BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terjadi di berbagai industri media massa, tidak terkecuali pada industri musik rekaman. Dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat tersebut tidak hanya menguntungkan perusahaan musik rekaman, tapi juga merugikan. Musik sebagai bagian dari media juga merupakan industri yang paling menderita kerugian paling besar sebagai dampak dari perkembangan teknologi internet1. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, khususnya internet ini telah mempengaruhi profitabilitas industri musik2. Terbukti dari adanya penurunan penjualan album musik format fisik (CD, kaset) secara drastis sejak tahun 2007, yakni sekitar 10 %. Tahun 2010 lalu, bisa dibilang tahun terburuk sepanjang sejarah industri musik rekaman Indonesia karena tercatat hanya sekitar 10 juta keping CD legal yang terjual di Indonesia di tahun 2008, padahal di tahun 2006 lalu, Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI) melansir penjualan CD masih mencapai 23,7 juta keping3. Penurunan penjualan album kemudian berdampak pada tutupnya ratusan toko musik sejak 2 tahun terakhir ini. Puncaknya yaitu ketika Aquarius, salah satu toko musik terbesar di Jalan Dago, Bandung, akhirnya terpaksa tutup karena kerugian yang besar, setelah berjaya selama puluhan tahun. Tidak hanya pembajakan format fisik, pembajakan digital pun tidak kalah memprihatinkan, terlebih dengan munculnya situs-situs peer-to-peer file sharing seperti Napster, LimeWire, 4shared, yang membuat permasalahan sendiri dalam industri musik rekaman, karena menyebabkan orang-orang tidak lagi merasa bersalah ketika 1 Biaggi, Shirley. 2005. Media Impact: An Introduction to Mass Media 7th ed, Belmont : Thomson-Wadsworth .hal 89 2 Kung, Lucy. 2008. Strategic Management in The Media : Theory to Practices. London : Sage. hal 79 3 http://rollingstone.co.id/read/2011/02/08/182544/1563389/1096/era-baru-musik-digital, diakses 16 Oktober 2011 pukul 14:22 1 melakukan pengunduhan ilegal dan menganggap pengunduhan lagu secara gratis tersebut adalah hal yang wajar. Berbagai strategi telah dilakukan oleh perusahaan musik rekaman besar (major label), salah satunya yaitu dengan berjualan Ring Back Tone (RBT) atau nada dering tunggu. Tidak hanya RBT, perusahaan musik rekaman juga bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan layanan telekomunikasi seluler (provider) untuk berjualan lagu berformat digital, yang memungkinkan penikmat musik untuk mengunduh lagu secara legal atau yang biasa disebut juga layanan full track download. Lagu-lagu yang dijual dalam bentuk RBT maupun yang dijual di toko musik digital biasanya hanya lagu-lagu hits atau single yang dipopulerkan oleh musisi, penyanyi ataupun grup musik. Alasan dipilihnya lagu hits atau single, dari sisi perusahaan musik rekaman sebenarnya untuk menekan pembajakan serta pengunduhan ilegal, sehingga kemungkinan album dibajak keseluruhan bisa diminimalisir4. Toko musik digital sebagai penyalur lagu-lagu berformat digital pun bermunculan. Pelopor toko musik digital, yakni iTunes Music Store yang dimiliki oleh Apple Inc. Sedangkan di Indonesia, toko musik digital biasanya dikuasai oleh perusahaan layanan telekomunikasi seluler, seperti Telkomsel, Indosat, dan lain sebagainya. Perusahaan layanan telekomunikasi seluler yang pertama kali memiliki toko musik digital yakni Telkomsel, yang diberi nama Langit Musik yang diluncurkan 18 Januari 2010 lalu. Sejak diluncurkan, Langit Musik telah menampung 15.000 lagu lokal, memang masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan RBT Telkomsel yang memiliki koleksi 65.000 lagu5. Sementara itu, situs layanan streaming musik juga bermunculan sebagai alternatif pillihan mengonsumsi musik bagi para penikmat musik. Layanan streaming video musik seperti Youtube telah digunakan oleh perusahaanperusahaan musik rekaman untuk mendistribusikan dan juga melakukan promosi 4 Hersinta. 2011. “Fenomena Disintermediasi dan Dampaknya Pada Proses Distribusi Dalam Industri Musik Indonesia”. Exposure Journal of Advanced Communication, pp 143-170 Februari 2011. Jakarta : The London School of Public Relation. 5 http://teknologi.vivanews.com/news/read/185292-langitmusik-kantungi-rp150-juta-per-bulan, diakses 1 Februari pukul 18:23 2 artis-artis mereka. Sedangkan streaming audio musik telah menjadi alternatif bagi para perusahaan musik rekaman untuk mendistribusikan musiknya, karena layanan musik ini biasanya legal dan memiliki kesepakatan lisensi dengan perusahaan musik rekaman, sedangkan di sisi konsumen situs-situs ini juga menguntungkan karena mereka bisa mendengarkan lagu yang mereka suka secara streaming tanpa perlu memiliki lagu atau albumnya, sehingga layanam ini menjadi semacam win-win solution bagi konsumen musik dan juga perusahaan musik rekaman. Teknologi juga menyebabkan promosi musik kini tidak lagi sulit dilakukan karena banyaknya situs media sosial yang bermunculan, misalnya Facebook, Twitter, Google Plus, dan situs media sosial lainnya. Situs-situs media sosial tersebut juga bisa digunakan sebagai pendistribusian musik secara digital serta memungkinkan artis-artis atau musisi dengan penggemar untuk saling berinteraksi. Perubahan lingkungan eksternal seperti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat tersebut merupakan salah satu hal yang sangat penting diketahui oleh manajemen perusahaan agar segala yang berubah bisa langsung diantisipasi. Perubahan yang terjadi pada industri media akibat perkembangan teknologi tidak hanya terlihat pada aspek struktur, mekanisme kerja, tapi juga operasional maupun konten media. Perubahan-perubahan ini yang akhirnya mendesak perusahaan untuk selalu mengantisipasi yaitu dengan mengikuti pola-pola persaingan bisnis industri media agar tetap bisa bertahan. Industri musik rekaman yang terus berubah secara dinamis pun memaksa pengelola perusahaan musik rekaman untuk berjuang menemukan strategi-strategi baru yang akan membantu organisasinya meraih kesuksesan dalam lingkungan semacam itu6. Jika perusahaan tidak siap dalam menghadapi lingkungan eksternal seperti perkembangan teknologi, maka akan berakibat buruk bagi masa depan perusahaan. Untuk itu, diperlukan suatu manajemen yang baik guna mencapai tujuan perusahaan yang utama yaitu profit. Perusahaan musik rekaman yang akan dibahas dalam penelitian ini yakni PT. Trinity Optima Production, salah satu perusahaan musik rekaman besar di 6 Robbins, Stephen P & Mary Coulter. 2010. Manajemen. Jakarta : Erlangga, hal 225 3 Indonesia yang didirikan pada tahun 2003. Trinity Optima Production selain memproduksi dan mendistribusikan musik rekaman juga memiliki manajemen artis serta manajemen merk. Perusahaan musik rekaman ini menaungi banyak sekali musisi, penyanyi, dan grup musik terkemuka di Indonesia, diantaranya yakni Vidi Aldiano, D’ Bagindas, Afgan, Sherina Munaf, Ungu, Rossa, Naff, dan lain sebagainya. Dipilihnya Trinity Optima Production sebagai objek penelitian ini adalah karena keunikan kasus yang dimilikinya, yang membuat penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut. Trinity Optima Production merupakan perusahaan musik rekaman yang terbilang baru jika dibandingkan dengan perusahaan musik rekaman besar (major label) lainnya, misalnya Musica’s atau Aquarius Musikindo. Namun, walaupun terbilang baru Trinity Optima Production memiliki artis-artis yang aktif dalam industri musik rekaman Indonesia. Trinity Optima Production merupakan salah satu dari 2 perusahaan musik rekaman yang pernah mengalami penjualan RBT terbanyak di tahun 2007 lewat band Ungu. Hal yang hanya bisa disaingi oleh Samsons, di bawah naungan Universal Music. Karena merasa memiliki kekuatan dalam hal teknologi digital khususnya RBT, maka Trinity Optima memutuskan untuk menambah divisi dalam perusahaan mereka yang khusus mengurusi musik digital, yang dinamakan Trinity Creative Technology (Dignity). Namun, hal tersebut tidak berjalan mulus karena hanya selang beberapa bulan setelah Dignity didirikan, yakni di tanggal 18 Oktober 2011 lalu muncul surat edaran BRTI No. 177/BRTI/X/2011 yang isinya menghentikan semua penawaran konten melalui SMS, pop screen, voice broadcast, serta deaktivasi semua layanan premium seperti SMS, MMS, RBT, game, dan wallpaper7. Kejadian ini terbilang ironis dan sangat memukul Trinity Optima Production, karena divisi Dignity dibentuk karena RBT namun RBT justru harus dihentikan, di sini penulis melihat masalah ini menarik karena penulis ingin mengetahui apa saja yang dilakukan oleh manajemen Trinity Optima Production 7 http://tekno.kompas.com/read/2012/05/16/0915566/Kominfo.Blokir.20.Situs.Download.Musik.Ilegal, diakses 2 Juli 21:34 4 setelah kejadian tersebut. Langkah-langkah strategis apa saja yang diambil oleh manajemen perusahaan, dan juga kemudian bagaimana perusahaan mengatasi hal tersebut. Penelitian ini akan mencoba melihat lebih jauh bagaimana performa Trinity Optima Production dalam mengelola perusahaan di tengah perubahan lingkungan eksternal yang dominan yakni perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yaitu bagaimana manajemen Trinity Optima Production mengatasi munculnya RBT, kemudian munculnya full track download, layanan musik streaming, situs-situs peer-to-peer file sharing, dan juga situs-situs media sosial. Bagaimana juga kemudian langkah-langkah strategis yang diterapkan, apa saja lingkungan internal dan eksternal perusahaan, bagaimana dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terjadi pada langkah manajemen lainnya yakni pengorganisasian, memberikan pengaruh, dan juga pengawasan yang terjadi pada Trinity Optima Production, dan juga selain itu, bagaimana dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tersebut terhadap sumber daya-sumber daya perusahaan. 2. Rumusan Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memiliki dampak yang sangat luas, tidak terkecuali pada industri musik rekaman. Untuk mengatasi perubahan teknologi yang begitu cepat tersebut, diperlukan suatu langkah manajemen yang tepat. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah, “Bagaimanakah manajemen musik rekaman yang diterapkan oleh PT. Trinity Optima Production, dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi industri musik Indonesia?”. 5 3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui bagaimana manajemen musik rekaman, yang didalamnya juga terdapat rencana-rencana strategis perusahaan Trinity Optima Production, dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi industri musik rekaman Indonesia. 2. Mengetahui dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terhadap sumber daya-sumber daya perusahaan Trinity Optima Production. 4. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini yaitu diharapkan para pembaca tesis ini dapat memperoleh gambaran mengenai bagaimana sebuah manajemen perusahaan musik rekaman, sebagai sebuah institusi media, dalam kasus penelitian ini yaitu PT. Trinity Optima Production, mampu bertahan dalam menghadapi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi (TIK) industri musik rekaman di Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan dan referensi bagi ilmu manajemen komunikasi, khususnya manajemen media musik rekaman. Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi manajemen label atau perusahaan musik rekaman dalam melakukan suatu langkah manajemen terutama dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang sangat dinamis pada industri musik di Indonesia. 