pengaruh manajemen laba terhadap abnormal return - E

advertisement
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
Vol. 4, No. 1, April 2009
PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP
ABNORMAL RETURN
ZIRMAN
Fakultas Ekonomi Universitas Riau
LILY
Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Riau
ABSTRACT
This research investigates the consequence of earnings management by
analyzing stock price reaction to the full set financial statement in 2008 which can be
used by investors to detect earnings management by the firms. This research
investigated two forms of earnings management (accrual and real earnings
management). The samples is drawn from firms in IDX Statistic 2008 which
categorized as active in frequency, value or volume.
The method of analysis of this research used multi regression. The results
show (1) discretionary accrual had negative significant influence to abnormal return,
(2) abnormal cash flow from operation had negative significant influence to abnormal
return.
The results implicate that the investors are aware of the accrual earnings
management (discretionary accrual) and real earnings management (abnormal cash
flow) components in the earnings reported by the firms and they react negative to this
components.
Keywords: accrual earnings management, real earnings management, abnormal
return
PENDAHULUAN
Pasar modal terdapat berbagai jenis financial assets yang mempunyai tingkat
keuntungan dan risiko yang berbeda. Dari berbagai jenis financial assets yang tersedia,
para investor membutuhkan berbagai informasi untuk mengambil keputusan yang
tepat. Salah satu informasi yang dapat mencerminkan keadaan perusahaan dengan baik
adalah laporan keuangan. Di antara komponen-komponen dalam laporan keuangan,
yang menjadi parameter utama bagi para investor adalah laba. Baik teori maupun
bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa laba (earnings) telah dijadikan sebagai suatu
target dalam proses penilaian prestasi usaha suatu departemen secara khusus (manajer)
atau perusahaan (organisasi) secara umum.
Menurut Healy dan Wahlen (1999:366), “idealnya, suatu pelaporan keuangan
membantu perusahaan yang berprestasi untuk membedakan mereka dari perusahaan
yang tidak berprestasi, mempermudah alokasi sumber daya secara efisien dan
keputusan pengelolaan oleh para stakeholder”. Untuk tujuan tersebut, standar
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
akuntansi harus mengizinkan manajer untuk menggunakan pertimbangannya dalam
pelaporan keuangan. Dengan demikian, pihak manajemen dapat menggunakan
kesempatan ini untuk menciptakan peluang untuk “memanajemen laba”.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji reaksi pasar di sekitar
publikasi laporan keuangan. Penelitian DeFond dan Park (2001) dalam Baber et al.
(2006) menyimpulkan bahwa para investor menyesuaikan, atau setidaknya sebagian,
mencurigai adanya indikasi manajemen laba pada saat pengumuman laba. Baslam et al.
(2002) mengamati Form 10Q mendokumentasikan adanya hubungan negatif antara
bukti manajemen laba dengan return saham setelah 17 hari di sekitar tanggal
pengajuan Form 10Q.
Untuk menginvestigasi reaksi pasar dari tindakan manajemen laba yang
dilakukan baik melalui accrual dan real earnings management, penelitian ini menguji
pengaruh accrual dan real earnings management terhadap abnormal return yang
merupakan proksi reaksi pasar atas publikasi laporan keuangan lengkap di Bursa Efek
Indonesia.
Masalah Penelitian
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh accrual earnings management terhadap abnormal return?
2. Apakah ada pengaruh real earnings management terhadap abnormal return?
3.
Apakah ada pengaruh accrual dan real earnings management terhadap
abnormal return?
KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Tipe-Tipe Manajemen Laba
Pada umumnya tipe-tipe manajemen laba yang dilakukan perusahaan dapat
dikategorikan dalam accrual earnings management (within GAAP earnings
management), pelanggaran prinsip akuntansi (without GAAP earnings management)
dan real earnings management.
1.Accrual Earnings Management
Accrual earnings management sering dikenal dengan “within-GAAP earnings
management” dalam literatur akuntansi. Tipe manajemen laba ini menggunakan
teknik-teknik yang didasarkan atas penggunaan fleksibilitas dalam prinsip-prinsip
akuntansi. GAAP memperbolehkan fleksibilitas ini untuk memberikan peluang kepada
perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan yang mencerminkan realitas ekonomi
sebaik mungkin. Meskipun demikian, perusahaan-perusahaan dapat menyalahgunakan
peluang ini untuk melakukan manajemen laba.
