Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Peningkatan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Siswa Kelas II SDN Doda Melalui Metode Kartu Kata Susse Ragi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Dari hasil pengamatan proses pembelajaran pada siswa kelas II SDN Doda, ternyata belum sepenuhnya melibatkan fisik dan mental siswa. Dalam proses pembelajaran siswa terkesan kurang aktif dan guru-guru kurang memantapkan penggunaan metode yang digunakan dan jarang sekali menggunakan media, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa sangat rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka peneliti menggunakan kartu kata dalam proses pembelajaran. Desain penelitian adalah penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas empat komponen yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan membuat kalimat pada siswa kelas II SDN Doda. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu hasil tes belajar siswa dan lembar observasi untuk siswa dan guru. Subyek penelitian ini adalah para siswa kelas II SDN Doda dan dilaksanakan dalam dua siklus dan tiap siklus dilaksanakan dalam satu pertemuan. Hasil observasi siklus I menunjukkan bahwa partisipasi siswa masih digolongkan pada kategori cukup dan aktivitas guru adalah baik. Dari hasil tes pada siklus I diperoleh hasil tuntas belajar klasikal 63,16%. Pada siklus II hasil tes diperoleh tuntas belajar klasikal 100%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kartu kata dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas II SDN Doda dalam membuat kalimat. Kata Kunci: Peningkatan Kemampuan, Membuat Kalimat, Media Kartu Kata. I. PENDAHULUAN Bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai bahasa negara, sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam UUD 1945 dalam pasal 36 yang mengatakan bahasa Negara adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia juga sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar resmi lembaga-lembaga pendidikan dan pelaksana pembangunan pemerintah serta sebagai bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan. Selain itu, bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional yang memiliki fungsi sebagai lambang kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai macam masyarakat 206 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X yang memiliki perbedaan latar belakang sosial, budaya dan bahasanya dan sebagai alat penghubung antar daerah (Sugono, 1994:3). Dalam dunia pendidikan, selain digunakan sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia juga termasuk mata pelajaran yang harus diajarkan disemua jenjang pendidikan formal yang sekarang dikenal dengan mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, diharapkan siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis, berarti bahwa siswa-siswi mampu menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dan mampu menulis kata-kata dan kalimat dengan tata cara yang baik dan benar. Dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam meningkatkan kemampuan menulis, seorang guru perlu menentukan strategi yang tepat di dalam mengajarkan tentang menulis, karena menulis merupakan salah satu keterampilan diantara empat keterampilan bahasa yang penting untuk segera dikuasai oleh siswa. Seorang siswa yang memiliki kemampuan menulis akan dengan mudah menuangkan perasaan, pikiran dan gagasannya secara teratur sebagaimana yang ditegaskan oleh Morsey (1976) dalam Tarigan (1994:4): Menulis digunakan oleh seorang terpelajar untuk mencatat atau merekam, melaporkan atau memberitahukan dan mempengaruhi maksud serta tujuan yang seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan dapat mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini tergantung pada pikiran dan struktur kata-kata dan kalimatnya. Dari hasil pengamatan proses pembelajaran pada siswa kelas II SDN Doda, ternyata belum sepenuhnya melibatkan fisik dan mental siswa. Dalam proses pembelajaran siswa terkesan kurang aktif dan guru-guru kurang memantapkan penggunaan metode yang telah dipelajari dan jarang sekali menggunakan media, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa sangat rendah. Dari 19 orang siswa, yang tuntas belajar hanya 5 orang siswa. Ini berarti hanya 26% saja, sedangkan 14 siswa lainnya tidak memperoleh ketuntasan. Padahal SDN Doda telah menetapkan standar ketuntasan minimal yaitu 65%, dari hasil tersebut menandakan siswa kurang memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Rumusan Masalah 207 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah dengan penggunaan kartu kata dapat meningkatkan kemampuan membuat kalimat pada siswa kelas II SDN Doda tahun pelajaran 2013/2014?”. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini tentu sesuai dengan apa yang menjadi masalah dalam penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan membuat kalimat dengan menggunakan kartu kata pada siswa kelas II SDN Doda tahun pelajaran 2013/2014. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. a. Manfaat Teoritis Dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Dapat memberikan masukan kepada instansi terkait dalam mengambil kebijakan yang dapat menunjang proses pembelajaran. b. Manfaat Praktis Bagi peneliti, menemukan solusi untuk meningkatkan kemampuan membuat kalimat pada siswa kelas II. Bagi siswa, siswa menjadi lebih terampil dalam membuat kalimat. Bagi institusi, kepala sekolah dapat mensosialisasikan kepada rekan guru sehingga terinspirasi untuk menggunakan kartu kata dalam pembelajaran membuat kalimat siswa kelas II. Pengertian Kalimat dan Ide Kalimat Pengertian Kalimat Muliono (2000:311) mengatakan bahwa: Kalimat adalah suatu bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses ponologis lainnya. Dalam wujud tulisan huruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan 208 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), tanda seru (!); sementara itu, di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-) dan spasi. Tanda titik, tanda tanya dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca lainnya sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya, tanda seru, melambangkan kesenyapan. Sugono (1997:24) menyatakan “Setiap pernyataan termasuk kalimat atau bukan persyaratan yang pokok yang perlu diperhatikan adalah unsur predikat dan permutasian unsur kalimat”. Yang merupakan dan dapat dikatakan sebagai kalimat dalam struktur lahirnya sekurang-kurangnya memiliki unsur predikat. Dengan kata lain, jika sebuah pernyataan memiliki predikat, pernyataan itu merupakan kalimat, sedangkan suatu unsur kata yang tidak memiliki unsur predikat itu bukan kalimat melainkan disebut frase berdasarkan ketata bahasaan. Selanjutnya Keraf (1984) berpendapat bahwa “Kalimat adalah suatu bagian ujaran yang didahului oleh kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap”. Wiyanto (1987:111) mengatakan bahwa “Kalimat adalah suatu bagian ujaran yang didahului oleh kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap”. Jadi, setiap kalimat yang diucapkan selalu didahului oleh kesenyawaan dan diakhiri oleh kesenyawaan. Dalam bahasa tulis kalimat selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya dan tanda seru, itu merupakan ciri lahirnya kalimat. Selain mempunyai ciri lahir, kalimat juga mempunyai ciri batin yaitu sebuah kalimat selalu mengandung arti. Pada dasarnya, dari sekian pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli semuanya memiliki maksud yang sama yaitu kalimat merupakan suatu kesatuan yang terbentuk dari komponen-komponen atau bagian-bagian yang berupa kata-kata atau proses yang saling berhubungan dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya, dimana antara komponen-komponen atau bagian-bagian tersebut memiliki kedudukan dan jabatan tertentu, komponenkomponen itu ada yang menduduki sebagai subjek, predikat, objek dan keterangan atau keterangan pelengkap. Jadi kalimat merupakan satuan beberapa kata yang 209 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X mengungkapkan pikiran secara utuh dalam bentuk ketatabahasaan seperti yang telah dijelaskan diatas. Dalam bahasa lisan kalimat diiringi oleh alunan titik nada disela oleh jeda dan diakhiri oleh intonasi selesai sedangkan dalam bahasa tulis kalimat dimulai dengan huruf kapital atau huruf besar dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya dan tanda seru dan di dalam dilengkapi oleh tanda koma, titik dua dan tanda seperti sepasang garis pendek yang mengapit bentuk-bentuk tertentu serta tanda pisah atau spasi. A. Jenis Kalimat Berbicara masalah jenis kalimat, tentu banyak macamnya tergantung dari sudut mana kita lihat. Untuk membedakan jenis kalimat dapat ditinjau melalui empat sudut pandang yaitu dari : 1) Jumlah Klausa Ditinjau dari jumlah klausanya kalimat dibagi dua yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Hal ini berarti bahwa konstikuen untuk setiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat, hanyalah satu dan merupakan satu kesatuan dan disamping itu, tidak mustahil ada pula unsur lain seperti keterangan tempat, waktu, dan alat. Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat majemuk dibagi dua yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang diantara kedua kalau hanya terjadi hubungan koordinatif. 2) Bentuk Sintaksis Dilihat dari bentuk dan kategori sintaksisnya, dapat dibagi menjadi empat yaitu kalimat deklaratif, kalimat interogatif, kalimat imparatif dan kalimat eksklamatif. 