5. Kerangka Konsep 5.1 Musik Rekaman Sebagai Media Kajian mengenai musik sebagai media massa dalam teori maupun riset masih relatif sedikit, hal ini dikarenakan musik rekaman tidak memiliki implikasi yang signifikan bagi masyarakat, juga tidak adanya kesinambungan yang jelas mengenai kemungkinan yang ditawarkan oleh teknologi dari musik rekaman dan 6 reproduksi ataupun transmisi8. Menurut Shuker9, musik rekaman bahkan hampir tidak pernah disertakan saat diskusi tentang media massa. Padahal, musik rekaman memiliki audience yang besar, tidak kalah dengan media lain seperti TV, radio, film, dan media cetak. Di negara industri bahkan mendengarkan musik rekaman hanya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, sama seperti membaca koran atau mendengarkan radio10. Dampak musik rekaman populer sebagai pembentuk kesadaran publik pun kurang diakui sebagai sarana komunikasi massa. Rekaman, kaset, dan CD merupakan saluran penting komunikasi dalam budaya anak muda (youth culture). Melalui generasi muda ini, segala keinginan, kemarahan, ide, sikap, dan mode menyebar ke seluruh negeri lewat musik11. Menurut McQuail12, musik rekaman memiliki karakteristik tertentu, yaitu memiliki teknologi yang selalu menyertainya, yang membuat pesan tersebar (diseminasi) dengan cepat, misalnya lewat internet, ke berbagai perangkat teknologi komunikasi lainnya, misalnya iPod, dan lain sebagainya. Musik rekaman juga erat kaitannya dengan internasionalisasi, memiliki audience yang relatif muda, serta memiliki organisasi yang terbagi atas beberapa fragmen yang saling berhubungan satu sama lain. Tidak hanya itu, musik rekaman juga terkenal akan regulasinya yang tidak terlalu ketat, berpotensi subversif, dan memiliki tingkat penerimaan yang beranekaragam, dalam artian, musik rekaman memiliki sentuhan personal yang memberikan pengalaman berbeda dari pendengar satu ke pendengar yang lainnya (subjektif). Musik rekaman juga tidak mengenal batas waktu penggunaan, seperti juga produk media lainnya yang tidak mengenal batas 8 McQuail, Dennis. 1994. Mass Communication Theory : An Introduction. London : Sage hal 19. Shuker, Roy. 2002. “Pop Music : Marketing and Mediating Popular Music in Europe”. Dalam Briggs, Adam dan Paul Cobley. The Media : An Introduction. England : Pearson hal 40. 9 10 Op.cit hal 38 Agee, Warren.K, Phillip. H. Ault, dan Edwin Emery. 1991. Introduction to Mass Communication. New York : HarperCollins Publisher, Inc hal 244. 11 12 McQuail, Dennis. 1994. Mass Communication Theory : An Introduction. London : Sage hal 20. 7 waktu, konten media ketika dikonsumsi berulang-ulang justru semakin lama semakin berharga karena memunculkan added value13. Rekaman suara tidak hanya sebatas sarana komunikasi dan suatu bentuk seni, tanpa melupakan fakta bahwa dalam ekonomi berorientasi konsumsi, pembuatan musik adalah bisnis, yang terorganisasi dengan baik, padat modal dan tidak dapat diduga. Musik rekaman juga diproduksi dan dipasarkan, dalam banyak cara, seperti juga komoditas lainnya14. Industri media massa kini menjadi saling terkait, terkonsentrasi pada kepemilikan dan internasionalisasi. Meskipun demikian, musik rekaman masih memiliki ciri radikal dan kreatif yang signifikan yang telah dikembangkan meskipun kini sudah terlihat ke arah komersialisasi15. Pembuatan dan pemasaran musik rekaman pun sejak dulu sudah merupakan industri yang besar, namun jauh tidak terstruktur dibandingkan media lainnya seperti media cetak, radio, maupun televisi16. Dalam perkembangannya, industri musik tidak bisa dipisahkan dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Ini bisa dilihat dari format rekaman yang mengalami perubahan sejak pertama kali ditemukannya rekaman, sampai sekarang musik bisa dinikmati melalui format digital MP3. Teknologi dalam industri media ini juga mampu mengubah struktur dan praktek, yang berdampak besar dan berkelanjutan serta terjadi pada struktur kepemilikan dan kontrol, pola kerja, dan proses produksi dalam industri media17. 13 Rahayu. 2010. “Ekonomi dan Manajemen Media : Perkembangan Kajian, Otokritik dan Eksplorasi Terhadap Isu Lokalitas”. Dalam Siregar, Amir Effendi, dkk. Potret Manajemen Media di Indonesia. Yogyakarta : Total Media hal 45. 14 Shuker, Roy. 2002. “Pop Music : Marketing and Mediating Popular Music in Europe”. Dalam Briggs, Adam dan Paul Cobley. The Media : An Introduction. England : Pearson hal 40. 15 McQuail, Dennis. 1994. Mass Communication Theory : An Introduction. London : Sage hal 20. Agee, Warren.K, Phillip. H. Ault, dan Edwin Emery. 1991. Introduction to Mass Communication. New York : HarperCollins Publisher, Inc hal 248 16 17 Shuker, Roy. 2002. “Pop Music : Marketing and Mediating Popular Music in Europe”. Dalam Briggs, Adam dan Paul Cobley. The Media : An Introduction. England : Pearson hal 181. 8 5.2 Teori Difusi Inovasi Difusi adalah suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu, selama jangka waktu tertentu, dan terhadap anggota sistem sosial18. Yang menjadi ciri komunikasi di sini adalah pesan yang disebarluaskan tersebut berisi ide-ide, atau praktik yang bersifat baru atau dianggap baru. Difusi merupakan medium inovasi yang digunakan sebagai agen perubahan (change agent) ketika berupaya membujuk seseorang agar mengadopsi suatu inovasi. Sehingga dapat disebut, difusi adalah tipe khusus dari komunikasi, yang isinya pesan tentang ide baru. Difusi memiliki 4 unsur utama yang terdiri dari19 : 1. Innovation (inovasi), yakni “an idea, practice, or object perceived as new by the individual” atau suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap baru oleh suatu individu). Dalam hal ini, pada suatu ide, praktek tertentu dianggap sebagai inovasi bagi sebagian orang, sementara pada sebagian orang lagi mungkin tidak, tergantung dari apa yang ditangkap oleh individu sebagai suatu ide, praktek, atau benda. 2. Communication channel (saluran komunikasi), atau bagamaina sebuah pesan didapat individu dari individu lainnya 3. Time (waktu), yang terdiri dari 3 faktor waktu yakni (a) innovation decision process (proses keputusan inovasi), relative time which an innovation is adopted by individual or group (waktu relatif dimana sebuah inovasi dipakai oleh individu atau kelompok), dan innovation’s rate of adoption (tingkat adopsi inovasi). 4. Social system (sistem sosial), atau serangkaian bagian yang saling berhubungan dan bertujuan untuk mencapai tujuan umum. Anggota dari sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi, atau suatu subsistem. 18 Rogers, Everett M.1983. Diffusion of Innovations 3rd ed. New York : The Free Press hal 10-11 19 Op.Cit hal 10-11 9 Walaupun setiap unit dalam suatu sistem sosial dapat dibedakan dari unitunit yang lainnya, namun kesamaan tujuan dalam sistem sosial itu mengikat suatu sistem untuk tetap bersama. Ciri-ciri inovasi yang dirasakan oleh para anggota suatu sistem sosial menentukan tingkat adopsi20 : 1. Relative advantage (keuntungan relatif) adalah suatu derajat di mana inovasi dirasakan lebih baik daripada ide lain yang menggantikannya. 2. Compatibility (kesesuaian), yakni suatu derajat di mana inovasi dirasakan ajeg atau konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman dan kebutuhan mereka yang melakukan adopsi. 3. Complexity (kerumitan) adalah mutu derajat di mana inovasi dirasakan sukar untuk dimengerti dan dipergunakan. 4. Triability (kemungkinan dicoba) yaitu mutu derajat di mana inovasi dieksperimentasikan pada landasan yang terbatas. 5. Observability (kemungkinan diamati), adalah suatu derajat di mana inovasi dapat disaksikan oleh orang lain. Umumnya aplikasi komunikasi massa yang utama berkaitan dengan proses adopsi inovasi (hal-hal/nilai-nilai baru). Kondisi perubahan sosial dan teknologi dalam masyarakat melahirkan kebutuhan yang dapat menggantikan metode lama denagn metode baru. Semua itu menyangkut komunikasi massa karena berada dalam situasi di mana perubahan potensial bermula dari riset ilmiah, dan kebijaksanaan umum yang harus diterapkan oleh masyarakat. 20 Elvinaro,Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya. 2005. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. Hal 63. 10 5.2.1 Penerimaan Inovasi Pada Individu Penerimaan suatu inovasi seseorang dilakukan melalui sejumlah tahapan, atau yang juga disebut dengan tahap putusan inovasi terdapat 5 tahap, yakni21 : 1. Tahap pengetahuan (knowledge). Tahap di mana seseorang sadar dan tahu bahwa ada suatu inovasi. 2. Tahap bujukan (persuasion). Tahapan saat seseorang mempertimbangkan atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahui tadi, apakah ia menyukainya atau tidak. 3. Tahap putusan (decision). Tahap dimana seseorang dalam membuat putusan apakah menerima atau menolak inovasi yang dimaksud. 4. Tahap implementasi (implementation). Tahap seseorang dalam melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya mengenai sesuatu inovasi. 5. Tahap pemastian (confirmation). Tahap seseorang dalam memastikan atau mengkonfirmasikan putusan yang telah diambilnya tersebut. 5.2.2 Difusi Inovasi Pada Organisasi Inovasi yang terjadi pada suatu sistem sosial tidak hanya diterima dan diterapkan oleh individu atau kelompok saja tapi juga bisa terjadi pada suatu organisasi. Perubahan kondisi lingkungan eksternal dan internal membuat perusahaan harus selalu dinamis dan responsif terhadap setiap peluang yang muncul. Perusahaan atau organisasi harus siap menghadapi perubahan yang terjadi dan menyadarinya dalam waktu singkat. Kemajuan teknologi dan informasi yang begitu cepat memaksa organisasi untuk bertindak proaktif dan menggali ide-ide baru dengan cara melakukan inovasi. Inovasi dalam organisasi tidak hanya sebatas proses tapi juga produk dan hasil lainnya. Organisasi menurut Rogers adalah suatu sistem yang stabil, merupakan perwujudan kerjasama antar individu untuk mencapai tujuan bersama, dan dengan 21 Rogers, Everett M.1983. Diffusion of Innovations 3rd ed. New York : The Free Press hal 20-21 11 mengadakan jenjang serta pembagian tugas tertentu22. Adapun kepekaan sebuah organisasi terhadap munculnya inovasi dipengaruhi oleh beberapa variabel yakni23: 1. Ukuran organisasi. Makin besar ukuran suatu organisasi maka semakin cepat dalam menerima inovasi. 2. Karakteristik struktural organisasi, yang mencakup : a. Sentralisasi, atau kewenangan dan kekuasaan dalam organisasi dan dikendalikan oleh beberapa orang tertentu. b. Kompleksitas, artinya suatu organisasi terdiri dari orang-orang yang memiliki keahlian dan pengetahuan yang tinggi. Hal ini mempunyai hubungan positif terhadap kepekaan organisasi. c. Formalitas, artinya organisasi ini selalu menekankan pada prosedur dan aturan-aturan baku dalam berogranisasi. Hal ini mempunyai hubungan negatif terhadap kepekaan organisasi. Makin formal sebuah organisasi, makin sulit menerima inovasi. d. Keakraban hubungan antar anggota. Hal ini mempunyai hubungan positif terhadap kepekaan organisasi. Makin akrab hubungan antaranggota, maka makin cepat organisasi itu menerima inovasi. e. Kelenturan organisasi, atau sejauh mana organisasi mau menerima sumber dari luar yang tidak ada kaitannya secara formal. Hal ini mempunyai hubungan positif terhadap kepekaan organisasi. Makin lentur organisasi, makin cepat organisasi itu menerima inovasi. f. Karakteristik perorangan (pemimpin). Sikap pimpinan terhadap inovasi memliki hubungan positif dengan kepekaan organisasi terhadap inovasi. Ketika seorang pemimpin memiliki sikap yang terbuka terhadap inovasi maka semakin cepat organisasi itu menerima inovasi. 22 Op.Cit hal 348 23 Op.Cit hal 358-361 12 g. Karakteristik eksternal organisasi. Hal ini berkaitan dengan sistem yang di anut oleh organisasi. Apabila organisasi tersebut menganut sistem terbuka dalam arti mau menerima pengaruh dari luar sistem, maka organisasi tersebut akan cepat menerima inovasi. 5.2.3 Penerimaan Inovasi Pada Organisasi Jika inovasi pada seorang individu terhadap 5 tahap, begitu pula pada penerimaan inovasi di level organisasi, bedanya, pada level organisasi terdiri dari 2 tahap inisiatif suproses dan 3 tahap implementasi subproses, yang lebih lengkapnya yakni sebagai berikut24 : 1. Agenda Setting Agenda setting terjadi dalam proses inovasi ketika suatu masalah umum organisasi yang mungkin membuat suatu kebutuhan yang dirasakan untuk suatu inovasi didefinisikan. Proses agenda setting berlangsung sepanjang waktu dalam setiap sistem. Agenda seting yakni cara dimana kebutuhan, masalah dan isu menggelembung ke atas sampai ke suatu sistem dan diprioritaskan dalam suatu hirarki untuk diperhatikan. Tahapan agenda setting dalam proses inovasi dalam organisasi adalah untuk mengidentifikasikan dan membuat prioritas kebutuhan di satu sisi, dan untuk meneliti lingkungan organisasi untuk menempatkan inovasi yang berdaya guna potensial bertemu dengan masalah organisasi. 2. Matching Matching didefinisikan sebagai tahapan dalam proses inovasi yang mana suatu masalah dari agenda organisasi diisi dengan suatu inovasi dan penyesuaian ini telah direncanakan dan didesain. 