Ahmad (2007:17) menyajikan strategi manajemen laba melalui fleksibilitas
akuntansi dapat meliputi estimasi penyisihan piutang menimbulkan beban penyisihan
piutang (Beneish, 1997 dan Dechow, 1995),estimasi penyisihan persediaan
menimbulkan beban penyisihan persediaan (Beneish, 1997), estimasi umur aktiva atau
tarif penyusutan menimbulkan beban penyusutan (Neil et al, 1995 dan Michelson et al,
92
Zirman & Lily
1995), estimasi masa manfaat biaya tangguhan menimbulkan beban amortisasi biaya
tangguhan (Beneish, 1997 dan Moses, 1987)
2. Pelanggaran Prinsip Akuntansi
Makar et al., (2000) menyatakan bahwa manajemen laba menjadi suatu bentuk
kecurangan (fraud), ketika suatu perusahaan dengan sengaja menyajikan informasi
yang salah secara material. Teknik manajemen laba ini melanggar prinsip-prinsip
akuntansi (GAAP) sehingga dikenal dengan “without-GAAP earnings management”.
Strategi manajemen laba yang merupakan kategori dalam pelanggaran prinsip
akuntansi ini dalam Ahmad (2007:17-18) meliputi
1) Tidak mencatat persediaan, sehingga meningkatkan harga pokok
penjualan
2) Tidak mencatat laba penjualan aktiva tetap (Bartov, 1993)
3) Tidak mencatat kerugian penurunan nilai aktiva non operasi (Copeland
(1968), Schiff (1968) dan Kirchheimer (1968))
4) Menggunakan nilai neto persediaan, setelahh dikurangi penyisihannya,
untuk menaikkan harga pokok penjualan
5) Mencatat investasi kepemilikan saham sebesar 20% (lebih) dengan
metode biaya (Barefield & Comiskey (1972) dan Dascher & Malcolm
(1970))
6) Melaporkan goodwill negatif (selisih lebih nilai buku atas biaya perolehan
investasi perusahaan anak)
7) Mencatat persediaan fiktif (Beneish, 1997)
8) Membuat laporan yang menyesatkan tentang kerugian kehilangan
persediaan, dengan tidak mengestimasi pendapatan dari klaim asuransi
yang mengurangi kerugian.
3.Real Earnings Management
Real earnings management adalah tindakan manajer yang berselisih dengan
praktek normal bisnis untuk mencapai tingkat laba tertentu. Schipper (1989)
mendeskripsikan “manajemen laba sebagai suatu bentuk intervensi yang disengaja
dalam proses pelaporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi”. Sebagian kecil dari pengertian di atas mencakup tentang “real
earnings management”, yang dicapai melalui waktu investasi atau keputusan finansial
untuk mengubah laba yang dilaporkan atau beberapa bagian darinya.
Survei yang dilakukan oleh Graham (2005:15-16) terhadap 401 eksekutif
menemukan bukti yang kuat bahwa manajer melakukan aktivitas riil untuk
mempertahankan tampilan akuntansi. Secara khusus, 80% dalam peserta survey
mereka akan menurunkan pengeluaran dalam R&D, iklan, dan mempertahankan untuk
memenuhi target laba. Lebih dari separuh (55,3%) menyatakan bahwa mereka akan
menunda memulaikan proyek baru untuk memenuhi target laba, meskipun jika
penundaan seperti itu menyebabkan perlunya pengorbanan kecil dalam nilai…
93
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
Cohen dan Zarowin (2008:8) terdapat dua alasan para eksekutif lebih
menyukai manajemen laba melalui aktivitas transaksional dari pd melalui akrual.
Alasan tersebut adalah
1) Accrual earnings management lebih menarik perhatian auditor atau
regulator dari pada keputusan sebenarnya, seperti yang berhubungan
dengan harga produk, produksi dan biaya-biaya pada R&D dan iklan.
2) Bergantung pada manajemen laba akrual terlalu berbahaya. Kekurangan
yang disadari antara laba yang tidak diatur dan benchmark yang
diharapkan dapat melebihi jumlah yang dapat dimanipulasi secara akrual
setelah berakhir tahun fiskal atau keterbatasan fleksibilitas.
Real earnings management dapat dilakukan melalui berberapa aktivitas seperti
manipulasi penjualan (sales manipulation), pengurangan beban diskresioner
(reduction of discretionary expenditures), over production dan waktu penjualan dari
fixed asset untuk pelaporan laba. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat mempengaruhi arus
kas perusahaan.
