ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN

advertisement
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN
PERBANKAN SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN
METODE CAMELS
(Studi Kasus Perbankan Syariah Indonesia dengan
Malaysia Periode 2013-2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah
(S.E.Sy)
Oleh
WIWIT AYU NOFITASARI
NIM 21311005
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
TAHUN 2015
i
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(QS. Al-Insyirah: 6)
“Belajarlah dari masa lalu, hiduplah untuk masa depan. Yang terpenting adalah
tidak berhenti bertanya”
(Albert Einstein)
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dengan ijin Allah skripsi ini selesai. Skripsi ini saya persembahkan
untuk orang-orang yang telah mendorong saya untuk terus memperjuangkan
mimpi saya:
1.
Bapak Tugimin dan Ibu Suharti, yang senantiasa mencurahkan kasih
sayangnya, memberikan bimbingan, dan doa yang tak pernah henti-hentinya
untuk anaknya.
2.
Adikku Wahyu Setiyowati yang tak pernah putus menyayangiku.
3.
Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang selalu sabar
membimbingku.
4.
Keluarga besar (Dosen dan teman-teman) Biro Konsultasi Tazkia yang
menemani dan mendukungku.
5.
Sahabat-sahabatku yang selalu menemaniku dan mendukungku.
6.
Teman-teman Perbankan Syariah S1 kelas A, yang menemaniku dan
memberikan banyak pengalaman selama masa kuliah.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya yang sangat melimpah kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan
kepada Rasul kita, Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah
membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka
memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah,
Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
terima kasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, perhatian, semangat, serta doa,
baik secara langsung mau pun tidak langsung pada penyelesaian skripsi ini
kepada:
1. Kedua orang tua yang sangat saya sayangi dan cintai, Bapak Tugimin dan
Ibu Suharti yang dengan ikhlas dan penuh kasih sayang selalu
mencurahkan perhatian kepada penulis.
2. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
3. Bapak Dr. Anton Bawono,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis
Islam IAIN Salatiga.
4. Ibu Fetria Eka Yudiana M.Si, selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah S1,
dan selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa memberikan
viii
5. bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
6. Bapak Alfred L.,M.Si selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik.
7. Seluruh dosen FEBI yang telah member bekal ilmu pengetahuan sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
8. Dosen dan teman-teman Biro Konsultasi Tazkia yang selalu memberi
semangat dan motivasi.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi
rasa hormat, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini
sehingga karya sederhana ini dapat terwujud dan bermanfaat untuk
kepentingan bersama.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikumWr. Wb
Salatiga, 09 Oktober 2015
Penulis
Wiwit Ayu Nofitasari
NIM: 21311005
ix
ABSTRAK
Nofitasari, Wiwi tAyu. 2015. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah dengan Menggunakan Metode CAMELS (Studi
Kasus Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Periode 20132014). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Jurusan
Perbankan Syariah S1. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Fetria Eka Yudiana, M. Si.
Kata Kunci: Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia, Kinerja Keuangan, dan
CAMELS.
Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk melihat kesiapan perbankan
syariah dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan ekonomi
global, sekaligus sebagai indicator penilaian persaingan industry perbankan
syariah khususnya di ASEAN, terutama negara Indonesia dan Malaysia.
Pertanyaan pertama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1)
bagaimanakah kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia
periode 2013-2014?, (2) bagaimanakah perbandingan kinerja keuangan perbankan
syariah di Indonesia dengan Malaysia periode 2013-2014?. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan atau annual report.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling, dan metode pengumpulan data menggunakan dokumentasi berupa
annual report yang diperoleh dari web resmi masing-masing bank syariah. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan perbankan serta
perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia
periode 2013-2014. Indikator dalam mengukur kinerja perbankan syariah dengan
menggunakan CAMELS. Rasio-rasio CAMELS, yaitu CAR, BDR, NPM, ROA,
BOPO, LDR, dan MR. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa,
sebagian besar indicator kinerja keuangan perbankan syariah antara Indonesia
dengan Malaysia tidak terdapat perbedaan yang signifikan, terutama pada rasio
CAR, ROA, LDR, dan MR. Sedangkan untuk rasio BDR, NPM, dan BOPO
terdapat perbedaan yang signifikan antara perbankan syariah Indonesia dengan
Malaysia.
x
DAFTAR ISI
SAMPUL ....................................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO .................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. iii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... v
MOTO ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
ABSTRAK .................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Masalah .................................................................................. 4
D. Kegunaan Penelitian........................................................................... 4
E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Telah Pustaka ..................................................................................... 7
B. Kerangka Teori
1. Laporan Keuangan ......................................................................... 13
xi
2. Annual Report Perbankan Syariah ................................................. 26
3. Analisis Laporan Keuangan........................................................... 29
4. Analisis CAMELS ......................................................................... 30
5. Teknik Analisis CAMELS ............................................................. 37
C. Kerangka Penelitian ........................................................................... 38
D. Hipotesis............................................................................................. 40
BAB III ANALISIS PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 42
B. Populasi dan Sampel .......................................................................... 43
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 46
D. Definisi Konsep dan Operasional ...................................................... 47
E. Uji Instrumen ..................................................................................... 49
F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 51
G. Alat Analisis ....................................................................................... 52
BAB IV ANALISIS PENELITIAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Gambaran Objek Umum ................................................................ 53
2. Gambaran Singkat Lembaga Keuangan Bank Syariah.................. 56
B. Hasil Penelitian
1. Uji Statistik Deskriptif ................................................................... 67
2. Uji Normalitas ............................................................................... 68
3. Uji Hipotesis .................................................................................. 69
xii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 79
B. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 80
C. Implikasi Penelitian ............................................................................ 80
D. Saran .................................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Research Gap Penelitian ................................................................ 10
Tabel 2.1 Definisi Operasional Variabel ........................................................ 37
Tabel4.1 Data Bank Syariah Sampel ............................................................. 46
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif ......................................................................... 67
Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas ...................................................................... 69
Tabel 5.3 Perbandingan Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia ...... 70
DAFTAR GAMBAR
Gambar3.1 Kerangka Penelitian ................................................................... 39
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis ekonomi global terjadi pada tahun 2008 sebenarnya bermula
pada krisis ekonomi Amerika Serikat, kemudian menyebar ke negara-negara
lain di seluruh dunia termasuk Indonesia. Krisis ekonomi Amerika tersebut
semakin lama merambat
menjadi
krisis
global karena sebenarnya
perekonomian di dunia saling tergantung satu sama lainnya, peristiwa yang
terjadi disuatu tempat akan berpengaruh di tempat lainnya. Tidak jarang
dampak lebih besar terjadi di tempat lain (http://elsaryan.wordpress.com/,
diakses 19 Juni 2015).
Era globalisasi memiliki dampak sangat besar terhadap berbagai sektor
perekonomian termasuk sektor perbankan, hal itu ditandai dengan liberalisasi
perdagangan dan investasi ekonomi pasar bebas yang melibatkan Indonesia di
dalamnya. Globalisasi perdagangan dunia menghadirkan tantangan yang
beragam dan persaingan ketat bagi setiap sektor industri, termasuk industri
perbankan, sehingga sektor perbankan dituntut untuk lebih meningkatkan
kinerjanya (Purnawati, 2014).
ASEAN menjadi salah satu kawasan yang mencatat pertumbuhan
ekonomi stabil di antara kawasan lainnya di seluruh dunia. Transaksi
perdagangan antar negara anggota ASEAN telah meningkat, tetapi belum
diikuti dengan integrasi keuangan di ASEAN. Negara anggota ASEAN
1
2
sepakat membentuk panduan integrasi perbankan berupa inisiatif ASEAN
Banking Integration Framework (ABIF), dibawah kerangka Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA). Indonesia dan Malaysia menjadi dua anggota
negara ASEAN yang memimpin inisiatif pembentukan ABIF. Inisiatif ini
dilakukan bersama oleh Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Bank
Negara Malaysia (http://mysharing.co, diakses 21 Juni 2015).
Undang-undang Perbankan No.10 Tahun 1998 telah menegaskan
bahwa Bank Indonesia memiliki wewenang untuk mengadakan penilaian
terhadap kinerja suatu bank dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis
terhadap laporan keuangannya. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai
dasar pembuatan keputusan, serta untuk membandingkan kinerja perusahaan
satu dengan perusahaan lain (Maharani dan Afandy, 2014).
Kinerja keuangan perbankan dapat mencerminkan kemampuan
operasional suatu bank, baik dalam bidang penghimpunan dana, penyaluran
dana, teknologi serta sumber daya manusia. Kinerja bank dapat juga
menunjukkan kekuatan dan kelemahan suatu bank, dengan mengetahui
kekuatan bank maka dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha bank.
Sedangkan kelemahannya dapat dijadikan sebagai dasar untuk perbaikan
dimasa mendatang.
Peringkat perbankan syariah Indonesia menurut Maris Strategis & The
Banker (2010) urutan bank syariah dengan asset syariah tahun 2009-2010,
Malaysia di peringkat ke tiga, sementara Indonesia peringkat 13. Melihat
perkembangan pesat keuangan syariah terutama perbankan syariah dan
3
penerbitan sukuk, total asset keuangan perbankan syariah Indonesia pada
tahun 2011 diyakini telah melebihi US$20 miliar sehingga rangkingnya akan
meningkat signifikan (Dr. Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank
Indonesia).
Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk melihat kesiapan
perbankan syariah dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
dan ekonomi global. Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai
indikator penilaian persaingan industri perbankan khususnya di ASEAN,
terutama negara Indonesia dan Malaysia, yang memiliki prospek cukup besar
dalam mengembangkan sektor perbankan syariah.
Dalam penelitian ini penulis mencoba melihat lebih mendalam tentang
perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah tersebut khususnya di
ASEAN pada periode 2013-2014, dengan mengambil dua negara yang
memimpin pembentukan ASEAN Banking Integration Framework (ABIF),
yaitu Indonesia dan Malaysia. Metode dalam penelitian ini menggunakan
CAMELS, yang meliputi CAR, BDR, NPM, ROA, BOPO, LDR, dan MR
(Kasmir, 2014:304).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian pada perbankan yang ada di Indonesia dan Malaysia dengan
mengambil judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah
dengan
Menggunakan
Metode
CAMELS
(Studi
Kasus
Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Periode 2013-2014).”
4
B. Rumusan Masalah
Hal yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah analisis kinerja
keuangan dengan menggunakan metode CAMELS. Dari uraian latar belakang
dan hasil penelitian terdahulu penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah kinerja keuangan pada Perbankan Syariah di Indonesia
dan Malaysia periode 2013-2014?
2.
Bagaimanakah perbandingan kinerja keuangan Perbankan Syariah antara
Indonesia dengan Malaysia periode 2013-2014?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dirumuskan
diatas, maka penulis mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1.
Menganalisis kinerja keuangan pada Perbankan Syariah di Indonesia dan
Malaysia.
2.
Menganalisis perbandingan kinerja keuangan pada Perbankan Syariah
Indonesia dengan Malaysia.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak
yang berkepentingan sebagai berikut:
1.
Bagi Pihak Bank
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu gambaran bagi bank
dalam menilai kinerja keuangan bank.
b. Hasil penelitian ini juga berguna untuk manajemen bank dalam
meningkatkan performa kinerja keuangan.
5
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk melihat kesiapan bank
dalam menghadapi persaingan secara global.
2.
Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi
akademisi yang akan melakukan penelitian selanjutnya dan sebagai
penambah informasi.
3.
Bagi Penulis
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan
dibidang perbankan tentang analisis kinerja keuangan dengan metode
CAMELS. Penelitian ini juga digunakan untuk menambah motivasi
penulis dalam memperdalam ilmu pengetahuan.
4.
Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan dan informasi tentang analisis kinerja
keuangan dengan metode CAMELS.
E. Sistematika Penulisan
Kejelasan dan ketetapan arah pembahasan penelitian ini penulis
menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I
: PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
masalah, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.
6
BAB II
: KAJIAN PUSTAKA
Menguraikan tentang telaah pustaka yang berisi ringkasan
penelitian terdahulu, kerangka teori yang berkaitan dengan topik
penelitian untuk menghasilkan hipotesis yang akan diuji.
BAB III
: METODE PENELITIAN
Bab ini berisi pendekatan penelitian, populasi dan sampel,
teknik pengukuran data, definisi konsep dan operasional, uji
instrument, teknik analisis data dan alat analisis yang digunakan.
BAB IV
: ANALISIS PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang deskripsi objek penelitian dan
analisis data atau hasil penelitian.
BAB V
: PENUTUP
Mencakup uraian yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari
hasil penelitian, keterbatasan penelitian, implikasi penelitian,
serta saran-saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
Penelitian ini dilakukan mengacu pada penelitian terdahulu dengan
pokok permasalahan yang hampir sama. Penelitian terdahulu juga bermanfaat
untuk membangun kerangka teoritik yang mendasari kerangka penelitian ini.
Berikut adalah ringkasan dari beberapa penelitian yang sudah ada :
M. Laksono Tri R. (2004) dalam penelitian yang berjudul “Analisis
Indikator Kinerja Keuangan Perbankan ASEAN (Studi Perbandingan
Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina 2000-2002)”, menggunakan rasio
CCA, CAR, NPL, ROL, EEA, LOA, LDR, ROA, ROE, dan AGR. Dari hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada rasio CCA dan CAR, RRA dan NPL, ROL dan EEA, LOA dan
LDR. Sedangkan pada rasio ROA dan ROE tidak terdapat perbedaan antara
perbankan Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Sebagian besar
indikator
keuangan
yang
dibangun
dari
rasio
keuangan-keuangan
menunjukkan bahwa kinerja keuangan perbankan Indonesia lebih baik dari
perbankan Malaysia, Thailand, dan Filipina, kecuali rasio CCA, EEA, LDR,
dan ROA.
