ISSN 2086-4256 DJM 12(1) 1-88 February 2013 DAMIANUS Journal of Medicine VOLUME 12, NOMOR 1, 2013 PUBLISHED SINCE 2002 February 2013 ARTIKEL PENELITIAN 1-7 KETEBALAN TUNIKA INTIMA-MEDIA ARTERI KAROTIS PADA DEWASA MUDA Poppy Kristina Sasmita, Herlina Uinarni, Tena Djuartina 8-15 UJI MIKROBIOLOGIS ES BATU KONSUMSI DI KANTIN SEKITAR LINGKUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA Yulia Tanti Narwati, Ignatio Rika, Dicky Adi Putra, Maria Clarissa Wiraputranto 16-24 25-32 GAMBARAN KADAR KOLESTEROL TOTAL SERUM KARYAWAN RUMAH SAKIT ATMA JAYA DENGAN OBESITAS SENTRAL Andika Surya Atmadja, Sheella R Bororing, Nanny Djaja PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU TERHADAP KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI KECAMATAN PENJARINGAN, JAKARTA Meiliyana Wijaya, Elsye Angella Wanda, Nelly Tina Widjaja TINJAUAN PUSTAKA 33-41potensi sel nk untuk imunosurveilans kerentanan, prognosis, dan tingkat keparahan penyakit kronis Daniel Edbert Liang, Yossico Ria Wibowo 42-52 STEM CELL SEBAGAI MODALITAS TERAPI SIROSIS HEPATIS Randy Adiwinata, Ana Lucia Ekowati, Tena Djuartina 53-60 PENGHAMBATAN SPHINGOSINE KINASE 1 PADA PENGOBATAN SEPSIS Sandy Vitria Kurniawan 61-67 PERAN ANGKAK DALAM MENURUNKAN KADAR KOLESTEROL DARAH Riki Tenggara, Alice Angelina, Marissa Gondo Suwito, Andika Surya Atmadja LAPORAN KASUS 68-81 82-88 PENATALAKSANAAN ANESTESI KASUS SINDROM PRUNE-BELLY PADA BAYI PEREMPUAN USIA 6 BULAN DI RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO Tommy Nugroho Tanumihardja SARKOMA STROMA ENDOMETRIUM: SEBUAH LAPORAN KASUS DAN RELEVANSI DIAGNOSTIK IMUNOHISPATOLOGIKNYA Dyonesia Ary Harjanti, Cyprianus Murtono, Matius Lesmana Damianus Journal of Medicine; Vol.12 No.1 Februari 2013: hlm. 33-41 ARTIKEL TINJAUAN PUSTAKA POTENSI SEL NK UNTUK IMUNOSURVEILANS KERENTANAN, PROGNOSIS, DAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT KRONIS POTENCY OF NK CELL FOR VULNERABILITY, PROGNOSIS, AND SEVERITY IMMUNOSURVEILLANCE OF CHRONIC DISEASE Daniel Edbert Liang, Yossico Ria Wibowo Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jl. Pluit Raya No.2, Jakarta Utara 14440 ABSTRACT Introduction: The innate immune system consists of various subsystems that prevent the entrance and establishment of infectious agents. Persistent natural Korespondensi: Yossico Ria Wibowo, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya. E-mail: [email protected] killer (NK) cells activity and number abnormalities may contribute to incidence of chronic diseases. In autoimmune diseases, Diabetes Mellitus (DM) type 1, Chronic Obstructive Pumonary Disease (COPD), asthma, Chronic Fatigue Syndrome/ Myalgic Encephalomyelitis (CFS/ME), hepatitis B, chronic hepatic failure, and fulminant hepatic failure, abnormality NK cells number and activity may occur, which contributes to incidence, opportunitic infections, and progression of diseases. In summary, persistent changes in NK cell number in patients may contribute to increased tendency of chronic disease development. NK cell is potential as a tool for immunosurveillance in chronic disease development tendency, prognosis, and severity. Therefore, further research regarding its clinical use