3. Redefining/Restructuring Pada tahap ini, inovasi yang diambil dari luar organisasi secara bertahap mulai menghilang karakter luarnya. Redefining/restructuring terjadi ketika inovasi 24 Op.Cit hal 361-366 13 direkayasa kembali untuk mengakomodasi kebutuhan dan struktur organisasi lebih dekat lagi dan ketika struktur organisasi dimodifikasikan agar sesuai dengan inovasi. Kemudian, tidak hanya inovasi yang dimodifikasi kedalam organisasi, struktur organisasi juga diubah untuk menyesuaikan dengan inovasi organisasi. 4. Clarifying Klarifikasi di sini terjadi saat inovasi diletakkan ke dalam penggunaan secara lebih menyebar dalam suatu organisasi, maka makna dari ide-ide baru secara bertahap menjadi terungkap pada anggota organisasi. Implementasi inovasi yang terlalu cepat pada tingkat klarifikasi sering menghasilkan malapetaka. Tahapan klarifikasi dalam proses inovasi dalam suatu organisasi mengandung konstruksi sosial. Ketika suatu ide baru pertama kali diimplementasikan dalam suatu organisasi, hal itu mempunyai sedikit makna bagi anggota organisasi. 5. Routinizing Rutinitas di sini akan terjadi ketika inovasi telah menjadi bagian dari organisasi ke dalam aktivitas keseharian organisasi dan inovasi menjadi kehilangan sebagian identitasnya. Dalam rutinitas dapat dikatakan bahwa proses inovasi organisasi telah selesai dan berhasil. 5.2.4 Pertimbangan Organisasi Mengimplementasikan Inovasi Inovasi bersifat relatif, artinya tidak semua inovasi penting bagi perusahaan lainnya. Seperti juga yang dibilang Kimberly25 (1978), bahwa mengapa ada beberapa organisasi mengadopsi sebuah inovasi, sedangkan yang lain mengabaikan, atau bagaimana juga beberapa organisasi mengadopsi suatu inovasi lebih cepat dari organisasi lain, dan juga mengapa suatu organisasi selektif dalam mengadopsi inovasi yang bukan merupakan inovasi yang lumrah pada industri mereka (niche). Karena itu, untuk lebih jelas faktor-faktor yang 25 Aldrich, Howard E. 2008. Organization and Environment. California : Stanford University hal 102 14 mempengaruhi organisasi atau pertimbangan organisasi dalam 26 mengimplementasikan suatu inovasi menurut Stolovitch dan Keeps . 1. Life Cycle (Siklus Hidup Organisasi) Seperti juga seorang individu, suatu organisasi juga mengalami siklus hidup dengan berbagai tingkatan dan perkembangan (Sperry, Mickelson, dan Hunsaker, 1977). Tingkat perkembangan organisasi pada saat inovasi tersebut mempengaruhi nilai perubahan organisasi. 2. Culture (Budaya) Masing-masing organisasi atau perusahaan memiliki budaya organisasi yang berbeda-beda. Kebudayaan yang ada tersebut mempengaruhi penerimaan terhadap inovasi. Walaupun terkadang tidak selalu inovasi dan kebudayaan yang ada pada organisasi cocok satu sama lain 3. Strategic Plan (Rencana Strategis) Salah satu aspek yang mendukung implementasi suatu inovasi adalah adanya rencana strategis organisasi. Ketika inovasi selaras dengan rencana strategi organisasi, maka pemimpin organisasi inovasi bisa dengan lebih mudah mengimplementasikannya. 4. External Conditions (Kondisi Eksternal) Kondisi eksternal akan selalu menjadi faktor yang turut mempengaruhi perusahaan atau organisasi untuk mengadopsi inovasi. Kondisi eksternal seperti juga lingkungan di luar perusahaan atau organisasi akan memberikan pengaruh yang signifikan secara tidak langsung terhadap jalannya inovasi dan organisasi. 26 Stolovitch, H. D, dan Erica J. Keeps (Eds.). 1999. Handbook of Human Performance Technology. San Francisco: Jossey-Bass Pfeiffer hal 17 15 Dalam industri media, adopsi inovasi yakni segala bentuk teknologi yang dapat mempengaruhi pembuatan, distribusi, dan konten media. Ada 3 area penting di mana adopsi teknologi mempengaruhi perusahaan media27, yang pertama yakni munculnya komputer, yang juga berpengaruh terhadap kemudahan berkomunikasi, yang kedua yakni adanya transisi dari analog menjadi konten digital, di mana sekali konten media terdigitasi, maka akan lebih mudah didistribusikan. Dalam penelitian ini yakni musik sebagai media juga mengalami proses ini saat munculnya format mp3 dan kemudahan mendistribusikan musik lewat berbagai situs baik itu peer-to-peer file sharing, sosial media, maupun website lainnya. Yang ketiga yakni dampak dari teknologi tersebut telah dan akan terus berkembang seiring perkembangan dari internet. Terbukti dari dampak teknologi yang dulu hanya sebatas bentuk atau format, cara pendistribusian, kini berdampak pada hal lainnya seperti pelanggaran hak cipta, dan lain sebagainya. 5.3 Adopsi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Pada Industri Musik Rekaman Menurut Rogers (1986: 8), teknologi komunikasi memiliki 2 fokus utama yakni adopsi (siapa yang mengadopsi teknologi tersebut, mengapa mereka mengadopsi teknologi tersebut, bagaimana tingkat adopsinya, bagaimana kemungkinan di masa depan, apakah adopsi dipercepat atau diperlambat, apakah individu, organisasi, atau rumah tangga yang mengadopsinya,dan lain-lain), dan dampak sosial (apakah berdampak langsung, apa efek atau konsekuensi dari teknologi baru sudah dapat diprediksi sebelumnya atau belum)28. Teknologi komunikasi baru juga terjadi dalam konteks sosial budaya, serta faktor-faktor lain (misalnya kebijakan pemerintah) yang turut menyertai teknologi29. 27 Braman, Sarah. 2004. “Technology”. Dalam Downing, John D.H. The Sage Handbook of Media Studies. United Kingdom : Sage hal 297-298 28 Rogers, Everett M. 1986. Communication Technology : The New Media in Society. New York : The Free Press hal 8 29 Op.cit hal 9 16 Laju perubahan teknologi dan konvergensi membuat kita sulit untuk memahami sifat dan bentuk teknologi media baru menjadi semakin sulit. Pavlik30 mengajukan 4 pertanyaan mendasar mengenai konsekuesi teknologi baru, yakni : 1. Bagaimana perubahan teknologi berdampak terhadap cara para pekerja profesional berkomunikasi dalam melakukan pekerjaan mereka? 2. Bagaimana teknologi baru mempengaruhi sifat produk komunikasi atau konten? 3. Bagaimana perubahan teknologi mempengaruhi struktur industri komunikasi? 4. Bagaimana teknologi media baru mempengaruhi sifat audiens media dan masyarakat pada umumnya? Media baru seringkali hanya dikaitkan dengan internet dan komputer berbasis media digital, padahal, telepon genggam secara global mengalami pertumbuhan yang jauh lebih besar dari internet. International Telekomunications Union (ITU) memperkirakan bahwa pada tahun 2003 terdapat 1,33 miliar pelanggan telepon seluler di seluruh dunia. Angka tersebut adalah 2 kali lipat jumlah pengguna internet31. Dampak media digital telah signifikan terjadi di semua bentuk media, tidak terkecuali dalam bidang musik populer, yakni munculnya cara baru dalam mendistribusikan musik32. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terutama internet juga telah menambah dimensi baru besar bagi pemasaran dan penerimaan musik populer, sekaligus menciptakan masalah baru bagi penegakan hak cipta. Internet telah mewakili cara baru untuk saling menghubungkan antara penonton ataupun konsumen musik populer, artis dan industri musik33. Teknologi informasi dan 30 Pavlik, John V. 1996. New Media Technology : Cultural and Commercial Perspectives. United States of America : Allyn and Bacon hal 5 31 Flew, Terry. 2004. New Media : An Introduction, 2nd edition. Singapore : Bookpac Production Services hal 17. 32 Op.cit hal 88 33 Shuker, Roy. 2002. “Pop Music : Marketing and Mediating Popular Music in Europe”. Dalam Briggs, Adam dan Paul Cobley. The Media : An Introduction. England : Pearson hal 175.. 17 komunikasi juga berpengaruh besar terhadap perkembangan industri musik rekaman, yang tidak hanya memiliki dampak positif, tapi juga berdampak negatif. Dampak positif dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada industri musik rekaman misalnya memudahkan para peritel musik untuk mengelola toko musiknya. Media baru juga melahirkan cara baru dalam mendistribusikan musik dan mengonsumsi teks media dalam format hypertext dan interaktifitas yang tinggi. Berkat teknologi digital media baru, para produser dan musisi kini dapat mendistribusikan musik dengan biaya yang minim. Sebaliknya, untuk konsumen musik, inovasi teknologi berhasil melakukan konvergensi dengan kepopuleran musik melalui kehadiran bentuk baru dari interaksi sosial melalui jaringan. Situs jejaring sosial, seperti MySpace dan YouTube, serta medium berbagi file yang awalnya ditandai dengan kemunculan Napster, dan dilanjutkan dengan media seperti Limewire dan BitTorrent menawarkan pertukaran dan distribusi musik antar penggunanya. Akibatnya, kendali atas modal dan pendapatan dalam mengembangkan karya musik yang tadinya dimiliki oleh pemain-pemain industri besar, kini mulai bergeser34. Dalam hal promosi dan distribusi secara independen, media jejaring sosial seperti MySpace, YouTube, Twitter dan Facebook dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para musisi untuk mempromosikan dan mendistribusikan karya mereka dengan biaya yang sangat minim. Hanya dengan koneksi internet, mereka dapat memperkenalkan lagu-lagu mereka pada masyarakat dalam waktu singkat35. Tidak hanya memiliki dampak positif, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada industri musik rekaman juga memiiki berbagai dampak negatif. Salah satu yang paling merugikan adalah masalah pembajakan. Industri musik merupakan bidang yang paling rentan terhadap pembajakan sehingga mereka pula yang menderita kerugian paling besar terhadap dampak 34 Lister, Martin, et.al. 2009. New Media: A Critical Introduction,2nd ed. Routledge, Oxo hal 193. Hersinta. 2011. “Fenomena Disintermediasi dan Dampaknya Pada Proses Distribusi Dalam Industri Musik Indonesia”. Exposure Journal of Advanced Communication, pp 143-170 Februari 2011. Jakarta : The London School of Public Relation. 35 18 perkembangan teknologi internet36. Akibat perkembangan teknologi ini pula, industri musik rekaman dunia mulai memperlihatkan tanda-tanda krisis. Tandatandanya bisa dilihat sejak tahun 2000 sampai tahun 2010 lalu telah terjadi penurunan penjualan pada toko musik yakni sebesar 76 % dan sepanjang tahun 2000 sampai 2009 telah terjadi penurunan penjualan album musik dalam format CD sebesar 50 %. Tanda tanda krisis industri musik rekaman juga terlihat pada tahun 2004, yakni saat HMV, ritel musik besar berbasis di Inggris, menutup tokonya di Amerika. Pada tahun 2006, salah satu toko musik terbesar di Amerika yang sudah berdiri sejak tahun 1960, Tower Records, menutup 89 tokonya yang tersebar di seluruh Amerika. Di tahun yang sama, Sam Goody, ritel musik besar di Amerika dan Inggris juga menutup tokonya karena bangkrut. Di tahun 2009, Virgin Megastore, ritel musik besar di Inggris dan Amerika juga terpaksa harus tutup karena merugi37. Kondisi industri musik rekaman di Indonesia tidak lebih baik. Di tahun 2009 dan 2010, Aquarius Music Store yang merupakan salah satu jaringan toko musik terbesar di Indonesia, terpaksa menutup cabangnya di Bandung dan Jakarta, karena merugi. Begitu pula dengan toko ritel musik lainnya seperti Bulletin, Duta Suara, Harika, D’Music, Vision dan M-Studio yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia, sebagian besar menutup atau memperkecil tokonya 38 (Rolling Stone Indonesia). Tidak hanya ritel musik yang mengalami kerugian, penjualan album format fisik (CD, kaset) juga mengalami penurunan. Majalah Rolling Stone Amerika (Juni 2007) melansir bahwa penjualan album musik di Amerika mengalami penurunan sekitar 67% dalam kurun waktu 10 tahun terakhir sejak 1997. Di tahun 1997, total penjualan 5 album terlaris sebanyak 865.144 kopi, 36 Biaggi, Shirley. 2005. Media Impact: An Introduction to Mass Media 7th ed, Belmont : ThomsonWadsworth hal 89 37 http://mashable.com/2012/07/24/music-sales-decline/, diakses pada 25 Juli 2012 pukul 20.30. 38 Hersinta. 2011. “Fenomena Disintermediasi dan Dampaknya Pada Proses Distribusi Dalam Industri Musik Indonesia”. Exposure Journal of Advanced Communication, pp 143-170 Februari 2011. Jakarta : The London School of Public Relation. 