Plan Indonesia Modul Edukasi Adaptasi Perubahan Iklim (API) dan Sekolah Aman Penyusun: Plan Indonesia Penyelaras: Ida Ngurah Desain-layout: Plan Indonesia Gedung Menara Duta lt 2 dan lt 6 Jl. HR Rasuna Said Kav B-9 Jakarta Selatan 12910 Telp. +62-21-5229566 Fax. +62-21-5229571 Website: www.plan-international.org @2013 Plan Indonesia All right reserved Segala bentuk duplikasi dari publikasi ini harus mendapat ijin tertulis dari Plan Indonesia Plan Indonesia adalah organisasi internasional pengembangan masyarakat dan kemanusiaan yang berpusat pada kesejahteraan anak, tidak berafiliasi dengan pemerintahan, system politik ataupun agama tertentu. Sponsorship anak adalah fondasi utama organisasi ini. Daftar isi Daftar isi Pendahuluan Bagian 1 Cuaca dan Iklim Sesi 1 Perkenalan cuaca dan iklim Sesi 2 Klasifikasi iklim Sesi 3 Perkenalan iklim di Indonesia Sesi 4 Perkenalan iklim di NTT Bagian II Perubahan iklim Sesi 1 Mengenal pemanasan global dan perubahan iklim Sesi 2 Efek dan dampak negatif perubahan iklim Sesi 3 Upaya Negara di seluruh dunia termasuk Indonesia Bagian III API dan sekolah aman Sesi 1 Perbedaan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim Sesi 2 API dan sekolah aman Sesi 3 Kontribusi anak pada API dan sekolah aman Penutup Daftar singkatan Daftar istilah Referensi Pendahuluan IPCC atau Intergovernmental Panel on Climate Change (2001) mendefinisikan adaptasi sebagai upaya penyesuaian dalam sistem ekologi, sosial, dan ekonomi untuk mengatasi dampak perubahan iklim yang terjadi sehingga mampu mengurangi dampak negatifnya dan mengambil manfaat dari dampak positifnya1. Dampak negatif perubahan iklim sudah dirasakan terutama oleh jutaan orang di Negara berkembang dan kurang berkembang, melalui kejadian kelaparan, penyakit dan konflik akibat perubahan iklim, dan anak-anak adalah kelompok yang paling rentan. Perubahan iklim bagi anak-anak bisa berarti masa depan yang tidak dapat diprediksi. Bencana dengan intensitas dan durasi yang semakin tidak terduga dan cuaca buruk mempengaruhi keberlangsungan hidup masa depan anak-anak, seperti pendidikan dan kesehatan. Oleh karena upaya adaptasi terhadap perubahan iklim harus sesuai dengan konteks lokal, maka pandangan dan pendapat anak-anak menjadi sangat penting. Strategi adaptasi harus dibangun dengan langkah-langkah ramah anak sehingga mereka dapat berpartisipasi dan menjadi pelaku adaptasi2. Anak-anak dan remaja dapat menjadi pelaku advokasi yang potensial, membantu keluarga, teman, dan masyarakat dalam memahani perubahan iklim dan adaptasinya. Anak-anak cenderung lebih memiliki pengetahuan mengenai perubahan iklim dibandingkan orang dewasa umumnya karena pembelajaran yang diperoleh anak-anak dari sekolah. Dengan dukungan yang memadai, anak-anak dapat memberikan kontribusi positif pada aktivitas analisa risiko dan pengurangan risiko melalui partisipasi dalam intervensi Adaptasi Perubahan Iklim (API) dan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) serta menjadi agen perubahan guna mempromosikan aksi-aksi menuju masyarakat berketahanan3. PRB dan API memiliki kesamaan dalam tujuan mengelola ketidakpastian, mengurangi kerentanan dan membangun ketahanan untuk masyarakat yang berisiko. Tumpang tindih utama antara keduanya adalah pengelolaan bahaya hidrometeorologi, di mana PRB berusaha untuk memperhitungkan perubahan bahaya dan upaya mengurangi risikonya, dan adaptasi berupaya membangun ketahanan terhadap dampaknya. Ada dua perbedaan utama antara PRB dan adaptasi: pertama, PRB menangani risiko bahaya geofisika (seperti gunung berapi dan gempa bumi), sedangkan adaptasi tidak. Kedua, adaptasi fokus pada penyesuaian jangka panjang untuk perubahan kondisi iklim rata-rata (misalnya, kehilangan keanekaragaman hayati, perubahan jasa ekosistem dan penyebaran penyakit), sedangkan PRB terutama berhubungan dengan kondisi ekstrem4. Lebih dari 600 anak-anak di 21 negara telah memberikan masukan dan pemikiran mereka dalam pengembangan Children’s Charter for Disaster Risk Reduction pada tahun 2011 5, meminta pemerintah, lembaga masyarakat, dan lembaga kemanusiaan untuk memiliki komitemen kuat melindungi anak-anak dan memberikan wadah bagi anak untuk menggunakan pengetahuan dan kapasitas mereka untuk terlibat dalam PRB dan API. Lima prioritas dalam Children’s Charter: 1. Sekolah haruslah aman dan kegiatan belajar tidak boleh terganggu 1 Adger, et al (2005) www.childreninachangingclimate.org 3 Jill Lawler (2011) 4 Unicef (2012) 5 www.childreninachangingclimate.org 2 2. 3. 4. 5. Perlindungan anak harus menjadi prioritas sebelum, selama, dan setelah bencana Anak-anak memiliki hak untuk berpartisipasi dan mengakses informasi yang dibutuhkan Infrastruktur harus aman dan intervensi rekonstruksi mengurangi risiko Upaya pengurangan risiko bencana harus mencapai anggota masyarakat yang paling rentan. Modul edukasi ini disusun sebagai referensi metode pembelajaran bagi para guru di sekolah dasar mengenai perubahan iklim dan kegiatan adaptasinya yang dapat dilakukan sebagai tambahan pembelajaran lingkungan di sekolah dasar. Modul ini juga dapat digunakan bagi para fasilitator lapangan untuk berbagi pengetahuan tentang perubahan iklim serta mengkampanyekan aktifitas adaptasi yang diperlukan sesuai dengan konteks lokal setempat dan adat budaya yang berlaku kepada anak-anak usia sekolah dasar di desa. Isi dalam modul ini dapat diaplikasikan melalui pelatihan atau pengajaran (dalam atau luar ruangan) dan diskusi. Kompetensi umum yang ingin dicapai melalui pembelajaran dalam modul ini adalah anak didik target dalam modul ini memahami perubahan iklim mencakup upaya adaptasi dan mitigasi yang dapat dilakukan, serta integrasi nya dengan pengurangan risiko bencana di tingkat sekolah. Adapun kompetensi standar yang ingin dicapai telah tercantum dalam setiap sesi pembelajaran dalam modul. Modul ini disusun berdasarkan tiga bagian utama, dimana masing-masing bagian dibagi menjadi beberapa tahapan pembelajaran yaitu: Bagian I II III Topik Cuaca dan iklim Perubahan iklim API dan sekolah aman Sesi Waktu 1. Perkenalan cuaca dan iklim 45 menit 2. Klasifikasi iklim 30 menit 3. Perkenalan kondisi iklim di Indonesia 30 menit 4. Perkenalan iklim di NTT 30 menit 1. Mengenal pemanasan global dan perubahan iklim 45 menit 2. Efek dan dampak negatif perubahan iklim 60 menit 3. Upaya Negara di seluruh dunia termasuk Indonesia 30 menit 1. Perbedaan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim 45 menit 2. API dan sekolah aman 45 menit 3. Kontribusi anak pada API dan sekolah aman 30 menit Bagian 1 - Cuaca dan iklim Bagian 1 terdiri dari 4 sesi pertemuan, dengan tujuan memperkenalkan perbedaan cuaca dan iklim kepada peserta. Selain itu bagian ini juga akan membahas jenis iklim di dunia dan mengetahui bagaimana kondisi iklim di Indonesia dan NTT. Sesi 1. Mengenal Cuaca dan Iklim Tujuan: Memperkenalkan perbedaan cuaca dan iklim Metode: Permainan dan diskusi Waktu: 45 menit Lokasi: Luar dan dalam ruangan (dikondisikan) Material: Sebelum permainan: Guru/fasilitator menjelaskan definisi cuaca dan iklim serta unsurnya (lihat referensi) Permainan: 1. Guru/fasilitator membentuk anak-anak menjadi 5 kelompok dan berbaris (beri nama sesuai dengan nama unsur cuaca/iklim) 2. Minta setiap kelompok berdiskusi dan menentukan jenis gerakan untuk nama unsur cuaca/iklim yang diwakili) 3. Minta kelompok berpencar untuk membentuk kelompok baru dan berdiri melingkar (5 unsur cuaca/iklim membentuk kelompok baru) 4. Guru/fasilitator menyebut nama salah satu unsur lalu anak yang mewakili nama unsur tersebut melakukan gerakannya. Misal guru menyebut ‘suhu’ maka anak yang mewakili suhu memperagakan gerakannya didalam lingkaran baru. 5. Lanjutkan dengan menyebut unsur yang lain. 6. Minta semua bersatu membentuk lingkaran besar. Lalu ulangi langkah 4 dan 5. Alternatif permainan*: 1. Bagi peserta menjadi 2 kelompok: cuaca dan iklim. Minta anak berdiri berbaris bersebelahan 2. Permainan dimulai dengan membacakan pertanyaan tentang cuaca dan iklim kepada peserta. 