is necessary to be established. Key Words: Chronic diseases, natural killer cell ABSTRAK Latar Belakang: Sistem imunitas bawaan terdiri dari subsistem yang beragam untuk mencegah masuk dan bertumbuhnya patogen. Abnormalitas pada kadar dan aktivitas sel natural killer (NK) yang timbul secara persisten dapat berperan terhadap kecenderungan seseorang untuk menderita penyakit kronis. Pada penyakit autoimun, Diabetes Mellitus (DM) tipe 1, Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), asma, Chronic Fatigue Disease/Myalgic Encephalomyelitis (CFS/ME), hepatitis B, gagal hati kronis, dan gagal hati fulminan, terdapat abnormalitas aktivitas dan jumlah sel NK yang berkontribusi terhadap insiden penyakit tersebut, kejadian infeksi oportunis, dan keparahan penyakit. Perubahan kadar sel NK secara persisten meningkatkan kerentanan terhadap penyakit kronis. Sel NK berpotensi sebagai imunosurveilans kerentanan, prognosis, dan tingkat keparahan penyakit kronis tetapi masih perlu penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan klinisnya. Kata Kunci: Penyakit kronis, sel natural killer. Vol. 12, No. 1, Februari 2013 33 DAMIANUS Journal of Medicine PENDAHULUAN terhadap penyakit-penyakit kronis, dan mengkaji Sistem imunitas merupakan jaringan kerja yang kompleks, yang terdiri atas molekul, sel, jaringan, dan organ yang berfungsi untuk melindungi potensi sel NK sebagai imunosurveilans kerentanan, prognosis, dan tingkat keparahan penyakit kronis. suatu organisme dari patogen. Sistem imunitas bawaan terdiri dari subsistem yang beragam untuk mencegah masuk dan bertumbuhnya patogen.1 Sel natural killer (NK) merupakan sel efektor imunitas bawaan yang berperan penting pada pertahanan tubuh melawan sel yang rusak. Penelitian pada manusia dan hewan menunjukkan bahwa sel NK merupakan lini pertama pertahanan tubuh melawan virus, bakteri, parasit, dan tumor.1-3 Abnormalitas pada kadar dan aktivitas sel NK yang timbul secara persisten dapat berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk menderita penyakit kronis. Penurunan jumlah dan aktivitas sel NK telah dilaporkan pada berbagai penyakit kronis. 4-5 PEMBAHASAN Imunitas Bawaan Secaran luas, respons imun terbagi menjadi dua kategori: respons yang bertambah kuat sebanding dengan pajanan berulang (adaptif) dan yang tidak dipengaruhi pajanan berulang (bawaan). Respons imun bawaan mencakup pelindung luar (kulit, membran mukosa, silia, sekret, dan cairan tubuh yang mengandung agen antimikroba) dan reseptor yang dapat mengenali patogen secara luas, contohnya reseptor imun bawaan dari leukosit tertentu untuk mengenali pola molekuler antigen yang normalnya tidak terdapat pada sel Sel NK berespons cepat pada infeksi, kadar inang, seperti dinding bakteri.6 Respons imuni- sel NK akan naik dalam waktu 24 jam pertama tas bawaan tidak bergantung pada pengenalan setelah pajanan virus. Lalu, kadarnya menurun limfosit terhadap antigen.2 pada hari kelima sampai ketujuh menuju kadar Sitotoksisitas yang diperantarai sel adalah per- normal sel NK dalam darah perifer. tahanan tubuh yang penting melawan patogen Rendahnya kadar sel NK pada penyakitpenyakit, seperti imunodefisiensi kongenital atau berhubungan