Untuk lebih memperjelas tipe-tipe manajemen laba, metode spesifikasi
diiringi dengan contoh-contohnya dapat kita lihat pada Tabel II.1 berikut ini
Tabel 1
Tinjauan Metode Manajemen Laba
Tipe
Manajemen Laba
Kebijakan Akuntansi:
Within-GAAP Earnings
Management
Kebijakan Akuntansi:
Without-GAAP
Earnings Management
Real Transaction
Metode Spesifikasi
Menggunakan
fleksibilitas
yang ada dalam GAAP
Contoh:
1. Pilihan dan perubahan
dalam prinsip akuntansi
2. Estimasi Akrual:
Penaksiran waktu untuk
mencatat dan dalam nilai
beberapa akrual
Tidak diterapkan / melanggar
GAAP
Manajemen laba melalui
manajemen transaksi yang
sebenarnya
Contoh
a. LIFO v.s FIFO dalam penilaian persediaan
b. Metode depresiasi: metode garis lurus versus
saldo menurun
a. Perubahan jangka waktu ekonomis dari asset
b. Mencatat /mengambil kembali provisi
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
Pengakuan lebih awal atas pendapatan
Mencatat penjualan fiktif
Backdating sales invoice
Overstating inventory
Waktu dari Penghentian Aset (kebijakan
investasi)
Biaya R&D (keputusan operasi)
Biaya Pemeliharaan (keputusan operasi)
Manajemen
pembelian
jika
melaporkan
persediaan yang dinilai dengan metode LIFO
Accelerating Sales
Sumber: Bauwhede dan Willekens (2003:204)
Hubungan Manajemen Laba dengan Abnormal Return
Ball dan Brown (Kusuma, 2006:1) dalam penelitiannya menemukan bahwa
“laba memiliki nilai relevansi bila secara statistik berhubungan dengan harga saham:
94
Zirman & Lily
penurunan dan peningkatan laba berhubungan dengan penurunan atau kenaikan harga
saham”. Harga saham cenderung naik apabila laba yang dilaporkan lebih besar
daripada laba ekspektasi dan sebaliknya, harga saham cenderung turun apabila laba
yang dilaporkan lebih kecil daripada laba ekspektasi. Beaver (1968) menyatakan
bahwa perilaku harga dan volume sekitar tanggal pengumuman mengindikasikan
bahwa laba tahunan mengandung informasi yang relevan untuk penilaian perusahaan.
Laba yang dilaporkan oleh perusahaan go publik akan mempengaruhi
keputusan yang akan diambil oleh para investor. Dari laba yang dilaporkan terdapat
kemungkinan adanya kandungan manajemen laba yang signifikan. Hal tersebut dapat
menyesatkan para investor. Dengan dipublikasikannya laporan keuangan lengkap,
investor dapat menggunakan informasi tersebut untuk mendeteksi adanya manajemen
laba dalam perusahaan. Oleh karena itu, investor akan bereaksi atas informasi yang
disajikan ini. Reaksi investor tersebut ditunjukkan dalam abnormal return perusahaan
tersebut.
Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan studi komparatif yang dilakukan oleh Leuz et al. (2002) nilai
rata-rata skor manajemen laba di Indonesia berada dalam urutan ke 15 dari 31 negara.
Jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain yang juga merupakan sampel, maka
Indonesia merupakan negara yang mempunyai tingkat manajemen laba yang paling
besar. Sedangkan untuk skor legal enforcement Indonesia memperoleh skor 2,9 yang
merupakan skor terendah diantara 31 negara, yang berarti bahwa legal enforcement di
Indonesia sangat lemah dan ini berdampak pada rendahnya tingkat proteksi terhadap
investor.
Dengan adanya bukti empiris bahwa manajemen laba emiten di Indonesia
relatif tinggi diiringi dengan proteksi terhadap investor rendah dan kasus skandal
pelaporan akuntansi bermunculan (Enron, Merck, World Com), hal ini menimbulkan
pertanyaan bahwa apakah investor mempertimbangkan tingkat manajemen laba pada
laba yang dilaporkan tersebut. Dimana kandungan informasi laba mengambarkan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Manajemen dalam menanggapi hal
tersebut, dapat termotivasi untuk memanajemen laba pada perusahaan karena
terdorong oleh berbagai hal seperti memenuhi ekspektasi, kontak hutang, kompensasi
dan pembayaran pajak.
