Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing Vol. 4, No. 1, April 2009 PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP ABNORMAL RETURN ZIRMAN Fakultas Ekonomi Universitas Riau LILY Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRACT This research investigates the consequence of earnings management by analyzing stock price reaction to the full set financial statement in 2008 which can be used by investors to detect earnings management by the firms. This research investigated two forms of earnings management (accrual and real earnings management). The samples is drawn from firms in IDX Statistic 2008 which categorized as active in frequency, value or volume. The method of analysis of this research used multi regression. The results show (1) discretionary accrual had negative significant influence to abnormal return, (2) abnormal cash flow from operation had negative significant influence to abnormal return. The results implicate that the investors are aware of the accrual earnings management (discretionary accrual) and real earnings management (abnormal cash flow) components in the earnings reported by the firms and they react negative to this components. Keywords: accrual earnings management, real earnings management, abnormal return PENDAHULUAN Pasar modal terdapat berbagai jenis financial assets yang mempunyai tingkat keuntungan dan risiko yang berbeda. Dari berbagai jenis financial assets yang tersedia, para investor membutuhkan berbagai informasi untuk mengambil keputusan yang tepat. Salah satu informasi yang dapat mencerminkan keadaan perusahaan dengan baik adalah laporan keuangan. Di antara komponen-komponen dalam laporan keuangan, yang menjadi parameter utama bagi para investor adalah laba. Baik teori maupun bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa laba (earnings) telah dijadikan sebagai suatu target dalam proses penilaian prestasi usaha suatu departemen secara khusus (manajer) atau perusahaan (organisasi) secara umum. Menurut Healy dan Wahlen (1999:366), “idealnya, suatu pelaporan keuangan membantu perusahaan yang berprestasi untuk membedakan mereka dari perusahaan yang tidak berprestasi, mempermudah alokasi sumber daya secara efisien dan keputusan pengelolaan oleh para stakeholder”. Untuk tujuan tersebut, standar Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing akuntansi harus mengizinkan manajer untuk menggunakan pertimbangannya dalam pelaporan keuangan. Dengan demikian, pihak manajemen dapat menggunakan kesempatan ini untuk menciptakan peluang untuk “memanajemen laba”. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji reaksi pasar di sekitar publikasi laporan keuangan. Penelitian DeFond dan Park (2001) dalam Baber et al. (2006) menyimpulkan bahwa para investor menyesuaikan, atau setidaknya sebagian, mencurigai adanya indikasi manajemen laba pada saat pengumuman laba. Baslam et al. (2002) mengamati Form 10Q mendokumentasikan adanya hubungan negatif antara bukti manajemen laba dengan return saham setelah 17 hari di sekitar tanggal pengajuan Form 10Q. Untuk menginvestigasi reaksi pasar dari tindakan manajemen laba yang dilakukan baik melalui accrual dan real earnings management, penelitian ini menguji pengaruh accrual dan real earnings management terhadap abnormal return yang merupakan proksi reaksi pasar atas publikasi laporan keuangan lengkap di Bursa Efek Indonesia. Masalah Penelitian Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh accrual earnings management terhadap abnormal return? 2. Apakah ada pengaruh real earnings management terhadap abnormal return? 3. Apakah ada pengaruh accrual dan real earnings management terhadap abnormal return? KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Tipe-Tipe Manajemen Laba Pada umumnya tipe-tipe manajemen laba yang dilakukan perusahaan dapat dikategorikan dalam accrual earnings management (within GAAP earnings management), pelanggaran prinsip akuntansi (without GAAP earnings management) dan real earnings management. 