19 sementara di tahun 2007 hanya mencapai angka 285.702 kopi39. Seperti yang dilansir oleh situs mashable.com, penjualan musik rekaman format fisik di tahun 2011 lalu turun sebesar 5 % dan format digital naik sebesar 8,4 %, dan di tahun 2012 ini penjualan musik digital melampaui format fisik yakni sebesar 50,3% dari keseluruhan total penjualan musik. Lembaga Nielsen Soundscan40 juga melaporkan bahwa total penjualan album format fisik yang tadinya mencapai 155, 5 juta turun menjadi 150, 5 juta sedangkan album berformat digital justru naik dari yang tahun 2011 lalu 50,3 juta menjadi 57,2 juta di tahun 2012. Internet, sebagai salah satu teknologi informasi dan komunikasi terbukti telah menjadi kekuatan mendasar perubahan untuk industri musik. Di sisi positifnya internet menawarkan cara baru untuk menjangkau konsumen dan mempromosikan musik. Internet juga telah menciptakan cara baru untuk pengiriman file musik khususnya digital. Pasar untuk pengunduhan legal yang berkembang dengan cepat dan memungkinkan koneksi yang lebih dinamis dengan penggemar. Penjualan musik untuk nada dering (RBT) termasuk yang mengalami pertumbuhan sangat cepat dan internet seakan kembali menciptakan pasar tunggal, yang pada tahun 1970-an merupakan 20 % dari pendapatan perusahaan musik rekaman. Adapun secara garis besar penelitian ini bahwa teknologi informasi dan komunikasi musik rekaman yakni situs-situs peer-to-peer file sharing, ring back tone atau nada dering tunggu, pengunduhan lagu utuh atau full track download, layanan streaming musik, baik audio maupun video, dan yang terakhir yakni situs media sosial sebagai sarana untuk mempromosikan musik yang selanjutnya akan dibahas di bawah. 39 http://msl1.mit.edu/furdlog/docs/2007-06-19_rollingstone_industry_decline.pdf, diakses pada 1 Februari 2012 pukul 19.47 40 http://www.scoopmarketing.com/2012/07/the-nielsen-company-billboard-2012-mid-year-u-s-musicindustry-report/, diakses pada 7 Juli 2012 pukul 13.00 20 5.3.1 Peer to Peer (P2P) File Sharing Salah satu dampak teknologi yang paling terasa dalam industri musik rekaman secara global yakni berkembangnya situs-situs file sharing atau biasa dikenal dengan situs peer to peer (P2P). Program file sharing Napster pertama kali dikembangkan oleh Shawn Fanning. Fitur-fitur unik dari Napster yang dirilis ke publik pada Oktober 1999 ini memungkinkan pengguna untuk browsing musik yang tersedia dalam format MP3 secara online, memungkinkan untuk kompresi MP3 ke beberapa hard drive komputer yang kemudian dapat diunduh dengan cepat dan semua pengguna bisa bertukar file MP3 langsung dari drive komputer mereka tanpa biaya apapun. Napster menggabungkan fitur-fitur internet seperti shareware, file sharing, download gratis, dan pembangunan komunitas pengguna lewat file swapping dan chat online yang terintegrasi41. Perkembangan Napster atas kasusnya dilakukan oleh RIAA (Recording Industry Association of America) melalui Mahkamah Agung Amerika Serikat menghasilkan tanggapan yang sangat berbeda di antara para musisi itu sendiri. Beberapa pemusik, terutama Metallica dan Prince, mengajukan tuntutan mereka atas Napster42. Setelah Metallica menuntut Napster di bulan April 2000 atas tuduhan pelanggaran hak kekayaan intelektual43, rapper Dr.Dre pun mengajukan gugatan yang sama 2 minggu setelahnya44. Namun, tidak sedikit pula musisi yang menganggap bahwa situs file sharing sebenarnya lebih menguntungkan daripada merugikan. Courtney Love dari band “Hole” dan Billy Corgan dari “The Smashing Pumpkins” menyambut teknologi baru ini sebagai alat yang bisa mempermudah mereka untuk berhubungan langsung dengan fans mereka45. Begitu pula dengan The Grateful Dad, band asal San fransisco, yang bahkan mendorong fans mereka untuk merekam live concert mereka untuk kemudian 41 Flew, Terry. 2004. New Media : An Introduction, 2nd edition. Singapore : Bookpac Production Services hal 96. 42 Straubhaar, Joseph,Robert LaRose, dan Lucinda Davendport. 2010. Media Now : Understanding Media, Culture, and Technology, 6th edition. Amerika : Wadsworth Cengage Learning hal 153. 43 Loc.cit 44 Biaggi, Shirley. 2005. Media Impact: An Introduction to Mass Media 7th ed, Belmont : ThomsonWadsworth hal 105 45 Flew, Terry. 2004. New Media : An Introduction, 2nd edition. Singapore : Bookpac Production Services hal 96. 21 disebarkan ke fans-fans mereka yang lain yang bertujuan memperluas fanbase mereka. Pearl Jam, band asal Seatlle, juga menyiarkan konser mereka secara live via website resmi mereka sebagai respons atas tersebar luasnya materi bootleg46. Pasca kasus Napster tidak membuat situs file sharing mati, namun justru membuat situs file sharing bertambah populer, contohnya dengan kehadiran situssitus sejenis seperti Gnutella, Grokster, Morpheus, dan Kazaa. Perbedaan mendasar dari situs-situs file sharing tersebut dengan Napter adalah bahwa mereka tidak memiliki server yang terpusat, sehingga lebih sulit untuk mengidentifikasi situs dan sulit mencegah aktivitas pengunduhan ilegal. Karena kasus Napster pula muncul adanya pengunduhan lagu berbayar, yang diyakini sebagai salah satu solusi pengunduhan ilegal. Layanan ini pertama kali diadaptasi oleh perusahaan Apple lewat iTunes Music Store-nya, yang menjual lagu berformat MP3 seharga 99 sen dolar per lagu. Pada bulan Januari 2004, 30 juta lagu telah diunduh dari situs ini47. Kasus serupa Napster terjadi di bulan Oktober 2010, Pengadilan Distrik Amerika memerintah situs layanan file sharing Limewire untuk menghentikan penyediaan perangkat lunak (software) dan memblokir file sharing yang tidak sah. Sebelum kasus Limewire di Amerika, di Belanda, situs BitTorrent paling populer, Mininova, juga diperintahkan untuk menonaktifkan layanan oleh pengadilan Belanda di bulan November 2009 lalu. Mininova mengklaim telah memiliki lebih dari 10 miliar pengunduhan, sebagian besar terdiri dari film, game, musik dan program televisi dengan hak cipta yang dilindungi. Sejak itu, popularitas layanan telah jatuh secara dramatis, dengan penggunanya turun lebih dari 80%. Bagi perusahaan musik rekaman dan layanan musik digital yang sah, dampak yang paling terasa dari pembajakan pada layanan berlisensi adalah penghapusan insentif bagi konsumen untuk membeli musik. Dampak pendistorsian pasar ini menyebabkan persaingan menjadi tidak sehat. Penelitian independen menemukan 46 Ibid 47 Flew, Terry. 2004. New Media : An Introduction, 2nd edition. Singapore : Bookpac Production Services hal 97. 22 fakta bahwa “karena gratis” adalah alasan dan faktor utama konsumen lebih memilih layanan musik ilegal. Pada tahun 2010 terdapat survei yang menghasilkan negara yang mengonfirmasi tren pembajakan ini di antaranya (GfK), Australia (CCI Digital Futures), Inggris (Harris Interactive) dan China (The Nielsen Company)48. 5.3.2 Ring Back Tone (RBT) Layanan RBT merupakan bisnis yang besar di Jepang, Korea Selatan dan Taiwan, serta sebagian wilayah Eropa. Setelah berkembang teknologi digital yang mulai marak di Indonesia di tahun 2007-2008, RBT pun menjadi populer dan menjadi salah satu sumber pemasukan terbesar bagi perusahaan musik rekaman. Tahun 2009 lalu misalnya, Majalah musik Rolling Stone melansir penjualan RBT mencapai lebih dari 1,5 triliun rupiah di Indonesia. Industri RBT di Indonesia terbilang unik karena di negara lain RBT bukan merupakan pasar yang besar dan penjualan musik digital lebih ditekankan pada toko musik online. Tren RBT di Indonesia ini mulai muncul sekitar tahun 2004 di Indonesia. Saat ini, penyedia jasa layanan seluler seperti NSP (Telkomsel), I-Ring (Indosat) dan sebagainya menawarkan layanan nada dering ini dengan harga bervariasi, sekitar Rp 7000 sampai Rp 9000, untuk nada tunggu berupa potongan lagu selama 30 detik yang akan terdengar di telinga orang yang menelepon si pengguna49. 5.3.3 Full Track Download Perkembangan pengunduhan lagu secara utuh (full track download) dimulai pada tahun 2001, di saat toko musik digital pertama berdiri, yakni perusahaan Apple lewat layanannya yang bernama iTunes Music Store, yang mencakup banyak sekali lagu dari berbagai perusahaan musik rekaman. Steve 48 International Federation of the Phonographic Industry. (2011). Digital Music Report. IFPI. Hersinta. 2011. “Fenomena Disintermediasi dan Dampaknya Pada Proses Distribusi Dalam Industri Musik Indonesia”. Exposure Journal of Advanced Communication, pp 143-170 Februari 2011. Jakarta : The London School of Public Relation. 49 23 Jobs, Chief Executive Officer (CEO) Apple pada saat itu yang pertama kali membujuk industri musik rekaman untuk ikut serta ke dalam bisnis musik digital. Namun, kini perdebatan antara Apple dengan perusahaan-perusahaan musik rekaman besar yakni mengenai berapa harga yang pantas untuk sebuah lagu yang diunduh secara legal. Perusahaan musik rekaman setuju untuk bekerjasama dengan Apple soal model bisnis baru tersebut karena hak cipta lagu dilindungi dan fakta bahwa sebuah lagu hanya bisa di-copy terbatas hanya pada beberapa komputer, perangkat music player, maupun CD musik saja. Beberapa perusahaan rekaman pun menciptakan sistem perlindungan hak cipta mereka sendiri dan ini menyebabkan masalah untuk pengguna karena beberapa sistem tidak kompatibel di beberapa perangkat musik. Pada tahun 2008, Apple berhasil melampaui Walmart, sebuah ritel terbesar di Amerika, untuk menjadi nomor satu dalam penjualan lagu, baik online maupun offline. Beberapa layanan sejenis bermunculan, termasuk juga Amazon.com. Seiring waktu, perusahaan musik rekaman mendesak Apple untuk mempertimbangkan harga jual pengunduhan per lagu, dengan menjual harga yang lebih tinggi untuk lagu baru dibandingkan lagu lama. Tren berkembang ketika pimpinan perusahaan musik rekaman berpikir bahwa lebih menguntungkan perusahaan untuk menjual lagu di situs-situs seperti Napster atau Rhapsody yang memberikan kompensasi untuk perusahaan musik rekaman lebih tinggi karena sistem pengunduhan situs mereka yang mengharuskan pengunduh untuk berlangganan terlebih dahulu dibandingkan iTunes. Berlangganan layanan pengunduhan musik kini dikemas bersamaan dengan layanan lain untuk sistem pembayarannya, misalnya lewat telepon seluler dengan sistem pemotongan pulsa50. 50 Straubhaar, Joseph,Robert LaRose, dan Lucinda Davendport. 2010. Media Now : Understanding Media, Culture, and Technology, 6th edition. Amerika : Wadsworth Cengage Learning hal 139-140. 24 Fenomena penjualan musik lewat internet juga terjadi di Indonesia, walaupun tidak semarak di luar negeri. Uniknya, toko musik digital di Indonesia biasanya dikuasai oleh perusahaan telekomunikasi (provider) seperti halnya pada RBT. Upaya untuk menjual musik secara digital ini juga dikenal di indonesia seperti penjualan musik digital lewat situs/toko virtual maupun toko fisik yang dipelopori oleh Equinox, iM:Port yang digagas oleh musisi dan penyanyi Anang Hermansyah, serta Digital Beat Store yang ada di bioskop Blitz Megaplex (sekarang sudah tutup). Januari 2010 lalu, Telkomsel meluncurkan Langit Musik, sebuah portal yang memungkinkan pengguna kartu Telkomsel mengunduh lagu dalam versi penuh (full track download) dengan biaya Rp.5000 per lagu maupun Rp.3000 jika pengguna ingin menyewa lagu tersebut selama 30 hari. Ada pula layanan unduh lagu gratis Nokia Ovi Music (diluncurkan 27 Maret 2010) dan layanan musik digital berbayar Melon (November 2010), yang diluncurkan oleh PT Telkom Indonesia bekerja sama dengan SK Telecom dari Korea. Di Nokia Ovi Music, para pemilik ponsel Nokia tipe tertentu dapat mengunduh lagu secara legal dan gratis selama 12 bulan51. 