Pemrosesan Informasi Dalam Belajar Gerak (Slamet Riyadi). PEMROSESAN INFORMASI DALAM BELAJAR GERAK Slamet Riyadi Dosen Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga JPOK FKIP UNS ABSTRAK Pada dasarnya belajar gerak merupakan suatu proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan berbagai keterampilan gerak secara efektif dan efisien. Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muscular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh, yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan belajar. Perubahan keterampilan gerak dalam belajar gerak merupakan indikasi terjadinya proses belajar gerak yang dilakukan oleh peserta didik. Dengan demikian, keterampilan gerak yang diperoleh bukan hanya dipengaruhi oleh faktor kematangan gerak melainkan juga oleh faktor proses belajar gerak. Proses penguasaan keterampilan gerak, tidak terlepas dari penguasaan dan pemrosesan informasi yang diterima selama proses pembelajaran oleh peserta didik. Informasi yang diterima selama pembelajaran gerak akan disimpan dalam sistem penyimpanan informasi, yang terdiri dari memori sensori (sensory memory), memori jangka pendek (short term memory), dan memori jangka panjang (long term memory). Untuk menghasilkan sebuah umpan balik atau respon dari sebuah stimulus (informasi) yang hadir dalam proses belajar gerak, diperlukan beberapa tahap pemrosesan informasi yang meliputi identifikasi stimulus, seleksi respon dan pemrograman respon sebagai aksi. Kata Kunci: Informasi, pemrosesan informasi, belajar gerak A. PENDAHULUAN Ketika orang berjalan, berlari, melempar dan memukul bola dalam berbagai permainan seperti tenis, softball, memainkan piano atau menari, mereka melakukan sesuatu dalam upaya mencapai suatu jenis keahlian yang disebut keterampilan gerak. Mempelajari dan mencapai keterampilan gerak adalah suatu bagian penting dalam kehidupan sehari-hari bagi semua orang dari berbagai usia karena gerak merupakan ciri kehidupan. Gerakan tubuh dalam hal ini gerak yang dihasilkan oleh kontraksi otot, memungkinkan manusia melakukan berbagai hal yang menunjang kehidupannya. Sehubungan dengan hal tersebut, perubahan keterampilan gerak dalam belajar gerak merupakan indikasi terjadinya proses belajar gerak yang dilakukan oleh peserta didik. Dengan demikian, keterampilan gerak yang diperoleh bukan Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 2 Tahun 2011 1 Pemrosesan Informasi Dalam Belajar Gerak (Slamet Riyadi). hanya dipengaruhi oleh faktor kematangan gerak melainkan juga oleh faktor proses belajar gerak. Proses penguasaan keterampilan gerak, tidak terlepas dari penguasaan informasi yang diterima selama proses pembelajaran oleh peserta didik. Bagaimana terjadinya pemrosesan informasi, sejak informasi diterima, diolah kemudian ditransformasikan dalam bentuk respon gerak, dapat diandaikan bahwa manusia adalah sebuah pemroses informasi yang sama dengan komputer. Dalam pengandaian ini manusia mulai mengolah informasi ketika ia menerima stimulus dari lingkungan sekitar, selanjutnya disimpan dalam memori hingga mengalami pemrosesan. Pemrosesan informasi dalam pembelajaran gerak memegang peranan penting, karena melalui pemrosesan informasi inilah peserta didik mampu memberikan umpan balik sebagai wujud respon dari informasi yang diterima selama pembelajaran. Output dari pemrosesan informasi menghasilkan gerakan, sebagai salah satu bentuk umpan balik sensori dari proses belajar gerak. Agar peserta didik memiliki keterampilan dan kemampuan dalam merespon dan mengantisipasi setiap gerakan dalam pembelajaran gerak, maka pengetahuan mengenai pemrosesan informasi dalam belajar gerak perlu dipahami dengan benar. Pengajar harus mampu memberikan latihan dan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat menguasai dan memiliki keterampilan dalam mengantisipasi gerakan yang mungkin