Informasi laba dihasilkan dari manajemen laba tidak mengambarkan keadaan
perusahaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, bagi para investor yang memiliki
kemampuan untuk menilai tingkat manajemen laba yang terkandung dalam laba akan
bereaksi terhadap informasi tersebut. Reaksi pasar tersebut akan tampak pada
abnormal return pada saat laporan keuangan tersebut dipublikasikan. Lebih spesifik
lagi, pada penelitian Baber et al. (2006) pada 10.248 pengumuman laba kuartalan
mengindikasikan reaksi harga sekuritas terhadap pengungkapan laba tergantung pada
informasi neraca dan arus kas. Hasil penelitiannya menunjukkan dengan adanya
informasi neraca dan arus kas dapat meningkatkan kemampuan investor untuk
mendeteksi manajemen laba.
95
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
Dengan tersedianya laporan keuangan dalam bentuk softcopy di Bursa Efek
Indonesia yang dapat dipergunakan oleh para investor untuk mendeteksi adanya
manajemen laba dan reaksi pasar yang proksikan dengan abnormal return, maka dapat
dirumuskan hipotesis:
H1:
Terdapat pengaruh accrual earnings management terhadap abnormal
return
Dengan semakin gencarnya dan tingginya risiko manajemen laba melalui
accrual earnings management, maka menurut survei yang telah dilakukan oleh
Graham et al. (2005), menunjukkan bahwa para manajer lebih menyukai manajemen
laba melalui aktivitas perusahaan yang dikenal dengan real earnings management.
Penelitian Gunny (2005) memperoleh bukti bahwa firm-year yang berkaitan dengan
real earnings manipulation dalam memenuhi earnings benchmark menunjukkan
kinerja perusahaan yang lebih baik. Oleh karena itu, dengan menggunakan salah satu
metode pengukuran real earnings management yang dikemukakan oleh
Roychowdhury (2006) yaitu abnormal cash flow maka dirumuskan hipotesis sebagai
berikut
H2:
Terdapat pengaruh real earnings management terhadap abnormal
return.
Untuk menguji pengaruh praktek manajemen secara menyeluruh baik melalui
accrual earnings management dan real earnings management, maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H3:
Terdapat pengaruh accrual based earnings management dan real
earnings management terhadap abnormal return.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian mencakup semua perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia yang menyajikan laporan keuangan tahun 2008. Sampel dalam
penelitian diseleksi dengan metode purposive sampling. Kriteria pemilihan sampel
adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang termasuk dalam golongan teraktif dalam trading volume,
trading value atau trading frequency pada IDX Statictics 2008.
2. Perusahaan yang bergerak di bidang finansial (menurut Jakarta Stock
Industrial Clasiffication) tidak diikutkan dalam pemilihan sampel. Hal
tersebut dimaksudkan untuk menghindari industri dengan aturan khusus
yang mungkin dapat mempengaruhi penggunaan discretionary accruals
Proses penyeleksian sampel dalam penelitian ini dapat diilustrasikan dalam
tabel 2 berikut ini.
96
Zirman & Lily
Tabel 2.
Proses Seleksi Sampel
Laporan Keuangan
Jumlah Persentase
Deskripsi
Laporan perusahaan kategori aktif dalam value/
volume/frequency menurut IDX Statistics 2008
Eliminasi
- Perusahaan yang bergerak di bidang finansial
- Perusahaan yang tidak menyerahkan softcopy
- Perusahaan yang tidak mengalami
abnormal return selama periode peristiwa
Jumlah sampel
72
100,00 %
12
1
16,67 %
1,39 %
3
4,17 %
56
77,78 %
Definisi dan Operasional Variabel
1. Accrual Earnings Management
Accrual earnings management dalam penelitian diukur melalui Jones Model
dalam Dechow (1995). Pengestimasian ini dilakukan pada setiap industri berdasarkan
pengelompokan JASICA (Jakarta Stock Industrial Clasiffication) sebagai berikut:
TA it
1
∆REVt
PPEt
= α1
+ α2
+ α3
+ υt
At-1
At-1
At-1
At-1
Dimana,
TA
: total accrual yang diukur dari TA = EBXIit - CFOit.
EBXIit merupakan pendapatan sebelum pos luar biasa dan
CFOit merupakan arus kas dari operasi.
At-1
: total asset tahun sebelumnya.
∆REVt
: perubahan dalam pendapatan dari tahun sebelumnya.
PPEt
: nilai properti, tanaman dan peralatan (property, plant and
equipment).