3. Jika jawaban cuaca maka kelompok cuaca bergerak ke sebelah kiri garis. Jika jawaban iklim maka kelompok iklim bergerak ke sebelah kanan garis. Jika pertanyaan memiliki dua jawaban baik cuaca dan iklim misalnya terkait unsur cuaca atau iklim, maka kedua kelompok bergerak ke arah masing-masing (cuaca – kiri dan iklim- kanan) Contoh pertanyaan yang dapat ditanyakan: CUACA: Keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang sempit disebut? Keadaan udara pada jangka waktu yang singkat disebut? Keadaan udara yang bersifat dinamis disebut? Apa yang dipelajari dalam meteorologi? Keadaan udara yang dapat diprakirakan setiap hari, minggu, atau bulanan? IKLIM: Keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang luas disebut? Keadaan udara pada jangka waktu yang lama disebut? Keadaan udara yang bersifat tidak dinamis disebut? Apa yang dipelajari dalam klimatologi? Keadaan udara yang diprediksi minimal 30 tahun? Memiliki sistem klasifikasi yang beragam? *Dimodifikasi dari permainan tradisional ‘genap ganjil’ Poin diskusi: Guru mengajak semua anak untuk diskusi perbedaan cuaca dan iklim Indikator kompetensi: 1. Peserta mampu menyebutkan perbedaan cuaca dan iklim 2. Peserta mampu menyebutkan unsur cuaca dan iklim Referensi: Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca umumnya dapat dinyatakan dengan kondisi dari unsur cuaca di suatu tempat dari hari ke hari. Kurun waktu yang sering digunakan dalam analisa cuaca harian sampai mingguan. Dengan kata lain, cuaca bisa berubah atau tetap setiap harinya. Ilmu yang mempelajari cuaca disebut meteorologi Berbeda dengan cuaca, iklim adalah karakter kecuacaan suatu tempat dan dianalisa dalam periode waktu minimal 30 tahun. Ilmu yang mempelajari iklim disebut klimatologi. Cuaca dan iklim memiliki unsur yang sama6. Berikut perbedaan cuaca dan iklim secara ringkas: Cuaca Iklim Dimensi waktu Singkat Panjang Dimensi ruang Sempit Luas Sifat Dinamis Tidak dinamis Unsur cuaca dan iklim yaitu 7: 1. Suhu udara Suhu udara adalah panas atau dinginya udara dan dapat diukur dengan thermometer. Suhu merupakan unsur cuaca dan iklim yang penting. Suhu adalah unsur yang sulit diukur secara pasti karena suhu berbeda di tempat yang berbeda, misalnya suhu di tempat terbuka memiliki suhu berbeda dengan tempat tertutup, suhu di ladang berumput berbeda dengan ladang sawah, dsb. Suhu juga berbeda pada waktu yang berbeda, misal pada umumnya suhu mencapai maksimum antara pukul 12.00 sampai 14.00 dan minimum pada pukul 06.00 waktu setempat. Suhu juga berbeda tergantung ketinggian tempat, suhu udara di Bumi semakin turun jika ketinggian tempat semakin naik, dengan teori setiap kita naik 100 m suhu akan turun 1°C. 6 7 Aldrian, et al (2011) Bayong Tjasyono (2004) 2. 3. 4. 5. Pengukuran suhu di tempat berbeda tersebut akan diperoleh satu nilai rata-rata suhu atmosfer, yang dapat dilakukan secara harian, bulanan, ataupun tahunan. Kelembaban udara Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara. Kelembaban udara diukur dengan hygrometer, dan besaran kelembaban udara juga berubah sesuai dengan tempat dan waktu. Kelembaban akan berkurang jika suhu udara tinggi, oleh sebab itu, nilai kelembapan relatif tertinggi terjadi pada pagi hari dan nilai terendah terjadi pada sore hari. Curah hujan Curah hujan atau presipitasi didefinisikan sebagai peristiwa jauhnya titik-titik air dari udara yang sudah terlalu berat kandungan airnya. Jumlah curah hujan dicatat dalam inchi atau millimeter. Jumlah curah hujan 1 mm menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi permukaan 1 mm, jika air tersebut tidak meresap kedalam tanah atau menguap kembali ke atmosfer. Berdasarkan besar kecilnya dan banyak sedikitnya titik air hujan dibedakan menjadi: Hujan gerimis, yaitu hujan yang diameter titik-titiknya halus kurang dari 0,5mm dan dalam jumlah banyak. Hujan sedang, yaitu hujan yang diameter titik-titik airnya ± 7 mm dengan besaran 20-50 mm/hari. Hujan lebat, yaitu hujan yang turun kuat, dan diameter titik-titik airnya ± 7 mm dengan besaran 50-100 mm/hari. Hujan sangat lebat, yaitu hujan yang turun sangat kuat, diameter titik air ± 7 mm dengan besaran >100 mm/hari Tekanan udara Tekanan udara adalah berat massa udara per satuan luas dan dinyatakan dalam satuan mb (milibar). Tekanan udara dapat diukur dengan menggunakan barometer. Tekanan udara akan berbanding terbalik dengan ketinggian suatu tempat sehingga semakin tinggi tempat dari permukaan laut semakin rendah tekanan udarannya. Angin Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Udara bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke tekanan rendah. Kecepatan angin dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut anemometer. Angin diberi nama sesuai arah datangnya, misal angin laut adalah angin yang bertiup dari laut ke darat. Sesi 2. Klasifikasi iklim Tujuan: Memperkenalkan jenis klasifikasi iklim Metode: Permainan dan diskusi Waktu: Maks 30 menit Lokasi: Luar dan dalam ruangan Material: Tali atau bahan lain yang dapat digunakan untuk membentuk lingkaran bola Bumi beserta garis-garis pembatas atau bahan ajar lingkaran bola Bumi yang telah dipersiapkan Metacard (alternatif) Sebelum permainan: Guru/fasilitator menjelaskan klasifikasi iklim di Bumi dan sifatnya (lihat referensi) Permainan: 1. Buat lingkaran bola Bumi diatas tanah atau lantai dengan garis lurus horizontal ditengah sebagai garis katulistiwa. Lalu buat garis yang jelas sebagai pemisah antara setiap wilayah iklim menurut garis lintang 2. Guru/fasilitator menyebutkan salah satu ciri iklim dan minta anak untuk berdiri dalam ruang wilayah iklim yang dimaksud, misal Guru/fasilitator menyebut ciri iklim suhu selalu tinggi maka anak harus berdiri dalam ruang wilayah iklim katulistiwa dengan cepat. Anak yang terlambat masuk wilayah katulistiwa atau salah masuk maka harus keluar dari permainan. Jangan membuat lingkaran terlalu besar sehingga anak berlomba untuk masuk ke wilayah iklim yang disebut 3. Ulangi penyebutan sifat iklim subtropis, sedang, dan kutub Alternatif permainan: 1. Bagi peserta permainan menjadi dua kelompok (maks 5 orang tiap kelompok). 2. Buat kotak (dengan kapur tulis) di lantai berbentuk persegi empat. 3. Letakkan kumpulan kartu bertuliskan jawaban pertanyaan secara acak di dalam kotak yang digambar tadi. 4. Kelompok yang bertanding berdiri di sisi yang saling berhadapan. Bagi tugas anak dalam masing-masing kelompok: 1 anak bertugas mengambil jawaban dan 4 anak lainnya bertugas menghalangi anak kelompok lain mengambil jawaban 5. Mulai permainan dengan memberi pertanyaan spesifik tentang ciri klasifikasi iklim tertentu 6. Kelompok yang paling cepat mengambil jawaban yang benar sebagai jawaban adalah sebagai pemenang. Contoh tulisan dalam kartu: Iklim subtropis, iklim dingin, iklim sedang, iklim tropis Petunjuk membuat pertanyaan: sebutkan salah satu ciri iklim *permainan dimodifikasi dari ‘kumpulan angka’ Poin diskusi: Guru mengajak semua anak untuk diskusi mengenai perbedaan jenis iklim menurut garis lintang dan salah satu ciri dari masing-masing jenis iklim Indikator kompetensi 1. Peserta dapat menyebutkan beberapa jenis iklim 2. Peserta mampu mengenali salah satu ciri utama dari salah satu jenis iklim, Referensi: Iklim di suatu tempat dipengaruhi oleh letak lintang, lereng, ketinggian, serta jarak daratan dengan perairan. Secara garis besar iklim di permukaan Bumi berdasar kedudukan matahari dapat dibedakan menjadi8: 1. Iklim dingin terdapat di daerah kutub. Oleh sebab itu iklim ini disebut pula sebagai iklim kutub. Iklim dingin dapat dibagi dua, yaitu iklim tundra dan iklim es. Ciri-ciri umum iklim dingin: Musim dingin berlangsung lama, ditandai dengan salju tebal menutupi seluruh wilayah Musim panas singkat dan ratarata suhu 100C Tanahnya selalu membeku sepanjang tahun. Di musim panas banyak terbentuk rawa yang luas akibat mencairnya es di permukaan tanah. Jenis tumbuhan lumut-lumutan dan semak-semak. 8 Aldrian, et al (2011) Wilayahnya meliputi: Amerika utara, pulau-pulau di utara Kanada, pantai selatan Greenland, dan pantai utara Siberia. 