1.Accrual Earnings Management Accrual earnings management sering dikenal dengan “within-GAAP earnings management” dalam literatur akuntansi. Tipe manajemen laba ini menggunakan teknik-teknik yang didasarkan atas penggunaan fleksibilitas dalam prinsip-prinsip akuntansi. GAAP memperbolehkan fleksibilitas ini untuk memberikan peluang kepada perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan yang mencerminkan realitas ekonomi sebaik mungkin. Meskipun demikian, perusahaan-perusahaan dapat menyalahgunakan peluang ini untuk melakukan manajemen laba. Ahmad (2007:17) menyajikan strategi manajemen laba melalui fleksibilitas akuntansi dapat meliputi estimasi penyisihan piutang menimbulkan beban penyisihan piutang (Beneish, 1997 dan Dechow, 1995),estimasi penyisihan persediaan menimbulkan beban penyisihan persediaan (Beneish, 1997), estimasi umur aktiva atau tarif penyusutan menimbulkan beban penyusutan (Neil et al, 1995 dan Michelson et al, 92 Zirman & Lily 1995), estimasi masa manfaat biaya tangguhan menimbulkan beban amortisasi biaya tangguhan (Beneish, 1997 dan Moses, 1987) 2. Pelanggaran Prinsip Akuntansi Makar et al., (2000) menyatakan bahwa manajemen laba menjadi suatu bentuk kecurangan (fraud), ketika suatu perusahaan dengan sengaja menyajikan informasi yang salah secara material. Teknik manajemen laba ini melanggar prinsip-prinsip akuntansi (GAAP) sehingga dikenal dengan “without-GAAP earnings management”. Strategi manajemen laba yang merupakan kategori dalam pelanggaran prinsip akuntansi ini dalam Ahmad (2007:17-18) meliputi 1) Tidak mencatat persediaan, sehingga meningkatkan harga pokok penjualan 2) Tidak mencatat laba penjualan aktiva tetap (Bartov, 1993) 3) Tidak mencatat kerugian penurunan nilai aktiva non operasi (Copeland (1968), Schiff (1968) dan Kirchheimer (1968)) 4) Menggunakan nilai neto persediaan, setelahh dikurangi penyisihannya, untuk menaikkan harga pokok penjualan 5) Mencatat investasi kepemilikan saham sebesar 20% (lebih) dengan metode biaya (Barefield & Comiskey (1972) dan Dascher & Malcolm (1970)) 6) Melaporkan goodwill negatif (selisih lebih nilai buku atas biaya perolehan investasi perusahaan anak) 7) Mencatat persediaan fiktif (Beneish, 1997) 8) Membuat laporan yang menyesatkan tentang kerugian kehilangan persediaan, dengan tidak mengestimasi pendapatan dari klaim asuransi yang mengurangi kerugian. 3.Real Earnings Management Real earnings management adalah tindakan manajer yang berselisih dengan praktek normal bisnis untuk mencapai tingkat laba tertentu. Schipper (1989) mendeskripsikan “manajemen laba sebagai suatu bentuk intervensi yang disengaja dalam proses pelaporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi”. Sebagian kecil dari pengertian di atas mencakup tentang “real earnings management”, yang dicapai melalui waktu investasi atau keputusan finansial untuk mengubah laba yang dilaporkan atau beberapa bagian darinya. Survei yang dilakukan oleh Graham (2005:15-16) terhadap 401 eksekutif menemukan bukti yang kuat bahwa manajer melakukan aktivitas riil untuk mempertahankan tampilan akuntansi. Secara khusus, 80% dalam peserta survey mereka akan menurunkan pengeluaran dalam R&D, iklan, dan mempertahankan untuk memenuhi target laba. Lebih dari separuh (55,3%) menyatakan bahwa mereka akan menunda memulaikan proyek baru untuk memenuhi target laba, meskipun jika penundaan seperti itu menyebabkan perlunya pengorbanan kecil dalam nilai… 93 Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing Cohen dan Zarowin (2008:8) terdapat dua alasan para eksekutif lebih menyukai manajemen laba melalui aktivitas transaksional dari pd melalui akrual. Alasan tersebut adalah 1) Accrual earnings management lebih menarik perhatian auditor atau regulator dari pada keputusan sebenarnya, seperti yang berhubungan dengan harga produk, produksi dan biaya-biaya pada R&D dan iklan. 2) Bergantung pada manajemen laba akrual terlalu berbahaya. Kekurangan yang disadari antara laba yang tidak diatur dan benchmark yang diharapkan dapat melebihi jumlah yang dapat dimanipulasi secara akrual setelah berakhir tahun fiskal atau keterbatasan fleksibilitas. Real earnings management dapat dilakukan melalui berberapa aktivitas seperti manipulasi penjualan (sales manipulation), pengurangan beban diskresioner (reduction of discretionary expenditures), over production dan waktu penjualan dari fixed asset untuk pelaporan laba. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat mempengaruhi arus kas perusahaan. Untuk lebih memperjelas tipe-tipe manajemen laba, metode spesifikasi diiringi dengan contoh-contohnya dapat kita lihat pada Tabel II.1 berikut ini Tabel 1 Tinjauan Metode Manajemen Laba Tipe Manajemen Laba Kebijakan Akuntansi: Within-GAAP Earnings Management Kebijakan Akuntansi: Without-GAAP Earnings Management Real Transaction Metode Spesifikasi Menggunakan fleksibilitas yang ada dalam GAAP Contoh: 1. Pilihan dan perubahan dalam prinsip akuntansi 2. Estimasi Akrual: Penaksiran waktu untuk mencatat dan dalam nilai beberapa akrual Tidak diterapkan / melanggar GAAP Manajemen laba melalui manajemen transaksi yang sebenarnya Contoh a. LIFO v.s FIFO dalam penilaian persediaan b. Metode depresiasi: metode garis lurus versus saldo menurun a. Perubahan jangka waktu ekonomis dari asset b. Mencatat /mengambil kembali provisi a. b. c. d. a. b. c. d. e. Pengakuan lebih awal atas pendapatan Mencatat penjualan fiktif Backdating sales invoice Overstating inventory Waktu dari Penghentian Aset (kebijakan investasi) Biaya R&D (keputusan operasi) Biaya Pemeliharaan (keputusan operasi) Manajemen pembelian jika melaporkan persediaan yang dinilai dengan metode LIFO Accelerating Sales Sumber: Bauwhede dan Willekens (2003:204) Hubungan Manajemen Laba dengan Abnormal Return Ball dan Brown (Kusuma, 2006:1) dalam penelitiannya menemukan bahwa “laba memiliki nilai relevansi bila secara statistik berhubungan dengan harga saham: 94 Zirman & Lily penurunan dan peningkatan laba berhubungan dengan penurunan atau kenaikan harga saham”. Harga saham cenderung naik apabila laba yang dilaporkan lebih besar daripada laba ekspektasi dan sebaliknya, harga saham cenderung turun apabila laba yang dilaporkan lebih kecil daripada laba ekspektasi. Beaver (1968) menyatakan bahwa perilaku harga dan volume sekitar tanggal pengumuman mengindikasikan bahwa laba tahunan mengandung informasi yang relevan untuk penilaian perusahaan. Laba yang dilaporkan oleh perusahaan go publik akan mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh para investor. Dari laba yang dilaporkan terdapat kemungkinan adanya kandungan manajemen laba yang signifikan. Hal tersebut dapat menyesatkan para investor. Dengan dipublikasikannya laporan keuangan lengkap, investor dapat menggunakan informasi tersebut untuk mendeteksi adanya manajemen laba dalam perusahaan. Oleh karena itu, investor akan bereaksi atas informasi yang disajikan ini. Reaksi investor tersebut ditunjukkan dalam abnormal return perusahaan tersebut. Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis Berdasarkan studi komparatif yang dilakukan oleh Leuz et al. (2002) nilai rata-rata skor manajemen laba di Indonesia berada dalam urutan ke 15 dari 31 negara. Jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain yang juga merupakan sampel, maka Indonesia merupakan negara yang mempunyai tingkat manajemen laba yang paling besar. Sedangkan untuk skor legal enforcement Indonesia memperoleh skor 2,9 yang merupakan skor terendah diantara 31 negara, yang berarti bahwa legal enforcement di Indonesia sangat lemah dan ini berdampak pada rendahnya tingkat proteksi terhadap investor. Dengan adanya bukti empiris bahwa manajemen laba emiten di Indonesia relatif tinggi diiringi dengan proteksi terhadap investor rendah dan kasus skandal pelaporan akuntansi bermunculan (Enron, Merck, World Com), hal ini menimbulkan pertanyaan bahwa apakah investor mempertimbangkan tingkat manajemen laba pada laba yang dilaporkan tersebut. Dimana kandungan informasi laba mengambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Manajemen dalam menanggapi hal tersebut, dapat termotivasi untuk memanajemen laba pada perusahaan karena terdorong oleh berbagai hal seperti memenuhi ekspektasi, kontak