PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkembangan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terjadi di berbagai
industri media massa, tidak terkecuali pada industri musik rekaman. Dampak
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat tersebut tidak
hanya menguntungkan perusahaan musik rekaman, tapi juga merugikan. Musik
sebagai bagian dari media juga merupakan industri yang paling menderita
kerugian paling besar sebagai dampak dari perkembangan teknologi internet1.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, khususnya internet ini
telah mempengaruhi profitabilitas industri musik2. Terbukti dari adanya
penurunan penjualan album musik format fisik (CD, kaset) secara drastis sejak
tahun 2007, yakni sekitar 10 %. Tahun 2010 lalu, bisa dibilang tahun terburuk
sepanjang sejarah industri musik rekaman Indonesia karena tercatat hanya sekitar
10 juta keping CD legal yang terjual di Indonesia di tahun 2008, padahal di tahun
2006 lalu, Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI) melansir penjualan CD
masih mencapai 23,7 juta keping3.
Penurunan penjualan album kemudian berdampak pada tutupnya ratusan
toko musik sejak 2 tahun terakhir ini. Puncaknya yaitu ketika Aquarius, salah satu
toko musik terbesar di Jalan Dago, Bandung, akhirnya terpaksa tutup karena
kerugian yang besar, setelah berjaya selama puluhan tahun. Tidak hanya
pembajakan format fisik, pembajakan digital pun tidak kalah memprihatinkan,
terlebih dengan munculnya situs-situs peer-to-peer file sharing seperti Napster,
LimeWire, 4shared, yang membuat permasalahan sendiri dalam industri musik
rekaman, karena menyebabkan orang-orang tidak lagi merasa bersalah ketika
1
Biaggi, Shirley. 2005. Media Impact: An Introduction to Mass Media 7th ed, Belmont : Thomson-Wadsworth
.hal 89
2
Kung, Lucy. 2008. Strategic Management in The Media : Theory to Practices. London : Sage. hal 79
3
http://rollingstone.co.id/read/2011/02/08/182544/1563389/1096/era-baru-musik-digital, diakses 16 Oktober
2011 pukul 14:22
1
melakukan pengunduhan ilegal dan menganggap pengunduhan lagu secara gratis
tersebut adalah hal yang wajar.
Berbagai strategi telah dilakukan oleh perusahaan musik rekaman besar
(major label), salah satunya yaitu dengan berjualan Ring Back Tone (RBT) atau
nada dering tunggu. Tidak hanya RBT, perusahaan musik rekaman juga bekerja
sama dengan perusahaan-perusahaan layanan telekomunikasi seluler (provider)
untuk berjualan lagu berformat digital, yang memungkinkan penikmat musik
untuk mengunduh lagu secara legal atau yang biasa disebut juga layanan full track
download. Lagu-lagu yang dijual dalam bentuk RBT maupun yang dijual di toko
musik digital biasanya hanya lagu-lagu hits atau single yang dipopulerkan oleh
musisi, penyanyi ataupun grup musik. Alasan dipilihnya lagu hits atau single, dari
sisi perusahaan musik rekaman sebenarnya untuk menekan pembajakan serta
pengunduhan ilegal, sehingga kemungkinan album dibajak keseluruhan bisa
diminimalisir4.
Toko musik digital sebagai penyalur lagu-lagu berformat digital pun
bermunculan. Pelopor toko musik digital, yakni iTunes Music Store yang dimiliki
oleh Apple Inc. Sedangkan di Indonesia, toko musik digital biasanya dikuasai
oleh perusahaan layanan telekomunikasi seluler, seperti Telkomsel, Indosat, dan
lain sebagainya. Perusahaan layanan telekomunikasi seluler yang pertama kali
memiliki toko musik digital yakni Telkomsel, yang diberi nama Langit Musik
yang diluncurkan 18 Januari 2010 lalu. Sejak diluncurkan, Langit Musik telah
menampung 15.000 lagu lokal, memang masih jauh tertinggal jika dibandingkan
dengan RBT Telkomsel yang memiliki koleksi 65.000 lagu5.
Sementara itu, situs layanan streaming musik juga bermunculan sebagai
alternatif pillihan mengonsumsi musik bagi para penikmat musik. Layanan
streaming video musik seperti Youtube telah digunakan oleh perusahaanperusahaan musik rekaman untuk mendistribusikan dan juga melakukan promosi
4
Hersinta. 2011. “Fenomena Disintermediasi dan Dampaknya Pada Proses Distribusi Dalam Industri Musik
Indonesia”. Exposure Journal of Advanced Communication, pp 143-170 Februari 2011. Jakarta : The London
School of Public Relation.
5
http://teknologi.vivanews.com/news/read/185292-langitmusik-kantungi-rp150-juta-per-bulan, diakses
1
Februari pukul 18:23
2
artis-artis mereka. Sedangkan streaming audio musik telah menjadi alternatif bagi
para perusahaan musik rekaman untuk mendistribusikan musiknya, karena
layanan musik ini biasanya legal dan memiliki kesepakatan lisensi dengan
perusahaan musik rekaman, sedangkan di sisi konsumen situs-situs ini juga
menguntungkan karena mereka bisa mendengarkan lagu yang mereka suka secara
streaming tanpa perlu memiliki lagu atau albumnya, sehingga layanam ini
menjadi semacam win-win solution bagi konsumen musik dan juga perusahaan
musik rekaman. Teknologi juga menyebabkan promosi musik kini tidak lagi sulit
dilakukan karena banyaknya situs media sosial yang bermunculan, misalnya
Facebook, Twitter, Google Plus, dan situs media sosial lainnya. Situs-situs media
sosial tersebut juga bisa digunakan sebagai pendistribusian musik secara digital
serta memungkinkan artis-artis atau musisi dengan penggemar untuk saling
berinteraksi.
Perubahan lingkungan eksternal seperti perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi yang begitu pesat tersebut merupakan salah satu hal yang sangat
penting diketahui oleh manajemen perusahaan agar segala yang berubah bisa
langsung diantisipasi. Perubahan yang terjadi pada industri media akibat
perkembangan teknologi tidak hanya terlihat pada aspek struktur, mekanisme
kerja, tapi juga operasional maupun konten media. Perubahan-perubahan ini yang
akhirnya mendesak perusahaan untuk selalu mengantisipasi yaitu dengan
mengikuti pola-pola persaingan bisnis industri media agar tetap bisa bertahan.
Industri musik rekaman yang terus berubah secara dinamis pun memaksa
pengelola perusahaan musik rekaman untuk berjuang menemukan strategi-strategi
baru yang akan membantu organisasinya meraih kesuksesan dalam lingkungan
semacam itu6. Jika perusahaan tidak siap dalam menghadapi lingkungan eksternal
seperti perkembangan teknologi, maka akan berakibat buruk bagi masa depan
perusahaan. Untuk itu, diperlukan suatu manajemen yang baik guna mencapai
tujuan perusahaan yang utama yaitu profit.
Perusahaan musik rekaman yang akan dibahas dalam penelitian ini yakni
PT. Trinity Optima Production, salah satu perusahaan musik rekaman besar di
6
Robbins, Stephen P & Mary Coulter. 2010. Manajemen. Jakarta : Erlangga, hal 225
3
Indonesia yang didirikan pada tahun 2003. Trinity Optima Production selain
memproduksi dan mendistribusikan musik rekaman juga memiliki manajemen
artis serta manajemen merk. Perusahaan musik rekaman ini menaungi banyak
sekali musisi, penyanyi, dan grup musik terkemuka di Indonesia, diantaranya
yakni Vidi Aldiano, D’ Bagindas, Afgan, Sherina Munaf, Ungu, Rossa, Naff, dan
lain sebagainya.
Dipilihnya Trinity Optima Production sebagai objek penelitian ini adalah
karena keunikan kasus yang dimilikinya, yang membuat penulis tertarik untuk
membahas lebih lanjut. Trinity Optima Production merupakan perusahaan musik
rekaman yang terbilang baru jika dibandingkan dengan perusahaan musik
rekaman besar (major label) lainnya, misalnya Musica’s atau Aquarius
Musikindo. Namun, walaupun terbilang baru Trinity Optima Production memiliki
artis-artis yang aktif dalam industri musik rekaman Indonesia. Trinity Optima
Production merupakan salah satu dari 2 perusahaan musik rekaman yang pernah
mengalami penjualan RBT terbanyak di tahun 2007 lewat band Ungu. Hal yang
hanya bisa disaingi oleh Samsons, di bawah naungan Universal Music. Karena
merasa memiliki kekuatan dalam hal teknologi digital khususnya RBT, maka
Trinity Optima memutuskan untuk menambah divisi dalam perusahaan mereka
yang khusus mengurusi musik digital, yang dinamakan Trinity Creative
Technology (Dignity). Namun, hal tersebut tidak berjalan mulus karena hanya
selang beberapa bulan setelah Dignity didirikan, yakni di tanggal 18 Oktober 2011
lalu muncul surat edaran BRTI No. 177/BRTI/X/2011 yang isinya menghentikan
semua penawaran konten melalui SMS, pop screen, voice broadcast, serta
deaktivasi semua layanan premium seperti SMS, MMS, RBT, game, dan
wallpaper7. Kejadian ini terbilang ironis dan sangat memukul Trinity Optima
Production, karena divisi Dignity dibentuk karena RBT namun RBT justru harus
dihentikan, di sini penulis melihat masalah ini menarik karena penulis ingin
mengetahui apa saja yang dilakukan oleh manajemen Trinity Optima Production
7
http://tekno.kompas.com/read/2012/05/16/0915566/Kominfo.Blokir.20.Situs.Download.Musik.Ilegal,
diakses 2 Juli 21:34
4
setelah kejadian tersebut. Langkah-langkah strategis apa saja yang diambil oleh
manajemen perusahaan, dan juga kemudian bagaimana perusahaan mengatasi hal
tersebut.
Penelitian ini akan mencoba melihat lebih jauh bagaimana performa
Trinity Optima Production dalam mengelola perusahaan di tengah perubahan
lingkungan eksternal yang dominan yakni perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi yaitu bagaimana manajemen Trinity Optima Production mengatasi
munculnya RBT, kemudian munculnya full track download, layanan musik
streaming, situs-situs peer-to-peer file sharing, dan juga situs-situs media sosial.
Bagaimana juga kemudian langkah-langkah strategis yang diterapkan, apa saja
lingkungan internal dan eksternal perusahaan, bagaimana dampak perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang terjadi pada langkah manajemen
lainnya yakni pengorganisasian, memberikan pengaruh, dan juga pengawasan
yang terjadi pada Trinity Optima Production, dan juga selain itu, bagaimana
dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tersebut terhadap
sumber daya-sumber daya perusahaan.
2. Rumusan Masalah
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memiliki
dampak yang sangat luas, tidak terkecuali pada industri musik rekaman. Untuk
mengatasi perubahan teknologi yang begitu cepat tersebut, diperlukan suatu
langkah manajemen yang tepat. Berdasarkan latar belakang yang telah
disampaikan sebelumnya, maka rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah,
“Bagaimanakah manajemen musik rekaman yang diterapkan oleh PT. Trinity
Optima Production, dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi industri musik Indonesia?”.
5
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana manajemen musik rekaman, yang
didalamnya juga terdapat rencana-rencana strategis perusahaan Trinity
Optima Production, dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi industri musik rekaman Indonesia.
2. Mengetahui dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
terhadap sumber daya-sumber daya perusahaan Trinity Optima Production.
4. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini yaitu diharapkan para pembaca tesis ini dapat
memperoleh gambaran mengenai bagaimana sebuah manajemen perusahaan
musik rekaman, sebagai sebuah institusi media, dalam kasus penelitian ini yaitu
PT.
Trinity
Optima
Production,
mampu
bertahan
dalam
menghadapi
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi (TIK) industri musik rekaman
di Indonesia.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan dan referensi
bagi ilmu manajemen komunikasi, khususnya manajemen media musik rekaman.
Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi
manajemen label atau perusahaan musik rekaman dalam melakukan suatu langkah
manajemen terutama dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang berkembang sangat dinamis pada industri musik di Indonesia.
5. Kerangka Konsep
5.1 Musik Rekaman Sebagai Media
Kajian mengenai musik sebagai media massa dalam teori maupun riset
masih relatif sedikit, hal ini dikarenakan musik rekaman tidak memiliki implikasi
yang signifikan bagi masyarakat, juga tidak adanya kesinambungan yang jelas
mengenai kemungkinan yang ditawarkan oleh teknologi dari musik rekaman dan
6
reproduksi ataupun transmisi8. Menurut Shuker9, musik rekaman bahkan hampir
tidak pernah disertakan saat diskusi tentang media massa. Padahal, musik
rekaman memiliki audience yang besar, tidak kalah dengan media lain seperti TV,
radio, film, dan media cetak. Di negara industri bahkan mendengarkan musik
rekaman hanya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, sama seperti membaca
koran atau mendengarkan radio10. Dampak musik rekaman populer sebagai
pembentuk kesadaran publik pun kurang diakui sebagai sarana komunikasi massa.
Rekaman, kaset, dan CD merupakan saluran penting komunikasi dalam budaya
anak muda (youth culture). Melalui generasi muda ini, segala keinginan,
kemarahan, ide, sikap, dan mode menyebar ke seluruh negeri lewat musik11.