dengan insidensi kanker serta peningkatan frekuensi dan keparahan dari penyakit-penyakit oportunis. Beberapa penelitian juga menjelaskan tentang rendahnya kadar sel NK berkontribusi pada imunopatogenesis suatu penyakit kronis, keganasan, atau autoimunitas.5 intraseluler termasuk virus, bakteri, dan parasit. Sitotoksisitas ini diperantarai oleh limfosit T sitotoksik, sel NK, dan terkadang sel mieloid. Meskipun berasal dari sel punca yang sama, cara sel T sitotoksik dan sel NK mengenali targetnya berbeda satu sama lain. Sel T sitotoksik mengenali antigen spesifik yang dipresentasikan oleh major histocompatibility complex (MHC) kelas 1, sedangkan sel NK mengenali sel yang Penulisan ini bertujuan untuk mempelajari ten- tidak mempresentasikan MHC kelas 1, namun tang rendahnya kadar sel NK yang dapat digu- menggunakan beragam reseptor untuk menge- nakan untuk memastikan kerentanan seseorang nali sel target.5,6 34 Vol. 12, No. 1, Februari 2013 Potensi sel NK untuk imunosurveilans kerentanan, prognosis, dan tingkat keparahan penyakit kronis Sel NK merupakan diferensiasi sel limfosit be- penelitian yang dilakukan oleh Lima et al., pada sar bergranuler, mengisi lima persen dari lim- tahun 2001 terhadap 6 individu sehat didapatkan fosit darah manusia.7 Jenis-jenis sel NK, antara rerata sel NK CD56+ berjumlah 17 ± 8% dari total lain CD3ˉ, CD16+, CD56+,CD94+. Sel ini tidak limfosit darah, sedangkan jumlah sel NK absolut mengekspresikan imunoglobulin atau reseptor sebesar 264 ± 183 x 106/L. Sebagian besar sel sel T.4 Sel NK adalah limfosit yang berasal dari NK terdiri atas CD56 dim, yaitu sebesar 80-99%, prekursor yang sama dengan sel T. Perbedaan sedangkan CD56 bright sebesar 1-20%. CD56 CD56 dim (inaktif) dan CD56 bright (aktif), yaitu bright mengekspresikan CD56 5,2-8,2 kali lebih CD56 bright berkumpul di nodus limfatikus teru- banyak dibandingkan dengan CD56 dim.9 tama ekspresi selektif CCR7 dan CD62L. Ada beberapa laporan peningkatan rasio CD56 bright dibandingkan CD56 dim pada inflamasi kronis, seperti tuberkulosis, sarkoidosis, dan artritis reu- Sel NK menggunakan beragam mekanisme dalam membunuh sel target, yaitu secara langsung dengan mengirim sinyal melalui molekul matoid. Beberapa laporan menunjukkan pening- membran; dan secara tidak langsung dengan katan rasio CD56 bright terhadap dim, termasuk sitokin. Sel NK dapat membunuh sel target kanker. Peningkatan sel granulosit yang terjadi secara langsung dalam waktu satu sampai pada kondisi inflamasi kronis terbukti menekan empat jam tanpa aktivasi, pengenalan awal, fungsi dan daya tahan sel NK dan sel T.8 Menurut maupun dengan perantaraan sitokin.4,5 Sel NK Gambar 1. Sel NK CD56 bright and CD56 dim menunjukkan perbedaan profil reseptor dan fungsi kekebalan bawaan. CD56 memproduksi sitokin NK dalam kadar rendah dan mediator potensial ADCC dan sitotoksisitas natural. CD56 bright memiliki granula yang lebih sedikit dibandingkan CD56 dim, namun memproduksi KIR lebih banyak.25 Vol. 12, No. 1, Februari 2013 35 DAMIANUS Journal of Medicine mempunyai granula yang mengandung protein mengatasi infeksi ditingkatkan oleh sitokin yang yang dapat merusak sel target jika dilepaskan diproduksi makrofag, di