Koefisien-koefisien yang diperoleh dari persamaan di atas digunakan untuk
memprediksi nondiscresioner accrual (NA), sehingga
1
∆REVt
PPEt
NA it = â1
+ â2
+ â3
+ υt
At-1
At-1
At-1
Dengan demikian, accrual earnings management diukur melalui
DACCit =
TAit
At-1
-
NA it
97
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
Dalam penelitian ini, nilai discretionary accrual akan diskalakan dengan
harga saham (market value) sebelum periode peristiwa seperti yang dilakukan oleh
Baber dan Kang (2001).
2 Real Earnings Management
Roychowdhury (2006) mempertimbangkan tiga pengukuran real earnings
management yaitu tingkat arus kas tidak normal dari operasi (CFO), pengeluaran
diskresioner, dan biaya produksi untuk menginvestigasi manipulasi melalui aktivitas
sebenarnya. Penelitian Zang (2006) dan Gunny (2005), menyajikan bukti gagasan
validitas untuk proksi-proksi ini.
Dalam penelitian ini, untuk mengukur real earnings management
mengfokuskan pada salah satu pengukuran Roychowdhury (2006) yaitu arus kas tidak
normal dari operasi (CFO). CFO normal yang diestimasi melalui model berikut.
CFO t
1
S it
∆S it
= α0 + α1
+ β1
+ β2
+ εit
A t-1
A i, t-1
A i, t-1
A i, t-1
Dimana,
α0
:
konstanta
α1
konstanta yang diskalakan dengan asset tahun sebelumnya.
:
β1, β2 :
koefisien-koefisien estimasi
At
:
total asset pada akhir periode-t,
St
:
penjualan selama periode t
∆St
:
selisih penjualan periode bersangkutan dikurangi periode
sebelumnya.
Abnormal cash flow merupakan selisih antara cash flow from operation yang
direalisasi dengan normal cash flow from operation yang diestimasi dari persamaan di
atas. Hal ini, diilustrasikan pada persamaan berikut ini.
CFO t
AB_CFO =
- Normal CFO
A t-1
Dalam penelitian ini, nilai abnormal cash flow from operation akan
diskalakan dengan harga saham (market value) sebelum periode peristiwa.
3.Abnormal Return
Penelitian ini merupakan suatu event study pada publikasi laporan keuangan.
Laporan keuangan tersebut digunakan untuk mendeteksi adanya manajemen laba baik
melalui accrual dan real earnings management. Pada event study, periode
pengamatan dibagi menjadi dua, yaitu periode estimasi (estimation period) dan
periode kejadian (event period). Periode estimasi adalah periode sebelum peristiwa
sedangkan periode kejadian adalah periode disekitar terjadinya event yang hendak
diteliti. Dalam penelitian ini, pengamatan pada return selama 5 hari di sekitar tanggal
publikasi laporan keuangan lengkap di www.idx.co.id yaitu CAR (-1,+3). Proses
estimasi dan peristiwa dapat diilustrasikan sebagai melalui gambar III.1.
98
Zirman & Lily
Gambar 1 Ilustrasi Periode Estimasi dan Jendela
Periode Jendela
(-1,+3)
t1
t2 t3
t0
t4
Periode Estimasi (100 hari)
Sumber: Jogiyanto (2003:436) dimodifikasi oleh peneliti
Suatu event study berusaha untuk mengamati pergerakan return untuk sampel
dari perusahaan yang mengalami peristiwa yang sama. Hal utama yang harus diketahui
adalah mengetahui return sekuritas tersebut pada periode dimana peristiwa tersebut
terjadi (periode jendela). Untuk setiap sampel sekuritas-i, return sekuritas pada waktu
periode t (Rit) yang berhubungan dengan peristiwa dapat diilustrasikan pada
persamaan berikut
Rit
=
E (R i.t) + e it
Dimana E(Ri.t) merupakan return “normal”. Return normal E(Ri.t) merupakan
return ekspektasi yang diukur dengan model return ekspektasi tertentu dan eit adalah
komponen abnormal dari return yang terjadi (Kothari, 2004:9). Dengan demikian,
abnormal return dapat diukur dari persamaan berikut
AR i.t = Ri.t – E (R i.t)
Dimana ARit merupakan selisih antara return kondisional pada peristiwa dan
return ekspektasi yang tidak terkondisi (unconditional) pada peristiwa. Dengan
demikian, abnormal return merupakan pengukuran langsung dari perubahan yang
tidak diperkirakan pada kekayaan pemegang sekuritas (securityholder) terkait dengan
peristiwa.