Menurut McQuail12, musik rekaman memiliki karakteristik tertentu, yaitu
memiliki teknologi yang selalu menyertainya, yang membuat pesan tersebar
(diseminasi) dengan cepat, misalnya lewat internet, ke berbagai perangkat
teknologi komunikasi lainnya, misalnya iPod, dan lain sebagainya. Musik
rekaman juga erat kaitannya dengan internasionalisasi, memiliki audience yang
relatif muda, serta memiliki organisasi yang terbagi atas beberapa fragmen yang
saling berhubungan satu sama lain. Tidak hanya itu, musik rekaman juga terkenal
akan regulasinya yang tidak terlalu ketat, berpotensi subversif, dan memiliki
tingkat penerimaan yang beranekaragam, dalam artian, musik rekaman memiliki
sentuhan personal yang memberikan pengalaman berbeda dari pendengar satu ke
pendengar yang lainnya (subjektif). Musik rekaman juga tidak mengenal batas
waktu penggunaan, seperti juga produk media lainnya yang tidak mengenal batas
8
McQuail, Dennis. 1994. Mass Communication Theory : An Introduction. London : Sage hal 19.
Shuker, Roy. 2002. “Pop Music : Marketing and Mediating Popular Music in Europe”. Dalam Briggs,
Adam dan Paul Cobley. The Media : An Introduction. England : Pearson hal 40.
9
10
Op.cit hal 38
Agee, Warren.K, Phillip. H. Ault, dan Edwin Emery. 1991. Introduction to Mass Communication. New
York : HarperCollins Publisher, Inc hal 244.
11
12
McQuail, Dennis. 1994. Mass Communication Theory : An Introduction. London : Sage hal 20.
7
waktu, konten media ketika dikonsumsi berulang-ulang justru semakin lama
semakin berharga karena memunculkan added value13.
Rekaman suara tidak hanya sebatas sarana komunikasi dan suatu bentuk
seni, tanpa melupakan fakta bahwa dalam ekonomi berorientasi konsumsi,
pembuatan musik adalah bisnis, yang terorganisasi dengan baik, padat modal dan
tidak dapat diduga. Musik rekaman juga diproduksi dan dipasarkan, dalam banyak
cara, seperti juga komoditas lainnya14. Industri media massa kini menjadi saling
terkait, terkonsentrasi pada kepemilikan dan internasionalisasi. Meskipun
demikian, musik rekaman masih memiliki ciri radikal dan kreatif yang signifikan
yang telah dikembangkan meskipun kini sudah terlihat ke arah komersialisasi15.
Pembuatan dan pemasaran musik rekaman pun sejak dulu sudah merupakan
industri yang besar, namun jauh tidak terstruktur dibandingkan media lainnya
seperti media cetak, radio, maupun televisi16.
Dalam perkembangannya, industri musik tidak bisa dipisahkan dari
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Ini bisa dilihat dari format
rekaman yang mengalami perubahan sejak pertama kali ditemukannya rekaman,
sampai sekarang musik bisa dinikmati melalui format digital MP3. Teknologi
dalam industri media ini juga mampu mengubah struktur dan praktek, yang
berdampak besar dan berkelanjutan serta terjadi pada struktur kepemilikan dan
kontrol, pola kerja, dan proses produksi dalam industri media17.
13
Rahayu. 2010. “Ekonomi dan Manajemen Media : Perkembangan Kajian, Otokritik dan Eksplorasi
Terhadap Isu Lokalitas”. Dalam Siregar, Amir Effendi, dkk. Potret Manajemen Media di Indonesia.
Yogyakarta : Total Media hal 45.
14
Shuker, Roy. 2002. “Pop Music : Marketing and Mediating Popular Music in Europe”. Dalam Briggs,
Adam dan Paul Cobley. The Media : An Introduction. England : Pearson hal 40.
15
McQuail, Dennis. 1994. Mass Communication Theory : An Introduction. London : Sage hal 20.
Agee, Warren.K, Phillip. H. Ault, dan Edwin Emery. 1991. Introduction to Mass Communication. New
York : HarperCollins Publisher, Inc hal 248
16
17
Shuker, Roy. 2002. “Pop Music : Marketing and Mediating Popular Music in Europe”. Dalam Briggs,
Adam dan Paul Cobley. The Media : An Introduction. England : Pearson hal 181.
8
5.2 Teori Difusi Inovasi
Difusi adalah suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui
saluran tertentu, selama jangka waktu tertentu, dan terhadap anggota sistem
sosial18. Yang menjadi ciri komunikasi di sini adalah pesan yang disebarluaskan
tersebut berisi ide-ide, atau praktik yang bersifat baru atau dianggap baru. Difusi
merupakan medium inovasi yang digunakan sebagai agen perubahan (change
agent) ketika berupaya membujuk seseorang agar mengadopsi suatu inovasi.
Sehingga dapat disebut, difusi adalah tipe khusus dari komunikasi, yang isinya
pesan tentang ide baru. Difusi memiliki 4 unsur utama yang terdiri dari19 :
1. Innovation (inovasi), yakni “an idea, practice, or object perceived as
new by the individual” atau suatu gagasan, praktek, atau benda yang
dianggap baru oleh suatu individu). Dalam hal ini, pada suatu ide,
praktek tertentu dianggap sebagai inovasi bagi sebagian orang,
sementara pada sebagian orang lagi mungkin tidak, tergantung dari apa
yang ditangkap oleh individu sebagai suatu ide, praktek, atau benda.
2. Communication channel (saluran komunikasi), atau bagamaina sebuah
pesan didapat individu dari individu lainnya
3. Time (waktu), yang terdiri dari 3 faktor waktu yakni (a) innovation
decision process (proses keputusan inovasi), relative time which an
innovation is adopted by individual or group (waktu relatif dimana
sebuah inovasi dipakai oleh individu atau kelompok), dan innovation’s
rate of adoption (tingkat adopsi inovasi).
4. Social system (sistem sosial), atau serangkaian bagian yang saling
berhubungan dan bertujuan untuk mencapai tujuan umum. Anggota
dari sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal,
organisasi, atau suatu subsistem.
18
Rogers, Everett M.1983. Diffusion of Innovations 3rd ed. New York : The Free Press hal 10-11
19
Op.Cit hal 10-11
9
Walaupun setiap unit dalam suatu sistem sosial dapat dibedakan dari unitunit yang lainnya, namun kesamaan tujuan dalam sistem sosial itu mengikat suatu
sistem untuk tetap bersama. Ciri-ciri inovasi yang dirasakan oleh para anggota
suatu sistem sosial menentukan tingkat adopsi20 :
1. Relative advantage (keuntungan relatif) adalah suatu derajat di mana
inovasi dirasakan lebih baik daripada ide lain yang menggantikannya.
2. Compatibility (kesesuaian), yakni suatu derajat di mana inovasi
dirasakan ajeg atau konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku,
pengalaman dan kebutuhan mereka yang melakukan adopsi.
3. Complexity (kerumitan) adalah mutu derajat di mana inovasi dirasakan
sukar untuk dimengerti dan dipergunakan.
4. Triability (kemungkinan dicoba) yaitu mutu derajat di mana inovasi
dieksperimentasikan pada landasan yang terbatas.
5. Observability (kemungkinan diamati), adalah suatu derajat di mana
inovasi dapat disaksikan oleh orang lain.
Umumnya aplikasi komunikasi massa yang utama berkaitan dengan proses
adopsi inovasi (hal-hal/nilai-nilai baru). Kondisi perubahan sosial dan teknologi
dalam masyarakat melahirkan kebutuhan yang dapat menggantikan metode lama
denagn metode baru. Semua itu menyangkut komunikasi massa karena berada
dalam situasi di mana perubahan potensial bermula dari riset ilmiah, dan
kebijaksanaan umum yang harus diterapkan oleh masyarakat.
20
Elvinaro,Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya. 2005. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Bandung :
Simbiosa Rekatama Media. Hal 63.
10
5.2.1 Penerimaan Inovasi Pada Individu
Penerimaan suatu inovasi seseorang dilakukan melalui sejumlah tahapan,
atau yang juga disebut dengan tahap putusan inovasi terdapat 5 tahap, yakni21 :
1. Tahap pengetahuan (knowledge). Tahap di mana seseorang sadar dan tahu
bahwa ada suatu inovasi.
2. Tahap bujukan (persuasion). Tahapan saat seseorang mempertimbangkan
atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahui tadi,
apakah ia menyukainya atau tidak.
3. Tahap putusan (decision). Tahap dimana seseorang dalam membuat putusan
apakah menerima atau menolak inovasi yang dimaksud.
4. Tahap implementasi (implementation). Tahap seseorang dalam melaksanakan
keputusan yang telah dibuatnya mengenai sesuatu inovasi.
5. Tahap pemastian (confirmation). Tahap seseorang dalam memastikan atau
mengkonfirmasikan putusan yang telah diambilnya tersebut.
5.2.2
Difusi Inovasi Pada Organisasi
Inovasi yang terjadi pada suatu sistem sosial tidak hanya diterima dan
diterapkan oleh individu atau kelompok saja tapi juga bisa terjadi pada suatu
organisasi. Perubahan kondisi lingkungan eksternal dan internal membuat
perusahaan harus selalu dinamis dan responsif terhadap setiap peluang yang
muncul. Perusahaan atau organisasi harus siap menghadapi perubahan yang
terjadi dan menyadarinya dalam waktu singkat. Kemajuan teknologi dan
informasi yang begitu cepat memaksa organisasi untuk bertindak proaktif dan
menggali ide-ide baru dengan cara melakukan inovasi. Inovasi dalam organisasi
tidak hanya sebatas proses tapi juga produk dan hasil lainnya.
Organisasi menurut Rogers adalah suatu sistem yang stabil, merupakan
perwujudan kerjasama antar individu untuk mencapai tujuan bersama, dan dengan
21
Rogers, Everett M.1983. Diffusion of Innovations 3rd ed. New York : The Free Press hal 20-21
11
mengadakan jenjang serta pembagian tugas tertentu22. Adapun kepekaan sebuah
organisasi terhadap munculnya inovasi dipengaruhi oleh beberapa variabel
yakni23:
1. Ukuran organisasi. Makin besar ukuran suatu organisasi maka semakin
cepat dalam menerima inovasi.
2. Karakteristik struktural organisasi, yang mencakup :
a. Sentralisasi, atau kewenangan dan kekuasaan dalam organisasi dan
dikendalikan oleh beberapa orang tertentu.
b. Kompleksitas, artinya suatu organisasi terdiri dari orang-orang yang
memiliki keahlian dan pengetahuan yang tinggi. Hal ini mempunyai
hubungan positif terhadap kepekaan organisasi.
c. Formalitas, artinya organisasi ini selalu menekankan pada prosedur
dan aturan-aturan baku dalam berogranisasi. Hal ini mempunyai
hubungan negatif terhadap kepekaan organisasi. Makin formal sebuah
organisasi, makin sulit menerima inovasi.
d. Keakraban hubungan antar anggota. Hal ini mempunyai hubungan
positif terhadap kepekaan organisasi. Makin akrab hubungan
antaranggota, maka makin cepat organisasi itu menerima inovasi.
e. Kelenturan organisasi, atau sejauh mana organisasi mau menerima
sumber dari luar yang tidak ada kaitannya secara formal. Hal ini
mempunyai hubungan positif terhadap kepekaan organisasi. Makin
lentur organisasi, makin cepat organisasi itu menerima inovasi.
f. Karakteristik perorangan (pemimpin). Sikap pimpinan terhadap
inovasi memliki hubungan positif dengan kepekaan organisasi
terhadap inovasi. Ketika seorang pemimpin memiliki sikap yang
terbuka terhadap inovasi maka semakin cepat organisasi itu menerima
inovasi.
22
Op.Cit hal 348
23
Op.Cit hal 358-361
12
g. Karakteristik eksternal organisasi. Hal ini berkaitan dengan sistem
yang di anut oleh organisasi. Apabila organisasi tersebut menganut
sistem terbuka dalam arti mau menerima pengaruh dari luar sistem,
maka organisasi tersebut akan cepat menerima inovasi.
5.2.3
Penerimaan Inovasi Pada Organisasi
Jika inovasi pada seorang individu terhadap 5 tahap, begitu pula pada
penerimaan inovasi di level organisasi, bedanya, pada level organisasi terdiri dari
2 tahap inisiatif suproses dan 3 tahap implementasi subproses, yang lebih
lengkapnya yakni sebagai berikut24 :
1.
Agenda Setting
Agenda setting terjadi dalam proses inovasi ketika suatu masalah umum
organisasi yang mungkin membuat suatu kebutuhan yang dirasakan untuk suatu
inovasi didefinisikan. Proses agenda setting berlangsung sepanjang waktu dalam
setiap sistem. Agenda seting yakni cara dimana kebutuhan, masalah dan isu
menggelembung ke atas sampai ke suatu sistem dan diprioritaskan dalam suatu
hirarki untuk diperhatikan. Tahapan agenda setting dalam proses inovasi dalam
organisasi adalah untuk mengidentifikasikan dan membuat prioritas kebutuhan di
satu sisi, dan untuk meneliti lingkungan organisasi untuk menempatkan inovasi
yang berdaya guna potensial bertemu dengan masalah organisasi.
2. Matching
Matching didefinisikan sebagai tahapan dalam proses inovasi yang mana
suatu masalah dari agenda organisasi diisi dengan suatu inovasi dan penyesuaian
ini telah direncanakan dan didesain.
3. Redefining/Restructuring
Pada tahap ini, inovasi yang diambil dari luar organisasi secara bertahap
mulai menghilang karakter luarnya. Redefining/restructuring terjadi ketika inovasi
24
Op.Cit hal 361-366
13
direkayasa kembali untuk mengakomodasi kebutuhan dan struktur organisasi
lebih dekat lagi dan ketika struktur organisasi dimodifikasikan agar sesuai dengan
inovasi. Kemudian, tidak hanya inovasi yang dimodifikasi kedalam organisasi,
struktur organisasi juga diubah untuk menyesuaikan dengan inovasi organisasi.