antaranya interleukin-12 langsung pada membran sel. Protein ini antara (IL-12). Sel NK juga mengekspresikan reseptor lain perforin (protein monomer yang melubangi untuk fragmen Fc dari berbagai antibodi IgG. membran sel target) dan granzym yang mengak- Reseptor ini berfungsi untuk berikatan dengan tivasi jalur caspase yang memicu apoptosis sel sel yang telah diselubungi antibodi (antibody- target. Meskipun sel NK dapat dibunuh oleh sel mediated humoral immunity).11 NK lainnya, mereka tidak dapat menghancurkan dirinya sendiri ketika membunuh sel target.6 Sel NK pada Penyakit Kronis Reseptor inhibisi sel NK bersifat spesifik ter- A. Sel NK pada Diabetes Mellitus (DM) Tipe 1 hadap berbagai alel dari molekul MHC kelas I. Penelitian yang dilakukan oleh Fidan et al., tahun Terdapat dua golongan reseptor inhibisi sel NK, 2005 pada mencit yang dibuat menyerupai ke- yaitu killer cell immunoglobulin-like receptor adaan DM tipe 1 menyatakan bahwa kurangnya (KIR), serta reseptor yang mengandung protein aktivitas sel NK, sitokin yang dihasilkan oleh CD94 dan subunit lectin yang disebut NKG2.7,10,11 sel T helper 1, dan IFN-γ dapat berperan pada Reseptor KIR mempunyai struktur yang homolog etiologi DM tipe 1. Terapi DM tipe 1 dengan an- dengan imunoglobulin. Kedua jenis reseptor inhi- tibodi monoklonal yang mengurangi jumlah sel bisi ini mengandung domains structural motifs di NK tidak memperbaiki keadaan penyakit pada sitoplasmanya yang dinamakan immunoreceptor tikus. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa pe- tyrosine-based inhibitory motif (ITIM) yang akan ningkatan aktivitas sel NK mengurangi insidensi mengalami fosforilasi ke residu tirosin ketika re- DM tipe 1. Dengan kata lain, kurangnya kadar septor berikatan dengan MHC kelas I, kemudian sel NK dapat menggambarkan kerentanan ter- ITIM tersebut mengaktivasi protein dalam sito- hadap penyakit DM tipe1.12 Demikian juga, pada plasma, yaitu tyrosine phosphatase. Fosfatase pengamatan yang dilakukan oleh Rodacki et al., ini akan menghilangkan fosfat dari residu tirosin pada pasien DM tipe 1, ditemukan bahwa kadar dalam molekul sinyal (signaling molecules), aki- sel NK menurun dalam kadar yang signifikan batnya aktivasi sel NK terhambat. Oleh sebab itu, pada pasien-pasien tersebut. Hipoglikemia lama ketika reseptor inhibisi sel NK bertemu dengan mungkin berkontribusi pada rendahnya kadar sel MHC, sel NK menjadi tidak aktif.10-11 NK dalam darah.13 Berbagai virus mempunyai mekanisme untuk menghambat ekspresi MHC kelas I pada sel B. Sel NK pada COPD yang terinfeksi, sehingga virus tersebut terhindar Penelitian Vijayanand et al., tahun 2007, pada dari pemusnahan oleh sel T sitotoksik CD8+. sputum pasien dengan COPD ditemukan sel NK Jika hal ini terjadi, reseptor inhibisi sel NK tidak dan salah satu jenis reseptor sel NK, yaitu CD1d teraktivasi sehingga sel NK akan membunuh sel dalam jumlah sedikit.14 Namun, pada penelitian yang terinfeksi virus. Kemampuan sel NK untuk lainnya yang dilakukan oleh Akbari et al., pada 36 Vol. 12, No. 1, Februari 2013 Potensi sel NK untuk imunosurveilans kerentanan, prognosis, dan tingkat keparahan penyakit kronis tahun 2006 menunjukkan bahwa sputum pasien