ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMELS (Studi Kasus Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Periode 2013-2014) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh WIWIT AYU NOFITASARI NIM 21311005 JURUSAN PERBANKAN SYARIAH S1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA TAHUN 2015 i ii iii iv v MOTTO “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 6) “Belajarlah dari masa lalu, hiduplah untuk masa depan. Yang terpenting adalah tidak berhenti bertanya” (Albert Einstein) vi PERSEMBAHAN Alhamdulillah dengan ijin Allah skripsi ini selesai. Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang telah mendorong saya untuk terus memperjuangkan mimpi saya: 1. Bapak Tugimin dan Ibu Suharti, yang senantiasa mencurahkan kasih sayangnya, memberikan bimbingan, dan doa yang tak pernah henti-hentinya untuk anaknya. 2. Adikku Wahyu Setiyowati yang tak pernah putus menyayangiku. 3. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang selalu sabar membimbingku. 4. Keluarga besar (Dosen dan teman-teman) Biro Konsultasi Tazkia yang menemani dan mendukungku. 5. Sahabat-sahabatku yang selalu menemaniku dan mendukungku. 6. Teman-teman Perbankan Syariah S1 kelas A, yang menemaniku dan memberikan banyak pengalaman selama masa kuliah. vii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikumWr. Wb. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang sangat melimpah kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Rasul kita, Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, perhatian, semangat, serta doa, baik secara langsung mau pun tidak langsung pada penyelesaian skripsi ini kepada: 1. Kedua orang tua yang sangat saya sayangi dan cintai, Bapak Tugimin dan Ibu Suharti yang dengan ikhlas dan penuh kasih sayang selalu mencurahkan perhatian kepada penulis. 2. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga. 3. Bapak Dr. Anton Bawono,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam IAIN Salatiga. 4. Ibu Fetria Eka Yudiana M.Si, selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah S1, dan selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa memberikan viii 5. bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Bapak Alfred L.,M.Si selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik. 7. Seluruh dosen FEBI yang telah member bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. 8. Dosen dan teman-teman Biro Konsultasi Tazkia yang selalu memberi semangat dan motivasi. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa hormat, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini sehingga karya sederhana ini dapat terwujud dan bermanfaat untuk kepentingan bersama. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Wassalamu’alaikumWr. Wb Salatiga, 09 Oktober 2015 Penulis Wiwit Ayu Nofitasari NIM: 21311005 ix ABSTRAK Nofitasari, Wiwi tAyu. 2015. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Menggunakan Metode CAMELS (Studi Kasus Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Periode 20132014). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Jurusan Perbankan Syariah S1. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Fetria Eka Yudiana, M. Si. Kata Kunci: Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia, Kinerja Keuangan, dan CAMELS. Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk melihat kesiapan perbankan syariah dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan ekonomi global, sekaligus sebagai indicator penilaian persaingan industry perbankan syariah khususnya di ASEAN, terutama negara Indonesia dan Malaysia. Pertanyaan pertama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) bagaimanakah kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia periode 2013-2014?, (2) bagaimanakah perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dengan Malaysia periode 2013-2014?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan atau annual report. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, dan metode pengumpulan data menggunakan dokumentasi berupa annual report yang diperoleh dari web resmi masing-masing bank syariah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan perbankan serta perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia periode 2013-2014. Indikator dalam mengukur kinerja perbankan syariah dengan menggunakan CAMELS. Rasio-rasio CAMELS, yaitu CAR, BDR, NPM, ROA, BOPO, LDR, dan MR. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebagian besar indicator kinerja keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia tidak terdapat perbedaan yang signifikan, terutama pada rasio CAR, ROA, LDR, dan MR. Sedangkan untuk rasio BDR, NPM, dan BOPO terdapat perbedaan yang signifikan antara perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia. x DAFTAR ISI SAMPUL ....................................................................................................... i LEMBAR BERLOGO .................................................................................. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. iii PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... v MOTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ......................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................. viii ABSTRAK .................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4 C. Tujuan Masalah .................................................................................. 4 D. Kegunaan Penelitian........................................................................... 4 E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Telah Pustaka ..................................................................................... 7 B. Kerangka Teori 1. Laporan Keuangan ......................................................................... 13 xi 2. Annual Report Perbankan Syariah ................................................. 26 3. Analisis Laporan Keuangan........................................................... 29 4. Analisis CAMELS ......................................................................... 30 5. Teknik Analisis CAMELS ............................................................. 37 C. Kerangka Penelitian ........................................................................... 38 D. Hipotesis............................................................................................. 40 BAB III ANALISIS PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 42 B. Populasi dan Sampel .......................................................................... 43 C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 46 D. Definisi Konsep dan Operasional ...................................................... 47 E. Uji Instrumen ..................................................................................... 49 F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 51 G. Alat Analisis ....................................................................................... 52 BAB IV ANALISIS PENELITIAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Gambaran Objek Umum ................................................................ 53 2. Gambaran Singkat Lembaga Keuangan Bank Syariah.................. 56 B. Hasil Penelitian 1. Uji Statistik Deskriptif ................................................................... 67 2. Uji Normalitas ............................................................................... 68 3. Uji Hipotesis .................................................................................. 69 xii BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................ 79 B. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 80 C. Implikasi Penelitian ............................................................................ 80 D. Saran .................................................................................................. 81 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xiii DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Research Gap Penelitian ................................................................ 10 Tabel 2.1 Definisi Operasional Variabel ........................................................ 37 Tabel4.1 Data Bank Syariah Sampel ............................................................. 46 Tabel 5.1 Statistik Deskriptif ......................................................................... 67 Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas ...................................................................... 69 Tabel 5.3 Perbandingan Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia ...... 70 DAFTAR GAMBAR Gambar3.1 Kerangka Penelitian ................................................................... 39 xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi global terjadi pada tahun 2008 sebenarnya bermula pada krisis ekonomi Amerika Serikat, kemudian menyebar ke negara-negara lain di seluruh dunia termasuk Indonesia. Krisis ekonomi Amerika tersebut semakin lama merambat menjadi krisis global karena sebenarnya perekonomian di dunia saling tergantung satu sama lainnya, peristiwa yang terjadi disuatu tempat akan berpengaruh di tempat lainnya. Tidak jarang dampak lebih besar terjadi di tempat lain (http://elsaryan.wordpress.com/, diakses 19 Juni 2015). Era globalisasi memiliki dampak sangat besar terhadap berbagai sektor perekonomian termasuk sektor perbankan, hal itu ditandai dengan liberalisasi perdagangan dan investasi ekonomi pasar bebas yang melibatkan Indonesia di dalamnya. Globalisasi perdagangan dunia menghadirkan tantangan yang beragam dan persaingan ketat bagi setiap sektor industri, termasuk industri perbankan, sehingga sektor perbankan dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya (Purnawati, 2014). ASEAN menjadi salah satu kawasan yang mencatat pertumbuhan ekonomi stabil di antara kawasan lainnya di seluruh dunia. Transaksi perdagangan antar negara anggota ASEAN telah meningkat, tetapi belum diikuti dengan integrasi keuangan di ASEAN. Negara anggota ASEAN 1 2 sepakat membentuk panduan integrasi perbankan berupa inisiatif ASEAN Banking Integration Framework (ABIF), dibawah kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Indonesia dan Malaysia menjadi dua anggota negara ASEAN yang memimpin inisiatif pembentukan ABIF. Inisiatif ini dilakukan bersama oleh Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Bank Negara Malaysia (http://mysharing.co, diakses 21 Juni 2015). Undang-undang Perbankan No.10 Tahun 1998 telah menegaskan bahwa Bank Indonesia memiliki wewenang untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja suatu bank dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, serta untuk membandingkan kinerja perusahaan satu dengan perusahaan lain (Maharani dan Afandy, 2014). Kinerja keuangan perbankan dapat mencerminkan kemampuan operasional suatu bank, baik dalam bidang penghimpunan dana, penyaluran dana, teknologi serta sumber daya manusia. Kinerja bank dapat juga menunjukkan kekuatan dan kelemahan suatu bank, dengan mengetahui kekuatan bank maka dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha bank. Sedangkan kelemahannya dapat dijadikan sebagai dasar untuk perbaikan dimasa mendatang. Peringkat perbankan syariah Indonesia menurut Maris Strategis & The Banker (2010) urutan bank syariah dengan asset syariah tahun 2009-2010, Malaysia di peringkat ke tiga, sementara Indonesia peringkat 13. Melihat perkembangan pesat keuangan syariah terutama perbankan syariah dan 3 penerbitan sukuk, total asset keuangan perbankan syariah Indonesia pada tahun 2011 diyakini telah melebihi US$20 miliar sehingga rangkingnya akan meningkat signifikan (Dr. Halim Alamsyah, Deputi Gubernur Bank Indonesia). Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk melihat kesiapan perbankan syariah dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan ekonomi global. Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai indikator penilaian persaingan industri perbankan khususnya di ASEAN, terutama negara Indonesia dan Malaysia, yang memiliki prospek cukup besar dalam mengembangkan sektor perbankan syariah. Dalam penelitian ini penulis mencoba melihat lebih mendalam tentang perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah tersebut khususnya di ASEAN pada periode 2013-2014, dengan mengambil dua negara yang memimpin pembentukan ASEAN Banking Integration Framework (ABIF), yaitu Indonesia dan Malaysia. Metode dalam penelitian ini menggunakan CAMELS, yang meliputi CAR, BDR, NPM, ROA, BOPO, LDR, dan MR (Kasmir, 2014:304). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada perbankan yang ada di Indonesia dan Malaysia dengan mengambil judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Menggunakan Metode CAMELS (Studi Kasus Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Periode 2013-2014).” 4 B. Rumusan Masalah Hal yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah analisis kinerja keuangan dengan menggunakan metode CAMELS. Dari uraian latar belakang dan hasil penelitian terdahulu penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kinerja keuangan pada Perbankan Syariah di Indonesia dan Malaysia periode 2013-2014? 