4. Clarifying
Klarifikasi di sini terjadi saat inovasi diletakkan ke dalam penggunaan
secara lebih menyebar dalam suatu organisasi, maka makna dari ide-ide baru
secara bertahap menjadi terungkap pada anggota organisasi. Implementasi inovasi
yang terlalu cepat pada tingkat klarifikasi sering menghasilkan malapetaka.
Tahapan klarifikasi dalam proses inovasi dalam suatu organisasi mengandung
konstruksi sosial. Ketika suatu ide baru pertama kali diimplementasikan dalam
suatu organisasi, hal itu mempunyai sedikit makna bagi anggota organisasi.
5. Routinizing
Rutinitas di sini akan terjadi ketika inovasi telah menjadi bagian dari
organisasi ke dalam aktivitas keseharian organisasi dan inovasi menjadi
kehilangan sebagian identitasnya. Dalam rutinitas dapat dikatakan bahwa proses
inovasi organisasi telah selesai dan berhasil.
5.2.4
Pertimbangan Organisasi Mengimplementasikan Inovasi
Inovasi bersifat relatif, artinya tidak semua inovasi penting bagi
perusahaan lainnya. Seperti juga yang dibilang Kimberly25 (1978), bahwa
mengapa ada beberapa organisasi mengadopsi sebuah inovasi, sedangkan yang
lain mengabaikan, atau bagaimana juga beberapa organisasi mengadopsi suatu
inovasi lebih cepat dari organisasi lain, dan juga mengapa suatu organisasi selektif
dalam mengadopsi inovasi yang bukan merupakan inovasi yang lumrah pada
industri mereka (niche). Karena itu, untuk lebih jelas faktor-faktor yang
25
Aldrich, Howard E. 2008. Organization and Environment. California : Stanford University hal 102
14
mempengaruhi
organisasi
atau
pertimbangan
organisasi
dalam
26
mengimplementasikan suatu inovasi menurut Stolovitch dan Keeps .
1. Life Cycle (Siklus Hidup Organisasi)
Seperti juga seorang individu, suatu organisasi juga mengalami siklus
hidup dengan berbagai tingkatan dan perkembangan (Sperry, Mickelson, dan
Hunsaker, 1977). Tingkat perkembangan organisasi pada saat inovasi tersebut
mempengaruhi nilai perubahan organisasi.
2. Culture (Budaya)
Masing-masing organisasi atau perusahaan memiliki budaya organisasi
yang berbeda-beda. Kebudayaan yang ada tersebut mempengaruhi penerimaan
terhadap inovasi. Walaupun terkadang tidak selalu inovasi dan kebudayaan yang
ada pada organisasi cocok satu sama lain
3. Strategic Plan (Rencana Strategis)
Salah satu aspek yang mendukung implementasi suatu inovasi adalah
adanya rencana strategis organisasi. Ketika inovasi selaras dengan rencana strategi
organisasi, maka pemimpin organisasi inovasi bisa dengan lebih mudah
mengimplementasikannya.
4. External Conditions (Kondisi Eksternal)
Kondisi eksternal akan selalu menjadi faktor yang turut mempengaruhi
perusahaan atau organisasi untuk mengadopsi inovasi. Kondisi eksternal seperti
juga lingkungan di luar perusahaan atau organisasi akan memberikan pengaruh
yang signifikan secara tidak langsung terhadap jalannya inovasi dan organisasi.
26
Stolovitch, H. D, dan Erica J. Keeps (Eds.). 1999. Handbook of Human Performance Technology. San
Francisco: Jossey-Bass Pfeiffer hal 17
15
Dalam industri media, adopsi inovasi yakni segala bentuk teknologi yang
dapat mempengaruhi pembuatan, distribusi, dan konten media. Ada 3 area penting
di mana adopsi teknologi mempengaruhi perusahaan media27, yang pertama yakni
munculnya
komputer,
yang
juga
berpengaruh
terhadap
kemudahan
berkomunikasi, yang kedua yakni adanya transisi dari analog menjadi konten
digital, di mana sekali konten media terdigitasi, maka akan lebih mudah
didistribusikan. Dalam penelitian ini yakni musik sebagai media juga mengalami
proses ini saat munculnya format mp3 dan kemudahan mendistribusikan musik
lewat berbagai situs baik itu peer-to-peer file sharing, sosial media, maupun
website lainnya. Yang ketiga yakni dampak dari teknologi tersebut telah dan akan
terus berkembang seiring perkembangan dari internet. Terbukti dari dampak
teknologi yang dulu hanya sebatas bentuk atau format, cara pendistribusian, kini
berdampak pada hal lainnya seperti pelanggaran hak cipta, dan lain sebagainya.
5.3 Adopsi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Pada Industri Musik
Rekaman
Menurut Rogers (1986: 8), teknologi komunikasi memiliki 2 fokus utama
yakni adopsi (siapa yang mengadopsi teknologi tersebut, mengapa mereka
mengadopsi teknologi tersebut, bagaimana tingkat adopsinya, bagaimana
kemungkinan di masa depan, apakah adopsi dipercepat atau diperlambat, apakah
individu, organisasi, atau rumah tangga yang mengadopsinya,dan lain-lain), dan
dampak sosial (apakah berdampak langsung, apa efek atau konsekuensi dari
teknologi baru sudah dapat diprediksi sebelumnya atau belum)28. Teknologi
komunikasi baru juga terjadi dalam konteks sosial budaya, serta faktor-faktor lain
(misalnya kebijakan pemerintah) yang turut menyertai teknologi29.
27
Braman, Sarah. 2004. “Technology”. Dalam Downing, John D.H. The Sage Handbook of Media Studies.
United Kingdom : Sage hal 297-298
28
Rogers, Everett M. 1986. Communication Technology : The New Media in Society. New York : The Free
Press hal 8
29
Op.cit hal 9
16
Laju perubahan teknologi dan konvergensi membuat kita sulit untuk
memahami sifat dan bentuk teknologi media baru menjadi semakin sulit. Pavlik30
mengajukan 4 pertanyaan mendasar mengenai konsekuesi teknologi baru, yakni :
1. Bagaimana perubahan teknologi berdampak terhadap cara para pekerja
profesional berkomunikasi dalam melakukan pekerjaan mereka?
2. Bagaimana teknologi baru mempengaruhi sifat produk komunikasi atau
konten?
3. Bagaimana
perubahan
teknologi
mempengaruhi
struktur
industri
komunikasi?
4. Bagaimana teknologi media baru mempengaruhi sifat audiens media dan
masyarakat pada umumnya?
Media baru seringkali hanya dikaitkan dengan internet dan komputer
berbasis media digital, padahal, telepon genggam secara global mengalami
pertumbuhan yang jauh lebih besar dari internet. International Telekomunications
Union (ITU) memperkirakan bahwa pada tahun 2003 terdapat 1,33 miliar
pelanggan telepon seluler di seluruh dunia. Angka tersebut adalah 2 kali lipat
jumlah pengguna internet31. Dampak media digital telah signifikan terjadi di
semua bentuk media, tidak terkecuali dalam bidang musik populer, yakni
munculnya cara baru dalam mendistribusikan musik32.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terutama internet juga
telah menambah dimensi baru besar bagi pemasaran dan penerimaan musik
populer, sekaligus menciptakan masalah baru bagi penegakan hak cipta. Internet
telah mewakili cara baru untuk saling menghubungkan antara penonton ataupun
konsumen musik populer, artis dan industri musik33. Teknologi informasi dan
30
Pavlik, John V. 1996. New Media Technology : Cultural and Commercial Perspectives. United States of
America : Allyn and Bacon hal 5
31
Flew, Terry. 2004. New Media : An Introduction, 2nd edition. Singapore : Bookpac Production Services hal
17.
32
Op.cit hal 88
33
Shuker, Roy. 2002. “Pop Music : Marketing and Mediating Popular Music in Europe”. Dalam Briggs,
Adam dan Paul Cobley. The Media : An Introduction. England : Pearson hal 175..
17
komunikasi juga berpengaruh besar terhadap perkembangan industri musik
rekaman, yang tidak hanya memiliki dampak positif, tapi juga berdampak negatif.
Dampak positif dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada
industri musik rekaman misalnya memudahkan para peritel musik untuk
mengelola toko musiknya.
Media baru juga melahirkan cara baru dalam mendistribusikan musik dan
mengonsumsi teks media dalam format hypertext dan interaktifitas yang tinggi.
Berkat teknologi digital media baru, para produser dan musisi kini dapat
mendistribusikan musik dengan biaya yang minim. Sebaliknya, untuk konsumen
musik, inovasi teknologi berhasil melakukan konvergensi dengan kepopuleran
musik melalui kehadiran bentuk baru dari interaksi sosial melalui jaringan. Situs
jejaring sosial, seperti MySpace dan YouTube, serta medium berbagi file yang
awalnya ditandai dengan kemunculan Napster, dan dilanjutkan dengan media
seperti Limewire dan BitTorrent menawarkan pertukaran dan distribusi musik
antar penggunanya. Akibatnya, kendali atas modal dan pendapatan dalam
mengembangkan karya musik yang tadinya dimiliki oleh pemain-pemain industri
besar, kini mulai bergeser34. Dalam hal promosi dan distribusi secara independen,
media jejaring sosial seperti MySpace, YouTube, Twitter dan Facebook dapat
dimanfaatkan secara maksimal oleh para musisi untuk mempromosikan dan
mendistribusikan karya mereka dengan biaya yang sangat minim. Hanya dengan
koneksi internet, mereka dapat memperkenalkan lagu-lagu mereka pada
masyarakat dalam waktu singkat35.
Tidak hanya memiliki dampak positif, perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi pada industri musik rekaman juga memiiki berbagai dampak
negatif. Salah satu yang paling merugikan adalah masalah pembajakan. Industri
musik merupakan bidang yang paling rentan terhadap pembajakan sehingga
mereka pula yang menderita kerugian paling besar terhadap dampak
34
Lister, Martin, et.al. 2009. New Media: A Critical Introduction,2nd ed. Routledge, Oxo hal 193.
Hersinta. 2011. “Fenomena Disintermediasi dan Dampaknya Pada Proses Distribusi Dalam Industri
Musik Indonesia”. Exposure Journal of Advanced Communication, pp 143-170 Februari 2011. Jakarta : The
London School of Public Relation.
35
18
perkembangan teknologi internet36. Akibat perkembangan teknologi ini pula,
industri musik rekaman dunia mulai memperlihatkan tanda-tanda krisis. Tandatandanya bisa dilihat sejak tahun 2000 sampai tahun 2010 lalu telah terjadi
penurunan penjualan pada toko musik yakni sebesar 76 % dan sepanjang tahun
2000 sampai 2009 telah terjadi penurunan penjualan album musik dalam format
CD sebesar 50 %. Tanda tanda krisis industri musik rekaman juga terlihat pada
tahun 2004, yakni saat HMV, ritel musik besar berbasis di Inggris, menutup
tokonya di Amerika. Pada tahun 2006, salah satu toko musik terbesar di Amerika
yang sudah berdiri sejak tahun 1960, Tower Records, menutup 89 tokonya yang
tersebar di seluruh Amerika. Di tahun yang sama, Sam Goody, ritel musik besar
di Amerika dan Inggris juga menutup tokonya karena bangkrut. Di tahun 2009,
Virgin Megastore, ritel musik besar di Inggris dan Amerika juga terpaksa harus
tutup karena merugi37.
Kondisi industri musik rekaman di Indonesia tidak lebih baik. Di tahun
2009 dan 2010, Aquarius Music Store yang merupakan salah satu jaringan toko
musik terbesar di Indonesia, terpaksa menutup cabangnya di Bandung dan Jakarta,
karena merugi. Begitu pula dengan toko ritel musik lainnya seperti Bulletin, Duta
Suara, Harika, D’Music, Vision dan M-Studio yang tersebar di kota-kota besar di
Indonesia, sebagian besar menutup atau memperkecil tokonya 38 (Rolling Stone
Indonesia).
Tidak hanya ritel musik yang mengalami kerugian, penjualan album
format fisik (CD, kaset) juga mengalami penurunan. Majalah Rolling Stone
Amerika (Juni 2007) melansir bahwa penjualan album musik di Amerika
mengalami penurunan sekitar 67% dalam kurun waktu 10 tahun terakhir sejak
1997. Di tahun 1997, total penjualan 5 album terlaris sebanyak 865.144 kopi,
36
Biaggi, Shirley. 2005. Media Impact: An Introduction to Mass Media 7th ed, Belmont : ThomsonWadsworth hal 89
37
http://mashable.com/2012/07/24/music-sales-decline/, diakses pada 25 Juli 2012 pukul 20.30.
38
Hersinta. 2011. “Fenomena Disintermediasi dan Dampaknya Pada Proses Distribusi Dalam Industri Musik
Indonesia”. Exposure Journal of Advanced Communication, pp 143-170 Februari 2011. Jakarta : The London
School of Public Relation.