pasien CFS/ME terjadi penurunan kadar sel dengan COPD bila dibandingkan dengan kelom- NK CD56bright CD16ˉ. Pada pemberian stimulasi pok kontrol memiliki kadar NK yang lebih tinggi mitogenik terhadap pasien CFS/ME, sekresi secara signifikan. Peningkatan sel NK tersebut sitokin IL-10, IFN-γ, dan TNF-α meningkat diikuti juga dengan peningkatan IL-4, IL-13, dan secara signifikan pada saat penelitian. Secara IFN-γ. Akbari et al., menyimpulkan bahwa sel NK keseluruh­an, aktivitas sel NK menurun secara ikut berperan pada proses inflamasi COPD.15 signifikan setelah satu tahun. Sel NK CD56bright Relevansi patogenik dari gangguan sel fagositik dan sel NK pada penderita COPD masih belum jelas. Meskipun pasien dengan gangguan aktivi- CD16ˉ lebih rendah kadarnya pada enam bulan setelah penelitian. Sekresi IL-10 dan IL-17A meningkat pada enam bulan setelah penelitian.18 tas NK atau fagositosis sangat rentan terhadap Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya infeksi virus atau bakteri, namun hal ini hanya penurunan fungsi imun pada pasien CFS/ME. dapat menggambarkan kerentanan orang terse- Dengan demikian, aktivitas sitotoksik sel NK but untuk menderita penyakit infeksi akut yang dapat dijadikan sebagai penanda biologis un- bersamaan dengan COPD. Ditemukan bahwa tuk menegakkan diagnosis CFS/ME, di mana pasien COPD mantan perokok lama mengalami kadarnya terus menurun selama dua belas defisiensi aktivitas sel NK dan sistem sitotoksik bulan penelitian.18 Hal ini sejalan dengan pene- imun. Pengobatan dengan glycophosphopeptical litian yang dilakukan oleh Fletcher et al., yang meningkatkan aktivitas sel NK dan perbaikan sel juga menemukan turunnya kadar sel NK pada imun. Hal ini menggambarkan pasien dengan pasien-pasien CFS/ME. Fletcher et al., juga COPD mengalami penurunan aktivitas sel NK, menjelaskan bahwa pengukuran kadar sel NK namun tidak diketahui apakah defisiensi aktivitas dan aktivitasnya dapat membedakan seseorang tersebut berpengaruh pada timbulnya COPD.16,17 menderita CFS/ME atau tidak. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa sel NK berpotensi C. Chronic Fatigue Syndrome/Myalgic Encephalomyelitis(CFS/ME) digunakan untuk imunosurveilans pada penyakit CFS/ME.19 Brenu et al., pada tahun 2012 melakukan penelitian terhadap 65 orang yang menderita CFS/ME D. Sel NK pada Kerusakan Hepar Kronis dan 25 orang sebagai kontrol. Pada penelitian Pada hepar, sel NK memegang peranan penting tersebut didapatkan bahwa aktivitas sitotoksik dalam melawan infeksi virus. Hepar sendiri sel NK menurun secara signifikan pada pasien memiliki populasi sel NK imatur yang dapat dengan CFS/ME pada pemeriksaan saat peneli- berdiferensiasi menjadi sel NK jika dibutuhkan.1 tian dimulai, enam bulan setelah penelitian, dan Penelitian yang dilakukan oleh Gao et al., dua belas bulan setelahnya, bila dibandingkan menunjukkan bahwa aktivasi sel NK berperan dengan kelompok kontrol. Selain itu, pada pada perkembangan, progresi, dan perbaikan perbandingan dengan kelompok kontrol, pada cedera hepatosit pada tikus. Selain itu, Gao Vol. 12, No. 1, Februari 2013 37 DAMIANUS Journal of Medicine et al., menjelaskan pula kadar sel NK perifer Potensi Sel NK sebagai