2. Bagaimanakah perbandingan kinerja keuangan Perbankan Syariah antara Indonesia dengan Malaysia periode 2013-2014? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dirumuskan diatas, maka penulis mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu: 1. Menganalisis kinerja keuangan pada Perbankan Syariah di Indonesia dan Malaysia. 2. Menganalisis perbandingan kinerja keuangan pada Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia. D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut: 1. Bagi Pihak Bank a. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu gambaran bagi bank dalam menilai kinerja keuangan bank. b. Hasil penelitian ini juga berguna untuk manajemen bank dalam meningkatkan performa kinerja keuangan. 5 c. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk melihat kesiapan bank dalam menghadapi persaingan secara global. 2. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi akademisi yang akan melakukan penelitian selanjutnya dan sebagai penambah informasi. 3. Bagi Penulis Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dibidang perbankan tentang analisis kinerja keuangan dengan metode CAMELS. Penelitian ini juga digunakan untuk menambah motivasi penulis dalam memperdalam ilmu pengetahuan. 4. Bagi Pembaca Menambah pengetahuan dan informasi tentang analisis kinerja keuangan dengan metode CAMELS. E. Sistematika Penulisan Kejelasan dan ketetapan arah pembahasan penelitian ini penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. 6 BAB II : KAJIAN PUSTAKA Menguraikan tentang telaah pustaka yang berisi ringkasan penelitian terdahulu, kerangka teori yang berkaitan dengan topik penelitian untuk menghasilkan hipotesis yang akan diuji. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi pendekatan penelitian, populasi dan sampel, teknik pengukuran data, definisi konsep dan operasional, uji instrument, teknik analisis data dan alat analisis yang digunakan. BAB IV : ANALISIS PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang deskripsi objek penelitian dan analisis data atau hasil penelitian. BAB V : PENUTUP Mencakup uraian yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, implikasi penelitian, serta saran-saran. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka Penelitian ini dilakukan mengacu pada penelitian terdahulu dengan pokok permasalahan yang hampir sama. Penelitian terdahulu juga bermanfaat untuk membangun kerangka teoritik yang mendasari kerangka penelitian ini. Berikut adalah ringkasan dari beberapa penelitian yang sudah ada : M. Laksono Tri R. (2004) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Indikator Kinerja Keuangan Perbankan ASEAN (Studi Perbandingan Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina 2000-2002)”, menggunakan rasio CCA, CAR, NPL, ROL, EEA, LOA, LDR, ROA, ROE, dan AGR. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio CCA dan CAR, RRA dan NPL, ROL dan EEA, LOA dan LDR. Sedangkan pada rasio ROA dan ROE tidak terdapat perbedaan antara perbankan Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Sebagian besar indikator keuangan yang dibangun dari rasio keuangan-keuangan menunjukkan bahwa kinerja keuangan perbankan Indonesia lebih baik dari perbankan Malaysia, Thailand, dan Filipina, kecuali rasio CCA, EEA, LDR, dan ROA. Adi Susilo Jahja (2012) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional”, yang menggunakan rasio CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan 7 8 LDR. Menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank syariah dengan bank konvensional, kinerja bank syariah lebih baik dibandingkan dengan konvensional. Vivi Putri Maharani & Chairil Afandy (2013) dalam penelitian dengan judul, “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah dan Bank Swasta di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2012”, menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara bank pemerintah dan bank swasta ditinjau dari rasio keuangan LDR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan PDN. Sedangkan untuk rasio NIM terdapat perbedaan yang signifikan antara bank pemerintah dengan swasta. I Gusti Ayu Purnamawati (2014) dalam penelitian dengan judul “Analisis Komparatif Kinerja keuangan Perbankan ASEAN Setelah Krisis Global”, hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator ROA, ROE, dan LDR antara kinerja keuangan perbankan Indonesia, Thailand dan Malaysia. Tidak terdapat perbedaan dari indikator CAR antara kinerja keuangan perbankan Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Pada penelitian Damara Andri Nugraha (2014) yang berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan Bank konvensional (Studi Kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Central Asia)”, dengan rasio penelitian CAR, ROA, ROE, NIM, LDR, dan NPL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio ROA, LDR, NPL dan NIM terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Syariah Mandiri dan Bank Central Asia. Sedangkan rasio CAR dan ROE tidak terdapat perbedaan 9 yang signifikan pada kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Central Asia. Mariam Rustiadi (2014) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012”, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional pada rasio CAR, NPL, BOPO dan LDR. Tetapi, pada rasio ROA dan ROE tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Rasio CAR, NPF, EAA, FDR, ROA, ROE, dan AGR yang digunakan oleh Susanto Wibowo (2014) dalam penelitian yang berjudul “Perbandingan Indikator Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di ASEAN (Studi Komparatif: Indonesia, Filipina, Brunei Darusalam)”, menunjukkan bahwa pada indikator Capital Risk, terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Indonesia dan Brunei Darusalam, dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Indonesia dan Filipina. Pada indikator Asset Quality tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Indonesia dan Brunei Darusalam, tetapi terdapat perbedaan yang signifikan antara Indonesia dan Filipina. Pada indikator operasional Efficiency dan Growth terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Indonesia dan Brunei Darusalam maupun Indonesia dan Filipina. Pada indikator liquidity risk terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Indonesia dan Brunei Darusalam maupun Indonesia dan Filipina. Pada indikator 10 Profitability Ratio, ROA, dan ROE, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Indonesia dan Brunei Darusalam, tetapi terdapat perbedaan yang signifikan antara Indonesia dan Filipina. Penelitian lain yang dilakukan oleh Susanto Wibowo (2015) yang berjudul “ Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Metode CAMEL di ASEAN (Studi Komparatif: Indonesia, Malaysia, Thailand). Menunjukkan bahwa indikator CCA dan CAR perbankan syariah Indonesia berbeda dengan Malaysia dan Thailand. Indiktor NPL menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia dengan kinerja keuangan perbankan di Malaysia dan Thailand. Selain itu perbedaan yang signifikan juga terjadi pada indikator EEA, LDR, dan ROE. Sedangkan pada indikator ROA dan AGR tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dengan perbankan syariah Malaysia dan Thailand. Berdasarkan penelitian terdahulu, penulis dapat menarik research gap sebagai berikut: Tabel 1.1 Research Gap Penelitian Peneliti M. Laksono Tri R. (2004) Rasio CCA, CAR, NPL, ROL, EEA, LOA, LDR, ROA, ROE, dan AGR Hasil Penelitian Terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio CCA dan CAR, RRA dan NPL, ROL dan EEA, LOA dan LDR. Sedangkan pada rasio ROA dan ROE tidak terdapat perbedaan antara perbankan Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina. 11 Adi Susilo (2012) Jahja CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank syariah dengan bank konvensional, kinerja bank syariah lebih baik dibandingkan dengan konvensional. Vivi Putri Maharani & Chairil Afandy (2013) LDR, NPL, ROA, ROE, NIM, dan PDN Berdasarkan penelitian terdapat perbedaan yang signifikan antara bank pemerintah dan bank swasta ditinjau dari rasio keuangan LDR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan PDN. Sedangkan untuk rasio NIM terdapat perbedaan yang signifikan antara bank pemerintah dengan swasta. I Gusti Purnamawati (2014) Ayu ROA, ROE, LDR, dan CAR Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator ROA, ROE, dan LDR antara kinerja keuangan perbankan Indonesia, Thailand dan Malaysia. Tidak terdapat perbedaan dari indikator CAR antara kinerja keuangan perbankan Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Damara Andri Nugraha (2014) CAR, ROA, ROE, LDR, NPL, dan NIM Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio ROA, LDR, NPL dan NIM terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Syariah Mandiri dan Bank Central Asia. Sedangkan rasio CAR dan ROE tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Central Asia. Mariam (2014) CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR Terdapat perbedaan kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional pada rasio CAR, NPL, BOPO dan LDR. Tetapi, pada rasio ROA dan ROE tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Rustiadi 12 Susanto (2014) Wibowo CAR, NPF, EEA, FDR, ROA, ROE, dan AGR Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada indikator Capital Risk, terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Indonesia dan Brunei Darusalam, dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Indonesia dan Filipina. Pada indikator Asset Quality tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Indonesia dan Brunei Darusalam, tetapi terdapat perbedaan yang signifikan antara Indonesia dan Filipina. Pada indikator operasional Efficiency dan Growth terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Indonesia dan Brunei Darusalam maupun Indonesia dan Filipina. Pada indikator liquidity risk terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Indonesia dan Brunei Darusalam maupun Indonesia dan Filipina. Pada indikator Profitability Ratio ROA, dan ROE, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Indonesia dan Brunei Darusalam, tetapi terdapat perbedaan yang signifikan antara Indonesia dan Filipina. Susanto (2015) Wibowo CCA, CAR, NPL, EEA, LDR, ROE, ROA dan AGR Terdapat perbedaan yang signifikan pada indikator CCA, CAR, NPL, EEA, LDR, dan ROE. Sedangkan pada indikator ROA dan AGR tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia dengan perbankan syariah Malaysia dan Thailand. 13 B. Kerangka Teori 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu (Harahap, 2007:105). Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi penting yang digunakan manajemen dalam mengambil keputusan, terutama keputusan keuangan (Najmudin, 2011:63). Secara sederhana laporan keuangan menurut Kasmir (2014:7) adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laba rugi). Biasanya laporan dibuat per periode, misal tiga bulan, atau enam bulan untuk kepentingan internal perusahaan. Sementara itu, untuk laporan lebih luas dilakukan satu tahun sekali (Kasmir, 2014:7). b. Tujuan Laporan Keuangan Prinsip Akuntansi Keuangan (1984) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah (Harahap, 2007:132-133) : 14 1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2) Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. 3) Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 4) Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. 5) Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan. Sedangkan menurut PSAK No.1 (Revisi 1998) dalam Sulistiyowati (2010:5) tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah: 1) Memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi. 15 2) Serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut Najmudin (2011:64-65) tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1) Menyediakan informasi yang menyangkut laporan keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi. 2) Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. 3) Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan operasi selama periode pelaporan. Menurut Kasmir (2014:11) tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu: 1) Memberi informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 2) Memberi informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 3) Memberi informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. 4) Memberi informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. 