2. Iklim sedang terletak antara 40°- 661/2° LU/LS. Ciri-ciri iklim sedang adalah sebagai berikut: Memiliki emapt musim: musim panas, dingin, gugur, dan semi. Musim panas berlangsung singkat, namun lebih hangat daripada musim panas pada iklim dingin Tekanan udara yang sering berubah-ubah Arah angin yang bertiup berubah-ubah tidak menentu Jenis tumbuhan cenderung memiliki tumbuhan penutup yang lebih rapat seperti pakis, palem kecil, bambu, belukar Wilayahnya meliputi: Alaska, Kanada, Asia bagian utara, Eropa, Amerika utara bagian timur 3. Iklim subtropis terletak antara 231/2° – 40°LU/LS. Daerah ini merupakan peralihan antara iklim tropis dan iklim sedang. Ciri-ciri iklim subtropis adalah sebagai berikut: Merupakan daerah peralihan dari daerah iklim tropis ke iklim sedang. Terdapat empat musim, yaitu musim panas, dingin, gugur, dan semi. Tetapi musim dingin pada iklim ini tidak terlalu dingin. Begitu pula dengan musim panas tidak terlalu panas. Suhu sepanjang tahun menyenangkan. Maksudnya tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Jenis iklim subtropis: iklim stepa dan iklim gurun Iklim stepa: musim panas yang panas dan musim dingin yang dingin, dengan curah hujan cukup tinggi pada saat musim hujan, meliputi beberapa wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) Iklim gurun: udara kering dengan curah hujan sangat rendah. Pada saat siang hari sangat panas dan malam hari sangat dingin 4. Iklim tropis dengan ciri utamanya suhu yang selalu tinggi dan variasi musim tahunan kecil. Iklim tropis terletak antara 0° – 231/2° LU/LS dan melingkupi hampir 40 % dari permukaan bumi. Ciri-ciri iklim tropis adalah sebagai berikut: Suhu udara rata-rata tinggi, karena matahari selalu tinggi. Umumnya suhu udara antara 20- 23°C. Bahkan di beberapa tempat rata-rata suhu tahunannya mencapai 30°C. Tekanan udaranya rendah dan perubahannya secara perlahan dan beraturan. Hujan banyak dan lebih banyak dari daerah-daerah lain di dunia. 5. Iklim khatulistiwa/ekuator terletak di sepanjang garis khatulistiwa, dengan ciri-ciri: Memiliki suhu tinggi sepanjang tahun Hujan terjadi di sembarang waktu Dalam setahun puncak musim hujan maksimum terjadi dua kali, melebihi 2500 mm Panas dan lembab sepanjang tahun Jenis iklim khatuliswa: iklim hujan tropis dan iklim sabana Iklim hujan tropis: hujan sepanjang tahun. Meliputi wilayah Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika, Asia Tenggara (termasuk Indonesia), dan Australia Timur Laut. Ciri pohon-pohonnya tinggi, berdaun lebar dan selalu hijau dan jenis pohon bermacam-macam. Iklim sabana: musim kemarau lebih panjang daripada musim hujan, terjadi di sebagian besar wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Kondisi sabana dapat dipicu oleh aktifitas pembakaran lahan. Sesi 3. Mengenal Iklim di Indonesia Tujuan: Peserta mengenal kondisi iklim di Indonesia Metode: Permainan dan diskusi Waktu: Maks 30 menit Lokasi: Dalam atau luar ruangan (dikondisikan) Material: Sebelum permainan: Guru/fasilitator menjelaskan kondisi iklim di Indonesia (lihat referensi) Permainan: 1. Bagi anak menjadi beberapa kelompok (maks 5 anak) 2. Minta setiap kelompok untuk membuat puisi dengan tema iklim di Indonesia 3. Puisi kemudian dibacakan dihadapan seluruh anak oleh salah satu perwakilan kelompok. Alternatif permainan: 1. Minta dua anak menjaga penjaga gerbang naga sedang anak yang lain berbaris seperti ular 2. Sambil menyanyikan lagu kelompok barisan ular berputar sambil melewati gerbang yang dijaga dua orang tersebut, dan ketika lagunya habis dua penjaga gerbang menangkap salah satu anak. 3. Guru mengajukan pertanyaan terkait dengan materi iklim di Indonesia kepada anak yang tertangkap 4. Jika si anak tertangkap tidak dapat menjawab maka ia keluar dari permainan namun jika ia menjawab dengan benar maka menggantikan salah satu penjaga gerbang *permainan dimodifikasi dari permaianan ‘ular naga’ **lagu ular naga: “Ular naga panjangnya bukan kepalang, Menjalar-jalar selalu kian kemari, Umpan yang lezat itulah yang dicari, Ini dianya yang terbelakang” ***lagu dapat diubah dengan lagu daerah atau popular singkat lainnya Poin diskusi: Guru mengajak seluruh anak untuk berdiskusi mengenai faktor yang mempengaruhi iklim di Indonesia dan jenis iklim yang mempengaruhi iklim Indonesia Indikator kompetensi: 1. Peserta mampu mengenali iklim di Indonesia Referensi: Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca dalam waktu yang lama dan waktu yang singkat. Iklim di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: 1. Perairan laut Indonesia merupakan wilayah kepulauan yang memiliki laut yang luas sehingga mengakibatkan terbentuknya pola iklim laut 2. Topografi Wilayah Indonesia memiliki ketinggian yang bervariasi mulai dari dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan yang memiliki suhu udara yang berbeda sehingga membentuk iklim vertikal dari dataran rendah ke atas yaitu iklim panas, sedang, sejuk dan dingin. 3. Letak astronomis Secara astronomis Indonesia berada antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT - 141 BT, yang merupakan lintang rendah dan bersifat iklim tropis. 4. Letak geografis Secara geografis Indonesia berada diantara benua Asia dan Australia sehingga menjadi perlintasan arah angin yang berganti arah setiap 6 bulan sekali. Pergantian arah angin musim itu menyebabkan terjadinya musim kemarau dan musim hujan Berikut ini adalah tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim dan cuaca Indonesia: 1. Iklim Musim ( Iklim Muson ) Iklim Muson adalah jenis iklim yang dipengaruhi oleh perubahan angin yang berubah- ubah secara periodik, yaitu enam bulan sekali. Angin musim di Indonesia terdiri atas Musim Barat Daya dan Angin Musim Timur Laut. Angin Musim Barat Daya. Angin Musim Barat Daya adalah angin yang bertiup antara bulan Oktober sampai April sifatnya basah. Pada bulan-bulan tersebut, Indonesia mengalami musim penghujan Angin Musim Timur Laut. Angin Musim Timur Laut adalah angin yang bertiup antara bulan April sampai Oktober, sifatnya kering. Akibatnya, pada bulan-bulan tersebut, Indonesia mengalami musim kemarau. 2. Iklim Tropis Seperti Negara di Asia Tenggara pada umumnya, Indonesia memiliki iklim tropis. Hal ini terjadi karena Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa sehingga hanya memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan kemarau. Karakter dari iklim tropis ini adalah bersifat panas dan mengandung banyak curah hujan. Musim Kemarau di Indonesia Berlangsungnya musim kemarau di Indonesia bersamaan dengan bertiupnya angin musim timur dan terjadi antara bulan Maret-September. Namun pada bulan Maret dan September, gerakan angin belum menentu sehingga pada bulan tersebut dapat terjadi turun hujan. Secara umum, jika iklimnya berjalan normal, musim kemarau di Indonesia kebanyakan berlangsung antara bulan April sampai bulan September. Pada saat itu, kelembapan udara sangat rendah sehingga terjadi kekeringan di beberapa daerah Indonesia. Musim Hujan di Indonesia Berlangsungnya musim hujan di Indonesia bersamaan dengan bertiupnya angin musim barat dan terjadi antara bulan September dan bulan Maret. Namun pada bulan itu, gerakan angin belum menentu sehingga kemungkinan bulan tersebut curah hujannya belum menentu.Secara umum jika iklimnya berjalan normal, musim hujan di Indonesia kebanyakan berlangsung antara bulan Oktober sampai bulan Febuari. Di beberapa wilayah sering kali hujannya sedemikian lebat hingga terjadi banjir. 3. Iklim Laut Indonesia memiliki iklim laut karena merupakan negara maritim atau negara perairan yang terdiri dari banyak pulau- pulau besar dan ribuan pulau kecil. Hal ini berakibat sering terjadinya penguapan air laut sehingga udara menjadi panas dan curah hujan meninggi. Beberapa jenis flora di Indonesia yang dipengaruhi iklim: 1. Hutan hujan tropis, terdapat di daerah dengan curah hujan tinggi. Indonesia beriklim tropis dan dilalui garis khatulistiwa sehingga Indonesia banyak memperoleh sinar matahari sepanjang tahun, curah hujan tinggi dan suhu udara tinggi 2. Sabana, terdapat di daerah yang curah hujan sedikit. Sabana berupa padang rumput yang diselingi pepohonan yang bergerombol 3. Steppa, adalah padang rumput yang luas. Steppa terdapat di daerah dengan curah hujan sangat sedikit 4. Hutan bakau atau mangrove adalah hutan yang tumbuh di pantai yang berlumpur Unsur iklim yang sering dan menarik untuk dikaji di Indonesia adalah curah hujan, karena tidak semua wilayah Indonesia mempunyai pola hujan yang sama. Diantaranya ada yang mempunyai pola munsonal, ekuatorial dan lokal. Distribusi hujan bulanan dengan pola monsun adalah adanya satu kali hujan minimum. Hujan minimum terjadi saat monsun timur (bulan Juni-Agustus) sedangkan saat monsun barat (bulan Desember-Februari) terjadi hujan yang berlimpah. Pola umum curah hujan di kepulauan Indonesia dapat dikatakan sebagai berikut: 1. Wilayah Indonesia barat memiliki curah hujan lebih banyak daripada Indonesia timur 2. Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT merupakan barisan pulau-pulau berderet dan panjang dari barat ke timur, diselingi oleh selat yang sempit. Bagian barat dari kepulauan ini (Jawa Barat) mendapat hujan lebih banyak daripada bagian timur (NTT) 3. Hujan juga bertambah besar did ari dataran rendah ke pegunungan, dengan jumlah terbesar pada ketinggian 600-900 m 4. Di daerah pedalaman semua pulau, musim hujan jatuh pada musim pancaroba 5. Waktu mulai turun hujan juga bergeser dari barat ke timur Sesi 4. Mengenal Iklim di NTT Tujuan: Peserta mengenal kondisi iklim di NTT Metode: Diskusi (guru meminta salah satu anak maju kedepan meminpin diskusi) Waktu: Maks 30 menit Lokasi: Luar ruangan dan dalam ruangan (dikondisikan) Material: - Poin diskusi: Guru/salah satu anak bertanya kepada anak lainnya mengenai waktu musim hujan di NTT, waktu musim kemarau di NTT, jenis tumbuhan atau buah yang ada pada setiap musim, bencana yang terjadi di setiap musim Indikator kompetensi: 1. Peserta mampu mengenali jenis iklim NTT Referensi: Provinsi Nusa Tenggara Timur, memiliki iklim yang tropis, dan secara umum berubah setiap setengah tahun, dari musim kering ke musim hujan. Letak geografisnya yang lebih dekat ke Australia dibandingkan dengan ke Asia membuat kawasan ini memiliki curah hujan yang rendah. Di provinsi NTT ada dua musim yang dikenal oleh penduduk, yaitu musim kering dan musim hujan. Pada bulan Desember hingga Maret (hanya empat bulan), curah hujan biasanya tinggi, sedangkan di bulan April hingga November hujan sangat jarang turun. Selama 10 tahun terakhir Lembata memiliki curah hujan yang terendah dibandingkan dengan Sikka dan TTU. Pada bulan-bulan di musim hujan Lembata hanya memiliki curah hujan sebanyak 192 mm/bulan. Kabupaten Lembata hanya punya empat bulan musim hujan selama kurun waktu 20012010. Biasanya musim kering terjadi selama 6 bulan setiap tahunnya. Kabupaten TTU adalah kawasan yang memiliki intensitas hujan yang cukup tinggi dengan 6 bulan musim hujan tiap tahunnya. Desember adalah puncak dari musim hujan di TTU dengan angka hingga 400 mm/bulan. Agustus adalah waktu di mana kekeringan mengalami titik tertinggi di TTU dengan curah hujan hanya 3 mm/bulan. Pada bulan Agustus, selama 10 tahun, TTU tidak mengalami hujan sama sekali sehingga hal ini membuat tanah pertanian menjadi kering dan retak-retak. Mulai bulan November, diperkirakan ada potensi bahaya tanah longsor dan banjir yang terjadi di TTU. Ini adalah risiko yang buruk, terutama pada sektor pertanian di kabupaten TTU. Bagian 2 - Perubahan Iklim Bagian ini pertama akan membahas mengenai pemanasan global dan perubahan iklim, selanjutnya efek dan dampak negatifnya serta upaya apa yang telah dilakukan Negara-negara di dunia termasuk Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim Sesi 1. Pemanasan global dan perubahan iklim Tujuan: Peserta memahami definisi pemanasan global dan penyebabnya Peserta mengetahui terjadinya perubahan iklim Metode: Kerja kelompok dan diskusi Waktu: Maks 45 menit Lokasi: Luar dan dalam ruangan Material: Alat-alat menggambar Metacard/kertas stiker tempel Sebelum diskusi: Guru/fasilitator menjelaskan jenis-jenis gas rumah kaca (lihat referensi) Guru/fasilitator menjelaskan bagaimana terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim (lihat referensi) Diskusi: 1. Buat kelompok anak-anak (maks 5 anak) 2. Bantulah setiap kelompok untuk menggambar bola Bumi dan lapisan atmosfer yang mengelilingi Bumi, matahari dan arah sinar radiasinya (lihat contoh gambar) 3. Mintalah tiap kelompok mendiskusikan arti dari tiap angka pada tanda panah sinar radiasi matahari 4. Beri setiap kelompok beberapa guntingan kecil metacard/stiker tempel yang bertuliskan nama-nama gas rumah kaca dan minta anak menempelkannya pada lingkaran atmosfer. Lalu diskusikan angka berapa dari sinar matahari yang terperangkap Alternatif: 1. Bagi siswa menjadi dua kelompok (setiap kelompok maks 5 anak). Minta salah satu kelompok untuk mendiskusikan gerakan urutan terjadinya pemanasan global. Kelompok ini berperan sebagai cermin. Sedangkan kelompok lainnya berperan sebagai sedang bercermin 2. Minta 2 kelompok tersebut untuk berdiri saling berhadapan. 3. Guru kemudian membacakan urutan terjadinya pemanasan global dan kelompok cermin akan memperagakan gerakannya sesuai hasil diskusi. Sedangkan kelompok sedang bercermin akan menirukan gerakan tersebut seolah-olah sedang bercermin. 4. Untuk memeriahkan suasana maka peserta disuruh bergantian perannya. Catatan guru/fasilitator Urutan pemanasan global bisa dibuat seperti berikut: 1. Matahari bersinar terik 2. Manusia melakukan aktifitas yang menghasilkan gas rumah kaca, misalnya menebang pohon, membakar hutan, berkendara motor/mobil, dsb 3. Gas rumah kaca dari hasil aktifitas 2 memenuhi atmosfer Bumi 4. Sinar Matahari terperangkap 5. Bumi memanas *permainan dimodifikasi dari permainan ‘cermin saya’ Poin diskusi: 1. Guru mengajak anak untuk diskusi bahwa aktifitas manusia seperti menebang pohon, membakar hutan, berkendara motor/mobil, asap pabrik dapat menghasilkan gas rumah kaca yang dapat mengakibatkan pemanasan global 2. Guru menjelaskan bahwa memanasnya Bumi dapat menyebabkan perubahan iklim Indikator kompetensi: 1. Peserta dapat menyebutkan salah satu gas rumah kaca 2. Peserta mampu menceritakan terjadinya pemanasan global Referensi: Iklim di Bumi sangat dipengaruhi oleh ketidakseimbangan panas radiasi matahari di Bumi. Energi yang dipancarkan oleh matahari memacu cuaca dan iklim Bumi serta memanasi permukaan bumi, sebaliknya Bumi mengembalikan sebagian dari energi tersebut kembali ke angkasa, di sinilah efek rumah kaca pada atmosfer menyaring dan menahan sejumlah energi yang dipancarkan sehingga suhu di Bumi sehari demi sehari terus bertambah. Pada dasarnya, efek rumah kaca sangat berguna bagi kehidupan kita, Karena tanpa adanya penahan gelombang panas ini, suhu bumi sangat dingin sekitar –190C, akan tetapi dengan adanya efek rumah kaca ini, suhu Bumi pun kian normal setara 14-15oC. Pada kondisi normal udara di atmosfer terdiri dari empat gas utama yaitu: Macam gas Nitrogen (N2) Oksigen (O2) Argon (Ar) Karbon dioksida (CO2) TOTAL Volume % 78,088 20,049 0,930 0,030 99,097 Massa % 75,527 23,143 1,282 0,045 99,097 Namun iklim cenderung berubah oleh aktifitas alam seperti letusan gunung api, pergerakan matahari, dan peristiwa El Nino dan juga oleh ulah dan aktifitas manusia seperti urbanisasi, deforestasi, industrialisasi yang mempercepat dan mengubah struktur atmosfer udara melalui pembuangan gas rumah kaca seperti CO2 (Karbon dioksida),CH4 (Metan), N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) dan SF 6 (Sulphur hexafluoride). Berubahnya komposisi gas rumah kaca di atmosfer, yaitu meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca secara global yang sebagian besar akibat kegiatan manusia menyebabkan sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh permukaan Bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di atas permukaan Bumi akibat terhambat oleh gas rumah kaca tadi. Meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan pemanasan global9. Urbanisasi mendesak penggunaan lahan kosong menjadi bangunan sehingga terjadi emisi gas GRK ke atmosfer dan mengurangi jasa lahan terbuka hijau untuk menyerap gas GRK Penggundulan hutan menyebabkan hilangnya fungsi hutan sebagai penyimpan karbon. Sehingga ketika pohon ditebang maka karbon yang selama ini tersimpan akan lepas ke atmosfer Pelepasan asap pencemaran oleh pabrik secara berlebihan akan mengubah komposisi normal udara di atmosfer sehingga menimbulkan pemanasan global Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata udara di dekat permukaan Bumi dan lautan. Mayoritas kenaikan suhu disebabkan konsentrasi gas rumah kaca yang meningkat tajam. Energi dari radiasi matahari yang terperangkap di permukaan Bumi menyebabkan memanasnya permukaan Bumi, yang jika berlangsung dalam periode yang panjang akan merubah unsur iklim sehingga terjadi perubahan iklim. Salah satu unsur iklim yang penting berfungsi sebagai pengendali cuaca adalah suhu udara. Fakta menunjukkan, suhu udara rata-rata telah berubah sejak tahun 1900. Dalam waktu 70 tahun sejak 1940 suhu udara rata-rata di muka bumi mengalami kenaikan sekitar 0,50C dan 9 Bayong Tjasyono (2004) diperkirakan suhu rata-rata akan terus naik sampai 1-70C di tahun 2030. Kenaikan suhu udara ratarata dipicu semakin tingginya kadar GRK di atmosfer, terutamanya CO 210. Beberapa cara untuk mengamati pemanasan global telah terjadi 11: 1. Mencairnya lapisan es Cara paling mudah untuk mengamati kenaikan suhu adalah dengan melihat fenomena mencairnya es yang terjadi secara besar-besaran di wilayah es abadi seperti di kutub selatan dan di beberapa pegunungan seperti Himalaya di India, Rocky dan Siera di Amerika, dan Jayawijaya di Papua, serta daratan Greenland di Norwegia. Mencairnya lapisan es tersebut akan menambah volume air laut dan berpotensi akan menenggelamkan pulau-pulau kecil atau pesisir pantai. 