Imunosurveilans berbanding lurus dengan kadar sel NK di terhadap Penyakit Kronis dalam hati. Peningkatan sel NK di darah perifer Abnormalitas aktivitas dan kadar sel NK dapat menunjukkan adanya peningkatan sel NK dalam menimbulkan kerentanan terhadap munculnya hati yang menandakan adanya proses inflamasi penyakit kronis, seperti DM tipe 1, COPD, dan pada hepar.20 CFS/ME (Tabel 1).11-17 Kecacatan dalam fungsi Penelitian yang dilakukan oleh Echevarria et al., tahun 1991 menunjukkan bahwa respons akut dalam melawan virus hepatitis B berhubungan dengan peningkatan aktivitas sel NK pada fase awal penyakit. Namun, pada fase penyembuhan, aktivitas sel NK kembali normal. Hal ini menun- sel NK ini dapat disebabkan kerusakan yang dialami oleh populasi sel NK itu sendiri, maupun gangguan aktivasi sel NK yang akan memacu aktivasi dari sel-sel imun bawaan lainnya yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan jaringan yang mengganggu penyembuhan. jukkan bahwa sitotoksisitas sel NK merupakan Sesuai dengan kajian yang dilakukan oleh mekanisme yang mengontrol infeksi hepatitis ­Berzins pada tahun 2011, disimpulkan bahwa sebelum mekanisme sitotoksik lainnya bekerja pengukuran aktivitas sel NK dapat berperan optimal.21 untuk menentukan individu yang berisiko, Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zou et al., pada tahun 2010, didapatkan bahwa kadar sel NK menurun pada kasus gagal hati kronis dan gagal hati fulminan yang disebabkan oleh infeksi virus. Pada tiga jam pertama, kadar sel NK akan naik sampai mencapai puncaknya pada empat puluh delapan jam setelah infeksi. Penurunan kadar sel NK dapat disebabkan oleh rendahnya ekspresi gen pemacu produksi sel NK, yaitu NKp46 dan NKp30 yang disebabkan oleh inhibisi yang dilakukan oleh Virus Hepatitis C atau pada pasien HIV positif. Peningkatan ekspresi reseptor sel NK (NKG2D/NKG2DL) pada penyakit-penyakit hepatik yang menggambarkan peningkatan jumlah sel NK pada hati ikut berkontribusi pada menentukan prognosis dan diagnosis suatu penyakit, serta dapat digunakan untuk menentukan pemilih­an terapi untuk penyakit-penyakit tertentu sesuai dengan prognosisnya. Gangguan aktivitas sel NK atau kecacatan dalam fungsi sel NK dapat menimbulkan kerentanan terhadap berbagai macam penyakit. Berzins menyarankan penggunaan sel NK dalam diagnosis serta penentuan arah terapi.24 Meskipun telah diketahui bahwa abnormalitas sel NK dapat memengaruhi penyakit kronis dan diduga berkontribusi dalam patogenesis penyakit, hal ini memerlukan penelitian yang lebih lanjut mengenai kadar sel NK dalam darah, nilai normal, dan penilaian aktivitas pada beragam penyakit. cedera sel hepatik dan toksisitas hepatosit yang diperantarai sel NK pada gagal hati ganas. Pada penelitian ini tidak disebutkan bahwa penurunan KESIMPULAN aktivitas atau kadar sel NK dapat berpengaruh Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada timbulnya gagal hati.22 dari beberapa literatur, pada berbagai penyakit 38 Vol. 12, No. 1, Februari 2013 Potensi sel NK untuk imunosurveilans kerentanan, prognosis, dan tingkat keparahan penyakit kronis Tabel 1. Contoh Abnormalitas Sel NK yang Berhubungan dengan Gejala Klinis atau Peningkatan Risiko