16 5) Memberi informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan. 6) Memberi informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode. 7) Memberi informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan. 8) Informasi keuangan lainnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyajikan informasi keuangan dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, yang dapat digunakan sebagai panduan dalam pengambilan keputusan keuangan. c. Sifat Laporan Keuangan Pencatatan yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan harus dilakukan dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Dalam praktiknya sifat keuangan dibuat bersifat historis dan menyeluruh. Bersifat historis artinya laporan keuangan dibuat dan disusun dari data masa lalu atau masa yang sudah lewat dari masa sekarang. Dan yang dimaksud dengan menyeluruh adalah laporan dibuat selengkap mungkin. Artinya laporan keuangan disusun sesuai standar yang sudah ditetapkan (Kasmir, 2014:12). Sementara itu, menurut Munawir dalam Kasmir (2014:12-14) data masa lalu perusahaan yang ditampilkan dalam laporan keuangan merupakan kombinasi dari: 17 1) Fakta yang telah dicatat Fakta yang telah dicatat (recorded fact) artinya laporan keuangan disusun atau dibuat berdasarkan kenyataan yang sebenarnya atau fakta dari catatan akuntansi. Fakta ini diambil dari peristiwa atau kejadian akuntansi pada waktu atau masa lalu, yaitu dari tahun-tahun sebelumnya. 2) Prinsip-prinsip dan kebiasaan dalam akuntansi Prinsip-prinsip dan kebiasaan dalam akuntansi (accunting convention and postulate) adalah pencatatan yang terjadi dalam laporan keuangan jelas didasarkan kepada prosedur atau anggapan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi. 3) Pendapat pribadi Pendapat pribadi (personal judgment) artinya pencatatan akuntansi dalam laporan keuangan didasarkan kepada dalil-dalil tertentu, penggunaan dari dasar dalil tersebut tergantung dari pendapat manajemen perusahaan. d. Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Najmudin (2011:67) di samping menjadi sumber informasi dan pedoman keputusan, di lain pihak laporan keuangan mempunyai keterbatasan antara lain sebagai berikut: 1) Laporan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final. 18 2) Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah seolah bersifat pasti dan tepat, padahal sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. 3) Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, di mana daya beli (purchasing power) uang tersebut semakin menurun. 4) Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan karena faktorfaktor tersebut tidak dapat dinyatakan dalam satuan uang (dikuantisasi), misalnya berupa goodwill atau license, dan prestasi perusahaan. Sedangkan menurut Kasmir (2014:16-17) keterbatasan laporan keuangan meliputi: 1) Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), di mana data-data yang diambil dari data masa lalu. 2) Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang bukan hanya untuk pihak tertentu saja. 3) Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan-pertimbangan tertentu. 4) Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi ketidakpastian. 19 5) Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut panduan ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat formalnya. e. Pihak-pihak Pemakai Laporan Keuangan Tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi kepada berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Artinya penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, baik pihak intern maupun ekstern perusahaan. Menurut Harahap (2007:120-124) para pemakai laporan keuangan beserta kegunaannya dapat dilihat dari penjelasan berikut: 1) Pemegang Saham Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, asset, utang, modal, hasil, biaya, dan laba. 2) Investor Bagi investor potensial, ia akan melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan. 3) Analis Pasar Modal Analisis pasar modal selalu dilakukan baik analisis tajam dan lengkap terhadap laporan keuangan perusahaan yang go public maupun yang berpotensi masuk pasar modal. 20 4) Manajer Manajer ingin mengetahui situasi ekonomi perusahaan yang dipimpinnya. 5) Karyawan dan Serikat Kerja Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk menetapkan apakah ia masih terus bekerja di situ atau pindah. 6) Instansi Pajak Perusahaan selalu memiliki kewajiban pajak baik Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Pembangunan, Pajak Penjualan Barang Mewah (PpnBm), Pajak Daerah, Restribusi, Pajak Penghasilan (PPh). Perusahaan juga dikenakan pemotongan, penghitungan, dan pembayarannya. 7) Pemberi Dana (Kreditur) Sama dengan pemegang saham investor, lender seperti bank, investment fund, perusahaan leasing, juga ingin mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan diberi pinjaman. 8) Supplier Supplier hampir sama dengan kreditur. Laporan keuangan bisa menjadi informasi apakah perusahaan layak diberi fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan, dan sejauh mana potensi resiko yang dimiliki perusahaan. 21 9) Pemerintah atau Lembaga Pengatur Resmi Pemerintah atau lembaga sangat membutuhkan laporan keuangan. Karena ia ingin mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah ia tetapkan. 10) Langganan atau Lembaga Konsumen Dengan adanya laporan keuangan sangat diuntungkan, Biasanya lembaga khusus yang memantau kepentingan konsumen adalah lembaga konsumen. 11) Lembaga Swadaya Masyarakat LSM membutuhkan laporan keuangan untuk menilai sejauh mana perusahaan merugikan pihak tertentu yang dilindunginya. 12) Peneliti/Akademisi/Lembaga Peringkat Bagi peneliti atau akademisi laporan keuangan sangat penting, sebagai data primer dalam melakukan penelitian terhadap topik tertentu yang berkaitan dengan laporan keuangan atau perusahaan. Menurut Najmudin (2011:65-66) pemakai laporan meliputi: 1) Investor, membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasinya. 2) Karyawan, memanfaatkannya untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberi balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. 3) Pemberi jaminan, menggunakannya untuk memutuskan apakah pinjaman pokok dan bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 22 4) Pemasok dan kreditur usaha lainnya, berkepentingan untuk mengetahui apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. 5) Pelanggan, berkepentingan mengetahui kelangsungan hidup perusahaan, terutama apabila mereka terikat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan. 6) Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawahnya, berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan aktivitas perusahaan. 7) Masyarakat, terbantu dengan informasi tentang jumlah orang yang dipekerjakan, perlindungan kepada penanam modal domestik, kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan dan rangkaian akivitasnya. Sedangkan menurut Kasmir (2014:282-283) pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah sebagai berikut: 1) Pemegang saham Bagi pemegang saham yang sekaligus merupakan pemilik bank, kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah untuk melihat kemajuan bank yang dipimpin oleh manajemen dalam satu periode. 23 2) Pemerintah Bagi pemerintah, laporan keuangan baik bagi bank-bank pemerintah maupun swasta adalah untuk mengetahui kemajuan bank yang bersangkutan. Pemerintah juga berkepentingan terhadap kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter yang telah ditetapkan. 3) Manajemen Laporan keuangan bagi pihak manajemen adalah untuk menilai kinerja manajemen bank dalam mencapai target-target yang sudah ditetapkan dan juga untuk menilai kinerja karyawan dalam rangka mengelola sumber daya yang dimilikinya. 4) Karyawan Bagi karyawan dengan adanya laporan keuangan juga untuk mengetahui kondisi keuangan bank yang sebenarnya. 5) Masyarakat luas Bagi masyarakat luas laporan keuangan bank merupakan suatu jaminan terhadap uang yang disimpan di bank. Jaminan ini diperoleh dari laporan keuangan yang ada dengan melihat angkaangka yang ada di laporan keuangan. f. Unsur Laporan Keuangan Menurut Najmudin (2011:68) terdapat tiga bentuk laporan keuangan yang pokok, yaitu neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Sedangkan menurut Kasmir (2014:284) jenis laporan keuangan 24 terdiri dari neraca, laporan komitmen dan kontijensi, laporan laba rugi, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan laporan keuangan gabungan dan konsolidasi. Dalam praktiknya jenis laporan keuangan bank adalah sebagai berikut: 1) Neraca Menurut Jumingan (2008:13) neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (asset), utang (liabilities), dan modal sendiri (owner’s equity) dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Menurut Najmudin (2011:69) neraca atau balance sheet adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisis keuangan perusahaan pada suatu saat yang merupakan nilai perusahaan pada waktu tertentu. Menurut James C. Van Horne dalam Kasmir (2014:30) neraca adalah ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukkan total aktiva dengan total kewajiban ditambah total ekuitas pemilik. Sedangkan menurut Kasmir (2014:284) neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada tanggal tertentu. Posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi aktiva (harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Jadi neraca merupakan laporan yang yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu dan biasanya 25 pada saat tutup buku yakni akhir bulan, akhir triwulan, dan akhir tahun. 2) Laporan Laba Rugi Menurut Najmudin (2011:71) laporan laba rugi atau income statement profit and loss statement membandingkan pendapatan terhadap beban pengeluarannya untuk menentukan laba (atau rugi bersih). Laporan ini memberikan informasi tetang hasil akhir (bottom line) perusahaan pada suatu periode. Menurut Kasmir (2014:284) laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Sedangkan pengertian laporan laba rugi sesuai yang dikatakan James C. Van Horne dalam Kasmir (2014:45) yaitu ringkasan pendapatan dan biaya perusahaan selama periode tertentu diakhiri dengan laba atau rugi pada periode tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa laporan laba rugi merupakan laporan yang menggambarkan pendapatan dan biaya suatu perusahaan, dan laporan ini menunjukkan kemajuan perusahaan. 3) Laporan Arus Kas Menurut Najmudin (2011:72) arus kas berarti arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Sedangkan menurut Kasmir (2014:284) laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan 26 dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kas. 4) Laporan Komitmen dan Kontijensi Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (irrevocable) dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi (Kasmir, 2014:284) 5) Catatan atas Laporan keuangan Merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai Posisi Devisa Netto, menurut jenis mata uang dan aktivitas lainnya. 6) Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabangcabang bank yang bersangkutan, baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri, sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak perusahaannya (Kasmir, 2014:285). 2. Annual Report Perbankan Syariah a. Pengertian Annual Report Annual report adalah laporan keuangan dalam jangka waktu satu tahun (lihat laporan keuangan) dan telah mendapat persetujuan pemegang saham lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) (http://glosarium.org, diakses 4 Juli 2015). 27 Menurut Kamus Ekonomi dan Bisnis, Laporan Tahunan atau annual report yaitu catatan (informasi) tahunan yang berisi gambaran kondisi operasional perusahaan atau bank, biasanya terdiri atas neraca dan laporan laba rugi serta termasuk penjelasan atas operasi perusahaan, biasanya juga dilampiri laporan hasil audit (http://www.mediabpr.com. Diakses 4 Juli 2015). b. Laporan keuangan Bank Syariah Menurut Nabhan (2008:22-34) format laporan keuangan perbankan syariah terdiri dari: 1) Neraca Neraca adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu. Menurut Harahap 2004 dalam Nabhan (2008:23-24) unsurunsur neraca yang berbeda dengan bank konvensional adalah sebagai berikut: a) Aktiva, terdiri atas piutang dagang, pembiayaan, persediaan aktiva, aktiva ijarah, pinjaman qardh. b) Kewajiban terdiri atas, bagi hasil yang belum dibagikan, simpanan atau titipan, tabungan dan giro mudharabah, dan kewajiban investasi tidak terkait. 28 2) Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang menyajikan kinerja perusahaan yang meliputi pendapatan dan beban pada suatu rentang waktu tertentu. 3) Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menyajikan perubahan ekuitas bank, peningkatan dan penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode pelaporan. 4) Laporan Arus Kas Laporan arus kas adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan suatu bank untuk suatu periode waktu tertentu baik berupa kas atau setara kas. 5) Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat Dana investasi terikat merupakan aplikasi dengan produk mudharabah muqayadah (investasi terikat). Investasi terikat adalah investasi yang bersumber dari pemilik dana investasi terikat dan sejenisnya yang dikelola oleh bank sebagai manajer investasi berdasarkan mudharabah muqayadah atau sebagai agen investasi. 6) Laporan Sumber Dana Penggunaan Dana Qardhul Hasan Menurut PAPSI (2003) laporan sumber dan penggunaan dana qard merupakan laporan yang menunjukkan sumber dan penggunaan dana selama suatu jangka waktu tertentu, serta saldo qard pada tanggal tertentu. 