terjadi selama pembelajaran gerak. Bagaimana pemrosesan informasi dalam belajar gerak terjadi, bagaimana informasi di proses dan disimpan dalam memori akan dikaji dalam makalah ini dengan harapan hal ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi pengajar. B. BELAJAR GERAK Belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau dalam potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman, demikian pendapat yang dikemukakan oleh Hergenhan dan Olson (1993). Gerak disini tentunya berhubungan dengan keterampilan, dalam arti luas bertujuan untuk mengembangkan penguasaan peserta didik terhadap keterampilan gerak. Pada dasarnya belajar gerak (motor learning) merupakan suatu proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan berbagai keterampilan gerak secara efektif dan efisien. Belajar Gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui responrespon muscular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh, yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan belajar yang tercakup di dalam domain psikomotor. Sedangkan Belajar gerak didalam Olahraga berkenaan dengan upaya meningkatkan keterampilan gerak tubuh secara keseluruhan dan upaya Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 2 Tahun 2011 2 Pemrosesan Informasi Dalam Belajar Gerak (Slamet Riyadi). penguasaan pola-pola gerak keterampilan dalam kaitannya dengan konsep ruang, waktu dan gaya. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Schmidt (1989) menegaskan bahwa belajar gerak merupakan suatu rangkaian asosiasi latihan atau pengalaman yang dapat mengubah kemampuan gerak ke arah kinerja keterampilan gerak tertentu (h. 34). Dalam belajar gerak, yang dipelajari adalah pola-pola gerak tertentu, misalnya gerakan-gerakan olahraga. Pelajar berusaha mengetahui atau memahami suatu gerakan kemudian berusaha melakukan atau mewujudkan konsep gerakan itu dalam bentuk gerakan tubuh dengan mengaktifkan sistem penggerak tubuhnya. Sementara itu, tingkat keterampilan gerak yang diperoleh peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor; 1) faktor individu subyek didik, 2) faktor proses belajar dan 3) faktor situasi belajar. Faktor individu peserta didik dalam belajar gerak akan merujuk pada adanya perbedaan potensi yang dimilikinya. Perbedaan potensi kemampuan gerak yang dimiliki oleh peserta didik ini secara mendasar akan memberikan pengaruh terhadap tingkat keterampilan gerak yang dikuasainya. Perbedaan potensi kemampuan gerak memiliki implikasi terhadap usaha penyusunan program pembelajaran gerak. Seperti yang ditegaskan oleh Oxendine (1984: 56) bahwa “perbedaan potensi kemampuan gerak yang dimiliki oleh seorang secara nyata akan memberikan pengaruh terhadap kecepatan, ketepatan dan tingkat perolehan keterampilan gerak”. Faktor situasi belajar merupakan salah satu faktor yang akan memberikan pengaruh dalam proses pembelajaran gerak. Dalam belajar gerak, situasi belajar berhubungan dengan analisis kemampuan individu subyek belajar dan profil tugas yang kelak dilakukanya. Dengan memahami potensi indvidu dan tujuan yang hendak dicapai maka dapat diciptakan situasi belajar yang kondusif. Rancang bangun yang efektif dari situasi belajar akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap rangkaian proses pemerolehan keterampilan gerak. Pada tahap manapun dari rangkaian belajar gerak senantiasa dibutuhkan situasi belajar yang kondusif. Secara khusus Drowatzky (1981) menyatakan bahwa “belajar gerak dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan atau modifikasi tingkah laku individu akibat dari latihan dan kondisi lingkungan”. Tugas utama dari belajar gerak adalah penerimaan segala informasi yang relevan tentang gerakan-gerakan yang dipelajari, kemudian mengolah dan menyusun informasi tersebut yang memungkinkan suatu realisasi secara optimal (Weineck, 1983 : 71). Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran gerak adalah serangkaian gerak yang berkaitan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan kemampuan seseorang yang relatif permanen untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 2 Tahun 2011 3 Pemrosesan Informasi Dalam Belajar Gerak (Slamet Riyadi). C. TAHAPAN BELAJAR GERAK Dalam kaitannya dengan pemrosesan informasi dalam belajar gerak, peserta didik akan melalui beberapa tahapan yaitu: 1. tahap formasi rencana, 2. tahap latihan dan 3. tahap otomatisasi. Secara rinci setiap tahapan dalam pembelajaran gerak kaitannya dengan pemrosesan informasi, dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tahap formasi rencana Tahap formasi rencana merupakan tahap di mana seseorang sedang menerima rangsangan pada alat-alat reseptornya sebagai masukan bagi sistem memorinya. Pada tahap ini, seorang yang sedang belajar gerak akan mengalami beberapa tahapan proses belajar, yaitu: a. Tahap menerima dan memproses masukan Pada tahapan ini diawali dengan tahap masukan, seorang yang belajar gerak berada pada tahap menerima informasi tentang bentuk dan pola keterampilan gerak yang harus dilakukannya. Masukan informasi pada peserta didik dapat dilakukan melalui alat-alat reseptornya, seperti penglihatan, sentuhan, pendengaran dan penciuman. Dalam sistem mekanisasi organisme masuknya informasi merupakan tahap penerimaan stimulus yang segera diubah dan disesuaikan dengan situasi stimulus melalui tahapan yang sistematik. Hal tersebut berhubungan dengan mekanisme sistem saraf dan hormon. Dalam hal ini, reseptor merupakan fungsi utama untuk menerima informasi dan melalui sistem saraf segera diubah menjadi tanda masukan bagi sistem memori. Sehubungan dengan itu, kemampuan individu dalam mengadopsi dan memproses suatu informasi akan berbeda antara yang satu dengan lainnya. b. Proses kontrol dan keputusan Tahap kedua adalah proses pengolahan informasi. Tahap ini merupakan tahap analisis informasi yang masuk. Fungsi penyimpanan memori memiliki dua fungsi yaitu; sebagai 1) penerima dari masukan stimuli yang kemudian akan dikenali dan diringkas, dan 2) transmisi yang mendekatkan informasi ke mekanisme persepsi untuk dikenali atau ditempatkan pada penyimpanan jangka panjang untuk dihubungkan dengan memori. Untuk pemerolehan keterampilan gerak, faktor pengenalan dan proprioseptik dari informasi angat penting. c. Unjuk kerja keterampilan. Hasil akhir dari aktivitas tahapan pengolahan informasi di atas dinamai output. Output sendiri dapat berupa pukulan terhadap bola softball, atau tangkapan tangan terhadap bola yang datang. Output yang dihasilkan seseorang tidak selalu memenuhi harapan gerak yang diinginkan. Pukulan terhadap bola yang dilempar bisa kena bisa juga tidak Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 2 Tahun 2011 4 Pemrosesan Informasi Dalam Belajar Gerak (Slamet Riyadi). 2. Tahap latihan Tahap kedua dari belajar gerak adalah tahap latihan. Pada tahap ini di mana pola gerak yang telah terbentuk dalam sistem memori sedang diunjuk kerjakan. Unjuk kerja keterampilan pada awalnya dilakukan dengan tingkat koordinasi yang rendah. Rohantoknam (1989) menegaskan bahwa pada tahap ini dua hal yang perlu mendapatkan perhatian, yakni frekuensi pengulangan, intensitas, dan tempo. Frekuensi pengulangan pada dasarnya merujuk pada berapa kali seorang melakukan pengulangan gerakan, baik yang dilakukan dalam satuan kali belajar maupun yang berhubungan dengan jumlah pengulangan yang dilakukan dalam satu minggu. Efektivitas frekuensi pengulangan memiliki karakter yang individualistik. Sehubungan dengan adanya perbedaan kemampuan individu maka kebutuhan frekuensi pengulanganpun akan berbeda-beda. Oleh karenanya tinggi-rendahnya frekuensi pengulangan yang dilakukan oleh individu sangat tergantung pada kemampuan individu. Variasi bentuk latihan yang mempertimbangkan beragam situasi dan kondisi secara langsung dapat memperkaya seseorang dalam memberikan respons kinetik yang dikonvensikan dengan situasi dan kondisi. Salah satu indikasi permenannya pola gerak yang terbentuk dalam sistem memori adalah dengan makin baiknya tingkat koordinasi gerak yang dapat dilakukan oleh seseorang. Bila keterampilan gerak terus dilakukan dengan pengulangan dan umpan balik yang efektif dapat mempercepat proses otomatisasi gerak. 