hutang, kompensasi dan pembayaran pajak. Informasi laba dihasilkan dari manajemen laba tidak mengambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, bagi para investor yang memiliki kemampuan untuk menilai tingkat manajemen laba yang terkandung dalam laba akan bereaksi terhadap informasi tersebut. Reaksi pasar tersebut akan tampak pada abnormal return pada saat laporan keuangan tersebut dipublikasikan. Lebih spesifik lagi, pada penelitian Baber et al. (2006) pada 10.248 pengumuman laba kuartalan mengindikasikan reaksi harga sekuritas terhadap pengungkapan laba tergantung pada informasi neraca dan arus kas. Hasil penelitiannya menunjukkan dengan adanya informasi neraca dan arus kas dapat meningkatkan kemampuan investor untuk mendeteksi manajemen laba. 95 Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing Dengan tersedianya laporan keuangan dalam bentuk softcopy di Bursa Efek Indonesia yang dapat dipergunakan oleh para investor untuk mendeteksi adanya manajemen laba dan reaksi pasar yang proksikan dengan abnormal return, maka dapat dirumuskan hipotesis: H1: Terdapat pengaruh accrual earnings management terhadap abnormal return Dengan semakin gencarnya dan tingginya risiko manajemen laba melalui accrual earnings management, maka menurut survei yang telah dilakukan oleh Graham et al. (2005), menunjukkan bahwa para manajer lebih menyukai manajemen laba melalui aktivitas perusahaan yang dikenal dengan real earnings management. Penelitian Gunny (2005) memperoleh bukti bahwa firm-year yang berkaitan dengan real earnings manipulation dalam memenuhi earnings benchmark menunjukkan kinerja perusahaan yang lebih baik. Oleh karena itu, dengan menggunakan salah satu metode pengukuran real earnings management yang dikemukakan oleh Roychowdhury (2006) yaitu abnormal cash flow maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut H2: Terdapat pengaruh real earnings management terhadap abnormal return. Untuk menguji pengaruh praktek manajemen secara menyeluruh baik melalui accrual earnings management dan real earnings management, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3: Terdapat pengaruh accrual based earnings management dan real earnings management terhadap abnormal return. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian mencakup semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menyajikan laporan keuangan tahun 2008. Sampel dalam penelitian diseleksi dengan metode purposive sampling. Kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan yang termasuk dalam golongan teraktif dalam trading volume, trading value atau trading frequency pada IDX Statictics 2008. 2. Perusahaan yang bergerak di bidang finansial (menurut Jakarta Stock Industrial Clasiffication) tidak diikutkan dalam pemilihan sampel. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari industri dengan aturan khusus yang mungkin dapat mempengaruhi penggunaan discretionary accruals Proses penyeleksian sampel dalam penelitian ini dapat diilustrasikan dalam tabel 2 berikut ini. 96 Zirman & Lily Tabel 2. Proses Seleksi Sampel Laporan Keuangan Jumlah Persentase Deskripsi Laporan perusahaan kategori aktif dalam value/ volume/frequency menurut IDX Statistics 2008 Eliminasi - Perusahaan yang bergerak di bidang finansial - Perusahaan yang tidak menyerahkan softcopy - Perusahaan yang tidak mengalami abnormal return selama periode peristiwa Jumlah sampel 72 100,00 % 12 1 16,67 % 1,39 % 3 4,17 % 56 77,78 % Definisi dan Operasional Variabel 1. Accrual Earnings Management Accrual earnings management dalam penelitian diukur melalui Jones Model dalam Dechow (1995). Pengestimasian ini dilakukan pada setiap industri berdasarkan pengelompokan JASICA (Jakarta Stock Industrial Clasiffication) sebagai berikut: TA it 1 ∆REVt PPEt = α1 + α2 + α3 + υt At-1 At-1 At-1 At-1 Dimana, TA : total accrual yang diukur dari TA = EBXIit - CFOit. EBXIit merupakan pendapatan sebelum pos luar biasa dan CFOit merupakan arus kas dari operasi. At-1 : total asset tahun sebelumnya. ∆REVt : perubahan dalam pendapatan dari tahun sebelumnya. PPEt : nilai properti, tanaman dan peralatan (property, plant and equipment). Koefisien-koefisien yang diperoleh dari persamaan di atas digunakan untuk memprediksi nondiscresioner accrual (NA), sehingga 1 ∆REVt PPEt NA it = â1 + â2 + â3 + υt At-1 At-1 At-1 Dengan demikian, accrual earnings management diukur melalui DACCit = TAit At-1 - NA it 97 Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing Dalam penelitian ini, nilai discretionary accrual akan diskalakan dengan harga saham (market value) sebelum periode peristiwa seperti yang dilakukan oleh Baber dan Kang (2001). 