19
sementara di tahun 2007 hanya mencapai angka 285.702 kopi39. Seperti yang
dilansir oleh situs mashable.com, penjualan musik rekaman format fisik di tahun
2011 lalu turun sebesar 5 % dan format digital naik sebesar 8,4 %, dan di tahun
2012 ini penjualan musik digital melampaui format fisik yakni sebesar 50,3% dari
keseluruhan total penjualan musik. Lembaga Nielsen Soundscan40 juga
melaporkan bahwa total penjualan album format fisik yang tadinya mencapai 155,
5 juta turun menjadi 150, 5 juta sedangkan album berformat digital justru naik
dari yang tahun 2011 lalu 50,3 juta menjadi 57,2 juta di tahun 2012.
Internet, sebagai salah satu teknologi informasi dan komunikasi terbukti
telah menjadi kekuatan mendasar perubahan untuk industri musik. Di sisi
positifnya internet menawarkan cara baru untuk menjangkau konsumen dan
mempromosikan musik. Internet juga telah menciptakan cara baru untuk
pengiriman file musik khususnya digital. Pasar untuk pengunduhan legal yang
berkembang dengan cepat dan memungkinkan koneksi yang lebih dinamis dengan
penggemar. Penjualan musik untuk nada dering (RBT) termasuk yang mengalami
pertumbuhan sangat cepat dan internet seakan kembali menciptakan pasar
tunggal, yang pada tahun 1970-an merupakan 20 % dari pendapatan perusahaan
musik rekaman.
Adapun secara garis besar penelitian ini bahwa teknologi informasi dan
komunikasi musik rekaman yakni situs-situs peer-to-peer file sharing, ring back
tone atau nada dering tunggu, pengunduhan lagu utuh atau full track download,
layanan streaming musik, baik audio maupun video, dan yang terakhir yakni situs
media sosial sebagai sarana untuk mempromosikan musik yang selanjutnya akan
dibahas di bawah.
39
http://msl1.mit.edu/furdlog/docs/2007-06-19_rollingstone_industry_decline.pdf, diakses pada 1 Februari
2012 pukul 19.47
40
http://www.scoopmarketing.com/2012/07/the-nielsen-company-billboard-2012-mid-year-u-s-musicindustry-report/, diakses pada 7 Juli 2012 pukul 13.00
20
5.3.1 Peer to Peer (P2P) File Sharing
Salah satu dampak teknologi yang paling terasa dalam industri musik
rekaman secara global yakni berkembangnya situs-situs file sharing atau biasa
dikenal dengan situs peer to peer (P2P). Program file sharing Napster pertama
kali dikembangkan oleh Shawn Fanning. Fitur-fitur unik dari Napster yang dirilis
ke publik pada Oktober 1999 ini memungkinkan pengguna untuk browsing musik
yang tersedia dalam format MP3 secara online, memungkinkan untuk kompresi
MP3 ke beberapa hard drive komputer yang kemudian dapat diunduh dengan
cepat dan semua pengguna bisa bertukar file MP3 langsung dari drive komputer
mereka tanpa biaya apapun. Napster menggabungkan fitur-fitur internet seperti
shareware, file sharing, download gratis, dan pembangunan komunitas pengguna
lewat file swapping dan chat online yang terintegrasi41.
Perkembangan Napster atas kasusnya dilakukan oleh RIAA (Recording
Industry Association of America) melalui Mahkamah Agung Amerika Serikat
menghasilkan tanggapan yang sangat berbeda di antara para musisi itu sendiri.
Beberapa pemusik, terutama Metallica dan Prince, mengajukan tuntutan mereka
atas Napster42. Setelah Metallica menuntut Napster di bulan April 2000 atas
tuduhan pelanggaran hak kekayaan intelektual43, rapper Dr.Dre pun mengajukan
gugatan yang sama 2 minggu setelahnya44. Namun, tidak sedikit pula musisi yang
menganggap bahwa situs file sharing sebenarnya lebih menguntungkan daripada
merugikan. Courtney Love dari band “Hole” dan Billy Corgan dari “The
Smashing Pumpkins” menyambut teknologi baru ini sebagai alat yang bisa
mempermudah mereka untuk berhubungan langsung dengan fans mereka45.
Begitu pula dengan The Grateful Dad, band asal San fransisco, yang bahkan
mendorong fans mereka untuk merekam live concert mereka untuk kemudian
41
Flew, Terry. 2004. New Media : An Introduction, 2nd edition. Singapore : Bookpac Production Services hal
96.
42
Straubhaar, Joseph,Robert LaRose, dan Lucinda Davendport. 2010. Media Now : Understanding Media,
Culture, and Technology, 6th edition. Amerika : Wadsworth Cengage Learning hal 153.
43
Loc.cit
44
Biaggi, Shirley. 2005. Media Impact: An Introduction to Mass Media 7th ed, Belmont : ThomsonWadsworth hal 105
45
Flew, Terry. 2004. New Media : An Introduction, 2nd edition. Singapore : Bookpac Production Services hal
96.
21
disebarkan ke fans-fans mereka yang lain yang bertujuan memperluas fanbase
mereka. Pearl Jam, band asal Seatlle, juga menyiarkan konser mereka secara live
via website resmi mereka sebagai respons atas tersebar luasnya materi bootleg46.
Pasca kasus Napster tidak membuat situs file sharing mati, namun justru
membuat situs file sharing bertambah populer, contohnya dengan kehadiran situssitus sejenis seperti Gnutella, Grokster, Morpheus, dan Kazaa. Perbedaan
mendasar dari situs-situs file sharing tersebut dengan Napter adalah bahwa
mereka tidak memiliki server yang terpusat, sehingga lebih sulit untuk
mengidentifikasi situs dan sulit mencegah aktivitas pengunduhan ilegal. Karena
kasus Napster pula muncul adanya pengunduhan lagu berbayar, yang diyakini
sebagai salah satu solusi pengunduhan ilegal. Layanan ini pertama kali diadaptasi
oleh perusahaan Apple lewat iTunes Music Store-nya, yang menjual lagu
berformat MP3 seharga 99 sen dolar per lagu. Pada bulan Januari 2004, 30 juta
lagu telah diunduh dari situs ini47.
Kasus serupa Napster terjadi di bulan Oktober 2010, Pengadilan Distrik
Amerika memerintah situs layanan file sharing Limewire untuk menghentikan
penyediaan perangkat lunak (software) dan memblokir file sharing yang tidak sah.
Sebelum kasus Limewire di Amerika, di Belanda, situs BitTorrent paling populer,
Mininova, juga diperintahkan untuk menonaktifkan layanan oleh pengadilan
Belanda di bulan November 2009 lalu. Mininova mengklaim telah memiliki lebih
dari 10 miliar pengunduhan, sebagian besar terdiri dari film, game, musik dan
program televisi dengan hak cipta yang dilindungi. Sejak itu, popularitas layanan
telah jatuh secara dramatis, dengan penggunanya turun lebih dari 80%. Bagi
perusahaan musik rekaman dan layanan musik digital yang sah, dampak yang
paling terasa dari pembajakan pada layanan berlisensi adalah penghapusan
insentif bagi konsumen untuk membeli musik. Dampak pendistorsian pasar ini
menyebabkan persaingan menjadi tidak sehat. Penelitian independen menemukan
46
Ibid
47
Flew, Terry. 2004. New Media : An Introduction, 2nd edition. Singapore : Bookpac Production Services hal
97.
22
fakta bahwa “karena gratis” adalah alasan dan faktor utama konsumen lebih
memilih layanan musik ilegal. Pada tahun 2010 terdapat survei yang
menghasilkan negara yang mengonfirmasi tren pembajakan ini di antaranya
(GfK), Australia (CCI Digital Futures), Inggris (Harris Interactive) dan China
(The Nielsen Company)48.
5.3.2 Ring Back Tone (RBT)
Layanan RBT merupakan bisnis yang besar di Jepang, Korea Selatan dan
Taiwan, serta sebagian wilayah Eropa. Setelah berkembang teknologi digital yang
mulai marak di Indonesia di tahun 2007-2008, RBT pun menjadi populer dan
menjadi salah satu sumber pemasukan terbesar bagi perusahaan musik rekaman.
Tahun 2009 lalu misalnya, Majalah musik Rolling Stone melansir penjualan RBT
mencapai lebih dari 1,5 triliun rupiah di Indonesia. Industri RBT di Indonesia
terbilang unik karena di negara lain RBT bukan merupakan pasar yang besar dan
penjualan musik digital lebih ditekankan pada toko musik online. Tren RBT di
Indonesia ini mulai muncul sekitar tahun 2004 di Indonesia. Saat ini, penyedia
jasa layanan seluler seperti NSP (Telkomsel), I-Ring (Indosat) dan sebagainya
menawarkan layanan nada dering ini dengan harga bervariasi, sekitar Rp 7000
sampai Rp 9000, untuk nada tunggu berupa potongan lagu selama 30 detik yang
akan terdengar di telinga orang yang menelepon si pengguna49.
5.3.3 Full Track Download
Perkembangan pengunduhan lagu secara utuh (full track download)
dimulai pada tahun 2001, di saat toko musik digital pertama berdiri, yakni
perusahaan Apple lewat layanannya yang bernama iTunes Music Store, yang
mencakup banyak sekali lagu dari berbagai perusahaan musik rekaman. Steve
48
International Federation of the Phonographic Industry. (2011). Digital Music Report. IFPI.
Hersinta. 2011. “Fenomena Disintermediasi dan Dampaknya Pada Proses Distribusi Dalam Industri
Musik Indonesia”. Exposure Journal of Advanced Communication, pp 143-170 Februari 2011. Jakarta : The
London School of Public Relation.
49
23
Jobs, Chief Executive Officer (CEO) Apple pada saat itu yang pertama kali
membujuk industri musik rekaman untuk ikut serta ke dalam bisnis musik digital.
Namun, kini perdebatan antara Apple dengan perusahaan-perusahaan musik
rekaman besar yakni mengenai berapa harga yang pantas untuk sebuah lagu yang
diunduh secara legal.
Perusahaan musik rekaman setuju untuk bekerjasama dengan Apple soal
model bisnis baru tersebut karena hak cipta lagu dilindungi dan fakta bahwa
sebuah lagu hanya bisa di-copy terbatas hanya pada beberapa komputer, perangkat
music player, maupun CD musik saja. Beberapa perusahaan rekaman pun
menciptakan sistem perlindungan hak cipta mereka sendiri dan ini menyebabkan
masalah untuk pengguna karena beberapa sistem tidak kompatibel di beberapa
perangkat musik. Pada tahun 2008, Apple berhasil melampaui Walmart, sebuah
ritel terbesar di Amerika, untuk menjadi nomor satu dalam penjualan lagu, baik
online maupun offline. Beberapa layanan sejenis bermunculan, termasuk juga
Amazon.com.
Seiring waktu, perusahaan musik rekaman mendesak Apple untuk
mempertimbangkan harga jual pengunduhan per lagu, dengan menjual harga yang
lebih tinggi untuk lagu baru dibandingkan lagu lama. Tren berkembang ketika
pimpinan perusahaan musik rekaman berpikir bahwa lebih menguntungkan
perusahaan untuk menjual lagu di situs-situs seperti Napster atau Rhapsody yang
memberikan kompensasi untuk perusahaan musik rekaman lebih tinggi karena
sistem pengunduhan situs mereka yang mengharuskan pengunduh untuk
berlangganan terlebih dahulu dibandingkan iTunes. Berlangganan layanan
pengunduhan musik kini dikemas bersamaan dengan layanan lain untuk sistem
pembayarannya, misalnya lewat telepon seluler dengan sistem pemotongan
pulsa50.
50
Straubhaar, Joseph,Robert LaRose, dan Lucinda Davendport. 2010. Media Now : Understanding Media,
Culture, and Technology, 6th edition. Amerika : Wadsworth Cengage Learning hal 139-140.
24
Fenomena penjualan musik lewat internet juga terjadi di Indonesia,
walaupun tidak semarak di luar negeri. Uniknya, toko musik digital di Indonesia
biasanya dikuasai oleh perusahaan telekomunikasi (provider) seperti halnya pada
RBT. Upaya untuk menjual musik secara digital ini juga dikenal di indonesia
seperti penjualan musik digital lewat situs/toko virtual maupun toko fisik yang
dipelopori oleh Equinox, iM:Port yang digagas oleh musisi dan penyanyi Anang
Hermansyah, serta Digital Beat Store yang ada di bioskop Blitz Megaplex
(sekarang sudah tutup). Januari 2010 lalu, Telkomsel meluncurkan Langit Musik,
sebuah portal yang memungkinkan pengguna kartu Telkomsel mengunduh lagu
dalam versi penuh (full track download) dengan biaya Rp.5000 per lagu maupun
Rp.3000 jika pengguna ingin menyewa lagu tersebut selama 30 hari. Ada pula
layanan unduh lagu gratis Nokia Ovi Music (diluncurkan 27 Maret 2010) dan
layanan musik digital berbayar Melon (November 2010), yang diluncurkan oleh
PT Telkom Indonesia bekerja sama dengan SK Telecom dari Korea. Di Nokia Ovi
Music, para pemilik ponsel Nokia tipe tertentu dapat mengunduh lagu secara legal
dan gratis selama 12 bulan51.
5.3.4 Situs Layanan Streaming Musik
Banyak sekali terdapat situs layanan streaming musik, namun salah satu
yang sangat populer yakni Spotify, situs layanan streaming musik asal Swedia
yang pada Juli 2011 lalu berekspansi ke Amerika dan ke 11 negara di Eropa.
Perusahaan ini memiliki 2,5 juta pelanggan berbayar di seluruh dunia, termasuk
lebih dari 400.000 di pasar Amerika Serikat sejak peluncuran situs ini
(International Federation of The Phonographic Industry, 2012). Saingan Spotify
yakni Deezer, didirikan di Perancis pada tahun 2007 dan memiliki pelanggan
lebih dari 20 juta pengguna terdaftar dan lebih dari 1,5 juta pelanggan berbayar.