3. Tahap otmatisasi Tahap ini meruapakan tahap akhir dari rangkaian proses belajar. Gerakkan otomatisasi merupakan hasil dari latihan yang dilakukan dengan efektif. Gerakkan otomatisasi dapat terjadi karena terjadinya hubungan yang permanen antara reseptor dengan efektor. Gerakkan otomatiasi dalam mekanismennya tidak lagi dikoordinasikan oleh sistem syaraf pusat melainkan pada jalur singkat pada sistem saraf otonom. D. INFORMASI Dalam melakukan aktivitas fisik sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan yang masuk lewat input sensori. Input biasanya diwakili oleh sebuah stimulus yang dihadirkan selama pembelajaran gerak, yang lebih sering hadir dalam konteks stimulus lingkungan yang bertumpuk-tumpuk. Stimulus yang masuk melalui berbagai macam input sensori inilah yang disebut dengan informasi. Individu memilih informasi secara langsung melalui sistem indera mereka, sehingga mereka menjadi lebih mahir dalam menerima dan merespons informasi Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 2 Tahun 2011 5 Pemrosesan Informasi Dalam Belajar Gerak (Slamet Riyadi). yang datang. Prinsip-prinsip model pemrosesan informasi, pada dasarnya hampir sama dengan prinsip dalam teori stimulus dan respon. Teori proses pengolahan informasi berkaitan erat dengan tahapan saat seseorang menerima masukan dan memproses informasi menjadi rencana gerak dalam memorinya. Kemudian, proses adaptasi tampak pada mekanisme dari perencanaan gerak menjadi suatu unjukkerja keterampilan gerak seseorang. E. TAHAP-TAHAP PEMROSESAN INFORMASI Sebelum respons kinetik diberikan terhadap suatu stimuli, informasi akan dianalisis melalui; 1. Identifikasi stimulus sebagai persepsi Tahap pengenalan rangsang (stimuli identification) merupakan tahap penginderaan, yang menganalisis informasi dari berbagai sumber seperti pandangan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan sebagainya. Identifikasi stimulus merupakan awal dari rangkaian pengenalan stimulus yang diterima seseorang dengan memberikan analisis terhadap lingkungan dari suatu sumber informasi, bentuk informasi, sentuhan, penglihatan dan pendengaran. Hasil identifikasi stimulus ini akan menjadi bentuk yang representatif bagi seleksi respons yang harus diberikan terhadap suatu bentuk stimuli. 2. Seleksi respons sebagai keputusan Pada tahap seleksi respons akan dilakukan seleksi terhadap berbagai kemungkinan respons yang harus diberikan terhadap suatu stimuli, selanjutnya seleksi respons akan disesuaikan dengan keadaan lingkungan. Berbagai kemungkinan bentuk gerak akan diprogramkan untuk memberikan respons, atas stimuli yang muncul. Tahapan pemilihan respon dimulai ketika tahapan pertama memberikan informasi tentang hakikat dari rangsangan yang masuk. Selanjutnya tugas pemilihan respon ini adalah untuk menentukan gerakan apa yang harus dibuat, sesuai dengan rangsangan. Tahap ini adalah serupa dengan mekanisme penerjemahan antara masukan indera dan luaran gerakan 3. Pemrograman respon sebagai aksi Dalam pemrograman respons dilakukan pengorganisasian tugas dari sistem motorik sebagai dasar respons kinetik. Sebelum respons kinetik sebagai jawaban dimunculkan, maka program respons akan mempertimbangkan bentuk stimulus yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Bila tahapan rangkaian proses pengolahan informasi telah dilakukan, maka pola rencana gerak telah terbentuk dalam memori seseorang. Pola rencana gerak yang berinteraksi dengan lingkungan stimulus pada akhirnya akan menjadi respons kinetik seperti yang ditampilkan oleh seseorang. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 2 Tahun 2011 6 Pemrosesan Informasi Dalam Belajar Gerak (Slamet Riyadi). F. MEMORI Pada umumnya para ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lalu. Proses manusia memunculkan kembali tiap kejadian pengalaman pada masa lalunya, membutuhkan kemampuan mengingat kembali yang baik. Sebelum seseorang mengingat suatu informasi atau sebuah kejadian dimasa lalu, ternyata ada beberapa tahapan yang harus dilalui ingatan untuk bisa muncul kembali. Tiga tahapan utama pembentukan dan pengambilan memori dalam proses pengolahan informasi tersebut, adalah: Encoding atau pendaftaran (menerima, pengolahan dan menggabungkan informasi yang diterima) Penyimpanan (penciptaan catatan permanen dari informasi yang dikodekan) Retrieval , mengingat atau ingatan (memanggil kembali informasi yang disimpan dalam menanggapi beberapa isyarat untuk digunakan dalam proses atau kegiatan) Untuk mengetahui bagaimana proses mengingat kembali itu terjadi maka perlu diketahui bagaimana prosesnya manusia bisa menyimpan informasi dalam ingatanya. Proses ingatan ini diukur dengan pengingatan (recall), reproduksi, pengenalan (recognition) dan belajar-ulang (relearning) (Chaplin,2005). Memori atau ingatan adalah suatu kemampuan untuk mengingat apa yang telah diketahui. Seseorang dapat mengingat sesuatu pengalaman yang telah terjadi atau pengetahuan yang telah dipelajari pada masa lalu. Kegiatan seseorang untuk memunculkan atau mengingat kembali pengetahuan yang dipelajarinya pada masa lalu dalam ilmu psikologi disebut recall memory. Dari uraian tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa memori atau ingatan adalah kemampuan untuk menyimpan, mempertahankan, dan mengingat kembali informasi dan pengalaman yang telah terjadi pada masa lalu. 1. Jenis-jenis memori Proses mengingat kembali sebuah informasi terkait erat dengan jenis memori atau ingatan yang akan dimunculkan. Richard Atkinson dan Richard Shiffrin (dalam Matlin, 1998) mengajukan konsep memori yang dibedakan dalam tiga sistem penyimpanan informasi, yaitu memori sensori (sensory memory), memori jangka pendek (short term memory), dan memori jangka panjang (long term memory). a. Memori sensori (sensory memory) Memori sensori adalah suatu sistem memori yang dirancang untuk menyimpan informasi yang diterima dari sel-sel reseptor dalam waktu yang amat pendek. Memori sensori mencatat informasi atau stimulus yang masuk melalui salah satu atau kombinasi dari panca indera. Tidak semua informasi yang tercatat Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 2 Tahun 2011 7 Pemrosesan Informasi Dalam Belajar Gerak (Slamet Riyadi). dalam memori sensoris akan disimpan lebih lanjut ke memori jangka pendek atau jangka panjang, karena manusia akan melakukan proses selective attention, yaitu memilih informasi mana yang akan diproses lebih lanjut. b. Memori jangka pendek (short term memory) Pengertian memori jangka pendek adalah salah satu proses penyimpanan informasi yang bersifat sementara. Informasi yang disimpan dalam memori jangka pendek berisi informasi yang terpilih dari memori sensori, sehingga informasi ini disimpan lebih lama dibanding memori sensoris. Memori ini berisi hal-hal yang kita sadari dalam benak kita pada saat ini. Otak dapat melakukan beberapa proses untuk menyimpan apa yang ada di memori jangka pendek ke dalam memori jangka panjang, misalnya rehearsal (mengulang-ulang informasi hingga akhirnya mengingatnya) atau encoding (proses di mana informasi diubah bentuknya menjadi sesuatu yang mudah diingat). c. Memori jangka panjang (long term memory) Memori jangka panjang adalah salah satu tempat penyimpanan informasi yang bersifat