2. Perubahan curah hujan Perubahan iklim mengakibatkan perubahan pola curah hujan, ditandai dengan terlambatnya awal musim hujan dan akhir musim hujan terjadi lebih cepat. Walaupun periode curah hujan berlangsung singkat namun intensitasnya tinggi. Semakin pendek periode musim hujan, beberapa daerah akan berpotensi mengalami kemarau yang panjang. Semakin besar intensitas curah hujan, beberapa daerah akan berpotensi mengalami banjir. 3. Kenaikan muka air laut 10 11 Aldrian et al (2011) Diposaptono, et al (2009) Penelitian dari Bakosurtanal menyatakan muka air laut di beberapa pantai di Indonesia juga meningkat sejak tahun 1990 dengan laju rata-rata 5-10 mm/tahun. Kenaikan muka air laut dapat menyebabkan banjir yang dikenal dengan banjir rob. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan, dalam dua tahun saja (2005 – 2007) Indonesia telah kehilangan 24 pulau kecil di Nusantara. Sebanyak 24 pulau yang tenggelam itu antara lain tiga pulau di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), tiga pulau di Sumatera Utara, tiga di Papua, lima di Kepulauan Riau, dua di Sumatera Barat, satu di Sulawesi Selatan, dan tujuh di kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta. Sesi 2. Efek dan dampak negatif perubahan iklim Tujuan: Peserta mengetahui dampak perubahan iklim yang terjadi di sekitarnya Metode: Permainan dan diskusi Waktu: 60 menit Lokasi: Luar dan dalam ruangan (dikondisikan) Material: Kain ukuran 2x2 m (2 buah) (alternatif) Sebelum permaianan: Guru/fasilitator menjelaskan bahaya yang ditimbulkan dari efek perubahan iklim serta dampaknya Permainan: 1. Bagi anak menjadi dua kelompok. Pilih salah satu anak sebagai induk dan anggota kelompok lain berbaris di belakangnya 2. Minta barisan berdiri saling berhadapan (induk berhadapan dengan induk) 3. Anggota barisan harus mengikuti kemana saja induk bergerak 4. Minta induk kelompok 1 untuk menangkap ekor kelompok 2 5. Sedangkan induk kelompok 2 menangkap ekor kelompok 1 6. Ekor yang tertangkap harus menjawab pertanyaan yang diberikan. Ekor yang tidak bisa menjawab keluar dari permainan Catatan: Pertanyaan bisa berupa menyebutkan dampak-dampak perubahan iklim Alternatif permainan: 1. Bagi anak menjadi dua kelompok laki dan perempuan (permainan bisa dilakukan bergantian) 2. Bentangkan kain seluas 2x2 meter di depan kelompok. 3. Minta kelompok untuk naik ke atas kain tanpa boleh keluar area kain tersebut. Katakan bahwa kain disimboliskan sebagai pulau 4. Pada saat semua peserta berada di kain pertama, maka bentangkan kain kedua dengan ukuran 1/2 dari kain pertama. Katakan kepada peserta pulau mereka akan tenggelam, maka mereka semua harus melompat ke kain kedua agar mereka selamat. 5. Setelah semua peserta berada di kain kedua, maka lipat kain pertama tadi menjadi 1/2 dari kain kedua (katakan kepada peserta dengan kalimat yang sama di atas tadi) 6. Peserta yang selamat terakhir menjadi pemenang *permainan dimodifikasi dari permainan ‘titanic’ **guru/fasilitator menjelaskan di akhir permainan bahwa pulau tenggelam bisa disebabkan misalnya karena banjir atau naiknya air permukaan laut Poin diskusi: Guru mengajak seluruh anak berdiskusi salah satu dampak perubahan iklim yang terjadi di lingkungan sekitar Indikator kompetensi: 1. Peserta dapat menyebutkan salah satu efek atau dampak negatif dari perubahan iklim Referensi: Perubahan iklim terjadi dalam waktu yang panjang dan lambat namun merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari dan memberikan dampak terhadap berbagai segi kehidupan. Efek yang terparah dari perubahan iklim adalah kenaikan suhu udara yang terus-menerus sehingga memperparah pemanasan global, kenaikan muka air laut akibat meningkatnya volume air laut dari melelehnya lapisan es serta penguapan air laut karena suhu tinggi, dan perubahan pola curah hujan sehingga menganggu sistem perekonomian terutama yang mengandalkan iklim sebagai sumberdaya seperti pertanian dan perikanan, serta berpotensi menimbulkan wabah penyakit. Efek dan dampak negatif perubahan iklim dapat dirangkum seperti dibawah ini: PERUBAHAN IKLIM Efek: Perubahan curah hujan Bahaya : Ketersediaan air bersih Banjir dan kekeringan Longsor Erosi pantai Ketahanan pangan Dampak : Sumberdaya alam Kerusakan ekosistem Lingkungan rusak Pergeseran musim Merusak bangunan seperti rumah, jalan, sekolah, WC umum Sumberdaya ekonomi Gagal tanam dan gagal panen pada pertanian Kehilangan sumber penghidupan Kerugian harta Sumberdaya manusia Menurunnya kinerja Memunculkan penyakit diare Kekurangan gizi pada anak-anak Efek: kenaikan suhu udara Bahaya : Memicu kondisi cuaca ekstrem yang dapat menimbulkan banjir, badai, atau kekeringan yang dasyat Kebakaran hutan alami dan gambut Ketahanan pangan Mencairkan lapisan es abadi kutub utara Angin dan gelombang panas Dampak : Sumberdaya alam Cuaca sulit diprediksi Punahnya beberapa spesies seperti terumbu karang Kerusakan mangrove Terganggunya keanekaragaman hayati Ledakan hama tanaman pada pertanian Sumberdaya ekonomi Perubahan pola tanam dan panen pada pertanian Menurunkan hasil panen pada pertanian Menurunkan hasil tangkapan ikan oleh nelayan Efek: kenaikan muka air laut Bahaya : Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir Dampak : Sumberdaya alam Sumberdaya ekonomi Menenggelamkan Merugikan tambak pulau-pulau kecil dan ikan dan sawah mengurangi luasan ladang di dataran wilayah pesisir pantai rendah atau pesisir pantai Masuknya air laut ke daratan Melumpuhkan perekonomian Meluasnya kerusakan wilayah pesisir, mangrove seperti pariwisata Gangguan pada sistem transportasi Sumberdaya manusia Meningkatnya penyebaran penyakit seperti malaria dan demam berdarah Meningkatkan munculnya penyakit gangguan pernapasan Menurunkan penghasilan petani/nelayan Sumberdaya manusia Mengurangi persediaan air bersih sehingga dapat memunculkan wabah penyakit Sesi 3. Upaya Indonesia dalam perubahan iklim Tujuan: Peserta mengetahui upaya dunia dalam menghadapi perubahan iklim Metode: Diskusi Waktu: Maks 30 menit Lokasi: Luar dan dalam ruangan Material: Sebelum diskusi: Guru/fasilitator menjelaskan upaya Indonesia menghadapi perubahan iklim (lihat referensi) Poin diskusi: Guru mengajak semua anak berdiskusi mengenai upaya masyarakat dan sekolah untuk mendukung program pemerintah dalam menghadapi perubahan iklim yakni salah satunya melalui adaptasi dan mitigasi perubahan iklim Indikator kompetensi: 1. Anak mampu menyebutkan dewan nasional yang bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan pengendalian perubahan iklim Referensi: Suatu pertemuan internasional yang diadakan di Kyoto Jepang tahun 1997 menghasilkan sebuah protokol yang dikenal sebagai “Protokol Kyoto”. Protokol ini berkomitmen bagi 38 negara di seluruh dunia untuk memotong emisi gas rumah kaca melalui kegiatan mitigasi perubahan iklim. Indonesia menyetujui komitmen dalam Protokol Kyoto pada tahun 2004 melalui UU no 17 tahun 2004 tentang pengesahan Protokol Kyoto di Indonesia. Melalui Undang-undang tersebut, Indonesia berpartisipasi dalam seluruh mekanisme kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, bersama dengan Negara-negara lain yang juga ikut mengesahkan Protokol Kyoto. Selain itu, pemerintah Indonesia melalui Peraturan Presiden no 46 tahun 2008 kemudian membentuk suatu dewan nasional yang diketuai oleh Presiden Indonesia, yang dikenal dengan Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI). DNPI bertugas untuk mengkoordinasikan pelaksanaan pengendalian perubahan iklim (adaptasi, mitigasi, alih teknologi, dan pendanaan) dan juga untuk memperkuat posisi Indonesia di forum internasional dalam pengendalian perubahan iklim. BAGIAN 3 – API dan sekolah aman Bagian ketiga bertujuan untuk memperkenalkan perbedaan mitigasi dan adaptasi dari perubahan iklim kepada peserta serta menambah pemahaman integrasi upaya adaptasi perubahan iklim dan sekolah aman. Bagian ini diakhiri dengan mengidentifikasi kontribusi anak untuk mengembangkan API dan sekolah yang aman. Sesi 1. Mengenal mitigasi dan adaptasi perubahan iklim Tujuan: Anak-anak mengenal jenis kegiatan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim Metode: Permainan dan diskusi Waktu: 45 menit Lokasi: Luar dan dalam ruangan (dikondisikan) Material: Metacard Spidol Sebelum permaianan: Guru menjelaskan mitigasi dan adaptasi serta contoh-contoh kegiatannya. Permainan: 1. Bagi anak menjadi 2 kelompok yakni kelompok adaptasi dan mitigasi. Masing-masing kelompok akan membentuk sub kelompok (maks 5 anak) berdiri berjajar dan saling berhadapan 2. Masing-masing kelompok akan bermain suit Samson dan Delilah. Samson akan kalah suit dengan Delilah. Delilah akan kalah suit dengan Harimau. Harimau akan kalah suit dengan Samson. Masing-masing kelompok akan bermain secara serentak. Sub kelompok yang kalah dalam setiap kelompok harus memberi contoh kegiatan adaptasi atau mitigasi perubahan iklim. Catatan bagi guru/fasilitator Jenis kegiatan adaptasi: menampung air hujan, membersihkan rumah dan sekolah, dan menggunakan bahan daur ulang seperti kertas dan botol Jenis kegiatan mitigasi: menanam pohon, membuat pupuk kompos, dan menghemat listrik Alternatif permainan: 1. Buat anak menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok maks 5 2. Secara bergiliran, salah satu anak dari setiap kelompok mengambil metacard yang bertuliskan salah satu aktifitas adaptasi atau mitigasi 3. Minta anak tersebut untuk memperagakan kegiatan yang diambilnya didepan anggota kelompoknya. Lakukan giliran pada anggota kelompok. 