Pada akhir Februari 2012 lalu, Deezer telah menjangkau 80 negara di seluruh
51
Loc.cit
25
Afrika, Australia, Asia, dan Amerika Latin, dan lebih banyak lagi negara yang
akan bergabung pada bulan Juni 201252.
Situs layanan streaming musik lainnya yakni rara.com, yang bisa diakses
di lebih dari 20 negara di seluruh dunia dan selain bisa digunakan untuk PC, di
Eropa juga tersedia dalam platform Android, iOS dan platform lainnya
(International Federation of The Phonographic Industry, 2012). Ada pula
Rhapsody, yang telah mengumpulkan lebih dari 1 juta pelanggan berbayar.
Galaxie, layanan serupa berbasis di Kanada, meluncurkan layanan berlangganan
musik berbasis mobile streaming, sementara 3 layanan berlangganan musik baru
yakni Juke, Rdio dan Simfy, mengembangkan layanannya di Jerman dan Austria.
WimP, layanan streaming berbasis di Norwegia mengumumkan bahwa pada
bulan November 2011 mereka memiliki lebih dari 350.000 pelanggan berbayar di
Norwegia, Swedia, Denmark dan Portugal53.
Selain situs di atas, ada pula situs yang populer akan layanan streaming
video, yakni YouTube. Youtube telah memiliki lebih dari 112 juta pemirsa di
Amerika dengan 6,6 miliar video yang telah dilihat pada bulan Januari 2010.
Youtube telah memiliki dampak sosial dan budaya yang signifikan di sejumlah
spheres. Layanan ini memiliki model bisnis berbasis pendapatan dari iklan, yang
berarti pendapatannya akan terus meningkat seiring traffic ke website tersebut
meningkat54.
Layanan streaming musik juga dikeluarkan oleh produsen Samsung saat
peluncuran Samsung Galaxy S II pada Oktober 2011 lalu, yang dinamakan
Samsung Music Hub. Layanan tersebut memiliki 3 juta lagu dari 4 perusahaan
musik rekaman besar (major label) dan beberapa dari perusahaan musik rekaman
independen55. Sebelumnya, pada Mei 2012 lalu, Samsung juga telah mengakuisi
mSPot, sebuah situs penyedia konten musik dan film berbasis cloud, sehingga
semua layanan mSpot dapat dinikmati oleh seluruh pengguna handset Samsung.
52
International Federation of the Phonographic Industry. (2012). Digital Music Report. IFPI.
Ibid
54
Arewa, Olufunmilayo B. 2010. “Youtube, UGC, and Digital Music : Competing Business and Cultural
Models in The Internet Age”. Northwestern University Law Review. Vol. 104, No. 2, pp 431-473.
53
55
http://www.cnet.com.au/samsung-launches-music-hub-streaming-service-339323897.htm, diakses pada 2
Juli 2012 pukul 13:40
26
Dengan mengakuisisi mSpot, maka Samsung dapat ikut serta dalam kompetisi di
dunia cloud service yang selama ini menempatkan Apple, Google, dan Amazon
sebagai pemain utama56.
Layanan streaming musik di Indonesia salah satunya yakni Streamsation,
dimiliki oleh PT. Sibenertika Indonesia bekerjasama dengan perusahaan
telekomunikasi XL Axiata. Streamsation ini tidak memakan banyak kapasitas
bandwith, tidak membutuhkan banyak ruang penyimpanan, serta menghindari
proses pembajakan. Diluncurkan pada November 2009 lalu tersebut, pengguna
bisa menikmati ribuan lagu dari 12 perusahaan musik rekaman dengan tarif
terjangkau, bahkan tidak dikenakan biaya apapun jika pengguna menggunakan
kartu XL. Sedangkan untuk bisa menikmati 5000 lagu yang ada pada
Streamsation, pelanggan dikenakan biaya Rp 50.000 perbulan57.
Sedangkan Ohdio, adalah layanan streaming musik lokal yang mirip
dengan Spotify. Layanan yang memiliki tagline “Dengerin Musik Itu Gampang”
ini masih berupa beta dan hanya bisa diakses di website namun tidak menutup
kemungkinan dikembangkan untuk aplikasi mobile. Sebagai layanan pemancar
musik online, cara kerja Ohdio mirip dengan jejaring video YouTube milik
Google58.
Hingga saat ini baru ada 3 perusahaan musik rekaman yang bekerjasama
dengan Ohdio, yakni Aquarius Musikindo,
Trinity Optima Production,
dan Nagaswara. Aktivitas mendengarkan lagu yang sedang diputar di Ohdio bisa
diintegrasikan dengan media sosial seperti Twitter atau Facebook, selain itu
terdapat fitur “Like” untuk memberi pamor terhadap lagu yang ada di galeri
Ohdio. Pengguna juga dapat mengumpulkan lagu dan membuat playlist, atau
menghapus lagu yang sudah tidak diinginkan dari Jukebox. Layanan musik digital
Ohdio ini merupakan freepremium, artinya pengguna tidak ditarik iuran untuk
56
http://www.merdeka.com/teknologi/samsung-akuisisi-mspot-untuk-saingi-icloud-dan-google-play.html,
diakses pada 2 Juli 2012 pukul 13:30
57
http://techno.okezone.com/read/2009/11/26/54/279595/streamsation-jalur-aman-musik-online-ala-xl,
diakses pada 2 Juli 2012 pukul 21:34
58
http://salingsilang.com/baca/ohdio-layanan-musik-digital-spotify-dari-indonesia, diakses pada 2 Juli pukul
20:23
27
memutar lagu-lagu yang tersedia di sini. Berbeda dengan MelOn ataupun layanan
musik sejenis, pengguna tidak perlu mengunduh software ataupun tools untuk
mendengarkan lagu. Semua lagu disimpan di cloud dan bisa langsung dimainkan
di browser sesaat setelah pengguna memasukkannya ke dalam playlist. Musik
yang tersedia adalah karya dari musisi Indonesia yang memang merupakan pasar
niche yang ditargetkan oleh Ohdio59.
5.3.5 Media Sosial
Bentuk media baru ini semakin berpengaruh pada perilaku konsumen di
pasar, khususnya dalam kesadaran, memperoleh informasi, mengembangkan
pendapat, dan perilaku pembelian. Situs yang interaktif ini memungkinkan
penggemar berinteraksi dengan musisi favoritnya semakin mudah. Platform
seperti Facebook misalnya, hanya dengan mengklik “like” halaman Facebook
musisi/penyanyi/grup musik kesukaan tersebut di Facebook, mereka akan selalu
menerima update tentang musik terbaru, penampilan, informasi tur, foto, video,
dan hal lain mengenai artis untuk memberitahu fans mereka. Facebook dan
MySpace juga memberikan para fans berbagai cara untuk mengakses dan
membeli musik mereka. Facebook kini juga bekerja sama dengan iTunes yang
memungkinkan fans untuk mengklik link yang di-posting pada halaman artis,
yang kemudian mengarahkan mereka ke toko iTunes di mana mereka dapat
melihat dan membeli musik tersebut. Kini Facebook juga menjalin kemitraan
serupa dengan Spotify, yang memungkinkan pengguna untuk berbagi playlist
Spotify yang sedang mereka dengarkan di Facebook mereka60.
Demikian pula dengan layanan streaming video YouTube yang
memungkinkan fans dapat berbagi link video di Facebook, Twitter, Google +, dan
media sosial lainnya hanya dengan mengklik tombol share. Konvergensi multimedia pada platform media sosial ini telah membuat distribusi pesan untuk
59
http://dailysocial.net/post/preview-layanan-streaming-musik-ohdio, diakses pada 2 Juli 2012 pukul 20:22
Margiotta, Michael. 2012. “Influence of Social Media on the Management of Music Star Image”. The Elon
Journal of Undergraduate Research in Communications Vol 3, No 1, pp 5-13
60
28
melakukan promosi dan media pencitraan artis bisa lebih cepat dan mudah61
(Margiotta, 2012). Contoh penggunaan media sosial yang terintegrasi dengan
media sosial lain ataupun layanan lainnya di internet, seperti website dan iTunes
misalnya rapper Dappy yang mempromosikan lagu terbarunya lewat Twitter yang
terintegrasi dengan iTunes, yang langsung membuatnya menempati 20 besar lagu
yang paling banyak di-download di iTunes62. Lain lagi dengan Blur, band Inggris
yang meluncurkan 2 lagu baru lewat Twitter yang terintegrasi dengan website
resmi mereka, yang juga terintegrasi dengan Youtube sehingga bisa di-streaming
oleh para fans mereka, kemudian tidak lama setelah peluncuran lagu, link
download lagu mereka sudah cepat tersedia di iTunes 63.
Sementara di Indonesia sendiri, contohnya program “Share the Stage” dari
Google+ yang baru saja diluncurkan bulan Oktober 2012 lalu. Google+ “Share the
Stage” bekerja sama dengan 7 perusahaan musik rekaman dan 22 artis/musisi
Indonesia di mana mereka bisa berinteraksi dengan penggemar dan menawarkan
musik streaming yang bisa ditonton oleh semua penggemar mereka baik di
Indonesia maupun di luar negeri64. Media sosial yang berbentuk platform
messaging, seperti Kakaotalk juga telah menjadi tren yang dimanfaatkan oleh
perusahaan musik rekaman. Perusahaan asal Korea ini akhirnya pada November
2012 lalu secara resmi bekerja sama dengan Trinity Optima Production. Bentuk
kerja sama tersebut yakni beberapa artis musik Trinity Optima Production yaitu
Afgan dan Vidi Aldiano memiliki akun resmi pada platform Kakaotalk. Dengan
memiliki akun resmi tersebut maka Afgan dan Vidi Aldiano bisa memberikan info
terbaru soal kegiatan mereka kepada semua orang selaku teman dalam Kakaotalk
tersebut65.
61
Ibid
http://musically.com/2012/07/04/dappy-finds-itunes-success-tweeted-tarzan-2-release/, diakses pada 29
November pukul 20:05
62
63
http://www.fuse.tv/2012/06/blur-debut-two-songs-via-twitter, diakses pada 29 November pukul 20:05
64
http://rollingstone.co.id/read/2012/10/17/205623/2065476/1093/afgan-vidi-aldiano-nidji-pee-wee-gaskinsramaikan-proyek-google--share-the-stage diakses 28 oktober 2012 pukul 12:56
65
http://www.trenologi.com/201211206187/kakaotalk-gandeng-vidi-aldiano-sebagai-friend/, diakses pada 15
Desember pukul 23:04
29
5.4 Manajemen Musik Rekaman
Seperti juga organisasi atau perusahaan lain, musik rekaman juga
menggunakan manajemen dalam menjalankan kegiatannya, dan memiliki orangorang yang bertanggung jawab atas suatu pekerjaan, dan juga memiliki sumber
daya-sumber daya perusahaan. Secara umum, manajemen sangat dibutuhkan oleh
sebuah perusahaan atau organisasi, karena tanpa manajemen, maka pencapaian
tujuan serta misi perusahaan akan sulit dicapai. Ada 3 alasan mengapa manajemen
dibutuhkan oleh perusahaan66 :
1. Untuk mencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi.
2. Untuk menjaga keseimbangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga
keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan
yang saling bertentangan dari pihak-pihak berkepentingan dalam
organisasi
3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat
diukur dengan banyak cara yang berbeda : salah satu cara yang umum
yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan patokan efisiensi dan
efektivitas.
Manajemen media secara definisi yakni bagaimana pengelolaan media
dengan prinsip-prinsip dan seluruh proses manajemennya dilakukan, baik
terhadap media sebagai industri yang bersifat komersial maupun sosial, media
sebagai institusi komersial maupun sebagai institusi sosial67. Manajemen juga erat
kaitannya dengan alokasi sumber daya perusahaan, seperti yang diungkapkan oleh
Pringles, Jennings dan Longenecker, bahwa manajemen yakni proses memperoleh
dan menggabungkan manusia, keuangan, sumber daya informasi, dan aset fisik
66
Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta : Prenada
Media Group hal 128.
67
Siregar, Amir Effendi. 2010. “Kajian dan Posisi Manajemen Media Serta Peta Media di Indonesia”. Dalam
Siregar, Amir Effendi, dkk. Potret Manajemen Media di Indonesia. Yogyakarta : Total Media hal 5.
30
untuk mencapai tujuan utama organisasi dari sebuah produk atau jasa yang
diinginkan oleh beberapa segmen masyarakat68.
Pada perusahaan musik rekaman, jajaran manajemen baik Pimpinan
perusahaan dan manajer bertanggung jawab dalam melaksanakan koordinasi
sumber daya perusahaan sedemikian rupa agar tujuan perusahaan tercapai. Dalam
melaksanakan tanggung jawab manajemen tersebut, terdapat 4 fungsi dasar
manajemen, yakni perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
memberi pengaruh (influencing), dan pengendalian (controlling)69.
5.4.1
Perencanaan (Planning)
Perencanaan melibatkan penetapan tujuan organisasi dan penyediaan
sumber daya yang dibutuhkan, guna dapat menyelesaikan tujuan, baik tujuan
jangka pendek maupun jangka panjang yang keduanya dibutuhkan oleh
perusahaan sebagai proses perencanaan. Perencanaan dimulai dari mendefinisikan
sasaran sasaran, menetapkan strategi, kemudian baru bisa mengembangkan
kinerja kerja untuk mengelola aktivitas. Dalam hal layanan, dalam perencanaan
juga harus dibuat untuk mengetahui minat dan kebutuhan audience, dalam hal ini
para penikmat musik yang juga menjadi target market perusahaan musik
rekaman. Sebagai perusahaan musik rekaman major dalam perencanaan perlu
dilihat tren musik yang akan dan sedang berkembang dengan melihat
kecenderungan minat masyarakat. Perusahaan musik rekaman juga menentukan
artis-artis mana saja yang akan diasuh oleh perusahaan dan menentukan akan
seperti apa musik mereka sehingga bisa diterima masyarakat.