Dalam penelitian ini return ekspektasi diukur melalui model pasar (market
model). Model ekspektasi dapat dibentuk dengan menggunakan teknik regresi OLS
(ordinary least square) dengan persamaan:
R i.j = α + β1 . RMj + εi.j
Dimana,
R i.j
=
α
=
βi
=
RMj
=
return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
intercept untuk sekuritas ke-i
koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas ke-i
return indeks pasar pada periode estimasi ke-j
99
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
εi.j
=
kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
Setelah diketahui abnormal return yang ada selama periode peristiwa,
penelitian akan dilanjutkan dengan mengakumulasikan seluruh abnormal return pada
sekuritas ke-i. Akumulasi abnormal return diilustrasikan pada persamaan berikut ini.
CAR i,t
t
= ∑ AR i,a
a=t3
Dimana,
CAR i,t =
cumulative abnormal return sekuritas ke-i pada hari ke-t,
yang diakumulasikan dari periode jendela (-1, +3)
AR i,a
=
abnormal return untuk sekuritas ke-i pada hari ke-a, yaitu
mulai t3 sampai hari ke-t4
Penelitian ini menggunakan analisis regresi. Analisis regresi merupakan suatu
analisis yang mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Regresi
berganda adalah regresi dimana variabel terikat (Y) dijelaskan oleh lebih dari 1
variabel bebas (X). Regresi linear berganda untuk penelitian ini dinyatakan dalam
persamaan
CAR i,t = β0 + β1 DACCi.t/MV+ β2 AB_CFOi.t/MV
Dimana,
CAR
DACCi.t /MV
:
:
AB_CFOi.t/MV
:
Cumulative Abnormal Return
Discretionary Accrual merupakan proksi dari accrual
earnings management yang diskalakan dengan harga
pasar sebelum periode jendela (MV)
Abnormal cash flow from operation merupakan
proksi dari real earnings management yang
diskalakan dengan harga pasar sebelum periode
jendela (MV)
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel 3.
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
CAR
DACC/MV
AB_CFO/MV
Valid N (listwise)
100
Minimum
56
56
56
56
-.150372
-.013421
-.002167
Maximum
.374176
.002888
.003105
Mean
-.00645100
-.00027915
.00007297
Std. Deviation
.096966363
.001917655
.000694682
Zirman & Lily
Sumber : Data Olahan SPSS 17
Pengujian Asumsi Klasik
1. Pengujian Normalitas
Nilai signifikansi Kolmogorov Smirnov adalah 0.194. Nilai 0.194 ini tidak
signifikan pada 0.05 (karena 0.194 > 0.05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi normal.
2. Uji Multikolinieritas
Nilai VIF (Variance Inflation Factor), dengan menggunakan alpha/tolerance
= 5% atau 0.05, maka VIF = 5. Dari output besar VIF Hitung (VIF DACC/MV =
1.481 dan VIF AB_CFO/MV = 1.481) < VIF = 5 dan semua tolerance variabel bebas
(0.675= 67,5%) di atas 5%, dapat disimpulkan antar variabel bebas tidak terjadi
multikolinieritas.
Pengujian multikolinieritas yang dilakukan melalui pengamatan pada besaran
koefisien korelasi antarvariabel bebas. Dari tabel 4.4, terlihat koefisien korelasi
antarvariabel bebas sebesar 0.570. Nilai 0.570 ini berada di bawah 0.6 (0.570 < 0.6).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa antar variabel tidak terjadi multikolinieritas.
3 Uji Autokolerasi
Nilai statistik Durbin-Watson sebagai output dari SPSS versi 17 sebesar 2.187.
Nilai 4-d = 4 – 2.187= 1.813 dan nilai 1.813 > 1.641 (dU). Sehingga, dapat menarik
kesimpulan bahwa model analisis memenuhi syarat bebas autokorelasi.
4.Uji Heteroskedastisitas
Dari hasil SPSS diatas, menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen
yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Abs_Res
(Absolut Residual). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansi di atas tingkat
kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengalami
heteroskedastisitas.
Pengujian Hipotesis
Tabel berikut menunjukkan hasil pengujian hubungan accrual dan real
earnings management terhadap abnormal return.
Tabel 4
Hasil Uji Simultan
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.093
2
.047
Residual
.424
53
.008
Total
.517
55
F
5.815
Sig.