5.3.4 Situs Layanan Streaming Musik Banyak sekali terdapat situs layanan streaming musik, namun salah satu yang sangat populer yakni Spotify, situs layanan streaming musik asal Swedia yang pada Juli 2011 lalu berekspansi ke Amerika dan ke 11 negara di Eropa. Perusahaan ini memiliki 2,5 juta pelanggan berbayar di seluruh dunia, termasuk lebih dari 400.000 di pasar Amerika Serikat sejak peluncuran situs ini (International Federation of The Phonographic Industry, 2012). Saingan Spotify yakni Deezer, didirikan di Perancis pada tahun 2007 dan memiliki pelanggan lebih dari 20 juta pengguna terdaftar dan lebih dari 1,5 juta pelanggan berbayar. Pada akhir Februari 2012 lalu, Deezer telah menjangkau 80 negara di seluruh 51 Loc.cit 25 Afrika, Australia, Asia, dan Amerika Latin, dan lebih banyak lagi negara yang akan bergabung pada bulan Juni 201252. Situs layanan streaming musik lainnya yakni rara.com, yang bisa diakses di lebih dari 20 negara di seluruh dunia dan selain bisa digunakan untuk PC, di Eropa juga tersedia dalam platform Android, iOS dan platform lainnya (International Federation of The Phonographic Industry, 2012). Ada pula Rhapsody, yang telah mengumpulkan lebih dari 1 juta pelanggan berbayar. Galaxie, layanan serupa berbasis di Kanada, meluncurkan layanan berlangganan musik berbasis mobile streaming, sementara 3 layanan berlangganan musik baru yakni Juke, Rdio dan Simfy, mengembangkan layanannya di Jerman dan Austria. WimP, layanan streaming berbasis di Norwegia mengumumkan bahwa pada bulan November 2011 mereka memiliki lebih dari 350.000 pelanggan berbayar di Norwegia, Swedia, Denmark dan Portugal53. Selain situs di atas, ada pula situs yang populer akan layanan streaming video, yakni YouTube. Youtube telah memiliki lebih dari 112 juta pemirsa di Amerika dengan 6,6 miliar video yang telah dilihat pada bulan Januari 2010. Youtube telah memiliki dampak sosial dan budaya yang signifikan di sejumlah spheres. Layanan ini memiliki model bisnis berbasis pendapatan dari iklan, yang berarti pendapatannya akan terus meningkat seiring traffic ke website tersebut meningkat54. Layanan streaming musik juga dikeluarkan oleh produsen Samsung saat peluncuran Samsung Galaxy S II pada Oktober 2011 lalu, yang dinamakan Samsung Music Hub. Layanan tersebut memiliki 3 juta lagu dari 4 perusahaan musik rekaman besar (major label) dan beberapa dari perusahaan musik rekaman independen55. Sebelumnya, pada Mei 2012 lalu, Samsung juga telah mengakuisi mSPot, sebuah situs penyedia konten musik dan film berbasis cloud, sehingga semua layanan mSpot dapat dinikmati oleh seluruh pengguna handset Samsung. 52 International Federation of the Phonographic Industry. (2012). Digital Music Report. IFPI. Ibid 54 Arewa, Olufunmilayo B. 2010. “Youtube, UGC, and Digital Music : Competing Business and Cultural Models in The Internet Age”. Northwestern University Law Review. Vol. 104, No. 2, pp 431-473. 53 55 http://www.cnet.com.au/samsung-launches-music-hub-streaming-service-339323897.htm, diakses pada 2 Juli 2012 pukul 13:40 26 Dengan mengakuisisi mSpot, maka Samsung dapat ikut serta dalam kompetisi di dunia cloud service yang selama ini menempatkan Apple, Google, dan Amazon sebagai pemain utama56. Layanan streaming musik di Indonesia salah satunya yakni Streamsation, dimiliki oleh PT. Sibenertika Indonesia bekerjasama dengan perusahaan telekomunikasi XL Axiata. Streamsation ini tidak memakan banyak kapasitas bandwith, tidak membutuhkan banyak ruang penyimpanan, serta menghindari proses pembajakan. Diluncurkan pada November 2009 lalu tersebut, pengguna bisa menikmati ribuan lagu dari 12 perusahaan musik rekaman dengan tarif terjangkau, bahkan tidak dikenakan biaya apapun jika pengguna menggunakan kartu XL. Sedangkan untuk bisa menikmati 5000 lagu yang ada pada Streamsation, pelanggan dikenakan biaya Rp 50.000 perbulan57. Sedangkan Ohdio, adalah layanan streaming musik lokal yang mirip dengan Spotify. Layanan yang memiliki tagline “Dengerin Musik Itu Gampang” ini masih berupa beta dan hanya bisa diakses di website namun tidak menutup kemungkinan dikembangkan untuk aplikasi mobile. Sebagai layanan pemancar musik online, cara kerja Ohdio mirip dengan jejaring video YouTube milik Google58. Hingga saat ini baru ada 3 perusahaan musik rekaman yang bekerjasama dengan Ohdio, yakni Aquarius Musikindo, Trinity Optima Production, dan Nagaswara. Aktivitas mendengarkan lagu yang sedang diputar di Ohdio bisa diintegrasikan dengan media sosial seperti Twitter atau Facebook, selain itu terdapat fitur “Like” untuk memberi pamor terhadap lagu yang ada di galeri Ohdio. Pengguna juga dapat mengumpulkan lagu dan membuat playlist, atau menghapus lagu yang sudah tidak diinginkan dari Jukebox. Layanan musik digital Ohdio ini merupakan freepremium, artinya pengguna tidak ditarik iuran untuk 56 http://www.merdeka.com/teknologi/samsung-akuisisi-mspot-untuk-saingi-icloud-dan-google-play.html, diakses pada 2 Juli 2012 pukul 13:30 57 http://techno.okezone.com/read/2009/11/26/54/279595/streamsation-jalur-aman-musik-online-ala-xl, diakses pada 2 Juli 2012 pukul 21:34 58 http://salingsilang.com/baca/ohdio-layanan-musik-digital-spotify-dari-indonesia, diakses pada 2 Juli pukul 20:23 27 memutar lagu-lagu yang tersedia di sini. Berbeda dengan MelOn ataupun layanan musik sejenis, pengguna tidak perlu mengunduh software ataupun tools untuk mendengarkan lagu. Semua lagu disimpan di cloud dan bisa langsung dimainkan di browser sesaat setelah pengguna memasukkannya ke dalam playlist. Musik yang tersedia adalah karya dari musisi Indonesia yang memang merupakan pasar niche yang ditargetkan oleh Ohdio59. 5.3.5 Media Sosial Bentuk media baru ini semakin berpengaruh pada perilaku konsumen di pasar, khususnya dalam kesadaran, memperoleh informasi, mengembangkan pendapat, dan perilaku pembelian. Situs yang interaktif ini memungkinkan penggemar berinteraksi dengan musisi favoritnya semakin mudah. Platform seperti Facebook misalnya, hanya dengan mengklik “like” halaman Facebook musisi/penyanyi/grup musik kesukaan tersebut di Facebook, mereka akan selalu menerima update tentang musik terbaru, penampilan, informasi tur, foto, video, dan hal lain mengenai artis untuk memberitahu fans mereka. Facebook dan MySpace juga memberikan para fans berbagai cara untuk mengakses dan membeli musik mereka. Facebook kini juga bekerja sama dengan iTunes yang memungkinkan fans untuk mengklik link yang di-posting pada halaman artis, yang kemudian mengarahkan mereka ke toko iTunes di mana mereka dapat melihat dan membeli musik tersebut. Kini Facebook juga menjalin kemitraan serupa dengan Spotify, yang memungkinkan pengguna untuk berbagi playlist Spotify yang sedang mereka dengarkan di Facebook mereka60. Demikian pula dengan layanan streaming video YouTube yang memungkinkan fans dapat berbagi link video di Facebook, Twitter, Google +, dan media sosial lainnya hanya dengan mengklik tombol share. Konvergensi multimedia pada platform media sosial ini telah membuat distribusi pesan untuk 59 http://dailysocial.net/post/preview-layanan-streaming-musik-ohdio, diakses pada 2 Juli 2012 pukul 20:22 Margiotta, Michael. 2012. “Influence of Social Media on the Management of Music Star Image”. The Elon Journal of Undergraduate Research in Communications Vol 3, No 1, pp 5-13 60 28 melakukan promosi dan media pencitraan artis bisa lebih cepat dan mudah61 (Margiotta, 2012). Contoh penggunaan media sosial yang terintegrasi dengan media sosial lain ataupun layanan lainnya di internet, seperti website dan iTunes misalnya rapper Dappy yang mempromosikan lagu terbarunya lewat Twitter yang terintegrasi dengan iTunes, yang langsung membuatnya menempati 20 besar lagu yang paling banyak di-download di iTunes62. Lain lagi dengan Blur, band Inggris yang meluncurkan 2 lagu baru lewat Twitter yang terintegrasi dengan website resmi mereka, yang juga terintegrasi dengan Youtube sehingga bisa di-streaming oleh para fans mereka, kemudian tidak lama setelah peluncuran lagu, link download lagu mereka sudah cepat tersedia di iTunes 63. Sementara di Indonesia sendiri, contohnya program “Share the Stage” dari Google+ yang baru saja diluncurkan bulan Oktober 2012 lalu. Google+ “Share the Stage” bekerja sama dengan 7 perusahaan musik rekaman dan 22 artis/musisi Indonesia di mana mereka bisa berinteraksi dengan penggemar dan menawarkan musik streaming yang bisa ditonton oleh semua penggemar mereka baik di Indonesia maupun di luar negeri64. Media sosial yang berbentuk platform messaging, seperti Kakaotalk juga telah menjadi tren yang dimanfaatkan oleh perusahaan musik rekaman. Perusahaan asal Korea ini akhirnya pada November 2012 lalu secara resmi bekerja sama dengan Trinity Optima Production. Bentuk kerja sama tersebut yakni beberapa artis musik Trinity Optima Production yaitu Afgan dan Vidi Aldiano memiliki akun resmi pada platform Kakaotalk. Dengan memiliki akun resmi tersebut maka Afgan dan Vidi Aldiano bisa memberikan info terbaru soal kegiatan mereka kepada semua orang selaku teman dalam Kakaotalk tersebut65. 61 Ibid http://musically.com/2012/07/04/dappy-finds-itunes-success-tweeted-tarzan-2-release/, diakses pada 29 November pukul 20:05 62 63 http://www.fuse.tv/2012/06/blur-debut-two-songs-via-twitter, diakses pada 29 November pukul 20:05 64 http://rollingstone.co.id/read/2012/10/17/205623/2065476/1093/afgan-vidi-aldiano-nidji-pee-wee-gaskinsramaikan-proyek-google--share-the-stage diakses 28 oktober 2012 pukul 12:56 65 http://www.trenologi.com/201211206187/kakaotalk-gandeng-vidi-aldiano-sebagai-friend/, diakses pada 15 Desember pukul 23:04 29 5.4 Manajemen Musik Rekaman Seperti juga organisasi atau perusahaan lain, musik rekaman juga menggunakan manajemen dalam menjalankan kegiatannya, dan memiliki orangorang yang bertanggung jawab atas suatu pekerjaan, dan juga memiliki sumber daya-sumber daya perusahaan. Secara umum, manajemen sangat dibutuhkan oleh sebuah perusahaan atau organisasi, karena tanpa manajemen, maka pencapaian tujuan serta misi perusahaan akan sulit dicapai. Ada 3 alasan mengapa manajemen dibutuhkan oleh perusahaan66 : 1. Untuk mencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi. 2. Untuk menjaga keseimbangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak berkepentingan dalam organisasi 3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda : salah satu cara yang umum yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan patokan efisiensi dan efektivitas. Manajemen media secara definisi yakni bagaimana pengelolaan media dengan prinsip-prinsip dan seluruh proses manajemennya dilakukan, baik terhadap media sebagai industri yang bersifat komersial maupun sosial, media sebagai institusi komersial maupun sebagai institusi sosial67. Manajemen juga erat kaitannya dengan alokasi sumber daya perusahaan, seperti yang diungkapkan oleh Pringles, Jennings dan Longenecker, bahwa manajemen yakni proses memperoleh dan menggabungkan manusia, keuangan, sumber daya informasi, dan aset fisik 66 Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta : Prenada Media Group hal 128. 67 Siregar, Amir Effendi. 2010. “Kajian dan Posisi Manajemen Media Serta Peta Media di Indonesia”. Dalam Siregar, Amir Effendi, dkk. Potret Manajemen Media di Indonesia. Yogyakarta : Total Media hal 5. 30 untuk mencapai tujuan utama organisasi dari sebuah produk atau jasa yang diinginkan oleh beberapa segmen masyarakat68. Pada perusahaan musik rekaman, jajaran manajemen baik Pimpinan perusahaan dan manajer bertanggung jawab dalam melaksanakan koordinasi sumber daya perusahaan sedemikian rupa agar tujuan perusahaan tercapai. Dalam melaksanakan tanggung jawab manajemen tersebut, terdapat 4 fungsi dasar manajemen, yakni perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), memberi pengaruh (influencing), dan pengendalian (controlling)69. 5.4.1 Perencanaan (Planning) Perencanaan melibatkan penetapan tujuan organisasi dan penyediaan sumber daya yang dibutuhkan, guna dapat menyelesaikan tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang yang keduanya dibutuhkan oleh perusahaan sebagai proses perencanaan. Perencanaan dimulai dari mendefinisikan sasaran sasaran, menetapkan strategi, kemudian baru bisa mengembangkan kinerja kerja untuk mengelola aktivitas. Dalam hal layanan, dalam perencanaan juga harus dibuat untuk mengetahui minat dan kebutuhan audience, dalam hal ini para penikmat musik yang juga menjadi target market perusahaan musik rekaman. Sebagai perusahaan musik rekaman major dalam perencanaan perlu dilihat tren musik yang akan dan sedang berkembang dengan melihat kecenderungan minat masyarakat. Perusahaan musik rekaman juga menentukan artis-artis mana saja yang akan diasuh oleh perusahaan dan menentukan akan seperti apa musik mereka sehingga bisa diterima masyarakat. Dalam sebuah perencanaan, terlebih dulu perusahaan harus memiliki misi atau tujuan unik perusahaan. Pernyataan misi menurut Morissan70 berfungsi 68 Pringle, Peter K dan Michael F.Starr. 2006. Electronic Media Management 5th edition. USA : Elsevier hal 3. 69 Op.cit hal 9. 70 Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta : Prenada Media Group hal 132. 