3) Kelengkapan Unsurnya Dilihat dari kelengkapan unsur-unsurnya, kalimat dibedakan menjadi dua yaitu kalimat lengkap dan kalimat tak lengkap. Kalimat lengkap adalah kalimat-kalimat yang memiliki unsur waji dalam sebuah kalimat yaitu subjek dan predikat. Kalimat tak lengkap ialah disebut juga dengan kalimat monor. 4) Susunan Subjek dan Predikatnya 210 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Dilihat dari susunan unsur subjek dan predikatnya, kalimat dapat dibedakan menjadi dua yaitu kalimat biasa dan kalimat invensi. Kalimat biasa adalah kalimat yang unsur-unsurnya teratur, mulai dari subjek, predikat, objek (jika ada) dan pelengkap (jika ada). Sedangkan kalimat inverensi ialah susunan kalimat yang unsur perdikatnya mendahului unsur subjek. B. Pengertian Ide Kalimat Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa ide itu merupakan rancangan yang tersusun di dalam pikiran, gagasan atau cita-cita yang bagus tetapi sukar untuk dilaksanakan. Sementara kalimat adalah seperti apa yang telah dijelaskan di atas bahwa kalimat itu adalah suatu bagian ujaran yang mengungkapkan suatu konsep atau pikiran dan perasaan yang berdiri sendiri yang mempunyai intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri dari klausa. C. Unsur-Unsur Kalimat Unsur-unsur kalimat adalah subjek, predikat, objek, keterangan dan keterangan pelengkap. 2.2 Kemampuan Menyusun Kalimat Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti sanggup melakukan sesuatu. Poerwadarmita (1985:628) mengatakan bahwa kemampuan diartikan sebagai kesanggupan atau kecakapan untuk melakukan sesuatu. Jadi yang dimaksud dengan kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk melakukan sesuatu kepintaran, bakat dan kekuatan mental. Selanjutnya pengertian menyusun atau membuat kalimat yaitu : mengatur atau menempatkan sekelompok kata yang terdiri atas subyek, predikat, objek dan kata keterangan dengan mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku di dalam membuat kalimat. Kemampuan membuat kalimat baik berupa kalimat berita, kalimat tanya, kalimat seru dan lain-lain, itu berarti suatu kemampuan di dalam melakukan atau menggunakan kata di dalam menyusun suatu kalimat dengan mematuhi tata cara yang berlaku di dalam membuat kalimat. Selanjutnya, suatu kalimat dikatakan telah tersusun apabila dua kata atau lebih bergabung menjadi satu kesatuan sehingga mengandung sebuah makna yang sempurna. Sehubungan dengan hal ini Wiyanto (1987:116) mengatakan bahwa “ setiap kalimat yang diucapkan itu 211 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X sebenarnya berupa kata atau rangkaian kata, sebab kata itulah yang mengandung makna, dari makna itu pula yang mengandung gagasan. 2.3 Pentingnya Kemampuan Membuat Kalimat Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang disusun berdasarkan gagasan-gagasan seseorang atau penutur secara terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain. Untuk dapat berkomunikasi menggunakan kalimat yang baik dan mudah di pahami, maka penutur atau seseorang harus memahami bagaimana cara membuat dan menyusun kata-kata menjadi sebuah kalimat yang efektif. Suatu kalimat dikatakan efektif, paling tidak kalimat tersebut mudah ditangkap dan dipahami atau dimengerti. Sehubungan dengan hal itu Keraf (1997:35) mengemukakan bahwa “sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakili secara segar dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar terhadap apa yang dibicarakan. Untuk lebih jauhnya Wiyanto (1987:116) menegaskan tentang arti pentingnya memahami dan menggunakan kalimat secara benar dan efektif dalam berkomunikasi yakni mengatakan sebagai berikut: “Meskipun orang-orang mengetahui kata-kata dan artinya seperti dalam kamus, belum tentu ia dapat menggunakan kata-kata itu dalam bahasa. Mengetahui kata dan artinya memang perlu, tetapi kata itu tidak berdiri sendiri dan tidak dapat dirangkai seenaknya, pemakaian bahasa itu harus mampu menarik kata-kata itu menjadi kalimat menurut aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Untuk dapat merangkai kata atau kelompok kata menjadi sebuah kalimat, maka diperlukan keserasian unsurunsur kalimat. Dalam sebuah kalimat minimal terdiri atas unsur subjek dan unsur predikat, kedua unsur ini merupakan unsur wajib dalam menyusun sebuah kalimat. Dalam menggabungkan dua kata atau lebih dalam sebuah kalimat dituntut adanya keserasian unsur-unsur yang ada dalam kalimat, baik dari segi makna maupun dari segi bentuk”. 