permanen dibandingkan memori jangka pendek. Memori jangka panjang memungkinkan manusia mengingat kembali informasi masa lalu dan menggunakan informasi yang ada untuk mengerti apa yang terjadi sekarang. Ketika informasi yang dibutuhkan sudah berada dalam memori jangka panjang, maka akan terjadi proses retrieval, yaitu proses mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan tersebut. Proses retrieval ini bisa berupa: Recognition: mengenali suatu stimulus yang sudah pernah dialami sebelumnya. Misalnya dalam soal pilihan berganda, siswa hanya dituntut untuk melakukan recognition karena semua pilihan jawaban sudah diberikan. Siswa hanya perlu mengenali jawaban yang benar di antara pilihan yang ada. Recall: mengingat kembali informasi yang pernah disimpan di masa yang lalu. Misalnya ketika saksi mata diminta menceritakan kembali apa yang terjadi di lokasi kecelakaan, maka saksi tersebut harus melakukan proses recal. (http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/memori.html). Sensori memori mencatat informasi atau stimuli yang masuk melalui salah satu atau kombinasi panca indra. Bila informasi atau stimuli tidak diperhatikan akan langsung terlupakan, namun bila diperhatikan maka informasi tersebut ditransfer ke sistem ingatan jangka pendek. Sistem ingatan jangka pendek menyimpan infromasi atau stimuli selama kurang lebih 30 detik. Setelah berada di sistem ingatan jangka pendek, informasi tersebut dapat ditransfer lagi melalui proses rehearsal ke sistem ingatan jangka panjang untuk disimpan, atau dapat juga informasi tersebut hilang atau terlupakan karena tergantikan oleh tambahan informasi yang baru. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 2 Tahun 2011 8 Pemrosesan Informasi Dalam Belajar Gerak (Slamet Riyadi). Dengan bertambahnya umur, seorang peserta didik dapat mengembangkan cara yang lebih tepat untuk mengingat sehingga pesrta didik mampu mengolah informasi baru. Salah satu ciri khas dari perkembangan intelektual adalah bertambahnya kemampuan peserta didik untuk memonitor dan mangarahkan kemampuan proses berfikir sendiri, yakni memusat perhatian pada sesuatu, menyimpan sesuatu di ingatan jangka pendek dan menggali informasi di sistem ingatan jangka panjang. Ciri ini dikenal dengan kemampuan metakognisi yaitu pengetahuan tentang proses berpikir pada diri sendiri dan pada orang lain. Bagi pendidik, cara mengingat secara efektif dan efisien perlu dilatihkan pada peserta didik. Menurut Gie (1984), pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada peserta didik meliputi 3 hal yaitu: a. Recall yaitu mengingat kembali diluar kepala b. Recognition yaitu mengenal kembali setelah melihat atau mendengar. c. Relearning yaitu mempelajari kembali. 2. Tahap-tahap ingatan (memory) Sebelum seseorang mengingat suatu informasi dimasa lalu, ternyata ada beberapa tahapan yang harus dilalui ingatan tersebut untuk dapat muncul kembali. Atkinson (1983) berpendapat bahwa, para ahli psikologi membagi tiga tahapan ingatan, yaitu: a. memasukan pesan dalam ingatan (encoding). b. penyimpanan ingatan (storage). c. mengingat kembali(retrieval). Hampir senada pendapat yang dikemukakan oleh Walgito (2004), bahwa ada tiga tahapan dalam mengingat, yaitu: “mulai dari memasukkan informasi (learning), menyimpan (retention), menimbulkan kembali (remembering)”. Tahapantahapan memory inilah yang biasanya terjadi dan dibutuhkan dalam proses pembelajaran gerak. Dari pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada tiga tahap mengingat, yaitu tahap pemasukan informasi dan pesan-pesan kedalam ingatan, tahap penyimpanan ingatan dan tahap mengingat kembali. a. Memasukkan (learning) Cara memperoleh ingatan pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu: 1). secara sengaja dan 2). secara tidak disengaja. Bahwa seseorang dengan sengaja atau tidak sengaja memasukkan