31 memberikan sinyal bagaimana sebuah perusahaan mengukur tingkat keberhasilannya. Sedangkan tujuan organisasi atau biasa disebut visi, merupakan pernyataan tentang keadaan yang diinginkan oleh perusahaan, atau situasi yang tidak terdapat sekarang tetapi dimaksudkan untuk dicapai di waktu yang akan datang melalui kegiatan-kegiatan organisasi atau perusahaan71. 5.4.1.1 Perencanaan Strategis Perencanaan strategis adalah bagian dari perencanaan (planning) yang berisi rencana permainan (game plan) perusahaan. Istilah perencanaan strategis (strategic plans) diperkenalkan pada tahun 1950-an dan menjadi populer sejak tahun 1960 hingga 1970-an72. Perencanaan strategis memiliki sinonim yakni manajemen strategis, namun penulis memilih untuk menggunakan istilah perencanaan strategis agar istilah manajemen yang digunakan pada penelitian ini tidak tumpah tindih. Istilah manajemen strategis mengacu pada formulasi, implementasi, dan evaluasi strategi, namun perencanaan strategis hanya mengacu pada formulasi strategi saja. Seperti halnya sebuah klub sepakbola yang memiliki rencana permainan agar memiliki peluang untuk menang, hal yang sama juga terjadi pada perusahaan yang membutuhkan rencana strategis yang baik agar sukses berkompetisi73. Semakin bertumbuhnya suatu industri, maka semakin penting bagi perusahaan untuk memiliki sebuah rencana strategis. Rencana strategis secara dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasi yang lebih luas, yaitu mengimplementasikan misi yang memberikan alasan khas keberadaan organisasi. Secara singkat, rencana strategis yakni proses pemilihan tujuan organisasi, penentuan strategi, kebijaksanaan, dan program strategis yang diperlukan untuk 71 72 Ibid David, Fred. R. 2006. Strategic Management : Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : Salemba Empat hal 6 73 Ibid 32 mencapai tujuan-tujuan tersebut dan penetapan metode yang diperlukan untuk menjamin bahwa strategi telah diimplementasikan74. Rencana strategis atau manajemen strategis juga mencakup bagaimana perusahaan memanfaatkan lingkungan yang selalu berubah-ubah dengan sebaikbaiknya75. Dalam hal ini, perusahaan musik rekaman menghadapi tantangan teknologi informasi dan komunikasi yang tidak stabil, bagaimana perusahaan musik rekaman memanfaatkan memanfaatkan lingkungan yang tidak stabil tersebut merupakan bagian dari rencana strategis. Ada 3 alasan mengapa perusahaan perlu memiliki sebuah rencana strategis yakni untuk membantu perusahaan untuk dapat membedakan seberapa baik kinerja perusahaan, hal ini menjelaskan mengapa beberapa perusahaan berhasil, sementara yang lain gagal, padahal mereka menghadapi kondisi lingkungan yang serupa. Alasan kedua yakni berhubungan dengan fakta bahwa manajer di semua jenis dan ukuran organisasi terus menghadapi situasi yang berubah. Ketidakpastian situasi bisa teratasi dengan menggunakan rencana strategis proses manajemen strategis untuk memeriksa faktor-faktor yang relevan dan memutuskan tindakan apa yang akan diambil. Terakhir, karena organisasi bersifat kompleks dan beragam, serta setiap bagian dalam perusahaan harus bekerja untuk mencapai tujuan organisasi76. Adapun langkah-langkah perencanaan strategis menurut Fred R.David yaitu77 : 1. Mengembangkan Visi dan Misi Banyak perusahaan sekarang mengembangkan pernyataan visi yang menjawab pertanyaan “Ingin menjadi seperti apa kita”. Mengembangkan pernyataan visi sering dianggap sebagai tahap pertama dalam perencanaan strategis, bahkan mendahului pernyataan misi. Pernyataan misi adalah 74 Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta : Prenada Media Group hal 136. 75 Glueck, William F & Lawrence R. Jauch. 1992. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta : Erlangga hal 6. 76 Robbins, Stephen P & Mary Coulter. 2010. Manajemen. Jakarta : Erlangga hal 213. 77 David, Fred. R. 2006. Strategic Management : Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : Salemba Empat hal 17 33 “pernyataan jangka panjang yang membedakan satu perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya”. Pernyataan misi secara kasar yakni menggambarkan arah atau masa depan suatu organisasi78. 2. Mengidentifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal Perusahaan. Peluang dan ancaman sebagian besar berada di luar kendali organisasi – karena itulah disebut eksternal. Dalam identifikasi lingkungan eksternal, pengelola perusahaan memeriksa lingkungan khusus dan umum untuk melihat tren serta perubahan yang terjadi di sekitar perusahaan. Setelah menganalisis lingkungan, pengelola perusahaan baru kemudian dapat menemukan peluang apa saja yang dapat dieksploitasi oleh perusahaan, serta ancaman apa saja yang harus diatasi perusahaan. Faktor teknologi memiliki pengaruh besar terhadap ancaman dan peluang perusahaan. Apakah teknologi memungkinkan produk dan layanan yang akan dibuat lebih murah dan dengan standar yang lebih baik dari kualitas? Apakah teknologi memungkinkan kesempatan (opportunity) lebih banyak untuk melakukan produk dan layanan yang inovatif, pengurangan biaya komunikasi, dan peningkatan kerja jarak jauh? Bagaimana kemudian distribusi produk atau jasa dipengaruhi oleh teknologi baru? Semua ada faktor memiliki potensi untuk mengubah perusahaan79. 3. Mengidentifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal Perusahaan Analisis Internal. Kekuatan dan kelemahan internal adalah aktivitas organisasi yang dapat dikontrol yang dijalankan dengan sangat baik atau sangat buruk. Mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasi dalam area fungsional suatu bisnis adalah aktivitas manajemen yang sangat penting. Organisasi berusaha untuk menjalankan strategi yang mendayagunakan kekuatan internal dan 78 Op.Cit hal 13 Carpenter, Mason A & WM. Gerard Sanders. 2009. A Dynamic Perspective :Concepts and Cases 2nd edition. New Jersey : Prentice Hall hal 135. 79 34 menghilangkan kelemahan internal80. Lewat analisis internal, perusahaan bisa mengetahui informasi penting mengenai sumber daya dan kapabilitas khusus yang dimiliki perusahaan. Sumber daya perusahaan adalah aset yang meliputi keuangan, fisik, manusia, dan sesuatu yang tidak berwujud yang digunakan untuk mengembangkan, membuat, dan mengantarkan produk kepada para pelanggannya. Kelemahan dan kekuatan perusahaan adalah fokus dari melakukan analisis internal. Semua aktivitas organisasi yang dikerjakan dengan baik atau sumber daya yang unik disebut kekuatan, sedangkan aktivitas organisasi yang tidak dilakukan dengan baik atau sumber daya yang diperlukan tetapi belum dimiliki adalah kelemahan. Gabungan antara analisis eksternal dan internal gabungan disebut analisis SWOT, yaitu analisis atas kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman organisasi. Setelah melakukan analisis SWOT, pengelola perusahaan baru bisa memformulasikan strategi yang tepat. 4. Menetapkan Tujuan Jangka Panjang Tujuan jangka panjang dapat didefinisikan sebagai hasil spesifik yang ingin dicapai suatu organisasi untuk menjalankan misi dasarnya. Untuk mempersiapkan tujuan jangka panjang, ada beberapa hal yang bisa dilakukan perusahaan yakni : (1) Apakah tujuan tersebut dapat diterima, (2) Apakah tujuan tersebut bersifat fleksibel, (3) Apakah tujuan perusahaan tersebut dapat terukur seiring waktu, (4) Apakah tujuan tersebut sesuai, (5) Apakah tujuan tersebut dapat dipahami, dan terakhir (6) Apakah tujuan tersebut dapat dicapai81. 5. Merumuskan Alternatif Strategi dan Memilih Strategi Setelah melihat lingkungan internal dan eksternal perusahaan dan juga menetapkan tujuan jangka panjang, maka langkah selanjutnya yakni merumuskan strategi-strategi apa yang tepat untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut. 80 David, Fred. R. 2006. Strategic Management : Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : Salemba Empat hal 15. 81 Pearce, John A & Richard B. Robinson, Jr. 2008. Manajemen Strategis Formulasi , Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta : Salemba Empat hal 252 35 Setelah dirumuskan menjadi beberapa strategi, pemimpin kemudian memilih strategi yang paling tepat untuk kemudian diimplementasikan 6. Mengimplementasikan Strategi Setelah diformulasikan, strategi-strategi tersebut kemudian diimplementasikan. Tidak peduli seberapa efektif sebuah organisasi telah merencanakan strateginya, kinerja bisa buruk jika strategi tidak diimplementasikan dengan benar. 7. Mengevaluasi Strategi Langkah terakhir dalam perencanaan strategis adalah mengevaluasi hasil dari strategi-strategi yang telah diimplementasikan. Seberapa efektif strategi telah membantu organisasi mencapai tujuannya? Penyesuaian apa saja yang dibutuhkan? Setelah menilai hasil strategi sebelumnya ,kemudian menentukan perubahan apa saja yang mesti diputuskan. 5.4.2 Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki, dan lingkungan yang melingkupinya. Aspek dalam pengorganisasian adalah departementalisasi dan pembagian kerja. Departementalisasi merupakan pengelompokkan kegiatankegiatan kerja agar kegiatan-kegiatan sejenis dan saling berhubungan dapat dikerjakan bersama, hal ini tercermin dalam struktur formal organisasi. Sedangkan pembagian kerja merupakan pemerincian tugas agar tiap indiviu bertanggung jawab dan melaksanakan kegiatan tersebut82. Kung83 berpendapat bahwa struktur organisasi membantu menjelaskan bagaimana sebuah struktur dalam suatu perusahaan media beradaptasi dalam 82 Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta : Prenada Media Group hal 142. 83 Kung, Lucy. 2008. Strategic Management in The Media : Theory to Practices. London : Sage hal 13 36 menanggapi lingkungan strategis yang berubah-ubah dan bagaimana implikasi perkembangan tersebut bagi strategi dan kinerja perusahaan. Adapun tipikal departementalisasi dalam perusahaan musik rekaman adalah sebagai berikut84 : 1. Artist and Repertoire (A&R) Artis dan Repertoar (A&R) adalah pencari bakat dalam industri musik rekaman, serta mengoordinasikan para bakat (talent) di bidang musik. A&R juga bertugas mencari bakat yang sesuai dengan lagu-lagu yang potensial. Salah satu pekerjaan utama dari seorang A&R yakni mendengarkan kaset dan CD demo yang dikirimkan oleh musisi, grup musik atau penyanyi yang belum tergabung dalam label. Untuk menemukan bakat-bakat yang belum terasah tersebut, perusahaan-perusahaan rekaman besar (major) mengirimkan A&R mereka ke berbagai klub musik. 2. Sales and distribution Departemen ini mengurusi segala sesuatu yang berhubungan dengan penjualan produk dan memastikan bahwa kaset atau CD sampai ke tempat-tempat distribusi dimana konsumen bisa menemukan dan membelinya dengan mudah. Penjualan album sesungguhnya dapat dilakukan setelah 1 bulan album dirilis ke pasaran. 3. Business Secara umum, departemen bisnis dalam bisnis rekaman sama seperti bisnis lainnya, yakni di dalamnya termasuk juga pengacara, akuntan, peneliti pasar, analis keuangan, dan staf kesekretariatan dan administrasi. 4. Advertising and Merchandising Departemen Advertising dan Merchandising bertanggung jawab membantu penjualan dengan melakukan perencanaan iklan, kampanye, dan 84 Dominick, Joseph R. 2005. The Dynamics of Mass Communication : Media in The Digital Age, 8th ed. New York : McGrawHill hal 214-216 37 menampilkan point-of-purchase, termasuk di outlet-outlet penjualan. Kampanye iklan juga sejalan dengan departemen promosi untuk kegiatan promosi album musik, termasuk juga iklan di media elektronik dan media cetak. Di dalam bisnis rekaman, departemen promosi juga bertugas meyakinkan stasiun radio untuk memutar lagu kelompok musik atau penyanyi yang bernaung di perusahaan mereka. Hal ini tidak mudah karena stasiun radio sekarang banyak yang membatasi pemutaran lagu. Radio di Amerika contohnya, dengan jumlah single lagu sekitar 5000 dan 2500 album yang beredar, hanya tersedia sekitar 4 atau 5 slot di setiap stasiun radio setiap minggunya. 