Dalam sebuah perencanaan, terlebih dulu perusahaan harus memiliki misi
atau tujuan unik perusahaan. Pernyataan misi menurut Morissan70 berfungsi
68
Pringle, Peter K dan Michael F.Starr. 2006. Electronic Media Management 5th edition. USA : Elsevier hal
3.
69
Op.cit hal 9.
70
Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta : Prenada
Media Group hal 132.
31
memberikan
sinyal
bagaimana
sebuah
perusahaan
mengukur
tingkat
keberhasilannya. Sedangkan tujuan organisasi atau biasa disebut visi, merupakan
pernyataan tentang keadaan yang diinginkan oleh perusahaan, atau situasi yang
tidak terdapat sekarang tetapi dimaksudkan untuk dicapai di waktu yang akan
datang melalui kegiatan-kegiatan organisasi atau perusahaan71.
5.4.1.1 Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis adalah bagian dari perencanaan (planning) yang
berisi rencana permainan (game plan) perusahaan. Istilah perencanaan strategis
(strategic plans) diperkenalkan pada tahun 1950-an dan menjadi populer sejak
tahun 1960 hingga 1970-an72. Perencanaan strategis memiliki sinonim yakni
manajemen strategis, namun penulis memilih untuk menggunakan istilah
perencanaan strategis agar istilah manajemen yang digunakan pada penelitian ini
tidak tumpah tindih. Istilah manajemen strategis mengacu pada formulasi,
implementasi, dan evaluasi strategi, namun perencanaan strategis hanya mengacu
pada formulasi strategi saja. Seperti halnya sebuah klub sepakbola yang memiliki
rencana permainan agar memiliki peluang untuk menang, hal yang sama juga
terjadi pada perusahaan yang membutuhkan rencana strategis yang baik agar
sukses berkompetisi73.
Semakin bertumbuhnya suatu industri, maka semakin penting bagi
perusahaan untuk memiliki sebuah rencana strategis. Rencana strategis secara
dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasi yang lebih luas, yaitu
mengimplementasikan misi yang memberikan alasan khas keberadaan organisasi.
Secara singkat, rencana strategis yakni proses pemilihan tujuan organisasi,
penentuan strategi, kebijaksanaan, dan program strategis yang diperlukan untuk
71
72
Ibid
David, Fred. R. 2006. Strategic Management : Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : Salemba Empat hal
6
73
Ibid
32
mencapai tujuan-tujuan tersebut dan penetapan metode yang diperlukan untuk
menjamin bahwa strategi telah diimplementasikan74.
Rencana strategis atau manajemen strategis juga mencakup bagaimana
perusahaan memanfaatkan lingkungan yang selalu berubah-ubah dengan sebaikbaiknya75. Dalam hal ini, perusahaan musik rekaman menghadapi tantangan
teknologi informasi dan komunikasi yang tidak stabil, bagaimana perusahaan
musik rekaman memanfaatkan memanfaatkan lingkungan yang tidak stabil
tersebut merupakan bagian dari rencana strategis. Ada 3 alasan mengapa
perusahaan perlu memiliki sebuah rencana strategis yakni untuk membantu
perusahaan untuk dapat membedakan seberapa baik kinerja perusahaan, hal ini
menjelaskan mengapa beberapa perusahaan berhasil, sementara yang lain gagal,
padahal mereka menghadapi kondisi lingkungan yang serupa. Alasan kedua yakni
berhubungan dengan fakta bahwa manajer di semua jenis dan ukuran organisasi
terus menghadapi situasi yang berubah. Ketidakpastian situasi bisa teratasi dengan
menggunakan rencana strategis proses manajemen strategis untuk memeriksa
faktor-faktor yang relevan dan memutuskan tindakan apa yang akan diambil.
Terakhir, karena organisasi bersifat kompleks dan beragam, serta setiap bagian
dalam perusahaan harus bekerja untuk mencapai tujuan organisasi76.
Adapun langkah-langkah perencanaan strategis menurut Fred R.David
yaitu77 :
1. Mengembangkan Visi dan Misi
Banyak perusahaan sekarang mengembangkan pernyataan visi yang
menjawab pertanyaan “Ingin menjadi seperti apa kita”. Mengembangkan
pernyataan visi sering dianggap sebagai tahap pertama dalam perencanaan
strategis, bahkan mendahului pernyataan misi. Pernyataan misi adalah
74
Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta : Prenada
Media Group hal 136.
75
Glueck, William F & Lawrence R. Jauch. 1992. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta :
Erlangga hal 6.
76
Robbins, Stephen P & Mary Coulter. 2010. Manajemen. Jakarta : Erlangga hal 213.
77
David, Fred. R. 2006. Strategic Management : Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : Salemba Empat hal
17
33
“pernyataan jangka panjang yang membedakan satu perusahaan dengan
perusahaan sejenis lainnya”. Pernyataan misi secara kasar yakni menggambarkan
arah atau masa depan suatu organisasi78.
2. Mengidentifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal Perusahaan.
Peluang dan ancaman sebagian besar berada di luar kendali organisasi –
karena itulah disebut eksternal. Dalam identifikasi lingkungan eksternal,
pengelola perusahaan memeriksa lingkungan khusus dan umum untuk melihat
tren serta perubahan yang terjadi di sekitar perusahaan. Setelah menganalisis
lingkungan, pengelola perusahaan baru kemudian dapat menemukan peluang apa
saja yang dapat dieksploitasi oleh perusahaan, serta ancaman apa saja yang harus
diatasi perusahaan. Faktor teknologi memiliki pengaruh besar terhadap ancaman
dan peluang perusahaan. Apakah teknologi memungkinkan produk dan layanan
yang akan dibuat lebih murah dan dengan standar yang lebih baik dari kualitas?
Apakah teknologi memungkinkan kesempatan (opportunity) lebih banyak untuk
melakukan produk dan layanan yang inovatif, pengurangan biaya komunikasi, dan
peningkatan kerja jarak jauh? Bagaimana kemudian distribusi produk atau jasa
dipengaruhi oleh teknologi baru? Semua ada faktor memiliki potensi untuk
mengubah perusahaan79.
3. Mengidentifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal Perusahaan
Analisis Internal.
Kekuatan dan kelemahan internal adalah aktivitas organisasi yang dapat
dikontrol yang dijalankan dengan sangat baik atau sangat buruk. Mengidentifikasi
dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasi dalam area fungsional
suatu bisnis adalah aktivitas manajemen yang sangat penting. Organisasi berusaha
untuk menjalankan strategi yang mendayagunakan kekuatan internal dan
78
Op.Cit hal 13
Carpenter, Mason A & WM. Gerard Sanders. 2009. A Dynamic Perspective :Concepts and Cases 2nd
edition. New Jersey : Prentice Hall hal 135.
79
34
menghilangkan kelemahan internal80. Lewat analisis internal, perusahaan bisa
mengetahui informasi penting mengenai sumber daya dan kapabilitas khusus yang
dimiliki perusahaan. Sumber daya perusahaan adalah aset yang meliputi
keuangan, fisik, manusia, dan sesuatu yang tidak berwujud yang digunakan untuk
mengembangkan,
membuat,
dan
mengantarkan
produk
kepada
para
pelanggannya. Kelemahan dan kekuatan perusahaan adalah fokus dari melakukan
analisis internal. Semua aktivitas organisasi yang dikerjakan dengan baik atau
sumber daya yang unik disebut kekuatan, sedangkan aktivitas organisasi yang
tidak dilakukan dengan baik atau sumber daya yang diperlukan tetapi belum
dimiliki adalah kelemahan. Gabungan antara analisis eksternal dan internal
gabungan disebut analisis SWOT, yaitu analisis atas kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman organisasi. Setelah melakukan analisis SWOT, pengelola
perusahaan baru bisa memformulasikan strategi yang tepat.
4. Menetapkan Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang dapat didefinisikan sebagai hasil spesifik yang
ingin dicapai suatu organisasi untuk menjalankan misi dasarnya. Untuk
mempersiapkan tujuan jangka panjang, ada beberapa hal yang bisa dilakukan
perusahaan yakni : (1) Apakah tujuan tersebut dapat diterima, (2) Apakah tujuan
tersebut bersifat fleksibel, (3) Apakah tujuan perusahaan tersebut dapat terukur
seiring waktu, (4) Apakah tujuan tersebut sesuai, (5) Apakah tujuan tersebut dapat
dipahami, dan terakhir (6) Apakah tujuan tersebut dapat dicapai81.
5. Merumuskan Alternatif Strategi dan Memilih Strategi
Setelah melihat lingkungan internal dan eksternal perusahaan dan juga
menetapkan tujuan jangka panjang, maka langkah selanjutnya yakni merumuskan
strategi-strategi apa yang tepat untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut.
80
David, Fred. R. 2006. Strategic Management : Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : Salemba Empat hal
15.
81
Pearce, John A & Richard B. Robinson, Jr. 2008. Manajemen Strategis Formulasi , Implementasi, dan
Pengendalian. Jakarta : Salemba Empat hal 252
35
Setelah dirumuskan menjadi beberapa strategi, pemimpin kemudian memilih
strategi yang paling tepat untuk kemudian diimplementasikan
6. Mengimplementasikan Strategi
Setelah
diformulasikan,
strategi-strategi
tersebut
kemudian
diimplementasikan. Tidak peduli seberapa efektif sebuah organisasi telah
merencanakan
strateginya,
kinerja
bisa
buruk
jika
strategi
tidak
diimplementasikan dengan benar.
7. Mengevaluasi Strategi
Langkah terakhir dalam perencanaan strategis adalah mengevaluasi hasil
dari strategi-strategi yang telah diimplementasikan. Seberapa efektif strategi telah
membantu organisasi mencapai tujuannya? Penyesuaian apa saja yang
dibutuhkan? Setelah menilai hasil strategi sebelumnya ,kemudian menentukan
perubahan apa saja yang mesti diputuskan.
5.4.2
Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang
sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki, dan lingkungan yang
melingkupinya. Aspek dalam pengorganisasian adalah departementalisasi dan
pembagian kerja. Departementalisasi merupakan pengelompokkan kegiatankegiatan kerja agar kegiatan-kegiatan sejenis dan saling berhubungan dapat
dikerjakan bersama, hal ini tercermin dalam struktur formal organisasi.
Sedangkan pembagian kerja merupakan pemerincian tugas agar tiap indiviu
bertanggung jawab dan melaksanakan kegiatan tersebut82.
Kung83 berpendapat bahwa struktur organisasi membantu menjelaskan
bagaimana sebuah struktur dalam suatu perusahaan media beradaptasi dalam
82
Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta : Prenada
Media Group hal 142.
83
Kung, Lucy. 2008. Strategic Management in The Media : Theory to Practices. London : Sage hal 13
36
menanggapi lingkungan strategis yang berubah-ubah dan bagaimana implikasi
perkembangan tersebut bagi strategi dan kinerja perusahaan. Adapun tipikal
departementalisasi dalam perusahaan musik rekaman adalah sebagai berikut84 :
1. Artist and Repertoire (A&R)
Artis dan Repertoar (A&R) adalah pencari bakat dalam industri musik
rekaman, serta mengoordinasikan para bakat (talent) di bidang musik. A&R juga
bertugas mencari bakat yang sesuai dengan lagu-lagu yang potensial. Salah satu
pekerjaan utama dari seorang A&R yakni mendengarkan kaset dan CD demo
yang dikirimkan oleh musisi, grup musik atau penyanyi yang belum tergabung
dalam label. Untuk menemukan bakat-bakat yang belum terasah tersebut,
perusahaan-perusahaan rekaman besar (major) mengirimkan A&R mereka ke
berbagai klub musik.
2. Sales and distribution
Departemen ini mengurusi segala sesuatu yang berhubungan dengan
penjualan produk dan memastikan bahwa kaset atau CD sampai ke tempat-tempat
distribusi dimana konsumen bisa menemukan dan membelinya dengan mudah.
Penjualan album sesungguhnya dapat dilakukan setelah 1 bulan album dirilis ke
pasaran.
3. Business
Secara umum, departemen bisnis dalam bisnis rekaman sama seperti bisnis
lainnya, yakni di dalamnya termasuk juga pengacara, akuntan, peneliti pasar,
analis keuangan, dan staf kesekretariatan dan administrasi.
4. Advertising and Merchandising
Departemen
Advertising
dan
Merchandising
bertanggung
jawab
membantu penjualan dengan melakukan perencanaan iklan, kampanye, dan
84
Dominick, Joseph R. 2005. The Dynamics of Mass Communication : Media in The Digital Age, 8th ed.
New York : McGrawHill hal 214-216
37
menampilkan point-of-purchase, termasuk di outlet-outlet penjualan. Kampanye
iklan juga sejalan dengan departemen promosi untuk kegiatan promosi album
musik, termasuk juga iklan di media elektronik dan media cetak. Di dalam bisnis
rekaman, departemen promosi juga bertugas meyakinkan stasiun radio untuk
memutar lagu kelompok musik atau penyanyi yang bernaung di perusahaan
mereka. Hal ini tidak mudah karena stasiun radio sekarang banyak yang
membatasi pemutaran lagu. Radio di Amerika contohnya, dengan jumlah single
lagu sekitar 5000 dan 2500 album yang beredar, hanya tersedia sekitar 4 atau 5
slot di setiap stasiun radio setiap minggunya.