informasi, pengetahuan, pengalaman-pengalamanya kedalam ingatannya. Misalnya: jika gelas kaca terjatuh maka akan pecah. Informasi ini disimpan sebagai pengertianpengertian. b. Menyimpan Tahapan kedua dari ingatan adalah penyimpanan atau (retention) apa yang telah dipelajari. Apa yang telah dipelajari biasanya akan tersimpan dalam bentuk traces dan bisa ditimbulkan kembali. Walaupun disimpan namun jika Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 2 Tahun 2011 9 Pemrosesan Informasi Dalam Belajar Gerak (Slamet Riyadi). tidak sering digunakan maka memory traces tersebut bisa sulit untuk ditimbulkan kembali bahkan juga hilang, dan ini yang disebut dengan kelupaan. c. Menimbulkan kembali Menimbulkan kembali ingatan yang sudash disimpan dapat ditempuh dengan mengingat kembali (to recall) dan mengenal kembali (to recognize). G. PEMROSESAN INFORMASI DALAM BELAJAR GERAK Respons kinetik sebagai keluaran dari suatu proses sistem akan berhubungan dengan kecepatan memberikan reaksi dan pengambilan keputusan. Pengolahan informasi pada saat melakukan aktivitas keterampilan telah melalui tiga tahapan, yaitu: masukan (input), pengambilan keputusan dan keluaran (output). 1. Masukan (input) Masukan (Input) merupakan informasi yang diperoleh secara sadar dari lingkungan atau luar, yang selanjutnya untuk memutuskan tanggapan yang harus dilakukan. Dalam penguasaan keterampilan, masukan ini merupakan tahap bagaimana seseorang mempertimbangkan informasi yang masuk atau dirasakan dari luar untuk kemudian menginterprestasikan penting atau tidaknya respon tersebut. Misalnya, dalam permainan tenis lapangan yaitu pada saat pemain akan mengantisipasi datangnya bola dari pukulan lawan, apakah bola akan dikembalikan dengan pukulan spin atau drop shot pada saat pemain melakukan persepsi datangnya bola. Persepsi tersebut biasanya sangat tergantung pada memori atau pengalaman yang diperoleh sebelumnya. Kemudian dilakukan pengambilan keputusan untuk menentukan keterampilan gerak apa yang akan dilakukan. Setelah pengambilan keputusan selesai, maka akan terjadi pemrograman respon untuk menghasilkan output geraknya. Dan selanjutnya dilakukan umpan balik untuk mengetahui apakah keterampilan gerak yang dilakukan sudah sesuai dengan apa yang diinginkan atau tidak. 2. Pengambilan keputusan (decision making) Kemampuan perseptual dalam pengolahan informasi merupakan penyedia informasi untuk mengambil suatu keputusan dalam suatu aktivitas fisik. Pengambilan Keputusan merupakan tahapan dimana didalamnya telah terjadi pemrosesan, yaitu: mengenali informasi yang diperoleh, pemrosesan dalam memori, dan mempersepsi masukan untuk menghasilkan suatu keluaran (output) yang dinginkan. Kemampuan pengambilan keputusan tersebut dipengaruhi faktor keterampilan yang dimiliki seseorang. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 2 Tahun 2011 10 Pemrosesan Informasi Dalam Belajar Gerak (Slamet Riyadi). Kemampuan untuk membuat keputusan dalam pengolahan informasi suatu keterampilan dalam olahraga tergantung dari beberapa hal, yaitu: efisiensi organ dalam melakukan gerak, intensitas stimulus dan kemampuan untuk menginterpretasikan stimulus dengan tepat (kemampuan perseptual). Untuk memberikan respons kinetik dengan cepat dan tepat, menurut Abdoellah (1987:45) berkaitan dengan potensi kemampuan gerak yang dimiliki oleh seseorang. Masalah yang serius dalam pembelajaran Pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan adalah informasi yang diberikan kepada siswa terlalu banyak. Kondisi ini tentunya akan mempengaruhi keterampilan yang dikuasai siswa, karena informasi yang ditangkap oleh siswa tidak dapat diinterpretasikan dalam keterampilan. Oleh karena itu dalam pembelajaran penjasorkes, pengajar sebaiknya meminimalisir informasi yang diberikan kepada siswa, sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. 