2.4 Sistem Penulisan Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dikembangkan dalam pengajaran bahasa. Dengan memiliki kemampuan menulis 212 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X seseorang dapat menuangkan atau mengungkapkan gagasandan pikiran melalui tulisan. Agar gagasan atau pikiran yang diungkapkan melalui tulisan dapat ditangkap atau dipahami oleh pembaca, maka seorang penulis harus bisa menguasai cara-cara penulisan tanda baca dalam artian bisa menempatkan tanda baca dengan benar seperti penempatan tanda koma, tanda tanya, tanda titik dan tanda baca lainnya. Dalam menuangkan gagasan dan pikiran dalam bentuk tulisan tidak sama dengan mengucapkan secara lisan. Ungkapan secara lisan lebih mudah dimengerti oleh lawan bicara atau pendengar, sedangkan dalam bentuk tulisan lebih sukar ditangkap atau dimengerti apa lagi kalau tidak jelas tanda bacanya. Berkaitan dengan masalah menulis banyak para ahli mendefinisikan menulis menurut sudut pandang masing-masing sehingga menghasilkan pengertian yang berbeda-beda, Tarigan (1990:22) berpendapat “Menulis adalah merumuskan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami orang sehingga oranglain dapat membaca lambang tersebut ”. Selanjutnya, Harja (1996:2) berpendapat “Menulis adalah menjelaskan bahasa lisan dan mungkin menyuntingnya atau melahirkan pikiran dan perasaan seperti mengarang, membuat surat, membuat laporan dan sebagainya”. Penilaian Kemampuan Penilaian kemampuan yaang dimaksudkan dibawah ini adalah penilaian kemampuan siswa. Penilaian kemampuan siswa merupakan salah satu kegiatan yang sangat perlu dilakukan di dunia pendididkan, karena dengan adanya penilaian kemampuan dapat diketahui tingkat keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Selain itu penilaian kemampuan siswa ini dapat memberikan umpan balik bagi para guru sebagai dasar dalam memilih tehnik, cara atau metode yang lebih baik di dalam mengadakan proses belajar mengajar selanjutnya. Kartu Kata Dalam kata “Kartu Kata” terdiri dari dua kata, yaitu “kartu” dan “kata”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka (1989), kartu artinya kertas berbentuk persegi panjang (untuk berbagai keperluan, hampir sama dengan karcis), sedangkan kata artinya unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan 213 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X dalam berbahasa atau satuan (unsur) bahasa yang terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Dari definisi dua kata tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kartu kata adalah kertas tebal yang berbentuk persegi panjang yang berisi unsur bahasa terkecil yang dapat diujarkan atau dituliskan. Pengertian kartu kata dalam penulisan ini adalah suatu kartu yang bertuliskan kata-kata yang digunakan sebagai media atau alat dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat kalimat. II. METODE PENELITIAN Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan pada SD Negeri Doda Kelas II dengan jumlah siswa 19 orang. Sekolah tersebut dipilih dan dijadikan lokasi penelitian karena merupakan sekolah inti di Kecamatan Lore Tengah sehingga sangat menunjang dan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu minggu ke-3 bulan Mei 2014 sampai dengan minggu ke-4 bulan Juli 2014. Desain Penelitian Rancangan penelitian ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus terdiri dari beberapa fase, yaitu: (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan (3) observasi (4) refleksi. Desain penelitian ini mengacu pada modifikasi diagram yang dicantumkan oleh Kemmis dan M.C. Taggart (Arikunto:2007) ,seperti yang terlihat pada gambar 1. 214 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Keterangan: 0. Refleksi Awal 1. Rencana Tindakan 2. Tindakan 1 3. Observasi 1 4. Refleksi 1 5. Rencana Revisi 1 6. Tindakan 2 7. Observasi 2 8. Refleksi 2 a. siklus I b. Siklus II Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart Instrumen Pengumpulan Data Untuk memperoleh data mengenai tingkat kemampuan membuat kalimat dari kata dasar pada siswa kelas II SDN Doda diperlukan instrumen yang tepat dan instrumen yang digunakan oleh peneliti ialah tes dan observasi terhadap guru dan siswa. Teknik Pengumpulan data Pengumpulan data dalam penelitian ini diambil dengan dua cara, yaitu: 1) Tes, untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran. 2) Observasi, dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana aktivitas peneliti dan siswa selama kegiatan pembelajaran. Dalam mengumpulkan data dengan menggunakan karangan, peneliti akan melakukannya dengan cara meminta kepada siswa sebagai sumber data untuk membuat kalimat dari kata dasar yang telah dipersiapkan oleh peneliti dengan ketentuan kalimat yang dibuat harus benar susunan SPOK-nya, penggunaan imbuhan pada kata dasar harus tepat dan ketiga kalimat itu harus tepat. 