Penyakit Abnormalitas Sel NK Penyakit Risiko atau Gejala yang Berhubungan Jumlah atau aktivitas rendah secara persisten Imunodefisiensi didapat atau kongenital (AIDS atau SCID)5,23 Peningkatan frekuensi dan keparahan infeksi oportunis Autoimun Penyakit yang lebih aktif dan peningkatan infeksi oportunis DM tipe 1 Peningkatan risiko insiden penyakit 11 COPD Peningkatan kerentanan terhadap infeksi penyerta 13 CFS/ME Peningkatan risiko insidensi dan frekuensi infeksi virus 15 Hepatitis B Peningkatan risiko insidensi 21 Tidak ada aktivitas Variabel (jarang) Infeksi berat, diseminata, dan mengancam jiwa; abnormalitas paru, aplasia eritrosit5 Aktivitas tinggi secara persisten Peningkatan risiko cedera hepatosit Gagal hati kronis dan fulminan22 kronis, perubahan kadar sel NK dapat menggam- 2. Cerwenka A, Baron JL, Lanier LL. Ectopic barkan prognosis yang lebih buruk, peningkatan expression ofretinoic acid early inducible-1 risiko insidensi suatu penyakit, dan berkontribusi gene (RAE-1) permit natural killer cell-me- pada tingkat keparahan suatu penyakit. Pada diated rejection of a MHC class 1-bearing penyakit hepar dan COPD, perubahan kadar sel tumor in vivo. PNAS. 2001; 98(20):11521-6. NK dapat menggambarkan risiko kerusakan sel 3. Biassoni R, Coligan JE, Moretta L. Natural yang lebih tinggi. Pada model mencit DM tipe 1, killer cells in healthy and diseased subjects. imunodefisiensi, dan CFS, rendahnya kadar dan J Biomed Biotechnol. 2011; 2011: 795251. aktivitas sel NK dapat menggambarkan risiko in- 4. Semple JW, Freedman J. Natural killer cell sidensi dan peningkatan risiko infeksi oportunis, numbers and activity in patients with chronic maka dapat disimpulkan pada pasien-pasien autoimmune thrombocytopenic purpura. yang mengalami perubahan kadar sel NK secara Blood. 1994:83(3):870-71 persisten memiliki kerentanan terhadap penyakit 5. Whiteside TL, Herberman RB. Role of human kronis. Sel NK berpotensi untuk imunosurveilans natural killer cells in health and disease. Clin kerentanan, prognosis, dan tingkat keparahan Diagn Lab Immunol. 1994,1(2):125-3. penyakit kronis, tetapi masih perlu penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan klinisnya. 6. Male D. Mechanisms of innate immunity. In: Male D, Brostoff J, Roth DB, Roitt I. Immunology. 7thed. Elsevier. 2006. 127-144. 7. Diefenbach A, Jamieson AM, Liu SD, Shastri DAFTAR PUSTAKA N, Raulet DH. Ligands for the murine NKG2D 1. Stojanovic A. Molecular signature of tumor receptor: expression by tumor cells and ac- infiltrating natural killer cells [dissertation]. tivation of NK cells and macrophages. Nat Heidelberg: Ruperto-Carola Unv.; 2010. Immunol. 2000. 1(2):119-26. Vol. 12, No. 1, Februari 2013 39 DAMIANUS Journal of Medicine 8. Harlin H, Hanson M, Johansson CC, Sakurai Wahlstrom J, Kronenberg M, et al. CD4+ D, Poschke I, Norell H, et al. The CD16- invariant T-cell-receptor+ natural killer T CD56bright NK cell subset is resistant to reac- cells in bronchial asthma. N Eng J Med. tive oxygen species produced by activated 2006;354(11):1117-29. granulocytes and has higher antioxidative capacity than the CD16+ CD56dim subset. J Immunol. 2007; 179(7): 4513–9. 