3. Keluaran (output) Dalam belajar gerak, output merupakan tanggapan seseorang yang ditunjukkan dalam suatu keterampilan setelah dilakukan pemrosesan informasi. Output keterampilan ini nantinya dapat dijadikan dasar atau ukuran dalam pengambilan keputusan, apakah keterampilan yang dilakukan perlu adanya perbaikan atau dilanjutkan pada tingkat keterampilan yang lain. Biasanya keterampilan tersebut dimulai dari yang mudah ke yang lebih sulit. Untuk itu perlu adanya umpan balik (feedback) untuk mengevaluasi keterampilan tersebut. H. PENUTUP Pada dasarnya belajar gerak merupakan suatu proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan berbagai keterampilan gerak secara efektif dan efisien. Perubahan keterampilan gerak dalam belajar gerak merupakan indikasi terjadinya proses belajar gerak yang dilakukan oleh peserta didik. Dengan demikian, keterampilan gerak yang diperoleh bukan hanya dipengaruhi oleh faktor kematangan gerak melainkan juga oleh faktor proses belajar gerak. Proses penguasaan keterampilan gerak, tidak terlepas dari penguasaan dan pemrosesan informasi yang diterima selama proses pembelajaran oleh peserta didik. Informasi yang diterima selama pembelajaran gerak akan disimpan dalam sistem penyimpanan informasi, yang terdiri dari memori sensori (sensory memory), memori jangka pendek (short term memory), dan memori jangka panjang (long term memory). Untuk menghasilkan sebuah umpan balik atau respon dari sebuah Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 2 Tahun 2011 11 Pemrosesan Informasi Dalam Belajar Gerak (Slamet Riyadi). stimulus (informasi) yang hadir dalam proses belajar gerak, diperlukan beberapa tahap pemrosesan informasi yang meliputi identifikasi stimulus, seleksi respon dan pemrograman respon sebagai aksi. Pemberian pengalaman gerak yang luas kepada anak merupakan tindakan yang bijaksana dalam usaha mempengaruhi perkembangan anak. Melalui gerak, pada dasarnya anak sedang mengadakan interaksi dan komunikasi dengan dunia luar dalam usaha melengkapi pengatahuan dan sikapnya. Pengaruh dari proses belajar terhadap ranah kognitif dan afektif bukanlah pengaruh tidak langsung melainkan pengaruh langsung seperti halnya terhadap perkembangan gerak. DAFTAR PUSTAKA Atkinson, R , Richard, A, Hilgard, E. (2000). Pengantar Psikologi. Jilid 1, Edisi 8. Penerjemah : Agus, D, Michael, A. Jakarta : Penerbit Erlangga. Chaplin, J. P. (2005). Kamus Lengkap Psikologi, Edisi 1, Cetakan 10. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Drowatzky. JN. (1981). Motor Learning: Principle and Practice. Mineapolis. Minesota: Burgess Publishing Company. Magill, Richard A., (1985). Motor Learning, Conceps and Applications, Dubuque : WMC Brown Publishers. Oxendine, Joseph. B. (1984). Pshychology of Motor Learning. Englewood New Jersey: Prentice Hall, Rahantoknam, B. E. (1989). Belajar Gerak. Jakarta: FPOK IKIP Jakarta, Schmidt, Richard, A. (1989). Motor Control and Learning: A Behavioral Emphasis.Champaign: Human Kinetic Publishers, Inc. Setyo Nugroho. (2005). Peran Kinestesis dalam Pembelajaran Motorik. Yogyakarta: FIK Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No. 2. Singer, Robert. N. (1980). Motor Learning and Human Performance. London: Collier Macmillan Publishers, Sugiyanto. (1996). Belajar Gerak. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press. _________. (1998). Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis Bagian Proyek Penataran Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SD Setara D II. http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/memori.html. http://www.shirocoo.co.cc/1020/10/pengertian-belajar.html http://wengayo.blogspot.com/2010/06/pengolahan-informasi-dalam-mencapai.html Pengolahan Informasi Dalam Mencapai Perseptual Gerak (PerceptualMotor). Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 11 No. 2 Tahun 2011 12