215 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Teknik Analisa Data Teknik yang digunakan dalam menganalisis data dan menentukan persentase tingkat aktivitas dan ketuntasan belajar dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Daya serap siswa secara individu: DSS Skor yang diperoleh siswa x 100% Skor maksimal tes dimana : DSS = Daya Serap Siswa Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal: TBK Banyaknya siswa yang tuntas x 100 % Banyaknya siswa seluruhnya dimana : TBK = Tuntas Belajar Klasikal Kriteria Keberhasilan Tindakan Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah bila hasil belajar siswa selama proses pembelajaran tiap siklus mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II di mana tuntas individu minimal 65% meningkat 70% dan tuntas klasikal minimal 85% meningkat 90%. Jadwal Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai minggu ke3 bulan Mei 2014 s/d minggu ke- 4 bulan Juli 2014. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pelaksanaan Pra Tindakan Sebelum penelitian dimulai, sebagai langkah awal penelitian pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014, peneliti menemui Kepala sekolah SD Negeri Doda. Selanjutnya, Kepala Sekolah memberikan izin dan wewenang kepada peneliti untuk berkonsultasi dan bekerjasama dengan guru di sekolah tersebut yang nantinya akan menjadi pengamat dalam pelaksanaan tindakan. Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti perlu mengetahui pengetahuan prasyarat siswa terhadap materi yang berkaitan dengan kartu kata. Oleh karena itu peneliti melaksanakan tes awal pada pada hari Sabtu, tanggal 17 Mei 2014. Tes 216 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X awal diikuti oleh 19 siswa kelas II SD Negeri Doda. Selanjutnya peneliti bersama observer mendiskusikan langkah-langkah penelitian yang telah disusun sebelumnya. Sebagai langkah awal, peneliti memberikan tes awal untuk mengetahui standar pengetahuan siswa mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya membuat kalimat. Dari hasil pemeriksaan tes awal, peneliti memperoleh hasil pekerjaan para siswa dan menilai tingkat kemampuan siswa pada materi membuat kalimat. Hasil tes ini kemudian akan dijadikan sebagai acuan untuk memulai penelitian. Berdasarkan hasil analisis tes awal siswa, diperoleh data bahwa dari 19 orang siswa, yang tuntas belajar hanya 5 orang siswa dengan persentase 26,32% sedangkan 14 siswa lainnya termasuk dalam kategori tidak tuntas belajar dengan persentase 48,42%. Daya serap klasikal yang diperoleh adalah 48,42%. Hasil Pelaksanaan Tindakan Kegiatan tindakan ini, dilaksanakan dalam dua siklus. Adapun hasil pelaksanaan dalam setiap siklus diuraikan sebagai berikut: Siklus I Pada siklus ini dilakukan beberapa tahapan sesuai dengan perencanaan awal, yaitu, pemberian informasi, tanya jawab, demonstrasi dan pemberian tugas. a. Perencanaan Tindakan Siklus I Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: 1) Membuat tes awal. 2) Membuat analisis tes awal untuk mengukur kemampuan siswa. 3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan indikator membuat kalimat melalui kartu kata. Langkah-langkah pembelajaran berisi alur kegiatan yang akan dilaksanakan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Adapun hal yang dimaksud adalah mulai dari menyiapkan siswa untuk belajar, membuka pelajaran, melaksanakan kegiatan inti, sampai pada kegiatan penutup pelajaran. 4) Menyusun lembar kerja siswa. 5) Menyusun lembar observasi guru. 6) Membuat lembar observasi siswa. 217 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X 7) Membuat analisis ketuntasan siklus I. b. Pelaksanaan Tindakan siklus 1 Setiap siklus tindakan ini dilakukan observasi. Observasi terhadap aktivitas siswa dan guru di kelas dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui sejauh mana peningkatan aktivitas siswa dan guru serta kemampuan siswa dalam memahami kalimat rumpang. c. Hasil Tindakan Siklus I 1) Hasil Observasi Aktivitas Guru Berdasakan hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat menunjukkan bahwa peneliti telah melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan kategori baik (875%). Peneliti telah berusaha mengaktifkan siswa, memotivasi siswa dan memberikan bimbingan kepada siswa. 2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Observasi terhadap aktivas siswa dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Hasil observasi yang didapatkan dari kegiatan belajar mengajar pada siklus I, disimpulkan bahwa partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I masih digolongkan pada kategori cukup dengan nilai 71,87%. 