16.Barnes PJ. Immunology of asthma and chronic obstructive pulmonary disease. Nat Rev Immunol. 2008;8(3):183-92. 9. Lima M, Teixeira MA, Queiro´s ML, Leite M, Santos AH, Justica B, et al. Immunophenotypic characterization of normal blood CD561lo versus CD561hi NK-Cell subsets and its impact on the understanding of their Tissue distribution and functional properties. Blood Cells Mol Dis. 2001; 27(4):731-43. 10.Mortha A, Diefenbach A. Natural killer cell receptor-expressing innate lymphocytes: more than just NK cells. Cell Mol Life Sci. 2011;68:3541-55 17. Prieto A, Reyes E, Bernstein ED, Martinez B, Monserrat J, Izquiedo JL, et al. Defective natural killer and phagocytic activities in chronic obstructive pulmonary disease are restored by glycophospopeptical (inmunoferon). Am J Respir Crit Care Med. 2001;163(7):1578-83. 18. Brenu EW, van Driel ML, Staines DR, Ashton KJ, Hardcastle SL, Keane J, et al. Longitudinal investigation of natural killer cells and cytokines in chronic fatigue syndrome/ myalgic encephalomyelitis. J Transl Med. 11. Abbas AK, Lichtman AH. Cellular and molecular immuology. 5th ed. Philadelphia (PA): Elsevier Inc. 2005. P.275-96. 2012; 10:88. 19.Fletcher MA, Zeng XR, Maher K, Levis S, Hurwitz B, Antoni M, et al. Biomarkers in 12. Fidan I, Yukse lS, Kalkanci A, Imir T, Kustimur chronic fatigue syndrome: Evaluation of S. Evaluation of the natural killer cytotoxicity natural killer cell function and dipeptidyl and the levels of cytokines in rats with type 1 peptidase IV/CD26. PLoS One. 2010; 5(5): diabetes mellitus. Mem Inst Oswaldo Cruz. e10817. 2005;100(8):883-887 20.Gao B, Radaeva S, Park O. Liver natural 13.Rodacki M, Svoren B, Butty V, Besse W, killer and natural killer T cells: immunobiol- Laffel L, Benoist C, et al. Altered natural killer ogy and emerging roles in liver diseases. J cells type 1 diabetic patients. Diabetes. 2007; Leukoc Biol. 2009;86(3):513-28. 56(1):177-85. 21. Echevarria S, Casafont F, Miera M, Lozano 14. Vijayanand P, Seumois G, Pickard C, Powell JL, de la Cruz F, San Miguel G, et al. Inter- RM, Angco G, Sammut D, et al. Invariant leukin-2 and natural killer activity in acute natural killer T cells in asthma and chronic type B hepatitis. Hepatogastroenterol- obstructive pulmonary disease. N Eng J ogy.1991;38(4):307-10 Med. 2007;356(14):1410-22. 22. Zou Y, Chen T, Han MF, Wang HW, Yan WM, 15.Akbari O, Faul JL, Hoyte EG, Berry GJ, 40 Song G, et al. Increased killing of liver NK Vol. 12, No. 1, Februari 2013 Potensi sel NK untuk imunosurveilans kerentanan, prognosis, dan tingkat keparahan penyakit kronis cell by Fas/Fas ligand and NKG2D/NKG2D gulity: Natural Killer cell defects and human ligand contributes tohepatocyte necrosis disease. Nat Rev Immunol. 2011;11(2):131- in virus inducedliver failure. J Immunol. 142. 2010;184(1):466-75. 25. Cooper MA, Fehniger TA, Turner SC, Chen 23.Buckley RH. Primary immunodeficiency KS, Ghaheri BA, Ghayur T, et al. Human diseases due to defects in lymphocytes. N natural killer cells: a unique innate immuno- Engl J Med. 2000. 343(18):1313-24. 24. Berzins SP, Smyth MJ, Baxter AG. Presumed regulatory role for the CD56bright subset. Blood. 2001; 97:3146-51. Vol. 12, No. 1, Februari 2013 41