29 7) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infak, dan Shadaqah PAPSI (2003) menyatakan bahwa laporan sumber dan penggunaan dana ZIS merupakan laporan yang menunjukkan sumber dan penggunaan dana selama jangka waktu tertentu, serta saldo ZIS pada tanggal tertentu. 8) Catatan atas laporan Keuangan 3. Analisis Laporan Keuangan Menurut Najmudin (2011:64) analisis laporan keuangan berarti suatu proses penguraian data (informasi) yang terdapat dalam laporan keuangan menjadi komponen-komponen yang tersendiri, menelaah setiap komponen, dan mempelajari hubungan antar komponen tersebut dengan menggunakan teknik analisis tertentu agar diperoleh pemahaman yang tepat dan gambaran yang komprehensif tentang informasi tersebut. Menurut Kasmir (2014:68) ada beberapa tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah: 1) Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu baik harta, kewajiban, modal maupun usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. 2) Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan. 3) Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan. 30 4) Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. 5) Untuk melakukan penilaian kerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. 6) Dan digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai. 4. Analisis CAMELS Kinerja bank merupakan ukuran keberhasilan dari direksi bank tersebut sehingga apabila kinerja ini buruk bukan tidak mungkin karena direksi ini akan diganti. Kinerja ini juga merupakan pedoman hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. Untuk menilai kesehatan suatu bank dapat diukur dengan berbagai metode. Salah satu alat untuk mengukur kesehatan bank adalah dengan analisis CAMELS. Unsur-unsur dalam analisis CAMELS adalah sebagai berikut : 1) Capital (Permodalan) Capital adalah uang atau harta benda (barang, pabrik, kantor dan sebagainya) yang dipakai untuk menjalankan suatu usaha untuk mencari keuntungan, menambah kekayaan dan lain-lain (Winarno dan Ismaya, 2003:32). Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR 31 (Capital Adequacy Ratio), yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) (Kasmir, 2014:300). Besarnya nilai Capital Adequacy Ratio suatu bank dapat diukur dengan rumus sebagai berikut (Dendawijaya, 2009:144): 𝑪𝑨𝑹 = 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑩𝒂𝒏𝒌 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑻𝒆𝒓𝒕𝒊𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈 𝑴𝒆𝒏𝒖𝒓𝒖𝒕 𝑹𝒊𝒔𝒊𝒌𝒐 Dimana: Modal : Terdiri dari modal inti, modal pelengkap, dan modal pelengkap tambahan. ATMR : Penanaman dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah atau jenis transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat bank memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah. Nilai kredit dihitung sebagai berikut: Untuk CAR = 0% atau negatif, nilai kredit = 0. Untuk setiap kenaikan 0,1%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. 2) Asset (Kualitas Aset) Asset-aktiva adalah harta kekayaan yang berwujud nyata, seperti uang, bangunan, kantor atau benda lain yang dapat dinilai dengan uang maupun yang tidak berwujud nyata, seperti hak cipta. Semua pos pada sisi debet neraca yang terdiri atas harta, piutang, biaya yang dibayar 32 terlebih dahulu, dan pendapatan yang akan diterima (Winarno dan Ismaya, 2003:47). Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki bank (Kasmir, 2014:301). Rasio yang diukur ada dua macam, yaitu: a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif. b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan. Menurut Dendawijaya (2009:143) analisis aset dihitung dengan Bad Debt Ratio (BDR) dan CAD. 𝑩𝑫𝑹 = 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑫𝒊𝒌𝒍𝒂𝒔𝒊𝒇𝒊𝒌𝒂𝒔𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇 Aktiva Produktif yang diklasifikasikan, meliputi: DPK : 25% dari aktiva produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus (DPK). KL : 50% dari aktiva produktif yang digolongkan Kurang Lancar (KL). D : 75% dari aktiva produktif yang digolongkan Diragukan (D). M : 100% dari aktiva produktif yang digolongkan Macet (M). Aktiva produktif meliputi: 1) Kredit yang diberikan bank dan telah dicairkan. 2) Surat-surat berharga (baik surat berharga pasar uang maupun surat berharga pasar modal). 33 3) Penyertaan saham 4) Tagihan pada bank lain. Nilai kredit rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan dihitung sebagai berikut: 1) Untuk BDR = 15,5% atau lebih, nilai kredit = 0. 2) Untuk setiap penurunan 0.15%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. 3) Management (Manajemen) Penilaian didasarkan pada manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas, dana manajemen umum. Manajemen bank dinilai atas 250 pertanyaan yang diajukan. Menurut Dendawijaya (2009:146) Bank Indonesia telah menyusun 250 buah pertanyaan untuk penilaian kemampuan manajemen yang terdiri sebagai berikut: Jumlah Pertanyaan 25 buah 50 buah 125 buah 25 buah 25 buah 100 buah Aspek manajemen yang Dinilai Manajemen permodalan Manajemen aktiva Manajemen umum Manajemen rentabilitas Manajemen likuiditas Total Bobot CAMEL Bobot CAMEL 2.5 % 5.0 % 12.5 % 2.5 % 2.5 % 100.0 % Rasio ini dinilai dari kualitas manajemennya (Jacob, 2013). 𝑵𝑷𝑴 = 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍 34 4) Earning (Rentabilitas) Earning adalah seluruh pendapatan yang diperoleh atas berbagai faktor produksi, misalnya gaji, keuntungan, bunga dan sebagainya (Winarno dan Ismaya, 2003:169). Penilaian didasarkan pada rentabilitas suatu bank yang dilihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan kepada dua macam, yaitu (Kasmir, 2014:301): a. Rasio laba terdapat total asset (Return On Assets). b. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Menurut Dendawijaya (2009:143) rentabilitas dihitung berdasarkan rasio ROA dan BOPO. 1) Besarnya nilai Return On Asset dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Dendawijaya, 2009:146): 𝑹𝑶𝑨 = 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 Dimana: Laba : Keuntungan yang diterima dalam satu tahun. Total Aktiva : Total aktiva, baik lancar maupun tidak lancar. Perhitungan kredit dilakukan sebagai berikut: a) Untuk ROA sebesar 100% atau lebih, nilai kredit = 0. b) Untuk setiap kenaikan 0.015%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. 2) Besarnya nilai BOPO dapat dihitung dengan rumus (Dendawijaya, 2009:247) : 35 𝑩𝑶𝑷𝑶 = 𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍 Dimana: Biaya operasional : Jumlah biaya umum, biaya administrasi, biaya gaji, dan tunjangan. Pendapatan operasional : Pendapatan/beban bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya. Nilai kredit dapat dihitung, sebagai berikut: a) Untuk rasio 100% atau lebih, nilai kredit = 0. b) Untuk setiap penurunan 0.08%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. 5) Liquidity (likuiditas) Liquidity adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau membayar utangnya pada asset pembayaran. Likuiditas bank yaitu kemampuan bank untuk membayar seluruh utang jangka pendek yang telah jatuh tempo (Winarno dan Ismaya, 2003:288). Likuiditas yaitu untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas didasarkan kepada dua macam rasio, yaitu: a. Rasio jumlah kewajiban bersih call money terhadap aktivitas lancar. Yang termasuk aktiva lancar adalah kas, giro, dan BI, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). b. Rasio antara kredit terhadap dana yang diterima oleh bank . Besarnya nilai Loan To Deposit Rasio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Dendawijaya, 2009:147): 36 𝑳𝑫𝑹 = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑫𝒊𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑫𝒂𝒏𝒂 𝑷𝒊𝒉𝒂𝒌 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒈𝒂 + 𝑲𝑳𝑩𝑰 + 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑰𝒏𝒕𝒊 Dimana : Total pembiayaan : Jumlah pembiayaan yang diterima oleh bank. Dana Pihak Ketiga : Jumlah dana yang diterima oleh bank. Nilai kredit LDR dihitung sebagai berikut: 1) Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih, nilai kredit = 0. 2) Untuk rasio LDR dibawah 110%, nilai kredit 100. 6) Sensitivities Sensitivitas perbankan, berkaitan erat dengan pertimbangan risiko. Sensitivitas terhadap risiko penting agar tujuan memperoleh laba dapat tercapai. Risiko yang dihadapi terdiri dari risiko lingkungan, risiko manajemen, risiko penyerahan dan risiko keuangan (Kasmir, 2014:303). Rumus untuk menghitung sensitivitas dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Adi dan Supratiningrum,2013) 𝑴𝑹 = 𝑬𝒌𝒔𝒆𝒔 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑷𝒐𝒕𝒆𝒏𝒕𝒊𝒂𝒍 𝑳𝒐𝒔𝒔 Dimana : MR : Market Risk Ekses Modal : Kelebihan modal dari modal minimum yang ditetapkan yang khusus digunakan untuk antisipasi risiko suku bunga. 37 Potensial loss suku bunga : (gap position dari eksposure trading book + banking book) x fluktuasi suku bunga. Tabel 2.1 Definisi Operasional Variabel Variabel Rasio Capital Rasio Asset Rasio Management Indikator Skala CAR (Capital Adequancy 𝑪𝑨𝑹 = Ratio) BDR (Bad Debt 𝑩𝑫𝑹 Ratio) = 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑫𝒊𝒌𝒍𝒂𝒔𝒊𝒇𝒊𝒌𝒂𝒔𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇 NPM (Net Profit Margin) 𝑵𝑷𝑴 = 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍 ROA (Return on Asset) Rasio Earning 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑩𝒂𝒏𝒌 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑨𝑻𝑴𝑹 𝑹𝑶𝑨 = 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 BOPO (Beban Operasional terhadap 𝑩𝑶𝑷𝑶 = 𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍 Pendapatan Operasional) Rasio Liquidity Rasio Sensitivities LDR (Loan To Deposit Rasio) 𝑳𝑫𝑹 = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑫𝒊𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑫𝑷𝑲 + 𝑲𝑳𝑩𝑰 + 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑰𝒏𝒕𝒊 MR (Market Risk) 𝑴𝑹 = 𝑬𝒌𝒔𝒆𝒔 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑷𝒐𝒕𝒆𝒏𝒕𝒊𝒂𝒍 𝑳𝒐𝒔𝒔 Sumber: (Dendawijaya, 2009), (Jacob, 2013), dan (Adi dan Supratiningrum,2013) 5. Teknik Analisis CAMELS Teknik analisis CAMELS yang digunakan untuk penilaian kinerja keuangan bank mengacu pada ketentuan penilaian yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 30/2/UPPB/tgl 30/4/1997 Junto SE Nomor 30/UPPB/tgl 19/03/1998 (Jumingan, 2008:247). 38 Berdasarkan penjelasan Surat Edaran Bank Indonesia tersebut penerapan analisis CAMELS dilakukan dengan langkah sebagai berikut: a. Melakukan data review laporan keuangan (Neraca dan Laporan Laba Rugi) dengan sistem akuntansi yang berlaku maupun penjelasan lain yang mendukung. b. Menghitung angka rasio masing-masing aspek CAMELS. c. Menghitung nilai kotor masing-masing rasio. d. Menghitung nilai bersih masing-masing rasio dengan jalan mengalikan nilai kotor masing-masing dengan standar bobot masing-masing rasio. e. Menjumlahkan nilai bersih rasio CAMELS. f. Membandingkan hasil penjumlahan keseluruhan rasio CAMELS, dengan standar Bank Indonesia. C. Kerangka Penelitian Bank sebagai lembaga yang menghimpun dan menyalurkan dana kembali kemasyarakat perlu dinilai kinerja keuangannya. Penilaian kinerja keuangan menggunakan metode CAMELS. Rasio yang digunakan dalam metode tersebut adalah CAR, BDR, NPM, ROA, BOPO, LDR, dan MR. Berdasarkan uraian tersebut dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut. 39 Annual Report Bank Syariah Indonesia Annual Report Bank Syariah Malaysia Metode CAMELS CAR BDR NPM ROA BOPO LDR MR Uji Beda Hasil 3.1 Gambar Gambar 3.1 Kerangka Penelitian Hasil penelitian dapat digunakan sebagai indikator dan prediktor kesiapan Bank Syariah di Indonesia dan Malaysia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Selain sebagai indikator dan prediktor, hasil penelitian ini juga bermanfaat untuk nasabah, masukan bagi bank syariah yang bersangkutan, dan pemerintah. Bagi nasabah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan untuk melihat kinerja keuangan, atas dana yang telah dititipkan di bank yang bersangkutan. Bagi bank syariah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai catatan atau koreksi untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya, sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan dan kekurangan. Bagi pemerintah hasil penelitian ini dapat digunakan untuk melihat kinerja bank syariah apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh 40 Bank Indonesia, dan membantu pemerintah dalam menentukan kebijakan moneter. D. Hipotesis Hipotesis adalah suatu peryataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk di uji dalam kenyataan empiris (Gulo, 2002:57) Menurut Siregar (2010:119) hipotesis adalah dugaan terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih (suatu pernyataan tentang suatu fenomena). Arti lain dari hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya Menurut Supardi hipotesis adalah suatu jawaban permasalahan sementara yang bersifat dugaan dari suatu penelitian. Dugaan ini harus dibuktikan