3) Hasil Belajar Untuk mengetahui indikator keberhasilan dan mengukur sejauh mana kemampuan penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan sebelumnya, maka guru menggunakan tes hasil belajar. Tes evaluasi yang diberikan berjumlah 5 butir soal. Hasil Tuntas Belajar Klasikal (TBK) yang diperoleh pada siklus I adalah 63,16%. Ini diperoleh dari hasil bahwa dari 19 orang siswa, 12 orang yang memperoleh nilai tuntas sedangkan 7 siswa lainnya tidak tuntas. Hasil ini masih berada di bawah standar TBK yaitu 65%. sedangkan persentase daya serap klasikal adalah 68,42%. d. Refleksi Siklus I 218 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Setelah pelaksanaan tindakan, peneliti bersama dengan pengamat mendiskusikan temuan-temuan selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil analisis data dan observasi yang dilakukan, diketahui bahwa siswa secara klasikal masih perlu diberikan pembelajaran yang lebih baik. Walaupun dalam beberapa hasil analisis telah menunjukan kategori baik seperti pada penilaian aktivitas guru, namun pada observasi aktivitas siswa masih berada pada kategori cukup, sehingga perlu diberikan tindakan lanjutan. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal juga belum mencapai indikator kinerja yakni 65%. Untuk itu perlu dilakukan refleksi untuk menilai apa saja yang menjadi kelemahan dan kelebihan dalam pembelajaran ini sehingga dapat dilakukan perbaikan pada siklus II. Pada tabel 4.1 menjelaskan kelebihan dan analisis penyebab keberhasilan siklus I. Tabel 1 menjelaskan mengenai kelemahan dan rekomendasi yang perlu dilakukan perbaikan agar hasil yang di capai pada siklus II dapat lebih maksimal lagi. Tabel 1. Kelebihan Siklus I dan Analisis Penyebab No Kelebihan Pada 1. Analisis Penyebab umumnya siswa Guru memberikan strategi yang menunjukkan minat yang besar membuat siswa merasa tertantang. pada pelajaran 2. Seluruh siswa berinteraksi dengan Siswa baik dalam kelompok. sangat senang dengan adanya kegiatan kerja kelompok. Tabel 2. Kelemahan Siklus I, Analisis Penyebab dan Rekomendasi No 1. Kelemahan Sebagian siswa masih ada yang ragu-ragu dan takut untuk bertanya terkait dengan materi yang dibahas. Analisis Penyebab Siswa belum terbiasa dalam model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Rekomendasi Guru harus memotivasi dan memberi penguatan kepada siswa. 219 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Sebagian siswa Siswa belum sepenuhnya belum mampu menguasai materi yang menjawab pertanyaan diberikan. yang diajukan oleh guru. 2. Guru harus lebih jeli melihat kemampuan siswa sehingga materi yang dijelaskan bisa dipahami siswa dengan baik. Setelah berdiskusi dengan pengamat, selanjutnya peneliti melakukan refleksi di rumah dan mengelola data serta menganalisis data-data, termasuk hasil pekerjaan siswa berupa LKS yang sekaligus merupakan tes akhir tindakan. Peneliti juga mengelola dan menganalisis data-data lain seperti hasil observasi aktivitas siswa dan hasil observasi aktivitas guru. Karena tujuan pembelajaran belum tercapai, maka peneliti melanjutkan tindakan ke siklus II. Siklus II Pada siklus kedua ini pelaksanaan hampir sama pada siklus pertama, peneliti dan observer menyiapkan perangkat pembelajaran pada siklus kedua. Pelaksanaan tindakan pada siklus tersebut meliputi (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. 1. Perencanaan siklus II Hal-hal yang direncanakan meliputi: 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang di dalamnya telah termuat skenario pembelajaran. 2) Membuat lembar kerja siswa. 3) Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru. 4) Menyiapkan lembar observasi partisipasi siswa. 5) Membuat analisis siklus II. 2. Pelaksanaan Tindakan siklus II Pelaksanaan tindakan pada siklus II pada umumnya sama dengan pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II mengacu pada perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I yang tujuannya tidak lain adalah memperbaiki kelemahan pembelajaran pada siklus I yang sudah direvisi. 220 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Dengan menerapkan pembelajaran pada penggunaan kartu kata ini diharapkan agar pelaksanaan tindakan siklus II dapat lebih baik dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I, sehingga indikator pencapaian hasil belajar dapat mencapai hasil yang diharapkan. a. Hasil Observasi Aktivitas Guru Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, hasil yang diperoleh pada tindakan siklus II mengenai observasi guru dalam rangka pelaksanaan tindakan pada penggunaan kartu kata terlihat adanya peningkatan di mana aktivitas akhir yang diperoleh meningkat menjadi kategori sangat baik dari kategori baik yang sebelumnya pada siklus I. Observasi guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar khususnya peran dan beberapa tindakan yang dilakukan dengan tetap mengacu pada hasil yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus I mengalami peningkatan. Peran guru