5. Publicity
Departemen publisitas bertugas mendapatkan liputan pers bagi pendatang
baru atau rilisan baru dan memiliki tanggung jawab untuk mendapatkan ulasan
dari media terkemuka, khususnya media musik seperti Rolling Stone atau
Billboard. Departemen ini juga bertanggung jawab memasok konsumen dengan
berita, foto, serta informasi lainnya dari musisi, grup musik atau penyanyi yang
bernaung pada label-nya.
6. Artist Development
Departemen pengembangan artis bertanggung jawab atas kegiatan yang
dirancang untuk mengembangkan karir sebuah kelompok musik atau penyanyi.
Departemen ini juga yang mengatur jadwal tur, memastikan bahwa sebuah konser
terproduksi dengan baik serta mengelola penampilan kelompok musik atau
penyanyi di televisi.
Pada pengorganisasian sebagai akibat perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi dapat ditemukan 2 hal yakni restrukturisasi dan outsourcing.
Dalam pengorganisasian, tidak jarang ditemukan adanya restrukturisasi atau
penyusunan kembali struktur organisasi yang telah ada sebelumnya menjadi
struktur organisasi baru. Hal tersebut dapat terjadi salah satunya karena tantangan
teknologi seringkali membuat perusahaan melakukan suatu penyesuaian.
38
Perusahaan biasanya merancang struktur organisasinya untuk menekankan dan
mendukung aktivitas-aktivitas yang penting secara strategis85.
Sementara itu dalam hal outsourcing, kini bukan lagi hal asing untuk
didengar. Perusahaan modern kini banyak perusahaan besar yang menyerahkan
pekerjaan yang saat ini dilakukan secara internal kepada pihak outsourcing86.
Outsourcing sebenarnya memiliki beberapa keunggulan potensial, yakni misalnya
dapat menurunkan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, dibandingkan jika
aktivitas atau pekerjaan yang diserahkan ke outsourcing dilakukan secara internal,
dalam hal ini dengan melalukan outsourcing berarti dapat mengurangi jumlah
modal yang harus diinvestasikan oleh suatu perusahaan dalam kapasitas produksi
atau jasa87.
Lebih lanjut pengaruh perkembangan teknologi terhadap sumber daya
manusia bisa mencapai tahap tingkat struktur organisasi perusahaan. Organisasi
menyesuaikan struktur mereka terhadap teknologi dengan mempertimbangkan
seberapa rutin teknologi tersebut digunakan, maka semakin mekanistik atau
semakin kaku struktur organisasi tersebut. Sementara itu organisasi dengan
teknologi yang kurang rutin digunakan cenderung lebih bersifat organik atau lebih
fleksibel dan dinamis88. Intinya, tidak ada satu pun perusahaan yang memiliki
sumber daya yang tak terbatas, tidak terkecuali perusahaan media, oleh karena itu
penyusun strategi dalam hal ini para pengelola media harus bisa memutuskan
alternatif strategi mana yang akan memberikan keuntungan terbanyak89.
85
Pearce, John A & Richard B. Robinson, Jr. 2008. Manajemen Strategis Formulasi , Implementasi, dan
Pengendalian. Jakarta : Salemba Empat hal 439-440
86
Op.Cit hal 446
87
Op.cit hal 446
88
Robbins, Stephen P & Mary Coulter. 2010. Manajemen. Jakarta : Erlangga hal 248.
89
David, Fred. R. 2006. Strategic Management : Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : Salemba Empat hal
7
39
5.4.3
Memberikan Pengaruh (Influencing)
Tahapan fungsi manajemen yang ketiga yakni mempengaruhi atau
memberikan arahan (directing), yaitu menstimulasi karyawan agar melaksanakan
tanggung jawab mereka dengan antusias dan efektif. Fungsi ini juga melibatkan
motivasi
karyawan
(motivating),
berkomunikasi
dengan
karyawan
(communicating), pelatihan (training), dan pengaruh personal (personal
influence)90. Dalam hal perusahaan media, pengelola perusahaan juga mengurusi
hal yang berkaitan dengan berbagai kerja sama, berarti di sini pengelola
melakukan komunikasi dengan bernegosiasi, misalnya dalam program akusisi,
biaya untuk hak cipta, biaya lisensi, layanan berita, dan produksi lokal, dan lainlain91.
5.4.4 Pengawasan (Controlling)
Fungsi pengawasan merupakan proses untuk mengetahui apakah tujuantujuan perusahaan sudah tercapai atau belum. Kegiatan pengawasan secara
periodik terhadap masing-masing individu dan departemen memungkinkan
pengelola perusahaan untuk membandingkan kinerja sebenarnya dengan yang
telah direncanakan92. Dalam perusahaan musik rekaman, fungsi pengawasan bisa
diterapkan oleh pimpinan perusahaan saat pelaksaaan strategi, apakah strategi
mempromosikan sebuah album baru sebuah band misalnya, berjalan dengan baik
atau tidak, apakah promosinya tepat sasaran atau tidak, dan lain sebagainya.
90
Pringle, Peter K dan Michael F.Starr. 2006. Electronic Media Management 5th edition. USA : Elsevier hal
17.
91
Albarran, Alan B. 2002. Management of Electronic Media 2nd edition. Amerika : Wadsworth Thomson
Learning hal 21.
92
Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta : Prenada
Media Group hal 159.
40
5.5 Sumber Daya Perusahaan Musik Rekaman
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya pada sub bab manajemen di
atas, bahwa sumber daya perusahaan terdiri dari pesan, dana, aset fisik, dan
manusia. Aset fisik di sini secara jelas adalah teknologi, seperti yang Grossberg
dkk93 katakan, bahwa teknologi adalah sarana fisik dalam memproduksi,
mereproduksi, dan mendistribusikan barang, jasa, bahan, dan produk budaya.
Dalam kasus komunikasi, teknologi mencakup media fisik dan teknik, praktekpraktek teknis dan mesin, dimana kita berkomunikasi.. Sehingga bisa disimpulkan
bahwa sumber daya organisasi yakni sumber daya manusia, keuangan, sumber
daya informasi, dan teknologi yang menyertainya. Karena tidak ada organisasi
yang memiliki sumber daya yang tak terbatas, penyusun strategi dalam hal ini
pengelola media harus memutuskan alternatif strategi mana yang akan
memberikan keuntungan terbanyak94.
1. Sumber daya informasi atau pesan.
Pesan dari sebuah musik rekaman adalah lagu. Lagu-lagu tersebut
memiliki berbagai format yang berubah secara dinamis dari waktu ke waktu.
Format pesan dalam hal ini berubah akibat perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi. Dari mulai phonograph, gramaphone, format cakram, kemudian
muncul format vinyl, lalu kaset hadir di tahun 1950-an, baru kemudian diikuti
oleh CD di tahun 198095. Kemudian, di tahun 1999 ,situs P2P file sharing pertama
yakni Napster muncul seiring munculnya format yang akhirnya mengubah
industri musik rekaman sampai saat ini, yakni format MP396. Selain MP3, format
digital lainnya yakni WAV, AAC, WMA, Real Audio, dan terakhir adalah format
93
Grossberg, Lawrence, Ellen Wartella, D.Charles Whitney, J.Macgregor Wise. 2006. Media Making : Mass
Media in Popular Culture. America : Sage Publication hal 13.
94
David, Fred. R. 2006. Strategic Management : Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : Salemba Empat hal
7
95
Rodman, George. 2009. Mass Media In a Changing World : History, Industry, Controversy, 2nd edition.
New York : McGrawHill hal 223
96
Opcid hal 224
41
MIDI97. Tidak hanya format pesan, produksi pesan pun berubah. Kalau dulu untuk
memproduksi sebuah lagu membutuhkan peralatan rekaman analog yang cukup
rumit, kini dengan rekaman digital, proses rekaman lebih mudah baik untuk
perusahaan musik rekaman maupun musisi sebagai komposer lagu atau pesan
tersebut.
2. Dana
Sumber daya perusahaan lainnya adalah uang atau dana, yakni modal yang
dibutuhkan untuk memperoleh peralatan, fasilitas, orang, dan kemampuan untuk
mengejar peluang yang ditargetkan perusahaan98. Munculnya perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi menyebabkan perusahaan menghasilkan
pendapatan tambahan sekaligus bisa mengurangi biaya (reduce cost), serta bisa
mengubah aturan persaingan di pasar media. Kemunculan internet dan digitalisasi
jelas menggambarkan keragaman strategi perusahaan media yang berbeda dan
menunjukkan besarnya perubahan yang dibawa teknologi komunikasi. Namun
demikian, manajemen media dan literatur ekonomi belum cukup mengeksplorasi
subjek inovasi atau adopsi teknologi dalam konteks perilaku perusahaan dan apa
yang menyebabkan perilaku tersebut. Teknologi media baru dalam konteks ini
mengacu pada produk, layanan, sistem, atau proses yang dapat digunakan untuk
mengubah atau meningkatkan konsumsi produk media massa dan dianggap baru
oleh perusahaan yang baru mengadopsi99.
3. Aset Fisik atau Teknologi
Dalam hal media sebagai institusi, teknologi bukanlah merupakan bagian
yang independen dari masyarakat. Teknologi dibuat, dibentuk, dan dikendalikan
oleh lembaga-lembaga yang terlibat dalam produksi (production) dan penggunaan
(use). Institusi adalah setiap entitas dalam skala besar, mewujudkan berbagai
97
Naratama, Aulia dan Ryan Akira. Revolusi Perilaku Konsumen Dalam Era Industri Musik Digital di
Indonesia, Universitas Bina Nusantara, Jakarta: 2008.
98
Pearce, John A & Richard B. Robinson, Jr. 2008. Manajemen Strategis Formulasi , Implementasi, dan
Pengendalian. Jakarta : Salemba Empat hal 543.
99
Chan-Olmsted, Sylvia M. 2006. “Issues in Media Management and Technology”. Dalam Albarran, Alan B,
Sylvia. M. Chan-Olmsted & Michael O Wirth. Handbook of Media Management and Economics. New Jersey
: Lawrence Erlbaum Associates hal 252.
42
hubungan sosial dan fungsi sosial, yang diciptakan oleh manusia untuk melakukan
fungsi-fungsi
sosial
penting bagi masyarakat. Institusi kemudian adalah organisasi
tertentu
di
mana
keputusan-keputusan
suatu
organisasi
tertentu
diputuskan100. Logikanya adalah, semakin baru teknologi tersebut, maka semakin
besar ketidakpastian dan perusahaan pun akan lebih ragu-ragu adalah untuk
berinvestasi dalam teknologi101.
Pemanfaatan sumber daya teknologi sangat penting bagi perusahaan demi
menjaga keunggulan kompetitif. Di jaman sekarang ini adalah masa lean
production, yaitu teknologi yang baru serta sistem yang tidak ketat
memungkinkan pekerjaan dilakukan oleh para karyawan yang lebih sedikit serta
persediaan dalam jumlah yang lebih kecil 102. Hal tersebut yang juga memicu
perampingan perusahaan dalam hal sumber daya manusia. Mengadopsi teknologi
media baru juga bisa membawa pendapatan baru dengan menarik konsumen dan
segmen baru atau meningkatkan loyalitas konsumen media yang telah ada, namun
itu semua membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Faktor biaya teknologi tentu
mempengaruhi keinginan perusahaan media untuk mengadopsi sebuah teknologi
baru. Bahkan, karena ketidakpastian baliknya modal untuk penggunaan teknologi
baru ini, perusahaan-perusahaan dengan sumber daya yang cukup, mungkin
memilih untuk tidak mengadopsi inovasi tertentu jika teknologi tersebut dirasa
terlalu mahal103.
4. Sumber Daya Manusia
Sumber daya perusahaan yang tidak kalah penting yakni sumber daya
manusia. Melakukan investasi pada teknologi untuk tetap kompetitif dan
menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi penting dilakukan perusahaan.
100
Grossberg, Lawrence, Ellen Wartella, D.Charles Whitney, J.Macgregor Wise. 2006. Media Making : Mass
Media in Popular Culture. America : Sage Publication hal 13.
101
Chan-Olmsted, Sylvia M. 2006. “Issues in Media Management and Technology”. Dalam Albarran, Alan
B, Sylvia. M. Chan-Olmsted & Michael O Wirth. Handbook of Media Management and Economics. New
Jersey : Lawrence Erlbaum Associates hal 264.
102
Schermerhorn Jr, John. R. 1998. Manajemen : Buku 1. Yogyakarta : Penerbit Andi hal 77
103
Chan-Olmsted, Sylvia M. 2006. “Issues in Media Management and Technology”. Dalam Albarran, Alan
B, Sylvia. M. Chan-Olmsted & Michael O Wirth. Handbook of Media Management and Economics. New
Jersey : Lawrence Erlbaum Associates hal 266.
43
Namun, teknologi tersebut tidak dapat beroperasi secara efisien bila para operator,
dalam hal ini sebagai salah satu sumber daya manusia, tidak kapabel dan terampil.