Adi Susilo Jahja (2012) dalam penelitian yang berjudul “Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan
Konvensional”, yang menggunakan rasio CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan
7
8
LDR. Menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja bank syariah dengan bank konvensional, kinerja bank syariah lebih
baik dibandingkan dengan konvensional.
Vivi Putri Maharani & Chairil Afandy (2013) dalam penelitian dengan
judul, “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah dan Bank Swasta di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2012”, menyimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara bank pemerintah dan bank swasta
ditinjau dari rasio keuangan LDR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan PDN.
Sedangkan untuk rasio NIM terdapat perbedaan yang signifikan antara bank
pemerintah dengan swasta.
I Gusti Ayu Purnamawati (2014) dalam penelitian dengan judul
“Analisis Komparatif Kinerja keuangan Perbankan ASEAN Setelah Krisis
Global”, hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
dari indikator ROA, ROE, dan LDR antara kinerja keuangan perbankan
Indonesia, Thailand dan Malaysia. Tidak terdapat perbedaan dari indikator
CAR antara kinerja keuangan perbankan Indonesia, Thailand, dan Malaysia.
Pada penelitian Damara Andri Nugraha (2014) yang berjudul
“Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan Bank
konvensional (Studi Kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank
Central Asia)”, dengan rasio penelitian CAR, ROA, ROE, NIM, LDR, dan
NPL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio ROA, LDR, NPL dan NIM
terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Syariah Mandiri dan
Bank Central Asia. Sedangkan rasio CAR dan ROE tidak terdapat perbedaan
9
yang signifikan pada kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank
Central Asia.
Mariam Rustiadi (2014) dalam penelitian yang berjudul “Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan
Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012”,
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja perbankan syariah dengan
perbankan konvensional pada rasio CAR, NPL, BOPO dan LDR. Tetapi, pada
rasio ROA dan ROE tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
perbankan syariah dengan perbankan konvensional.
Rasio CAR, NPF, EAA, FDR, ROA, ROE, dan AGR yang digunakan
oleh Susanto Wibowo (2014) dalam penelitian yang berjudul “Perbandingan
Indikator Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di ASEAN (Studi
Komparatif: Indonesia, Filipina, Brunei Darusalam)”, menunjukkan bahwa
pada indikator Capital Risk, terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja
keuangan Indonesia dan Brunei Darusalam, dan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara Indonesia dan Filipina. Pada indikator Asset Quality
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Indonesia
dan Brunei Darusalam, tetapi terdapat perbedaan yang signifikan antara
Indonesia dan Filipina. Pada indikator operasional Efficiency dan Growth
terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Indonesia dan
Brunei Darusalam maupun Indonesia dan Filipina. Pada indikator liquidity
risk terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Indonesia
dan Brunei Darusalam maupun Indonesia dan Filipina. Pada indikator
10
Profitability Ratio, ROA, dan ROE, tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara kinerja keuangan Indonesia dan Brunei Darusalam, tetapi terdapat
perbedaan yang signifikan antara Indonesia dan Filipina.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Susanto Wibowo (2015) yang
berjudul “ Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
dengan Metode CAMEL di ASEAN (Studi Komparatif: Indonesia, Malaysia,
Thailand). Menunjukkan bahwa indikator CCA dan CAR perbankan syariah
Indonesia
berbeda
dengan
Malaysia
dan
Thailand.
Indiktor
NPL
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja
keuangan perbankan syariah di Indonesia dengan kinerja keuangan perbankan
di Malaysia dan Thailand. Selain itu perbedaan yang signifikan juga terjadi
pada indikator EEA, LDR, dan ROE. Sedangkan pada indikator ROA dan
AGR tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan
perbankan syariah Indonesia dengan perbankan syariah Malaysia dan
Thailand.
Berdasarkan penelitian terdahulu, penulis dapat menarik research gap
sebagai berikut:
Tabel 1.1
Research Gap Penelitian
Peneliti
M. Laksono Tri R.
(2004)
Rasio
CCA, CAR, NPL, ROL,
EEA, LOA, LDR, ROA,
ROE, dan AGR
Hasil Penelitian
Terdapat perbedaan yang signifikan
pada rasio CCA dan CAR, RRA dan
NPL, ROL dan EEA, LOA dan LDR.
Sedangkan pada rasio ROA dan ROE
tidak terdapat perbedaan antara
perbankan
Indonesia,
Malaysia,
Thailand, dan Filipina.
11
Adi Susilo
(2012)
Jahja
CAR, NPL, ROA, ROE,
BOPO, dan LDR.
Terdapat perbedaan yang signifikan
antara kinerja bank syariah dengan
bank konvensional, kinerja bank
syariah lebih baik dibandingkan
dengan konvensional.
Vivi Putri Maharani
& Chairil Afandy
(2013)
LDR, NPL, ROA, ROE,
NIM, dan PDN
Berdasarkan
penelitian
terdapat
perbedaan yang signifikan antara
bank pemerintah dan bank swasta
ditinjau dari rasio keuangan LDR,
NPL, ROA, ROE, BOPO, dan PDN.
Sedangkan untuk rasio NIM terdapat
perbedaan yang signifikan antara
bank pemerintah dengan swasta.
I
Gusti
Purnamawati
(2014)
Ayu
ROA, ROE, LDR, dan CAR
Hasil
penelitian
menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan
dari indikator ROA, ROE, dan LDR
antara kinerja keuangan perbankan
Indonesia, Thailand dan Malaysia.
Tidak terdapat perbedaan dari
indikator
CAR
antara
kinerja
keuangan
perbankan
Indonesia,
Thailand, dan Malaysia.
Damara
Andri
Nugraha (2014)
CAR, ROA, ROE, LDR,
NPL, dan NIM
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rasio ROA, LDR, NPL dan NIM
terdapat perbedaan yang signifikan
antara kinerja Bank Syariah Mandiri
dan Bank Central Asia. Sedangkan
rasio CAR dan ROE tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada
kinerja keuangan Bank Syariah
Mandiri dan Bank Central Asia.
Mariam
(2014)
CAR, NPL, ROA, ROE,
BOPO, dan LDR
Terdapat
perbedaan
kinerja
perbankan syariah dengan perbankan
konvensional pada rasio CAR, NPL,
BOPO dan LDR. Tetapi, pada rasio
ROA dan ROE tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara
perbankan syariah dengan perbankan
konvensional.
Rustiadi
12
Susanto
(2014)
Wibowo
CAR, NPF, EEA, FDR,
ROA, ROE, dan AGR
Dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa pada indikator
Capital Risk, terdapat perbedaan
yang signifikan antara kinerja
keuangan Indonesia dan Brunei
Darusalam, dan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara
Indonesia
dan
Filipina.
Pada
indikator Asset Quality tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara
kinerja keuangan Indonesia dan
Brunei Darusalam, tetapi terdapat
perbedaan yang signifikan antara
Indonesia
dan
Filipina.
Pada
indikator operasional Efficiency dan
Growth terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja keuangan
Indonesia dan Brunei Darusalam
maupun Indonesia dan Filipina. Pada
indikator liquidity risk terdapat
perbedaan yang signifikan antara
kinerja keuangan Indonesia dan
Brunei Darusalam maupun Indonesia
dan
Filipina.
Pada
indikator
Profitability Ratio ROA, dan ROE,
tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja keuangan
Indonesia dan Brunei Darusalam,
tetapi terdapat perbedaan yang
signifikan antara Indonesia dan
Filipina.
Susanto
(2015)
Wibowo
CCA, CAR, NPL, EEA,
LDR, ROE, ROA dan
AGR
Terdapat perbedaan yang signifikan
pada indikator CCA, CAR, NPL,
EEA, LDR, dan ROE. Sedangkan
pada indikator ROA dan AGR tidak
terdapat perbedaan yang signifikan
antara kinerja keuangan perbankan
syariah Indonesia dengan perbankan
syariah Malaysia dan Thailand.
13
B. Kerangka Teori
1. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil
usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu
(Harahap, 2007:105).
Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi penting
yang digunakan manajemen dalam mengambil keputusan, terutama
keputusan keuangan (Najmudin, 2011:63).
Secara sederhana laporan keuangan menurut Kasmir (2014:7)
adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada
saat ini atau dalam suatu periode tertentu.
Maksud
laporan
keuangan
yang
menunjukkan
kondisi
perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi
perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal
tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laba rugi). Biasanya
laporan dibuat per periode, misal tiga bulan, atau enam bulan untuk
kepentingan internal perusahaan. Sementara itu, untuk laporan lebih
luas dilakukan satu tahun sekali (Kasmir, 2014:7).
b. Tujuan Laporan Keuangan
Prinsip Akuntansi Keuangan (1984) menyatakan bahwa tujuan
laporan keuangan adalah (Harahap, 2007:132-133) :
14
1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2) Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai
perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu
perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka
memperoleh laba.
3) Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para
pemakai laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam
menghasilkan laba.
4) Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan
dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi
mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.
5) Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk
kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan
akuntansi yang dianut perusahaan.
Sedangkan
menurut
PSAK
No.1
(Revisi
1998)
dalam
Sulistiyowati (2010:5) tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum
adalah:
1) Memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus
kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan
ekonomi.
15
2) Serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen
atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Menurut Najmudin (2011:64-65) tujuan laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
1) Menyediakan informasi yang menyangkut laporan keuangan, kinerja
dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi.
2) Informasi
kinerja
bermanfaat
untuk
memprediksi
kapasitas
perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada.
3) Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk
menilai aktivitas investasi, pendanaan operasi selama periode
pelaporan.
Menurut Kasmir (2014:11) tujuan pembuatan atau penyusunan
laporan keuangan yaitu:
1) Memberi informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang
dimiliki perusahaan pada saat ini.
2) Memberi informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal
yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
3) Memberi informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang
diperoleh pada suatu periode tertentu.
4) Memberi informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang
dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
16
5) Memberi informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi
terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
6) Memberi informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam
suatu periode.
7) Memberi informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
8) Informasi keuangan lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan
laporan keuangan adalah menyajikan informasi keuangan dari suatu
perusahaan pada suatu periode tertentu, yang dapat digunakan sebagai
panduan dalam pengambilan keputusan keuangan.
c. Sifat Laporan Keuangan
Pencatatan yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan
harus dilakukan dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Dalam praktiknya
sifat keuangan dibuat bersifat historis dan menyeluruh.
Bersifat historis artinya laporan keuangan dibuat dan disusun
dari data masa lalu atau masa yang sudah lewat dari masa sekarang.
Dan yang dimaksud dengan menyeluruh adalah laporan dibuat
selengkap mungkin. Artinya laporan keuangan disusun sesuai standar
yang sudah ditetapkan (Kasmir, 2014:12).
Sementara itu, menurut Munawir dalam Kasmir (2014:12-14)
data masa lalu perusahaan yang ditampilkan dalam laporan keuangan
merupakan kombinasi dari:
17
1) Fakta yang telah dicatat
Fakta yang telah
dicatat (recorded fact) artinya laporan
keuangan disusun atau dibuat berdasarkan kenyataan yang
sebenarnya atau fakta dari catatan akuntansi. Fakta ini diambil dari
peristiwa atau kejadian akuntansi pada waktu atau masa lalu, yaitu
dari tahun-tahun sebelumnya.
2) Prinsip-prinsip dan kebiasaan dalam akuntansi
Prinsip-prinsip dan kebiasaan dalam akuntansi (accunting
convention and postulate) adalah pencatatan yang terjadi dalam
laporan keuangan jelas didasarkan kepada prosedur atau anggapan
yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi.
3) Pendapat pribadi
Pendapat pribadi (personal judgment) artinya pencatatan
akuntansi dalam laporan keuangan didasarkan kepada dalil-dalil
tertentu, penggunaan dari dasar dalil tersebut tergantung dari
pendapat manajemen perusahaan.
d. Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Najmudin (2011:67) di samping menjadi sumber
informasi dan pedoman keputusan, di lain pihak laporan keuangan
mempunyai keterbatasan antara lain sebagai berikut:
1) Laporan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan
interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang
sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final.
18
2) Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah seolah bersifat
pasti dan tepat, padahal sebenarnya dasar penyusunannya dengan
standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah.
3) Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang
lalu, di mana daya beli (purchasing power) uang tersebut semakin
menurun.
4) Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan karena faktorfaktor tersebut tidak dapat dinyatakan dalam satuan uang
(dikuantisasi), misalnya berupa goodwill atau license, dan prestasi
perusahaan.
Sedangkan menurut Kasmir (2014:16-17) keterbatasan laporan
keuangan meliputi:
1) Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis),
di mana data-data yang diambil dari data masa lalu.
2) Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang bukan
hanya untuk pihak tertentu saja.
3) Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
4) Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi
ketidakpastian.
19
5) Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut panduan
ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan
kepada sifat formalnya.
e. Pihak-pihak Pemakai Laporan Keuangan
Tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi
kepada berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Artinya penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi
kepentingan berbagai pihak, baik pihak intern maupun ekstern
perusahaan.
Menurut Harahap (2007:120-124) para pemakai laporan
keuangan beserta kegunaannya dapat dilihat dari penjelasan berikut:
1) Pemegang Saham
Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan
perusahaan, asset, utang, modal, hasil, biaya, dan laba.
2) Investor
Bagi investor potensial, ia akan melihat kemungkinan potensi
keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan.
3) Analis Pasar Modal
Analisis pasar modal selalu dilakukan baik analisis tajam dan
lengkap terhadap laporan keuangan perusahaan yang go public
maupun yang berpotensi masuk pasar modal.