.005a
a. Predictors: (Constant), AB_CFO/MV, DACC/MV
b. Dependent Variable: CAR
101
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
Tabel 5
Hasil Uji Parsial
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
B
1
(Constant)
Standardized
Coefficients
Std. Error
-.009
.012
DACC/MV
-25.092
7.654
AB_CFO/MV
-55.789
21.130
t
Sig.
Beta
-.776
.441
-.496
-3.278
.002
-.400
-2.640
.011
a. Dependent Variable: CAR
Sumber: Data Olahan SPSS 17
Hubungan antara manajemen laba melalui accrual dan real earning
management mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap abnormal return. Hal ini
ditunjukkan dari nilai F sebesar 5.815 dan signifikansi sebesar 0.005. Sedangkan untuk
mengetahui hubungan antara masing-masing variabel independen terhadap abnormal
return dilakukan melalui pengujian parsial.
Pengaruh accrual earnings management terhadap accrual earnings
management secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 1%. Hal ini
ditunjukkan melalui nilai t sebesar -3,278 dan signifikansi 0.002. Hal ini konsisten
dengan penelitian Baber dan Kang (2001) dan Baslam et al. (2002) yang menunjukkan
hubungan negatif antara return saham pada periode dengan diskresioner akrual.
Sedangkan untuk pengaruh real earnings management secara statistik
signifikan pada tingkat kepercayaan 5%. Hal tersebut ditunjukkan dari nilai t sebesar 2.640 dan signifikansi 0.011. Hasil ini menunjukkan bahwa investor mengenali dan
mencurigai adanya praktek real earnings management pada perusahaan-perusahaan
sampel, sehingga mereka berusaha untuk memproteksi kepentingannya dan bereaksi
negatif terhadap abnormal cash flow positif tersebut. Hasil ini juga berarti bahwa
investor mengenali pentingnya biaya-biaya diskresioner dan kebijakan untuk
menurunkan atau menekan biaya-biaya tersebut mempunyai hubungan yang signifikan
dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Hasil sejalan dengan hasil penelitian
Gunny (2005) memperoleh bukti bahwa para investor mengetahui implikasi laba masa
depan dari investasi dalam SG&A dan memotong harga atau over produksi.
Nilai R Square sebesar 18% menunjukkan bahwa variabel cumulative
abnormal return dapat dijelaskan oleh variabel accrual dan real earnings management
sebesar 18% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Ini berarti bahwa para investor
tidak hanya bereaksi dengan manajemen laba tetapi juga mempertimbangkan faktorfaktor lain dalam laporan keuangan yang dipublikasikan tersebut. Ini mencerminkan
investor berhati-hati dalam menganalisis kandungan informasi dari laporan keuangan
lengkap tersebut.
102
Zirman & Lily
SIMPULAN DAN KETERBATASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen laba melalui
accrual dan real earnings management terhadap abnormal return pada peristiwa
publikasi laporan keuangan lengkap di Bursa Efek Indonesia. Peneliti menemukan
bahwa para investor mengenali komponen accrual dan real earnings management
dalam laba yang dilaporkan sehingga mereka bereaksi secara negatif terhadap praktek
accrual dan real earnings management.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang terkait, yaitu tidak
menggunakan model lain untuk mendeteksi manajemen laba baik melalui accrual dan
real earnings management supaya dapat memberikan hasil perbandingan. Dan
penelitian ini tidak mempertimbangkan perusahaan yang memenuhi ekspektasi
investor atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Komarudin. Imam Subekti dan Sari Atmini. 2007. Investigasi Motivasi dan
Strategi Manajemen Laba Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi X.
Baber, William dan Sok-Hyon Kang. 2001. Stock Price Reaction to On-Target
Earnings Announcements. GWU Working Paper
Baber, William R. Shuping Chen dan Sok-Hyon Kang. 2006. Stock Price Reaction To
Evidence of Earnings Management: Implication for Supplementary Financial
Disclosure. Review of Accounting Studies
Balsam, Steven. Eli Bartov, dan Carol Marquardt. 2000. Accruals Management,
Investor Sophistication, And Equity Valuation: Evidence From 10-Q
Filings.Working Paper University Philadelphia dan New York University
Bauwhede, H, Vander dan M. Willekens. 2003. Earnings Management in Belgium: a
Review of the Empirical Evidence. Tijdschrift voor Economie en Management
Vol. XLVIII, 2
Chen, Jeff Z. Lynn Rees dan K. Sivaramakrishnan. 2008. On the Use of Accounting vs.