5. Publicity Departemen publisitas bertugas mendapatkan liputan pers bagi pendatang baru atau rilisan baru dan memiliki tanggung jawab untuk mendapatkan ulasan dari media terkemuka, khususnya media musik seperti Rolling Stone atau Billboard. Departemen ini juga bertanggung jawab memasok konsumen dengan berita, foto, serta informasi lainnya dari musisi, grup musik atau penyanyi yang bernaung pada label-nya. 6. Artist Development Departemen pengembangan artis bertanggung jawab atas kegiatan yang dirancang untuk mengembangkan karir sebuah kelompok musik atau penyanyi. Departemen ini juga yang mengatur jadwal tur, memastikan bahwa sebuah konser terproduksi dengan baik serta mengelola penampilan kelompok musik atau penyanyi di televisi. Pada pengorganisasian sebagai akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat ditemukan 2 hal yakni restrukturisasi dan outsourcing. Dalam pengorganisasian, tidak jarang ditemukan adanya restrukturisasi atau penyusunan kembali struktur organisasi yang telah ada sebelumnya menjadi struktur organisasi baru. Hal tersebut dapat terjadi salah satunya karena tantangan teknologi seringkali membuat perusahaan melakukan suatu penyesuaian. 38 Perusahaan biasanya merancang struktur organisasinya untuk menekankan dan mendukung aktivitas-aktivitas yang penting secara strategis85. Sementara itu dalam hal outsourcing, kini bukan lagi hal asing untuk didengar. Perusahaan modern kini banyak perusahaan besar yang menyerahkan pekerjaan yang saat ini dilakukan secara internal kepada pihak outsourcing86. Outsourcing sebenarnya memiliki beberapa keunggulan potensial, yakni misalnya dapat menurunkan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, dibandingkan jika aktivitas atau pekerjaan yang diserahkan ke outsourcing dilakukan secara internal, dalam hal ini dengan melalukan outsourcing berarti dapat mengurangi jumlah modal yang harus diinvestasikan oleh suatu perusahaan dalam kapasitas produksi atau jasa87. Lebih lanjut pengaruh perkembangan teknologi terhadap sumber daya manusia bisa mencapai tahap tingkat struktur organisasi perusahaan. Organisasi menyesuaikan struktur mereka terhadap teknologi dengan mempertimbangkan seberapa rutin teknologi tersebut digunakan, maka semakin mekanistik atau semakin kaku struktur organisasi tersebut. Sementara itu organisasi dengan teknologi yang kurang rutin digunakan cenderung lebih bersifat organik atau lebih fleksibel dan dinamis88. Intinya, tidak ada satu pun perusahaan yang memiliki sumber daya yang tak terbatas, tidak terkecuali perusahaan media, oleh karena itu penyusun strategi dalam hal ini para pengelola media harus bisa memutuskan alternatif strategi mana yang akan memberikan keuntungan terbanyak89. 85 Pearce, John A & Richard B. Robinson, Jr. 2008. Manajemen Strategis Formulasi , Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta : Salemba Empat hal 439-440 86 Op.Cit hal 446 87 Op.cit hal 446 88 Robbins, Stephen P & Mary Coulter. 2010. Manajemen. Jakarta : Erlangga hal 248. 89 David, Fred. R. 2006. Strategic Management : Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : Salemba Empat hal 7 39 5.4.3 Memberikan Pengaruh (Influencing) Tahapan fungsi manajemen yang ketiga yakni mempengaruhi atau memberikan arahan (directing), yaitu menstimulasi karyawan agar melaksanakan tanggung jawab mereka dengan antusias dan efektif. Fungsi ini juga melibatkan motivasi karyawan (motivating), berkomunikasi dengan karyawan (communicating), pelatihan (training), dan pengaruh personal (personal influence)90. Dalam hal perusahaan media, pengelola perusahaan juga mengurusi hal yang berkaitan dengan berbagai kerja sama, berarti di sini pengelola melakukan komunikasi dengan bernegosiasi, misalnya dalam program akusisi, biaya untuk hak cipta, biaya lisensi, layanan berita, dan produksi lokal, dan lainlain91. 5.4.4 Pengawasan (Controlling) Fungsi pengawasan merupakan proses untuk mengetahui apakah tujuantujuan perusahaan sudah tercapai atau belum. Kegiatan pengawasan secara periodik terhadap masing-masing individu dan departemen memungkinkan pengelola perusahaan untuk membandingkan kinerja sebenarnya dengan yang telah direncanakan92. Dalam perusahaan musik rekaman, fungsi pengawasan bisa diterapkan oleh pimpinan perusahaan saat pelaksaaan strategi, apakah strategi mempromosikan sebuah album baru sebuah band misalnya, berjalan dengan baik atau tidak, apakah promosinya tepat sasaran atau tidak, dan lain sebagainya. 90 Pringle, Peter K dan Michael F.Starr. 2006. Electronic Media Management 5th edition. USA : Elsevier hal 17. 91 Albarran, Alan B. 2002. Management of Electronic Media 2nd edition. Amerika : Wadsworth Thomson Learning hal 21. 92 Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta : Prenada Media Group hal 159. 40 5.5 Sumber Daya Perusahaan Musik Rekaman Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya pada sub bab manajemen di atas, bahwa sumber daya perusahaan terdiri dari pesan, dana, aset fisik, dan manusia. Aset fisik di sini secara jelas adalah teknologi, seperti yang Grossberg dkk93 katakan, bahwa teknologi adalah sarana fisik dalam memproduksi, mereproduksi, dan mendistribusikan barang, jasa, bahan, dan produk budaya. Dalam kasus komunikasi, teknologi mencakup media fisik dan teknik, praktekpraktek teknis dan mesin, dimana kita berkomunikasi.. Sehingga bisa disimpulkan bahwa sumber daya organisasi yakni sumber daya manusia, keuangan, sumber daya informasi, dan teknologi yang menyertainya. Karena tidak ada organisasi yang memiliki sumber daya yang tak terbatas, penyusun strategi dalam hal ini pengelola media harus memutuskan alternatif strategi mana yang akan memberikan keuntungan terbanyak94. 1. Sumber daya informasi atau pesan. Pesan dari sebuah musik rekaman adalah lagu. Lagu-lagu tersebut memiliki berbagai format yang berubah secara dinamis dari waktu ke waktu. Format pesan dalam hal ini berubah akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dari mulai phonograph, gramaphone, format cakram, kemudian muncul format vinyl, lalu kaset hadir di tahun 1950-an, baru kemudian diikuti oleh CD di tahun 198095. Kemudian, di tahun 1999 ,situs P2P file sharing pertama yakni Napster muncul seiring munculnya format yang akhirnya mengubah industri musik rekaman sampai saat ini, yakni format MP396. Selain MP3, format digital lainnya yakni WAV, AAC, WMA, Real Audio, dan terakhir adalah format 93 Grossberg, Lawrence, Ellen Wartella, D.Charles Whitney, J.Macgregor Wise. 2006. Media Making : Mass Media in Popular Culture. America : Sage Publication hal 13. 94 David, Fred. R. 2006. Strategic Management : Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : Salemba Empat hal 7 95 Rodman, George. 2009. Mass Media In a Changing World : History, Industry, Controversy, 2nd edition. New York : McGrawHill hal 223 96 Opcid hal 224 41 MIDI97. Tidak hanya format pesan, produksi pesan pun berubah. Kalau dulu untuk memproduksi sebuah lagu membutuhkan peralatan rekaman analog yang cukup rumit, kini dengan rekaman digital, proses rekaman lebih mudah baik untuk perusahaan musik rekaman maupun musisi sebagai komposer lagu atau pesan tersebut. 2. Dana Sumber daya perusahaan lainnya adalah uang atau dana, yakni modal yang dibutuhkan untuk memperoleh peralatan, fasilitas, orang, dan kemampuan untuk mengejar peluang yang ditargetkan perusahaan98. Munculnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi menyebabkan perusahaan menghasilkan pendapatan tambahan sekaligus bisa mengurangi biaya (reduce cost), serta bisa mengubah aturan persaingan di pasar media. Kemunculan internet dan digitalisasi jelas menggambarkan keragaman strategi perusahaan media yang berbeda dan menunjukkan besarnya perubahan yang dibawa teknologi komunikasi. Namun demikian, manajemen media dan literatur ekonomi belum cukup mengeksplorasi subjek inovasi atau adopsi teknologi dalam konteks perilaku perusahaan dan apa yang menyebabkan perilaku tersebut. Teknologi media baru dalam konteks ini mengacu pada produk, layanan, sistem, atau proses yang dapat digunakan untuk mengubah atau meningkatkan konsumsi produk media massa dan dianggap baru oleh perusahaan yang baru mengadopsi99. 3. Aset Fisik atau Teknologi Dalam hal media sebagai institusi, teknologi bukanlah merupakan bagian yang independen dari masyarakat. Teknologi dibuat, dibentuk, dan dikendalikan oleh lembaga-lembaga yang terlibat dalam produksi (production) dan penggunaan (use). Institusi adalah setiap entitas dalam skala besar, mewujudkan berbagai 97 Naratama, Aulia dan Ryan Akira. Revolusi Perilaku Konsumen Dalam Era Industri Musik Digital di Indonesia, Universitas Bina Nusantara, Jakarta: 2008. 98 Pearce, John A & Richard B. Robinson, Jr. 2008. Manajemen Strategis Formulasi , Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta : Salemba Empat hal 543. 99 Chan-Olmsted, Sylvia M. 2006. “Issues in Media Management and Technology”. Dalam Albarran, Alan B, Sylvia. M. Chan-Olmsted & Michael O Wirth. Handbook of Media Management and Economics. New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates hal 252. 42 hubungan sosial dan fungsi sosial, yang diciptakan oleh manusia untuk melakukan fungsi-fungsi sosial penting bagi masyarakat. Institusi kemudian adalah organisasi tertentu di mana keputusan-keputusan suatu organisasi tertentu diputuskan100. Logikanya adalah, semakin baru teknologi tersebut, maka semakin besar ketidakpastian dan perusahaan pun akan lebih ragu-ragu adalah untuk berinvestasi dalam teknologi101. Pemanfaatan sumber daya teknologi sangat penting bagi perusahaan demi menjaga keunggulan kompetitif. Di jaman sekarang ini adalah masa lean production, yaitu teknologi yang baru serta sistem yang tidak ketat memungkinkan pekerjaan dilakukan oleh para karyawan yang lebih sedikit serta persediaan dalam jumlah yang lebih kecil 102. Hal tersebut yang juga memicu perampingan perusahaan dalam hal sumber daya manusia. Mengadopsi teknologi media baru juga bisa membawa pendapatan baru dengan menarik konsumen dan segmen baru atau meningkatkan loyalitas konsumen media yang telah ada, namun itu semua membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Faktor biaya teknologi tentu mempengaruhi keinginan perusahaan media untuk mengadopsi sebuah teknologi baru. Bahkan, karena ketidakpastian baliknya modal untuk penggunaan teknologi baru ini, perusahaan-perusahaan dengan sumber daya yang cukup, mungkin memilih untuk tidak mengadopsi inovasi tertentu jika teknologi tersebut dirasa terlalu mahal103. 4. Sumber Daya Manusia Sumber daya perusahaan yang tidak kalah penting yakni sumber daya manusia. Melakukan investasi pada teknologi untuk tetap kompetitif dan menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi penting dilakukan perusahaan. 100 Grossberg, Lawrence, Ellen Wartella, D.Charles Whitney, J.Macgregor Wise. 2006. Media Making : Mass Media in Popular Culture. America : Sage Publication hal 13. 101 Chan-Olmsted, Sylvia M. 2006. “Issues in Media Management and Technology”. Dalam Albarran, Alan B, Sylvia. M. Chan-Olmsted & Michael O Wirth. Handbook of Media Management and Economics. New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates hal 264. 102 Schermerhorn Jr, John. R. 1998. Manajemen : Buku 1. Yogyakarta : Penerbit Andi hal 77 103 Chan-Olmsted, Sylvia M. 2006. “Issues in Media Management and Technology”. Dalam Albarran, Alan B, Sylvia. M. Chan-Olmsted & Michael O Wirth. Handbook of Media Management and Economics. New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates hal 266. 43 Namun, teknologi tersebut tidak dapat beroperasi secara efisien bila para operator, dalam hal ini sebagai salah satu sumber daya manusia, tidak kapabel dan terampil. Investasi pada teknologi hanya memberikan keunggulan kompetitif yang terbatas karena “Machines don’t make things, people do”104 atau “Mesin tidak membuat sesuatu, tapi manusia yang membuatnya.” Sumber daya manusia menentukan bertahan atau tidaknya suatu perusahaan di era yang ditandai dengan kompetisi yang ketat. Sumber daya manusia harus kreatif dan inovatif dalam merespon lingkungan yang berubah. Pemberdayaan adalah salah satu strategi untuk memperbaiki sumber daya manusia dengan pemberian tanggung jawab dan kewenangan terhadap mereka yang nantinya diharapkan dapat memungkinkan mereka mencapai kinerja yang lebih tinggi di era yang selalu berubah105. 104 105 Handoko, T.H. 2003. Manajemen. Edisi 2. Cetakan ke 18. BPFE, Yogyakarta hal 96 Rokhman Jr, Wahibur. 2003. Paradigma Baru Manajemen SDM. Yogyakarta : Amara Books hal 21. 