Investasi pada teknologi hanya memberikan keunggulan kompetitif yang terbatas
karena “Machines don’t make things, people do”104 atau “Mesin tidak membuat
sesuatu, tapi manusia yang membuatnya.” Sumber daya manusia menentukan
bertahan atau tidaknya suatu perusahaan di era yang ditandai dengan kompetisi
yang ketat. Sumber daya manusia harus kreatif dan inovatif dalam merespon
lingkungan yang berubah. Pemberdayaan adalah salah satu strategi untuk
memperbaiki sumber daya manusia dengan pemberian tanggung jawab dan
kewenangan terhadap mereka yang nantinya diharapkan dapat memungkinkan
mereka mencapai kinerja yang lebih tinggi di era yang selalu berubah105.
104
105
Handoko, T.H. 2003. Manajemen. Edisi 2. Cetakan ke 18. BPFE, Yogyakarta hal 96
Rokhman Jr, Wahibur. 2003. Paradigma Baru Manajemen SDM. Yogyakarta : Amara Books hal 21.
44
Gambar 1
Bagan Alur Berpikir
RBT
Media
Sosial
Full Track
Download
Teknologi Informasi
dan Komunikasi
P2P File
Sharing
Streaming
Musik
Perusahaan Musik
Rekaman
Manajemen
Planning
Sumber Daya
Perusahaan
Perencanaan Strategis :
1. Visi, Misi, Strategi
2. Analisis Lingkungan
Eksternal
3. Analisis Lingkungan
Internal
4. Formulasi Strategi
5. Implementasi
6. Evaluasi
Pesan
Sumber Daya
Manusia
Dana
Organizing
Leading
Aset Fisik
/Teknologi
Controlling
45
Pada bagan yang telah dijelaskan di atas, dapat dilihat bahwa alur berpikir
penulis dalam penelitian ini dimulai dari adanya suatu teknologi informasi dan
komunikasi yang memiliki pengaruh besar terhadap industri musik rekaman.
Adapun bentuk-bentuk dari teknologi informasi dan komunikasi dalam industri
musik rekaman tersebut ada 5, yaitu munculnya situs-situs peer-to-peer (P2P) file
sharing, ring back tone (RBT), layanan full track download, layanan streaming
musik, dan situs media sosial sebagai sarana mempromosikan musik.
Teknologi informasi dan komunikasi ini berpengaruh besar terhadap
keberlangsungan perusahaan musik rekaman sebagai sebuah institusi media.
Seperti juga normalnya suatu perusahaan maka dalam sebuah perusahaan musik
rekaman terdapat manajemen yang berfungsi mengelola perusahaan sehingga
dapat mencapai tujuannya. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini
pun otomatis berpengaruh juga terhadap fungsi-fungsi manajemen yang terdiri
dari 4 fungsi, yaitu perencanaan (planning), yang di dalamnya terdapat
perencanaan strategis, yang terdiri dari tujuan (visi), misi, dan strategi, analisis
lingkungan eksternal dan internal, formulasi strategi, implementasi, dan yang
terakhir evaluasi. Kemudian, perkembangan teknologi juga mempengaruhi fungsi
manajemen lainnya yakni pengorganisasian (organizing), memberikan pengaruh
(influencing), dan pengawasan (controlling).
Tidak hanya itu, seperti juga perusahaan lain yang memiliki sumber daya,
begitu pula halnya dengan perusahaan musik rekaman. Sumber daya-sumber daya
dalam perusahaan musik rekaman ada 4 yaitu sumber daya pesan, dalam kasus ini
yaitu musik atau lagu, sumber daya manusia, dana atau modal, dan juga sumber
daya aset fisik atau teknologi yang dimiliki perusahaan musik rekaman. Di sini
penulis ingin mengetahui apa saja dampak perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi kepada sumber daya-sumber daya perusahaan musik rekaman
tersebut.
46
6
Metodologi Penelitian
6.1 Pendekatan
Sebuah penelitian membutuhkan alat bantu untuk dapat mendapatkan dan
menganalisis data. Dalam penelitian ini yakni bagaimana manajemen musik
rekaman dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
industri musik rekaman Indonesia, maka akan lebih tepat jika menggunakan
metode kualitatif agar bisa mengungkapkan fenomena secara lebih mendalam.
Dalam melihat kasus yang terjadi, penulis akan menggunakan pendekatan
studi kasus. Studi kasus biasanya digunakan sebagai pisau penelitian dalam kasus
yang terbilang unik. Studi kasus dirasa paling tepat karena dapat membedah
fenomena kontemporer, kemudian menjawab dengan why dan how, dan penulis
tidak dapat atau tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi objek yang
diteliti106.
Kasus unik yang menjadi alasan mengapa penulis ingin meneliti PT.
Trinity Optima Production adalah karena penulis melihat bahwa PT. Trinity
Optima Production terbilang lebih inovatif dalam hal menerapkan saluran media
baru internet, khususnya penggunaan media sosial dibandingkan dengan
perusahaan musik rekaman lain. Seperti misalnya, Trinity Optima Production
merupakan perusahaan musik rekaman pertama di Indonesia yang menggunakan
aplikasi mobile chatting Kakaotalk dan Line sebelum perusahaan musik rekaman
lain. Selain itu Trinity Optima Production merupakan salah satu perusahaan musik
rekaman yang paling berhasil dalam hal penjualan ring back tone (RBT), artinya
perusahaan
Trinity
Optima
Production
tidak
tanggung-tanggung
dalam
memanfaatkan perkembangan teknologi yang sedang terjadi di lingkungan
industri mereka. Bahkan untuk lebih sukses dalam penggunaan teknologi tersebut,
Trinity Optima Produciton mendirikan Trinity Creative Technology atau biasa
disebut Dignity, sebuah divisi baru yang mengurusi mengenai musik digital di
tahun 2011 lalu.
106
Wimmer, Robert D dan Joseph.R.Dominick.2006.Mass Media Research, An Introduction. Amerika :
Thomson Wadsworth hal 137.
47
Dignity yang awalnya didirikan untuk mengakomodir RBT, namun hanya
selang 3 bulan justu muncul peraturan pemerintah untuk menghentikan layanan
RBT. Kondisi yang cukup ironis tersebut juga turut menarik perhatian penulis
karena sangat menarik untuk diketahui bagaimana kemudian Trinity Optima
Production mengatasi hal tersebut. Hilangnya sumber pendapatan utama yakni
RBT membuat perusahaan harus melakukan langkah-langkah strategis untuk
mendapatkan sumber pendapatan baru. Penulis tertarik ingin mengetahui lebih
lanjut mengenai langkah-langkah manajemen apa sajakah yang dilakukan oleh
perusahaan musik rekaman Trinity Optima Production dalam menghadapi
teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang cepat dan dinamis
terutama dalam industri musik rekaman Indonesia.
Dalam kasus manajemen media musik rekaman dalam menghadapi
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi industri musik Indonesia,
syarat sebuah pendekatan studi kasus telah terpenuhi karena kajian mengenai
musik rekaman, khususnya di Indonesia masih terbilang belum banyak dan butuh
kajian yang lebih mendalam. Kemudian, kasus ini juga termasuk kontemporer
karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam industri musik
Indonesia sangat dinamis dan berkembang begitu cepat, dalam hal ini penulis
ingin mengetahui manajemen seperti apa yang dilakukan oleh perusahaan musik
rekaman, yakni PT. Trinity Optima Production, sebagai objek penelitian. Lalu,
syarat terakhir yaitu peneliti tidak memiliki kemampuan untuk mengubah tatanan
dalam proses manajemen perusahaan musik rekaman sehingga penulis hanya
mengamati fenomena dan fakta yang ada di lapangan.
Kasus manajemen musik rekaman dalam menghadapi perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi industri musik memang tidak termasuk baru.
Namun, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang
secara dinamis sehingga butuh diteliti lebih lanjut. Apalagi sejak munculnya
format MP3, pembajakan kian mudah dilakukan. Belum lagi maraknya Ring Back
Tone (RBT) serta munculnya toko musik digital oleh perusahaan jasa
telekomunikasi seluler yang juga turut mempengaruhi keberlangsungan sebuah
48
perusahaan musik rekaman Indonesia. Dari paparan yang telah dijelaskan, maka
dapat disimpulkan bahwa penelitian ini layak untuk diteliti dan mampu dibedah
dengan menggunakan analisis studi kasus.
6.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan oleh penulis di 2 lokasi perusahaan musik
rekaman PT. Trinity Optima Production yang terletak di Jalan Hayam Wuruk no.
58, Jakarta Pusat dan Menara Dea Tower 1 Lantai 11 Unit 1103, Jalan Mega
Kuningan, Jakarta Pusat. Penelusuran dokumen seperti situs internet, buku, jurnal,
dan tesis terkait sudah dilakukan penulis sejak Maret 2012, sedangkan observasi
dan wawancara telah dilakukan oleh penulis pada kurun waktu Juli-Oktober 2012.
6.3 Narasumber
Dalam penelitian kualitatif, penulis adalah instrumen penting dalam penelitian
yang akan langsung berhubungan dengan pihak-pihak yang terkait dengan objek
penelitian. Pihak-pihak ini yang dipilih oleh penulis merupakan aspek penting dari
perusahaan musik rekaman PT. Trinity Optima Production karena merupakan para
penyusun strategi perusahaan, seperti yang dikemukakan Fred R.David 107, bahwa
penyusun strategi adalah individu yang paling bertanggung jawab atas kesuksesan
atau kegagalan organisasi.
Narasumber dalam penelitian ini ini adalah orang-orang yang berperan
sebagai pengambil kebijakan perusahaan dan yang mempunyai peran di dalam
proses manajemen strategis perusahaan musik rekaman PT. Trinity Optima
Production yakni Pimpinan Perusahaan (Managing Director) PT. Trinity Optima
Production, yakni Yonathan Nugroho, Business Development & Publishing
107
David, Fred. R. 2006. Strategic Management : Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : Salemba Empat hal
12
49
Manager PT. Trinity Optima Production, Diky Arifin, dan pihak Human Resource
Development dan Pemasaran PT. Trinity Optima Production, Iwan Hadibroto.
6.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, penulis memperoleh data primer dengan
melakukan observasi nonpartisipan. Dalam hal ini, penulis melakukan
pengamatan pada jajaran manajemen PT. Trinity Optima Production untuk
mengetahui bagaimana proses manajemen mereka. Observasi di sini dalam arti
luas yakni ikut terlibat dalam kegiatan internal perusahaan musik rekaman PT.
Trinity Optima Production.
Selain itu, penulis juga melakukan wawancara mendalam (indepth
interview) terhadap jajaran manajemen, yakni Managing Director, Business
Development and Publishing Manager serta HRD dan Marketing PT. Trinity
Optima Production. Dalam melakukan penelitian, penulis tidak hanya
mengandalkan data primer saja, tapi juga data sekunder, yang didapatkan dari
perusahaan PT. Trinity Optima Production yakni situs resmi perusahaan, semua
media sosial yang digunakan oleh perusahaan di internet, dokumentasi perusahaan
yang terkait dengan penelitian, dan lain sebagainya yang dapat memperdalam
serta memperkuat masalah dalam penelitian.
6.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data yaitu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca atau diinterpretasikan. Metode analisis data yang akan
digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode analisis data kualitatif, yang
sesuai dengan metode penelitian. Analisis data dilakukan secara nonstatistik, yang
sesuai dengan data-data kualitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Proses analisis data akan dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia,
baik itu yang didapat dari data primer yaitu hasil dari observasi atau pengamatan
50
penulis, serta wawancara mendalam dengan pihak manajemen PT. Trinity Optima
Production yang sebelumnya telah ditranskrip dari bentuk audio menjadi bentuk
tulisan terlebih dahulu.
Analisis data primer dilengkapi dengan data sekunder dan data-data
pendukung lainnya, kemudian dilakukan penelaahan dokumen, buku–buku yang
relevan, jurnal ilmiah, majalah, koran, situs internet, laporan penelitian
sebelumnya, dan lain sebagainya. Setelah itu, seluruh review serta teori yang
dapat menjelaskan kasus penelitian diuraikan dalam entri telaah literatur sampai
akhirnya tercapai suatu kesimpulan penelitian.
6.6 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai manajemen musik rekaman dalam
menghadapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi industri rekaman.
Fokus penelitian hanya sebatas lingkup manajemen perusahaan musik rekaman,
dalam hal ini sebagai produsen musik dalam menghadapi lingkungan eksternal
perusahaan yang paling dominan, yakni perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi. Penelitian ini tidak membahas mengenai lingkungan eksternal
perusahaan lainnya yang sebenarnya juga tidak kalah penting, yakni lingkungan
sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Peneliti hanya membahas perkembangan
teknologi karena teknologi merupakan lingkungan eksternal yang paling dominan
dan berpengaruh paling besar terhadap industri musik Indonesia, khususnya bagi
produsen, yakni perusahaan musik rekaman. Dengan mempersempit fokus
penelitian, diharapkan nantinya penelitian ini dapat membahas lebih dalam dan
lebih fokus mengenai topik penelitian.
Penelitian ini juga terbatas pada proses manajemen yang dilakukan oleh
perusahaan musik rekaman PT. Trinity Optima Production dalam menghadapi
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi industri musik Indonesia.
Penelitian tidak membahas mengenai perusahaan musik rekaman lain karena
beberapa alasan. PT. Trinity Optima Production dirasa paling tepat diambil
51
menjadi objek penelitian karena merupakan PT. Trinity Optima Production
merupakan salah satu perusahaan musik rekaman besar (major label) di Indonesia
dan cukup aktif mengeluarkan rilisan lagu baru serta musisi, penyanyi atau grup
musik baru, dalam hal ini, PT. Trinity Optima Production bisa dikatakan termasuk
perusahaan musik rekaman yang produktif.
52
Download