2 Real Earnings Management Roychowdhury (2006) mempertimbangkan tiga pengukuran real earnings management yaitu tingkat arus kas tidak normal dari operasi (CFO), pengeluaran diskresioner, dan biaya produksi untuk menginvestigasi manipulasi melalui aktivitas sebenarnya. Penelitian Zang (2006) dan Gunny (2005), menyajikan bukti gagasan validitas untuk proksi-proksi ini. Dalam penelitian ini, untuk mengukur real earnings management mengfokuskan pada salah satu pengukuran Roychowdhury (2006) yaitu arus kas tidak normal dari operasi (CFO). CFO normal yang diestimasi melalui model berikut. CFO t 1 S it ∆S it = α0 + α1 + β1 + β2 + εit A t-1 A i, t-1 A i, t-1 A i, t-1 Dimana, α0 : konstanta α1 konstanta yang diskalakan dengan asset tahun sebelumnya. : β1, β2 : koefisien-koefisien estimasi At : total asset pada akhir periode-t, St : penjualan selama periode t ∆St : selisih penjualan periode bersangkutan dikurangi periode sebelumnya. Abnormal cash flow merupakan selisih antara cash flow from operation yang direalisasi dengan normal cash flow from operation yang diestimasi dari persamaan di atas. Hal ini, diilustrasikan pada persamaan berikut ini. CFO t AB_CFO = - Normal CFO A t-1 Dalam penelitian ini, nilai abnormal cash flow from operation akan diskalakan dengan harga saham (market value) sebelum periode peristiwa. 3.Abnormal Return Penelitian ini merupakan suatu event study pada publikasi laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut digunakan untuk mendeteksi adanya manajemen laba baik melalui accrual dan real earnings management. Pada event study, periode pengamatan dibagi menjadi dua, yaitu periode estimasi (estimation period) dan periode kejadian (event period). Periode estimasi adalah periode sebelum peristiwa sedangkan periode kejadian adalah periode disekitar terjadinya event yang hendak diteliti. Dalam penelitian ini, pengamatan pada return selama 5 hari di sekitar tanggal publikasi laporan keuangan lengkap di www.idx.co.id yaitu CAR (-1,+3). Proses estimasi dan peristiwa dapat diilustrasikan sebagai melalui gambar III.1. 98 Zirman & Lily Gambar 1 Ilustrasi Periode Estimasi dan Jendela Periode Jendela (-1,+3) t1 t2 t3 t0 t4 Periode Estimasi (100 hari) Sumber: Jogiyanto (2003:436) dimodifikasi oleh peneliti Suatu event study berusaha untuk mengamati pergerakan return untuk sampel dari perusahaan yang mengalami peristiwa yang sama. Hal utama yang harus diketahui adalah mengetahui return sekuritas tersebut pada periode dimana peristiwa tersebut terjadi (periode jendela). Untuk setiap sampel sekuritas-i, return sekuritas pada waktu periode t (Rit) yang berhubungan dengan peristiwa dapat diilustrasikan pada persamaan berikut Rit = E (R i.t) + e it Dimana E(Ri.t) merupakan return “normal”. Return normal E(Ri.t) merupakan return ekspektasi yang diukur dengan model return ekspektasi tertentu dan eit adalah komponen abnormal dari return yang terjadi (Kothari, 2004:9). Dengan demikian, abnormal return dapat diukur dari persamaan berikut AR i.t = Ri.t – E (R i.t) Dimana ARit merupakan selisih antara return kondisional pada peristiwa dan return ekspektasi yang tidak terkondisi (unconditional) pada peristiwa. Dengan demikian, abnormal return merupakan pengukuran langsung dari perubahan yang tidak diperkirakan pada kekayaan pemegang sekuritas (securityholder) terkait dengan peristiwa. Dalam penelitian ini return ekspektasi diukur melalui model pasar (market model). Model ekspektasi dapat dibentuk dengan menggunakan teknik regresi OLS (ordinary least