20
4) Manajer
Manajer ingin mengetahui situasi ekonomi perusahaan yang
dipimpinnya.
5) Karyawan dan Serikat Kerja
Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan
untuk menetapkan apakah ia masih terus bekerja di situ atau pindah.
6) Instansi Pajak
Perusahaan selalu memiliki kewajiban pajak baik Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak
Pembangunan, Pajak Penjualan Barang Mewah (PpnBm), Pajak
Daerah, Restribusi, Pajak Penghasilan (PPh). Perusahaan juga
dikenakan pemotongan, penghitungan, dan pembayarannya.
7) Pemberi Dana (Kreditur)
Sama dengan pemegang saham investor, lender seperti bank,
investment fund, perusahaan leasing, juga ingin mengetahui
informasi tentang situasi dan kondisi perusahaan baik yang sudah
diberi pinjaman maupun yang akan diberi pinjaman.
8) Supplier
Supplier hampir sama dengan kreditur. Laporan keuangan bisa
menjadi informasi apakah perusahaan layak diberi fasilitas kredit,
seberapa lama akan diberikan, dan sejauh mana potensi resiko yang
dimiliki perusahaan.
21
9) Pemerintah atau Lembaga Pengatur Resmi
Pemerintah atau lembaga sangat membutuhkan laporan
keuangan. Karena ia ingin mengetahui apakah perusahaan telah
mengikuti peraturan yang telah ia tetapkan.
10) Langganan atau Lembaga Konsumen
Dengan adanya laporan keuangan sangat diuntungkan,
Biasanya lembaga khusus yang memantau kepentingan konsumen
adalah lembaga konsumen.
11) Lembaga Swadaya Masyarakat
LSM membutuhkan laporan keuangan untuk menilai sejauh
mana perusahaan merugikan pihak tertentu yang dilindunginya.
12) Peneliti/Akademisi/Lembaga Peringkat
Bagi peneliti atau akademisi laporan keuangan sangat
penting, sebagai data primer dalam melakukan penelitian terhadap
topik tertentu yang berkaitan dengan laporan keuangan atau
perusahaan.
Menurut Najmudin (2011:65-66) pemakai laporan meliputi:
1) Investor, membutuhkan informasi untuk membantu menentukan
apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasinya.
2) Karyawan, memanfaatkannya untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam memberi balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
3) Pemberi jaminan, menggunakannya untuk memutuskan apakah
pinjaman pokok dan bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
22
4) Pemasok dan kreditur usaha lainnya, berkepentingan untuk
mengetahui apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat
jatuh tempo.
5) Pelanggan,
berkepentingan
mengetahui
kelangsungan
hidup
perusahaan, terutama apabila mereka terikat dalam perjanjian jangka
panjang dengan atau bergantung pada perusahaan.
6) Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawahnya,
berkepentingan
dengan
alokasi
sumber
daya
dan
aktivitas
perusahaan.
7) Masyarakat, terbantu dengan informasi tentang jumlah orang yang
dipekerjakan, perlindungan kepada penanam modal domestik,
kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan
dan rangkaian akivitasnya.
Sedangkan menurut Kasmir (2014:282-283) pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan bank
adalah sebagai
berikut:
1) Pemegang saham
Bagi pemegang saham yang sekaligus merupakan pemilik
bank, kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah untuk
melihat kemajuan bank yang dipimpin oleh manajemen dalam satu
periode.
23
2) Pemerintah
Bagi pemerintah, laporan keuangan baik bagi bank-bank
pemerintah maupun swasta adalah untuk mengetahui kemajuan bank
yang bersangkutan. Pemerintah juga berkepentingan terhadap
kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter yang telah
ditetapkan.
3) Manajemen
Laporan keuangan bagi pihak manajemen adalah untuk
menilai kinerja manajemen bank dalam mencapai target-target yang
sudah ditetapkan dan juga untuk menilai kinerja karyawan dalam
rangka mengelola sumber daya yang dimilikinya.
4) Karyawan
Bagi karyawan dengan adanya laporan keuangan juga untuk
mengetahui kondisi keuangan bank yang sebenarnya.
5) Masyarakat luas
Bagi masyarakat luas laporan keuangan bank merupakan
suatu jaminan terhadap uang yang disimpan di bank. Jaminan ini
diperoleh dari laporan keuangan yang ada dengan melihat angkaangka yang ada di laporan keuangan.
f. Unsur Laporan Keuangan
Menurut Najmudin (2011:68) terdapat tiga bentuk laporan
keuangan yang pokok, yaitu neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus
kas. Sedangkan menurut Kasmir (2014:284) jenis laporan keuangan
24
terdiri dari neraca, laporan komitmen dan kontijensi, laporan laba rugi,
laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan laporan keuangan
gabungan dan konsolidasi.
Dalam praktiknya jenis laporan keuangan bank adalah sebagai
berikut:
1) Neraca
Menurut Jumingan (2008:13) neraca adalah suatu laporan
yang sistematis tentang aktiva (asset), utang (liabilities), dan modal
sendiri (owner’s equity) dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu.
Menurut Najmudin (2011:69) neraca atau balance sheet
adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisis keuangan
perusahaan pada suatu saat yang merupakan nilai perusahaan pada
waktu tertentu.
Menurut James C. Van Horne dalam Kasmir (2014:30) neraca
adalah ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu
yang menunjukkan total aktiva dengan total kewajiban ditambah
total ekuitas pemilik.
Sedangkan menurut Kasmir (2014:284) neraca merupakan
laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada tanggal
tertentu. Posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi aktiva (harta),
pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank.
Jadi neraca merupakan laporan yang yang menunjukkan
posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu dan biasanya
25
pada saat tutup buku yakni akhir bulan, akhir triwulan, dan akhir
tahun.
2) Laporan Laba Rugi
Menurut Najmudin (2011:71) laporan laba rugi atau income
statement profit and loss statement membandingkan pendapatan
terhadap beban pengeluarannya untuk menentukan laba (atau rugi
bersih). Laporan ini memberikan informasi tetang hasil akhir (bottom
line) perusahaan pada suatu periode.
Menurut Kasmir (2014:284) laporan laba rugi merupakan
laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank
dalam suatu periode tertentu.
Sedangkan pengertian laporan laba rugi sesuai yang dikatakan
James C. Van Horne dalam Kasmir (2014:45) yaitu ringkasan
pendapatan dan biaya perusahaan selama periode tertentu diakhiri
dengan laba atau rugi pada periode tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa laporan laba rugi merupakan
laporan
yang menggambarkan pendapatan dan biaya suatu
perusahaan, dan laporan ini menunjukkan kemajuan perusahaan.
3) Laporan Arus Kas
Menurut Najmudin (2011:72) arus kas berarti arus masuk dan
arus keluar kas atau setara kas.
Sedangkan menurut Kasmir (2014:284) laporan arus kas
merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan
26
dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung maupun
tidak langsung terhadap kas.
4) Laporan Komitmen dan Kontijensi
Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang
berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (irrevocable)
dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama
dipenuhi (Kasmir, 2014:284)
5) Catatan atas Laporan keuangan
Merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai
Posisi Devisa Netto, menurut jenis mata uang dan aktivitas lainnya.
6) Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi
Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabangcabang bank yang bersangkutan, baik yang ada di dalam negeri
maupun di luar negeri, sedangkan laporan konsolidasi merupakan
laporan bank yang bersangkutan dengan anak perusahaannya
(Kasmir, 2014:285).
2. Annual Report Perbankan Syariah
a. Pengertian Annual Report
Annual report adalah laporan keuangan dalam jangka waktu satu
tahun (lihat laporan keuangan) dan telah mendapat persetujuan
pemegang saham lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
(http://glosarium.org, diakses 4 Juli 2015).
27
Menurut Kamus Ekonomi dan Bisnis, Laporan Tahunan atau
annual report yaitu catatan (informasi) tahunan yang berisi gambaran
kondisi operasional perusahaan atau bank, biasanya terdiri atas neraca
dan laporan laba rugi serta termasuk penjelasan atas operasi perusahaan,
biasanya juga dilampiri laporan hasil audit (http://www.mediabpr.com.
Diakses 4 Juli 2015).
b. Laporan keuangan Bank Syariah
Menurut Nabhan (2008:22-34) format laporan keuangan
perbankan syariah terdiri dari:
1) Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang secara sistematis
menyajikan posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu.
Menurut Harahap 2004 dalam Nabhan (2008:23-24) unsurunsur neraca yang berbeda dengan bank konvensional adalah sebagai
berikut:
a) Aktiva, terdiri atas piutang dagang, pembiayaan, persediaan
aktiva, aktiva ijarah, pinjaman qardh.
b) Kewajiban terdiri atas, bagi hasil yang belum dibagikan,
simpanan atau titipan, tabungan dan giro mudharabah, dan
kewajiban investasi tidak terkait.
28
2) Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang menyajikan
kinerja perusahaan yang meliputi pendapatan dan beban pada suatu
rentang waktu tertentu.
3) Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menyajikan
perubahan ekuitas bank, peningkatan dan penurunan aktiva bersih
atau kekayaan selama periode pelaporan.
4) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang menyajikan informasi
mengenai aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan suatu bank
untuk suatu periode waktu tertentu baik berupa kas atau setara kas.
5) Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
Dana investasi terikat merupakan aplikasi dengan produk
mudharabah muqayadah (investasi terikat). Investasi terikat adalah
investasi yang bersumber dari pemilik dana investasi terikat dan
sejenisnya yang dikelola oleh bank sebagai manajer investasi
berdasarkan mudharabah muqayadah atau sebagai agen investasi.
6) Laporan Sumber Dana Penggunaan Dana Qardhul Hasan
Menurut PAPSI (2003) laporan sumber dan penggunaan dana
qard merupakan laporan yang menunjukkan sumber dan penggunaan
dana selama suatu jangka waktu tertentu, serta saldo qard pada
tanggal tertentu.
29
7) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infak, dan Shadaqah
PAPSI (2003) menyatakan bahwa laporan sumber dan
penggunaan dana ZIS merupakan laporan yang menunjukkan sumber
dan penggunaan dana selama jangka waktu tertentu, serta saldo ZIS
pada tanggal tertentu.
8) Catatan atas laporan Keuangan
3. Analisis Laporan Keuangan
Menurut Najmudin (2011:64) analisis laporan keuangan berarti
suatu proses penguraian data (informasi) yang terdapat dalam laporan
keuangan menjadi komponen-komponen yang tersendiri, menelaah setiap
komponen, dan mempelajari hubungan antar komponen tersebut dengan
menggunakan teknik analisis tertentu agar diperoleh pemahaman yang
tepat dan gambaran yang komprehensif tentang informasi tersebut.
Menurut Kasmir (2014:68) ada beberapa tujuan dan manfaat
analisis laporan keuangan adalah:
1) Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode
tertentu baik harta, kewajiban, modal maupun usaha yang telah dicapai
untuk beberapa periode.
2) Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi
kekurangan perusahaan.
3) Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan.
30
4) Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan
saat ini.
5) Untuk melakukan penilaian kerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
6) Dan digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang
hasil yang mereka capai.
4. Analisis CAMELS
Kinerja bank merupakan ukuran keberhasilan dari direksi bank
tersebut sehingga apabila kinerja ini buruk bukan tidak mungkin karena
direksi ini akan diganti. Kinerja ini juga merupakan pedoman hal-hal apa
saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya.
Untuk menilai kesehatan suatu bank dapat diukur dengan berbagai
metode. Salah satu alat untuk mengukur kesehatan bank adalah dengan
analisis CAMELS. Unsur-unsur dalam analisis CAMELS adalah sebagai
berikut :
1) Capital (Permodalan)
Capital adalah uang atau harta benda (barang, pabrik, kantor dan
sebagainya) yang dipakai untuk menjalankan suatu usaha untuk mencari
keuntungan, menambah kekayaan dan lain-lain (Winarno dan Ismaya,
2003:32).
Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh
salah satu bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR
31
(Capital Adequacy Ratio), yaitu dengan cara membandingkan modal
terhadap
aktiva
tertimbang menurut
risiko
(ATMR)
(Kasmir,
2014:300).
Besarnya nilai Capital Adequacy Ratio suatu bank dapat diukur
dengan rumus sebagai berikut (Dendawijaya, 2009:144):
𝑪𝑨𝑹 =
𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑩𝒂𝒏𝒌
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑻𝒆𝒓𝒕𝒊𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈 𝑴𝒆𝒏𝒖𝒓𝒖𝒕 𝑹𝒊𝒔𝒊𝒌𝒐
Dimana:
Modal : Terdiri dari modal inti, modal pelengkap, dan modal
pelengkap tambahan.
ATMR : Penanaman dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan
yang bergerak di bidang keuangan syariah atau jenis transaksi
tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat bank
memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang
bergerak di bidang keuangan syariah.
Nilai kredit dihitung sebagai berikut:
Untuk CAR = 0% atau negatif, nilai kredit = 0.
Untuk setiap kenaikan 0,1%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum
100.
2) Asset (Kualitas Aset)
Asset-aktiva adalah harta kekayaan yang berwujud nyata, seperti
uang, bangunan, kantor atau benda lain yang dapat dinilai dengan uang
maupun yang tidak berwujud nyata, seperti hak cipta. Semua pos pada
sisi debet neraca yang terdiri atas harta, piutang, biaya yang dibayar
32
terlebih dahulu, dan pendapatan yang akan diterima (Winarno dan
Ismaya, 2003:47).
Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki bank
(Kasmir, 2014:301).
Rasio yang diukur ada dua macam, yaitu:
a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva
produktif.