dalam kegiatan belajar mengajar pada pelaksanaan tindakan siklus II berlangsung lebih baik dari pada sebelumnya. Segala kelemahan-kelemahan yang direvisi telah dilakukan dan mengalami perbaikan pada siklus II, kelemahan yang dapat teratasi pada siklus II tidak lain adalah guru dapat lebih baik menerapkan penggunaan kartu kata dari pada sebelumnya. Guru secara perlahan-lahan mampu mengajak siswa untuk mengajukan pendapat mengenai masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan materi yang dibahas. Selanjutnya, secara umum pelaksanaan tindakan siklus II yang diterapkan sama dengan pelaksanaan tindakan sebelumnya, dan proses pembelajaran belangsung lebih baik dari pembelajaran sebelumnya. Berdasarkan data observasi aktivitas guru, jumlah skor yang diperoleh adalah 37 dari skor maksimal 40, dengan demikian presentase nilai rata-rata adalah 92,5% (lampiran 10). Hal ini berarti taraf keberhasilan guru menurut observer dalam kategori baik untuk siklus I dan sangat baik untuk siklus II. b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran, ditemukan bahwa pembelajaran dan aktivitas siswa pada siklus II nampak lebih baik dari siklus I. Hal ini, ditunjukkan dengan keaktifan siswa yang terekam 221 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X dalam lembar observasi, siswa sudah mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS, siswa nampak mulai aktif bertanya jika mengalami kesulitan. Hal ini dikarenakan peneliti selalu memberikan bimbingan sepenuhnya kepada seluruh siswa. Hasil Belajar Setelah kegiatan belajar mengajar berakhir maka pada siklus II ini seperti halnya pada siklus I juga menggunakan soal pada LKS sebagai alat evaluasi untuk melihat indikator hasil belajar yang dicapai. Telah diketahui bersama bahwasanya untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang hendak dicapai dalam proses kegiatan pembelajaran diperlukan upaya pencapaian hasil belajar melalui tes atau evaluasi guna mengukur secara kuantitatif hasil belajar siswa. Tes yang diberikan berupa 5 butir pertanyaan dan 5 butir isian. Hasil dari pelaksanaan evaluasi pada siklus II akan menentukan seberapa besar ketuntasan belajar klasikal rata-rata yang diperoleh siswa di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media kartu kata. Dari analisis siklus II diperoleh ketuntasan belajar klasikal mencapai 100% dengan rincian dari 19 siswa, seluruh siswa dinyatakan tuntas belajar. Refleksi Siklus II Hasil yang diperoleh pada siklus I, masih terdapat beberapa kelemahan oleh karena itu, guru mencoba membuat alternatif tindakan untuk menutupi kekurangan pada siklus I tersebut yang selanjutnya diperbaiki pada siklus II. Pada tabel berikut menjelaskan tentang kekurangan pada siklus I dan dilakukan perbaikan pada siklus II serta kelebihan siklus II. 222 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Tabel 4. Kekurangan Siklus I, Perbaikannya dan Kelebihan Siklus II No. Kelemahan Perbaikan Sebagian siswa masih ada Memotivasi siswa untuk Kelebihan Siklus II Siswa lebih aktif yang ragu-ragu dan takut berani mengajukan dalam menangapi dan untuk pertanyaan dengan cara bertanya. bertanya terkait materi yang dengan dibahas. memberi penghargaan terhadap siswa yang berani bertanya untuk 1. mengajukan pendapat dan memberi tepuk tangan atau komentar positif. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. belum Guru harus lebih jeli menjawab melihat kemampuan sudah mulai pertanyaan yang diajukan siswa sehingga materi menunjukan oleh guru. yang dijelaskan bisa kelebihannya masing- dipahami siswa dengan masing. Sebagian mampu 2. siswa Sebagian besar siswa baik. Membimbing siswa yang butuh bimbingan khusus. Pembahasan Penggunaan kartu kata untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat kalimat di kelas II SDN Doda dalam penelitian ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Terlihat adanya perubahan setelah dilaksanakan tindakan. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan ketuntasan belajar klasikal yang terdapat pada siklus I dan siklus II. Walaupun demikian pada siklus I masih terdapat beberapa hal yang perlu direvisi untuk lebih ditingkatkan pada siklus II. 223 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Selain hasil belajar, pada pembelajaran ini juga diamati aktivitas siswa dan aktivitas guru. Sesuai dengan hasil observasi, aktivitas guru pada siklus I berada pada kategori baik dan aktivitas siswa diperoleh berada dalam kategori cukup. Akan tetapi aktivitas siswa pada siklus I ini dirasakan belum optimal sebab pada umumnya siswa belum seluruhnya siap menerima materi, hal ini disebabkan karena sebagian siswa belum sepenuhnya menanggapi materi yang diberikan, dikarenakan ada beberapa siswa yang daya serapnya