square) dengan persamaan: R i.j = α + β1 . RMj + εi.j Dimana, R i.j = α = βi = RMj = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j intercept untuk sekuritas ke-i koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas ke-i return indeks pasar pada periode estimasi ke-j 99 Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing εi.j = kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j Setelah diketahui abnormal return yang ada selama periode peristiwa, penelitian akan dilanjutkan dengan mengakumulasikan seluruh abnormal return pada sekuritas ke-i. Akumulasi abnormal return diilustrasikan pada persamaan berikut ini. CAR i,t t = ∑ AR i,a a=t3 Dimana, CAR i,t = cumulative abnormal return sekuritas ke-i pada hari ke-t, yang diakumulasikan dari periode jendela (-1, +3) AR i,a = abnormal return untuk sekuritas ke-i pada hari ke-a, yaitu mulai t3 sampai hari ke-t4 Penelitian ini menggunakan analisis regresi. Analisis regresi merupakan suatu analisis yang mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Regresi berganda adalah regresi dimana variabel terikat (Y) dijelaskan oleh lebih dari 1 variabel bebas (X). Regresi linear berganda untuk penelitian ini dinyatakan dalam persamaan CAR i,t = β0 + β1 DACCi.t/MV+ β2 AB_CFOi.t/MV Dimana, CAR DACCi.t /MV : : AB_CFOi.t/MV : Cumulative Abnormal Return Discretionary Accrual merupakan proksi dari accrual earnings management yang diskalakan dengan harga pasar sebelum periode jendela (MV) Abnormal cash flow from operation merupakan proksi dari real earnings management yang diskalakan dengan harga pasar sebelum periode jendela (MV) ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 3. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N CAR DACC/MV AB_CFO/MV Valid N (listwise) 100 Minimum 56 56 56 56 -.150372 -.013421 -.002167 Maximum .374176 .002888 .003105 Mean -.00645100 -.00027915 .00007297 Std. Deviation .096966363 .001917655 .000694682 Zirman & Lily Sumber : Data Olahan SPSS 17 Pengujian Asumsi Klasik 1. Pengujian Normalitas Nilai signifikansi Kolmogorov Smirnov adalah 0.194. Nilai 0.194 ini tidak signifikan pada 0.05 (karena 0.194 > 0.05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. 2. Uji Multikolinieritas Nilai VIF (Variance Inflation Factor), dengan menggunakan alpha/tolerance = 5% atau 0.05, maka VIF = 5. Dari output besar VIF Hitung (VIF DACC/MV = 1.481 dan VIF AB_CFO/MV = 1.481) < VIF = 5 dan semua tolerance variabel bebas (0.675= 67,5%) di atas 5%, dapat disimpulkan antar variabel bebas tidak terjadi multikolinieritas. Pengujian multikolinieritas yang dilakukan melalui pengamatan pada besaran koefisien korelasi antarvariabel bebas. Dari tabel 4.4, terlihat koefisien korelasi antarvariabel bebas sebesar 0.570. Nilai 0.570 ini berada di bawah 0.6 (0.570 < 0.6). Sehingga dapat disimpulkan bahwa antar variabel tidak terjadi multikolinieritas. 3 Uji Autokolerasi Nilai statistik Durbin-Watson sebagai output dari SPSS versi 17 sebesar 2.187. Nilai 4-d = 4 – 2.187= 1.813 dan nilai 1.813 > 1.641 (dU). Sehingga, dapat menarik kesimpulan bahwa model analisis memenuhi syarat bebas autokorelasi. 4.Uji Heteroskedastisitas Dari hasil SPSS diatas, menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Abs_Res (Absolut Residual). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansi di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengalami heteroskedastisitas. Pengujian Hipotesis Tabel berikut menunjukkan hasil pengujian hubungan accrual dan real earnings management terhadap abnormal return. Tabel 4 Hasil Uji Simultan ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression .093 2 .047 Residual .424 53 .008 Total .517 55 F 5.815 Sig. .005a a. Predictors: (Constant), AB_CFO/MV, DACC/MV b. Dependent Variable: CAR 101 Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing Tabel 5 Hasil Uji Parsial Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients B 1 (Constant) Standardized Coefficients Std. Error -.009 .012 DACC/MV -25.092 7.654 AB_CFO/MV -55.789 21.130 t Sig. Beta -.776 .441 -.496 -3.278 .002 -.400 -2.640 .011 a. Dependent Variable: CAR Sumber: Data Olahan SPSS 17 Hubungan antara manajemen laba melalui accrual dan real earning management mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap abnormal return. Hal ini ditunjukkan dari nilai F sebesar 5.815 dan signifikansi sebesar 0.005. Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel independen terhadap abnormal return dilakukan melalui pengujian parsial. Pengaruh accrual earnings management terhadap accrual earnings management secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 1%. Hal ini ditunjukkan melalui nilai t sebesar -3,278 dan signifikansi 0.002. Hal ini konsisten dengan penelitian Baber dan Kang (2001) dan Baslam et al. (2002) yang menunjukkan hubungan negatif antara return saham pada periode dengan diskresioner akrual. Sedangkan untuk pengaruh real earnings management secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 5%. Hal tersebut ditunjukkan dari nilai t sebesar 2.640 dan signifikansi 0.011. Hasil ini menunjukkan bahwa investor mengenali dan mencurigai adanya praktek real earnings management pada perusahaan-perusahaan sampel, sehingga mereka berusaha untuk memproteksi kepentingannya dan bereaksi negatif terhadap abnormal cash flow positif tersebut. Hasil ini juga berarti bahwa investor mengenali pentingnya biaya-biaya diskresioner dan kebijakan untuk menurunkan atau menekan biaya-biaya tersebut mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Hasil sejalan dengan hasil penelitian Gunny (2005) memperoleh bukti bahwa para investor mengetahui implikasi laba masa depan dari investasi dalam SG&A dan memotong harga atau over produksi. Nilai R Square sebesar 18% menunjukkan bahwa variabel cumulative abnormal return dapat dijelaskan oleh variabel accrual dan real earnings management sebesar 18% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Ini berarti bahwa para investor tidak hanya bereaksi dengan manajemen laba tetapi juga mempertimbangkan faktorfaktor lain dalam laporan keuangan yang dipublikasikan tersebut. Ini mencerminkan investor berhati-hati dalam menganalisis kandungan informasi dari laporan keuangan lengkap tersebut. 102 Zirman & Lily SIMPULAN DAN KETERBATASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen laba melalui accrual dan real earnings management terhadap abnormal return pada peristiwa publikasi laporan keuangan lengkap di Bursa Efek Indonesia. Peneliti menemukan bahwa para investor mengenali komponen accrual dan real earnings management dalam laba yang dilaporkan sehingga mereka bereaksi secara negatif terhadap praktek accrual dan real earnings management. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang terkait, yaitu tidak menggunakan model lain untuk mendeteksi manajemen laba baik melalui accrual dan real earnings management supaya dapat memberikan hasil perbandingan. Dan penelitian ini tidak mempertimbangkan perusahaan yang memenuhi ekspektasi investor atau tidak. DAFTAR PUSTAKA Achmad, Komarudin. Imam Subekti dan Sari Atmini. 2007. Investigasi Motivasi dan Strategi Manajemen Laba Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X. Baber, William dan Sok-Hyon Kang. 2001. Stock Price Reaction to On-Target Earnings Announcements. GWU Working Paper Baber, William R. Shuping Chen dan Sok-Hyon Kang. 2006. Stock Price Reaction To Evidence of Earnings Management: Implication for Supplementary Financial Disclosure. Review of Accounting Studies Balsam, Steven. Eli Bartov, dan Carol Marquardt. 2000. Accruals Management, Investor Sophistication, And Equity Valuation: Evidence From 10-Q Filings.Working Paper University Philadelphia dan New York University Bauwhede, H, Vander dan M. Willekens. 2003. Earnings Management in Belgium: a Review of the Empirical Evidence. Tijdschrift voor Economie en Management Vol. XLVIII, 2 Chen, Jeff Z. Lynn Rees dan K. Sivaramakrishnan. 2008. On the Use of Accounting vs. Real Earnings Management to Meet Earnings Expectations – A Market Analysis. Paper University of Houston dan Texas A&M University Cohen, Daniel dan Paul Zarowin. 