44 Gambar 1 Bagan Alur Berpikir RBT Media Sosial Full Track Download Teknologi Informasi dan Komunikasi P2P File Sharing Streaming Musik Perusahaan Musik Rekaman Manajemen Planning Sumber Daya Perusahaan Perencanaan Strategis : 1. Visi, Misi, Strategi 2. Analisis Lingkungan Eksternal 3. Analisis Lingkungan Internal 4. Formulasi Strategi 5. Implementasi 6. Evaluasi Pesan Sumber Daya Manusia Dana Organizing Leading Aset Fisik /Teknologi Controlling 45 Pada bagan yang telah dijelaskan di atas, dapat dilihat bahwa alur berpikir penulis dalam penelitian ini dimulai dari adanya suatu teknologi informasi dan komunikasi yang memiliki pengaruh besar terhadap industri musik rekaman. Adapun bentuk-bentuk dari teknologi informasi dan komunikasi dalam industri musik rekaman tersebut ada 5, yaitu munculnya situs-situs peer-to-peer (P2P) file sharing, ring back tone (RBT), layanan full track download, layanan streaming musik, dan situs media sosial sebagai sarana mempromosikan musik. Teknologi informasi dan komunikasi ini berpengaruh besar terhadap keberlangsungan perusahaan musik rekaman sebagai sebuah institusi media. Seperti juga normalnya suatu perusahaan maka dalam sebuah perusahaan musik rekaman terdapat manajemen yang berfungsi mengelola perusahaan sehingga dapat mencapai tujuannya. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini pun otomatis berpengaruh juga terhadap fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari 4 fungsi, yaitu perencanaan (planning), yang di dalamnya terdapat perencanaan strategis, yang terdiri dari tujuan (visi), misi, dan strategi, analisis lingkungan eksternal dan internal, formulasi strategi, implementasi, dan yang terakhir evaluasi. Kemudian, perkembangan teknologi juga mempengaruhi fungsi manajemen lainnya yakni pengorganisasian (organizing), memberikan pengaruh (influencing), dan pengawasan (controlling). Tidak hanya itu, seperti juga perusahaan lain yang memiliki sumber daya, begitu pula halnya dengan perusahaan musik rekaman. Sumber daya-sumber daya dalam perusahaan musik rekaman ada 4 yaitu sumber daya pesan, dalam kasus ini yaitu musik atau lagu, sumber daya manusia, dana atau modal, dan juga sumber daya aset fisik atau teknologi yang dimiliki perusahaan musik rekaman. Di sini penulis ingin mengetahui apa saja dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi kepada sumber daya-sumber daya perusahaan musik rekaman tersebut. 46 6 Metodologi Penelitian 6.1 Pendekatan Sebuah penelitian membutuhkan alat bantu untuk dapat mendapatkan dan menganalisis data. Dalam penelitian ini yakni bagaimana manajemen musik rekaman dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi industri musik rekaman Indonesia, maka akan lebih tepat jika menggunakan metode kualitatif agar bisa mengungkapkan fenomena secara lebih mendalam. Dalam melihat kasus yang terjadi, penulis akan menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus biasanya digunakan sebagai pisau penelitian dalam kasus yang terbilang unik. Studi kasus dirasa paling tepat karena dapat membedah fenomena kontemporer, kemudian menjawab dengan why dan how, dan penulis tidak dapat atau tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi objek yang diteliti106. Kasus unik yang menjadi alasan mengapa penulis ingin meneliti PT. Trinity Optima Production adalah karena penulis melihat bahwa PT. Trinity Optima Production terbilang lebih inovatif dalam hal menerapkan saluran media baru internet, khususnya penggunaan media sosial dibandingkan dengan perusahaan musik rekaman lain. Seperti misalnya, Trinity Optima Production merupakan perusahaan musik rekaman pertama di Indonesia yang menggunakan aplikasi mobile chatting Kakaotalk dan Line sebelum perusahaan musik rekaman lain. Selain itu Trinity Optima Production merupakan salah satu perusahaan musik rekaman yang paling berhasil dalam hal penjualan ring back tone (RBT), artinya perusahaan Trinity Optima Production tidak tanggung-tanggung dalam memanfaatkan perkembangan teknologi yang sedang terjadi di lingkungan industri mereka. Bahkan untuk lebih sukses dalam penggunaan teknologi tersebut, Trinity Optima Produciton mendirikan Trinity Creative Technology atau biasa disebut Dignity, sebuah divisi baru yang mengurusi mengenai musik digital di tahun 2011 lalu. 106 Wimmer, Robert D dan Joseph.R.Dominick.2006.Mass Media Research, An Introduction. Amerika : Thomson Wadsworth hal 137. 47 Dignity yang awalnya didirikan untuk mengakomodir RBT, namun hanya selang 3 bulan justu muncul peraturan pemerintah untuk menghentikan layanan RBT. Kondisi yang cukup ironis tersebut juga turut menarik perhatian penulis karena sangat menarik untuk diketahui bagaimana kemudian Trinity Optima Production mengatasi hal tersebut. Hilangnya sumber pendapatan utama yakni RBT membuat perusahaan harus melakukan langkah-langkah strategis untuk mendapatkan sumber pendapatan baru. Penulis tertarik ingin mengetahui lebih lanjut mengenai langkah-langkah manajemen apa sajakah yang dilakukan oleh perusahaan musik rekaman Trinity Optima Production dalam menghadapi teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang cepat dan dinamis terutama dalam industri musik rekaman Indonesia. Dalam kasus manajemen media musik rekaman dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi industri musik Indonesia, syarat sebuah pendekatan studi kasus telah terpenuhi karena kajian mengenai musik rekaman, khususnya di Indonesia masih terbilang belum banyak dan butuh kajian yang lebih mendalam. Kemudian, kasus ini juga termasuk kontemporer karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam industri musik Indonesia sangat dinamis dan berkembang begitu cepat, dalam hal ini penulis ingin mengetahui manajemen seperti apa yang dilakukan oleh perusahaan musik rekaman, yakni PT. Trinity Optima Production, sebagai objek penelitian. Lalu, syarat terakhir yaitu peneliti tidak memiliki kemampuan untuk mengubah tatanan dalam proses manajemen perusahaan musik rekaman sehingga penulis hanya mengamati fenomena dan fakta yang ada di lapangan. Kasus manajemen musik rekaman dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi industri musik memang tidak termasuk baru. Namun, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang secara dinamis sehingga butuh diteliti lebih lanjut. Apalagi sejak munculnya format MP3, pembajakan kian mudah dilakukan. Belum lagi maraknya Ring Back Tone (RBT) serta munculnya toko musik digital oleh perusahaan jasa telekomunikasi seluler yang juga turut mempengaruhi keberlangsungan sebuah 48 perusahaan musik rekaman Indonesia. Dari paparan yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini layak untuk diteliti dan mampu dibedah dengan menggunakan analisis studi kasus. 6.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilakukan oleh penulis di 2 lokasi perusahaan musik rekaman PT. Trinity Optima Production yang terletak di Jalan Hayam Wuruk no. 58, Jakarta Pusat dan Menara Dea Tower 1 Lantai 11 Unit 1103, Jalan Mega Kuningan, Jakarta Pusat. Penelusuran dokumen seperti situs internet, buku, jurnal, dan tesis terkait sudah dilakukan penulis sejak Maret 2012, sedangkan observasi dan wawancara telah dilakukan oleh penulis pada kurun waktu Juli-Oktober 2012. 6.3 Narasumber Dalam penelitian kualitatif, penulis adalah instrumen penting dalam penelitian yang akan langsung berhubungan dengan pihak-pihak yang terkait dengan objek penelitian. Pihak-pihak ini yang dipilih oleh penulis merupakan aspek penting dari perusahaan musik rekaman PT. Trinity Optima Production karena merupakan para penyusun strategi perusahaan, seperti yang dikemukakan Fred R.David 107, bahwa penyusun strategi adalah individu yang paling bertanggung jawab atas kesuksesan atau kegagalan organisasi. Narasumber dalam penelitian ini ini adalah orang-orang yang berperan sebagai pengambil kebijakan perusahaan dan yang mempunyai peran di dalam proses manajemen strategis perusahaan musik rekaman PT. Trinity Optima Production yakni Pimpinan Perusahaan (Managing Director) PT. Trinity Optima Production, yakni Yonathan Nugroho, Business Development & Publishing 107 David, Fred. R. 2006. Strategic Management : Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : Salemba Empat hal 12 49 Manager PT. Trinity Optima Production, Diky Arifin, dan pihak Human Resource Development dan Pemasaran PT. Trinity Optima Production, Iwan Hadibroto. 6.4 Teknik Pengumpulan Data Dalam melakukan penelitian, penulis memperoleh data primer dengan melakukan observasi nonpartisipan. Dalam hal ini, penulis melakukan pengamatan pada jajaran manajemen PT. Trinity Optima Production untuk mengetahui bagaimana proses manajemen mereka. Observasi di sini dalam arti luas yakni ikut terlibat dalam kegiatan internal perusahaan musik rekaman PT. Trinity Optima Production. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara mendalam (indepth interview) terhadap jajaran manajemen, yakni Managing Director, Business Development and Publishing Manager serta HRD dan Marketing PT. Trinity Optima Production. Dalam melakukan penelitian, penulis tidak hanya mengandalkan data primer saja, tapi juga data sekunder, yang didapatkan dari perusahaan PT. Trinity Optima Production yakni situs resmi perusahaan, semua media sosial yang digunakan oleh perusahaan di internet, dokumentasi perusahaan yang terkait dengan penelitian, dan lain sebagainya yang dapat memperdalam serta memperkuat masalah dalam penelitian. 6.5 Metode Analisis Data Metode analisis data yaitu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca atau diinterpretasikan. Metode analisis data yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode analisis data kualitatif, yang sesuai dengan metode penelitian. Analisis data dilakukan secara nonstatistik, yang sesuai dengan data-data kualitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini. Proses analisis data akan dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia, baik itu yang didapat dari data primer yaitu hasil dari observasi atau pengamatan 50 penulis, serta wawancara mendalam dengan pihak manajemen PT. Trinity Optima Production yang sebelumnya telah ditranskrip dari bentuk audio menjadi bentuk tulisan terlebih dahulu. Analisis data primer dilengkapi dengan data sekunder dan data-data pendukung lainnya, kemudian dilakukan penelaahan dokumen, buku–buku yang relevan, jurnal ilmiah, majalah, koran, situs internet, laporan penelitian sebelumnya, dan lain sebagainya. Setelah itu, seluruh review serta teori yang dapat menjelaskan kasus penelitian diuraikan dalam entri telaah literatur sampai akhirnya tercapai suatu kesimpulan penelitian. 6.6 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini membahas mengenai manajemen musik rekaman dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi industri rekaman. Fokus penelitian hanya sebatas lingkup manajemen perusahaan musik rekaman, dalam hal ini sebagai produsen musik dalam menghadapi lingkungan eksternal perusahaan yang paling dominan, yakni perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Penelitian ini tidak membahas mengenai lingkungan eksternal perusahaan lainnya yang sebenarnya juga tidak kalah penting, yakni lingkungan sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Peneliti hanya membahas perkembangan teknologi karena teknologi merupakan lingkungan eksternal yang paling dominan dan berpengaruh paling besar terhadap industri musik Indonesia, khususnya bagi produsen, yakni perusahaan musik rekaman. Dengan mempersempit fokus penelitian, diharapkan nantinya penelitian ini dapat membahas lebih dalam dan lebih fokus mengenai topik penelitian. Penelitian ini juga terbatas pada proses manajemen yang dilakukan oleh perusahaan musik rekaman PT. Trinity Optima Production dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi industri musik Indonesia. Penelitian tidak membahas mengenai perusahaan musik rekaman lain karena beberapa alasan. PT. Trinity Optima Production dirasa paling tepat diambil 51 menjadi objek penelitian karena merupakan PT. Trinity Optima Production merupakan salah satu perusahaan musik rekaman besar (major label) di Indonesia dan cukup aktif mengeluarkan rilisan lagu baru serta musisi, penyanyi atau grup musik baru, dalam hal ini, PT. Trinity Optima Production bisa dikatakan termasuk perusahaan musik rekaman yang produktif. 52