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva
produktif yang diklasifikasikan.
Menurut Dendawijaya (2009:143) analisis aset dihitung dengan
Bad Debt Ratio (BDR) dan CAD.
𝑩𝑫𝑹 =
𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑫𝒊𝒌𝒍𝒂𝒔𝒊𝒇𝒊𝒌𝒂𝒔𝒊𝒌𝒂𝒏
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇
Aktiva Produktif yang diklasifikasikan, meliputi:
DPK : 25% dari aktiva produktif yang digolongkan Dalam Perhatian
Khusus (DPK).
KL
: 50% dari aktiva produktif yang digolongkan Kurang Lancar
(KL).
D
: 75% dari aktiva produktif yang digolongkan Diragukan (D).
M
: 100% dari aktiva produktif yang digolongkan Macet (M).
Aktiva produktif meliputi:
1) Kredit yang diberikan bank dan telah dicairkan.
2) Surat-surat berharga (baik surat berharga pasar uang maupun surat
berharga pasar modal).
33
3) Penyertaan saham
4) Tagihan pada bank lain.
Nilai kredit rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan dihitung
sebagai berikut:
1) Untuk BDR = 15,5% atau lebih, nilai kredit = 0.
2) Untuk setiap penurunan 0.15%, nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100.
3) Management (Manajemen)
Penilaian didasarkan pada manajemen permodalan, manajemen
aktiva, manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas, dana manajemen
umum. Manajemen bank dinilai atas 250 pertanyaan yang diajukan.
Menurut Dendawijaya (2009:146) Bank Indonesia telah
menyusun
250
buah
pertanyaan
untuk
penilaian
kemampuan
manajemen yang terdiri sebagai berikut:
Jumlah
Pertanyaan
25 buah
50 buah
125 buah
25 buah
25 buah
100 buah
Aspek manajemen yang
Dinilai
Manajemen permodalan
Manajemen aktiva
Manajemen umum
Manajemen rentabilitas
Manajemen likuiditas
Total Bobot CAMEL
Bobot CAMEL
2.5 %
5.0 %
12.5 %
2.5 %
2.5 %
100.0 %
Rasio ini dinilai dari kualitas manajemennya (Jacob, 2013).
𝑵𝑷𝑴 =
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍
34
4) Earning (Rentabilitas)
Earning adalah seluruh pendapatan yang diperoleh atas berbagai
faktor produksi, misalnya gaji, keuntungan, bunga dan sebagainya
(Winarno dan Ismaya, 2003:169).
Penilaian didasarkan pada rentabilitas suatu bank yang dilihat
kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur
ini didasarkan kepada dua macam, yaitu (Kasmir, 2014:301):
a. Rasio laba terdapat total asset (Return On Assets).
b. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
Menurut
Dendawijaya
(2009:143)
rentabilitas
dihitung
berdasarkan rasio ROA dan BOPO.
1) Besarnya nilai Return On Asset dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut (Dendawijaya, 2009:146):
𝑹𝑶𝑨 =
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂
Dimana:
Laba
: Keuntungan yang diterima dalam satu tahun.
Total Aktiva : Total aktiva, baik lancar maupun tidak lancar.
Perhitungan kredit dilakukan sebagai berikut:
a) Untuk ROA sebesar 100% atau lebih, nilai kredit = 0.
b) Untuk setiap kenaikan 0.015%, nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100.
2) Besarnya nilai BOPO dapat dihitung dengan rumus (Dendawijaya,
2009:247) :
35
𝑩𝑶𝑷𝑶 =
𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍
Dimana:
Biaya operasional
: Jumlah biaya umum, biaya administrasi,
biaya gaji, dan tunjangan.
Pendapatan operasional : Pendapatan/beban bunga bersih dan
pendapatan operasional lainnya.
Nilai kredit dapat dihitung, sebagai berikut:
a) Untuk rasio 100% atau lebih, nilai kredit = 0.
b) Untuk setiap penurunan 0.08%, nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100.
5) Liquidity (likuiditas)
Liquidity adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban atau membayar utangnya pada asset pembayaran. Likuiditas
bank yaitu kemampuan bank untuk membayar seluruh utang jangka
pendek yang telah jatuh tempo (Winarno dan Ismaya, 2003:288).
Likuiditas yaitu untuk menilai likuiditas bank. Penilaian
likuiditas didasarkan kepada dua macam rasio, yaitu:
a. Rasio jumlah kewajiban bersih call money terhadap aktivitas lancar.
Yang termasuk aktiva lancar adalah kas, giro, dan BI, Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).
b. Rasio antara kredit terhadap dana yang diterima oleh bank .
Besarnya nilai Loan To Deposit Rasio dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut (Dendawijaya, 2009:147):
36
𝑳𝑫𝑹 =
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑫𝒊𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑫𝒂𝒏𝒂 𝑷𝒊𝒉𝒂𝒌 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒈𝒂 + 𝑲𝑳𝑩𝑰 + 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑰𝒏𝒕𝒊
Dimana :
Total pembiayaan
: Jumlah pembiayaan yang diterima oleh bank.
Dana Pihak Ketiga
: Jumlah dana yang diterima oleh bank.
Nilai kredit LDR dihitung sebagai berikut:
1) Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih, nilai kredit = 0.
2) Untuk rasio LDR dibawah 110%, nilai kredit 100.
6) Sensitivities
Sensitivitas
perbankan, berkaitan erat dengan pertimbangan
risiko. Sensitivitas terhadap risiko penting agar tujuan memperoleh laba
dapat tercapai. Risiko yang dihadapi terdiri dari risiko lingkungan,
risiko manajemen, risiko penyerahan dan risiko keuangan (Kasmir,
2014:303).
Rumus untuk menghitung sensitivitas dapat menggunakan
rumus sebagai berikut (Adi dan Supratiningrum,2013)
𝑴𝑹 =
𝑬𝒌𝒔𝒆𝒔 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍
𝑷𝒐𝒕𝒆𝒏𝒕𝒊𝒂𝒍 𝑳𝒐𝒔𝒔
Dimana :
MR
: Market Risk
Ekses Modal : Kelebihan
modal
dari
modal
minimum
yang
ditetapkan yang khusus digunakan untuk antisipasi
risiko suku bunga.
37
Potensial loss suku bunga : (gap position dari eksposure trading
book + banking book) x fluktuasi suku
bunga.
Tabel 2.1
Definisi Operasional Variabel
Variabel
Rasio
Capital
Rasio Asset
Rasio
Management
Indikator
Skala
CAR (Capital
Adequancy
𝑪𝑨𝑹 =
Ratio)
BDR (Bad Debt
𝑩𝑫𝑹
Ratio)
=
𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑫𝒊𝒌𝒍𝒂𝒔𝒊𝒇𝒊𝒌𝒂𝒔𝒊𝒌𝒂𝒏
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇
NPM (Net Profit
Margin)
𝑵𝑷𝑴 =
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍
ROA (Return on
Asset)
Rasio
Earning
𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑩𝒂𝒏𝒌
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑨𝑻𝑴𝑹
𝑹𝑶𝑨 =
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂
BOPO (Beban
Operasional
terhadap
𝑩𝑶𝑷𝑶 =
𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍
Pendapatan
Operasional)
Rasio
Liquidity
Rasio
Sensitivities
LDR (Loan To
Deposit Rasio)
𝑳𝑫𝑹 =
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑫𝒊𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑫𝑷𝑲 + 𝑲𝑳𝑩𝑰 + 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑰𝒏𝒕𝒊
MR (Market
Risk)
𝑴𝑹 =
𝑬𝒌𝒔𝒆𝒔 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍
𝑷𝒐𝒕𝒆𝒏𝒕𝒊𝒂𝒍 𝑳𝒐𝒔𝒔
Sumber: (Dendawijaya, 2009), (Jacob, 2013), dan (Adi dan Supratiningrum,2013)
5. Teknik Analisis CAMELS
Teknik analisis CAMELS yang digunakan untuk penilaian kinerja
keuangan bank mengacu pada ketentuan penilaian yang diatur dalam Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 30/2/UPPB/tgl 30/4/1997 Junto SE Nomor
30/UPPB/tgl 19/03/1998 (Jumingan, 2008:247).
38
Berdasarkan penjelasan Surat Edaran Bank Indonesia tersebut
penerapan analisis CAMELS dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
a. Melakukan data review laporan keuangan (Neraca dan Laporan Laba
Rugi) dengan sistem akuntansi yang berlaku maupun penjelasan lain
yang mendukung.
b. Menghitung angka rasio masing-masing aspek CAMELS.
c. Menghitung nilai kotor masing-masing rasio.
d. Menghitung nilai bersih masing-masing rasio dengan jalan mengalikan
nilai kotor masing-masing dengan standar bobot masing-masing rasio.
e. Menjumlahkan nilai bersih rasio CAMELS.
f. Membandingkan hasil penjumlahan keseluruhan rasio CAMELS,
dengan standar Bank Indonesia.
C. Kerangka Penelitian
Bank sebagai lembaga yang menghimpun dan menyalurkan dana
kembali kemasyarakat perlu dinilai kinerja keuangannya. Penilaian kinerja
keuangan menggunakan metode CAMELS. Rasio yang digunakan dalam
metode tersebut adalah CAR, BDR, NPM, ROA, BOPO, LDR, dan MR.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disusun kerangka pemikiran sebagai
berikut.
39
Annual Report Bank
Syariah Indonesia
Annual Report Bank
Syariah Malaysia
Metode CAMELS
CAR
BDR
NPM
ROA
BOPO
LDR
MR
Uji Beda
Hasil 3.1
Gambar
Gambar 3.1
Kerangka Penelitian
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai indikator dan prediktor
kesiapan Bank Syariah di Indonesia dan Malaysia dalam menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Selain sebagai indikator dan prediktor,
hasil penelitian ini juga bermanfaat untuk nasabah, masukan bagi bank
syariah yang bersangkutan, dan pemerintah.
Bagi nasabah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan
untuk melihat kinerja keuangan, atas dana yang telah dititipkan di bank yang
bersangkutan. Bagi bank syariah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
catatan atau koreksi untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya,
sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan dan kekurangan. Bagi
pemerintah hasil penelitian ini dapat digunakan untuk melihat kinerja bank
syariah apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
40
Bank Indonesia, dan membantu pemerintah dalam menentukan kebijakan
moneter.
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu peryataan yang pada waktu diungkapkan belum
diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk di uji dalam kenyataan
empiris (Gulo, 2002:57)
Menurut Siregar (2010:119) hipotesis adalah dugaan terhadap
hubungan antara dua variabel atau lebih (suatu pernyataan tentang suatu
fenomena). Arti lain dari hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara
yang harus diuji kebenarannya
Menurut Supardi hipotesis adalah suatu jawaban permasalahan
sementara yang bersifat dugaan dari suatu penelitian. Dugaan ini harus
dibuktikan melalui data empiris (fakta lapangan). Hipotesis dapat benar atau
terbukti dan tidak terbukti setelah di dukung oleh fakta-fakta dari hasil
penelitian lapangan (Supardi, 2005:69).
Berdasarkan pengertian hipotesis tersebut, penulis mengajukan
hipotesis sebagai berikut :
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator CAR pada kinerja
keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia.
H2 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator BDR pada kinerja
keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia.
H3 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator NPM pada kinerja
keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia.
41
H4 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator ROA pada kinerja
keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia.
H5 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator BOPO pada kinerja
keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia.
H6 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator LDR pada kinerja
keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia.
H7 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator MR pada kinerja
keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Data dan Sumber Data
Data adalah informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan.
Diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel atau
populasi, jenis data dapat dibedakan menjadi dua jenis (Seratno,2008:67)
yaitu:
a. Data kualitatif, merupakan data yang tidak dapat diukur dalam skala
numerik atau data yang disajikan secara deskriptif atau yang berbentuk
uraian.
b. Data kuantitatif, merupakan data yang disajikan dalam bentuk skala
numerik (angka-angka), namun dalam statistik semua data harus dalam
bentuk angka, maka data kualitatif umumnya dikuantitatifkan agar dapat
diproses. Penelitian dalam jenis ini data yang digunakan adalah data
kuantitatif yaitu laporan laba rugi dan data kuantitatif yaitu profil
perusahaan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
annual report perbankan syariah Indonesia dan Malaysia. Annual report
tersebut diperoleh dari bank-bank syariah yang dijadikan sampel, yaitu tiga
bank syariah di Indonesia, dan tiga bank syariah di Malaysia.
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau
penelitian arsip yang memuat peristiwa masa lalu. Data sekunder ini dapat
42
43
diperoleh oleh peneliti dari jurnal, majalah, buku, data statistik maupun
internet (Bawono, 2006:29).
B. Populasi Sampel
a. Populasi
Supardi (2005:11) menjelaskan bahwa populasi adalah suatu
kesatuan individu atau subjek pada wilayah dan waktu serta dengan
kualitas tertentu yang akan diamati/teliti.
Menurut Sumarni dan Wahyuni (2006:69) populasi merupakan
keseluruhan obyek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah individu, baik
yang terbatas (finiti) maupun tidak terbatas (infinite). Sedangkan menurut
Arikunto populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto,
2010:173).
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh bank
syariah yang terdaftar di bank sentral negara Indonesia dan Malaysia,
pada periode 2013-2014, yaitu: Indonesia (Bank Indonesia) terdiri dari 11
bank syariah , dan Malaysia (Bank Negara Malaysia) terdiri sebanyak 16
bank syariah. Penentuan negara yang menjadi sampel adalah Indonesia dan
Malaysia, karena dua negara tersebut merupakan negara-negara ASEAN
yang menjadi anggota serta memimpin inisiatif pembentukan ABIF.
