombang R terlihat dalam interval yang teratur dan didahului oleh
Gelombang P, maka Ritmenya tergolong sebagai Sinus Rhytm.
Axis
: Lead I positif dan lead II negatif, terjadi karena penurunan dari axis
kiri.
Gelombang P : Hampir semua gelombang P positif, kecuali pada aVR dan memiliki
bentuk yang normal.
Interval PR
: Terdapat 4 satuan luas persegi kecil (sempit) antara gelombang P dan
R, maka Interval PR = 0.04 * 4 = 0.16 ms.
Durasi QRS
: Durasinya kurang dari 0.12 detik (terdapat tiga satuan luas persegi
berukuran kecil).
Pola QRS
: Berdasarkan morfologinya (ilmu yang mempelajari tentang berbagai
bentuk) pola dia atas normal dan gelombang R mengalami perubahan
ukuran ketika melintasi lead dada.
Segmen ST
: Secara keseluruhan berupa garis isoelektrik (garis maya).
Interval QT
: Intervalnya
adalah
13
satuan
luas
persegi,
maka
interval
QT = 13 * 0.04 = 520 ms.
Interval QTc : Rate = 40 bpm, sehingga interval QT yang seharusnya adalah 424 ms
(interval R-R = 1.5 s).
Gelombang T : Hampir seluruh gelombang T normal kecuali pada aVR.
49
Kesimpulan dari analisis di atas adalah terdapatnya sinus rhytm normal, penurunan pada
axis kiri, PQRST normal, bradycardia, dan dengan interval normal.
Jika dilihat sekilas QRSnya jauh lebih sederhana dibandingkan EKG normal,
walaupun demikian diketahui terdapatnya hubungan P-QRS yang berada pada kisaran
normal sehingga masih tergolong sebagai sinus dan dinamakan sebagai sinus
bradycardia.
2.6.7.3 Sinus Arrhythmia
Sinus arrythmia dicirikan oleh fluktuasi rata-rata detak jantung.
Karakteristik :
-
Rata-rata detak jantung bervariasi tiap satuan waktu.
-
Pola EKG abnormal.
-
Panjang kompleks QRS sempit, kurang dari 0,08 detik.
-
Tiap gelombang T diikuti gelombang P.
-
Gelombang P bernilai positif ditinjau dari Lead 2.
-
Relasi sepasang antara gelombang P dan kompleks QRS.
-
Interval PR normal.
50
Contoh:
Gambar 2.23 EKG Sinus Arrhythmia
(direkam dari seorang pelajar keperawatan berumur 28 tahun)
(Sumber: http://www.cardioweb.co.uk/index.asp)
Analisis EKG di atas:
Rate
: Di antara gelombang R terdapat 3.5 satuan luas persegi besar,
berdasarkan rata-rata dari detak jantung yang bervariasi, maka
Rate = 300/3.5 = 85 bpm.
Ritme
: Gelombang R terlihat dalam interval yang tidak teratur, tetapi tetap
didahului oleh gelombang P; dikenal dengan istilah sinus arrhythmia.
Axis
: Lead I dan II positif, maka dapat dipastikan axis tersebut normal.
Gelombang P : Hampir semua gelombang P positif, kecuali pada aVR dan memiliki
bentuk yang normal.
Interval PR
: Terdapat 4.5 satuan luas persegi kecil (sempit) antara gelombang P dan
R, maka Interval PR = 0.04 * 4.5 = 0.18 ms.
51
Durasi QRS
: Durasinya kurang dari 0.12 detik (terdapat tiga satuan luas persegi
berukuran kecil).
Pola QRS
: Berdasarkan morfologinya (ilmu yang mempelajari tentang berbagai
bentuk) pola dia atas normal dan gelombang R mengalami perubahan
ukuran ketika melintasi lead dada.
Segmen ST
: Secara keseluruhan berupa garis isoelektrik (garis maya).
Interval QT
: Intervalnya
adalah
10
satuan
luas
persegi,
maka
interval
QT = 10 * 0.04 = 400 ms.
Interval QTc : Rate = 85 bpm, sehingga interval QT yang seharusnya adalah 476ms
(interval R-R = 0.7s).
Gelombang T : Hampir seluruh gelombang T normal kecuali pada aVR.
Kesimpulan dari analisis di atas adalah terdapatnya sinus arrhytmia, axis normal,
dan interval normal dengan perpanjangan pada QTc.
Jika dilihat sekilas, nampak pergerakan yang tidak teratur dalam interval R-R,
tetapi setelah melalui analisis diketahui bahwa EKG di atas masih termasuk dalam
kategori sinus yaitu sinus arrhythmia. Perbedaan yang terjadi pada interval R-R hanya
karena efek dari pernafasan.
2.6.7.4 Premature Atrial Complexes (PAC)
Karakteristik :
-
Irama jantung tidak teratur.
-
Ada gelombang P’ yang muncul sebelum irama sinus, interval P-P’ lebih pendek
daripada interval P-P.
52
-
Interval PR bisa normal, bisa juga lebih panjang.
-
Blok total dapat terjadi dengan tidak adanya kompleks QRS yang mengikuti
gelombang P’.
-
Kompleks QRS bisa normal, bisa juga lebih lebar.
2.6.7.5 Atrial Tachycardia
Bila ada setidaknya tiga buah premature atrial complexes (PAC) berturut-turut
maka disebut atrial tachycardia.
Karateristik :
-
Ada 3 atau lebih PAC secara berurutan.
-
Rata-rata denyut atrium antara 160-240 denyut per detik.
-
Irama jantung teratur, tetapi bila rata-rata denyut atrium diatas 200 maka sering
terjadi AV block.
-
Gelombang P dapat terhalang oleh gelombang T sebelumnya.
-
Interval PR bisa normal, bisa juga lebih panjang.
-
Kompleks QRS bisa normal, bisa juga lebih lebar.
2.6.7.6 Atrial Flutter
Karakteristik:
-
Rata-rata denyut atrium biasanya 300 denyut per menit, berkisar antara 220 dan
350.
-
Irama atrium teratur.
-
Irama ventrikel bisa teratur, bisa juga tidak (1:1 atau 2:1).
-
Glombang P sebenarnya adalah gelombang F (Flutter) dan membentuk “gerigi”.
53
-
Interval PR biasanya teratur, tetapi dapat juga bervariasi.
-
Kompleks QRS normal.
Contoh:
Gambar 2.24a EKG Atrial Flutter 1:1
(direkam dari seorang wanita berumur 72 tahun)
(Sumber: http://www.cardioweb.co.uk/ecg/ecgpage102.asp)
Analisis EKG di atas:
Rate
: Di antara gelombang R terdapat 2.5 satuan luas persegi besar, maka
Rate = 300/2.5 = 120 bpm.
Ritme
: Gelombang R terlihat dalam interval tidak teratur dengan garis
bergerigi pada lead inferior dan gelombang P dengan kecepatan teratur
pada V1.
Axis
: Lead I dan II positif, maka dapat dipastikan axis tersebut normal.
Download