2008. Economic Consequence and Accrual Based Earnings Management. NYU Working Paper Cohen, Daniel A dan Paul Zarowin. 2008. Real Earnings Management Activities around Seasoned Equity Offering. NYU Working Paper No. 2451/27554 Dechow, Patricia M dan Skinner, Douglas J. 2000. Earnings Management : Reconciling the Views of Accounting Academics, Practioners and Regulators. Paper University of Michigan Business School Dechow, Patricia M. Richard G. Sloan dan Amy P. Sweeny. 1995. Detecting Earnings Management. The Accounting Review, Vol. 70, No.2, pp. 193-225 103 Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing Dwiatmini, Sesilia dan Nurkholis. 2001. Analisis Reaksi Pasar Terhadap Informasi Laba: Kasus Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. TEMA, Volume II, Nomor 1 Gavious, Ilanit. 2007. Market Reaction to Earnings Management: The Incremental Contribution of Analysts. International Research Journal of Finance and Economics. ISSN 1450-2887 Issue 8. EuroJournals Publishing Inc Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Graham, John R. Campbell R Harvey dan Shiva Rajgopalc. 2005. The Economic Implications of Corporate Financial Reporting. Version: January 11. Paper Duke University, National Bureau of Economic Research, dan University of Washington, Seattle Gumanti, Tatang Ari . 2000. Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No. 2, Nopember 2000: 104 – 115 Gunny, Katherine. 2005. What Are The Consequence Of Real Earnings Management?. Working Paper University of California Habib, Ahsan dan James C. Hansen. 2009. Target Shooting: Review of Earnings Management around Earnings Benchmark. Paper Auckland University of Technology & University of Illinois Healy, Paul, M dan James M. Wahlen. 1999. A Review of the Earnings Management Literature and Its Implication for Standard Setting. Accounting Horizon Vol 13 No. 4 December 1999 pp. 365-383 Jiang, John (Xuefeng). 2007. Beating Earnings Benchmarks and the Cost of Debt. Paper Eli Broad College of Business Michigan State University Jogiyanto, H.M. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 3. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada Joni dan Jogiyanto, 2009. Hubungan Manajemen Laba Sebelum IPO dan Return Saham dengan Kecerdasan Investor sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Riset Akuntansi Vol.12, No.1, Hal 51-67 Kothari, S.P dan Jerold B. Warner. 2004. Ecometrics of Event Studies. Handbook of Corporate Finance: Empirical Corporate Finance Kusuma, Hadri. 2006. Dampak Manajemen Laba terhadap Relevansi Informasi Akuntansi: Bukti Empiris dari Indonesia. Jurnal Akuntansi Keuangan, Vol. 8 No. 1 Leuz, Christian. Dhananjay Nanda dan Peter D. Wysocki. 2002. Earnings Management and Investor Protection: An International Comparison. Forthcoming Journal of Financial Economics Makar, Stephen D. Pervaiz Alam dan Michael A. Pearson. 2000. Earnings Management: When Does Juggling the Numbers Become Fraud?. The White Paper, January-February 2000, Vol. 14, No. 1 Mohanram, Partha S. 2003. How to Manage Earnings Management. Issue of Accounting World Roychowdhury, Sugata. 2006. Earnings Management Through Real Activities Manipulation. Forthcoming at the Journal of Accounting and Economics 104 Zirman & Lily Sanjaya, I Putu Sugiartha. 2004. Komite Audit, Manajemen Laba, dan Return Tidak Normal. Abstrak Tesis Universitas Gadjah Mada Santoso, Singgih. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Subekti, Imam. 2005. Asosiasi Praktik Perataan Laba dan Reaksi Pasar Modal di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VIII : 223-237 Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta: Media Pressindo Tumirin. 2005. Analisis Variabel Akuntansi Kuartalan, Variabel Pasar, Dan Arus Kas Operasi Yang Mempengaruhi Bid-Ask Spread. JAAI Volume 9 No. 1: 61-75 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Widiastuty, Erna. 2004. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Return Saham. Abstrak Tesis Universitas Gadjah Mada Xie, Hong. 2001. The Mispricing of Abnormal Accrual. The Accounting Review Vol. 76, No. 3 pp. 357-373 105