Sedangkan penentuan periode 2013-2014 dimaksudkan untuk melihat
kesiapan Indonesia dan Malaysia dalam menghadapi MEA pada tahun
2015 serta kesiapan menghadapi ekonomi global.
44
Berdasarkan data dari Bank Indonesia (www.bi.go.id) ada 11 bank
syariah yang ada di Indonesia, yaitu:
1) PT Bank Syariah Mandiri
2) PT Bank Syariah Muamalat Indonesia
3) PT Bank Syariah BNI
4) PT Bank Syariah BRI
5) PT Bank Syariah Mega Indonesia
6) PT Bank Jabar dan Banten
7) PT Bank Panin Syariah
8) PT Bank Syariah Bukopin
9) PT Bank Victoria Syariah
10) PT BCA Syariah
11) PT Maybank Indonesia Syariah
Sedangkan
berdasarkan
data
dari
Bank
Negara
Malaysia
(www.bnm.gov.my) terdapat 16 bank syariah, yaitu:
1) Affin Islamic Bank Berhad
2) Al Rajhi Banking & Investment Corporation (Malaysia) Berhad
3) Alliance Islamic Bank Berhad
4) AmIslamic Bank Berhad
5) Asian Finance Bank Berhad
6) Bank Islamic Malaysia Berhad
7) Bank Muamalat Malaysia Berhad
8) CIMB Islamic Bank Berhad
45
9) HSBC Amanah Malaysia Berhad
10) Hong Leong Islamic Bank Berhad
11) Kuwait Finance House (Malaysia) Berhad
12) Maybank Islamic Berhad
13) OCBC Al-Amin Bank Berhad
14) Public Islamic Bank Berhad
15) RHB Islamic Bank Berhad
16) Standard Charterede Saadiq Berhad
b. Sampel
Sampel adalah objek atau subjek yang dipilih guna mewakili
keseluruhan dari populasi (Bawono, 2006:28). Sedangkan menurut
Sumarni dan Wahyuni (2006:70) sampel adalah bagian populasi yang
digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi.
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik mengambil sampel
dengan menyesuaikan diri berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu
(disengaja). Penentuan sampel dari populasi didasarkan pada beberapa
kriteria, sebagai berikut:
a. Bank syariah yang beroperasi di negara Indonesia dan Malaysia.
b. Perbankan syariah yang go public.
c. Bank-bank tersebut telah menerbitkan atau mempublikasikan laporan
keuangan tahunan (annual report) pada periode 2013-2014.
d. Bank syariah yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.
46
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini adalah
3 bank syariah di Indonesia dan Malaysia. Bank-bank syariah yang
menjadi sampel dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Data Bank Syariah Sampel
No
Negara
Nama Bank Syariah
Kode
1
Indonesia
Bank Syariah Mandiri
BSM
2
Indonesia
Bank Mega Syariah
BMS
3
Indonesia
Bank Negara Indonesia Syariah
BNIS
4
Malaysia
Affin Islamic Bank
AIB
5
Malaysia
Bank Islamic Malaysia
BIM
6
Malaysia
Public Islamic Bank
PIB
Sumber: Data diolah
C. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
merupakan metode dokumentasi. Metode ini mencari dan mendapatkan datadata primer dengan melalui data-data dari prasasti-prasasti, naskah-naskah
kearsipan, data gambar dan lain sebagainya (Supardi, 2005:138).
Dalam penelitian ini data-data diperoleh dari web resmi bank yang ada
di Indonesia dan Malaysia. Data yang di ambil berupa laporan keuangan
tahunan atau annual report, sesuai dengan tahun yang sudah ditentukan. Pada
bank syariah di Indonesia, annual report diperoleh dari:
1. www.syariahmandiri.co.id
2. www.megasyariah.co.id
3. www.bnisyariah.co.id
47
Sedangkan pada bank syariah di Malaysia annual report diperoleh dari :
1. www.affinislamic.com.my
2. www.bankislam.com.my
3. www.publicislamicbank.com.my
Dari annual report tersebut kemudian diolah untuk membuktikan hipotesis
yang ada.
D. Definisi Konsep dan Operasional
Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi penting yang
digunakan manajemen dalam pengambilan keputusan, terutama keputusan
keuangan (Najmudin, 2011:63). Laporan keuangan dibuat oleh pihak
manajemen untuk memberikan gambaran secara periodik. Karena itu laporan
keuangan bersifat historis dan menyeluruh.
Analisis adalah penguraian sejumlah unsur pokok dan penelaahan
setiap unsur dan hubungan antar unsur tersebut dengan tujuan untuk
memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti secara keseluruhan
(Najmudin, 2011:64).
Analisis laporan keuangan berarti suatu proses penguraian data
(informasi) yang terdapat dalam laporan keuangan menjadi komponenkomponen tersendiri, menelaah setiap komponen, dan mempelajari hubungan
antar komponen tersebut dengan menggunakan teknik analisis tertentu agar
diperoleh pemahaman yang tepat dan gambaran yang komprehensif tentang
informasi tersebut (Najmudi, 2011:64).
48
Analisis laporan keuangan dalam perbankan dapat digunakan sebagai
alat untuk menganalisis kinerja perbankan. Alat analisis kinerja perbankan
dapat dihitung dengan menggunakan metode CAMELS. Di mana analisis ini
terdiri dari aspek Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity dan
Sensitivities.
Berikut ini adalah aspek yang dinilai dalam analisis CAMELS, yaitu:
1. Capital
Dalam aspek ini yang dinilai adalah kecukupan modal, dan rasio
yang digunakan adalah CAR (Capital Adequacy Ratio).
𝑪𝑨𝑹 =
𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑩𝒂𝒏𝒌
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑻𝒆𝒓𝒕𝒊𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈 𝑴𝒆𝒏𝒖𝒓𝒖𝒕 𝑹𝒊𝒔𝒊𝒌𝒐
2. Asset
Dalam aspek ini yang dinilai adalah kualitas aktiva produktif, di
mana rasio yang digunakan adalah BDR (Bad Debt Ratio).
𝑩𝑫𝑹 =
𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑫𝒊𝒌𝒍𝒂𝒔𝒊𝒇𝒊𝒌𝒂𝒔𝒊𝒌𝒂𝒏
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇
3. Management
Aspek manajemen yang dinilai adalah kualitas manajemen dalam
bank itu sendiri. Dan rasio yang digunakan untuk mengukur kualitas
manajemen adalah NPM (Net Profit Margin).
𝑵𝑷𝑴 =
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍
4. Earning
Aspek ini menilai kemampuan bank dalam menghasilkan laba atau
keuntungan. Aspek ini dinilai dengan menggunakan rasio ROA dan BOPO.
49
𝑹𝑶𝑨 =
𝑩𝑶𝑷𝑶 =
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂
𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍
5. Liquidity
Aspek likuiditas menilai kemampuan bank dalam menjaga
likuiditasnya. Rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas adalah
LDR (Loan to Deposit Ratio).
𝑳𝑫𝑹 =
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑫𝒊𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑫𝒂𝒏𝒂 𝑷𝒊𝒉𝒂𝒌 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒈𝒂 + 𝑲𝑳𝑩𝑰 + 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑰𝒏𝒕𝒊
6. Sensitivities
Aspek sensitivitas, berkaitan erat dengan pertimbangan risiko.
Aspek ini dinilai dengan menggunakan MR.
𝑴𝑹 =
𝑬𝒌𝒔𝒆𝒔 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍
𝑷𝒐𝒕𝒆𝒏𝒕𝒊𝒂𝒍 𝑳𝒐𝒔𝒔
E. Uji Instrumen Penelitian
Setelah semua data terkumpul selanjutnya diolah dan di analisis sesuai
dengan kebutuhan penelitian. Annual report dari setiap masing-masing bank
akan dilakukan penghitungan rasio-rasio keuangan sesuai ukuran kinerja bank
dengan indikator yang ditetapkan dalam pengukuran variabel. Selanjutnya
hasil perhitungan akan dianalisis untuk membuktikan hipotesis.
a. Uji Deskriptif
Deskripsi ini akan menjelaskan masing-masing rasio keuangan
sebagai indikator kinerja keuangan perbankan syariah di dua negara.
50
Perbandingan kinerja keuangan di dua negara akan terlihat pada nilai ratarata (mean) masing-masing rasio.
b. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2011:16) ada dua cara untuk mendeteksi apakah
data terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan
analisis statistik:
a. Dalam analisis grafik, untuk melihat normalitas adalah melihat grafik
histogram yang membandingkan antara dua observasi dengan distribusi
normal dan dapat dilakukan dengan melihat normal probability plot
yaitu apabila terdistribusi normal akan membentuk satu garis diagonal
dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika
distribusi data normal, maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
b. Dalam analisis statistik, uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan
melihat nilai kurtosis dan skewness. Dimana jika Z hitung > Z tabel,
maka data terdistribusi tidak normal. Uji statistik yang lain untuk uji
normalitas adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (KS) dengan melihat nilai Kolmogorov-Smirnov, jika nilai signifikansinya
> 0.05 maka data terdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai
signifikansinya < 0.05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara
normal.
51
c. Uji Hipotesis
Alat analisis yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis
ditentukan setelah dilakukan uji normalitas distribusi data untuk masingmasing
variabel.
Pengujian
normalitas
distribusi
data
dengan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov One Sample Test dengan signifikansi
= 5% (Imam Ghozali) sebagai berikut:
1. Jika distribusi tidak normal, maka akan digunakan uji non-parametrik
Kruskal Wallis One-Way Analysis of Variance dengan tingkat
signifikansi = 5%.
2. Untuk uji signifikansinya, digunakan uji non-parametrik Man –Whitney
U, dengan tingkat signifikansi = 5%, jika signifikansi < 5% terdapat
perbedaan yang signifikan.
F. Teknik Analisis Data
Berdasarkan annual report yang sudah dikumpulkan dari masingmasing situs resmi perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia yang
dijadikan sampel, selanjutnya data yang terkumpul akan diolah dan dianalisis
sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.
Analisis pertama annual report dari masing-masing bank syariah akan
dilakukan perhitungan menggunakan CAMELS. Penghitungan rasio-rasio
keuangan sebagai ukuran kinerja bank dengan menggunakan indikatorindikator yang ditetapkan dalam pengukuran variabel. Analisis kedua, teknik
pengolahan data dilakukan dengan program SPSS 20. Pengujian hipotesis
52
dilakukan setelah uji asumsi klasik (uji normalitas), agar hasil pengujian
dapat diintrepretasikan dengan tepat.
G. Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian ini
adalah menggunakan sistem aplikasi SPSS 20. Analisis ini digunakan untuk
mengetahui perbedaan kinerja perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia
dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi MEA pada tahun 2015.
BAB IV
ANALISIS PENELITIAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Gambaran Objek Umum
Objek dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang terdapat
di dalam annual report (laporan tahunan) pada bank yang ada di ASEAN
yang diwakili oleh 2 negara, yaitu Indonesia dan Malaysia sebagai
pemrakarsa pembentukan ASEAN Banking Integration Framework (ABIF).
Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah selama dua tahun yaitu
periode 2013-2014. Data laporan tahunan diperoleh dari masing-masing
bank yang menjadi sampel, yaitu perbankan syariah yang ada di negara
Indonesia dan Malaysia. Gambaran atau profil tentang bank tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Perbankan Indonesia
Struktur pengawasan terhadap bank-bank di Indonesia dilakukan
oleh Bank Indonesia (BI) yang merupakan bank sentral di Indonesia.
Dalam kapasitanya sebagai bank sentral, BI mempunyai satu tujuan
tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang
tercermin pada perkembangan laju inflasi. Kestabilan nilai rupiah ini
mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap
barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain yang
53
54
tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang
negara lain, (www.bi.go.id).
Jumlah bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia adalah 11
bank syariah, yaitu:
1) PT Bank Syariah Mandiri
2) PT Bank Syariah Muamalat Indonesia
3) PT Bank Syariah BNI
4) PT Bank Syariah BRI
5) PT Bank Syariah Mega Indonesia
6) PT Bank Jabar dan Banten
7) PT Bank Panin Syariah
8) PT Bank Syariah Bukopin
9) PT Bank Victoria Syariah
10) PT BCA Syariah
11) PT Maybank Indonesia Syariah
b. Perbankan Malaysia
Bank Negara Malaysia (Bank Sentral Malaysia), adalah badan
hukum yang mulai beroperasi pada tanggal 26 Januari 1959. Bank
Negara Malaysia diatur oleh Bank Sentral Malaysia Act 2009. Peran
Bank Negara Malaysia untuk mempromosikan stabilitas moneter dan
keuangan. Ini ditujukan untuk memberikan lingkungan yang kondusif
bagi pertumbuhan berkelanjutan ekonomi Malaysia.
55
Kebijakan moneter Bank Negara Malaysia adalah untuk menjaga
stabilitas harga, namun tetap mendukung pertumbuhan ekonomi. Bank
Negara Malaysia juga bertanggung jawab untuk stabilitas sistem
keuangan, (www.bnm.gov.my).
Berdasarkan
data
dari
Bank
Negara
Malaysia
www.bnm.gov.my) terdapat 16 bank syariah, yaitu:
17) Affin Islamic Bank Berhad
18) Al Rajhi Banking & Investment Corporation (Malaysia) Berhad
19) Alliance Islamic Bank Berhad
20) AmIslamic Bank Berhad
21) Asian Finance Bank Berhad
22) Bank Islamic Malaysia Berhad
23) Bank Muamalat Malaysia Berhad
24) CIMB Islamic Bank Berhad
25) HSBC Amanah Malaysia Berhad
26) Hong Leong Islamic Bank Berhad
27) Kuwait Finance House (Malaysia) Berhad
28) Maybank Islamic Berhad
29) OCBC Al-Amin Bank Berhad
30) Public Islamic Bank Berhad
31) RHB Islamic Bank Berhad
32) Standard Charterede Saadiq Berhad
(
56
2. Gambaran Singkat Lembaga Keuangan Bank Syariah
a. Bank Syariah Mandiri (BSM)
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan
hikmah sekaligus berkah paska krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.
Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997,
yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik
nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat
hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali
dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang
didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.
Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan
merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang
Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB
berusaha
keluar
dari
situasi
tersebut
dengan
melakukan
upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor
asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan
(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank
Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri
(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut
57
juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri
melakukan
konsolidasi
Perbankan
Syariah.
serta
membentuk
Pembentukan
tim
Tim
ini
Pengembangan
bertujuan
untuk
mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan
Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun
1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi
syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional
menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan
Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga
kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank
yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank
Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto,
SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI
No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/
1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah
58
Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank
Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25
Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai
bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai
rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara
idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu
keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan
Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju
Indonesia yang lebih baik.
Visi :
Memimpin pengembangan peradaban ekonomi yang mulia.
Misi :
● Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri
yang berkesinambungan.
● Mengutamakan
penghimpunan
dana
murah
dan
penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM.
● Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang
sehat.
● Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.
● Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.
59
b. Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah)
Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan
sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu
adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat
terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada
Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000
didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di
Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya
UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor
Cabang Pembantu.
Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di
Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih
kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di
dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap
memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf Amin,
semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga
telah memenuhi aturan syariah.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin
usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan
UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer
dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana
60
pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai
Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010
tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif
yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap
pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap
keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat.
Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor
Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil
Layanan Gerak dan 20 Payment Point.
Visi :
Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan
dan kinerja.
Misi :
● Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada
kelestarian lingkungan.
● Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan
syariah.
● Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.
● Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk
berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah.
● Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.
61
c. Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI)
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum
yang didirikan pada 14 Juli 1990 tersebut diakuisisi CT Corpora (d/h
Para Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo)
dan PT Para Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang
saham memang ingin mengonversi bank umum konvensional itu
menjadi bank umum syariah. Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank
Indonesia mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi PT Bank
Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004. Pengonversian
tersebut dicatat dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai upaya
pertama pengonversian bank umum konvensional menjadi bank umum
syariah.
Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga
tahun kemudian, pada 7 November 2007, pemegang saham
memutuskan perubahan bentuk logo BSMI ke bentuk logo bank umum
konvensional yang menjadi sister company-nya, yakni PT Bank Mega,
Tbk., tetapi berbeda warna. Sejak 2 November 2010 sampai dengan
sekarang, bank ini berganti nama menjadi PT Bank Mega Syariah.
Untuk mewujudkan visi “Bank Syariah Kebanggaan Bangsa”,
CT Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki komitmen
dan tanggung jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega Syariah
sebagai bank umum syariah terbaik di industri perbankan syariah
nasional. Komitmen tersebut dibuktikan dengan terus memperkuat
62
modal bank. Dengan demikian, Bank Mega Syariah akan mampu
memberikan pelayanan terbaik dalam menghadapi persaingan yang
semakin ketat dan kompetitif di industri perbankan nasional. Misalnya,
pada 2010, sejalan dengan perkembangan bisnis, melalui rapat umum
pemegang saham (RUPS), pemegang saham meningkatkan modal dasar
dari Rp 400 miliar menjadi Rp 1,2 triliun dan modal disetor bertambah
dari Rp 150,060 miliar menjadi Rp 318,864 miliar. Saat ini, modal
disetor telah mencapai Rp769,814 miliar.
Di sisi lain, pemegang saham bersama seluruh jajaran
manajemen Bank Mega Syariah senantiasa bekerja keras, memegang
teguh prinsip kehati-hatian, serta menjunjung tinggi asas keterbukaan
dan profesionalisme dalam melakukan kegiatan usahanya. Beragam
produk juga terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
serta didukung infrastrukur layanan perbankan yang semakin lengkap
dan luas, termasuk dukungan 393 jaringan di seluruh Indonesia.
Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sekaligus
mengukuhkan semboyan “Untuk Kita Semua”, pada 2008, Bank Mega
Syariah mulai memasuki pasar perbankan mikro dan gadai. Strategi
tersebut ditempuh karena ingin berperan lebih besar dalam peningkatan
perekonomian umat yang mayoritas memang berbisnis di sektor usaha
mikro dan kecil.
Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank
devisa. Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi
63
devisa dan terlibat dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu
juga telah memperluas jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya
menjangkau ranah domestik, tetapi juga ranah internasional. Strategi
peluasan pasar dan status bank devisa itu akhirnya semakin
memantapkan posisi Bank Mega Syariah sebagai salah satu bank umum
syariah terbaik di Indonesia.
Selain itu, pada 8 April 2009, Bank Mega Syariah memperoleh
izin dari Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) sebagai
bank penerima setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH).
Dengan demikian, bank ini menjadi bank umum kedelapan sebagai BPS
BPIH yang tersambung secara online dengan Sistem Komputerisasi
Haji Terpadu (Siskohat) Depag RI. Izin itu tentu menjadi landasan baru
bagi Bank Mega Syariah untuk semakin melengkapi kebutuhan
perbankan syariah umat Indonesia.
d. Bank Islamic Malaysia Berhad
Bank Islam yang didirikan pada tahun 1983 adalah lembaga
keuangan berbasis syariah di Malaysia. Sejak awal kemunculan Bank
Islam Malaysia dianggap sebagai simbol perbankan Islam di Malaysia
dengan visi "Pemimpin Global Islamic Banking" menggambarkan
status bank sebagai pembawa bendera industri jasa keuangan negara
("industri").
Perkembangan Bank Islam dibuktikan dengan kinerja keuangan
dan perkembangan asetnya. Sepanjang tahun Bank Islam telah memulai
64
sejumlah program ekspansi dengan keterlibatannya
dalam transaksi
penting Sukuk dan Corporate Mandat. Bank Islam terus memberikan
produk dan layanan yang inovatif, hal tersebut dibuktikan dengan
semakin banyaknya pelanggan
yang memilih perbankan syariah di
banding perbankan konvensional. Solusi perbankan yang benar-benar
inovatif dan berkualitas telah diakui oleh industri global membuat Bank
Islam menjadi salah satu bank terkemuka di Malaysia.
Bank Islam terus memperluas jaringan hingga 142 cabang dan
lebih
dari
1200
terminal
swalayan
nasional.
Bank
Islam
memperkenalkan lebih dari 70 produk yang inovatif dan canggih,
sebanding dengan yang ditawarkan oleh bank konvensional.
Pada awal tahun berdirinya, Bank Islam memperkenalkan
pembiayaan tradisional, yaitu tabungan dan jenis investasi produk
khusus untuk pelanggan individu. Saat ini Bank Islam mengembangkan
dan memperluas layanan serta solusi bisnis untuk memenuhi kebutuhan
keuangan pelanggan dari semua kalangan termasuk yang terkait dengan
pembiayaan mikro, manajemen kekayaan, pasar modal, treasury dan
produk terstruktur.
Bank Islam telah menjadi pelopor dalam industri perbankan
yang peran utamanya adalah mempromosikan keuangan Islam ke pasar
lain. Hal ini telah membantu Bank Islam untuk menjadi brand yang
diakui secara universal. Karena jumlah jasa keuangan lokal dan global
65
terus meningkat, Bank Islam sangat menyadari peran perintis itu harus
terus bermain.
Bank Islam sebagai perintis perbankan syariah telah dianugerahi
Readers Digest Platinum Award untuk menjadi merek paling terpercaya
selama lima tahun berturut-turut. Penghargaan bank tersebut berjudul
"Islamic Bank of the Year (Malaysia) 2013" oleh The Banker. Bank
Islam diharapkan menjadi "Pemimpin Global Islamic Banking" dan
terus tetap berpedoman pada karya perintis yang sangat baik dari
pendahulunya, ambisi Malaysia untuk menjadi pusat keuangan syariah
internasional.
e. Public Islamic Bank Berhad
Public Islamic Bank adalah anak perusahaan yang sepenuhnya
dimiliki oleh Bank Umum, yang mulai beroperasi pada 1 November
2008.
Public Islamic Bank telah ada sejak tahun 1993, menawarkan
produk dan jasa perbankan syariah kepada masyarakat melalui Bank
Umum. Public Islamic Bank berkontribusi pada bidang perbankan
syariah secara keseluruhan, dengan fokus pada konsumen dan
pembiayaan ritel, usaha kecil dan menengah serta pembiayaan dan
simpanan bisnis.
Sebagai salah satu pemain utama dalam industri perbankan
syariah di Malaysia, Public Islamic Bank telah berdiri kuat dan stabil
66
dengan pertumbuhan modal dari RM 30 juta pada tahun 1993, menjadi
RM 2.6 miliar pada tanggal 31 Desember 2013.
Public Islamic Bank memiliki keuntungan tambahan dalam
menjangkau
dan
memenuhi
kebutuhan
pelanggan
dengan
memanfaatkan branding yang solid Bank Umum dan jaringan yang
besar dari 259 cabang Bank Umum di seluruh bangsa, selain cabang
Islam penuhnya di Kg Baru , Kuala Lumpur dan Putrajaya.
Track record mengesankan didukung dan dipimpin oleh Dewan
Direksi dan Komite Syariah yang selalu memastikan bahwa Public
Islamic Bank berada di jalur yang benar, tidak hanya terhadap
profitabilitas dan stabilitas, tetapi juga sesuai dengan prinsip-prinsip
Syariah.
f. Affin Islamic Bank Berhad
Sebagai pelopor bank syariah untuk nasabah Islam tradisional
dan produk bisnis keuangan, Affin Islamic Bank selalu menawarkan
beragam produk untuk konsumen serta pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan yang berbeda dari tiap nasabah. Sementara itu dunia bisnis
perbankan syariah Affin Islamic Bank menawarkan bantuan dan
layanan untuk pembiayaan jangka pendek dan jangka panjang termasuk
pembiayaan gabungan, pembiayaan proyek, pembiayaan perdagangan
dan produk pembendaharaan semua bisnis perusahaan berkisar dari
bisnis kecil sampai perusahaan besar. Nasabah Affin Islamic Bank
67
termasuk pegawai pemerintah, perusahaan, institusi keuangan dan
insvestor lokal serta insvestor asing.
Kedepannya, Affin Islamic Bank akan meluncurkan produk baru
dan begerak ke wilayah bank syariah yang jelas dengan inovasi produk
kekayaan dan aset manajemen untuk membuat aset portofolio Islam
lebih beragam.
B. Hasil Penelitian
1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan
minimum. Selengkapnya mengenai hasil statistik deskriptif penelitian
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5.1
Nilai Mean
Rasio
Indonesia
Malaysia
CAR
15.9600
13.7617
BDR
2.3017
.0250
NPM
7.6517
39.6067
ROA
1.1600
1.0767
BOPO
81.8150
47.7550
LDR
89.9067
110.6783
MR
.5217
Sumber: Data Sekunder yang diolah (lampiran)
.8167
Dari analisis deskriptif rasio keuangan tersebut secara umum dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa kinerja perbankan syariah Indonesia
dibandingkan dengan Malaysia yang diukur dengan Capital Adequacy
Ratio (CAR), Bad Debt Ratio (BDR), Net Profit Margin (NPM), Return on
68
Asset (ROA), BOPO, Loan Deposite Ratio (LDR), dan Market Risk (MR)
adalah berbeda.
Rata-rata masing-masing rasio kinerja keuangan yang baik adalah
CAR (15.9600) pada perbankan syariah Indonesia, BDR (0.0250) pada
perbankan syariah Malaysia, NPM (39.6067) pada perbankan syariah
Malaysia, ROA (1.1600) pada perbankan syariah Indonesia, BOPO
(47.7550) pada perbankan syariah Indonesia, LDR (110.6783) pada
perbankan syariah Malaysia, dan MR (0.5217) pada perbankan syariah
Indonesia.
Dari hasil analisis deskriptif ini terlihat bahwa rasio CAR, ROA,
BOPO, dan MR perbankan syariah Indonesia lebih baik dibanding
perbankan syariah Malaysia. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia (BI)
tentang kesehatan bank
2. Normalitas
Dalam pengujian normalitas ini menggunakan One Sample
Kolmogorov-Sminov Test. Dengan pengujian Kolmogorov-Sminov ini akan
dapat diketahui apakah nilai sampel yang digunakan untuk melakukan
pengujian hipotesis mempunyai distribusi normal atau tidak.
Kriteria pengujian yang digunkan dalam pengujian ini adalah
pengujian dua arah (two-tailed test) dengan cara membandingkan nilai p
yang diperoleh dengan tingkat signifikansi sebesar 5% atau α = 0.05.
dengan ketentuan tingkat signifikansi tersebut data akan dinyatakan
terdistribusi normal jika mempunyai nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar
69
> 0.05. Namun, apabila dari hasil perhitungan data tersebut mempunyai
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar < 0.05 maka data dinyatakan tidak
terdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Variabel
Signifikansi
Keterangan
CAR
0.349
Normal
BDR
0.303
Normal
NPM
0.433
Normal
ROA
0.475
Normal
BOPO
0.326
Normal
LDR
0.257
Normal
MR
0.460
Normal
Sumber: Data Sekunder yang diolah (lampiran)
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis terhadap kinerja keuangan antara perbankan
syariah Indonesia dengan Malaysia dilakukan dengan uji non-parametrik
Man-Whitney U dengan tingkat signifikansi α = 5%. Jika P_value < 5%,
terdapat perbedaan yang signifikan, di mana data sudah terdistribusi
normal.