Real Earnings Management to Meet Earnings Expectations – A Market
Analysis. Paper University of Houston dan Texas A&M University
Cohen, Daniel dan Paul Zarowin. 2008. Economic Consequence and Accrual Based
Earnings Management. NYU Working Paper
Cohen, Daniel A dan Paul Zarowin. 2008. Real Earnings Management Activities
around Seasoned Equity Offering. NYU Working Paper No. 2451/27554
Dechow, Patricia M dan Skinner, Douglas J. 2000. Earnings Management :
Reconciling the Views of Accounting Academics, Practioners and Regulators.
Paper University of Michigan Business School
Dechow, Patricia M. Richard G. Sloan dan Amy P. Sweeny. 1995. Detecting Earnings
Management. The Accounting Review, Vol. 70, No.2, pp. 193-225
103
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
Dwiatmini, Sesilia dan Nurkholis. 2001. Analisis Reaksi Pasar Terhadap Informasi
Laba: Kasus Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta. TEMA, Volume II, Nomor 1
Gavious, Ilanit. 2007. Market Reaction to Earnings Management: The Incremental
Contribution of Analysts. International Research Journal of Finance and
Economics. ISSN 1450-2887 Issue 8. EuroJournals Publishing Inc
Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Graham, John R. Campbell R Harvey dan Shiva Rajgopalc. 2005. The Economic
Implications of Corporate Financial Reporting. Version: January 11. Paper
Duke University, National Bureau of Economic Research, dan University of
Washington, Seattle
Gumanti, Tatang Ari . 2000. Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka. Jurnal
Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No. 2, Nopember 2000: 104 – 115
Gunny, Katherine. 2005. What Are The Consequence Of Real Earnings Management?.
Working Paper University of California
Habib, Ahsan dan James C. Hansen. 2009. Target Shooting: Review of Earnings
Management around Earnings Benchmark. Paper Auckland University of
Technology & University of Illinois
Healy, Paul, M dan James M. Wahlen. 1999. A Review of the Earnings Management
Literature and Its Implication for Standard Setting. Accounting Horizon Vol 13
No. 4 December 1999 pp. 365-383
Jiang, John (Xuefeng). 2007. Beating Earnings Benchmarks and the Cost of Debt.
Paper Eli Broad College of Business Michigan State University
Jogiyanto, H.M. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 3. Yogyakarta.
Universitas Gadjah Mada
Joni dan Jogiyanto, 2009. Hubungan Manajemen Laba Sebelum IPO dan Return
Saham dengan Kecerdasan Investor sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Riset
Akuntansi Vol.12, No.1, Hal 51-67
Kothari, S.P dan Jerold B. Warner. 2004. Ecometrics of Event Studies. Handbook of
Corporate Finance: Empirical Corporate Finance
Kusuma, Hadri. 2006. Dampak Manajemen Laba terhadap Relevansi Informasi
Akuntansi: Bukti Empiris dari Indonesia. Jurnal Akuntansi Keuangan, Vol. 8
No. 1
Leuz, Christian. Dhananjay Nanda dan Peter D. Wysocki. 2002. Earnings
Management and Investor Protection: An International Comparison.
Forthcoming Journal of Financial Economics
Makar, Stephen D. Pervaiz Alam dan Michael A. Pearson. 2000. Earnings
Management: When Does Juggling the Numbers Become Fraud?. The White
Paper, January-February 2000, Vol. 14, No. 1
Mohanram, Partha S. 2003. How to Manage Earnings Management. Issue of
Accounting World
Roychowdhury, Sugata. 2006. Earnings Management Through Real Activities
Manipulation. Forthcoming at the Journal of Accounting and Economics
104
Zirman & Lily
Sanjaya, I Putu Sugiartha. 2004. Komite Audit, Manajemen Laba, dan Return Tidak
Normal. Abstrak Tesis Universitas Gadjah Mada
Santoso, Singgih. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat
Subekti, Imam. 2005. Asosiasi Praktik Perataan Laba dan Reaksi Pasar Modal di
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VIII : 223-237
Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta: Media
Pressindo
Tumirin. 2005. Analisis Variabel Akuntansi Kuartalan, Variabel Pasar, Dan Arus Kas
Operasi Yang Mempengaruhi Bid-Ask Spread. JAAI Volume 9 No. 1: 61-75
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
Widiastuty, Erna. 2004. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Return Saham. Abstrak
Tesis Universitas Gadjah Mada
Xie, Hong. 2001. The Mispricing of Abnormal Accrual. The Accounting Review Vol.
76, No. 3 pp. 357-373
105
Download