terhadap materi masih rendah. Masih ada siswa yang takut untuk bertanya terkait dengan materi yang dibahas, karena sebagian siswa masih terbiasa dengan model pembelajaran lama dan masih terlihat malu-malu, juga sebagian siswa belum mampu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pada siklus II, respon yang diberikan siswa cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I, di mana ketuntasan klasikal maksimal dapat diperoleh, yaitu mencapai 100%. Jika dibandingkan dengan siklus I, ketuntasan klasikal meningkat 36,84%. Kekurangan pada siklus I sudah dapat diperbaiki guru pada siklus II yaitu pada siklus I sebagian siswa masih ragu-ragu dan takut untuk bertanya terkait dengan materi yang dibahas dan masih belum mampu untuk menjawab pertanyaan karena belum seluruhnya siap menerima materi, hal yang dilakukan guru yaitu memotivasi siswa untuk berani mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan memberi apresiasi berupa tepuk tangan atau komentar-komentar yang positif. Selanjutnya guru juga lebih jeli melihat kemampuan siswa sehingga materi yang dijelaskan bisa dipahami siswa dengan baik serta membimbing siswa yang membutuhkan bimbingan khusus. Sebelum memulai pelajaran, guru menanyakan kesiapan siswa untuk menerima materi sebelum pembelajaran itu dimulai, dan pembelajaran baru dimulai ketika semua siswa telah siap menerima materi. Hasilnya, siswa sudah dapat menerima dan memahami materi dengan baik dan siswa juga sudah aktif mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan telah menunjukan kemampuan dalam belajar. 224 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Penggunaan kartu kata dalam peningkatkan hasil belajar siswa sangat efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena: 1. dapat menilai hasil belajar siswa secara menyeluruh baik apa yang diketahui siswa melalui tes format dan aktivitas siswa. 2. berguna sebagai umpan balik bagi siswa dalam mengetahui kemampuan dan kekurangannya sehingga menimbulkan motivasi untuk mengetahui hasil belajarnya. 3. dapat menyimpulkan kemampuan belajar dalam suasana yang menyenangkan serta senantiasa mementingkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk menunjukan apa yang diketahui/dipahami dan mampu dikerjakan siswa. Dengan demikian mengacu pada hasil penerapan tindakan siklus I dan siklus II bahwa membuat kalimat melalui kartu kata dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi membuat kalimat melalui kartu kata, di mana diperoleh presentase peningkatan hasil belajar untuk tuntas belajar klasikal yaitu sebesar 36,84%. Dengan hasil data yang diperoleh di atas, semakin mendukung fakta bahwa penggunaan kartu kata perlu diterapkan dalam proses pembelajaran sebab dapat meningkatkan hasil belajar serta keaktifan siswa. IV. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis penelitian tindakan kelas, maka diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan kartu kata untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat kalimat pada siswa kelas II SD Negeri Doda menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan klasikal pada siklus I yaitu 63,16% (kategori kurang), meningkat pada siklus II menjadi 100% (kategori sangat baik). Persentase keaktifan siswa dari siklus I yaitu 71,87% (kategori cukup) meningkat pada siklus II menjadi 90,62% (kategori baik) seiring dengan peningkatan partisipasi guru yang pada siklus I hanya 87,5% (kategori baik), pada siklus II meningkat menjadi 92,5% (kategori sangat baik). 225 Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X 5.1 Saran Sesuai dengan hasil penelitian dan analisa data serta kesimpulan, maka peneliti menyarankan sebagai berikut : 1. Kepada pengajar hendaknya mempertimbangkan penggunaan kartu kata dapat diajukan sebagai prioritas untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat kalimat. 2. Pengelolaan waktu perlu dipertimbangkan dalam setiap pelaksanaan pembelajaran, sehingga semua aktivitas siswa dapat dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1989. Jakarta : Balai Pustaka. Keraf, G. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah. Keraf, G. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende Flores: Nusa Indah. Muliono, Hasan A. Sujono, D. Hans, L. 2000.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi ke Tiga. Balai Pustaka. Jakarta. Sugono, 1994. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara. Sugono, D. 1997. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara. Tarigan, H.G. 1994. Penyajian Pragmatik. Bandung: Angkasa. Wiyanto, A. 1987. Tata Bahasa Pedagogis Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. Poerwadarminta, W.J.S. 1985. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: P.N Balai Pustaka. 226