4. Pesan yang disampaikan tidak boleh memakai suara, tetapi memakai gerakan/gaya. 5. Anak yang lain harus menebak gaya yang diperankan teman dalam kelompok masing-masing dan juga kategori kegiatan (adaptasi atau mitigasi). *permainan dimodifikasi dari permainan ‘tebak gaya’ Poin diskusi: Guru mengajak seluruh anak berdiskusi tentang jenis kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta siapa saja yang dapat melakukannya Indikator kompetensi: 1. Anak dapat menyebutkan contoh kegiatan adaptasi atau mitigasi perubahan iklim Referensi: Adaptasi Adaptasi perubahan iklim (API) merupakan proses penyesuaian secara alamiah di dalam ekosistem atau dalam sistem manusia sebagai reaksi terhadap perubahan iklim, baik dengan meminimalkan tingkat perusakan maupun mengembangkan peluang-peluang yang menguntungkan sebagai reaksi terhadap iklim yang sedang berubah atau bencana yang akan terjadi yang terkait dengan perubahanperubahan lingkungan. Istilah ini mengacu pada perubahan dalam pandangan, perilaku, atau kebiasaan terkait dengan perubahan iklim12. Adaptasi sebenarnya telah dilakukan oleh manusia sejak dahulu, menggunakan pengetahuan lokal yang ada. Misalnya masyarakat di pegunungan mengetahui bahwa suhu di malam hari daerah mereka akan menjadi sangat dingin dan panas disiang hari, sehingga mereka terbiasa untuk menggunakan pakaian tebal di malam hari dan pakaian tipis di siang hari. Selain itu, masyarakat lokal memiliki yang dikenal dengan kearifan lokal yang meliputi budaya, adat, dan kepercayaan setempat yang tetap dipelihara guna menyelaraskan diri terhadap perubahan. Adaptasi juga merupakan pilihan atau strategi respon terhadap perubahan, termasuk di dalamnya upaya mitigasi. Meskipun emisi gas rumah kaca dapat dikurangi, namun suhu global akan cenderung naik karena sifat gas rumah kaca yang bertahan di atmosfer hingga mencapai ratusan tahun. Oleh karena itu, strategi adaptasi terintegrasi dengan rencana pembangunan adalah faktor penting untuk melengkapi aksi-aksi mitigasi13. Berbagai usaha adaptasi dapat dilakukan oleh masyarakat. Seluruh masyarakat apapun profesinya dapat berkontribusi dalam usaha API. Dalam ringkasan kebijakan lembaga World Bank, API dibagi menjadi adaptasi secara reaktif/responsive dan secara proaktif/antisipatif dengan jenis aktifitas sebagai berikut: Sumberdaya air 12 13 Reaktif/responsif Perlindungan sumber daya air tanah Perbaikan manajemen dan pemeliharaan penyediaan air yang ada Perlindungan daerah tangkapan air Adger, et al (2005) Smit dan Pilifosova (2001) Proaktif/antisipatif Penggunaan yang lebih baik dari air yang didaur ulang Konservasi daerah tangkapan air Reformasi kebijakan air termasuk kebijakan harga dan irigasi Perbaikan penyediaan air Air tanah, penampungan air hujan, dan desalinasi Pertanian Kehutanan Pengendalian erosi Konstruksi bendungan untuk irigasi Perubahan penggunaan dan aplikasi pupuk Pengenalan jenis tanaman baru Pemeliharaan kesuburan tanah Perubahan waktu penanaman dan panen Peralihan ke tanaman yang berbeda Program pendidikan dan penyebaran informasi tentang konservasi dan manajemen tanah dan air Perbaikan dan manajamen, termasuk pengaturan deforestasi, reforestasi, dan aforestasi. Promosi agroforestri untuk meningkatkan produk dan jasa kehutanan Pengembangan/perbaikan rencana manajemen kebakaran hutan. Perbaikan penimpanan karbon oleh hutan Pesisir/bahari Kesehatan Perlindungan infrastruktur ekonomi Penyadaran masyarakat untuk meningkatkan perlindungan ekosistem pesisir dan laut Pembuatan dinding laut dan penguatan pantai Perlindungan dan konservasi terumbu karang, mangrove, rumbut laut, dan vegetasi pinggir pantai Reformasi manajemen kesehatan Perbaikan kondisi perumahan dan tempat tinggal Perbaikan respons gawat darurat Pengembangan pengendalian banjir dan pengawasan kekeringan Pengembangan jenis tanaman yang toleran/resistan (terhadap kekeringan, garam, serangga /hama) Litbang Manajemen tanah dan air Diversivikasi dan intensifikasi tanaman pangan dan perkebunan Kebijakan, insentif pajak/subsidi, pasar bebas Pengembangan sistem peringatan dini. Penciptaan taman/reservasi, cagar alam, dan koridor keanekaragaman hayati Identifikasi/pengembangan spesies yang resistan terhadap perubahan iklim Kajian yang lebih baik akan kerentanan ekosistem Pengawasan spesies Pengembangan dan pemeliharaan bank bibit tanaman Sistem peringatan dini kebakaran hutan Manajemen zona pesisir yang terintegrasi Perencanaan dan penentuan zona pesisir yang lebih baik Pengembangan peraturan untuk perlindungan pesisir Penelitian dan pengawasan pesisir dan ekosistem pesisir Pengembangan sistem peringatan dini Pengawasan penyakit yang lebih baik Perbaikan kualitas lingkungan Perubahan desain perkotaan dan perumahan. Catatan: Opsi yang dicetak tebal merupakan opsi yang telah terdapat dalam Rencana Aksi Nasinal Indonesia Selain yang diuraikan pilihan adaptasi dalam skala nasional diatas, pilihan aktifitas adaptasi yang dapat dilakukan sesuai konteks permasalahan lokal, untuk mengurangi risiko bencana yang timbul sebagai dampak perubahan iklim, misalnya: Membangun dam (tanggul) sebagai penahan banjir serta erosi di pinggir pantai Menanam mangrove di daerah pesisir pantai untuk menahan laju air pasang tinggi dan tsunami Membuat resapan biopori dan memperbaiki sistem drainase untuk menanggulangi banjir Membangun tempat penampungan air hujan seperti embung, PAH, dam sebagai persediaan air pada saat kekeringan Membangun sistem peringatan dini Membangun rute evakuasi saat terjadi bencana Mencari dan memanfaatkan informasi cuaca dan iklim untuk merencanakan kegiatan (di desa ataupun di sekolah) Membangun bangunan yang aman dari ancaman bencana (rumah, sekolah, tempat ibadah, kantor desa) Melakukan pembersihan lingkungan secara berkala (terutama tempat pembiakan nyamuk dan sarana sanitasi) Mitigasi Mitigasi perubahan iklim dapat diartikan sebagai proses menurunkan emisi atau meningkatkan penyerapan gas rumah kaca dari berbagai sumber emisi. Aktifitas manusia (urbanisasi, deforestasi, industrialisasi) ditengarai sebagai penyebab utama terjadinya pemanasan global yang berakibat pada munculnya perubahan iklim dalam jangka waktu yang panjang. Industrialisasi – termasuk kendaraan bermotor – dengan berbahan bakar fosil (batubara dan minyak bumi) merupakan penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Secara umum, kegiatan yang dapat mendukung mitigasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan penambahan stok karbon dengan cara penanaman. Berbagai kegiatan penanaman telah dilakukan di Indonesia, antara lain melalui kegiatan rehabilitasi dan reforestasi, misalnya Gerakan Penghijauan Nasional (Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan), Gerakan Penanaman Pohon Satu Orang Satu Pohon (One Man One Tree, OMOT), Gerakan Menanam Satu Milyar Pohon (One Billion Indonesian Trees, OBIT), pembangunan Hutan Rakyat (HR), Hutan Kemasyarakatan (HKm), dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Kegiatan- kegiatan tersebut mampu meningkatkan kapasitas lahan untuk menyerap dan menyimpan emisi terutama di luar kawasan hutan atau di kawasan hutan yang berstatus lahan kritis 14. Pada saat ini, mitigasi perubahan iklim memerlukan upaya yang dilakukan bersama-sama oleh berbagai pihak. Beberapa langkah mitigasi perubahan iklim yang disarankan oleh IPCC, antara lain 15: 14 15 Mengimplementasikan langkah-langkah substitusi bahan bakar hemat biaya dari bahan bakar Wahyuni, (-) http://www.environmentabout.com karbon yang tinggi menjadi bahan bakar karbon rendah, misalnya solar energi atau biogas Mengimplementasikan