melalui data empiris (fakta lapangan). Hipotesis dapat benar atau terbukti dan tidak terbukti setelah di dukung oleh fakta-fakta dari hasil penelitian lapangan (Supardi, 2005:69). Berdasarkan pengertian hipotesis tersebut, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator CAR pada kinerja keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia. H2 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator BDR pada kinerja keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia. H3 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator NPM pada kinerja keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia. 41 H4 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator ROA pada kinerja keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia. H5 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator BOPO pada kinerja keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia. H6 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator LDR pada kinerja keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia. H7 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator MR pada kinerja keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Data dan Sumber Data Data adalah informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan. Diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel atau populasi, jenis data dapat dibedakan menjadi dua jenis (Seratno,2008:67) yaitu: a. Data kualitatif, merupakan data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik atau data yang disajikan secara deskriptif atau yang berbentuk uraian. b. Data kuantitatif, merupakan data yang disajikan dalam bentuk skala numerik (angka-angka), namun dalam statistik semua data harus dalam bentuk angka, maka data kualitatif umumnya dikuantitatifkan agar dapat diproses. Penelitian dalam jenis ini data yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu laporan laba rugi dan data kuantitatif yaitu profil perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa annual report perbankan syariah Indonesia dan Malaysia. Annual report tersebut diperoleh dari bank-bank syariah yang dijadikan sampel, yaitu tiga bank syariah di Indonesia, dan tiga bank syariah di Malaysia. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau penelitian arsip yang memuat peristiwa masa lalu. Data sekunder ini dapat 42 43 diperoleh oleh peneliti dari jurnal, majalah, buku, data statistik maupun internet (Bawono, 2006:29). B. Populasi Sampel a. Populasi Supardi (2005:11) menjelaskan bahwa populasi adalah suatu kesatuan individu atau subjek pada wilayah dan waktu serta dengan kualitas tertentu yang akan diamati/teliti. Menurut Sumarni dan Wahyuni (2006:69) populasi merupakan keseluruhan obyek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah individu, baik yang terbatas (finiti) maupun tidak terbatas (infinite). Sedangkan menurut Arikunto populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2010:173). Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh bank syariah yang terdaftar di bank sentral negara Indonesia dan Malaysia, pada periode 2013-2014, yaitu: Indonesia (Bank Indonesia) terdiri dari 11 bank syariah , dan Malaysia (Bank Negara Malaysia) terdiri sebanyak 16 bank syariah. Penentuan negara yang menjadi sampel adalah Indonesia dan Malaysia, karena dua negara tersebut merupakan negara-negara ASEAN yang menjadi anggota serta memimpin inisiatif pembentukan ABIF. Sedangkan penentuan periode 2013-2014 dimaksudkan untuk melihat kesiapan Indonesia dan Malaysia dalam menghadapi MEA pada tahun 2015 serta kesiapan menghadapi ekonomi global. 44 Berdasarkan data dari Bank Indonesia (www.bi.go.id) ada 11 bank syariah yang ada di Indonesia, yaitu: 1) PT Bank Syariah Mandiri 2) PT Bank Syariah Muamalat Indonesia 3) PT Bank Syariah BNI 4) PT Bank Syariah BRI 5) PT Bank Syariah Mega Indonesia 6) PT Bank Jabar dan Banten 7) PT Bank Panin Syariah 8) PT Bank Syariah Bukopin 9) PT Bank Victoria Syariah 10) PT BCA Syariah 11) PT Maybank Indonesia Syariah Sedangkan berdasarkan data dari Bank Negara Malaysia (www.bnm.gov.my) terdapat 16 bank syariah, yaitu: 1) Affin Islamic Bank Berhad 2) Al Rajhi Banking & Investment Corporation (Malaysia) Berhad 3) Alliance Islamic Bank Berhad 4) AmIslamic Bank Berhad 5) Asian Finance Bank Berhad 6) Bank Islamic Malaysia Berhad 7) Bank Muamalat Malaysia Berhad 8) CIMB Islamic Bank Berhad 45 9) HSBC Amanah Malaysia Berhad 10) Hong Leong Islamic Bank Berhad 11) Kuwait Finance House (Malaysia) Berhad 12) Maybank Islamic Berhad 13) OCBC Al-Amin Bank Berhad 14) Public Islamic Bank Berhad 15) RHB Islamic Bank Berhad 16) Standard Charterede Saadiq Berhad b. Sampel Sampel adalah objek atau subjek yang dipilih guna mewakili keseluruhan dari populasi (Bawono, 2006:28). Sedangkan menurut Sumarni dan Wahyuni (2006:70) sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik mengambil sampel dengan menyesuaikan diri berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu (disengaja). Penentuan sampel dari populasi didasarkan pada beberapa kriteria, sebagai berikut: a. Bank syariah yang beroperasi di negara Indonesia dan Malaysia. b. Perbankan syariah yang go public. c. Bank-bank tersebut telah menerbitkan atau mempublikasikan laporan keuangan tahunan (annual report) pada periode 2013-2014. d. Bank syariah yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. 46 Jumlah sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini adalah 3 bank syariah di Indonesia dan Malaysia. Bank-bank syariah yang menjadi sampel dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 4.1 Data Bank Syariah Sampel No Negara Nama Bank Syariah Kode 1 Indonesia Bank Syariah Mandiri BSM 2 Indonesia Bank Mega Syariah BMS 3 Indonesia Bank Negara Indonesia Syariah BNIS 4 Malaysia Affin Islamic Bank AIB 5 Malaysia Bank Islamic Malaysia BIM 6 Malaysia Public Islamic Bank PIB Sumber: Data diolah C. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan metode dokumentasi. Metode ini mencari dan mendapatkan datadata primer dengan melalui data-data dari prasasti-prasasti, naskah-naskah kearsipan, data gambar dan lain sebagainya (Supardi, 2005:138). Dalam penelitian ini data-data diperoleh dari web resmi bank yang ada di Indonesia dan Malaysia. Data yang di ambil berupa laporan keuangan tahunan atau annual report, sesuai dengan tahun yang sudah ditentukan. Pada bank syariah di Indonesia, annual report diperoleh dari: 1. www.syariahmandiri.co.id 2. www.megasyariah.co.id 3. www.bnisyariah.co.id 47 Sedangkan pada bank syariah di Malaysia annual report diperoleh dari : 1. www.affinislamic.com.my 2. www.bankislam.com.my 3. www.publicislamicbank.com.my Dari annual report tersebut kemudian diolah untuk membuktikan hipotesis yang ada. D. Definisi Konsep dan Operasional Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi penting yang digunakan manajemen dalam pengambilan keputusan, terutama keputusan keuangan (Najmudin, 2011:63). Laporan keuangan dibuat oleh pihak manajemen untuk memberikan gambaran secara periodik. Karena itu laporan keuangan bersifat historis dan menyeluruh. Analisis adalah penguraian sejumlah unsur pokok dan penelaahan setiap unsur dan hubungan antar unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti secara keseluruhan (Najmudin, 2011:64). Analisis laporan keuangan berarti suatu proses penguraian data (informasi) yang terdapat dalam laporan keuangan menjadi komponenkomponen tersendiri, menelaah setiap komponen, dan mempelajari hubungan antar komponen tersebut dengan menggunakan teknik analisis tertentu agar diperoleh pemahaman yang tepat dan gambaran yang komprehensif tentang informasi tersebut (Najmudi, 2011:64). 48 Analisis laporan keuangan dalam perbankan dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis kinerja perbankan. Alat analisis kinerja perbankan dapat dihitung dengan menggunakan metode CAMELS. Di mana analisis ini terdiri dari aspek Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity dan Sensitivities. Berikut ini adalah aspek yang dinilai dalam analisis CAMELS, yaitu: 1. Capital Dalam aspek ini yang dinilai adalah kecukupan modal, dan rasio yang digunakan adalah CAR (Capital Adequacy Ratio). 𝑪𝑨𝑹 = 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑩𝒂𝒏𝒌 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑻𝒆𝒓𝒕𝒊𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈 𝑴𝒆𝒏𝒖𝒓𝒖𝒕 𝑹𝒊𝒔𝒊𝒌𝒐 2. Asset Dalam aspek ini yang dinilai adalah kualitas aktiva produktif, di mana rasio yang digunakan adalah BDR (Bad Debt Ratio). 𝑩𝑫𝑹 = 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑫𝒊𝒌𝒍𝒂𝒔𝒊𝒇𝒊𝒌𝒂𝒔𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇 3. Management Aspek manajemen yang dinilai adalah kualitas manajemen dalam bank itu sendiri. Dan rasio yang digunakan untuk mengukur kualitas manajemen adalah NPM (Net Profit Margin). 𝑵𝑷𝑴 = 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍 4. Earning Aspek ini menilai kemampuan bank dalam menghasilkan laba atau keuntungan. Aspek ini dinilai dengan menggunakan rasio ROA dan BOPO. 49 𝑹𝑶𝑨 = 𝑩𝑶𝑷𝑶 = 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍 5. Liquidity Aspek likuiditas menilai kemampuan bank dalam menjaga likuiditasnya. Rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas adalah LDR (Loan to Deposit Ratio). 𝑳𝑫𝑹 = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑫𝒊𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑫𝒂𝒏𝒂 𝑷𝒊𝒉𝒂𝒌 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒈𝒂 + 𝑲𝑳𝑩𝑰 + 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑰𝒏𝒕𝒊 6. Sensitivities Aspek sensitivitas, berkaitan erat dengan pertimbangan risiko. Aspek ini dinilai dengan menggunakan MR. 𝑴𝑹 = 𝑬𝒌𝒔𝒆𝒔 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑷𝒐𝒕𝒆𝒏𝒕𝒊𝒂𝒍 𝑳𝒐𝒔𝒔 E. Uji Instrumen Penelitian Setelah semua data terkumpul selanjutnya diolah dan di analisis sesuai dengan kebutuhan penelitian. Annual report dari setiap masing-masing bank akan dilakukan penghitungan rasio-rasio keuangan sesuai ukuran kinerja bank dengan indikator yang ditetapkan dalam pengukuran variabel. Selanjutnya hasil perhitungan akan dianalisis untuk membuktikan hipotesis. a. Uji Deskriptif Deskripsi ini akan menjelaskan masing-masing rasio keuangan sebagai indikator kinerja keuangan perbankan syariah di dua negara. 50 Perbandingan kinerja keuangan di dua negara akan terlihat pada nilai ratarata (mean) masing-masing rasio. b. Uji Normalitas Menurut Ghozali (2011:16) ada dua cara untuk mendeteksi apakah data terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik: a. Dalam analisis grafik, untuk melihat normalitas adalah melihat grafik histogram yang membandingkan antara dua observasi dengan distribusi normal dan dapat dilakukan dengan melihat normal probability plot yaitu apabila terdistribusi normal akan membentuk satu garis diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. b. Dalam analisis statistik, uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness. Dimana jika Z hitung > Z tabel, maka data terdistribusi tidak normal. Uji statistik yang lain untuk uji normalitas adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (KS) dengan melihat nilai Kolmogorov-Smirnov, jika nilai signifikansinya > 0.05 maka data terdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai signifikansinya < 0.05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal. 51 c. Uji Hipotesis Alat analisis yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis ditentukan setelah dilakukan uji normalitas distribusi data untuk masingmasing variabel. Pengujian normalitas distribusi data dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov One Sample Test dengan signifikansi = 5% (Imam Ghozali) sebagai berikut: 1. Jika distribusi tidak normal, maka akan digunakan uji non-parametrik Kruskal Wallis One-Way Analysis of Variance dengan tingkat signifikansi = 5%. 2. Untuk uji signifikansinya, digunakan uji non-parametrik Man –Whitney U, dengan tingkat signifikansi = 5%, jika signifikansi < 5% terdapat perbedaan yang signifikan. F. Teknik Analisis Data Berdasarkan annual report yang sudah dikumpulkan dari masingmasing situs resmi perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia yang dijadikan sampel, selanjutnya data yang terkumpul akan diolah dan dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Analisis pertama annual report dari masing-masing bank syariah akan dilakukan perhitungan menggunakan CAMELS. Penghitungan rasio-rasio keuangan sebagai ukuran kinerja bank dengan menggunakan indikatorindikator yang ditetapkan dalam pengukuran variabel. Analisis kedua, teknik pengolahan data dilakukan dengan program SPSS 20. Pengujian hipotesis 52 dilakukan setelah uji asumsi klasik (uji normalitas), agar hasil pengujian dapat diintrepretasikan dengan tepat. G. Alat Analisis Alat analisis yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian ini adalah menggunakan sistem aplikasi SPSS 20. Analisis ini digunakan untuk mengetahui perbedaan kinerja perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi MEA pada tahun 2015. BAB IV ANALISIS PENELITIAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Gambaran Objek Umum Objek dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang terdapat di dalam annual report (laporan tahunan) pada bank yang ada di ASEAN yang diwakili oleh 2 negara, yaitu Indonesia dan Malaysia sebagai pemrakarsa pembentukan ASEAN Banking Integration Framework (ABIF). Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah selama dua tahun yaitu periode 2013-2014. Data laporan tahunan diperoleh dari masing-masing bank yang menjadi sampel, yaitu perbankan syariah yang ada di negara Indonesia dan Malaysia. Gambaran atau profil tentang bank tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Perbankan Indonesia Struktur pengawasan terhadap bank-bank di Indonesia dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) yang merupakan bank sentral di Indonesia. Dalam kapasitanya sebagai bank sentral, BI mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang tercermin pada perkembangan laju inflasi. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain yang 53 54 tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain, (www.bi.go.id). Jumlah bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia adalah 11 bank syariah, yaitu: 1) PT Bank Syariah Mandiri 2) PT Bank Syariah Muamalat Indonesia 3) PT Bank Syariah BNI 4) PT Bank Syariah BRI 5) PT Bank Syariah Mega Indonesia 6) PT Bank Jabar dan Banten 7) PT Bank Panin Syariah 8) PT Bank Syariah Bukopin 9) PT Bank Victoria Syariah 10) PT BCA Syariah 11) PT Maybank Indonesia Syariah b. Perbankan Malaysia Bank Negara Malaysia (Bank Sentral Malaysia), adalah badan hukum yang mulai beroperasi pada tanggal 26 Januari 1959. Bank Negara Malaysia diatur oleh Bank Sentral Malaysia Act 2009. Peran Bank Negara Malaysia untuk mempromosikan stabilitas moneter dan keuangan. Ini ditujukan untuk memberikan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan berkelanjutan ekonomi Malaysia. 55 Kebijakan moneter Bank Negara Malaysia adalah untuk menjaga stabilitas harga, namun tetap mendukung pertumbuhan ekonomi. Bank Negara Malaysia juga bertanggung jawab untuk stabilitas sistem keuangan, (www.bnm.gov.my). Berdasarkan data dari Bank Negara Malaysia www.bnm.gov.my) terdapat 16 bank syariah, yaitu: 17) Affin Islamic Bank Berhad 18) Al Rajhi Banking & Investment Corporation (Malaysia) Berhad 19) Alliance Islamic Bank Berhad 20) AmIslamic Bank Berhad 21) Asian Finance Bank Berhad 22) Bank Islamic Malaysia Berhad 23) Bank Muamalat Malaysia Berhad 24) CIMB Islamic Bank Berhad 25) HSBC Amanah Malaysia Berhad 26) Hong Leong Islamic Bank Berhad 27) Kuwait Finance House (Malaysia) Berhad 28) Maybank Islamic Berhad 29) OCBC Al-Amin Bank Berhad 30) Public Islamic Bank Berhad 31) RHB Islamic Bank Berhad 32) Standard Charterede Saadiq Berhad ( 56 2. Gambaran Singkat Lembaga Keuangan Bank Syariah a. Bank Syariah Mandiri (BSM) Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah paska krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut 57 juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi Perbankan Syariah. serta membentuk Pembentukan tim Tim ini Pengembangan bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah 58 Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik. Visi : Memimpin pengembangan peradaban ekonomi yang mulia. Misi : ● Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri yang berkesinambungan. ● Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM. ● Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat. ● Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. ● Mengembangkan nilai-nilai syariah universal. 59 b. Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah) Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu. Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah. Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana 60 pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat. Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan 20 Payment Point. Visi : Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan kinerja. Misi : ● Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada kelestarian lingkungan. ● Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan syariah. ● Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor. ● Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah. ● Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah. 61 c. Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum yang didirikan pada 14 Juli 1990 tersebut diakuisisi CT Corpora (d/h Para Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan PT Para Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham memang ingin mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank umum syariah. Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004. Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai upaya pertama pengonversian bank umum konvensional menjadi bank umum syariah. Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga tahun kemudian, pada 7 November 2007, pemegang saham memutuskan perubahan bentuk logo BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional yang menjadi sister company-nya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi berbeda warna. Sejak 2 November 2010 sampai dengan sekarang, bank ini berganti nama menjadi PT Bank Mega Syariah. Untuk mewujudkan visi “Bank Syariah Kebanggaan Bangsa”, CT Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki komitmen dan tanggung jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega Syariah sebagai bank umum syariah terbaik di industri perbankan syariah nasional. Komitmen tersebut dibuktikan dengan terus memperkuat 62 modal bank. Dengan demikian, Bank Mega Syariah akan mampu memberikan pelayanan terbaik dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan kompetitif di industri perbankan nasional. Misalnya, pada 2010, sejalan dengan perkembangan bisnis, melalui rapat umum pemegang saham (RUPS), pemegang saham meningkatkan modal dasar dari Rp 400 miliar menjadi Rp 1,2 triliun dan modal disetor bertambah dari Rp 150,060 miliar menjadi Rp 318,864 miliar. Saat ini, modal disetor telah mencapai Rp769,814 miliar. Di sisi lain, pemegang saham bersama seluruh jajaran manajemen Bank Mega Syariah senantiasa bekerja keras, memegang teguh prinsip kehati-hatian, serta menjunjung tinggi asas keterbukaan dan profesionalisme dalam melakukan kegiatan usahanya. Beragam produk juga terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta didukung infrastrukur layanan perbankan yang semakin lengkap dan luas, termasuk dukungan 393 jaringan di seluruh Indonesia. Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sekaligus mengukuhkan semboyan “Untuk Kita Semua”, pada 2008, Bank Mega Syariah mulai memasuki pasar perbankan mikro dan gadai. Strategi tersebut ditempuh karena ingin berperan lebih besar dalam peningkatan perekonomian umat yang mayoritas memang berbisnis di sektor usaha mikro dan kecil. Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank devisa. Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi 63 devisa dan terlibat dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu juga telah memperluas jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya menjangkau ranah domestik, tetapi juga ranah internasional. Strategi peluasan pasar dan status bank devisa itu akhirnya semakin memantapkan posisi Bank Mega Syariah sebagai salah satu bank umum syariah terbaik di Indonesia. Selain itu, pada 8 April 2009, Bank Mega Syariah memperoleh izin dari Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) sebagai bank penerima setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH). Dengan demikian, bank ini menjadi bank umum kedelapan sebagai BPS BPIH yang tersambung secara online dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Depag RI. Izin itu tentu menjadi landasan baru bagi Bank Mega Syariah untuk semakin melengkapi kebutuhan perbankan syariah umat Indonesia. d. Bank Islamic Malaysia Berhad Bank Islam yang didirikan pada tahun 1983 adalah lembaga keuangan berbasis syariah di Malaysia. Sejak awal kemunculan Bank Islam Malaysia dianggap sebagai simbol perbankan Islam di Malaysia dengan visi "Pemimpin Global Islamic Banking" menggambarkan status bank sebagai pembawa bendera industri jasa keuangan negara ("industri"). Perkembangan Bank Islam dibuktikan dengan kinerja keuangan dan perkembangan asetnya. Sepanjang tahun Bank Islam telah memulai 64 sejumlah program ekspansi dengan keterlibatannya dalam transaksi penting Sukuk dan Corporate Mandat. Bank Islam terus memberikan produk dan layanan yang inovatif, hal tersebut dibuktikan dengan semakin banyaknya pelanggan yang memilih perbankan syariah di banding perbankan konvensional. Solusi perbankan yang benar-benar inovatif dan berkualitas telah diakui oleh industri global membuat Bank Islam menjadi salah satu bank terkemuka di Malaysia. Bank Islam terus memperluas jaringan hingga 142 cabang dan lebih dari 1200 terminal swalayan nasional. Bank Islam memperkenalkan lebih dari 70 produk yang inovatif dan canggih, sebanding dengan yang ditawarkan oleh bank konvensional. Pada awal tahun berdirinya, Bank Islam memperkenalkan pembiayaan tradisional, yaitu tabungan dan jenis investasi produk khusus untuk pelanggan individu. Saat ini Bank Islam mengembangkan dan memperluas layanan serta solusi bisnis untuk memenuhi kebutuhan keuangan pelanggan dari semua kalangan termasuk yang terkait dengan pembiayaan mikro, manajemen kekayaan, pasar modal, treasury dan produk terstruktur. Bank Islam telah menjadi pelopor dalam industri perbankan yang peran utamanya adalah mempromosikan keuangan Islam ke pasar lain. Hal ini telah membantu Bank Islam untuk menjadi brand yang diakui secara universal. Karena jumlah jasa keuangan lokal dan global 65 terus meningkat, Bank Islam sangat menyadari peran perintis itu harus terus bermain. Bank Islam sebagai perintis perbankan syariah telah dianugerahi Readers Digest Platinum Award untuk menjadi merek paling terpercaya selama lima tahun berturut-turut. Penghargaan bank tersebut berjudul "Islamic Bank of the Year (Malaysia) 2013" oleh The Banker. Bank Islam diharapkan menjadi "Pemimpin Global Islamic Banking" dan terus tetap berpedoman pada karya perintis yang sangat baik dari pendahulunya, ambisi Malaysia untuk menjadi pusat keuangan syariah internasional. e. Public Islamic Bank Berhad Public Islamic Bank adalah anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Bank Umum, yang mulai beroperasi pada 1 November 2008. Public Islamic Bank telah ada sejak tahun 1993, menawarkan produk dan jasa perbankan syariah kepada masyarakat melalui Bank Umum. Public Islamic Bank berkontribusi pada bidang perbankan syariah secara keseluruhan, dengan fokus pada konsumen dan pembiayaan ritel, usaha kecil dan menengah serta pembiayaan dan simpanan bisnis. Sebagai salah satu pemain utama dalam industri perbankan syariah di Malaysia, Public Islamic Bank telah berdiri kuat dan stabil 66 dengan pertumbuhan modal dari RM 30 juta pada tahun 1993, menjadi RM 2.6 miliar pada tanggal 31 Desember 2013. Public Islamic Bank memiliki keuntungan tambahan dalam menjangkau dan memenuhi kebutuhan pelanggan dengan memanfaatkan branding yang solid Bank Umum dan jaringan yang besar dari 259 cabang Bank Umum di seluruh bangsa, selain cabang Islam penuhnya di Kg Baru , Kuala Lumpur dan Putrajaya. Track record mengesankan didukung dan dipimpin oleh Dewan Direksi dan Komite Syariah yang selalu memastikan bahwa Public Islamic Bank berada di jalur yang benar, tidak hanya terhadap profitabilitas dan stabilitas, tetapi juga sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah. f. Affin Islamic Bank Berhad Sebagai pelopor bank syariah untuk nasabah Islam tradisional dan produk bisnis keuangan, Affin Islamic Bank selalu menawarkan beragam produk untuk konsumen serta pelayanan untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda dari tiap nasabah. Sementara itu dunia bisnis perbankan syariah Affin Islamic Bank menawarkan bantuan dan layanan untuk pembiayaan jangka pendek dan jangka panjang termasuk pembiayaan gabungan, pembiayaan proyek, pembiayaan perdagangan dan produk pembendaharaan semua bisnis perusahaan berkisar dari bisnis kecil sampai perusahaan besar. Nasabah Affin Islamic Bank 67 termasuk pegawai pemerintah, perusahaan, institusi keuangan dan insvestor lokal serta insvestor asing. Kedepannya, Affin Islamic Bank akan meluncurkan produk baru dan begerak ke wilayah bank syariah yang jelas dengan inovasi produk kekayaan dan aset manajemen untuk membuat aset portofolio Islam lebih beragam. B. Hasil Penelitian 1. Uji Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan minimum. Selengkapnya mengenai hasil statistik deskriptif penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.1 Nilai Mean Rasio Indonesia Malaysia CAR 15.9600 13.7617 BDR 2.3017 .0250 NPM 7.6517 39.6067 ROA 1.1600 1.0767 BOPO 81.8150 47.7550 LDR 89.9067 110.6783 MR .5217 Sumber: Data Sekunder yang diolah (lampiran) .8167 Dari analisis deskriptif rasio keuangan tersebut secara umum dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kinerja perbankan syariah Indonesia dibandingkan dengan Malaysia yang diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), Bad Debt Ratio (BDR), Net Profit Margin (NPM), Return on 68 Asset (ROA), BOPO, Loan Deposite Ratio (LDR), dan Market Risk (MR) adalah berbeda. Rata-rata masing-masing rasio kinerja keuangan yang baik adalah CAR (15.9600) pada perbankan syariah Indonesia, BDR (0.0250) pada perbankan syariah Malaysia, NPM (39.6067) pada perbankan syariah Malaysia, ROA (1.1600) pada perbankan syariah Indonesia, BOPO (47.7550) pada perbankan syariah Indonesia, LDR (110.6783) pada perbankan syariah Malaysia, dan MR (0.5217) pada perbankan syariah Indonesia. Dari hasil analisis deskriptif ini terlihat bahwa rasio CAR, ROA, BOPO, dan MR perbankan syariah Indonesia lebih baik dibanding perbankan syariah Malaysia. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia (BI) tentang kesehatan bank 2. Normalitas Dalam pengujian normalitas ini menggunakan One Sample Kolmogorov-Sminov Test. Dengan pengujian Kolmogorov-Sminov ini akan dapat diketahui apakah nilai sampel yang digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis mempunyai distribusi normal atau tidak. Kriteria pengujian yang digunkan dalam pengujian ini adalah pengujian dua arah (two-tailed test) dengan cara membandingkan nilai p yang diperoleh dengan tingkat signifikansi sebesar 5% atau α = 0.05. dengan ketentuan tingkat signifikansi tersebut data akan dinyatakan terdistribusi normal jika mempunyai nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 69 > 0.05. Namun, apabila dari hasil perhitungan data tersebut mempunyai nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar < 0.05 maka data dinyatakan tidak terdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Variabel Signifikansi Keterangan CAR 0.349 Normal BDR 0.303 Normal NPM 0.433 Normal ROA 0.475 Normal BOPO 0.326 Normal LDR 0.257 Normal MR 0.460 Normal Sumber: Data Sekunder yang diolah (lampiran) 3. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis terhadap kinerja keuangan antara perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia dilakukan dengan uji non-parametrik Man-Whitney U dengan tingkat signifikansi α = 5%. Jika P_value < 5%, terdapat perbedaan yang signifikan, di mana data sudah terdistribusi normal. 70 Tabel 5.3 Perbandingan Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Rasio Asymp. Sig. (2-tailed) Keterangan CAR 0.078 Tidak terdapat perbedaan BDR 0.003 Terdapat perbedaan NPM 0.004 Terdapat perbedaan ROA 0.747 Tidak terdapat perbedaan BOPO 0.004 Terdapat perbedaan LDR 1.000 Tidak terdapat perbedaan MR 0.150 Tidak terdapat perbedaan Sumber: Data Sekuder yang diolah (lampiran) Penjelasan tabel di atas dapat diuraikan sebagai berikut: a. Perbandingan Kinerja CAR Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Dari hasil pengujian rasio CAR antara perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia menunjukkan signifikan 0.078 > 0.05, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara CAR perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 1 (H1), menunjukkan bahwa H1 ditolak. Nilai rata-rata CAR perbankan syariah Indonesia sebesar 15.9600, sedangkan nilai rata-rata CAR perbankan syariah Malaysia sebesar 13.7617. Hal tersebut membuktikan bahwa CAR perbankan syariah Indonesia lebih baik dibandingkan dengan perbankan syariah Malaysia. Maka dapat dikatakan bahwa perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia memiliki kemampuan dalam memperluas jaringan usahanya. 71 Hasil ini juga didukung penelitian oleh penelitian Susanto Wibowo (2014) pada perbankan syariah di ASEAN yang mengemukakan semakin tinggi CAR, maka semakin kuat modal bank yang bersangkutan. Kuat tidaknya posisi modal suatu bank menentukan kemampuan bank yang bersangkutan dalam berekspansi dan memperluas jaringan usahanya. b. Perbandingan Kinerja BDR Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Pada rasio BDR antara perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia memiliki nilai signifikan 0.003 < 0.05, hasil tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kinerja BDR perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia. Hasil pengujian Hipotesis 2 (H2) menunjukkan bahwa H2 diterima, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator BDR pada kinerja keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia. Rata-rata rasio BDR perbankan syariah Indonesia sebesar 2.3017, berbeda dengan Malaysia yang menunjukkan nilai sebesar 0.0250. Ini membuktikan bahwa kredit macet atau kredit bermasalah di perbankan syariah Malaysia lebih kecil dibandingkan dengan perbankan syariah Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa nasabah perbankan syariah Malaysia memiliki kesadaran yang tinggi memenuhi kewajiban melunasi hutang-hutang atau pembiayaannya ke bank. 72 Nilai BDR pada perbankan syariah Indonesia pada periode 20132014 berkisar antara 1.14% - 3.84%, sedangkan perbankan syariah Malaysia nilai BDR berkisar antara 0.01% - 0.07%. Negara Indonesia memiliki tingkat kredit atau pembiayaan bermasalah yang cukup tinggi, namun masih dalam kategori wajar. Hal tersebut tetap memerlukan adanya perhatian dari perbankan syariah yang bersangkutan, agar BDR pada bank yang bersangkutan tidak semakin besar. Hal ini didukung oleh ketentuan Bank Indonesia bahwa batas maksimal BDR adalah 10.35%. c. Perbandingan Kinerja NPM Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Nilai signifikansi rasio NPM sebesar 0.004 > 0.05, dari hasil nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja NPM perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia. Hasil pengujian Hipotesis 3 (H3) menunjukkan bahwa H3 diterima, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator NPM pada kinerja keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia. Rata-rata rasio NPM perbankan syariah Indonesia sebesar 7.6517, sedangkan rata-rata rasio NPM Malaysia sebesar 39.6067. Ini membuktikan bahwa semakin efisiensi perbankan dalam mengeluarkan biaya-biaya kegiatan operasinya akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan operasional, dan akan memperbesar nilai NPM. 73 Dari rata-rata rasio NPM perbankan syariah Indonesia memiliki tingkat pendapatan operasional yang tinggi, namun laba bersih setelah pajak masih cukup rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh masih tingginya beban operasional di bank-bank tersebut. Semakin tinggi nilai NPM suatu bank, maka semakin besar pula pendapatan yang diterima bank tersebut (Vivi Putri Maharani & Chairil Afandy (2013)). d. Perbandingan Kinerja ROA Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Pada rasio ROA memiliki nilai 0.747 > 0.05, berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 4 (H4), menunjukkan bahwa H4 ditolak. Nilai rata-rata ROA perbankan syariah di Indonesia sebesar 1.1600, berbeda dengan perbankan Malaysia yang nilainya sebesar 1.0767. Dari rata-rata tersebut terlihat bahwa terdapat perbedaan yang sangat tipis. Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia sama-sama memiliki tingkat kemampuan yang seimbang dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan laba. Nilai ROA dihitung berdasarkan laba sebelum pajak yang dibandingkan dengan total aktiva. Laba sebelum pajak dapat dilihat pada perhitungan laba rugi, sedangkan total aktiva dapat dilihat pada neraca. Aktiva yang dikelola berupa piutang dan pembiayaan. Semakin 74 tinggi nilai ROA dalam suatu perbankan menunjukkan semakin baik perbankan tersebut dalam mengelola aktiva. Hal ini didukung oleh penelitian Susanto Wibowo (2014) pada perbankan syariah di ASEAN yang mengemukakan, ROA menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola aktiva yang dikuasi untuk menghasilkan laba, semakin tinggi rasio menunjukan hasil yang semakin baik. e. Perbandingan Kinerja BOPO Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Kinerja BOPO antara perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia terdapat perbedaan yang signifikan, perbedaan tersebut ditunjukkan dari hasil uji hipotesis dengan nilai sebesar 0.004 < 0.05. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis 5 (H5), menunjukkan bahwa H5 diterima, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator BOPO pada kinerja keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia. Rata-rata nilai perbankan syariah di Indonesia sebesar 81.8150, lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata nilai perbankan syariah Malaysia sebesar 47.7550. Hal ini berarti semakin kecil nilai BOPO dalam suatu perbankan, sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan operasional dan beban operasional yang dikeluarkan. Dalam penelitian Vivi Putri Maharani & Chairil Afandy (2013) mengemukakan bahwa semakin rendah nilai 75 BOPO, semakin baik kemampuan bank dalam mengelola biaya operasional untuk menghasilkan pendapatan. f. Perbandingan Kinerja LDR Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Hasil pengujian hipotesis terhadap perbedaan kinerja LDR antara perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia memperlihatkan nilai 1.000 > 0.05, yang berarti tidak terdapat perbedaan antara kinerja LDR dari kedua perbankan syariah di negara tersebut. Berdasarkan hasil pengujian pada Hipotesis 6 (H6) menunjukkan bahwa H6 ditolak. Nilai rata-rata LDR perbankan syariah Indonesia sebesar 89.9067, berbeda dengan rata-rata nilai yang dihasilkan perbankan Malaysia yaitu sebesar 110.6783. Hal ini berarti tingkat kemampuan perbankan syariah di Indonesia dalam membayar kewajiban kepada nasabah lebih baik dibandingkan perbankan syariah Malaysia. Tingkat kemampuan perbankan syariah Indonesia sangat dipengaruhi oleh tingkat pengembalian kredit dari debitur. Kesadaran para debitur yang cukup tinggi untuk mengembalikan kredit atau pembiayaan maka semakin besar pula tingkat kemampuan perbankan dalam mengembalikan kewajibannya ke nasabah. Pernyataan di atas didukung dengan penelitian Susanto Wibowo (2014) pada perbankan syariah di ASEAN yang mengemukakan semakin tinggi nilai LDR maka semakin tinggi pula kemampuan likuidasi suatu bank. 76 g. Perbandingan Kinerja MR Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Dari hasil pengujian rasio MR antara perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia menunjukkan signifikan 0.150 > 0.05, berdasarkan nilai signifikansi tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia. Berdasarkan hasil pengujian pada Hipotesis 7 (H7) menunjukkan bahwa H7 ditolak. Nilai rata-rata perbankan syariah Indonesia sebesar 0.5217, sedangkan nilai rata-rata perbankan syariah Malaysia sebesar 0.8167. Dari nilai rata-rata tersebut dapat dilihat bahwa selisih rata-rata MR cukup kecil. Hal ini berarti tingkat kesiapan perbankan syariah Indonesia dan Malaysia dalam menghadapi resiko-resiko yang terjadi, seperti resiko lingkungan, resiko manajemen, resiko penyerahan dan resiko keuangan sangat baik. Hal ini dapat terus perlu ditingkatkan untuk kesiapan dalam menghadapi ekonomi global dan kesiapan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dalam penelitian Adi Isnanto dan Suprantiningrum (2013) mengemukakan bahwa semakin tinggi nilai MR kerugian yang ditanggung lebih ringan. 77 Dari interpretasi atas pembahasan di atas terlihat bahwa sebagian besar indikator kinerja keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia tidak terdapat perbedaan yang signifikan, terutama pada rasio CAR, ROA LDR,dan MR. Sedangkan untuk rasio BDR, NPM, dan BOPO terdapat perbedaan yang signifikan antara perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia. Berdasarkan nilai rata-rata rasio CAR, BDR, NPM, ROA, BOPO, LDR dan MR dapat dilihat di mana sebagian indikator kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia menunjukkan hasil lebih baik dibandingkan dengan rata-rata perbankan syariah Malaysia. Namun, di sisi lain beberapa indikator perbankan syariah Malaysia lebih unggul dibandingkan dengan perbankan syariah Indonesia. Hal tersebut perlu dilakukan pembenahan kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia baik oleh industri itu sendiri maupun otoritas moneter dengan sistem pengawasan dan regulasi untuk meningkatkan kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia. Pembenahan yang mungkin dilakukan pada kualitas Aset (BDR), Kualitas rentabilitas (BOPO), dan likuiditas (LDR). Berkaitan membentuk dengan inisiatif negara-negara ASEAN untuk panduan integrasi berupa ASEAN Banking Integration Framework (ABIF), dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Maka perbankan syariah di ASEAN, terutama perbankan syariah Indonesia perlu menyiapkan diri agar dapat bersaing dengan perbankan syariah Malaysia maupun tingkat ASEAN bahkan perbankan 78 syariah tingkat internasional. Kesiapan diri tersebut tidak hanya pada tingkat perbankan syariah saja, namun juga pada lembaga keuangan lainnya dan tentunya masyarakat di ASEAN. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah disusun maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Nilai rata-rata rasio CAR, BDR, NPM, ROA, BOPO, LDR dan MR sebagian indikator kinerja keuangan menunjukkan kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia lebih baik dibandingkan dengan perbankan syariah Malaysia, kecuali rasio BDR, BOPO dan LDRp ada periode 2013-2014. 2. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa sebagian besar indikator kinerja keuangan perbankan syariah antara Indonesia dengan Malaysia tidak terdapat perbedaan yang signifikan, terutama pada rasio CAR, ROA ,LDR, dan MR. Sedangkan untuk rasio BDR, NPM, dan BOPO terdapat perbedaan yang signifikan antara perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia. 3. Berdasarkan hasil kinerja dan hasil perbandingan perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia menunjukkan bahwa Indonesia masih berpeluang besar untuk bisa berkembang dalam menghadapi tantangan khususnya bagi pihak perbankan syariah. 79 80 B. Keterbatasan Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu: 1. Jumlah sampel yang relatif sedikit, karena hanya terbatas pada perbankan syariah yang mempublikasikan laporan tahunan atau annual report. 2. Periode pengamatan dalam penelitian ini sangat pendek yaitu selama tahun 2013-2014 saja. 3. Indikator atau rasio yang digunakan hanya sedikit, sehingga mungkin saja rasio lain yang belum digunakan dapat mempengaruhi hasil penelitian ini. C. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian terhadap rasio-rasio yang telah diteliti, maka implikasi bagi masyarakat terhadap penelitian ini adalah: 1. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. Dengan mempertimbangkan beberapa indicator penting dalam penelitian ini. Selain itu, diharapkan peneliti selanjutnya dapat menambahkan rasio lain yang berbeda yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan. 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang informasi kinerja perbankan. Sehingga masyarakat dapat lebih terbantu dalam memilih bank sebagai tempat menyimpan dan bertransaksi. 81 3. Bagi Perbankan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak perbankan, khususnya pihak manajemen bank dalam meningkatkan performa kinerja perbankan. D. Saran Berdasarkan kesimpulan, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Perbankan syariah yang dijadikan sebagai sampel hanya terbatas pada Bank Umum Syariah, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melibatkan sampel penelitian yang berbeda, serta melakukan penelitian dengan kurun waktu yang lebih lama sehingga diharapkan hasil yang diperoleh lebih signifikan. 2. Mengklasifikasikan perbankan berdasarkan umur perbankan, karena ada kemungkinan perbankan yang memiliki umur lebih lama lebih stabil dalam kinerja keuangannya. DAFTAR PUSTAKA Buku : Bawono, Anton. 2006. Multivariate Analysis dengan SPSS. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19 (edisi kelima). Semarang; Unversitas Diponegoro. Harahap, Sofyan Syafari. 2007. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Hermansyah. 2008. Hukum Perbankan Nasional Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: Kencana. Jumingan. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara. Jurnal Ilmiah, Perkembangan dan Prospek Perbanakn Syariah Indonesia; Tanatangan dalam Menyongsong MEA 2015 (Dr. Halim Alamsyah Deputi Gubernur Bank Indonesia, Milad ke-8 Ikatan Ahli Ekonomi Uslam (IAEI), Indonesia. Kasmir, SE., MM. 2008. Pemasaran Bank (Edisi Revisi). Jakarta: Kencana. . 2014. Manajemen Perbankan (Edisi Revisi). Jakarta: Rajawali Pers. Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. Malayu, Hasibuan. 2007. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara. Murti Sumarni dan Salamah Wahyuni. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis, ANDI, Yogyakarta. Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualiasasi Syar’iyyah Modern. Yogyakarta: Andi. Shortcourse Series Mudah Belajar Statistik dengan SPSS 18. Yogyakarta: ANDI. Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian: Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Rajawali Press. Sulistiyowati, Leni. 2010. Panduan Praktis Memahami laporan Keuangan. Jakarta: Gramedia. Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis. Yogyakarta: UII Press. Winarno, Sigit dan Sujana Ismaya. 2003. Kamus Besar Ekonomi. Bandung: Pustaka Grafika. W. Gulo. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo. Penelitian: Adi Isnanto dan Suprantiningrum. (2013). Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia dengan Menggunakan Metode CAMELS. Jurnal diterbitkan (http://digilib.ekonomiuntagsmg.ac.id/files/disk1/1/111--adyisnanto-151-revisic-m.pdf). Diakses 29 Mei 2015). Jacob, Jeremiah K.D. (2013). Analisis Laporan Keungan dengan Menggunakan Metode CAMEL untuk Menilai Tingkat Kesehatan Perbankan. Jurnal EMBA, Vol. 1 No. 3 September 2013, Hal. 691-700. Jahja, Adi Susilo. (2012). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensiona. Jurnal diterbitkan (http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/epis/article/view/29, diakses 29 Mei 2015). Maharani , Vivi Putri & Chairil Afandy. (2013). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Pemerintah dan Bank Swasta di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012. Jurnal diterbitkan (http://ejournal.unib.ac.id/index.php/demounib06/article/download/24/6, diakses 29 Mei 2015). Nugraha, Damara Andri. (2014). Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank Konvensional (Studi Kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Central Asia). Jurnal diterbitkan (http://eprints.ums.ac.id/.../2_JURNAL%20publikasi_damararev%20ok111.pdf, diakses 29 Mei 2015). Purnamawati, I Gusti Ayu. (2014). Analisis Komparatif Kinerja Keuangan Perbankan ASEAN Setelah Krisis Global. Jurnal diterbitkan (https://jurkubank.files.wordpress.com/2014/10/18114287296_gusti-apurnamawati.pdf, diakses 29 Mei 2015). Rochmawan, M. Laksono Tri. (2004). Analisis Indikator Keuangan Perbankan ASEAN (Studi Perbandingan Indonesia, Malaysia, Thailand dan Philipina 2000-2002). Tesis diterbitkan. Semarang : Universitas Diponegoro. (http://core.ac.uk/download/files/379/11710450.pdf, diakses 29 Mei 2015). Rustiadi, Mariam. (2014). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012, jurnal diterbitkan, (http:// eprints.ums.ac.id/32084/9/02.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf, diakses 29 Mei 2015). Wibowo, Susanto. (2014). Perbandingan Indikator Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di ASEAN (Studi Komparatif: Indonesia, Filipina, Brunei Darusalam). Jurnal diterbitkan, (http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5757/2/PROS_Susanto %20Wibowo_Perbandingan%20Indikator%20Kinerja%20Keuangan_full text.pdf, di akses 28 Mei 2015). Wibowo, Susanto. (2015). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Metode CAMEL di ASEAN (Studi Komparatif: Indonesia, Malaysia, Thailand). Jurnal diterbitkan, (http:// www.jrem.iseisby.or.id/index.php/id/article/downloadSuppFile/13/10, di akses 28 Mei 2015). Widyanto, Eko Adi. (2012). Analisis Tingkat Kesehatan dan Kinerja Keuangan Bank dengan Menggunakan Metode CAMEL (Studi Kasus Pada PT. Bank Mega Syariah Indonesia Periode 2008-2010). Vol.8 No.2, Agustus 2012: 2168-2357. Internet : http://www.asianfinancebank.com.my/, diakses 3 Juni 2015. http://www.bankislam.com.my/, diakses 3 Juni 2015. http://www.bnisyariah.co.id/, diakses 3 Juni 2015. http://www.bnm.gov.my/, diakses 3 Juni 2015. http://www.megasyariah.co.id/, diakses 3 Juni 2015. http://www.publicislamicbank.com.my/, diakses 3 Juni 2015. http://www.syariahmandiri.co.id/, diakses 3 Juni 2015. http://elsaryan.wordpress.com/, diakses 19 Juni 2015. http://mysharing.co, diakses 21 juni 2015. LAMPIRAN 1 RASIO CAMELS 1. CAPITAL CAR Negara Indonesia Malaysia 2. Nama Bank BSM Bank Mega Syariah BNI Syariah Affin Islamic Bank Bank Islam Malaysia Public Islamic Bank Tahun 2013 2014 14.10% 12.99% 16.23% 14.28% 13.97% 12.75% 14.76% 19.26% 18.42% 13.67% 13.32% 14.58% ASSET BDR Negara Indonesia Malaysia Nama Bank BSM Bank Mega Syariah BNI Syariah Affin Islamic Bank Bank Islam Malaysia Public Islamic Bank Tahun 2013 2014 1.70% 1.65% 1.14% 0.01% 0.03% 0.01% 2.78% 3.84% 1.14% 0.04% 0.01% 0.01% 3. MANAGEMENT NPM Negara Indonesia Malaysia 4. Nama Bank BSM Bank Mega Syariah BNI Syariah Affin Islamic Bank Bank Islam Malaysia Public Islamic Bank Tahun 2013 2014 11.98% 8.93% 11.06% 12.91% 22.05% 23.14% 1.30% 1.26% 11.38% 43.25% 33.85% 47.74% EARNING ROA Negara Indonesia Malaysia Nama Bank BSM Bank Mega Syariah BNI Syariah Affin Islamic Bank Bank Islam Malaysia Public Islamic Bank Tahun 2013 2014 1.53% 2.33% 1.37% 1.70% 1.58% 1.58% 0.17% 0.29% 1.27% 0.01% 1.58% 0.01% BOPO Negara Indonesia Malaysia Nama Bank BSM Bank Mega Syariah BNI Syariah Affin Islamic Bank Bank Islam Malaysia Public Islamic Bank Tahun 2013 2014 84.03% 86.90% 83.94% 97.14% 99.25% 97.69% 83.78% 97.61% 85.03% 58.31% 53.37% 36.82% 5. LIQUIDITY LDR Negara Indonesia Malaysia 6. Nama Bank BSM Bank Mega Syariah BNI Syariah Affin Islamic Bank Bank Islam Malaysia Public Islamic Bank Tahun 2013 2014 89.37% 93.37% 97.86% 96.18% 98.73% 80.60% 82.13% 93.61% 92.58% 166.82% 73.40% 139.58% SENSITIVITIES MR Negara Indonesia Malaysia Nama Bank BSM Bank Mega Syariah BNI Syariah Affin Islamic Bank Bank Islam Malaysia Public Islamic Bank Tahun 2013 2014 0.15 0.1 0.25 0.54 0.32 0.29 1.52 0.9 0.3 1.62 1.05 1.08 LAMPIRAN 2 ANALISIS STATISTIK 1. Uji Deskriptif Descriptive Statistics Indonesia N Minimum Maximum Mean Std. Deviation CAR 6 12.99 19.26 15.9600 2.47931 BDR 6 1.14 3.84 2.3017 1.13853 NPM 6 1.26 11.98 7.6517 5.04149 ROA 6 .17 2.33 1.1600 .81228 BOPO 6 53.54 97.61 81.8150 14.79134 LDR 6 82.13 97.86 89.9067 6.00363 MR 6 .01 1.52 .5217 .57666 Valid N (listwise) 6 Descriptive Statistics Malaysia N Minimum Maximum Mean Std. Deviation CAR.M 6 12.75 14.58 13.7617 .66463 BDR.M 6 .01 .07 .0250 .02510 NPM.M 6 22.85 48.49 39.6067 9.74313 ROA.M 6 .01 1.70 1.0767 .82754 BOPO.M 6 36.82 53.54 47.7550 8.38186 LDR.M 6 65.04 166.82 110.6783 42.92167 MR.M 6 .29 1.62 .8167 .52340 Valid N (listwise) 6 2. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CAR N Normal Parametersa,b Mean Std. Deviation BDR 12 12 14.8608 NPM ROA 12 BOPO LDR MR 12 12 12 12 1.1633 24.5458 1.1183 67.7717 101.1292 .6767 2.07675 1.41531 18.48554 .78300 21.23211 30.79983 .53786 Absolute .269 .280 .252 .243 .275 .292 .246 Positive .269 .280 .252 .188 .172 .292 .246 Negative -.155 -.208 -.193 -.243 -.275 -.142 -.142 Kolmogorov-Smirnov Z .933 .970 .872 .843 .951 1.012 .853 Asymp. Sig. (2-tailed) .349 .303 .433 .475 .326 .257 .460 Most Extreme Differences a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 3. Uji Hipotesis Man-Whitney U a. Perbandingan CAR Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Test Statisticsa CAR Mann-Whitney U 7.000 Wilcoxon W 28.000 Z -1.761 Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Grouping Variable: Negara b. Not corrected for ties. .078 .093b b. Perbandingan BDR Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Test Statisticsa BDR Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 21.000 Z -2.939 Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .003 .002b a. Grouping Variable: Negara b. Not corrected for ties. c. Perbandingan NPM Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Test Statisticsa NPM Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 21.000 Z -2.882 Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .004 .002b a. Grouping Variable: Negara b. Not corrected for ties. d. Perbandingan ROA Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Test Statisticsa ROA Mann-Whitney U 16.000 Wilcoxon W 37.000 Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Grouping Variable: Negara b. Not corrected for ties. -.323 .747 .818b e. Perbandingan BDR Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Test Statisticsa BOPO Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 21.000 Z -2.882 Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .004 .002b a. Grouping Variable: Negara b. Not corrected for ties. f. Perbandingan LDR Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Test Statisticsa LDR Mann-Whitney U 18.000 Wilcoxon W 39.000 Z .000 Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000 1.000b a. Grouping Variable: Negara b. Not corrected for ties. g. Perbandingan MR Perbankan Syariah Indonesia dengan Malaysia Test Statisticsa MR Mann-Whitney U 9.000 Wilcoxon W 30.000 Z -1.441 Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Grouping Variable: Negara b. Not corrected for ties. .150 .180b DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. IDENTITAS Nama Lengkap : Wiwit Ayu Nofitasari Tempat Tanggal Lahir : Kabupaten Semarang, 28 November 1992 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Warga Negara : Indonesia Status Perkawinan : Belum Kawin Alamat Lengkap : Watububan Gedanganak, RT/RW Kecamatan 02/02, Ungaran Kabupaten Semarang Email : [email protected] B. PENDIDIKAN Nama Sekolah Tahun Lulus TK Suko Marsudi Putro 2 1999 SD Negeri Gedanganak 02 2005 SMP PGRI Ungaran 2008 SMA Negeri 2 Ungaran 2011 Kelurahan Timur,