70
Tabel 5.3
Perbandingan Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia
Rasio
Asymp. Sig. (2-tailed)
Keterangan
CAR
0.078
Tidak terdapat perbedaan
BDR
0.003
Terdapat perbedaan
NPM
0.004
Terdapat perbedaan
ROA
0.747
Tidak terdapat perbedaan
BOPO
0.004
Terdapat perbedaan
LDR
1.000
Tidak terdapat perbedaan
MR
0.150
Tidak terdapat perbedaan
Sumber: Data Sekuder yang diolah (lampiran)
Penjelasan tabel di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Perbandingan Kinerja CAR Perbankan Syariah Indonesia dengan
Malaysia
Dari hasil pengujian rasio CAR antara perbankan syariah
Indonesia dengan Malaysia menunjukkan signifikan 0.078 > 0.05,
berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan antara CAR perbankan syariah Indonesia
dengan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 1 (H1),
menunjukkan bahwa H1 ditolak.
Nilai rata-rata CAR perbankan syariah Indonesia sebesar
15.9600, sedangkan nilai rata-rata CAR perbankan syariah Malaysia
sebesar 13.7617. Hal tersebut membuktikan bahwa CAR perbankan
syariah Indonesia lebih baik dibandingkan dengan perbankan syariah
Malaysia. Maka dapat dikatakan bahwa perbankan syariah di Indonesia
dan Malaysia memiliki kemampuan dalam memperluas jaringan
usahanya.
71
Hasil ini juga didukung penelitian oleh penelitian Susanto
Wibowo
(2014)
pada
perbankan
syariah
di
ASEAN
yang
mengemukakan semakin tinggi CAR, maka semakin kuat modal bank
yang bersangkutan. Kuat tidaknya posisi modal suatu bank menentukan
kemampuan
bank
yang
bersangkutan
dalam
berekspansi
dan
memperluas jaringan usahanya.
b. Perbandingan Kinerja BDR Perbankan Syariah Indonesia dengan
Malaysia
Pada rasio BDR antara perbankan syariah Indonesia dengan
Malaysia memiliki nilai signifikan 0.003 < 0.05, hasil tersebut
menunjukkan terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kinerja
BDR perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia. Hasil pengujian
Hipotesis 2 (H2) menunjukkan bahwa H2 diterima, yaitu terdapat
perbedaan yang signifikan dari indikator BDR pada kinerja keuangan
perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia.
Rata-rata rasio BDR perbankan syariah Indonesia sebesar
2.3017, berbeda dengan Malaysia yang menunjukkan nilai sebesar
0.0250. Ini membuktikan bahwa kredit macet atau kredit bermasalah di
perbankan syariah Malaysia lebih kecil dibandingkan dengan perbankan
syariah Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa nasabah perbankan
syariah Malaysia memiliki kesadaran yang tinggi memenuhi kewajiban
melunasi hutang-hutang atau pembiayaannya ke bank.
72
Nilai BDR pada perbankan syariah Indonesia pada periode 20132014 berkisar antara 1.14% - 3.84%, sedangkan perbankan syariah
Malaysia nilai BDR berkisar antara 0.01% - 0.07%. Negara Indonesia
memiliki tingkat kredit atau pembiayaan bermasalah yang cukup tinggi,
namun masih dalam kategori wajar. Hal tersebut tetap memerlukan
adanya perhatian dari perbankan syariah yang bersangkutan, agar BDR
pada bank yang bersangkutan tidak semakin besar. Hal ini didukung
oleh ketentuan Bank Indonesia bahwa batas maksimal BDR adalah
10.35%.
c. Perbandingan Kinerja NPM Perbankan Syariah Indonesia dengan
Malaysia
Nilai signifikansi rasio NPM sebesar 0.004 > 0.05, dari hasil
nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja NPM perbankan syariah Indonesia dengan
Malaysia. Hasil pengujian Hipotesis 3 (H3) menunjukkan bahwa H3
diterima, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator NPM
pada kinerja keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan
Malaysia.
Rata-rata rasio NPM
perbankan syariah Indonesia sebesar
7.6517, sedangkan rata-rata rasio NPM Malaysia sebesar 39.6067. Ini
membuktikan bahwa semakin efisiensi perbankan dalam mengeluarkan
biaya-biaya
kegiatan
operasinya
akan
berpengaruh
terhadap
peningkatan pendapatan operasional, dan akan memperbesar nilai NPM.
73
Dari rata-rata rasio NPM perbankan syariah Indonesia memiliki
tingkat pendapatan operasional yang tinggi, namun laba bersih setelah
pajak masih cukup rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh masih
tingginya beban operasional di bank-bank tersebut. Semakin tinggi nilai
NPM suatu bank, maka semakin besar pula pendapatan yang diterima
bank tersebut (Vivi Putri Maharani & Chairil Afandy (2013)).
d. Perbandingan Kinerja ROA Perbankan Syariah Indonesia dengan
Malaysia
Pada rasio ROA memiliki nilai 0.747 > 0.05, berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah Indonesia
dengan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 4 (H4),
menunjukkan bahwa H4 ditolak.
Nilai rata-rata ROA perbankan syariah di Indonesia sebesar
1.1600, berbeda dengan perbankan Malaysia yang nilainya sebesar
1.0767. Dari rata-rata tersebut terlihat bahwa terdapat perbedaan yang
sangat tipis. Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa antara
perbankan syariah Indonesia dan Malaysia sama-sama memiliki tingkat
kemampuan
yang
seimbang
dalam
mengelola
aktiva
untuk
menghasilkan laba.
Nilai ROA dihitung berdasarkan laba sebelum pajak yang
dibandingkan dengan total aktiva. Laba sebelum pajak dapat dilihat
pada perhitungan laba rugi, sedangkan total aktiva dapat dilihat pada
neraca. Aktiva yang dikelola berupa piutang dan pembiayaan. Semakin
74
tinggi nilai ROA dalam suatu perbankan menunjukkan semakin baik
perbankan tersebut dalam mengelola aktiva.
Hal ini didukung oleh penelitian Susanto Wibowo (2014) pada
perbankan
syariah
di
ASEAN
yang
mengemukakan,
ROA
menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola aktiva yang dikuasi
untuk menghasilkan laba, semakin tinggi rasio menunjukan hasil yang
semakin baik.
e. Perbandingan Kinerja BOPO Perbankan Syariah Indonesia
dengan Malaysia
Kinerja BOPO
antara perbankan syariah Indonesia dengan
Malaysia terdapat perbedaan yang signifikan, perbedaan tersebut
ditunjukkan dari hasil uji hipotesis dengan nilai sebesar 0.004 < 0.05.
Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 5 (H5), menunjukkan bahwa
H5 diterima, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator
BOPO pada kinerja keuangan perbankan syariah antara Indonesia
dengan Malaysia.
Rata-rata nilai perbankan syariah di Indonesia sebesar 81.8150,
lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata nilai perbankan syariah
Malaysia sebesar 47.7550.
Hal ini berarti semakin kecil nilai BOPO dalam suatu perbankan,
sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan operasional dan beban
operasional yang dikeluarkan. Dalam penelitian Vivi Putri Maharani &
Chairil Afandy (2013) mengemukakan bahwa semakin rendah nilai
75
BOPO, semakin baik kemampuan bank dalam mengelola biaya
operasional untuk menghasilkan pendapatan.
f. Perbandingan Kinerja LDR Perbankan Syariah Indonesia dengan
Malaysia
Hasil pengujian hipotesis terhadap perbedaan kinerja LDR antara
perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia memperlihatkan nilai
1.000 > 0.05, yang berarti tidak terdapat perbedaan antara kinerja LDR
dari kedua perbankan syariah di negara tersebut. Berdasarkan hasil
pengujian pada Hipotesis 6 (H6) menunjukkan bahwa H6 ditolak.
Nilai rata-rata LDR perbankan syariah Indonesia sebesar
89.9067, berbeda dengan rata-rata nilai yang dihasilkan perbankan
Malaysia yaitu sebesar 110.6783. Hal ini berarti tingkat kemampuan
perbankan syariah di Indonesia dalam membayar kewajiban kepada
nasabah lebih baik dibandingkan perbankan syariah Malaysia. Tingkat
kemampuan
perbankan syariah Indonesia sangat dipengaruhi oleh
tingkat pengembalian kredit dari debitur. Kesadaran para debitur yang
cukup tinggi untuk mengembalikan kredit atau pembiayaan maka
semakin
besar
pula
tingkat
kemampuan
perbankan
dalam
mengembalikan kewajibannya ke nasabah.
Pernyataan di atas didukung dengan penelitian Susanto Wibowo
(2014) pada perbankan syariah di ASEAN yang mengemukakan
semakin tinggi nilai LDR maka semakin tinggi pula kemampuan
likuidasi suatu bank.
76
g. Perbandingan Kinerja MR Perbankan Syariah Indonesia dengan
Malaysia
Dari hasil pengujian rasio MR antara perbankan syariah
Indonesia dengan Malaysia menunjukkan signifikan 0.150 > 0.05,
berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah
Indonesia dengan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada Hipotesis
7 (H7) menunjukkan bahwa H7 ditolak.
Nilai rata-rata perbankan syariah Indonesia sebesar 0.5217,
sedangkan nilai rata-rata perbankan syariah Malaysia sebesar 0.8167.
Dari nilai rata-rata tersebut dapat dilihat bahwa selisih rata-rata MR
cukup kecil. Hal ini berarti tingkat kesiapan perbankan syariah
Indonesia dan Malaysia dalam menghadapi resiko-resiko yang terjadi,
seperti resiko lingkungan, resiko manajemen, resiko penyerahan dan
resiko keuangan sangat baik. Hal ini dapat terus perlu ditingkatkan
untuk kesiapan dalam menghadapi ekonomi global dan kesiapan dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Dalam penelitian Adi Isnanto dan Suprantiningrum (2013)
mengemukakan bahwa semakin tinggi nilai MR kerugian yang
ditanggung lebih ringan.
77
Dari interpretasi atas pembahasan di atas terlihat bahwa sebagian
besar indikator kinerja keuangan perbankan syariah antara Indonesia
dengan Malaysia tidak terdapat perbedaan yang signifikan, terutama pada
rasio CAR, ROA LDR,dan MR. Sedangkan untuk rasio BDR, NPM, dan
BOPO terdapat perbedaan yang signifikan antara perbankan syariah
Indonesia dengan Malaysia.
Berdasarkan nilai rata-rata rasio CAR, BDR, NPM, ROA, BOPO,
LDR dan MR dapat dilihat di mana sebagian indikator kinerja keuangan
perbankan syariah Indonesia menunjukkan hasil lebih baik dibandingkan
dengan rata-rata perbankan syariah Malaysia. Namun, di sisi lain beberapa
indikator perbankan syariah Malaysia lebih unggul dibandingkan dengan
perbankan syariah Indonesia. Hal tersebut perlu dilakukan pembenahan
kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia baik oleh industri itu sendiri
maupun otoritas moneter dengan sistem pengawasan dan regulasi untuk
meningkatkan kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia.
Pembenahan yang mungkin dilakukan pada kualitas Aset (BDR), Kualitas
rentabilitas (BOPO), dan likuiditas (LDR).
Berkaitan
membentuk
dengan
inisiatif
negara-negara
ASEAN
untuk
panduan integrasi berupa ASEAN Banking Integration
Framework (ABIF), dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA). Maka perbankan syariah di ASEAN, terutama perbankan
syariah Indonesia perlu menyiapkan diri agar dapat bersaing dengan
perbankan syariah Malaysia maupun tingkat ASEAN bahkan perbankan
78
syariah tingkat internasional. Kesiapan diri tersebut tidak hanya pada
tingkat perbankan syariah saja, namun juga pada lembaga keuangan
lainnya dan tentunya masyarakat di ASEAN.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah disusun maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Nilai rata-rata rasio CAR, BDR, NPM, ROA, BOPO, LDR dan MR sebagian
indikator kinerja keuangan menunjukkan kinerja keuangan perbankan
syariah Indonesia lebih baik dibandingkan dengan perbankan syariah
Malaysia, kecuali rasio BDR, BOPO dan LDRp ada periode 2013-2014.
2. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa sebagian besar indikator
kinerja keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia
tidak terdapat perbedaan yang signifikan, terutama pada rasio CAR, ROA
,LDR, dan MR. Sedangkan untuk rasio BDR, NPM, dan BOPO terdapat
perbedaan yang signifikan antara perbankan syariah Indonesia dengan
Malaysia.
3. Berdasarkan
hasil kinerja dan hasil perbandingan perbankan syariah
Indonesia dengan Malaysia menunjukkan bahwa Indonesia masih
berpeluang besar untuk bisa berkembang dalam menghadapi tantangan
khususnya bagi pihak perbankan syariah.
79
80
B. Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu:
1. Jumlah sampel yang relatif sedikit, karena hanya terbatas pada perbankan
syariah yang mempublikasikan laporan tahunan atau annual report.
2. Periode pengamatan dalam penelitian ini sangat pendek yaitu selama tahun
2013-2014 saja.
3. Indikator atau rasio yang digunakan hanya sedikit, sehingga mungkin saja
rasio lain yang belum digunakan dapat mempengaruhi hasil penelitian ini.
C. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian terhadap rasio-rasio yang telah diteliti,
maka implikasi bagi masyarakat terhadap penelitian ini adalah:
1. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya. Dengan mempertimbangkan beberapa indicator penting dalam
penelitian ini. Selain itu,
diharapkan peneliti selanjutnya dapat
menambahkan rasio lain yang berbeda yang diperkirakan mempunyai
pengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan.