langkah-langkah efisiensi/hemat energi Meningkatkan kebijakan dan praktek yang ada untuk membatasi emisi GRK misalnya mengendalikan subsidi pada bahan bakar fosil Melakukan tindakan untuk meningkatkan dan memperluas perangkap karbon dioksida seperti pengelolaan hutan/gambut/bakau Meningkatkan dan mengembangkan teknologi untuk mengontrol emisi GRK dari sisa pembuangan/pembakaran energi Meningkatkan kerjasama Internasional di antara berbagai organisasi atau institusi untuk lebih memahami penyebab dan dampak perubahan iklim Meningkatkan penelitian untuk membuat model prediksi iklim yang lebih akurat untuk mengurangi ketidakpastian perubahan cuaca dan iklim Mempromosikan pendidikan lingkungan dan pelatihan kesadaran di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi untuk perubahan iklim dan masalah lingkungan yang terkait Melakukan program relawan dan membentuk kelompok-kelompok di masyarakat untuk menerapkan langkah-langkah mitigasi perubahan iklim. Mengembangkan usaha peningkatan penghidupan masyarakat untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan resiliensi masyarakat Membangun sistem dan fasilitas kesehatan yang memadai dan terjangkau Sesi 2. Adaptasi Perubahan Iklim dan Sekolah Aman Tujuan: Anak mengetahui kegiatan adaptasi perubahan iklim yang dapat dilakukan di lingkungan sekolah Metode: Permainan dan diskusi Waktu: 45 menit Lokasi: Luar dan dalam ruangan (dikondisikan) Material: Alat tulis Sebelum permainan dan diskusi: Guru menjelaskan kegiatan adaptasi apa saja yang dapat dilakukan di sekolah (lihat referensi) Permainan: 1. Guru membagi anak menjadi beberapa kelompok (maks 5 anak) 2. Setiap kelompok diminta untuk menuliskan benda-benda yang ada di ruangan kelas mereka 3. Tulisan setiap kelompok kemudian dikumpulkan, diacak dan dibagikan ke kelompok lainnya dan minta setiap kelompok untuk menentukan benda-benda yang mana yang membahayakan anak-anak di dalam kelas. Misal di kelas terdapat rak/lemari besar yang bisa jatuh menimpa anak saat terjadi gempa 4. Tulisan kemudian dikumpulkan, diacak, dan dibagikan ke kelompok lainnya lagi dan minta setiap kelompok untuk mendiskusikan dan menuliskan apa yang harus dilakukan agar ruangan kelas aman dari benda-benda yang membahayakan tersebut 5. Selain itu, minta setiap kelompok untuk menuliskan benda apa saja yang dapat mereka gunakan untuk melakukan kegiatan adaptasi perubahan iklim, misalnya ada alat menyapu yang dapat digunakan untuk membersihkan ruangan kelas 6. Minta salah satu anak dari setiap kelompok untuk membacakan keseluruhan hasil dalam tulisan Alternatif permainan: 1. Bagi anak-anak menjadi beberapa kelompok (maks 3 anak) 2. Minta setiap kelompok untuk melakukan mind map untuk permasalahan yang ada disekolah berkaitan dengan adaptasi perubahan iklim dan sekolah aman 3. Pertama minta semua kelompok untuk menuliskan kata ‘sekolah aman’ di tengah buku tulis 4. Kemudian semua kelompok menarik garis dari kata diatas dan menuliskan benda-benda yang ada di dalam kelas. Setiap kelompok diminta untuk member tanda/warna pada benda yang dianggap membahayakan jika terjadi bencana 5. Minta setiap kelompok untuk menuliskan apa yang harus dilakukan terhadap benda yang membahayakan tersebut. Selain itu minta setiap kelompok untuk member tanda/warna pada benda yang dapat digunakan untuk melakukan adaptasi/mitigasi perubahan iklim 6. Minta setiap kelompok untuk membacakan hasil diskusi mind map di depan semua anak Poin diskusi: Guru mengajak semua anak berdiskusi kegiatan adaptasi perubahan iklim dan sekolah aman Indikator kompetensi: 1. Anak mampu mengenali jenis kegiatan adaptasi perubahan iklim dan sekolah aman Referensi: Untuk merespon kebutuhan anak-anak yang paling rentan dan berisiko terhadap dampak negatif perubahan iklim maka dibutuhkan adanya sistem pendidikan yang memadai, dengan tambahan pengetahuan mengenai perubahan iklim, dari dampak hingga upaya solutif untuk menyesuaikan diri. Kualitas pendidikan adalah kunci meningkatkan kapasitas adaptif, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk beradaptasi secara ekologi, sosial dan ekonomi menghadapi perubahan iklim dan lingkungan. Pendekatan sekolah yang paling efektif dimulai sebelum sekolah, berlanjut sepanjang siklus kehidupan anak dan mengarah ke masa dewasa. Agar pendidikan menjadi transformatif harus didasarkan pada16: Proses pembelajaran yang aktif, inklusif dan partisipatif; Guru yang supportif dan berkualitas; Lingkungan belajar yang aman; Terhubung pada masyarakat lokal dan isu-isu lokal. Perubahan iklim dapat melemahkan kemampuan anak untuk belajar di sekolah secara universal, berpotensi menyebabkan lebih banyak anak (terutama anak perempuan) mesti keluar sekolah untuk bekerja mencari nafkah atau mengerjakan pekerjaan lainnya seperti mengangkut air dan merawat keluarga. Kurang gizi dan penyakit di kalangan anak-anak dapat mengurangi kehadiran mereka di sekolah, dan mempengaruhi proses pembelajaran mereka di kelas. Bencana banjir dan angin kencang merubuhkan bangunan sekolah,dan menyebabkan pengungsian17. Hubungan antara perubahan iklim, pengurangan risiko bencana, dan pendidikan 18: Tujuan Hubungan perubahan iklim dan Contoh solusi adaptasi dan pembangunan bencana pengurangan risiko melalui pendidikan Pengurangan Perubahan iklim dan bencana Pengembangan pendidikan/ kemiskinan dan berpotensi mengurangi asset pelatihan kewirausahaan skala kelaparan penghidupan masyarakat miskin, kecil di sekolah, misal usaha termasuk kesehatan, air bersih, prakarya/kerajinan anak dari rumah, dan bangunan lainnya bahan-bahan daur ulang, mengumpulkan dan menjual botol Perubahan iklim dan bencana plastik cenderung merubah pertumbuhan ekonomi daerah karena adanya Pengembangan kebun sekolah perubahan system lingkungan dan yang dapat menghasilkan produk sumber daya serta produktifitas kerja konsumsi yang bernutrisi 16 Unicef (2012) UNDP (2007) 18 Dimodifikasi dari Unicef (2012) 17 Penyediaan pendidikan dasar Bencana alam berpotensi menghilangkan aset penghidupan (sosial, fisik dan finansial), termasuk menghancurkan infrastruktur sekolah. Anak-anak yang menjadi korban bencana pun akan kehilangan waktu untuk belajar dan pergi ke sekolah Kesetaraan jender Dampak negatif perubahan iklim, seperti peningkatan penyebaran wabah penyakit berpotensi melemahkan peran perempuan dalam keluarga dan pendidikan Pengurangan kematian anak Ketika terjadi bencana alam, anakanak adalah kelompok yang paling rentan untuk cedera, trauma, atau meninggal Anak-anak juga rentan terhadap dampak negatif dari perubahan iklim seperti penyebaran wabah penyakit dari nyamuk ataupun konsumsi air kotor Perubahan iklim juga berpotensi menyebabkan masalah pada ketersediaan air bersih dimana anakanak rentan terhadap penyakit jika kekurangan air bersih Bayi/balita dan ibu hamil termasuk kelompok yang paling rentan dan berisiko terhadap penyebaran penyakit akibat kenaikan suhu udara serta merupakan kelompok dengan kebutuhan nutrisi yang tinggi Memperbaiki kesehatan bayi dan ibu hamil Pemberantasan penyakit menular Perubahan iklim meningkatkan prevalensi penyakit menular dari nyamuk ataupun lalat Peningkatan Kerjasama dengan berbagai pihak Mengembangkan sistem peringatan dini bencana secara tradisional dan mengadakan pelatihan evakuasi diri ketika terjadi bencana (misal ketika terjadi banjir) Mengajarkan pengetahuan lingkungan kepada anak Meningkatkan kampanye kesadaran diri ramah lingkungan Mengikutsertakan anak perempuan terlibat aktif dalam semua kegiatan sekolah Memperhatikan kebutuhan siswa perempuan merasa aman di sekolah tanpa kekerasan dan kebutuhan sanitasi serta tempat istirahat khusus bagi perempuan Mengembangkan pendidikan pertolongan pertama Mengembangkan system sanitasi sekolah yang bersih dan memadai Mengaktifkan kegiatan gotong royong untuk melakukan pembersihan secara berkala Mengundang dinas kesehatan untuk melakukan promosi kesehatan ke sekolah secara berkala Meningkatkan pendidikan promosi kebersihan Meningkatkan pendidikan nutrisi Mengaktifkan kegiatan gotong royong untuk melakukan pembersihan secara berkala Meningkatkan pendidikan promosi kebersihan Mengurangi jumlah sampah Mengaktifkan kegiatan gotong royong untuk melakukan pembersihan secara berkala Sekolah mencari dan menerima kerjasama diperlukan untuk melakukan upayaupaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dukungan dan bantuan dari banyak pihak untuk melakukan upaya peningkatan sekolah aman bagi semua Sesi 3. Kontribusi anak pada kegiatan adaptasi perubahan iklim dan sekolah aman Tujuan: Peserta dapat menentukan kegiatan adaptasi perubahan iklim yang dapat dilakukan di sekolah Metode: Permainan Waktu: 30 menit Lokasi: Luar dan dalam ruangan (dikondisikan) Material: Kertas flipchart/papan tulis Spidol/kapur tulis Sebelum permainan: Guru/fasilitator menjelaskan kembali contoh-contoh kegiatan adaptasi perubahan iklim yang dapat dilakukan di sekolah/pendidikan Permainan: 1. Guru membentuk satu kelompok anak (maks 5 anak). Satu kelompok ini akan berperan sebagai kelompok penjual sedangkan anak sisanya akan berperan menjadi pembeli 2. Kelompok penjual akan mempromosikan kegiatan adaptasi di sekolah. Kegiatan adaptasi yang dapat dipilih untuk dipromosikan misalnya bersih-bersih sekolah, membuat kebun sekolah, atau membuat prakarya/kerajinan dari bahan bekas, atau kegiatan lainnya 3. Kelompok penjual dapat menggunakan cara kreatif agar warga sekolah memilih kegiatan adaptasi. 4. Kegiatan yang paling banyak dipilih dapat menjadi rencana tindak lanjut sekolah Poin diskusi: Guru mengajak semua anak berdiskusi untuk membuat rencana aksi setelah salah satu jenis kegiatan dipilih bersama Indikator kompetensi: 1. Peserta dapat memutuskan secara mandiri dan mengusulkan penggunaan dana seed grant untuk kegiatan adaptasi perubahan iklim dan sekolah aman Referensi: - Penutup Kampanye penyadaran akan perubahan iklim serta pembelajarannya menjadi sangat penting untuk dilakukan dan terus ditingkatkan, termasuk bagi masyarakat di desa ataupun sekolah. Dampak perubahan iklim dirasakan oleh semua orang, sehingga melakukan upaya mitigasi dan adaptasi menghadapi perubahan iklim harus dilakukan oleh semua orang. Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, bukanlah pilihan kegiatan yang menitikberatkan pada acuan kegiatan yang lebih baik dibandingkan yang lainnya. Namun keduanya harus tetap dilakukan bersama-sama. Kegiatan penting ini pun tidak diukur dari skala besar ataupun kecil, karena semua orang mampu dan wajib berkontribusi untuk menurunkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer Bumi. Termasuk anak-anak di lingkungan sekolah dasar dan di desa, memiliki peran dan kontribusi yang besar dan positif pada perubahan iklim. Peran dan kontribusi tersebut hendaknya diapresiasi dengan tinggi dan menjadi teladan bagi orang dewasa bahwa anak-anak sejak dini telah peduli pada kondisi lingkungan dan berupaya serta berpartisipasi menyelamatkan Bumi. Modul edukasi ini, ditengah banyaknya modul dan bahan pelatihan yang telah dibuat dan digunakan, adalah bertujuan menambah wacana dan metode pembelajaran perubahan iklim di lingkungan sekolah dan desa bagi anak-anak usia sekolah dasar. Modul ini pun akan diupayakan terus berkembang dan dapat disesuaikan untuk daerah lain, dengan menyesuaikan situasi dan konteks wilayah setempat. Daftar singkatan: API Adaptasi Perubahan Iklim COP Conferences of the Parties IPCC Intergovernmental Panel on Climate Change NTT Nusa Tenggara Timur PBB Persatuan Bangsa-Bangsa PRB Pengurangan Risiko Bencana SDA Sumberdaya Alam SDE Sumberdaya Ekonomi SDM Sumberdaya Manusia UNFCCC United Nations Framework Convention on Climate Change Daftar istilah: Adaptasi Perubahan Iklim (API): Upaya penyesuaian dalam sistem ekologi, sosial, dan ekonomi untuk mengatasi dampak perubahan iklim yang terjadi sehingga mampu mengurangi dampak negatifnya dan mengambil manfaat dari dampak positifnya Advokasi: Aksi yang strategis dan terpadu, oleh perorangan atau kelompok masyarakat untuk memasukkan suatu masalah ke dalam agenda kebijakan, dan mengontrol para pengambil keputusan untuk mengupayakan solusi bagi masalah tersebut sekaligus membangun basis dukungan bagi penegakan dan penerapan kebijakan publik yang di buat untuk mengatasi masalah tersebut. Aforestasi: Upaya penanaman atau penghutanan kembali suatu lahan yang sebelumnya tidak berhutan. Bahaya: Suatu kondisi, secara ilmiah ataupun karena ulah manusia yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia. Bahaya berpotensi menimbulkan bencana, tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi bencana. Deforestasi: Kehilangan atau kerusakan hutan yang terjadi secara alami, terutama akibat aktivitas manusia seperti penebangan, menebang pohon untuk bahan bakar, tebang-dan-bakar pertanian, pembukaan lahan untuk penggembalaan ternak, operasi pertambangan, ekstraksi minyak, pembangunan bendungan, dan perkotaan gepeng atau jenis lain dari ekspansi pembangunan dan populasi. Efek rumah kaca (ERK): Proses dimana radiasi thermal dari permukaan atmosfer yang diserap oleh gas rumah kaca, dan dipancarkan ke segala arah El Nino: Kondisi abnormal iklim di mana penampakan suhu permukaan laut Samudra Pasifik ekuator bagian timur dan tengah (di pantai Barat Ekuador dan Peru) lebih tinggi dari rata-rata normalnya. El Nino adalah sesuatu yang alami dan telah mempengaruhi kehidupan di wilayah Samudra Pasifik selama ratusan tahun. Fenomena El Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang, tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas El Nino tersebut. Namun karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino. El Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Curah hujan berkurang dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk dengan meluasnya kebakaran hutan dan asap yang ditimbulkannya. Ekosistem: Unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan di antara keduanya saling memengaruhi Emisi: Zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar Gas rumah kaca (GRK): Gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan untuk menyerap radiasi matahari yang dipantulkan oleh bumi sehingga bumi menjadi semakin panas. Konservasi: Pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Mitigasi perubahan iklim: Proses menurunkan emisi atau meningkatkan penyerapan gas rumah kaca dari berbagai sumber emisi. Perubahan iklim: Berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia Pemanasan global: Peningkatan rata-rata temperatur atmosfer yang dekat dengan permukaan bumi dan di troposfer, yang dapat berkontribusi pada perubahan pola iklim global. Pemanasan global terjadi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Pengurangan risiko bencana (PRB): Kerangka konsep kerja yang bagian-bagiannya telah mempertimbangkan segala kemungkinan untuk memperkecil resiko kematian dan bencana melalui lingkungan masyarakat, untuk menghindari (mencegah) atau untuk membatasi ( menghadapi dan mempersiapkan) kemalangan yang disebabkan oleh marabahaya, dalam konteks yang lebih luas dari pembangunan yang berkelanjutan. Reforestasi: Pembangunan kembali hutan tanaman di kawasan yang sebelumnya merupakan lahan berhutan. Risiko: Kemungkinan dampak yang merugikan yang diakibatkan oleh bahaya dan/atau kerentanan. Potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Referensi: Adger, W.N., Arnell, N.W., & Tompkins, E.L. Successful adaptation to climate change across scales. Global Environmental Change. Elsevier. 2005 Aldrian, E., Karmini, M., dan Budiman. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia. BMKG. 2011. Bayong Tjasyono. Klimatologi. ITB, 2004. Diposaptono, S., Budiman., Agung, F. Menyiasati Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil. Penerbit Buku Ilmiah Populer, Bogor. 2009. Jill Lawler. Children’s Vulnerability to Climate Change and Disaster Impacts in East Asia and the Pacific. A report commissioned by UNICEF, Bangkok, 2011. Lakitan, B. Dasar-dasar Klimatologi. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2002. UNDP. Sisi Lain Perubahan Iklim. UNDP Indonesia. 2007. Unicef. Climate Change Adaptation and Disaster Risk Reduction in the Education Sector. United Nations Children’s Fund (UNICEF). 2012 Smit, B. dan Pilifosova, O. From Adaptation to Adaptive Capacity and Vulnerable Reduction. UNFCCC. 2001. Pettengell, C. Climate Change Adaptation: Enabling people living in poverty to adapt. OXFAM GB. 2010. Petersen, J., Sack, D., & Gabler, R. Fundamentals of Physical Geography. Brooks Cole USA. 2011. Wahyuni. Rehabilitasi Hutan dan Mitigasi Perubahan Iklim Sektor Kehutanan. www.forda-mof.org. (-) www.childreninachangingclimate.org http://environmentabout.com http://kertasshijau.blogspot.sg – gambar pemanasan global http://nationalgeographic.co.id – gambar lapisan es di puncak Jayawijaya http://nttprov.go.id http://rachmipreneur456.blogspot.sg – gambar karikatur gedung http://ulfibisri.blogspot.sg – gambar karikatur hutan gundul http://unfccc.int/kyoto_protocol/ http://pemanasanglobal.net/ http://pixabay.com – gambar karikatur pabrik