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
informasi kinerja perbankan. Sehingga masyarakat dapat lebih terbantu
dalam memilih bank sebagai tempat menyimpan dan bertransaksi.
81
3. Bagi Perbankan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak perbankan,
khususnya pihak manajemen bank dalam meningkatkan performa kinerja
perbankan.
D. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka peneliti memberikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Perbankan syariah yang dijadikan sebagai sampel hanya terbatas pada
Bank Umum Syariah, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan melibatkan sampel penelitian yang berbeda, serta melakukan
penelitian dengan kurun waktu yang lebih lama sehingga diharapkan hasil
yang diperoleh lebih signifikan.
2. Mengklasifikasikan perbankan berdasarkan umur perbankan, karena ada
kemungkinan perbankan yang memiliki umur lebih lama lebih stabil dalam
kinerja keuangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Bawono, Anton. 2006. Multivariate Analysis dengan SPSS. Salatiga: STAIN
Salatiga Press.
Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 19 (edisi kelima). Semarang; Unversitas Diponegoro.
Harahap, Sofyan Syafari. 2007. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:
PT Raja Grafindo.
Hermansyah. 2008. Hukum Perbankan Nasional Indonesia Edisi Revisi. Jakarta:
Kencana.
Jumingan. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Jurnal Ilmiah, Perkembangan dan Prospek Perbanakn Syariah Indonesia;
Tanatangan dalam Menyongsong MEA 2015 (Dr. Halim Alamsyah
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Milad ke-8 Ikatan Ahli Ekonomi
Uslam (IAEI), Indonesia.
Kasmir, SE., MM. 2008. Pemasaran Bank (Edisi Revisi). Jakarta: Kencana.
. 2014. Manajemen Perbankan (Edisi Revisi). Jakarta: Rajawali
Pers.
Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Malayu, Hasibuan. 2007. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara.
Murti Sumarni dan Salamah Wahyuni. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis,
ANDI, Yogyakarta.
Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualiasasi Syar’iyyah Modern.
Yogyakarta: Andi.
Shortcourse Series Mudah Belajar Statistik dengan SPSS 18. Yogyakarta: ANDI.
Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian: Dilengkapi
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Rajawali
Press.
Sulistiyowati, Leni. 2010. Panduan Praktis Memahami laporan Keuangan.
Jakarta: Gramedia.
Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis. Yogyakarta: UII Press.
Winarno, Sigit dan Sujana Ismaya. 2003. Kamus Besar Ekonomi. Bandung:
Pustaka Grafika.
W. Gulo. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Penelitian:
Adi Isnanto dan Suprantiningrum. (2013). Analisis Kinerja Keuangan Bank
Umum Syariah di Indonesia dengan Menggunakan Metode CAMELS.
Jurnal
diterbitkan
(http://digilib.ekonomiuntagsmg.ac.id/files/disk1/1/111--adyisnanto-151-revisic-m.pdf). Diakses 29 Mei 2015).
Jacob, Jeremiah K.D. (2013). Analisis Laporan Keungan dengan Menggunakan
Metode CAMEL untuk Menilai Tingkat Kesehatan Perbankan. Jurnal
EMBA, Vol. 1 No. 3 September 2013, Hal. 691-700.
Jahja, Adi Susilo. (2012). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah dengan Perbankan Konvensiona. Jurnal diterbitkan
(http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/epis/article/view/29,
diakses 29 Mei 2015).
Maharani , Vivi Putri & Chairil Afandy. (2013). Analisis Perbandingan Kinerja
Keuangan Bank Pemerintah dan Bank Swasta di Bursa Efek Indonesia
(BEI)
periode
2008-2012.
Jurnal
diterbitkan
(http://ejournal.unib.ac.id/index.php/demounib06/article/download/24/6,
diakses 29 Mei 2015).
Nugraha, Damara Andri. (2014). Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah
dengan Bank Konvensional (Studi Kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri
dan
PT.
Bank
Central
Asia).
Jurnal
diterbitkan
(http://eprints.ums.ac.id/.../2_JURNAL%20publikasi_damararev%20ok111.pdf, diakses 29 Mei 2015).
Purnamawati, I Gusti Ayu. (2014). Analisis Komparatif Kinerja Keuangan
Perbankan ASEAN Setelah Krisis Global. Jurnal diterbitkan
(https://jurkubank.files.wordpress.com/2014/10/18114287296_gusti-apurnamawati.pdf, diakses 29 Mei 2015).
Rochmawan, M. Laksono Tri. (2004). Analisis Indikator Keuangan Perbankan
ASEAN (Studi Perbandingan Indonesia, Malaysia, Thailand dan
Philipina 2000-2002). Tesis diterbitkan. Semarang : Universitas
Diponegoro. (http://core.ac.uk/download/files/379/11710450.pdf, diakses
29 Mei 2015).
Rustiadi, Mariam. (2014). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah dengan Perbankan Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Periode
2010-2012,
jurnal
diterbitkan,
(http://
eprints.ums.ac.id/32084/9/02.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf, diakses
29 Mei 2015).
Wibowo, Susanto. (2014). Perbandingan Indikator Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah di ASEAN (Studi Komparatif: Indonesia, Filipina, Brunei
Darusalam).
Jurnal
diterbitkan,
(http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5757/2/PROS_Susanto
%20Wibowo_Perbandingan%20Indikator%20Kinerja%20Keuangan_full
text.pdf, di akses 28 Mei 2015).
Wibowo, Susanto. (2015). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah dengan Metode CAMEL di ASEAN (Studi Komparatif:
Indonesia, Malaysia, Thailand). Jurnal diterbitkan, (http://
www.jrem.iseisby.or.id/index.php/id/article/downloadSuppFile/13/10, di
akses 28 Mei 2015).
Widyanto, Eko Adi. (2012). Analisis Tingkat Kesehatan dan Kinerja Keuangan
Bank dengan Menggunakan Metode CAMEL (Studi Kasus Pada PT.
Bank Mega Syariah Indonesia Periode 2008-2010). Vol.8 No.2, Agustus
2012: 2168-2357.
Internet :
http://www.asianfinancebank.com.my/, diakses 3 Juni 2015.
http://www.bankislam.com.my/, diakses 3 Juni 2015.
http://www.bnisyariah.co.id/, diakses 3 Juni 2015.
http://www.bnm.gov.my/, diakses 3 Juni 2015.
http://www.megasyariah.co.id/, diakses 3 Juni 2015.
http://www.publicislamicbank.com.my/, diakses 3 Juni 2015.
http://www.syariahmandiri.co.id/, diakses 3 Juni 2015.
http://elsaryan.wordpress.com/, diakses 19 Juni 2015.
http://mysharing.co, diakses 21 juni 2015.
LAMPIRAN 1
RASIO CAMELS
1.
CAPITAL
CAR
Negara
Indonesia
Malaysia
2.
Nama Bank
BSM
Bank Mega Syariah
BNI Syariah
Affin Islamic Bank
Bank Islam Malaysia
Public Islamic Bank
Tahun
2013
2014
14.10%
12.99%
16.23%
14.28%
13.97%
12.75%
14.76%
19.26%
18.42%
13.67%
13.32%
14.58%
ASSET
BDR
Negara
Indonesia
Malaysia
Nama Bank
BSM
Bank Mega Syariah
BNI Syariah
Affin Islamic Bank
Bank Islam Malaysia
Public Islamic Bank
Tahun
2013
2014
1.70%
1.65%
1.14%
0.01%
0.03%
0.01%
2.78%
3.84%
1.14%
0.04%
0.01%
0.01%
3.
MANAGEMENT
NPM
Negara
Indonesia
Malaysia
4.
Nama Bank
BSM
Bank Mega Syariah
BNI Syariah
Affin Islamic Bank
Bank Islam Malaysia
Public Islamic Bank
Tahun
2013
2014
11.98%
8.93%
11.06%
12.91%
22.05%
23.14%
1.30%
1.26%
11.38%
43.25%
33.85%
47.74%
EARNING
ROA
Negara
Indonesia
Malaysia
Nama Bank
BSM
Bank Mega Syariah
BNI Syariah
Affin Islamic Bank
Bank Islam Malaysia
Public Islamic Bank
Tahun
2013
2014
1.53%
2.33%
1.37%
1.70%
1.58%
1.58%
0.17%
0.29%
1.27%
0.01%
1.58%
0.01%
BOPO
Negara
Indonesia
Malaysia
Nama Bank
BSM
Bank Mega Syariah
BNI Syariah
Affin Islamic Bank
Bank Islam Malaysia
Public Islamic Bank
Tahun
2013
2014
84.03%
86.90%
83.94%
97.14%
99.25%
97.69%
83.78%
97.61%
85.03%
58.31%
53.37%
36.82%
5.
LIQUIDITY
LDR
Negara
Indonesia
Malaysia
6.
Nama Bank
BSM
Bank Mega Syariah
BNI Syariah
Affin Islamic Bank
Bank Islam Malaysia
Public Islamic Bank
Tahun
2013
2014
89.37%
93.37%
97.86%
96.18%
98.73%
80.60%
82.13%
93.61%
92.58%
166.82%
73.40%
139.58%
SENSITIVITIES
MR
Negara
Indonesia
Malaysia
Nama Bank
BSM
Bank Mega Syariah
BNI Syariah
Affin Islamic Bank
Bank Islam Malaysia
Public Islamic Bank
Tahun
2013
2014
0.15
0.1
0.25
0.54
0.32
0.29
1.52
0.9
0.3
1.62
1.05
1.08
LAMPIRAN 2
ANALISIS STATISTIK
1. Uji Deskriptif
Descriptive Statistics Indonesia
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CAR
6
12.99
19.26
15.9600
2.47931
BDR
6
1.14
3.84
2.3017
1.13853
NPM
6
1.26
11.98
7.6517
5.04149
ROA
6
.17
2.33
1.1600
.81228
BOPO
6
53.54
97.61
81.8150
14.79134
LDR
6
82.13
97.86
89.9067
6.00363
MR
6
.01
1.52
.5217
.57666
Valid N (listwise)
6
Descriptive Statistics Malaysia
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CAR.M
6
12.75
14.58
13.7617
.66463
BDR.M
6
.01
.07
.0250
.02510
NPM.M
6
22.85
48.49
39.6067
9.74313
ROA.M
6
.01
1.70
1.0767
.82754
BOPO.M
6
36.82
53.54
47.7550
8.38186
LDR.M
6
65.04
166.82
110.6783
42.92167
MR.M
6
.29
1.62
.8167
.52340
Valid N (listwise)
6
2. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CAR
N
Normal
Parametersa,b
Mean
Std.
Deviation
BDR
12
12
14.8608
NPM
ROA
12
BOPO
LDR
MR
12
12
12
12
1.1633
24.5458 1.1183
67.7717
101.1292
.6767
2.07675 1.41531
18.48554 .78300
21.23211
30.79983 .53786
Absolute
.269
.280
.252
.243
.275
.292
.246
Positive
.269
.280
.252
.188
.172
.292
.246
Negative
-.155
-.208
-.193
-.243
-.275
-.142
-.142
Kolmogorov-Smirnov Z
.933
.970
.872
.843
.951
1.012
.853
Asymp. Sig. (2-tailed)
.349
.303
.433
.475
.326
.257
.460
Most Extreme
Differences
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
3. Uji Hipotesis Man-Whitney U
a. Perbandingan CAR Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia
Test Statisticsa
CAR
Mann-Whitney U
7.000
Wilcoxon W
28.000
Z
-1.761
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
a. Grouping Variable: Negara
b. Not corrected for ties.
.078
.093b
b. Perbandingan BDR Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia
Test Statisticsa
BDR
Mann-Whitney U
.000
Wilcoxon W
21.000
Z
-2.939
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.003
.002b
a. Grouping Variable: Negara
b. Not corrected for ties.
c. Perbandingan NPM Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia
Test Statisticsa
NPM
Mann-Whitney U
.000
Wilcoxon W
21.000
Z
-2.882
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.004
.002b
a. Grouping Variable: Negara
b. Not corrected for ties.
d. Perbandingan ROA Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia
Test Statisticsa
ROA
Mann-Whitney U
16.000
Wilcoxon W
37.000
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
a. Grouping Variable: Negara
b. Not corrected for ties.
-.323
.747
.818b
e. Perbandingan BDR Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia
Test Statisticsa
BOPO
Mann-Whitney U
.000
Wilcoxon W
21.000
Z
-2.882
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.004
.002b
a. Grouping Variable: Negara
b. Not corrected for ties.
f. Perbandingan LDR Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia
Test Statisticsa
LDR
Mann-Whitney U
18.000
Wilcoxon W
39.000
Z
.000
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
1.000
1.000b
a. Grouping Variable: Negara
b. Not corrected for ties.
g. Perbandingan MR Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia
Test Statisticsa
MR
Mann-Whitney U
9.000
Wilcoxon W
30.000
Z
-1.441
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
a. Grouping Variable: Negara
b. Not corrected for ties.
.150
.180b
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
Nama Lengkap
: Wiwit Ayu Nofitasari
Tempat Tanggal Lahir : Kabupaten Semarang, 28 November 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Alamat Lengkap
: Watububan
Gedanganak,
RT/RW
Kecamatan
02/02,
Ungaran
Kabupaten Semarang
Email
:
[email protected]
B. PENDIDIKAN
Nama Sekolah
Tahun Lulus
TK Suko Marsudi Putro 2
1999
SD Negeri Gedanganak 02
2005
SMP PGRI Ungaran
2008
SMA Negeri 2 Ungaran
2011
Kelurahan
Timur,
Download